Pengertian Kode Etik
-
Upload
arief-rachman-hakim -
Category
Documents
-
view
106 -
download
9
Transcript of Pengertian Kode Etik
Pengertian Kode Etik
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan
demikian para dokter, para wartawan, para notaris, para guru dan lain sebagainya
yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik. Sama halnya
dengan kata profesi, maka penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki satu
tafsiran. Beberapa pengertian kode etik antara lain :
1. Menurut pasal 43 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa kode
etik berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan.
2. Menurut Sonny Keraf, kode etik merupakan kaidah moral yang
berlaku khusus untuk orang-orang profesional dibidang tersebut.
3. Menurut Kode Etik Guru Indonesia (hasil Kongres PGRI Ke-XX tahun
2008), Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas dan diterima
oleh guru-guru Indonesia, sebagai pedoman sikap dan peilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan
warga negara.
4. Menurut Prof. Dr. R. Soebekti, S.H. dalam tulisannya yang berjudul
“Etika Bentuan Hukum”, kode etik suatu profesi berupa norma-norma
yang harus diindahkan oleh orang-orang yang menjalankan tugas
profesi tersebut.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan
larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada
umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam masyarakat.
Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya, tujuan mengadakan atau merumuskan kode etik dalam
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
profesi.
Secara umum, tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dalam hal ini yang dijaga
adalah “image” dari pihak luar atau masyarakat agar jangan sampai
“orang luar” memandang rendah atau “remeh” profesi tersebut. Oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
bentuk yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia
luar. Dari segi ini, kode etik juga mendapat nama atau disebut “kode
kehormatan”.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Yang
dimaksud kesejahteraan disini ialah berupa kesejahteraan berupa
materill dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materill para anggota profesi, kode etik
umumnya mengadakan larangan-larangan kepada para anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan
para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimun
bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif I bawah minimum akan
dianggap tercela karena tidak patut, merugikan terhadap rekan-rekan
profesinya. Dalam hal kesejahteraan spiritual atau mental para anggota
profesi, kode etik umumnya meberi petunjuk kepada para anggotanya
untuk melaksanakan tugas profesinya. Selain itu juga kode etik
mengadakan larangan-larangan kepada para anggotanya untuk tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang menyangkut hal-hal yang oleh
masyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela.
Kode etik juga mengadakan peraturan-peraturan yang ditujukan
kepada pembatasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam hal interaksinya dengan sesama reka-rekan
anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Dalam hal ini
kode etik juga berisi tujuan pengabdian generasi tertentu, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-
norma tentang anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha
meningkatkan mutu para anggotanya sesuai dengan bidang
pengabdiannya.
Disamping itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara
dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dari penjelasaan diatas, jelas bahawa kini tujuan suatau profesi menyusun
kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota
profesi, dan meningkatka mutu profesi serta untuk meningkatkan organisasi
profesi.
Fungsi Kode etik
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi .fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
Gibson dan Michel(1945-449)yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi masyarakat sebagai
seorang professional.
Biggs dan blocher(1986-10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
2. Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal dalam suatu
profesi
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun(1992) mengemukakan :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyrakat ,
dan pemerintah
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur
hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan
masyrakat serta dengan misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna(1986-364)bahwa
pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai
penghubung serta saling mendukung dalam bidang mendidik peserta didik.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan
berupa helping relationship(brammer,1979),yaitu hubungan yang bersifat
membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik.
Etika hubungan guru dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya
kepercayaan. bahwa guru percaya kepada pimpinannya dalam member tugas
dapat dan sesuai kemampuan serta guru percaya setiap apa yang telah dikerjakan
mendapatkan imbalan dan sebaliknya pimpinan harus yakin bahwa tugas yang
telah diberikan telah dapat dilaksanakan
Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan. Guru juga harus menghayati apa saja yang menjadi
tanggung jawab tugasnya.
(pembahasan kode etik secara umum, kata guru guru sebaiknya
dihilangkan saja atau di ganti dengan profesi PLS)
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi suatu perkumpulan atau
perserikatan suatu profesi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik lazim
dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan
kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus
dilakukan oleh orang – orang yang diutus untuk dan atas nama anggota – anggota
profesi dari organisasi tersebut, sehingga orang – orang yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut, tidak dapat ditundukkan padanya. Maka kode
etik dari suatu organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin dikalangan profesi tersebut, jika orang yang menjalankan
profesi tersebut tergabung (menjadi anggota dalam suatu organisasi profesi
tersebut).
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena
setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode
etik dapat dikenakan sanksi.
Sanksi Melanggar Kode Etik
Dapat kita jumpai bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
sehingga hal – hal yang semula hanya merupakan kode etik saja dapat meningkat
menjadi peraturan hukum atau undang – undang. Pencampuran tersebut bersifat
memberikan sanksi – sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi
perdata maupun sanksi pidana. Sanksi pada dasarnya merupakan upaya
pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan juga untuk menjaga
harkat dan martabat profesi guru. Misalnya, jika seseorang bersaing secara tidak
jujur atau curang di antara sesama para anggota profesi, maka jika kecurangan itu
“serius” dapat dituntut dimuka pengadilan. Pemberian sanksi dilaksanakan oleh
Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Selain sanksi tersebut di atas, terdapat pula
sanksi moral dari teman sejawat, berupa celaan / dikucilkan, bahkan sanksi
terberat dikeluarkan dari organisasi profesi.
Kode Etik Guru di Indonesia
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai – nilai
dan norma – norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam
suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat. Dengan demikian,
maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukkan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan
penggurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres
XIII di Jakarta tahun 1973 dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI
XX tahun 2008 di Palembang. Adapun teks Kode Etik Guru di Indonesia yang
telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut.
Kode Etik Pendidikan dan Penguji Pendidikan Non Formal
Landasan Idil
Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non
Formal (HISPPI PNF) menyadari bahwa pendidik adalah merupakan suatu
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan tanah air, serta
kemanusiaan pada umumnya. Pendidik dan Penguji Indonesia yang berjiwa
Pancasila, merasa turut bertanggung jawab terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Landasan Operasional
Berbicara mengenai etika jabatan, atau tata tertib jabatan, maka yang
dimaksud adalah suatu sistem atau kode etik tentang moral dari suatu jabatan
tertentu. Sistem tersebut merupakan prinsip-prinsip dan pendapat-pendapat
mengenai tingkah laku yang baik dan keperibadian atau karakter yang ideal, yang
diperlukan dalam jabatan tersebut, maka Pendidik dan Penguji Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Pendidik dan Penguji dengan
berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut :
1. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal berbakti
membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk manusia
yang bermartabat.
2. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memiliki
kejujuran dalam menjalankan tugasnya secara profesional.
3. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
mengadakan komunikasi tentang peserta didik dalam memperoleh
informasi tentang peserta didik dan menghindari diri dari segala
bentuk penyalahgunaan.
4. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
menciptakan suasana kehidupan lembaga non formal sebaik-
baiknya bagi kepentingan warga negara.
5. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
memelihara dan memupuk hubungan secara berkesinambungan
dengan masyarakat.
6. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu sesuai profesinya.
7. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama pendidik
dan peserta didik Pendidikan Non Formal.
8. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal bersama-
sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal sebagai
sarana pengabdian.
9. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.
10. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal wajib
menjaga rahasia jabatan organisasi tempat kerja.
11. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal senantiasa
menjaga penampilan dan kesehatan dalam melaksanakan tugas.
12. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
memperlakukan teman sejawatnya atas dasar harga menghargai
dan kasih sayang.
Kode Etik Penilik Indonesia
(Kode etik guru apa penilik?) Guru memiliki kewajiban untuk
membimbing anak didik seutuhnya dengan tujuan membentuk manusia
pembangunan yang pancasila. Inilah bunyi kode etik guru yang pertama
dengan istilah ‘berbakti dan membimbing yang artinya mengabdi tanpa
pamrih dan tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa paksaan,
manusiawi)istilah seutuhnya lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru
harus berupaya dalam membentuk manusia pembangunan pancasila harus
seutuhnya tanpa pamrih.
Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik
yang bersifat umum maupun khusus.
Menjabarkan materi pembelajaran atas sejumlah unit
pembelajaran yang dirangkaikan.
Memberi pelajaran secara klasikal sesuai dengan unit
pelajaran yang sedang dipelajari.
Memberikan pertolongan khusus kepada siswa yang belum
mencapai tingkat penguasaan yang ditentukan.
Adapun kode etik yang harus dimilki oleh penilik, adalah sebagai berikut :
1. PenilikIndonesia menjunjung tinggi Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945.
2. Penilik Indonesia mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IPI.
3. Penilik Indonesia menghormati hak warganegara RI untuk
memperoleh pendidikan.
4. Penilik Indonesia berkewajiban memahami danmampu
melaksanakan Tugas Pokok dan fungsi Penilik dengan jujur, dan
penuhtanggung jawab.
5. Penilik Indonesia selalu berusaha untukmeningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan penguasaan teknologi guna
peningkatankompetensi Penilik.
6. Penilik Indonesia menjujung tinggi harkat danmartabat serta
profesi Penilik.
7. Penilik Indonesia wajib menjujung tinggidisiplin dan menjaga
nama baik organisasi.