Krisis Nasionalisme Indonesia

28
KRISIS NASIONALISME INDONESIA EDITORIAL | Pendidikan Kebangsaan, 11 April 2012 DI Indonesia, nasionalisme terkonstruksi berlandaskan kemajemukan. Indonesia merupakan negeri majemuk, baik manakala disimak dari aspek suku, agama, ras, etnisitas dan atau golongan-golongan. Bahkan, secara geografis, Indonesia pun berwatak majemuk, ditandai oleh luasnya keanekaragaman hayati. Pada sekitar permulaan abad XX, nasionalisme berbasis kemajemukan itu kian menemukan bentuk atau formatnya. Sangat bisa dimengerti pada akhirnya, mengapa para pendiri bangsa senantiasa mengaitkan nasionalisme Indonesia dengan persatuan dan kesatuan bangsa. Hubungan antara kemajemukan dan nasionalisme, boleh dikata, merupakan hubungan yang bersifat aksiomatik. Sejauh kemajemukan itu terawat utuh, maka sejauh itu pula nasionalisme terpelihara dengan baik. Tetapi sebaliknya, tatkala kemajemukan rajutannya porak-poranda, maka seketika itu pula nasionalisme dilanda krisis. Celakanya, begitu nasionalisme mengalami krisis, mendadak sontak Indonesia kembali berada di bawah banyangan kelam penjajahan dan keterjajahan. Inilah sebuah situasi yang oleh Bung Karno dinarasikan dengan istilah "neoimperialisme" dan "neokolonialisme". Manakala diletakkan ke dalam sebuah skema, corak nasionalisme Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, kemajemukan yang terkelola dengan baik [ditandai oleh kuatnya toleransi dan harmoni] berdampak positif pada kukuhnya nasionalisme. Kedua, kukuhnya nasionalisme bermakna signifikan bagi terciptanya kemandirian dan kedigdayaan Indonesia dalam arena hubungan antarbangsa di dunia. Hanya dengan skema nasionalisme semacam itulah Indonesia mampu membangun daya saing dalam totalitas dialektika hubungan antarbangsa di dunia. Pertanyannya, apakah skema nasionalisme semacam itu masih bertahan hingga kini, atau malah porak- poranda? Jujur harus dikatakan, bahwa selama kurun waktu sekitar satu dasawarsa terakhir, konstruksi kemajemukan mengalami korosi dan pengeroposan oleh perkembangan politik dan perekonomian dalam selubung demokrasi serta dalam kamuflase reformasi. Selama lebih dari satu dasawarsa berjalan, politik dan perekonomian bergerak meluluhlantakkan kemajemukan. Politik identitas berjiwa sektarian justru memosisikan kemajemukan sebagai lawan. Perekonomian bersukma neolibetalistik mencetuskan tradisi tata kelola negara yang menghamba pada mekanisme pasar bebas. Politik dan perekonomian lalu tumpul saat diharapkan mampu mempertegas terwujudnya keadilan. Kita lalu tak dapat mengelak dari kesimpulan, bahwa tergerusnya kemajemukan merupakan sebab pokok timbulnya krisis nasionalisme. Sementara, faktor penyebab kembar hancurnya kemajemukan adalah politik yang sektarianistik dan ekonomi yang neoliberalistik. Geneologi krisis nasionalisme, dengan demikian, sangatlah jelas dan terang benderang. Pada titik ini dunia pendidikan turut diperhadapkan dengan agenda penyelesaian krisis nasionalisme. Dunia pendidikan terkondisikan untuk membentuk kesadaran kritis, bahwa sektarianisme dan neoliberalisme tidak relevan untuk keperluan jangka panjang merawat nasionalisme. Tanpa keterlibatan secara aktif dunia pendidikan melawan sektarianisme dan neoliberalisme, maka krisis nasionalisme akan kian nyata.[]

Transcript of Krisis Nasionalisme Indonesia

KRISIS NASIONALISME INDONESIAEDITORIAL | Pendidikan Kebangsaan, 11 April 2012DI Indonesia, nasionalisme terkonstruksi berlandaskan kemajemukan. Indonesia merupakan negeri majemuk, baik manakala disimak dari aspek suku, agama, ras, etnisitas dan atau golongan-golongan. Bahkan, secara geografis, Indonesia pun berwatak majemuk, ditandai oleh luasnya keanekaragaman hayati. Pada sekitar permulaan abad XX, nasionalisme berbasis kemajemukan itu kian menemukan bentuk atau formatnya. Sangat bisa dimengerti pada akhirnya, mengapa para pendiri bangsa senantiasa mengaitkan nasionalisme Indonesia dengan persatuan dan kesatuan bangsa.Hubungan antara kemajemukan dan nasionalisme, boleh dikata, merupakan hubungan yang bersifat aksiomatik. Sejauh kemajemukan itu terawat utuh, maka sejauh itu pula nasionalisme terpelihara dengan baik. Tetapi sebaliknya, tatkala kemajemukan rajutannya porak-poranda, maka seketika itu pula nasionalisme dilanda krisis. Celakanya, begitu nasionalisme mengalami krisis, mendadak sontak Indonesia kembali berada di bawah banyangan kelam penjajahan dan keterjajahan. Inilah sebuah situasi yang oleh Bung Karno dinarasikan dengan istilah "neoimperialisme" dan "neokolonialisme".Manakala diletakkan ke dalam sebuah skema, corak nasionalisme Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, kemajemukan yang terkelola dengan baik [ditandai oleh kuatnya toleransi dan harmoni] berdampak positif pada kukuhnya nasionalisme. Kedua, kukuhnya nasionalisme bermakna signifikan bagi terciptanya kemandirian dan kedigdayaan Indonesia dalam arena hubungan antarbangsa di dunia. Hanya dengan skema nasionalisme semacam itulah Indonesia mampu membangun daya saing dalam totalitas dialektika hubungan antarbangsa di dunia. Pertanyannya, apakah skema nasionalisme semacam itu masih bertahan hingga kini, atau malah porak-poranda?Jujur harus dikatakan, bahwa selama kurun waktu sekitar satu dasawarsa terakhir, konstruksi kemajemukan mengalami korosi dan pengeroposan oleh perkembangan politik dan perekonomian dalam selubung demokrasi serta dalam kamuflase reformasi. Selama lebih dari satu dasawarsa berjalan, politik dan perekonomian bergerak meluluhlantakkan kemajemukan. Politik identitas berjiwa sektarian justru memosisikan kemajemukan sebagai lawan. Perekonomian bersukma neolibetalistik mencetuskan tradisi tata kelola negara yang menghamba pada mekanisme pasar bebas. Politik dan perekonomian lalu tumpul saat diharapkan mampu mempertegas terwujudnya keadilan.Kita lalu tak dapat mengelak dari kesimpulan, bahwa tergerusnya kemajemukan merupakan sebab pokok timbulnya krisis nasionalisme. Sementara, faktor penyebab kembar hancurnya kemajemukan adalah politik yang sektarianistik dan ekonomi yang neoliberalistik. Geneologi krisis nasionalisme, dengan demikian, sangatlah jelas dan terang benderang. Pada titik ini dunia pendidikan turut diperhadapkan dengan agenda penyelesaian krisis nasionalisme. Dunia pendidikan terkondisikan untuk membentuk kesadaran kritis, bahwa sektarianisme dan neoliberalisme tidak relevan untuk keperluan jangka panjang merawat nasionalisme.Tanpa keterlibatan secara aktif dunia pendidikan melawan sektarianisme dan neoliberalisme, maka krisis nasionalisme akan kian nyata.[]

Jadi Pertanyaan, apa sebenarnya nasionalisme yang sering kita dengar atau mungkin sering kita bicarakan dan bahkan sama sekali kita lupakan? Memang sudah kebiasaan masyarakat kita untuk mengambil yang mudah-mudah: nasionalisme adalah rasa cinta tanah air, atau sebentuk kebanggaan dengan menampilkan warna merah-putih dan lambang garuda di jaket. Bolehlah seperti itu, tapi apa harus berhenti disitu? Apa makna nasionalisme sesungguhnya? Tentunya harus melihat perwujudan dari nasionalisme itu sendiri.Perwujudan nasionalisme tidak harus dengan anti-antian terhadap produk budaya asing, toh istilah nasionalisme sendiri juga merupakan produk budaya asing. Nasionalisme: dari kata nation yang berarti bangsa/kebangsaan dan isme yang selalu dipakai untuk menunjuk paham/ajaran/aliran. Berarti nasionalisme disini adalah paham kebangsaan atau ajaran kebangsaan.Wujud nasionalisme Indonesia adalah pancasila, falsafah atau ajaran bangsa yang tidak sedang dimonopoli oleh partai politik yang sepertinya juga sedang lupa untuk terus mengkampanyekan ajaran bangsa ini. Pun bukan warisan dari salah satu ajaran agama yang ada, salah besar kalau ada anggapan seperti itu, pancasilanya Majapahit dan pancasilanya Indonesia sudah berbeda. Tentang ini nanti kalau ada kesempatan bisa kita bicarakan lebih lanjut, yang pasti sementara yang saya ketahui ajaran pancasila yang masih digunakan dalam agama Budha adalah pancasila yang berisi anjuran dalamsamadiy-sementara belum saya mengerti tentang istilah samadiy ini, apakah sama dengan semedi atau mengheningkan cipta dalam bahasa Indonesia. Cukuplah dulu diketahui bahwa istilah pancasila adalah istilah yang diperkenalkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya tertanggal 1 Juni 1945 dan digunakan untuk menyebut lima dasar negara Indonesia merdeka, yang pasti tidaklah sama antara keduanya yaitu antara pancasilanya IndonesiaKenapa harus pancasila? Sebab inilah kesepakatannya, kesepakatan bahwa kita adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan, bersatu atas dasar musyawarah dan berkeadilan. Lalu bagaimana nasionalisme ala pancasila ini? Tentunya dapat kita kaji intisari dari pancasila yang lima sila ini.Berangkat dari pendapat Soekarno tentang pancasila, bagi soekarno pancasila yang lima sila ini dapat diperas menjadi trisila yaitu sosionasionalisme, sosiodemokrasi dan ketuhanan Yang Maha Esa. Sosionasionalisme adalaha gagasan yang dirumuskan Soekarno tentang nasionalisme yang layak diterapkan di Indonesia.Dalam artikel yang ia tulis tahun 1932,Demokrasi-Politik dan Demokrasi Ekonomi, Soekarno menyinggung inti dari sosio-nasionalisme yang ia rumuskan;Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia.. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada menselijkheid. Nasionalismeku adalah nasionalisme kemanusiaan, begitulah Gandhi berkata,Nasionalisme kita, oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru yang kami sebut: sosio-nasionalisme. Dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah demokrasi yang kami sebutkan: sosio-demokrasi.Jelas sudah bahwa nasionalisme Indonesia haruslah nasionalisme yang bertujuan mencapai kebahagiaan umat manusia dan bukannya nasionalisme yang mengagung-agungkan negeri ini di kancah internasional saja. Maka dari itu, Soekarno menginginkan yang menjadi landasan nasionalisme Indonesia adalah kemanusiaan. Bukan pula nasionalisme yang mengisolasi dirinya terhadap dunia luar. Sosionasionalisme secara singkat adalah nasionalisme yang tidak hanya mencintai tanah airnya semata tapi lebih mendasarkan diri pada kecintaan terhadap rakyat jelata dan nasionalisme yang memperjuangkan nasib rakyat jelata, yang dengan demikian adalah nasionalisme yang memperjuangkan perbaikan hidup sesama.Sosiodemokrasi adalah demokrasi yang tidak sama dengan demokrasinya liberal yang hanya mengurusi kehidupan politik, tapi demokrasi yang mengurusi juga kehidupan ekonomi dan sosial budaya, yang berarti segala urusan kemasyarakatan, bangsa dan negara adalah diatur secara gotong royong baik kehidupan ekonominya, politiknya dan sosial budayanya, jadi pada dasarnya tidak berlaku apa yang disebutindividualistisdi Indonesia.Ketuhanan Yang Maha Esa, sekiranya sudah cukup jelas hal ini, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, bangsa yang beragama meskipun bukan merupakan negara agama. Sekiranya cukup pulalah dengan bertuhan, tetap mengakui eksistensi Tuhan maka segala masalah-persoalan terselesaikan, tapi sering kita temui masyarakat kita sering lupa akan Tuhan, bahkan kita sendiri juga seringnya lupa kalau bertuhan, banyaknya kasus korupsi yang terungkap bukannya mengeliminir tindakan korupsi tersebut, yang terjadi adalah malah menghebatnya kasus-kasus korupsi yang menunjukkan bahwa Tuhan serasa hilang dibenak kita. Saya katakan kita sebab diam-diam terkadang kita turut bermental maling, mumpung nggada yang lihat nyuri dulu ah atau maksiat dulu ahLebih lanjut dari trisila ini menurut Soekarno juga masih dapat diperas menjadi eka sila: gotong royong, inilah inti dari pancasila yang telah disepakati lahir pada tanggal 1 Juni 1945. Sebagaimana semboyan yang melekat pada lambang Negara garuda pancasila yaitu bhineka tunggal ika yang lengkapnya bhineka tunggal ika, tan hanna dharma mangrwa yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, tidak ada kebenaran yang mendua atau berbeda tapi tetap satu, gotong royong yang utama.Demikian nasionalisme Indonesia yang seharusnya berbeda dengan nasionalisme Eropa, nasionalime yang tidak hanya sekedar kebanggan dan rasa cinta tanah air semata, tapi nasionalisme yang atas dasar kegotong royongan, yaitu nasionalisme yang memperjuangkan perbaikan hidup sesama.

Pengertian Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah pecinta dan pembela tanah air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah air. Pengertian Patriotisme adalah sikap untuk selalu mencintai atau membela tanah air, seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran tanah air.Atau

Patriotisme atau Kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna sesuatu tugas Besar dan Cita2 Besar sebagai perluasan dari Pahlawan adalah ia yang berkorban untuk Tugas besar dan Cita2 besar [Un hero est celui, qui se sacrifie a un grand devoir, ou a une grande ide; Livre dOr, De la Comptesse Diane]. Kepahlawanan bukan monopolinya seseorang atau segolongan tetapi Kepahlawanan adalah suatu perhiasan watak, yang setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia bersedia berkorban untuk un grand devoir (untuk sesuatu Tugas besar) atau untuk une grand ide (untuk sesuatu Cita2 besar).

Tugas besar dan Cita-cita besar itu ialah tidak lain daripada hidup merdeka, bernegara kebangsaan, sederajat dengan bangsa2 lain dalam keadaan mana Rakyat semua memperkembangkan dan dapat menyuburkan nilai2 kemanusiaannya. Dan bila yang dimaksud dengan semangat Kepahlawanan itu adalah cara berdaya dan berusaha untuk menjalankan Tugas besar dan Cita2 besar itu, maka teranglah kiranya, bahwa cara amal dan cara perbuatan itulah yang penting sekali.

Amal dan perbuatan, dijiwai dengan semangat bersedia untuk berkorban, menentukan nilai dan mutu Kepahlawanan setiap orang. Dan tidak sedikit pula yang diharapkan dari kita semua amal dan perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang nyata daripada Rakyat kita dewasa ini.

Untuk itupun diperlukan dari kita sekalian keberanian dan kejujuran dalam menilai keadaan dan perasaan Rakyat kita yang sebenar-benarnya. Untuk Negara Pancasila, para pahlawan Rakyat kita dulu itu berjoang dan berkorban ! Dan mereka meninggalkan kepada kita dewasa ini, suatu Amanat suci dan Amanat keramat yakni Amanat Kepahlawanan Rakyat Indonesia, amanat tentang caranya melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat kita.

Pada pokoknya, cara-cara perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur dan ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Patriotisme Pemuda

Patriotisme pemuda Indonesia telah memiliki peranan penting dalam mengubah perjalanan sejarah bangsa. Mulai dari Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga era reformasi 1998. Semuanya tak lepas dari peran pemuda pada saat itu.

Semangat patriotisme generasi muda ini masih diperlukan kendati kemerdekaan Republik Indonesia telah memasuki usia yang ke 64 tahun. Bagaimana generasi muda saat ini membuktikan patriotismenya kepada bangsa dan negara ?

Menurut saya banyak cara yang bisa dilakukan para generasi muda untuk menunjukkan rasa patriotismenya. Yakni dengan mengisi kegiatan sehari-harinya dengan hal-hal yang positif dan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa. Seperti lewat kegiatan olahraga, seni, diskusi, pendidikan dan lain sebagainya.

Generasi muda yang anti patriotisme adalah mereka-mereka yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan, norma sosial dan agama serta yang dapat merugikan dirinya sendiri. Seperti mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang, gemar minum minuman keras, pergaulan bebas dan sejenisnya adalah bentuk dari sikap anti patriotisme.

Seharusnya para pemuda indonesia menerapkan prinsipStudent Today, Leader Tomorrow. Maksudnya pemuda harus terus belajar meningkatkan kualitas dirinya, sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik. Karena Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk jiwa patriotisme para generasi muda.

Ciri-ciri patriotisme, yaitu:1.cinta tanah air;2.menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan individu;3.tidak kenal menyerah;4.rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.

Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan jiwa patriotisme,di antaranya:1.upacara hari besar kenegaraan;2.mengikuti kegiatan bakti sosial;3.mengikuti kegiatan kepemudaan, seperti pramuka dan palang merah remaja;4.mengikuti apresiasi seni budaya.B. B. Sikap Patriotisme

Selain memiliki sikap kepahlawanan para pejuang bangsa kita juga memiliki sikap patriotisme. Apa yang dimaksud dengan patriotisme? Patriotisme artinya cinta tanah air. Para pahlawan pendahulu kita berjuang mengusir penjajah tentunya didasari oleh rasa cinta tanah air. Mereka tidak rela bangsanya diinjak-injak oleh para penjajah. Seperti yang sudah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura dalam riwayat di atas. Sikap patriotisme tidak hanya dimiliki oleh para pahlawan bangsa. Sebagai warga negara yang baik kita pun harus memiliki sikap patriotisme. Siapa lagi yang mencintai bangsa ini kalau bukan kita, warga negara Indonesia? Perjuangan kita saat ini sudah bukanlah perjuangan melawan para penjajah. Setelah merdeka, justru tantangan semakin besar. Kita saat ini mesti berjuang melawan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam banyak hal. Wujud sikap patriotisme antara lain sebagai berikut:

1.Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri Mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri merupakan bagian dari cinta tanah air. Dengan menggunakan produk dalam negeri berarti kita memberi keuntungan kepada warga Indonesia sendiri. Baik pembuatnya ataupun pedagangnya. Berarti juga memberi keuntungan kepada negara. Sebenarnya produk-produk dalam negeri tak takkalah dengan produk luar negeri. Bahkan banyak produk-produk asli buatan Indonesia yang ditiru orang luar negeri.2.Tidak merusak lingkungan hidup Lingkungan hidup haruslah dijaga kelestariannya. Merusaknya berarti kita tidak mencintai tanah air. Lingkungan hidup yang rusak akan merugikan manusia sendiri.3.Ikut serta memelihara fasilitas umum Fasilitas umum merupakan sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk kebutuhan masyarakat. Contohnya adalah telepon umum, jembatan, halte, kereta api dan lain-lainnya. Jika kita merusak fasilitas umum akan merugikan orang lain dan negara. Kita sendiri juga tidak dapat menggunakannya lagi.4.Ikut serta dalam pembangunan bangsa Negara kita harus terus membangun agar lebih maju dan kehidupan rakyatnya lebih baik. Bila kita ingin mencintai tanah air, maka kita harus ikut serta dalam pembangunan. Ikut serta dalam pembangunan bisa diwujudkan dengan taat membayar pajak, menjadi pegawai yang baik, dan sebagainya.5.Mentaati peraturan yang ada Peraturan dibuat agar masya-rakat tertib dan nyaman. Jika kita melanggar peraturan akan merugikan diri kita sendiri. Bahkan orang lain dan negara juga akan dirugikan. Berarti jika kita melanggar peraturan berarti kita tidak cinta tanah air.6.Melestarikan budaya bangsa Budaya bangsa merupakan kekayaan bangsa. Menjaga keles-tarian budaya bangsa berarti mencintai bangsa dan tanah air. Kita harus bangga memiliki budaya bangsa yang beragam dan unik. Orang asing saja banyak yang mengagumi budaya bangsa kita. Termasuk melestarikan budaya bangsa adalah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Contoh sikap patriotisme dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak. Kamu bisa memulai dari hal yang sederhana. Sebagai siswa kamu dapatmenunjukkan sikap patriotisme dengan cara belajar yang rajin. Sebab dengan belajar yang rajin berarti kamu sudah ikut serta dalam perjuangan memberantas kebodohan dan keterbelakangan. Kamupun dapat mewujudkan sikap pariotisme dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Dapatkah kamu memberi contoh lain dari sikap patriotisme yang dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari?C. Manfaat sikap Patriotisme

Kita tahu patriotisme merupakan wujud sikap cinta tanah air. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menyentuh aspek jiwa pada pelajar. Patriotisme membawa kemajuan bangsa apalagi dalam bidang pendidikan. Sikap patriotisme, nasionalisme, dan hidup mandiri merupakan hal yang sangat penting. Karena akan membawa kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa. Program ini harus ditanamkan pada anak sejak dini. Dengan menanamkan sikap tersebut sejak dini generasi penerus kita mampu bertindak sesuai dengan nuraninya dan mampu membangun bangsa tanpa tergantung pada bangsa lain.Mengingat pentingnya hal tersebut sehingga harus diajarkan pada anak sejak usia dini. Sebab pendidikan yang diberikan pada anak sejak dini dapat memberikan dasar pengetahuansecara spiritual, emosional, dan intelektual dalam mencapai potensi yang optimal. Jika pendidikan sudah diberikan dengan tepat sesuai dengan bakat dan lingkungan peserta maka lima atau sepuluh tahun ke depan negara kita akan memiliki aset SDM yang berkualitas dan tangguh sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dan memiliki keunggulan

Manfaat Sikap Patriotisme Dalam Pendidikan

Kita tahu patriotisme merupakan wujud sikap cinta tanah air. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menyentuh aspek jiwa pada pelajar. Patriotisme membawa kemajuan bangsa apalagi dalam bidang pendidikan. Sikap patriotisme, nasionalisme, dan hidup mandiri merupakan hal yang sangat penting. Karena akan membawa kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa.

Program ini harus ditanamkan pada anak sejak dini. Dengan menanamkan sikap tersebut sejak dini generasi penerus kita mampu bertindak sesuai dengan nuraninya dan mampu membangun bangsa tanpa tergantung pada bangsa lain. Mengingat pentingnya hal tersebut sehingga harus diajarkan pada anak sejak usia dini. Sebab pendidikan yang diberikan pada anak sejak dini dapat memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual dalam mencapai potensi yang optimal. Jika pendidikan sudah diberikan dengan tepat sesuai dengan bakat dan lingkungan peserta maka lima atau sepuluh tahun ke depan negara kita akan memiliki aset SDM yang berkualitas dan tangguh sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dan memiliki keunggulan.

C.Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Jiwa Patriotisme pada Kalangan Generasi Penerus Bangsa

Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan jiwa patriotisme pada kalangan generasi penerus bangsa Indonesia, diantaranya pengaruh globalisasi dan informasi, serta kurangnya pendidikan fisik terutama di bidang kesejarahan. Hal ini seakan

menjadi ancaman serius bagi generasi muda dalam memaknai dan menggelorakan semangat kemerdekaan di dalam jiwa mereka.

Penyebab utama dari memudarnya semangat patriotisme dan kebangsaan dari generasi penerus bangsa terutama disebabkan contoh yang salah dan kurang mendidik yang diperlihatkan generasi tua atau kaum tua yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya daripada mendahulukan kepentingan bangsa dan rakyat. Kaum tua juga tidak memberikan contoh sikap disiplin dan rasa tanggungjawab terhadap suatu apapun.

Kurangnya patriotisme dan hilangnya spirit kemerdekaan di kalangan generasi penerus bangsa saat ini ternyata membawa dampak atau pengaruh yang cukup besar terhadap keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini.

E. D. Cara Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air/Jiwa Patriot Negara Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya kita menghormati bangsa dan negara kita sendiri apapun adanya dan kondisinya. Orang-orang yang tidak menghormati serta membenci bangsa dan negara tempat kelahirannya bisa disebut sebagai penghianat. Apa salahnya tanah air kita yang begitu kaya raya dan indah, karena kesalahan hanya ada pada manusia-manusianyalah yang menciptakan kebencian.

Dengan adanya rakyat yang mencintai tanah airnya, maka negara akan aman dari berbagai macam gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar negara. Dengan cinta tanah air kita dapat bahu membahu membangun negri ini agar bisa sejajar dengan negara-negara maju. Dengan menyayangi negara indonesia ini kita akan berupaya sekuat tenaga memberikan yang terbaik bagi sesama, bukan malah menghancurkannya. Banyak pihak asing yang ingin menguasai dan merusak negara kita, sehingga perlu kita jaga dan pertahankan hingga titik darah penghabisan. Kalau bukan kita siapa lagi? dan kita mau tinggal di mana kalau kita kehilangan negara ini.Tips Cara Memunculkan/Men Serta Meningkatkan Rasa Cinta Terhadap Tanah Air Dan Bangsa (Jiwa Patriotisme) Indonesia :1.Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan kita serta menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan.2.Menghormati upacara bendera sebawai perwujudan rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia.3.Menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya.4.Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal bisa maju sejajar dengan pengusaha asing.

5.Ikut membela mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas.6.Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan yang salah sesuai dengan mekanisme yang berlaku.7.Membantu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia kepada warga negara asing baik di dalam maupun luar negeri serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencoreng-moreng nama baik bangsa indonesia.8.Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar pada acara-acara resmi dalam negeri9.Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia.10.Membantu mewujudkan ketertiban dan ketentraman baik di lingkungan sekitar kita maupun secara nasional.F. E. Tata Upacara Bendera Sebagai Contoh Patriotisme

Peran Tata Upacara

Jiwa patriotisme akan terbentuk dan terpelihara melalui upacara bendera yang mempunyai peranan :Penerapan sikap disiplin;Media penginformasian UUD 45 dan Pancasila;Menumbuhkan rasa cinta tanah air;Media pemersatu bangsa;Menumbuhkan rasa memiliki terhadap bangsa;Menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa;Penghormatan jasa-jasa pahlawan;Menumbuhkan rasa rela berkorban demi bangsa.

Dari peranan diatas tergambar jelas jiwa patriotisme memiliki arti semangat cinta tanah air dan rela berkorban yang terdapat dalam upacara bendera.

Jiwa patriotisme akan tumbuh apabila seseorang merasa dirinya mempunyai peran dan tanggung jawab akan bangsa dan negaranya. Loyalitas, produktifitas dan integritas termuat dalam jiwa patriotisme yang sebagian kecil dapat tercermin dalam upacara bendera.

Tanggal28 Oktobertelah berlalu. hari itu adalah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa indonesia. Hari terjadinya sumpah bersama seluruh organisasi-organisasi pemuda, membulatkan suara dengan ikrar,satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yakni bahasa Indonesia.Sejarah telah membuktikan bahwa ikrar benar-benar yang dipegang teguh, benar-benar sumpah yang dijiwai semangat yang teguh. Bukan ikrar yang tinggal ikrar atau Sumpah yang menjadi sampah. ini dibuktikan oleh semangat persatuan dan perjuangan merebut dan memperthankan kemerdekaan dari tangan penjajah. berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raga. seluruh lapisan masyarakat terlibat bersama serta saling bahu membahu. Generasi tua, apalagi generasi mudanya sama-sama terlibat dalam perang fisik dan perang mental.Terdapat pada peristiwa 10 Nopember 1945, yanitu suatu pertempuran antara rakyat Indonesia dengan penjajah, dimana rakyat kita menunjukkan semangat yang luar biasa. pada saat itu semangat patriotisme muda tampak jelas. Hal ini dapat dimengerti, karena memang situasinya menghendaki demikian, dimana semangat itu langsung diuji. Sekarang ini perang tidak ada lagi di Negara ini, situasi telah berubah dan bentuk perjuangan telah berubah pula. bangsa kita sekarang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan itu dengan mengisi pembangunan dalam rangka mencapai tujuan kemerdekaan itu sendiri.Kata patriot berasal dari bahasa latin yaitu :patriayang berarti tanah air. Dalam bahasa Inggris patriot diartikan :one who is devoted to his countryatauNational Loyalty. Walaupun definisi ini bukan definisi yang paling tepat, paling tidak kita sudah dapat menggambarkan maksud dari kata-kata itu. Patriotisme ini perlu dimiliki oleh setiap warga negara suatu bangsa, karena hal itu merupakan modal utama untuk menumbuhkansense of belongingdansense of responsibility, serta merupakan hal esensial dalam melaksanakan berbagai perjuangan.Perasaan patriotisme (sentiment of patriotism) itu tidak mempunyai standar tertentu, tetapi perasaan itu ada dalam setipa diri manusia. hal itu disebabkan bahwa dalam jiwa manusia itu ada perasaan cinta dan setia. Perasaan setia dan setia ini termasuk golongan sifat yang terpuji. Oleh sebab itumasalahnya tidak lepas dari masalah nilai-nilai moral (moral values). Secara naluriah, hati nurani manusia itu cenderung untuk nilai-nilai yang baik. memang diakui adanya penyimpangan dari hal tersebut, akan tetapi itu disebabkan oleh hal-hal yang mendatang kemudian. ini tidak akan terjadi selama manusia itu sadar akanself-interestdanself-esteemyang ada padanya sebagai salah satudari sekian banyak individu. Sifat setia dan cinta inilah yang merupakanmental potential pada diri seseorang yang dapat berkembang keluar darinya.(JA)

Apakah patriotisme itu? Apakah cinta dengan tempat lahir seseorang, tempat seseorang mengenang masa kecil, mimpi dan aspirasinya? Dengan sebuah tempat, dimana kita dengan jiwa kekanak-kanakan memandang awan yang bergerak dan bertanya mengapa kita tak dapat begerak secepat awan itu? Dengan tempat dimana kita melihat bintang-bintang betebaran di langit? Dengan tempat dimana kita mendengar kicauan burung dan berangan-angan ingin bisa terbang seperti burung ke tempat nun jauh? Atau, apakah cinta dengan tempat kita dipangku ibu mendengar dongeng-dongengnya? Singkatnya, apakah patriotisme itu adalah cinta dengan setiap jengkal tempat dimana kita dibesarkan dan bermain, dimana kita dapat mengenang masa kecil yang penuh dengan kegembiraan?

Kalau itu adalah patriotisme, hanya sedikit orang Amerika yang bisa menjadi patriotik, karena tempat bermainnya sudah dibangun menjadi pabrik-pabrik dan dengungan mesin telah menggantikan musik (kicauan) burung.

Kalau begitu, apakah patriotisme itu? Leo Tolstoy, anti patriotisme terbesar zaman ini, mendefinisikan patriotisme sebagai suatu prinsip yang membenarkan pelatihan pembunuh; suatu usaha yang memerlukan peralatan yang lebih canggih untuk membunuh manusia daripada untuk membuat keperluan manusia, misalnya, sepatu, pakaian dan rumah; usaha yang dapat membawa kebesaran dan sukses, lebih daripada usaha-usaha lain.

Gustava Herve, juga seorang anti patriot yang besar, mengartikan patriotisme dengan tepat. Menurutnya, patriotisme adalah takhyul yang lebih bahaya dan brutal daripada agama. Takhyul agama berasal dari ketidak mampuan manusia untuk menjelaskan fenomena alami. Misalnya, ketika seorang manusia primitif mendengar geledek dan melihat kilat, dia tidak dapat menjelaskan kejadian itu dan menganggap bahwa ada kekuatan yang lebih besar darinya. Dia juga akan menganggap semua fenomena lain, seperti hujan sebagai fenomena gaib. Lain dengan patriotisme yang merupakan takhyul yang diciptakan dan dipertahankan secara artifisial, melalui jaringan penipuan dan kebohongan; tahkyul yang merebut kehormatan seseorang dan membuatnya sombong.

Memang, egoisme dan kesombongan adalah sifat-sifat yang harus dimiliki seorang patriot. Saya akan coba menjelaskan pernyataan di atas. Paham patriotisme menganggap bahwa dunia ini terpecah menjadi bagian -begian kecil, setiap bagian dikelilingi pintu besi. Mereka yang beruntung (kebetulan) lahir dalam sebuah bagian tersebut, akan menganggap diri mereka lebih tinggi derajatnya, lebih pandai dan lebih segala-galanya (dibandingkan dengan manusia di luar pintu besinya). Jadi merupakan tugas bagi setiap orang yang lahir di bagian yang terpilih itu untuk berperang, membunuh dan mati untuk membuktikan "kebenaran dan kelebihannya" kepada orang lain di luar pintu besinya.

Mereka yang tinggal di bagian-bagian lain, akan mempunyai jalan pikir yang sama. Sudah pasti demikian, karena sejak masih kanak-kanak pikiran mereka sudah diracuni dengan cerita-cerita yang penuh prasangka (untuk menimbulkan kebencian) terhadap orang-orang asing. Ketika anak -anak itu sudah menjadi dewasa, pikirannya sudah dipenuhi dengan kepercayaan bahwa dia adalah yang "terpilih" oleh Tuhan untuk membela negaranya dari serangan orang-orang asing. Untuk memenuhi maksud tersebut, kita di Amerika, mempersiapkan angkatan bersenjata, amunisi dan kapal perang yang semakin megah dan yang jumlahnya semakin banyak.

Untuk memenuhi maksud patriotismne, baru-baru ini, Amerika mengeluarkan empat ratus juta dolar dalam waktu yang singkat. Cobalah kita pikirkan, empat ratus juta dolar yang diambil dari hasil keringat warga negara (mereka yang membayar pajak). Sudah pasti, bukanlah orang-orang kaya yang menunjang patriotisme. Mereka (orang-orang kaya) adalah manusia kosmopolitan, merasa "di rumah" di setiap negara. Kita di Amerika, tahu mengenai fakta ini dengan jelas sekali; bukankah, orang kaya Amerika, menjadi orang Perancis di Perancis, orang Jerman di Jerman, atau orang Inggris di Inggris. Tetapi patriotisme itu bukanlah untuk mereka yang berkuasa dan yang kaya. Patriotisme, seperti agama, cukup diterapkan bagi orang awam. Kita diingatkan kepada Frederick the Great, kawan dekat Voltaire, yang berkata, " agama adalah penipuan (yang terorganisir), tetapi harus dipertahankan untuk orang awam ".

Patriotisme adalah sebuah institusi yang mahal, tidak ada orang yang akan menyangkalnya setelah meneliti statistik di bawah ini. Kenaikan perbelanjaan militer (darat dan udara) yang besar mengejutkan setiap pelajar ekonomi yang kritis. Dari tahun 1881 sampai 1905, perbelenjaan militer Inggris naik dari $ 2.101.848.936 ke $4.143.226.885; bagi Perancis, dari $3.324.500.000 ke $3.455.109.900; bagi Jerman, dari $725.000.200 ke $ 2.700.375.600; bagi Rusia, dari $ 1.900.975.500 ke $ 5.250.445.100; bagi Amerika, dari $ 1.275.500.750 ke $ 2.650.900.450; bagi Itali, dari $ 1. 600.975.750 ke $1.755.500.100; bagi Jepang, dari $182.900.500 ke $ 700.925.475.

Dalam periode 1881-1905 kenaikan dalam pengeluaran untuk angkatan bersenjata Inggris naik empat kali lipat; Amerika, tiga kali lipat; Rusia, dua kali lipat; Jerman 35%; Perancis 15%; dan bagi Jepang, hampir 500%.

Secara proporsi, pengeluaran militer (darat dan udara) negara-negara tesebut dari total pengeluaran negara, juga naik (untuk periode 1881-1905)): Di Inggris dari 20 ke 37%, di Amerika dari 15 ke 23%, di Prancis dari 16 ke 18%, di Itali dari 12 ke 15%, di Jepang dari 12 ke 14%. Tetapi, di Jerman, pengeluaran untuk militer menurun dari 58 ke 25%; penurunan ini terjadi karena kenaikan dalam pengeluaran untuk hal-hal yang lain yang luar biasa besar jumlahnya.

Perbelanjaan untuk angkatan laut juga sama luar biasa besarnya. Dalam periode yang sama, kenaikan dalam pengeluaran marinir adalah sebagai berikut: Inggris, 300%; Perancis, 60%; Jerman, 600%; Amerika, 525%; Rusia, 300%; Itali, 250%; Jepang, 700%.

Dalam periode 1881-1885, pengeluaran untuk angkatan laut Amerika adalah $6.20 untuk setiap $100 pengeluaran negara; jumlah ini naik menjadi $6.60 dalam lima tahun berikutnya, menjadi $8.10 pada lima tahun berikutnya dan akhirnya, $16.10 untuk periode 1901-1905. Kita bisa pasti, berdasarkan statistik yang ada, bahwa pengeluran tersebut akan terus naik di tahun-tahun berikutnya.

Kenaikan anggaran perbelanjaan militer dapat kita ilustrasikan lebih jauh dengan menghitung perbelanjaan tersebut sebagai pajak per kapita. Dari (lima tahun) periode pertama (1801-1805) sampai periode kelima (1901-1905), perbandingan pengeluran militer sebagai pajak per kapita dapat kita lihat: di Inggris, dari $18,47 ke $52,50; di Perancis dari $19,66 ke $23.62; di Jerman dari $10,17 ke $15.51; di Amerika dari $5.62 ke $13,64; di Rusia dari $6,14 ke $8,37; di Itali dari $9,59 ke $11,24; di Jepang dari $0,86 ke $3,11.

Penghamburan yang luar biasa yang dibutuhkan patriotisme, merupakan alasan yang cukup untuk menyembuhkan orang yang mempunyai kepandaian rata-rata dari penyakit tersebut.

Orang-orang awam digalakkan untuk menjadi patriotik, dan untuk kemewahan tersebut mereka harus bersedia untuk membantu pembela-pembela negara dan kadang mengorbankan anak mereka. Patriotisme membutuhkan kesetiaan seseorang terhadap bendera, yang artinya kesediaan untuk membunuh ibu, bapa dan sanak saudara.

Alasan pro-militarisme yang sering kita dengar adalah "kita membutuhkan angkatan bersenjata untuk menjaga negara kita dari serangan orang asing." Setiap orang yang pandai tentunya tahu bahwa alasan tersebut hanya dipakai untuk menakut-nakutkan dan memaksa mereka yang jahil. Pemerintah negara-negara di dunia mengetahui keinginan masing-masing dan tidak akan secara sembarang menyerang satu sama lain. Mereka tahu bahwa keinginan mereka bisa dicapai dengan lebih efektif dengan diplomasi. Bahkan, menurut Carlyle, "perang adalah perrgaduhan antara dua orang pencuri yang terlalu takut untuk berperang sendiri; jadi mereka memakai mereka merekrut orang-orang, memberikan mereka seragam dan senjata, dan membiarkan mereka lepas seperti binatang liar membunuh satu sama lain.

Setiap perang yang dikaji, pasti mempunyai sebab yang sama. Misalnya perang Spanyol-Amerika, yang dikatakan sebagai perang yang hebat dan penuh nilai patriotik dalam sejarah Amerika. Bagaimana perasaan kita dipenuhi dengan kemarahan terhadap orang Spanyol yang kejam! Betul, bahwa kemarahan kita tidak bangkit secara spontan. Perasaan itu dibangkitkan dengan agitasi koran-koran selama berbulan-bulan.

Tetapi setelah perang usai dan yang gugur telah dikubur; akibat perang itu dirasakan oleh orang awam, dalam bentuk kenaikan harga barang-barang dan harga sewa rumah. Setelah kita sadar dari buaian patriotisme, tiba-tiba kita tahu bahwa sebab perang Spanyol-Amerika adalah karena harga gula; atau secara lebih kasar, nyawa, darah dan uang orang Amerika telah dipakai untuk menjaga interest kapitalis Amerika dalam perdagangan gula. Pernyatan di atas tidaklah dilebih-lebihkan, tetapi berdasarkan fakta dan angka.

Penggunaan kekerasan seperti yang disebutkan di atas juga bukan insiden yang langka, contohnya adalah kebijakan pemerintah Amerika terhadap buruh-buruh di Kuba. Ketika Kuba masih dikuasai Amerika, pasukan yang sama yang membebaskan Kuba, diperintahkan untuk menembak buruh tembakau Kuba yang sedang mogok kerja.

Bukanlah hanya kita (di Amerika) yang melakukan perang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penyebab perang Rusia-Jepang yang brutal telah diumumkan oleh menteri perang Rusia, Kuropatkin. Kaisar Rusia dan kerabatnya baru berinvestasi dalam usaha pembuatan peralatan perang, dan maksud perang tersebut adalah untuk membuka pasar bagi peralatan perang tersebut.

Alasan bahwa kekuatan militer yang besar adalah jaminan untuk menjaga perdamaian sama logikanya dengan pernyataan bahwa individu yang merasa damai adalah dia yang menjaga dirinya dengan persenjataan yang berat. Pengalaman membuktikan bahwa individu yang bersenjata mempunyai tendensi untuk memamerkan "kekuatannya". Begitu juga halnya dengan pemerintah. Negara yang benar-benar ingin perdamaian tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk persiapan perang; inilah perdamaian abadi. Tetapi keinginan untuk memperbesar kekuatan militer bukanlah karena ancaman dari luar. Ancaman datang dari dalam negeri; ketidak puasan masa dan buruh atas pemerintah. Angkatan bersenjata dipersiapkan untuk menangani musuh-musuh internal tersebut; musuh yang kalau telah kesadarannya bangkit, akan jauh lebih berbahaya daripada kekuatan asing dari manapun.

Institusi negara adalah kekuatan yang telah beratus-ratus tahun memperbudak masa melalui penguasaan psikologi masa. Aparatus negara tahu bahwa sebagian besar masa adalah anak kecil yang bisa dibujuk dengan mainan. Dan kalau mainan ini semakin berwarna-warni, mereka akan semakin suka.

Angkatan bersenjata sebuah negara merupakan "mainan" tersebut. Untuk membuat "mainan" itu lebih menarik ratusan ribu dolar telah dipakai untuk "menghiasinya". Contohnya: pemerintah Amerika mengirim satu konvoi angkatan laut ke Pasifik supaya setiap warga negara Amerika merasa bangga dengan negaranya itu. Kota San Fransisco menghabiskan seratus ribu dolar untuk menyambut konvoi tersebut; Los Angeles, enam puluh ribu; Seattle dan Taccoma sekitar serartus ribu. Untuk menyambut konvoi tersebut?? Untuk makan dan minum dengan prajurit-prajurit pangkat atas, sedangkan prajurit-prajurit (bawahan) lainnya harus melakukan unjuk rasa untuk sekedar makan yang cukup. Ya, dua ratus enam puluh ribu dihabiskan untuk petasan, pesta dan foya-foya, pada waktu kaum perempuan dan kanak-kanak sedang mengalami kelaparan di seluruh negara; ketika ribuan penganggur bersedia untuk menjual tenaga mereka semurah-murahnya.

Dua ratus enam puluh ribu dolar! Apa yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak itu? Tetapi, bukan untuk roti dan rumah; anak-anak kota-kota tersebut diajak untuk melihat pesta penyambutan angkatan laut tersebut, supaya mereka ingapat dijatuhkan dari pesawat terbang ke target masyarakat. Kita merasa bangga mengetahui bahwa Amerika akan menjadi negara terkuat di dunia, dan kemudian akan menanamkan kaki besinya di leher negara-negara lain. Itu semua adalah logika patriotisme.

Tetapi, segala dampak buruk patriotisme terhadap masyarakat awam tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penghinaan dan luka yang dirasakan mereka yang bekerja di militer. Mereka adalah korban kejahilan dan takhyul yang patut dikasihani. Dia, pembela dan penjaga negara, apakah yang dapat diberikan patriotisme terhadap seorang prajurit? Sehari-harinya mereka harus selalu tunduk. Kehidupan mereka penuh dengan kebiasaan buruk (vice), bahaya dan kematian. Ketika saya sedang dalam tur memberikan kuliah di San Fransisco, saya mengunjungi sebuah tempat yang paling indah. Dari sana kita dapat melihat "the Bay" dan "Golden Gate Park". Tempat itu semestinya digunakan untuk sebuah taman untuk anak-anak dan untuk pertunjukan musik. Tetapi, di tempat itu dibangun barak militer yang jelek.

Di barak yang menyedihkan tu, prajurit-prajurit diangon seperti binatang. Di situ mereka membuang waktu mengelap sepatu lars dan lencana mereka untuk diperlihatkan kepada pemimpin mereka. Kehidupan bagi prajurit seringkali tidak mempersiapkannya untuk hidup kembali secara normal dalam masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi mereka yang mempunyai keterampilan, kadang mereka tidak bisa beeradaptasi dengan kehidupan normal, dan keterampilannya tersebut tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Mereka terbiasa dengan kehidupan yang "idle" (pasif) dan penuh dengan petualangan (adventure). Tidak ada pekerjaan normal yang bisa memuaskan diri mereka. Pendek kata, mereka tidak lagi dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tetapi, biasanya yang masuk barak itu adalah eks tahanan; karena mereka susah mencari penghidupan atau memang karena mentalitas mereka sesuai dengan kehidupan militer. Sesudah kontrak militer selesai, biasanya mereka akan kembali kepada kehidupan kriminal, lebih zalim dari sebelumnya. Di Amerika memang lumayan banyaknya eks serdadu yang meringkuk di penjara; dan angkatan bersenjata juga dipenuhi dengan eks tahanan.

Dari semua akibat patriotisme yang telah saya jelaskan, yang paling merusakkan adalah pelecehan harga diri seseorang seperti yang diderita oleh serdadu William Buwalda. Karena dia dengan bodohnya percaya bahwa dia bisa menjadi seorang tentara dan juga dapat menerima hak penuhnya sebagai manusia, otoritas militer telah memberikan hukuman berat baginya.

Memang betul bahwa dia telah bertugas untuk negara selama lima belas tahun, dan dalam waktu itu, arsipnya bersih dan sempurna. Menurut Jendral Funston yang meringankan hukumannya menjadi tiga tahun penjara, "tugas seorang serdadu adalah kesetiaan yang tidak dapat dipertanyakan kepada pemerintah, meskipun dia tidak setuju dengan pemerintah tersebut." Funston telah menjelaskan arti kesetiaan. Menurutnya, jika seseorang masuk militer, dia secara otomatis menolak Deklarasi Kemerdekaan (bagi dirinya).

Memang suatu perkembangan yang aneh, patriotisme membuat seorang mahluk yang berpikir menjadi mesin yang terprogram. Untuk membenarkan hukuman yang dijatuhkannya kepada Buwalda, Funston memberi tahu orang Amerika bahwa tindakan serdadu itu adalah "tindakan kriminal yang serius yang sama beratnya dengan pengkhianatan ." Apakah tindakan tersebut? William Buwalda adalah salah satu dari seribu lima ratus orang yang menghadiri sebuah pertemuan di San Fransisco, dan dia berjabat tangan dengan orator Emma Goldman.

Buwalda telah memberikan hidup dan kejantanannya bagi negaranya. Tetapi semua itu tidak ada artinya. Patriotisme, seperti monster yang tak pernah kenyang, menghendaki semuanya. Patriotisme tidak mengakui bahwa seorang serdadu itu juga adalah seorang manusia, yang mempunyai perasaan dan opininya sendiri, kesukaan dan pahamnya. Tidak, patriotisme tidak dapat mengakui itu. Hal itu adalah pengalaman yang harus dipelajari oleh Buwalda; pelajaran yang mahal. Kalau dia sudah dibebaskan, dia akan kehilangan kerjanya di militer tetapi dia akan memperoleh kembali harga dirinya. Setelah usai, kebebasan itu memang berharga tiga tahun penjara.

Seorang penulis mengenai kondisi militer Amerika, dalam sebuah artikel baru-baru ini , memberikan komentar tentang kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin militer atas masyarakat sipil di Jerman. Penulis itu berkata bahwa Republik kita (Amerika) tidak mempunyai arti lain, tetapi hanya untuk menjamin hak yang sama bagi semua orang; dan itu membenarkan keberadaannya.

Saya yakin bahwa penulis itu tidak berada di Colorado semasa rezim patriotik Jenderal Bell. Dia mungkin akan menukar pikirannya, kalau dia menyaksikan bagaimana orang-orang dilempar ke dalam kandang kerbau, diseksa dan diperlakukan dengan tindakan-tindakan yang merendahkan; semuanya dilakukan dalam nama patriotisme dan republik (Amerika). Kejadian di Colorado hanyalah sebuah contoh bukti perkembangan militer di Amerika. Jika ada pemogokan, jarang sekali tentara dan anggota militia tidak dikerahkan untuk melindungi mereka yang berkuasa; dan jarang sekali mereka tidak bertindak brutal dan sombong seperti orang-orang yang memakai seragam Kaiser.

Suatu kemalangan bagi penulis-penulis di negara ini adalah mereka sama sekali tidak tahu mengenai hal-hal yang baru terjadi (current affairs) atau mereka tidak mempunyai kejujuran untuk memberitakan apa yang terjadi. Penulis kita itu menyatakan bahwa militer tidak akan menjadi kekuatan di Amerika seperti di luar negeri, karena pendaftaran militer adalah sukarela, bukannya keharusan seperti di negara -negara lain. Tetapi penulis ini lupa mempertimbangkan dua fakta yang sangat penting. Pertama, wajib militer di Eropa telah menimbulkan kebencian terhadap militer oleh seluruh kelas-kelas masyarakat. Beribu-ribu rekrut baru mendafatar dengan terpaksa, dan setelah mereka berada di barak, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkannya. Kedua, wajib militer lah yang telah menimbulkan gerakan-gerakan anti militer yang kuat, yang merupakan kekuatan yang paling ditakuti oleh pemerintah-pemerintah di Eropa. Gerakan dan sentimen anti militarisme dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah (kapitalis) karena benteng yang melindungi dan memperkuat kapitalisme adalah militarisme. Pada saat militarisme dikalahkan, kapitalisme akan hancur.

Memang betul bahwa tidak ada wajib milliter di negara kita, pemuda/i kita tidak dipaksa untuk menjadi tentara, tetapi ada paksaan yang lebih hebat: mereka yang masuk dalam militer berbuat demikian karena kebutuhan. Bukankah suatu fakta bahawa dalam depresi industrial, pendafatran masuk militer meningkat dengan drastis? Karir dalam militer bukan hanya menarik dan dihargai, tetapi juga lebih baik daripada susah-susah mencari pekerjaan, antri roti atau tidur di tempat-tempat amal. Karir tersebut setidak-tidaknya memberikan tiga belas dolar sebulan, tiga kali makan setiap harinya dan tempat untuk tidur. Tetapi bagi mereka yang mempunyai harga diri dan prinsip, kebutuhan bukanlah alasan untuk masuk militer. Kita tidak perlu heran kalau otoritas militer menyatakan bahwa materi orang-orang yang mendaftar belakangan ini berkualitas buruk. Pernyataan ini adalah tanda yang baik. Artinya rata-rata orang Amerika masih mempunyai sifat mandiri, cinta kebebasan dan berani menanggung resiko kelaparan daripada memakai seragam.

Orang-orang bijak di seluruh dunia mulai sadar bahwa patriotisme adalah sebuah konsep yang picik dan terlalu sempit untuk memenuhi kebutuhan zaman sekarang. Sentralisasi kekuasaan telah menimbulkan solidaritas internasional antara mereka yang tertindas; solidaritas anatara kaum buruh di Amerika dan diluar negeri; solidaritas yang tidak perlu takut dengan serangan dari luar, karena kaum buruh akan membuat pernyataan kepada majikan mereka,"kalau anda mahu membunuh silahkan lakukan pembunuhan tersebut sendiri, kami telah melakukannya untuk anda untuk cukup lama."

Solidaritas itu juga telah menyadarkan tentara-tentara bahwa mereka semua adalah bagian dari umat manusia. Contohnya, tentara-tentara Paris menolak menjalankan perintah untuk membunuh saudara-saudara mereka dalam revolusi Commune 1871. Solidaritas tersebut juga telah memberikan keberanian kepada tentara angkatan laut Rusia untuk berontak dalam kapal perang mereka. Solidaritas akhirnya akan mempersatukan kaum tertindas untuk melawan penindas mereka. Kaum proletar Eropa telah sadar dengan kekuatan dashyat solidaritas, dan karena itu telah menyatakan perang terhadap patriotisme dan militarisme. Beribu-ribu orang memenuhi penjara-penjara di Prancis, Jerman, Rusia dan Scandinavia karena mereka berani melawan tahkyul kuno tersebut (patriotisme). Gerakan ini juga tidak hanya terbatas dengan kaum buruh, tetapi juga seniman, sastrawan/ita dan ahli tehnik.

Amerika harus mengikuti gerakan solidaritas tersebut. Mentalitas militer telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari orang Amerika. Saya percaya bahwa militarisme sangat berbahaya karena mereka didukung kaum kapitalisme (sebaliknya kaum kapitalis sangat membutuhkan mereka untuk menjaga kepentingan mereka).

Institusi yang paling dahulu diracuni dengan mentalisme militarisme tersebut adalah sekolah. Pemerintah mempunyai konsep ,"Berilah seorang anak itu kepada saya dan saya akan mengajarnya menjadi orang. Anak-anak diajari taktik militer, perjuangan militer diagung-agungkan dalam kurikulum pendidikan dan pikiran anak-anak itu dibentuk supaya sesuai dengan tujuan negara. Pikiran anak-anak yang masih murni tersebut dibanjiri dengan moralitas patriotisme. Kaum pekerja Amerika telah banyak menderita di tangan tentara, dan kejijikannya terhadap parasit berseragam itu memang beralasan kuat. Tetapi kebencian saja tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Yang kita perlukan adalah pendidikan propaganda untuk tentara-tentara; bacaan-bacaan anti patriotik yang akan menyadarkan mereka akan keburukan pekerjaannya itu dan yang akan menyadarkan mereka akan hubungan yang sebenarnya antara mereka dan kaum pekerja yang dengan hasil kerjanya menghidupi mereka. Tepatnya inilah yang paling ditakuti oleh pemerintah. Bagi seorang tentara, sekedar menghadiri pertemuan yang radikal saja sudah dianggap sebagai pengkhianatan, apalagi kalau dia membaca pustaka radikal. Tetapi bukankah merupakan sifat pemerintah yang selalu mengecap segalanya yang berbau kemajuan sebagai khianat/subversif? Bagi mereka yang berjuang untuk mengubah keadaan sosial mustilah bersedia untuk menghadapi semua itu; karena mungkin lebih penting untuk menyebarkan kebenaran di dalam barak daripada di dalam pabrik. Kalau kita dapat mengabaikan patriotisme, kita telah membuka jalan menuju masyarakat yang bebas dimana semua nationalitas berada di bawah naungan persaudaraan universal.