PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI …eprints.uny.ac.id/48759/1/Skripsi_Ribka...
-
Upload
nguyencong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI …eprints.uny.ac.id/48759/1/Skripsi_Ribka...
i
PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI
KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA BERMASALAH DI
LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3)
SEKARSARI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ribka Ambarwati
NIM 13102241033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja
bersama adalah keberhasilan. (Henry Ford)
There is no such thing as a “broken family”. Family is family, and is not
determined by marriage certificate, divorce papers, and adoption documents.
Families are made in the heart. (C. JoyBell C.)
Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan
kepadaku. (Filipi 4 : 13)
vi
PERSEMBAHAN
Atas berkat kasih dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Orang tuaku, Bapak Suradal dan Ibu Jumini serta Kakung Trisno Utomo
yang telah memberikan kasih sayang, doa dan semangat yang tidak pernah
berhenti.
3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
vii
PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI
KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA BERMASALAH
DI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3)
SEKARSARI YOGYAKARTA
Oleh
Ribka Ambarwati
NIM 13102241033
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) pengelolaan program
layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3
Sekarsari. (2) Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
dan (3) Hasil pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga
pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Subyek penelitian ini adalah pengurus, anggota tim profesional dan klien di LK3
Sekarsari. Penentuan subyek dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara
bertujuan (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang
digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Teknik yang diguakan untuk menjelaskan keabsahan data adalah
dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pengelolaan program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga di LK3 Sekarsari melalui beberapa tahapan
yaitu perencanaan dengan melakukan rapat rutin secara internal dan eksternal,
pengorganisasian dengan penyusunan struktur organisasi dan pembagian kerja,
pelaksanaan dengan berdasarkan SOP dan kebutuhan klien, koordinasi baik itu
secara internal lembaga dan menjalin jejaring kerja, serta pengawasan yang
dilakukan oleh pemimpin lembaga dan dinas sosial. (2) Faktor pendukung yaitu :
(a) dukungan dari mitra kerja dan instansi terkait, (b) pelayanan yang baik, (c)
komitmen dan dukungan dari pengurus dan tim profesional. (3) Faktor
penghambat yang mempengaruhi pengelolaan adalah terbatasnya sarana
penunjang kegiatan. (4) Hasil pengelolaan program layanan yang diterima oleh
klien belum sepenuhnya mampu mempertahankan keutuhan keluarga yang
dibuktikan dengan penyelesaian kasus oleh LK3 Sekarsari yang masih banyak
mengarah ke perceraian.
Kata Kunci: pengelolaan program, pelayanan sosial, keluarga, LK3
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta” dengan baik. Terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah beserta Bapak/Ibu Dosen yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal
sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nur Djazifah ER, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Ibu Sri Iswanti, M.Pd. selaku penguji utama, Bapak R.B. Suharta, M.Pd
selaku sekretaris penguji dan Ibu Dra. Nur Djazifah ER., M.Si selaku ketua
penguji yang telah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif
terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.
5. Bapak Hiryanto, M.Pd., dosen penasehat Akademik yang membantu dalam
masa studi atas bimbingan dan dorongan yang diberikan.
ix
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO …………………… ............................................................................... v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK………………… ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR……. .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ……………... ................................................................................ x
DAFTAR TABEL………… ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR…………. ......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 9
D. Perumusan Masalah .................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori ...................................................................................... 13
xi
1. Tinjauan Tentang Pengelolaan .............................................................. 13
a. Pengertian Pengelolaan ..................................................................... 13
b. Fungsi Pengelolaan........................................................................... 15
2. Tinjauan Tentang Keluarga ................................................................... 21
a. Pengertian Keluarga ......................................................................... 21
b. Sifat-sifat Keluarga........................................................................... 23
c. Peran dan Fungsi Keluarga ............................................................... 25
d. Keluarga Yang Ideal ......................................................................... 31
3. Permasalahan Dalam Keluarga .............................................................. 32
4. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial ....................................................... 36
a. Pengertian Pelayanan Sosial ............................................................. 36
b. Karakteristik Pelayanan Sosial.......................................................... 37
c. Fungsi Pelayanan Sosial ................................................................... 38
d. Bidang Pelayanan Sosial................................................................... 39
6. Tinjauan tentang Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ............. 40
a. Pengertian Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ................. 40
b. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga sebagai bentuk
pelayanan sosial ……………………………………………………..42
c. Tujuan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ....................... 43
d. Fungsi Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ....................... 43
e. Sasaran Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ...................... 44
f. Program Pelayanan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga .... 44
g. Landasan Hukum Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ...... 45
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 45
C. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 47
xii
D. Pertanyaan Penelitian................................................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 52
B. Setting dan Waktu Penelitian .................................................................... 53
C. Subyek Penelitian ..................................................................................... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 56
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 59
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 59
G. Teknik Keabsahan Data ............................................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 64
1. Profile Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ....... 64
2. Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ..................................................... 72
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .................. ……………………….72
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ............................................ 79
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ..................................................... 86
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ............................................ 92
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ..................................................... 98
3. Faktor Pendukung dan Penghambat program Layanan Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ..... 103
a. Faktor Pendukung Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 103
xiii
b. Faktor Penghambat Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 110
4. Hasil pengelolaan program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 112
B. Pembahasan .................................................................................... 115
1. Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ................................................... 115
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaa
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ................................................... 115
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluargaa
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 118
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 121
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
padaaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ........................................ 124
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ................................................... 127
2. Faktor Pendukung dan Penghambat program Layanan Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ..... 130
a. Faktor Pendukung Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 130
b. Faktor Pendukung Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari .......................................... 134
3. Hasil pengelolaan program Layanan Konsultasi Kesejahteraan
Keluargaapada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ........................... 136
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………. ............................................................................... 139
B. Saran…………………………...………………………………………....143
DAFTAR PUSTAKA……………. .................................................................. 144
LAMPIRAN………………… ......................................................................... 146
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Angka Gugatan Cerai di Daerah Istimewa Yogyakarta ...................... 4
Tabel 2. Proses Kegiatan Pengumpulan Data ................................................ 53
Tabel 3. Sumber Data Penelitian (key informan) ........................................... 55
Tabel 4. Sumber Data Penelitian (informan) ................................................. 55
Tabel 5. Sumber Data Penelitian (informan) ................................................. 56
Tabel 6. Susunan Pengurus LK3 Sekarsari .................................................... 70
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Fungsi Manajemen Luar Sekolah ..................................................... 16
Gambar 2. Kerangka berfikir dan alur pemikiran tentang pengelolaan program
layanan. ……………………………………….. ............................... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ............................................................ 147
Lampiran 2. Pedoman Observasi ............................................................. 148
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ........................................................ 149
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ............................................................ 151
Lampiran 5. Catatan Lapangan ................................................................ 163
Lampiran 6. Catatan Wawancara ............................................................. 184
Lampiran 7. Analisis Data ....................................................................... 206
Lampiran 8. Data Klien LK3 Sekarsari .................................................... 223
Lampiran 9. Foto Kegiatan ...................................................................... 226
Lampiran 10. Surat-surat Penelitian ........................................................... 229
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membangun keluarga sejahtera merupakan salah satu pencapaian yang
diinginkan oleh setiap individu, khususnya bagi individu dewasa yang akan
atau telah membina suatu rumah tangga. Keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(BKKBN,1994). Perkawinan merupakan cara yang ditempuh oleh individu
untuk membangun sebuah keluarga yang sah.
Sama selayaknya lembaga lainnya, keluarga yang merupakan lembaga
terkecil dalam masyarakat ini menjalankan peran, tugas dan fungsinya sendiri.
Peran dalam keluarga lebih menekankan pada bagaimana anggota keluarga
menjalankan tugas atau memposisikan diri sebagai individu dengan kewajiban
tertentu, baik itu sebagai seorang kepala keluarga, kepala rumah tangga
ataupun sebagai seorang anak. Peranan anggota keluarga tidak dapat
dilepaskan dari fungsi terbentuknya sebuah keluarga. Seorang Ayah memiliki
kewajiban untuk memberikan nafkah, menjadi pelindung, mendidik,
memberikan rasa aman bagi keluarga dengan perannya sebagai kepala
keluarga. Peran ibu sebagai seorang kepala rumah tangga juga tidak kalah
penting, sebagai seorang istri yang harus mengurus suami dan sebagai seorang
ibu yang harus mampu mengasuh, membimbing dan mendidik anak-anaknya.
2
Tak jarang seorang perempuan harus menyandang peran ganda, dimana ia
harus mengurus rumah tangga dan harus melakukan perannya sebagai anggota
masyarakat sedangkan dalam sisi lain ia juga harus melakukan suatu
pekerjaan. Terlebih dengan adanya pembangunan yang berprefektif gender
membuat kaum perempuan lebih memilih untuk mejadi wanita karier.
Berkaitan dengan hal tersebut, tak jarang seorang wanita mengesampingkan
perannya sebagai seorang ibu. Fungsi biologis merupakan salah satu fungsi
dari lembaga keluarga, fungsi biologis cenderung menekankan pada
reproduksi atau penerusan keturunan. Sejalan dengan itu, anak juga memiliki
perannya sendiri dalam keluarga yaitu melaksanakan peranannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik itu secara fisik, mental (psikososial)
maupun secara spiritual (religious). Kepempimpinan yang tepat dari seorang
kepala keluarga serta kesadaran dari masing-masing anggota keluarga untuk
menjalankan peranannya dapat menciptakan suatu keluarga yang sejahtera.
Dalam Undang-Undang No. 52 tahun 2009 mendefinisikan bawha ketahanan
dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan
dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik serta materil guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis
dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.
Bertolak belakang dengan gagasan tersebut, tidak semua keluarga
mampu untuk menjalankan fungsi dan peranannya sebagai anggota keluarga.
Tidak selalu perkawinan membawa keharmonisan dalam keluarga,
perkawinan yang selalu dianggap sebagai lembaran baru dalam kehidupan
3
manusia tak jarang mengalami pasang surut permasalahan. Fungsi keluarga
yang tidak berjalan dengan baik memicu timbulnya permasalahan, tidak
terpenuhinya fungsi dan tidak terlaksanakannya peran anggota keluarga
menjadi gambaran umum mengapa masalah muncul dalam suatu keluarga.
Jika tidak diatasi dengan baik maka keluarga akan mengalami masa krisis,
dimana tidak adanya lagi keharmonisan dan kerukunan antar anggota
keluarga. Permasalahan dalam keluarga ditimbulkan dari dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, bisa berupa interaksi yang
tidak baik, faktor ekonomi, faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
atau permasalahan yang lain yang datang dari dalam keluarga itu sendiri.
Sedangkan faktor ekternal lebih mengarah pada faktor dari pihak luar,
misalnya adalah perselingkuhan dengan orang ke tiga, hamil di luar nikah
ataupun adat dan kebiasaan.
Perceraian merupakan salah satu dampak atau akibat dari adanya
permasalahan dalam suatu keluarga yang sudah tidak menemukan jalan keluar
untuk diselesaikan secara kekeluargaan. Makna perkawinan menjadi pudar
seiring dengan gaya hidup masyarakat yang semakin berkembang. Perceraian
bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan. Fenomena kawin cerai
yang tengah marak dalam kalangan masyarakat tidak dapat dipungkiri karena
banyaknya public figure yang juga melakukan kasus serupa. Banyak kalangan
yang menanggap bahwa pernikahan bisa diakhiri begitu saja jika sudah tidak
adanya kecocokan. Dilihat dari perspektif agama, sebenarnya tidak ada agama
yang menagajarkan penganutnya untuk melakukan perceraian.
4
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dijuluki sebagai kota pendidikan
dan budaya ini pun tidak lepas dari permasalahan perceraian. Berdasarkan data
yang dihimpun oleh LK3 Sekarsari, tahun 2011 di Kabupaten Bantul tercatat
terdapat 1000 lebih kasus perceraian dan merupakan prosentase tertinggi
angka perceraian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan pada tahun
2015, angka perceraian tertinggi berada di Kabupaten Sleman degan angka
mencapai 1593 kasus. Diketahui, bahwa kebanyakan kasus perceraian tersebut
dilakukan oleh pasangan yang berusia di bawah 35 tahun. Berikut ini
merupakan sajian data yang dihimpun peneliti melalui Sistem Informasi
Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Agama di lima Kabupaten dan Kota di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 1. Angka Gugatan Cerai di Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kabupaten/Kota Jumlah Gugatan 2015 Jumlah Gugatan
2016*
1. Kota Yogyakarta 695 kasus 604 kasus
2. Kab. Bantul 407 kasus 1499 kasus
3. Kab. Sleman 1593 kasus 1504 kasus
4. Kab. Gunung Kidul 1469 kasus 1523 kasus
5. Kab. Kulon Progo 651 kasus 550 kasus tanda
(*) merupakan data dari bulan Januari 2016-28 November 2016
Perkawinan yang seharusnya menjadi momentum sacral yang
disiapkan sedemikian rupa saat ini menjadi hal yang terkesan biasa, bahkan
jika dilaksanakan setelah terjadi accident. Kasus pernikahan muda menjadi
salah satu presentase tinggi yang mengakibatkan perceraian. Kasus hamil di
luar nikah dan kurang matangnya individu baik secara ekonomi maupun
psikis menjadi salah satu penyebabnya. Perlu adanya kematangan dari setiap
individu, khususnya orang muda sebagai pelaku yang menempati angka
5
tertinggi perceraian saat ini. Chaplin dalam Rita Eka Izzaty, (2013)
menyatakan bahwa : “Kematangan merujuk pada istilah dalam perkembangan
manusia yaitu proses pencapai kemasakan atau usia masak”. Dalam teori
tugas perkembangan, kematangan individu akan diperoleh saat seseorang
memasuki usia dewasa awal, yaitu pada saat menginjak usia 18-40 tahun.
Kisaran usia ini merupakan masa transisi dimana merupakan usia banyak
masalah (problem stage). Dapat disimpulkan bahwa gagalnya pernikahan
yang ada saat ini dikarenakan ketidakmampuan individu untuk melaksanakan
tugas perkembangannya dan pemudaran makna pernikahan yang hanya
mengikuti trend tanpa adanya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
keluarga serta pandangan bahwa pernikahan adalah selayaknya hubungan
percintaan biasa yang dapat diakhiri kapanpun ketika diinginkan.
Dinas Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, mengklasifikasikan
keluarga bermasalah sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yaitu seseorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan
atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya
tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan
sosial) secara memadai dan wajar. Upaya yang telah dilakukan pemerintah
saat ini untuk mengatasi permasalahan tingginya kasus keluarga keluarga
bermasalah salah satunya adalah dengan membentuk badan-badan yang
secara khusus bertujuan untuk meminimalisir bahkan mengatasi
permasalahan tersebut. LK3 atau Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
6
Keluarga merupakan salah satu lembaga sosial yang menangani permasalahan
dalam keluarga. Layanan konsultasi merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling, Jeanette Murad Lesmana (2005:156) mendefinisikan konsultasi
sebagai aktivitas dimana konselor bekerja dengan pihak ketiga untuk
membantu klien. LK3 atau lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga berdiri
dibawah naungan Kementrian Sosial Republik Indonesia dan Dinas Sosial
yang merupakan unit pelayanan sosial terpadu yang melaksanakan
penanganan masalah psikososial keluarga untuk mewujudkan ketahanan
keluarga. Ketahanan keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki serta menangulanggi masalah yang
dihadapi, untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun psikososial
keluarga. Ranah atau masalah yang ditangani Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan keluarga ini adalah untuk mengatasi masalah sosial psikologis
keluarga yang menyebabkan terganggunya peran dan fungsi anggota
keluarga, disharmonisasi keluarga, masalah sosial psikologis di luar keluarga
yang menyebabkan terganggunya kehidupan keluarga dan masalah sosial
psikologis keluarga yang menyebabkan terganggunya peran dan fungsi. Di
Daerah Istimewa Yogyakarta, pelayanan yang diberikan oleh LK3 dapat
diakses oleh msyarakat melalui 13 lembaga yang secara terpadu bernaung
dibawah Dinas Sosial yang terdiri atas LK3 dengan basis Kabupaten/kota,
LK3 berbasis masyarakat dan LK3 berbasis perguruan tinggi. LK3 berbasis
kota merupakan LK3 yang secara khusus menangani masalah psikososial
individu, keluarga maupun masyarakat dalam lingkup hanya satu
7
kabupaten/kota saja, sedangkan LK3 berbasis masyarakat cenderung dikelola
untuk melayani masalah psikososial di lingkup yang lebih luas yaitu tingkat
provinsi, sedangkan LK3 berbasis perguruan tinggi merupakan LK3 yang
bersifat umum yang dimiliki suatu perguruan tinggi untuk melayani
masyarakat secara umum dan sebagai media belajar bagi mahasiswa secara
khusus.
LK3 Sekarsari merupakan salah satu lembaga konsultasi kesejahteraan
keluarga yang berbasis masyarakat yang memberikan layanan konsultasi,
konseling, informasi, advokasi, rujukan dan penjangkauan bagi keluarga yang
mengalami masalah psikososial pada tingkat provinsi. LK3 membantu peran
pemerintah dengan memberikan layanan konsultasi dan pembinaan bagi yang
bermasalah dengan melakukan pendekatan awal, asesmen masalah,
penyususnan rencana pemecahan masalah, pemecahan masalah, monev,
terminasi hingga bimbingan lanjutan. Para pekerja di lembaga ini termasuk ke
dalam pekerja sosial dan para konsultan dengan jejaring kemitraan yang akan
dipertimbangan sebagai bahan rujukan dalam mengatasi permasalahan.
Budaya masyarakat yang enggan untuk melaporkan atau mengadukan
permasalahan yang dihadapinya menjadi salah satu kendala. Sosialisasi yang
dilakukaan hingga sekarangpun belum menjangkau seluruh masyarakat,
hingga program layanan yang diberikan lembaga belum sepenuhnya diketahui
oleh masyarakat luas. Sebagai sebuah lembaga sosial yang melayani
masyarakat, LK3 Sekarsari berupaya memberikan pelayanan yang terbaik
bagi para kliennya. Perencanaan yang matang hingga proses pengawasan
8
sebagai langkah evaluasi dilakukan secara komprehensif untuk mewujudkan
ketahanan keluarga seperti yang menjadi tujuan LK3. Klien diberikan layanan
sesuai dengan kebutuhannya, bahkan tak jarang harus melibatkan pihak lain
(mitra) yang lebih profesional untuk membantu menyelesaiakan
permasalahan. Namun tidak semua permasalahan dapat dituntaskan,
kesejahteraan dan ketahanan keluarga yang menjadi tujuan dari program
layanan ini tidak mampu dipenuhi seutuhnya. Berdasarkan data dari LK3
Sekarsari, setidaknya ada 60% kasus yang mampu diselamatkan dan 40%
kasus permasalahan keluarga tidak dapat diatasi dan/atau berujung pada kasus
perceraian. Perceraian bukan menjadi salah satu akhir dari permasalahan,
pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Bahkan ranah
meja hijau, tempat rehabilitasi, psikoterapi, tempat pemulihan trauma centre
menjadi alternative pemecahan masalah terbaik untuk membangun
kesejahteraan keluarga.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian yang berjudul “Pengelolaan Program Layanan
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Pemudaran makna pernikahan di kalangan masyarakat.
2. Tingginya kasus perceraian yang cenderung meningkat.
9
3. Masyarakat masih enggan untuk melaporkan permasalahan keluarganya
kepada LK3.
4. Sosialisasi belum berjalan optimal dibuktikan dengan masyarakat belum
sepenuhnya tahu dan paham dengan adanya LK3 Sekarsari.
5. Pelayanan Program Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari belum sepenuhnya mampu memulihkan keluarga yang
bermasalah.
6. Beberapa kasus yang ditangani oleh LK3 Sekarsari masih berpotensi
untuk berujung ke perceraian.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah melalui beberapa uraian di atas,
maka dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatasan
masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian agar
diperoleh kesimpulan yang benar dan mendalam pada aspek yang diteliti.
Cakupan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengelolaan program
layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di
Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masal maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta?
10
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada
keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
Yogyakarta?
3. Bagaimana hasil pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan proses pengelolaan program layanan konsultasi
kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program
layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di
Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
3. Mendeskripsikan hasil pengelolaan program layanan konsultasi
kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
11
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat atau keguanaan
secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Bahwa hasil penelitian ini memberikan sumbangan keilmuan yang
dapat dijadikan referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Bahwa penelitian ini memberikan sumbangan pikiran kepada :
a. Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
sebagai suatu proses pembelajaran secara ilmiah dan semakin
memperdalam kemampuan dalam menulis karya ilmiah.
b. Bagi Lembaga
Hasil penelitian dapat memberikan masukan/sumbangan pemikiran
bagi lembaga dalam meningkatkan perannya secara optimal untuk
membangun ketahanan suatu keluarga.
c. Bagi Klien (Keluarga Bermasalah)
Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan
menambah pemahaman serta kesadaran akan pentingnya keterlibatan
seluruh pihak dalam pengelolaan program yang baik sebagai salah
satu upaya untuk mewujudkan tujuan program atau organisasi.
12
d. Bagi Universitas
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang
pengelolaan program.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Tinjauan Tentang Pengelolaan
a. Pengertian Pengelolaan
Sudjana (2004: 16) mendefinisikan : “pengelolaan atau manajemen
adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu
kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi”. Senada dengan hal tersebut, Hersey dan Blanchard
dalam Sudjana (2004: 16) memberi arti pengelolaan sebagai berikut :
“management as working with through individuals and groups to
accomplish organizational goals”. Lebih lengkapnya Sudjana
mengungkapkan bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan
mengembangkan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana secara efisien
dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kata “pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, hal ini
juga sesuai dengan yang diutarakan oleh Muljani A. Nurhadi dalam
Suharsimi Arikunto (2008:3) bahwa “manajemen adalah suatu kegiatan
atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar lebih
efektif dan efisien”. Lebih lanjut Muljani A. Nurhadi dalam Suharsimi
14
Arikunto (2008:3) menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian yang
terkandung dalam definsisi tersebut sebagai berikut.
1) Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
dilakukan dari, oleh dan bagi manusia.
2) Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari
suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan
unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya; tujuan kegiatan ini tidak terlepas
dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3) Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia
yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus
dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa
mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan itu.
4) Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini meluuti tujuan yang
bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap
organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
5) Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Tatang M. Amirin (2013:8) juga memberikan penjelasan bahwa
manajemen bukan sekedar menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu,
melainkan menyelenggarakan atau melaksanakannya dengan lebih baik,
yaitu dengan ditata atau diatur. Penataan pengaturan itulah yang kemudian
dalam bahasa Indonesia disebut dengan pengelolaan. Mengelola artinya
menata atau mengatur penyelenggaraan atau pelaksanaan sesuatu dengan
baik. Pendapat lain juga dikemukakan dalam jurnal Pengelolaan Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) Pada Era Otonomi Daerah oleh Fattah dalam
Widodo (2015) yang memberikan arti manajemen sebagai berikut:
“Manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Manajemen sebagai ilmu
yaitu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerja sama, menggerakkan orang
agar berkemauan untuk melakukan sesuatu. Bidang ilmu tersebut
15
mempelajari dengan seksama sehingga menghasilkan teori, prinsip-
prinsip maupun kaidah-kaidah dalam keilmuan. Adapun manajemen
sebagai kiat yaitu cara-cara atau metode maupun strategi mengatur
orang lain dalam menjalankan tugas dengan sukarela. Manajemen
sebagai kiat merupakan wilayah praktis yang dilakukan oleh para
manajer untuk mempengaruhi bawahan agar mau bekerja mencapai
tujuan tertentu … Sedangkan manajemen sebagai profesi menjelaskan
adanya dasar keahlian yang secara khusus dimiliki oleh manajer untuk
mencapai suatu prestasi pekerjaan yang mempunyai kode etik dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan adalah suatu kegiatan yang mengatur secara sistematis baik
itu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan
pengembangan atau bahkan hingga evaluasi pada seluruh komponen dalam
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditentukan
sebelumnya.
b. Fungsi Pengelolaan
Sudjana (1992: 38) memberikan penjelasan tentang fungsi
manajemen pendidikan luar sekolah yang terdiri dari enam fungsi yang
berurutan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,
penilaian dan pengembangan. Kaitan antara keenam fungsi itu dapat
dilihat dalam gambar berikut.
16
Gambar 1. Fungsi Manajemen Luar Sekolah
Lebih berfokus pada manajemen program, Umberto Sihombing
(2000 : 58) menjelaskan bahwa fungsi yang akan digunakan sebagai acuan
dalam manajeman strategi pendidikan luar sekolah adalah fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian dan
pengontrolan. Fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1) Perencanaan
Perencanaan pada pendidikan luar sekolah berarti menentukan
tujuan yang harus dicapai, menentukan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk mendukung tujuan, menentukan tenaga dan biaya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh penyelenggara
pendidikan tersebut. Sondang P. Siagian (2011: 41) mengatakan bahwa
perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan. Ernie Tisnawati Sule
dkk (2005: 96) mendefinisikan perencanaan dari tiga hal, yaitu :
“Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasar yang
digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana
Perencanaan
Pengorganisasian
Penggerakan Pembinaan
Penilaian
pengembangan
17
tujuan tersebut akan dicapai. Dari sisi fungsi manajemen,
perencanaan adalah fungsi di mana pimpinan menggunakan
pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah
tujuan dan kegiatan organisasi. Dari sisi pengambilan keputusan,
perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka
waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang
akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa
yang akan melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum
tentu sesuai, hingga implementasi perencanaan tersebut dibuktikan
kemudian hari.”
2) Pengorganisasian
Longeecker mendefinisikan pengorganisasian secara umum, yaitu :
“Aktivitas menetapkan hubungan antara manusia dan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian
ini menjelaskan bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan
dengan uapaya melibatkan orang-orang ke dalam
kelompok, dan upaya melakukan pembagian kerja diantara
anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan di dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sudjana 1992: 77).”
Lebih lengkap Sudjana (1992 : 79) mengatakan bahwa
“pengorganisasisan pendidikan luar sekolah adalah usaha
mengintegrasikan sumber-sumber manusiawi dan non-manusiawi yang
diperlukan ke dalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan
sebagaimana telah direncanakan untuk mecapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.”
Pengorganisasian mengandung makna pengaturan atau penataan
organisasi pendidikan luar sekolah mulai dari organisasi perencana sampai
pada pelaksana, sehingga mampu membangkitkan partisipasi masyarakat.
Pengorganisasian ini biasanya diwujudkan dalam bentuk struktur
organisasi.
18
Organisasi pelaksanaan yang baik, teratur dan disiplin akan
menunjang usaha pencapaian tujuan. Pengorganisasian pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah sebaiknnya dirancang secara dinamis
dalam arti fleksibel dan berorientasi ke masadepan, dengan
memperhatikan hasil analisis kekuatan, kelemahan, hambatan dan
tantangan tentang organsiasi yang selama ini ada.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi manajemen bukan hanya
mengelola pelaksanaan program namun mencakup bagian yang luas
meliputi manusia, uang, material dan waktu. Dalam teori fungsi
manajemen menurut GR Terry, pelaksanaan dapat diartikan sebagai
penggerakan, senada dengan itu Didin Kurniadin (2012: 287)
mendefinisikan penggerakan (actuating) sebagai “tindakan untuk
memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan, serta
mempengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencaai
tujuan organisasi.”
Untuk menjamin pelaksanaan yang tepat dari suatu rencana tentu
perlu dukungan baik itu secara administrative maupun secara teknis. Hal
penting yang terdapat dalam proses pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah adalah sebagai berikut.
a) Keberhasilan pelaksanaan dapat ditentukan oleh komitmen dan
keterampilan para pelaksana di samping efisiensi dan efektivitas
penggunaan aspek yang bersifat administratif. Komitmen dapat
19
diartikan sebagai kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan tujuan dan prosedur kerja yang sudah ditentukan serta budaya
kerja yang dianut dan diterapkan oleh organisasi.
b) Metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan
program harus sesuai. Pada umumnya sasaran program pendidikan
luar sekolah adalah berasal dari latar belakang yang beragam, oleh
karena itu untuk memberikan pelayanan harus sesuaikan dengan
keadaan warga belajar atau masyarakat.
c) Pada tahap pelaksanaan diperlukan satu prosedur yang tidak kaku, hal
ini bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan program pendidikan
luar sekolah sesuai dengan visi dan misinya.
d) Pengelolaan aspek-aspek dalam pelaksanaan yang meliputi
pelaksanaan program, manusia, uang, maerial dan waktu memerlukan
sikap terbuka, jujur dan bersedia memberikan pelayanan yang terbaik
bagi sasaran program.
4) Koordinasi
Koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan
suatu jaringan kerja di antara beberapa orang, unsur, organisasi dengan
maksud untuk saling memperkuat melalui pertukaran informasi, ataupun
bekerjasama dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau memecahkan
berbagai kesulitan yang sedang dan mungkin dihadapi di masa depan,
sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan.
20
Selama ini koordinasi hanya diwujudkan dengan mengungkapkan
atau mengemukakan kepentingan sector-sektor masing masing dalam
pengambilan keputusan ataupun rapat. Dalam program pendidikan luar
sekolah, koordinasi atau jaringan kerja harus menjadi dasar. Jaringan kerja
bukan hanya di antara kelompok tertentu, tetapi benar-benar antar lintas.
Keberhasilan program pendidikan luar sekolah akan sangat dipengaruhi
dan tergantung dari keberhasilan menciptakan jaringan kerja dan
memberdayakannya.
5) Pengawasan
Didin Kurniadin dkk (2012:367) menyatakan bahwa “pengawasan
adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kepastian tentang pelaksanaan
program atau pekerjaan/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan sesuai
dengan rencana yang ditentukan.”
Pengawasan yang ketat dimaksudkan, bahwa tujuan harus dicapai
secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Pengawasan ada dua jenis yang masing-masing mempunyai otoritas
sendiri dalam bidang yang berbeda-beda pula. Hal ini selaras dengan yang
disampaikan oleh Didin Kurniadin dkk (2012:369). Pengawasan itu antara
lain :
(1) Pengawasan internal yang dilakukan oleh struktur organisasi
pemerintah, misalnya institusi inspektorat jenderal atau institusi badan
pengawas keuangan Negara. Manfaat pengawasan internal menurut
Didin Kurniadin antara lain sebagai berikut.
21
(a) Menjembatani hubungan pimpinan dengan para manajer dan staf
untuk memperkecil ketimpangan informasi.
(b) Mendapat informasi keuangan dan penggunaan yang tepat.
(c) Menghindari atau mengurangi resiko organisasi.
(d) Memenuhi standar yang memuaskan.
(e) Mengetahui penerimaan/ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur
internal.
(f) Mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya organsasi.
(g) Efektifitas pencapaian organisasi.
(2) Pengawasan eksternal, yaitu pengawasan yang dilakukan untuk
meningkatkan kredibilitas keberhasilan dan kemajuan organisasi.
Pelaksana pengawasan eksternal dilakukan dengan prinsip kemitraan
(partnership). Pengawasan dalam program pendidikan luar sekolah
dilakukan oleh masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Tinjauan Tentang Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Depkes RI (1998), menyatakan bahwa Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Dalam masyarakat keluarga
dipandang sebagai satuan lembaga terkecil yang memiliki hubungan
kekerabatan. Senada dengan pendapat tersebut, Kusdwiratri Setiono
(2011:24) mendefinisikan keluarga sebagai kelompok orang yang ada
22
hubungan darah atau perkawinan. Sudardja Adiwikarta dalam Syamsu
Yusuf (2007:36) mendefinisikan keluarga sebagau unit sosial terkecil yang
bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia
(universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam
sistem sosial yang lebih besar.
Dari sudut pandang psikologi, keluarga selain mempertanyakan
sejauhmana interaksi antar anggota keluarga dapat terlaksana tanpa
hambatan, juga sejauh mana suatu keluarga mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan struktur keluarga dan perubahan lingkungan yang
berpengaruh pada keberadaan dan fungsi keluarga, hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukaan oleh Kusdwiratri Setiono (2011:24).
Pembentukan keluarga oleh individu dapat dilakukan melalui
perkawinan yang sah baik itu secara agama maupun Negara. Serupa
dengan gagasan tersebut Pujosuwarno dalam Sutirna (2013:125) keluarga
adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki
atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Keluarga merupakan salah satu kelompok yang berada ditengah-
tengah masyarakat yang menjalankan fungsi dan perannya sebagai
lembaga sosial. Hal ini juga disampaikan oleh hartomo dkk (2001:79)
bahwa “keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
masyarkat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari
23
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banya
berlangsung lama untuk mencptakan dan membesarkan anak-anak.”
Munandar Soelaeman (2005: 115) mengartikan keluarga sebagai satuan
sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang
ditandai adanya kerjasama ekonomi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang dibentuk oleh
pernikahan yang sah dan saling berinteraksi serta menjalankan fungsi dan
perannya sebagai bagian dari suatu masyarakat.
b. Sifat-Sifat Keluarga
Seperti pendapat yang dikutip oleh Hartomo dkk (2001:79),
terdapat 5 sifat penting keluarga, yaitu :
1) Hubungan Suami-Isteri
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungki dalam
waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogami, ada pula
yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “group
married”, yaitu sekelompok wanita kawin dengan sekelompok laki-
laki.
2) Bentuk perkawinan
Dalam pemilihan jodoh, calon suami isteri tak jarang dipilihkan oleh
orang-orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya diserahkan
pada orang-orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada
24
yang berbentuk indogami (didalam golongan sendiri), adapula yang
berbentuk exogami (diluar golongannya sendiri).
3) Susunan nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki
misalnya di Batak. Ini disebut Patrilineal. Ada yang melalui garis
wanita, misalnya di Minangkabau, ini disebut matrilineal. Di
Minangkabau laki-laki tidak mempunyai hak apa-apa bahkan hartanya
pun tidak diurusi oleh laki-laki itu, melainkan diurus oleh adik atau
saudara perempuannya, sistem ini disebut Avonculat.
4) Milik atau harta benda keluarga.
Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan
hidup para anggota-anggotanya.
5) Pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat tinggal
bersama/rumah bersama.
Apabila keluarga suami meningkuti isteri disebut sistem matrilokal.
Sedangkan jika isteri mengikuti ke dalam keluarga suami, sistem ini
disebut patrilokal.
Sutirna (2013: 125) juga memberikan penjelasan tentang sifat-sifat
keluarga yang kemudian dikategorikan kedalam unsure-unsur dalam
keluarga, yaitu sebagai berikut.
1) Keluarga merupakan perserikatan hidup antarmanusia yang paling
dasar dan kecil.
25
2) Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang
berlainan jenis kelamin.
3) Perserikatan itu berdasar atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
4) Adakalanya keluarga hanya terdiri dari seorang laki-laki saja atau
perempuan saja dengan atau tanpa anak-anak.
c. Peranan dan Fungsi Keluarga
Syamsu Yusuf (2007:38) membagi fungsi keluarga dari perspektif
psikososiologis dan perspektif sosiologis. Dari sudut pandang
psikososiologis, keluarga memiliki fungsi sebagai :
1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya
2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis
3) Sumber kasih sayang dan penerimaan
4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi
anggota masyarakat
5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku secara sosial yang
tepat
6) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan
7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan
sosial yang dibutuhkan untuk penyeuaian diri
8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai
prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat
9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
26
10) Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia
untuk mendapatkan teman di luar rumah.
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat
diklasifikasikan ke dalam fungsi berikut.
1) Fungsi biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi (a) pangan,
sandang, dan papan, (b) hubungan seksual suami-istri, dan (c) reproduksi
atau pengembangan keturunan (keluarga yang dibangun melalui
pernikkahan merupakan tempat “penyemaian” bibit-bibit insane yang
fitrah).
2) Fungsi ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi
anggota keluarganya (istri dan anak). Dalam Al-Qur’an (Surat Al-
Baqarah: 223) dikemukakan bahwa kewajiban suami member makan dan
pakaian kepada para istri dengan cara yang ma’ruf (baik). Seseorang
(suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan menurut
kadar kesanggupannya.
3) Fungsi pendidikan (edukatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”
sosial budaya bagi anak (Hurlock, 1956; dan Pervin,1970). Menurut
27
Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4: “Pendidikan
keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”. Syamsu Yusuf merangkum
fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman,
pembimbingan, atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan
keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4) Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi masyarakat masa
depan, dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant
factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
Keluarga berfungsi sebagai miniature masyarakat yang mensosialisasikan
nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus
dilaksanakan oleh para anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang
memperngaruhi perkambangan kemampuan anak untuk mentaati
peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap
toleran, menghargai pendapat gagasan orang lain, mau bertanggung
jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen (etnis, ras,
budaya dan agama).
5) Fungsi perlindungan (protektif)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para angora keluarganya dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan
(fisik-psikologis) para anggotanya.
28
6) Fungsi rekreatif
Untuk melaksanakan fungsi ini, keluarga harus diciptakan sebagai
lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan
penuh semangat bagi anggotanya. Sehubungan dengan hal itu, maka
keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek
dekorasi interior rumah, hubungan komunikasi yang tidak kaku
(kesempatan berdialog bersama sambil santai), makan bersama,
bercengkrama dengan penuh suasana humor dan sebagainya.
7) Fungsi agama (religious)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-niai agama keapda anak
agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga
berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya
untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para
anggota keluarga yang memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan
terhindar dari beban-beban psikologis dan mempu menyesuaikan dirinya
secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan atau
kesejahteraan masyarakat.
Benokraitis dalam Fatchiah E. Kertamuda (2009:53)
mengemukakan lima fungsi keluarga yaitu:
1) Mengatur aktivitas seksual, setiap masyarakat mempunyai norma atau
aturan dalam hubungan seksual. Terdapat banyak hubungan seksual
29
yang melanggar hukum dan norma yang berlaku di masyarakat
tertentu.
2) Sebagai tempat untuk anak bersosialisasi (bermasyarakat). Keluarga
merupakan tempat pertama anak belajar bersosialisasi. Anak
menyerap banyak hal dari keluarga seperti sikap, keyakinan, serta
nilai-nilai dalam keluarga, dan anak juga belajar kemampuan dalam
berinteraksi yang kelak dapat bermanfaat dalam kehidupannya dimasa
mendatang.
3) Sebagai jaminan dan keamanan serta ekonomi. Keluarga sangat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan baik itu keamanan dan
stabilitas financial seperti makanan, perlindungan, pakaian dan
sumber-sumber materi untuk kelangsungan hidup.
4) Sebagai pemberi dukungan emosional. Keluarga merupakan
kelompok utama yang penting karena keluarga memberikan
dukungan, cinta dan kebutuhan emosional yang membuat keluarga
terpenuhi kebutuhannya.
5) Sebagai tempat status sosial. Kelas sosial dapat dikategorikan sama
dengan tingkat dalam kemasyarakatan yang terkait dengan kekayaan,
pendidikan, kekuatan, prestise, dan sumber-sumber nilai.
Munandar Soelaeman (2005 : 115) juga mendefinisikan fungsi
keluarga secara umum yang meliputi :
1) Pengaturan seksual
2) Reproduksi
30
3) Sosialisasi
4) Pemeliharaan
5) Penempatan anak dalam masyarakat
6) Pemuas kebutuhan perseorangan, dan
7) Kontrol sosial
Lutfi Wibawa (2016: 27) mengemukakan bahwa keluarga sering
dipandang sebagai sumber kekuatan, memberikan pengasuhan dan
dukungan untuk anggota individu serta menjamin stabilitas dan
kontinuitas generasi untuk masyarakat dan budaya. Setidaknya ada 4
(empat) pandangan konseptual tentang keluarga yang dirangkum dari
beberapa ahli yaitu :
1) Keluarga dilihat sebagai tempat yang tepat untuk melindungi dan
mempertahankan seluruh anggota, membantu mereka untuk
mengatasi stress dan patologi yang biasa mendera dan dialami oleh
anggota keluarga.
2) Keluarga dapat menjadi sumber penyelesai dan benteng pertahanan
dari ketegangan.
3) Keluarga dapat dilihat sebagai mekanisme untuk anggota keluarga
dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok sosial dan
masyarakat yang lebih luas.
4) Keluarga dapat dilihat sebagai titik penting dari intervnsi dari unit
organisasi salami untuk mentransfer dan membangun nilai-nilai sosial
dan masyarakat.
31
d. Keluarga yang ideal
Menurut Alexander A. Schneiders dalam Syamsu Yusuf (2007:43)
mengemukakan bahwa keluarga yang ideal ditandai oleh ciri-ciri :
1) Minimnya perselisihan antar orangtua atau orangtua dengan anak
2) Ada kesempatan untuk menyatakan keinginan
3) Penuh kasih sayang
4) Penerapan disiplin yang tidak keras
5) Ada kesempatan unruk bersikap mandiri dalam berfikir, merasa dan
berperilaku
6) Saling menghormati, menghargai (mutual respect) di anatar orangtua
dengan anak
7) Menjalin kebersamaan (kerjasama antara orang tua dan anak)
8) Orangtua memiliki emosi yang stabil
9) Berkecukupan dalam bidang ekonomi
10) Mengamalkan nilai-nilai moral dan agama
Senada dengan hal tersebut, Syamsu Yusuf (2007:42) juga
mengungkapakan bawa keluarga yang fungsional atau normal merupakan
keluaraga yang mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.
Keluarga fungsional ditandai oleh karakteristik sebagai berikut.
1) Saling memperhatikan dan mencintai
2) Bersikap terbuka dan jujur
3) Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan
menghargai pendapatnya
32
4) Ada “sharing” masalah aatau pendapat di antara anggota keluarga
5) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya
6) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
7) Orangtua melindungi (mengayomi) anak
8) Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik
9) Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan wariskan nilai-
nilai budaya
10) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
3. Permasalahan Dalam Keluarga
Syamsu Yusuf (2007:43), keluarga dikatakan dalam kondisi tidak
normal atau bermasalah (disfungsi) apabila tidak mampu menerapkan atau
melaksanakan fungsi-fungsi utama keluarga yang pada gilirannya akan
merusak kekohohan konstelasi keluarga (khususnya terhadap perkembangan
kepribadian anak). Menurut Dadang Hawari dalam Syamsu Yusuf (2007:43)
ciri-ciri keluarga yang mengalami disfungsi itu adalah :
“ (a) Kematian salah satu atau kedua orangtua; (b) kedua orangtua
berpisah atau bercerai (divorce); (c) hubungan kedua orangtua tidak
baik (poor marriage); (d) hubungan orangtua dengan anak tidak baik
(poor parent-child relationship); (e) suasana rumah tangga yang tegang
dan tanpa kehangatan (high tension and low warmth); (f) orangtua
sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s absence); dan (g) salah satu
atau kedua orangtua mempunyai kelianan kepribadian atau gangguan
kejiwaan (personality or psychological disorder).”
Fatchiah E. Kartamuda (2009:61) menjelaskan beberapa
permasalahan yang sering timbul dalam keluara, antara lain:
33
a) Orangtua kehilangan pekerjaan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar di keluarga terutama yang terkait dengan
kebutuhan sandang, pangan dan rumah.
b) Anak terkena narkoba yang dikarenakan hubungan yang tidak harmonis
dan kualitas yang tidak baik dalam keluarga.
c) Anak hamil diluar nikah sebagai akibat dari pergaulan bebas.
d) Kematian anggota keluarga yang menyebabkan guncangan sangat berat
bagi individu. Terlebih bagi keluarga yang kehilangan salah satu
pasangannya yang dapat menimbulkan perasaan kesepian dan
ketidakseimbangan emosi.
e) Permasalahan harta warisan yang menimbulkan banyak persoalan mulai
dari pecahnya keluarga dan kekerabatan, perselisihan, hingga tindakan
kriminalitas seperti pembunuhan.
f) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat yang mengalami
permasalahan baik itu melalui sosialisasi ataupun interaksi.
Sofyan S. Willis (2011 : 148) menjelaskan tentang gejala perpecahan
dan gejolak keluarga yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a) Ketidakberfungsian Sistem Keluarga
Dikutip dari sumber yang sama, Aponte dan Ban Deusen
mengungkapan bentuk ketidakberfungisan keluarga sebagai berikut.
1) Tembusnya batas-batas dan aturan dalam keluarga
Adanya campur aduk perilaku yang menyebabkan rendahnya
toleransi untuk menjunjung kreativitas, kemandirian dan
34
terhambatnya perkembangan-perkembangan anggota keluarga
adalah bentuk dari tembusnya batas-batas aturan keluarga.
Contohnya adalah masing-masing anggota keluarga bertindak
sendiri-sendiri, tidak ada kebersamaan, artinya aturan keluarga sudah
hilang sama sekali.
2) Terjadi blok-blok dalam keluarga
Dalam keluarga yang tak fungsional sering terjadi blok-blok.
Misalnya istri membentuk blok dengan ibunya untuk melawan
suaminya.
3) Menurunnya kewibawaan
Jika kewibawaan orangtua/suami isteri hilang, atau orangtua/suami
isteri yang terlalu otoriter, maka keluarga itu tak akan berfungsi lagi.
Contohnya, isteri menjadi penguasa di rumah tangga dimana suami
patuh saja dengan segala kehendaknya.
b) Keluarga Materialistik
Keluarga materialistik dipandang sebagai keluarga yang memiliki
tujuan dan ambisi untuk mengumpulkan harta benda dengan asumsi
bahwa hal itu akan membahagiakan keluarganya. Suami-isteri terjun ke
luar rumah untuk mencari nafkah, akibatnya anak diasuh oleh orang
lain dan cenderung kurang kasih sayang.
c) Isteri berkuasa
Ketika isteri memiliki kualitas yang tinggi, maka merasa berkuasa atas
suami dan rumah tangga. Terkadang suami yang rendah pendidikan,
35
derajat dan penghasilan menjadi bulan-bulan isteri. Rumah tangga yang
demikian sering menjadi ajang pertentangan dan pertengkaran.
d) Keharmonisan hubungan seksual
Rata-rata keluarga setress menyebabkan hubungan seksual tidak
harmonis dan tidak memuaskan. Mereka jarang membicarakannya
karena malu, atau menganggap tidak perlu. Suami isteri sering
mendiamkan saja persoalan yang penting itu, akibatnya jarak antara
mereka makin membesar.
Sofyan S. Willis (2011:13) mendefinisikan keluarga bermasalah
sebagai keluarga yang mengalami krisis. Krisis keluarga artinya kehidupan
keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orangtua kehilangan
kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya dan terjadi
pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak. Faktor-faktor
penyebab terjadinya krisis keluarga menurut Sofyan S. Willis yaitu :
1) Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga
2) Sikap egosentrisme
3) Masalah ekonomi
4) Masalah kesibukan
5) Masalah pendidikan
6) Masalah perselingkuhan
7) Jauh dari agama
36
4. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial
a. Pengertian tentang pelayanan sosial
Adi Fahrudin (2012:17) memberikan definisi bahwa “secara
substantive bidang kesejahteraan sosial bisa disebut bidang usaha
kesejahteraan sosial atau bidang pelayanan sosial dan dirumuskan sebagai
wadah atau tempat praktik pekerjaan sosial.”
Isbandi Rukminto Adi (2015: 107) memberikan definisi pelayanan
sosial sebagai layanan sosial (social service) yaitu suatu progam yang
ataupun kegiatan yang didesain secara konkret untuk menjawab masalah,
kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Layanan sosial itu sendiri dapat ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok-kelompok dalam komunitas, ataupun komunitas sebagai suatu
kesatuan.
Pekerja sosial menjadi subyek dalam pelayanan sosial karena
bertugas memberikan upaya bantuan kepada orang atau masyarakat yang
memerlukan baik itu untuk meningkatkan kemampuan mereka atau
mengatasi hambatan dalam pola interaksi maupun kehidupan sehari-hari.
Gagasan tersebut diperkuat oleh pendapat Budhi Wibhawa dkk (2010:76)
yang mengartikan pelayanan sosial sebagai wujud aktivitas pekerja sosial
dalam praktik profesionalnya. Pelayanan sosial merupakan jawaban
terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami masyarakat sebagai
akibat perubahan masyarakat itu sendiri.
37
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan sosial merupakan program atau kegiatan yang dilakukan oleh
pekerja sosial dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau
organisasi dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu terpenuhinya
kebutuhan masyarakat serta mengatasi hambatan-hambatan yang dialami
oleh masyarakat.
b. Karakteristik Pelayanan Sosial
Budhi Wibhawa dkk (2010:76) menjelaskan beberapa karakteristik
yang melekat pada pelayanan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Didasarkan pada nilai sosio-budaya dan agama masyarakat.
2) Adaptif terhadap perubahan masyarakat.
3) Berfungsi memperkuat, mendukung, dan/atau mengantikan fungsi dan
struktur lembaga sosial.
4) Ditekankan pada upaya pencegahan (preventive) tumbulnya masalah
dan pengembangan (developmental) kemampuan orang untuk
mengatasi masalahnya sendiri; daripada kepada upaya penyembuhan
(kuratif, represif, rehabilitatif).
5) Voluntary, artinya dibentuk dan diselenggarakan dari dan oleh
masyarakat tanpa mengandalkan lembaga-lembaga pemerintah (public
social service).
c. Fungsi Pelayanan Sosial
Adi Fahrudin (2012:12) yang memberikan definisi pelayanan sosial
sebagai bidang kesejahteraan sosial menjelaskan tentang fungsi-fungsi
38
pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Fungsi pencegahan (Preventive)
Fungsi ini ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga dan
masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Upaya
pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu
menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-
lembaga sosial tertentu.
2) Fungsi penyembuhan (Curative)
Fungsi ini ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi
ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial. Dalam fungsi ini juga
mencakup fungsi pemulihan atau rehabilitasi.
3) Fungsi pengembangan (Development)
Fungsi ini adalah untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak
langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan
sumber daya sosial dalam masyarakat.
4) Fungsi penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai
tujuan sector atau bidang pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial yang
lain.
Budhi Wibhawa (2010 : 79) juga memberikan penjelasan terkait
fungsi dari bidang kesejahteraan sosial atau pelayanan sosial, yaitu sebagai
berikut.
39
1) Mengkaji keadaan sosial masyarakat.
2) Mengantisipasi perubahan sosial masyarakat, dengan prediksi
terhadap chain-effectnya.
3) Mengendalikan (mendorong atau menahan) perubahan sosial pada
masyarakat.
d. Bidang Pelayanan Sosial
Ali Fahrudin (2012:17) membagi bidang-bidang pelayanan
konsultasi kesejahteraan sosial kedalam beberapa cakupan yang saling
terkait erat antara lain:
1) Kesejahteraan anak dan keluarga,
2) Kesejahteraan remaja dan generasi muda,
3) Kesejahteraan orang lanjut usia,
4) Pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial umum (public social
welfare service),
5) Pelayanan rekreasional,
6) Pelayanan sosial koreksional,
7) Pelayanan kesehatan mental,
8) Pelayanan sosial medis,
9) Pelayanan sosial bagi penyandang cacat,
10) Pelayanan sosial bagi wanita,
11) Pelayanan sosial perumahan dan lingkungan.
40
Senada dengan pendapat tersebut, Isbandi Rukminto Adi (2015:91)
juga memberikan beberapa bidang dari pelayanan konsultasi kesejahteraan
sosial, diantaranya adalah:
1) Bidang yang terkait dengan sistem penyampaian layanan
2) Bidang yang terkait dengan layanan sosial terhadap keluarga
3) Bidang yang terkait dengan pelayanan terhadap anak-anak dan
generasi muda
4) Bidang yang terkait dengan kesejahteraan sosial untuk lanjut usia
(lansia)
5) Bidang yang terkait dengan kelompok khusus
6) Bidang yang terkait dengan jaminan sosial (bantuan sosial dan
asuransi sosial)
7) Bidang yang terkait dengan pengentasan kemiskinan
8) Bidang yang terkait dengan layanan kesehatan masyarakat
9) Bidang yang terkait dengan lembaga koreksional
10) Bidang yang terkait dengan lembaga pendidikan
11) Bidang yang terkait dengan area lain.
5. Tinjauan tentang Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
a. Pengertian Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta mendefinisikan
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) adalah suatu lembaga
yang memberikan pelayanan konsultasi dan bimbingan sosial kepada
41
individu, anggota keluarga, masyarakat yang menghadapi gangguan
terhadap fungsinya.
Sebagai suatu lembaga, LK3 memberikan layanan yang berupa
konsultasi kesejahteraan keluarga. Permensos No 16 Tahun 2003
mendefiniskan konsultasi sebagai pemberian bantuan penasehatan secara
profesional kepada suatu organisasi, kelompok, masyarakat, keluarga atau
individu oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kualifikasi profesional dibidangnya. Pendapat serupa
juga disampaikan oleh Budhi Wibhawa dkk (2010: 119) yang menyatakan
bahwa “konsultasi adalah interaksi antara orang-orang profesional yang
mengeksplorasi suatu permasalahan untuk mencari suatu solusi terbaik
yang dibutuhkan klien.”
Sedangkan menurut Jeanette Murad Lesmana (2005:156)
“konsultasi adalah aktivitas dimana konselor bekerja dengan pihak ketiga
untuk membantu klien.” Konsultasi merupakan salah satu aktivitas yang
dilaksanakan pada program bimbingan dan konseling. Menurut Robert L.
Gibson dkk (2011:55) konsultasi adalah “proses membantu klien melalui
pihak ke tiga atau membantu sistem memperbaiki layanannya terhadap
klien mereka.” Pendapat lain dikemukan oleh Kurpius dalam Samuel T.
Gladding (2012;325) yang memberikan definisi konsultasi sebagai berikut:
“hubungan sukarela antara penolong profesional dengan orang,
kelompok, atau unit sosial yang membutuhkan pertolongan,
dimana konsultan memberikan bantuan kepada klien dalam
mendefinisikan dan memecah-mecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan atau masalah potensial dengan
seorang klien atau semua klien.”
42
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
konsultasi adalah kegiatan atau hubungan yang melibatkan pihak lain yang
lebih profesional dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang dialami
oleh individu, keluarga, kelompok/organisasi, dan masyarakat luas.
Kesejahteraan keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara material,
sosial, mental dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia
yang bermanfaat. Dengan demikian, Lembaga Kesejahteraan Keluarga
berupaya membangun kesejahteraan dan ketahanan keluarga dengan
memberikan layanan yang berupa konsultasi baik itu kepada individu,
keluarga maupun masyarakat yang mengalami masalah dalam
menjalankan fungsinya (disfungsi).
b. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) sebagai
bentuk dari pelayanan sosial
Permensos no 16 tahun 2003 menjelaskan Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya disebut (LK3) adalah unit
pelayanan sosial terpadu yang melaksanakan penanganan masalah
psikososial keluarga untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Sebagai unit
pelayanan sosial terpadu, LK3 juga dapat disebut sebagai lembaga
kesejahteraan sosial. Unit pelayanan sosial terpadu perupakan seperangkat
pelayanan yang komprehensif dan terkoordinasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga yang bermasalah psikososisal. Sedangkan
lembaga kesejahteraan sosial yang selanjutnya disingkat dengan LKS
43
adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
c. Tujuan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Mengatasi masalah psikososial keluarga, yaitu dengan melakukan
tindakan deteksi dan antisipasi terhadap keluarga yang diindikasi
mengalami resiko dan ancaman masalah atau gangguan relasi di
dalam keluarga.
2) Memulihkan kondisi psikososial keluarga, dengan melakukan
dukungan terhadap keluarga dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah psikososial yang dihadapi keluarga.
3) Memperkuat ketahanan keluarga yaitu dengan upaya meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
baik ekonomi, pendidikan, akhlak/agama, relasi sosial anggota
keluarga sehingga memiliki kekuatan mengatasi dan menyesuaikan
diri dengan masalah-masalah yang dihadapi.
d. Fungsi Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Pencegahan, menghindarkan terjadinya, berkembangnya dan
terjadinya kembali masalah yang dialami oleh anggota keluarga.
2) Pengembangan, meningkatkan kemampuan anggota keluarga dalam
kaitannya dengan penyelesaian masalah dan peningkatan taraf
kehidupan keluarga.
44
3) Rehabilitasi, memilihkan dan meningkatkan kdudukan dan peranan
sosial anggota keluarga.
4) Perlindungan, mempertahanakan, memperbaiki, mningkatkan kualitas
kondisi yang sudah ada, sehingga tidak terjadi penurunan yang
berdampak pada tumbuh berkembangnya masalah.
5) Penunjang, mendukung upaya yang dilakukan lembaga lain dalam
rangka tercapainya peningkatan kualitas kehidupan keluarga dan
masyarakat.
e. Sasaran Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sasaran utama LK3 ditujukan kepada keluarga yang mengalami
masalah psikososial.
1) Keluarga yang membutuhkan bantuan karena masalah yang
dialaminya.
2) Keluarga yang membutuhkan informasi untuk mengatasi masalah,
atau untuk meningkatkan taraf hidupnya.
3) Keluarga, kelompok, instansi, organisasai yang membutuhkan
informasi karena kepedulian, kepentingan atau tugasnya untuk
mengatasi masalah sosial keluarga.
f. Program pelayanan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3)
1) Konsultasi
2) Konseling
3) Informasi
6) Rujukan
7) Penjaringan
8) Jejaring,
45
4) Perlindungan
5) Pendampingan
9) Penjangkauan
g. Landasan hukum Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3)
1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial.
3) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lembaga
Kesejahteraan Keluarga.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Afrina Nurul Fitrianti (2015)
Laporan penelitian Afrina Nurul Fitrianti berjudul Pengelolaan
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Taman Penitipan Anak
Dharma Wanita Persatuan (DWP) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Pengelolaan Program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Taman Penitipan Anak Dharma
Wanita Persatuan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pembinaan dan penilaian.
Dijelaskan pula mengenai faktor pendukung dan penghambat yang
mempengaruhi proses pengelolaan program. Dalam penelitian
diungkapkan bahwa ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi
proses pengelolaan program diantaranya adalah; dukungan dari berbagai
46
instansi dan dinas terkait, komitmen pengurus TPA, dan adanya dukungan
msayarakat atau karyawan. Sedangkan faktor penghambat yang
mempengaruhi proses pengelolaan program adalah kurangnya tenaga
pengajar sehingga pengurus harus rangkap jabatan, hal ini membuat
pelayanan di TPA kurang maksimal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti teliti
adalah penggunaan pendekatan penelitian yaitu secara deskriptif
kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian
yang akan peneliti lakukan, yaitu tentang pengelolaan program. Penelitian
tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki perbedaan
dalam pengambilan obyek penelitian, jika penelitian tersebut meneliti
Satuan Pendidikan Pendidikan Non Formal yaitu Pendidikan Anak Usia
Dini sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah berfokus pada
layanan yang diberikan oleh Lembaga Sosial yang dalam hal ini adalah
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhian Ekawati Yuliana (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Dhian Ekawati Yuliana berjudul
Pengelolaan Sarana Pada Program PAUD Percontohan Nasional di SKB
Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa pengelolaan sarana di PAUD Putra Sanggar I sebagai PAUD
percontohan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Peneliti
juga mengungkapkan persiapan menjadi PAUD percontohan nasional
47
dengan menerapkan konsep BCCT, peningkatan kualitas tutor,
peningkatan sarana dan pemanfaatan yang ada.
Dalam penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa ada
hambatan pengelolaan sarana yaitu kurangnya keamanan sarana
pembelajaran karena banyak hewan seperti tikus dan kecoa yang merusak
sarana pembelajaran, tenaga pengajar, kemampuan tutor dalam mengelola
kelas, pengawasan yang dilakukan pihak luar dan kurangnya ruangan
pembelajaran. Namun hambatan tersebut mampu diatasi oleh pengelola
PAUD Putra Sanggar I.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti teliti
adalah penggunaan pendekatan penelitian yaitu secara deskriptif kualitatif.
Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan
peneliti lakukan, yaitu tentang pengelolaan program. Penelitian tersebut
dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki perbedaan dalam
pengambilan obyek penelitian, jika penelitian tersebut meneliti
pengelolaan sarana di Pendidikan Anak Usia Dini sedangkan penelitian
yang peneliti lakukan adalah berfokus pada pengelolaan layanan yang
diberikan oleh Lembaga Sosial yang dalam hal ini adalah Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
C. Kerangka Berfikir
Keluarga sebagai dasar baik itu sosialisasi, interaksi, pola asuh,
pemenuhan kebutuhan ataupun sebagai lembaga pendidikan bagi anak tak
jarang mengalami permasalahan. Ketidakberfungsian dalam keluarga menjadi
48
salah satu penyebab, di mana anggota keluarga tidak mampu menjalankan
peran dan fungsi yang seharusnya diemban. Permasalahan dalam keluarga tak
jarang berujung pada perceraian apabila tidak dapat diatasi. Tidak semua
keluarga mampu mengatasi permasalahannya secara mandiri, tak jarang dan
justru harus melibatkan orang ke tiga yang mampu menyelesaikan
permasalahan dalam keluarga.
Lembaga penyedia layanan sosial dalam hal ini adalah Lembaga
Kesejahteraan Keluarga mengupayakan membantu mengatasi permasalahan
yang ada dalam keluarga. LK3 Sekarsari bertindak sebagai orang ke-tiga
memberikan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga yang
berupaya menjembatani dan berusaha membantu bahkan menyelesaikan
permasalahan dalam keluarga. Layanan konsultasi kesejahteraan keluarga
dikelola secara sistematis mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, koordinasi hingga pengawasan. Pengelolaan program yang
dilakukan oleh LK3 Sekarsari dilakukan dengan mengacu pada fungsi LK3
Sekarsari yang berfungsi untuk mempertahankan ketahanan keluarga. Dalam
pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga selalu
diupayakan agar keluarga yang mengalami permasalahan bisa pulih kembali
dan menjalankan fungsi keluarga dengan normal. Namun pemecahan masalah
tidak ditangani sepihak oleh LK3 Sekarsari, ada jaringan mitra yang menjadi
rujukan untuk mengatasi permasalahan yang secara khusus ditangani oleh
bidang dari mitra tersebut. Pengelolaan program berupaya untuk membantu
49
klien yang dalam hal ini adalah keluarga bermasalah untuk mendapatkan
kesejahteraan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Untuk dapat mengetahui hubungan dan alur pemikiran dalam
penelitian ini, maka kerangka berfikir yang mendasari penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Kerangka berfikir dan alur pemikiran tentang pengelolaan
program layanan.
Program Layanan
Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga
di LK3 Sekarsari:
- Konsultasi
- Konseling
- Informasi
- Perlindungan
- Pendampingan
- Rujukan
- Penjaringan
- Jejaring, - Penjangkauan
Keluarga
Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan
Keluarga
Pengelolaan Program
Layanan oleh LK3 :
- Perencanaan
- Pengorgnisasian
- Pelaksanaan
- Koordinasi
- Pengawasan
Kesejahteraan
Keluarga
Faktor
Pendukung dan
Penghambat
yang mempengaruhi
Masalah Masalah
50
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut dan sebagai panduan penelitian
ini, maka perlu adanya pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang
merupakan arahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan yang dilaksanakan pada program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3
Sekarsari Yogyakarta?
2. Bagaimana pengorganisasian yang dilaksanakan pada program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3
Sekarsari Yogyakarta?
3. Bagaimana pelaksanaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
4. Bagaimana koordinasi yang dilaksanakan pada program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3
Sekarsari Yogyakarta?
5. Bagaimana pengawasan yang dilaksanakan pada program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3
Sekarsari Yogyakarta?
6. Apa saja faktor pendukung yang mempengaruhi dalam pengelolaan
program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
51
7. Apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi dalam pengelolaan
program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
8. Bagaimanakah hasil yang diterima klien (keluarga bermasalah) setelah
melakukan konsultasi kesejahteraan keluarga di LK3 Sekarsari
Yogyakarta?
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian
kualititatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Sependapat dengan gagasan
tersebut, Lexy J Moleong (2012:6) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi
tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan secara deskriptif
fenomena atau kondisi sebenarnya obyek penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat,
53
peneliti membuat kategori perilaku, mengamati serta mencatat dalam buku
observasi.
B. Setting dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul Pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta dilaksanakan di LK3
Sekarsari yang beralamatkan di Gang Flamboyan 4, Wiyoro Kidul,
Banguntapan, Bantul, DIY. Pertimbangan lokasi tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa LK3 Sekarsari merupakan salah satu LK3 terbaik di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan penelitian dilakukan pada saat jam operasional LK3
Sekarsari sehingga peneliti dapat mengamati proses pengelolaan program
layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah. Waktu
penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan, yaitu pada tanggal 18
Desember 2016 – 17 Februari 2017. Adapun proses kegiatan dapat dirinci
sebagai berikut.
Tabel 2. Proses Kegiatan Pengumpulan Data
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Observasi dan Pengamatan Oktober 2016
2. Tahap Penyusunan Proposal Oktober 2016 –November 2016
3. Tahap Perizinan Desember 2016
4. Tahap Pengumpulan Data 18 Desember 2016 – 17 Februari 2017
5. Tahap Analisis Data Januari 2017 –Februari 2017
6. Penyusunan Laporan Februari 2017
7. Ujian 20 Maret 2017
54
C. Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian dilaksanakan dengan teknik pengambilan
sampel secara bertujuan (purposive sampling). Menurut Sugiyono (2010 :
300) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menentukan secara mandiri subyek
penelitian yang akan digunakan untuk mencari informasi yang terkait dengan
penelitian. Pemilihan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan keterlibatan
subyek pada pengelolaan program yang di LK3 Sekarsari sehingga mampu
memberikan informasi dan berbagai data yang valid dan dapat diakui
kebenarannya. Sumber data dalam penelitian ini terdapat dua informan, yaitu
sumber informasi (key informan) dan informan pendukung. Sumber informasi
(key informan) dalam penelitian ini adalah pengurus LK3 Sekarsari,
sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini adalah tim professional
yang terdiri atas tim hukum dan pekerja sosial serta klien LK3 Sekarsari.
Dalam penelitian ini peneliti membuat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi oleh pengurus agar dapat menjadi informan yang dapat memberikan
informasi secara rinci dan valid. Beberapa kriteria dalam penentuan pengurus
sebagai yaitu sebagai berikut:
1. Merupakan pengurus yang aktif
2. Turut berpartisipasi dalam pengelolaan program di LK3 Sekarsari
3. Terlibat dalam kepengurusan minimal 3 tahun terakhir
4. Latar belakang minimal SMA
Penentuan pengurus sebagai informan secara rinci dapat dilihat dalam
tabel 3:
55
Tabel 3. Sumber Data Penelitian (key informan)
No Nama Status Jabatan
Partisipasi
Dalam
Pengelolaan
Keterlibatan
Dalam
Kepengurusan
Pendidikan
Terakhir
Memenuhi
Kriteria
1. MI Aktif
Pemilik Berpartisipasi 12 tahun
Sejak 2004
S1 Memenuhi
2. SP Aktif Pembantu
Umum
Berpartisipasi 12 tahun
Sejak 2004
S1 Memenuhi
Dalam pemilihan tim professional sebagai informan pendukung juga
menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih informan dengan
mempertimbangkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria tim professional yang harus
dipenuhi yaitu sebagai berikut:
1. Merupakan tim profesional yang aktif
2. Turut berpartisipasi dalam pengelolaan program di LK3 Sekarsari
3. Terlibat dalam penanganan kasus klien minimal 1 tahun terakhir.
4. Latar belakang minimal S1
Penentuan tim profesional sebagai informan secara rinci fapat dilihat dalam
tabel 4:
Tabel 4. Sumber Data Penelitian (informan)
No Nama Status Jabatan Partisipasi
Dalam
Pengelolaan
Keterlibatan Dalam
Kepengurusan
Pendidikan
Terakhir
Memenuhi Kriteria
1. A
Aktif Pekerja
Sosial
Berpartisipasi 2 tahun S1 Ilmu
Kesejahteran
Sosial
Memenuhi
2. T Aktif Tim
Hukum
Berpartisipasi 1,5 tahun S1 Hukum Memenuhi
3. P Aktif Tim
Hukum
Berpartisipasi 3 tahun S1 Hukum Memenuhi
Selain itu informan dalam penelitian ini adalah klien LK3 Sekarsari yang
bertindak sebagai pengguna program layanan. Pemilihan klien LK3 Sekarsari
56
sebagai informan menggunakan teknik purposive sampling. Beberapa kriteria
klien LK3 Sekarsari yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
1. Merupakan klien yang masih melakukan pelayanan konsultasi.
2. Mempunyai kondisi kesehatan yang baik
3. Mampu berkomunikasi dengan baik
Penentuan tim profesional sebagai informan secara rinci fapat dilihat dalam
tabel 5:
Tabel 5. Sumber Data Penelitian (informan)
No. Nama Umur Pekerjaan Penanganan
Kasus
Kondisi
Kesehatan
Kemampuan
Berkomunikasi
Memenuhi
Kriteria
1. R 33 Ibu
Rumah
Tangga
Perceraian
(Sudah
masuk
Pengadilan
Agama)
Sehat Mampu Memenuhi
2. An 29 Pegawai
Kontrak
Perceraian
(Mediasi)
Sehat Mampu Memenuhi
D. Teknik Pengumpulan Data
Agar data yang diperoleh shaih dan valid, penelitian yang berjudul
Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada
Keluarga Bermasalah Di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
Yogyakarta ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Menurut
Nasir (2014: 153), pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti adalah :
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2010: 310) menjabarkan observasi
sebagai dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
57
melalui observasi. Observasi tidak hanya terbatas pada orang tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. Dalam penelitian kualitatif observasi
diklasifikasikan menjadi observasi berpartisipasi (participant
observation), observasi secara terang-terangan dan tersamar (obsert
observation and convert observation) dan observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi
partisipatif pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono,
2010:312). Pada prosesnya observasi dilaksanakan sesuai dengan
pedoman observasi yang telah dibuat, observasi dilakukan pada beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi letak geografis atau keberadaan
gedung, sarana prasarana dan fasilitas yang digunakan, kegiatan
pelayanan konsultasi kesejahteraan keluarga yang diberikan kepada klien
hingga mengamati pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga pada klien atau yang dalam hal ini adalah keluarga bermasalah
di LK3 Sekarsari.
2. Wawancara
Menurut Lexy J. Moleong (2012: 186) wawancara merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti
58
menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam
proses atau kegiatan yang berlangsung dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian , wawancara
digunakan untuk menggali informasi tentang pengelolaan program,
faktor yang mendukung dan menghambat dalam proses pengelolaan
program serta hasil dari pengelolaan program. Wawancara ditujukan
kepada beberapa informan yaitu pengurus, tim profesional dan klien di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
Teknik wawancara yang digunakan adalah dengan mengajukan
beberapa pertanyaan secara langsung sesuai dengan pedoman wawancara
yang telah peneliti susun kepada subyek penelitian yang dalam hal ini
adalah pengurus, tim profesional dan klien di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
3. Dokumentasi
Menurut Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur (2012: 199)
dokumen merupakan setiap bahan tertulis atau film yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneniliti sedang record
ialah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk mengkaji suatu peristiwa. Dengan demikian, dokumen disini
meliputi materi (bahan) seperti: fotografi, video, film, memo, surat,
diary, rekaman kasus klinis dan sebagainya yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi penunjang, dan sebagai bagian berasal dari
59
kajian kasus yang merupakan sumber data pokok berasal dari hasil
observasi partisipan dan wawancara mendalam.
Kegiatan dokumentasi dilakukan dengan teknik mengabadikan
gambar melalui foto beserta dokumentasi catatan harian, data-data resmi,
laporan-laporan, notulen rapat ataupun segala bentuk dokumentasi yang
berbentuk tulisan serta film yang berupakan dokumentasi yang berbentuk
karya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2010:305).
Dalam penelitian ini instrumen utamanya adalah peneliti sendiri yang
didukung dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi
dan dokumentasi. Pedoman-pedoman tersebut disusun sendiri oleh peneliti
dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Penyusunan pedoman
wawancara, observasi dan dokumentasi disusun sedemikian rupa dengan
tujuan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010:335) menyatakan analisis data adalah proses mencari
dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
60
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data mengenai pengelolaan program layanan konsultasi
kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta. Teknik analisis data yang dilakukan
oleh peneliti menggunakan model Miles and Huberman, yaitu meliputi :
1. Reduksi data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:338).
Reduksi data dalam penelitian ini dimaksudkan dengan merangkum
data, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan.
2. Penyajian data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya (Sugiyono, 2010:341). Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
61
Dengan melihat sajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan yang memungkinkan peneliti
untuk menganalisis dan mengambil tindakan lain berdasarkan apa yang yang
telah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan & Verifikasi (ConclusionDrawing/verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan baru dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori (Sugiyono, 2013:345).
Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu
analisis data secara kualitatif. Analisa data secara kualitatif digunakan untuk
memaparkan data tentang Pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
G. Teknik Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono (2010: 372) triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi juga diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
62
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Saat melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi maka disaat yang sama peneliti
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai pengumpulan data dan sumber data.
Teknik keabsahan data pada penelitian ini adalah menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber digunakan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh melalui beberapa sumber data. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data adalah pengurus, anggota tim profesional dan klien di LK3
Sekarsari. Data dari hasil wawancara ketiga sumber tersebut dianalisis oleh
peneliti sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang sama mengenai
pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta. Dari hasil triangulasi akan didapat
perbandingan informasi mengenai data yang sama namun dari informan yang
berbeda-beda. Hal ini dilakukan guna mencari kebenaran dan menghindari
subyektifitas peneliti.
Sedangkan triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini
menggunakan yang teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi
Triangulasi dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dari beberapa
informan, observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dokumentasi yang
diperoleh selama melakukan kegiatan penelitian. Dari hasil triangulasi teknik
akan didapat perbandingan informasi mengenai pengelolaan program layanan
63
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari.
Hal ini dilakukan guna mencari data yang sifatnya obyektif.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Profile Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
a. Deskripsi LK3 Sekarsari
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga “Sekar Sari” adalah
lembaga yang memberikan pelayanan konsultasi sosial psikologis baik
kepada individu, keluarga, kelompok, organisasi, maupun masyarakat.
Lembaga ini berdiri pada tahun 2004 atas prakarsa dari Bapak H.
Muhammad Ikbal, SH yang memiliki kepedulian atas permasalahan
keluarga pada khususnya kasus pernikahan dini yang berujung pada
permasalahan dan mengarah pada perceraian yang pada saat itu dan belum
banyak lembaga sosial yang menangani kasus-kasus serupa.
Pendiri yang juga sekaligus ketua dari lembaga konsultasi
kesejahteraan keluarga (LK3) Sekarsari, Bapak H. Muhammad Ikbal, SH
memiliki kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan permasalahan psikologis baik individu, keluarga, kelompok,
organisasi maupun masyarakat sehingga bertekad membangun sebuah
yayasan sosial yang salah satunya menaungi LK3 Sekarsari. Didukung
dengan latar belakangnya sebagai seorang pengacara dan sudah memiliki
pengalaman dalam dunia hukum, sang pemilik membangun sebuah
yayasan terpadu, yayasan tersebut menaungi antara lain LK3 Sekarsari,
LK3 Sekar Melati dan OBH Sekar Melati. Ketiga lembaga tersebut
65
dikelola oleh pemilik dan keluarga dengan tetap bekerjasama untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien.
LK3 Sekarsari memiliki lingkup kerja yang luas, karena
merupakan lembaga sosial yang berbasis provinsi, ini berarti LK3
Sekarsari memiliki ranah kerja di lima (5) kabupaten dan kota di seluruh
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena keaktifan lembaga ini
dalam menangani kasus psikososial keluarga, yayasan berhasil
mendapatkan bantuan hibah dari Kementerian Sosial Republik Indonesia
berupa mobil yang dapat dipergunakan untuk melakukan layanan
konsultasi. Mobil keliling ini secara administratif dimiliki oleh Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekar Melati, namun karena
terhimpun dalam satu yayasan maka mobil tersebut digunakan secara
bersama untuk menjaring masyarakat yang memerlukan bantuan. Adanya
mobil keliling tersebut membantu lembaga untuk menjangkau seluruh
masyarakat, dengan istilah lain jemput bola. Dengan mobil keliling,
masyarakat yang masih enggan untuk melapor permasalahan yang
dihadapinya maupun masyarakat yang belum mengetahui apa itu LK3
dapat dijangkau.
Meningat begitu krusialnya permasalahan keluarga maka LK3
Sekarsari berusaha mengoptimalkan segala kebutuhan yang bisa
menunjang, mendampingi dan bahkan menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh sasaran dengan tetap menekankan aspek kerahasiaan,
66
menjunjung tinggi harkat dan martabat, partisipasi aktif, tanpa diskrminasi
dan tanggung jawab sosial sepenuhnya.
Untuk mendapatkan layanan dari LK3 Sekarsari, klien tidak
dikenakan biaya sama sekali atau dengan kata lain gratis. Klien yang
datang dan mendapatkan layanan konsultasi tidak dibebankan biaya
walaupun harus melibatkan pakar atau ahli sekalipun, misalnya psikolog,
advokat maupun ahli agama. Klien hanya diminta untuk mengisi daftar
hadir dan menyerahkan identitas berupa KTP yang digunakan untuk
keperluan administratif. Namun, ketika klien sudah memilih untuk
memasuki ranah hukum seluruh beban yang dibutuhkan ditanggung oleh
klien itu sendiri. Biaya yang dimaksud adalah seluruh biaya yang
digunakan dalam sidang perceraian di Pengadilan Agama. Namun, klien
tetap mendapatkan layanan pendampingan dari tim profesional (tim
advokat) yang mendampingi dan mengawal jalannya kasus hingga selesai.
Layanan yang diberikan tidak hanya permasalahan yang dapat
diselesaikan secara hukum saja, namun pihak LK3 Sekarsari dan LK3
Sekar Melati berupaya sebaik mungkin untuk memediasi dan berperan
sebagai pihak ke tiga yang netral untuk membantu menyelesaikan
permasalahan keluarga. Layanan yang disediakan untuk mengupayakan
hal tersebut adalah dengan menyediakan tim profesional yang terdiri dari
psikolog, ahli agama dan mediator yang bersedia memberikan solusi
terbaik untuk permasalahan yang dialami oleh klien.
67
b. Visi dan Misi LK3 Sekarsari
1) Visi
a) Terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera dan mandiri.
2) Misi
a) Mencapai keluarga sehat dan cerdas.
b) Menciptakan suasana damai dan tenang.
c) Melakukan pembinaaan untuk terwujudnya keharmonisan
keluarga.
c. Dasar Hukum Pelaksanaan LK3 Sekarsari
Dalam melaksanakan kegiatannya, Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ini didasari oleh :
1) Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 188/2644/V.1. tanggal 04 Oktober 2010 tentang
Pembentukan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Sekar Sari.
2) Akta Notaris Nomor 12 tanggal 30 Juni 2010, oleh Kantor Notaris Hj.
Carlina Liestiyani, SH.
d. Tujuan LK3 Sekarsari
LK3 Sekarsari memiliki tujuan, baik itu tujuan umum mapun tujuan
khusus, adapun tujuannya antara lain :
1) Tujuan Umum
a) Mengatasi masalah psikososial keluarga, yaitu dengan melakukan
tindakan deteksi dan antisipasi terhadap keluarga yang diindikasi
68
mengalami resiko dan ancaman masalah atau gangguan relasi di
dalam keluarga.
b) Memulihkan kondisi psikososial keluarga, dengan melakukan
dukungan terhadap keluarga dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah psikososial yang dihadapi keluarga.
c) Memperkuat ketahanan keluarga yaitu dengan upaya meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
baik ekonomi, pendidikan, akhlak/agama, relasi sosial anggota
keluarga sehingga memiliki kekuatan mengatasi dan menyesuaikan
diri dengan masalah-masalah yang dihadapi.
2) Tujuan Khusus
a) Membantu menyelesaikan permasalahan sosial psikologis yang
dihadapi khususnya di wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (masalah sosial psikologis yang dimaksud merupakan
masalah ketidak-harmonisan dalam hubungan keluarga).
b) Membantu mengembalikan keharmonisan keluarga dan
mengembalikan peran masing-masing anggota keluarga.
Sebagai contoh :
Bagaimana peran seorang Bapak?
Bagaimana peran seorang Ibu?
69
e. Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga di LK3
Sekarsari
1) Konsultasi harian, yaitu memberikan konsultasi kepada
masyarakat, organisasi, kelompok, maupun individu yang
mempunyai masalah.
2) Konseling, yaitu menindaklanjuti program konsultasi apabila
kasusnya berat, kita layani diluar jam kantor.
3) Informasi, yaitu memberikan informasi berkaitan mengenai jejaring
lembaga pelayanan sosial yang tersedia yang dibutuhkan klien
melalui pelayanan ketrampilan yang akan diakses ke panti sosial.
4) Perlindungan, yaitu memberikan perlindungan dan advokasi secara
langsung maupun rujukan, kepada klien dari tekanan, kekerasan
dan masalah yang bersumber dari manapun.
5) Pendampingan, yaitu memberikan pelayanan lanjutan secara
khusus dan langsung kepada klien dengan memberikan motivasi,
menumbuhkan kesadaran dan percaya diri.
6) Rujukan, yaitu mengadakan rujukan dan pendekatan dengan
lembaga-lembaga yang mengadakan akses pelayanan sosial yang
berkaitan dengan masalah dan kebutuhan klien.
7) Penjaringan klien, yaitu melakukan penjaringan denga cara:
a) Jemput bola,
b) Klien datang sendiri ke kantor,
c) Sistem gethok tular,
70
d) Cara sosialisasi,
e) Kerjasama denga media massa.
f) Mengadakan layanan konsultasi harian.
8) Jejaring, yaitu membuka jejaring dengan instansi pemerintah terkait
maupun lembaga-lembaga sosial, mitra keluarga tingkat kecamatan
maupun kelurahan se-Kota Yogyakarta, PKK Kecamatan hingga PKK
RT, RS, RS Jiwa, Kepolisian, Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota
Yogyakarta.
9) Penjangkauan, melalui bimbingan sosial kelompok dan penyebaran
leaflet serta formulir pendaftaran. Melalui kegiatan ini diharapkan
LK3 tidak hanya menyebar isu-isu kesejahteraan keluarga dan
keberadaan LK3, tapi juga dapat menemukan kasus (case finding).
f. Fungsi LK3 Sekarsari
Dalam menjalankan programnya, LK3 Sekarsari memiliki fungsi
yang saling berkaitan, menunjang dan melengkapi yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi Pencegahan, yaitu menghindarkan terjadi, berkembang dan
terjadi kembali masalah yang dialami anggota keluarga.
2) Fungsi Pengembangan atau pemberdayaan, yaitu meningkatkan
kemampuan (pemikiran, perasaan dan perilaku) anggota keluarga
dalam kaitannya dengan peningkatan taraf kehidupan dan
penghidupannya dalam rangka peningkatan kemampuan pemecahan
masalah.
71
3) Fungsi Rehabilitasi, yaitu menyembuhkan atau mengatasi masalah
serta memulihkan dan meningkatkan kedudukan dan peran sosial
anggota keluarga.
g. Susunan Kepengurusan LK3 Sekarsari
Berikut ini adalah susunan kepengurusan di LK3 Sekarsari
Yogyakarta .
Tabel 6. Susunan Pengurus LK3 Sekarsari
Ketua H. Muhammad Ikbal, SH
Sekretaris Priyanto Triyono, S.Sos
Wakil Sekretaris I Rizky Ardi, S.Kom
Wakil Sekretaris II Sri Supardiyasti, SE
Bendahara Harini Wasti Utami
Wakil Bendahara Kirta
Pembantu Umum 1. Sri Supardiyanti, BBA
2. Sri Suryani, SH. M.Kn.
3. Eni Widiyati, BcHk
Pekerja Sosial 1. Ali Usman, SH
2. Neneng Susana, A.Md
3. Bagus Affrian Wicaksono
4. Cynwika Ayu Affriyani
5. Dwi Desty Yuristiayani
6. Ika Santy Yurista, SH, M.kn.
7. Lanang Tejo K, SP
8. P. Rolis Anita UI
9. Sukamti Midi, SE
10. Alex Kholik
Konsultan Hukum 1. Abdul Aziz, SH
2. Hellie Sulistyo, SH
3. Anthony, SH
4. Ades Putra, SH
Notaris Hj. Carlina Liestiyani, SH
Psikologi 1. Iffah Inayati, S.Psi
2. Zainal Fikri, S.Psi
3. Dicha Mar Martiastanty, S.Psi
72
h. Fasilitas di LK3 Sekarsari
Adapun fasilitas yang dimiliki dan disediakan oleh LK3 Sekarsari
antara lain:
1) Mobil keliling untuk menjangkau masyarakat di seluruh daerah di
Yogyakarta.
2) Bebas biaya untu mendapatkan layanan di LK3 Sekarsari.
3) Gedung atau sekretariat yang nyaman dan lingkungan yang asri.
4) Ruang tamu dan ruang tunggu bagi klien.
5) Ruang administrasi.
6) Ruang konsultasi.
7) Data yang berupa papan rekap penyelesaian masalah.
2. Pengelolaan program layanan konsultasi keluarga di LK3 Sekarsari
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Perencanaan sebagaimana dijelaskan oleh Umberto Sihombing
berarti menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mendukung tujuan, menentukan tenaga
dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh
penyelenggara pendidikan tersebut. Perencanaan program layanan
konsultasi keluarga di LK3 Sekarsari sebagaimana yang dirangkum
peneliti melalui wawancara dan dokumentasi, pendiriannya bertujuan
untuk membantu menyelesaikan permasalahan sosial psikologis yang
dihadapi oleh individu, kelompok atau organisasi khususnya masalah
73
ketidak-harmonisan dalam hubungan keluarga dan membantu
mengembalikan keharmonisan keluarga dan mengembalikan peran
masing-masing anggota keluarga. di wilayah khususnya di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Layanan yang diberikan oleh LK3 Sekarsari
kepada klien atau yang dalam hal ini adalah keluarga bermasalah
dilaksanakan dengan berdasarkan SOP dari Kementrian Sosial Republik
Indonesia, disamping itu LK3 Sekarsari mengembangkan beberapa
program yang disusun khusus untuk memenuhi kebutuhan klien. Adapun
program-program yang dilaksanakan di LK3 Sekarsari dengan disesuaikan
oleh SOP yang berlaku antara lain :
1) Konsultasi harian, yaitu memberikan konsultasi kepada masyarakat,
organisasi, kelompok, maupun individu yang mempunyai masalah.
2) Konseling, yaitu menindaklanjuti program konsultasi apabila
kasusnya berat, kita layani diluar jam kantor.
3) Informasi, yaitu memberikan informasi berkaitan mengenai jejaring
lembaga pelayanan sosial yang tersedia yang dibutuhkan klien melalui
pelayanan ketrampilan yang akan diakses ke panti sosial.
4) Perlindungan, yaitu memberikan perlindungan dan advokasi secara
langsung maupun rujukan, kepada klien dari tekanan, kekerasan dan
masalah yang bersumber dari manapun.
5) Pendampingan, yaitu memberikan pelayanan lanjutan secara khusus
dan langsung kepada klien dengan memberikan motivasi,
menumbuhkan kesadaran dan percaya diri.
74
6) Rujukan, yaitu mengadakan rujukan dan pendekatan dengan lembaga-
lembaga yang mengadakan akses pelayanan sosial yang berkaitan
dengan masalah dan kebutuhan klien.
7) Penjaringan klien, yaitu melakukan penjaringan denga cara:
a) Jemput bola,
b) Klien datang sendiri ke kantor,
c) Sistem gethok tular,
d) Cara sosialisasi,
e) Kerjasama denga media masa.
f) Mengadakan layanan konsultasi harian.
8) Jejaring, yaitu membuka jejaring dengan instansi pemerintah terkait
maupun lembaga-lembaga sosial, mitra keluarga tingkat kecamatan
maupun kelurahan se-Kota Yogyakarta, PKK Kecamatan hingga PKK
RT, RS, RS Jiwa, Kepolisian, Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota
Yogyakarta.
9) Penjangkauan, melalui bimbingan sosial kelompok dan penyebaran
leaflet serta formulir pendaftaran. Melalui kegiatan ini diharapkan
LK3 tidak hanya menyebar isu-isu kesejahteraan keluarga dan
keberadaan LK3, tapi juga dapat menemukan kasus (case finding).
Untuk dapat melaksanakan keseluruhan program tersebut
diperlukan persiapan atau perencanaan yang matang baik itu dalam
menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung
75
tujuan, menentukan tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang telah dibuat oleh LK3 Sekarsari.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari, yakni :
“Kalau lembaga kami semua aturannya berdasarkan SOP dari
kemensos, kami menjalankan dan sekaligus mengembangkan.
Untuk merencanakan program lembaga kami biasanya melalui
pertemuan rutin atau rapat, ada rapat bulanan sama rapat tahunan.
Kalau rapat bulanan itu untuk merencanakan program selama satu
bulan, berupa kegiatan mingguan biasanya. Kalau rapat tahunan
mencakup lingkup yang lebih luas. Dan ini dikhususkan bagi
internal lembaga saja mbak.” Data Wawancara 6 Januari 2017
pukul 09.30 WIB
Sebagaimana dikutip oleh peneliti, terdapat pertemuan antara
pengelola dan para tim profesional secara rutin. Tim profesioal adalah tim
yang terdiri dari pakar hukum, ahli psikologis, ahli agama, pekerja sosial
dan para relawan. Tim profesional berfungsi sebagai mediator atau orang
ketiga dalam menangani kasus dan permasalahan dari klien. Pertemuan
rutin antara pengurus dan para tim profesional dilaksanakan setiap satu
bulan sekali. Pertemuan rutin ini digunakan untuk membahas dan
merencanakan program-program yang akan dilaksankan dalam
memberikan pelayanan kepada klien. Terdapat beberapa perencanaan yang
dibahas dalam setiap pertemuan, diantaranya adalah membuat jadwal
pelayanan konsultasi harian dan mobil keliling, menentukan pembagian
kerja, menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan serta menentukan
alokasi biaya yang akan digunakan.
76
Pernyataan diatas dikuatkan oleh Sdr. A selaku pengurus di LK3
Sekarsari yang menyatakan :
“kita ada rapat rutin mbak setiap sebulan sekali. Kalau rapat
bulanan biasanya yang rutin itu membahas jadwal khususnya buat
yang pelayanan konsultasi dan mobil keliling mba. Jadi nanti kami
membuat jadwal ke daerah-daerah di seluruh Yogyakarta…
Sewaktu membuat jadwal kami juga harus memplot-plotkan
pembagian kerjanya, anggaran ya sama semua yang diperlukan
mbak”. Data Wawancara 13 Januari 2017 pukul 10.0 WIB
Selain mengadakan pertemuan untuk membahas rencana program
bulanan, LK3 Sekarsari juga memiliki kegiatan rutin untuk membuat
perencanaan program tahunan. Jika dalam pertemuan rutin lebih mengarah
ke perencanaan teknis bulanan dan mingguan, dalam pertemuan tahunan
lebih mengarah ke hal-hal mendasar yang kompleks. Hal tersebut
disampaikan oleh Bapak MI selaku pengurus LK3 Sekarsari, yakni :
“kalau pertemuan atau rapat tahunan kami khususkan untuk
membuat prediksi kegiatan dengan didasari pada peristiwa
sebelumnya, misalnya jika pada tahun 2016 kami melayani klien
sekian, maka 2017 kami harus memprediksi jumlah klien ya
walaupun harapannya jumlahnya semakin menurun… Di rapat
tahunan kita menyusun rencana kegiatan sekaligus anggaran
ADART selama setahun ke depan lalu dituangkan dalam bentuk
proposal dan diajukan ke dinas sosial. Perencanaan program
kegiatan juga tetap didasari oleh prediksi tahun lalu, tujuannya
supaya ada patokan yang jelas untuk pelaksanaannya di tahun
mendatang. Untuk program kami cenderung merencanakan
pengembangan program untuk menindaklanjuti program yang telah
berjalan, apa kurangnya dan solusi seperti apa yang diperlukan”.
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Di luar pertemuan rutin antara seluruh pengurus dan para tim
profesional terdapat pertemuan rutin satu minggu sekali tepatnya setiap
hari jumat yang diadakan oleh tim profesional. Pertemuan diadakan
sebagai upaya meningkatkan koordinasi antar anggota tim profesional
77
misalnya dalam pembagian tugas kerja dalam menyelesaikan kasus klien.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sdr. T selaku salah satu anggota tim
profesional di LK3 Sekarsari, yakni :
“kalau berkaitan dengan hukum, pasti tim hukum berdiri paling
depan mbak. Dari situ nanti kita ngerencanain kedepannya bakal
kayak gimana gitu mbak, kan kita juga membutuhkan banyak hal.
Buat ngelaksanain kita juga ada surat kuasanya, ada pembagian
kerja internal antar anggota juga mbak.” Data Wawancara 4
Februari 2017 pukul 09.30 WIB
Pernyataan diatas diperkuat oleh pendapat Sdr. P yang juga
merupakan salah satu anggota tim profesional, yakni :
“ada pembagian kerjanya, bagi tugas istilahnya mbak. Misalnya
nanti satu kasus bisa di-handle ada dua orang advokat atau lebih.
Jadi bagi-bagi tugas gitu … yang punya kewenangan Bapak MI,
beliau juga kan salah satu tim hukum.” Data Wawancara 4 Februari
2017 pukul 09.30 WIB
Perencanaan yang dilakukan dalam setiap rapat rutin hanya
diperuntukkan bagi pengurus dan tim profesional saja. Dalam kegiatan ini
tidak melibatkan klien secara langsung, hanya menggunakan data yang
sifatnya administratif berupa kasus dan hasil dari rekap kasus sebelumnya
sebagai bahan pertimbangan. Perencanaan yang melibatkan klien hanya
sebatas pada penyelesaian kasus antara tim profesional dan klien itu
sendiri. Perencanan itu berupa perumusan solusi pemecahan masalah atau
kasus dari pihak klien dengan menganalisis permasalahan sebelumnya.
Hal tersebut diungkapkan ibu SP sebagai salah satu pengurus
yayasan yang mengatakan bahwa:
“Ada kegiatan rapat yang sifatnya intern mbak, khusus bagi
pengelola dan tim profesional saja. Kami berunding untuk
membuat rencana kegiatan bagi klien, siapa yang bertugas,
bagaimana solusi penyelesaiannya. Ini sifatnya musyawarah mbak
78
sama pelaporan juga dari tim, tapi tidak melibatkan klien secara
langsung.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Dalam perencanaan dalam proses pelaksanaan konsultasi klien
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi.
Klien juga diberikan hak untuk berpendapat solusi apa yang menurut klien
adalah hal yang terbaik. Terlepas dari itu semua, tim profesional tetap
memberikan opsi ataupun pilihan terbaik mengenai solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh klien yang berupa perumusan
perencanaan upaya-upaya yang akan diberikan untuk mengatasi dan atau
menyelesaikan permasalahan.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu R selaku klien di LK3 Sekarsari yang
mengatakan bahwa:
“Tidak mba. Saya tidak dilibatkan secara langsung dalam
pertemuan rutin, jadi sistemnya saya hanya mendaftar lalu
diarahkan langsung sama pengurus penyelesaian lebih baik seperti
apa. Hanya berunding seperti itu saja mbak, istilahnya face to face.
Nggak ada pertemuan-pertemuan yang melibatkan pengurus seperti
itu. Ada bentuk perencanaan tapi sebatas sama kasus saya aja
mbak, bukan buat kepentingan rutin.” Wawancara 27 Januari 2017
pukul 08.30 WIB
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh pendapat dari salah satu
klien, yaitu Ibu An yang mengatakan bahwa :
“… oh yang pertemuan-pertemuan rutin gitu nggak ada mbak.
Selama ini saya cuma datang untuk berkonsultasi aja sama Bapak
MI membahas permasalahan saya. Nggak ada yang rapat-rapat gitu
mbak. Kalo konsultasi ya awalnya pasti ada perencanaan mbak, ada
prosesnya merencanakan solusi terbaik dari permasalahan saya.
Baik itu secara psikologis atau hukum, ya sebatas itu mbak.”
Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disampaikan bahwa
perencanaan yang dilakukan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
79
Keluarga (LK3) Sekarsari dalam merencanakan program terbagi atas 2
bagian, yaitu untuk program yang sifatnya untuk internal lembaga dan
program yang sifatnya eksternal atau dikhususkan dalam pelaksanaan
konsultasi. Untuk internal lembaga, LK3 Sekarsari melibatkan seluruh
pengurus dan tim profesional yaitu untuk membahas rencana kegiatan,
pembagian tugas kerja, perencanaan anggaran dan pengembangan program
dengan melakukan rapat secara rutin secara berkala. Untuk perencanaan
program yang dikhususkan bagi klien dilaksanakan secara langsung oleh
yang bersangkutan dengan melibatkan tim profesional sebagai mediator
yang akan membuat perencanaan dalam hal perumusan solusi yang tepat
bagi kasus yang dialami oleh klien.
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Menurut Umberto Sihombing pengorganisasian mengandung
makna pengaturan atau penataan organisasi pendidikan luar sekolah mulai
dari organisasi perencana sampai pada pelaksana, sehingga mampu
membangkitkan partisipasi masyarakat. Pengorganisasian ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi (2000: 64). Pengorganisasian
yang baik dalam suatu lembaga atau organisasi akan menunjang lembaga
atau organisasi tersebut mencapai tujuan yang sudah dirancang
sebelumnya.
80
Berikut ini adapah pengorganisasian yang dilaksanakan pada
program layananan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga
bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
Yogyakarta :
1) Pengurus yang terdiri dari Ketua, Bendahara dan Sekretaris, dengan
rincian pembagian kerja sebagai berikut :
a) Ketua
(1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan lembaga secara umum
(2) Memiliki hak dan kewenangan untuk membuat keputusan.
(3) Melakukan pembinaan dan perlindungan kepada seluruh
pengurus dan tim profesional.
(4) Memberikan kuasa pada seluruh pengurus dan tim.
b) Sekretaris
(1) Pencatatan dan pengarsipan semua dokumen.
(2) Penanggung jawab dalam pembuatan laporan pertanggung
jawaban.
(3) Mengganti, mewakili ataupun mendampingi ketua dalam
kegiatan rapat baik di dalam maupun luar lembaga.
c) Bendahara
(1) Mengatur keuangan selama satu periode.
(2) Melakukan pencatatan tentang pengeluaran dan pemasukan.
(3) Membuat laporan pertanggung jawaban pendanaan selama
periode waktu.
81
2) Tim profesional yang terdiri dari pakar hukum, ahli psikologis, ahli
agama, pekerja sosial dan relawan dengan rincian pembagian kerja
sebagai berikut :
a) Tim Hukum
(1) Membuat surat kuasa penyelesaian kasus.
(2) Merencanakan dan merumuskan mekanisme penyelesaian
kasus.
(3) Mengawal, mendampingi dan memantau penyelesaian kasus
klien selama di pengadilan.
(4) Membuat laporan bersama tim advokasi.
(5) Melakukan kerjasama dengan tim profesional lain.
b) Psikolog
(1) Bertanggung jawab terhadap proses konsultasi.
(2) Melakukan assessment atas kasus yang dimiliki klien.
(3) Menerima, mencatat dan melaporkan penyelesaian kasus.
(4) Melakukan treatment (penyelesaian kasus) dengan
memberikan penguatan dan solusi sesuai yang dibutuhkan
klien.
(5) Melakukan kerjasama dengan tim profesional lain.
c) Ahli Agama
(1) Memberikan pengetahuan dan solusi dengan sudut pandang
keagamaan.
(2) Memberikan penguatan dan dukungan pada klien.
82
d) Pekerja Sosial
(1) Melakukan kegiatan sosialisasi.
(2) Melakukan assessment lapangan.
(3) Melakukan pendampingan pada klien baik pra ataupun pasca
penyelesaian kasus melalui program yang ada.
e) Relawan
(1) Bersedia membantu kegiatan sosialisasi dilapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti, Bapak MI selaku
pengurus di LK3 Sekarsari mengatakan:
“Setiap lembaga pasti punya struktur organisasi. Bagi kami itu itu
menjadi salah satu komponen penting. Kami ada struktur organisasi
secara resmi ada ketua, bendahara, sama sekretaris sama kayak
lembaga-lembaga lain. Tiap anggota punya jobdesnya sendiri,
walaupun pada kenyataannya bisa diterapkan secara luwes.
Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi bersifat seleksi alam
dek. Di struktur kepengurusan namanya ada tapi waktu kerja
orangnya nggak ada, biasa seperti itu. Jadi kita menerapkan
kepengurusan yang luwes biar semua ke-cover .” Data Wawancara
6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
memiliki struktur organisasi yang jelas, mulai dari pelindung dan
penanggung jawab dari Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, ketua,
wakil ketua, bendahara, sekretaris, tim profesional dan staff administrasi.
Struktur organisasi yang sudah dibentuk memiliki pembagian kerja
masing-masing. Namun, dalam pelaksanaannya, pembagian kerja tetap
dilaksanakan secara bersama-sama, luwes dan kondisional.
Untuk pengorganisasian pekerja, yang dalam hal ini adalah tim
profesional yang terdiri dari relawan dan tim ahli pembagian kerja sudah
83
disesuaikan dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang
bersangkutan. Misalnya saja untuk yang menangani masalah hukum harus
memiliki latar belakang seabagai ahli hukum, yang menangani masalah
psikologi harus seorang psikolog, yang menangani masalah agama adalah
harus yang memiliki latar belakang sebagai seseorang yang paham dan
tahu betul tentang agama. Sdr. T selaku salah satu anggota dari tim
profesional mengungkapkan:
“tim hukum basicnya ya hukum mbak, minimal kan sarjana seperti
itu, yang lain juga sama mbak seorang psikolog ya harus dari ahli
psikologis. Ada semacam rulenya gitu.” Data Wawancara 4
Februari 2017 pukul 09.30 WIB
Dalam lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) Sekarsari
rata-rata adalah para ahli dalam bidang tertentu, seperti hukum, psikologi
dan bahkan agama. Untuk pengorganisasian para relawan, LK3 Sekarsari
tidak membatasi jenjang pendidikan yang dimiliki walaupun tidak sedikit
pula relawan yang memiliki pendidikan yang tinggi. Salah satu metode
yang digunakan oleh LK3 Sekarsari untuk mengembangkan kompetensi
adalah dengan senantiasa memotivasi para pekerjanya, bukan hanya untuk
dapat memiliki kompetensi ahli saja namun juga memiliki kompetensi diri.
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Ibu SP selaku pengurus di
LK3 Sekarsari, yakni:
“ Ada jenjang pendidikan tertentu mbak kalau yang kerjanya
nangani kasus, malah bisa dibilang wajib itu dek. Ya istilahnya
harus kompeten dan ahli dibidangnya. Kalau relawan sih nggak ada
patokan secara khusus, bisa terbuka bagi siapa saja. Kan ini
lembaga sosial juga, jadi kalau semisal ada relawan ya kami terima.
Nanti masih ada pengarahan-pengarahan dari Bapak untuk lebih
84
lanjutnya, misal kayak teknis kerjanya atau materi sosialisasinya
seperti itu.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Hal ini dibenarkan oleh Sdr. A selaku pengurus di LK3 Sekarsari
yang menjelaskan :
“saya belum lama kerja disini mbak. Setiap ada kesempatan pasti
dikasih pencerahan sama Bapak. Memotivasinya secara nonformal
gitulah mbak, ya kayak ngobrol-ngobrol biasa. Kadang kalau
waktu pertemuan juga Bapak suka ngasih motivasi-motivasi biar
semangat kerjanya, balik lagi mbak kan ini lembaga sosial.
Pekerjanya diseleksi sendiri sama alam, makanya kita bener-bener
ditekanin buat kerja yang penuh dedikasi mbak dengan niat buat
menolong gitu … ada pelatihan khusus kadang dari dinas, dan kami
dilibatkan secara langsung. Kayak kemarin itu ada pelatihan soal
perempuan mbak dari dinas, jadi tambah wawasanlah kami. ” Data
Wawancara 13 Januari 2017 pukul 10.0 WIB
LK3 Sekarsari berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi
para kliennya. Menggerakan para pekerjanya untuk dapat bekerja dengan
maksimal dan sepenuh hati menjadi komitmen yang dipegang oleh
lembaga ini. Para pekerja baik itu relawan ataupun tim profesional selalu
diberikan motivasi agar bisa bekerja dengan ikhlas dan penuh tanggung
jawab. Tujuannya adalah agar para pengurus dan tim profesional mampu
bekerja untuk melayani masyarakat dengan baik.
Gagasan tersebut dibenarkan oleh salah satu klien LK3 Sekarsari
yang bernama Ibu R, yakni :
“baik sekali mbak pelayananannya. Makanya saya seneng disini,
disisi lain saya terbantu karna bisa menyelesaikan kasus saya
sampai selesai. Dari sewaktu saya daftar di mobil keliling itu sama
Mbak E sampai sekarang didampingi terus, dimediasi bahkan
sampai diantar langsung ke pengadilan waktu itu.” Wawancara 27
Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Terkait dengan pengorganisasian dana, Bapak MI selaku pengurus
di LK3 Sekarsari menjelaskan bahwa:
85
“Kami lembaga dibawah kedinasan, tapi kami juga lembaga yang
berbasis sosial. Ada dana dari APBN khusus bagi LK3, tapi itu
nilainya hanya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai Rp
15.000.000,- (lima belas juta rupiah) setiap tahun. Kalau buat
lembaga sudah tentu itu tidak cukup, untuk menggaji staff saja
tidak cukup. Ditambah lagi saat melayani para klien kan mereka
tidak dipungut biaya sepeserpun. Tapi Bapak berkomitmen,
insyaallah ada amal dan dana swadaya dari Bapak karena diluar ini
kan Bapak juga punya pekerjaan yang insyallah cukup untuk
menghidupi lembaga kami.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul
09.30 WIB
Sumber pendanaan di LK3 Sekarsari adalah berasal dari APBN,
amal dan dana swadaya. Dana yang berhasil dihimpun dialokasikan untuk
pelaksanaan dan operasional di LK3 Sekarsari baik itu dalam melayani
para klien ataupun memenuhi kebutuhan yang lain. Meskipun dana yang
diberikan oleh pemerintah belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan
yang diperlukan lembaga, klien dapat menikmati dan menggunakan jasa
yang disediakan oleh LK3 Sekarsari secara gratis atau tidak dipungut
biaya sepeserpun.
Pernyataan diatas diperkuat oleh pendapat Ibu R selaku klien di
LK3 Sekarsari Yogyakarta, yang mengatakan bahwa :
“saya nggak dipungut biaya mbak … iya gratis. Sejak Desember
saya jadi klien, konsultasi-konsultasi setiap minggu sampai
sekarang tidak dipungut biaya. Saya kan tahunya dari mobil
keliling mbak, waktu itu juga tidak dipungut biaya. Hanya saya
membayar pas pendaftaran di Pengadilan Agama saja karena saya
kan kasusnya perceraian mbak, itu memakai uang saya pribadi.
Selebihnya gratis mbak, bahkan tim hukum yang mendampingi
saya juga.” Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Ibu An selaku salah satu
klien di LK3 Sekarsari, yakni:
“tidak dipungut biaya kok mbak, enak pelayananannya disini …
sejak November 2016 akhir mbak saya, dan akhirnya masuk jalur
86
hukum perceraian, bayar biaya pengadilan saja mbak. Saya kan
dari keluarga kurang mampu, saya juga udah ngajuin surat
keterangan tidak mampu dari kelurahan saya. Rencananya ingin
ikut program yang sidang gratis tapi kuotanya ternyata udah habis,
jadi tetap bayar biaya pengadilan. Besok akhir Januari ini saya
sidang, didampingi tim advokatnya Bapak juga mbak dan gratis.”
Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Pengorganisasian yang telah dilaksanakan di LK3 Sekarsari adalah
dengan cara menyususn struktur organisasi atau kepengurusan dengan
pembagian kerja tertentu. Struktur organisasi tersebut terdiri dari
pelindung, penanggung jawab, ketua, bendahara, sektretaris serta tim
profesional. Walaupun sudah tertulis sebagaimana telah disebutkan, pada
pelaksanaannya program tetap dilaksanakan secara bersama-sama, luwes
dan kondisional. Untuk pengelolaan pendanaan LK3 Sekarsari memiliki
sumber dana yang berasal dari kedinasan (APBN), amal dan swadaya dari
pemilik. Walaupun demikian, LK3 Sekarsari tetap memberikan pelayanan
yang terbaik bagi para klien dengan bantuan relawan-relawan dan tim ahli
yang memiliki kompetensi pada bidangnya.
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi manajemen bukan hanya
mengelola pelaksanaan program namun mencakup bagian yang luas
meliputi manusia, uang, material dan waktu (Umberto Sihombing,
2000:67). Pengelolaan pelaksanaan program yang terdapat di LK3
Sekarsari adalah pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan konsultasi
oleh klien yaitu keluarga bermasalah.
87
Berikut ini adalah pelaksanaan program layanan konsultasi
kesejahteraan keluarga di LK3 Sekarsari Yogyakarta yang terdiri dari
beberapa jenis layanan, yaitu :
1) Konsultasi, yaitu memberikan konsultasi kepada masyarakat,
organisasi, kelompok, maupun individu yang mempunyai masalah.
2) Konseling, yaitu menindaklanjuti program konsultasi apabila
kasusnya berat, kita layani diluar jam kantor.
3) Informasi, yaitu memberikan informasi berkaitan mengenai jejaring
lembaga pelayanan sosial yang tersedia yang dibutuhkan klien melalui
pelayanan ketrampilan yang akan diakses ke panti sosial.
4) Advokasi, yaitu memberikan perlindungan dan advokasi secara
langsung maupun rujukan, kepada klien dari tekanan, kekerasan dan
masalah yang bersumber dari manapun.
5) Pendampingan, yaitu memberikan pelayanan lanjutan secara khusus
dan langsung kepada klien dengan meberikan motivasi,
menumbuhkan kesadaran dan percaya diri.
6) Rujukan, yaitu mengadakan rujukan dan pendekatan dengan lembaga-
lembaga yang mengadakan akses pelayanan sosial yang berkaitan
dengan masalah dan kebutuhan klien.
7) Penjangkauan, melalui bimbingan sosial kelompok dan penyebaran
leaflet serta formulir pendaftaran. Melalui kegiatan ini diharapkan
LK3 tidak hanya menyebar isu-isu kesejahteraan keluarga dan
keberadaan LK3, tapi juga dapat menemukan kasus (case finding).
88
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak MI selaku pengurus di
LK3 Sekarsari, yakni:
“jadi untuk layanan konsultasi di LK3 itu saling berkaitan, mulai
dari konsultasi sampai pada penjangkauan. Dari tahapan-tahapan
itu nanti juga ada prosesnya. Kita tetap melaksanakan berdasarkan
SOP dari kemensos. Nggak semua dilaksanakan disini, kadang kan
harus ada yang dirujuk ke segi hukum. Jadi untuk pelaksanaannya
nanti tergantung klien, kita menyesuaikan sesuai apa yang
dibutuhkan. Kan permasalahan klien berbeda-beda mbak. Cara
penyelesaiannya beda, namun alurnya kurang lebih sama.” Data
Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Pelaksanaan program layanan konsultasi di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari dilaksanakan dengan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan oleh
Kementrian Sosial Republik Indonesia. Seluruh jenis pelayanan yang
dilaksanakan berhubungan satu sama lain, mulai dari layanan konsultasi
hingga penjangkauan. Jenis layanan di LK3 Sekarsari merupakan tahapan-
tahapan yang sistematis, namun dalam penanganan klien disesuaikan
dengan kebutuhan atau persoalan klien. Setiap kasus yang dialami oleh
klien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, walaupun demikian
pelaksanaan program layanan tetap menggunakan langkah yang sama.
Pendapat diatas diperkuat oleh Ibu SP sebagai salah satu pengurus
di LK3 Sekarsari Yogyakarta yang mengatakan bahwa :
“ada prosedurnya dek, kita punya SOP dari kemensos. Ada aturan-
aturannya, tapi untuk pelaksanaannya ya tetap diserahkan ke LK3,
yang penting tidak keluar jalurnya aja. Kita ada program
penjaringan klien, ada jemput bola. Soalnya masyarakat itu masih
enggan buat melapor, pernah kita ke salah satu bekas lokalisasi di
Jogja, kalau tidak didatangi ya tidak mau nglapor saat itu pas pakai
mobil keliling. Padahal kalau ditelusuri permasalahannya justru
sangat kompleks. Dengan menyadarkan masyarakat akhirnya
89
banyak yang berkenan konsultasi, kita menggunakan psikolog
karena rata-rata yang jadi masalah terkait sama kejiwaan atau
pribadi dek. Bahkan sampai sekarang kita masih pantau melalui
program home visit ” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30
WIB
Pelaksanaan konsultasi di LK3 Sekarsari ditangani oleh orang-
orang yang sudah ahli dalam bidangnya. LK3 Sekarsari sebagai mediator
berupaya untuk memberikan pemecahan masalah yang baik. Salah satunya
adalah dengan memberikan layanan mobil keliling, hal ini bertujuan untuk
menjangkau masayarakat yang belum tahu fungsi dari LK3. Setelah Klien
mendaftar untuk menjadi klien di LK3, tim profesional akan mengarahkan
klien untuk melakukan konsultasi awal di LK3 Sekarsari secara langsung.
Saat konsultasi awal itulah klien akan diarahkan untuk melakukan
konseling dengan tim ahli, pemilihan tim ahli ini disesuaikan dengan
kebutuhan klien dengan permasalahan yang dihadapi. Tim ahli yang
disediakan adalah seorang psikolog, ahli agama dan tim hukum/advokat.
Pernyataan diatas diperkuat oleh keterangan yang disampaikan
oleh Sdr. T sebagai salah satu anggota tim profesional, yakni :
“ada SOP penanganannya mbak. Waktu klien konsultasi nanti
disitu semua tim ikut, kita bahas bareng-bareng. Psikolog dulu
nanti yang nilai, ada kayak assessment seperti itulah. Selanjutnya
kalau berkaitan dengan hukum, pasti tim hukum berdiri paling
depan mbak. Dari situ nanti kita ngerencanain kedepannya bakal
kayak gimana gitu mbak, kan kita juga membutuhkan banyak hal
… kami siap kawal sampai selesai kasusnya mbak, nggak semua
cerai kok. Kadang di mediasi lagi nanti rujuk lagi, ya semua
diupayakan yang terbaik mbak. ” Data Wawancara 4 Februari 2017
pukul 09.30 WIB
Untuk permasalahan yang mengarah kepada pihak luar, LK3
Sekarsari juga melakukan pendampingan dan rujukan. Klien diberikan
90
penguatan dan motivasi untuk membangun rasa percaya diri supaya dapat
terlibat secara langsung dalam penanganan masalah hingga tuntas. Saat
klien dirujuk pada pihak-pihak luar, seperti Pengadilan Agama, Rumah
Sakit, panti sosial dan lembaga-lembaga pelayanan sosial yang lainnya
LK3 Sekarsari senantiasa mendampingi klien dengan tujuan agar klien
mendapatkan pelayanan yang baik dan mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
Sebagai salah satu klien di LK3 Sekarsari, Ibu R memberikan
pendapat yang mengatakan bahwa :
“awalnya saya datar melalui mobil keliling, waktu itu di THR
mbak. Trus saya diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari) buat konsultasi
langsung. Konsultasi beberapa kali, bahkan sampai mediasi sama
suami saya tapi dari pihaknya tidak ada niat buat mempertahankan,
akhirnya jalur perceraian yang diambil. Walaupun dalam kasus ini
(KDRT) saya berhak melaporkan namun saya berpikir ulang, saya
hanya menuntut perceraian. … Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi
pengacara dan bahkan dari awalnya juga diantar ke pengadilannya
langsung. Saya didampingi sampai benar-benar pada putusan akhir
resmi cerai mbak.” Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Pendapat tersebut diperkuat oleh Sdr. A selaku pengurus di LK3
Sekarsari, yakni :
“selain dibantu mediasi sama psikolog, LK3 juga punya mitra kerja
mbak. Jadi kalau permasalahannya nggak cukup dengan konsultasi
dan konseling nanti kita minta bantuan ke pihak lain. Biasanya sih
ke pengadilan agama atau lembaga yang biasa mengurusi anak dan
perempuan, KPMP kalau nggak salah. Kalau ke pihak kepolisian
gitu jarang mbak. Tapi peran lembaga kami tetap sampai benar-
benar selesai, entah itu nanti tetap memantau, mendampingi atau
bisa jadi ke arah home visit dan pemberian modal mbak.” Data
Wawancara 13 Januari 2017 pukul 10.0 WIB
Walaupun mengandeng pihak lain sebagai mitra kerja, LK3
Sekarsari tetap mendampingi klien hingga kasus dianggap selesai. Ada
91
beberapa program lanjutan dari rangkaian program konsultasi yang telah
dilakukan. Tak jarang LK3 Sekarsari melakukan program home visit
kepada beberapa klien, khususnya yang memerlukan pelayanan secara
kontinyu seperti pendampingan psikologis. Program ini minimal dilakukan
6 kali dalam satu semester pada klien yang berbeda-beda, selain sebagai
bahan untuk pertanggung jawaban juga karena LK3 Sekarsari memiliki
komitmen untuk membantu masyarakat. Pendampingan yang juga
dilakukan oleh LK3 Sekarsari adalah dengan memberikan bantuan kepada
klien yang kurang mampu yaitu dengan membantu biaya kepengurusan
kasus dan modal usaha.
Hal ini dibenarkan oleh salah satu klien yang bernama Ibu An yang
mengatakan bahwa:
“Saya kan dari keluarga kurang mampu, saya juga udah ngajuin
surat keterangan tidak mampu dari kelurahan saya. Rencananya
ingin ikut program yang sidang gratis tapi kuotanya ternyata udah
habis, jadi tetap bayar biaya pengadilan. Besok akhir Januari ini
saya sidang, didampingi tim advokatnya Bapak juga mbak dan
gratis mbak.” Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Hal tersebut dibenarkan oleh Sdr. P selaku salah satu anggota dari
tim profesional di LK3 sekarsari yang mengatakan bahwa :
“kami ada program dari bantuan dengan subsidi kemenkumham
buat membantu klien menghadapi permasalahan hukum secara
gratis sampai kelar permasalahan mbak. Memang pakai kuota, 20
orang pertahun biasanya dan dikhususkan bagi yang tidak mampu.
Jumlahnya kan terbatas jadi udah habis diawal tahun, banyak yang
cari juga soalnya mbak… persyaratannya sama kayak klien yang
lain mbak, KTP asli sama C1 bedanya kalau yang ikut program ini
harus sama ngelampirin surat tidak mampu dari kelurahan mbak.”
Data Wawancara 4 Februari 2017 pukul 09.30 WIB
92
Pelaksanaan program layanan konsultasi di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari dilaksanakan dengan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan tahapan-tahapan yang
sistematis, namun disesuaikan dengan kebutuhan atau persoalan klien
dalam penanganannya. Pelaksanaan program layanan di LK3 Sekarsari
mengupayakan klien untuk memperoleh pemecahan permasalahan sempai
kasus dianggap telah selesai. Segala bantuan dikerahkan baik itu secara
moril ataupun materil. Klien yang tidak mampu tetap bisa mengakses
layanan LK3 Sekarsari bahkan ketika harus dirujuk pada pihak lain..
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Umberto Sihombing (2000: 67)
koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan suatu
jaringan kerja di antara beberapa orang, unsur, organisasi dengan maksud
untuk saling memperkuat melalui pertukaran informasi, ataupun
bekerjasama dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau memecahkan
berbagai kesulitan yang sedang dan mungkin dihadapi di masa depan,
sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Koordinasi program yang telah dilaksanakan di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari adalah :
1) Koordinasi dengan klien oleh tim profesional dan tim ahli untuk
mememukan solusi yang tepat dalam menangani suatu kasus.
93
2) Mengadakan kerjasama maupun rujukan dengan
badan/lembaga/organisasi serta partisipasi pelayanan konsultasi
kesejahteraan keluarga lainnya.
3) Mengadakan forum komunikasi (forkom) dengan LK3 lain untuk
tukar menukar informasi dan pengalaman mengenai berbagai
penanganan dan pelayanan masalah keluarga.
4) Membuka jejaring kerja dengan instansi terkait baik instansi
pemerintah maupun swasta (Mitra Keluarga tingkat kecamatan kota
Yogyakarta, pihak poltabes, Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan
Perempuan di Kota Yogyakarta dan terdapat mitra keluarga berupa
Ponpes Al-Bayan Minggir Sleman).
5) Melakukan case conference setiap semester dengan LK3 lainnya
untuk membahas suatu kasus klien.
6) Rapat terkait pengembangan kapasitas organisasi dalam penanganan
masalah psikososial dengan Dinas Sosial Yogyakarta setiap tahun.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari Yogyakarta, yakni:
“koordinasi pasti ada mbak. Waktu klien sama pekerja kita
membahas masalah kan namanya koordinasi juga. Diluar itu kita
juga banya berhubungan sama pihak luar yang jadi mitra kami ya
tentunya … banyak mitranya, ada kepolisian, PA, panti, lembaga-
lembaga khusus perempuan dan ada lagi. Selain itu karna kita kan
dibawah dinas, jadi Dinas sosial itu sebagai mitra tetap. Kita juga
ikut forkom LK3 di seluruh DIY, kebetulan Bapak yang jadi
ketuanya. Tujuan kita bermitra sama pihak luar selain buat nge-
cover kasus klien juga biar kita bisa belajar dengan lembaga lain.”
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
94
Pernyataan di atas sejalan dengan keterangan yang diberikan oleh
Sdr. T sebagai salah satu anggota tim profesional di LK3 Sekarsari yang
mengatakan bahwa :
“kami nanti turut pembahasan kasus mbak, disitu kan nanti ada
psikolog juga, kita koordinasi bahas kasus sama klien juga. Kalau
keputusannya berkaitan dengan hukum, pasti tim hukum berdiri
paling depan mbak. Dari situ nanti kita ngerencanain kedepannya
bakal kayak gimana gitu mbak ... kalau senin-kamis seringnya kami
di lapangan (pengadilan) kalau jum’at di kantor pasti, selalu ada
rapat khusus intern bareng tim kami mbak.” Data Wawancara 4
Februari 2017 pukul 09.30 WIB
Mitra kerja LK3 Sekarsari bertugas sebagai salah satu lembaga
rujukan yang digunakan untuk menangani permasalahan klien, diantaranya
adalah Pengadilan Agama, Kantor Kepolisisan, Lembaga pemberdayaan
anak dan perempuan, Rumah Sakit Jiwa, maupun Panti Sosial. Pengadilan
Agama lebih sering menjadi rujukan karena tidak dapat dipungkiri bahwa
perceraian adalah jalan yang banyak klien pilih sebagai pemecahan
masalah. Hal ini disampaikan oleh salah satu klien yang bernama Ibu R
yang mengatakan bahwa :
“saya memilih jalur hukum mbak, cerai aja. Sebenarnya sudah
dinasehati di setiap konsultasi dari pihak LK3, tapi sikap dari pihak
sana (suami) tidak menunjukkan respon baik. udahlah cerai saja
daripada nanti berdampak banyak ke anak saya juga kan. Walaupun
dalam kasus ini (KDRT) saya berhak melaporkan namun saya
berpikir ulang, saya hanya menuntut perceraian … Pihak LK3
memfasilitasi, dari segi pengacara dan bahkan dari awalnya juga
diantar ke pengadilannya langsung. Saya didampingi sampai benar-
benar pada putusan akhir resmi cerai mbak.” Wawancara 27
Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Dari data tahun 2016, LK3 Sekarsari mencatat bahwa kebanyakan
dari klien mereka memang lebih mengarah ke arah perceraian. Perceraian
menjadi jalan terakhir, keputusan antara pihak klien dan keluarga dengan
95
pertimbangan dari LK3 Sekarsari. Upaya yang dilakukan oleh LK3
Sekarsari tetap berpegang pada keinginan klien namun dengan adanya
persetujuan sebelumnya. Oleh karena itulah, Pengadilan Agama lebih
sering menjadi rujukan.
Pendapat diatas diperkuat oleh Ibu SP selaku pengurus di LK3
Sekarsari yakni, :
“jujur memang perceraian lebih banyak dek. Klien yang datang kan
selalu ditanya pengennya apa, nanti kita arahkan. Kami berusaha
meminimalisir perceraian. Namun kita lihat dampaknya kedepan
akan seperti apa, iya kalau membaik? Kalau semakin bermasalah
gimana? … kalau dipresentasekan mungkin 60% ke arah
perceraian, yang 40% ada yang kembali harmonis walaupun harus
dengan pendampingan ahli kami.” Data Wawancara 6 Januari 2017
pukul 09.30 WIB
Selain mitra yang ditunjuk sebagai rujukan, LK3 Sekarsari juga
memiliki mitra atau jejaring kerja dengan instansi-instansi pemerintah dan
swasta yang diperuntukkan bagi program sosialisasi yang dilakukan oleh
relawan-relawan dan tim profesional untuk melakukan sosialisasi.
Lembaga yang dimaksud antara lain adalah Rumah Sakit, redaksi media
cetak dan kecamatan-kecamatan di seluruh provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Instansi-instansi yang menjadi mitra di LK3 Sekarsari
memiliki sebutan sebagai mitra keluarga. Hal ini diperkuat oleh Sdr. A
selaku pengurus di LK3 Sekarsari, yakni :
“kita udah ada jadwal yang udah disusun sama pegurus mbak.
Kalau ke kecamatan-kecamatan gitu kita emang udah kerjasama,
kita nanti ngirim surat kalau mobil keliling kita bakal beroperasi di
daerah tersebut. Dari pengurus udah ada jadwal sama list
tempatnya, nggak di kecamatan aja mbak kadang dirumah sakit,
tempat umum yang sekiranya banyak orang aja sih sebenernya.”
Data Wawancara 13 Januari 2017 pukul 10.0 WIB
96
Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu An selaku klien di LK3
Sekarsari yang mengatakan bahwa :
“saya tahunya dari BPH (Badan Penasehat Hukum dan
Perkawinan) di kecamatan tempat tinggal saya. Saya udah sempat
konsultasi disana, tapi nihil akhirnya dirujuk ke LK3 sini. Saya
tahunya juga dari kecamatan itu mbak.” Wawancara 27 Januari
2017 pukul 08.30 WIB
Lembaga-lembaga yang dijadikan mitra oleh LK3 Sekarsari
mendukung setiap program yang telah dirancang sebelumnya. Selain
dengan lembaga-lembaga tersebut, LK3 Sekarsari juga memiliki suatu
program yang bertujuan untuk berkoordinasi maupun bertukar informasi
ataupun sharing mengenai suatu kasus tertentu guna saling meningkatkan
kapasitas lembaga. Program yang melibatkan LK3 lain sebagai mitra
adalah program case conference dan forum komunikasi antar LK3 di
seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Case conference merupakan salah
satu program tiap semester berupa bedah kasus antar beberapa LK3
dengan turut mengundang ahli-ahli dan beberapa dinas terkait untuk
merumuskan penyelesaian dan tindak lanjut dari suatu kasus. Sedangkan
untuk forum komunikasi LK3 merupakan prakarsa dari Dinas Sosial untuk
mewadahi LK3-LK3 diseluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai wadah sharing dan pertukaran informasi. Forum komunikasi LK3
diadakan setiap tiga bulan sekali dengan mengusung tema yang berbeda-
beda. Dengan adanya forum komunikasi ini, LK3 Sekarsari terbantu
karena dapat berbagi informasi dan pengetahuan, sharing permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh lembaga, adanya masukan untuk
97
mengatasi permasalahan lembaga serta bisa saling mendukung tiap-tiap
LK3 untuk meningkatkan kapasitas lembaga dan semakin memberikan
pelayanan yang terbaiks bagi masyarakat.
Seperti data yang telah peneliti himpun, pada tanggal 18
November 2016 lalu, LK3 Sekarsari mengadakan case conference dengan
bekerja sama dengan LK3 Sekar Melati di sektretariat LK3 Sekar Melati di
Jalan Batikan Yogyakarta. Kegiatan itu dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Dinas Sosial Kota
Yogyakarta, Kepala Disnakertrans Kota Yogyakarta beserta relawan dan
tim ahli. Pertemuan itu membahas 2 buah kasus dari masing-masing LK3
dan merumuskan beberapa penyelesaian dan tindak lanjut melalui program
pendampingan bekerja sama dengan beberapa lembaga yang telah
diusulkan.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Sdr. P selaku salah
satu anggota tim profesional di LK3 Sekarsari, yakni :
“Kalau case conference kan setiap semester ada, agenda rutin juga
itu mbak. Kalau forkom (forum komunikasi) biasanya sih 3 bulan
sekali ya, kami partisipasi soalnya Bapak MI kan ketua juga di
forkom itu mbak.” Data Wawancara 4 Februari 2017 pukul 09.30
WIB
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disampaikan bahwa
koordinasi yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari berupa koordinasi
secara intern yaitu dalam penanganan kasus baik antara tim profesional
dengan klien, tim profesional dengan pengurus maupun koordinasi antar
tim profesional serta koordinasi dalam bentuk menjalin kerjasama dengan
98
beberapa jejaring kerja atau mitra. Mitra kerja LK3 Sekarsari membantu
dan mendukung lembaga ini baik dalam upaya sosialisasi, sebagai pihak
rujukan bagi klien dan sebagai wadah untuk berbagi informasi untuk
saling mendukung antar lembaga demi tercapainya suatu tujuan yaitu
menyelesaikan permasalahan dan mengembalikan keharmonisan dalam
keluarga.
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam kajian teori, Didin
Kurniadin dkk (2012:367) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu
kegiatan untuk mendapatkan kepastian tentang pelaksanaan program atau
pekerjaan/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang ditentukan.
Pengawasan yang dilakukan di LK3 sekarsari dilakukan oleh Dinas
Sosial Provinsi Daerah Yogyakarta dan oleh pimpinan atau ketua lembaga.
Pengawasan dari Dinas Sosial menjadi hal yang mutlak karena secara
kelembagaan LK3 Sekarsari bernaung dalam paying Dinas Sosial Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kementrian Sosial Republik Indonesia.
Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa rencana yang telah
disusun sebelumnya berjalan efektif dan efisien atau tidak.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak MI selaku
pengurus di LK3 Sekarsari, yakni :
99
“pengawasan oleh Dinsos (Dinas Sosial) pasti ada, kalau untuk
waktunya biasanya 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, kadang sampai
satu periode tidak ada inspeksi mbak. Hanya kan kita tetap punya
kewajiban laporan, Dinas nanti lihatnya dari situ. Kalo pengawasan
dari Bapak pasti ada, Bapak mengawasi kinerja-kinerja pekerja,
mengawasi jalannya program biar semua berjalan dengan baik.”
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dilakukan secara berkala dan dalam jangka waktu
tertentu, yaitu berkisar antara rentang waktu tiga bulan sekali, enam bulan
sekali atau bahkan sampai jangka waktu satu periode. Pengawasan yang
dilakukan dilakukan oleh dinas terkait dengan datang secara langsung
untuk memantau dan melihat kegiatan dan operasional lembaga dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat. Namun tak jarang, pengawasan
hanya dilakukan dengan melakukan pengecekan pada laporan-laporan
pertanggungjawaban yang diserahkan kepada Dinas Sosial tanpa datang
langsung ke lembaga.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Sdr.A selaku pengurus di LK3
Sekarsari, yakni :
“pengawasan dari dinas ada mbak, tapi nggak pasti. Kadang malah
setahun sekali aja nggak ada pihak dinas ke sini, kalau tahun ini
malah nggak ada. Paling nanti admin yang ngasih laporan tiap
semester buat ke Dinasnya langsung mbak.” Data Wawancara 13
Januari 2017 pukul 10.0 WIB
Pelaporan yang diajukan oleh LK3 Sekarsari kepada Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pengelolaan yang telah dilakukan oleh LK3
Sekarsari, baik itu dari segi pengelolaan dana, perencanaan, pelaksanaan
program layanan konsutasi, rekapitulasi penanganan kasus klien,
100
hambatan-hambatan serta solusi yang telah dilakukan oleh lembaga dalam
menyikapi hambatan tersebut. Pengawaan ini bertujuan untuk memastikan
apakah pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi berjalan efektif sesuai
dengan perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, yang dalam
hal ini adalah oleh Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dilakukan dengan berpedoman pada standar operasional prosedur (SOP)
yang telah ditetapkan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia. SOP
menjadi kriteria yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan layanan
oleh lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga, hal ini dimaksudkan agar
setiap layanan yang diberikan kepada masyarakat bisa diukur, disesuaikan
dan berlaku secara umum.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibu SP sebagai pengurus di LK3
Sekarsari, yakni :
“semua kan mengacu pada SOP dek, yang penting itu bagaimana
kita ngerjainnya sesuai standar apa tidak. Selama ini pengawasan
dari Dinas belum mendapat rapor merah, justru kita jadi salah satu
LK3 terbaik karena secara pelaksanaan bagus. Kami ada tiga
prinsip, sekretariat, admin dan klien, dan ini jadi salah satu
keunggulan LK3 kami.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul
09.30 WIB
Jika kedinasan melakukan pengawasan atau kontroling untuk
mengukur secara teknis pelaksanaan atau operasional dari lembaga. LK3
Sekarsari juga memiliki pengawasan internal dari pimpinan atau ketua
lembaga untuk mengawasi kinerja pekerja dalam melaksanakan pelayanan
bagi para klien. Pengawasan ini dilakukan sendiri oleh ketua lembaga
101
untuk memastikan pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik.
pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga dilakukan dalam dua
bagian, yaitu mengamati secara langsung dalam proses pelaksanaannya
dan mengamati melalui kegiatan rapat rutin guna memantau pelaksanaan
kegiatan dari laporan para pekerjanya.
Hal ini disampaikan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari yang mengatakan bahwa :
“saya memantau secara langsung mbak, saat jam efektif pelayanan
kan saya selalu di kantor. Tapi semisal saya berhalangan hadir,
saya mengawasinya melalui rapat atau pertemuan pengurus. Waktu
pertemuan kan semua ngasih laporan kerjanya juga sama saya jadi
tidak ada yang perlu dikawatirkan. Karena semua bekerja dengan
baik. Kalau ada progress lapor, kalau ada yang belum terselesaikan
nanti kita selesaikan bersama, kita cari jalan keluar bersama saat
itu.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Pernyataan diatas diperkuat oleh pendapat yang disampaikan oleh
Sdr. T selaku salah satu anggota dari tim profesional, yakni :
“pengawasan langsung dari Bapak MI biasanya, kalau dari
kedinasan gitu jarang ya malahan … itu tadi mbak, biasanya Cuma
dari bapak aja, seringan langsung liat kinerja kami sih ya malahan.
Oh iya rapat-rapat gitu juga sebagai bahan laporan mbak, kita udah
kerja sejauh mana gitu.” Data Wawancara 4 Februari 2017 pukul
09.30 WIB
Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga dilakukan
dengan mngamati secara langsung kinerja yang dilakukan oleh para tim
profesional, baik itu relawan ataupun tim ahli dalam menangani kasus
klien. Pemimpin lembaga terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
kegiatan layanan konsultasi selain untuk memantau kinerja tim profesional
juga bertujuan untuk memastikan klien mendapat pelayanan terbaik.
102
Hal ini disampaikan oleh Ibu R selaku klien di LK3 Sekarsari,
yakni :
“sewaktu konsultasi selalu ada bapak mbak, kadang malah
konsultasinya juga sama bapak langsung. Setiap jumat pasti ada
bapak, tapi saya tidak tahu mbak apakah itu bentuk pengawasan
atau bukan … kalau saya nggak mengawasi mbak, istilahnya terima
beres saja.” Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Meskipun terdapat pegawasan internal dari lembaga dan
pengawasan formal dari kedinasan namun belum terdapat pengawasan
secara langsung dari masyarakat. Klien yang termasuk pihak eksternalnya
pun tidak melakukan pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan di
LK3 Sekarsari. Pada umumnya klien hanya mengikuti prosedur dan arahan
dari pihak lembaga. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibu An selaku salah
saru klien di LK3 Sekarsari yang mengatakan bahwa :
“nggak ada mbak. Pengawasan yang saya lakukan hanya kayak
memantau aja lewat hp. Itupun kebanyakan Cuma nanya kasusnya
bakal diproses gimana trus apa yang harus saya lakukan gitu.
Selebihnya Cuma ngikutin arahan dari sini aja.” Wawancara 27
Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pegawasan yang dilakukan di LK3 Sekarsari dilakukan dari pihak iternal
lembaga yaitu berasal dari pimpinan lembaga LK3 Sekarsari dan
pengawasan formal yang dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Dinas
sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk sidak secara
langsung pada pelaksanaan kegiatan layanan atau berdasarkan hasil
laporan pertanggungjawaban lembaga setiap semester. Belum ada
pengawasan secara langsung dari pihak eksternal atau masyarakat, bahkan
klien belum terlibat dalam pengawasan lembaga.
103
3. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program Layanan
Konsultasi Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
a. Faktor pendukung pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta
Pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga
pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari tidak lepas dari faktor yang
menndukung ada da terlaksananya kegiatan pelayanan hingga saat ini.
Faktor pendukung tersebut berpengaruh pada proses pengelolaan
program, mulai dari perencanaan hingga pada pengawasan program.
Dengan adanya faktor pendukung tersebut juga memberikan dampak
nyata pada kegiatan pelayanan yang diperuntukkan bagi klien.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan pengurus, tim profesional dan klien di LK3
Sekarsari Yogyakarta terdapat faktor pendukung yang menunjang
pengelolaan program layanan, diantaranya adalah :
1) Dukungan dari mitra kerja dan dinas terkait
Peran mitra kerja dan dinas terkait seperti, pihak Pengadilan
Agama, Kepolisian, Rumah Sakit, Panti Sosial dan instansi
pemerintah seperti pada tingkat kecamatan dan kedinasan yaitu dinas
sosial provinsi DIY sangat berpengaruh pada perkembangan LK3
Sekarsari. Sejak awal berdiri hingga dilaksanakan sampai sekarang
LK3 Sekarsari telah menerima banyak masukan dan dukungan dari
104
berbagai pihak. Dinas Sosial senantiasa memberikan bekal bagi para
pengurus agar mampu meningkatkan kapasiatas lembaga melalui
program-program pelatihan yang diberikan, selain itu juga terdapat
dukungan yang berupa dana untuk membantu mendukung operasional
lembaga.
Hal ini disampaikan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari yang mengatakan bahwa :
“Dinas sosial sebagai mitra punya peran banyak mbak, dari
dinas ada semacam pelatihan bagi para pengurus dan peksos.
Tahun 2016 awal kemarin ada pelatihan buat menangani
masalah pemberdayaan perempuan. Ada dana APBN juga,
besarnya sepuluh juta pertahun. Walaupun sebenarnya tidak
cukup, tapi itu cukup menbantu lembaga kami.” Data
Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Selain mendapat dukungan dari kedinasan, LK3 Sekarsari
tidak lepas dari dukunga mitra atau jejaring kerja yang membantu
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan. Mitra kerja tersebut adalah
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi
sebagai tempat rujukan dan penjangkauan. Mitra kerja yang dipilih
sebagai rujukan klien memberikan bantuan penyelesaian kasus bagi
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Sedangkan mitra kerja
dalam pelaksaaan penjangkauan merupakan lembaga yang dipilih
untuk kegiatan mensosialisasikan LK3 pada masyarakat, lembaga
ini bekerja sama dengan LK3 Sekarsari untuk mengenalkan LK3
Sekarsari baik itu melalui sosialisasi langsung ataupun melalui
mobil keliling.
105
Pendapat diatas diperkuat oleh pernyataan Ibu SP selaku
pengurus di LK3 Sekarsari, yakni :
“iya dek kami sangat terbantu dengan adanya mitra kerja.
Lembaga kami tidak mungkin bisa mengcover semua
keperluan klien, untung banyak pihak yang mau bekerja
sama. Saling membantu dan mendukung, mereka
mendukung program kami. Kami juga membantu mereka.”
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari
mitra kerja dan instansi terkait memegang peranan yang cukup
besar dalam kemajuan lembaga sosial seperti Lembaga konsultasi
kesejahteraan keluarga (LK3) Sekarsari ini. Setiap lembaga atau
organisasi yang bekerja sama dengan LK3 Sekarsari memiliki
kontribusi yang berbeda-beda, baik itu sebagai tempat penanganan
permasalahan dan kasus klien (rujukan), sarana untuk
mensosialisasikan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
kepada masyarakat (penjangkauan), dan lembaga pelindung dalam
kegiatan operasional lembaga yang dalam hal ini adalah Dinas
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Pelayanan yang baik dari pihak pengurus maupun tim
profesional
Selain komitmen, kompetensi dari ahli merupakan salah
satu yang mendukung baiknya pelayanan yang diberikan LK3
Sekarsari kepada klien. Tim profesional yang menangani kasus
klien memiliki standar kompetensi yang baik dan merupakan
orang-orang yang ahli pada bidangnya masing-masing.
106
Hal ini disampaikan oleh Sdr. T selaku salah satu anggota
tim profesional di LK3 Sekarsari, yakni :
“Profesionalitas. Saya rasa kompetensi yang dimiliki tim
kami sudah cukup mumpuni mbak, istilahnya udah dari
jalurnya masing-masing seperti itu. Ditambah lagi kami ada
pelatihan atau materi khusus, bisa belajar dengan ahli yang
lain juga. Sebisa mungkin kami memberikan yang terbaik
bagi klien dengan kemampuan yang kami miliki.” Data
Wawancara 4 Februari 2017 pukul 09.30 WIB
Kualitas pelayanan menjadi hal penting bagi suatu lembaga
untuk bisa diterima oleh masyarakat. Pelayanan yang diberikan
oleh LK3 Sekarsari mendapat respon yang positif dari para kllien.
Meski tidak dapat dipungkiri terdapat kendala, namun pelayanan
yang diberikan LK3 Sekarsari kepada klien tetap dilakukan dengan
optimal.
Hal ini dikemukakan oleh seorang Klien yang bernama
“Ibu R” yang mengatakan bahwa :
“awalnya saya daftar melalui mobil keliling, waktu itu di
THR mbak. Trus saya diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari)
buat konsultasi langsung, sama Mbak E dilayani baik
banget, ditujukin nanti prosesnya begini-begini ...
Konsultasi beberapa kali, bahkan sampai mediasi sama
suami juga baik semuanya, Pihak LK3 memfasilitasi, dari
segi pengacara dan bahkan dari awalnya juga diantar ke
pengadilannya langsung. Saya didampingi sampai benar-
benar pada putusan akhir resmi cerai mbak.” Wawancara 27
Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh pernyataan Ibu An
yang juga merupalan salah satu klien di LK3 Sekarsari, yakni :
“saya tahunya dari BPH (Badan Penasehat Hukum dan
Perkawinan) di kecamatan tempat tinggal saya. Saya udah
sempat konsultasi disana, tapi nihil akhirnya dirujuk ke
LK3 sini. Saya tahunya juga dari kecamatan itu mbak.
107
Beberapa kali kesana tapi kok nggak ada penyelesaia apa-
apa, akhirnya disini masalah saya bisa ditangani. Menurut
saya cepat sih mbak, tepat sasaran gitu, seperti yang saya
mau. Soalnya saya udah bener-bener putus asa kalau
ngadepin masalah kayak gini.” Wawancara 27 Januari 2017
pukul 08.30 WIB
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan yang diberikan kepada para klien sudah cukup baik.
Klien menilai bahwa pelayanan yang diberikan tepat sasaran, cepat
dan baik, hal ini dilihat dari kualitas pelayanan para tim
profesional, pelaksanaan konsultasi dan hasil yang diterima oleh
klien. Pelayanan yang baik tersebut tidak lepas dari komitmen
lembaga LK3 Sekarsari untuk senantiasa memberikan pelayanan
yang optimal bagi masyarakat.
3) Komitmen dan Dukungan Pengurus dan Tim profesional
Komitmen merupakan suatu tanggung jawab atas suatu
peranan dalam melakukan atau menyelesaikan tugas tertentu.
Komitmen yang dimiliki oleh pengurus dan tim profesional
sangatlah mendukung proses pelaksanaan kegiatan layanan di LK3
Sekarsari. Komitmen dibangun agar para pengurus dan tim
profesional mampu mengemban tugas dengan baik dan optimal,
meskipun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa kendala yang
ditemui.
Hal ini dikemukan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari yang mengatakan bahwa:
108
“Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi bersifat seleksi
alam dek. Di struktur kepengurusan namanya ada tapi
waktu kerja orangnya nggak ada, biasa seperti itu …
untungnya aja banyak yang komitmen mau membantu,
banyak yang dari awal berdiri sampai sekarang masih
ngebantu disini walaupun tidak ada jaminan kita ngasih
upah yang wah seperti lembaga-lembaga besar yang
lainnya. Karena di sosial itu nilai juang yang penting bukan
materi. Motivasi itu yang penting bagi para pengurus dan
peksos, kebanyakaan pekerja kan sering nanya “kita dibayar
berapa gitu kan? Tapi Alhamdulillah yang kerja disini
ngebantu dengan iklas jadi lembaga juga ngrasa terbantu
sekali.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Komitmen yang menjadi konsep diri bagi para pengurus
dan tim profesional tidak semata-mata dijadikan prioritas. LK3
Sekarsari senantiasa mengembangkan kemampuan para pekerjanya
untuk dapat mengembangkan diri, baik secara kemampuan
profesional maupun kemampuan diri secara personal (konsep diri).
Tidak hanya berpuas pada motivasi para pekerjanya yang tinggi,
LK3 Sekarsari berupaya meningkatkan kemampuan para pengurus
dan tim profesional dengan mengikutsertakan para pengurus dan
tim profesional pada pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan
penanganan masalah psiko-sosial.
Hal ini disampaikan oleh Ibu SP selaku pengurus di LK3
Sekarsari yakni :
“kami kadang ada pelatihan dari dinas dek, nanti kami
mengikutsertakan para pengurus dan tim profesional buat
ikut. Kemarin ada pelatihan buat memberdayakan sama
mendampingi perempuan korban KDRT … sewaktu
forkom kan kita juga ikutkan jadi bisa sharing bareng-
bareng. Banyak sih dek kegiatannya, peksos sendiri kan
punya organisasinya juga, kita terbuka mau ngasih
109
pelatihan apa aja kan nanti dampaknya buat lembaga juga.”
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Sdr. A
selaku pengurus di LK3 Sekarsari, yakni :
“… saya basicnya emang sosial mbak, tapi dari pihak sini
kadang tetap diikutin ke pelatihan. Acaranya dari dinas, ya
sekedar buat ngembangin kemampuan kitanya mungkin
mbak … kalo dibilang motivasinya memang banyak yang
tinggi, tapi ya ada aja oknum yang kadang nggak bener
gitu. Simple aja kayak datangnya telat padahal klien udah
pada disini, untungya kita kerjanya saling ngebantu mbak
jadi kalau bisa ke cover .” Data Wawancara 13 Januari
2017 pukul 10.00 WIB
Jadi komitmen dan dukungan pengurus dan tim profesional
di LK3 Sekarsari berperan sangat besar dalam mendukung proses
pelaksanaan kegiatan pelayanan, hal ini juga akan berpengaruh
pada eksistensi LK3 Sekarsari kedepannya. Konsep diri yang
dimiliki oleh pengurus dan tim profesional mampu ditunjang dan
didukung secara positif oleh lembaga dengan memberikan
tambahan bekal kemampuan keahlian dalam penanganan kasus
klien. Peran dan tanggung jawab menjadi kesadaran dari diri
pengurus dan tim profesional sendiri, walaupun pada
pelaksanaannya dikerjakan dengan saling membantu dan
bekerjasama.
110
b. Faktor penghambat pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta
Pengelolaan program layanan yang dilaksanakan di LK3 Sekarsari
tidak selalu berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Tak jarang
pengelolaan program layanan mengalami pasang surut dalam prosesnya
karena terdapat beberapa koreksi baik itu bagi pengurus maupun tim
profesional dalam memberikan pelayanan kepada klien di LK3 Sekarsari.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
pengurus, tim profesional dan klien terdapat beberapa kendala yang
menghambat pengelolaan program di LK3 Sekarsari, antara lain adalah
terbatasnya sarana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
di LK3 Sekarsari.
Penggunaan rumah pribadi sebagai sekretariat atau kantor
membuat pelayanan cenderung terbatas. Kondisi dan suasana yang
nyaman tidak dibarengi dengan ruangan konsultasi yang kondusif. Tidak
ada ruangan khusus yang tertutup yang digunakan untuk menerima tamu.
Konsultasi dengan tim ahli tak jarang dilakukan didalam satu ruangan
yang hanya dibatasi oleh sekat yang berupa tempat penyimpanan berkas-
berkas saja. Hal ini membuat beberapa klien merasa kurang nyaman.
Hal ini disampaikan oleh Ibu R selaku klien di LK3 Sekarsari,
yakni :
“pelayanannya bagus mbak, Cuma kadang nggak nyaman gitu
soalnya ruangannya kan campur. Kan malu juga kalau kita
111
membahas kasus kita, apalagi yang arahnya sampai ke perceraian
gitu kan agak kurang etis ya kesannya mbak. Takut gitu semisal
orang lain denger, nanti jatuhnya kok malah seperti ngebuka aib.
Itu aja sih mbak kalau menurut saya.” Wawancara 27 Januari 2017
pukul 08.30 WIB
Pernyataan diatas diperkuat dengan yang disampaikan oleh Ibu An
yang juga merupakan salah satu klien di LK3 Sekarsari, yakni :
” … iya mbak, ruangannya kurang tertutup. Permasalahan keluarga
kan privasi ya mbak. Kalau ruangannya tertutup atau pisah gitu kan
malah enak ya kita mau ngluarin unek-unek juga nyaman. Kalo pas
sepi mah mending mbak, tapi kalau pas banyak orang kan kita juga
jadi sungkan. Tapi kalau kita konsulnya bukan dihari kantor sih
malah enak mbak, soalnya rata-rata konsutasinya hanya setiap
jumat saja. Kalau hari lain sebenarnya nggakpapa, nggak masalah
kok.” Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Pengelolaan LK3 Sekarsari agar berjalan secara optimal tentu saja
perlu ditunjang sarana yang memadai. Perlunya sarana yang lengkap dan
terintegrasi bertujuan agar pelayanan diberikan mampu mengakomodasi
kebutuhan klien guna menemukan solusi terbaik bagi permasalahan yang
harus diselesaikan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara,
ditemukan bahwa kompetensi para konsultan sudah terbilang baik hanya
saja ruang untuk berkonsultasi tidak memungkinkan para konsultan dapat
mendalami permasalahan para klien karena faktor privasi yang kurang
terjaga, sehingga hal yang paling mendasar dan diperlukan evaluasi yaitu
perlunya peningkatan ruang konsultasi yang memungkinkan terjadinya
konsultasi dan konseling tanpa menimbulkan rasa kurang nyaman bagi
klien. Pernyataan diatas sejalan dengan keterangan yang disampaikan oleh
Bapak MI selaku pengurus LK3 Sekarsari yang menyatakan bahwa :
112
“kalau di sekretariat kami yang di sini memang agak terbatas
mbak, biasanya kalau konsultasi atau pembahasan kasus yang
parah atau tertutup gitu dilaksanain di LK3 Sekar Melati. Tapi
kedepannya memang sudah ada perencanaan buat membuat sekat-
sekat semacamnya, dananya juga masih terbatas yang penting
operasionalnya jalan dulu nanti dari lembaga akan diusahakan.”
Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Terbatasnya sarana merupakan hal yang cukup penting bagi sebuah
lembaga yang menangani permasalahan yang sifatnya perlu adanya
jaminan privasi atau kerahasiaan. Walaupun secara operasional sudah
dapat dikatakan layak, namun hal ini akan berpengaruh pada
ketidaknyamanan para klien LK3 Sekarsari.
4. Hasil Pengelolaan Program Layanan Lembaga Kesejahteraan
Keluarga di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Hasil dari pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga diupayakan untuk menyelesaikan permasalahan psikososial dalam
keluarga dan mengembalikan ketahanan dalam keluarga. Pernyataan ini sesuai
dengan pengertian hasil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
menyatakan bahwa hasil merupakan sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadkan
dan sebagainya) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan dan
sebagainya). Hasil dari pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga pada klien LK3 Sekarsari meliputi (1) Tumbuhnya kembali
kepercayaan diri dengan pemberian motivasi yang dilakukan oleh tim
profesional sehingga dapat kembali melakukan aktifitas seperti biasa, (2)
membuat klien LK3 Sekarsari menerima keadaan atas permasalahan yang
dihadapi, (3) mampu mendorong klien LK3 Sekarsari untuk mengambil
113
keputusan dengan pemberian informasi tentang manfaat dan kerugian dari
setiap pilihan, (4) membuka wawasan korban mengenai permasalahan yang
dihadapi serta dapat menjadi informan untuk permasalahan-permasalahan
serupa di masyarakat, (5) kembali berfungsinya kondisi keluarga dengan
terselesaikannya masalah yang dihadapi, serta (6) terjadinya kasus perceraian
sebagai jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh klien. Hal ini
diungkapkan oleh Bapak MI selaku pengurus di LK3 Sekarsari, yakni :
“selain sebagai mediator kan kita juga ngasih pengetahuan khusus,
misalnya kayak motivasi-motivasi, ada penyadaran juga mbak bisa dari
psikolog, ahli agama kadang dari saya juga, kita juga ngasih
kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan pendapatnya, ngasih
beberapa opsi di setiap konsultasi itu tentunya dengan resiko
ditanggung sendiri, istilahnya berani ambil resiko gitu dari situ kan
nanti ada feed back dari klien ke kami. Ada semacam kepercayaan
pada lembaga kami, harapannya ada gethok tular gitu buat masyarakat
yang lain. Ajang promosilah kalau diibaratkan.” Data Wawancara 6
Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Pendapat diatas diperkuat oleh pernyataan Ibu SP yang menyatakan
bahwa :
“jujur memang perceraian lebih banyak dek. Klien yang datang kan
selalu ditanya pengennya apa, nanti kita arahkan. Kami berusaha
meminimalisir perceraian. Namun kita lihat dampaknya kedepan akan
seperti apa, iya kalau membaik? Kalau semakin bermasalah gimana?
… kalau dipresentasekan mungkin 60% ke arah perceraian, yang 40%
ada yang kembali harmonis walaupun harus dengan pendampingan
ahli kami.” Data Wawancara 6 Januari 2017 pukul 09.30 WIB
Dengan adanya pengelolaan yang baik atas pelayanan konsultasi
kesejahteraan keluarga yang diberikan pada klien atau dalam hal ini adalah
keluarga bermasalah perceraian masih mampu untuk dicegah. LK3 Sekarsari
tetap berupaya untuk mengembalikan fungsi keluarga melalui program yang
dimiliki dengan melibatkan ahli-ahli yang diharapkan mampu menjadi
114
mediator dalam penyelesaian permasalahan, seperti ahli agama, ahli psikologi
maupun ahli hukum. Namun yang terjadi di lapangan justru menunjukkan
bahwa keberhasilan mengembalikan keutuhan keluarga belum tercapai secara
optimal. Belum optimalnya keberhasilan tersebut dibuktikan dengan
presentase perceraian yang lebih besar daripada presentase kembali utuhnya
keluarga yang kasusnya diselesaikan oleh Lembaga Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari.
Hal ini disampaikan oleh Sdr. T selaku salah satu anggota tim
profesional di LK3 Sekarsari yakni :
“nggak semua cerai kok, masih banyak juga yang masih bisa
istilahnya diselamatkan rumah tangganya. Kadang waktu udah dimeja
hijau lalu dimediasipun balik rujuk ya ada mbak.” Data Wawancara 4
Februari 2017 pukul 09.30 WIB
Pendapat di atas diperkuat oleh pernyataan Ibu An selaku salah satu
klien di LK3 Sekarsari, yakni :
“kalau memang harus bersatu lagi ya ada perubahan dari pihak suami
atau apa akhirnya bisa rujuk nanti kita nggak pernah tahu, tapi
prosesnya begitu nanti ada proses mediasi lagi di pengadilan… paling
terasa nanti korbannya ke anak saya berkali-kali mengupayakan tapi
memang tidak ada komunikasi apalagi dari hati ke hati… semuanya
demi anak.” Data Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada klien
LK3 Sekarsari, dukungan yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan klien
mempengaruhi cepat atau lambatnya proses konsutasi yang dilaksanakan.
Dukungan dari orang-orang terdekat klien LK3 Sekarsari dapat mempercpat
pemulihan aspek psikologis, sosial maupun ekonomi sehingga menjadikan
klien lebih tegar dalam menyelesaikan permasalahannya secara hukum. Hal
ini disampaikan oleh Ibu R selaku salah satu klien di LK3 Sekarsari, yakni :
115
“untungnya benar-benar didampingi mbak, selain dari sini (lembaga)
juga dari pihak keluarga saya, keluarga suami saya juga. Jadi ya
bismillah aja semoga dengan jalan perceraian bisa lebih tenang &
ngelanjutin semuanya bisa lebih baiklah mbak pokoknya.”
Wawancara 27 Januari 2017 pukul 08.30 WIB
Perceraian menjadi solusi yang seringkali diambil klien atas
permasalahan yang dialami sebagian besar klien LK3 Sekarsari dengan
tingkat partisipan sebesar 60% dan sisanya sebanyak 40% mengambil jalan
keluar atas permasalahannya dengan jalan rujuk atau kembali harmonis.
B. PEMBAHASAN
1. Pengelolaan program layanan konsultasi keluarga di LK3 Sekarsari
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Perencanaan sebagaimana dijelaskan oleh Umberto Sihombing
berarti menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mendukung tujuan, menentukan tenaga
dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh
penyelenggara pendidikan tersebut. Perencanaan program layanan
konsultasi keluarga di LK3 Sekarsari sebagaimana yang dirangkum
peneliti melalui wawancara dan dokumentasi, pendiriannya bertujuan
untuk membantu menyelesaikan permasalahan sosial psikologis yang
dihadapi oleh individu, kelompok atau organisasi khususnya masalah
ketidak-harmonisan dalam hubungan keluarga dan membantu
mengembalikan keharmonisan keluarga dan mengembalikan peran
masing-masing anggota keluarga. di wilayah khususnya di Propinsi
116
Daerah Istimewa Yogyakarta. Layanan yang diberikan oleh LK3 Sekarsari
kepada klien atau yang dalam hal ini adalah keluarga bermasalah
dilaksanakan dengan berdasarkan SOP dari Kementrian Sosial Republik
Indonesia, disamping itu LK3 Sekarsari mengembangkan beberapa
program yang disusun khusus untuk memenuhi kebutuhan klien.
Untuk dapat melaksanakan keseluruhan program yang dimiliki
oleh LK3 Sekarsari diperlukan persiapan atau perencanaan yang matang
baik itu dalam menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mendukung tujuan, menentukan tenaga dan biaya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah dibuat oleh LK3 Sekarsari.
Sebagaimana dikutip oleh peneliti, terdapat pertemuan antara
pengurus dan para tim profesional secara rutin. Tim profesioal adalah tim
yang terdiri dari pakar hukum, ahli psikologis, ahli agama, pekerja sosial
dan para relawan. Tim profesional berfungsi sebagai mediator atau orang
ketiga dalam menangani kasus dan permasalahan dari klien. Pertemuan
rutin antara pengurus dan para tim profesional dilaksanakan setiap satu
bulan sekali. Pertemuan rutin ini digunakan untuk membahas dan
merencanakan program-program yang akan dilaksankan dalam
memberikan pelayanan kepada klien. Terdapat beberapa perencanaan yang
dibahas dalam setiap pertemuan, diantaranya adalah membuat jadwal
pelayanan konsultasi harian dan mobil keliling, menentukan pembagian
kerja, menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan serta menentukan
alokasi biaya yang akan digunakan.
117
Selain mengadakan pertemuan untuk membahas rencana program
bulanan, LK3 Sekarsari juga memiliki kegiatan rutin untuk membuat
perencanaan program tahunan. Jika dalam pertemuan rutin lebih mengarah
ke perencanaan teknis bulanan dan mingguan, dalam pertemuan tahunan
lebih mengarah ke hal-hal mendasar yang kompleks.
Di luar pertemuan rutin antara seluruh pengurus dan para tim
profesional terdapat pertemuan rutin satu minggu sekali tepatnya setiap
hari jumat yang diadakan oleh tim profesional. Pertemuan diadakan
sebagai upaya meningkatkan koordinasi antar anggota tim profesional
misalnya dalam pembagian tugas kerja dalam menyelesaikan kasus klien.
Perencanaan yang dilakukan dalam setiap rapat rutin hanya
diperuntukkan bagi pengurus dan tim profesional saja. Dalam kegiatan ini
tidak melibatkan klien secara langsung, hanya menggunakan data yang
sifatnya administratif berupa kasus dan hasil dari rekap kasus sebelumnya
sebagai bahan pertimbangan. Perencanaan yang melibatkan klien hanya
sebatas pada penyelesaian kasus antara tim profesional dan klien itu
sendiri. Perencanan itu berupa perumusan solusi pemecahan masalah atau
kasus dari pihak klien dengan menganalisis permasalahan sebelumnya.
Dalam perencanaan dalam proses pelaksanaan konsultasi klien
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi.
Klien juga diberikan hak untuk berpendapat solusi apa yang menurut klien
adalah hal yang terbaik. Terlepas dari itu semua, tim profesional tetap
memberikan opsi ataupun pilihan terbaik mengenai solusi dari
118
permasalahan yang dihadapi oleh klien yang berupa perumusan
perencanaan upaya-upaya yang akan diberikan untuk mengatasi dan atau
menyelesaikan permasalahan.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disampaikan bahwa
perencanaan yang dilakukan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari dalam merencanakan program terbagi atas 2
bagian, yaitu untuk program yang sifatnya untuk internal lembaga dan
program yang sifatnya eksternal atau dikhususkan dalam pelaksanaan
konsultasi. Untuk internal lembaga, LK3 Sekarsari melibatkan seluruh
pengurus dan tim profesional yaitu untuk membahas rencana kegiatan,
pembagian tugas kerja, perencanaan anggaran dan pengembangan program
dengan melakukan rapat secara rutin secara berkala. Untuk perencanaan
program yang dikhususkan bagi klien dilaksanakan secara langsung oleh
yang bersangkutan dengan melibatkan tim profesional sebagai mediator
yang akan membuat perencanaan dalam hal perumusan solusi yang tepat
bagi kasus yang dialami oleh klien.
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Menurut Umberto Sihombing pengorganisasian mengandung
makna pengaturan atau penataan organisasi pendidikan luar sekolah mulai
dari organisasi perencana sampai pada pelaksana, sehingga mampu
membangkitkan partisipasi masyarakat. Pengorganisasian ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi (2000: 64). Pengorganisasian
119
yang baik dalam suatu lembaga atau organisasi akan menunjang lembaga
atau organisasi tersebut mencapai tujuan yang sudah dirancang
sebelumnya.
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
memiliki struktur organisasi yang jelas, mulai dari pelindung dan
penanggung jawab dari Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, ketua,
wakil ketua, bendahara, sekretaris dan tim profesional. Struktur organisasi
yang sudah dibentuk memiliki pembagian kerja masing-masing. Namun,
dalam pelaksanaannya, pembagian kerja tetap dilaksanakan secara
bersama-sama, luwes dan kondisional.
Untuk pengorganisasian pekerja, yang dalam hal ini adalah tim
profesional yang terdiri dari relawan dan tim ahli pembagian kerja sudah
disesuaikan dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang
bersangkutan. Misalnya saja untuk yang menangani masalah hukum harus
memiliki latar belakang seabagai ahli hukum, yang menangani masalah
psikologi harus seorang psikolog, yang menangani masalah agama adalah
harus yang memiliki latar belakang sebagai seseorang yang paham dan
tahu betul tentang agama.
Dalam lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) Sekarsari
rata-rata adalah para ahli dalam bidang tertentu, seperti hukum, psikologi
dan bahkan agama. Untuk pengorganisasian para relawan, LK3 Sekarsari
tidak membatasi jenjang pendidikan yang dimiliki walaupun tidak sedikit
pula relawan yang memiliki pendidikan yang tinggi. Salah satu metode
120
yang digunakan oleh LK3 Sekarsari untuk mengembangkan kompetensi
adalah dengan senantiasa memotivasi para pekerjanya, bukan hanya untuk
dapat memiliki kompetensi ahli saja namun juga memiliki kompetensi diri.
LK3 Sekarsari berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi
para kliennya. Menggerakan para pekerjanya untuk dapat bekerja dengan
maksimal dan sepenuh hati menjadi komitmen yang dipegang oleh
lembaga ini. Para pekerja baik itu relawan ataupun tim profesional selalu
diberikan motivasi agar bisa bekerja dengan ikhlas dan penuh tanggung
jawab. Tujuannya adalah agar para pengurus dan tim profesional mampu
bekerja untuk melayani masyarakat dengan baik.
Sumber pendanaan di LK3 Sekarsari adalah berasal dari APBN,
amal dan dana swadaya. Dana yang berhasil dihimpun dialokasikan untuk
pelaksanaan dan operasional di LK3 Sekarsari baik itu dalam melayani
para klien ataupun memenuhi kebutuhan yang lain. Meskipun dana yang
diberikan oleh pemerintah belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan
yang diperlukan lembaga, klien dapat menikmati dan menggunakan jasa
yang disediakan oleh LK3 Sekarsari secara gratis atau tidak dipungut biaya
sepeserpun.
Pengorganisasian yang telah dilaksanakan di LK3 Sekarsari adalah
dengan cara menyususn struktur organisasi atau kepengurusan dengan
pembagian kerja tertentu. Struktur organisasi tersebut terdiri dari
pelindung, penanggung jawab, ketua, bendahara, sektretaris serta tim
profesional. Walaupun sudah tertulis sebagaimana telah disebutkan, pada
121
pelaksanaannya program tetap dilaksanakan secara bersama-sama, luwes
dan kondisional. Untuk pengelolaan pendanaan LK3 Sekarsari memiliki
sumber dana yang berasal dari kedinasan (APBN), amal dan swadaya dari
pemilik. Walaupun demikian, LK3 Sekarsari tetap memberikan pelayanan
yang terbaik bagi para klien dengan bantuan relawan-relawan dan tim ahli
yang memiliki kompetensi pada bidangnya.
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi manajemen bukan hanya
mengelola pelaksanaan program namun mencakup bagian yang luas
meliputi manusia, uang, material dan waktu (Umberto Sihombing,
2000:67). Pengelolaan pelaksanaan program yang terdapat di LK3
Sekarsari adalah pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan konsultasi
oleh klien yaitu keluarga bermasalah.
Pelaksanaan program layanan konsultasi di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari dilaksanakan dengan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan oleh
Kementrian Sosial Republik Indonesia. Seluruh jenis pelayanan yang
dilaksanakan berhubungan satu sama lain, mulai dari layanan konsultasi
hingga penjangkauan. Jenis layanan di LK3 Sekarsari merupakan tahapan-
tahapan yang sistematis, namun dalam penanganan klien disesuaikan
dengan kebutuhan atau persoalan klien. Setiap kasus yang dialami oleh
122
klien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, walaupun demikian
pelaksanaan program layanan tetap menggunakan langkah yang sama.
Pelaksanaan konsultasi di LK3 Sekarsari ditangani oleh orang-
orang yang sudah ahli dalam bidangnya. LK3 Sekarsari sebagai mediator
berupaya untuk memberikan pemecahan masalah yang baik. Salah satunya
adalah dengan memberikan layanan mobil keliling, hal ini bertujuan untuk
menjangkau masayarakat yang belum tahu fungsi dari LK3. Setelah Klien
mendaftar untuk menjadi klien di LK3, tim profesional akan mengarahkan
klien untuk melakukan konsultasi awal di LK3 Sekarsari secara langsung.
Saat konsultasi awal itulah klien akan diarahkan untuk melakukan
konseling dengan tim ahli, pemilihan tim ahli ini disesuaikan dengan
kebutuhan klien dengan permasalahan yang dihadapi. Tim ahli yang
disediakan adalah seorang psikolog, ahli agama dan tim hukum/advokat.
Untuk permasalahan yang mengarah kepada pihak luar, LK3
Sekarsari juga melakukan pendampingan dan rujukan. Klien diberikan
penguatan dan motivasi untuk membangun rasa percaya diri supaya dapat
terlibat secara langsung dalam penanganan masalah hingga tuntas. Saat
klien dirujuk pada pihak-pihak luar, seperti Pengadilan Agama, Rumah
Sakit, panti sosial dan lembaga-lembaga pelayanan sosial yang lainnya
LK3 Sekarsari senantiasa mendampingi klien dengan tujuan agar klien
mendapatkan pelayanan yang baik dan mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
123
Walaupun mengandeng pihak lain sebagai mitra kerja, LK3
Sekarsari tetap mendampingi klien hingga kasus dianggap selesai. Ada
beberapa program lanjutan dari rangkaian program konsultasi yang telah
dilakukan. Tak jarang LK3 Sekarsari melakukan program home visit
kepada beberapa klien, khususnya yang memerlukan pelayanan secara
kontinyu seperti pendampingan psikologis. Program ini minimal dilakukan
6 kali dalam satu semester pada klien yang berbeda-beda, selain sebagai
bahan untuk pertanggung jawaban juga karena LK3 Sekarsari memiliki
komitmen untuk membantu masyarakat. Pendampingan yang juga
dilakukan oleh LK3 Sekarsari adalah dengan memberikan bantuan kepada
klien yang kurang mampu yaitu dengan membantu biaya kepengurusan
kasus dan modal usaha.
Pelaksanaan program layanan konsultasi di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari dilaksanakan dengan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan tahapan-tahapan yang
sistematis, namun disesuaikan dengan kebutuhan atau persoalan klien
dalam penanganannya. Pelaksanaan program layanan di LK3 Sekarsari
mengupayakan klien untuk memperoleh pemecahan permasalahan sempai
kasus dianggap telah selesai. Segala bantuan dikerahkan baik itu secara
moril ataupun materil. Klien yang tidak mampu tetap bisa mengakses
layanan LK3 Sekarsari bahkan ketika harus dirujuk pada pihak lain..
124
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Keluarga pada keluarga
bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Umberto Sihombing (2000: 67)
koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan suatu
jaringan kerja di antara beberapa orang, unsur, organisasi dengan maksud
untuk saling memperkuat melalui pertukaran informasi, ataupun
bekerjasama dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau memecahkan
berbagai kesulitan yang sedang dan mungkin dihadapi di masa depan,
sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Mitra kerja LK3 Sekarsari bertugas sebagai salah satu lembaga
rujukan yang digunakan untuk menangani permasalahan klien, diantaranya
adalah Pengadilan Agama, Kantor Kepolisisan, Lembaga pemberdayaan
anak dan perempuan, Rumah Sakit Jiwa, maupun Panti Sosial. Pengadilan
Agama lebih sering menjadi rujukan karena tidak dapat dipungkiri bahwa
perceraian adalah jalan yang banyak klien pilih sebagai pemecahan
masalah.
Dari data tahun 2016, LK3 Sekarsari mencatat bahwa kebanyakan
dari klien mereka memang lebih mengarah ke arah perceraian. Perceraian
menjadi jalan terakhir, keputusan antara pihak klien dan keluarga dengan
pertimbangan dari LK3 Sekarsari. Upaya yang dilakukan oleh LK3
Sekarsari tetap berpegang pada keinginan klien namun dengan adanya
persetujuan sebelumnya. Oleh karena itulah, Pengadilan Agama lebih
sering menjadi rujukan.
125
Selain mitra yang ditunjuk sebagai rujukan, LK3 Sekarsari juga
memiliki mitra atau jejaring kerja dengan instansi-instansi pemerintah dan
swasta yang diperuntukkan bagi program sosialisasi yang dilakukan oleh
relawan-relawan dan tim profesional untuk melakukan sosialisasi.
Lembaga yang dimaksud antara lain adalah Rumah Sakit, redaksi media
cetak dan kecamatan-kecamatan di seluruh provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Instansi-instansi yang menjadi mitra di LK3 Sekarsari
memiliki sebutan sebagai mitra keluarga.
Lembaga-lembaga yang dijadikan mitra oleh LK3 Sekarsari
mendukung setiap program yang telah dirancang sebelumnya. Selain
dengan lembaga-lembaga tersebut, LK3 Sekarsari juga memiliki suatu
program yang bertujuan untuk berkoordinasi maupun bertukar informasi
ataupun sharing mengenai suatu kasus tertentu guna saling meningkatkan
kapasitas lembaga. Program yang melibatkan LK3 lain sebagai mitra
adalah program case conference dan forum komunikasi antar LK3 di
seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Case conference merupakan salah
satu program tiap semester berupa bedah kasus antar beberapa LK3
dengan turut mengundang ahli-ahli dan beberapa dinas terkait untuk
merumuskan penyelesaian dan tindak lanjut dari suatu kasus. Sedangkan
untuk forum komunikasi LK3 merupakan prakarsa dari Dinas Sosial untuk
mewadahi LK3-LK3 diseluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai wadah sharing dan pertukaran informasi. Forum komunikasi LK3
diadakan setiap tiga bulan sekali dengan mengusung tema yang berbeda-
126
beda. Dengan adanya forum komunikasi ini, LK3 Sekarsari terbantu
karena dapat berbagi informasi dan pengetahuan, sharing permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh lembaga, adanya masukan untuk
mengatasi permasalahan lembaga serta bisa saling mendukung tiap-tiap
LK3 untuk meningkatkan kapasitas lembaga dan semakin memberikan
pelayanan yang terbaiks bagi masyarakat.
Seperti data yang telah peneliti himpun, pada tanggal 18
November 2016 lalu, LK3 Sekarsari mengadakan case conference dengan
bekerja sama dengan LK3 Sekar Melati di sektretariat LK3 Sekar Melati di
Jalan Batikan Yogyakarta. Kegiatan itu dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Dinas Sosial Kota
Yogyakarta, Kepala Disnakertrans Kota Yogyakarta beserta relawan dan
tim ahli. Pertemuan itu membahas 2 buah kasus dari masing-masing LK3
dan merumuskan beberapa penyelesaian dan tindak lanjut melalui program
pendampingan bekerja sama dengan beberapa lembaga yang telah
diusulkan.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disampaikan bahwa
koordinasi yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari berupa koordinasi
secara intern yaitu dalam penanganan kasus baik antara tim profesional
dengan klien, tim profesional dengan pengurus maupun koordinasi antar
tim profesional serta koordinasi dalam bentuk menjalin kerjasama dengan
beberapa jejaring kerja atau mitra. Mitra kerja LK3 Sekarsari membantu
dan mendukung lembaga ini baik dalam upaya sosialisasi, sebagai pihak
127
rujukan bagi klien dan sebagai wadah untuk berbagi informasi untuk
saling mendukung antar lembaga demi tercapainya suatu tujuan yaitu
menyelesaikan permasalahan dan mengembalikan keharmonisan dalam
keluarga.
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam kajian teori, Didin
Kurniadin dkk (2012:367) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu
kegiatan untuk mendapatkan kepastian tentang pelaksanaan program atau
pekerjaan/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang ditentukan.
Pengawasan yang dilakukan di LK3 sekarsari dilakukan oleh Dinas
Sosial Provinsi Daerah Yogyakarta dan oleh pimpinan atau ketua lembaga.
Pengawasan dari Dinas Sosial menjadi hal yang mutlak karena secara
kelembagaan LK3 Sekarsari bernaung dalam paying Dinas Sosial Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kementrian Sosial Republik Indonesia.
Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa rencana yang telah
disusun sebelumnya berjalan efektif dan efisien atau tidak.
Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dilakukan secara berkala dan dalam jangka waktu
tertentu, yaitu berkisar antara rentang waktu tiga bulan sekali, enam bulan
sekali atau bahkan sampai jangka waktu satu periode. Pengawasan yang
dilakukan dilakukan oleh dinas terkait dengan datang secara langsung
128
untuk memantau dan melihat kegiatan dan operasional lembaga dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat. Namun tak jarang, pengawasan
hanya dilakukan dengan melakukan pengecekan pada laporan-laporan
pertanggungjawaban yang diserahkan kepada Dinas Sosial tanpa datang
langsung ke lembaga.
Pelaporan yang diajukan oleh LK3 Sekarsari kepada Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pengelolaan yang telah dilakukan oleh LK3
Sekarsari, baik itu dari segi pengelolaan dana, perencanaan, pelaksanaan
program layanan konsutasi, rekapitulasi penanganan kasus klien,
hambatan-hambatan serta solusi yang telah dilakukan oleh lembaga dalam
menyikapi hambatan tersebut. Pengawaan ini bertujuan untuk memastikan
apakah pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi berjalan efektif sesuai
dengan perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, yang dalam
hal ini adalah oleh Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dilakukan dengan berpedoman pada standar operasional prosedur (SOP)
yang telah ditetapkan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia. SOP
menjadi kriteria yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan layanan
oleh lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga, hal ini dimaksudkan agar
setiap layanan yang diberikan kepada masyarakat bisa diukur, disesuaikan
dan berlaku secara umum.
129
Jika kedinasan melakukan pengawasan atau kontroling untuk
mengukur secara teknis pelaksanaan atau operasional dari lembaga. LK3
Sekarsari juga memiliki pengawasan internal dari pimpinan atau ketua
lembaga untuk mengawasi kinerja pekerja dalam melaksanakan pelayanan
bagi para klien. Pengawasan ini dilakukan sendiri oleh ketua lembaga
untuk memastikan pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik.
pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga dilakukan dalam dua
bagian, yaitu mengamati secara langsung dalam proses pelaksanaannya
dan mengamati melalui kegiatan rapat rutin guna memantau pelaksanaan
kegiatan dari laporan para pekerjanya.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga dilakukan
dengan mngamati secara langsung kinerja yang dilakukan oleh para tim
profesional, baik itu relawan ataupun tim ahli dalam menangani kasus
klien. Pemimpin lembaga terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
kegiatan layanan konsultasi selain untuk memantau kinerja tim profesional
juga bertujuan untuk memastikan klien mendapat pelayanan terbaik.
Meskipun terdapat pegawasan internal dari lembaga dan
pengawasan formal dari kedinasan namun belum terdapat pengawasan
secara langsung dari masyarakat. Klien yang termasuk pihak eksternalnya
pun tidak melakukan pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan di
LK3 Sekarsari. Pada umumnya klien hanya mengikuti prosedur dan arahan
dari pihak lembaga.
130
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pegawasan yang dilakukan di LK3 Sekarsari dilakukan dari pihak iternal
lembaga yaitu berasal dari pimpinan lembaga LK3 Sekarsari dan
pengawasan formal yang dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Dinas
sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk sidak secara
langsung pada pelaksanaan kegiatan layanan atau berdasarkan hasil
laporan pertanggungjawaban lembaga setiap semester. Belum ada
pengawasan secara langsung dari pihak eksternal atau masyarakat, bahkan
klien belum terlibat dalam pengawasan lembaga.
2. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Program Layanan
Konsultasi Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta
a. Faktor pendukung pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta
Pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga
pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari tidak lepas dari faktor yang
menndukung ada da terlaksananya kegiatan pelayanan hingga saat ini.
Faktor pendukung tersebut berpengaruh pada proses pengelolaan
program, mulai dari perencanaan hingga pada pengawasan program.
Dengan adanya faktor pendukung tersebut juga memberikan dampak
nyata pada kegiatan pelayanan yang diperuntukkan bagi klien.
131
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan pengurus, tim profesional dan klien di LK3 Sekarsari
Yogyakarta terdapat faktor pendukung yang menunjang pengelolaan
program layanan, diantaranya adalah :
1) Dukungan dari mitra kerja dan dinas terkait
Peran mitra kerja dan dinas terkait seperti, pihak Pengadilan
Agama, Kepolisian, Rumah Sakit, Panti Sosial dan instansi
pemerintah seperti pada tingkat kecamatan dan kedinasan yaitu dinas
sosial provinsi DIY sangat berpengaruh pada perkembangan LK3
Sekarsari. Sejak awal berdiri hingga dilaksanakan sampai sekarang
LK3 Sekarsari telah menerima banyak masukan dan dukungan dari
berbagai pihak. Dinas Sosial senantiasa memberikan bekal bagi para
pengurus agar mampu meningkatkan kapasiatas lembaga melalui
program-program pelatihan yang diberikan, selain itu juga terdapat
dukungan yang berupa dana untuk membantu mendukung operasional
lembaga.
Selain mendapat dukungan dari kedinasan, LK3 Sekarsari
tidak lepas dari dukunga mitra atau jejaring kerja yang membantu
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan. Mitra kerja tersebut adalah
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi sebagai
tempat rujukan dan penjangkauan. Mitra kerja yang dipilih sebagai
rujukan klien memberikan bantuan penyelesaian kasus bagi
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Sedangkan mitra kerja dalam
132
pelaksaaan penjangkauan merupakan lembaga yang dipilih untuk
kegiatan mensosialisasikan LK3 pada masyarakat, lembaga ini bekerja
sama dengan LK3 Sekarsari untuk mengenalkan LK3 Sekarsari baik
itu melalui sosialisasi langsung ataupun melalui mobil keliling.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari
mitra kerja dan instansi terkait memegang peranan yang cukup besar
dalam kemajuan lembaga sosial seperti Lembaga konsultasi
kesejahteraan keluarga (LK3) Sekarsari ini. Setiap lembaga atau
organisasi yang bekerja sama dengan LK3 Sekarsari memiliki
kontribusi yang berbeda-beda, baik itu sebagai tempat penanganan
permasalahan dan kasus klien (rujukan), sarana untuk
mensosialisasikan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga kepada
masyarakat (penjangkauan), dan lembaga pelindung dalam kegiatan
operasional lembaga yang dalam hal ini adalah Dinas Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2) Pelayanan yang baik dari pihak pengurus maupun tim
profesional
Selain komitmen, kompetensi dari ahli merupakan salah satu
yang mendukung baiknya pelayanan yang diberikan LK3 Sekarsari
kepada klien. Tim profesional yang menangani kasus klien memiliki
standar kompetensi yang baik dan merupakan orang-orang yang ahli
pada bidangnya masing-masing.
133
Kualitas pelayanan menjadi hal penting bagi suatu lembaga
untuk bisa diterima oleh masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh
LK3 Sekarsari mendapat respon yang positif dari para kllien. Meski
tidak dapat dipungkiri terdapat kendala, namun pelayanan yang
diberikan LK3 Sekarsari kepada klien tetap dilakukan dengan optimal.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan yang diberikan kepada para klien sudah cukup baik. Klien
menilai bahwa pelayanan yang diberikan tepat sasaran, cepat dan baik,
hal ini dilihat dari kualitas pelayanan para tim profesional,
pelaksanaan konsultasi dan hasil yang diterima oleh klien. Pelayanan
yang baik tersebut tidak lepas dari komitmen lembaga LK3 Sekarsari
untuk senantiasa memberikan pelayanan yang optimal bagi
masyarakat.
3) Komitmen dan Dukungan Pengurus dan Tim profesional
Komitmen merupakan suatu tanggung jawab atas suatu
peranan dalam melakukan atau menyelesaikan tugas tertentu.
Komitmen yang dimiliki oleh pengurus dan tim profesional sangatlah
mendukung proses pelaksanaan kegiatan layanan di LK3 Sekarsari.
Komitmen dibangun agar para pengurus dan tim profesional mampu
mengemban tugas dengan baik dan optimal, meskipun tidak dapat
dipungkiri terdapat beberapa kendala yang ditemui.
Komitmen yang menjadi konsep diri bagi para pengurus dan
tim profesional tidak semata-mata dijadikan prioritas. LK3 Sekarsari
134
senantiasa mengembangkan kemampuan para pekerjanya untuk dapat
mengembangkan diri, baik secara kemampuan profesional maupun
kemampuan diri secara personal (konsep diri). Tidak hanya berpuas
pada motivasi para pekerjanya yang tinggi, LK3 Sekarsari berupaya
meningkatkan kemampuan para pengurus dan tim profesional dengan
mengikutsertakan para pengurus dan tim profesional pada pelatihan-
pelatihan yang berhubungan dengan penanganan masalah psiko-sosial.
Jadi komitmen dan dukungan pengurus dan tim profesional di
LK3 Sekarsari berperan sangat besar dalam mendukung proses
pelaksanaan kegiatan pelayanan, hal ini juga akan berpengaruh pada
eksistensi LK3 Sekarsari kedepannya. Konsep diri yang dimiliki oleh
pengurus dan tim profesional mampu ditunjang dan didukung secara
positif oleh lembaga dengan memberikan tambahan bekal kemampuan
keahlian dalam penanganan kasus klien. Peran dan tanggung jawab
menjadi kesadaran dari diri pengurus dan tim profesional sendiri,
walaupun pada pelaksanaannya dikerjakan dengan saling membantu
dan bekerjasama.
b. Faktor penghambat pengelolaan Program Layanan Konsultasi
Keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta
Pengelolaan program layanan yang dilaksanakan di LK3
Sekarsari tidak selalu berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Tak
jarang pengelolaan program layanan mengalami pasang surut dalam
135
prosesnya karena terdapat beberapa koreksi baik itu bagi pengurus
maupun tim profesional dalam memberikan pelayanan kepada klien di
LK3 Sekarsari. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan
peneliti dengan pengurus, tim profesional dan klien terdapat beberapa
kendala yang menghambat pengelolaan program di LK3 Sekarsari,
antara lain adalah terbatasnya sarana yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan di LK3 Sekarsari.
Penggunaan rumah pribadi sebagai sekretariat atau kantor
membuat pelayanan cenderung terbatas. Kondisi dan suasana yang
nyaman tidak dibarengi dengan ruangan konsultasi yang kondusif.
Tidak ada ruangan khusus yang tertutup yang digunakan untuk
menerima tamu. Konsultasi dengan tim ahli tak jarang dilakukan
didalam satu ruangan yang hanya dibatasi oleh sekat yang berupa
tempat penyimpanan berkas-berkas saja. Hal ini membuat beberapa
klien merasa kurang nyaman.
Pengelolaan LK3 Sekarsari agar berjalan secara optimal tentu
saja perlu ditunjang sarana yang memadai. Perlunya sarana yang
lengkap dan terintegrasi bertujuan agar pelayanan diberikan mampu
mengakomodasi kebutuhan klien guna menemukan solusi terbaik bagi
permasalahan yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara, ditemukan bahwa kompetensi para konsultan sudah
terbilang baik hanya saja ruang untuk berkonsultasi tidak
memungkinkan para konsultan dapat mendalami permasalahan para
136
klien karena faktor privasi yang kurang terjaga, sehingga hal yang
paling mendasar dan diperlukan evaluasi yaitu perlunya peningkatan
ruang konsultasi yang memungkinkan terjadinya konsultasi dan
konseling tanpa menimbulkan rasa kurang nyaman bagi klien.
Terbatasnya sarana merupakan hal yang cukup penting bagi
sebuah lembaga yang menangani permasalahan yang sifatnya perlu
adanya jaminan privasi atau kerahasiaan. Walaupun secara operasional
sudah dapat dikatakan layak, namun hal ini akan berpengaruh pada
ketidaknyamanan para klien LK3 Sekarsari.
3. Hasil Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Hasil dari pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan
keluarga diupayakan untuk menyelesaikan permasalahan psikososial
dalam keluarga dan mengembalikan ketahanan dalam keluarga.
Pernyataan ini sesuai dengan pengertian hasil dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang menyatakan bahwa hasil merupakan sesuatu yang
diadakan (dibuat, dijadkan dan sebagainya) oleh usaha (tanam-tanaman,
sawah, tanah, ladang, hutan dan sebagainya). Hasil dari pengelolaan
program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada klien LK3
Sekarsari meliputi (1) Tumbuhnya kembali kepercayaan diri dengan
pemberian motivasi yang dilakukan oleh tim profesional sehingga dapat
kembali melakukan aktifitas seperti biasa, (2) membuat klien LK3
Sekarsari menerima keadaan atas permasalahan yang dihadapi, (3) mampu
137
mendorong klien LK3 Sekarsari untuk mengambil keputusan dengan
pemberian informasi tentang manfaat dan kerugian dari setiap pilihan, (4)
membuka wawasan korban mengenai permasalahan yang dihadapi serta
dapat menjadi informan untuk permasalahan-permasalahan serupa di
masyarakat, (5) kembali berfungsinya kondisi keluarga dengan
terselesaikannya masalah yang dihadapi, serta (6) terjadinya kasus
perceraian sebagai jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh
klien.
Dengan adanya pengelolaan yang baik atas pelayanan konsultasi
kesejahteraan keluarga yang diberikan pada klien atau dalam hal ini adalah
keluarga bermasalah perceraian masih mampu untuk dicegah. LK3
Sekarsari tetap berupaya untuk mengembalikan fungsi keluarga melalui
program yang dimiliki dengan melibatkan ahli-ahli yang diharapkan
mampu menjadi mediator dalam penyelesaian permasalahan, seperti ahli
agama, ahli psikologi maupun ahli hukum. Namun yang terjadi di
lapangan justru menunjukkan bahwa keberhasilan mengembalikan
keutuhan keluarga belum tercapai secara optimal. Belum optimalnya
keberhasilan tersebut dibuktikan dengan presentase perceraian yang lebih
besar daripada presentase kembali utuhnya keluarga yang kasusnya
diselesaikan oleh Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada klien
LK3 Sekarsari, dukungan yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan
klien mempengaruhi cepat atau lambatnya proses konsutasi yang
138
dilaksanakan. Dukungan dari orang-orang terdekat klien LK3 Sekarsari
dapat mempercpat pemulihan aspek psikologis, sosial maupun ekonomi
sehingga menjadikan klien lebih tegar dalam menyelesaikan
permasalahannya secara hukum
Perceraian menjadi solusi yang seringkali diambil klien atas
permasalahan yang dialami sebagian besar klien LK3 Sekarsari dengan
tingkat partisipan sebesar 60% dan sisanya sebanyak 40% mengambil
jalan keluar atas permasalahannya dengan jalan rujuk atau kembali
harmonis.
139
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada
keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta.
a. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan di LK3 Sekarsari melalui pertemuan
rutin bulanan dan tahunan. Perencanaan program kegiatan didasari oleh
prediksi tahun lalu, tujuannya agar terdapat patokan yang jelas di tahun
mendatang. Terdapat kegiatan rapat yang sifatnya intern dikhususkan bagi
pengurus dan tim profesional yaitu untuk membahas rencana kegiatan bagi
klien, pembagian tugas kerja, perencanaan anggaran dan solusi
penyelesaian dari kasus klien. Selain itu terdapat perencanaan yang
dilakukan oleh tim professional bersama klien untuk merencanakan
penyelesaian kasus dengan melakukan pembagian kerja sesuai dengan
jobdesk dari masing-masing tim professional.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian yang telah dilaksanakan di LK3 Sekarsari adalah
dengan cara menyususn struktur organisasi atau kepengurusan. Bagi LK3
Sekarsari memiliki struktur organisasi itu menjadi salah satu komponen
penting. Struuktur organisasi di LK3 Sekarsari terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan tim professional. Tiap anggota punya jobsesknya
140
sendiri, walaupun kenyataannya bisa diterapkan secara luwes. Pendanaan
di LK3 Sekarsari selain bersumber dari APBN juga bersumber dari amal
dan dana swadaya pemilik yang berkomitmen untuk terus menghidupi
LK3 Sekarsari.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan program layanan konsultasi di LK3 Sekarsari
dilaksanakan dengan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP)
dari Kementrian Sosial Republik Indonesia. Program layanan konsultasi di
LK3 Sekarsari saling berkaitan dengan tahapan-tahapan yang sistematis.
Penangananan kasus klien menggunakan cara penyelesaian yang berbeda,
namun dengan alur yang kurang lebih sama.
d. Koordinasi
Koordinasi yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari berupa
koordinasi dalam penanganan kasus yaitu antara tim profesional dengan
klien, serta koordinasi yang berhubungan dengan pihak luar yang menjadi
mitra kerja LK3 Sekarsari. Mitra kerja LK3 Sekarsari terdiri dari Rumah
Sakit, Kepolisisan, Pengadilan Agama, Panti Sosial, lembaga-lembaga
khusus perempuan dan anak, dan Dinas Sosial Daerah Istimewa
Yogyakarta yang menaungi LK3 Sekarsari serta forkom (Forum
Komunikasi) LK3 di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.
e. Pengawasan
Pegawasan yang dilakukan di LK3 Sekarsari dilakukan oleh
pimpinan lembaga LK3 dengan melihat kinerja tim profesional secara
141
langsung pada saat jam efektif pelayanan kantor. Selain itu terdapat
pengawasan formal yang dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Dinas
sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk inspeksi setiap
3 bulan sekali, 6 bulan sekali, bahkan hingga satu periode.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan program di
Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta
a. Faktor pendukung pengelolaan program di Lembaga Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta
1) Dukungan dari mitra kerja dan instansi terkait
LK3 Sekarsari sangat terbantu dengan adanya mitra kerja
karena tidak mungkin lembaga mampu bekerja sendiri tanpa mitra.
Kerjasama yang dilakukan dengan saling mendukung dan
membantu dengan mitra kerja.
2) Pelayanan yang baik dari pihak pengurus maupun tim profesional
Pelayanan yang diberikan kepada para klien dinilai baik
oleh klien. Klien menilai bahwa pelayanan yang diberikan tepat
sasaran, cepat dan baik, hal ini dilihat dari kualitas pelayanan para
tim profesional, pelaksanaan konsultasi dan hasil yang diterima
oleh klien.
3) Komitmen dan Dukungan Pengurus dan Tim profesional
Komitmen dan dukungan pengurus dan tim profesional di
LK3 Sekarsari berperan dalam mendukung proses pelaksanaan
kegiatan pelayanan. Para pengurus dan tim profesional selalu
142
ditekankan bahwa dalam bidang sosial nilai juanglah yang penting
dan bukan materi. LK3 Sekarsari berupaya meningkatkan
kompetensi pekerjanya dengan melalui pelatihan-pelatihan dan
materi khusus.
b. Faktor penghambat pengelolaan program di Lembaga Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta
Terbatasnya sarana menjadikan klien merasa kurang nyaman
karena ruangan konsultasi di LK3 Sekarsari yang kurang tertutup.
Permasalahan keluarga yang dianggap sebagai aib dirasa kurang etis
jika diketahui oleh banyak orang karena merupakan privasi dari klien.
Penggunaan rumah pribadi sebagai sekretariat LK3 Sekarsari
dikarenakan masih terhalang oleh pendanaan namun LK3 Sekarsari
tetap mengupayakan pembangunan sekat-sekat untuk kedepannya.
3. Hasil dari pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga
pada klien LK3 Sekarsari yaitu tumbuhnya kembali kepercayaan diri
dengan pemberian motivasi, membuat klien LK3 Sekarsari menerima
keadaan atas permasalahan yang dihadapi, mendorong klien LK3 Sekarsari
untuk mengambil keputusan dengan pertimbangan resiko dari setiap
pilihan, membuka wawasan korban mengenai permasalahan yang
dihadapi serta mendapat feed back dari klien dengan menjadi gethok tular
bagi permasalahan-permasalahan serupa di masyarakat, kembali
berfungsinya kondisi keluarga dengan terselesaikannya masalah yang
dihadapi, serta terjadinya kasus perceraian sebagai jalan keluar dari
143
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Perceraian masih menjadi pilihan
terakhir dalam menyelesaikan permasalahan yaitu dengan presentasae
sebesar 60% dan 40 % untuk kasus yang berhasil ditangani dengan
mempertahankan keutuhan keluarga klien.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian terhadap pengelolaan program layanan
konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari
Yogyakarta, maka peneliti mengajukan saran yaitu diperlukan adanya ruang
konsultasi khusus bagi LK3 sekarsari pada saat pelaksanaan konsultasi dan
konseling, sehingga klien merasa kerahasiaan dan privasinya benar-benar
terjaga. Ruang konsultasi yang tertutup merupakan hal yang cukup penting
bagi sebuah lembaga yang menangani permasalahan yang sifatnya perlu
adanya jaminan privasi atau kerahasiaan. Walaupun secara operasional sudah
dapat dikatakan layak, namun hal ini akan berpengaruh pada ketidaknyamanan
para klien LK3 Sekarsari.
144
DAFTAR PUSTAKA
Adi Fahrudin. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2012). Revitalisasi
Fungsi Fungsi Keluarga: Sebuah Analisis Sosiologis. Diakses dari
http://kalteng.bkkbn.go.id/ pada tanggal 18 Oktober 2016.
Budhi Wibhawa dkk. (2010). Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial : Pengantar Profesi
Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.
Dian Meliani Dewi. - . Konsep Keluarga Sejahtera. Diakses dari
www.academia.edu/ pada tanggal 18 Oktober 2016.
Didin Kurniadin dkk. (2012). Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial. (2013). Standar
Operasional Prosedur Layanan LK3. Jakarta: Kementrian Sosial Republik
Indonesia.
Djunaidi Ghoni & Fauzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ernie Tisnawati Sule. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Fatchiah E. Kertamuda. (2009). Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Gladding, Samuel T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta :
PT.Indeks.
Hartomo, Dkk. (2001). MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isbandi Rukminto Adi. (2015). Kesejahteraan Sosial (Pekerja Sosial,
Pembangunan Sosial, Dan Kajian Pembangunan). Jakarta: Rajawali Pers.
Jeanette Murad Lesmana. (2005). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2014). Permensos Nomor 16 Tahun
2013. Diakses dari http://kemsos.go.id/ pada tanggal 12 November 2016.
Lexy. J Moleong. (2012). Metodologi Peneliitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Lutfi Wibawa. (2016). Pemuda & Pendidikan. Yogyakarta: Interlude.
145
Munandar Soelaeman. (2005). Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Nasir. (2014). Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia.
Rita Eka Izzaty. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Sofyan S. Willis. (2011). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:
Alfabeta.
Sondang P Siagian. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sudjana.(1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Nusantara Press.
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
Suharsimi Arikunto dkk. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sutirna. (2013). Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal Dan
Informal. Yogyakarta: Andi Offset.
Syamsu Yusuf. (2007). Psikologi Perkembanga Anak & Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Tatang M. Amirin. (2013). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Umberto Sihombing. (2000). Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi.
Jakarta: PD. Mahkota.
Widodo. (2015). Pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pada Era Otonomi
Daerah . Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Volume 2 –
Nomor 1, Maret 2015, (94-106). Diakses dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/4846/4196.
146
LAMPIRAN
147
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada
Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
No
. Aspek Sumber
Teknik
Pengumpulan
Data
1. Perencanaan Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
2. Pengorganisasian Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
3. Pelaksanaan Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
4. Koordinasi Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
5. Pengawasan Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
6. Faktor Pendukung
Pengelolaan Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
7. Faktor Penghambat
Pengelolaan Program
Layanan di LK3 Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
8. Hasil Pengelolaan
Program Layanan di LK3
Sekarsari
1. Pengurus LK3 Sekarsari
2. Tim profesional LK3
Sekarsari
3. Klien LK3 Sekarsari
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
148
Lampiran 2 : Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada
Keluarga Bermasalah di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta
Tabel.2 Pedoman Observasi
No. Pernyataan Deskripsi Hasil Pengamatan
1. Lokasi dan Keadaan tempat penelitian
a. Lokasi tempat (letak geografis)
b. Kondisi bangunan dan fasilitas
2. Kegiatan pelayanan konsultasi
kesejahteraan keluarga oleh lembaga
a. Konsultasi
b. Konseling
c. Informasi
d. Perlindungan
e. Pendampingan
f. Rujukan
g. Penjaringan
h. Jejaring,
i. Penjangkauan
3. Pengelolaan Program layanan oleh
LK3 Sekarsari
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
d. Koordinasi
e. Pengawasan
4. Faktor pendukung dan penghambat
program layanan.
5. Hasil adanya pengelolaan program
layanan pada klien.
149
Lampiran 3 : Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada
Keluarga Bermasalah di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta
1. Arsip atau Dokumen Tertulis
a. Profil Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
b. Sejarah berdirinya Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari.
c. Visi dan misi berdirinya Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari.
d. Struktur kepengurusan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari.
e. Struktur pengelolaan program layanan di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
f. Data atau arsip tentang pengurus/pengelola dan tim profesional
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
g. Data atau arsip tentang klien yang ditangani oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
h. Brosur program pelayanan oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari.
i. Buku panduan standar operasional prosedur (SOP) pelaksanaan LK3.
j. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh LK3 Sekarsari.
2. Dokumen Foto
150
a. Gedung atau bangunan fisik Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari.
b. Sarana dan prasarana di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari.
c. Kegiatan pelayanan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari.
151
Lampiran 4. : Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pengelola Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta
A. Identitas Diri :
1. Nama :
2. Jabatan : (L/P)
3. Tempat/tanggal lahir :
4. Agama :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan terakhir :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana sejarah berdirinya Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari?
2. Adakah persyaratan tertentu untuk menjadi pengelola di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
3. Bagaimana cara yang di tempuh dalam recruitment pengelola atau pengurus
di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
4. Berapakah jumlah pengelola yang dimiliki Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari saat ini?
152
5. Dengan jumlah tersebut, apakah sudah mencukupi untuk melaksanakan
pengelolaan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
6. Bagaimana antusiasme masyarakat terhadap Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari sejak lembaga ini didirikan?
7. Bila terdapat data secara kuantitatif, berapa banyak masyarakat secara
umum dan khususnya keluarga yang bermasalah yang sudah ditangani oleh
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
8. Bagaimana upaya Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari dalam melaksanakan pengelolaan program layanan?
9. Untuk memberikan layanan pada masyarakat, bagaimana perencanaan
program di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
10. Apakah perencanaan yang dilakukan pada setiap klien satu dengan klien
yang lainnya berbeda-beda?
11. Apa sajakah yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan yang
dilakukan tersebut?
12. Apa saja yang diperlukan dalam membuat perencanaan di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
13. Siapa yang turut andil dalam perencanaan program layanan di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
14. Bagaimana sistem pembagian kerja yang diterapkan kepada
pengelola/pengurus maupun ke tim profesional Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
153
15. Jika ada, siapakah yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugas
tersebut?
16. Bagaimana cara yang digunakan oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari dalam mengatur para pekerja, termasuk pengelola
dan tim profesional agar melaksanakan tugasnya dengan baik?
17. Adakah upaya yang dilakukan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari untuk memberikan motivasi atau peningkatan
kapasitas kerja dalam penyelenggaraan program layanan sebelumnya?
18. Secara administrative, bagaimana pengelolaan yang dilakukan Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
19. Jika Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
memberikan layanan secara gratis, lantas bagaimana pengelolaan pendanaan
yang dilakukan?
20. Bagaimana proses konsultasi yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
21. Adakah prosedur atau standar tertentu dalam pelaksanaan kegiatan layanan
yang telah ditetapkan sebelumnya?
22. Dalam melaksanakan kegiatan layanan konsultasi pada keluarga
bermasalah berapa lama waktu yang diperlukan?
23. Bagaimana metode yang diterapkan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari untuk menangani setiap kasus yang
diterima?
154
24. Adakah jaringan kerja yang menjadi mitra dalam pelaksanaan program
layanan yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari?
25. Jika ada, bagaimana peran mitra kerja dalam mendukung kegiatan di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
26. Bagaimana cara Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari meyakinkan masyarakat tetang fungsi dan keberadaan lembaga?
27. Adakah bentuk pengawasan dari pemerintah bagi Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
28. Jika ada, kapan biasanya pengawasan itu dilaksanakan?
29. Bagaimana cara Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari dalam menindak lanjuti pengawasan yang dilakukan?
30. Adakah pengawasan yang dilakukan secara internal yang dijadikan
patokan atau alat evaluasi bagi lembaga?
31. Sebagai seorang pengelola, menurut anda langkah apakah yang tepat dan
paling penting dalam proses pengelolaan program agar dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ditentukan?
32. Sejauh ini, apa saja yang menjadi hambatan dan dukungan dalam
pengelolaan program layanan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari?
33. Bagaimana langkah yang ditempuh dalam mengatasi setiap kendala yang
dialami oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
155
34. Menurut anda, bagaimanakah hasil yang diterima oleh klien (keluarga
bermasalah) atas pengelolaan lembaga yang telah dilakukan oleh Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
35. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membangun kembali keluarga
yang bermasasalah di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
36. Bagaimana tingkat kepuasan dari klien atas kinerja atau layanan yang
diberikan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
156
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Tim Profesional di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta
A. Identitas Diri :
1. Nama :
2. Jabatan : (L/P)
3. Tempat/tanggal lahir :
4. Agama :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan terakhir :
B. Pertanyaan
1. Sejak kapan anda menjadi anggota tim profesional di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
2. Apa yang menjadi latar belakang anda untuk bersedia bekerja di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
3. Bagaimana cara rekruitmen yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
4. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang
pekerja di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
5. Adakah bentuk kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan peran anda,
oleh siapa dan bagaimana bentuknya?
157
6. Menurut anda, bagaimana sebaiknya pengelolaan yang dilaksanakan di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
7. Apa kontribusi anda dalam proses pengelolaan baik itu meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi maupun
dalam proses pengawasan?
8. Untuk memberikan layanan pada masyarakat, bagaimana perencanaan
program di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
9. Apakah perencanaan yang dilakukan pada setiap klien satu dengan
klien yang lainnya berbeda-beda?
10. Apa sajakah yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan yang
dilakukan tersebut?
11. Apa saja yang diperlukan dalam membuat perencanaan di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
12. Siapa yang turut andil dalam perencanaan program layanan di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
13. Bagaimana sistem pembagian kerja yang diterapkan kepada
pengelola/pengurus maupun ke pekerja di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
14. Bagaimana cara yang digunakan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari dalam mengatur para pekerja,
termasuk pengelola dan tim profesional agar melaksanakan tugasnya
dengan baik?
158
15. Adakah upaya yang dilakukan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari untuk memberikan motivasi atau
peningkatan kapasitas kerja dalam penyelenggaraan program layanan
sebelumnya?
16. Secara administrative, bagaimana pengelolaan yang dilakukan
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
17. Jika Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari
memberikan layanan secara gratis, lantas bagaimana pengelolaan
pendanaan yang dilakukan?
18. Bagaimana proses konsultasi yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
19. Adakah prosedur atau standar tertentu dalam pelaksanaan kegiatan
layanan yang telah ditetapkan sebelumnya?
20. Dalam melaksanakan kegiatan layanan konsultasi pada keluarga
bermasalah berapa lama waktu yang diperlukan?
21. Bagaimana metode yang anda terapkan untuk menangani setiap kasus
yang diterima di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
22. Adakah jaringan kerja yang menjadi mitra dalam pelaksanaan program
layanan yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari?
23. Jika ada, bagaimana peran mitra kerja dalam mendukung kegiatan di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
159
24. Bagaimana cara Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari meyakinkan masyarakat tetang fungsi dan keberadaan
lembaga?
25. Adakah bentuk pengawasan dari pemerintah bagi Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
26. Jika ada, kapan biasanya pengawasan itu dilaksanakan?
27. Bagaimana cara Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari dalam menindak lanjuti pengawasan yang dilakukan?
28. Adakah pengawasan yang dilakukan secara internal yang dijadikan
patokan atau alat evaluasi bagi lembaga?
29. Sebagai seorang anggota tim profesional, menurut anda langkah
apakah yang tepat dan paling penting dalam proses pengelolaan
program agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ditentukan?
30. Apakah kebutuhan pegawai atau tim profesional terpenuhi dalam
melaksanakan tugas di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari?
31. Sejauh ini, apa saja yang menjadi hambatan dan dukungan dalam
pengelolaan program layanan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari?
32. Bagaimana langkah yang tim profesional ditempuh dalam mengatasi
setiap kendala yang dialami oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari?
160
33. Bagaimana upaya yang anda dilakukan untuk membangun kembali
keluarga yang bermasasalah di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari?
34. Menurut anda, bagaimanakah hasil yang diterima oleh klien (keluarga
bermasalah) atas pengelolaan lembaga yang telah dilakukan oleh
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
35. Bagaimana tingkat kepuasan dari klien atas kinerja atau layanan yang
anda diberikan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Sekarsari?
36. Bagaimana kepuasan yang anda rasakan setelah mampu menangani
persoalan dalam suatu keluarga?
161
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Klien (Keluarga Bermasalah) di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta
A. Identitas Diri :
1. Nama :
2. Jabatan : (L/P)
3. Tempat/tanggal lahir :
4. Agama :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Pendidikan terakhir :
B. Pertanyaan
1. Apa alasan anda menggunakan jasa atau layanan yang diberikan oleh
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
2. Dari manakah anda mendapatkan informasi mengenai adanya
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
3. Menurut anda, bagaimana pelayanan yang diberikan oleh Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari terhadap
permasalahan yang anda miliki?
4. Apa yang anda ketahui mengenai pengelolaan di Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ini?
162
5. Sebagai pengguna layanan, apakah pengelolaan yang dilakukan oleh
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari sudah
baik?
6. Apakah anda dilibatkan secara langsung dalam proses pengelolaan
baik itu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
koordinasi maupun dalam proses pengawasan?
7. Bagaimana kinerja pengelola maupun tim profesional di Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ?
8. Menurut anda, adakah faktor pendukung dan penghambat dalam
kegiatan layanan yang diberikan oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ini?
9. Solusi seperti apa yang bisa anda tawarkan untuk mengatasi setiap
hambatan yang dialami oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari ini?
10. Adakah hasil yang anda terima semenjak menggunakan jasa layanan di
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
163
Lampiran 5. Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN I
Tanggal : Kamis, 6 Oktober 2016
Waktu : 10.00 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Sari
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi :
Pada hari ini, peneliti secara langsung datang ke Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari yang beralamatkan di Desa Wiyoro
Kidul, Banguntapan Bantul untuk melakukan observasi awal sebelum melakukan
penelitian. Sebelum mendatangi LK3 Sekarsari, peneliti juga telah ke Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan berkonsultasi dengan Ibu “A” yang
bertugas menangani LK3 di seluruh provinsi. Pihak Dinas memperkenankan
peneliti untuk datang secara langsung ke LK3 yang bersangkutan tanpa harus
menggunakan surat pengantar dari Dinas Sosial.
Peneliti disambut baik dan ramah oleh Bapak “Ak” yang merupakan salah
satu pekerja sosial di LK3 Sekarsari., kemudian peneliti memperkenalkan diri dan
menyampaikan maksud dan tujuan datang ke LK3 Sekarsari. Setelah
memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kemudian Bapak “Ak”
menyambut baik maksud baik peneliti, akan tetapi karena peneliti datang pada
saat tidak ada pengurus yang hadir di tempat maka Bapak “Ak” menyarankan
peneliti untuk datang pada lain kesempatan dan peneliti disarankan untuk
menghubungi pengurus lembaga secara langsung. Bapak “Ak” memberikan
164
kontak salah satu pengurus yang bisa peneliti hubungi untuk membuat janji,
dijelaskan pula bahwa hari efektif untuk kegiatan layanan adalah hari Jum’at,
selain hari itu operasional layanan dilakukan menggunakan mobil keliling
sehingga di sekretariat hanya ada beberapa orang saja.
Dari hasil pengamatan awal peneliti ketika sedang berada di dalam LK3
Sekarsari, tampak ada beberapa orang pekerja yang sedang melakukan rapat atau
koordinasi di ruang tamu dalam secretariat lembaga. Dalam bangunan dua lantai
tersebut juga terdapat ruang administrasi yang dilengkapi dengan perangkat
komputer dan beberapa lemari yang berisi berkas-berkas. Ada pula ruang kerja
yang dipergunakan sebagai ruangan konsultasi oleh Lembaga Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari. Setelah selesai mengamati dan
berbincang dengan salah satu pekerja :LK3 Sekarasari kemudian peneliti
berpamitan dan akan segera menghubungi pihak pengurus untuk membuat janji
bertemu dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti secara langsung.
165
CATATAN LAPANGAN II
Tanggal : Jum’at, 7 Oktober 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Sari
Kegiatan : Observasi Lanjutan
Deskripsi :
Pada hari ini peneliti datang kembali ke LK3 Sekarsari dengan maksud
untuk bertemu dengan pengurus LK3 Sekarsari secara langsung dan melihat
kegiatan pelayanan di sana. Sebelumnya, peneliti telah menghubungi salah satu
pengurus yang bernama Ibu “SP” dan membuat janji dan berkoordinasi untuk
bertemu hari ini.
Dalam pertemuan kali ini, peneliti bermaksud untuk mengadakan
observasi lanjutan untuk penyusunan proposal penelitian. Sesampainya di LK3
Sekarsari, peneliti mulai memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan
tujuan secara resmi kepada Ibu “SP” selaku salah satu pengurus. Oleh beliau,
peneliti disambut dengan baik dan diperkenankan untuk meneliti LK3 Sekarsari.
Peneliti mulai mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya,
pertanyaan yang diajukan peneliti masih berfokus pada deskrispsi lembaga itu
sendiri. Ibu “SP” selaku pengurus menyampaikan kendala-kendala atau
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh lembaga selama ini. Salah satu
permasalahannya adalah mengenai pengelolaan program. Banyak masyarakat
yang belum mengetaui peran dan fungsi dari LK3 Sekarsari padahal jika
masyarakat luas mengetahui ada lembaga yang menangani permasalahan dalam
166
keluarga tentulah banyak keluarga yang minim perselisihan karena bisa
melakukan konsultasi tentang kesejahteraan keluarga pada LK3 Sekarsari. Selain
itu juga diceritakan bahwa banyak relawan yang keluar masuk karena memang
pada dasarnya lembaga ini adalah lembaga non profit dan diperlukan kesukarelaan
dalam bekerja. Untuk lebih lengkapnya, Ibu “SP” menyarankan untuk beremu
langsung dengan Bapak “MI” selaku ketua lembaga minggu selanjutnya.
Namun secara keseluruhan Ibu “SP” memberikan gambaran permasalahan
di LK3 Sekarsari secara jelas dan informasi tersebut sangat membantu peneliti
untuk mendalami tentang pengelolaan program yang dilakukan di LK3 Sekarsari.
167
CATATAN LAPANGAN III
Tanggal : Jum’at, 21 Oktober 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Sari
Kegiatan : Observasi Lanjutan
Deskripsi :
Jika pada minggu sebelumnya peneliti bertemu dengan salah satu
pengurus lembaga, hari ini peneliti berkesempatan untuk bertemu secara langsung
dengan ketua lembaga yang juga berperan sebagai pengurus LK3 Sekarsari.
Dalam penelitian kali ini peneliti mencoba menggali informasi yang lebih dalam
tentang LK3 Sekarsari dengan berlandasakan informasi yang telah disampaikan
oleh Ibu “SP” sebelumnya.
Untuk memperdalam informasi peneliti mengajukan pertanyaan yang
sama tentang kondisi LK3 Sekarsari. Dari Bapak “MI” diperoleh tambahan
informasi bahwa LK3 Sekarsari mencoba dan selalu berusaha untuk
mengupayakan keutuhan keluarga dari setiap klien, walaupun pada akhirnya jalan
perceraian yang menjadi keputusan final. Bapak “MI” juga memberikan informasi
bahwa kasus perceraian di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat, hal
ini beliau temui dari kasus-kasus yang ditangani oleh LK3 Sekarsari dan juga
dalam pekerjaannya sebagai seorang kuasa hukum. Dari hasil informasi yang
disampaikan oleh Bapak “MI” akan digunakan peneliti untuk memperkuat data
penelitian.
168
Dalam kesempatan kali ini juga peneliti menyampaikan rencana penelitian
yang akan dilakukan dengan mengambil LK3 Sekarsari sebagai obyek penelitian.
Sambutan baik diberikan oleh Bapak “MI” dengan mempersilahkan peneliti untuk
melakukan penelitian di lembaga yang Bapak “MI” pimpin. Peneliti
diperkenankan melakukan penelitian dan mengambil data penelitian setelah
menyerahkan proposal penelitian dan surat izin dari pihak Bapedda.
169
CATATAN LAPANGAN IV
Tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Sari
Kegiatan : Menyampaikan rencana penelitian
Deskripsi :
Pada hari ini peneliti kembali berkunjung ke LK3 Sekarsari dengan
maksud untuk menyampaikan rencana penelitian yang akan di lakukan di LK3
Sekarsari. Peneliti kembali bertemu dengan Bapak “MI” dan Ibu “SP” selaku
pengurus di LK3 Sekarsari.
Kepada Bapak “MI” dan Ibu “SP”, peneliti menjelaskan mengenai rencana
penelitin yang akan mengambil LK3 Sekarsari sebagai tempat penelitian. Peneliti
juga menjelaskan bahwa focus penelitian yang peneliti pilih adalah berkaitan
dengan pengelolaan program yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari. Fokus
penelitian ini berdasarkan atas informasi-informasi yang telah peneliti dapatkan
sebelumnya. Bapak “MI” dan Ibu “SP” kembali menyambut dengan baik dan
mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian di LK3 Sekarsari dengan
catatan jika ingin mengambil data-data penelitian yang terkait dengan lembaga
maka peneliti harus membawa surat izin resmi terlebih dahulu. Karena untuk
mendapatkan surat izin penelitian harus melalui proses penyusunan proposal
terlebih dahulu, maka peneliti menyampaikan bahwa penelitian tidak bisa
dilakukan dalam waktu dekat ini.
170
Peneliti menyampaikan maksud jika penelitian akan dilaksanakan pada
Bulan Desember setelah mendapatkan izin penelitian. Namun untuk keperluan
lain selain data internal lembaga, Bapak “MI” tetap memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk mengikuti setiap kegiatan layanan yang dilakukan LK3
Sekarsari.
171
CATATAN LAPANGAN V
Tanggal : Jum’at, 18 November 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Kegiatan Case Converence
Deskripsi :
Hari ini peneliti berkesempatan untuk mengikuti kegiatan case converence
yang diselenggarakan oleh LK3 Sekarsari dengan bekerja sama dengan LK3
Sekar Melati. Kegiatan ini dilaksanakand di kantor secretariat LK3 Sekar Melati
yang beralamatkan di Jalan Batikan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial Kota Yogyakarta dan
Kepala Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Perwakilan dari
Disnakertrans, Seorang Psikolog, para relawan, pengurus LK3 Sekarsari dan LK3
Sekar Melati serta 3 orang mahasiswa yang akan melakukan penelitian. Case
converence pada hari ini membahas 2 kasus yang dilaporkan pada LK3 Sekarsari
dan LK3 Sekar Melati, kasus-kasus tersebut diantaranya adalah kisah keluarga
yang tinggal di lingkungan tempat prostitusi dan memiliki seorang anak yang
memiliki perilaku menyimpang dan kisah tentang korban KDRT yang tetap
mempertahankan rumah tangganya walaupun diselingkuhi karena berjuang
menuntut hak anak untuk mendapatkan akte kelahiran.
Dari hasil pemaparan kasus tersebut, tamu undangan yang hadir diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang penanganan apa yang
harus dilaksanakan baik itu dilihat dari segi psikologis, penanganan dari dinas
172
terkait, tim hukum dan yang lain sebagainya. Pada kesempatan ini, peneliti juga
diberikan waktu untuk mengemukakan pendapat dan gagasan dari kasus-kasus
yang dilaporkan pada LK3 Sekarsari dan LK3 Sekar Melati terlebih jika ditinjau
dari segi keilmuan. Case Converence kali ini menghasilkan suatu keputusan dari
beberapa pihak yang hadir, dari Kedinasan berjanji akan memberikan
pendampingan melalui organisasi-organisasi yang dibina oleh Dinas Sosial sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh setiap klien karena dari dua kasus
tersebut memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Dari segi psikologis,
seorang psikolog juga akan terus berupaya mendampingi para klien hingga
mampu menjalankan fungsi dan peran klien dengan baik. Dari segi hukum juga
akan megupayakan seorang klien untuk mendapatkan hak yang layak diterima.
Tidak hanya membahas tentang kasus-kasus yang ditangani saja, kegiatan ini juga
dilakukan untuk menyampaikan kondisi lembaga LK3 Sekarsari dan LK3 Sekar
Melati kepada Kepala Dinas Sosial Kota Yogyakarta dan Kepala Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari kegiatan pelaporan.
Karena waktu yang terbatas dan berbenturan dengan kegiatan sholat
jum’at, setelah acara case converence peneliti tidak dapat mewawancarai Bapak
“MI” kembali. Kegiatan case converence ini sangat bermanfaat bagi peneliti, dari
segi akademis tentu hal ini menambah wawasan dan pengetahuan yang belum
didapatkan sebelumnya. Selain itu, peneliti juga dapat secara langsung melihat
dan terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari, hal ini juga telah
memberikan gambaran tentang pengelolaan yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari
yang nantinya akan memperkaya data dalam penelitian yang peneliti teliti.
173
CATATAN LAPANGAN VI
Tanggal : Jum’at, 30 Desember 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Penyerahan Proposal dan Surat Izin Penelitian
Deskripsi :
Hari ini peneliti kembali datang ke LK3 Sekarsari dengan tujuan untuk
menyerahkan proposal penelitian yang telah disetujui oleh dosen pembimbing dan
menyerahkan surat izin resmi penelitian. Sembari menunggu Bapak “MI” selesai
melayani klien, peneliti mengamati setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan.
Peneliti juga sedikit berinteraksi dengan beberapa klien yang ada di LK3
Sekarsari.
Bapak “MI” kembali menerima peneliti secara terbuka, Bapak “MI”
kemudian meminta proposal dan surat izin penelitian yang peneliti bawa. Bapak
“MI” memberikan tawaran untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian, Bapak “MI” juga berjanji akan menyediakan data penelitian yang
dibutuhkan oleh peneliti. Bapak “MI” bersedia memberikan data berdasarkan
proposal yang akan dipelajari terlebih dahulu. Kemudian peneliti diperkenankan
untuk datang minggu depan agar bisa langsung mengambil data yang dibutuhkan,
subyek penelitian boleh ditentukan sendiri oleh peneliti dan LK3 Sekarsari
bersedia untuk memfasilitasi.
174
CATATAN LAPANGAN VII
Tanggal : Jum’at, 6 Januari 2016
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Wawancara dengan pengurus LK3 Sekarsari
Deskripsi :
Hari ini adalah pengambilan data melalui wawancara yang pertamakalinya
setelah mengantongi surat izin penelitian secara resmi. Tujuan peneliti datang
kembali hari ini adalah untuk mewawancarai pengurus LK3 Sekarsari. Sebelum
datang ke LK3 Sekarsari peneliti telah telah menghubungi Bapak “MI” terlebih
dahulu agar peneliti dapat melakukan wawancara tanpa menganggu jam
pelayanan di LK3 Sekarsari.
Wawancara pertama kali peneliti lakukan dengan Bapak MI sebagai
subyeknya. Wawancara dilakukan secara santai namun tetap terarah dengan tetap
berpacu pada pedoman penelitian yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Untuk
mencairkan suasana peneliti tidak langsung menanyakan mengenai pengelolaan
program di LK3 Sekarsari namun wawancara dimulai dengan percakapan ringan
agar wawancara tetap berjalan dengan santai. Peneliti mulai mengajukan beberapa
pertanyaan tentang bagaimana LK3 Sekarsari mengelola programnya untuk
melayani para klien. Pertanyaan tersebut tetap bepacu pada pedoman penelitian
walaupun dengan bahasa yang lebih santai.
Bapak “MI” memberikan data yang sangat berguna bagi penelitian yang
peneliti teliti, karena Bapak MI merupakan salah satu informasi kunci dalam
175
penelitian ini. Peneliti juga mengajukan beberapa permintaan data penunjang
tentang pengelolaan di LK3 Sekarsari, seperti profil, struktur organisasi, dan
rekapitulasi klien. Karena tidak semua data disajikan data secara tertulis maka
Bapak MI memberikan data secara lisan untuk kemudian bisa peneliti jabarkan
secara mandiri ke dalam bentuk tulisan. Untuk data penunjang yang sifatnya
administratif peneliti diberikan kesempatan untuk meminta pada petugas admin
secara langsung.
Dalam kesempatan kali ini, peneliti juga melakukan wawancara singkat
dengan Ibu “SP” dengan pertanyaan yang hampir sama dengan yang peneliti
ajukan kepada Bapak MI. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang valid.
Terlepas dari pedoman wawancara, ada beberapa pertanyaan yang peneliti ajukan
untuk memperkaya data dan informasi yang nantinya akan mengarah pada data
yang akurat dan valid.
176
CATATAN LAPANGAN VIII
Tanggal : Jum’at, 13 Januari 2017
Waktu : 10.00 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Wawancara dengan Pekerja Sosial di LK3 Sekarsari
Deskripsi :
Pada hari ini peneliti berkesempatan untuk mewawancarai salah satu
pekerja sosial di LK3 Sekarsari. Sebelum berkunjung ke LK3 Sekarsari, peneliti
telah menghubungi pihak pengurus terlebih dahulu dengan tujuan agar bisa
menjadi perantara antara peneliti dengan pekerja sosial tersebut.
Peneliti berkesempatan untuk mewawancarai Sdr. A yang bekerja sebagai
seorang pekerja sosial di LK3 Sekarsari Yogyakarta. Wawancara tetap
diupayakan agar berlangsung dengan santai dengan maksud agar tidak membebani
Sdr. A dan agar data yang didapatkan valid serta tidak kaku. Sdr. A menjadi salah
satu pekerja sosial di LK3 Sekarsari sejak tahun 2016 dengan basic pendidikan
yang berasal dari bidang sosial. Selain itu Sdr. A juga menuturkan beberapa tugas
yang harus dilakukan oleh seorang pekerja sosial. Dari pernyataan yang
disampaikan Sdr. A tersebut ditegaskan bahwa seorang pekerja sosial di LK3
Sekarsari lebih banyak bekerja langsung di masyarakat, misalnya dalam
melakukan sosialisasi, assessment serta penjangkauan bagi klien pasca selesainya
suatu kasus.
Dari beberapa perbincangan yang dilakukan, peneliti kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan dalam bentuk
177
pedoman wawancara mengenai pengelolaan program di LK3 Sekarsari. Sdr. A
menuturkan bahwa dalam pengelolaan program selalu dilibatkan, termasuk pada
hari ini yang datang ke kantor untuk menghadiri rapat evaluasi dan pelaporan
dalam penangganan klien. Terlepas dari pedoman wawancara, ada beberapa
pertanyaan yang peneliti ajukan untuk memperkaya data dan informasi yang
nantinya akan mengarah pada data yang akurat dan valid.
178
CATATAN LAPANGAN IX
Tanggal : Jum’at, 27 Januari 2017
Waktu : 09.30 WIB – 11.00 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Wawancara dengan Klien di LK3 Sekarsari
Deskripsi :
Hari ini peneliti berkunjung kembali ke LK3 Sekarsari dengan maksud
untuk mewawancari klien di lembaga ini. Sebelum berkunjung ke LK3 Sekarsari,
peneliti telah menghubungi pihak pengurus terlebih dahulu dengan tujuan agar
bisa menjadi perantara antara peneliti dengan klien LK3 Sekarsari. Karena
pelayanan di LK3 Sekarsari banyak dilakukan pada pagi hari maka peneliti
berusaha hadir sebelum klien datang, hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
memperoleh data dengan klien LK3 Sekarsari sebagai respondennya.
Peneliti berkesempatan untuk mewawancarai Ibu R yang bekerja sebagai
seorang pekerja honorer di salah satu SD di kota Yogyakarta. Pihak LK3
Sekarsari menyediakan ruangan khusus agar wawancara bisa berjalan dengan
tenang dan dengan tetap berpegang pada prinsip pelayanan yaitu kerahasiaan.
Wawancara tetap diupayakan agar berlangsung dengan santai dengan maksud agar
tidak membebani Ibu R dan agar data yang didapatkan valid serta tidak kaku. Ibu
R menjadi klien di LK3 Sekarsari sejak bulan November 2016. Dari
pengakuannya proses pelayananan yang didapatkan terbilang baik, karena dari
lembaga-lembaga yang menanganinya sebelumnya LK3 Sekarsari lah yang
mampu menyelesaikan kasusnya. Kasus yang dialami Ibu R adalah karena
179
masalah perekonomian dimana sang suami tidak mampu dan tidak mau
memberikan nafkah baik itu secara lahir maupun batin. Jalan akhir yang menjadi
pemecahan masalah ini adalah dengan perceraian, pihak LK3 Sekarsari telah
mengupayakan berbagai cara untuk memediasi kedua belah pihak namun klien
merasa bahwa tidak ada iktikad baik dan tetap berkeputusan untuk bercerai. Pihak
LK3 Sekarsari memfasilitasi apa yang diinginkan oleh klien tersebut dengan
masih mengagendakan jadwal mediasi terkahir di bulan Januari 2016 ini.
Dari penuturannya pula disampaikan keluhan tentang pelayanan di LK3
Sekarsari yang hanya dilaksanakan pada hari Jum’at saja, hal ini menjadi
hambatan bagi Ibu R yang bekerja sebagai honorer dan harus mengajukan izin
kerja setiap hari itu. Namun secara keseluruhan Ibu R menyampaikan apresiasi
kepada LK3 Sekarsari karena mampu mengatasi permasalahannya secara to the
point, tidak selayaknya lembaga lain yang menurutnya terlalu berbelit-belit. Selain
itu pelayanan yang diberikan oleh LK3 Sekarsari adalah Cuma-Cuma alias gratis
tidak dipungut biaya sepeserpun.
Selain berkesempatan mewawancarai Ibu R, peneliti juga mewawancarai
seorang klien yang tengah menunggu giliran untuk mendapat pelayanan dari LK3
Sekarsari. Tidak jauh berbeda dengan Ibu R, Ibu A membenarkan bahwa
pelayanan di LK3 Sekarsari baik dan cepat. Ibu A memiliki kasus KDRT oleh
suaminya dan sama seperti Ibu R yang memilih jalan perceraian sebagai cara
untuk mengatasi permasalahan keluarganya. Ibu A juga menuturkan bahwa
sebelum keputusan final perceraian ini diambil beliau telah banyak melalukan
konsultasi baik dari segi psikologis maupun segi hukum. Namun karena
180
permasalahan yang begitu kompleks dan untuk menghindari trauma psikologis
sang anak Ibu A tetap memilih perceraian sebagai jalan akhir. Dari penuturan
beliau didapatkan informasi bahwa setiap pelayanan yang diberikan oleh LK3
Sekarsari adalah free atau gratis, klien hanya membayar biaya administrasi secara
mandiri di pengadilan agama apabila perceraian yang dipilih, diluar itu semua
klien tidak dipungut biaya sepeserpun. Ibu A ini menjadi klien sejak 21 Desember
2016 dan akan mendapatkan jadwal siding pada akhir januari ini.
Beliau merasa puas dengan pelayanan di LK3 Sekarsari, bahkan Ibu A
mengapresiasi para pekerja sosial yang bersedia mendampingi dan bahkan
mengantar sampai prosesnya berlangsung. Ibu A hanya menyayangkan kenapa
sosialisasi LK3 Sekarsari ke masyarakat kurang selain itu ruangan konsultasi agak
terbuka sehingga masih ada rasa malu ketika mengungkapkan permasalahan
keluarganya.
Dari responden yang diambil, mengatakan bahwa pengelolaan di LK3
Sekarsari sudah baik. Klien dilibatkan dalam perencanaan bahkan hingga
pengawasan, secara terbuka klien mampu memantau proses berjalannya layanan
melalui sms yang bisa disampaikan secara langsung kepada Bapak MI.
181
CATATAN LAPANGAN X
Tanggal : Jum’at, 4 Februari 2017
Waktu : 09.30 WIB – 11.30 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Wawancara dengan Anggota Tim Profesional di LK3 Sekarsari
Deskripsi :
Hari ini peneliti berkunjung kembali ke LK3 Sekarsari dengan maksud
untuk mewawancari klien di lembaga ini. Sebelum berkunjung ke LK3 Sekarsari,
peneliti telah menghubungi pihak pengurus terlebih dahulu dengan tujuan agar
bisa menjadi perantara antara peneliti dengan klien LK3 Sekarsari.
Pada kesempatan hari ini peneliti melakukan wawancara dengan dua orang
dari anggota tim profesional dari bidang hukum di LK3 Sekarsari yaitu Sdr. T dan
Sdr. P. Wawancara dilakukan dengan tim hukum dengan pertimbangan bahwa tim
hukum selalu dilibatkan dalam keseluruhan kasus klien, karena disamping sebagai
tim hukum responden hari ini juga merupakan asisten atau orang kepercayaan dari
pemilik lembaga yang sedikit banyak bisa memberikan informasi dan data
mengenai pengelolaan di LK3 Sekarsari. Wawancara diawali dengan menanyakan
identitas diri dari responden, selain sebagai arsip hal ini juga dilakukan untuk
mengkroscek hasil penelitian yang peneliti sudah dapatkan sebelumnya. Diketahui
bahwa memang tim profesional yang terpilih dan bekerja di LK3 Sekarsari
memiliki kualifikasi tertentu, khususnya dalam bidang pendidikan dan kompetensi
keahlian.
182
Wawancara terlebih dahulu dilakukan dengan Sdr. T dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang sudah disusun dalam pedoman wawancara. Kemudian
wawancara dilanjutkan dengan Sdr. P dengan mengajukan pertanyaan yang sama
dan mengecek kebenaran informasi dari responden yang sebelumnya. Wawancara
secara terpisah dimaksudkan agar informasi yang disampaikan tidak bersifat
obyektif dan guna menjaga privasi dari pendapat yang telah disampaikan.
183
CATATAN LAPANGAN XI
Tanggal : Jum’at, 17 Februari 2017
Waktu : 10.00 WIB – 11.30 WIB
Tempat : LK3 Sekar Melati
Kegiatan : Mengambil data pendukung penelitian
Deskripsi :
Hari ini peneliti berkunjung kembali ke LK3 Sekarsari dengan maksud
untuk melengkapi dokumentasi penelitian dan mengambil arsip data pendukung
yang telah diminta sebelumnya kepada Bapak MI selaku pengurus di LK3
Sekarsari. Bapak MI memberikan penawaran bantuan jika data yang dibutuhkan
peneliti masih kurang dengan cara langsung menghubungi pihak admin atau
dengan beliau secara langsung. Bapak MI menyerahkan beberapa arsip berupa
laporan semester dan data klien LK3 Sekarsari yang telah diminta oleh peneliti.
184
Lampiran 6. Catatan Wawancara
CATATAN WAWANCARA I
Hari, tanggal : Jum’at, 6 Januari 2017
Waktu : 09.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan pengurus
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Bapak MI
Deskripsi
1. Bagaimana perencanaan program layanan yang dilaksanakan di LK3
Sekarsari?
Bapak MI : “Kalau lembaga kami semua aturannya berdasarkan SOP
dari
kemensos, kami menjalankan dan sekaligus
mengembangkan. Untuk merencanakan program lembaga
kami biasanya melalui pertemuan rutin atau rapat, ada
rapat bulanan sama rapat tahunan. Kalau rapat bulanan itu
untuk merencanakan program selama satu bulan, berupa
kegiatan mingguan biasanya. Kalau rapat tahunan
mencakup lingkup yang lebih luas. Dan ini dikhususkan
bagi internal lembaga saja mbak. Kalau pertemuan atau
rapat tahunan kami khususkan untuk membuat prediksi
kegiatan dengan didasari pada peristiwa sebelumnya,
misalnya jika pada tahun 2016 kami melayani klien
sekian, maka 2017 kami harus memprediksi jumlah klien
ya walaupun harapannya jumlahnya semakin menurun.”
2. Apa yang dibahas dalam rapat tahunan tersebut pak?
Bapak MI : “Di rapat tahunan kita menyusun rencana kegiatan
sekaligus anggaran ADART selama setahun ke depan lalu
dituangkan dalam bentuk proposal dan diajukan ke dinas
sosial. Perencanaan program kegiatan juga tetap didasari
oleh prediksi tahun lalu, tujuannya supaya ada patokan
185
yang jelas untuk pelaksanaannya di tahun mendatang.
Untuk program kami cenderung merencanakan
pengembangan program untuk menindaklanjuti program
yang telah berjalan, apa kurangnya dan solusi seperti apa
yang diperlukan,”
3. Bagaimana pengorganisasian yang diterapkan kepada pengelola/pengurus
maupun ke tim profesional LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “Setiap lembaga pasti punya struktur organisasi. Bagi
kami itu itu menjadi salah satu komponen penting. Kami
ada struktur organisasi secara resmi ada ketua,
bendahara, sama sekretaris sama kayak lembaga-lembaga
lain. Tiap anggota punya jobdesnya sendiri, walaupun
pada kenyataannya bisa diterapkan secara luwes.
Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi bersifat
seleksi alam dek. Di struktur kepengurusan namanya ada
tapi waktu kerja orangnya nggak ada, biasa seperti itu.
Jadi kita menerapkan kepengurusan yang luwes biar
semua ke-cover .”
4. Apa syarat khusus untuk menjadi anggota profesional dan upaya apa yang
dilakukan LK3 Sekarsari untuk memberikan motivasi atau peningkatan
kapasitas kerja?
Bapak MI : “Pasti ada, tapi kita nggak secara langsung buka
lowongan kayak pekerjaan biasa gitu mbak. Salah satu
caranya ya mulut ke mulut, lewat pekerjaan saya juga. Ya
sekali lagi saya tekankan yang namanya lembaga sosial itu
beda, yang berorientasi sama materi mending saya
anjurkan buat mundur hari ini juga. Iya saya selalu
menekankan kayak gitu.”
5. Bagaimana pengelolaan pendanaan di LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “Kami lembaga dibawah kedinasan, tapi kami juga
lembaga yang berbasis sosial. Ada dana dari APBN
186
khusus bagi LK3, tapi itu nilainya hanya Rp 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah) sampai Rp 15.000.000,- (lima belas
juta rupiah) setiap tahun.”
6. Kalau terkait dengan pengelolaan pendanaan, sumber dana yang dari
pemerintah hanya sekian bagaimana mengelolanya?
Bapak MI : “Kalau buat lembaga sudah tentu itu tidak cukup, untuk
menggaji staff saja tidak cukup. Ditambah lagi saat
melayani para klien kan mereka tidak dipungut biaya
sepeserpun. Tapi Bapak berkomitmen, insyaallah ada amal
dan dana swadaya dari Bapak karena diluar ini kan Bapak
juga punya pekerjaan yang insyallah cukup untuk
menghidupi lembaga kami.”
7. Bagaimana pengelolaan sarana prasarana yang dilakukan oleh LK3
Sekarsari?
Bapak MI : “kalau di secretariat kami yang disini memang agak
terbatas mbak, biasanya kalau konsultasi atau pembahasan
kasus yang parah atau tertutup gitu dilaksanain di LK3
Sekar Melati. Tapi kedepannya memang sudah ada
perencanaan buat membuat sekat-sekat semacamnya,
dananya juga masih terbatas yang penting operasionalnya
jalan dulu nanti dari lembaga akan diusahakan.”
8. Bagaimana pelaksanaan program layanan konsultasi di LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “jadi untuk layanan konsultasi di LK3 itu saling
berkaitan, mulai dari konsultasi sampai pada
penjangkauan. Dari tahapan-tahapan itu nanti juga ada
prosesnya. Kita tetap melaksanakan berdasarkan SOP dari
kemensos. Nggak semua dilaksanakan disini, kadang kan
harus ada yang dirujuk ke segi hukum. Jadi untuk
pelaksanaannya nanti tergantung klien, kita menyesuaikan
sesuai apa yang dibutuhkan. Kan permasalahan klien
187
berbeda-beda mbak. cara penyelesaiannya beda, namun
alurnya kurang lebih sama.”
9. Adakah bentuk koordinasi/jejaring kerja yang dilakukan oleh LK3
Sekarsari? Jika ada seperti apakah bentuk koordinasi yang dilakukan?
Bapak MI : “koordinasi pasti ada mbak. Waktu klien sama pekerja
kita membahas masalah kan namanya koordinasi juga.
Diluar itu kita juga banya berhubungan sama pihak luar
yang jadi mitra kami ya tentunya.”
10. Lembaga mana saja yang dijadikan jejaring kerja LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “Banyak mitranya, ada kepolisian, PA, panti, lembaga-
lembaga khusus perempuan dan ada lagi. Selain itu karna
kita kan dibawah dinas, jadi Dinas sosial itu sebagai mitra
tetap. Kita juga ikut forkom LK3 di seluruh DIY,
kebetulan Bapak yang jadi ketuanya. Tujuan kita bermitra
sama pihak luar selain buat nge-cover kasus klien juga
biar kita bisa belajar dengan lembaga lain.”
11. Adakah bentuk pengawasan internal dan eksternal yang dilakukan di LK3
Sekarsari?
Bapak MI : “Ada pasti mbak.”
12. Bagaimana proses kegiatannya?
Bapak MI : “pengawasan oleh Dinsos (Dinas Sosial) pasti ada, kalau
untuk waktunya biasanya 3 bulan sekali, 6 bulan sekali,
kadang sampai satu periode tidak ada inspeksi mbak.
Hanya kan kita tetap punya kewajiban laporan, Dinas
nanti lihatnya dari situ. Kalo pengawasan dari Bapak pasti
ada, Bapak mengawasi kinerja-kinerja pekerja, mengawasi
jalannya program biar semua berjalan dengan baik.”
13. Adakah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin LK3
Sekarsari?
Bapak MI : “saya memantau secara langsung mbak, saat jam efektif
pelayanan kan saya selalu di kantor. Tapi semisal saya
188
berhalangan hadir, saya mengawasinya melalui rapat atau
pertemuan pengurus. Waktu pertemuan kan semua ngasih
laporan kerjanya juga sama saya jadi tidak ada yang perlu
dikawatirkan. Karena semua bekerja dengan baik. Kalau
ada progress lapor, kalau ada yang belum terselesaikan
nanti kita selesaikan bersama, kita cari jalan keluar
bersama saat itu.”
14. Menurut anda, apakah faktor pendukung dalam pengelolaan program di
LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “Ya itu tadi, jejaring kerja yang mendukung program
kami. Dinas sosial sebagai mitra punya peran banyak mbak,
dari diinas ada semacam pelatihan bagi para pengurus dan
peksos. Tahun 2016 awal kemarin ada pelatihan buat
menangani masalah pemberdayaan perempuan. Ada dana
APBN juga, besarnya sepuluh juta pertahun. Walaupun
sebenarnya tidak cukup, tapi itu cukup menbantu lembaga
kami. Selain itu juga loyalitas pegawai saya mbak.
Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi bersifat seleksi
alam dek. Di struktur kepengurusan namanya ada tapi
waktu kerja orangnya nggak ada, biasa seperti itu.”
15. Bagaimana cara yang anda gunakan untuk menjaga loyalitas para pekerja ?
Bapak MI : “Untungnya aja banyak yang komitmen mau membantu,
banyak yang dari awal berdiri sampai sekarang masih
ngebantu disini walaupun tidak ada jaminan kita ngasih
upah yang wah seperti lembaga-lembaga besar yang
lainnya. Karena di sosial itu nilai juang yang penting bukan
materi. Motivasi itu yang penting bagi para pengurus dan
peksos, kebanyakaan pekerja kan sering nanya “kita dibayar
berapa gitu kan? Tapi Alhamdulillah yang kerja disini
ngebantu dengan iklas jadi lembaga juga ngrasa terbantu
sekali.”
189
16. Adakah kendala yang dihadapi dalam proses pengelolaan di LK3
Sekarsari?
Bapak MI : “Kendala yang begitu berarti sih nggak ada mbak. Ya
mungkin hanya kadang klien kurang kooperatif aja. Udah
sampai persidangan kadang rujuk, nanti balik ke kita lagi.
Hal-hal seperti itu ya buat kami untuk pelajaran saja.”
17. Menurut anda, bagaimanakah hasil yang dirasakan oleh klien atas
pengelolaan lembaga yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari?
Bapak MI : “Dampak bagi klien pastilah klien sendiri yang
merasakan mbak. Tapi kami berusaha sebaik mungkin.
Selain sebagai mediator kan kita juga ngasih pengetahuan
khusus, misalnya kayak motivasi-motivasi, ada
penyadaran juga mbak bisa dari psikolog, ahli agama
kadang dari saya juga, kita juga ngasih kesempatan bagi
klien untuk mengungkapkan pendapatnya, ngasih
beberapa opsi di setiap konsultasi itu tentunya dengan
resiko ditanggung sendiri, istilahnya berani ambil resiko
gitu dari situ kan nanti ada feed back dari klien ke kami.
Ada semacam kepercayaan pada lembaga kami,
harapannya ada gethok tular gitu buat masyarakat yang
lain. Ajang promosilah kalau diibaratkan.”
190
CATATAN WAWANCARA II
Hari, tanggal : Jum’at, 6 Januari 2017
Waktu : 10.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan pengurus
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Ibu SP
Deskripsi
1. Bagaimana perencanaan program layanan yang dilaksanakan di LK3
Sekarsari?
Ibu SP : “Ada kegiatan rapat yang sifatnya intern mbak, khusus
bagi pengelola dan tim profesional saja. Kami berunding
untuk membuat rencana kegiatan bagi klien, siapa yang
bertugas, bagaimana solusi penyelesaiannya. Ini sifatnya
musyawarah mbak sama pelaporan juga dari tim, tapi tidak
melibatkan klien secara langsung.”
2. Bagaimana sistem pembagian kerja yang diterapkan kepada
pengelola/pengurus maupun ke tim profesional LK3 Sekarsari?
Ibu SP : “Sesuai jobdesk masing-masing dek, kan semua udah
punya tugas sendiri-sendiri.”
3. Apa syarat khusus untuk menjadi anggota profesional ?
Ibu SP : “Kan ini lembaga sosial juga, jadi kalau semisal ada
relawan ya kami terima. Nanti masih ada pengarahan-
pengarahan dari Bapak untuk lebih lanjutnya, misal kayak
teknis kerjanya atau materi sosialisasinya seperti itu. Ada
jenjang pendidikan tertentu mbak kalau yang kerjanya
nangani kasus, malah bisa dibilang wajib itu dek. Ya
istilahnya harus kompeten dan ahli dibidangnya. Kalau
relawan sih nggak ada patokan secara khusus, bisa terbuka
bagi siapa saja.”
4. Bagaimana pelaksanaan program layanan konsultasi di LK3 Sekarsari?
191
Ibu SP : “ada prosedurnya dek, kita punya SOP dari kemensos.
Ada aturan-aturannya, tapi untuk pelaksanaannya ya tetap
diserahkan ke LK3, yang penting tidak keluar jalurnya aja.
Kita ada program penjaringan klien, ada jemput bola.
Soalnya masyarakat itu masih enggan buat melapor, pernah
kita ke salah satu bekas lokalisasi di Jogja, kalau tidak
didatangi ya tidak mau nglapor saat itu pas pakai mobil
keliling. Padahal kalau ditelusuri permasalahannya justru
sangat kompleks. Dengan menyadarkan masyarakat
akhirnya banyak yang berkenan konsultasi, kita
menggunakan psikolog karena rata-rata yang jadi masalah
terkait sama kejiwaan atau pribadi dek. Bahkan sampai
sekarang kita masih pantau melalui program home visit dan
tidak ada pungutan biaya mbak. Semua layanan konsultasi
gratis.”
5. Adakah bentuk pengawasan internal dan eksternal yang dilakukan di LK3
Sekarsari?
Ibu SP : “ada pasti dari dinas dek, yang dinilai banyak. Ya semua
kan mengacu pada SOP dek, yang penting itu bagaimana
kita ngerjainnya sesuai standar apa tidak. Selama ini
pengawasan dari Dinas belum mendapat rapor merah, justru
kita jadi salah satu LK3 terbaik karena secara pelaksanaan
bagus. Kami ada tiga prinsip, secretariat, admin dan klien,
dan ini jadi salah satu keunggulan LK3 kami.”
6. Menurut anda, apakah faktor pendukung dalam pengelolaan program di
LK3 Sekarsari?
Ibu SP : “Mitra kerja mungkin ya salah satunya, iya dek kami
sangat terbantu dengan adanya mitra kerja. Lembaga kami
tidak mungkin bisa mengcover semua keperluan klien,
untung banyak pihak yang mau bekerja sama. Saling
192
membantu dan mendukung, mereka mendukung program
kami. Kami juga membantu mereka.”
7. Adakah kendala yang dihadapi dalam proses pengelolaan di LK3
Sekarsari?
Ibu SP :“Menurut saya sih belum ada ya mbak. Semoga aja tidak
ada.”
8. Menurut anda, bagaimanakah hasil yang dirasakan oleh klien atas
pengelolaan lembaga yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari?
Ibu SP : “jujur memang perceraian lebih banyak dek. Klien yang
datang kan selalu ditanya pengennya apa, nanti kita
arahkan. Kami berusaha meminimalisir perceraian. Namun
kita lihat dampaknya kedepan akan seperti apa, iya kalau
membaik? Kalau semakin bermasalah gimana?”
9. Jika dipresentasekan bagaimana perbandingan antara klien yang memilih
jalur perceraian dan yang memilih bersatu kembali?
Ibu SP : “Kalau dipresentasekan mungkin 60% ke arah perceraian,
yang 40% ada yang kembali harmonis walaupun harus
dengan pendampingan ahli kami.”
193
CATATAN WAWANCARA III
Hari, tanggal : Jum’at, 13 Januari 2017
Waktu : 10.00 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan pekerja sosial
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Sdr. A
Deskripsi
1. Bagaimana perencanaan program layanan yang dilaksanakan di LK3
Sekarsari? Apakah anda dilibatkan secara langsung?
Sdr. A : “Kita ada rapat rutin mbak setiap sebulan sekali. Kalau
rapat bulanan biasanya yang rutin itu membahas jadwal
khususnya buat yang pelayanan konsultasi dan mobil
keliling mba. Jadi nanti kami membuat jadwal ke daerah-
daerah di seluruh Yogyakarta, kita ada daftarnya
kecamatan-kecamatan mana aja gitu mba. Langkahnya
tinggal nanti kita ngirim surat pemberitauan ke kecamatan,
nyusun jadwal ntar kami para peksos siap. Sewaktu
membuat jadwal kami juga harus memplot-plotkan
pembagian kerjanya, anggaran ya sama semua yang
diperlukan mba.”
2. Bagaimana sistem pembagian kerja yang diterapkan kepada
pengelola/pengurus maupun ke tim profesional LK3 Sekarsari?
Sdr. A : “biasanya kita luwes sih mbak, ada yang kosong ya sebisa
mungkin kita tutup. Kalau pembagian tugas sih dari bapak
pasti mbak, biasanya ntar kita tinggal kerja aja.”
3. Upaya apa yang dilakukan LK3 Sekarsari untuk memberikan motivasi atau
peningkatan kapasitas kerja?
Sdr. A : “Setiap ada kesempatan pasti dikasih pencerahan sama
Bapak. Memotivasinya secara nonformal gitulah mbak, ya
kayak ngobrol-ngobrol biasa. Kadang kalau waktu
pertemuan juga Bapak suka ngasih motivasi-motivasi biar
194
semangat kerjanya, balik lagi mbak kan ini lembaga sosial.
Pekerjanya diseleksi sendiri sama alam, makanya kita
bener-bener ditekanin buat kerja yang penuh dedikasi mbak
dengan niat buat menolong gitu kan rata-rata pada gimana
gitu kan kalau berkaitan sama bidang sosial? Ada pelatihan
khusus kadang dari dinas, dan kami dilibatkan secara
langsung. Kayak kemarin itu ada pelatihan soal perempuan
mbak dari dinas, jadi tambah wawasanlah kami.”
4. Bagaimana kinerja para pekerja menurut anda?
Sdr. A : “Kalau dibilang motivasinya memang banyak yang tinggi,
tapi ya ada aja oknum yang kadang nggak bener gitu.
Simple aja kayak datangnya telat padahal klien udah pada
disini, untungya kita kerjanya saling ngebantu mbak jadi
kalau bisa ke cover .”
5. Bagaimana proses konsultasi yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari? Adakah
metode atau prosedur tertentu?
Sdr. A : “selain dibantu mediasi sama psikolog, LK3 juga punya
mitra kerja mbak. Jadi kalau permasalahannya nggak cukup
dengan konsultasi dan konseling nanti kita minta bantuan ke
pihak lain. Biasanya sih ke pengadilan agama atau lembaga
yang biasa mengurusi anak dan perempuan, KPMP kalau
nggak salah. Kalau ke pihak kepolisian gitu jarang mbak.
Tapi peran lembaga kami tetap sampai benar-benar selesai,
entah itu nanti tetap memantau, mendampingi atau bisa jadi
ke arah home visit dan pemberian modal mbak.”
6. Seperti apakah bentuk koordinasi yang dilakukan?
Sdr. A : “kita udah ada jadwal yang udah disusun sama pegurus
mbak. Kalau ke kecamatan-kecamatan gitu kita emang udah
kerjasama, kita nanti ngirim surat kalau mobil keliling kita
bakal beroperasi di daerah tersebut. Dari pengurus udah ada
jadwal sama list tempatnya, nggak di kecamatan aja mbak
195
kadang dirumah sakit, tempat umum yang sekiranya banyak
orang aja sih sebenernya.”
7. Adakah bentuk pengawasan internal dan eksternal yang dilakukan di LK3
Sekarsari?
Sdr. A : “Pengawasan dari dinas ada mbak, tapi nggak pasti.
Kadang malah setahun sekali aja nggak ada pihak dinas ke
sini, kalau tahun ini malah nggak ada. Paling nanti admin
yang ngasih laporan tiap semester buat ke Dinasnya
langsung mbak.”
8. Menurut anda apa hal yang mendukung pengelolaan program di LK3
Sekarsari?
Sdr. A : “Motivasi dan komitmennya kalau menurut saya mbak.
Ya jujur saya basicnya emang sosial mbak, tapi dari pihak
sini kadang tetap diikutin ke pelatihan. Acaranya dari dinas,
ya sekedar buat ngembangin kemampuan kitanya mungkin
mbak, ada kan lembaga yang pasif buat acara gituan.”
196
CATATAN WAWANCARA IV
Hari, tanggal : Jum’at, 27 Januari 2017
Waktu : 08.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan klien
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Ibu R
Deskripsi
1. Dari manakah anda mendapatkan informasi mengenai adanya Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
Ibu R : “Awalnya saya daftar melalui mobil keliling, waktu itu di
THR mbak. Trus saya diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari)
buat konsultasi langsung, sama Mbak E dilayani baik
banget, ditujukin nanti prosesnya begini-begini. Konsultasi
beberapa kali, bahkan sampai mediasi sama suami juga baik
semuanya, Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi pengacara
dan bahkan dari awalnya juga diantar ke pengadilannya
langsung. Saya didampingi sampai benar-benar pada
putusan akhir resmi cerai mbak.”
2. Apakah untuk mendapatkan layanan di LK3 Sekarsari ada biaya yang
harus anda keluarkan?
Ibu R : “Saya nggak dipungut biaya mbak … iya gratis. Sejak
Desember saya jadi klien, konsultasi-konsultasi setiap
minggu sampai sekarang tidak dipungut biaya. Saya kan
tahunya dari mobil keliling mbak, waktu itu juga tidak
dipungut biaya. Hanya saya membayar pas pendaftaran di
Pengadilan Agama saja karena saya kan kasusnya
perceraian mbak, itu memakai uang saya pribadi.
Selebihnya gratis mbak, bahkan tim hukum yang
mendampingi saya juga.”
3. Apakah anda dilibatkan dalam proses pengelolaan? Seperti rapat rutin atau
pertemuan-pertemuan?
197
Ibu R : “Tidak mba. Saya tidak dilibatkan secara langsung dalam
pertemuan rutin, jadi sistemnya saya hanya mendaftar lalu
diarahkan langsung sama pengurus penyelesaian lebih baik
seperti apa. Hanya berunding seperti itu saja mbak,
istilahnya face to face. Nggak ada pertemuan-pertemuan
yang melibatkan pengurus seperti itu. Ada bentuk
perencanaan tapi sebatas sama kasus saya aja mbak, bukan
buat kepentingan rutin.”
4. Adakah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan lembaga selama anda
menjadi klien?
Ibu R : “sewaktu konsultasi selalu ada bapak mbak, kadang malah
konsultasinya juga sama bapak langsung. Setiap jumat pasti
ada bapak, tapi saya tidak tahu mbak apakah itu bentuk
pengawasan atau bukan, nggak paham soalnya mbak. Kalau
saya nggak mengawasi mbak, istilahnya terima beres saja.”
5. Menurut anda, bagaimana pelayanan yang diberikan oleh Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari terhadap
permasalahan yang anda miliki?
Ibu R : “Pelayanannya bagus mbak, seneng saya. awalnya saya
datar melalui mobil keliling, waktu itu di THR mbak. Trus
saya diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari) buat konsultasi
langsung, sama Mbak E dilayani baik banget, ditujukin
nanti prosesnya begini-begini. Konsultasi beberapa kali,
bahkan sampai mediasi sama suami juga baik semuanya.”
6. Sebagai pengguna layanan, apakah pengelolaan yang dilakukan oleh
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari sudah baik?
Ibu R : “Pelayanannya bagus mbak, Cuma kadang nggak nyaman
gitu soalnya ruangannya kan campur. Kan malu juga kalau
kita membahas kasus kita, apalagi yang arahnya sampai ke
perceraian gitu kan agak kurang etis ya kesannya mba.
Takut gitu semisal orang lain denger, nanti jatuhnya kok
198
malah seperti ngebuka aib. Itu aja sih mbak kalau menurut
saya.”
7. Dari hasil konsultasi jalan keluar yang dipilih adalah perceraian, apakah
itu keputusan dari pihak lembaga atau murni keinginan anda sendiri?
Ibu R : “Saya memilih jalur hukum mbak, cerai aja. Sebenarnya
sudah dinasehati di setiap konsultasi dari pihak LK3, tapi
sikap dari pihak sana (suami) tidak menunjukkan respon
baik. udahlah cerai saja daripada nanti berdampak banyak
ke anak saya juga kan. Walaupun dalam kasus ini (KDRT)
saya berhak melaporkan namun saya berpikir ulang, saya
hanya menuntut perceraian.”
8. Mengapa perceraian anda pilih sebagai jalan keluar permasalahan anda?
Ibu R : “Memang jalannya cerai mbak, untungnya benar-benar
didampingi mbak, selain dari sini (lembaga) juga dari pihak
keluarga saya, keluarga suami saya juga. Jadi ya bismillah
aja semoga dengan jalan perceraian bisa lebih tenang &
ngelanjutin semuanya bisa lebih baiklah mbak pokoknya.”
9. Bagaimana peran LK3 dalam penyelesaian kasus anda?
Ibu R : “Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi pengacara dan bahkan
dari awalnya juga diantar ke pengadilannya langsung. Saya
didampingi sampai benar-benar pada putusan akhir resmi
cerai mbak.”
199
CATATAN WAWANCARA V
Hari, tanggal : Jum’at, 27 Januari 2017
Waktu : 09.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan klien
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Ibu An
Deskripsi
1. Dari manakah anda mendapatkan informasi mengenai adanya Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari?
Ibu An :“Saya tahunya dari BPH (Badan Penasehat Hukum dan
Perkawinan) di kecamatan tempat tinggal saya. Saya udah
sempat konsultasi disana, tapi nihil akhirnya dirujuk ke LK3
sini. Saya tahunya juga dari kecamatan itu mbak.”
2. Apa yang membedakan pelayanan ini dengan pelayanan yang pernah anda
peroleh sebelumnya?
Ibu An : “Menurut saya cepat sih mbak, tepat sasaran gitu, seperti
yang saya mau. Soalnya saya udah bener-bener putus asa
kalau ngadepin masalah kayak gini.”
3. Apakah untuk mendapatkan layanan di LK3 Sekarsari ada biaya yang
harus anda keluarkan?
Ibu An :“Tidak dipungut biaya kok mbak, enak pelayananannya
disini.”
4. Sejak kapan anda menjadi klien LK3 Sekarsari?
Ibu An : “Sejak November 2016 akhir mbak saya, dan akhirnya
masuk jalur hukum perceraian, bayar biaya pengadilan saja
mba. Saya kan dari keluarga kurang mampu, saya juga udah
ngajuin surat keterangan tidak mampu dari kelurahan saya.
Rencananya ingin ikut program yang sidang gratis tapi
kuotanya ternyata udah habis, jadi tetap bayar biaya
pengadilan. Besok akhir Januari ini saya sidang, didampingi
tim advokatnya Bapak juga mbak dan gratis.”
200
5. Apakah anda dilibatkan dalam proses pengelolaan? Seperti rapat rutin atau
pertemuan-pertemuan?
Ibu An : “perencanaan … oh yang pertemuan-pertemuan rutin gitu
nggak ada mbak. Selama ini saya cuma datang untuk
berkonsultasi aja sama Bapak MI membahas permasalahan
saya. Nggak ada yang rapat-rapat gitu mba. Kalo konsultasi
ya awalnya pasti ada perencanaan mbak, ada prosesnya
merencanakan solusi terbaik dari permasalahan saya. Baik itu
secara psikologis atau hukum, ya sebatas itu mba.”
6. Apakah anda mengawasi bagaimana jalannya kasus anda di LK3
Sekarsari?
Ibu An : “nggak ada mbak. Pengawasan yang saya lakukan hanya
kayak memantau aja lewat hp. Itupun kebanyakan Cuma
nanya kasusnya bakal diproses gimana trus apa yang harus
saya lakukan gitu. Selebihnya cuma ngikutin arahan dari sini
aja.”
7. Kenapa yang dipilih harus jalur perceraian?
Ibu An : “Kalau memang harus bersatu lagi ya ada perubahan dari
pihak suami atau apa akhirnya bisa rujuk nanti kita nggak
pernah tahu, tapi prosesnya begitu nanti ada proses mediasi
lagi di pengadilan… paling terasa nanti korbannya ke anak,
saya berkali-kali mengupayakan tapi memang tidak ada
komunikasi apalagi dari hati ke hati… semuanya demi
anak.”
201
8. Bagaimanakah hasil yang anda rasakan atas pengelolaan lembaga yang
telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari?
Ibu An : “Ya belum saya rasakan soalnya kan masih proses juga
saya mbak, walaupun sebenarnya perceraian udah pilihan
terbaik.”
202
CATATAN WAWANCARA VI
Hari, tanggal : Jum’at, 4 Februari 2017
Waktu : 09.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan tim hukum
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Sdr. T
Deskripsi
1. Bagaimana kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi tim hukum?
Sdr. T : “tim hukum basicnya ya hukum mbak, minimal kan
sarjana seperti itu, yang lain juga sama mbak seorang
psikolog ya harus dari ahli psikologis. Ada semacam
rulenya gitu. Kita juga kan sebelum di sini ikut semacam
pendidikan, dan pengajarnya bapak sendiri jadi kita kayak
dikasih pencerahan, motivasi-motivasi kadang liburan juga
mbak.”
2. Bagaimana persiapan khusus yang dilakukan oleh tim anda dalam
menangani klien?
Sdr. T : “Perencanaan pasti ada dan kalau berkaitan dengan
hukum, pasti tim hukum berdiri paling depan mba. Dari situ
nanti kita ngerencanain kedepannya bakal kayak gimana
gitu mbak, kan kita juga membutuhkan banyak hal. Buat
ngelaksanain kita juga ada surat kuasanya, ada pembagian
kerja internal antar anggota juga mbak.”
3. Bagaimana pelaksanaan dari program konsultasi di LK3?
Sdr. T : “Ada SOP penanganannya mbak. Waktu klien konsultasi
nanti disitu semua tim ikut, kita bahas bareng-bareng.
Psikolog dulu nanti yang nilai, ada kayak assessment seperti
itulah. Selanjutnya kalau berkaitan dengan hukum, pasti tim
hukum berdiri paling depan mba. Dari situ nanti kita
ngerencanain kedepannya bakal kayak gimana gitu mbak,
kan kita juga membutuhkan banyak hal.”
203
4. Upaya apa yang anda lakukan untuk menyelesaikan kasus klien?
Sdr. T : “Kami siap kawal sampai selesai kasusnya mbak, nggak
semua cerai kok. Kadang di mediasi lagi nanti rujuk lagi, ya
semua diupayakan yang terbaik mbak.”
5. Apakah ada pengawasan yang dilakukan dari pihak internal maupun
eksternal pada anda?
Sdr. T : “Pengawasan langsung dari Bapak MI biasanya, kalau
dari kedinasan gitu jarang ya malahan.”
6. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga?
Sdr. T : “Itu tadi mbak, biasanya Cuma dari bapak aja, seringan
langsung liat kinerja kami sih ya malahan. Oh iya rapat-
rapat gitu juga sebagai bahan laporan mbak, kita udah kerja
sejauh mana gitu.”
7. Menurut anda, hal apa yang paling mendukung dalam proses pengelolaan
di lembaga ini?
Sdr. T : “Profesionalitas. Saya rasa kompetensi yang dimiliki tim
kami sudah cukup mumpuni mbak, istilahnya udah dari
jalurnya masing-masing seperti itu. Ditambah lagi kami ada
pelatihan atau materi khusus, bisa belajar dengan ahli yang
lain juga. Sebisa mungkin kami memberikan yang terbaik
bagi klien dengan kemampuan yang kami miliki.”
8. Selama ini adakah kendala yang anda temui selama menjadi seorang tim
profesional di LK3 Sekarsari?
Sdr. T : “Kendala sih paling masalah klien yang kurang kooperatif
aja mbak.”
9. Kalau terkait dengan lembaga, adakah kendala yang anda temui?
Sdr. T : “Kalau dari lembaga saya rasa nggak ada ya.”
204
CATATAN WAWANCARA VII
Hari, tanggal : Jum’at, 4 Februari 2017
Waktu : 10.30 WIB
Kegiatan : Wawancara dengan tim hukum
Tempat : Sekretariat LK3 Sekarsari
Subyek : Sdr. P
Deskripsi
1. Dari segi tim hukum, bagaimana perencanaan yang anda lakukan dalam
menangani suatu kasus?
Sdr. P : “Iya yang dibahas nanti kami ada perencanaan banyak
mbak, dan harus matang. Ada pembagian kerjanya, bagi
tugas istilahnya mbak. Misalnya nanti satu kasus bisa di-
handle ada dua orang advokat atau lebih. Jadi bagi-bagi
tugas gitu.”
2. Siapa yang memiliki kewenangan pembagian tugas?
Sdr. P : “Yang punya kewenangan Bapak MI, beliau juga kan
salah satu tim hukum.”
3. Selain koordinasi dengan pihak luar, adakah bentuk koordinasi dalam
antar LK3?
Sdr. P : “Bentuk koordinasi antar lembaga iya itu mbak, case
conference. Kemarin hadir juga kan? Kalau case conference
kan setiap semester ada, agenda rutin juga itu mbak. Kalau
forkom (forum komunikasi) biasanya sih 3 bulan sekali ya,
kami partisipasi soalnya Bapak MI kan ketua juga di
forkom itu mbak.”
4. Apa yang dimaksud dengan program bantuan hukum secara Cuma-Cuma
dan mengapa menggunakan sistem kuota?
Sdr. P : “Kami ada program dari bantuan dengan subsidi
kemenkumham buat membantu klien menghadapi
permasalahan hukum secara gratis sampai kelar
permasalahan mbak. Memang pakai kuota, 20 orang
205
pertahun biasanya dan dikhususkan bagi yang tidak mampu.
Jumlahnya kan terbatas jadi udah habis diawal tahun,
banyak yang cari juga soalnya mbak.”
5. Lalu, persyaratan apa saja yang harus dipenuhi klien untuk mendapatkan
layanan tersebut?
Sdr. P : “Persyaratannya sama kayak klien yang lain mbak, KTP
asli sama C1 bedanya kalau yang ikut program ini harus
sama ngelampirin surat tidak mampu dari kelurahan mba.”
6. Selama ini adakah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak internal
maupun eksternal?
Sdr. P : “Ada mbak dari dinas.”
7. Selama menjadi seorang tim hukum, kendala apa yang anda alami?
Sdr. P : “Kendala yang saya temui sebenarnya bukan masalah
yang berarti, kayak missal klien yang nggak bisa bahasa
Indonesia, nggak bisa tanda tangan. Tapi overall nggak
berpengaruh banyak sih, masih bisa dihandle mbak.”
206
Lampiran 7. Analisis Data
Analisis Data
(Reduksi Data, Penyajian Data Dan Penarikan Kesimpulan Hasil
Wawancara)
Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada
Keluarga Bermasalah di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
(LK3) Sekarsari Yogyakarta
Bagaimana perencanaan program layanan yang dilaksanakan di LK3 Sekarsari?
Bapak MI : Kalau lembaga kami semua aturannya berdasarkan SOP dari
kemensos, kami menjalankan dan sekaligus mengembangkan.
Untuk merencanakan program lembaga kami biasanya
melalui pertemuan rutin atau rapat, ada rapat bulanan sama
rapat tahunan. Kalau rapat bulanan itu untuk merencanakan
program selama satu bulan, berupa kegiatan mingguan
biasanya. Kalau rapat tahunan mencakup lingkup yang lebih
luas. Dan ini dikhususkan bagi internal lembaga saja mbak.
Kalau pertemuan atau rapat tahunan kami khususkan untuk
membuat prediksi kegiatan dengan didasari pada peristiwa
sebelumnya, misalnya jika pada tahun 2016 kami melayani
klien sekian, maka 2017 kami harus memprediksi jumlah
klien ya walaupun harapannya jumlahnya semakin
menurun… Di rapat tahunan kita menyusun rencana kegiatan
sekaligus anggaran ADART selama setahun ke depan lalu
dituangkan dalam bentuk proposal dan diajukan ke dinas
sosial. Perencanaan program kegiatan juga tetap didasari oleh
prediksi tahun lalu, tujuannya supaya ada patokan yang jelas
untuk pelaksanaannya di tahun mendatang. Untuk program
kami cenderung merencanakan pengembangan program
untuk menindaklanjuti program yang telah berjalan, apa
kurangnya dan solusi seperti apa yang diperlukan
207
Ibu SP : Ada kegiatan rapat yang sifatnya intern mbak, khusus bagi
pengelola dan tim profesional (tim profesional) saja. Kami
berunding untuk membuat rencana kegiatan bagi klien, siapa
yang bertugas, bagaimana solusi penyelesaiannya. Ini
sifatnya musyawarah mbak sama pelaporan juga dari tim, tapi
tidak melibatkan klien secara langsung.
Sdr. A : Kita ada rapat rutin mbak setiap sebulan sekali. Kalau rapat
bulanan biasanya yang rutin itu membahas jadwal khususnya
buat yang pelayanan konsultasi dan mobil keliling mba. Jadi
nanti kami membuat jadwal ke daerah-daerah di seluruh
Yogyakarta, kita ada daftarnya kecamatan-kecamatan mana
aja gitu mba. Langkahnya tinggal nanti kita ngirim surat
pemberitauan ke kecamatan, nyusun jadwal ntar kami para
peksos siap. Sewaktu membuat jadwal kami juga harus
memplot-plotkan pembagian kerjanya, anggaran ya sama
semua yang diperlukan mba.
Kesimpulan : Dalam melakukan perencanaan program LK3 Sekarsari
melakukan rapat rutin dengan para pengurus dan pekerja
sosial. Rapat rutin dibedakan menjadi dua, yaitu rapat rutin
bulanan dan tahunan. Rapat tahunan dilaksanakan untuk
merencanakan anggaran dengan perkiraan jumlah klien
berdasarkan data dari tahun ke tahun untuk dituangkan ke
dalam sebuah proposal kerja. Sedangkan untuk rapat bulanan
dilakukan untuk melakukan pembagian kerja bagi tim
berdasarkan tugasnya masing-masing.
Apakah anda dilibatkan secara langsung dalam proses perencanaan di LK3
Sekarsari?
Ibu R : Tidak mba. Saya tidak dilibatkan secara langsung dalam
pertemuan rutin, jadi sistemnya saya hanya mendaftar lalu
diarahkan langsung sama pengurus penyelesaian lebih baik
seperti apa. Hanya berunding seperti itu saja mbak, istilahnya
208
face to face. Nggak ada pertemuan-pertemuan yang
melibatkan pengurus seperti itu. Ada bentuk perencanaan tapi
sebatas sama kasus saya aja mbak, bukan buat kepentingan
rutin.
Ibu An : perencanaan … oh yang pertemuan-pertemuan rutin gitu
nggak ada mbak. Selama ini saya cuma datang untuk
berkonsultasi aja sama Bapak MI membahas permasalahan
saya. Nggak ada yang rapat-rapat gitu mba. Kalo konsultasi
ya awalnya pasti ada perencanaan mbak, ada prosesnya
merencanakan solusi terbaik dari permasalahan saya. Baik itu
secara psikologis atau hukum, ya sebatas itu mba.
Kesimpulan : dalam membuat perencanaan program LK3 Sekarsari tidak
melibatkan klien. Klien hanya dilibatkan dalam bentuk
perencanaan yang terkait dengan kasus yang ditangani oleh
LK3 Sekarsari.
Apa sajakah yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan yang dilakukan
tersebut?
Sdr. T : Perencanaan pasti ada dan kalau berkaitan dengan hukum,
pasti tim hukum berdiri paling depan mba. Dari situ nanti kita
ngerencanain kedepannya bakal kayak gimana gitu mbak, kan
kita juga membutuhkan banyak hal. Buat ngelaksanain kita
juga ada surat kuasanya, ada pembagian kerja internal antar
anggota juga mbak.
Sdr. P : Iya yang dibahas nanti kami ada perencanaan banyak mbak,
dan harus matang. Ada pembagian kerjanya, bagi tugas
istilahnya mbak. Misalnya nanti satu kasus bisa di-handle
ada dua orang advokat atau lebih. Jadi bagi-bagi tugas gitu …
yang punya kewenangan Bapak MI, beliau juga kan salah
satu tim hukum.
Kesimpulan : perencanaan yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari adalah
dengan melakukan pembagian kerja sesuai dengan kasus
209
yang dihadapi oleh klien. Tim profesional yang terpilih
kemudian membentuk tim kecil dan melakukan pembagian
tugas secara internal.
Bagaimana sistem pembagian kerja yang diterapkan kepada pengelola/pengurus
maupun ke tim profesional LK3 Sekarsari?
Bapak MI : Setiap lembaga pasti punya struktur organisasi. Bagi kami itu
itu menjadi salah satu komponen penting. Kami ada struktur
organisasi secara resmi ada ketua, bendahara, sama sekretaris
sama kayak lembaga-lembaga lain. Tiap anggota punya
jobdesnya sendiri, walaupun pada kenyataannya bisa diterapkan
secara luwes. Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi
bersifat seleksi alam dek. Di struktur kepengurusan namanya
ada tapi waktu kerja orangnya nggak ada, biasa seperti itu. Jadi
kita menerapkan kepengurusan yang luwes biar semua ke-cover
.
Ibu SP : Sesuai jobdesk masing-masing dek, kan semua udah punya
tugas sendiri-sendiri.
Sdr. A : biasanya kita luwes sih mbak, ada yang kosong ya sebisa
mungkin kita tutup. Kalau pembagian tugas sih dari bapak pasti
mbak, biasanya ntar kita tinggal kerja aja.
Kesimpulan : struktur organisasi yang diterapkan di LK3 Sekarsari bersifat
luwes. Walaupun masing-masing memiliki tugas sendiri namun
tidak menutup kemungkinan untuk mengambil alih tugas yang
lain. Struktur organisasi yang luwes dimaksukan agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dan tanpa menggangu tugas pokok.
Apa syarat khusus untuk menjadi anggota profesional dan upaya apa yang
dilakukan LK3 Sekarsari untuk memberikan motivasi atau peningkatan kapasitas
kerja?
Bapak MI : Pasti ada, tapi kita nggak secara langsung buka lowongan
kayak pekerjaan biasa gitu mbak. Salah satu caranya ya mulut ke
mulut, lewat pekerjaan saya juga. Ya sekali lagi saya tekankan
210
yang namanya lembaga sosial itu beda, yang berorientasi sama
materi mending saya anjurkan buat mundur hari ini juga. Iya
saya selalu menekankan kayak gitu.
Sdr. A : Setiap ada kesempatan pasti dikasih pencerahan sama Bapak.
Memotivasinya secara nonformal gitulah mbak, ya kayak
ngobrol-ngobrol biasa. Kadang kalau waktu pertemuan juga
Bapak suka ngasih motivasi-motivasi biar semangat kerjanya,
balik lagi mbak kan ini lembaga sosial. Pekerjanya diseleksi
sendiri sama alam, makanya kita bener-bener ditekanin buat
kerja yang penuh dedikasi mbak dengan niat buat menolong gitu
kan rata-rata pada gimana gitu kan kalau berkaitan sama bidang
sosial? Ada pelatihan khusus kadang dari dinas, dan kami
dilibatkan secara langsung. Kayak kemarin itu ada pelatihan soal
perempuan mbak dari dinas, jadi tambah wawasanlah kami.
Sdr. T : tim hukum basicnya ya hukum mbak, minimal kan sarjana
seperti itu, yang lain juga sama mbak seorang psikolog ya harus
dari ahli psikologis. Ada semacam rulenya gitu. Kita juga kan
sebelum di sini ikut semacam pendidikan, dan pengajarnya
bapak sendiri jadi kita kayak dikasih pencerahan, motivasi-
motivasi kadang liburan juga mbak.
Ibu SP : Kan ini lembaga sosial juga, jadi kalau semisal ada relawan ya
kami terima. Nanti masih ada pengarahan-pengarahan dari
Bapak untuk lebih lanjutnya, misal kayak teknis kerjanya atau
materi sosialisasinya seperti itu. Ada jenjang pendidikan tertentu
mbak kalau yang kerjanya nangani kasus, malah bisa dibilang
wajib itu dek. Ya istilahnya harus kompeten dan ahli
dibidangnya. Kalau relawan sih nggak ada patokan secara
khusus, bisa terbuka bagi siapa saja.
Kesimpulan : Untuk tergabung dalam tim profesional memerlukan
kompetensi yang cukup. Tim profesional tersebut diantaranya
adalah tim hukum, psikolog maupun ahli agama dan peksos.
211
LK3 Sekarsari memiliki standar khusus dalam menetapkan tim
profesional, sedangkan untuk relawan pihak lembaga tidak
memiliki persyaratan khusus.
Bagaimana pengelolaan pendanaan di LK3 Sekarsari?
Bapak MI : Kami lembaga dibawah kedinasan, tapi kami juga lembaga
yang berbasis sosial. Ada dana dari APBN khusus bagi LK3,
tapi itu nilainya hanya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
sampai Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) setiap tahun.
Kalau buat lembaga sudah tentu itu tidak cukup, untuk menggaji
staff saja tidak cukup. Ditambah lagi saat melayani para klien
kan mereka tidak dipungut biaya sepeserpun. Tapi Bapak
berkomitmen, insyaallah ada amal dan dana swadaya dari Bapak
karena diluar ini kan Bapak juga punya pekerjaan yang insyallah
cukup untuk menghidupi lembaga kami.
Ibu SP : tidak ada pungutan biaya mbak. Semua layanan konsultasi
gratis.
Ibu R : saya nggak dipungut biaya mbak … iya gratis. Sejak Desember
saya jadi klien, konsultasi-konsultasi setiap minggu sampai
sekarang tidak dipungut biaya. Saya kan tahunya dari mobil
keliling mbak, waktu itu juga tidak dipungut biaya. Hanya saya
membayar pas pendaftaran di Pengadilan Agama saja karena
saya kan kasusnya perceraian mbak, itu memakai uang saya
pribadi. Selebihnya gratis mbak, bahkan tim hukum yang
mendampingi saya juga.
Ibu An : tidak dipungut biaya kok mbak, enak pelayananannya disini …
sejak November 2016 akhir mbak saya, dan akhirnya masuk
jalur hukum perceraian, bayar biaya pengadilan saja mba. Saya
kan dari keluarga kurang mampu, saya juga udah ngajuin surat
keterangan tidak mampu dari kelurahan saya. Rencananya ingin
ikut program yang sidang gratis tapi kuotanya ternyata udah
habis, jadi tetap bayar biaya pengadilan. Besok akhir Januari ini
212
saya sidang, didampingi tim advokatnya Bapak juga mbak dan
gratis.
Kesimpulan : Pendanaan LK3 Sekarsari bersumber dari APBN yang
disalurkan melalui Dinas Sosial, namun jumlah yang diterima
tidak mencukupi untuk operasional lembaga yang memberikan
layanan gratis bagi kliennya. Sebagian besar dana LK3 Sekarsari
bersumber dari swadaya pemilik.
Bagaimana pelaksanaan program layanan konsultasi di LK3 Sekarsari?
Bapak MI : jadi untuk layanan konsultasi di LK3 itu saling berkaitan,
mulai dari konsultasi sampai pada penjangkauan. Dari tahapan-
tahapan itu nanti juga ada prosesnya. Kita tetap melaksanakan
berdasarkan SOP dari kemensos. Nggak semua dilaksanakan
disini, kadang kan harus ada yang dirujuk ke segi hukum. Jadi
untuk pelaksanaannya nanti tergantung klien, kita menyesuaikan
sesuai apa yang dibutuhkan. Kan permasalahan klien berbeda-
beda mbak. Cara penyelesaiannya beda, namun alurnya kurang
lebih sama.
Ibu SP : ada prosedurnya dek, kita punya SOP dari kemensos. Ada
aturan-aturannya, tapi untuk pelaksanaannya ya tetap diserahkan
ke LK3, yang penting tidak keluar jalurnya aja. Kita ada
program penjaringan klien, ada jemput bola. Soalnya
masyarakat itu masih enggan buat melapor, pernah kita ke salah
satu bekas lokalisasi di Jogja, kalau tidak didatangi ya tidak mau
nglapor saat itu pas pakai mobil keliling. Padahal kalau
ditelusuri permasalahannya justru sangat kompleks. Dengan
menyadarkan masyarakat akhirnya banyak yang berkenan
konsultasi, kita menggunakan psikolog karena rata-rata yang
jadi masalah terkait sama kejiwaan atau pribadi dek. Bahkan
sampai sekarang kita masih pantau melalui program home visit.
Sdr. T : ada SOP penanganannya mbak. Waktu klien konsultasi nanti
disitu semua tim ikut, kita bahas bareng-bareng. Psikolog dulu
213
nanti yang nilai, ada kayak assessment seperti itulah.
Selanjutnya kalau berkaitan dengan hukum, pasti tim hukum
berdiri paling depan mba. Dari situ nanti kita ngerencanain
kedepannya bakal kayak gimana gitu mbak, kan kita juga
membutuhkan banyak hal … kami siap kawal sampai selesai
kasusnya mbak, nggak semua cerai kok. Kadang di mediasi lagi
nanti rujuk lagi, ya semua diupayakan yang terbaik mbak.
Kesimpulan : Pelaksanaan program LK3 Sekarsari dilaksanakan berdasarkan
standar operasional Prosedur (SOP) dari Kemensos RI. Seluruh
program saling terkait satu sama lain dan merupakan suatu
rangkaian program pelayanan.
Bagaimana proses konsultasi yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari? Adakah metode
atau prosedur tertentu?
Sdr. A : selain dibantu mediasi sama psikolog, LK3 juga punya mitra
kerja mbak. Jadi kalau permasalahannya nggakcukup dengan
konsultasi dan konseling nanti kita minta bantuan ke pihak lain.
Biasanya sih ke pengadilan agama atau lembaga yang biasa
mengurusi anak dan perempuan, KPMP kalau nggak salah.
Kalau ke pihak kepolisian gitu jarang mbak. Tapi peran lembaga
kami tetap sampai benar-benar selesai, entah itu nanti tetap
memantau, mendampingi atau bisa jadi ke arah home visit dan
pemberian modal mbak.
Ibu R : awalnya saya datar melalui mobil keliling, waktu itu di THR
mbak. Trus saya diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari) buat
konsultasi langsung. Konsultasi beberapa kali, bahkan sampai
mediasi sama suami saya tapi dari pihaknya tidak ada niat buat
mempertahankan, akhirnya jalur perceraian yang diambil.
Walaupun dalam kasus ini (KDRT) saya berhak melaporkan
namun saya berpikir ulang, saya hanya menuntut perceraian.
Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi pengacara dan bahkan dari
awalnya juga diantar ke pengadilannya langsung. Saya
214
didampingi sampai benar-benar pada putusan akhir resmi cerai
mbak.
Ibu An : Saya kan dari keluarga kurang mampu, saya juga udah ngajuin
surat keterangan tidak mampu dari kelurahan saya. Rencananya
ingin ikut program yang sidang gratis tapi kuotanya ternyata
udah habis, jadi tetap bayar biaya pengadilan. Besok akhir
Januari ini saya sidang, didampingi tim advokatnya Bapak juga
mbak dan gratis mba.
Sdr. P : kami ada program dari bantuan dengan subsidi kemenkumham
buat membantu klien menghadapi permasalahan hukum secara
gratis sampai kelar permasalahan mbak. Memang pakai kuota,
20 orang pertahun biasanya dan dikhususkan bagi yang tidak
mampu. Jumlahnya kan terbatas jadi udah habis diawal tahun,
banyak yang cari juga soalnya mbak… persyaratannya sama
kayakk klien yang lain mbak, KTP asli sama C1 bedanya kalau
yang ikut program ini harus sama ngelampirin surat tidak
mampu dari kelurahan mba.
Kesimpulan : Klien bisa mendapatkan layanan dengan mendaftar terlebih
dahulu, baik itu melalui mobil keliling maupun langsung ke
secretariat LK3 Sekarsari. Prosedur pelayanan konsultasi yang
diberikan oleh LK3 Sekarsari disesuaikan dengan tim
profesional yang menangani kasus tersebut.
Adakah bentuk koordinasi/jejaring kerja yang dilakukan oleh LK3 Sekarsari? Jika
ada seperti apakah bentuk koordinasi yang dilakukan?
Bapak MI : koordinasi pasti ada mbak. Waktu klien sama pekerja kita
membahas masalah kan namanya koordinasi juga. Diluar itu kita
juga banya berhubungan sama pihak luar yang jadi mitra kami
ya tentunya … banyak mitranya, ada kepolisian, PA, panti,
lembaga-lembaga khusus perempuan dan ada lagi. Selain itu
karna kita kan dibawah dinas, jadi Dinas sosial itu sebagai mitra
tetap. Kita juga ikut forkom LK3 di seluruh DIY, kebetulan
215
Bapak yang jadi ketuanya. Tujuan kita bermitra sama pihak luar
selain buat nge-cover kasus klien juga biar kita bisa belajar
dengan lembaga lain.
Sdr. A : kita udah ada jadwal yang udah disusun sama pegurus mbak.
Kalau ke kecamatan-kecamatan gitu kita emang udah kerjasama,
kita nanti ngirim surat kalau mobil keliling kita bakal beroperasi
di daerah tersebut. Dari pengurus udah ada jadwal sama list
tempatnya, nggak di kecamatan aja mbak kadang dirumah sakit,
tempat umum yang sekiranya banyak orang aja sih sebenernya.
Ibu R : saya memilih jalur hukum mbak, cerai aja. Sebenarnya sudah
dinasehati di setiap konsultasi dari pihak LK3, tapi sikap dari
pihak sana (suami) tidak menunjukkan respon baik. udahlah
cerai saja daripada nanti berdampak banyak ke anak saya juga
kan. Walaupun dalam kasus ini (KDRT) saya berhak
melaporkan namun saya berpikir ulang, saya hanya menuntut
perceraian. Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi pengacara dan
bahkan dari awalnya juga diantar ke pengadilannya langsung.
Saya didampingi sampai benar-benar pada putusan akhir resmi
cerai mbak.
Ibu An : saya tahunya dari BPH (Badan Penasehat Hukum dan
Perkawinan) di kecamatan tempat tinggal saya. Saya udah
sempat konsultasi disana, tapi nihil akhirnya dirujuk ke LK3
sini. Saya tahunya juga dari kecamatan itu mbak.
Sdr. T : kami nanti turut pembahasan kasus mbak, disitu kan nanti ada
psikolog juga, kita koordinasi bahas kasus sama klien juga.
Kalau keputusannya berkaitan dengan hukum, pasti tim hukum
berdiri paling depan mba. Dari situ nanti kita ngerencanain
kedepannya bakal kayak gimana gitu mbak, ada berkas-
berkasnya macem-macem. Kalau senin-kamis seringnya kami di
lapangan (pengadilan) kalau jum’at di kantor pasti, selalu ada
rapat khusus intern bareng tim kami mbak.
216
Sdr. P : Bentuk koordinasi antar lembaga iya itu mbak, case
conference. Kemarin hadir juga kan? Kalau case conference kan
setiap semester ada, agenda rutin juga itu mbak. Kalau forkom
(forum komunikasi) biasanya sih 3 bulan sekali ya, kami
partisipasi soalnya Bapak MI kan ketua juga di forkom itu
mbak.
Kesimpulan : Koordinasi dilakukan dengan mengandeng pihak atau lembaga
luar, baik itu dalam bentuk bantuan penyelesaian kasus untuk
rujukan maupun dalam bentuk suatu forum bagi sesama LK3
untuk bertukar pikiran.
Adakah bentuk pengawasan internal dan eksternal yang dilakukan di LK3
Sekarsari? Jika ada bagaimana proses kegiatannya?
Bapak MI : pengawasan oleh Dinsos (Dinas Sosial) pasti ada, kalau untuk
waktunya biasanya 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, kadang sampai
satu periode tidak ada inspeksi mbak. Hanya kan kita tetap
punya kewajiban laporan, Dinas nanti lihatnya dari situ. Kalo
pengawasan dari Bapak pasti ada, Bapak mengawasi kinerja-
kinerja pekerja, mengawasi jalannya program biar semua
berjalan dengan baik.
Ibu SP : ada pasti dari dinas dek, yang dinilai banyak. Ya semua kan
mengacu pada SOP dek, yang penting itu bagaimana kita
ngerjainnya sesuai standar apa tidak. Selama ini pengawasan
dari Dinas belum mendapat rapor merah, justru kita jadi salah
satu LK3 terbaik karena secara pelaksanaan bagus. Kami ada
tiga prinsip, secretariat, admin dan klien, dan ini jadi salah satu
keunggulan LK3 kami.
Sdr. A : pengawasan dari dinas ada mbak, tapi nggak pasti. Kadang
malah setahun sekali aja nggak ada pihak dinas ke sini, kalau
tahun ini malah nggak ada. Paling nanti admin yang ngasih
laporan tiap semester buat ke Dinasnya langsung mbak.
Sdr. P : Ada mbak dari dinas.
217
Kesimpulan : Terdapat bentuk pengawasan dari pihak eksternal yaitu dari
lembaga formal pemerintahan (Dinas Sosial). Pengawasan
dilakukan dengan melakukan pengecekan pada laporan
persemester yang digunakan sebagai pertanggungjawaban bagi
lembaga. Bentuk pengawasan dilakukan dengan melakukan
sidak secara langsung dan pengawasan tertulis.
Adakah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin LK3 Sekarsari?
Bapak MI : saya memantau secara langsung mbak, saat jam efektif
pelayanan kan saya selalu di kantor. Tapi semisal saya
berhalangan hadir, saya mengawasinya melalui rapat atau
pertemuan pengurus. Waktu pertemuan kan semua ngasih
laporan kerjanya juga sama saya jadi tidak ada yang perlu
dikawatirkan. Karena semua bekerja dengan baik. Kalau ada
progress lapor, kalau ada yang belum terselesaikan nanti kita
selesaikan bersama, kita cari jalan keluar bersama saat itu.
Sdr. T : pengawasan langsung dari Bapak MI biasanya, kalau dari
kedinasan gitu jarang ya malahan … itu tadi mbak, biasanya
Cuma dari bapak aja, seringan langsung liat kinerja kami sih ya
malahan. Oh iya rapat-rapat gitu juga sebagai bahan laporan
mbak, kita udah kerja sejauh mana gitu.
Ibu R : sewaktu konsultasi selalu ada bapak mbak, kadang malah
konsultasinya juga sama bapak langsung. Setiap jumat pasti ada
bapak, tapi saya tidak tahu mbak apakah itu bentuk pengawasan
atau bukan, nggak paham soalnya mbak. Kalau saya nggak
mengawasi mbak, istilahnya terima beres saja.
Ibu An : nggak ada mbak. Pengawasan yang saya lakukan hanya kayak
memantau aja lewat hp. Itupun kebanyakan Cuma nanya
kasusnya bakal diproses gimana trus apa yang harus saya
lakukan gitu. Selebihnya Cuma ngikutin arahan dari sini aja.
Kesimpulan : terdapat pengawasan yang dilakukan secara internal oleh
pimpinan lembaga. Pengawasan dilakukan secara langsung
218
dengan melihat kinerja pekerjanya dalam memberikan proses
pelayanan pada klien. Namun belum ada pengawasan langsung
dari klien ataupun masyarakat pada pengelolaan yang dilakukan
oleh LK3 Sekarsari.
Menurut anda, apakah faktor pendukung dalam pengelolaan program di LK3
Sekarsari?
Bapak MI : Dinas sosial sebagai mitra punya peran banyak mbak, dari diinas
ada semacam pelatihan bagi para pengurus dan peksos. Tahun
2016 awal kemarin ada pelatihan buat menangani masalah
pemberdayaan perempuan. Ada dana APBN juga, besarnya
sepuluh juta pertahun. Walaupun sebenarnya tidak cukup, tapi itu
cukup menbantu lembaga kami. Selain itu juga loyalitas pegawai
saya mbak. Namanya lembaga sosial, kepegurusan jadi bersifat
seleksi alam dek. Di struktur kepengurusan namanya ada tapi
waktu kerja orangnya nggak ada, biasa seperti itu … untungnya
aja banyak yang komitmen mau membantu, banyak yang dari
awal berdiri sampai sekarang masih ngebantu disini walaupun
tidak ada jaminan kita ngasih upah yang wah seperti lembaga-
lembaga besar yang lainnya. Karena di sosial itu nilai juang yang
penting bukan materi. Motivasi itu yang penting bagi para
pengurus dan peksos, kebanyakaan pekerja kan sering nanya “kita
dibayar berapa gitu kan? Tapi Alhamdulillah yang kerja disini
ngebantu dengan iklas jadi lembaga juga ngrasa terbantu sekali.
Ibu SP : Mitra kerja mungkin ya salah satunya, iya dek kami sangat
terbantu dengan adanya mitra kerja. Lembaga kami tidak
mungkin bisa mengcover semua keperluan klien, untung banyak
pihak yang mau bekerja sama. Saling membantu dan mendukung,
mereka mendukung program kami. Kami juga membantu mereka.
Sdr. A : Motivasi dan komitmennya kalau menurut saya mbak. Ya jujur
saya basicnya emang sosial mbak, tapi dari pihak sini kadang
tetap diikutin ke pelatihan. Acaranya dari dinas, ya sekedar buat
219
ngembangin kemampuan kitanya mungkin mbak, ada kan
lembaga yang pasif buat acara gituan.
Ibu R : pelayanannya bagus mbak, seneng saya. awalnya saya datar
melalui mobil keliling, waktu itu di THR mbak. Trus saya
diarahkan ke sini (LK3 Sekarsari) buat konsultasi langsung, sama
Mbak E dilayani baik banget, ditujukin nanti prosesnya begini-
begini. Konsultasi beberapa kali, bahkan sampai mediasi sama
suami juga baik semuanya, Pihak LK3 memfasilitasi, dari segi
pengacara dan bahkan dari awalnya juga diantar ke pengadilannya
langsung. Saya didampingi sampai benar-benar pada putusan
akhir resmi cerai mbak.
Ibu An : Menurut saya cepat sih mbak, tepat sasaran gitu, seperti yang
saya mau. Soalnya saya udah bener-bener putus asa kalau
ngadepin masalah kayak gini.
Sdr. T : Profesionalitas. Saya rasa kompetensi yang dimiliki tim kami
sudah cukup mumpuni mbak, istilahnya udah dari jalurnya
masing-masing seperti itu. Ditambah lagi kami ada pelatihan atau
materi khusus, bisa belajar dengan ahli yang lain juga. Sebisa
mungkin kami memberikan yang terbaik bagi klien dengan
kemampuan yang kami miliki.
Kesimpulan : yang menjadi faktor pendukung pengelolaan program layanan di
LK3 Sekarsari adalah adanya dukungan dari mitra kerja dan
instansi pemerintahan, pelayanan baik yang dirasakan oleh klien,
dan dengan adanya komitmen dari para pengurus dan tim
profesional.
Adakah kendala yang dihadapi dalam proses pengelolaan di LK3 Sekarsari? Jika
ada, bagaimana cara anda menyikapi kendala tersebut?
Bapak MI : kalau di secretariat kami yang disini memang agak terbatas
mbak, biasanya kalau konsultasi atau pembahasan kasus yang
parah atau tertutup gitu dilaksanain di LK3 Sekar Melati. Tapi
kedepannya memang sudah ada perencanaan buat membuat sekat-
220
sekat semacamnya, dananya juga masih terbatas yang penting
operasionalnya jalan dulu nanti dari lembaga akan diusahakan.
Ibu SP : Menurut saya sih belum ada ya mbak. Semoga aja tidak ada.
Sdr. A : Kalau dibilang motivasinya memang banyak yang tinggi, tapi ya
ada aja oknum yang kadang nggak bener gitu. Simple aja kayak
datangnya telat padahal klien udah pada disini, untungya kita
kerjanya saling ngebantu mbak jadi kalau bisa ke cover .
Ibu R : pelayanannya bagus mbak, Cuma kadang nggak nyaman gitu
soalnya ruangannya kan campur. Kan malu juga kalau kita
membahas kasus kita, apalagi yang arahnya sampai ke perceraian
gitu kan agak kurang etis ya kesannya mba. Takut gitu semisal
orang lain denger, nanti jatuhnya kok malah seperti ngebuka aib.
Itu aja sih mbak kalau menurut saya.
Ibu An : iya mbak, ruangannya kurang tertutup. Permasalahan keluarga
kan privasi ya mbak. Kalau ruangannya tertutup atau pisah gitu
kan malah enak ya kita mau ngluarin unek-unek juga nyaman.
Kalo pas sepi mah mending mbak, tapi kalau pas banyak orang
kan kita juga jadi sungkan. Tapi kalau kita konsulnya bukan
dihari kantor sih malah enak mbak, soalnya rata-rata konsutasinya
hanya setiap jumat saja. Kalau hari lain sebenarnya nggakpapa,
nggak masalah kok.
Sdr. T : kendala sih paling masalah klien yang kurang kooperatif aja
mbak, kalau dari lembaga saya rasa nggak ada ya.
Sdr. P : kendala yang saya temui sebenarnya bukan masalah yang
berarti, kayak missal klien yang nggak bisa bahasa Indonesia,
nggak bisa tanda tangan. Tapi overall nggak berpengaruh banyak
sih, masih bisa dihandle mbak.
Kesimpulan : yang menjadi hambatan dalam proses pengelolaan program
layanan di LK3 Sekarsari adalah terbatasnya sarana yang
digunakan untuk konsultasi di secretariat lembaga. Ruang yang
221
digunakan untuk membahas kasus selama ini dilakukan di LK3
Sekar Melati, selebihnya konsultasi dilakukan di LK3 Sekarsari.
Menurut anda, bagaimanakah hasil yang dirasakan oleh klien atas pengelolaan
lembaga yang telah dilakukan oleh LK3 Sekarsari?
Bapak MI : dampak bagi klien pastilah klien sendiri yang merasakan mbak.
Tapi kami berusaha sebaik mungkin. Selain sebagai mediator kan
kita juga ngasih pengetahuan khusus, misalnya kayak motivasi-
motivasi, ada penyadaran juga mbak bisa dari psikolog, ahli
agama kadang dari saya juga, kita juga ngasih kesempatan bagi
klien untuk mengungkapkan pendapatnya, ngasih beberapa opsi
di setiap konsultasi itu tentunya dengan resiko ditanggung sendiri,
istilahnya berani ambil resiko gitu dari situ kan nanti ada feed
back dari klien ke kami. Ada semacam kepercayaan pada lembaga
kami, harapannya ada gethok tular gitu buat masyarakat yang
lain. Ajang promosilah kalau diibaratkan.
Ibu SP : jujur memang perceraian lebih banyak dek. Klien yang datang
kan selalu ditanya pengennya apa, nanti kita arahkan. Kami
berusaha meminimalisir perceraian. Namun kita lihat dampaknya
kedepan akan seperti apa, iya kalau membaik? Kalau semakin
bermasalah gimana? … kalau dipresentasekan mungkin 60% ke
arah perceraian, yang 40% ada yang kembali harmonis walaupun
harus dengan pendampingan ahli kami.
Ibu R : Memang jalannya cerai mbak, untungnya benar-benar
didampingi mbak, selain dari sini (lembaga) juga dari pihak
keluarga saya, keluarga suami saya juga. Jadi ya bismillah aja
semoga dengan jalan perceraian bisa lebih tenang & ngelanjutin
semuanya bisa lebih baiklah mbak pokoknya.
Ibu An : dampaknya ya belum saya rasakan soalnya kan masih proses
juga saya mbak, walaupun sebenarnya perceraian udah pilihan
terbaik. Kalau memang harus bersatu lagi ya ada perubahan dari
pihak suami atau apa akhirnya bisa rujuk nanti kita nggak pernah
222
tahu, tapi prosesnya begitu nanti ada proses mediasi lagi di
pengadilan… paling terasa nanti korbannya ke anak saya berkali-
kali mengupayakan tapi memang tidak ada komunikasi apalagi
dari hati ke hati… semuanya demi anak.”
Sdr. T : nggak semua cerai kok, masih banyak juga yang masih bisa
istilahnya diselamatkan rumah tangganya. Kadang waktu udah
dimeja hijau lalu dimediasipun balik rujuk ya ada mbak.
Kesimpulan : LK3 Sekarsari mengupayakan hasil yang terbaik bagi para
kliennya. Hasil pengelolaan program layanan yang diterima oleh
klien belum sepenuhnya mampu mengembalikan keutuhan
keluarga yang dibuktikan dengan penyelesaian kasus oleh LK3
Sekarsari yang lebih banyak mengarah ke perceraian. Walaupun
dapat mempertahankan keutuhan dan ketahanan keluarga namun
perceraian masih mendominasi keputusan akhir yang dipilih oleh
klien sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapinya yaitu
sebesar 60% dari total kasus yang ditangani oleh LK3 Sekarsari.
223
Lampiran 8. Data Klien LK3 Sekarsari
REKAPITULASI PENANGANAN KLIEN LK3 SEKAR SARI
PERIODE1-12-TAHUN 2016
NO NA
MA ALAMAT JK
TGL
LAHIR AGAMA
PEKERJAA
N KASUS
1 WP Umbulharjo
Yogyakarta
P 17-12-
1982
Islam Karyawan
Swasta
Perceraian
2 ENH Gondomanan
Yogyakarta
P 13-12-
1983
Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
3 SL Kecamatan
Umbulharjo
P
11-11-
1965
Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
4 SP Kota Gede
Yogyakarta
P 27-2-1968 Islam Wiraswasta Perceraian
5 ANA Tegalrejo
Yogyakarta
P 02-8-1995 Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
6 EMH Mantrijeron
Yogyakarta
P 06-3-1975 Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
7 P . Wirobrajan
Yogyakarta
P 01-1-1958 Katholik Buruh Harian
Lepas
8 SM Banguntapan
Bantul
P 14-5-1968 Islam Buruh Harian
Lepas
Perceraian
9 DA Bogor Jawa
Barat
P 01-3-1987 Islam Mengurus
Rumah
Tangga
10 MK Depok Jawa
Barat
L 29-4-1975 Kristen Karyawan
Swasta
11 DAL Mlati ,Sleman
,DIY
P 17-12-
1994
Islam Mengurus
rumah tangga
Perceraian
12 W Sedayu
Bantul,DIY
L 12-12-
1954
Islam Buruh Tani Perceraian
13 WI Pajangan,Bantu
l,DIY
P 21-7-1969 Islam Buruh harian
lepas
Perceraian
14 AM Sewon
Bantul,DIY
P 18-1-1969 Islam Wiraswasta Perceraian
15 AS Godean,
Sleman, DIY
L 25-12-
1982
Islam Karyawan
Swasta
224
16 T Tempel
Sleman,DIY
P 21-5-1962 Islam Mengurus
rumah tangga
Perceraian
17 HS Banguntapan,
Bantul,DIY
P 19-9-1967 Islam Wiraswasta Perceraian
18 BSM ,Bambanglipur
o ,Bantul DIY
P 28-4-1976 Katholik Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
19 TS Depok ,Sleman
DIY
L 01-10-
1981
Islam Karyawan
Swasta
20 S Wirobrajan
Yogyakarta
P 06-7-1968 Islam Karyawan
Swasta
21 IS Pleret Bantul L 02-8-1977 Islam Buruhan
Harian Lepas
Perceraian
22 FR Karangwaru
Yogyakarta
L 13-9-1991 Islam Mahasiswa
23 SCA Tanjung
Jabung Timur
L 20-7-1988 Islam Swasta
24 FD Kotagede
Yogyakarta
P Katholik Swasta Perceraian
25 ZT Bantul P 30-12-
1979
Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
26 OK Godean
Kabupaten
Sleman
P 01-10-
1984
Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
27 MW Srandakan
Bantul
L 25-9-1982 Islam Wiraswasta Perceraian
28 MY Mantrijeron P 08-6-1983 Islam Wiraswasta Perceraian
29 EY Kotagede P 06-2-1975 Islam Wiraswasta Perceraian
30 HR Jetis Kota
Yogyakarta
L 30-6-1960 Islam Pedagang Perceraian
31 MO Kraton P 14-1-1986 Islam Wiraswasta Perceraian
32 RS Umbulharjo P 02-5-1980 Kristen Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
33 SD Kotagede P 28-8-1976 Islam Mengurus
Rumah
Tangga
Perceraian
225
34 SK Nglipar Kab.
Gunungkidul
P 09-4-1980 Islam Wiraswasta Perceraian
35 S Umbulharjo
Yogyakarta
P 28-11-
1962
Islam -
36 WL Gondokusuma
n Yogyakarta
P 31-12-
1980
Islam -
Perceraian
37 TO Caturtunggal
Kab. Sleman
L 01-10-
1981
Islam Buruh
38 PJ Piyungan Kab.
Bantul
L 16-11-
1980
Islam Swasta
39 ANC Gondokusuma
n Yogyakarta
L 1-2-1990 Islam Karyawan
Swasta
40 SL Sendangadi
Mlati Sleman
L 4-2-1963 Islam Karyawan
Swasta
41 LAD Klaten Jawa
Tengah
L 11-6-1984 Islam Karyawan
Swasta
42 ZM Klaten Utara
Kab. Klaten
L 30-3-1978 Islam Wiraswasta
43 R Mantrijeron P 18-2-1983 Islam Wiraswasta Perceraian
44 AN Srandakan
Kab. Bantul
P 2-8-1988 Islam Karyawan
Swasta
Perceraian
45 YS Kasihan Kab.
Bantul
L 17-9-1977 Islam Wiraswasta
46 JP Tepus Kab.
Gunungkidul
L 1-11-1977 Islam Karyawan
Swasta
226
Lampiran 9. Foto Kegiatan
Kegiatan Case conference oleh LK3 Sekarsari
227
Mobil Keliling LK3
Pemberian Modal sebagai tindak lanjut program pada klien LK3 Sekarsari
228
Pendaftaran Klien di LK3 Sekarsari
Ruang Tunggu LK3 Sekarsari
Ruang Administrasi
229
230