Pengecilan Ukuran Bahan Pertanian
-
Upload
putri-syawal-eka-fitri -
Category
Documents
-
view
110 -
download
5
description
Transcript of Pengecilan Ukuran Bahan Pertanian
LAPORAN PRAKTIKUMSATUAN OPERASI
ACARA IIPENGECILAN UKURAN BAHAN HASIL PERTANIAN
OLEH:
PUTRI SYAWAL EKA FITRIJ1B013086
KELOMPOK 10
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Satuan
Operasi.
Mataram, 20 Desember 2014
Mengetahui,Co. Ass. Praktikum Satuan Operasi Praktikan,
Rizki Hasmi Putri Syawal Eka FitriNIM. J1B012115 NIM. J1B013086
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan berbagai alat industri. setiap
alat ini mempunyai cara kerja yang berbeda-beda dan menghasilkan produk
dengan ukuran tertentu. Hasil pertanian merupakan produk utuh dalam
pengolahannya membutuhkan ukuran yang spesifik untuk bisa diolah dimana
dilakukan dengan pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran ini berfungsi untuk
pengurangan ukuran bahan dengan kerja mekanis ataupun manual yaitu
membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yaitu dengan berbagai
cara seperti pengirisan, pemotongan, penggilingan dan sebagainya sehingga
mendapatkan keseragaman ukuran dan bentuk dari bahan tersebut. Conoh
pengecilan ukuran dalam proses pembuatan beras analog yaitu pengilingan
kombinasi jagung, singkong, kedelai yang mengahsilkan beras penganti beras dari
padi, atau dalam praktikum ini dilakukan Pengecilan ukuran untuk mempermudah
dalam memperoleh pengolahan maupun diversivikasi pangan dan agar pada saat
pengolahan reaktivitas dari bahan tersebut tinggi sehingga pengolaha berjalan
lancer Bahan baku yang tersedia pada umumnya belum sesuai dengan bentuk
yang dibutuhkan termasuk dalam hal ukuran, ukuran yang digunakan dinyatakan
dalam mesh atau mm. Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi
persegi. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai pengecilan ukuran
bahan hasil pertanian.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik
pengecilan uukuran bahan yang meliputi proses penggilingan dan proses
pengirisan dan untuk menghitung persentase (%) rendemen dari bahan yang
mengalami perlakuan penggilingan dan pengirisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengecilan ukuran
Pengecilan dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja
mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan
proses penngecilan ukuran yang paling luas di dalam bidang industri pangan
adalah penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung atau pemotongan syur-
sayuran, akan tetapi pemotongan dan penghancuran ini dipergunakan juga untuk
berbagai tujuan, seperti penggilingan jagung untuk menghasilkan tepung jagung,
penggilingan gula dan penggilingan bahan kering seperti sayuran. Pemotongan
dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi
potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti dalam
penyiapan daging olahan (Earle, 1969).
Pengecilan ukuran merupakan usaha untuk mengurangi ukuran bahan
dengan kerja mekanis, membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Penggunaan proses penghancuran yang paling luas di bidang industri pangan
adalah penggilingan butiran-butiran gandum menjadi tepung. Dalam proses
pemecahan biasa mengaplikasikan berbagai macam gaya pemecahan diantaranya,
gaya pukul, gaya sobek dan gaya tekan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemecahan yaitu faktor dari bahan diantaranya varietas, kekerasan, struktur
mekanis dan kadar air. Faktor dari alat pemecah yaitu kontruksi alat, operasi dan
kinerja alat (Kartasapoetra, 1994).
2.2. Operasi Pengecilan Ukuran
Berdasarkan bentuk bahan yang diproses, operasi pengecilan ukuran dapat
dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu padatan dan cairan. Untuk bahan padatan
operasi disebut grinding (proses penghancuran) dan cutting(proses pemotongan).
Sedangkan untuk bahan dalam bentuk cairan, operasi disebut emulsification atau
atomization. Efek dari grinding yaitu terjadi kehancuran pada bahan, sedangkan
efek dari cutting yaitu bahan akan pecah/belah. Grinding dan cutting memperkecil
ukuran bahan padat menggunakan tenaga mekanis dengan membagi bahan
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pengecilan ukuran bahan pangan yang
dapat dilakukan dengan proses basah dan kering, serta menggunakan peralatan
seperti crushing rolls, penggiling palu, penggiling cakram, disk mill, penggiling
gulingan dan pemotong.
2.2. Prosedur Pengecilan Ukuran
Prosedur pengecilan pengukuran dibagi menjadi tiga, yaitu pemotongan
(cutting), pemecahan (crushing) dan penggeseran (shearing). Pemotongan
(cutting) adalah pemisahan atau pengecilan yang dilakukan dengan cara
mendorong atau memaksa pisau tipis dan tajam ke material yang ingin diperkecil,
cocok untuk produk buah, umbi dan sayuran. Pemecahan (crushing) adalah
pengecilan dengan memberikan gaya (force) yang cukup bagi material yang lebih
besar dari tegangan putus material, cocok untuk produk pakan ternak, pembuatan
bubuk, juice, pemisahan biji dari kulit yang keras hingga pemecahan batu.
Penggeseran (shearing) adalah kombinasi pemotongan dan pemecahan, jika mata
pisau gesernya tajam dan tipis, maka hasil yang diperoleh mirip dengan hasil
pemotongan, jika mata pisau gesernya tumpul dan tebal, maka hasil yang
diperoleh mirip dengan pemecahan (Supardi, 2007).
2.3. Jenis-Jenis Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran dibagai menjadi dua jenis, yaitu pengecilan ukuran
bahan padat dan pengecilan ukuran bahan cair. Pengecilan ukuran bahan cair
dapat dengan cara emulsifikasi atau homogenisasi. Emulsifikasi adalah
pembentukan emulsi yang stabil dengan pencampuran dua atau lebih cairan yang
tidak saling larut, sehingga satu bagian (fase terdispersi) terdispersi dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada bagian yang kedua (fase kontinyu). Homogenisasi
adalah pengecilan ukuran ke 0,5 – 0,3 mm dan peningkatan jumlah partikel padat
atau cair dari fase terdispersi dengan menggunakan shearing force untuk
meningkatkan ikatan & stabilitas dari dua bagian (Choirunnisa, 2009).
BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Desember 2014 di
Laboratorium Teknik Bioproses Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini timbangan analitik,
blender, kertas HVS, pisau atau cutter, perajang keripik (slicer), dan ayakan mesh
400, dan mesh 100.
3.2.2. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang diguankan dalam praktikum ini adalah beras
putih 300 gram dan ubi 200 gram.
3.3. Prosedur Kerja
a. Penggilingan
Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Ditimbang beras putih sebanyak 300 gram.
2. Disortasi dan dibersihkan beras dari batu dan kerikil atau benda asing lainnya.
3. Dimasukkan bahan yang akan digiling ke dalam blender dan digiling sampai
halus.
4. Diayak hasil blender dengan ayakan mesh 40; mesh 100
5. Ditimbang beras hasil ayakan untuk tiap mesh.
6. Dihitung % rendemen untuk setiap beras hasil ayakan dengan masing-masing
mesh.
7. Dicatat data hasil pengamatan dalam tabel.
b. Pengirisan dan Pemotongan
Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum pengirisan ubi ini adalah
sebagai berikut:
1. Ditimbang 100 gram ubi sebanyak dua buah.
2. Dibersihkan dan dikupas.
3. Ditimbang ubi yang sudah dibersihkan atau dikupas.
4. Dipotong ubi I berbentuk dadu dan ubi II diiris tipis mengunakan slicer.
5. Ditimbang hasil pemotongan dan pengirisan.
6. Dihitung % rendemen untuk setiap ubi hasil pengirisan dengan pisau dan
slicer.
7. Dicatat data hasil pengamatan dalam tabel.
BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Penggilingan dan Pengayakan beras 300 gramMesh No.
Bahan Tertinggal (Wi)Wi (gr) Xi (%) Kumulatif (%)
40 219,12 73,04 % 73,04 %100 255,17 85,06 % 158,1 %
Total 300 158,1 % 231,14 %
Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Pemotongan dan Pengirisan Ubi JalarJenis
BahanBerat Awal (gr)
Berat Akhir (gr)
Rendeman Akhir (%)
Alat Perlakuan
Ubi I 100 83 82,55 98,32 PisauPotong Dadu
Ubi II 100 81,98 80,07 97,45 Slicer Iris/Cacah
4.2. Hasil Perhitungan
1. Penggilingan dan Pengayakan
Rumus :
Fraksi % bahan tertinggal (X1) = W 1
Wtotal × 100 %
Fineness Modulus (FM) =Jumlah (% ) bahantertinggal kumulatif
100=¿
Diameter Rata-rata Tepung (D) = 0,0041 (2)FM inchi
Penyelesaian :
- Mesh 40
Diketahui : W1 = 219,12 gram
Wtotal = 300 gram
Ditanya : X1 (%) = . . . ?
Jawab :
X1 =Wi
Wtotal=¿ × 100 %
=
219 , 12300 × 100 %
= 73,04 %
- Mesh 100
Diketahui :
W2 = 255,17 gram
Wtotal = 300 gram
Ditanya : X2 (%) = . . . ?
Jawab :
X2 =W 2
Wtotal × 100 %
=
255,17300 × 100 %
= 85,06 %
Fineness Modulus (FM)
(FM) = Jumlah (% ) bahantertinggal kumulatif
100=¿
=
231,14 %100
= 2,3114 %
Diameter Rata-rata Tepung (D)
(D) = 0,0041 (2)FM
= 0,0041 (2) 2,31
= 2,03 × 10-2 inch
2. Pemotongan dan Pengirisan
Rumus :
Rendemen Awal =Berat Setelah Pengupasan
Berat Awal× 100 %
Rendemen Akhir =Berat Akhir
Berat Setelah Pengupasan × 100 %
Penyelesaian :
- Ubi I
Diketahui :
Berat Awal = 100 gram
Berat Setelah Pengupasan = 93,75 gram
Berat Akhir = 92,18 gram
Rendemen Awal =
93,75100 × 100 %
= 93,75 %
Rendemen Akhir =
92,1893 , 75 × 100 %
= 98,32 %
- Ubi II
Diketahui :
Berat Awal = 100 gram
Berat Setelah Pengupasan = 93,25 gram
Berat Akhir = 90,87 gram
Rendemen Awal =
93,25100 × 100 %
= 93,25 %
Rendemen Akhir =
97 , 8793,25 × 100 %
= 97,45 %
BAB VPEMBAHASAN
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga
ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat dibagi
menjadi dua kategori utama, tergantung kepada apakah bahan tersebut bahan cair
attau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran
dan pemotongan. Semua bahan hasil pertanian pada umumnya bersifat mudah
rusak dan membutuhkan tempat yang luas untuk penyimpanannya. Salah satu
kegiatan yang dapat memperpanjang daya simpan hasil pertanian dan mengurangi
ukuran bahan dengan kerja mekanis serta membaginya menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil adalah dengan pengecilan ukuran, yang dapat dilaksanakan secara
langsung atau dengan tidak langsung dengan pengolahan bahan baku tersebut
menjadi produk-produk yang mempunyai daya tahan simpan yang relatif tinggi
dan mempunyai ukuran bahan yang relatif kecil.
Pengecilan ukuran adalah penghancuran dan pemotongan mengurangi
ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil. Pengecilan ukuran ini tidak akan mengganggu
kandungan dari bahan yang telah melalui proses pengecilan ukuran atau
kandungan kima bahan.
Dalam praktikum ini dilakukan pengecilan ukuran untuk mempermudah
dalam memperoleh pengolahan bahan pangan dan agar pada saat pengolahan
reaktivitas dari bahan tersebut tinggi sehingga pengolaha berjalan lancer. Bahan
baku yang tersedia pada umumnya belum sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan
termasuk dalam hal ukuran, ukuran yang digunakan dinyatakan dalam mesh atau
mm. Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi.
Berdasarkan analisis data praktikum ini proses penggilingan dan pengayakan
bahwa bahan tertinggal pada penggunaan mesh 40 lebih sedikit dibandingkan
dengan penggunaan mesh 100 yaitu penggunaan mesh 40 didapatkan 219,12 gram
dan penggunaan mesh 100 dengan berat tertinggal 255,17 gram. Begitu pula
dengan fraksi dari bahan yang tertinggal penggunaan mesh 40 lebih kecil
dibandingkan dengan penggunaan mesh 100 yaitu berturut-turut 73,04 % dan
85,06 %. Dengan asumsi bahwa semakin kecil nomor mesh yang digunakan maka
semakin besar lubang pada ayakan, sehingga semakin banyak partikel yang lolos
dari pada bahan yang tertinggal. Begitu juga sebaliknya semakin besar nomor
mesh yang digunakan maka semakin banyak lubang pada ayakan atau semakin
kecil ukuran lubang ayakan, sehingga partikel yang lolos sedikit dan bahan yang
tertinggal banyak, ini menunjukan ukuran mesh berbanding lurus dengan partikel
yang lolos dan berbanding terbalik pada jumlah bahan yang tertinggal.
Pada percobaan selanjutnya yang menggunakan bahan pangan ubi. Untuk
setiap teknik pengecilan ukuran yang dilakukan, akan ada terdapat sisa hasil
bahan yang disebut rendemen. Pada Proses pemotongan dan pengirisan diperoleh
hasil pada Ubi I dengan perlakuan potong dadu persentase rendemen akhirnya
yang tertinggal yaitu 98,32 %, dan pada Ubi II dengan perlakuan pengirisan
dengan slicer persentase rendemen akhirnya yaitu 97,45 % sehingga dapat di
asumsikan berdasarkan nilai persentase rendemen tersebut teknik potong dadu
jauh lebih bagus daripada teknik pengirisan, sebab semakin besar nilai persentase
rendemen berarti semakin bagus teknik pengecilan ukuran yang digunakan.
karena bahan dengan nilai rendemen lebih rendah berarti memiliki berat akhir
yang lebih rendah sebab bahan lebih banyak mengalami penyusutan atau
pengecilan ukuran karena kehilangan massa dan volume, terutama massa air
dalam ubi. Nilai persentase bahan yang tertinggal pada proses penggilingan
dipengaruhi oleh nomer mesh. Karena semakin besar nomor mesh yang digunakan
maka semakin banyak lubang pada ayakan atau semakin kecil ukuran lubang
ayakan, sehingga partikel yang lolos sedikit dan bahan yang tertinggal banyak.
Nilai persentase rendemen dipengaruhi oleh waktu dan suhu ruangan, dimana
semakin lama proses pengupasan dan pengirisan, nilai persentase rendemen bahan
akan semakin kecil dan adanya kesalahan dalam praktikum seperti hilangnya hasil
potongan atau irisan akibat jatuh atau menempel pada pisau juga dapat
mempengaruhi hasil berat akhir dan hasil persentase rendemen pada praktikum
ini.
BAB VIPENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pengecilan ukuran adalah penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran
bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil tampa mengubah kandungan kimia.
2. Terdapat dua jenis pengecilan ukuran pada bahan yaitu pengecilan ukuran
pada bahan padat dan pengecilan ukuran pada bahan cair.
3. Semakin kecil nomor mesh yang digunakan maka semakin besar lubang pada
ayakan, sehingga semakin banyak partikel yang lolos dari pada bahan yang
tertinggal.
4. Semakin besar nomor mesh yang digunakan maka semakin banyak lubang
pada ayakan atau semakin kecil ukuran lubang ayakan, sehingga partikel yang
lolos sedikit dan bahan yang tertinggal banyak
5. Nilai persentase rendemen dipengaruhi oleh waktu dan suhu ruangan, dimana
semakin lama proses pengupasan dan pengirisan, nilai persentase rendemen
bahan akan semakin kecil
6. Kesalahan yang terjadi dalam praktikum seperti hilangnya hasil potongan atau
irisan akibat jatuh atau menempel pada pisau juga dapat mempengaruhi hasil
berat akhir dan hasil persentase rendemen.
6.2. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum jangan digabung ruangannya dengan acara
lain demi kenyamanan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Choirunnisa, F., 2009. Dasar-Dasar Keteknikan Pengolahan. Liberty. Yogyakarta.
Earle, R.L., 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. P.T. Sastra Hudaya: Jakarta.
Kartasapoetra, AG, 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rhineka Cipta, Jakarta.
Sosrodiharjo, S, 1989. Peranan Teknologi Pasca Panen. IPB, Bogor.
Supardi, N. I., 2007. Pengecilan Ukuran Produk Pertanian. Andi Offset. Yogyakarta.