Pengertian Autis Fix

10
1. Pengertian Autis Autisme Autisme berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri (Budhiman, 2002). Autis adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi,interaksi,dan perilaku yang terjadi pada masa awal anak-anak.Istilah autis menggambarkan keadaan yang cenderung dikuasai oleh pikiran atau perilaku yang terpusat pada diri sendiri (Maulani,2005) Peluang munculnya autis sangat cepat tahun 1980-an di AS,dari hanya 4-5 anak yang autis per 10.000 kelahiran naik menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran pada tahun 1990-an.Data pada tahun 2001 dari Centers for Disease Control and Prevention di Amerika menunjukkan penderita autis sudah mencapai 60 per 10 ribu kelahiran.Di Indonesia hasil penelitian terbaru menunjukkan 1 dari 150 balita di Indonesia kini menderita autis.Laporan terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan hal serupa yang mana perbandingan anak autis dengan normal di seluruh dunia termasuk Indonesia telah mencapi 1: 100. Hal tersebut diungkapkan dalam kusi tentang Autis dan Penanggulangan yang diselenggarkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 2005. 2. Gejala a. Gangguan Komunikasi

description

autisme

Transcript of Pengertian Autis Fix

Page 1: Pengertian Autis Fix

1. Pengertian Autis

Autisme Autisme berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata

autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri

(Budhiman, 2002).

Autis adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang

komunikasi,interaksi,dan perilaku yang terjadi pada masa awal anak-anak.Istilah autis

menggambarkan keadaan yang cenderung dikuasai oleh pikiran atau perilaku yang

terpusat pada diri sendiri (Maulani,2005)

Peluang munculnya autis sangat cepat tahun 1980-an di AS,dari hanya 4-5 anak

yang autis per 10.000 kelahiran naik menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran pada tahun

1990-an.Data pada tahun 2001 dari Centers for Disease Control and Prevention di

Amerika menunjukkan penderita autis sudah mencapai 60 per 10 ribu kelahiran.Di

Indonesia hasil penelitian terbaru menunjukkan 1 dari 150 balita di Indonesia kini

menderita autis.Laporan terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan hal

serupa yang mana perbandingan anak autis dengan normal di seluruh dunia termasuk

Indonesia telah mencapi 1: 100. Hal tersebut diungkapkan dalam kusi tentang Autis dan

Penanggulangan yang diselenggarkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 2005.

2. Gejala

a. Gangguan Komunikasi

Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna.

Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti

orang lain.

Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.

Senang meniru atau membeo (echolalia).

Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa

mengerti artinya.

Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang

verbal) sampai usia dewasa.

Page 2: Pengertian Autis Fix

Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,

misalnya bila ingin meminta sesuatu.

b. Interaksi Sosial

Penyandang autistik lebih suka menyendiri.

Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan.

Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.

c. Gangguan Sensoris

Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.

Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.

Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.

Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

d. Pola Bermain

Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.

Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

Tidak kreatif, tidak imajinatif.

Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya

diputar-putar.

Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda.

Dapat sangat lekat dengan benda- benda tertentu yang dipegang terus dan

dibawa kemana-mana.

e. Perilaku

Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit).

Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,

mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang-

ulang.

Tidak suka pada perubahan.

Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.

f. Emosi

Page 3: Pengertian Autis Fix

Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa

alasan.

Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan

keinginannya.

Kadang suka menyerang dan merusak.

Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri.

Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain (Suryana,

2004).

3. Faktor penyebab

Genetika

Diduga tidak hanya satu gen saja yang memungkinkan kemunculan gangguan

autisme, hasil riset menduga adanya beberapa jenis gen yang berbeda atau

kombinasi diantaranya yang memungkinkan resiko terkena autisme. Bila dalam

satu keluarga mempunyai 1 anak menderita autisme maka prevalensi mempunyai

anak autisme sebesar 3-8%, sementara pada kembar monozigot sebesar 30%.

Infeksi, diantaranya virus rubella yang menginfeksi jamur dalam kandungan yang

menyebabkan cytomegallo

Bahan Pangan (pengawet, pewarna, perasa)

Anak autis harus terhindar dari bahan makanan yang mengandung gluten,kasein

dan zat tambahan makanan seperti MSG,pewarna makanan,dan gula sintetis.

Gluten adalah protein dari tepung terigu dan hasilnya seperti sereal

gandum,barlei,oats,dan masakan yang terbuat dari tepung terigu seperti

mie,roti,kue-kue kering dll.Sebagai bahan makanan pengganti dapat memanfatkan

makanan tradisional.Makanan berbahan tepung beras,tepung jagung,tepung

maizena.

Page 4: Pengertian Autis Fix

Kasein adalah protein dari susu yang berasal dari hewan dan hasil olahannya

seperti keju,susu asam,mentega dll yang terbuat dari susu.Pengganti dari produk

susu ini dapat diperloleh dari susu kedelai ,susu kentang,dan susu almond. Namun

juga hindari MSG,pewarna makanan,gula sintetis karena produk ini terbuat dari

bahan-bahan kimia pada pangan olahan yang hanya berfungsi untuk menambah

rasa,bukan sebagi pengganti produk ini.

Polusi (udara Pb dalam knalpot, merkuri pada ikan laut)

4. Penanganan Autisme

a. Diet tanpa gluten dan kasein

Berbagai jenis diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan

autis.Pada umumnya orang tua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein ,hal ini

berarti anak autis menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan

kasein.Pada orang sehat mengkonsumsi gluten dan kasein tidak akan mengakibatkan

masalah yang serius/memicu menimbulkan gejala.Penurunan gejala autis dengan diet

khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu,apabila setelah

beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan,berarti diet tersebut

tidak cocok untuk anak autis (Soenardi dan Soetarjo,2009)

Dalam Siregar (2003).gejala tingkah laku autis membaik ketika anak autis

melakukan diet terhadap susu sapi.Proses inflamasi menahun pada usus dapat

menyebabkan meningkatnya pemebialitas pada mukosa usus.Keadaan ini

memudahkan masuknya peptide dan zat racun pada makanan yang dapat

mengakibatkan perubahan tingkah laku pada anka autis.

b. Diet zat aditif

Fiengold (1970) dalam Hidayat dkk (2006).didapatkan bahwa anak dengan

berbagai gangguan perilaku dapat diobati dengan mengurangi makanan yang

mengandung zat aditif dan salisilat.

c. Diet gula murni

Makanan yang mengandung gula dapat peningkatan kadar gula dengan cepat dan

meningkatnya pelepasan insulin.Hal ini dapat menimbulkan “reactive

hypoglycaemia” dan menyebabkan turun naiknya kadar gula tanpa terkendali,kondisi

Page 5: Pengertian Autis Fix

ini sering disertai juga dengan penurunan serotonin yang dapat mengacaukan proses

berpikir. Kadar gula yang mendadak tinggimenybakan kemampuan tubuh untuk

mempertahankan mineral tembaga dan cromium rendah,sehingga kemampuan untuk

menstabilkan kadar gula pun menjadi melemah.Penuruna kadar gula secara cepat

dapat pula memicu pengeluaran adrenalin yang mengakibatkan menuculnya perilaku

hiperkinetik,berupa bingung,cemas,gelisah dan kasar. (Hidayat dkk,2006).

d. Diet anti yeast/ragi atau jamur

Diet ini diberikan pada anak dengan ganguan infeksi jamur/yeast. Pertumbuhan

jamur berhubungan erat dengan gula,jadi makanan yang dihindari adalah makanan

yang mengandung gula,yeast dan jamur (Soenardi dan Soetarjo,2009).

5. Beberapa penanganan terapi yang telah dikembangan untuk membantu anak autisme

antara lain;

a. Terapi Tingkah laku Berbagai jenis terapi tingkahlaku telah dikembangkan untuk

mendidik penyandang autisme, mengurangi tingkahlaku yang tidak lazim dan

menggantinya dengan tingkahlaku yang bisa diterima dslsm masyarakat Terapi ini

sangat penting untuk membantu penyandang autisme untuk lebih bisa menyesuaikan

diri dalam masyarakat.

b. Terapi wicara Terapi wicara seringkali masih tetap dibutuhkan untuk memperlancar

bahasa anak. Menerapkan terapi wicara pasda anak autisme berbeda daripada anak

lain. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup mendalam tentang

gangguan bicara pada anak autisme.

c. Pendidikan kebutuhan khusus Pendidikan pada tahap awal diterapkan satu guru

untuk satu anak. Cara ini paling efektif karena anak sulit memusatkan perhatiannya

dalam suatu kelas yang besar. Secara bertahap anak dimasukan dalam kelompok kelas

untuk dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal. Penggunaan guru pendamping

sebaiknya tidak terlalu dominan, yang diharapkan adalah anak dengan gangguan

autisme dapat secara terus menerus belajar dengan anak-anak lainnya dalam satu

pembelajaran bersama. Pola pendidikan yang terstruktur baik di sekolah maupun di

rumah sangat diperlukan bagi anak ini. Mereka harus dilatih untuk mandiri, terutama

soal bantu diri. Maka seluruh keluarga di rumah harus memakai pola yang sama Agar

tidak membingungkan anak.

Page 6: Pengertian Autis Fix

d. Terapi okupasi

Sebagian individu dengan gangguan autisme mempunyai perkembangan motorik

terutama motorik halus yang kurang baik. Terapi okupasi diberikan untuk membantu

menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot halus seperti tangan.

Otot jari tangan penting dilatih terutama untuk persiapan menulis dan melakukan

segala pekerjaan yang membutuhkan keterampilan motorik halus.

e. Terapi medikamentosa (obat) Pada keadaan tertentu individu dengan gangguan

autisme mempunyai beberapa gejala yang menyertai gangguan autisme, seperti

perilaku agresif atau hiperaktivitas. Pada individu dengan keadaan demikian

dianjurkan untuk menggunakan pemberian obat-obatan secara tepat. Penggunaaan

obat-obat yang digunkan biasanya dilakukan dengan cermat agar memperoleh

pengaruh positif terhadap perkembangan anak (Sugiarmin,2008).

6.

1. Sugiarmin,Muhammad.2008.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-MOHAMAD_SUGIARMIN/INDIVIDU_DENGAN_GANGGUAN_AUTISME.pdf

Andyca,Febby.2012.Fakto-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak autis di tiga

rumah autis. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20290215-S-Febby%20Andyca.pdf

Siregar,Sjawatri.2003.Alergi Susu Sapi dan ASD.makalah Lengkap Konferensi Nasional

Autisme.Jakarta.

Soenardi,Tuti dan Soetarjo,Susirah.2009.Terapi Makanan Anak dengan Gangguan Autisme.

http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/index2.php?option-com_content&do_pdf-1&id-52

Budhiman, M. (2002). Makalah: Autistic spectrum disorder. Jakarta: Yayasan Autisma

Indonesia.

Budhiman, M., Shattock, P., & Ariani, E. (2002). Langkah awal menanggulangi autisme dengan

memperbaiki metabolisme tubuh. Jakarta : Nirmala.

Page 7: Pengertian Autis Fix

Ginanjar,Adriana S. 2009. http://www.lspr.edu/csr/autismawareness/media/seminar/Penanganan

%20Terpadu%20bagi%20Anak%20Autis%20-%20Dr%20Adriana%20S%20Ginanjar%2009-09-08.pdf

(diakses tanggal 15 November 2013).

Maulani,caerita.2005.Kiat Merawat Gigi Anak.Jakarta:PT. elex Media Komputindo

Suryana, A. (2004). Terapi autisme, anak berbakat dan anak hiperaktif. Jakarta: Progres Jakarta.