Kebijakan Administrasi Pertanahan di Indonesia dan dampaknya terhadap pengelolaan SDA
Pengelolaan Keuangan Negara Untuk Indonesia Sejahtera · 2020. 5. 15. · 07 Meningkatkankepatuhan...
Transcript of Pengelolaan Keuangan Negara Untuk Indonesia Sejahtera · 2020. 5. 15. · 07 Meningkatkankepatuhan...
Pengelolaan Keuangan Negara
Untuk Indonesia Sejahtera
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
Sosialisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Tahun Anggaran 2020
Jakarta, 14 November 2019
2
Ekonomi global tumbuh terendahsejak krisiskeuangan global 2008
Pertumbuhan
ekonomi
global3,6% 3,0%
Pertumbuhan
volume
perdagangan
global
Proyeksi 2019 Proyeksi 20202018
Sumber: WEO October, IMF
Dengan risikoturun
3,4%3,8%3,4%
20172016
yang harus
diwaspadai:
2.2% 5.5% 3.6% 1.1% 3.2%Dengan risikoturun
RISIKO GLOBAL
PerangDagang
1PenurunanManufaktur& Investasi
2
ResesiEkonomi
3
TensiGeopolitik
4
1
Proyeksi pertumbuhanekonomi global terusdirevisi ke bawah. Dalam1 tahun terakhir, proyeksipertumbuhan global 2019 turun 0,7 percentage point.
2
Perlambatan terjadi baikdi negara maju maupunnegara berkembang, termasuk mitra dagangutama Indonesia
3
Perlambatan diresponsdengan penurunan sukubunga dan kebijakanfiskal ekspansif
3
Normalisasi moneter ASPasar FinansialAliran modal ke Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan moneternegara maju.
Penanaman Modal Asing (FDI)Sentimen negatif global dapatmempengaruhi investor confidence
PerdaganganKinerja neraca non migas tertekan, defisit neraca migas masih tinggi.
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
20
18
Sem
12
01
9
Perkembangan FDI (USD miliar)
Sumber: Haver, *) September
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS
-20
-10
0
10
20
30
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
20
18
Sd. S
ep
t-2
01
9
Neraca Perdagangan (USD miliar)
Nonmigas Migas Neraca Perdagangan
s.d
.Sep
t2
01
9
TRANSMISI RISIKO KE DOMESTIK
Perlambatan ekonomi global
berdampak ke perekonomian
Indonesia lewat 3 jalur:
Quantitative easing Taper tantrum
-5000
0
5000
10000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*
Aliran Modal Masuk ke Indonesia (net)
4
Pertumbuhan ekonomi
5,07%
5,17%(2018)
(Q1-2019)
Sumber: BPS
5,02%(Q3 2019)
2.69 2.77 2.69
0.100.18 0.09
2.24 1.591.38
-0.98
0.95 1.83
1.12
-0.44-0.97
Q3 2018 Q2 2019 Q3 2019
Konsumsi RT Konsumsi LNPRT
PMTB Net Ekspor
Lainnya
Konsumsi RT
Konsumsi LNPRT
Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengeluaran
5,17
5,055,02
Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh
5,02 persen di Q3-2019didorong oleh
stabilnya konsumsirumah tangga danperbaikan ekspor.
Di tengah perlambatan
ekonomi global, fundamental
ekonomi Indonesia masih sehat
ditopang oleh permintaan
domestik.
5,05%(Q2 2019)
Sumber: BPS
Tantangan Pembangunan Indonesia
• Pertumbuhan PDB Nasional Tw III 2019 5,02%• Kemiskinan Nasional Maret 2019 9,41%
Masih terjadi ketimpangan baik pada perekonomian, tingkat kesejahteraan, maupun layanan publik di Indonesia. PDB masih didominasi oleh Jawa dan Sumatera
6
Strategi Kebijakan Fiskal 2020
Kebijakan Fiskal tahun 2020 Diarahkan untuk Menciptakan APBN yang Produktif,
Pruden dan Kredibel
1. Reformasi perpajakan untuk merespons ekonomi digital
2. Insentif fiskal untuk mendorong daya saing investasi dan ekspor
3. Reformasi PNBP al. melalui peningkatan pengelolaan SDA dan aset (BMN)
MOBILISASI PENDAPATAN YANG INOVATIF
1. Program vokasional, link & match, penguasaan ICT, dan R&D
2. Melanjutkan pembangunan infrastruktur energi, pangan, dan air,
penguasaan ICT serta konektivitas
3. Sinergi dan integrasi antarprogram perlindungan sosial serta penyelarasan
dengan profil demografi
4. Mendorong investasi dan ekspor
5. Penguatan kualitas desentralisasi fiskal
BELANJA NEGARA YANG EFEKTIF
1. Pembiayaan kreatif dan inovatif yang mengikutsertakan peran swasta
2. Efektivitas peran quasi fiskal sebagai agent development (BUMN & BLU)
3. Pendalaman pasar keuangan domestik
PEMBIAYAAN YANG KREATIF
Postur APBN 2020
7
APBN 2020 terus dijaga agar mendukung pertumbuhannamun tetap pruden
11.6
10.8 10.711.4 11.1
11.6
2015 2016 2017 2018 Outlook 2019 APBN 2020
Defisit APBN Tahun2020 dijaga 1,76% PDBAPBN diarahkan menjadiinstrumencountercyclical, semakinsehat dan adaptifmenghadapi risikoperekonomian
Tax RatioOptimalisasi penerimaan negaradisertai dengan targetyang realistis
❑ Rasio defisit terhadap PDB tahun 2020 terendah dalamlima tahun terakhir
❑ Defisit Kesimbangan Primerditurunkan bertahap ke arah positif
❑ Penerimaan perpajakan untukmendukung daya saing
❑ Belanja Negara semakin fokuspada program yang produktifdan mendukung pertumbuhan
❑ Pembiayaan anggaran semakinmenurun dimanfaatkan untukmendukung peningkatan dayasaing
Sumber: Kemenkeu
8
Kebijakan Penerimaan NegaraOptimalisasi penerimaan negara disertai dukungan terhadap perekonomian, dunia usaha melalui insentif fiskal, dan peningkatan layanan kepada masyarakat
▪ Mempertimbangkan cashflow dan kemampuan keuangan BUMN.
▪ Pengembangan usaha dan penugasan Pemerintah.
▪ Pelayanan BLU yang lebih profesional.
▪ Mempertimbangkan daya beli dan pengembangan dunia usaha.
▪ Optimalisasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).
▪ Implementasi UU PNBP dan penyempurnaan regulasi pelaksanaan.
▪ Perluasan penggunaan teknologi informasi.
▪ Penyempurnaan regulasi dan kontrak.
▪ Peningkatan kepatuhan dan intensifikasi pengawasan.
Kebijakan Perpajakan Kebijakan PNBP
Sumber: Kemenkeu
Implementasi Keterbukaan Informasi Perpajakan (AEoI)01
Menurunkan dwelling time02Perbaikan kualitas pelayanan, penyuluhan, dan pengawasan
melalui penguatan sistem ITdan administrasi perpajakan03PPh dan PPN menjadi instrumen yang mendukung iklim
investasi dan daya saing04Mengurangi penyelundupan serta perluasan fasilitas KITE &
IKM05Ekstensifikasi barang kena cukai & Penyesuaian tarif
cukai hasil tembakau06
Meningkatkan kepatuhan wajib pajak07
Penyempurnaan Tata Kelola
01Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA yang Optimal, Efektif, &
Efisien
02
Peningkatan Pelayanan dan Penyesuaian Tarif
03 Peningkatan Efisiensi BUMN dan Kinerja BLU
04
9
Kebijakan Belanja Negara:Mendukung Pelaksanaan Prioritas Pembangunan dan Penyelenggaraan Pemerintah
Sumber: Kemenkeu
10
Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
KESEHATAN (Rp132,3 T)• PBI JKN sebanyak 96,8 juta orang• Prevalensi Stunting dengan
bantuan/koordinasi 13 K/L• Persentase ketersediaan obat dan
vaksin di puskesmas hingga 95%• Kepesertaan KB melalui
peningkatan akses kepada 31,6 juta jiwa
• Perbaikan fasilitas kesehatan
PENDIDIKAN (Rp508,1 T)• Program Indonesia Pintar (PIP) ke 20,1 juta siswa• Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke hampir 60
juta siswa• Bidikmisi dan KIP kuliah ke 818 ribu mahasiswa • Beasiswa LPDP ke lebih dari 20.000 mahasiswa• Pengembangan Vokasi• Tunjangan Profesi Guru• Pengembangan sarana dan prasarana sekolah.
PERLINDUNGAN SOSIAL (Rp372,5 T)• Program Keluarga Harapan (PKH)
sebesar Rp29,1 triliun• Bantuan Pangan/Kartu Sembako
sebesar Rp28,1 triliun
Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia langkah
prioritas untuk mewujudkan transformasi Indonesia menjadi negara maju
Sumber: Kemenkeu
Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Rp423,3 T
Penguatan pembangunan infrastrukturmelalui terobosan pembiayaan kreatif untukakselerasi penuntasan infrastruktur.
Sumber: Kemenkeu
Kebijakan pembangunan infrastruktur:• Untuk mendukung transformasi industrialisasi dan revolusi
industry 4.0
• Untuk antisipasi urbanisasi
• Untuk mendukung pemerataan pembangunan antarwilayah
• Untuk meningkatkan peran swasta dan BUMN melalui
skema pembiayaan kreatif
• Melalui opsi-opsi KPBU sebagai strategi pembiyaan di luar
APBN
• Untuk meningkatkan koordinasi lintas sektoral (termasuk
Pemda) demi tercapainya target nasional
49 bendungan
18.758 m jembatan
19.879 ha irigasi
3 bandara
6,346 km jalan
Pembangunan Palapa Ring Satelit
Fasilitasi Air Minum dan Sanitasi
Perumahan untuk MBR
12
Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa Untuk Mendukung Penguatan KualitasDesentralisasi Fiskal
Diarahkan untuk mendukung penguatan kualitas layanan dasarpublik di daerah, kualitas SDM, konektivitas infrastruktur, mendoronginvestasi, serta mendorong belanja produktif untuk membentuk aset
Meningkatkan akses dan kualitas layanan dasar publik
di daerah seperti pendidikan dan kesehatan;
Mendukung penguatan infrastruktur dan konektivitas
antar wilayah terutama di kawasan 3T;
Mendukung kesinambungan program strategis (a.l
pengentasan kemiskinan, perlindungan sosial,
pembangunan SDM, dan akselerasi daya saing);
Meningkatkan sinergi pusat dan daerah terutama dalam
aspek perencanaan dan penganggaran;
Mendorong penggunaan belanja di daerah yang
produktif, efektif, dan efisien berdasarkan prinsip value
for money;
Mendorong strategi pembiayaan kreatif bagi Pemda
untuk mengakselerasi pembangunan di daerah.
Fokus Kebijakan TKDD
573.7 623.1
710.3 742.0 757.8
826.8 856.9
-
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
700.0
800.0
900.0
1,000.0
2014 2015 2016 2017 2018 2019APBN
2020APBN
DBH DAU DAK Fisik DAK NF DID Dana Otsus dan Dais DIY Dana Desa
Perkembangan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
2014-2020 (Rp Triliun)
Sumber: Kemenkeu
13
Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa:untuk mengatasi ketimpangan antar daerah
117,6103,0
DBH
130,3125,7
DAK NONFISIK
• Pengalokasian
berdasarkan persentase
tertentu dari penerimaan
pajak dan PNBP
• Percepatan penyelesaian
Kurang Bayar/Lebih
Bayar
• Penggunaan minimal
50% DBH CHT untuk
mendukung program JKN.
• Perluasan penggunaan
DBH DR.
• Penggunaan minimal
25% DTU untuk belanja
infrastruktur.
427,1417,8
DAU
• Pengalokasian berdasarkan
formula Alokasi Dasar dan Celah
Fiskal (Selisih kapasitas fiskal
dengan kebutuhan fiskal).
• Bila Pemda sudah memiliki
kapasitas fiskal yang baik relatif
terhadap Pemda lain, maka
Pemda semakin mandiri dari
ketergantungan terhadap DAU
• Tetap mempertahankan afismasi
kepulauan.
• Dukungan pendanaan kelurahan,
Siltap Perangkat Desa, dan
Pegawai PPPK.
• Penggunaan minimal 25% DTU
untuk belanja infrastruktur.
72,265,9
DAK FISIK
• Pengalokasian berdasarkan
usulan kebutuhan daerah
yang selaras dengan
prioritas Nasional.
• Penilaian usulan dilakukan
oleh Bappenas, K/L teknis,
dan Kemenkeu secara
prudent dan kredibel.
• Penggunaan untuk
peningkatan dan
pemerataan infrastruktur
layanan publik.
• Penguatan kebijakan
afirmasi.
• Restrukturisasai bidang DAK
Fisik.
• Pengalokasian
berdasarkan jumlah
sasaran dan satuan
biaya yang dibutuhkan
secara riil.
• Penyempurnaan unit cost
dan memuktahirkan data
sasaran.
• Dukungan
operasionalisasi layanan
publik untuk peningkatan
kualitas SDM dan daya
saing daerah.
22,722,2
• Memperbaiki tata
kelola Otsus dan
DTI dengan
memperkuat
peran APIP dalam
mengawasi dan
memberikan
rekomendasi
penyaluran.
OTSUS & DAIS DIY
1. Kesehatan Fiskal dan pengelolaan keuangan Daerah
a. Kemandirian Daerah
b. Efektifitas Pengelolaan Belanja Daerah
c. Pembiayaan Kreatif (Baru)
d. Mandatory spending (Baru)
e. Ketepatan waktu pelaporan (Baru)
2. Pelayanan Dasar Publik Bidang Pendidikan
a. Angka Partisipasi Murni
b. Peta Mutu Pendidikan
c. Rata-rata Nilai Ujian Nasional
3. Pelayanan Dasar Publik Bidang Kesehatan
a. Penanganan Stunting
b. Balita yang mendapatkan imunisasi lengkap
c. Persalinan di fasilitas kesehatan
4. Pelayanan Dasar Publik Bidang Infrastruktur
a. Akses sanitasi Layak
b. Sumber air minum layak
5. Kesejahteraan Masyarakat
a. Penurunan Penduduk Miskin
b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
6. Pelayanan Umum Pemerintahan
a. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
b. Penghargaan Pembangunan Daerah
c. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
d. Inovasi Daerah
7. Peningkatan ekspor (Baru)
8. Peningkatan investasi (Baru)
9. Pengelolaan Sampah 14
Kategori Kinerja
Kriteria Utama
Opini BPK atas LKPD
(WTP)
Penggunaan e-Government
(e-budgeting dan e-procurement)
Penetapan Perda
APBD tepat waktu
• Pengalokasian dilakukan
berdasarkan prestasi kinerja
Pemda dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah, Pelayanan
Umum, dan
Perekonomian/Kesejahteraan.
• Penyempurnaan formulasi:
Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa: Dana Insentif Daerah
• Penilaian kategori kinerja tidak lagi bersifat komposit, tetapi individual sesuai nilai pada setiap kategori.
• Kelompok kategori nilai berubah dari 12 kategori (A+ sd D-) menjadi 5 kategori (A sd D) untuk simplifikasi.
• Perubahan batas nilai kelompok dari sebelumnya floating (berdasar nilai tertinggi/terendah) menjadi fix (baku) per kelompok kategori, sehingga memberikan kepastianpenilaian.
Pagu DID
Penerima Alokasi DID 2019 2020
Rp10TRp15T
2019 2020
336*416**Daerah
• Rasio ketimpangan distribusi (0,476) < tahun 2019 (0,479)
• Rata-rata per desa (Rp961 juta) > tahun 2019 (Rp934 juta)
• Dana Desa di Desa dengan JPM Tinggi (Rp27,30 triliun) > tahun 2019 (26,71 triliun)
• Rata-rata Dana Desa di Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal dengan JPM Tinggi (Rp1,375 miliar) > tahun 2019(Rp1,335 miliar)
• Dana Desa Kab/Kota tidak ada yang turun (hold harmless)
20.8 T (3,5% TKD)
47 T (6%TKD)
60 T (8,4%TKD)
60 T (8,4%TKD)
70 T(9,3%TKD)
72 T(9,2% TKD)
2015 2016 2017 2018 2019 2020
(Triliun Rp)
Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa: Pengelolaan Dana Desa yang Produktif dan Akuntabel
Penggunaan untuk
pembangunan infrastruktur,
pemberdayaan
masyarakat, dan
pengembangan potensi
ekonomi desa
Governance dan
akuntabilitas
Kapasitas aparatur
dan kelembagaan
desa, serta tenaga
pendamping perlu
ditingkatkan
Perbaikan kinerja
dan akselerasi
pelaksanaan Sinergi Pemantauan,
evaluasi dan
pengawasan antar
stakeholders dan
masyarakat
Penguatan dan
Optimalisasi peran
Pemda dalam
pengelolaan Dana
Desa
Knowing your villages penting diterapkan oleh Pemda agar pembangunan lebih terintegrasi dan optimal
16
Pengelolaan Keuangan Daerah: Pendapatan Daerah
0%
50%
100%
Provinsi Kabupaten Kota
49%10% 23%
38%72% 59%
13% 18% 18%
Rata-rata Komposisi Pendapatan APBD 2010-2019
PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan
Ketergantungan Daerah atas TKDD masih sangat
tinggi, sedangkan kontribusi PAD masih relatif
kecil terutama Kabupaten (10%) dan Kota (23%).
Kolektivitas pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang belum optimal, terutama karena:
✓ Kurangnya transformasi kelembagaan (organisasi) dan proses bisnis di daerah dalam pelaksanaan pemungutan PDRD
✓ Terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM yang melaksanaan pemungutan PDRD
✓ Masih rendahnya tingkat pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak daerah.
1.36% 1.32% 1.37% 1.29% 1.31%
11.60% 10.80% 10.70%11.60% 12.20%
2015 2016 2017 2018 2019
Tax Ratio Daerah vs Tax Ratio Pusat
Tax Ratio Daerah Tax Ratio Pusat
Kolektivitas perpajakan daerah masih belum
optimal:
▪ relatif rendahnya tax ratio di daerah dibandingkan
dengan tax ratio di pusat.
▪ Pertumbuhan tax ratio di daerah yang relatif stagnan.
17
45
.69
%
21
.42
%
18
.36
%
14
.54
%
34
.85
%
19
.19
%
24
.28
%
21
.69
%
B. Pegawai B. Modal B. Barang/Jasa B. Lainnya
2010 2019
Porsi Belanja APBD Pemenuhan Belanja Wajib
01Belanja daerah kurang fokus untuk
menuntaskan program prioritas (banyak
program:150-600 program), sementara
belanja wajib belum dipenuhi secara optimal.
02
Nominal belanja pegawai cenderung naik,
terutama di wilayah Jawa (Rp82,9T → Rp178,3T)
dan Sumatera (Rp53,2T → Rp108,8T), salah
satunya karena adanya pemberian TPP (20,59%
dari total belanja pegawai).
03
Belanja barang/jasa naik lebih besar dari belanja
modal/pegawai, terutama karena:
a. Naiknya belanja perjadin, rapat dan konsinyering, tim dan
honorarium;
b. Tingginya standar biaya yang digunakan Pemda daripada
di Pusat, misal uang harian perjadin (50% lebih tinggi).
04Belanja modal cenderung turun dan relatif kecil,
sebagian digunakan untuk gedung dan kendaraan
dinas, penyerapan rendah karena gagal lelang
dan permasalahan lahan.
Pengelolaan Keuangan Daerah: Belanja DaerahPeningkatan kualitas belanja daerah, agar lebih efektif, efisien, dan disiplin.
Pendidikan Kesehatan Infrastruktur
32 27 29
89 9162
327
413
262
Provinsi Kota Kabupaten
18
Pengelolaan Keuangan Daerah: Pembiayaan Daerah
Tren Pembiayaan Daerah Tahun 2015 - 2019
Obligasi Daerah
Pada tahun 2017, Pemda DKI Jakarta melakukan pinjaman SLA untuk membiayaiMRT sebesar USD 1.869.000.000 atau senilai Rp28.035 M.
KPBU
▪ Belum ada daerah yang menerbitkan Obligasi Daerah.
▪ Pendampingan kepada Pemprov Jawa Tengah dan Pemprov DKIJakarta.
▪ Relaksasi Peraturan OJK terkait Obligasi Daerah dan pemberiankeringanan Biaya Registrasi OJK.
▪ KPBU Air minum:✓ SPAM Umbulan (Rp2,05 T)✓ SPAM Lampung (Rp1,3 T)✓ SPAM Semarang Barat (Rp1,19 T)
PERMASALAHAN & TANTANGAN
❑ Kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur barudiperkirakan mencapai Rp 5.519,4 triliun (RPJMN 2014-2019),yang sumber pendanaannya:
✓Rp2.215,6 T (40,14%) → APBN✓Rp 545,3 T ( 9,88%) → APBD✓Rp1.066,2 T (19,32%) → BUMN✓Rp1.692,3 T (30,66%) → KPBU
❑ Namun, banyak daerah belum mengoptimalkan alternatifpembiayaan dari pinjaman dan swasta (KPBU), karena:
▪ Sulitnya mengubah pola pikir dari pembiayaan tradisionalmenjadi pembiayaan kreatif;
▪ Pemda kesulitan dalam mengindentifikasi proyek strategis;
▪ Minimnya kreatifitas pemda dalam memilih sumber pembiayaan.
(dalam miliar rupiah)
KPBU
BPD
PT. SMI
SLA
20151.292 (11 Daerah)
265 (6 Daerah)
3.350 (2 Daerah)
1.546 (11 Daerah)
6.070 (29 Daerah)
755 (6 Daerah)
2016
2017
2018
2019
2.090 (11 Daerah)
28.035 (1 Daerah)
135 (1 Daerah)
3.350 (3 Daerah)
478 (7 Daerah)
Pembiayaan Daerah masih belum optimal
19
Pengelolaan Keuangan Daerah: SDM dan Sistem
Kuantitas dan Kualitas SDM Pemda Belum Memadai
Gap Kebutuhan Aparat Pengelola Keuangan Daerah01
Gap Antara Jumlah Desa Dengan Pendamping Desa02
Gap Kebutuhan Aparat Perpajakan Daerah03
• Kebutuhan : 81.000 orang*
• Ketersediaan : 30.977 orang
*Asumsi jumlah kebutuhan pengelola tiap OPD per daerah 5 orang
**Berdasarkan data peserta Bimtek pengelola keuangan daerah (2017)
• 4.416 desa tidak memiliki
pendamping desa
• Jumlah tenaga pendamping
desa 71.020 orang
o Pemeriksa Pajak Daerah
SDM pengelola Perpajakan Daerah belum memadai:
o Jurusita Pajak Daerah o Penilai PBB-P2
o Operator Console
e-Budgeting e-Planning Integrasi e-Budgeting dan
e-Planning
PemanfaatanAnalisis
Standar Biaya
PemanfaatanStandar
Satuan Harga
89%73%
28% 29%56%
Perencanaan dan PenganggaranAPBD
Sistem Perencanaan dan Penganggaran APBD belumseluruhnya memanfaatkan sistem terintegrasi.
20
Strategi Kebijakan Pengelolaan Pendapatan dan Pembiayaan Daerah
Kerjasama Optimalisasi Pemungutan Pajak
Modernisasi Perpajakan Daerah
• Pertukaran data dan informasi.
• Pemutakhiran profil WP.
• Pendampingan dan bimbingan teknis.
• Fasilitasi dan koordinasi optimalisasi
pemungutan Pajak Pusat dan Pajak
Daerah.
Pemanfaatan Pembiayaan Kreatif
Dukungan Pemanfaatan Obligasi Daerah
• Transformasi dan modernisasi
organisasi, tata kerja, dan sistem
pemungutan OPD pengelola PDRD.
• Pemungutan yang efektif dan efisien.
• Melalui sinergi dengan Kemendagri.
• Sinergi antar kementerian/lembaga,
donor, dan lembaga keuangan terkait.
• Pendampingan berupa sosialisasi,
bimtek hingga shadow rating.
• Relaksasi peraturan penerbitan
Obligasi Daerah.
• Pilihan pembiayaan kreatif oleh daerah:
• Creative financing sebagai salah satu indikator kinerja DID.
Pinjaman Daerah
Obligasi Daerah
KPBU
PINA
21
Strategi KebijakanPengelolaan Belanja
Daerah
01
02
03
Regulasi Tunjangan Tambahan Penghasilan PNSDEvaluasi dan penyusunan regulasi mengenai tata cara
pemberian tunjangan tambahan penghasilan PNSD
berdasarkan progress reformasi birokasi pemda dan kinerja
pegawai.
04
Perbaikan Evaluasi RAPBDPelaksanaan evaluasi RAPBD Provinsi dan Kabupaten/kotaberbasis data elektronik, antara lain untuk memastikanpemenuhan, seperti mandatory spending, standar biaya,standar tukin, BAS, dan sinkronisasi dengan program pusat.
Bagan Akun Standar (BAS) bagi PemdaRegulasi kodefikasi dan klasifikasi akun-akun APBD dan sinkron
dengan APBN, serta konsolidasi dan penyusunan statistik
keuangan pusat dan daerah, termasuk standardisasi dan
simplifikasi program/kegiatan dan output.
Standar Harga Satuan Regional Regulasi satuan biaya: Perjalanan Dinas, Paket Rapat,
Honorarium, Pengadaan Kendaraan Dinas, serta Pemeliharaan
Sarana dan Inventaris Kantor.
22
PELAKSANAAN INTERNSHIP & SECONDMENT
▪ Fasilitasi perbaikan pengelolaan keuangan daerah;
▪ Fasilitasi pengembangan potensi ekonomi daerah.
PELAKSANAAN BIMTEK KEUANGAN
DAERAH SECARA BERKELANJUTAN
▪ Bimtek Eksekutif, Bimtek Perpajakan,
dan Bimtek Non Perpajakan;
▪ Bersinergi dengan Perguruan Tinggi
KLINIK LAYANAN KONSULTASI BAGI PEMDA
a.l. terkait pengelolaan perpajakan, angggaran
belanja, pembiayaan kreatif, aset, kas, reformasi
birokrasi, sistem pengendalian internal
EXECUTIVE TRAINING
Sebagai national talent scouting yang
difokuskan kepada para pengambil
keputusan (top management) di
pemerintahan daerah untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan
keuangan daerah
Dukungan Perbaikan Pengelolaan Keuangan Daerah: SDM & Sistem
INTEGRASI SISTEM PERENCANAAN
& PENGANGGARAN
OPTIMALISASI SISTEM
PENGADAAN BARANG & JASA
PENGUATAN SISTEM
PEMUNGUTAN PAJAK &
RETRIBUSI
DUKUNGAN IMPLEMENTASI SISTEM
PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK
23
▪ Melaksanakan arahan Presiden agar memastikan setiap program dan kegiatan
delivered dan dirasakan oleh masyarakat, tidak hanya selesai dilaksanakan. Dengan
demikian, setiap program dan kegiatan harus jelas output, outcome dan bernilai
tambah.
▪ Meningkatkan kualitas pengelolaan APBD secara efisien, efektif, produktif, dan disiplin,
sehingga porsi belanja modal perlu lebih tinggi dari belanja pegawai dan belanja
barang/jasa.
▪ Menganggarkan belanja wajib pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan alokasi Dana
Desa sesuai ketentuan perundangan.
▪ Memenuhi kewajiban persyaratan pengelolaan TKDD yang sudah berbasis kinerja.
▪ Menggali potensi perpajakan daerah secara optimal dengan tetap menjaga iklim
investasi yang kondusif dan kemudahan berusaha
▪ Mengelola aset daerah secara produktif dan sesuai antara anggaran dengan nilai
asetnya. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi, revaluasi, dan optimalisasi produktivitas
aset daerah.
▪ Mempercepat reformasi birokrasi di daerah.
▪ Melakukan inovasi dalam mencapai target pembangunan daerah, termasuk berpikir
kreatif mencari sumber pendanaan alternatif, misalnya KPBU.
Tindak Lanjut
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
@Dit jenPK
di t jenpk
d i rektora t
j endera l
pe r imbangan
keuangan
1500420
TERIMA KASIH