Pengertian Metode ilmiah

download Pengertian Metode ilmiah

of 5

description

word metode ilmiah

Transcript of Pengertian Metode ilmiah

Pengertian Metode ilmiah

Metode dalam bahasa Yunani berasal dari kata methodos, meta, yang berarti sesudah atau diatas, dan hodos berarti suatu jalan atau suatu cara. ini berarti cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan. Ilmiah dalam kamus lengkap bahasa Indonesia masa kini adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan (Bambang Marhijanto (1999))Sedangkan menurut istilah metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui metode ilmiah, (Soetrisno dan Rita Hanafi,2007).

Menurut Almack (1939), metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi. Secara sederhana, pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas persepsi indrawi dan melibatkan ujicoba hipotesis (anggapan sementara) serta teori secara terkendali.Sedangkan menurut para ahli metode ilmiah adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang paling tepat dan cepat, dalam melakukan sesuatu (Ahmad Tasir,1995) Sementara metode ilmiah menurut (Jujun S. Suriasumantri, 2003) merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.

Kemudian Abdurahman Fathoni (2006:59) memperjelas bahwa metode ilmiah adalah cara dan sekaligus proses berlangsungnya kegiatan membangun ilmu pengetahuan dari pengetahuan yang masih bersifat pra ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan mengikuti asas pengaturan prosedur tekhnik normatif, sehingga memenuhi persyaratan kesahihan atau kekhususan keilmuan yang lazim juga disebut validitas ilmiah yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.

Dengan berdasarkan pengertian-pengertian para ahli di atas, maka metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja secara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pangetahuan atau mengembangkan pengetahuan secara ilmiah yang memiliki kesahan ilmiah, memenuhi validitas ilmiah atau secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan sehingga pengetahuan tersebut dapat diandalakan dan dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmuilmu sosial. Bilapun terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya dam bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologinya.

Karakteristik metode ilmiah

Secara khusus metode ilmiah berkaitan dengan metodologi dengan rancangan tata-fikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karenanya metode ilmiah memiliki karakteristis tersendiri sebagai jalan mencari tahu serta permasalahan metolodogi yang berhubungan dengan tahapan-tahapan tindakan penelitian dalam rangka mendapatkan ilmu. Menurut Nazir, Ada enam karakteristik metode ilmiah yaitu a. Berdasarkan Fakta

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

b. Bebas dari Prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.

c. Menggunakan Prinsip Analisa

Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

d. Menggunakan Hipotesa

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

e. Menggunakan Ukuran Obyektif

Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.

f. Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.Cara Berfikir Refektif

Suatu riset ilmiah menempuh jalan-jalan yang sama dengan jalan-jalan berfikir reflektif (reflective thingking) yaitu dengan mengkombinasikan cara berfikir dedudktif dancarberfikir induktif. (Ibid dalam Marzuki, 1986)

deduktif ialah cara berfikir yang bersandarkan pada yang umum, dan dari yang umum itu menetapkan yang istimewa. Induksi ialah aliran pikiran yang mengambil dasar sesuatu dari yang istimewa dan dari yang istimea itu menentukan yang umum. (Sutrisno, 1973)

berfikir reflektf mulai dengan induksi untuk mendudukan persoalana atau menetapkan hipotesa, kemudian diikuti dengan deduksi guna meletakkan kerangka atau jalan-jalan untuk pembuktian hipotesa yang dibuatnya itu. Selanjutnya hipotesa perlu diuji kebenarannya dengan induksi sehingga diperoleh pemecahan yang konklusif.

Unsure-unsur cara berfiir reflektif sebagai berikut :

1. menjumpai suatu persoalan atau mengalami kesulitan

2. mendudukkan dan memberi batasan terhadap kesulitan atau problema 3. mengajukan hipotesa

4. secara deduktif mnerangkan hipotesa yang dikemukakan

5. mengetes hipotesa dengan fakta-fakta

6. menarik kesimpulan atas dasar fakta-fakta

Di dalam action research langkah-langkah berfikir reflektif itu diikuti dengan seksama dan dilakukan berulang-ulang. Action research ialah suatu riset yang bukan semata-mata untuk mengumpulkan fakta-fakta, melainkan riset tersebut merupakan bagian dari program untuk mengubah kondisi-kondisi atau memperkembangkan keadaan yang ada setapak demi setapak melalui partisipasi kelompok atau kegiatan kelompok yang dikerjakan secara serempak dan bersama-sama Daftar PustakaB. Ostle. 1975. Statistics in Research, 3rd. Iowa: The Iowa State Univ. Press.Fathoni Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta.J.C. Almac. 1930. Research and Thesis Writing. Boston: Houghton Mifflin Co.Marhijanto, Bambang. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya: Terbit TerangSoetrisno., Rita, Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset

Suriasumantri Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harahap.Tasir Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : Remaja Rosda Karya.