EKMA 4116 - Modul 12 Good Governance & Good Corporate Governance
Pengertian Good Governance
description
Transcript of Pengertian Good Governance
1. Pengertian Good Governance
Istilah Governance menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber social dan politiknya tidak hany dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan integrasi, kohesi dan untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, bahwa kemampuan suatu Negara mencapai tujuan Negara sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahan di mana pemerintah melakukan interaksi dengan sector swasta dan masyarakat(Thoha dalam Kurniawan, 2005). Secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman, yakni :
Nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam Kamus bahasa Indonesia good governance diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik, namun ada yang menerjemahkan sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Di samping itu, arti yang lain good governance sebagai pemerintahan yang amanah. Jika good governancediterjemahkan sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, maka good governance dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan secara partisipatif, efektif, jujur, adil, transparan dan bertanggungjawab kepada semua level pemerintahan (Effendi dalam Azhari, dkk., 2002: 187).
Definisi good governance menurut ahli dan institusi negara, yakni antara lain :
Kooiman (1993) bahwa governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut.World Bank (dalam Mardiasmo, 2002 : 23). ialah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran terhadap kemungkinan salah alokasi dan investasi, dan pencegahan korupsi baik yang secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politicall framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul“Governance for sustainable human development”, (1997), mendefinisikan kepemerintahan(governance) adalah pelaksanaan kewenangan dan atau kekuasaan di bidang ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas, dan kohesivitas sosial dalam masyarakat. United Nations Development Program(UNDP) juga mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta dan society.
Lembaga Administrasi Negara (Kurniawan, 2005), mendefinisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang konstruktif di antara domain-domain Negara, sektor swasta dan masyarakat (society).Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000, merumuskan arti good governance sebagai berikut : “Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”.
Good governance dilaksanakan agar kinerja pemerintahan daerah lebih terarah sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang memadai guna mencapai hasil yang lebih baik dan terciptanya struktur pemerintahan yang ideal yang berorientasi pada tujuan pembangunan nasional. Berdasarkan pengertian dan definisi di atas, good governance berorientasi pada :
Orientasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya.Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi kedua ini tergantung pada sejauhmana pemerintah mempunyai kompetensi, dan sejauhmana struktur serta mekanisme politik serta administratif berfungsi secara efektif dan efisien.
Beberapa pandangan tentang wujud kepemerintahan yang baik :
World Bank (2000), yaitu suatu penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang solid dan bertang-gungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghidaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas swasta.
UNDP, yaitu suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000, yaitu kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip- prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Modul Sosialisasi AKIP (LAN & BPKP 2000), merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods and services. Good governance yang efektif, menuntut adanya “alignment” (koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi.
2. Aspek – aspek good geverment
Dari sisi pemerintah (government), good governance dapat dilihat melalui aspek-aspek :
• Hukum/Kebijakan, merupakan aspek yang ditunjukan pada perlindungan kebebasan.
• Adminisrative competense and transparency, yaitu kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi.
• Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonstrasi di dalam departemen.
• Penciptaan pasar yang kompetitif, yaitu penyempur-naan mekanisme pasar peningkatan peran pengu-saha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta.
3. Karakteristik atau prinsip-prinsip dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (UNDP) :
1. Partisipasi (Participation),
2. Aturan Hukum (Rule of Law),
3. Transparan (Transparency),
4. Daya Tanggap (Responsiveness),
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation),
6. Berkeadilan (Equity),
7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency),
8. Akuntabilitas (Accountability),
9. Bervisi Strategis (Strategic Vision),
10. Saling Keterkaitan (Interrelated).
Pengertian kepemimpinan yang baik
World Bank
penyelenggaraan
manajemen pemerintahan
solid dan bertang-gungjawab
prinsip demokrasi
pasar yang efisien
UNDP
hubungan sinergis dan konstruktif
negara
Sektor Swasta
Masyarakat
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000
kepemerintahan
mengembangkan
menerapkan
prinsip -prinsip
ekonoModul Sosialisasi AKIP
(LAN & BPKP 2000)minya
Proses
Penyelenggaraan
tidak hanya pembangunan
kekuasaan negara
Dalam pelaksanaan
penyediaan public goods and services
4. Dampak Kepemerintahan Yang Tidak Transparan
Faktor Penyebab Terjadinya Penyelenggaraan Pemerintah Yang Tidak Transparan
Pemerintah diselenggarakan dalam rangka pencapaian kesejahteraan bersama bagi warga masyarakat.
Sistem politik yang tertutup,
Sumber daya manusianya bersifat feodal, opportunis “aji mumpung”
Pendekatan “ingin dilayani” sbg aparatur pemerintah.
5. Faktor lain penyebab terjadinya pemerintahan yang tidak transparan
6. Akibat dari Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Transparan
No Faktor-Faktor Uraian / Keterangan
1. Pengaruh Kekuasaan Ingin mempertahankan kekuasaanya.
Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik,
Mengabaikan proses demokratisasi,
Bersifat sentralistis,
Penyelahgunaan kekuasaan.
2. Moralitas Terabaikannya nilai-niai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai sumber etika.
Melakukan perbuatan tercela : berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia.
3. Sosial-Ekonomi
Sering terjadinya konflik sosial sebagai konsekuensi keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan yang tidak dikelola dengan baik dan adil.
Perilaku ekonomi yang sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar.
4. Politik dan Hukum
Sistem politik yang otoriter sehingga para pemimpinya tidak mampu lagi menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Hukum telah menjadi alat kekuasaan sehingga pelaksanaannya banyak bertentangan dengan prinsip keadilan, termasuk masalah hak warga negara dihadapan hukum.
1. Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga negara terhadap pemerintah.
2. Rendahnya partisipasi warga negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah.
3. Sikap Apatis warga negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan dengan kebijakan publik.
4. Jika rejim yang berkuasa sangat kuat dan lemahnya fungsi legislatif, maka KKN merajalela dan menjadi budaya yang mendarah daging (nilai dominan).
5. Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran hukum dan hak asasi manusia.
Beberapa indikator tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan beserta akibat-akibatnya.
No
Karakteristik Indikator Penyelenggaraan Keterangan / Akibat
1. Partisipasi o Warga masyarakat dibatasi/ tidak memiliki hak suara.
o Informasi sefihak (top down) dan lebih bersifat instruktif.
o Lembaga perwakilan tidak bebas berpolitik.
o Kebebasan berpendapat dan pers sangat dibatasi.
Warga masyarakat dan pers cenderung pasif, tidak ada kritik (unjuk rasa), tidak berdaya dan terkekang dengan berbagai aturan dan doktrin.
2. Aturan Hukum
o Hukum lebih berpihak kepada penguasa.
o Penegakkan hukum tidak adil.
o Hak-hak Asasi Manusia terabaikan.
Penguasa menjadi otoriter, posisi tawar masyarakat lemah, masyarakat banyak ketakutan
3. Transparan Informasi yang diperoleh satu arah, yaitu hanya dari pemerintah.
Masyarakat sangat dibatasi dalam memperoleh informasi.
Sulit bagi masyarakat untuk mengevaluasi pemerintahan.
Pemerintah sangat tertutup dan masyarakat tidak banyak tahu apa yang terjadi pada negaranya.
4. Daya Tanggap
Proses pelayanan sentralistik.
Banyak pejabat memposisikan diri sebagai penguasa.
Layanan kepada masyarakat diskriminatif dan konvensional
Layanan kepada masyarakat sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. Berorientasi Konsensus
Pemerintah banyak bertindak sebagai alat kekuasaan negara.
Lebih banyak bersifat komando dan instruksi dan segala bentuk prosedur lebih bersifat formalitas.
Tidak ada peluang untuk mengadakan musyawarah.
Pemerintah cenderung otoriter karena menu-tup jalan bagi dilaksa-nakannya konsensus dan musyawarah.
6. Berkeadilan Adanya diskriminasi gender,
Menutup peluang bagi dibentuknya LSM
Banyak peraturan yang masih berpihak pada gender tertentu.
Arogansi kekuasaan sangat dominan dalam menentukan penye-lenggaraan pem.
7. Efektivitas dan Efisiensi
Manajemen penyelenggaraan negara terpusat (top down).
Banyak acara-acara seremonial.
Pemanfaatan SDA dan SDM tidak berdasarkan kebutuhan.
Negara cenderung salah urus dalam mengelola SDA dan sumber daya manusianya
8. Akuntabi-litas
Pengambil keputusan didominasi oleh pemerintah.
Swasta dan masyarakat memiliki peran yang sangat kecil.
Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi strategis.
Masyarakat dan pers tidak diberi ruang menilai pemerintahan.
Dominannya pemerintah dalam semua lini kehidupan.
9. Bervisi Strategis
Pemerintah lebih puas dengan kemapanan yang telah dicapai.
Sulit menerima perubahan mslh politik, hukum dan ekonomi.
Kurang mau memahami aspek-aspek kultural, historis dan kompleksitas masyarakatnya.
Penyelenggaraan pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan jangka
Banyaknya penguasa yang pro status quo dan kemapanan sehingga tidak memperdulikan terjadinya perubahan.
panjang.
10. Saling Keterkaitan
Penguasa mengabaikan peran swasta atau masyarakat.
Pemerintah merasa yang paling benar dan paling pintar.
Masukan atau kritik dianggap provokator anti stabilitas.
Swasta dan masyarakat tidak diberi kesempatan bersinergi.
Para pejabat peme-rintah sering dianggap lebih tahu dalam segala hal, sehingga masyara-kat tidak tidak punya keinginan untuk bersinergi.
Aspek -Aspek good geverment
Hukum / Kebijaksanaan
aspek yang ditunjukkan
Perlindungan
Kebebasan
Adminisrative competense and
transparency
kemampuan
membuat perencanaan
melakukan Implementasi
Desentralisasi
Regional
Dekonstrasi
Dalam apartemen
Penciptaan pasar yang kompetitif
Penyempurnaan
Mekanisme
Pasar
Dampak Pemerintahan yang tidak transparan
Pengaruh Kekuasaan Moralitas Sosial
Ekonomi Politik
Hukum
Karakteristik atau prinsip-prinsip dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (UNDP)
Partisipasi
Warga Masyarakat
Pers
cenderung
Pasif
Aturan
Hukum
Penguasa
Otoriter
Transparan
Pemerintah
Tertutup
Daya Tanggap
Layanan
Masyarakat
sarat
KKN
Berorientasi
Kunsensus
Pemerintah
Otoriter
Berkeadilan
Kekuasaan
Dominan
Efektivitas
Efisiensi
Negara
Salah
Mengelola
SDA
Akuntabilitas
Dominan
Pemerintah
Bervisi Strategis
Tidak
Mempedulikan
Perubahan