PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP...
Transcript of PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP...
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP
PENYALURAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2016 – 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Ahmad Dimyati Badruzzaman
1113046000062
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP
PENYALURAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2016 – 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Ahmad Dimyati Badruzzaman
1113046000062
Dibawah Bimbingan:
Yuke Rahmawati, M.A.
NIP. 197509032007012023
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Pada hari ini, Jumat tanggal 28 September tahun 2018 telah dilakukan
Ujian Skripsi atas mahasiswa,
Nama : Ahmad Dimyati Badruzzaman
NIM : 1113046000062
Jurusan : Ekonomi Syari‟ah
Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Penyaluran
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2016 – 2018
Setelah mencermati dan memperhatikan serta kemampuan mahasiswa
tersebut selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai satu diantara beberapa syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2018
PANITIA UJIAN:
Ketua : AM. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 100501 1 005 (.........................................)
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 (.........................................)
Pembimbing : Yuke Rahmawati, M.A.
NIP. 19750903 200701 2 023 (.........................................)
Penguji I : Dr. Nurhasanah, M.Ag.
NIP. 19470817 200212 2 013 (.........................................)
Penguji II : RR. Tini Anggraeni, S.T., M.Si.
NIP. - (.........................................)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2018
Ahmad Dimyati Badruzzaman
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Ahmad Dimyati Badruzzaman
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 1 September 1995
Alamat : Kp. Curug No. 3 RT 03 RW 04 Kelurahan
Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor 16915
Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
SD Negeri Cibinong 04
SMP Negeri 2 Cibinong
MA Negeri Cibinong
III. Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah Kandung : Sarmili
Nama Ibu Kandung : Munawaroh
Anak ke- 4 dari 10 bersaudara
vi
ABSTRACT
Ahmad Dimyati Badruzzaman 1113046000062, Influence of Macro
Economics Variables to Murabaha Financing on Islamic Commerial Banks at the
Period of 2016 to 2018, Bachelor Degree (S1), Islamic Banking Program, Faculty
of Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN)
Jakarta, 1438 H/2018 M.
This research aims to analyze the impact of macro economic variables to
the distribution of murabaha financing by eleven registered Islamic Commercial
Banks in Indonesia. This research used panel data analysis, the calculation is done
by Eviews 9.0 desktop software. Research data obtained from quarterly report of
murabaha financing on eleven Islamic Commercial Banks in Indonesia; and BI
rate, inflation rate, and Rupiah exchange rate to US Dollar from online
publications submitted by Bank Indonesia.
F-statistical test generated in this research shows us that BI rate, inflation
rate and Rupiah exchange rate to US Dollar are simultaneously affecting the
distribution of murabaha financing on Islamic Commercial Banks with F-statistic
value more than F-table (1037,466 > 2,700) and Prob. F less than 5 percent
significance level (0,000 < 0,050). Furthermore, the t-statistical test shows us that
partially BI rate is affecting the distribution of murabaha financing with t-statistic
value more than t-table (3,065 > 1,661) and Prob. t less than 5 percent significance
level (0,003 < 0,050). This test also shows us that partially inflation rate is not
affecting the murabaha financing on Islamic Commercial Banks with t-statistic
value less than t-table (0,739 < 1,661) and Prob. t value more than 5 percent
significance level (0,462 > 0,050). The same test result shows us that Indonesian
Rupiah exchange rate to US Dollar also does not affect the distribution of
murbaha financing on Islamic Commercial Banks with t-statistic value less than t-
table (0,804 < 1,661) and Prob. t value more than 5 percent significance level
(0,423 > 0,050). Based on panel data statistical method, the value of determination
coefficient in this research is 0,992779 which means murabaha financing is
affected by BI rate, inflation rate, and Indonesian Rupiah exchange rate to US
Dolar by 99,28%, the rest 0,72% is affected by other variables those are not
included in this research.
Keywords : Murabaha financing, BI rate, inflation rate, and exchange
rate.
Supervisor : Yuke Rahmawati, M.A.
vii
ABSTRAK
Ahmad Dimyati Badruzzaman 1113046000062, Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah Periode
2016 – 2018, Strata Satu (S1), Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
1438 H/2018 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variable makro
ekonomi terhadap penyaluran pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengujian statistik
dengan analisis regresi data panel dan menggunakan perangkat lunak Eviews 9.0.
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas data triwulanan piutang
murabahah pada 11 (sebelas) Bank Umum Syariah; serta data tingkat suku bunga
BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS, yang diperoleh
dari publikasi Bank Indonesia.
Hasil penelitian berdasarkan uji statistik F menunjukkan bahwa secara
simultan (bersama-sama) tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS, berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah dengan nilai F hitung lebih besar dari F
tabel (1037,466 > 2,700) dan nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari tingkat
signifikansi lima persen (0,000 < 0,050). Kemudian berdasarkan uji statistik t
menunjukkan bahwa secara parsial (masing-masing) variabel tingkat suku bunga
BI berpengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan murabahah dengan nilai
t hitung lebih besar dari t tabel (3,065 > 1,661) dan nilai probabilitas t hitung lebih
kecil dari tingkat signifikansi lima persen (0,003 < 0,050). Variabel tingkat inflasi
tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan murabahah diketahui dengan
nilai t hitung yang lebih kecil dari nilai t tabel (0,739 < 1,661) dan nilai
probabilitas t hitung lebih besar dari tingkat signifikansi lima persen (0,462 >
0,050). Variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun tidak berpengaruh
terhadap penyaluran pembiayaan murabahah diketahui dari nilai t hitung yang
lebih kecil dari t tabel (0,804 < 1,661) dan nilai probabilitas t yang lebih besar dari
tingkat signifikansi lima persen (0,423 > 0,050). Berdasarkan hasil analisis regresi
data panel diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,992779 yang
menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan murabahah dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga BI, tingakat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar
99,28%, sedangkan sisanya 0,72% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Pembiayaan Murabahah, Suku Bunga BI, Inflasi, dan Kurs
Pembimbing : Yuke Rahmawati, M.A.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim. Puji syukur kepada Allah Subhanahu
Wata’ala atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan sehingga skripsi
yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Penyaluran
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2016-
2018” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun satu diantara beberapa
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran-saran dari
berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini tentu akan terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu, penulis secara
khusus menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM Hasan Ali, M.A dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A., ketua dan
sekertaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yuke Rahmawati, M.A., dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya dan senantiasa dengan sangat sabar memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan M.Ag., dosen pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktunya ditengah kesibukan dan tidak pernah lelah
memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya program studi
Muamalat yang tidak bisa disebutkan satu per satu tanpa menghilangkan
rasa hormat.
6. Terima kasih yang amat sangat untuk kedua orang tua tercinta Bapak
Sarmili, Umi Munawaroh, dan kakak-kakak saya atas kasih sayang,
perhatian, doa dan selalu memberikan motivasi serta dukungan untuk
ix
penulis. Semoga selalu di ridhoi Allah dan kelak penulis dapat
membahagiakan kalian. Aamiin.
7. Terima kasih kepada para sahabat terbaik yang telah dukungan dalam
segala bentuk yaitu Puput, Liana, Farah, Wirda, Diki, Yaser, Zaky, Emir,
Reza, Erwin, Syahrial, Rony, Diba, Hijria, Ludhi, Devina, Amel, Bocil,
Fadli, Klarisa, Ayu, dan Irfan Jevi.
8. Dan kepada semua pihak yang banyak memberikan kontribusi terhadap
penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
persatu.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 28 September 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… v
ABSTRACT ……………………………………………………………………. vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiii
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………… 12
C. Batasan Masalah ……………………………………………………. 13
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 14
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 14
1. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 14
2. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 15
F. Hipotesis ……………………………………………………………. 16
G. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 18
I. Teknik dan Sistematika Penulisan ………………………………… 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 21
A. Pengertian dan Konsep Pembiayaan pada Perbankan Syariah .......... 21
xi
1. Pengertian Pembiayaan .................................................................. 21
2. Jenis-Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah ........................... 22
B. Pengertian dan Konsep Pembiayaan Murabahah ............................. 25
1. Pengertian Murabahah ................................................................... 25
2. Dasar Hukum dan Prinsip Murabahah .......................................... 26
3. Rukun Jual-Beli Murabahah ......................................................... 27
4. Prinsip dan Teknis Jual-Beli Murabahah ...................................... 28
5. Produk-Produk Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah ........ 30
C. Pengertian dan Prinsip Makro Ekonomi ........................................... 33
1. Pengertian Makro Ekonomi ........................................................... 33
2. Pengertian Suku Bunga BI ............................................................. 34
3. Pengertian Inflasi ............................................................................ 35
4. Pengertian Nilai Tukar Rupiah ....................................................... 35
D. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………… 39
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………. 39
B. Jenis dan Sumber Data……………………………………………… 40
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………… 40
D. Metode Analisis Data ………………………………………………. 41
1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………………… 41
2. Analisis Regresi Data Panel……………………………………… 41
a. Pendekatan Common Effect (Pooling Least Square) …………. 42
b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect) ………………………... 42
c. Pendekatan Efek Random (Random Effect) …………...……… 43
d. Penentuan Model Regresi Data Panel ………………………… 43
xii
e. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………. 46
f. Uji Hipotesis ………………………………………………….. 50
E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ………………………. 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian………………………………… 55
B. Analisis Statistik Deskriptif ………………………………………… 61
C. Penentuan Model Regresi Data Panel ……………………………… 64
1. Uji Chow ......................................................................................... 64
2. Uji Hausman ……………………………………………………... 65
D. Uji Asumsi Klasik ………………………………………………….. 66
1. Uji Multikolinearitas …………………………………………….. 66
2. Uji Heteroskedastisitas …………………………………………... 67
3. Uji Autokorelasi …………………………………………………. 68
E. Persamaan Model …………………………………………………… 69
F. Uji Koefisien Determinasi ………………………………………….. 73
G. Uji Hipotesis ……………………………………………………….. 74
1. Hasil Uji Statistik F ……………………………………………… 74
2. Hasil Uji Statistik t ………………………………………………. 75
H. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………. 77
BAB V PENUTUP……………………………………………………………… 80
A. Simpulan …………………………………………………………… 80
B. Saran ………………………………………………………………... 81
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 82
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 87
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ………………………………………………………………………… 10
Tabel 3.1 ………………………………………………………………………… 40
Tabel 3.2 ………………………………………………………………………… 50
Tabel 3.3 ………………………………………………………………………… 55
Tabel 4.1 ………………………………………………………………………… 56
Tabel 4.2 ………………………………………………………………………… 62
Tabel 4.3 ………………………………………………………………………… 64
Tabel 4.4 ………………………………………………………………………… 65
Tabel 4.5 ………………………………………………………………………… 67
Tabel 4.6 ………………………………………………………………………… 68
Tabel 4.7 ………………………………………………………………………… 69
Tabel 4.8 ………………………………………………………………………… 70
Tabel 4.9 ………………………………………………………………………… 74
Tabel 4.10 ………………………………………………………………………. 75
Tabel 4.11 ……………………………………………………………………….. 76
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1……………………………………………………………………… 8
Diagram 1.2 ……………………………………………………………………... 11
Diagram 4.1……………………………………………………………………… 57
Diagram 4.2 ……………………………………………………………………... 59
Diagram 4.3 …………………………………………………………………….. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian rakyat selalu menjadi permasalahan tersendiri yang
sangat penting selama beberapa dekade sejak Republik Indonesia merdeka
hingga saat ini. Terutama ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara pada
tahun 1997 dan 1998, krisis ekonomi yang diawali krisis moneter berdampak
pada stabilitas makro ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Krisis yang
menyebar di seluruh Asia Tenggara itu bermula dari ekonomi Thailand yang
terguncang. Rentannya perekonomian negara-negara tetangga membuat virus
krisis dengan cepat menyebar dan menggerogoti perekonomian nasional
Indonesia.1 Puncaknya pada tahun 1998 perekonomian Indonesia merosot
dengan sangat tajam ditandai dengan kejatuhan nilai tukar rupiah dari Rp.
2.450 per dolar AS pada pertengahan bulan Juni 1997 menjadi Rp. 13.515
pada akhir bulan Januari 1998. Penurunan ini juga didorong dengan semakin
banyaknya masyarakat yang membeli dolar AS, sehingga permintaan terhadap
mata uang dolar sangat tinggi yang berdampak langsung terhadap lemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.2
Nilai tukar rupiah yang telah merosot tajam itu masih berdampak
cukup panjang terhadap perekonomian bangsa Indonesia hingga saat ini.
1 Dinda Purnamasari, Negara-Negara yang Paling Terpuruk saat Krisis Ekonomi ASEAN,
www.tirto.co.id, diakses tanggal 14 Agustus 2018.
2 Puji Fajriani, Kilas Balik Krisis Ekonomi 1997-1998 dan Sekarang,
www.fajrianypuji.wordpress.com, diakses tanggal 14 Agustus 2018.
2
Bahkan bisa dikatakan perekonomian nasional pasca krisis ekonomi 1998
tersebut belum sepenuhnya pulih.
Pemulihan perekonomian nasional pasca krisis dapat dilakukan dengan
mendorong aktivitas di sektor riil dengan melibatkan rakyat sebagai motor
penggerak roda perekonomian. Rakyat dalam hal ini bertindak sebagai
konsumen utama dalam mendukung arus perputaran barang dan jasa dari
pihak produsen, khususnya produsen-produsen dalam negeri. Hal ini didukung
dengan pandangan Bank Indonesia bahwa perbaikan ekonomi nasional masih
akan terkendala oleh tingginya ketidakpastian ekonomi dunia. Sehingga,
diperlukan pembenahan dan penguatan struktur ekonomi melalui peningkatan
kemampuan produksi.3
Kemampuan masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain kondisi keuangan diri pribadi.
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda dalam memperoleh barang dan
jasa mengingat penghasilan setiap orang berbeda-beda di setiap daerah dan
sektor pekerjaannya. Oleh karena itu, diperlukan peran perbankan sebagai
lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat untuk mendukung
pemerataan kemampuan masyarakat dalam memperoleh barang dan jasa, juga
untuk menjamin laju perputaran roda perekonomian masyarakat hingga ke
sektor riil. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Pasal 3
yang menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
3 Eko Nordiansyah, Sektor Riil Diharapkan Topang Perbaikan Pertumbuhan Ekonomi,
www.ekonomi.metrotvnews.com, diakses tanggal 15 Agustus 2018.
3
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.4
Lembaga perbankan mempunyai nilai yang sangat strategis di tengah
masyarakat, khususnya pada kasus ini, yaitu sebagai perantara pihak-pihak
yang kekurangan dana (lacks of funds) dengan pihak-pihak yang mempunyai
kelebihan dana (surplus of funds).5 Hal ini sejalan dengan amanat Undang-
Undang RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 2 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit, atau dalam bentuk lainnya dalam rangka menerapkan
taraf hidup rakyat banyak.6
Sejak diberlakukannya Dual Banking System di Indonesia melalui UU
Perbankan No. 10 Tahun 1998 dan UU No. 21 Tahun 2008 telah mendorong
penguatan eksistensi perbankan syariah di Indonesia, perkembangan bank
syariah khususnya menunjukkan kemajuan yang pesat. Banyak lembaga
perbankan konvensional membentuk Unit Usaha Syariah atau merubah diri
menjadi Bank Umum Syariah. Secara year to year dunia perbankan di
Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dan memiliki tren
yang cenderung positif dari segi aset. Tidak hanya pada perbankan
konvensional melainkan juga perbankan syariah. Ini ditandai dengan semakin
banyaknya layanan perbankan syariah baik yang berbentuk Unit Usaha
4 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.
5 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan Keempat, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2003, h. 11.
6 Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008.
4
Syariah, Bank Umum Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Tren
pertumbuhan yang positif ini menunjukkan bahwa sistem dan konsep yang
diterapkan oleh perbankan syariah sudah sesuai dengan kondisi perekonomian
masyarakat Indonesia saat ini dan berada di segmen yang tepat. Pertumbuhan
rata-rata perbankan syariah setiap tahunnya berkisar antara 30% - 40%, jauh
lebih tinggi dari pada pertumbuhan perbankan konvensional yang hanya
sekitar 12%.7
Perbankan syariah di Indonesia tidak hanya menjalankan fungsi
sebagai lembaga penghimpun dana, namun juga sebagai lembaga tempat
masyarakat dapat memperoleh pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
riilnya, baik untuk peningkatan usaha perorangan (kebutuhan produktif)
maupun pemenuhan kebutuhan yang bersifat konsumtif. Sama seperti
perbankan konvensional, dalam hal ini bank syariah berperan sebagai lembaga
investasi kepada masyarakat.8 Dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah
menjadi tempat pemilik dana menanamkan uangnya dalam rangka
memperoleh keuntungan bagi hasil. Dana nasabah yang terhimpun tersebut
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan dengan perjanjian
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Pembiayaan dalam perbankan
syariah tidak bersifat menjual uang yang mengandalkan pendapat bunga atas
pokok pinjaman yang diinvestasikan, melainkan dari pembagian laba yang
7 Muhammad Surya, Prospek, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat, dan Strategi
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, www.muhammadsurya.wordpress.com diakses tanggal
15 Agustus 2018..
8 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, PT
Bumi Aksara, Jakarta, 2010, h. 221.
5
diperoleh pengguna dana tersbut (apabila dana tersebut digunakan untuk
kegiatan usaha). Pendekatan bank syariah mirip dengan investment banking,
secara garis besar produknya adalah mudharabah (trust financing) dan
musyarakah (partnership financing), sedangkan yang bersifat investasi
diimplementasikan dalam bentuk murabahah (jual beli). 9
Pembiayaan syariah yang dilaksanakan oleh lembaga perbankan
syariah memiliki arti bahwa bank selaku shahibul mal menaruh kepercayaan
kepada nasabah untuk melaksanakan amanah yang diberikan berkenaan
dengan dana yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar,
adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.10
Berdasarkan tujuan penggunaan
dana yang diperoleh nasabah dari pembiayaan yang dilakukan oleh bank
syariah, pembiayaan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok aktifitas
pembiayaan. Pembiayaan yang umum ditemukan dalam usaha perbankan
syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja (PMK), Pembiayaan Investasi
Syariah, dan Pembiayaan Konsumtif Syariah.11
Pembiayaan murabahah adalah salah satu jenis pembiayaan pada
perbankan syariah yang memiliki porsi penyaluran paling besar selain
pembiayaan mudharabah. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan
di bank syariah, pembiayaan dibagi menjadi pembiayaan akad murabahah,
9 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010, h.28.
10 Tatang Sutardi, Hukum Uang Muka dan Jaminan dalam Pembiayaan Murabahah,
www.pa_tanahgrogot.net, diakses tanggal 15 Agustus 2018.
11 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Edisi Kelima,
Rajawali Press, Depok, 2008, h.234.
6
pembiayaan akad salam, pembiayaan akad ijarah, pembiayaan akad ijarah
muntahiya bittamlik, pembiayaan akad istishna’, dan pembiayaan akad
qardh.12
Akad-akad tersebut disesuaikan dengan jenis pembiayaan yang
diberikan oleh pihak bank. Dalam hal ini, pembiayaan akad murabahah
diberlakukan untuk transaksi jual-beli biasa antara bank dengan nasabah,
dalam hal ini bank akan membelikan barang kemudian menjual kembali
kepada nasabah dengan harga yang telah disesuaikan dengan margin
keuntungan yang telah ditetapkan oleh pihak bank, biasanya akad murabahah
diberlakukan untuk Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi,
Pembiayaan Konsumtif Syariah, dan Pembiayaan Letter of Credit. Akad
istishna’ diberlakukan untuk jenis transaksi jual-beli barang yang memerlukan
proses pembuatan terlebih dahulu, barang akan diberikan kemudian hari
namun pembayaran bisa diberikan saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau
dibayar kemudian hari ketika barang yang dipesan sudah selesai dibuat. Akad
qardh berlaku untuk transaksi pinjaman dana tunai (dana talangan) dari pihak
bank kepada nasabah. Akad ijarah berlaku untuk transaksi pemindahan hak
guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.13
Namun, dari ketiga
jenis pembiayaan tersebut, penyaluran pembiayaan murabahah adalah jenis
pembiayaan yang memiliki porsi paling besar terutama apabila dilihat dari
12
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam…, h.244.
13 Wikipedia Bahasa Indonesia, Perbankan Syariah, http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 15
Agustus 2018.
7
segi nilai atau jumlah uang yang disalurkan oleh pihak bank, juga dilihat dari
segi keuntungan yang diperoleh oleh pihak bank.
Beberapa bank umum syariah di Indonesia telah membukukan
perolehan piutang yang cukup tinggi untuk jenis pembiayaan akad
murabahah, qardh, dan ijarah. Namun, karena pembiayaan akad qardh
dianggap tidak terlalu memberikan kontribusi terhadap pendapatan bank dan
pembiayaan akad ijarah pada banyak Bank Umum Syariah nilainya sangat
kecil. Maka dalam penelitian ini hanya pembiayaan akad murabahah saja
yang akan dibahas.
Di Indonesia saat ini terdapat 13 (tiga belas) Bank Umum Syariah
dengan total aset sebesar Rp. 294,27 triliun (Maret 2018).14
Ketiga belas bank
tersebut yaitu, PT Bank Aceh Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia, PT
Bank Victoria Indonesia, PT Bank BRI Syariah, PT Bank Jabar Banten
Syariah, PT Bank BNI Syariah, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Mega
Syariah, PT Bank Panin Dubai Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, PT BCA
Syariah, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, dan PT Maybank
Syariah Indonesia.15
Bank Umum Syariah (BUS) bersama dengan Unit Usaha Syariah
(UUS) secara kolektif telah membukukan peningkatan nominal piutang
murabahah yang signifikan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2014 sampai
dengan tahun 2017 pertumbuhan piutang murabahah pada BUS dan UUS
mencapai 21,46%, naik dari Rp. 123,98 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp.
14
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Maret 2018, OJK, Jakarta, 2018, h. 5.
15 Ibid., h. 5.
8
157,85 triliun pada tahun 2017. Peningkatan piutang murabahah yang
dimaksud adalah piutang kepada pihak ketiga bukan bank.16
Sementara
pertumbuhan rata-rata tahunan piutang murabahah pada BUS dan UUS secara
kolektif sejak tahun 2014 s.d. 2017 yaitu sebesar 7,64% dengan pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 12,62%. Hal ini menunjukkan
bahwa minat masyarakat terhadap produk pembiayaan akad murabahah pada
lembaga perbankan syariah selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Diagram 1.1 menyajikan gambaran yang lebih jelas mengenai pertumbuhan
ini.
Diagram 1.1
Piutang Murabahah Kolektif pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode 2014-2017
Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah Tahun 2017
Diagram di atas menunjukkan bahwa piutang murabahah pada BUS
dan UUS di Indonesia setiap tahunnya selalu menigkat. Untuk lebih jelasnya
mengenai grafik tersebut, tabel 1.1 menyajikan nominal piutang murabahah
pada BUS dan UUS secara kolektif di Indonesia.
16
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Maret 2018, OJK, Jakarta, 2018, h. 9.
0
25
50
75
100
125
150
175
200
2014 2015 2016 2017
TR
ILIU
N R
UP
IAH
TAHUN
9
Tabel 1.1
Total Piutang Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode 2014 – 2017
Periode Total Piutang Murabahah
2014 Rp. 123,977 triliun
2015 Rp. 126,832 triliun
2016 Rp.145,145 triliun
2017 Rp. 157,850 triliun
Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah Tahun 2017.
Analisis awal terhadap kemirigan garis pada diagram 1.1 menujukkan
bahwa pertumbuhan piutang murabahah cenderung variatif. Variasi pada
tingkat kemiringan garis menunjukkan fluktuasi terhadap permintaan
pembiayaan akad murabahah dari masyarakat ke bank. Tingkat fluktuasi ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran pembiayaan bisa berasal dari bank itu sendiri seperti risk appetite
terhadap suatu sektor, tingkat kredit macet, kurangnya modal. Maupun faktor
makro seperti tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS.17
Bank Indonesia menerbitkan data tahunan untuk tingkat suku bunga
BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah. Pada periode tahun 2014 sampai
dengan 2017 tingkat suku bunga BI rata-rata mengalami penurunan rata-rata
sebesar 19,61% setiap tahunnya, dengan pernurunan tertinggi terjadi pada
tahun 2016 yaitu sebesar 30,78%.18
Hal ini terjadi juga pada tingkat inflasi
17
Putri Indah Permatasai, Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dalam Penyaluran Pembiayaan
Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri Periode 2013-2016, (Skripsi S1 FEB UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2017), h. 5.
18 Bank Sentral Republik Indonesia, BI Rate, www.bi.go.id, diakses tanggal 20 Agustus 2018.
10
rata-rata tahunan dari tahun 2014 sampai dengan 2017, bila dirata-ratakan
mengalami penurunan sebesar 29,49% setiap tahunnya. Penurunan tingkat
inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 44,67%.19
Sementara itu
pada periode yang sama, nilai tukar rupiah memiliki tren yang berkebalikan
dari tingkat suku bunga BI dan tingkat inflasi. Rata-rata nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS mengalami peningkatan sebesar 65,25%, namun sempat
mengalami penurunan sebesar 0,61% pada tahun 2016. Rata-rata nilai tukar
rupiah terhadap dolar tahun 2015 sebesar Rp. 13.891,97 turun menjadi Rp.
13.807,38 pada tahun 2016.20
Tren kenaikan dan penurunan pada variabel-
variabel makro ekonomi tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram 1.2 berikut.
Diagram 1.2
Tingkat Suku Bunga BI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Rata-Rata
Tahun 2014-2017
Sumber: www.bi.go.id
19
Bank Sentral Republik Indonesia, Inflasi, www.bi.go.id, diakses tanggal 20 Agustus 2018.
20 Bank Sentral Republik Indonesia, Kalkulator Kurs, www.bi.go.id, diakses tanggal 20
Agustus 2018.
12378.30 13891.97 13807.38 13884.13
7.54 7.52
5.75
4.50
6.42 6.38
3.53 3.80
10000
11000
12000
13000
14000
15000
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
2014 2015 2016 2017
Tahun
Ru
pia
h
%
Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga BI Inflasi
11
Berdasarkan diagram 1.1 dan diagram 1.2, secara sekilas penulis
melihat indikasi adanya hubungan antara variabel makro ekonomi terhadap
nilai penyaluran pembiayaan murabahah pada BUS dan UUS di Indonesia.
Variabel makro ekonomi yang dimaksud yaitu tingkat suku bunga BI (BI
Rate), tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs).
Sementara itu pada penelitian ini penulis akan menitikberatkan pembahasan
pada BUS dengan mengambil 11 (sebelas) contoh BUS di Indonesia sebagai
objek dan menggunakan data piutang murabahah periode triwulan I 2016
sampai dengan triwulan I 2018. Kesebelas BUS tersebut adalah PT BCA
Syariah (BCAS), PT Bank Jabar Banten Syariah (BJBS), PT Bank Muamalat
Indonesia (BMI), PT Bank Mega Syariah (BMS), PT Bank BNI Syariah
(BNIS), PT Bank Panin Dubai Syariah (BPDS), PT BRI Syariah (BRIS), PT
Bank Syariah Bukopin (BSB), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPNS), dan PT Bank Victoria
Syariah (BVS). Sementara itu, PT Bank Aceh Syariah dan PT Maybank
Syariah Indonesia tidak masuk ke dalam penelitian ini karena penulis tidak
memiliki data penyaluran pembiayaan murabahah pada periode yang
ditentukan di kedua bank tersebut. Selain itu diantara 4 (empat) jenis akad
pembiayaan konsumtif yang umum diterapkan di perbankan syariah, yaitu
akad murabahah, akad qardh, akad istishna’ dan akad ijarah, penulis hanya
membahas akad murabahah karena hanya pembiayaan jenis ini yang
difasilitasi oleh semua BUS tersebut. Sebagian besar BUS tidak memiliki data
piutang qardh, istishna’, dan ijarah pada periode yang telah ditentukan.
12
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis berminat untuk
menganalisis lebih detail mengenai pengaruh variabel makro ekonomi tersebut
terhadap penyaluran pembiayaan murabahah di 11 (sebelas) Bank Umum
Syariah, dalam sebuah skripsi yang berjudul “PENGARUH VARIABEL
MAKRO EKONOMI TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2016 – 2018”.
B. Identifikasi Masalah
Paparan latar belakang masalah di atas telah cukup menjelaskan
mengenai permasalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, adapun identifikasi
permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia memiliki
porsi paling besar dari segi penyalurannya kepada masyarakat jika
dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain.
2. Nilai pembiayaan akad murabahah yang disalurkan oleh perbankan
syariah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perolehan
margin keuntungan bank tersebut. Selain itu masyarakat yang menerima
pembiayaan ini memperoleh manfaat dan cakupan penggunaan dana yang
luas terutama untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif. Hal ini secara tidak
langsung berdampak pada peningkatan aktivitas perekonomian di sektor
riil.
3. Analisis fundamental mengenai penyaluran pembiayaan dari pihak bank
terhadap masyarakat menyebutkan bahwa variabel-variabel makro
13
ekonomi seperti tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS berpengaruh cukup besar terhadap pengambilan
keputusan dalam penyaluran pembiayaan akad murabahah oleh perbankan
syariah.
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini untuk menjamin validitas hasil penelitian dan mencegah perluasan makna
dan ambiguitas dari penelitian ini. Batasan-batasan masalah yang akan dibahas
yaitu:
1. Variabel makro ekonomi yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu
tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat periode triwulan I 2016 sampai dengan triwulan I 2018.
2. Analisis pengaruh variabel makro ekonomi yang dilakukan dalam
penelitian ini hanya terhadap jenis pembiayaan murabahah pada Bank
Umum Syariah yaitu PT BCA Syariah (BCAS), PT Bank Jabar Banten
Syariah (BJBS), PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), PT Bank Mega
Syariah (BMS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), PT Bank Panin Dubai
Syariah (BPDS), PT BRI Syariah (BRIS), PT Bank Syariah Bukopin
(BSB), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah (BTPNS), dan PT Bank Victoria Syariah (BVS).
3. Dari ketiga variabel makro ekonomi yang telah disebutkan, perlu
dijelaskan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
penyaluran pembiayaan murabahah pada bank-bank syariah tersebut.
14
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh variabel makro ekonomi terhadap penyaluran
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah secara keseluruhan?
2. Bagaimana pengaruh variabel makro ekonomi terhadap penyaluran
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah secara parsial?
3. Variabel makro ekonomi manakah yang paling berpengaruh terhadap
penyaluran pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap penyaluran
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah secara
keseluruhan.
b. Untuk menjelaskan variabel makro ekonomi yang memiliki pengaruh
paling besar terhadap penyaluran pembiayaan murabahah pada Bank
Umum Syariah secara keseluruhan.
c. Untuk menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap masing-masing Bank
Umum Syariah.
15
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada paparan latar belakang masalah, maka penelitian
ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal berikut:
a. Manfaat Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan input bagi otoritas keuangan nasional dan lembaga
keuangan syariah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan
penyaluran pembiayaan pada Bank Umum Syariah, khususnya
pembiayaan murabahah.
b. Manfaat Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan ilmiah
dan sumbangan pemikiran di lingkungan akademis terkait perbankan
syariah.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan terutama yang berkaitan dengan perbankan syariah,
khususnya tentang pembiayaan murabahah di lingkungan perbankan
syariah.
F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hipotesis untuk perkiraan
hasil penelitian ini adalah:
1. Pengaruh variabel makro ekonomi secara simultan terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah Periode 2016 s.d. 2018:
16
H0 : Variabel makro ekonomi (tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar tupiah terhadap dolar AS) secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah pada Bank
Umum Syariah.
H1 : Variabel makro ekonomi (tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar tupiah terhadap dolar AS) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum
Syariah.
2. Pengaruh tingkat suku bunga BI secara parsial terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah Periode 2016 s.d. 2018:
H0 : Tingkat suku bunga BI tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah.
H1 : Tingkat suku bunga BI berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah.
3. Pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap pembiayaan murabahah
pada Bank Umum Syariah Periode 2016 s.d. 2018:
H0 : Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah.
H1 : Tingkat inflasi berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah
pada Bank Umum Syariah.
4. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara parsial terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah Periode 2016 s.d.
2018:
17
H0 : Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah.
H0 : Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah.
18
G. Kerangka Berpikir
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah Periode 2016 – 2018
1. Bagaimana pengaruh variabel makro ekonomi secara keseluruhan
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah?
2. Bagaimana pengaruh variabel makro ekonomi secara parsial
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah?
3. Variabel makro ekonomi manakah yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap penyaluran pembiayaan konsumtif pada
Bank Umum Syariah?
Pengujian Hipotesis
Variabel Independen :
- Tingkat suku
bunga BI
- Inflasi
- Nilai tukar rupiah
Variabel Dependen :
Pembiayaan
murabahah pada
Bank Umum Syariah
Estimasi Model Regresi
Data Panel
Model Regresi Data Panel Terpilih
Uji Statistik dan Ekonometrika dengan
Software Eviews 9.0
(Hasil dan Pembahasan)
Simpulan dan Saran
19
H. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.
2. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis
penelitian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis merangkum kutipan-kutipan dasar
teori dari buku-buku, jurnal, skripsi, tesis, dan kitab suci
Alquran dalam subbab Teori Pendukung. Selain itu
penulis juga merangkum beberapa hasil penelitian
terdahulu yang memiliki kemiripan baik dilihat dari
variabel dependen, variabel independen, metode
penelitian, dan objek serta periode data dalam subbab
Penelitian Terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan secara lebih
mendetail mengenai kerangka berpikir seperti yang telah
20
disebutkan pada bab I. Di sini penulis menjelaskan ruang
lingkup penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi
operasional dan variabel penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil estimasi data panel, uji
asumsi klasik, persamaan model, hasil uji koefisien
determinasi, pengujian hipotesis, dan pembahasan
mengenai hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini akan disimpulkan hasil penelitian mengacu
pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta saran
dari penulis terhadap pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian ini.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Konsep Pembiayaan pada Perbankan Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah, (b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, (c)
transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’,
(d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, (e) transaksi
sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.21
Prinsip pembiayaan di perbankan syariah sesuai dengan firman
Allah SWT tentang perintah memberikan utang dan memberikan
tangguhan serta kelapangan kepada orang yang berutang itu, hal ini
disampaikan dalam surah al-Baqarah ayat 280:
م ك ر ل ي وا خ د ق ص ن ت وأ رة س ي ل م رة إ ظ ن رة ف س و ع ان ذ ن ك وإون م ل ع م ت ت ن ن ك إ
“Jika ia (yang berutang) dalam kesusahan tangguhkanlah sampai ia
mendapat kemudahan dan bilamana kamu sedekahkan, lebih baik bagimu,
kalau kamu mengetahui.”22
21
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
22 Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya Juz I s.d. XV, PT. Pustaka Litera
Antar Nusa, Bogor, h. 112-113.
22
Pembiayaan bertujuan dengan lingkup cakupan yang luas. Pada
dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berhubungan dari pembiayaan,
antara lain (a) profitability, yaitu tujuan untuk mendapatkan hasil dari
pembiayaan seperti keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang didapat
dari usaah yang dikelola bersama nasabah; (b) safety, keamanan dari
prestasi atau layanan yang diberikan harus dijamin sehingga tujuan
profitability dapat dicapai tanpa ada hambatan. Oleh sebab itu, dengan
adanya keamanan prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang
atau jasa itu bisa terjamin pengembaliannya sehingga tujuan untuk
mendapat keuntungan dapat menjadi kenyataan.23
2. Jenis-Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Berikut ini merupakan jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah
berdasarkan akadnya24
:
a) Al-Mudharabah, adalah akad kerja sama antara dua pihak, dimana
pihak pertama menyediakan dana dan pihak lain menjadi pengelola
dana. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik dana selama kerugian
itu bukan akibat dari kelalaian pengelola dana.
b) Al-Musyarakah, adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
23
Veithzal Rivai, Islamic Financial Manageent: Teori, Konsep, dan Aplikasi: Panduan Praktis
untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008, h. 5-6.
24 Abustan, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gunadarma, Jakarta, 2009, h.
6-7.
23
dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
c) Ba’i al-Murabahah, adalah transaksi jual-beli dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, bank akan membelikan
barang/jasa yang dibutuhkan oleh nasabahnya dari penyedia barang/jasa
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh nasabah tersebut.
Kemudian bank menjual kembali barang tersebut kepada nasabah
dengan menambahkan keuntungan yang disepakati. Nasabah kemudian
dapat memilih transaksi ini dalam bentuk tunai, cicilan, atau tangguhan.
d) Ba’i as-Salam, adalah pembelian suatu barang yang penyerahannya
dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilakukan di muka
secara tunai. Ba’i as-salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan
pada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil
pertanian atau industri lainnya. Barang yang dibeli harus diketahui
secara jelas jenis, macam, ukuran, mutu, jumlah, dan hukum awal
pembayaran harus dalam bentuk uang. Harga jual yang disepakati harus
dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya
akad.
e) Ba’i al-Istishna’, adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen tetapi pembayaran dilakukan di muka atau secara berangsur-
angsur. Ba’i al-istishna’ memiliki prinsip yang menyerupai ba’i al-
salam.
24
f) Sharf (jual-beli valas), adalah pertukaran atau jual/beli antara uang yang
berbeda dengan penyerahan segera berdasarkan kesepakatan harga
sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran. Sharf hanya bisa
dilakukan untuk tujuan pelindung nilai dan tidak untuk spekulasi.
g) Al-Ijarah, adalah transaksi sewa menyewa tanpa kesepakatan
pengalihan kepemilikan atas barang sewa.
h) Ijarah Muntahiya Bit Tamlik, adalah kegiatan sewa menyewa dengan
imbalan tertentu dengan kesepakatan pengalihan kepemilikan atas
barang sewa pada akhir masa sewa.
i) Al-Kafalah atau Garansi Bank, adalah jaminan yang diberikan
penanggung kepada pihak ke dua atau yang ditanggung, dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada
pihak lain seperti pembiayaan dengan jaminan seseorang.
j) Al-Wakalah, adalah pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak
lain, mandat ini harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang
dilakukan oleh pemberi mandat.
k) Al-Hawalah, adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
pihak lain yang wajib menanggungnya atau dengan kata lain dikenal
dengan istilah anjak piutang atau factoring.
l) Ar-Rahn atau gadai, adalah kegiatan menahan sebagian harta milik
peminjam sebagai jaminan atas dana yang dipinjam.
m) Qardh, adalah akad pinjam-meminjam uang antara bank dengan
nasabah tanpa mengharapkan imbalan kepada nasabah tersebut.
25
B. Pengertian dan Konsep Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang telah disepakati. Berapa besar keuntungan
tersebut dinyatakan dengan nominal rupah atau dalam bentuk persentase
dari harga pembeliannya,misalnya 10% atau 20%.25
Menurut Abdullah Saeed (1996) murabahah merupakan salah satu
bentuk jual beli yang bersifat amanah.26
Murabahah didefinisikan juga
sebagai jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.27
Imam Syafi‟i berpendapat, jika seseorang menunjukkan suatu
barang kepada orang lain dan berkata: “belilah barang seperti ini untukku
dan aku akan memberimu keuntungan sekian”. Kemudian orang itu pun
membelinya, maka jual beli ini adalah sah. Imam Syafi‟i menamai
transaksi sejenis ini (murabahah yang dilakukan untuk pembelian secara
pemesanan) dengan istilah al-murabahah li al-ami bi asy-syira’.28
25
Adiwarman A.Karim, Ekonomi Islam : Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta, Gema Insani
Pers,2001), cet. ke- 1, h. 86. 26
Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest, A Study Prohibition of Riba and Its
Contemporary Interpretation, E. J. Beill, Leiden, 1996, h. 77.
27 Heri Sudarsono, Bank dan…, Ekonisia, Yogyakarta, 2004, h. 62.
28 Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta, 2001, h. 102.
26
Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek
barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang
dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding
dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas
transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus
pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama
jangka waktu yang telah disepakati.29
2. Dasar Hukum dan Prinsip Murabahah
Dasar hukum pelaksanaan akad murabahah terdapat dalam
beberapa sumber utama hukum Islam, antara lain:
a) Alquran, dalam surat al-Baqarah ayat 275 yang isinya “…dan Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.30
b) Alhadits, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Syuaib31
: “Tiga
perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan
pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain murabahah),
dan mencampur gandum dengan jawawut (gandum kualitas rendah)
untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual”.
29
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 138-139.
30 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, PT Intermasa, Jakarta, 1974, h. 69.
31 Al-Maktabah Asy-Syamilah V-II, Kutubul Al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab asy-Syirkah
wa al-Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor Hadits 2280.
27
3. Rukun Jual-Beli Murabahah
Adapun rukun jual-beli murabahah yaitu: adanya penjual (ba’i),
adanya pembeli (musytari), adanya objek atau barang yang
diperjualbelikan (mabi’), harga (tsaman), dan akad jual beli (ijab qabul).32
Ada beberapa syarat pembiayaan murabahah antara lain33
:
a) Pihak yang berakad:
- Cakap hukum, dan
- sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/dibawah
tekanan.
b) Objek yang diperjualbelikan:
- Tidak termasuk yang diharamkan/dilarang,
- bermanfaat,
- penyerahannya dari penjual ke pembeli daapt dilakukan,
- merupakan hak milik penuh pihak yang berakad, dan
- sesuai spesifikasinya yang diterima pembeli dan diserahkan
penjual.
c) Akad/sighat:
- Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad,
- antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifikasi barang maupun harga yang disepakati,
32
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan
Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2009, h. 58.
33 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan islam Tinjauan Teoritis dan Praktis,
Kencana Prenada Group¸ Jakarta, 2010, h. 46.
28
- tidak mengandung klausul yang bersifat menguntungkan
keabsahan transaksi pada hal/kejadian yang akan datang, dan
- tidak membatasi waktu, misal: „saya jual ini kepada Anda untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) bulan setelah itu jadi milik saya
kembali‟.
4. Prinsip dan Teknis Jual-Beli Murabahah
Terdapat prinsip dan ketentuan umum dalam melaksanakan jual-beli
murabahah, yaitu34
:
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang telah
disepakati kualifikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya. Dalam kaitan ini
bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
34
DSN MUI-BI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI Edisi Revisi Tahun 2006,
CV Gaung Persada, Ciputat, 2006, h. 24-25.
29
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual-beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Adapun teknis perbankan untuk pembiayaan murabahah adalah
sebagai berikut35
:
a) Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko)
ditambah keuntungan (mark-up). Kedua pihak harus menyepakati
harga jual dan jangka waktu pembayaran.
b) Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan,
murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan
(bitsaman ajil).
c) Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada
nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 13/DSN-
MUI/IX/2000 tentang pembiayaan murabahah, dalam akad pembiayaan
35
Heri Sudarsono, Bank dan …, h. 72.
30
murabahah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta
uang muka apabila kedua belah pihak sepakat. Besarnya uang muka
ditentukan berdasarkan kesepakatan. Jika nasabah membatalkan akad
murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang
muka tersebut. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS
dapat meminta tambahan kepada nasabah. Jika uang muka lebih besar dari
kerugian, LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.36
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu37
:
a) Pembiayaan murabahah yang didanai oleh URIA (Unrestricted
Investment Account) investasi tidak terikat.
b) Pembiayaan murabahah yang didanai RIA (Restricted Investement
Account) investasi terikat.
c) Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal sendiri.
5. Produk-Produk Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah
Bank syariah memiliki beberapa jenis produk pembiayaan yang
menggunakan akad murabahah dalam melakukan perjanjian dengan
nasabah, yaitu:
a. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Modal kerja adalah modal lancar yang digunakan untuk mendukung
operasional perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi
36
DSN MUI-BI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI Edisi Revisi Tahun 2006,
CV Gaung Persada, Ciputat, 2006, h. 81-82.
37 Adiwarman A. Karim, Bank Islam…, h. 117.
31
secara normal dan lancar. Beberapa penggunaan modal kerja antara lain
adalah untuk pembayaran persekot pembelian bahan baku, pembayarah
upah buruh, dan lain-lain.
Berdasarkan penggunaannya, modal kerja dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:
a) Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen berasal dari modal sendiri atau dari
pembiayaan jangka panjang. Sumber pelunasan modal kerja
permanen berasal dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan
penyusutan.
b) Modal Kerja Seasional
Modal kerja seasional bersumber dari modal jangka pendek
dengan sumber pelunasan dari hasil penjualan barang dagangan,
penerimaan hasil tagihan termin, atau dari penjualan hasil
produksi.38
b. Pembiayaan Investasi Syariah
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan
maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan di kemudian hari,
mencakup hal-hal antara lain.
a) Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa
keuntungan dalam bentuk finansial atau uang (financial benefit).
38
Adiwarman A. Karim, Islamic Banking: Fiqh and Financial Analysis, Raja grafindo Persada,
Jakarta, 2008, h. 45.
32
b) Badan usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan
berupa uang, sedangkan sosial dan badan-badan pemerintah
lainnya bertujuan untuk memberikan manfaat sosial (sosial
benefit) dibandingkan dengan keuntungan finansial.
c) Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari
bank harus mampu memperoleh keuntungan finansial (financial
benefit) agar dapat hidup dan berkembang serta memenuhi
kewajiban kepada bank.
c. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Secara definitif konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi
kebutuhan baik barang maupun jasa yang tidak digunakan untuk tujuan
usaha. Dengan demikian yang dimaksud dengan pembiayaan konsumtif
adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan luar usaha dan
umumnya bersifat perorangan. Pembiayaan jenis ini terus mengalami
peningkatan secara cepat.39
d. Pembiayaan Letter of Credit (L/C)
Secara definitif yang dimaksud dengan pembiayaan Letter of Credit
(L/C) adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi
transaksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya, pembiayaan L/C
dapat menggunakan beberapa akad, antara lain:
a) Pembiayaan L/C Impor
39
P3EI, Islam dan Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, h. 417.
33
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 34/DSN-
MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan
L/C Impor adalah, (a) wakalah bil ujrah; (b) wakalah bil ujrah
dengan qardh; (c) murabahah; (d) salam atau istishna’ dan
murabahah; (e) musyarakah; dan (f) wakalah bil ujrah dan
hawalah.
b) Pembiayaan L/C Ekspor
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 35/DSN-
MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan
L/C Ekspor adalah, (a) wakalah bil ujrah; (b) wakalah bil ujrah
dengan qardh; (c) wakalah bil ujrah dan murabahah; (d)
musyarakah; dan (e) ba’i dan wakalah.40
C. Pengertian dan Konsep Makro Ekonomi
1. Pengertian Makro Ekonomi
Makro ekonomi adalah studi yang mempelajari bagaimana setiap
rumah tangga dan perusahaan mengambil keputusan terkati pemenuhan
kebutuhan dan berinteraksi di pasar, maka makro ekonomi mengenai
kepada isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi.41
Persoalan makro ekonomi pokok dibagi menjadi beberapa hal, yaitu
pendapatan nasional, pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta
40
Adiwarman A. Karim, Bank Islam…, h. 231-253.
41 Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Pearson Education Asia,
Jakarta, 2002, h. 8.
34
neraca pembayaran, kurs valuta asing, dan kestabilan ekonomi.42
Sedangkan Lembaga Penelitian IBII menetapkan model makro ekonomi
dengan menggunakan variabel-variabel seperti pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, suku bunga, anggaran pemerintah, dan neraca berjalan.43
2. Pengertian Suku Bunga BI
Suku Bunga BI atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.44
Tingkat suku bunga BI
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.45
Berdasarkan bentuknya suku bunga dibagi menjadi dua jenis yaitu,
suku bunga nominal dan suku bunga riil.46
Suku bunga nominal adalah
suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dibaca
secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap
satu rupiah yang diinvestasikan. Suku bunga riil adalah suku bunga yang
42
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik hingga
Keynesian Baru, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, h. 4.
43 LPE IBII Makro Ekonomi Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, h. 85..
44 Bank Sentral Republik Indonesia, Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan,
www.bi.go.id, diakses tanggal 21 Agustus 2018.
45 Bank Sentral Republik Indonesia, Penjelasan BI ….
46 Aditya Novianto, Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp),
Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999.1 – 2010.6, Skripsi S1 FEB
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, h. 22.
35
telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku
bunga nominal dikurangi laju inflasi.
3. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum secara terus-menerus.47
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2007)
inflasi yang berarti kenaikan harga barang dan jasa terjadi karena
permintaan pasar bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran
barang di pasar. Dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu
barang.48
4. Pengertian Nilai Tukar (Kurs) Rupiah
Nilai tukar rupiah adalah nilai seunit valuta (mata uang) asing
apabila ditukarkan dengan nilai mata uang domestic (dalam negeri).
Sistem nilai tukar uang biasa dipakai dalam perdagangan internasional.
Oleh karena itu, pergerakan dari nilai tukar uang akan mempengaruhi
transaksi yang menggunakan mata uang asing.49
Lebih lanjut fluktuasi
nilai tukar juga berpengaruh terhadap laba rugi bank sebab adanya risiko
penukaran mata uang (foreign exchange risk).50
Meskipun aktifitas
treasury syariah tidak terpengaruh terhadap risiko kurs secara langsung
karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi yang bersifat
47
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro Ekonomi, LBFE-UI, Jakarta,
2004, h. 155.
48 Sukirno, Makro Ekonomi …, h. 13..
49 Sukirno, Makro Ekonomi…, h. 197.
50 Adiwarman A. Karim, Bank Islam…, h. 274.
36
spekulasi tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas dari adanya posisi
dalam valuta asing.51
D. Penelitian Terdahulu
Herni Ali melakukan penelitian yang diberi judul “Determinan yang
Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di
Indonesia”.52
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh DPK,
NPF, CAR, ROA, BOPO, Inflasi, Tingkat Suku Bunga Pembiayaan, dan PDB
terhadap jumlah pembiayaan murabahah pada perbankan syariah. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial DPK berpengaruh positif,
CAR berpengaruh negative, tingkat inflasi berpengaruh positif, suku bunga
kredit berpengaruh negatif, dan PDB berpengaruh positif terhadap pembiayaan
murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan NPF dan BOPO
secara parsial tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah pada
perbankan syariah di Indonesia. Persamaan terdapat pada variabel dependen
yaitu pembiayaan murabahah. Perbedaan terdapat pada metode penelitian
yaitu analisis regresi linier berganda, objek penelitian, dan periode yang
digunakan.
Supandi Rahman, Rio Monoarfa, dan Mahdalena pada tahun 2014
menulis jurnal yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Bank
Konvensional terhadap Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Bank
51
Adiwarman A. Karim, Bank Islam…, h. 274.
52 Herni Ali, Determinan yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Perbankan
Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 6 No. I, Jakarta, 2016, h. 31-44.
37
Syariah di Indonesia”.53
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
linear berganda untuk menganalisis pengaruh inflasi dan suku bunga bank
konvensional secara simultan dan parsial. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara parsial inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap permintaan pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia,
dan suku bunga bank konvensional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia. Secara
simultan penelitian ini berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan
murabahah pada bank syariah di Indonesia. Persamaan terdapat pada variabel
dependen yaitu pembiayaan murabahah. Sementara perbedaannya terletak
pada variabel independen yaitu tingkat suku bunga bank konvensional, metode
analisis yaitu analisis regresi linier berganda, dan objek penelitian serta
periode yang digunakan.
Ita Dwi Agustianingsih melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa
Timur Periode 2009-2013”.54
Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi sederhana dan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
pengaruh signifikan antara tingkat suku bunga BI terhadap pembiayaan
perbankan syariah di Jawa Timur periode 2009-2012. Persamaan pada
penelitian ini terdapat persamaan variabel independen yaitu suku bunga BI.
53
Supandi, Rio Monoarfa, dan Mahdalena, Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Bank
Konvensional terhadap Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Gorontalo, 2014, h. 1-18.
54 Ita Dwi Agustiningsih, Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan Murabahah
Perbankan Syariah di Jawa Timur Periode 2009-2013, Skripsi S1 UIN Sunan Ampel, Surabaya,
2014, h. 1.
38
Perbedaannya terdapat pada variabel dependen, metode yang digunakan, objek
penelitian, dan periode yang digunakan.
Rianto Anugerah Wicaksono melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Kredit dan Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Islam berbasis Murabahah”.55
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamis atas tingkat suku bunga
bank konvensional dan tingkat suku bunga bank Indonesia terhadap
pembiayaan murabahah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Unit Root Test, Cointegration Analysis, Impulsa Response
Function (IRF), dan Variance Decomposition (VDC). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa perubahan suku bunga kredit bank konvensional
memiliki pengaruh terhadap nilai equivalent rate terhadap pembiayaan
murabahah di Bank Islam, meski perubahan tersebut tidak secara signifikan
mempengaruhi jumlah total pembiayaan murabahah. Perubahan total
pembiayaan lebih dipengaruhi oleh pergerakan tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI Rate). Persamaan pada penelitian ini
terdapat pada variabel dependen yaitu pembiayaan murabahah dan variabel
independen yaitu tingkat suku bunga BI. Perbedaannya terletak pada metode
analisis yang digunakan, objek penelitian, dan periode yang digunakan.
55
Rianto Anugerah Wicaksono, Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Kredit dan Tingkat
Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Islam Berbasis Murabahah, Jurnal
Aplikasi Manajemen Vol. 13 No. 3, Universitas Airlangga, 2015, h. 494-501.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengertian
metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian asosiatif ini merupakan
suatu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain. Sedangkan penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori
melalui variabel penelitian dalam angka-angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistika dan permodalan matematis.56
Penelitian kuantitatif
dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat
yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.57
Metode analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel
makro ekonomi terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah
adalah metode analisis regresi data panel. Dengan variabel dependen adalah
nilai pembiayaan murabahah pada masing-masing Bank Umum Syariah,
sementara variabel independennya adalah variabel makro ekonomi dalam hal
56
Efferin Sujoko dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis, Bayu
Media Publishing, Malang, 2004, h. 18.
57 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta, 2005, h. 36.
40
ini tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk variabel makro ekonomi adalah data
sekunder dari publikasi Bank Indonesia. Sementara untuk data pembiayaan
murabahah merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan
triwulanan Bank Umum Syariah periode triwulan pertama tahun 2016 sampai
dengan triwulan pertama tahun 2018. Adapun Bank Umum Syariah yang
dimaksud, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Bank Umum Syariah
No. Nama Bank Umum Syariah Kode Bank
1. PT BCA Syariah BCAS
2. PT Bank Jabar Banten Syariah BJBS
3. PT Bank Muamalat Indonesia BMI
4. PT Bank Mega Syariah BMS
5. PT Bank BNI Syariah BNIS
6. PT Bank Panin Dubai Syariah BPDS
7. PT Bank BRI Syariah BRIS
8. PT Bank Syariah Bukopin BSB
9. PT Bank Syariah Mandiri BSM
10. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah BTPNS
11. PT Bank Victoria Syariah BVS
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling,
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Data Bank Indonesia yang telah dipublikasi melalui laman web
www.bi.go.id.
41
2. Data Laporan Keuangan Triwulanan Bank Umum Syariah periode
2016 sampai dengan 2018.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menunjukkan jumlah sampel, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Nilai minimum
digunakan untuk menilai nilai terkecil dari data. Nilai maksimum
digunakan untuk mengetahui nilai terbesar dari data. Nilai rata-rata
merupakan nilai untuk mengetahui rata-rata dari data yang diteliti.
Sedangkan standar deviasi digunakan untuk mengetahui variasi data yang
diteliti.
2. Analisis Regresi Data Panel
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel dengan bantuan software pengolah data statistik
yaitu Eviews versi 9.0. Data panel merupakan kumpulan data yang terdiri
atas data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut waktu
(berdasarkan waktu).58
Data semacam ini memiliki keunggulan terutama
karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni
heteroskedastisitas dan normalitas. Di samping itu, dengan perlakuan
58
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Unit Penerbit
dan Percetakan STIM YKPN, Yogyakarta, 2011, h. 102.
42
tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk memberikan
informasi yang lebih banyak (high informational content).59
Pengujian dengan regresi data panel ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri atas tingkat suku
bunga BI (BIR), tingkat inflasi (I), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS (K). Persamaan model regresi dalam penelitian ini adalah:
Mit = β + β1 BIRit + β2 Iit + β3 Kit + eit
Mit = Pembiayaan Murabahah
β = Konstanta
BIRit = Tingkat Suku Bunga BI
Iit = Tingkat Inflasi
Kit = Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
eit = Komponen Error
Dalam estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Common Effect (Pooling Least Square)
Pendekatan ini adalah yang paling sederhana untuk mengestimasi
data panel. Pendekatan ini hanya menggabungkan data cross section dan
data time series tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu.
Kemudian digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data
panel.60
59
Moch. Doddy Ariefianto, Ekonometri Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews,
Erlangga, Jakarta, 2012, h. 148.
60 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews Edisi
Ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2013, h. 355.
43
b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Fixed effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara
perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time variant). Model
ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
perusahaan dan antar waktu.61
c. Pendekatan Efek Random (Random Effect)
Random effect model digunakan untuk mengatasi kelemahan
metode efek tetap yang membawa konsekuensi berkurangnya derajat
kebebasan yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter.62
d. Penentuan Model Regresi Data Panel
Untuk menentukan model yang paling tepat dalam analisis
regresi data panel, dapat dilakukan dengan beberapa uji berikut ini:
1) Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang terbaik
antara common effect dengan fixed effect. Uji ini dibangun
berdasarkan hipotesis:
H0 : Penggunaan model common effect
H1 : Penggunaan model fixed effect
61
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar …, h. 357.
62 Ibid, h. 359.
44
Untuk menguji hipotesis di atas maka digunakan metode
perbandingan antara nilai F model Chow dengan nilai F tabel.
Penghitungannya didasarkan pada rumus berikut63
:
F0
Keterangan:
RRSS = Restricted Residual Sums of Squares (RRSS) dari
commoneffect model (pooled least square)
URSS = Restricted Residual Sums of Squares (RRSS) dari
fixed effectmodel (least dummy square variables)
N = Jumlah pembiayaan murabahah pada BUS
periode 2016-2018
t = Jumlah runtut waktu
k = Jumlah variabel dependen dan independen
Sedangakan F tabel dicari dengan df: α,(k-1), (n-k).
Keterangan:
df = Degree od Freedom
α = Tingkat signifikansi yang digunakan (0,05)
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
k = Jumlah variabel (independen dan dependen)
Apabila nilai uji F model Chow lebih besar dibanding F
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya, jika nilai uji F
63
Baltagi, Econometric Analysis of Panel Data 3rd
Edition, John Wiley & Sons Ltd, New
York, 2005, h. 13.
45
model Chow lebih kecil disbanding F tabel maka H0 diterima dan
H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model common
effect lebih tepat digunakan (Brooks, 2008) 64
. Cara lainnya adalah
dengan melihat nilai probabilitas cross-section F. Jika nilainya
lebih dari tingkat signifikansi (0,05) yang telah ditentukan diawal
maka model yang terpilih adalah common effect. Namun, bila
nilainya kurang dari tingkat signifikansi, maka model fixed effect
lebih tepat untuk diterapkan.65
2) Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menguji apakah variabel
penjelas tidak berkorelasi dengan efek model. Model efek acak
dianggap tidak bias apabila tidak berkorelasi dengan variabel
penjelas. Dengan kata lain, uji ini bertujuan untuk melihat apakah
terdapat efek random di dalam panel data, yaitu dengan menguji
hipotesis:
H0 : Penggunaan random effect model
H1 : Penggunaan fixed effect model
Perhitungan statistik uji Hausman memerlukan asumsi
bahwa banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan
jumlah variabel independen (termasuk konstanta) dalam model.
Lebih lanjut, estimasi statistik uji Hausman juga membutuhkan
64
Badi H. Baltagi, Econometric …, h. 431. 65
Kharisa Ayu Effendi dan Disman, Liquidity Risk: Comparison Between Islamic and
Conventional Banking, European Research Studies Journal Vol. 20, 2017, h. 312.
46
estimasi variansi cross-section positif dan tidak selalu dapat
dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi
maka hanya dapat digunakan model fixed effect.66
Alternatif lainnya untuk melakukan uji Hausman adalah
dengan cara membandingkan nilai probability cross section
random (p value) dengan tingkat signifikansi yang telah ditetapkan
sejak awal. Jika nilainya lebih besar dari 0,05 (tingkat signifikansi
awal) maka model yang terpilih adalah randomeffect. Tetapi jika
nilainya lebih kecil dari 0,05 maka model yang terpilih adalah
fixed effect.67
e. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Gejala multikolinearitas dapat dikatakan terjadi dalam
model regresi jika antar variabel independen memiliki tingkat
korelasi yang tinggi satu sama lain.68
Namun, pada kenyataannya,
multikolinearitas sempurna hampir tidak pernah ada dalam suatu
estimasi penelitian, melainkan lebih kepada multikolinearitas yang
hampir mendekati nilai ketentuan ataupun lebih tinggi dari nilai
66
Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews, CV Andi Offset,
Yogyakarta, 2012, h. 274.
67 Chris Brooks, Introductory Econometrics for Finance 2
nd Edition, Cambridge University
Press, Cambridge, 2008, h. 509.
68 Nurhasanudin, Pengaruh Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi Pendapatan, dan Ukuran
Bank terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia, FEB UIN Syarih Hidayatullah, Jakarta,
2017, h. 31.
47
ketentuannya. Artinya, multikolinearitas dalam suatu estimasi bisa
menjadi tinggi tetapi tidak sempurna.69
Dampak yang akan terjadi ketika terjadinya
multikolinearitas adalaujih interval keyakinan akan semakin lebar
yang artinya nilai standard error dari koefisien menjadi tidak
dipercaya sehingga hasil uji t tidak valid dan hasil estimasi
menjadi tidak efisien.70
Adapun hipotesis yang dibangun dalam uji
multikolinearitas, yaitu H0 jika tidak terjadi multikolinearitas
dalam model, H1 jika terjadi multikolinearitas dalam model.71
Metode pair-twice correlations antar variabel bebas menjadi salah
satu cara untuk mendeteksi asumsi multikolinearitas ini.
Jika nilai variabel independen melebihi 0,80 maka H0 dapat
ditolak. Artinya model regresi mengandung masalah
multikolinearitas.72
2) Uji Heteroskedastisitas
Jika variansi dari komponen eror bersifat tetap, maka dapat
dikatakan estimasi model penelitian tersebut bersifat
heterokedastisitas.73
Begitu juga sebaliknya, jika variansi dari
komponen eror bersifat tidak tetap atau dengan kata lain tidak
69
Demodar N. Gujarati, Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2006, h. 61.
70 Ibid., h. 66.
71 Dedi Rosadi, Ekonometrika …, h. 52
72 Gujarati dan Porter, Basic Econometrics 5
th Edition, The Mc-Graw-Hill Companies, New
York, 2009, h. 338.
73 Setiawan dan Kusrini, Ekonometrika¸CV Andi Offset, Yogyakarta, 2010, h. 103.
48
konstan, maka dapat dikatakan estimasi model penelitian tersebut
bersifat heteroskedastisitas.
Terjadinya permasalahan heteroskedastisitas akan
menyebabkan hasil perkiraan Ordinary Least Square (OLS)
terhadap interval kepercayaan menjadi tidak dapat dipercaya dan
nilai uji t menjadi tidak valid.74
Untuk mengetahui ada tidaknya
permasalahan heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser,
yaitu dengan meregresikan seluruh variabel independen terhadap
nilai residual mutlak dalam estimasi model yang terpilih sehingga
persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut75
:
|ei| = β1 + β2Xi + vi
Keterangan :
|ei| = nilai absolut residual
Xi = variabel bebas
Adapun hipotesis dalam uji ini, yaitu:
H0 : tidak terjadi asumsi heteroskedastisitas
H1 : terjadi asumsi heteroskedastisitas
Keputusan yang akan dihasilkan dari uji Glejser ini, yaitu
dengan melihat probabilitas masing-masing nilai variabel bebas
terhadap nilai residual mutlak yang telah diregresikan. Jika nilai
probabilitasnya signifikan terhadap nilai residual mutlak, maka H0
74
Jeffrey M. Woorldrige, Introductory Econometrics A Modern Approach, South Western
Cengage Learning, Maon, 2009, h. 265.
75 Demodar N. Gujarati, Dasar-Dasar …, h. 93.
49
ditolak sehingga estimasi model dalam penelitian ini memiliki
masalah heteroskedastisitas.76
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana
terdapat hubungan antara komponen eror data pengamatan periode
saat ini dengan komponen eror data pengamatan periode
sebelumnya atau dengan kata lain adanya ketergantungan nilai
pengamatan saat ini terhadap nilai pengamatan periode
sebelumnya.77
Terjadinya autokorelasi akan menyebabkan hasil
Ordinary Least Square (OLS) masih tetap tidak bias dan konsisten,
namun tidak lagi efisien. Oleh karena itu, interval kepercayaan
menjadi lebar dan uji signifika kurang kuat yang berakibat hasil
yang diperoleh dari uji t dan F tidak akan baik.78
Untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan autokorelasi,
maka digunakan uji Durbin-Watson. Hipotesis dalam uji ini, yaitu:
H0 : tidak terdapat autokorelasi
H1 : terdapat autokorelasi
Untuk menguji hipotesis di atas dapat dilakukan dengan
melihat nilai Durbin-Watson dengan nilai dL dan dU. Adapun
76
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS, CV Andi Offset,
Yogyakarta, 2011, h. 98.
77 Setiawan dan Kusrini, Ekonometrika…, h. 136.
78 Nachrowi et all, Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2012, h. 136.
50
rumus dalam mencari nilai Durbin-Watson adalah sebagai
berikut79
:
DW = ∑(e-et-l)2/∑et
2
Keterangan :
DW = nilai Durbin-Watson
e = nilai residual
et-l = nilai residual satu periode sebelumnya
Sedangkan untuk menentukan keputusan uji autokorelasi
dapat menggunakan tabel daerah kritis dari statistik Durbin-
Watson dengan melihat nilai dL dan dU, k = jumlah variabel bebas
dan n = ukuran sampel.
Tabel 3.2
Kriteria Pengujian Autokorelasi Durbin-Watson
Jika nilai Durbin-Watson berada diantara dU s.d. 4-dU,
maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak mengandung masalah autokorelasi.80
Metode Generalized Least Square (GLS) dapat diterapkan
pada estimasi model yang terpilih sebagai salah satu cara untuk
mengatasi masalah asumsi autokorelasi.81
Adapun metode GLS ini
79
Suliyanto, Ekonometrika Terapan …, h. 126.
80 Suliyanto, Ekonometrika Terapan …, h. 125.
81 Setiawan dan Kusrini, Ekonometrika…, h. 147.
51
didefinisikan sebagai sebuah metode OLS yang variabelnya
ditransformasikan untuk memenuhi standard least square.82
GLS
dengan pembobotan cross-section SUR (Seemingly Unrelated
Regression) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah autokorelasi.83
f. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan secara statistik dengan tujuan untuk
melihat pengaruh nyata atau tidaknya suatu variabel yang akan diteliti.
Uji hipotesis yang akan dilakukan adalah uji F, uji t, dan uji koefisien
determinasi.
1) Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang digunakan untuk model penelitian mempunyai
pengaruh secara stimulan terhadap variabel dependen, cara
pengujiannya:
a) Berdasarkan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel
- Bila Fhitung < Ftabel : maka variabel independen secara
stimulan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
- Bila Fhitung > Ftabel : maka variabel independen secara
stimulan berpengaruh terhadap variabel dependen.
82
Nurhasanudin, Pengaruh Kompetisi…, h. 33.
83 Alfi Fadhilyah, Analisis Pengaruh Nilai Buku Ekuitas dan Laba Per Saham terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006, Skripsi S1
Fakultas Ekonomi UI Depok, 2008, h. 49.
52
b) Berdasarkan probabilitas
- Jika probabilitas < 0,05, maka Ha diterima.
- Jika probabilitas > 0,05, maka Ha diterima.
2) Uji t
Uji t dilakukan pada pengujian hipotesis secara parsial,
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen, cara pengujiannya:
a) Berdasarkan perbandingan thitung dan ttabel
- Bila thitung < ttabel : maka variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
- Bila thitung > ttabel : maka variabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b) Berdasarkan probabilitas
- Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima.
- Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak.
3) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merepresentasikan besaran dari
variasi total yang dapat dijelaskan oleh model, hal ini
menunjukkan bahwa koefisien determinasi mampu
memperlihatkan total besaran pengaruh variabel independen
(bebas) yang digunakan terhadap variabel dependen (terikat).84
84
Nurhasanah, Pengaruh Kompetisi…, h. 40.
53
Jika nilai R2 mendekati angka 1, maka ketepatannya semakin
akurat.85
Kelemahan yang dimiliki oleh koefisien determinasi (R2)
adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan
dalam model regresi. Jika jumlah variabel bebas dan pengamatan
ditambahkan dalam estimasi model, walaupun dapat dikatakan
variabel bebas tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikatnya, maka nilai R2 akan tetap meningkat.
Oleh karena itu, koefisien determinasi yang telah disesuaikan
(adjusted R square) digunakan agar nilai koefisien determinasi
yang disesuaikan juga memiliki kemungkinan untuk naik ataupun
turun jika terdapat penambahan variabel ataupun pengamatan baru
dalam model. Adapun formula yang telah dipaparkan oleh
Suliyanto untuk menghitung koefisien determinasi yang
disesuaikan adalah sebagai berikut86
:
R2
adj = R2
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
N = Ukuran sampel
P = Jumlah sampel bebas
85
Setiawan dan Kusrini, Ekonometrika…, h. 64.
86 Suliyanto, Ekonometrika Terapan …, 2011, h. 59.
54
E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas satu variabel dependen (terikat) yaitu
pembiayaan murabahah (PM) pada BUS. Serta tiga variabel independen
(bebas) yaitu tingkat suku bunga BI (BIR), tingkat inflasi (I), dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS (K). Penjelasan mengenai masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Kode Definisi
Dependen Pembiayaan
Murabahah PM
Jenis pembiayaan jual-beli pada
perbankan syariah.
Dalam hal ini data triwulanan
pembiayaan murabahah pada 11
(sebelas) Bank Umum Syariah
yakni, BCAS, BJBS, BMI, BMS,
BNIS, BPDS, BRIS, BSB, BSM,
BTPNS, dan BVS periode 2016 s.d.
2018.
Independen
Tingkat Suku
Bunga BI BIR
Tingkat suku bunga BI (BI rate)
adalah harga yang harus dibayar oleh
bank dan/atau nasabah sebagai balas
jasa atas transaksi antara bank dan
nasabah. Tingkat suku bunga BI
dinyatakan dalam satuan persen.
Tingkat Inflasi I
Inflasi merupakan gejala kenaikan
harga secara umum dan terus
menerus. Tingkat inflasi dinyatakan
dalam persen.
Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar AS K
Nilai tukar atau kurs adalah nilai
seunit valuta (mata uang) asing
apabila ditukarkan dengan mata
uang domestic (dalam negeri).
Dalam hal ini data kurs yang
digunakan adalah kurs rupiah
terhadap dolar AS.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada tahun 2016 perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang
signifikan, terutama dari sektor Bank Umum Syariah (BUS). Hal ini sebagai
efek langsung dari konversi BPD Aceh menjadi Bank Aceh Syariah pada
bulan September 2016. Saat itu, aset BPD Aceh mencapai Rp. 18,95 triliun
atau sebesar 5,18% dari total aset perbankan syariah secara keseluruhan.
Konversi Bank Aceh Syariah berdampak kepada meningkatnya market share
perbankan syariah terhadap perbankan nasional menembus angka psikologis
5% (five percent trap). Pada Desember 2016 market share perbankan syariah
mencapai 5,33% atau meningkat sebesar 0,46% dari 4,87% pada tahun 2015.
Sebelum tahun 2016, komposisi aset perbankan syariah didominasi
oleh dua BUS terbesar, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia. Secara teori, aset industri perbankan yang terkonsentrasi pada
sedikit perusahaan dapat menimbulkan risiko konsentrasi (concentrated risk)
sehingga apabila terjadi permasalahan pada sedikit perusahaan tersebut maka
akan berdampak signifikan terhadap industri perbankan secara keseluruhan.
Kehadiran Bank Aceh Syariah mengurangi dominasi dua bank syariah tersebut
yang pada tahun 2015 mencapai 42,48% menjadi 36,84% pada Desember
2016.
Komposisi aset perbankan syariah nasional terdiri atas aset BUS
sebesar 69,52% atau sebesar Rp. 254,2 triliun, UUS sebesar 27,98% atau
56
sebesar Rp. 102,3 triliun, dan BPRS sebesar 2,5% atau sebesar Rp. 9,1 triliun.
Dalam periode tahun 2016, aset BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,7
triliun atau tumbuh 19,10%, sementara aset UUS meningkat sebesar Rp. 19,48
triliun atau tumbuh 23,51%, sedangkan aset BPRS meningkat sebesar Rp. 1,48
triliun atau tumbuh 19,12%. Sejalan dengan peningkatan aset, pembiayaan
yang disalurkan (PYD) oleh perbankan syariah pun mengalami peningkatan
walaupun pertumbuhannya lebih lambat dari penigkatan aset. Tabel 4.1
menunjukkan total aset dan PYD pada BUS di Indonesia periode 2012-2017.
Tabel 4.1
Aset Bank Umum Syariah Periode 2012 – 2017
Tahun Aset (Rp Triliun) PYD (Rp Triliun)
2012 147,58 112,39
2013 180,36 137,26
2014 204,96 147,94
2015 213,42 153,97
2016 254,19 177,48
2017 288,03 232,35
Sumber: OJK, Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah 2017-
2019
Secara year-on-year pertumbuhan aset tertinggi tercatat pada tahun
2013 yaitu naik 18,17% dari tahun 2012 atau naik sebesar Rp. 32,78 triliun.
Kemudian pertumbuhan mengalami perlambatan pada tahun 2015 yaitu hanya
3,96% dari tahun sebelumnya atau hanya naik sebesar Rp. 8,46 triliun.
Kemudian kenaikan kembali meningkat tajam pada tahun 2016 bersamaan
dengan terjadinya konversi BPD Aceh menjadi Bank Aceh Syariah,
peningkatan aset BUS pada tahun ini sebesar 16,04% atau naik sebesar Rp.
40,77 triliun dari tahun sebelumnya.
57
Sementara itu untuk pembiayaan yang disalurkan oleh BUS, dari tahun
ke tahun pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sejalan dengan
peningkatan aset BUS pada periode yang sama. Rata-rata kenaikan PYD
tahunan sejak tahun 2012 sampai tahun 2017 adalah sebesar 13,23% dengan
kenaikan tertinggi tercatat pada tahun 2017 yaitu 23,62%, naik sebesar Rp.
54,87 triliun dari tahun 2016. Untuk lebih jelas mengenai hal ini, diagram 4.1
menggambarkan tren positif kenaikan aset dan PYD pada BUS di Indonesia.
Diagram 4.1
Pertumbuhan Aset dan PYD pada BUS Periode 2012 – 2017
Saat ini terdapat 13 (tiga belas) BUS yang beroperasi di Indonesia,
yaitu PT Bank Aceh Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank Victoria
Indonesia, PT Bank BRI Syariah, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank
BNI Syariah, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Mega Syariah, PT Bank
Panin Dubai Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, PT BCA Syariah, PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, dan PT Maybank Syariah Indonesia.
0
50
100
150
200
250
300
350
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
RP
TR
ILIU
N
Aset PYD
58
Sementara objek pada penelitian ini tidak menyertakan dua BUS yaitu, PT
Bank Aceh Syariah dan PT Maybank Syariah Indonesia karena sulitnya
mendapatkan data triwulanan kedua bank tersebut.
Besaran nilai pembiayaan murabahah pada kesebelas BUS yang
menjadi objek penelitian umumnya mengalami peningkatan setiap tahunnya
dengan persentasi yang fluktuatif. Fluktuasi itu bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, dalam hal ini penulis beranggapan bahwa variabel makro ekonomi
menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan murabahah pada BUS di Indonesia. Variabel-variabel makro
ekonomi itu antara lain tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS. Diagram 4.2 berisi data triwulanan penyaluran
pembiayaan murabahah pada sebelas BUS yang diteliti periode 2016-2018.
59
Diagram 4.2
Penyaluran Pembiayaan Murabahah pada BUS di Indonesia
Periode 2016-2018
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS Periode 2016-2018
0
10
20
30
40
50
16/3 16/6 16/9 16/12 17/3 17/6 17/9 17/12 18/3
Rp
Tri
liu
n
Periode
BNI Syariah BRI Syariah Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah Bank Muamalat Bank Panin Dubai
BTPN Syariah BCA Syariah BJB Syariah Bank Syariah Bukopin Bank Victoria Syariah
60
Pada diagram 4.2 dapat diketahui bahwa kesebelas BUS memiliki tren
yang mirip dalam hal pertumbuhan nilai pembiayaan murabahah. Bank
Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia terlihat memiliki nilai
pembiayaan tertinggi dan menunjukkan tren pertumbuhan yang cenderung
stabil. Sementara perkembangan pembiayaan murabahah pada Bank BNI
Syariah terlihat lebih fluktuatif ditandai dengan adanya penurunan yang cukup
tajam pada triwulan I tahun 2018. Padahal pada bulan September 2016,
Desember 2016, Maret 2017, Juni 2017, dan Desember 2017, nilai
pembiayaan murabahah Bank BNI Syariah sempat mengungguli Bank
Muamalat Indonesia. Hal ini menarik untuk dibahas mengingat pada awal
tahun 2018 memang sempat terjadi beberapa pergolakan pada perekonomian
Indonesia, terutama pada kurs rupiah yang merosot cukup dalam hingga Rp.
13.756 per dolar AS. Ini merupakan level terendah bagi rupiah dalam kurun
waktu tiga tahun terakhir. Walaupun pada periode yang sama, tingkat suku
bunga BI dan tingkat inflasi berada pada level yang relatif lebih rendah
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk melihat lebih jelas gambaran
mengenai perkembangan nilai variabel makro ekonomi tersebut dalam kurun
waktu yang sama dengan pembiayaan murabahah pada objek penelitian, dapat
dilihat pada Diagram 4.3.
61
Diagram 4.3
Tingkat Suku Bunga BI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
AS Periode 2016 – 2018
Sumber: www.bi.go.id
Dari diagram 4.3 dapat dilihat tren kenaikan dan penurunan masing-masing
variabel makro ekonomi.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel
dependen yaitu Pembiayaan Murabahah (PM) dan variabel independen yaitu
Tingkat Suku Bunga BI (BIR), Tingkat Inflasi (I), dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar AS (K). Objek penelitian adalah Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2016-2018 yang telah memenuhi kriteria pengambilan
sampel dengan metode purposive sampling sebanyak 11 Bank Umum Syariah.
Tabel 4.2 merupakan hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel-variabel
tersebut.
12600
12800
13000
13200
13400
13600
13800
14000
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
16/3 16/6 16/9 16/12 17/3 17/6 17/9 17/12 18/3
Ru
pia
h
%
Periode
Tingkat Suku Bunga BI Tingkat Inflasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
62
Tabel 4.2
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean Standard
Deviasi
Murabahah 99 12,71 17,84 15,58 1,413643
BI Rate 99 1,45 1,91 1,60 0,165945
Inflasi 99 1,11 1,49 1,28 0,127525
Kurs 99 9,47 9,53 9,50 0,015609
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah data (N) sebanyak
99 data. Nilai logaritma natural (LN) variabel dependen Pembiayaan
Murabahah (PM) dari sebelas BUS periode 2016-2018 berkisar antara 12,71
sampai 17,84, dengan rata-rata (mean) sebesar 15,58. Nilai terendah/minimum
LN PM merupakan data Bank Victoria Syariah pada triwulan pertama tahun
2017, karena pada periode tersebut Bank Victoria Syariah hanya membukukan
perolehan piutang murabahah sebesar Rp. 332,097 miliar. Sedangkan untuk
nilai tertinggi/maksimum LN variabel PM merupakan data Bank Syariah
Mandiri pada pada triwulan pertama tahun 2018, pada periode tersebut tercatat
perolehan piutang murabahah Bank Syariah Mandiri menyentuh angka
tertinggi dibanding pada periode-periode sebelumnya dan dibanding BUS-
BUS lain, yakni Rp. 55,825 triliun. Nilai standard deviasi LN PM sebesar
1,414 yang menunjukkan bahwa nilai LN PM menyimpang kurang lebih
sebesar 1,414 dari rata-rata LN PM secara keseluruhan.
Variabel independen tingkat suku bunga BI (BIR) pada periode 2016-
2018 memiliki nilai LN yang berkisar antara 1,45 sampai 1,91. Nilai rata-rata
LN BIR sebesar 1,60 dengan standard deviasi sebesar 0,166 yang berarti nilai
LN BIR menyimpang kurang lebih sebesar 0,166 dari rata-ratanya. Nilai
63
minimum LN BIR terjadi pada periode triwulan III-IV tahun 2017 dan
triwulan I tahun 2018. Pada periode tersebut tercatat tingkat suku bunga BI
hanya sebesar 4,25%, paling rendah dibanding periode-periode sebelumnya.
Sementara, nilai maksimum LN BIR terjadi pada periode triwulan I 2016,
pada periode tersebut tingkat suku bunga BI tercatat sebesar 6,75%, tertinggi
dibandingkan dengan periode-periode yang lain dalam penelitian ini.
Variabel independen tingkat inflasi (I) pada periode 2016-2018
memiliki nilai LN yang berkisar antara 1,11 sampai 1,49. Rata-rata LN-nya
adalah 1,28 dengan standard deviasi 0,128, hal ini menunjukkan bahwa nilai
LN I menyimpang sebesar 0,128 dari rata-ratanya. Nilai minimum LN I
diperoleh dari data inflasi triwulan IV 2016 yaitu sebesar 3,02%, sementara
nilai maksimumnya diperoleh dari data inflasi triwulan I 2016. Pada periode
tersebut tingkat inflasi tercatat sebesar 4,45%, yang tertinggi dibandingkan
dengan periode-periode lainnya.
Variabel independen nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (K) pada
periode 2016-2018 memiliki nilai LN yang berkisar antara 9,47 sampai 9,53
dengan rata-rata 9,50. Nilai standard deviasi LN K sebesar 0,016 yang
menunjukkan bahwa nilai LN K menyimpang sebesar 0,016 dari rata-ratanya.
Nilai minimum LN K berasal dari periode triwulan I 2016. Pada periode
tersebut tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level
terendahnya dibanginkan dengan periode-periode lainnya yaitu Rp. 12.998 per
dolar AS. Sementara nilai maksimum LN K berasal dari periode triwulan I
2018. Pada periode tersebut tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
64
menyentuh Rp. 13.756 merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya.
C. Penentuan Model Regresi Data Panel
Terdapat tiga model regresi data panel, yaitu model common effect
(pooling least square), model fixed effect, dan model random effect. Untuk
memilih model regresi yang paling sesuai dengan penelitian ini, maka penulis
melakukan estimasi dengan melakukan uji Chow dan uji Hausman. Berikut
adalah rincian hasil pengujian tersebut.
1. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk memilih antara model fixed effect atau
model common effect. Uji Chow dilakukan untuk membandingkan nilai
cross-section F. Adapun kriteria penilaian uji Chow dalam cross-section F
dapat dilihat menggunakan nilai probabilitasnya (Prob.). Jika nilai
probabilitas cross-section F lebih besar dari tingkat signifikansi atau alpha
(α) 0,05 (Prob<0,05) maka model yang terpilih dalam uji Chow ini adalah
model fixed effect.a
Tabel 4.3
Hasil Uji Chow
Sumber: Output Eviews
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1347.505823 (10,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 502.151027 10 0.0000
65
Berdasarkan tabel 4.3 nilai probabilitas (Prob.) untuk cross-section
F sebesar 0,0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 (Prob. <
0,05). Oleh sebab itu, berdasarkan data tersebut regresi model fixed effect
lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Hausman
Berdasarkan uji Chow, model fixed effect lebih baik dibandingkan
model common effect, maka perlu dilakukan uji Hausman untuk
mengetahui model terbaik antara model fixed effect dengan model random
effect. Adapun kriteria penilaian uji Hausman berdasarkan perbandingan
nilai probabilitas cross-section random dengan tingkat signifikansi 5%
(0,05). Jika nilai probabilitas cross-section F lebih besar dari tingkat
signifikansi atau alpha (α) 0,05 (Prob. > 0,05) maka model yang terpilih
dalam uji Hausman ini adalah model random effect. Sebaliknya, jika nilai
probabilitas cross-section F lebih kecil dari tingkat signifikansi atau alpha
(α) 0,05 (Prob. < 0,05) maka model yang terpilih dalam uji Hausman
adalah model fixed effect.
Tabel 4.4
Uji Hausman
Sumber: Output Eviews
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas cross-section
random (p value) adalah 1,0000 dengan menggunakan tingkat signifikansi
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
66
5% (0,05) maka nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (Prob. > 0,05) sehingga
model yang terpilih dalam uji Hausman adalah model random effect.
Namun demikian, hasil uji tersebut menyatakan bahwa uji variansi cross-
section-nya tidak valid sehingga secara automatis statistik Hausman
menjadi nol. Hasil uji Hausman yang memiliki nilai probabilitas sama
dengan 1 (satu) menunjukkan suatu model yang tidak efisien. Hal tersebut
mengindikasikan terdapat korelasi antara variabel bebas dengan komponen
eror.
Jika suatu komponen eror individu dan satu atau lebih variabel
bebasnya memiliki korelasi, maka estimasi dengan model random effect
akan bias, sedangkan yang diperoleh dari model fixed effect tidak bias.87
Oleh karena itu, hasil dari kedua uji tersebut memberikan simpulan bahwa
model estimasi terpilih yang lebih baik digunakan dalam penelitian ini
adalah model fixed effect (FEM).
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Gejala multikolinearitas dapat terjadi dalam suatu model estimasi
regresi jika antara satu variabel independen memiliki korelasi yang tinggi
atau sempurna dengan variabel independen yang lain. Dampak dari adanya
gejala multikolinearitas dapat mengakibatkan nilai standard eror dari
koefisien menjadi tidak dipercaya dan hasil estimasi model regresi menjadi
tidak efisien.
87
Gujarati dan Porter, Basic Econometrics …, h. 606.
67
Tabel 4.5
Hasi Uji Multikolinearitas
BIR I K BI Rate 1.000000 0.291546 -0.606871
Inflasi 0.291546 1.000000 0.039507
Kurs -0.606871 0.039507 1.000000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pairwise correlations (Tabel
4.5) menunjukkan bahwa setiap variabel independen tidak memiliki
korelasi terhadap variabel independen yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai dari matriks korelasi antara satu variabel independen dengan variabel
independen lain berada di bawah 0,8 sehingga variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu model
estimasi regresi yang baik adalah model yang bersifat BLUE (Best Linear
Unbias Estimator). Salah satu sifat BLUE yang harus ada dalam model
estimasi penelitian adalah memiliki nilai varian eror yang konstan atau
disebut homokedastisitas, sedangkan jika suatu model estimasi tidak
memiliki variansi eror yang konstan maka model tersebut dapat dikatakan
mengalami gejala heteroskedastisitas. Oleh sebab itu, penelitian ini akan
menyertakan uji Glejser untuk menentukan ada atau tidaknya masalah
heterokedastisitas.
68
Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.005365 Prob. F(3,95) 0.9995
Obs*R-squared 0.016768 Prob. Chi-Square(3) 0.9994
Scaled explained SS 0.009795 Prob. Chi-Square(3) 0.9997
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:25
Sample: 1 99
Included observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.097590 89.94121 -0.034440 0.9726
BI Rate^2 0.039475 0.555772 0.071028 0.9435
Inflasi^2 0.049850 0.754300 0.066088 0.9474
Kurs^2 0.054166 0.990089 0.054708 0.9565 Sumber: Output Eviews
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa probabilitas masing-masing
variabel independen tidak signifikan secara statistik atau > 0,05 sehingga
memberikan simpulan bahwa estimasi model dalam penelitian ini tidak
memiliki masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Masalah lain yang menjadikan model estimasi penelitian tidak bias
dan efisien, yaitu autokorelasi. Autokorelasi merupakan hubungan antara
residual dalam satu observasi dengan residual dalam observasi lain.
Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data yang bersifat runtun
waktu (time series), karena sifat dari data pada saat ini yang dipengaruhi
oleh data-data masa sebelumnya. Walaupun demikian, masalah
autokorelasi ini juga dapat ditemukan pada data yang bersifat cross-
69
section. Dalam hal ini, autokorelasi yang demikian disebut sebagai
korelasi ruang (special correlation).88
Pada penelitian ini, nilai Durbin-Watson hasil olahan program
Eviews adalah 1,9858. Berdasarkan tabel Durbin-Watson yang diterbitkan
oleh Standford University, nilai dL dan dU (α = 5%) masing-masing
dengan jumlah k (variabel independen) = 3; serta n (jumlah pengamatan) =
99 adalah 1,6108 dan 1,7355. Kemudian nilai 4-dL (4-1,6108) adalah
2,3892; nilai 4-dU (4-1,7355) adalah 2,2645.
Tabel 4.7
Hasil Durbin-Watson
Terdapat
autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak
terdapat
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Terdapat
autokorelasi
negatif
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai dU < Durbin-Watson < 4-dU
(1,74 < 1,99 < 2,26). Dengan demikian, model estimasi penelitian ini tidak
memiliki masalah autokorelasi.
E. Persamaan Model
Berdasarkan hasil regresi model data panel Fixed Effect Generalized
Least Square pembobotan cross-section SUR, maka model estimasinya
dijabarkan sebagai berikut:
PMit = 23,77626 – 0,307280BIRit + 0,076681Iit – 0,820815Kit + µit
Keterangan :
PM = Pembiayaan Murabahah
88
Demodar N. Gujarati, Dasar-Dasar …, h. 112.
0 1,61 1,74 DW=1,99 2,26 2,39
4
70
BIR = Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate)
I = Tingkat Inflasi
K = Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS (Kurs)
Dari hasil estimasi di atas dapat dijelaskan bahwa variabel tingkat suku
bunga BI akan berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah dengan
nilai koefisien sebesar 0,307280. Variabel tingkat inflasi akan berpengaruh
positif terhadap pembiayaan murabahah dengan nilai koefisien 0,07668.
Variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan murabahah dengan nilai koefisien 0,820815.
Kemudian tabel 4.8 menunjukkan nilai intersep pada masing-masing
Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti.
Tabel 4.8
Individual Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 23.77626 9.761024 2.435837 0.0169
BI Rate? -0.307280 0.100253 -3.065037 0.0029
Inflasi? 0.076681 0.103768 0.738964 0.4620
Kurs? -0.820815 1.020348 -0.804446 0.4234
Fixed Effects (Cross)
BCAS—C -1.020017
BJBS—C 0.214155
BMI—C 1.436242
BMS—C -0.224534
BNIS—C 1.433646
BPDS—C -1.685933
BRIS—C 0.943981
BSB—C -0.700621
BSM—C 2.204314
BTPNS—C 0.092812
BVS—C -2.694045
Sumber : Output Eviews
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa 5 (lima) BUS memiliki
intersep negatif, yaitu BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin Dubai
71
Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Nilai intersep
negatif menunjukkan bahwa kelima BUS tersebut memiliki nilai pembiayaan
murabahah terkecil dibandingkan dengan enam BUS lain yang diteliti.
Tabel 4.8 juga menjelaskan bahwa masing-masing BUS memiliki
pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada
pembiayaan murabahah, tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS.
BCA Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka BCA Syariah akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan murabahah
menurun sebesar 1,020017.
BJB Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka BJB Syariah akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan murabahah
sebesar 0,214155.
Bank Muamalat Indonesia
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Muamalat
Indonesia akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
pembiayaan murabahah sebesar 1,436242.
Bank Mega Syariah
72
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Mega Syariah
akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah menurun sebesar 0,224534.
Bank BNI Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank BNI Syariah
akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah sebesar 1,433646.
Bank Panin Dubai Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Panin Dubai
Syariah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah menurun sebesar 1,685933.
Bank BRI Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank BRI Syariah
akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah sebesar 0,943981.
Bank Syariah Bukopin
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Syariah
73
Bukopin akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
pembiayaan murabahah menurun sebesar 0,700621.
Bank Syariah Mandiri
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Syariah
Mandiri akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah sebesar 2,204314.
BTPN Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka BTPN Syariah akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan murabahah
sebesar 0,092812.
Bank Victoria Syariah
Jika terdapat perubahan pada tingkat suku bunga BI, tingkat inflasi,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka Bank Victoria
Syariah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap pembiayaan
murabahah menurun sebesar 2,694045.
F. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independen dalam model penelitian dapat menjelaskan variabel
dependen. Nilai yang dihasilkan oleh Adjusted R-squared (R2) dalam model
penelitian adalah berkisar antara nol sampai dengan satu. Nilai Adjusted R2
yang mendekati nilai nol memiliki arti bahwa kemampuan variabel
74
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Begitupun
sebaliknya, nilai Adjusted R2 mendekati nilai satu artinya variabel independen
mampu menjelaskan secara informative dan baik dalam memprediksi variabel
independen.89
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan hasil pengolahan data panel pada tabel 4.9 dapat diketahui
bahwa nilai Adjusted R-squared (R2) bernilai 0,992779. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel independen yang dikembangkan dalam model penelitian di
atas mampu menjelaskan pengaruh penyaluran pembiayaan murabahah pada
BUS sebesar 99,28 persen, sedangkan sisanya yang berjumlah 0,72 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
G. Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F bertujuan untuk melihat apakah semua variabel
independen yang ada dalam model penelitian secara bersama-sama
(simultan) dapat mempengaruhi variabel dependen. Adapun hasil uji F
dapat memberikan simpulan yang tepat dengan cara membandingkan nilai
F hitung yang tertera pada hasil estimasi penelitian dengan F tabel. Di
samping itu simpulan hasil uji F juga dapat dilihat dengan
89
Nurhasanudin, Pengaruh Kompetisi…, h. 14.
Adjusted R-squared 0.992779
75
membandingkan nilai probabilitas F dengan tingkat signifikansi 5 persen
(0,05).
Tabel 4.10
Nilai F Hitung dan Probabilitas F
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar
1037,466 dengan nilai probabilitas F hitung sebesar 0,0000. Sedangkan
nilai F tabel untuk α = 0,05; df (k-1), (n-k) = (4-1), (99-5) adalah 2,70.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel
(1037,466 > 2,700) dan nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari tingkat
signifikansi 5 persen (0,000 < 0,050). Hal tersebut menunjukkan bahwa
semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang ada dalam model penelitian terhadap variabel dependen
secara parsial atau individual. Adapun hasil uji t dapat memberikan
simpulan yang tepat dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
berdasarkan tingkat signifikansi 5 persen (0,05) atau dengan
membandingkan nilai probabilitas setiap variabel independen dengan
tingkat signifikansi 5 persen (0,05).
F-statistic 1037.466
Prob(F-statistic) 0.000000
76
Tabel 4.11
Nilai t hitung dan Probabilitas t
Sumber: Output Eviews
Hasil t hitung pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel tingkat
suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
masing-masing mempengaruhi pembiayaan murabahah pada 11 (sebelas)
BUS yang menjadi objek penelitian. Berikut ini merupakan penjelasannya:
Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan Murabahah
Hasil pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel tingkat
suku bunga BI (BIR) memiliki nilai t hitung sebesar 3,065 lebih
besar dari nilai t tabel (α = 0,05; df (n-k) = df (99-4) = df (95)) yaitu
1,661 (3,065 > 1,661). Serta nilai probabilitas t lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5% (0,003 < 0,050). Maka, dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, variabel tingkat suku
bunga BI secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah.
Pengaruh Tingkat Inflasi
Hasil pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel tingkat
inflasi (I) memiliki nilai t hitung sebesar 0,739 lebih kecil dari nilai
t tabel (α = 0,05; df (n-k) = df (99-4) = df (95)) yaitu 1,661 (0,739 <
1,661). Serta nilai probabilitas t lebih besar dari tingkat signifikansi
Variable t-Statistic Prob. BIR -3.065037 0.0029
I 0.738964 0.4620
K -0.804446 0.4234
77
5% (0,462 > 0,050). Maka, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak. Artinya, variabel tingkat inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Hasil pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel tingkat
inflasi (I) memiliki nilai t hitung sebesar 0,804 lebih kecil dari nilai
t tabel (α = 0,05; df (n-k) = df (99-4) = df (95)) yaitu 1,661 (0,804 <
1,661). Serta nilai probabilitas t lebih besar dari tingkat signifikansi
5% (0,423 > 0,050). Maka, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak. Artinya, variabel tingkat inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
H. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum Syariah
Suku bunga mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan
ini secara langsung mempengaruhi permintaan nasabah terhadap
pembiayaan murabahah. Penelitian ini telah membuktikan tingkat suku
bunga BI berpengaruh signifikan namun pengaruh yang diberikan adalah
pengaruh negatif (berkebalikan dengan nilai pembiayaan murabahah yang
disalurkan). Ini berarti Perbankan Umum Syariah harus lebih bijaksana
dan selalu memantau tingkat suku bunga BI yang menjadi salah satu
ukuran pentapan besaran tingkat penyaluran pembiayaan di bank syariah.
78
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Chairu
Ummah (2018) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga BI
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan murabahah pada
Bank Umum Syariah.
2. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah pada
Bank Umum Syariah
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus
dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
menyebabkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Penelitian ini
menemukan bahwa tingkat inflasi secara parsial memang tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah pada Perbankan Umum
Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa Perbankan Syariah memiliki
karakteristik khas tersendiri yang menyebabkan mereka lebih tahan dari
pengaruh laju inflasi.
3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah
Nilai tukar rupiah merupakan nilai seunit valuta (mata uang) asing
apabila ditukarkan dengan nilai mata uang domestic (dalam negeri).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar suatu mata uang
terhadap mata uang asing, yaitu perbedaan tingkat inflasi antara dua
negara, perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara, neraca
79
perdagangan, utang publik (public debt), ratio harga ekspor dan impor, dan
kestabilan politik dan ekonomi.
Perbankan Umum Syariah dalam kegiatan penyaluran pembiayaan
murabahah umumnya melakukan transaksi dalam mata uang rupiah,
sehingga hasilnya sejalan dengan penelitian ini yang menemukan bahwa
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak berpengaruh terhadap
penyaluran pembiayaan murabahah pada BUS di Indonesia.
80
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan perangkat lunak Eviews
9.0 dan pembahasan mengenai “Pengaruh Variabel Ekonomi terhadap
Penyaluran Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah Periode
2016 – 2018” dengan variabel dependen yaitu pembiayaan murabahah
pada sebelas Bank Umum Syariah, dan variabel independen yaitu tingkat
suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
penulis menyimpulkan bahwa:
1. Secara simultan, terdapat pengaruh signifikan antara variabel tingkat
suku bunga BI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
2. Secara parsial, tingkat suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Sementara itu secara parsial, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS masing-masing tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
3. Berdasarkan persamaan model regresi data panel, variabel makro
ekonomi yang paling berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
81
murabahah pada Bank Umum Syariah adalah nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian, berikut beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait:
1. Bagi para pelaku industri perbankan syariah, dalam menentukan kebijakan
terkait dengan pembiayaan murabahah, terutama dalam menentukan
margin keuntungan, sebaiknya menggunakan reference rate yang berbasis
pada sektor riil. Karena tingkat suku bunga BI dapat dikatakan tidak
memenuhi prinsip berkeadilan sesuai dengan syariat Islam. Akan lebih
baik apabila perbankan syariah, khususnya Bank Umum Syariah
menggunakan data UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) di wilayah
operasi bank tersebut, sebagai salah satu indikator untuk menentukan
margin keuntungan dari pembiayaan murabahah. Indikator ini dirasa lebih
memenuhi prinsip berkeadilan karena akan lebih sesuai dengan
kemampuan masyarakat.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu menjelaskan lebih spesifik
mengenai permasalahan dalam penelitian terkait pembiayaan murabahah
pada Bank Umum Syariah. Seperti menganalisis pembiayaan murabahah
khusus pada skema pembiayaan Permodalan Usaha (PMK), investasi,
konsumen, atau letter of credit. Hal ini bertujuan untuk lebih memperkaya
khazanah keilmuan khususnya di bidang perbankan syariah.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Ma‟ruf. Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia. Banjarmasin: Antasari Press, 2006.
Abustan, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Gunadarma, 2009.
Ali, Abdullah Yusuf. Qur’an, Terjemahan, dan Tafsirnya Juz I s.d. XV. Bogor: PT
Pustaka Litera Antar Nusa, 2009.
Ali, Heri. “Determinan yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada
Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 2016,
6, (2016): 31-44.
Antonio, Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001.
Agustiningsih, Ita Dwi. Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan
Murabahah Perbankan Syariah di Jawa Timur Periode 2009-2013.
Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
Ariefianto, M. Doddy. Ekonometri Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan
Eviews. Jakarta: Erlangga, 2012.
Baltagi, Baldi H.. Econometric Analysis of Panel Data 3rd
Edition. New York:
John Willey & Sons Ltd., 2005.
Brooks, Chris. Introductory Econometrics for Finance 2nd
Edition. Cambridge:
Cambridge University, 2008.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2005.
Case, Karl E. dan Ray C. Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: Pearson
Education Asia, 2002.
Darmawi, Herman. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta:
PT bumi Aksara, 2007.
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: PT Intermasa,
1974.
Dewan Syariah Nasional MUI-BI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
MUI Edisi Revisi Tahun 2006. Ciputat: CV Gaung Persada, 2006.
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia Cetakan Keempat.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
83
Effendi, Kharisa Ayu dan Disman. “Liquidity Risk: Comparison Between Islamic
and Conventional Banking”. European Research Journal. Vol. 2017, 20,
(2017): 312.
Fadhliyah, Alif. Analisis Pengaruh Nilai Buku Ekuitas dan Laba Per Saham
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2002-2006. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UI Depok,
2008.
Gujarati dan Porter. Basic Econometrics 5th
Edition. New York: The Mc-Graw-
Hill Companies, 2009.
Gujarati, Demodar N.. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga,
2006.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010.
Ibnu Majah. Hadits No. 2280, Al-Maktabah Asy-Syamilah V-II, Bab Asy-Syirkah
wa al- Murabahah, Juz VII.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenandamedia, 2011.
Karim, Adiwarman A.. Islamic Banking: Fiqh and Financial Analysis. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008.
Karim, Adiwarman Azwar. Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan Edisi
Kelima. Depok: Rajawali Press, 2008.
Laksamana, Y.. Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank
Syariah. Jakarta: PT Media Komputindo, 2009.
LPE IBII, Makro Ekonomi Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Machmud, Amir dan Rukmana. Bank Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2010.
Mishkin, Frederic S.. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat, 2008.
Muhammad. Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press, 2009.
Nachrowi et all.. Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012.
Novianto, Aditia. Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah
(US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar M2
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
84
(BEI) Periode 1999.1-2010.6. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang, 2011.
Nurhasanudin. Pengaruh Kompetisi, Capital Buffer, Diversifikasi Pendapatan,
dan Ukuran Bank terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia. Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah Maret 2018. Jakarta: OJK,
2018.
P3EI. Islam dan Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Permatasari, Putri Indah. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dalam Penyaluran
Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri Periode 2013-
2016. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta:
LBFE-UI, 2004.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Rivai, Veithzal. Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi:
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Rosadi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews.
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012.
Saeed, Abdullah. Islamic Banking and Interest, A Study Prohibition od Riba and
Its Contemporary Interpretation. Leiden: E. J. Beill, 1996.
Setiawan dan Kusrini. Ekonometrika. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.
Soemitra, Andi. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Enkonisia, 2007.
Sujoko, Efferin, dkk.. Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan
Praktis. Malang: Bayu Media Publishing, 2004.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik
hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2011.
85
Sumarna, Chairu Ummah Teja. Analisis Pengaruh BI Rate, Nilai Tukar, Inflasi,
dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Margin Pembiayaan
Murabahah di Bank Umum Syariah Periode 2011-2016. Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
Supandi, dkk.. “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Bank Konvensional
terhadap Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di
Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 2014, 1, (2014): 1-18.
Syahbudi, Muhammad dan Ahmad R. Saragih. Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Medan: FEBI UIN-SU, 2018.
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah.
Undang-Undang Perbankan Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Wicaksono, Rianto Anugerah. “Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Kredit
dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank
Islam Berbasis Murabahah”. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol. 2015, 13,
(2013): 494-501.
Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews Edisi Ketiga. Yigyakarta: UPP STIM YKPN, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STM YKPN, 2011.
Woorldrige, Jeffrey M.. Introductory Econometrics A Modern Approach. Maon:
South Western Cengage Learning, 2009.
Laman Web:
Bank Sentral Republik Indonesia. BI Rate. Artikel diakses pada tanggal 20
Agustus 2018 dari www.bi.go.id.
Bank Sentral Republik Indonesia. Inflasi. Artikel diakses pada tanggal 20 Agustus
2018 dari www.bi.go.id.
Bank Sentral Republik Indonesia. Kalkulator Kurs. Artikel diakses pada tanggal
20 Agustus 2018 dari www.bi.go.id.
Bank Sentral Republik Indonesia. Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan.
Artikel diakses pada tanggal 21 Agustus 2018 dari www.bi.go.id.
Bank Sentral Republik Indonesia. Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia.
Artikel diakses pada tanggal 21 Agustus 2018 dari www.bi.go.id.
86
Fajriani, Puji. Kilas Balik Krisis Ekonomi 1997-1998 dan Sekarang. Artikel
diakses pada tanggal 14 Agustus 2018 dari
www.fajrianypuji.wordpress.com..
Nordiansyah, Eko. Sektor Riil Diharapkan Topang Perbaikan Pertumbuhan
Ekonomi. Artikel diakses pada tanggal 15 Agustus 2018 dari
www.ekonomi.metrotvnews.com.
Permatasari, Dinda. Negara-Negara yang Paling Terpuruk saat Krisis Ekonomi
ASEAN. Artikel diakses pada tanggal 14 Agustus 2018 dari
www.tirto.co.id.
Surya, Muhammad. Prospek, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat, dan
Strategi Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Artikel diakses pada
tanggal 15 Agustus 2018 dari www.muhammadsurya.wordpress.com.
Sutardi, Tatang. Hukum Uang Muka dan Jaminan dalam Pembiayaan
Murabahah. Artikel diakses pada tanggal 15 Agustus 2018 dari
www.pa_tanahgrogot.net.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Perbankan Syariah. Artikel diakses pada tanggal 15
Agustus 2018 dari http://id.wikipedia.org.
87
LAMPIRAN
88
Data Piutang Murabahah pada Sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank Periode
(Tahun/Bulan)
Piutang Murabahah
(dalam Jutaan Rupiah)
Tingkat Suku
Bunga BI
(dalam %)
Tingkat Inflasi
(dalam %)
Nilai Tukar
Rupiah terhadap
Dolar AS
1
BNI Syariah
2016/3 Rp. 22.033.706 6,75 4,45 Rp. 13.276
2 2016/6 Rp. 23.097.149 6,50 3,45 Rp. 13.180
3 2016/9 Rp. 23.752.721 5,00 3,07 Rp. 12.998
4 2016/12 Rp. 24.980.802 4,75 3,02 Rp. 13.436
5 2017/3 Rp. 26.066.631 4,75 3,61 Rp. 13.321
6 2017/6 Rp. 26.771.636 4,75 4,37 Rp. 13.319
7 2017/9 Rp. 26 906 534 4,25 3,72 Rp. 13.492
8 2017/12 Rp.27.265 631 4,25 3,61 Rp. 13.548
9 2018/3 Rp. 21.313.505 4,25 3,40 Rp. 13.756
10
BRI Syariah
2016/3 Rp. 14.342.671 6,75 4,45 Rp. 13.276
11 2016/6 Rp. 15.260.674 6,50 3,45 Rp. 13.180
12 2016/9 Rp. 15.079.392 5,00 3,07 Rp. 12.998
13 2016/12 Rp. 15.100.133 4,75 3,02 Rp. 13.436
14 2017/3 Rp. 15.195.847 4,75 3,61 Rp. 13.321
15 2017/6 Rp. 15.344.742 4,75 4,37 Rp. 13.319
16 2017/9 Rp. 15.097.519 4,25 3,72 Rp. 13.492
17 2017/12 Rp. 15.083.878 4,25 3,61 Rp. 13.548
18 2018/3 Rp. 15.179.333 4,25 3,40 Rp. 13.756
89
Data Piutang Murabahah pada Sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia (Lanjutan)
19
Bank Syariah Mandiri
2016/3 Rp. 49.859.592 6,75 4,45 Rp. 13.276
20 2016/6 Rp. 51.320.529 6,50 3,45 Rp. 13.180
21 2016/9 Rp. 52.422.148 5,00 3,07 Rp. 12.998
22 2016/12 Rp. 53.201.181 4,75 3,02 Rp. 13.436
23 2017/3 Rp. 53.510.368 4,75 3,61 Rp. 13.321
24 2017/6 Rp. 53.695.744 4,75 4,37 Rp. 13.319
25 2017/9 Rp. 54.048.823 4,25 3,72 Rp. 13.492
26 2017/12 Rp. 54.783.980 4,25 3,61 Rp. 13.548
27 2018/3 Rp. 55.825.704 4,25 3,40 Rp. 13.756
28
Bank Mega Syariah
2016/3 Rp. 4.746.127 6,75 4,45 Rp. 13.276
29 2016/6 Rp. 4.549.439 6,50 3,45 Rp. 13.180
30 2016/9 Rp. 4.840.116 5,00 3,07 Rp. 12.998
31 2016/12 Rp. 4.993.296 4,75 3,02 Rp. 13.436
32 2017/3 Rp. 4.833.245 4,75 3,61 Rp. 13.321
33 2017/6 Rp. 4.859.195 4,75 4,37 Rp. 13.319
34 2017/9 Rp. 4.558.504 4,25 3,72 Rp. 13.492
35 2017/12 Rp. 4.456.035 4,25 3,61 Rp. 13.548
36 2018/3 Rp. 4.370.128 4,25 3,40 Rp. 13.756
37
Bank Muamalat
2016/3 Rp. 23.516.238 6,75 4,45 Rp. 13.276
38 2016/6 Rp. 22.985.638 6,50 3,45 Rp. 13.180
39 2016/9 Rp. 22.946.089 5,00 3,07 Rp. 12.998
40 2016/12 Rp. 23.314.382 4,75 3,02 Rp. 13.436
41 2017/3 Rp. 23.529.752 4,75 3,61 Rp. 13.321
42 2017/6 Rp. 25.426.566 4,75 4,37 Rp. 13.319
90
Data Piutang Murabahah pada Sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia (Lanjutan)
43
Bank Muamalat
2017/9 Rp. 26.196.465 4,25 3,72 Rp. 13.492
44 2017/12 Rp. 27.016.195 4,25 3,61 Rp. 13.548
45 2018/3 Rp. 27.546.982 4,25 3,40 Rp. 13.756
46
Bank Panin Dubai
Syariah
2016/3 Rp. 547.370 6,75 4,45 Rp. 13.276
47 2016/6 Rp. 878.452 6,50 3,45 Rp. 13.180
48 2016/9 Rp. 989.639 5,00 3,07 Rp. 12.998
49 2016/12 Rp. 1.206.564 4,75 3,02 Rp. 13.436
50 2017/3 Rp. 1.421.436 4,75 3,61 Rp. 13.321
51 2017/6 Rp. 1.508.065 4,75 4,37 Rp. 13.319
52 2017/9 Rp. 1.417.785 4,25 3,72 Rp. 13.492
53 2017/12 Rp. 1.213.428 4,25 3,61 Rp. 13.548
54 2018/3 Rp. 997.043 4,25 3,40 Rp. 13.756
55
BTPN Syariah
2016/3 Rp. 4.881.423 6,75 4,45 Rp. 13.276
56 2016/6 Rp. 5.807.515 6,50 3,45 Rp. 13.180
57 2016/9 Rp. 5.586.760 5,00 3,07 Rp. 12.998
58 2016/12 Rp. 6.236.318 4,75 3,02 Rp. 13.436
59 2017/3 Rp. 6.395.538 4,75 3,61 Rp. 13.321
60 2017/6 Rp. 7.198.144 4,75 4,37 Rp. 13.319
61 2017/9 Rp. 7.115.926 4,25 3,72 Rp. 13.492
62 2017/12 Rp. 7.509.966 4,25 3,61 Rp. 13.548
63 2018/3 Rp. 7.787.716 4,25 3,40 Rp. 13.756
91
Data Piutang Murabahah pada Sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia (Lanjutan)
64
BCA Syariah
2016/3 Rp. 2.001.094 6,75 4,45 Rp. 13.276
65 2016/6 Rp. 2.033.109 6,50 3,45 Rp. 13.180
66 2016/9 Rp. 2.167.106 5,00 3,07 Rp. 12.998
67 2016/12 Rp. 2.017.722 4,75 3,02 Rp. 13.436
68 2017/3 Rp. 2.113.675 4,75 3,61 Rp. 13.321
69 2017/6 Rp. 2.250.376 4,75 4,37 Rp. 13.319
70 2017/9 Rp. 2.077.080 4,25 3,72 Rp. 13.492
71 2017/12 Rp. 2.153.936 4,25 3,61 Rp. 13.548
72 2018/3 Rp. 2.234.578 4,25 3,40 Rp. 13.756
73
BJB Syariah
2016/3 Rp. 6.647.459 6,75 4,45 Rp. 13.276
74 2016/6 Rp. 6.997.813 6,50 3,45 Rp. 13.180
75 2016/9 Rp. 7.265.952 5,00 3,07 Rp. 12.998
76 2016/12 Rp. 7.461.626 4,75 3,02 Rp. 13.436
77 2017/3 Rp. 7.466.515 4,75 3,61 Rp. 13.321
78 2017/6 Rp. 7.610.309 4,75 4,37 Rp. 13.319
79 2017/9 Rp. 7.548.128 4,25 3,72 Rp. 13.492
80 2017/12 Rp. 7.494.640 4,25 3,61 Rp. 13.548
81 2018/3 Rp. 6.957.238 4,25 3,40 Rp. 13.756
82
Bank Syariah Bukopin
2016/3 Rp. 3.134.756 6,75 4,45 Rp. 13.276
83 2016/6 Rp. 3.181.459 6,50 3,45 Rp. 13.180
84 2016/9 Rp. 3.096.741 5,00 3,07 Rp. 12.998
85 2016/12 Rp. 3.093.885 4,75 3,02 Rp. 13.436
86 2017/3 Rp. 2.998.576 4,75 3,61 Rp. 13.321
87 2017/6 Rp. 2.907.868 4,75 4,37 Rp. 13.319
92
Data Piutang Murabahah pada Sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia (Lanjutan)
88
2017/9 Rp. 2.896.231 4,25 3,72 Rp. 13.492
89 2017/12 Rp. 2.598.508 4,25 3,61 Rp. 13.548
90 2018/3 Rp. 2.390.372 4,25 3,40 Rp. 13.756
91
Bank Victoria Syariah
2016/3 Rp. 463.703 6,75 4,45 Rp. 13.276
92 2016/6 Rp. 403.796 6,50 3,45 Rp. 13.180
93 2016/9 Rp. 428.893 5,00 3,07 Rp. 12.998
94 2016/12 Rp. 352.207 4,75 3,02 Rp. 13.436
95 2017/3 Rp. 332.097 4,75 3,61 Rp. 13.321
96 2017/6 Rp. 356.426 4,75 4,37 Rp. 13.319
97 2017/9 Rp. 350.122 4,25 3,72 Rp. 13.492
98 2017/12 Rp. 413.009 4,25 3,61 Rp. 13.548
99 2018/3 Rp. 500.253 4,25 3,40 Rp. 13.756
93
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1347.505823 (10,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 502.151027 10 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PM?
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:05
Sample: 2016Q1 2018Q1
Included observations: 9
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 23.77626 116.6177 0.203882 0.8389
BIR? -0.307280 1.197754 -0.256547 0.7981
I? 0.076681 1.239746 0.061852 0.9508
K? -0.820815 12.19038 -0.067333 0.9465 R-squared 0.000884 Mean dependent var 15.58447
Adjusted R-squared -0.030667 S.D. dependent var 1.413643
S.E. of regression 1.435155 Akaike info criterion 3.599988
Sum squared resid 195.6687 Schwarz criterion 3.704841
Log likelihood -174.1994 Hannan-Quinn criter. 3.642412
F-statistic 0.028014 Durbin-Watson stat 0.004237
Prob(F-statistic) 0.993636
94
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. BIR? -0.307280 -0.307280 -0.000000 NA
I? 0.076681 0.076681 -0.000000 NA
K? -0.820815 -0.820815 -0.000000 NA
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PM?
Method: Panel Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:06
Sample: 2016Q1 2018Q1
Included observations: 9
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 23.77626 9.761024 2.435837 0.0169
BIR? -0.307280 0.100253 -3.065037 0.0029
I? 0.076681 0.103768 0.738964 0.4620
K? -0.820815 1.020348 -0.804446 0.4234 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.993737 Mean dependent var 15.58447
Adjusted R-squared 0.992779 S.D. dependent var 1.413643
S.E. of regression 0.120124 Akaike info criterion -1.270224
Sum squared resid 1.226531 Schwarz criterion -0.903238
Log likelihood 76.87611 Hannan-Quinn criter. -1.121741
F-statistic 1037.466 Durbin-Watson stat 0.675988
Prob(F-statistic) 0.000000
95
Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: PM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:04
Sample: 2016Q1 2018Q1
Included observations: 9
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 23.77626 9.761024 2.435837 0.0169
BIR? -0.307280 0.100253 -3.065037 0.0029
I? 0.076681 0.103768 0.738964 0.4620
K? -0.820815 1.020348 -0.804446 0.4234
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -1.020017
BJBS--C 0.214155
BMI--C 1.436242
BMS--C -0.224534
BNIS--C 1.433646
BPDS--C -1.685933
BRIS--C 0.943981
BSB--C -0.700621
BSM--C 2.204314
BTPNS--C 0.092812
BVS--C -2.694045 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.993737 Mean dependent var 15.58447
Adjusted R-squared 0.992779 S.D. dependent var 1.413643
S.E. of regression 0.120124 Akaike info criterion -1.270224
Sum squared resid 1.226531 Schwarz criterion -0.903238
Log likelihood 76.87611 Hannan-Quinn criter. -1.121741
F-statistic 1037.466 Durbin-Watson stat 0.675988
Prob(F-statistic) 0.000000
96
Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: PM?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/24/18 Time: 10:06
Sample: 2016Q1 2018Q1
Included observations: 9
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 99
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 23.77626 9.771072 2.433332 0.0168
BIR? -0.307280 0.100253 -3.065037 0.0028
I? 0.076681 0.103768 0.738964 0.4618
K? -0.820815 1.020348 -0.804446 0.4231
Random Effects (Cross)
BCAS—C -1.019260
BJBS—C 0.213996
BMI—C 1.435177
BMS—C -0.224367
BNIS—C 1.432582
BPDS—C -1.684682
BRIS—C 0.943280
BSB—C -0.700101
BSM—C 2.202679
BTPNS—C 0.092743
BVS—C -2.692046 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.469308 0.9934
Idiosyncratic random 0.120124 0.0066 Weighted Statistics R-squared 0.112116 Mean dependent var 0.424548
Adjusted R-squared 0.084078 S.D. dependent var 0.125516
S.E. of regression 0.120124 Sum squared resid 1.370829
F-statistic 3.998665 Durbin-Watson stat 0.604831
Prob(F-statistic) 0.009951 Unweighted Statistics R-squared 0.000884 Mean dependent var 15.58447
Sum squared resid 195.6687 Durbin-Watson stat 0.004237
97
Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: PM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:03
Sample: 2016Q1 2018Q1
Included observations: 9
Cross-sections included: 11
Total pool (balanced) observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BIR? -0.147681 0.902015 -0.163723 0.8703
I? 0.007012 1.185759 0.005913 0.9953
K? 1.664295 0.185490 8.972444 0.0000 R-squared 0.000447 Mean dependent var 15.58447
Adjusted R-squared -0.020377 S.D. dependent var 1.413643
S.E. of regression 1.427973 Akaike info criterion 3.580223
Sum squared resid 195.7543 Schwarz criterion 3.658863
Log likelihood -174.2211 Hannan-Quinn criter. 3.612041
Durbin-Watson stat 0.004606
Uji Multikolonearitas
BIR I K BIR 1.000000 0.291546 -0.606871
I 0.291546 1.000000 0.039507
K -0.606871 0.039507 1.000000
98
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.005365 Prob. F(3,95) 0.9995
Obs*R-squared 0.016768 Prob. Chi-Square(3) 0.9994
Scaled explained SS 0.009795 Prob. Chi-Square(3) 0.9997
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:25
Sample: 1 99
Included observations: 99 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.097590 89.94121 -0.034440 0.9726
BIR^2 0.039475 0.555772 0.071028 0.9435
I^2 0.049850 0.754300 0.066088 0.9474
K^2 0.054166 0.990089 0.054708 0.9565 R-squared 0.000169 Mean dependent var 1.976451
Adjusted R-squared -0.031404 S.D. dependent var 2.237616
S.E. of regression 2.272479 Akaike info criterion 4.519185
Sum squared resid 490.5955 Schwarz criterion 4.624039
Log likelihood -219.6997 Hannan-Quinn criter. 4.561609
F-statistic 0.005365 Durbin-Watson stat 0.243685
Prob(F-statistic) 0.999455
99
Diagram Uji Heteroskedastisitas
100
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 127.6185 Prob. F(2,93) 0.0000
Obs*R-squared 72.56111 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/24/18 Time: 10:27
Sample: 1 99
Included observations: 99
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.260923 60.96896 0.020681 0.9835
BIR -0.136283 0.628186 -0.216946 0.8287
I -0.227098 0.647961 -0.350481 0.7268
K -0.081249 6.373054 -0.012749 0.9899
RESID(-1) 0.911047 0.103661 8.788717 0.0000
RESID(-2) -0.049033 0.105950 -0.462796 0.6446 R-squared 0.732941 Mean dependent var -7.12E-15
Adjusted R-squared 0.718582 S.D. dependent var 1.413018
S.E. of regression 0.749589 Akaike info criterion 2.320108
Sum squared resid 52.25517 Schwarz criterion 2.477388
Log likelihood -108.8454 Hannan-Quinn criter. 2.383744
F-statistic 51.04740 Durbin-Watson stat 1.985828
Prob(F-statistic) 0.000000