PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME ...repository.ub.ac.id/4929/1/Zakaria Zainudin Al...
Transcript of PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME ...repository.ub.ac.id/4929/1/Zakaria Zainudin Al...
PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME (osphronemus goramy) DI DESA GENDINGAN KECAMATAN KEDUNGWARU
KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
ZAKARIA ZAINUDIN AL AKBAR NIM. 105080400111018
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME (osphronemus goramy) DI DESA GENDINGAN KECAMATAN KEDUNGWARU
KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh : ZAKARIA ZAINUDIN AL AKBAR
NIM. 105080400111018
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan skripsi yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan usulan skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Mahasiswa
Zakaria Zainudin Al Akbar
RINGKASAN ZAKARIA ZAINUDIN AL AKBAR. Skripsi tentang Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan MOCHAMMAD FATTAH, Spi, MSi).
Ikan gurame adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi.Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup dikenal dan banyak diminati di Indonesia. Hal ini karena ikan gurame memiliki kelebihan yaitu rasa daging yang enak, pemeliharaan mudah serta harga relatif stabil. Ikan ini sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengetahui faktual usaha terkini dari aspek teknis, aspek finansiil, aspek pemasaran dan aspek manajemen.2). Mengetahui dari strategi pengembangan usaha dengan analisis SWOT.3). Mengetahui perencanaan strategi finansiil dan pengembangan jangka panjang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Sedangkan jenis penelitian mengunakan metode Studi kasus. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Jenis dan sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis data yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Untuk analisis kualitatif yaitu meliputi : 1). Aspek teknis pada pembesaran ikan gurame mulai dari persiapan sampai pemanenan. 2). Aspek pemasaran (permintaan dan penawaran, saluran pemasaran, margin pemasaran 3). Aspek manajemen. 4). Analisis SWOT perencanaan pengembangan usaha pembesaran ikan gurame kedepannya. Sedangkan untuk analisis deskriptif kuantitatif dengan menganalisa aspek Finansiil yang meliputi dua analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.
Aspek teknis pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi meliputi persiapan kolam (tempat/lokasi, peralatan, pengisian air), penebaran benih dan penyeleksian ikan, pemberian pakan, pemeliaharan ikan dari penyakit dan hama, pemanenan, dan proses timbang dan menaikkan hasil panen kedalam truck pengangkut.
Analisis finansiil pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi analisis jangka pendek dan jangka panjang. Analisis jangka pendek selama setahun memperoleh penerimaan sebesar Rp 65.000.000,-, nilai R/C ratio sebesar 1,44 yang artinya lebih dari 1 usaha ini menguntungkan, keuntungan sebesar Rp 19.988.500,-, rentabilitas/presentase keuntungan sebesar 44%, BEP sales 13.681.643. BEP unit 526 unit.
Perencanaan finansiil pada usaha pembesaran ikan gurame di Desa Gendingan dengan analisis finansiil jangka panjang selama sepuluh tahun (2017-2025) pada usaha pembesaran ikan gurame milik Pak Burhan melakukan penambahan investasi sebesar Rp 50.792.500,-, dengan net present value sebesar Rp 88.570.459,-, net benefit cost ratio sebesar 2,92, internal rate of return sebesar 52%, payback period/waktu pengembalian modal sekitar 2,10 tahun.
Aspek pemasaran pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi permintaan untuk ikan gurame semakin meningkat dilihat dari penawaran yang dilakukan oleh Bapak Burhanudin selalu kurang untuk memenuhi permintaan yang tinggi, penetapan harga pada ikan gurame sesuai dengan harga yang di tetapkan oleh pengepul. saluran pemasaran usaha pembesaran ikan gurame milik Pak Burhanudin hanya melalui pengepul.
Aspek manajemen pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi perencaan sebelum melakukan kegiatan usaha pembesaran ikan gurame masih bersifat sederhana, sistem pengorganisasian belum diterapkan masih dilakukan sendiri, pelaksanaan yang belum berjalan secara maksimal sedangkan pengawasan yang dilakukan hanya pengawasan pada saat dilakukan teknis pembesaran ikan gurame dan perawatan ikan gurame, tidak pada pengawasan keuangan dengan manajemen keuangan yang kurang baik.
Analisis SWOT meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Diagram analisis SWOT pada usaha pembesaran ikan gurame arah pengembangan usaha dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) yang menggunakan strategi strength opportunities (SO) dengan mengoptimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi pengembangan pada usaha pembesaran ikan gurame yaitu memanfaatkan peluang pasar yang masih terbuka ; mempertahankan kualitas ikan gurame ; memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung usaha budidaya dalam pengembangan usaha ; memanfaatkan hubungan baik dengan pengepul.
Saran yang diberikan peneliti untuk perencanaan pengembangan usaha pembesaran ikan gurame yaitu. 1) Menerapkan strategi strength opportunities (SO) dengan cara mengoptimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang untuk mengembangkan usaha pembesaran ikan gurame. 2) Manambah tenaga kerja dan melakukan manajeman pembukuan keuangan. 3) Menambah kapasitas produksi terhadap ikan gurame untuk dapat memenuhi permintaan konsumen dan pasar ikan gurame. 4) Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang perencanaan pengembangan usaha pembesaran ikan gurame di lokasi lain selain di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih :
1. Kepada Allah SWT, yang selalu memberikan berkah yang tidak ternilai dan
selalu memberikan kekuatan kepada peneliti dalam menghadapi segala
kesulitan selama proses pengerjaan laporan ini.
2. Kepada Kedua orang tua, Bapak Burhanudin dan Ibu Maherawati, serta
keluarga besarku yang selalu saya hormati dan cintai di rumah atas do’a
motivasi dan segala dukungan moril maupun spiritual.
3. Kepada Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penyusunan
laporan Skirpsi sehingga dapat terselesaikan.
4. Kepada Bapak Mochammad Fattah, Spi, MSi selaku Dosen Pembimbing
yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penyusunan
laporan Skirpsi sehingga dapat terselesaikan.
5. Kepada Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP yang telah bersedia memberikan
masukan dan kritikan serta waktunya untuk menguji skripsi ini.
6. Kepada Ibu Tiwi Nurjannati U, Spi, MM yang telah bersedia memberikan
masukan dan kritikan serta waktunya untuk menguji skripsi ini.
7. Kepada teman – teman terdekat saya yang tidak bisa saya sebut satu
persatu, terimakasih sudah membantu dan selalu mensupport saya dalam
kuliah maupun menyelesaikan tugas akhir skripsi saya.
8. Kepada teman – teman seangkatan FPIK Brawijaya 2010
9. Kepada Keluarga Besar PSHT ( Persaudaraan Setia Hati Terate ) yang telah
memberikan dukungan serta masukan untuk menyelesaikan Skripsi sehingga
dapat terselesaikan.
10. Kepada Keluarga Besar VR-TA ( Vixion Riders Tulungagung ) yang telah
memberikan dukungan serta masukan untuk menyelesaikan Skripsi sehingga
dapat terselesaikan.
Malang, Juli 2017
Penulis
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh,
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan laporan skripsi yang berjudul
Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Desa Gendingan
Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Tulisan
ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi aspek teknis, aspek
pemasaran, aspek manajemen, aspek finansiil, kelayakan finansiil usaha,
strategi pengembangan usaha dan perencanaan pengembangan usaha jangka
panjang. Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,
tetapi masih dirasakan banyak kekurang tepatan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Wassalam’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh
Malang, Juli 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
1. HALAMAN JUDUL ............................................................................. i 2. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii 3. HALAMAN ORISINALITAS ................................................................ iii 4. RINGKASAN ...................................................................................... iv 5. UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................... v 6. KATA PENGANTAR ........................................................................... vi 7. DAFTAR ISI ........................................................................................ vii 8. DARTAR TABEL ................................................................................ viii 9. DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix 10. DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 1.4 Kegunan Penelitian ....................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 6 2.2 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Gurame .......................................... 8 2.3 Usaha budidaya Ikan Gurame ....................................................... 10 2.4 Aspek Teknis ................................................................................. 10 2.5 Kelayakan Bisnis ........................................................................... 12 2.6 Analisis SWOT .............................................................................. 19 2.7 Kerangka Berfikir ........................................................................... 26
3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28 3.2 Jenis Penelitian .............................................................................. 28 3.3 Subjek Penelitian ........................................................................... 29 3.4 Pengumpulan Data ........................................................................ 29 3.5 Sumber Data ................................................................................. 31
3.5.1 Data Primer ............................................................................ 31 3.5.2 Data Sekunder ........................................................................ 31
3.6 Analisis Data .................................................................................. 32 3.6.1 Analisis Data Kualitatif ............................................................ 32 3.6.2 Analisis Data Kuantitatif .......................................................... 33
3.7 Analisis SWOT ............................................................................... 37
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Keadaan Topografis ................................ 43 4.2 Kondisi Penduduk ......................................................................... 44 4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 44 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................... 45 4.5 Keadaan Umum Usaha Perikanan Tulungagung ........................... 46
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karateristik Responden ................................................................. 48 5.2 Gambaran Umum Usaha Pembesaran Ikan Gurame .................... 48 5.3 Aspek Teknis Pembesaran Ikan Gurame ...................................... 49
5.3.1 Tahap Persiapan .................................................................... 49 5.3.2 Pembersihan dan Pengeringan Kolam .................................... 52 5.3.3 Pengisian Air Kolam ................................................................ 53 5.3.4 Penebaran Benih .................................................................... 53 5.3.5 Pemeliharaan Ikan Gurame ................................................... 54 5.3.6 Pemberian Pakan .................................................................. 54 5.3.7 Pemanenan ........................................................................... 55
5.4 Aspek Pemasaran ......................................................................... 55 5.4.1 Permintaan dan Penawaran .................................................... 56 5.4.2 Penetapan Harga ................................................................... 57 5.4.3 Saluran Pemasaran ............................................................... 58
5.5 Aspek Finansiil .............................................................................. 59 5.5.1 Analisis Jangka Pendek ......................................................... 59 5.5.2 Analisis Jangka Panjang ........................................................ 63
5.6 Aspek Manajemen ......................................................................... 67 5.6.1 Perencanaan (Planning) ........................................................ 67 5.6.2 Pengorganisasian (Organizing) .............................................. 69 5.6.3 Pergerakan (Aktuating) .......................................................... 69 5.6.4 Pengawasan (Controlling) ...................................................... 69
5.7 Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Gurame Dengan Analisis SWOT ................................................................. 70
5.7.1 Faktor Internal ........................................................................ 70 5.7.2 Faktor Eksternal ..................................................................... 75 5.7.3 Analisis Diagram SWOT ........................................................ 81 5.7.4 Matrik SWOT ......................................................................... 83
6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 88 6.2 Saran ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 91
LAMPIRAN ..................................................................................................... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
1. MATRIK SWOT .................................................................................. 22 2. IFAS .................................................................................................... 39 3. EFAS ................................................................................................... 40 4. PENYUSUNAN MATRIK SWOT .......................................................... 40 5. DATA JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN. .............. 44 6. DATA PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN .......... 44 7. DATA PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN ........... 45 8. RINCIAN TOTAL PENERIMAAN HASIL PENJUALAN USAHA
PEMBESARAN IKAN GURAMI. .......................................................... 61 9. HASIL ANALISIS SENSITIVITAS BIAYA NAIK 36% ......................... 65 10. HASIL ANALISIS SENSITIVITAS ASUMSI BENEFIT
TURUN 24.5% ..................................................................................... 66 11. HASIL ANALISIS SENSITIVITAS ASUMSI BIAYA NAIK 11.5% DAN
BENEFIT TURUN 7.5% ....................................................................... 66 12. HASIL ANALISIS SENSITIVITAS ASUMSI BIAYA NAIK 17% DAN
BENEFIT TURUN 24% ........................................................................ 67 13. INDIKATOR FAKTOR INTERNAL ....................................................... 71 14. KRITERIA PEMBOBOTAN DAN RATING PADA FAKTOR
KEKUATAN ......................................................................................... 71 15. KRITERIA PEMBOBOTAN DAN RATING PADA FAKTOR
KELEMAHAN ...................................................................................... 73 16. MATRIK IFAS PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME. ........ 75 17. INDIKATOR FAKTOR EKSTERNAL ................................................... 76 18. KRITERIA PEMBOBOTAN DAN RATING PADA FAKTOR
PELUANG ........................................................................................... 76 19. KRITERIA PEMBOBOTAN DAN RATING PADA FAKTOR
ANCAMAN .......................................................................................... 78 20. MATRIKS EFAS PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME .... 80 21. MATRIK SWOT USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME ................ 84
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. IKAN GURAME .................................................................................. 9 2. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN ................................ 27 3. MATRIK GRAND STRATEGY ............................................................. 41 4. KOLAM PEMBESARAN ...................................................................... 50 5. POMPA AIR SEBAGAI ALAT PENGISIAN AIR KOLAM .................... 51 6. PIPA PARALON UNTUK SIRKULASI ................................................ 51 7. PENGERINGAN KOLAM .................................................................... 53 8. PENGISIAN AIR KOLAM .................................................................... 53 9. PEMBERIAN PAKAN .......................................................................... 55 10. SALURAN PEMASARAN .................................................................... 59 11. DIAGRAM ANALISIS SWOT ............................................................... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian di Kabupaten Tulungagung
2. Modal Tetap dan Penyusutan Selama Setahun
3. Modal Lancar Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
4. Modal Kerja Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
5. Biaya tetap Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
6. Biaya Tidak Tetap Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
7. Biaya Produksi
8. Produksi dan Penerimaan
9. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
10. Keuntungan Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
11. Rentabilitas
12. Break Even Point (BEP)
13. Analisis Penambahan Investasi (Re-investasi) Pada Usaha
Pembesaran Ikan Gurame
14. Analisis Jangka Panjang Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame
Dalam Keadaan Normal
15. Analisis Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Gurame Dalam
Keadaan Tidak Layak Jika Biaya Naik 36%
16. Analisis Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Gurame Dalam
Keadaan Tidak Layak Benefit turun 24,5%
17. Analisis Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Gurame Dalam
Keadaan Tidak Layak Jika Benefit Turun 7,5% dan
Biaya Naik 11,5%
18. Analisis Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Gurame Dalam
Keadaan Tidak Layak Jika Biaya Benefit Turun 24% dan
Biaya Naik 17%
1
l. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai
sepanjang 104.000 km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut
yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya. Selain itu
Indonesia tetap berhak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan
kekayaan alam di laut lepas di luar batas 200 mil laut Zona Ekonomi Eksklusif,
serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan
internasional di luar batas landas kontinen (Soesilo, 2011).
Ikan banyak terdapat di daerah perikanan laut dan daerah perikanan darat.
Banyak sekali macam ikan yang terdapat di daerah perikanan darat. Ikan
tersebut dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu ikan peliharaan, ikan buas dan
ikan liar. Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, antara lain
ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia
yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah
satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan
gurame adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para
petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi.Ikan ini merupakan
salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup dikenal dan banyak diminati di
Indonesia. Hal ini karena ikan gurame memiliki kelebihan yaitu rasa daging yang
enak, pemeliharaan mudah serta harga relatif stabil. Ikan ini sudah lama dikenal
orang dan telah banyak dibudidayakan. Namun usaha-usaha yang dilakukan
untuk menunjang ke arah budidaya yang intensif belum banyak dilaksanakan
(Rusito, 2015)
Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya pertambahan
penduduk yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan protein hewani
2
oleh masyarakat setiap tahunnya maka, perlu adanya peningkatan produksi ikan
gurame, maka perlu adanya perluasan pembudidayaan ikan gurame dengan
peningkatan produksi ikan secara massal, baik secara kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga dapat dijadikan sebagai komoditas baru terhadap ikan lain
yang biasa dipasarkan.Ikan gurami sangat potensial dibudidayakan di Indonesia.
Banyak faktor yang menjadikan prospek budidaya gurami menjadi sangat
menjanjikan. Faktor pendukung tersebut diantaranya adalah lahan untuk
budidaya gurami masih sangat banyak tersedia, benih dan pakannya mudah
didapat, serta data tentang cara budidayanya cukup memadai (Agromedia,
2010).
Menurut Sitanggang (1990) Gurami adalah salah satu jenis ikan kultur air
tawar yang sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan. Gurami
yang rasa dagingnya amat lezat ini diketahui masyarakat sebagai makhluk yang
lamban pertumbuhannya. dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
Bogor, pada ukuran tertentu gurami dapat tumbuh dengan cepat bila diberikan
makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Selain dipasarkan di dalam negeri,
Gurami juga berpotensi dipasarkan keluar negeri. Selama ini, untuk memenuhi
permintaan kebutuhan di dalam negeri, gurami masih dipasok dari sentra
penghasil gurami seperti jawa barat. Namun, Kebutuhan gurami seperti Jawa
Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
namun hingga saat ini untuk kebutuhan gurami di dalam negeri masih saja belum
terpenuhi seluruhnya (Agromedia, 2007).
Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi sumber daya perikanan
berupa perairan laut, payau, perairan umum dan budidaya ikan air tawar.
Kegiatan usaha perikanan dalam memanfaatkan potensi tersebut meliputi
cabang-cabang usaha tangkap laut dan perairan umum, budidaya udang di
3
tambak dan budidaya ikan konsumsi maupun ikan hias air tawar di kolam
pasangan, kolam tanah yang berupa pekarangan, tegalan, dan sawah.
Perkembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tulungagung
dikelompokkan pada dua usaha yaitu budidaya ikan hias dan konsumsi. Ikan
hias dikhususkan pada ikan mas koki (kaliko, tosa, rasket, mutiara, lion head
(kepala singa), mata kantong (mata bola), mas lowo, tekim, spenser, rensil dan
40 jenis ikan hias lainnya), sedangkan ikan konsumsi yang berorientasi pasar
adalah dominasi ikan lele, gurami, tombro, nila hitam, dan tawes. Pembudidaya
ikan hias di Kabupaten Tulungagung sebanyak 2.256 RTP dengan jumlah
pembudidaya 3.396 orang yang terpusat di Kecamatan Sumbergempol,
Kedungwaru, Boyolangu, Tulungagung, sedangkan Pembudidaya ikan konsumsi
sebanyak 10.370 RTP dengan jumlah pembudidaya 12.220 orang, yang tersebar
di 12 Kecamatan potensi perikanan, yaitu Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol,
Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel, Kalidawir, Karangrejo,
Gondang, dan Kauman. Sedangkan untuk potensi budidaya ikan di air deras
berada pada wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang. Untuk ikan hias,
karena menguasai hampir 90 % di Indonesia dan malah sebagian sudah
diekspor ke negeri tetangga, salah satunya dijadikan sebagai maskot (yaitu,
strain tosa) dan produk unggulan Kabupaten Tulungagung untuk dikembangkan
dengan memenuhi permintaan pasar. Pemasaran ikan hias dan konsumsi dari
Kabupaten Tulungagung, meliputi Jakarta, Bali/Denpasar, Bandung, Yogyakarta,
Tegal, Semarang, Surabaya Juanda, Purwokerto, sebagian Sumatra, Sulawesi,
dan untuk ekspor ikan hias telah menjalin hubungan dengan eksportir dari Bali
dan Jakarta ( DKP Tulungagung, 2015 )
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian maka memungkinkan usaha tersebut untuk
dikembangkan, dengan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran aspek teknis yang meliputi gambaran secara
umum mengenai teknis pelaksanaan kegiatan pembesaran ikan
Gurame, Di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung ?
2. Bagaimana kondisi Aspek pemasaran, manajemen dan finansiil dari
usaha pembesaran ikan gurame Di Desa Gendingan Kecamatan
Kedungwaru Kabupaten Tulungagung ?
3. Bagaimana pengembangan usaha pembesaran ikan gurame Di Desa
Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung
menggunakan analisis SWOT ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai untuk penelitian ini ada beberapa hal, yaitu :
1. Mengetahui deskripsi dan gambaran aspek teknis pada usaha
pembesaran ikan gurame Di Desa Gendingan Kecamatan
Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
2. Mengetahui deskripsi kondisi faktual dari usaha pembesaran ikan
gurame Di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung berdasarkan aspek pemasaran, manajemen dan
finansiil.
3. Menyusun pengembangan usaha pembesaran ikan gurame Di
Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung dengan menggunakan analisis SWOT.
5
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku
perkuliahan di dalam memahami sejauh mana teori-teori tersebut dapat
dipergunakan untuk pemecahan masalah yang ada dan juga dapat
dipraktekan untuk dalam dunia bisnis setelah lulus dari bangku
perkuliahan.
b. Manfaat bagi pembaca
Sebagai tambahan informasi bagi pembaca dan untuk manjadikan
referensi bagi angkatan selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui budidaya ikan gurami di
kelompok Mina Lestari, Turut serta mengetahui biaya produksi, pendapatan dan
sistem budidaya mana yang layak diusahakan antara budidaya dengan
pemberikan makan ikan gurame dengan pakan alami dari dedaunan saja dan
pakan alami dengan tambahan pellet.Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil seluruh anggota kelompok Mina Lestari yang melakukan budidaya
ikan gurami dengan tujuan konsumsi sebagai responden sejumlah 9 orang petani
ikan gurami yang menggunakan pakan alami dan 9 orang petani ikan gurami
yang menggunakan pakan alami dengan tambahan pellet. Dari hasil penelitian
ini, dikeahui bahwa pendapatan usaha budidaya ikan gurami dengan pakan
alami sebesar Rp. 20.646.048 dengan keuntungan sejumlah Rp. 3.137.718
dalam waktu 48 bulan atau 3 (tiga) kali panen. Sedangkan usaha budidaya ikan
gurame dengan pakan tambahan pellet sebesar Rp. 11. 470.334 dengan
keuntungan Rp. 5.675.855 dalam waktu 48 bulan atau 4 (empat) kali
panen.Kelayakan usaha dilihat dari B/C ratio, produktifitas tenaga kerja dan
produktivitas modalnya layak diusahakan (Pujastuti. 2012)
Berdasarkan penelitian Wachidatus (2010), tentang Analisa Usaha
Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) dan Ikan Bandeng
(Chanos-chanos Sp) di Desa Sidokumpul Kecamatan Lamongan Kabupaten
Lamongan Jawa timur. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran
tentang usaha budidaya vannamei dan ikan bandeng, dan untuk mengetahui
kelayakan usaha budidaya udang vannamei dan ikan bandeng sehingga bisa
diketahui apakah usaha budidaya udang vannamei dan ikan bandeng layak dan
7
menguntungkan untuk diusahakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
usaha budidaya udang vannamei dan ikan bandeng layak dan menguntungkan
untuk diusahakan. Usaha yang dilakukan pemilik tambak tergolong semi intensif
ditinjau dari luas lahan dan pemberian pakan alami dan pakan buatan. Dari
analisa ekonomi diperoleh hasil sebagai berikut : Ratio cost (R/C) rata-rata 1,7,
Rentabilitas rata-rata 69,96% dan Analisa titik impas (BEP) sales : 2.868.427.
Berdasarkan penelitian Maulina, Asep, dan Indah (2012), tentang analisis
Prospek Budidaya Tambak Udang. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
profil budidaya tambak, menganalisis prospek budidaya tambak di Kabupaten
Garut berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya serta
menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan
potensi dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Garut. Data
yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis data
menggunakan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang
vannamei di Mekarsari Kabupaten Garut dilakukan secara intensif dengan nilai
R/C sebesar 1,9 dan hasil dari perhitungan matriks strategi perusahaan sekarang
berada pada kuadran 1 yang cenderung mendukung strategi agresif (S-O).
Pemaknaan strategi menghasilkan dua alternatif strategi yaitu peningkatan
produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif berwawasan lingkungan
dan pengembangan produksi tambak dan usaha pembenihan sampai ke
pembesaran.
Oom Rohmawati (2010) meneliti tentang Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar,
Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Tujuan dari penelitian adalah : (1)
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Arifin Fish
Farm dari aspek nonfinansial (aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial,
aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar). (2)Menganalisis kelayakan
8
pengembangan usaha ikan hias air tawar Arifin Fish Farm dari aspek finansial.
(3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha ikan hias air tawar pada Arifin Fish
Farm terhadap perubahan pada harga penjualan. Hasil dari penelitian tingginya
permintaan eksportir dan pedagang pengumpul terhadap ikan hias air tawar
pada Arifin Fish Farm yaitu untuk Black Ghost sebesar 20.000 ekor, dan
Ctenopoma sebesar 159.000 ekor, sedangkan permintaan Patin sebesar
8.260,000 ekor per tahun. Sehingga permintaan yang terpenuhi oleh perusahaan
hanya sebesar 13.545 ekor Black Ghost, 151.900 ekor Ctenopoma, dan
6.693.750 ekor Patin. Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air
tawar rencana pengembangan dengan lahan 800 m2 menunjukan bahwa
perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 2.039.639.749,00, nilai Net
B/C diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60 persen, payback period
sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 434.591.902,00.
Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha rencana pekembangan lahan 800
m2 terhadap penurunan harga penjualan menunjukkan usaha ini masih tetap
layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per
tahun menghasilkan NPV Rp 1.125.203.260,00 ; Net B/C sebesar 2,43 dan IRR
sebesar 34 persen. sedangkan penurunan sebesar 30 persen, menghasilkan
NPV sebesar 667.985.016,00; Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen.
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Gurame
Ikan gurami memiliki bentuk tubuh dan badan memanjang mecapai 65 cm,
tinggi dan pipih kesamping. Memiliki ukuran mulut relatif kecil, miring dan
mempunyai muncung. Ikan gurami juga memiliki garis lateral tunggal, tidak
terputus dan lengkap. Serta memiliki sisik yang sangat licin dan kasar serta
berbentuk stenoid ( bulat ).Ikan gurami juga memiliki gigi rahang di bawah,
mempunyai ekor dengan ciri khas seperti bulan yang berwarna hitam atau gelap.
Selain itu, ekor pada ikan ini juga mempunyai sirip ekor yang membulat serta di
9
lengkapi juga sepasang sirip yang tampak bagus. Secara umumnya, ikan gurami
ini memiliki warna kecoklatan hingga kehitaman dengan di tandai bintik – binti
hitam dan juga putih di bagian sirip dada. Namun, perlu di ketahui tebal daging
pada ikan gurami ini mencapai 1-2 cm dan juga memiliki sisik yang sangat halus.
Oleh karena itu, banyak sekali yang menyukai ikan ini karena memiliki daging
yang sangat tebal. Selain memiliki daging yang sangat tebal ikan gurami juga
sangat mudah di olah atau pun di buat apa saja baik makanan, maupun
masakan dengan rasa yang nikmat dan enak (Freddy. 2016)
Gambar 1. Ikan Gurame
Ada pun klasifikasi dari ikan Gurame menurut Freddy (2016) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animali
Filum : Cordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Bangsa : Labirinthici
Suku : Anabantidae
Famili : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
10
2.3 Usaha Budidaya Ikan Gurame
Pengusaha budidaya ikan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama adalah petani nelayan. Kelompok ini pada
umumnya berupa pengusaha bermodal lemah, berbekal penbgetahuan dari
keluarga yang diteruskan secara turun-menurun. Tujuannya merak hanya untuk
menambah penghasilan sehari-hari. Jenis ikan yang dibudidayakan pun sangat
terbatas. Kelompok kedua, merupakan pengusaha bermodal kuat, kelompok ini
tanggap terhadap perubahan siuasi pasar lokal maupun internasional, sehingga
jenis ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan permintaan pasar. Sasaran
produknya untuk memasok pasar internasional. Sarana budidaya yang dimiliki
jauh lebih maju berskla besar. Meskipun demikian pengusaha ikan kelompok ini
secara keseluruhan belum mengarah ke skla industri (Effendy, 2010).
2.4 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan mengetahui, memahami, dan mengevaluasi
produk yang akan dihasilkan objek studi. Untuk menghasilkan produk produk
diperlukan langkah-langkah properasional, seperti desain, pemilihan dan
penggunaan material (bahan baku), kriteria dan spesifikasi kualitas, proses
produksi sampai dengan pemasaran (Subagyo,2007).
1. Persiapan Kolam
Rendam kolam dengan air dan biarkan minimal 2 minggu untuk
mengetahui bahwa kolam tidak mengalami kebocoran, setelah itu air di
buang dan ganti dengan yang baru, diamkan selama 3 hari untuk proses
pertumbuhan pakan alami.
2. Penebaran benih ikan gurame
Setelah ditebar dikolam yang baru, gurami juga tidak diberi makan selama 1
hari. baru pada hari selanjutnya gurami siap di beri pellet. Hal itu
dimaksudkan agar gurami tidak mengalami stress dilingkungannya yang
11
baru. Karena kalo baru ditebar ke kolam yang baru trus dikasih pellet, dijamin
ikan gurami tidak akan memakannya. Karena gurami masih mengalami
stress dilingkungannya yang baru.
3. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ikan gurame yang paling penting yaitu menjaga
suhu air, setiap hari pada pukul 9 pagi air kolam pembesaran di lakukan
sirkulasi atau penggantian air pada kolam, dengan cara mengisi air lewat
saluran inlet dan mengeluarkan air yang di bawah dengan cara menyedot
dengan selang. Dan di lakukan sampai jam 3 sore, jika hujan sirkulasi air
hanya di lakukan 1-2 jam perhari.
4. Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum dan setelah
di lakukan sirkulasi air kolam. Untuk pagi hari di beri makan berupa
dedaunan seperti daun jati, daun pepaya, daun lumbu, dan daun ketela.
Pada sore diberi makan berupa pellet sebanyak 1 ember tiap kolam.
5. Pasca panen
Pasca panen dilakukan saat ikan gurame berumur 10 bulan, yaitu untuk
mengetahui ukuran dan berat ikan gurame hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ikan gurame sudah bisa di panen untuk ukuran
konsumsi yaitu minimal berbobot 600 gram dan rata rata berbobot 700-
800 gram.
6. Panen
Cara memanen ikan gurame harus dengan hati hati, dan tidak boleh
bertindak kasar terhadap air pada kolam karena ikan gurame memiliki
sifat aktif jika ada suara maupun senggolan dengan benda apapun
maupun dengan orang yang memanen, yang dilakukan pada saat
memanen yaitu mengurangi air kolam sampai yang tersisa sekitar 30 cm,
12
untuk selanjutnya ikan di pinggirkan menggunakan jaring dan kemudian di
angkat dari kolam menggunakan tangan manual satu persatu. Setelah itu
baru ikan di masukkan kedalam blong untuk di timbang.
2.5 Kelayakan Bisnis
Kelayakan berasal dari kata layak yang berarti segala sesuatu dari obyek
pengamatan yang bersifat wajar, benar, dapatditerima, dapat diselesaikan dan
dapat dikerjakan atau dapat memberikan kepuasan pada si pengamat. Dari
batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan usaha adalah
suatu studi yang dilakukan secara mendalam serta seksama tentang berbagai
aktivitas yang akan dikerakan di masa akan datanguntuk melihat atau
mengetahui tingkat kelayakan laba yang diperoleh (Jakfar dan Kasmir,2008).
Study kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi, baik
pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan. Study kelayakan yang
dilakukan untuk menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut
study kelayakn proyek, sedangkan study kelayakn yang dilakukan untuk menilai
kelayakan dalam pengembangan usaha disebut study kelayakan bisnis
(Subagyo, 2007).
Suatu analisis dalam proyek sangat diperlukan karena dalam menjalankan
suatu kegiatan haruslah memenuhi kegiatan agar kegiatan usaha tersebut
berjalan sesuai yang direncanakan atau tidak nantinya. Analisis perlu dilakukan
dari berbagai aspek yaitu aspek teknis, aspek pemasaran, aspek finansiil, aspek
manajemen.
2.5.1 Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran sangat penting untuk kelancaran pendistribusi barang.
Pentingnya fungsi pemasaran bidang perikanan dapat dlihat dari pokok
pembangunan perikanan, dimana antaa lain ditetapkan bahwa pelaksanan
pembangunan khususnya peningkatan produksi dilakukan dengan pendekatan
13
pemasaran. Hal ini disebabkan sifat dari produksi perikanan sendiri yang cepat
rusak sehingga tanpa adanya sistem pemasaran yang baik, maka kedudukan
produsen dalam menjual hasil usahanya menjadi sangat lemah (Sidarta, 1974).
a) Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran artinya menemukan berbagai peluang menarik dan
menyusun strategi pemasaran yang mengutungkan. Strategi pemasaran
bukanlah perencanaa keseluruhan perusahaan, rencana perusahaan haruslah
berorientasi pasar. Maka strategi pemasaran (marketing strategy) menentukan
pasar target dan bauran pemasaran yang yang terkait. Strategi ini merupakan
gambaran besar mengenai yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan di suatu
pasar, dibutuhkan dua bagian yang saling berkaitan:
1. pasar target (target market) yaitu sekelompok pelanggan yang
homogen yang ingin ditarik oleh perusahaan tersebut.
2. Bauran pemasaran (marketing mix) yaitu variabel-variabel yang akan
diawasi yang disusun oleh perusahaan tersebut untuk memuaskan
kelompok yang ditarget, bauran pemasaran mempunyai variable
dasar biasa di sebut 4P, yaitu Product (produk), Place (tempat),
Promotion (promosi), Price (harga) ( Cannon dan William, Mccarthy,
2008).
b). Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah menggolongkan konsumen yang ada dan
potensial bagi produk dan jasa atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka
secara umum. Segmentasi pasar digolongkan ke dalam 4 (empat) segmen, yaitu
segmentasi geografis, segmentasi demografis, segmentasi psikografis dan
segmentasi perilaku (Subagyo, 2007).
14
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), secara khusus dalam aspek pasar dan
pemasaran bahwa tujuan perusahaan untuk memproduksi atau memasarkan
produknya dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan penjualan dan laba
2. Untuk menguasai pasar
3. Untuk mengurangi saingan
4. Untuk menaikkan prestise produk tertentu di pasaran
5. Untuk memenuhi pihak-pihak tertentu
2.5.2 Aspek Finansiil
Aspek keuangan (finansiil) merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan perusahaan secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek keuangan
meliputi penilaian sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya
investasi, estimasi pendapatan dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama
beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan
selama umur investasi, proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa
periode kedepan, kriteria penilaian investasi dan rasio keuangan yang digunakan
untuk menilai kemampuan perusahaan (Kasmir dan Jakfar 2008).
A. Aspek Finasiil Jangka Pendek
Dalam suatu usaha aspek finansial sangat penting untuk menunjang agar
usaha tersebut berjalan lancar, aspek finansial jangka pendek dan aspek
finansial jangka panjang.
a. Permodalan
Modal secara umum dapat dibedakan atas modal aktif dan modal pasif.
Modal aktif ialah modal yang tertera disebelah debet dari neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh
perusahaan ditanamkan, sedangkan modal pasif ialah modal yang tertera di
15
sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana
dana diperoleh. Modal aktif terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Sedangkan
modal pasif dapat dibedakan atas modal sendiri dan modal asing. Biaya
operasional adalah sejumlah dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha yang sedang berjalan (Riyanto, 1995).
b. Biaya Produksi
Biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi dalam
kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi,
biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk,
biaya periode, biaya bersama (joint cost),biaya estimasi, biaya standar, biaya
tertanam (sunk cost), dan biaya tunai (Carter dan Usry, 2004).
c. Penerimaan
Penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi
dengan biaya penjualan. Ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada
bagian produksi dari perusahaan. Revenue yang berarti penerimaan adalah
sebagai jumlah yang diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan
seorang produsen atau perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah
penghasilan dari penjualan barang-barang atau barang-barang dagangan
(Nurdin, 2010).
d. Keuntungan
keuntungan atau laba usaha adalah besarnya penerimaan setelah
dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, baik biaya tetap
maupun biaya tidak tetap (Soekarwati, 1995).
16
e. R Ratio
R ratio adalah analisis imbang penerimaan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu
(Sugiarto et al (2000) dalam Agustina Lia (2006).
f. Break Event Point
Analisis Break Even Point merupakan suatu teknik analisa untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap dengan biaya tidak tetap, keuntungan
dan volume kegiatan. Maslah Break Event Point muncul apabila suatu
perusahaan mempunyai biaya variable dan biaya tetap. Titik impas (BEP)
merupakan titik potong antara kurva penghasilan total (TR) dengan kurva
pembiayaan (TC) atau dengan kata lain pada saat TR=TC. Suatu perusahaan
yang berbeda pada ntitik sebelum impas akan mengalami kerugian
(Riyanto,1995).
B. Aspek Finansial Jangka Panjang
Analisis jangka panjang untuk mengukur suatu usaha dalam jangka waktu
yang panjang. Adapun komponen yang di hitung dalam menganalisis jangka
panjang Net Present Value, Net B/C Ratio, IRR, PP.
a. Net Present Value
Metode Net Present Value digunakan untuk menghitung selisih antara nilai
sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih
(operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang. Untuk
menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dulu tingkat bunga
yang dianggap relevan. Ada beberapa konsep untuk menghitung tingkat bunga
yang dianggap relevan ini. pada dasarnya tingkat bunga tersebut adalah tingkat
bunga pada saat kita menganggap keputusan investasi masih terpisah dari
keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai mengkaitkan keputusan
investasi dengan keputusan pembelanjaan. Perhatikan disini keterkaitan ini
17
hanya mempengaruhi tingkat bunga, bukan aliran kas. Apabila nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari
pada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan menguntungkan
sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV Negatif), proyek ditolak
karena dinilai tidak menguntungkan (Husnan dan Muhammad, 2000).
Dari uraian diatas NPV untuk menganalisis sejauh mana usaha tersebut
dapat menguntungkan dalam jangka panjang jika NPV negatif maka usaha
tersebut tidak layak untuk dilanjutkan lagi harus di koreksi usaha demi kemajuan
usaha tetapi bilamana NPV positif maka usaha tersebut layak dijalankan tetapi
harus jaga usaha agar tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu yang
tertentu.
b. Net B/C Ratio
Menurut Purba (1997) dalam Anggreani (2009) Net B/C ratio menunjukan
angka perbandingan antar benefit cost dan investment ada pun kriteria B/C ratio
antara lain :
1. B/C ratio > 1 maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis ekonomis
proyek yang bersangkutan lebih besar dari cost dan investmen berarti
favourble sehingga pembangunan atau rehabilitas perluasan proyek yang
bersangkutan dapat dilaksanakan.
2. B/C ratio, maka benefit yang diperoleh selama umur teknis ekonomis proyek
yang bersangkutan hanya cukup untuk mnutupi cost dan investment sehingga
dari aspek finansial dan ekonomi dari pembangunan atau perluasan proyek
perlu dipertimbangkan lagi.
3. B/C ratio maka benefit yang diperoleh selama umur teknis ekonomis yang
bersangkutan tidak cukup untuk menutupi cost dan investmen, berarti
unfavorable sehingga pembangunan proyek yang bersangkutan tidak dapat
dilaksanakan.
18
c. Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode ini
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang dipakai untuk mendiskonto aliran
kas bersih yang akan diterima dimasa yang akan datang, sehingga jumlahnya
sama dengan investasi awal. Jadi, selisih antara nilai sekarang aliran kas bersih
dan nilai sekarang investasi adalah nol atau NPV = 0. Nilai IRR diperoleh dengan
cara coba-coba (trial and eror) (Umar,1997).
d. Payback Period (PP)
Payback Period (periode payback) merupakan metode yang digunakan
untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang
yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang
dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya
jumlahnya sama maka payback period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung
dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan.
(suliyanto, 2010).
Menurut Riyanto (2009), Payback Period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk dapat menutupi kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto (net cash flow). Dengan demikian
Payback Period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang
diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Payback Period dapat dirumuskan:
PP = Investasi/(Proceed 1 tahun) x 1 tahun
2.5.3 Aspek Manajemen
Menurut Stanton (1996) Pelaksanan manajemen dalam hal ini adalah
pemasaran seorang manajer harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pergerakan (Aktuating), dan
19
pengawasan (Controlling) selain ada tiga aspek utama, ketiga aspek tersebut
adalah aspek produksi, aspek pemasaran, dan aspek keuangan. Kegiatan
pemasaran dapat dikelompokkan menjadi manajemen empat bagian besar yaitu
barang/jasa (produk), harga (price), promosi termasuk penjualan (promotion) dan
distribusi (distribution), kegiatan pemasaran tersebut dikenal dengan marketing
mix. Dari definisi di atas kita dapat menjalankan suatu usaha yang terorganising
dan tertata dengan baik agar usaha tersebut berjalan dengan lancar dan tidak
berantakan.
2.6 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2008) penelitian menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut haus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah
singkatan dari Lingkungan Internal Strenghts dan Weaknesses serta lingkungan
eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman
(Threats) dengan faktor internal Kekuatan (strenghts) dan Kelemahan
(weaknesses). Berikut ini terdapat penjelasan diagram Analisis SWOT. Analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi kelompok. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi, model yang
paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti,.2002).
20
Alat untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah Matriks
SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman yang dihadapi kelompok dapat disesuaikan dengan kekuatan serta
kelemahan yang dihadapi oleh kelompok guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Matrik ini tergambar sebagai berikut:
Kuadran 1: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2: meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Srategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3: perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi di
lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Kondisi kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG
Matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah – masalah internal perusahaan sehingga adapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 :ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi barbagai ancaman dan kelemahan internal.
21
Berbagai Peluang
3 : mendukung Strategi 1 : mendukung Strategi
Turn – Arround Agresif
4 : Mendukung Strategi 2 : mendukung Strategi
Defensive Diversifikasi
Berbagai Ancaman
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu
para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Menurut Rangkuti (2008),
Matriks yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif setrategis.
Kekuatan Eksternal Kekuatan Internal
22
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor kekuatan
internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor
kelemahan internal
OPPORTUNIES (O)
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor peluang
eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk
memanfaatkanpeluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan
peluang
TREATHS (T)
Tentukan 5 – 10
faktor-faktor ancaman
eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Tabel 1. Matrik SWOT
Setelah melihat dari tabel tersebut, maka terdapat empat alternatif bagi
perusahaan untuk melakukan strategi pemasaran produknya. Alternatif-alternatif
strategi pemasaran tersebut antara lain:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan
menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Apabila perusahaan mempunyai
kelemahan utama pasti perusahaan akan berusaha menjadian kelemahan
tersebut menjadi kekuatan. Jika perusahaan menghadapi ancaman utama
23
b. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan
dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Salah satu alternatif strategi
WO adalah dengan perusahaan melakukan perekrutan dan pelatihan staf
dengan kemampuan dan kualifikasi yang dibutuhkan.
c. Strategi ST (Strength-Threat)
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari ancaman jika keadaan memungkinkan atau meminimumkan
ancaman eksternal yang dihadapi. Ancaman eksternal ini tidak selalu harus
dihadapi sendiri oleh perusahaan tersebut, bergantung pada masalah ancaman
yang dihadapi, seperti halnya faktor perekonomian, peraturan pemerintah, gejala
alam, dan lain sebagainya.
d. Strategi WT (Weakness-Threat)
Posisi ini sangat menyulitkan perusahaan, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bagi perusahaan untuk mengatasi posisi yang menyulitkan ini.
Perusahaan harus memperkecil kelemahan atau jika memungkinkan perusahaan
akan menghilangkan kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal
yang ada guna pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Rangkuti (2008), cara – cara penentuan faktor strategi eksternal
(EFAS) meliputi :
a) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)
b) Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor – faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor
strategis
c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) samapai dengan 1 (poor)
24
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang
bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika
peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman
adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar
ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya
4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing – masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor – faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotnya
dihitung.
f) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor
– faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
Sedangkan tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka Strenght and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah :
a) Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1
b) Beri bobot masing – masing faktor tersebut dengan skala mulai dari
1,0 (paling penting) samapai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
25
faktor – faktor tersebut terhadap posisi strategis peeusahaan. (semua
boot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)
c) Hitung rating (dlam kolom 3) untuk masing - masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang
masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata – rata industri
atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif,
kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali
dibandingkan dengan rata – rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan
jika kelemahan perusahaan dibawah rata – rata industri, nilainya
adalah 4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing – masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor – faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh otal
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor
– faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
26
2.7 Kerangka Berfikir
Kolam ikan gurame pada penelitian ini merupakan usaha yang berada
pada bidang budidaya pembesaran ikan gurame.Kerangka berfikir yang pada
gambar 2 menjelaskan tentang budidaya ikan gurame pada penelitian ini diteliti
melalui kondisi actual dan kelayakan finansiil dimana kondisi actual yang dihitung
melalui tiga aspek yaitu aspek pemasaran,aspek teknis dan aspek manajemen
dan kelayakan finansial yang dihitung melalui jangka panjang dan jangka pendek
dimana pada jangka panjang ditentukannya hasil dari penerimaan,keuntungan
R/C Ratio dan BEP dan pada jangka panjang yang dihitung yaitu NPV,Net
B/C,IRR,PP dan dari hasil kondisi actual dan kelayakan finansial akan diuji
apakah kolam ikan gurame dari penelitian ini layak atau tidak untuk
dikembangkan di dalam suatu pengembangan usaha yang diuji melalui uji
finansialnya agar dapat meningkatkan produk ikan gurame dan dapat
mempengaruhi kebutuhan pasar yang ada.
27
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
PEMBESARAN IKAN GURAME
1. Aspek teknis 2. Aspek pemasaran 3. Aspek manajemen
Jangka Pendek: 1. Penerimaan 2. Keuntungan 3. R/C ratio 4. BEP
Perencanaan pengembangan
Jangka Panjang: 1. NPV 2. Net B/C 3. IRR
Strategi SWOT
KELAYAKAN FINANSIIL
layak / Tidak
Meningkatkan produk
layak / tidak
28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan ini dilakukan di Desa Gendingan, Kecamatan Kedungwaru,
Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10-21 Januari 2017.
Obyek penelitian ini adalah kegiatan pembesaran Ikan Gurame dengan tujuan
usaha pembesaran Ikan Gurame memiliki prospek yang bagus kedepannya dan
mempunyai rencana bisnis yang bagus agar pembesaran ikan Gurame tidak
mengalami kerugian.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif. Merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data,
menganalisis serta menginterpretasi. Adapun tujuan dari dari penelitian deskriptif
untuk membuat skripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Narbuko dan Achmadi,2008).
Sehingga dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini dapat
menggambarkan segala sesuatu yang ada di lapang secara faktual seperti aspek
teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan pengembangan usaha
budidaya pembesaran ikan gurame ini. Secara khusus penelitian ini berusaha
memberikan gambaran keadaan pembesaran ikan Gurame di Desa Gendingan
dalam penelitian ini menggambarkan tentang kegiatan pembesaran ikan Gurame
yang dilakukan menganalisa usaha dari kegiatan tersebut, analisa manajemen
dari usaha tersebut dan mengalisa kontribusi dari usaha pembesaran ikan
Gurame ini terhadap pembudidaya Desa Gendingan baik dari segi sosial
maupun ekonominya. Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif ini,
29
diharapkan peneliti mampu untuk menggambarkan segala kondisi yang ada
disana, menganalisa segala permasalahan dan juga memberi solusi bilamana
ada permasalahan atau hambatan yang dialami oleh pembudidaya pembesaran
ikan Gurame.
3.3 Subjek Penelitian
Sampling purporsive adalah teknik penentuan subjek dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian
tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sumber datanya adalah orang yang
ahli politik. Subjek ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2011).
Dalam penelitian ini subjek yang akan diambil adalah dari pembudidaya
yang melakukan kegiatan usaha pembesaran ikan Gurame dan juga karyawan
pembantu pembudidaya yang ada di Desa Gendingan. Kantor Balai Desa
Gendingan, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tulungagung.
Disamping itu untuk menambah informasi agar didapatkan informasi secara valid
diperlukan alat bantu seperti hp, kamera, dan lain-lain. Mengapa peneliti
mengambil sampel hanya satu orang yaitu pengusaha karena peneliti memilih
pengusaha budidaya ikan Gurame yang terbaik di lihat dari kepemilikan luas
tanah untuk dilaksanakan suatu perencanaan untuk kedepan agar lebih baik lagi
dan berkembang sampai berapa tahun kemudian.
3.4 Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan alat pengukuran data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki tanpa
mengajukan pertanyaan (Narbuko dan achmadi,2008).
30
Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian pada usaha
pembesaran ikan Gurame meliputi kegiatan pengamatan :
1. Bentuk, kontruksi dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam
kegiatan pemeliharaan ikan Gurame.
2. Kegiatan usaha pembesaran ikan Gurame yang meliputi kegiatan pra
panen, pasca panen serta hasil panen.
3. Kondisi lingkungan sosial masyarakat Desa Gendingan dengan
adanya usaha pembesaran ikan Gurame.
b. Wawancara
Menurut Narbuko dan Achmadi (2008), wawancara adalah proses tanya
jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.
Wawancara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan
wawancara mengenai :
1. Sejarah berdirinya dan perkembangan usaha
2. Permodalaan yang digunakan oleh pembudidaya
3. Jumlah hasil panen dan harga jual
4. Jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja
5. Sumber dana yang digunakan dalam usaha dan penerimaan yang
diperoleh
6. Daerah pemasaran ikan Gurame
7. Lama waktu pemeliharaan ikan Gurame
8. Kontribusi yang diberikan dari usaha pembesaran ikan Gurame
terhadap kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat Desa
Gendingan.
9. Ancaman yang muncul dari pembudidaya lainnya
31
c. Kuesioner
Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok
untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-
angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu. Tujuan pokok
pembuatan kuesioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan survai, dan (b) memperoleh informasi dengan reliabilitas dan
validitas setinggi mungkin (Singarimbun dan Effendi, 1987).
3.5 Sumber Data
3.5.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar,1997).
Dalam penelitian ini data primer melakukan observasi dan wawancara yang
dlakukan pada usaha pembesaran ikan Gurame di Desa Gendingan. Data yang
diambil yaitu berupa data yang berhubungan dengan sumber penyediaan bibit
ikan Gurame, permintaan pasar, dan segmentasi pasar serta aspek-aspek yang
mempengaruhi usaha budidaya pembesaran ikan Gurame, seperti aspek teknis,
hukum, sosial ekonomi, manajemen, finansial, dan Lingkungan.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan, baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain, misalnya
dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder ini digunakan
oleh peneliti untuk proses lebih lanjut (Umar,1997).
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dlam kegiatan usaha
pembesaran ikan Gurame yaitu berupa laporan penelitian (Laporan Skripsi,
desertasi, tesis dan PKL), buku-buku bacaan, laporan tahunan Departemen
32
Kelautan dan Perikanan, data Statistik perikanan, data statistik Kecamatan dan
sebagainya.
3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang paling penting dalam metode ilmiah
karena dengan menganalisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian yang akan dilakukan.
3.6.1 Analisis Data Kualitatif
a. Aspek Teknis
Penilaian kelayakan terhadap aspek teknis sangat penting dilakukan
sebelum perusahaan dijalankan penentuan kelayakan teknis atau operasi
perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi,
sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi
perusahaan dalam menjalan usahanya dikemudian hari (kasmir dan
Jakfar,2008).
Dalam penelitian ini analisis aspek teknis berupa yaitu penentuan lokasi
budidaya, penyediaan bahan baku (benih ikan, pakan ikan, obat untuk mengatasi
penyakit ikan), penggunaan peralatan produksi, proses produksi (penebaran
benih, pengawasan kolam, pemeliharaan ikan, pemberian pakan sampai dengan
pemanenan ikan).
b. Aspek pemasaran
Aspek pemasaran yang dikaji pada penelitian ini yaitu mengenai daerah
distribusi pemasaran, strategi pemasaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan
pemasaran seperti tindakan-tindakan yang mendukung kelancaran pemasaran
agar usaha tersebut berjalan sesuai yang keinginan dan produk terjual habis
sampai ke tangan konsumen.
33
Pada usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini, merupakan kegiatan
yang berhubungan langsung dengan pemasaran produk dan konsumen yang
membeli produk ialah pengepul yang berdomisili di Tulungagung serta kota lain
sekitar Kabupaten Tulungagung.
c. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting
dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah
dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan
organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan (Kasmir
dan Jakfar, 2008).
Dalam penelitian ini analisis aspek manajemen dilakukan untuk
mengetahui apakah usaha pembesaran ikan Gurame sudah melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan).
3.6.2 Analisis Kuantitatif
a. Aspek Finansial
Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan
investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk
menilai apakah investasi ini layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek
keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan
kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP),
Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Profitability Index (PI), dan Break Event Point (Kasmir dan Jakfar, 2008).
Dalam penelitian analisis aspek financial dilakukan untuk mengetahui
kelayakan usaha pada pembesaran ikan Gurame baik dalam jangka pendek
34
maupun jangka panjang. Oleh karena itu, analisa financial terdiri dari analisa
jangka pendek dan analisa jangka panjang.
1. Analisa jangka pendek
Analisis jangka pendek dalam suatu usaha dapat dihitung dari jangka
waktu usaha yang pendek yaitu sekali produksi dalam waktu satu tahun produksi,
komponen yang dihitung pada analisi jangka pendek meliputi :
a). Modal
Menurut Riyanto (1995), modal adalah sebagai hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya
ternyata pengertian modal mulai bersifat non-physical oriented, dimana
pengertian modal tersebut lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan
memakai atau menggunakan, yang terkandung dalam barang-barang modal.
b). Biaya Produksi
Menurut Rahardi (1997), biaya adalah satuan nilai yang dikorbankan dalam
suatu proses produksi untuk tercapainya suatu hasil produksi Biaya total (TC)
didapat dari penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya variable. Biaya total (TC)
dirumuskan :
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Total Cost (biaya total)
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
c). Penerimaan
35
Menurut Soekartawi (1993), penerimaan adalah nilai dari total produksi yag
dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dimana besar penerimaan tergantung
pada harga dan jumlah produk. Adapun perhitungan dalam mencari penerimaan,
adalah sebagai berikut :
𝑻𝑻𝑻𝑻 = 𝑷𝑷 𝐗𝐗 𝑸𝑸
Dimana : TR = Total Revenue (total penerimaan)
P = Harga jual per kg
Q = Jumlah barang per kg
d). R/C ratio
Analisa usaha dengan pendekatan perhitungan R ratio dilakukan untuk
mengetahui kelayakan usaha dan untuk melihat perbandingan antara
penerimaan dengan biaya dari suatu usaha (Riyanto, 1995). Untuk mengetahui
besarnya nilai R ratio digunakan rumus sebagai berikut :
𝑻𝑻 𝑻𝑻𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 =𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻
Dimana : TR = penerimaan total (perkalian antara volume produksi
dengan harga jual
TC = biaya total (penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel)
e). Analisa Break Event Point (BEP)
Menurut Riyanto (1995), perhitungan Break Event Point dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu :
BEP atas dasar sales, dirumuskan :
𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 =𝐅𝐅𝐅𝐅
𝟏𝟏 − 𝐕𝐕𝐅𝐅𝐒𝐒
Dimana : FC = biaya tetap
VC = Variabel Cost
36
S = Nilai Penjualan (jumlah penerimaan)
BEP atas dasar unit, dirumuskan :
𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁𝐁 =𝐅𝐅𝐅𝐅𝐁𝐁 − 𝐯𝐯
Dimana : FC = Biaya tetap
p = harga per unit
v = Biaya variabel per unit
2. Analisis jangka panjang
a). Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital
outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang
dikenal dengan Net Present Value (NPV) (kasmir dan Jakfar, 2008). Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut :
NPV = ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵−𝐶𝐶𝐵𝐵(1−𝑖𝑖)𝐵𝐵
𝑛𝑛𝐵𝐵=1
Dimana : Bt = benefit pada tahun ke-1
Ct = biaya tahun ke-1
N = umur ekonomis
I = tingkat suku bunga
b). Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Rianto (1995), bahwa IRR dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑰𝑰𝑻𝑻𝑻𝑻 = 𝑷𝑷𝟏𝟏 − 𝑻𝑻𝟏𝟏𝑷𝑷𝑷𝑷 − 𝑷𝑷𝟏𝟏𝑻𝑻𝑷𝑷 − 𝑻𝑻𝟏𝟏
Dimana : IRR = Internal Rate of Return yang dicari
P1 = tingkat bunga ke 1
P2 = tingkat bunga ke 2
37
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2
c). Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), metode payback period (PP)
merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan
kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Ada dua macam modal
perhitungan yang digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi
sebagai berikut :
𝑷𝑷𝑷𝑷 =𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑹𝑹𝑹𝑹𝑰𝑰𝑹𝑹
𝒌𝒌𝑹𝑹𝑰𝑰 𝒃𝒃𝑰𝑰𝒃𝒃𝑰𝑰𝑹𝑹𝒃𝒃/𝑹𝑹𝑹𝑹𝒃𝒃𝒕𝒕𝑰𝑰𝒙𝒙 𝟏𝟏 𝑹𝑹𝑹𝑹𝒃𝒃𝒕𝒕𝑰𝑰
d). Analisis Net B/C ratio
Menurut gray et al (1992) dalam Anggreani (2009) Net B/C ratio
merupakan angka perbandingan jumlah value positif dengan jumlah present
value negative, untuk menghitung Net B/C adalah dengan rumus sebagai berikut
Dimana : Bt = benefit pada tahun ke-t
CT = biaya tahun ke-t
N = umur teknis
I = tingkat suku bunga
Bila nilai net B/C > 1 berarti proyek usaha layak untuk dilaksanakan, tetapi
bila Net B/C < maka proyek usaha tersebut tidak layak untuk dikerjakan.
38
3.7 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah suatu alat indentifikasi
berbagai faktor yang mempengaruhi suatu usaha secara sistematis untuk
merumuskan suatu strategi kelompok. Analisis SWOT didasarkan pada logika
suatu faktor internal dan eksternal, yaitu memaksimalkan kekeuatan (Stregths)
dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan kelompok, dengan demikian perencana strategis (strategic planner)
harus menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Sebelum
melakukan analisis SWOT terdapat tahapan analisis EFAS dan IFAS, analisis
IFAS dan EFAS didapatkan dari nilai bobot, relatif, dan rating. Masing-masing
kriteria penilain tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bobot, kriteria pemberian nilai bobot adalah 1 sampai 5, dimana nilai suatu
faktor akan semakin besar apabila pemberian nilai bobot itu besar pula. Dapat
disimpulkan bahwa semakin mendekati angka 5 maka faktor tersebut dianggap
penting.
2. Relatif, nilai relatif dapat diketahui dengan membagi nilai bobot suatu faktor
dengan jumlah keseluruhan nilai bobot IFAS/EFAS.
3. Rating, pemberian nilai rating dalam suatu faktor analisis IFAS/EFAS dapat
ditentukan dari angka 1-4. Untuk faktor kekuatan semakian angkanya besar
maka faktor kekuatan tersebut sangat berpengaruh dalam usaha, sebaliknya
untuk faktor kelemahan semakin nilainya besar maka faktor kelemahan tersebut
dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap suatu usaha.
Sedangkan untuk analisis EFAS juga sama dengan analisis IFAS semakin
besar nilainya maka faktor peluang semakin berpengaruh terhadap usaha dan
sebaliknya untuk faktor ancaman. Tahapan untuk menganalisis IFAS dan
39
EFAS adalah sebagai berikut:
a. Langkah-langkah analisis matriks IFAS
1) Membuat matriks yang terdiri dari 7 kolom dan 4 baris
2) Buatlah daftar faktor kekuatan dan faktor kelemahan organisasi atau
perusahaan.
3) Tentukan bobot (weight) dari 1 sampai 5, pemberian bobot semakin
besar angkanya pengaruhnya semakin besar pula pada suatu usaha.
4) Hitung nilai relatif setiap faktor kekuatan dan kelemahan dengan cara
membagi nilai faktor kekuatan/kelemahan dengan total jumlah bobot IFAS.
5) Tentukan rating setiap faktor antara 1 sampai 4, pada faktor kekuatan
rating 1 untuk faktor kekuatan yang bernilai kecil dan nilai 4 untuk faktor
yang bernilai besar, sedangkan pada faktor kelemahan berlaku
kebalikannya.
6) Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor
semua faktor dan jumlahkan semua skor untuk memperoleh total skor
pembobotan yang menunjukkan usaha dalam mengenali kekuatan dan
kelemahan Matriks IFAS.
Tabel 2. IFAS
No Faktor-faktor strategi Bobot Rating Skor
1 Kekuatan
2 Kelemahan
Total
b. Langkah - langkah analisis matriks EFAS
1) Membuat matriks yang terdiri dari 7 kolom dan 4 baris dan daftar factor
kekuatan dan faktor kelemahan usaha
40
2) Tentukan bobot (weight) dari 1 sampai 5, pemberian bobot semakin
besar angkanya pengaruhnya semakin besar pula pada suatu usaha.
3) Hitung nilai relatif setiap faktor kekuatan dan kelemahan dengan cara
membagi nilai faktor peluang/ancaman dengan total jumlah bobot EFAS.
4) Tentukan rating setiap faktor antara 1 sampai 4, pada faktor peluang
rating 1 untuk faktor peluang yang bernilai kecil dan nilai 4 untuk faktor
yang bernilai besar. Sedangkan pada faktor ancaman berlaku
kebalikannya.
5) Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor
semua faktor dan jumlahkan semua skor untuk memperoleh total skor
pembobotan yang menunjukkan potret usaha dalam menyikapi peluang
dan ancaman. Tabel analisis EFAS.
Tabel 3. EFAS
No Faktor-faktor strategi Bobot Rating Skor
1 Peluang
2 Ancaman
Total
• Penyusunan Matriks SWOT
Setelah matriks IFAS dan EFAS selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut
dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternative strategi.
Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan strategi yang dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Penyusunan Matrik SWOT
EFAS
IFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan faktor kelemahan internal
41
OPPORTUNIES (O)
Tentukan faktor peluang eksternal
Strategi S – O
(strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
Strategi W – O
(strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang)
TREATHS (T)
Tentukan faktor ancaman eksternal
Strategi S – T
(strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)
Strategi W – T
(strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman)
• Matrik Grand Strategy
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan
(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Kemudian menggunakan matrik
Grand Strategy yang nantinya dapat menentukan dua variabel sentral didalam
proses penentuan sehingga dapat menentukan strategi pengelolaan ekosistem
mangrove yang baik. Matrik Grand Strategy dapat dilihat pada Gambar 3.
KELEMAHAN
3. Mendukung strategui turn around
1. Mendukung strategi agresif
4. Mendukung strategi defensive
2. Mendukung strategi diversifikasi
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN
42
Gambar 3. Matrik Grand Strategy
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriental strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question
Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
43
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis dan Keadaan Topografis
Kabupaten Tulungagung merupakan wilayah bagian Jawa Timur, dan
terletak pada 70 51’ - 80 18’ Lintang Selatan (LS) dan 111043’ - 1120 07’ Bujur
Timur (BT). Kabupaten Tulungagung memiliki luas wilayah 1055, 65 km2 sekitar
22 persen (22%) dari luas Propinsi Jawa Timur, dengan jumlah penduduk 3 juta
jiwa. Topografi Kabupaten Tulungagung dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagian utara atau barat daya ± 25 persen (25%) merupakan merupakan daerah
pengunungan Wilis.Bagian selatan ± 40 persen (40%) pengunungan yang
tanahnya berupa kapur.Bagian tengah seluas ± 35 persen (35%) merupakan
daratan rendah yang subur yang dilalui oleh Sungai Brantas dan Kali Ngrowo.
Usaha pembesaran ikan gurame di desa Gendingan, Kecamatan
Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur, dengan luas
wilayah Desa Gendingan 99,440 Ha. Batas wilayah Desa Gendingan sebagai
berikut :
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Boro
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Ketanon
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Sukowiyono
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Ngujang
Berdasarkan keadaan topografinya, Desa Gendingan berada pada
ketinggian 150 meter dari permukaan laut sehingga, wilayah ini mempunyai dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau dengan suhu rata-rata
mencapai 320 C. Monografi dan Topografi Desa Gendingan (2012).
44
4.2 Kondisi Penduduk
Data monografi Desa Gendingan pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
jumlah keseluruhan penduduk adalah 4450 jiwa yang dapat di jelaskan pada
tabel berikut :
Tabel 5. Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin. No. URAIAN Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Laki-laki 2248 50,52 2. Perempuan 2202 49,48 TOTAL 4450 100
Sumber : Monografi Desa Gendingan, 2012
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di desa Gendingan terbagi
atas 50,52% Laki-laki dan 49,48% Perempuan. Untuk prosentase perkembangan
penduduk didesa Gendingan dapat mencapai 5%. Dari hasil data di lapangan
terdapat 1156 KK (kepala keluarga) Laki-laki dan 190 KK (kepala keluarga)
Perempuan.
4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Data monografi Desa Gendingan pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
tingkat pendidikan penduduk dapat di jelaskan pada tabel berikut :
Tabel 6. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) 1. Buta aksara 7 2. Tk 210 3. Tamat SD/sederajat 3681 4. Tamat SLTP/sederajat 2981 5. Tamat SLTA/sederajat 2300 6. Tamat D1 3 7. Tamat D2 8 8. Tamat D3 7 9. Tamat S1 4 10. Tamat S2 4 11. Tamat S3 1
Sumber : Monografi Desa Gendingan, 2012
Dari data yang disebutkan menurut tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa
mayoritas tingkat pendidikan penduduk desa Gendingan adalah tamata
SD/sederajat dengan jumlah sebanyak 3681 orang. Selain itu ada juga penduduk
45
yang masih buta aksara sebanyak 7 orang. Untuk penduduk yang masih berusia
3-6 tahun dan masih duduk di bangku TK sebanyak 210 orang, tamatan
SLTP/sederajat sebanyak 2981 orang, sedangkan tamatan SLTA/sederajat
sebanyak 2300 orang. Penduduk Desa Gendingan juga ada yang melanjutkan
pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dari mulai D1 sebanyak 3 orang,
tamat D2 sebanyak 8 orang dan tamat D3 sebanyak 7 orang. Untuk tamatan
sarjana dari mulai S1 sebanyak 4 orang, tamat S2 sebanyak 4 orang dan tamat
S3 sebanyak 1 orang.
4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 7. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis mata pencaharian Jumlah (orang) 1 Sektor Pertanian 601
2 Sektor Peternakan 28
3 Sektor Perikanan 62
4 Sektor Industri kecil dan rumah tangga 280
5 Sektor jasa 2838
JUMLAH 3819 Sumber : Monografi Desa Gendingan, 2012
Penduduk Desa Gendingan berdasarkan mata pencaharian dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu yang pertama merupakan
kelompok penduduk yang memiliki mata pencaharian di bidang pertanian
sebanyak 601 orang, yang kedua merupakan kelompok penduduk yang memiliki
mata pencaharian di sektor peternakan sebanyak 28 orang, ketiga merupakan
kelompok penduduk yang memiliki mata pencaharian di sektor perikanan
sebanyak 62 orang, yang keempat penduduk yang memiliki mata pencaharian di
sektor industri kecil dan rumah tangga sebanyak 280 orang, yang kelima
kelompok penduduk yang memiliki mata pencaharian di bidang jasa sebanyak
2838 orang. Sehingga melihat dari data diatas mata pencaharian dapat
46
disimpulkan bahwa mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat Desa
Gendingan adalah di bidang/sektor jasa.
4.5 Keadaan Umum Usaha Perikanan Tulungagung
Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi sumber daya perikanan
berupa perairan laut, perairan umum dan budidaya ikan air tawar.Kegiatan usaha
perikanan dalam memanfaatkan potensi tersebut meliputi cabang-cabang usaha
tangkap laut dan perairan umum, budidaya ikan konsumsi maupun ikan hias air
tawar di kolam pasangan, kolam tanah yang berupa pekarangan, tegalan, dan
sawah.
Usaha tangkap laut berada di perairan pantai selatan Pulau Jawa yaitu
Samudra Indonesia dengan potensi panjang pantai 61,470 km, Total Potensi
sebesar 25.000 ton per tahun, Potensi Tangkap Lestari (MSY) sebesar 12.5000
ton/tahun dan Total Allowed Catch (TAC) sebesar 10.000 ton/tahun. Melihat
tingkat pemanfaatan sampai saat ini hanya sekitar 15 % - 26 %.RTP Nelayan
1.684 dengan jumlah nelayan 2.138 orang. Perkembangan budidaya ikan air
tawar di Kabupaten Tulungagung dikelompokkan pada dua usaha yaitu budidaya
ikan hias dan konsumsi. Ikan hias dikhususkan pada ikan mas koki (kaliko, tosa,
rasket, mutiara, lion head (kepala singa), mata kantong (mata bola), mas lowo,
tekim, spenser, rensil dan 40 jenis ikan hias lainnya), sedangkan ikan konsumsi
yang berorientasi pasar adalah dominasi ikan lele, gurami dan patin (DKP
Tulungagung. 2015)
Keadaan umum perikanan di Desa Gendingan didukung dengan adanya
data yang diperoleh pada Balai Desa Gendingan, terdapat 62 orang yang
memiliki mata pencaharian di sektor perikanan. Pada data tersebut tertulis jenis
tanahnya lampungan, warna tanah coklat, iklim 28 0C. Keadaan tersebut cocok
untuk budidaya ikan gurame. Jenis ikan tersebut mampu hidup pada perairan
jernih, sehingga dalam budidaya ikan gurame tidak memerlukan pemeliharaan
47
yang khusus dan tidak mengeluarkan biaya banyak. (Balai Desa Gendingan.
2012). Mata pencaharian pembanding dengan masyarakat yang bekerja pada
sektor perikanan di Desa Gendingan adalah di sektor pertanian untuk laki-laki
dan peternakan untuk kesibukan keluarga, Dengan keadaan yang mendukung
seperti itu, sebagian besar warga Desa Gendingan memilih menjadi petani
karena lahan masih banyak yang kosong dan juga peternakan serta budidaya
ikan konsumsi.
48
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karateristik Responden
Karateristik responden merupakan gambaran umum untuk menilai
karateristik reponden yang ada dilapang. Responden yang di ambil adalah
seorang pemilik kolam pembesaran ikan gurame di Desa Gendingan Kecamatan
Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
Responden tersebut memiliki 3 kolam pembesaran, 2 kolam berukuran 4x8
meter yang berfungsi untuk pembesaran ikan gurame dan 1 kolam berukuran
4x4 meter yang berfungsi untuk menyimpan benih ikan gurame sebelum di
masukkan ke dalam kolam pembesaran.
5.2 Gambaran Umum Usaha Pembesaran Ikan Gurame
Pada lokasi usaha pembesaran ikan gurame yang terletak di Desa
Gendingan banyak sekali pembudidaya pembesaran ikan Gurame karena di
Desa Gendingan masih banyak tanah kosong yang di fungsikan sebagai kolam.
Dan di daerah itu banyak di jumpai pohon-pohon rindang yang daunnya bisa di
fungsikan untuk pakan ikan gurame. Selain itu ditunjang dengan akses jalan
yang memadai serta dekat dengan jalur antar kota dan provinsi.
Pembudidaya yang ada di desa Gendingan masih banyak menggunakan
kolam permanen untuk membudidayakan ikan gurame dan pembesaran ikan
Gurame, kolam budidaya dan kolam pembesara yaitu terletak di samping rumah
ataupun di halaman belakang dan disekitarnya terdapat lahan yang sebagian
besar di tanami tumbuhan ketela, talas serta tanaman lain yang daunnya
berfungsi sebagai pakan ikan gurame. Bentuk kolam yang ada di daerah sekitar
bervariasi dan ukuran sesuai dengan lahan yang ada. Kolam yang digunakan
meliputi kolam untuk benih, kolam pendederan, kolam pembesaran. Pembesaran
49
ikan gurame masih menggunakan peralatan yang masih sederhana tapi masih
memadai untuk melakukan kegiatan pembesaran ikan gurame.
Pada usaha pembesaran ikan Gurame di desa Gendingan masih
mengandalkan ilmu yang di peroleh dari sesama pembudidaya atau beberapa
masukan dari pengepul dan tanpa ada penyuluhan dari pihak PPL (petugas
penyuluh lapang) kota setempat.
5.3 Aspek Teknis Pembesaran ikan Gurame
5.3.1 Tahap Persiapan
Pada aspek teknis usaha budidaya pembesaran ikan gurame, Mulai dari
sarana dan prasarana, pembersihan dan pengeringan kolam, pengisian air
kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pemberian pakan, pencegahan dan
penanggulangan penyakit, dan pemanenan. Tahap-tahap ini dapat dilihat
dibawah ini.
A. Sarana Usaha Pembesaran ikan Gurame
1. Benih
Syarat yang digunakan harus sehat. Ciri-ciri benih yang sehat tampak dari
gerakan renangnya yang lincah, sisik yang mengkilap, bebas penyakit dan
ukurannya relatif seragam. Pemilhan ukuran benih yang tidak seragam bisa
mengakibatkan terjadinya persaingan pakan dan ruang gerak ikan gurami dalam
satu kolam. Benih ikan yang lebih besar ukurannya, dipastikan akna tumbuh
lebih cepat. Sebaliknya ukuran yang lebih kecil akan tumbuh lebih lambat.
2. Kolam
Kolam yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurame ini adalah
kolam beton/permanen dengan sistem pengeluaran dan pemasukan air yang
tertata rapi, Dan kolam yang digunakan untuk usaha pembesaran ikan gurame
ini mempunyai luas 8X8 meter sebanyak 2 kolam. Kolam yang digunakan pada
usaha pembesaran ikan gurame ini sangat ideal, karena kolam ini terbuat dari
50
beton dengan sistim sirkulasi air yang baik, disamping kolam juga terdapat
tanaman pohon lumbu dan pohon ketela yang daunnya bisa berfungsi untuk
memberi pakan ikan gurame.
Gambar 4. Kolam pembesaran
3. Obat-obatan
Pada usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini tidak lepas dari
gangguan hama dan penyakit, sehingga menyebabkan tingkat kelangsungan
hidup ikan Gurame tersebut mengalami penurunan produktivitas, oleh karena itu
sangat diperlukan obat-obatan yang bisa mengobati ikan yang terserang
penyakit. Obat-obatan yang biasanya digunakan pada usaha budidaya
pembesaran ini antara lain super SP, Omega protein, Super NB, Bio solution
yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan gurame tersebut
melawan serangan penyakit, memperbaiki tingkat pertumbuhan, dan
menghilangkan stress selama dilakukannya proses sampling.
4. Peralatan
Pada usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini diperlukan alat-alat
yang digunakan dalam menunjang kegiatan usaha ini yang meliputi, pompa air
yang digunakan untuk mengangkat atau mengisi air kolam, pipa sebagai
51
penghubung untuk mengisi air, timbangan yang berfungsi untuk menimbang
pakan dan lain-lain.
Gambar 5. Pompa air sebagai alat pengisian air kolam
Gambar 6. Pipa paralon untuk pengisian air dan sirkulasi
B. Prasarana usaha pembesaran ikan gurame
1. Sistem Pengairan
Pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini sistem pengairan
berasal dari air tanah/sumur. Penggunaan air tanah tersebut dimaksudkan untuk
menhindari pH dan salinitas air yang terlalu tinggi, sebab air yang diambil dari
tanah. Air dan tanah juga kecil kemungkinan adanya kandungan bibit-bibit
52
penyakit yang dapat menganggu kesehatan ikan tersebut. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam sistem pengairan usaha budidaya pembesaran ikan
Gurame ini antara lain :
1) Kualitas Air
Dalam Usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini yang perlu
diperhatikan pertama kali adalah kualitas air, dimana kualitas air adalah faktor
yang sangat penting dalam baik dan buruknya kelangsungan hidup ikan tersebut.
2) Suhu
Dalam usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini yang juga perlu
diperhatikan adalah suhu, karena suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan,
nafsu makan ikan Gurame, dan konsentrasi kelarutan oksigen. Suhu air di kolam
ini biasanya berkisar antara 26-31°C
3) Derajat Keasaman
Dalam usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini biasanya ber-pH
berkisar dibawah 7,0 – 8,0. pH ini sngat cocok dalam dalam pemeliharaan ikan
gurame tersebut. jika pH dibawah 7,0 maka biasanya air akan dibuang keluar
sedikit dan mngganti air tersebut dengan mengisinya lagi.
5.3.2 Pembersihan dan Pengeringan Kolam
Pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini pembersihan kolam
dilakukan dengan cara pengangkutan kotoran dan pengeringan. Pengangkutan
kotoran dilakukan setelah beberapa hari setelah panen. Biasanya pengangkutan
kotoran dilakukan bergantung pada kondisi alam dan target produksi. Setelah
pembersihan kolam sudah selesai biasanya dilanjutkan dengan pengeringan.
Pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini, pengeringan kolam
dilakukan selama 7-14 hari sesuai dengan cuaca. Pengeringan ini bertujuan
untuk membunuh sisa-sisa bakteri pembusuk, sisa kotoran dan pakan pada
siklus sebelumnya.
53
Gambar 7. Pengeringan kolam
5.3.3 Pengisian Air Kolam
Pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini, pengisian air kolam
menggunakan pompa air. Air yang digunakan dalam proses ini menggunakan air
tanah yang berasal dari sumur. Pengisian/penggantian air kolam dilakukan pada
jam 9 pagi sampai dengan jam 3 sore setiap hari, untuk melakukan sirkulasi air
kolam ini juga terpengaruh terhadap cuaca yang terjadi. Jika terjadi hujan maka
sirkulasi tidak di lakukan melainkan mengurangi air kolam dengan selang.
Gambar 8. Pengisian air kolam
5.3.4 Penebaran Benih ikan gurame
Benih yang digunakan dalam usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini
harus benar-benar berkualitas baik. Pada usaha budidaya pembesaran ikan
54
gurame ini biasanya penebaran benur dilakukan pada pagi hari pukul 05.00-
09.00. Prosedur kerja yang harus dilakukan penebaran benur antara lain,
penebaran harus pada pagi hari, apungkan kantong plastik benih dalam kondisi
tertutup selam 15 menit, jika waktu sudah 15 menit buka ikatan kantong plastik,
kemudian masukkan air kolam sedikit ke dalam plastik yang berisi benih tersebut,
dan jika semua proses itu sudah semua, baru menebarkan benih kedalam kolam.
5.3.5 Pemeliharaan Ikan Gurame
Selama kegiatan pembesaran ikan gurame dilakukan kegiatan yaitu
pemeliharaan kolam, meliputi pemberian pakan, perawatan kolam, pengontrolan
kualitas air, dan pengamatan kesehatan, perawatan kolam dapat dilakukan
dengan cara pengontrolan sekitar kolam yang paling penting adalah pengamatan
kesehatan pada ikan gurame terhadap serangan hama dan penyakit serta
menjaga nafsu makan ikan gurame.
5.3.6 Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurame ini yaitu
pakan buatan dan pakan alami yang terdiri dari plankton. Pakan buatan sangat
diperlukan di kolam ikan gurame ini, Untuk meningkatkan pertumbuhan ikan
gurame, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus
dicampur dengan vitamin-vitamin yang mengandung mineral-mineral penting,
protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5cc/kg pakan untuk umur dibawah 60
hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen. Setelah pemberian pakan ikan
gurame dilakukan para karyawan kolam akan mengecek kondisi sekitar kolam
dan melakukan perawatan alat yang digunakan dalam pembesaran ikan gurame.
55
Gambar 9. Pemberian pakan
5.3.7 Pemanenan
Proses pemanenan ikan gurame di kolam semen adalah pada saat ikan
gurame telah sampai ukuran konsumsi ( 700-800 gr/ekor) atau kurang masa
pemeliharaan 11 bulan. Langkah – langkah pemanenan, yaitu:
1. memasang kawat kasa atau saringan di bagian dalam paralon pada pintu
pengeluaran air (outlet). Tujuannya agar tidak ada ikan yang keluar pada
saat outlet dibuka.
2. Mengurangi ketinggian air kolam dengan membuka outlet sampai dengan
ketinggian air 30 – 40 cm.
3. Setelah itu tinggal dilakukan proses pengambilan dengan menggunakan
jaring.
4. Selanjutnya ikan dapat dipindahkan ke wadah penampungan atau
langsung di timbang sebelum masuk ke mobil pengangkut.
5.4 Aspek Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler (2008) didefinisikan sebagai proses
perencanaan dan eksekusi konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi
dari gagasan, barang dan jasa dalam rangka menciptakan pertukaran untuk
56
memuaskan tujuan individu dan organisasi. Pilihan konsumen terhadap produk
dipengaruhi oleh nilai produk yaitu perbandingan relatif antara manfaat/utilitas
dengan biaya. Suatu produk dikatakan bernilai tinggi apabila utilitasnya jauh lebih
besar dibandingkan biayanya.Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan dan menentukan harga. Tanpa
strategi pemasaran yang baik, maka suatu usaha tidak akan berjalan dengan
baik dan memperoleh keuntungan maksimal.
Saluran pemasaran merupakan salah satu yang penting dalam pemasaran
untuk bertujuan menyampaikan produk kepada konsumen secara cepat dan
tepat. Saluran distribusi ikan gurame di Desa Gendingan rata-rata melewati. jika
sudah waktunya panen tiba pengepul yang sudah menjadi langganan akan
mengambil hasil panen. Pada usaha pembesaran ikan gurame ini, merupakan
kegiatan yang berhubungan langsung dengan pemasaran produk dan konsumen
yang membeli produk ialah pengepul yang berdomisili di kabupaten Tulungagung
dan sekitar.
5.4.1 Permintaan dan penawaran
Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen
pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Teori permintaan
menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga dan
patuh pada hukum permintaan. Hukum permintaan menjelaskan apabila harga
suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen menurun.
Sebaliknya bila harga turun maka jumlah yang diminta akan meningkat. Oleh
sebab itu hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta adalah
negative (Pracoyo, 2006).
Permintaan terhadap ikan konsumsi terutama pada ikan gurame
semangkin tahun permintaan selalu meningkat diilihat dari perkembangan setiap
siklus pemanenan permintaan terhadap ikan gurame selalu bertambah untuk
57
permintaan daerah lokal maupun luar kota atau luar provinsi. Makin rendah suatu
barang maka konsumen cenderung untuk membeli dalam jumlah yang lebih
besar. Besarnya permintaan tergantung pada manfaat yang akan diperoleh
konsumen atau manfaat dalam menghasilkan barang-barang lain. Besarnya
penawaran ditentukan oleh biaya produksi, dalam keadaan biasa produsen tidak
akan menjual barangnya dibawah biaya produksi yang sudah dikeluarkan. Hanya
dalam kondisi darurat atau dalam perekonomian menurun saja produsen akan
menjual di bawah biaya produksi dan merugi, dengan tujuan agar tingkat
kerugian dapat diminimalkan dan tetap memproduksi suatu barang agar
kebutuhan konsumen tetap terpenuhi (Hanafie, 2010).
Jumlah penawaran ikan gurame di wilayah kabupaten tulungagung lebih
rendah jika dibandingkan dengan jumlah permintaan ikan gurame yang
semangkin banyak. Penawaran dalam hal ini adalah produksi ikan gurame yang
dihasilkan setiap siklus dalam satu tahun. Dilihat dari produksi ikan gurame di
tempat penelitian masih kurang untuk memenuhi permintaan konsumen
dikarenakan produksi sangat kurang. maka dari itu penawaran terhadap ikan
gurame untuk memenuhi permintaan konsumen masih sangat jauh dan masih
banyak peluang untuk meningkatkan produksinya (DKP Kab Tulungagung, 2015)
5.4.2 Penetapan Harga
Lakukan penetapan harga dengan cermat dengan mempertimbangkan
mutu dan pelayanan terhadap pelanggan anda. Tentukan tujuan penetapan
harga karena penetapan harga merupakan strategi sangat penting agar sesuai
dengan nilai produk tersebut dan harga yang sudah ditetapkan juga harus bisa
menutupi biaya dan laba dari produk atau jasa yang di jual (Ambadar, abidin dan
isa, 2010).
Sistem penetapan harga pada ikan gurame didasarkaan pada kualitas
yang sudah ditetapkan karena setiap ikan gurame memiliki kualitas yang
58
berbeda-beda dilihat dari bobot, kesehatan ikan gurame, dan umur. Penetapaan
harga jual ikan gurame masih di putuskan secara sepihak oleh pengepul. Dari
sinilah keuntungan pembudidaya ikan gurame masih belum bisa di prediksi,
sedangkan harga pakan sering naik tanpa di imbangi dengan naiknya harga jual
ikan gurame.
5.4.3 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan keputusan yang sangat kompleks dan
penuh tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Setiap sistem saluran
menciptakan tingkatan penjualan dan biaya yang berbeda. Pedagang perantara
bisa dimanfaat kan bila mereka mampu melaksanakan fungsi saluran lebih
efisien daripada yang dapat dilaksanakan perusahaan. Perusahaan memiliki
banyak saluran kuat yang memungkinkan mereka meraih pasar mereka dapat
memutuskan penjualan langsung atau menggunakan satu, dua, tiga, bahkan
lebih banyak lagi tingkat saluran perantara tadi. Saluran pemasaran merupakan
cirri perubahan dramatik baik yang bersifat sementara maupun kontinu (Suyanto,
2004).
Saluran pemasaran merupakan salah satu yang penting dalam pemasaran
untuk bertujuan menyampaikan produk kepada konsumen secara cepat dan
tepat. Saluran distribusi ikan gurame di Desa Gendingan rata-rata melewati
pengepul. Ada banyak pengepul yang biasanya mengambil hasil panen serta
datang langsung ke kolam dan mengambilnya. Mereka sudah menjadi langganan
bagi para petani ikan gurame di wilayah kab Tulungagung dan sekitarnya.
59
Gambar 10. Saluran pemasaran
5.5 Aspek Finansiil
Aspek finansiail yang akan dianalisis di penelitian ini meliputi janka pendek
dan jangka panjang. Jangka pendek meliputi permodalan, pembiayaan,
penerimaan, R/C, keuntungan, rentabilitas, Break Event Point (BEP), dan REC.
Sedangkan jangka panjang meliputi Net present Value (NPV), Net B/C Ratio,
Internal Rate of Return ( IRR), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas.
Pada aspek perhitungan analisis jangka pendek budidaya pembesaran
ikan gurame ini pada 1 tahun terdapat 1 siklus dengan 2 kolam yang dapat di
panen.
5.5.1 Analisis Jangka Pendek
1 Permodalan
Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang usaha, sudah tentu
memerlukan sejumlah modal (uang) disamping keahlian lainnya . Modal yang
digunakan untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari biaya pra investasi, biaya
investasi dalam aktiva tetap sampai dengan modal kerja / aktiva lancar. Untuk
memenuhi kebutuhan investasi, modal dapat dicari dari berbagai sumber dana
yang ada, baik modal sendiri maupun modal pinjaman (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Menurut Riyanto (2001), setiap usaha akan berjalan bila terdapat modal
untuk memenuhi usaha tersebut. Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam
perusahaan dibagi menjadi dua yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja
Petani ikan Gurame / Produsen
Pengepul Pedagang / Pengecer
Konsumen / Masyarakat
60
dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel atau biaya tidak
tetap. Sedangkan berdasarkan asalnya modal dibedakan menjadi modal sendiri,
modal asing dan modal badan usaha. Biaya tetap merupakan biaya yang tahan
lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam produksi.
Dalam usaha budidaya pembesaran Ikan gurame ini terdapat modal
investasi antara lain selang, pompa air, motor dan lain sebagainya. Modal
investasi tersebut masing-masing mempunyai penyusutan dalam 1 tahun sesuai
dengan umur teknisnya, semua modal tersebut bersumber dari pemilik usaha
sendiri sebesar Rp 46,175,000,- dengan total penyusutan /tahun sebesar Rp
4,679,000,-. data penghitungan dapat di lihat pada tabel lampiran 2.
2 Pembiayaan
Menurut Rahardi (1997), biaya adalah satuan nilai yang dikorbankan dalam
suatu proses produksi untuk tercapainya suatu hasil produksi Biaya total (TC)
didapat dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel.
Biaya yang digunakan dalam usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini
sebesar Rp.45.011.500,- yang diperoleh dari biaya tetap sebesar Rp.5.329.000,-
dan biaya variabel sebesar Rp.39.682.500,- Sedangkan biaya investasi dalam
usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini sebesar Rp.46.175.000,-.
3 Penerimaan
Penerimaan total merupakan jumlah uang yang diperoleh dari penjualan
sejumlah produk yang dihasilkan dalam periode tertentu (Riyanto,2001). Pada
kegiatan Usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini dalam 1 siklus selama 1
tahun sebesar Rp.65.000.000,- dengan total produksi sebesar 2500 kg dan
harga per kilogram sebesar Rp.26.000,-. Perincian total penerimaan hasil
penjualan usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini dapat dilihat pada Tabel.
61
Tabel 8. Rincian Total Penerimaan Hasil Penjualan Usaha pembesaran ikan gurami.
Penerimaan Keterangan Total produksi dalam 1 siklus panen 2500 kg
Harga ikan gurame per kg Rp.26.000.-
Total penerimaan dalam 1 siklus Rp.65.000.000.-
Total penerimaan dalam setahun (1x siklus perpanen) Rp.65.000.000.- Sumber. Data peneliti
4 Revenue Cost Ratio (R/C)
Menurut Effendi dan Oktariza (2006), Analisis RC Ratio merupakan alat
analisis untuk melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap
biaya yang di pakai dalam kegiatan tersebut. Dari hasil perhitungan nilai R/C per
1 siklus panen atau selama setahun mencapai 1,44 dengan demikian nilai ratio
lebih besar daripada satu, sehingga usaha budidaya pembesaran ikan gurame
ini mengguntungkan. Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai R/C Ratio dapat
dilihat pada lampiran 9.
5 Keuntungan
Keuntungan atau laba adalah selisih antara penerimaan (TR) dengan total
biaya (TC). Menurut Soekartawi (1995), keuntungan atau laba usaha adalah
besarnya penerimaan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk proses
produksi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap.
Keuntungan yang diperoleh pada usaha budidaya pembesaran ikan
gurame dalam 1 tahun (1 siklus) sebesar Rp. 19.988.500,-. Total dari keuntungan
diperoleh dari selisih antara hasil total penerimaan dan total biaya yang
digunakan dalam 1 tahun (1 siklus produksi). Adapun perincian hasil keuntungan
usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini dapat dilihat pada lampiran 10.
62
6 Rentabilitas
Menurut Riyanto (2009), Rentabilitas suatu perusahaan menunjukaan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan antara lain Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan
menggunakan modal untuk menghasilkan laba selama periode waktu tertentu.
Dari hasil perhitungan nilai rentabilitas pada usaha budidaya pembesaran
ikan gurame ini memperoleh nilai 44%. Dilihat dari nilai rentabilitasnya, usaha
pembesaran ikan gurame ini dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk
dijalankan. Hal ini dikarenakan nilai rentabilitas dari usaha ini lebih besar dari
suku bunga pinjaman bank pada saat penelitian sebesar 7,50%. Nilai rentabilitas
sebesar 44% ini bisa digunakan sebagai pertimbangan bank apabila akan
memberikan pinjaman modal, karena dengan nilai rentabilitas sebesar 44%,
usaha ini masih mampu membayar bunga pinjaman bank beserta pokoknya
apabila menggunakan modal pinjaman dari bank dengan tingkat suku bunga
pinjaman sebesar 7,50%per tahunnya. Rincian perhitungan nilai rentabilitas bisa
dilihat pada lampiran 11..
7 Break Event Point (BEP)
Menurut Mahyudin (2009), Break Events Point (BEP) merupakan alat
analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha
mencapai titik impas, yaitu tidak untung dan tidak rugi. Usaha dikatakan layak
apabila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah BEP unit yang diproduksi.
Dari hasil perhitungan nilai BEP pada usaha budidaya pembesaran ikan
gurame ini memperoleh nilai BEP Sales sebesar Rp. 13.681.643,-. Nilai BEP
sales menunjukkan bahwa usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini
mengalami titik impas yang diperoleh sama dengan 0 pada saat nilai penerimaan
sebesar Rp.65.000.000. Adapun nilai BEP Unit sebesar 526/lkg. Agar usaha
pembesaran ikan gurame ini tidak mengalami kerugian, usaha ini sudah mampu
63
memperoleh penjualan lebih dari Nilai BEP sales dan BEP unit. Fakta ini dapat
dilihat pada perhitungan nilai rentabilitas pada lampiran 12.
5.5.2 Analisis Jangka Panjang
Analisis jangka panjang yang dianalisis meliputi : Net Present Value (VPV),
Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan analisis
Sensivitas.
1 Net Present Value (NPV)
Menurut Arifin (2007), Net Present Value adalah alat analisis yang
digunakan untuk mengitung selisish nilai investasi sekarang (aliran kas
keluar/cash out) dengan nilai penerimaan sekarang (aliran kas masuk/cash in) di
waktu yang akan datang, jika hasil menunjukkan angka positif, maka usulan
investasi dapat dipertimbangkan, karena layak untuk dilakukan. Sebaliknya jika,
hasil menunjukan angka negatif maka usulan investasi sebaiknya ditolak karena
investasi tidak layak untuk dilakukan.
Dari hasil penelitian NPV usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini
menggunakan discount rate sebesar 12%. Nilai NPV diperoleh sebesar
Rp.88.570.459,-. Dari hasil NPV ini maka menunjukkan usaha budidaya
pembesaran ikan gurame ini dikatakan layak untuk dijalankan karena nilai NPV
yang diperoleh bernilai positif. Untuk lebih jelasnya perhitungan NPV ini dapat
dilihat pada lampiran 13.
2 Profitabilitas Index (Net B/C)
Menurut Van Horne dan Wachoficz (2007), profitablitas indeks atau rasio
biaya manfaat adalah rasio nilai sekarang arus kas bersih di masa mendatang
dengan arus keluar awalnya. Kriteria kelayakan profitabilitas indeks adalah 1,00
atau lebih besar maka investasi dapat diterima. Net B/C merupakan nilai manfaat
yang diproleh dari setiap pengeluaran satu rupiah dari investasi tersebut.
64
Dari hasil penelitian perhitungan profitablitas indeks usaha budidaya
pembesaran ikan gurame ini memperoleh nilai 2,92% ,sehingga disimpulkan
bahwa usaha ini layak untuk dijalankan,karena kriteria kelayakan profitabilitas
indeks adalah lebih besar dari satu. Untuk lebih jelasnya nilai perhitungan
profitabilitas indeks dapat dilihat pada lampiran 13.
3 Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Riyanto (2009), intenal rate of return dapat didefinisikan sebagai
tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang
diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai
sekarang dari pengeluaran modal ( PV of capital outlays).
Nilai dari hasil penelitian perhitungan IRR pada usaha budidaya
pembesaran ikan gurame ini memperoleh nilai 52%, nilai ini dikatakan normal
karena nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga deposito, sehingga usaha ini dapat
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Untuk lebih jelasnya tentang
perhitungan IRR dapat dilihat pada lampiran 13.
4 Payback Period (PP)
Menurut Riyanto (2009), Payback Period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk dapat menutupi kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto (net cash flow). Dengan demikian
Payback Period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang
diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya.
Dari hasil penelitian nilai PP dari usaha budidaya pembesaran ikan
Gurame ini memperoleh nilai PP yaitu 2,10 tahun. Sehingga jangka waktu
pengendalian modal yang diinvestasikan sebesar 2,10 tahun. Untuk lebih
jelasnya perhitungan nilai PP dapat dilihat pada lampiran 13.
65
5 Analisis Sensitivitas
Menurut Riyanto (2009), Analisis sensitivitas atau sering pula disebut
analisa kepekaan sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi
merupakan suatu teknik untuk menilai dampak berbagai perubahan dalam
masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible
outcomes). Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis simulasi yang
dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak variabel yang berubah-ubah
terhadap hasil yang diharapkan.Dengan analisis sensitivitas ini diharapkan
perusahaan dapat mengetahui sampai seberapa jauh tingkat kepekaan terhadap
arus kas yang dipengaruhi oleh berbagai perubahan dari masing-masing variabel
penyebab.
Analisis sensitivitas diharapkan akan diketahui seberapa jauh tingkat
kepekaan arus kas dipengaruhi oleh berbagai perubahan masing-masing
variabel penyebab, apabila variabel tertentu berubah, sedangkan variabel lainnya
dianggap tetap atau tidak berubah. Analsisis sensitivitas pada usaha budidaya
pembesaran ikan gurame ini untuk mengetahui suatu keadaan tidak layak
dijalankan. Analisis ini dilakukan dengan beberapa asumsi, diantaranya asumsi
biaya naik 36%, benefit turun 24,5%, biaya naik 11,5% dan benefit turun 7,5%,
dan biaya naik 17% dan benefit turun 24%.
a) Asumsi biaya naik 36%
Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
dapat dijelaskan pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 9. Hasil analisis sensitivitas asumsi biaya naik 36%
NO Analisis Nilai 1 NPV -2,986,546 2 Net B/C 0.94 3 IRR 10.18% 4 PP 6.12
Sumber. Data peneliti
66
Pada tabel 9 diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sensitivitas dengan
asumsi biaya naik 36% Usaha budidaya pembesaran ikan gurame tidak layak
untuk dijalankan. Uraian lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.
b) Asumsi benefit turun 24.5%
Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
dijelaskan pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 10. Hasil analisis sensitivitas asumsi benefit turun 24.5%
No Analisis Nilai 1 NPV -1,409,343
2 Net B/C 0.97
3 IRR 11.15%
4 PP 5.92 Sumber.Data peneliti
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sensitivitas dengan
asumsi benefit turun 24.5% Usaha budidaya pembesaran ikan gurame tidak
layak untuk dijalankan. Uraian lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16.
c) Asumsi biaya naik 11.5% dan benefit turun 7.5%.
Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
dapat dijelaskan pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 11. Hasil analisis sensitivitas asumsi biaya naik 11.5% dan benefit turun 7.5%
No Analisis Nilai
1 NPV -1,542,206
2 Net B/C 0.99
3 IRR 11.68%
4 PP 5.96 Sumber. Data peneliti
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sensitivitas dengan
asumsi biaya naik 11.5% dan benefit turun 7.5% Usaha budidaya pembesaran
67
ikan gurame tidak layak untuk dijalankan. Uraian lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 17.
d) Asumsi biaya naik 17% dan benefit 24%
Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame
dapat dijelaskan pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Hasil analisis sensitivitas asumsi biaya naik 17% dan benefit turun 24%
No Analisis Nilai
1 NPV -5,906,666
2 Net B/C 0.87
3 IRR 8.32%
4 PP 6.52 Sumber. Data peneliti
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sensitivitas dengan
asumsi biaya naik 17% dan benefit turun 24% Usaha budidaya pembesaran ikan
gurame tidak layak untuk dijalankan. Uraian lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 18.
5.6 Aspek Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tertentu Hasibuan (2000) dalam Torang (2013).
Menurut Sarwoto (1994) dalam Torang (2013), Manajemen adalah proses
memimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang teroganisir secara
formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Manajemen
meliputi beberapa aspek, yaitu:
5.6.1 Perencanaan (planning)
Menurut Handoko (2009), perencanaan adalah suatu proses yang tidak
berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan dan rencana harus
68
diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan,
rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
Perencanaan kembali kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian
sukses akhir. Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan
fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru
secepat mungkin.
Perencanaan merupakan suatu fungsi manager yang mencakup pemilihan
kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan
selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan organisasi.
Perencanaan yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi
persiapan modal, pemilihan benih gurame, pakan yang berkualias, obat-obatan,
dan lain-lain sebagainya. Berdasarkan keterangan diatas perencanaan usaha
budidaya pembesaran ikan gurame ini berjalan dengan baik, karena sudah
disiapkan mulai dari awal sampai akhir. Sehingga nilai keuntungan cukup besar
sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan.
Perencanaan sudah dilakukan oleh pemilik usaha budidaya pembesaran
ikan gurame meskipun perencanaannya masih sederhana dan tidak tertulis
dengan secara terstruktur. Perencanaan yang dilakukan mulai dari persiapan
kolam, pengisian air, penebaran benih, pemberian pakan, pengendalian hama
dan penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan ikan, dan penyeleksian benih
sampai panen. Perencanaan pada finansiil usaha pembesaran ikan gurame
untuk 10 tahun kedepan layak untuk dijalankan karena dari analisis finansil
jangka panjang yang dihasilkan (2016-2026) pada usaha pembesaran ikan
gurame ini melakukan penambahan investasi sebesar Rp 50.792.500,-, dengan
net present value sebesar Rp 88.570.459,-, net benefit cost ratio sebesar 2,92,
internal rate of return sebesar 52%, payback period/waktu pengembalian modal
sekitar 2,10 tahun.
69
5.6.2 Pengorganisasian (organizing)
Menurut Manullang (1981) dalam Torang (2013), pengorganisasian adalah
pengelompokan aktivitas yang akan dilakukan atau pendistribusian tugas dan
fungsi kepada setiap individu yang ada dalam organisasi. Disamping itu
pengorganisasian juga dimaksutkan untuk menentukan dan menetapkan
kedudukan serta sifat hubungan antar masing-masing unit.
Usaha yang di jalankan oleh Pak Burhan belum menerapkan
pengorganisasian. semua tugas atau pekerjaan dalam kegiatan usaha
pembesaran ikan gurame masih dikerjakan sendiri dengan bantuan satu
karyawan. Untuk itu perlu adanya struktur organisasi untuk membantu dalam
proses organisasi yang benar. Karena struktur organisasi sangat penting dari
suatu usaha, karena bisa menunjukkan keterkaitan antar anggota dengan
anggota lain.
5.6.3 Penggerakan (actuating)
Menurut Terry (1985) dalam Torang (2013), actuating adalah tindakan,
karena sesuatu tidak akan terjadi tanpa melalui tindakan. Apabila seseorang atau
pimpinan hanya ‘no action’but’talk only’, maka tidak ada sesuatu yang dapat
dihasilkan. Dapat dikatakan bahwa: ”the essence of leader is action” karena yang
diharapkan dari seseorang pimpinan adalah ‘action’nya atau cara meng-
‘directing or actuating’ bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam hal ini manajemen pergerakan atau pelaksanaan pada usaha ini
sudah optimal dalam melakukan fungsi manajemen pergerakan/pelaksanaan
dengan sendiri karena pemilik usaha sudah mengusai semua dari aspek teknis
sampai pasca panen dengan di bantu satu karyawan.
5.6.4 Pengawasan (controlling)
Menurut Soekarno (1982) dalam Torang (2013), pengawasan adalah
pengendalian atau kontrol yang dimaksudkan untuk mengetahui kesuaian
70
kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dengan tugas yang diberikan padanya
dan mengetahui kesesuaian waktu dengan hasil pekerjaan. Apabila dalam
pelaksanaan pengawasan ditemukan kesalahan atau kekeliruan, segera
dilakukan perbaikan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif,
efisien, dan rasional.
Pengawasan dalam usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini biasanya
meliputi pengontrolan air, melihat apakah ikan gurame terkena serangan
penyakit, pengawasan aspek pemasaran, dan pengawasan terhadap tenaga
kerja apakah sudah menjalankan tugas yang sudah diberikan. Pada pengawasan
ini biasanya pemilik dan anggota keluarga dari pak Burhan ikut melakukan
pengawasan, karena pada usaha ini belum mempunyai struktur organisasi,
sehingga para anggota keluarga tersebut belum mengetahui tugas dan
kewajiban yang harus dilakukan. Untuk itu perlu adanya struktur organisasi agar
usaha yang dijalankan bisa berjalan dengan baik dengan mengetahui tugas dan
kewajiban masing-masing.
5.7 Strategi Pengembangan Usaha Budidaya pembesaran Ikan gurame
dengan Analisis SWOT
Untuk mengetahui sasaran strategi dalam pengembangan usaha budidaya
pembesaran ikan gurame ini, maka perlu diketahui analisis faktor internal,
analisis faktor eksternal, dan matriks SWOT. Pada analisis SWOT, lingkungan
internal terdapat unsur kekuatan (strenghts / S) dan unsur kelemahan (weakness
/ W). Sedangkan untuk lingkungan eksternal terdapat dua unsur yaitu peluang
(opportunities / 0) dan ancaman (threaths / T).
5.7.1 Analisis Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor dari dalam usaha tersebut yang meliputi
kekuatan dan kelemahan. Faktor tersebut dapat diidentifikasIkan sebagai
kekuatan dan kelemahan bagi pengembangan usaha pembesaran Ikan Gurame
71
dan faktor ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
strategi pengembangan. Dalam penelitian pada usaha budidaya pembesaran
ikan gurame ini mempunyai beberapa faktor internal baik berupa kekuatan dan
kelemahan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 13. Indikator faktor internal No Indikator kekuatan Kode kelemahan Kode
1 Aspek Teknis
1. Sarana dan prasarana yang layak dan memadai
S1
2. Kualitas produk S2
2 Aspek Manajemen
1. Belum mempunyai stuktur organisasi
W1
2. Manajemen kurang baik W2
3 Aspek Pemasaran
3. Kemampuan menjaga hubungan baik dengan pengepul
S3 3. Pemasaran kurang luas W3
4 Aspek Finansial
4. Aspek finansil yang layak S4 4. Keterbatasan
modal W4
A. Kekuatan
Kekuatan merupakan keunggulan dan kemampuan khusus yang dimiliki
oleh perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain dalam
mengembangkan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan gurame di Desa
Gendingan mempunyai keunggulan yang berbeda dengan petani lainya agar
keunggulan tersebut dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan dalam
usaha kedepanya.
Tabel 14. Kriteria pembobotan dan rating pada faktor kekuatan NO Bobot Kriteria Rating Kriteria
1 0,06 jika faktor tidak penting terhadap pengembangan usaha
1
Jika faktor tidak berpengaruh terhadap pengembangan usaha
2 0,10 jika faktor cukup penting terhadap pengembangan usaha
2
Jika faktor cukup berpengaruh terhadap pengembangan usaha
72
3 0,12 jika faktor penting terhadap pengembangan usaha
3 Jika faktor berpengaruh terhadap pengembangan usaha
4 0,14 jika faktor sangat penting terhadap pengembangan usaha
4
Jika faktor sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha
1. Sarana dan prasarana yang layak dan memadai
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting
terhadap keberhasilan suatu usaha yang ingin berkembang. Sarana dan
prasarana yang ada di Desa Gendingan seperti lahan, transportasi, jalan raya,
air irigasi yang belum tercemar, dan jaringan komunikasi yang memadai dapat
mempermudah dan memperlancar usaha pembesaran ikan gurame dalam
proses produksi maupun dalam kegiatan penyaluran pemasaran.
2. Kualitas produk
Kualitas produk yang baik berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu
usaha. Ikan gurame yang diproduksi mempunyai kualitas yang sangat baik,
seperti ikan guramenya sehat, gemuk-gemuk dan tidak mudah mati jika dikirim
ke luar kota.
3. Kemampuan menjaga hubungan baik dengan pengepul
Hubungan yang baik antar pengepul yang sering mengambil hasil panen
sangat memepengaruhi pendistribusian ikan gurame. dengan adanya hubungan
yang baik dengan pengepul menyebabkan pada waktu tibanya panen maka hasil
panen yang diperoleh dapat langsung diambil oleh pengepul sehingga tidak perlu
bingung lagi untuk menjual hasil panen ikan gurame.
4. Aspek finansil yang layak
Aspek finansiil yang layak yang telah diperhitungkan dengan analisis
jangka pendek dan jangka panjang yang memperoleh hasil layak dan
73
menguntungkan. Sehingga aspek ini bisa digunakan sebagai kekuatan pada
usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini.
B. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam suatu usaha
yaitu keterampilan dan sumberdaya yang secara tidak langsung dapat
menghambat kinerja yang akan menyebabkan kerugian pada usaha pembesaran
ikan gurame. adapun identifikasi keleman-kelemahan yang ada di usaha
pembesaran ikan gurame di Desa Gendingan adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Kriteria pembobotan dan rating pada faktor kelemahan NO Bobot Kriteria Rating Kriteria
1 0,06 jika faktor tidak penting terhadap pengembangan usaha
1
Jika faktor tidak berpengaruh terhadap pengembangan usaha
2 0,10 jika faktor cukup penting terhadap pengembangan usaha
2
Jika faktor cukup berpengaruh terhadap pengembangan usaha
3 0,12 jika faktor penting terhadap pengembangan usaha
3 Jika faktor berpengaruh terhadap pengembangan usaha
4 0,14 jika faktor sangat penting terhadap pengembangan usaha
4
Jika faktor sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha
1. Belum mempunyai stuktur organisasi
Suatu usaha yang akan dijalankan harus mempunyai struktur organisasi,
yang bertujuan untuk memaksimalkan kinerja dan untuk memaksimalkan proses
usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini. Pada usaha pembesaran ikan
gurame ini belum mempunyai struktur organisasi, sehingga tugas dan kewajiban
karyawan masing-masing belum bisa bekerja secara maksimal.
2. Manajemen kurang baik
Pemilik usaha pembesaran ikan gurame belum bisa memanajemen usaha
ini secara baik, karena semua kegiatan dalam usaha ini sebagian besar
74
dilakukan oleh pembudidaya sendiri dan satu karyawan pembantu khususnya
dalam mengelola keuangan usaha ini, karena pembudidaya tidak memiliki
pembukuan seperti pengeluaran biaya dan pemasukan terhadap usaha ini.
Sehingga pembudidaya tidak mengetahui perkembangan usahanya, apakah
usaha yang dijalankan ada peningkatan atau tidak.
3. Pemasaran kurang luas (kurangnya promosi)
Promosi pada pengepul ikan gurame ini sangat kurang, karena disana
belum menggunakan media promosi. Promosi disana masih sangat sederhana
dengan berbicara dari orang ke orang. Diharapkan pada proses penjualan ikan
gurame ini bisa dimanfaatkan dari brosur atau internet yang bisa dijadikan harga
ikan gurame tersebut bisa mahal daripada dari pedagang pengepul biasanya
tersebut.
4. Keterbatasan modal
Modal adalah hal yang pertama yang harus didisediakan untuk melakukan
kegiatan produksi dalam menentukan besar kecilnya skala produksi pada usaha
pembesaran ikan gurame. sejak pertama pemilik usaha pembesaran ikan
gurame menggunakan modal untuk kegiatan usaha pembesaran ikan gurame
berasal dari modal sendiri. Karena modal yang dipakai berasal dari modal sendiri
maka sudah tentu modal sangat terbatas. Dengan keterbatasan modal ini akan
membuat kesulitan terhadap modal, apalagi untuk melakukan pengembangan
usaha selalu terbentur dengan keterbaasan modal.
75
Tabel 16. Matrik IFAS pada usaha pembesaran ikan Gurame.
Berdasarkan table 16 di dapatkan hasil dari faktor strategi internal pada
usaha pembesaran ikan Gurame diperoleh skor faktor kekuatan sebesar 2.02
sedangkan faktor kelemahan diperoleh skor sebesar 1,12. Sehingga dapat
disimpulkan hasil dari matrik analisis faktor strategi internal (IFAS) dalam usaha
pembesaran ikan Gurame faktor kekuatan lebih dominan atau lebih berpengaruh
dari pada faktor kelemahan.
5.7.2 Analisis faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi usaha ditentukan dari
luar usaha tersebut, yang meliputi peluang dan ancaman pada usaha
pembesaran Ikan Gurame. Analisis faktor eksternal dilakukan dengan melihat
faktor faktor di luar usaha pembesaran Ikan Gurame untuk mengidentifikasIkan
peluang dan ancaman pengembangan usaha sehingga dapat memudahkan
dalam menentukan strategi pengembangan usaha yang akan dilakukan. Dalam
penelitian pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini mempunyai
No. Faktor Strategi Internal Bobot (B) Rating (R) B x R • Kekuatan 1. Sarana dan prasarana yang layak
dan memadai 0.14 4 0.56
2. Kualitas produk 0.12 4 0.48
3. Kemampuan menjaga hubungan baik dengan pengepul
0.14 3 0.42
4. Aspek finansial yang layak 0.14 4 0.56 Jumlah - 2.02
• Kelemahan 1. Belum mempunyai struktur
organisasi 0.14 3 0.42
2. Manajemen kurang baik 0.06 2 0.12 3. Pemasaran kurang luas 0.14 3 0.42 4. Keterbatasan modal 0.12 2 0.24
Jumlah - 1.12 Total 1.00 - 3.14
76
beberapa faktor eksternal baik berupa peluang dan ancaman yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 17. Indikator faktor eksternal No Indikator peluang Kode ancaman Kode
1 Ekonomi 1. Permintaan pasar tinggi O1
1. Harga jual tidak stabil T1
2. Kenaikan harga pelet T2
2 Hukum 2. Lingkungan tempat pembesaran yang aman
O2
3 Lingkungan
3. Ketersediaan pakan alami dan air bersih / sumberdaya alam
O3 3. Cuaca tidak menentu T3
4. Tersedianya lahan yang memadai O4
4 Sosial 4. Pesaing dengan modal tinggi
T4
A. Peluang
Faktor peluang adalah salah satu tujuan untuk melihat peluang yang ada
lingkungan sekitar untuk mengidentifikasi peluang yang akan memberikan
keuntungan dalam waktu dekat dan dimasa yang akan datang untuk usaha
tersebut. Adapun peluang-peluang yang dapat di indentifikasi pada usaha
pembesaran ikan ggurame di Desa Gendingan antara lain :
Tabel 18. Kriteria Pembobotan dan Rating Pada Faktor Peluang NO Bobot Kriteria Rating Kriteria
1 0,06 jika faktor tidak penting terhadap pengembangan usaha
1
Jika faktor tidak berpengaruh terhadap pengembangan usaha
2 0,10 jika faktor cukup penting terhadap pengembangan usaha
2
Jika faktor cukup berpengaruh terhadap pengembangan usaha
3 0,12 jika faktor penting terhadap pengembangan usaha
3 Jika faktor berpengaruh terhadap pengembangan usaha
4 0,14 jika faktor sangat penting terhadap pengembangan 4 Jika faktor sangat
berpengaruh
77
usaha terhadap pengembangan usaha
1. Permintaan pasar tinggi
Semakin meningkatnya permintaan ikan gurame di pasar menjadi peluang
terhadap usaha pembesaran ikan gurame. Dilihat dari meningkatnya permintaan
ikan gurame di pasar, masyarakat perlu memanfaatkan peluang tersebut dengan
memproduksi ikan gurame konsumsi, karena stok ikan gurame di Kabupaten
Tulungagung masih kurang sehingga masih di supplay dari luar kota untuk
memenuhi permintaan pasar, hal ini menjadi peluang yang besar bagi
pembudidaya untuk memproduksi ikan gurame secara besar. Daerah ini
merupakan daerah yang cocok untuk usaha perikanan, karena memiliki sumber
daya yang memadai, sehingga bagus untuk mengembangkan usaha
pembesaran ikan gurame dalam rangka memenuhi permintaan pasar.
2. Lingkungan tempat pembesaran yang aman
Lokasi usaha pembesaran Ikan Gurame yang sangat dekat dari
pemukiman menjadian keberadaan usaha ini aman. Usaha pembesaran ini tidak
pernah kemalingan, Keadaan tersebut yang menjadian keuntungan bagi
pemilikusaha pembesaran.
3. Ketersediaan pakan alami dan air bersih / sumberdaya alam
Lokasi usaha sangat menetukan keberhahasilan suatu usaha dilihat dari
lingkungan sekitar dan transportasi yang mendukung. Lokasi pada usaha
pembesaran ikan gurame di Desa Gendingan ini mempunyai lingkungan
sekitarnya yang mendukung untuk kegiatan usaha pembesaran ikan gurame. hal
ini didukung dengan adanya pohon di sekitar kolam yang bisa di manfaatkan
daunnya sehingga dalam proses budidaya ikan gurame tidak mengalami
kesulitan dalam penyediaan pakan alami. Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
yang ada di Desa Gendingan adalah lahan yang masih luas dan ketersedian air
78
yang merupkan faktor yang mendukung untuk keberhasilan usah pembesaran
ikan gurame tanpa adanya SDA yang mendukung maka usaha pembesaran ikan
gurame tidak akan berjalan dengan baik dan sulit untuk berkembangnya usaha
usaha tersebut.
4. Tersedianya lahan yang memadai
Daerah sekitar rumah masih banyak lahan potensial yang masih kosong
dan belum di garap. Lahan-lahan tersebut sangat cocok untuk budidaya
pembesaran ikan gurame karena dari keadaan lingkungan lahan. Apabila
nantinya pembudidaya ingin melakukan pengembangan usaha, pemilik usaha
bisa menambah kolam baru untuk usaha pembesaran ikan gurame dengan
memanfaatkan lahan yang kosong tersebut.
B. Ancaman
Ancaman merupakan tantangan atau gejala-gejala yang timbul bersifat
negatif yang dapat merusak perkembangan usaha yang tidak menguntungkan
atas keberhasilan suatu usaha pembesaran ikan gurame. Apabila tidak diatasi
maka akan menggangu perkembangan tujuan suatu usaha untuk kedepannya.
Adapun ancaman-ancaman terhadap usaha pembesaran ikan gurame di Desa
Gendingan adalah sebagai berikut :
Tabel 19. Kriteria Pembobotan dan Rating Pada Faktor Ancaman NO Bobot Kriteria Rating Kriteria
1 0,06 jika faktor tidak penting terhadap pengembangan usaha
1
Jika faktor tidak berpengaruh terhadap pengembangan usaha
2 0,10 jika faktor cukup penting terhadap pengembangan usaha
2
Jika faktor cukup berpengaruh terhadap pengembangan usaha
3 0,12 jika faktor penting terhadap pengembangan usaha
3 Jika faktor berpengaruh terhadap pengembangan usaha
4 0,14 jika faktor sangat penting terhadap pengembangan usaha
4 Jika faktor sangat berpengaruh terhadap pengembangan
79
1. Harga jual tidak stabil
Salah satu kendala yang terjadi di usaha pembesaran ikan gurame yaitu
masalah harga jual ikan gurame yang tidak stabil dipasaran, dikarenakan masih
adanya permainan harga dipasar local yang dilakukan oleh pengepul. Faktor ini
yang bisa menyebabkan para pembudidaya tidak bisa mendapatkan keuntungan
secara optimal.
2. Kenaikan harga pelet
Pakan adalah salah satu faktor pendukung untuk kelangsungan hidup ikan
Gurame pada usaha pembesaran ikan gurame. Kenaikan harga pakan
menyebabkan pembudidaya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan
gurame sehingga menyebabkan pembengkaan terhadap pengeluaran biaya
produksi. Dengan kenaikan harga pakan pemilik usaha masih fokus dengan satu
produk pakan saja. Sulit untuk merubah pengertian masyarakat tentang
mengganti pakan yang sudah lama dipakai dengan pakan yang lain karena
pakan yang baru takut nya tidak sesuai dengan pertumbuhan ikan. Hal ini yang
akan mengurangi keuntungan yang diperoleh.
3. Cuaca tidak menentu
Terjadinya perubahan cuaca secara tiba-tiba akan mempengaruhi kondisi
ikan gurame, karena hal ini akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh ikan
gurame, mengurangi nafsu makan ikan, menyebabkan ikan gurame mudah
stress dan terserang penyakit yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan
gurame.
4. Pesaing dengan modal tinggi
Banyaknya usaha pembesaran di Desa Gendingan menyebabkan adanya
persaingan antar pembudidaya ikan gurame. Hal ini karena di Desa Gendingan
sudah banyak yang mengetahui bahwa budidaya pembesaran ikan gurame
80
sangat menguntungkan. Persaingan di daerah lain lebih unggul seperti
Tulungagung dikarenakan dalam usaha budidaya pembesaran ikan gurame di
Tulungagung sudah mempunyai nama besar dan dalam skala besar sehingga
menghasilkan ikan gurame yang berkualitas dan berjumlah banyak.
Setelah mengidentifikasi matrik stategi eksternal pada usaha pembesaran
ikan gurame, selanjutnya data faktor-faktor eksternal dimasukkan ke tabel analisi
faktor strategis eksternal (EFAS) dan dilakukan pemberian skor tiap-tiap faktor.
Adapun matriks EFAS pada usaha pembesaran ikan gurame dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 20. Matriks EFAS pada usaha pembesaran ikan gurame
Berdasarkan tabel 20, di dapatkan hasil dari faktor strategi eksternal pada
usaha pembesaran ikan gurame diperoleh skor faktor peluang sebesar 2.32
sedangkan faktor ancaman diperoleh skor 1,08. Sehingga dapat disimpulkan
hasil dari matrik analisis faktor strategi eksternal (EFAS) dalam usaha
pembesaran ikan gurame faktor peluang lebih dominan atau lebih berpengaruh
dari pada faktor ancaman.
No. Faktor Strategi Eksternal Bobot (B) Rating (R) B x R • Peluang 1. Permintaan pasar tinggi 0.16 4 0.64
2. Lingkungan tempat pembesaran yang aman 0.14 4 0.56
3. Tersedianya lahan yang memadai 0.14 4 0.46
4. Ketersediaan air bersih 0.14 4 0.56 Jumlah 2.32 • Ancaman 1. Cuaca tidak menentu 0.10 2 0.20 2. Harga jual tidak stabil 0.14 2 0.28
3. Banyaknya pesaing dengan modal tinggi 0.06 4 0.24
4. Keaikan harga pakan (pelet) 0.12 3 0.36 Jumlah 0.45 1.08
Total 1.00 3.40
81
5.7.3 Analisis Diagram SWOT
Setelah mengidentifikasi dari dua faktor analisis matrik EFE dan matrik IFE,
selanjutnya adalah melakukan analisis diagram SWOT dengan cara mengetahui
letak posisi usaha pembesaran ikan gurame terhadap kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh usaha ini.
Hasil dari analisa dan perhitungan pada faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada usaha
pembesaran ikan Gurame diperoleh nilai faktor eksternal lebih kecil dari pada
nilai faktor internal. Nilai yang diperoleh faktor eksternal dari pembesaran ikan
gurame untuk peluang sebesar 2.32 dan untuk hasil faktor ancaman sebesar
1.08, sehingga untuk penjumlahan kedua faktor peluang dan ancaman adalah
sebesar 3.40. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari faktor internal untuk
kekuatan pada usaha pembesaran ikan gurame sebesar 2.02. dan untuk hasil
faktor kelemahan pada usaha diperoleh sebesar 1,12, sehingga diperoleh hasil
penjumlahan dari kedua faktor sebesar 3.14.
Setelah diketahui hasil dari masing-masing faktor eksternal dan internal
selanjutnya menentukan titik kordinat untuk mengetahui posisi strategi
pengembangan usaha pembesaran ikan gurame dengan cara dilakukan
perhitungan terhadap faktor eksternal dan faktor internal.
• sumbu horizontal (x) sebagai faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan diperoleh nilai koordinat X= 2.02 – 1.12 = 0.90
• Sumbu vertikal (y) sebagai faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dan diperoleh nilai koordinat Y= 2.32 – 1.08= 1.24
Hasil perhitungan diperoleh nilai-nilai kordinat diagram SWOT bernilai
positif, sumbu horizontal (x) diperoleh nilai 0,15 dan untuk sumbu (y) diperoleh
nilai 0,40. Gambar diagram SWOT dapat dilihat pada gambar 10.
82
Gambar 11. Diagram analisis SWOT
Berdasarkan pada gambar diagaram analisis SWOT di atas, bahwa hasil
diagram SWOT pada posisi (X,Y) dimana hasil X diperoleh dari faktor internal
yaitu pengurangan antara kekuatan 2.02 dengan kelemahan 1,12 hasil yang
diperoleh 0,90 pada usaha pembesaran ikan gurame dan untuk hasil Y diperoleh
dari faktor eksternal yaitu pengurangan antara peluang 2.32 dengan ancaman
1,08 hasil yang diperoleh 1.24. Sehinggan apabila ditarik garis lurus didapatkan
titik potong atau titik kordinat pada posisi (0.90 : 1.24) yaitu pada posisi kuadran I
yang merupakan situasi yang menguntungkan dan usaha pembesaran ikan
gurame memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang digunakan untuk pada kondisi ini adalah mendukung
strategi pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy) menggunakan strategi
SO (Strength Opportunities).
Kekuatan
Kelemahan
Ancaman Peluang
Kuadran I
y
x Mendukung
Strategi Agresif
( 0.90 : 1.24 )
83
5.7.4 Matrik Swot
Berdasarkan hasil dari analisis diagaram SWOT, usaha pembesaran ikan
gurame terletak pada posisi kuadran I yang merupakan situasi yang
menguntungkan pada usaha pembesaran ikan gurame sebab memiliki peluang
dan kekuatan untuk usaha kedepannya. Sehingga perlu adanya dilakukan
penyusunan strategi dengan menggunakan matrik SWOT. Matrik SWOT
diguankan untuk menyusun suatu rencana strategi yang didasarkan pada
strengths opportunities (SO), strengths treahts (ST), weakness opportunity (WO),
dan weakness threats (WT), sehingga diharapkan akan dapat menghasilkan
strategi yang lebih baik dan cocok yang dapat digunakan untuk pengembangan
usaha pembesaran ikan gurame. matrik SWOT usaha pembesaran ikan gurame
dapat dilihat pada table 21.
84
Tabel 21. Matrik SWOT Usaha Pembesaran Ikan Gurame Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) 1. Sarana dan prasaranayang
layak dan memadai 2. Kualitas produk 3. Kemampuan menjaga
hubungan baik dengan pengepul
4. Aspek finansial yang layak
Kelemahan (W) 1. Belum mempunyai
struktur organisasi 2. Manajemen kurang baik 3. Pemasaran kurang luas 4. Keterbatasan modal
Peluang (O)
1. Tingginya permintaan pasar
2. Lingkungan yang aman
3. Tidak sulit menemukan pakan alami
4. Tersedianya lahan yang memadai
Strategi SO
1. Memanfaatkan peluang pasar yang masih terbuka
2. Mempertahankan kualitas ikan gurame
3. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung usaha budidaya dalam pengembangan usaha
4. Mempertahankan hubungan baik dengan pengepul
Strategi WO
1. Mengikuti pelatihan ataupun seminar yang diadakan oleh instansi supaya lebih mengerti dalam budidaya
2. memperbaiki manajemen agar lebih tertata dengan benar
Ancaman (T)
1. harga jual tidak stabil 2. kenaikan harga pakan 3. cuaca tidak menentu 4. banyaknya pesaing
dengan modal tinggi
Strategi ST Mencari pakan alternatif sebagai penggati pakan yang harga terlalu mahal
Strategi WT 1. Lebih mempromosikan
hasil produk langsung ke konsumen
2. Menggunakan modal pinjaman untuk menambah kapasitas produksi
Berdasarkan table di atas, matrik SWOT untuk pengembangan usaha
pembesaran ikan gurame menggunakan strategi SO (Strength Opportunities)
yang terapkan dengan cara mengoptimalkan kekuatan dan memanfaatkan
peluang yang ada, karena dari analisi diagram SWOT juga usaha pembesaran
ikan gurame terletak pada posisi kuadran I yang menunjukan kondisi ini
mendukung kebijakan perumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy). Strategi
pengembangan usaha pembesaran ikan gurame adalah sebagai berikut :
85
1. Memanfaatkan peluang pasar yang masih terbuka
Permintaan pasar yang tinggi serta pemasaran yang mudah. semakin
berkembangnya gaya hidup sehat pada masyarakat Indonesia, maka konsumsi
ikan pun meningkat semakin tinggi. Karena dagingnya yang empuk dan tebal,
maka permintaan pasar akan ikan gurami pun meningkat. Peluang pasar untuk
ikan gurame masih terbuka lebar dikarenakan pencita ikan konsumsi ini di
indonesia semakin meningkat. apalagi untuk ikan gurame salah satu ikan
konsumsi yang banyak sekali penggemarnya untuk dijadiakan makanan
rumahan ataupun dijadikan menu restoran/tempat makan lainnya.
2. Mempertahankan kualitas ikan gurame
Mempertahankan kualitas ikan gurame supaya untuk dapat bertahan
dipasaran dan untuk memenuhi permintaan kuonsumen terhadap kualiatas ikan
gurame yang lebih baik dan menarik pada struktur daging serta kesehatan ikan.
Penerapan Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang baik dapat meningkatkan
kualitas maupun kuantitas hasil yang diharapkan. Pembuatan SOP pada
kelompok ini perlu diterapkan agar mendapatkan output yang baik. Pelayanan
yang baik serta dengan produk yang bagus akan meningkatkan penjualan
karena konsumen percaya dengan prodak yang dijual. Perluasan wilayah atau
jangkauan pemasaran perlu ditingkatkan supaya permintaan juga meningkat dan
pada akhirnya produksipun meningkat guna memperluas jaringan distribusi, perlu
di adakannya kemitraan yang dimaksud bisa berupa modal insvestasi, kerjasama
terhadap produsen pakan ataupun kemitraan terhadap program-program yang
diadakan oleh instansi terkait, misal perusahan pakan sebagai pemasok
kebutuhan pakan, investor sebagai penyedia prasarana dan sarana, sedangkan
kelompok berperan sebagai pengelolah didalam usaha tersebut.
86
3. Mempertahankan hubungan baik dengan pengepul
Mempertahankan hubungan baik dengan pengepul yang memang
seharusnya dilakukan oleh petani, karena dengan adanya hubungan baik akan
memperlancar proses pemasaran dari hasil budidaya, serta dapat mengetahui
berita adanya kenaikan atau penurunan harga ikan gurame dan harga pakan
pelet ataupun juga harga benih.
4. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung usaha budidaya
dalam pengembangan usaha.
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Gendingan seperti lahan,
transportasi, jalan raya, air irigasi yang belum tercemar, dan jaringan komunikasi
yang memadai dapat mempermudah dan memperlancar usaha pembesaran ikan
gurame dalam proses produksi maupun dalam kegiatan penyaluran pemasaran.
Tentu hal ini dapat menjadi salah satu faktor untuk memperlancar usaha
pembesaran ikan yang di lakukan.
88
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang Usaha Pembesaran
Ikan Gurame di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung Provinsi Jawa Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara teknis pada usaha pembesaran ikan gurame masih sederhana.
Pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan gurame mulai dari
persiapan sampai dengan pasca panen. Yaitu Mulai dari tahap sarana dan
prasarana, pembersihan dan pengeringan kolam, pengisian air kolam,
penebaran benih, pemeliharaan, pemberian pakan, pencegahan dan
penanggulangan penyakit, dan pemanenan.
2. Kondisi faktual dari usaha ikan gurame
Pada aspek pemasaran usaha pembesaran ikan gurame ini,
merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pemasaran
produk dan konsumen yang membeli produk ialah pengepul yang
berdomisili di kabupaten Tulungagung dan sekitar.
1. Jangka pendek. Hasil dari aspek finansiil usaha pembesaran ikan
Gurame layak untuk dijalankan dan diusahakan. Analisis jangka pendek
selama setahun pada usaha pembesaran ikan gurame ini memperoleh
penerimaan sebesar Rp 60.000.000,-, nilai R/C sebesar 1,46 yang artinya
jika nilai lebih dari 1 usaha ini menguntungkan, keuntungan sebesar Rp
18.936.000,-, rentabilitas/presentase keuntungan sebesar 46 %, nilai BEP
pada usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini memperoleh nilai BEP
Sales sebesar Rp.13.177.004, Adapun nilai BEP Unit sebesar 549/lkg.
2. Jangka panjang. Analisis jangka panjang yang dianalisis meliputi : Net
Present Value (NPV) menggunakan discount rate sebesar 12%. Nilai NPV
89
diperoleh sebesar Rp.82.623.599,-., Net B/C Ratio perhitungan profitablitas
indeks usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini memperoleh nilai
2,79%, Internal Rate of Return (IRR) perhitungan IRR pada usaha
budidaya pembesaran ikan gurame ini memperoleh nilai 50%, Payback
Period (PP) nilai PP dari usaha budidaya pembesaran ikan Gurame ini
memperoleh nilai PP yaitu 2,19 tahun, dan analisis Sensivitas Analisis ini
dilakukan dengan beberapa asumsi, diantaranya asumsi biaya naik 36%,
benefit turun 24,5%, biaya naik 11,5% dan benefit turun 7,5%, dan biaya
naik 17% dan benefit turun 24%. Pada aspek manajemen usaha
pembesaran ikan gurame, perencaan sebelum melakukan kegiatan usaha
pembesaran ikan gurame masih bersifat sederhana, sistem
pengorganisasian belum diterapkan masih dilakukan sendiri, pelaksanaan
yang belum berjalan secara maksimal sedangkan pengawasan yang
dilakukan hanya pengawasan pada saat dilakukan teknis pembesaran ikan
gurame dan perawatan kolam, tidak pada pengawasan keuangan dengan
manajemen keuangan yang kurang baik.
3. Pada diagram analisis SWOT pengembangan usaha terletak pada kuadran
I yaitu posisi dan arah pengembangan usaha dengan mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy),
menggunakan strategi strength opportunities (SO) dengan mengoptimalkan
kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada.
6.2 Saran
Saran yang diberikan peneliti untuk Perencanaan Pengembangan Usaha
Pembesaran Ikan Gurame adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan strategi strength opportunities (SO) dengan cara
mengoptimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang untuk
mengembangkan usaha pembesaran ikan gurame.
90
2. Manambah tenaga kerja dan melakukan manajeman pembukuan
keuangan.
3. Menambah kapasitas produksi terhadap ikan gurame untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen dan pasar ikan gurame.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang perencanaan pengembangan
usaha pembesaran ikan gurame di lokasi lain selain di Desa Gendingan
Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
91
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2010. Pengantar Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anggraeni 2009. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGUSAHAAN IKAN
GURAMI (Studi Kasus di Perusahaan Mekar Tambak Sari, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok) Jurnal. Institut Pertanian Bogor (ITB).
Ambadar Jackie, Abidin, Isa. 2010. Rencana Usaha. PT Mizan Pustaka.
Bandung.
Arifin Johar. 2007. Aplikasi Exel Untuk Perencanaan Bisnis (Business Plan). PT.
Elex Media Kompitindo. Jakarta
Carter dan Usry, 2004. Akuntasi Biaya, Edisi ke 13, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
DKP. Tulungagung 2015
Effendi Hersanto, Drs. 2010. Mengenal Beberapa Jenis Gurame. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Effendi, Irzal dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Freedy. 2016. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. 2003. Mnajemen. BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta.
Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Study Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Kasmir & Jakfar, 2008. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media Group. Jakarta
Maulina, Ine, Asep, Agus Handika dan Indah, Riyanti. 2010. Analisis Prospek
Budidaya Tambak Udang di Kabupaten Garut. Jurnal Akuatika Vol.III
No 1/Maret 2012 (49-62). http://fpik.unpad.ac.id/wp-
content/uploadads.pdf. Diakses pada tanggal 1 september 2016.
Mahyuddin, Kholis. 2009. Pembesaran Lele Berbagai Wadah Pemeliharaan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Monografi Desa Gendingn tahun 2012
Nurdin, Sabri, 2010. Analisis Penerimaan Bersih Usaha Tanaman Pada Petani
Nenas di Desa Palaran Samarinda. Politeknik Negeri Samarinda.
Samarinda.
Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu, 2008. Metodelogi Penelitian. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Pujastuti, P 2012. Analisis Finansial dan Pemasaran Ikan Cupang Hias, Slipi,
Jakarta Barat. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Pracoyo, T. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT Grasindo. Jakarta
Rahardi, F. 1997. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 2008. Analisis SWOT Teknik Memebedah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada.Yogyakarta.
Rusito 2015 Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Media Widya Mandala.Yogyakarta.
Sidarta, 1974. Pengatar marketing correspondence centre, Direktorat Jendral
Perikanan Jakarta.
Sitanggang, 1990. Memenangkan Pasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Singarimbun, Masri & Effendi, sofian, 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES
(Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan). Jakarta.
Soekartawi, 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasnya. Universitas Brawijaya.
Malang.
Soesilo, 2011. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Stanton, W. J.1996. Prinsip Pemasaran. Edisi VII. Jilid I. penerbit Erlangga.
Jakarta.
Subagyo Ahmad. 2007. SE,MM. Study Kelayakan. PT Elex Media Kompuntindo.
Sugiyono. Prof. Dr. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung.
Suliyanto, 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Andi. Yogyakarta.
Suyanto. M, 2004. Analisis & Desain Aplikasi Multimedia Untuk Pemasaran.
ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Torang, Syamsir. 2013. Organisasi dan Manajemen. Alfabeta. Bandung.
Umar Husein Drs, S.E., M.M., MBA. 1997. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam
Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Van Horne dan Wachowicz. 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
Wachidatus. 2010. Penelitian Manajemen Kristian. PT BPK Gunung Mulia.
Jakarta.