Pengertian Mutu pelayanan
-
Upload
fitria-cyntia-dewi -
Category
Documents
-
view
395 -
download
1
Embed Size (px)
Transcript of Pengertian Mutu pelayanan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kebidanan di Indonesia mempunyai akar yang kuat sejak jaman Belanda, dan
mengalami pasang surut sepanjang jaman kemerdekaan terutama ditinjau dari segi
penyelengaraan sebagai institusi yang mempersiapkan bidan sebelum diterjunkan untuk
memberikan pelayanan di masyarakat. Riwayat pendidikan bidan di Indonesia sangat
fluktuaktif dan mengalami pasang surut, dengan sendirinya menghasilkan kinerja pelayanan
bidan yang berfariasi.
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi
secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai
tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga
sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan
paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya
mencapai terwujudnya paradigma sehat.
Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan handal
memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan dengan
nyawa manusia, disamping harus professional dalam pelayanan, professional berkomunikasi
dan juga bidan juga sabar (telaten) agar pasien merasa aman dan nyaman di saat melakukan
pelayanan kehamilan, persalinan, masa nifas, keluarga berencana dan lain sebagainya.
Untuk mendukung peningkatan keterampilan bidan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas, Departemen kesehatan telah menyusun berbagai pedoman dan standar asuhan
kebidanan sehingga dapat digunakan sebagai acuan. Seiring dengan itu pula pemerintah dan
berbagai pihak di Indonesia terus mengembangkan pendidikan kebidanan yang berhubungan
1

dengan perkembangan pelayanan kebidanan baik pendidikan formal maupun non formal.
Dan sejak tahun 2000 telah dibentuk tim pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasi oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN
di beberapa propinsi/kabupaten di Indonesia guna menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat
akan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Depkes, 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud mutu layanan?
2. Apa saja program-program yang ada di dalam pelayanan kebidanan?
3. Bagaimana cara menjaga mutu pelayanan kebidanan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi mutu layanan
2. Mengetahui program-program dalam pelayanan kebidanan
3. Mengetahui dan dapat mempraktikkan cara menjaga mutu pelayanan kebidanan
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutu pelayanan
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya
adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi
mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan
daftar wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan.
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara Indonesia melalaui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai
daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa kelahiran dan masa bayi serta
masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki
pengetahuan dankemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing.
2. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia.
Karena pelayanan bidan meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin,masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan
menoupause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
3

3. Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme, JPKM dan desentralisasi.
Mutu dalam pelayanan kesehatan dapat dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis
yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu
kesehatan dalam sudut pandang sosial dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan,
termasuk akibat-akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan
lainnya.
Menilai mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan,
yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes.
Proses pelayanan dibagi dalam dua komponen utama, antata lain:
1. Proses interpersonal
Adalah wahana yang diperlukan untuk aplikasi dari pelayanan teknis, namun ia juga
penting dalam kaidah-kaidahnya sendiri, karena ia sendiri adalah mungkin sebagai
trapi atau penyembuh.
2. Pelayanan teknik(medis)
Adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis dan ilmu kesehatan lainnya, terhadap
persoalan kessehata seseorang. Manajemen pelayanan medis adalah gabungan atau
interaksi antara manajemen teknis medis dengan sosial psikologi antara klien dan
praktisioner.
Pelayanan kebidanan bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk dan
diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan. Kode etik dan standar pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan
di antara kalangan profesi sehingga wajib digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan menjadi dua macam:
Pertama, kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi kebidanan. Kepuasan tersebut pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
4

pasien mengenai hubungan bidan dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan
melakukan pemulihan, pengetahuan dan kompetensi (scientific knowledge dan technical
skill) serta efektivitas pelayanan.
Kedua, kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelauanan
kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah
ketersediaan pelayanan kebidanan (acailable), kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate),
kesinambungan pelayanan kebidanan (continue), penerimaan jasa pelayanan kebidanan
(acceptable), keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable), efisiensi pelayanan
kebidanan (efficient), dan mutu pelayanan kebidanan (quality). Mutu pelayanan kebidanan
berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang
mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Tujuan akhir kedua
dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut adalah kepuasan pasien yang dilayani bidan.
B. Program-program dalam pelayanan kebidanan
1. JAMPERSAL (JAMinan PERSALinan)
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
Tujuan umum : jaminan persalinan mempunyai tujuan untuk menjamin akses
pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka
menurunkan AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi).
Tujuan khusus :
a) Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertologan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan,
b) Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan,
c) Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan,
5

d) Meningkatkan cakupan penangan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir,
e) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan
akuntabel.
Sasaran:
Yang dijamin oleh jaminan persalinan adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari), dan bayi baru lahir (usia 0-28 hari).
Yang dapat memperoleh pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu
hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan.
Kebijakan operasional :
a) Pengelolaan jaminan persalinan di setiap jenjang pemerintahan (pusat,
propinsi, dan kabupaten/ kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan
jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
b) Pengelolaan kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan
kepesertaan dari program jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan
dan manajemen jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan
pesertanya.
c) Peserta jaminan persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan
(rumah sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
tim pengelola jamkesmas dan BOK kabupaten/ kota
d) Pelaksanaan pelayanan jaminan persalinan mengacu pada standar pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
e) Pelayanan jaminan persalinan diselenggarakan dengan prinsip portabilitas,
pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan.
f) Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan
pemerintah (puskesmas dan jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA
puskesmas.
6

g) Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan
swasta dibayarkan dengan mekaniskme klaim. Klaim persalinan didasarkan
atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.
2. Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival)
Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKN tersebut, pada tanggal 26
Januari 2012 Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita, MPHM
telah meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS).
Program EMAS merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia
dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKN di
Indonesia sebesar 25%. Untuk mencapai target tersebut, program EMAS akan
dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian yang besar, yaitu
Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi
Selatan, dimana pada tahun pertama akan dilaksanakan pada 10 kabupaten.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena berdasarkan data Kementerian Kesehatan
sekitar 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam
provinsi tersebut. Demikian pula dengan kematian neonatal, sekitar 58,1% dari
jumlah total nasional juga “disumbangkan” oleh keenam provinsi tersebut. Dari hasil
analisis, diyakini bahwa percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia akan dapat diakselerasi apabila
kematian ibu dan kematian neonatal di enam provinsi tersebut dapat dikurangi secara
signifikan.
Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS akan dilakukan dengan
cara:
Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal
di 150 Rumah Sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED)
Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah
Sakit
7

Dalam pelaksanaannya di lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan
“Vanguard”, yaitu:
Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah cukup
kuat agar berjejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten yang lain, dan
Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di daerah
Pada peluncuran program EMAS yang diawali dengan keynote speech dari Utusan
Presiden RI Untuk MDGs Prof dr. Nila Moeloek dan dihadiri oleh perwakilan dari
Kemenko Kesra serta para peserta acara yang di antaranya berasal dari provinsi-
provinsi lokasi program, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan mengharapkan
agar program ini dapat berjalan dengan sukses dan pada akhirnya nanti benar-benar
dapat memberi dampak positif secara nasional dalam percepatan pencapaian target
MDGs 4 dan 5.
3. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini.
Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah
yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu
cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
Bagaimana Mencapai ASI eksklusif?
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai
dan mencapai ASI eksklusif.
Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang
dan malam.
8

Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak
bersama anak.
Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
Manfaat ASI Eksklusif Enam Bulan daripada hanya empat bulan.
Untuk Bayi :
Melindungi dari infeksi gastrointestinal
Bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama dengan
yang ASI eksklusif hanya empat bulan.
ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat besi
Untuk Ibu :
Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya
Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat
besi sebanyak ketika mengalami menstruasi
Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam
bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan.
lebih ekonomis.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selama menyusui :
Nutrisi
Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi
kuantitas dan bukan kualitas ASI-nya, ibu menyusui selayaknya tidak
membatasi konsumsi makanannya.
Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik, biasanya penyebab utamanya adalah
kelelahan pada ibu. Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi.
9

Obat-obatan
Pemakaian obat-obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian,
apakah mempunyai efek positif atau negatif terhadap laktasi. Sebagai contoh,
beberapa obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang
mengandung hormon estrogen.
Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui
Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan tenang, bayi menempel betul
pada ibu, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bayi
membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi mengisap ASI
pelan-pelan dengan kuat, putting susu ibu tidak terasa sakit dan putting
terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus.
Penilaian kecukupan ASI pada bayi
Bayi usia 0-4 bulan atau 6 bulan dapat dinilai cukup pemberian ASI nya bila
tercapai keadaan sebagai berikut : 1) berat badan lahir telah pulih kembali
setelah bayi berusia 2 minggu, 2) kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai
dengan kurva pertumbuhan normal, 3) bayi banyak ngompol, sampai 6 kali
atau lebih dalam sehari, 4) tiap menyusui, bayi menyusu dengan kuat (“rakus”)
tetapi kemudian melemah dan bayi tertidur, 5) payudara ibu terasa lunak
setelah disusukan dibandingkan sebelum disusukan.
Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan
bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus kembali
bekerja.
Pemberian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4-6 bulan.
Bila ibu bekerja, sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam
kerja, sehingga ASI apat tetap diberikan bila ibu berada di rumah.
Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2-3 bulan.
10

4. POSYANDU
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana. (Nasrul Effendi : 1998)
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, yang dilaksanakan
oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. (Nasrul Effendi : 1998)
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKBBS. (Nasrul Effendi : 1998)
Tujuan posyandu :
a) Mempercepat penurunan angka kematian Ibu dan Anak
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c) Mempercepat penerimaan NKBBS
d) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan
kemampuan hidup sehat
e) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
penduduk berdasarkan letak geografi
f) Meningkatkan pembinaan dan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
Sasaran posyandu
Bayi berusia kurang dari 1 tahun
Anak balita berusia kurang dari 1 tahun
Anak balita berusia 1-5 tahun
11

Ibu hamil, ibu menyusu dan ibu nifas
Wanita usia subur
Kegiatan posyandu
Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) :
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Immunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
Tujuh kegiatan posyandu :
1) Kesehatann ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Immunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi dasar
7) Penyediaan obat esensial
Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti
a) Pos penimbangan balita
b) Pos immunisasi
c) Pos keluarga berencana
d) Pos kesehatan
e) Pos lainnya yang bentuk baru
f) Persyaratan posyandu
g) Penduduk RW paling sedikit terdapat 100 orang balita
h) Terdiri dari 120 KK
i) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (Bidan Desa)
j) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dala satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh.
Alasan pendirian posyandu:
12

Posyandu dapat memberika pelayanan kesehatan khususnya upaya
pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan Kb posyandu
dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana.
5. TABULIN
Tabulin adalah salah satu program kesehatan yang dinilai sangat positif karena
langsung menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat social ini sangat membantu
warga, terutama yang ekonominya lemah. Program ini sangat tepat dan efektif dalam
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani
dalam mendukungprogram tersebut karena penggalangan dana tabungan dilakukan
melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela).
Tabungan ini sifatnya incidental, keberadaannya terutama pada saat mulai
kehamilan dan berakhir ketika ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat
membantu, terutama bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi
persalinan karena masalah biaya dapat diatasi. Secara psikologis, ibu akan merasa
tenang menghadapi persalinan.
Tabulin ini biasanya dikoordinasi oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan
yang akan menjamin akses ibu ke pelayanan kesehatan. Perlindungan pembiayaan
kesehatan sendiri harusnya dimiliki setiap individu selama fase kehidupannya.
Adapun tujuan dari diadakannya tabulin ini adalah sebagai berikut :
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
2) Meningkatkan derajat kesehatan masyrakat, terutama ibu hamil
3) Memotivasi masyarakat, terutama ibu hamil untuk menyisihkan sebagian
uangnua di tabung sebagai persiapan persalinan.Melalui tabulin bumil
diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan, tidak mengalami
kesulitan biaya persalinan karena sudah adadana tabungan. Kegiatan ini
adalah upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu.
Meskipun demikian, cara ini belum menjamin 100% menjamin ibu
hamil selamat dari maut.
13

Adapun fasilitas TABULIN sebagai berikut berdasarkan paket yang ada :
Gold (kls vip, ia, ib)
1. Diskon kamar 15 %
2. Gratis senam hamil 5 x
3. Gratis senam nifas 2 x
4. Diskon 50 % USG non print 2 x
5. Diskon 15 % Akta kelahiran
6. Gimmick
7. Foto Memorial
Silver a (kls ii)
1. Diskon kamar 15 %
2. Gratis senam hamil 3 x
3. Gratis senam nifas 2 x
4. Diskon 50 % USG non print 2 x
5. Diskon 15 % Akta kelahiran
6. Gimmick
7. Foto Memorial
Silver b (kls iii)
1. Diskon kamar 15 %
2. Gratis senam hamil 2 x
3. Gratis senam nifas 1 x
4. Diskon 50 % USG non print 1 x
5. Diskon 15 % Akta kelahiran
6. Gimmick
7. Foto Memorial
14

C. Cara menjaga mutu pelayanan kebidanan
Menjaga mutu (quality assurance) adalah terminologi dimana pada umumnya
merujuk pada usaha-usaha profesional pelayanan kesehatan dan institusi-institusi
dalam menyediakan fakta/keterangan-keterangan/bukti dimana mutu dari utilisi
pelayanan medis diselenggarakan
Cara-caranya, sebagai berikut :
1) Berorientasi kedepan untuk mempertemukan kebutuhan dan harapan pasien
dan masyarakat
2) Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat
diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang
benar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat
diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan
dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.
3) Meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan
dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang
dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau
karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang
dibawah standar akan dapat dicegah.
4) Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan
ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
5) Melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan
sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan
15

perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat
pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari
masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan
lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga
mutu jelas amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat
dilaksanakan dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
6) Hubungan tenaga kesehatan/bidan-pasien (midwife-patient relationship).
Sebagai tenaga kesehatan kita harus memiliki hubungan yang dekat dengan
pasien. Hubungan di sini bukan hubungan yang dalam tanda kutip hubungan
yang khusus. Tenaga kesehatan harus melakukan pendekatan terhadap pasien
agar pasien dapat percaya terhadap kita. Dengan kepercayaan itulah kita dapat
dengan mudah melakukan tindakan-tindakan yang terbaik untuk pasien.
7) Kenyamanan pelayanan (Amenitis).
Kenyamanan pelayanan tidak hanya sekedar kenyaman lingkungan saja, tetapi
juga kenyamanan terhadap tingkah laku kita terhadap pasien. Buat pasien
merasa nyaman terhadap kita dengan cara tersenyum, berkomunikasi dengan
baik, ramah dan sopan.
8) Kebebasan melakukan pilihan (Choice).
Di dalam melakukan tindakan atau program, pasien diberikan kebebasan
untuk menentukan pilihan karena yang lebih tahu dirinya sendiri adalah pasien
itu sendiri. Bidan hanya akan mengarahkan mana yang baik dan mana yang
dapat berisiko untuk pasien. Biarkan pasien menentukan pilihan sendiri.
9) Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientifik knowledge and technical
skill).
Bidan atau tenaga kesehatan lainnya harus mempunyai Pengetahuan dan
kompetensi teknis supaya dalam melaksanakan tugas kita tidak melakukan
kesalahan yang fatal akibat ketidaktahuan kita akan sesuatu. Pengetahuan dan
kompetensi teknis ini juga harus selalu di update dan dikembangkan
16

mengikuti perkembangan jaman agar kita tidak melanggar aturan yang ada
pada saat itu.
10) Keamanan tindakan (Safety).
Dalam melakukan tindakan kita sebagai tenaga kesehatan harus berhati-hati
dalam menangani pasien. Buatlah rasa aman terhadap pasien agar pasien tidak
takut jika datang ke tempat kita. Lakukkan semua tindakan sesuai prosedur.
Kita tidak boleh membuat kesalahan sekecil apapun, jika tidak sengaja atau
diluar kesadaran minimalisir kesalahan tersebut.
17

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan handal
memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan dengan
nyawa manusia, disamping harus professional dalam pelayanan, professional
berkomunikasi dan juga bidan juga sabar (telaten) agar pasien merasa aman dan nyaman
di saat melakukan pelayanan kehamilan, persalinan, masa nifas, keluarga berencana dan
lain sebagainya.
Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan bidan juga harus mengikuti standar-standar
yang telah ada secara tepat dan benar. Selain itu, bidan juga harus memperhatikan mutu
pelayanan yang diberikan kepada pasien agar tidak ada keluhan dari pasien tentang
kinerja bidan yang tidak professional.
18

DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/tabulin-tabungan-ibu-bersalin-
di.html#ixzz2NtCaeTc2
http://www.rszahirah.com/produk-tabungan-bersalin.html
mutu-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas.html
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/berita-terbaru/154-jaminan-persalinan-
jampersal
http://duniaanak.org/makanan-anak/manfaat-asi-eksklusif-bagi-bayi-usia-0-6-
bulan.html
19