Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

23

Click here to load reader

description

bnZBCnbgfacbvz vghvbhgjsznvjbxhczjbvn xcn nxbnvbzb nvxczbzvxcbvnxbczvb zxnbvzhbghvxjvsabhjshgmvzjdnjbnvznxjhvhjfdgbzhjdgjb

Transcript of Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Page 1: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

PENYAKIT PENYAKIT INFEKSI KHRONISDAN PENYAKIT DEGENERATIP

PADA KESEHATAN KELUARGA *)

Oleh

T.H.MAKMUR MOHD ZEIN, Dr, MPH, PKK **)

I. PENDAHULUAN

Pembangunan Kesehatan bertujuan antara lain untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap setiap warganegara, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Keadaan ini akan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan berprestasi, dapat mewujudkan generasi penerus yang sehat, cerdas, produktif, tangguh dan berdaya saing tinggi menghadapi tantangan abad 21. Untuk mencapai hal tersebut,kalau di lihat dari sudut kesehatan, adalah suatu proses yang berlangsung panjang dari perjalanan kehidupan manusia. Proses ini dimulai dari proses konsepsi (pertemuan sperma dengan ovum), pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, kelahiran, neonatal, bayi, usia balita, usia sekolah, usia produktip, reproduktif, usia lanjut dan berakhir dengan kematian. Proses kehidupan ini tergantung sangat dari proses rantai kehidupan sebelumnya dan tergantung juga dengan faktor-faktor di luar tubuh manusia atau lingkungan. Angkatan kerja saat ini, sebagai contohnya, ditentukan oleh upaya kesehatan sebelumnya, yang meliputi pertumbuhan janin yang optimal, proses kelahiran yang baik serta pertumbuhan bayi dan anak yang sehat, serta berkaitan juga dengan pengaturan gizi yang sehat baik dari sudut kualitas dan kwantitasnya yang cukup. Gizi yang cukup jumlah dan mutunya sejak dari dalam kandungan, akan mendukung pertumbuhan balita dan berperan dalam perkembangan kemampuan kognitip dan kemampuan balajar dari siswa maupun mahasiswa. Gangguan gizi akan dapat menyebabkan kelemahan kognitip dan penurunan kemampuan belajar yang permanen. Keadaan ini akan menurunkan kemampuan phisik dan mental, yang berakibatkan penurunan mutu Sumber Daya Manusia. Penyakit gangguan gizi meliputi Kurang Kalori Protein (KKP), Kurang Vitamine A (KPA), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKI), Anaemi Gizi yang belum menururn bahkan sekarang semakin meningkat. Keadaan kesehatan keluerga saat ini belum semuanya memenuhi persyaratan, penyebab penyakit menular belum semuanya dapat di atasi, dipihak lain penyakit tidak menular juga semakin meningkat. Peningkatan jumlah, perluasan dan percepatan dari penyakit menular, antara lain kecepatan perjalanan dalam negeri maupun luar negeri, akibat perbaikan hubungan lalu lintas dan komunikasi, disertai jarak tempuh yang semakin jauh. Penyakit menular berkaitan juga dengan rendahnya hygiene dan sanitasi masyarakat, pengadaan air minum dan jamban keluarga yang belum memenuhi persyaratan. Dipihak lain masalah sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah industri dan banyak lagi masalah-masalah yang menyangkut kesehatan lingkungan, kesehatan kerja yang belum teratasi, berakibatkan penurunan derajat kesehatan keluarga.

_________________________________

*) Disampaikan pada Kulir Pakar PBL Blok 20 , tahun 2010.**) Staf Pengajar LB pd Fakultas Kedokteran dan Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unsyiah.

1

Page 2: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Peningkatan penyakit tidak menular (penyakit degenaratip), disebabkan pola hidup dan pola makan yang sangat berubah yang berkaitan dengan gaya hidup atau “life style related disease”, timbullah peningkatan penderita diabetes muda, hyperlipidimea, hypertensi, gangguan coronair, dan penyakit-penyakit degenaratip. Masalah kesehatan wanita reproduktip, dimana dijumpai banyak ibu-ibu gangguan kesehatan selama kehamilannya, sewaktu melahirkan, menyusui dengan akibat lebih lanjut gangguan pada tumbuh kembang bayi dan anak serta kesehatan si ibunya. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian anak masih tinggi, yang juga dapat di akibatkan penyakit ibu selama hamil maupun sewaktu bersalin dan bayi berat badan lahir randah (BBLR). Untuk berusaha mengatasi masalah-masalah yang tersebut di atas, maka di laksanakan upaya kesehatan, yang mencakup upaya meningkatkan derajat kesehatan (promotip), pencegahan penyakit (preventip), penyembuhan penderita (kuratip) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatip), dimana pihak keluarga harus ikut berperan aktip. Pembangunan termasuk pembangunan lingkungan hidup, merupakan bagian penting dari ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan seluruh mahkluk hidup di muka bumi. Pembangunan ini di arahkan pada terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu, memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan, mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia, No. 36 Tahun 2009. Sejak dasawarsa tahun 1950, terjadi pembangunan industri sangat cepat dengan menggunakan tehnologi modern. Industri berskala besar ini berlokasi di kota-kota besar, antara lain London, Paris, Chicago, Tokyo, Los Angeles, Jakarta. Operasional industri ini menimbulkan Smog (asap sebagai selimut yang berbentuk kabut tebal), yang menimbulkan gangguan kesehatan untuk keluarga dan ganngguan lalu lintas darat dan udara. Dasawarsa tahun 1955, timbul penyakit aneh di Teluk Minamata Jepang. Penyakit ini menyerang manusia dan hewan. Manusia yang di serang penyakit ini, gerakan tubuhnya tidak dapat di kontrol, timbul lumpuh yang di ikuti dengan kematian, ibu hamil melahirkan anak dengan cacat. Di jumpai juga banyaknya ikan mati terapung, burung yang sedang terbang, jatuh dan mati. Karena penyakit ini pertama kali di jumpai di teluk Minamata, penyakitnya disebut “penyakit Minamata”. Hasil penelitian di jumpai penyebab penyakit ini adalah “air raksa atau mercuri”, sebagai hasil buangan industri (industrial waste) yang di buang ke air permukaan (air laut) dan sumber bahan makanan untuk mikroplanton. Mikroplanton sebagai sumber makanan ikan-ikan, yang akhirnya ikan di makan burung-burung dan manusia. Penyakit Itai-Itai juga ditemukan di Jepang, penyebabnya Cadmium yang berasal dari limbah industri yang di buang kepersawahan dan Cadmium di jumpai pada biji padi atau beras. Bagaimana pula di negara kita yang berkaiatan dengan hasil buangan industri di Teluk Buyat, yang belum terselesaikan sampai sekarang. Organisasi Kesehatan Sedunia, dalam pertemuan tahunannya pada tahun 1972, mengadakan diskusi dengan judul “The Contribution Health Programes To Socio-Economic Development”dan di ikuti dengan diskusi mengenai pengawasan Health Hazard dan Perlindungan Lingkungan.

2

Page 3: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Tahun 1973 WHO membicarakan tentang pengendalian pencemaran lingkungan dan bagaimana usaha untuk mencegah pencemaran jangan mengganggu kesehatan keluarga maupun kesehatan masyarakat. Tahun 1984, dunia dikagetkan dengan bencana Bhopal India, dimana 2.500 jiwa manusia meninggal dan 150.000 orang menjadi cacat. Keadaan ini di sebabkan bocornya gas beracun dalam proses pembuatan pestisida dari industri kimia milik “Union Carbide”. Pestisida di satu pihak untuk dapat meningkatkan produksi hasil pertanian, di pihak lain merengut nyawa manusia dan menimbulkan cacat menetap pada manusia. Banyak lagi peristiwa-peristiwa lain, di antaranya peristiwa Chernobyl di Uni Sovyet, berkaitan dengan industri listrik tenaga nukliir, peristiwa Pamex di Meksiko yang berkaitan dengan Industri Minyak Bumi. Kini sudah disadari bahwa aspek pembangunan disatu pihak menguntungkan dengan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dan dipihak lain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Hal ini akhirnya akan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, yang dapat terjadi secara langsung atau dengan tidak langsung. Contoh klasik tentang tentang hal ini, ialah pembangunan Bendungan Aswan di Mesir. Pembangunannya bertujuan untuk pembangkit tenaga listrik (PLTA) dan perbaikan pengairan untuk peningkatan hasil pertanian.Di pihak lain terjadi peningkatan populasi cacing Schistosoma, terjadilah Epedemi Schitosomiasis. Pembukaan lahan hutan di Brazilia, dengan tujuan pembangunan kawasan industri, pertanian dan pembangunan perumahan, tanpa di sengaja timbullah out break Malaria karena gangguan ekosistem. Indonesia yang sekarang dalam tahap pembangunan industri dengan teknologi tinggi, pembangunan industri pertanian, irigasi dan pembangunan jalan-jalan baru, pembukaan lahan pertanian baru, pembangunan perumahan baru dsb. Untuk itu perlu dilaksanakan pembuatan AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan) sebelum pelaksanaan pembangunan berjalan, dan adanya instrumen analisis dampak kesehatan.

II. KONSEP SEHAT DAN SAKIT

Sehat dapat diartikan terdapatnya keseimbangan yang dinamis antara penyebab penyakit dengan penahan penyakit. Kalau penahan penyakit lebih kuat dari penahan penyakit, maka timbullah keadaan sakit dan sebaliknya kalau penahan penyakit lebih kuat dari penyabab penyakit, maka orang tersebut tidak sakit. Tidak Sakit belum tentu berarti sehat. Keadaan sehat mempunyai arti yang lebih luas dai pada sekedar tidak sakit, yang terlihat secara phisik. Sehat menurut Undang-undang N0. 36 Tahun 2009,Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 144, Tahun 2009, Bab I, pasal 1, butir 1, ialah:“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktip secara sosial dan ekonomis”. Batasan sehat selain yang tersebut diatas, masih dijumpai batasan sehat lain, yaitu menurut WHO, White, Perkins, Hanlon dan lain-lain. Konsep sehat menurut WHO, yaitu dilihat dari segi ekologi, dimana manusia telah di tempatkan dalam suatu ekosistem yang sedemikian rupa, sehingga diharapkan adanya keseimbangan yang harmonis dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Manusia tidak hanya sebagai suatu satuan biologis yang berdiri sendiri, akan tetapi juga sebagai satuan sosial dalam komunitasnya serta dalam lingkungan yang lebih luas. Batasan sehat WHO adalah sebagai berikut:

3

Page 4: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

“Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity”. Konsep sehat menurut Perkins, lebih menjelaskan sehat sebagai suatu proses yang dinamik, sehingga secara umum sehat dapat di artikan secara idial sebagai suatu proses yang dinamik, dimana melibatkan komponen phisik, mental dan sosial seorang individu atau masyarakat.Batasan sehat Perkins, adalah sebagai berikut:“Health is a state of relative of body and function which results from it’s succesful dynamic ajustment to forces tending it. It is not a passive interplay between body substance and forces impinging upon it but an active response of body forces working to ward reajustment”. Dari batasan sehat di atas, maka diharapkan manusia sehat, ialah sbb:

= Tidak Sakit = Tidak Cacat = Tidak Lemah = Kekar secara jasmani = Bahagia secara rohani = Sejahtera secara social Untuk dapat mengevaluasi nilai-nilai di atas, maka berarti kita tidak hanya cukup memeriksa seseorang saja, atau keluarga atau kelompok masyarakat, tetapi juga harus memeriksa dan mengawasi lingkungannya, tempat tinggal, tempat kerja, tempat berkreasi atau tempat bermain dan seterusnya. Melaksanakan semua kegiatan yang disebutkan di atas, merupakan suatu usaha/tindakan yang paling idial, sebaiknya menjadi pegangan, sehingga suatu kenyataan tidak terlalu menyimpang dari keadaan yang idial. Mencapai keadaan idial ini memang pekerjaan yang sangat sulit, karena “keadaan lingkungan”, dalam banyak hal kadang kala “sulit” untuk diajak bekerja sama dan sulit diukur perubahannya. Sesudah konsep “sehat” ditetapkan, maka mudah untuk menetapkan konsep “sakit”, yaitu kekurangan dari salah satu syarat saja dari konsep sehat, maka dikatakan orang yang bersangkutan disebut “sakit”. Tetapi kenyataannya tidaklah semudah itu menyebutkan seseorang “sakit”. Berdasarkan konsep sehat dan sakit, maka tentunya keadaan seseorang, dapat ditentukan dalam gradasi sebagai berikut: = S e h a t

= T i d a k s e h a t= K u r a n g s e h a t= T I d a k s e h a t, t i d a k s a k i t= S a k i t, terdiri dari = sakit ringan

= sakit sedang dan = sakit berat

Dengan demikian, maka yang di artikan sakit , adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala secara subjektif, sehingga orang tersebut memerlukan pengobatan atau perawatan terhadap tubuhnya, sehingga ia dapat kembali dalam keadaan sehat. Konsep ini sering digunakan dalam melakukan survey kesehatan,

4

Page 5: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

yaitu untuk menentukan morbiditi, atau menentukan jumlah orang sakit pada suatu tempat dalam waktu tertentu. Secara ideal menentukan keadaan kesehatan seseorang, yaitu melalui pengukuran nilai-nilai dari unsur-unsur tubuh, diantaranya mengukur berat badan, tinggi badan, tekanan darah, pernafasan, ukuran fitness dan sebagainya. Ada juga keadaan yang sulit untuk di ukur, walaupun memungkinkan mengukurnya dengan menggunakan alat-alat yang canggih dengan biaya mahal. Untuk usaha supaya keluarga dalam keadaan tetap sehat, maka banyak faktor yang perlu mendapatkan perhatian, demikian juga seorang menjadi sakit disebabkan banyak faktor juga. Usaha untuk mencari penyebab sakit, mempunyai kesulitan tersendiri dan dapat dipecahkan melalui pendekatan dari berbagai cabang ilmu kedokteran, antara lain melalui pathologi klinik, pathologi anatomi, parasitologi, mikrobiologi, epidemiologi dsb. Sungguhpun demikian keadaan sehat dan sakit dapat diterangkan melalui pendeketan epidemiologi, yaitu melalui segitaga GORDON.

Segitiga Gordon terdiri dari 3 unsur, yaitu:1. Agent (A), penyebab penyakit2. Environment (E), lingkungan3. Host (H), tuan rumah

A

E H

Sakit akan muncul jika terjadi gangguan keseimbangan di antara ketiga faktor tersebut, atau ada gangguan interaksi antara host, agent dan environment. Hal inilah yang dapat menerangkan kenapa sesorang dikatakan s a k i t atau s e h a t.Penjelasan: Kalau Agent Penyakit kuat dan jumlahnya banyak, artinya berkemungkinan sedang ada KLB (Kejadian Luar Biasa) atau wabah, mungkin juga lingkungannya jelek, sehingga perkembangan biakannya agent menjadi lebih kuat. Hal ini memungkinkan peserta sakit atau tuan rumah (host) menjadi gampang sakit. Kalau Host (Tuan Rumah), lemah artinya tidak punya daya tahan tubuh, kurang makanan yang berkualitas, terlalu capek, kurang istirahat, memungkinkan Host akan menjadi sakit. Kalau Environment (lingkungan) tidak mendukung keadaan, berarti lingkungan tidak terurus dengan baik, mungkin akibat kegiatan manusia. Hal ini memungkinkan Host akan gampang jadi sakit. Berbagai variasi dari agent, host dan environment dapat terjadi dengan segala macam modifikasinya, dan kedaaan Host dan Environment dapat di ukur, sehingga memungkinkan keadaan Agent dapat diperkirakan.Agent terdiri dari dari faktor-faktor : = Biologis, antara lain bakteri, virus, parasit dan jamur

= Phisis, antara lain benturan, kebakaran dll

5

Page 6: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

= Kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan= Psikologis, antara lain terdapat gangguan psikis

Host terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:= Faktor Internal, yaitu umur, kelamin, keturunan dll= Faktor Eksternal, yaitu terdiri gizi salah, pekerjaan dan lingkungan

Environment terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut := Faktor Fisis yang terdiri dari :

Alam, yaitu hujan, cuaca dan lain-lain Buatan, yaitu rumah, tempat kerja, sampah dan lain-lain.

= Faktor Biologis yang terdiri dari vektor, hospes (nyamuk & tikus)= Sosial budaya, terdiri dari adat istiadat & kebiasaan setempat= Ekonomi yang berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilan keluarga

Dalam pembangunan yang paling sering diganggu lingkungan atau environment, dan kadang kala tidak terlalu diperhatikan. Lingkungan sering ditinggalkan dalam keadaan tidak diperhatikan dan tidak dikembalikan dalam bentuk semula. Misalnya dalam pembangunan jalan, penimbunan jalan meninggalkan lobang-lobang dipinggir jalan, yang menjadi tempat genangan air sesudah hujan, akibatnya menjadi tempat nyamuk berkembang biak dsb. Timbul penyakit yang berkaitan dengan jenis nyamuknya. Pembuangan Kotoran Manusia Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh, yang terdiri dari tinja (feces), air seni (urine) dan CO2. Feces adalah sumber penyebaran penyakit yang multi-komplek, melalui berbagai cara, dikenal dengan faeal oral route, sbb:

Feces langsung dapat mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, air tanah, serangga (lalat, kecoa dsb) dan bagian tubuh kita juga dapat terkontaminasi dgn tinja. Beberapa penyakit yang disebarkan tinja manusia antara lain: tifus, disentri, kolera, bermacam-macam jenis cacing, antara lain: cacing (gelang, kremi, tambang, pita dsb), schistosomiasis dan lain lain.

6

tinja

tangan

lalat

tanah

air

MakananMinuman

Sayur-sayurandsb

mati

Penjamu(Host)

sakit

Page 7: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Kesehatan seseorang, keluarga atau masyarakat di pengaruhi 4 faktor (menurut H.L.Blum, 1974), yaitu:

Faktor lingkungan Faktor sarana pelayanan kesehatan Faktor tingkah laku individu, komunitas dan masyarakat Faktor genetik atau sifat bawaan

Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang terbesar, terhadap status kesehatan dimana peranan ekosistem ikut sangat berperan.Faktor sarana pelayanan kesehatan, juga berperan aktip, tenaga kesehatan yang tersedia harus mampu menyelesaikan masalah kesehatan dan sarana kesehatan yang tersedia harus sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.Faktor tingkah laku perlu mendapat perhatian, tingkah laku yang menguntungkan dipertahankan dan di kembangkan, yang merugikan dihilangkan secara bertahap.Faktor genetik perlu selalu mendapat perhatian petugas kesehatanKe empat faktor tersebut, juga satu sama lainnya juga pengaruh mempengaruhi atau saling berinteraksi sesamanya.

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Batasan: (menurut Winslow, 1920)Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang:Bertujuan: 1). Mencegah timbulnya penyakit,

2). Memperpanjang masa hidup 3). Mempertinggi nilai kesehatan

Dengan jalan : menimbulkan, menyatukan, menyalurkan, mengkoordinir usaha-usaha di dalam masyarakat ke arah terlaksananya usaha-usaha:

1) Memperbaiki kesehatan lingkungan2) Mencegah dan membrantas penyakit-penyakit infeksi yang

merajalela dalam masyarakat3) Mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehetan perorangan

7

Kependudukan(Genetika)

Kes. Lingk. PelayananKesehatan

Perilaku(Gaya Hidup)

DerajatKes. Masy.

Page 8: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

4) Mengkoordinir tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan pengobatan, perawatan dengan sebaik-baiknya

5) Memperkembangkan usaha-usaha masyarakat, agar dapat mencapai tingkatan hidup yang setinggi-tingginya, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatannya.

Untuk mencapai tujuan di atas menurut Winslow, satu syarat yang sangat penting, yaitu: harus selalu ada pengertian, bantuan dan partisipasi dari kelurga dan masyarakat secara teratur dan terus menerus (“Health programes can be truely effective only with the under standing, the support and the participation of the citizens).

Leavell dan Clark membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit, sebagai berikut:Masa sebelum sakit:

a. Health promotion (Mempertinggi nilai kesehatan)b. Specific protection, yaitu memberi perlindungan khusus terhadap sesuatu

penyakitPada masa sakit:

c. Early diagnosis and prompt treatment, yaitu mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera

d. Disability limitation, yaitu usaha pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit

e. Rehabilition, yang meliputi : 1. Rehabilitasi phisic, 2. Rehabilitasi Physis,

3. Rehabilitasi vokasional, 4. Rehabilitasi estetika

III. HUBUNGAN KESEHATAN DAN GIZI DENGAN SDM Pembangunan Sumber Daya Manusia berkaitan erat dengan Kesehatan dan Gizi, yaitu sebagai berikut:

1. Gizi jelek berkaitan erat dengan peningkatan morbiditi dan mortaliti, terutama dengan angka kematian ibu bersalin (AKI), angka kematian balita (AKB) dan angka harapan hidup (AHH)

2. Peningkatan gizi keluarga, merupakan sumbangan besar terhadap kecerdasan bangsa atau peningkatan inteligensia

3. Perbaikan status gizi & peningkatan kesehatan, akan mampu untuk meningkatkan produktivitas, termasuk peningkatan SDM

4. Sanitasi lingkungan yang jelek, rendahnya kesadaran kesehatan keluarga dan ekonomi,(take home pay) yang rendah merupakan unsur penurunan SDM

5. Keadaan kesehatan yang optimal akan mampu meningkatkan SDM

Keadaan gizi yang jelek, akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas dan berhubungan dengan peningkatan penyakit infeksi. Hal ini antara lain terlihat terjadinya peningkatan diare, ISPA dan pada ibu hamil, peningkatan AKI, IMR (AKB) dan BBLR. Status gizi jelek juga berpengaruh terhadap fungsi kognitip dan kemampuan belajar anak-anak usia sekolah. Pada usia dewasa gizi jelek ini berkaiatan dengan Hb, akan mempengaruhi tingkat produktivitas.

8

Page 9: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Pembangunan yang sedang berkembang, terutama pembangunan industri, selalu diikuti dengan pencemaran lingkungan. Walaupun dalam batas yang sangat minimal. Pencemaran yang terjadi disebabkan bahan kimia atau zat-zat kimia yang dihasilkan dari industri ataupun sebagai hasil antara. Bentuk gangguan kesehatan dapat dalam bentuk carcinogen, mutagen, teratogen dan yang paling ringan dalam allergen.

IV. PERMASALAHAN KESEHATAN

1. MORBIDITI & MORTALITI Dari hasil SKRT Survey Kesehatan Rumah Tangga) yang dilaksanakan setiap tahun, terlihat, sbb:

1. ISPA tetap merupakan penyakit yang dominan di masyarakat,2. Diare belum mampu di brantas di keluarga, terutama pada balita atau anak,3. Penyakit Gangguan pembuluh darah/cholesterol, atau non infeksi semakin terus

meningkat, baik morbiditi dan mortalitinya,4. Penderita Penyakit Infeksi Khronis, seperti TBC, Malaria semakin

berkembang, TBC dijumpai usia balita maupun pada Lansia, Rabies dan Faliraiasis yang belum teratasi, sekarang penyakit Hepatitis B juga ikut berkembang..

5. Penyakit gangguan gizi, masih terus berkembang dan belum mampu teratasi secara bermakna, terutama dalam tahun-tahun terakhir ini, karena gangguan ekonomi dan gangguan stabilitas keamanan. IMR, AKB dan BBLR masih dominan,

6. AKI masih tinggi,7. Penyakit gangguan syaraf terus berkembang,8. Ancaman terhadap penyakit infeksi baru terus berkembang, diantaranya

HIV/AIDS dan Ebola, Midcow dll.

2. UMUR HARAPAN HIDUP Manusia LANSIA (lanjut usia) semakin meningkat atau umur harapan hidup manusia semakin bertambah jumlahnya, umumnya mereka tinggal di pedesaan.Untuk itu perlu perhatian khusus untuk kelompok umur ini, dalam pengawasan kesehatannya yang penyakitnya dengan penyakit degeneratip.

3. PENOLONG PERSALINAN Penolong persalinan, penempatan bidan disetiap desa, membantu ibu-ibu hamil,bersalin yang memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi peranan Ma Blein, belum mampu tersaingi. Untuk itu perlu Ma Blien di ajak dan di latih untuk tenaga kesehatan di daerah pedalaman. Mereka mempunyai kedudukan tersendiri di masyarakat.

4. GIZI Indikator yang sering digunakan untuk menilai status gizi penduduk, antara lain, menyangkut anaemia ibu hamil, berat badan lahir, status gizi balita, pra sekolah, anaemi besi, penyakit gondok, defisiensi penyakit A dan lain lain..Sekarang ibu hamil dengan anaemia berkisar 68 %, ibu melahirkan dengan BBLR mencapai 16 %, 40 % Balita dengan gizi buruk dijumpai berjumlah 5,8 juta dan 1,8 juta balita tidak dapat diperbaiki lagi, timbul gangguan pada pertumbuhan jaringan otaknya,

9

Page 10: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

sehingga si anak timbul gangguan pertumbuhan jaringan otaknya, akibatnya sianak menjadi debiel atau Imbecil, Anaemia dalam bentuk anemia berat, sedang dan ringan dan sebagiannya dengan Anaemia besi. Masalah gizi pada usia produktip dengan berpenghasilan rendah, di jumpai banyak menderita anaemia besi. Akibatnya produktivitas sangat menurun, karena rendahnya konsumsi oksigen dalam darah.Ibu hamil dengan anaemia, berkaitan dengan pengetahuan ibu yang rendah terhadap sehat, banyak pantang yang berkaitan dengan adat istiadat. Ada juga sistem ada yang meningkat derajat kesehatan, misalnya ibu hamil 3 bulan mee boh kajee, umur 6 – 7 bulan mee buu gateng dsb. Penyakit Gondok endemik, masih di jumpai tinggi, terutama untuk kelompok umur usia sekolah. Pada wilayah tertentu berkaitan dengan geografisnya.

5. PEMBANGUNAN dan DAMPAK KESEHATAN Dampak terjadi oleh karena ada perubahan lingkungan, hal ini terjadi karena

adanya pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan dapat dalam bentuk, pembangunan gedung-gedung, jalan, pabrik mesin, fabrik kimia, waduk, sarana rekreasi dan sebagainya. Ada 3 fase dalam menetukan dampak, yaitu ;

1. Dampak pada fase sebelum pembangunan,2. Dampak pada fase pembangunan,3. Dampak pada fase operasional

Setelah itu penentuan macam dampak kesehatannya, dapat dilihat dari :1. Segi perubahan lingkungan fisik/biologis,2. Segi perubahan lingkungan sosial/ekonomi dan budaya.

Segi perubahan lingkungan fisik/biologis= Dampak terhadap pekerja: Kesehatan kerja dan suceptabilitas pekerja terhadap lingkungan baru,= Dampak terhadap masyarakat, antara lain stress psikis, perubahan sanitasi pemukiman, karena perubahan lingkungan atau keracunan dalam bentuk akut atau khronis, perubahan flora dan fauna yang dapat merubah habitat vektor dan atau terjadinya kecelakaan di tempat kerja dsb.Segi perubahan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya= Dampak terhadap pekerja, dalam bentuk cultural shock.= Dampak terhadap masyarakat, yaitu berbeentuk, perpindahan penduduk, perubahan pekerjaan/mata pencaharian, perubahan pola makanan, perubahan terhadap sanitasi lingkungan, dan perubahan sikap dalam usaha penanggulangan penyakit. Perubahan yang terjadi tergantung kepada keadaan sebelum dan sesudah adanya projek. Perubahan ini dapat dalam bentuk negatip maupun positip dan perubahan lingkungan ini pasti karena dampak dari pembangunan. Pembangunan kesehatan yang lalu berorientasi pada paradigma sehat tahun 2010. Paragdima sehat adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktip, mendorong masyarakat untuk dapat bersikap mandiri dan menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi, serta di dukung oleh pelayanan kesehatan yang lebih baik bersifat promotip dan preventip .

Pemahaman masyarakat atas paradigma sehat dan pencapaian dari tujuan pembangunan kesehatan, makin cepat tercapai apabila pendidikan masyarakat termasuk pendidikan kesehatan yang semakin baik.

10

Page 11: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Deklarasi Jakarta (1997) tentang Promosi Kesehatan, yaitu kesepakatan bahwa pra syarat untuk kesehatan, yaitu adanya perdamaian, perlindungan, pendidikan, jaminan sosial, hubungan sosial, pangan, pemberdayaan wanita, ekosistem yang stabil, kemandirian dalam penggunaan sumber daya, keadalian, hak asasi manusia dan pemerataan. Masalah kesehatan sangat berkaitan kuat dengan masalah di luar kesehatan..

6. INDIKATOR DALAM MENETUKAN ADANYA DAMPAK KESEHATAN

Untuk mengetahui ada tidaknya dampak dalam pengaunan untuk kesehatan, perlu dilakukan baseline data, yaitu sebelum proyek dilaksanakan dan monitoring pada fase konstruksi dan pada fase operasional. Data yang diperlukan, meliputi:

1. Pola penyakit,2. Status gizi,3. Mortaliti dan penyebabnya.4. Sanitasi lingkungan dan perumahan,5. Kebiasaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,6. Pola makan,7. Jenis vektor yang di jumpai,8. Data tentang pencemaran,9. Flora dan fauna yang berhubungan dengan vektor,10. Mata pencaharian dan pendidikan masyarakat,11. Data tentang penyakit khusus meliputi, malaria, DBD, rabies, Hiv/Aids,

Hepatitis B, PSK , schistosomiasis, dsb.

Sebenarnya data yang diperlukan dalam bentuk data primer, data diperlukan secara bertahap, tergantung kebutuhannya.

V. KEBIJAKSAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. KEBIJAKSANAAN Pembangunan kesehatan tidak mungkin dipisahkan dari pembangunan lainnya secara umum. Keberhasilan pembangunan lainnya akan memberikan impak terhadap pembangunan kesehatan, demikian juga sebaliknya. Pembangunan kesehatan harus selalu berorirentasi dengan Paradigma kesehatan yang dilaksanakan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta didukung oleh pelayanan kesehatan yang berkaitan kesehatan promotip dan kuratip.

2. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan pembangunan kesehatan masyarakat, adalah sbb:

a. Perbaikan mutu lingkungan hidupb. Peningkatan status gizi keluarga, c. Pengurangan angka morbiditas & mortalitasd. Peningkatan kesehatan kerja (Hyperkes)e. Peningkatan Kemampuan Kesehatan Keluarga untuk menolong keluarganyaf. Pengembangan keluarga sejahtera.

11

Page 12: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

Keberhasilan pembangunan terhadap kesehatan keluarga, dapat di kembangkan beberapa indikator , antara lain :

I. Indikator yang berkaiatan dengan status kesehatani. Umur harapan hidup,ii. Angka kamatian ibuiii. Angka kematian bayi iv. Penurunan jumlah penderita gangguan jiwa,v. Penurunan CDR & MMR

II. Indikator yang berkaitan dengan upaya kesehatan, meliputi :i. Angka cakupan immunisasi untuk anak dibawah 14 bulan, yi : 80%ii. Angka cakupan pertolongan persalinan, meningkat menjadi 80 %iii. Cakupan Air Bersih, menjadi 100 %

3. LANGKAH-LANGKAH Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan yang berkaitan dengan peningkatan derajatkan, adalah sbb:a. Sektor di luar kesehatan Dalam pembanguan perlu selalu diperhatikan kaitan hasil pembangunan dengan perkembangan kesehatan msyarakat, maka diperlukan keterpaduan program antar sektor. Upaya di luar kebijakan kesehatan meliputi, sbb:i. Peningkatan mutu lingkungan hidup, meliputi penyediaan air bersih,

pembuangan kotoran, penanggulangan pencemaran lingkungan, penyediaan perumahan, pelesterian sumber daya alam dan tempat-tempat rekriasi,

ii. Penyediaan dan distribusi pangan yang mencukupi,iii. Upaya pendidikan dasar dan menengah,iv. Peningkatan kerukuanan kehidupan beragama,v. Upaya peningkatan dari segi ekonomi, untuk dapat meningkatkan dan

pemerataan pendapatan/penghasilan,vi. Pembangunan pertanian, yang dilanjutkan dengan peningkatan produksi

pangan, sehingga masyarakat dapat mengkonsumsikan makanan yang bermutu baik.

b. Sektor kesehatanLangkah-langkah yang khusus berhubungan dengan sektor kesehatan, ssb:

i. Peningkatan kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan manusia,ii. Pengembangan swadaya masyarakat dalam pembangunan keshatan,iii. Pengembangan Puskesmas, Polindes, Posjandu, Pos KB Kampung sehingga

mudah di datangi keluarga, sehingga mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga dan mampu membina peran serta keluarga dan masyarakat. Ikut membantu membina dukun kampung atau Ma Blein,

iv. Pengembangan sistem rujukan pasien,v. Peningkatan upaja kesehatan secara umum, peningkatan kesehatan Ibu

Hamil & Bersalin, kesehatan Anak dan perbaikan gizi dan pogram KB,vi. Pengadaan obat-obatan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau keluarga

dan masyarakat,vii. Pengembangan tenaga kesehatan, sesuai dengan rencana pengembangan,viii. Peningkatan kemampuan manajemen kesehatan dan mampu melaksanakan

UU Kes, dan perlindungan hukum untuk masyarakat, perlindungan konsumen dan HAM

12

Page 13: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

ix. Pengembangan sistem asuransi kesehatan, melalui Jamkesmas, untuk ACEH Yaminan Kesehatan Aeh (YKA)

x. Pengawasan bahan-bahan yang berbahaya untuk kesehatan,xi. Pembinaan peran serta keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan,xii. Pembinaan sistem pengobatan tradisional serta pengembangan obat

tradisional.c. Sektor Gizi

Langkah-langkah yang berkaitan dengan sektor gizi, adalah sbb: c.1. Mengatasi Kelainan Gizi, secara dini, c.2. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi c.3. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi c.4. Gerakan Sadar Pangan dan Gizi

VI. KESIMPULAN Dari inventarisasi permasalahan kesehatan oleh karena pembangunan dan pengaruhnya terhadap produktivitas Sumber Daya Manusia, adalah kegiatan pembangunan sejak dari perencanaan selalu di oreintasikan dengan permasalahan kesehatan. Hal-hal yang timbul adalah sebagai berikut:1. Terjadinya pergeseran pola penyakit, perubahan perilaku keluarga dan

masyarakat, perubahan status ekonomi masyarakat dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,

2. Peningkatan status ekonomi masyarakat, terjadi pergeseran pola makan dan gaya hidup, berakibatkan timbul gaya hidup baru (life style related disease), menimbulkan gizi yang tidak seimbang. Keluarga mengkonsumsi makanan yang berbahaya untuk kesehatan, zat warna, zat karsinogen, bahan penyedap makanan, pestisida.

3. Penurunan status gizi dan status kesehatan, akan menurunkan SDM,4. Gangguan gizi pada keluarga, dapat peningkatan penyakit tertentu, sehingga

melemahkan hasil produktivitas,5. Sanitasi lingkungan yang jelek, juga akan mempengaruhi kualitas SDM,6. Terjadi peningkatan penyakit jantung dan pembuluh darah, Hyperlipidemia,

Diabetes mellitus, peningkatan Malaria, Rabies, TBC, HIV/AIDS, Hepatitis B, penyakit akibat kerja

7. Penyakit anak dan bayi, yaitu gangguan gizi, penyakit infeksi, diare masih sangat dominant dalam keluarga

13

Page 14: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

KEPUSTAKAAN1. Abdul Aziz, 1988. Pengantar Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta.2. Achmad Djaeni Sediaoetama, 1987, Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa , PT Dian Rakyat, Jakarta,3. Alan Berg dan Robert J. Muscat, 1987. Faktor Gizi, Bhrata Karya Aksara,

Jakarta4. Almatsier Sunita, 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia, Jakarta5. Dep.Kes.RI, April 1999, Indonesia Sehat 2010, Jakarta6. Michael cs, 2009, Gizi Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta7. Muhtadi Deddy, 2008 Pengantar Ilmu Gizi, Alfabeta Bandung Nyoman I

Dewa cs, 2004 Penilaian Status Gizi, EGC Jakarta8. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2007 GIZI dan Kesehatan Masyarakat,

PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta9. Anonym, Juli 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia

Sehat 2010, Jakarta10. International Conference of Health Promotion, 1997, Deklarasi Jakarta,

Jakarta11. Makmur Mohd Zein, 1988. Dampak Pembangunan Terhadap Kesehatan

Masyarakat, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

12. -------, 1993. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Masyarakat Aceh, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

13. -------, 1993. Kesehatan dan Gizi untuk Perencanaan Sumber Daya Manusia, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

14. ------, 2000, Perilaku Ibu Tentang Pola Pemberian Makanan Pada Bayi, Majalah Mon Mata No: 37, Maret 2000 Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh

15. .------, 2001, Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu dalam Penanggulangan dini Diare, Majalah Jurnal Kedoktean Syiah Kuala, volume I Nomor 1 , 1 Agustus 2001. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

16. ------, 2003, The Roles of a Ma Blien (a Traditional Midwife) In Reproductive Health In The Rural Community In the Province of Nanggro Aceh Darussalam. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh

17. Mc. Noughton Cs, 1990, Ekologi Umum, Gajah Mada Universitas Press, Yogjakarta

18. Otto Sumarwoto, 1991, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, PT Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta

19. Resasoedarso Soedjina, 1990, Pengantar Ekologi, PT Remaja Roesdakarya Bandung.

20. Bennett, 1987, Diagnosa Komunitas dan Program Kesehatan, Yayasan Essentia Medica, Jakarta

21. Notoatmojo Soekidjo 2007, Kesehatan Masyarakat, Ilmu & Seni, Renika Cipta, Jakarta

14

Page 15: Pengembangan Penyakit Infeksi Pd Keluarga

22. ----- 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Renika Cipta Jakarta

23. Azwar Azrul cs, 2004, Family Medicine Practice, Singapore Internasional Foundation, Singapore

24. McKenzie James cs 2007, Kesehatan Masyarakat, Edisi 4, ECG, Jakarta25. Soemirat Juli, 2004, Kesehatan Lingkungan, UGM Press, Jogjakarta26. Entjang Indan, 1986, Ilmu Kesehatan Masyarakat Alumni Bandung I 27. Sutisna Endang Sulaeman, 2009, Manajemen Kesehatan Teori dan Praktek

di Puskesmas UGM Press, Jogjakarta28. Liliweri Alo, 2009 Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, Pustaka Pelajar,

Kupang29. Fathoni Abdurrahmat, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya

Manusia, Rineka Cipta Jakarta

15