PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN...
Transcript of PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN...
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Thalassia hemprichii) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
KABUPATEN BINTAN
ANDI MAJIDEK
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Substrat
Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Thalassia Hemprichii) Serta
Kandungan Nutrien Substrat Di Teluk Bakau Kabupaten Bintan adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun. Kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain selain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Tanjungpinang, Agustus 2017
Andi Majidek
ABSTRAK
MAJIDEK, ANDI. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan Morfometrik
Lamun (Thalassia Hemprichii) Serta Kandungan Nutrien Substrat Di Teluk
Bakau Kabupaten Bintan. Tanjungpinang Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh
Arief Pratomo S.T., M.Si dan Ita Karlina S.Pi., M.Si.
Penelitian mengenai pengaruh substrat terhadap kerapatan dan morfometrik
lamun T. hemprichii serta kandungan nutrien substrat telah dilakukan di Perairan
teluk Bakau Kabupaten Bintan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh substrat terhadap kerapatan dan morfometrik lamun T.
hemprichii dan kandungan nutrien substrat di Perairan Teluk Bakau. Penelitian ini
bersifat eksperimental lapangan dengan tipe rancangan acak lengkap seimbang
dimana dalam penentuan stasiun pengamatan digunakan metode purposive
sampling sedangkan untuk pengambilan data digunakan metode random sampling
dengan plot pengamatan ukuran 1x1 meter sebanyak 27 plot. Data dianalisis
dengan uji anova satu arah menggunakan spss 20.0 Hasil penelitian menyatakan
jenis substrat mempengaruhi kerapatan dan morfometrik lamun T. hemprichii
serta kandungan nitrat pada substrat tetapi tidak mempengaruhi kandungan fosfat
pada substrat di perairan teluk bakau.
Kata kunci : T. hemprichii, substrat, kerapatan, morfometrik.
ABSTRACT
MAJIDEK, ANDI. Effect Of Substrate To Density and Morphometric Seagrass
(Thalassia Hemprichii) And Nutrient substrate Content In Teluk Bakau
Kabupaten Bintan. Tanjungpinang Marine Science Department, Faculty of Marine
Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor Arief
Pratomo S.T., M.Si and Ita Karlina S.Pi., M.Si.
Research on the effect of substrate to density and morphometric of T.
hemprichii seagrass and nutrient substrate content has been done in Teluk bakau
waters. The purpose of this research is to know the effect of substrate to density
and morphometric of T. hemprichii seagrass and nutrient substrate content in
Teluk Bakau Waters. This research is experimental field with complete
randomized design type where in determination of observation station used
purposive sampling method while for data collection used random sampling
method with observation plot size 1x1 meter as much as 27 plot. Data were
analyzed by one way anova test using spss 20.0. The result stated that the
substrate type influenced the density and morphometric of T. hemprichii seagrass
and the nitrate content on the substrate but did not affect the phosphate content of
the substrate in the Teluk Bakau waters.
Keyword : T. hemprichii, substrate, density, morphometric.
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Thalassia hemprichii) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
KABUPATEN BINTAN
ANDI MAJIDEK
NIM. 130254241007
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Ilmu Kelautan
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
PRAKATA
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Substrat
Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Thalassia hemprichii) Serta
Kandungan Nutrien Substrat Di Teluk Bakau Kabupaten Bintan” ini dapat
diselesaikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini, Arief
Pratomo, S.T., M.Si. selaku pembimbing utama. Ita Karlina, S.Pi., M.Si. selaku
pembimbing pendamping, Dr. Agung Dhamar Syakti., S.Pi., DEA. selaku ketua
penguji dan Chandra Joei Koenawan, S.Pi., M.Si. selaku anggota penguji.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sangat diperlukan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Tanjungpinang, Agustus 2017
Andi Majidek
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama Andi Majidek dilahirkan di Belakang Padang, Batam
pada tanggal 13 Oktober 1995 dari ayah M Abas dan Ibu Musharopa. Penulis
merupakan putra kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2007 penulis menamatkan pendidikan formal di SD Negeri 016
Belakang Padang, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Batam dan lulus tahun
2010, pada tahun 2013 menamatkan pendidikan di SMA Negeri 2 Batam
Pada tahun 2013 penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) melalui jalur SNMPTN. Penulis diterima pada Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Martim Raja Ali Haji
(UMRAH).
Selama menjadi mahasiswa penulis berpeluang menjadi asisten dosen pada
berbagai mata kuliah yakni Bioteknologi Kelautan. Penulis aktif pada organisasi
Kelompok Minat Bakat Mahasiswa CORAL, FOSMI, organisasi BLM dan Unit
Kelompok Mahasiswa CORAL serta Presidium BEM UMRAH 2017
Penulis pernah melaksanakan praktek lapang di desa Sungai Ladi dan magang
di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam Kepulauan Riau sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Substrat
Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Thalassia hemprichii) Serta
Kandungan Nutrien Substrat Di Teluk Bakau Kabupaten Bintan”.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1. Morfologi dan Taksonomi Thalassia hemprichi .............................................. 3
2.2. Pertumbuhan dan Fisiologi Lamun ................................................................... 4
2.3. Sebaran dan Habitat Padang Lamun ................................................................. 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 6
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................ 6
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................. 7
3.3. Variabel Penelitian............................................................................................ 7
3.4. Prosedur Kerja .................................................................................................. 8
3.5. Analisis Data ..................................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 15
4.1. Substrat ............................................................................................................. 15
4.2. Kerapatan Lamun.............................................................................................. 16
4.3. Morfometrik Lamun ......................................................................................... 17
4.4. Kandungan Nutrien Substrat............................................................................. 20
4.5. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Serta Kandungan Nutrien Substrat ................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 24
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 24
5.2. Saran ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25
LAMPIRAN .............................................................................................................. 28
DAFTAR TABEL
1. Alat yang digunakan ......................................................................................... 7
2. Bahan yang digunakan ...................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR
1. Lamun Thalassia hemprichii (dokumentasi pribadi) ......................................... 3
2. Peta lokasi penelitian .......................................................................................... 6
3. Alir prosedur kerja penelitian ............................................................................. 8
4. Contoh transek garis ........................................................................................... 9
5. Contoh pengambilan substrat perplot ................................................................. 10
6. Cara pemilihan subplot pengamatan ................................................................... 12
7. Tahap analisis data .............................................................................................. 13
8. Rata-rata persentase berat butir sedimen perjenis substrat ................................. 15
9. Kerapatan rata-rata lamun T. hemprichii ............................................................ 16
10. Rata-rata panjang daun T. hemprichii ................................................................. 17
11. Rata-rata lebar daun T. hemprichii ...................................................................... 18
12. Rata-rata jumlah akar T. hemprichii ................................................................... 19
13. Rata-rata kandungan nitrat .................................................................................. 20
14. Rata-rata kandungan fosfat ................................................................................. 21
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta dan titik koordinat sampling ....................................................................... 29
2. Hasil analisa substrat menggunakan gradistat versi 8 ......................................... 30
3. Foto plot pengamatan kerapatan dan morfometrik ............................................. 31
4. Foto pengukuran morfometrik lamun ................................................................. 32
5. Titik koordinat dan kerapatan lamun T. hemprichii perplot ............................... 33
6. Morfometrik panjang daun lamun T. hemprichii perplot .................................... 34
7. Morfometrik lebar daun lamun T. hemprichii perplot ........................................ 35
8. Morfometrik jumlah akar lamun T. hemprichii perplot ...................................... 36
9. Kandungan Nitrat dan Fosfat pada tiap jenis substrat......................................... 37
10. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kerapatan
lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0 ................................................... 38
11. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik panjang daun lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0 ............................. 39
12. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik
lebar daun lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0 ................................. 40
13. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik jumlah akar lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0 ............................... 41
14. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kandungan
nitrat” menggunakan spss 20.0 ........................................................................... 42
15. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kandungan fosfat” menggunakan spss 20.0 ........................................................................... 43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) satu-satunya yang
beradaptasi secara penuh di perairan yang kadar salinitasnya tinggi dan
berkembangbiak dengan menggunakan biji dan tunas. Kerapatan dan morfometrik
padang lamun dipengaruhi berberapa faktor seperti tempat tumbuh lamun, jenis
substrat dan kandungan nutrien (Hartog. 1970).
Lamun dapat hidup mulai dari substrat berlumpur sampai dengan berpasir.
Substrat berperan dalam menentukan stabilitas kehidupan lamun dan sebagai
media tumbuh bagi lamun sehingga tidak mudah terbawa arus gelombang serta
sebagai media untuk daur dan sumber unsur hara. Adanya perbedaan komposisi
jenis substrat dapat mempengaruhi perbedaan komposisi dan kesuburan lamun.
Pernyataan ini berdasarkan pemikiran bahwa perbedaan Komposisi ukuran butir
substrat dapat mempengaruhi komposisi, kesuburan dan pertumbuhan lamun
(Kiswara. 1992).
Sitorus. (2011) mengatakan perairan Teluk Bakau merupakan kawasan yang
memiliki jenis substrat yang beragam dari lumpur berpasir sampai dengan
berkerikil. Pada kawasan tersebut lamun menempati berbagai jenis substrat, oleh
karena itu akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis substrat berbeda
terhadap kandungan nutrien substrat, kerapatan dan morfomertik lamun Thalassia
hemprichii.
1.2. Rumusan Masalah
Lamun T. hemprichii hidup diberbagai tipe substrat dari yang halus hingga
substrat kasar (Philips. 1960). Kondisi tersebut akan menyebabkan perbedaan
nutrisi dan proses dekomposisi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
lamun (morfologi daun dan jumlah akar) yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kerapatan lamun tersebut (kiswara. 1992). Dari pernyataan diatas dapat diambil
suatu hipotesa yang dapar dirumuskan sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan
nutrien pada substrat, morfometrik dan kerapatan lamun T. hemprichii.
2
H1 : Ada pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan nutrien
pada substrat, morfometrik dan kerapatan lamun T. hemprichii.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.3.1. Mengetahui pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kerapatan lamun
T. hemprichii.
1.3.2. Mengetahui pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap morfometrik
lamun T. hemprichii
1.3.3. Mengetahui pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan
nutrien pada substrat.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan nutrien pada substrat,
kerapatan dan morfometrik lamun T. hemprichii dan menjadi sebuah informasi
untuk memilih substrat yang paling baik dalam melakukan penanaman kembali
tumbuhan lamun di Pulau Bintan khususnya jenis lamun T. hemprichii.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan Taksonomi Thalassia hemprichii
Gambar 1 Lamun Thalassia hemprichii (dokumentasi pribadi)
Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut.
Lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat
dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Air yang
bersirkulasi diperlukan untuk mengantarkan za-zat hara dan oksigen, serta
mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang lamun (Bengen. 2002).
T. hemprichii memiliki daun melengkung dengan bintik-bintik kecil berwarna
hitam, ujung daun bulat dan bergerigi, memiliki rhizoma tebal. Rimpang
berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku. Panjang daun berkisar 100-300
mm dan lebar daun 4-10 mm (gambar 1). T. hemprichii tergolong bentuk
pertumbuhan daun Magnozosterids dengan daun memanjang atau berbentuk pita
tetapi tidak lebar (Kuo, Hartog. 2000).
Adapun klasifikasi T. hemprichii (Ehrenberg) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Ordo : Hydrocharitales
Superdivisi : Spermatophyta Famili : Hydrocharitaceae
Divisi : Magnoliophyta Genus : Thalassia
Kelas : Liliopsida Spesies: T. hemprichii
4
2.2. Pertumbuhan dan Fisiologi Lamun
Pertumbuhan adalah perubahan bentuk seperti pertambahan panjang dan
perubahan ukuran pada morfologi suatu tumbuhan. Pertumbuhan lamun dapat
dilihat dari pertambahan panjang bagian-bagian tertentu seperti daun dan
rhizomanya namun pertumbuhan rhizoma lebih sulit diukur pada jenis-jenis
tertentu karena umumnya berada dibawah substrat, penelitian pertumbuhan daun
lamun berada di atas substrat, sehingga lebih mudah diamati (Azkab. 1994).
Pertumbuhan lamun berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya,
hal ini dikarenakan kecepatan atau laju pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut:
2.2.1. Tingkat kesuburan substrat
Peranan ketebalan substrat dan stabilitas sedimen mencakup pelindung
tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasukan nutrien. Lamun
dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Besarnya kandungan nutrien
dalam sedimen tidak akan selalu sama bergantung terhadap karakter dan lokasi
keberadaan sedimen tersebut. Di Indonesia padang lamun dikelompokan ke dalam
6 kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya yaitu substrat lumpur,
substrat lumpur berpasir, substrat pasir, substrat pasir berlumpur, substrat pecahan
karang, dan batu karang (Gacia et al., 2003, Rohanipah. 2009).
2.2.2. Nutrien perairan
Nutrien merupakan zat hara yang penting dalam menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan potensi sumberdaya ekosistem laut. Sumber
utama fosfat dan nitrat secara alami berasal dari perairan itu sendiri melalui proses
penguraian, pelapukan, dekomposisi tumbuhan, sisa-sisa organisme mati, buangan
limbah daratan (domestik, industri, pertanian, peternakan, dan sisa pakan) yang
akan terurai oleh bakteri menjadi zat hara berupa nutrien yang dimanfaatkan oleh
tumbuhan laut seperti lamun untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya
(Wattayakorn. 1988).
Lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar
dan daun. Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan
5
penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar namun tidak menutup
kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga akan sampai pada bagian daun
dari lamun (Pollard. 1993). Di daerah tropis, konsentrasi nutrien yang larut dalam
perairan lebih rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang ada di
sedimen (Erftemeijer, Middleburg. 1993). Menurut Olsen, Dean. (1957) in
Monoarfa. (1992) membagi konsentrasi fosfat dalam substrat menjadi 4 bagian
yaitu < 3 ppm (sangat rendah), 3–7 ppm (rendah), 7–20 ppm (sedang), dan > 20
ppm (tinggi) dan konsentrasi nitrat dalam substrat menjadi 3 bagian yaitu < 3 ppm
= rendah, 3 – 10 ppm = sedang, dan > 10 ppm = tinggi.
2.3. Sebaran dan Habitat Padang Lamun
Dahuri. (2001) mengatakan lamun dapat hidup di perairan dangkal agak
berpasir, sering juga dijumpai pada ekosistem terumbu karang. Sama halnya
dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas dan lebat
di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi
cahaya matahari yang masih memadai bagi pertumbuhannya. Pertumbuhan
padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik yang mengantarkan zat-zat
nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun seperti
karbondioksida keluar daerah padang lamun. Secara umum semua tipe dasar laut
dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada
dasar laut berlumpur dan berpasir. Padang lamun sering terdapat di perairan laut
antara hutan mangrove dan terumbu karang (Heijs. 1985, Mukai et al., 1980).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Gambar 2 Peta lokasi penelitian (dokumentasi pribadi)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-juni 2017 yang meliputi studi
literatur, survei awal lokasi, pengambilan sampel substrat di lapangan, pengujian
sampel di Laboratrium, penentuan letak plot berdasarkan jenis substrat yang
ditemukan, pengambilan data lapangan perplot, analisa sampel, pengolahan data
dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan Teluk Bakau Bintan berdasarkan
dengan jenis substrat yang ditemukan di lapangan (gambar 2). Adapun jenis
substrat yang terdapat di lokasi pengamatan berdasarkan hasil analisa butir
sedimen yakni pasir, pasir berkarang dan pecahan karang. Pernyataan ini juga
diperkuat dengan hasil penelitian Sitorus. (2011) yang mengatakan tipe substrat di
perairan Teluk Bakau beragam dari pasir hingga pecahan karang. Untuk analisa
jenis sedimen dilakukan di Laboratrium FIKP UMRAH Tanjungpinang dan untuk
analisa nutrien sedimen dilakukan di Laboratrium BPBL Batam.
7
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Alat yang digunakan
Alat Kegunaan
GPS Menentukan posisi plot pengamatan
Kuadran (1x1 meter) Sampling lamun
Paralon PVC (D=55 mm, p=25 cm) Pengambilan sampel sedimen
Rol meter Mengukur jarak
Coolbox Tempat penyimpanan sampel
Sieve net Mengayak sampel sedimen
Oven Alat pengering substrat
Spectrophotometer Alat pengukuran fosfat
kolorimeter Alat pengukuran nitrat
Timbangan digital Mengukur berat sampel
Erlenmeyer Wadah titrasi larutan
Cawan petri Wadah dalam menimbang sedimen
Penggaris Untuk mengukur morfometrik lamun
Kamera Untuk dokumentasi objek pengamatan
Nampan Sebagai alas tempat lamun diukur
Sumber : Hasanudin. (2013) dengan modifikasi
Adapun bahan yang digunakan ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2 bahan yang digunakan
Bahan
Sampel sedimen Ammonium molybdate
Kertas saring whatman H2SO4
Pengekstrak sedimen Aquades
Antimotil Reagen
Sumber : Hasanudin. (2013) dengan modifikasi
3.3. Variabel penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan (fields experiments) yakni
eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam
lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal. Adapun tipe rancangan
percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap seimbang dimana
sebagai variabel bebas atau yang mempengaruhi adalah tipe substrat dan variabel
terikat atau yang dipengaruhi adalah kandungan nutrien substrat, morfometrik dan
kerapatan lamun T. hemprichii
Dalam penentuan stasiun pengamatan di kawasan perairan Teluk Bakau
metode yang digunakan adalah purposive sampling dikarenakan adanya keperluan
8
dan tujuan peneliti dalam menentukan keterwakilan jenis substrat yang berada di
lapangan sedangkan untuk pengambilan data metode yang digunakan adalah
random sampling agar data hasil pengamatan nantinya diharapkan bersifat
objektif.
3.4. Prosedur Kerja
Prosedur penelitian ini dilaksanakan terdiri atas beberapa tahapan-tahapan
langkah kerja yang disusun secara sistematis dan dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 3 Alir prosedur kerja penelitian (Hasanudin, 2013 dengan modifikasi)
Pada gambar 3 terdapat sembilan tahapan umum mengenai alir prosedur kerja
yang akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
3.4.1. Survei awal lapangan
Survei awal lapangan dilakukan untuk menentukan daerah penelitian yang
dilihat kondisi perairannya yang memenuhi keinginan peneliti yakni keterwakilan
substrat yang beragam di suatu daerah dan terdapat lamun T. hemprichii di
perairannya. Setelah dilakukan survei dipilihlah kawasan Teluk Bakau sebagai
9
daerah penelitian dikarenakan memiliki jenis substrat yang beragam dan hidup
lamun T. hemprichii. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Sitorus.
(2011) yang menyebutkan bahwa tipe substrat di Perairan Teluk Bakau
dikategorikan menjadi pasir, pasir berlumpur dan rubble.
3.4.2. Penempatan plot kuadran di lapangan
Setelah didapatkannya daerah penelitian maka dilanjukkan dengan penempatan
plot kuadran untuk mengambil sampel awal substrat. Tahap ini akan dilakukan
penarikan garis transek mulai dari awal dijumpai lamun T. hemprichii hingga
batas surut terendah kearah laut dengan jarak antar plot 5 meter. Penarikan garis
transek tegak lurus terhadap pantai (gambar 4).
Gambar 4 Contoh transek garis (Hasanudin. 2013 dengan modifikasi)
3.4.3. Pengambilan sampel substrat perplot di lapangan
Tahapan selanjutnya adalah mengambil substrat perplot dengan cara setiap plot
ukuran 1x1 meter diambil sampel substratnya sekaligus memberikan tanda posisi
plot menggunakan GPS agar ketika pengambilan data lamun tetap pada plot
pengambilan substrat. Pengambilan sampel substrat ini dilakukan sesuai dengan
jumlah plot yang telah diletakkan di lapangan, apabila setelah pengecekan sampel
substrat dan hasilnya masih kurang maka diambil kembali sampel substrat di
lapangan. Pengambilan sampel substrat menggunakan pipa paralon sampai
kedalaman 20 cm (gambar 5). setiap jenis sampel yang didapat ditempatkan dalam
kantong plastik yang berbeda dengan terlebih dahulu diberi label.
10
Gambar 5 Pengambilan sampel substrat perplot (Hasanudin. 2013
dengan modifikasi)
3.4.4. Pengecekan sampel substrat berdasarkan ukuran butir perplot di
laboratorium
Sampel substrat yang telah diambil kemudian dikeringkan dengan
menggunakan oven atau menjemurnya tanpa dibilas terlebih dahulu dan
terlindung dari sinar matahari secara langsung agar kandungan nutrien dalam
sedimen tetap terjaga. Setelah sampel substrat kering dilakukan pengecekan
sampel berdasarkan ukuran butir substrat dengan melakukan pengayakan sampel
substrat kering sebanyak 100 gram persampel menggunakan sieve net bertingkat
dan dilanjutkan dengan melakukan penimbangan per mesh hasil dari pengayakan.
3.4.5. Penentuan kategori jenis substrat berdasarkan hasil pengecekan
sampel
Setelah hasil timbangan diperoleh maka data akan diolah menggunakan
gradistat versi 8 dalam Microsoft excel untuk mengetahui kategori jenis substrat
yang ada di kawasan perairan Teluk Bakau. Substrat yang diperoleh lalu
dikelompokkan sesuai dengan jenisnya sebanyak 9 ulangan.
3.4.6. Pemilihan titik plot yang akan digunakan berdasarkan jenis substrat
yang didapat
Setelah substrat dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan terdapat sebanyak 9
ulangan maka dilakukan pemilihan plot di lapangan sesuai dengan jenis substrat
11
yang selanjutnya akan diamati kandungan nutrien sedimen (nitrat dan fosfat),
kerapatan dan morfometrik (daun dan akar) lamun T. hemprichii. Metode
penentuan stasiun pengamatan ini mengacu pada KepMen LH No.200 Tahun
2001.
3.4.7. Pengambilan sampel nutrien sedimen (nitrat dan fosfat) perplot
pengamatan
Pengambilan sampel sedimen di setiap substrat plot pengamatan dengan
menggunakan PVC paralon (diameter 55 mm, panjang 20 cm). Sampel sedimen
dimasukkan kedalam kantong sampel, kemudian mengeringkan sampel tersebut
didalam oven dengan tidak melakukan pencucian sampel sebelumnya. Ini
dilakukan agar kandungan nutrien dalam sedimen tidak hilang.
Selanjutnya dianalisis konsentrasi dengan kandungan nitrat dan fosfatnya di
laboratorium dengan tahap analisis yakni mengekstraksi sedimen untuk analisis
nitrat dan fosfat dengan cara menimbang 5 gram sedimen dengan teliti dan
dimasukkan kedalam botol. Kemudian ditambahkan larutan penglarut nutrien
yang telah dimodifikasi (aquades) sebanyak 50 ml, kocok selama 1 menit. Lalu
menyaring dengan kertas saring Whatman. Dan hasil saringan siap untuk
dianalisis nitrat dan fosfat dengan menggunakan prosedur kualitas air sebagai
berikut:
3.4.7.1.Analisis nitrat
Pada pipet 10 ml air sampel yang telah disaring kedalam tabung ukur,
selanjutnya ditambahkan 1 bungkus reagen kedalam air sampel. Lalu dikocok air
sampel sampai bubuk reagen tercampur rata. Kemudian dibuat larutan blangko
nitrat sebagai pembanding. Dengan kolorimeter, diukur sampel dan larutan
blangko.
3.4.7.2.Analisis fosfat
Pada pipet 50 ml air sampel tersaring dan ditambahkan 1 tetes indikator pp,
jika larutan berwarna merah muda ditambahkan H2SO4 5N kemudian
ditambahkan 8 ml larutan campuran (50 ml H2SO4 5N + 5 ml Antimotil + 15 ml
Ammonium Molybdate). Homogenkan dan diamkan 10 menit. Kemudian dibuat
12
larutan standar fosfat yang sebelum pengenceran 100 ml ditambahkan 20-30 ml
aquades sampai tanda tera kemudian diukur air sampel dan larutan standar dengan
Spectrophotometer 0,000 absorbance dengan panjang gelombang 880 nm.
3.4.8. Pengambilan data kerapatan lamun perplot pengamatan
Pengamatan kerapatan dilakukan dengan menghitung jumlah tegakan lamun
dalam plot pada setiap titik pengamatan pada setiap stasiun. Kerapatan lamun
perplot pengamatan dihitung dengan rumus (Brower et al., 1990 in Hasanuddin.
2013).
∑ ni
Keterangan :
D = Kerapatan jenis (tegakan/m2)
Ni = Jumlah tegakan
A = Luas daerah yang disampling (m2)
3.4.9. Pengambilan data morfometrik (daun dan akar) perplot pengamatan
Pengambilan sampel lamun menggunakan plot kuadran 1x1 meter yang terdiri
dari 25 subplot dilakukan dengan memilih 3 tegakan secara acak dengan cara
melakukan pengundian 3 nomor subplot dari 25 subplot dengan metode lotre
(gambar 6). Adapun pemilihan subplot pengamatan disajikan dalam gambar
sebagai berikut:
Gambar 6 Cara pemilihan subplot pengamatan (Hasanudin. 2013
dengan modifikasi)
Setelah terpilih 3 tegakan dari hasil pengundian maka dapat diukur
morfometrik lamun sebagai berikut:
13
3.4.9.1.Panjang dan lebar daun
Pengambilan sampel morfometrik daun dilakukan dengan mengambil dari
pangkal daun yang masih utuh pada helaian kedua dari daun yang paling tua pada
setiap tegakan yang terpilih kemudian dilakukan pengukuran panjang dan lebar
daun dengan menggunakan mistar.
3.4.9.2.Jumlah akar
Pengambilan sampel akar dilakukan dengan menggali lamun sampai pada
akarnya disetiap tegakan yang terpilih kemudian dihitung jumlah akarnya.
3.5. Analisis Data
Gambar 7 Tahapan analisis data (Hasanudin. 2013 dengan modifikasi)
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk
mengetahui pengaruh substrat yang berbeda terhadap kandungan nutrien substrat,
kerapatan dan morfometrik lamun T. hemprichii dianalisis menggunakan analisis
varian one way anova dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20.0. Sebelum data
dianalisis data lebih dulu diuji kenormalan data. Jika sifat data normal maka akan
dilakukan uji one way annova dengan tingkat kepercayaan 95%, apabila adanya
perbedaan signifikan maka dilakukan uji lanjut LSD mana yang hasilnya
optimum. Jika sifat data tidak normal maka analisis data menggunakan Kruskal
Wallis (gambar 7).
Adapun rumus model linier dan tabel sidik ragam adalah :
ij i ij
14
Keterangan :
i = 1, 2, …, p (Jumlah perlakuan) dan j=1, 2, …,r (Jumlah Ulangan)
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Rataan umum
I = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Pengaruh acak atau galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Substrat
Sedimen pantai umumnya tersusun oleh material dari berbagai ukuran yang
diendapkan di sepanjang pantai. Dari hasil pengambilan sampel yang kemudian
diolah untuk memperoleh persentase masing-masing jenis ukuran sedimen, maka
persentase sedimen yang mendominasi setiap plot pengamatan berdasarkan
kategori gradistat versi 8 ialah seperti pada Gambar 8 dan keterangan lebih lanjut
dapat dilihat pada lampiran 1.
Gambar 8 Rata-rata persentase berat butir sedimen perjenis substrat (data primer)
Berdasarkan hasil ayakan diperoleh ukuran partikel sedimen setiap plotnya
yang kemudian jika disesuaikan dengan gradistat versi 8 maka teridentifikasi 3
jenis substrat yakni pasir, pasir berkarang, dan pecahan karang (Lihat Gambar 8).
Adanya perbedaan komposisi jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan
komposisi jenis lamun dan juga dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan dan
pertumbuhan lamun. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi
ukuran butiran sedimen akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan
lamun dan proses dekomposisi dan meneralisasi yang terjadi di dalam substrat
(Kiswara. 1992).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pasir (%) Pasir Berkarang
(%)
Pecahan Karang
(%)
Ø ayakan 2,36 mm
Ø ayakan 2 mm
Ø ayakan 1,18 mm
Ø ayakan 0,5 mm
Ø ayakan 0,25 mm
Ø ayakan 0,125 mm
Ø ayakan 0,106 mm
Ø ayakan 0,063 mm
per
senta
se b
erat
buti
r se
dim
en (
%)
16
4.2. Kerapatan Lamun
Gambar 9 Kerapatan rata-rata lamun T. hemprichii (data primer)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kerapatan lamun
tertinggi ditemukan pada substrat pecahan karang sebesar 74,33 ± 6,38
tegakan/m2, kemudian diikuti dengan substrat pasir berkarang dengan rata-rata
kerapatan sebesar 45,56 ± 3,61 tegakan/m2 dan yang terendah ditemukan pada
substrat pasir dengan rata-rata kerapatan sebesar 25,78 ± 3,53 tegakan/m2
(Gambar 9). Dari hasil uji one way anova (p<0,05) dengan nilai probability yang
didapatkan (p=0,00) dan uji lanjut yang menunjukkan bahwa kerapatan lamun T.
hemprichii yang hidup pada substrat pecahan karang secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan yang hidup pada substrat pasir berkarang, dan kerapatan terendah
didapatkan pada substrat pasir (Lampiran 10).
Tingginya kerapatan lamun T. hemprichii pada substrat pecahan karang
disebabkan karena perairan yang relatif tenang dan kemungkinan sangat terkait
dengan karakteristik habitat seperti kedalaman dan jenis substrat yang sangat
mendukung untuk pertumbuhan dan keberadaan lamun tersebut (Feryatun et al.,
2012, Rose. 1999). Hasil dari analisis menunjukkan bahwa pada substrat pecahan
karang memiliki karakter habitat yaitu terdapatnya substrat dengan kandungan
sedimen kasar (ukuran butir sedimen besar) yang tinggi.
Menurut Hartog. (1970) T. hemprichii hidup diberbagai jenis substrat dari
pecahan karang hingga substrat lunak akan tetapi menjadi dominan hanya pada
substrat keras yang ukuran butir sedimennya relatif besar dan kasar sehingga
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata
kerapatan T.
hemprichii
(Tegakan/m2)
17
dapat membentuk vegetasi monospesifik pada pasir kasar yang kedalaman
perairannya relatif dangkal dan sempit mulai daerah eulitoral bawah sampai
kedalaman 5 m.
4.3. Morfometrik Lamun
Morfometrik (ukuran dari bagian-bagian tertentu) pada lamun dibagi menjadi
beberapa bagian yakni:
4.3.1. Daun
Adapun ukuran daun yang diamati sebagai berikut :
4.3.1.1.Panjang Daun
Rata-rata panjang daun yang didapatkan pada penelitian ini bervariasi antara
substrat tempat hidup lamun tersebut, dimana lamun pada substrat pasir memiliki
rata-rata panjang daun yaitu 7,62 ± 0,38 cm, pada substrat pasir berkarang yaitu
15,35 ± 0,76 cm dan pada substrat pecahan karang yaitu 22,96 ± 0,37 cm (Gambar
10).
Gambar 10 Rata-rata panjang daun T. hemprichii (data primer)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata
panjang daun T.
hemprichii (cm)
18
4.3.1.2.Lebar Daun
Nilai rata-rata lebar daun yang didapatkan pada substrat pasir yaitu 1,40 ± 0,04
cm, pada substrat pasir berkarang yaitu 1,43 ± 0,04 cm, sedangkan pada substrat
pecahan karang yaitu 1,64 ± 0,04 cm (Gambar 11).
Gambar 11 Rata-rata lebar daun T. hemprichii (data primer)
Hasil analisis one way anova menunjukan bahwa panjang dan lebar daun
lamun T. hemprichii antara substrat pasir, pasir berkarang dan pecahan karang
berbeda nyata (p<0,05) dengan nilai probability yang didapatkan sebesar (p=0,00)
dan selanjutnya hasil uji lanjut mempertegas bahwa lamun yang hidup pada
substrat pecahan karang mempunyai daun terpanjang dan terlebar sedangkan yang
terpendek dan terkecil ditemukan pada substrat pasir (Lihat Lampiran 11 dan 12).
Hal ini disebabkan karena lamun tersebut tumbuh pada substrat kasar yang
memang pada hakikatnya merupakan habitat dari lamun jenis ini dan keadaan
perairan pada substrat tersebut relatif tenang sehingga banyak mengendapkan
sedimen, khususnya sedimen organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan lamun
(Peralta et al., 2006). Pada perairan tenang pertumbuhan lamun lebih terpusat
pada panjang dan lebar daun sedangkan puncak dari helaian daun seringkali
terkikis oleh energi gelombang dan keterbukaan terhadap pasang surut pada
perairan yang relatif dangkal (Arifin. 2001).
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata lebar
daun T.
hemprichii
(cm)
19
4.3.2. Akar
Adapun ukuran daun yang diamati sebagai berikut :
4.3.2.1.Jumlah Akar
Nilai rata-rata jumlah akar T. hemprichii yang didapatkan pada penelitian ini
pada substrat pasir yaitu 28,63 ± 0,54 helai/tegakan, pada substrat pasir berkarang
yaitu 22,89 ± 0,58 helai/tegakan dan pada substrat pecahan karang yaitu 15,93
0,46 helai/tegakan (Gambar 12).
Gambar 12 Rata-rata jumlah akar T. hemprichii (data primer)
Dari data yang didapatkan substrat pasir memiliki jumlah akar lebih banyak
dan jumlah akar yang paling sedikit pada substrat pecahan karang. Dari hasil
analisis one way anova menunjukan bahwa jumlah akar pada setiap jenis substrat
berbeda nyata (p<0,05) dengan nilai probability yang didapat sebesar (p=0,00)
dengan hasil uji lanjut yang menyatakan bahwa substrat pasir berbeda secara
signifikan terhadap pasir berkarang dan pecahan karang (Lampiran 13).
Hal ini disebabkan karena lamun pada substrat pasir memiliki ukuran butir
sedimen yang lebih halus dibandingkan dengan pasir berkarang maupun pecahan
karang. Dengan ukuran butiran halus tersebut sehingga membutuhkan lebih
banyak akar untuk mengikat sedimen. Seperti yang dijelaskan Bengen. (2002),
Shieh, Yang. (1997) salah satu fungsi padang lamun yaitu mengikat sedimen dan
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata jumlah
akar T.
hemprichii
(helai/tegakan)
20
menstabilkan substrak lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling
menyilang.
4.4. Kandungan Nutrien Substrat
Tumbuhan lamun memerlukan sejumlah nutrien dalam takaran yang cukup,
seimbang untuk terus tumbuh dan berkembang menyelesaikan daur hidupnya.
Hasil pengukuran nutrien dibagi menjadi 2 bagian yakni:
4.4.1. Nitrat
Gambar 13 Rata-rata kandungan nitrat (data primer)
Nilai rata-rata kandungan nitrat yang didapatkan pada penelitian ini pada
substrat pasir yaitu 3,72 ± 0,84 ppm, pada substrat pasir berkarang yaitu 1,90 ±
1,35 ppm dan pada substrat pecahan karang yaitu 0,00 ± 0,00 ppm (Gambar 13).
Hasil one way anova menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada substrat pasir,
pasir berkarang dan pecahan karang berbeda nyata (p<0,05) dengan tingkat
probability sebesar (p=0,00) dan selanjutnya hasil uji lanjut mempertegas bahwa
kandungan nitrat paling tinggi terdapat pada substrat pasir dan paling rendah
terdapat pada substrat pecahan karang dimana menunjukkan perbedaan yang
sangat signifikan (lihat lampiran 14).
Berdasarkan Olsen, Dean. (1957) in Monoarfa. (1992) membagi konsentrasi
nitrat dalam tanah menjadi 3 bagian yaitu <3 ppm = rendah, 3 – 10 ppm =
sedang, dan >10 ppm = tinggi, berdasarkan hasil yang didapat substrat pasir
berada pada konsentrasi sedang, sedangkan substrat pasir berkarang dan pecahan
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata
kandungan nitrat
pada substrat
(ppm)
21
karang berada pada konsentrasi rendah. Hal ini disebabkan karena ketiga tipe
substrat cenderung memiliki sedimen kasar dimana dalam hal penyerapan nitrat
sedimen halus lebih baik dibandingkan sedimen kasar (Tomascik. 1997).
4.4.2. Fosfat
Nilai rata-rata kandungan fosfat yang didapatkan pada penelitian ini pada
substrat pasir yaitu 0,32 ± 0,19 ppm, pada substrat pasir berkarang yaitu 0,17 ±
0,10 ppm dan pada substrat pecahan karang yaitu 0,37 ± 0,20 ppm (Gambar 14)
Gambar 14 Rata-rata kandungan fosfat (data primer)
Hasil one way anova menunjukkan bahwa kandungan fosfat pada substrat
pasir, pasir berkarang dan pecahan karang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan
tingkat kepercayaan yang didapat sebesar (p=0,060) sehingga tidak perlu
dilakukan uji lanjut (lihat lampiran 15). Berdasarkan pernyataan Olsen, Dean.
(1957) in Monoarfa. (1992) membagi konsentrasi fosfat dalam tanah menjadi 4
bagian yaitu, < 3 ppm (sangat rendah), 3 – 7 ppm (rendah), 7 – 20 ppm (sedang),
dan > 20 ppm (tinggi), maka kandungan fosfat pada jenis substrat pasir, pasir
berkarang dan pecahan karang tergolong sangat rendah.
Namun pada substrat pecahan karang kandungan fosfat lebih besar
dibandingkan substrat pasir maupun pasir berkarang. Hal ini yang menyebabkan
pertumbuhan lamun T. hemprichii di substrat pecahan karang lebih tinggi karena
lamun mendapat pasokan unsur hara yang cukup.
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
pasir pasir berkarang pecahan karang
rata-rata
kandungan
fosfat pada
substrat (ppm)
22
4.5. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan Dan Morfometrik Lamun
Serta Kandungan Nutrien Substrat
Substrat dasar perairan merupakan daerah tempat tinggal lamun yang
menentukan sejauh mana lamun tumbuh. Umumnya lamun tumbuh pada substrat
berlumpur sampai substrat berbatu. Perbedaan komposisi jenis substrat dapat
menyebabkan perbedaan jenis lamun dan dapat mempengaruhi perbedaan
kesuburan dan pertumbuhan lamun. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa
perbedaan komposisi ukuran butiran sedimen menyebabkan perbedaan nutrisi
bagi pertumbuhan lamun dan proses dekomposisi dan meneralisasi yang terjadi di
dalam substrat (Kiswara. 1992).
Sesuai dengan fungsinya sebagai perangkap sedimen, maka tak heran jika pada
ekosistem lamun kita dapat menemukan berbagai macam jenis-jenis sedimen dari
yang sangat halus hingga kasar. Setiap jenis substrat memiliki karakter sedimen
yang berbeda pula sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan proses adaptasi
lamun tersebut (Brouns. 1985).
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa jenis substrat mempengaruhi
kerapatan dan morfometrik lamun T. hemprichii. Kerapatan dan morfometrik
lamun seperti panjang daun, lebar daun dan jumlah akar terhadap substrat (pasir,
pasir berkarang dan pecahan karang) menunjukkan nilai yang signifikan atau
memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Hasanudin. (2013) yang menyatakan substrat berpengaruh terhadap
kerapatan dan morfometrik lamun.
Kerapatan dan morfometrik lamun tertinggi ditemukan pada substrat pecahan
karang dan terendah ditemukan pada substrat pasir. Hal ini disebabkan Karena
pada substrat pecahan karang ukuran butir sedimen lebih kasar dibandingkan
dengan substrat pasir yang pada umumya merupakan habitat yang baik bagi
lamun jenis ini (Feryatun et al., 2012, Lan et al., 2005).
Menurut Hartog. (1970), Lin. (1998) T. hemprichii merupakan spesies yang
paling umum ditemukan hidup pada jenis substrat pecahan karang hingga substrat
lunak akan tetapi menjadi dominan hanya pada substrat keras dan dapat
membentuk vegetasi monospesifik pada pasir kasar yang kedalamannya relatif
sempit mulai daerah dangkal sampai kedalaman 5 m. Hal ini terjadi karena faktor
23
lingkungan seperti karakteristik sedimen pada setiap substrat serta nitrat dan fosfat
yang mendukung pertumbuhan lamun.
Adapun hasil penelitian mengenai pengaruh substrat terhadap kandungan
nutrien menunjukkan keadaan yang bervariasi dimana untuk kandungan nitrat
terhadap substrat yang berbeda menunjukan nilai yang signifikan (beda nyata)
sehingga ada pengaruh jenis substrat terhadap kandungan nitrat sedangkan untuk
kandungan fosfat terhadap substrat yang berbeda menunjukkan nilai yang tidak
signifikan (tidak beda nyata) sehingga tidak ada pengaruh jenis substrat terhadap
kandungan fosfat.
Akan tetapi hasil penelitian menunjukan kandungan nitrat dan fosfat pada jenis
substrat yang ukuran butirnya besar seperti pasir berkarang dan pecahan karang
tergolong lebih rendah jika dibandingkan pada jenis substrat yang ukuran butirnya
sedang/kecil seperti pasir. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Erftemeijer,
Middleburg. (1993), Stapel et al., (1996) yang menyatakan semakin kasar ukuran
butir substrat maka semakin rendah pula kandungan nutrien didalamnya dan
semakin halus ukuran butir substrat maka semakin tinggi pula kandungan
nutriennya.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwasanya lamun T. hemprichii dapat
hidup diberbagai jenis substrat dan akan tumbuh subur dan dominan pada substrat
kasar yang mana dalam penelitian ini jenis substrat yang memilki pengaruh paling
signifikan adalah pecahan karang yang kandungan nutriennya tergolong rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Kerapatan lamun T. hemprichii di perairan Teluk Bakau Kabupaten Bintan
pada setiap jenis substrat menunjukkan hasil yang berbeda nyata, artinya jenis
substrat berpengaruh terhadap kerapatan lamun tersebut.
Morfometrik lamun T. hemprichii di perairan Teluk Bakau Kabupaten Bintan
pada setiap jenis substrat menunjukkan hasil yang berbeda nyata, artinya jenis
substrat berpengaruh terhadap morfometrik lamun tersebut
Kandungan nitrat dalam sedimen di perairan Teluk Bakau Kabupaten Bintan
pada setiap jenis substrat berbeda nyata, artinya jenis substrat berpengaruh
terhadap kandungan nitrat dalam sedimen sedangkan kandungan fosfat dalam
sedimen pada setiap jenis substrat tidak berbeda nyata, artinya jenis substrat
tidak berpengaruh terhadap kandungan fosfat dalam sedimen.
5.2. Saran
Adapun saran penelitian ini adalah:
Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik mengenai faktor lingkungan yang
paling mempengaruhi kerapatan dan morfometrik lamun pada sepanjang
pertumbuhannya.
Perlunya dilakukan penelitian skala laboratrium mengenai pengaruh jenis
substrat terhadap kerapatan dan morfometrik lamun T. hemprichii.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin., 2001. Ekosistem Padang Lamun. [Buku]. Universitas Hasanuddin.
Azkab, M.H., 1994. Transplantasi Lamun Thalassia hemprichii (Ehrenb) Aschers
di Rataan Terumbu Pulau Pari Kepulauan Seribu Jurnal, Dalam Teluk Jakarta.
Oseanografi-LIPI: 105-111.
Azkab, M.H., 2000, Struktur Dan Fungsi Pada Komunitas Lamun. Oseana 25(3):
9-17.
Bengen, D.G., 2002. Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir Dan Laut Serta
Prinsip Pengelolaannya. [Sinopsis] Institut Petanian Bogor.
Brouns, J.W.M., 1985. A comparison of the annual production and biomass in
three monospecific stands of the seagrass Thalassia hemprichii (Ehrenb.)
aschers. Aquatic Botany 23(2): 149-175.
Dahuri, R., Jacub, R., Sapta. P.G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu. PT Pradnya Paramita 1(1): 22-27.
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Penerbitan Gramedia Pustaka Utama.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor.
Erftemeijer, P.L.A., Middelburg, J., 1993. Sediment-nutrient interaction in
tropical seagrass beds: a comparasion between a terigeneus and a carbonat
sedimentary environmental in South Sulawesi. Marine Progress Series 102:
187-198.
Feryatun, F., Hendrarto, B., Widyorini., 2012. Kerapatan Dan Distribusi Lamun
(Seagrass) Berdasarkan Zona Kegiatan Yang Berbeda Di Perairan Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu. Management Of Aquatic Resources 12(1): 1-7.
Gacia, E., Duarte, C. M., Marba, N., Terrados, J., Kennedy, H., Fortes, M. D., Tri,
N.H., 2003. Sediment deposition and production in SE-Asia seagrass meadows.
Estuarin Coastal and Shell Science 56(5–6): 909-919.
Hartog, D.C., 1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co Amsterdam
50: 275
Hassanudin, R., 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Enhalus acoroides dengan Substrat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab.
Pangkep. [Skripsi]. Universitas Hassanudin.
26
Heijs, F.M.L., 1985. The seasonal distribution and community structure of the
epiphytic algae on Thalassia hemprichii (Ehrenb.) Aschers. Aquatic Botany
21(4): 295-324.
KepMen LH No. 200., 2001. Penentuan Titik Stasiun dan Transek Pada
Ekosistem Padang Lamun. Jakarta. Indonesia
Kiswara, W., 1992. Community structure and biomass distribution of seagrasses
at Banten Bay, West Java. Marine Science 11(2): 241–250.
Kiswara, W., 2004. Uptake and allocation of 13C by Enhalus acoroides at sites
differing in light availability. Aquabotic Botany 10(1): 21-30.
Kuo, J., Hartog, D., 2010. Seagrass Morphology, Anatomy, and Ultrastructure.
Springer 3: 51-67.
Lan, C.Y., Kao, W.Y., Lin, H.J., Shao, K.T., 2005. Measurement of chlorophyll
fluorescence reveals mechanisms for habitat niche separation of the intertidal
seagrasses Thalassia hemprichii and Halodule uninervis. Marine Biology
148(1): 25.
Lin, H.J., Shao, K.T., 1998. Temporal changes in the abundance and growth of
intertidal Thalassia hemprichii seagrass beds in southern Taiwan. Bot Bull
Acad Sin 39: 191–198.
Mukai, H.K., Aioi, Y., Ishida., 1980. Distribution and biomass of eelgrass
(Zostera marina L.) and other sea grasses in Odawa Bay. Aquatic Botany 8:
337-342.
Mukai, H., 1993. Biogeography of the tropical seagrasses in the western Pacific.
Marine and Freshwater Research 44(2): 1–17.
Monoarfa, W.D., 1992. Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula Blotong Dalam
Produksi Klekap Pada Tanah Tambak berstekstur Liat. [Tesis]. Universitas
Hassanudin
Nontji., 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan.
Nybakken, J.W., 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, Gramedia
Jakarta.
Peralta, G., Brun, F.G., Llorens, J.L.P., Bouma, T.J., 2006. Direct effects of
current velocity on the growth, morphometry and architecture of seagrasses: a
case study on Zostera noltii. Marine Ecology Progress Series 327: 135–142.
Philips, E. A., 1960. Obsevations of the ecologyand distribution of the seagrasses.
[Tesis]. Florida state board of conservation.
27
Pollard, P.C., Greenway, M., 1993. Photosynthetic characteristics of seagrasses
(Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii and Zostera capricornia) in a
low-light environment, with a comparison of leaf-marking and lacunal-gas
measurements of productivity. Marine and Freshwater Research 44(1): 127–
139.
Rohanipah, I., 2009. Pengukuran Nilai Acoustic Backscattering Strength Berbagai
Tipe Substrat Dasar Perairan Arafura dengan Instrumen Simrad EK6. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor.
Rose, C.D., Dawes, C.J., 1999, Effects of community structure on the seagrass
Thalassia testudinum. Marine Ecology Progress Series 184: 83–95.
Shieh, W.Y., Yang, J.T., 1997. Denitrification in the rhizosphere of the two
seagrasses Thalassia hemprichii (Ehrenb.) Aschers and Halodule uninervis
(Forsk.) Aschers. Experimental Marine Biology and Ecology 218(2): 229-241.
Sitorus, S.A.R.S., 2011. Kajian Sumberdaya Lamun Untuk Pengembangan
Ekowisata Di Desa Teluk Bakau Kepulauan Riau. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor.
Surata, I.K., 1985. Pengaruh Pemupukan Fosfat Terhadap Kandungan P, K, Ca,
Mg daun serta pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatus)
varietas mb 129 pada latosol tajur. [Tesis] Institut Pertanian Bogor.
Short, F.T., 1987. Effects of sediment nutrients on seagrass: literature review and
mesocosm experiment. Aquatic Botany 27: 41-57.
Stapel, J., Thelma, L. A., Bert, H. M., Van, D., Jacqueline, D., de Groot., Paul, H.
W., Van, D. H., Marten, A., 1996. Nutrient uptake by leaves and roots of the
seagrass Thalassia hemprichii in the Spermonde Archipelago, Indonesia.
Marine Ecology Progress Series 134(1/3): 195-206.
Stapel, J., Munumtun, R., Hemminga, M.A., 1997, Biomass loss and nutrient
redistribution in and Indonesian Thalassia hemprichii seagrass bed following
seasonal low tide exposure during day light.Marine Ecology Progress Series
148(1/3): 251–262.
Tomascik, T., Mah, A. J., Nonji, A., Moosa, M. K., 1997. The Ecologi Of
Indonesian Seas Part two. The Ecologi of Indonesia Series 7: 34-36.
Tuntiprapas, P., 2010. Effect Of Seasonal Variation On Growth And Sexual
Reproduction Of Thalassia hemprichii Haad Chai Mai National Park Trang
Province Thailand. [Tesis] Prine Of Songkla University.
Wattayakorn, G., Wolanski, E., Kjerfve, B., 1988. Mixing trapping and outwelling
in the Klong Ngao mangrove swamp. Estuarian Coastal Shelf Science 31: 667-
688.
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Persentase hasil ayakan substrat perplot
Keterangan :
P = Pasir
PB = Pasir Berkarang
PK = Pecahan Karang
PLOT AYAKAN TINGKAT KE-
1
(2360)
2
(2000)
3
(1180)
4
(500)
5
(250)
6
(125)
7
(106)
8 (63)
1 (P) 0 0 14,91 19,63 17,87 27,67 11,78 8,14
2 (P) 0 0 16,67 18,92 17,16 24,22 13,78 9,25
3 (P) 0 0 19,5 13,25 18,72 22,86 15,46 10,21
4 (P) 0 0 17,27 15,39 16,49 23,45 19,23 8,17
5 (P) 0 0 17,45 14,53 18,09 21,84 20,18 7,91
6 (P) 0 0 17,04 15,32 19,18 20,41 18,74 9,31
7 (P) 0 0 14,09 15,21 20,25 22,07 23,21 5,17
8 (P) 0 0 8,3 16,62 24,35 21,83 22,16 6,74
9 (P) 0 0 9,55 19,18 21,22 21,78 20,49 7,78
12 (PB) 16,99 3,69 13,09 25,16 19,58 17,91 1,86 1,72
13 (PB) 13,25 3,85 14,91 34,83 17,32 13,59 1,04 1,21
14 (PB) 12,68 2,7 19,13 45,23 13,4 4,02 1,29 1,55
15 (PB) 10,9 4,36 21,23 51,14 4,5 3,55 2,43 1,89
16 (PB) 6,25 1,89 12,92 49,56 14,01 12,9 1,36 1,11
17 (PB) 8,21 1,87 14,62 39,16 25,19 9,46 0,93 0,56
18 (PB) 12,32 1,67 11,8 43,42 18,82 8,63 1,56 1,78
19 (PB) 19,31 3,9 10,55 41,32 15,34 6,87 1,2 1,51
20 (PB) 15,89 3,96 24,15 40,44 9,38 3,02 1,72 1,44
23 (PK) 79,01 2,99 5,73 5,12 2,31 2,75 1,21 0,88
24 (PK) 80,34 2,13 4,43 3,72 6,37 2,28 0,25 0,48
25 (PK) 78,66 5,98 4,06 3,66 2,66 2,85 1,42 0,71
26 (PK) 81,59 2,77 5,19 4,93 2,43 2,52 0,52 0,05
27 (PK) 80,92 2,14 5,08 3,32 3,67 1,8 1,16 1,91
28 (PK) 78,15 3,84 3,04 4,87 4,14 2,43 1,35 2,18
29 (PK) 79,08 3,43 4,68 4,7 3,69 2,48 1,3 0,64
30 (PK) 82,68 2,51 4,62 4,5 2,28 2,44 0,33 0,64
31 (PK) 84,08 2,87 3,23 2,89 2,28 2,02 1,36 1,27
30
Lampiran 2. Hasil analisa substrat menggunakan gradistat versi 8
Pasir
Pasir Berkarang
Pecahan Karang
31
Lampiran 3. Foto plot pengamatan kerapatan dan morfometrik
Pasir
Pasir Karang
Pecahan Karang
32
Lampiran 4. Foto pengukuran morfometrik lamun
Pasir
Pasir Berkarang
Pecahan Karang
33
Lampiran 5. Titik koordinat dan kerapatan lamun T. hemprichii perplot
PLOT JENIS SUBSTRAT X Y KERAPATAN
1 PASIR 104,654853 1,048681 23
2 PASIR 104,654887 1,048651 31
3 PASIR 104,654904 1,048709 21
4 PASIR 104,654963 1,048756 28
5 PASIR 104,655012 1,048803 26
6 PASIR 104,655074 1,048865 30
7 PASIR 104,655081 1,048893 27
8 PASIR 104,655102 1,048945 24
9 PASIR 104,655145 1,048949 22
jumlah 232
rata-rata 25,77777778
12 PASIR BERKARANG 104,653383 1,050553 43
13 PASIR BERKARANG 104,653425 1,050573 47
14 PASIR BERKARANG 104,653484 1,050631 45
15 PASIR BERKARANG 104,653505 1,050673 50
16 PASIR BERKARANG 104,653562 1,050684 41
17 PASIR BERKARANG 104,653604 1,050707 44
18 PASIR BERKARANG 104,653669 1,050771 49
19 PASIR BERKARANG 104,653658 1,050809 50
20 PASIR BERKARANG 104,653736 1,050808 41
jumlah 410
rata-rata 45,55555556
23 PECAHAN KARANG 104,652105 1,052175 83
24 PECAHAN KARANG 104,652204 1,052231 70
25 PECAHAN KARANG 104,652184 1,052263 72
26 PECAHAN KARANG 104,652201 1,052298 75
27 PECAHAN KARANG 104,652279 1,052319 80
28 PECAHAN KARANG 104,652331 1,052365 78
29 PECAHAN KARANG 104,652368 1,052391 74
30 PECAHAN KARANG 104,652411 1,052432 61
31 PECAHAN KARANG 104,652501 1,052456 76
jumlah 669
rata-rata 74,33333333
34
Lampiran 6. Morfometrik panjang daun lamun T. hemprichii perplot
PLOT SUBSTRAT PANJANG (CM)
1 2 3 rata-rata
1 PASIR 9,1 7,5 5,1 7,23
2 PASIR 6,7 10,5 8,1 8,43
3 PASIR 8,3 5,4 9,9 7,87
4 PASIR 10,2 6,3 5,1 7,2
5 PASIR 7,8 7,3 8,2 7,77
6 PASIR 6,9 8,1 7,8 7,6
7 PASIR 5,1 10,1 7,1 7,43
8 PASIR 6,9 7,7 8,2 7,6
9 PASIR 7,9 8,3 6,1 7,43
jumlah 68,9 71,2 65,6 68,56667
rata-rata 7,655556 7,911111 7,288889 7,618519
12 PASIR BERKARANG 17,1 14,8 13,8 15,23
13 PASIR BERKARANG 14,9 15,7 13,9 14,83
14 PASIR BERKARANG 17,3 16,9 13,6 15,93
15 PASIR BERKARANG 14,3 14,9 13,7 14,3
16 PASIR BERKARANG 13,9 15,1 16,3 15,1
17 PASIR BERKARANG 15,8 14,6 17,1 15,83
18 PASIR BERKARANG 17,3 16,2 16,7 16,73
19 PASIR BERKARANG 13,8 15,1 14,8 14,57
20 PASIR BERKARANG 14,1 17,5 15,2 15,6
jumlah 138,5 140,8 135,1 138,1333
rata-rata 15,38889 15,64444 15,01111 15,34815
23 PECAHAN KARANG 21,8 24,3 22,1 22,73
24 PECAHAN KARANG 22,7 22,9 23,9 23,17
25 PECAHAN KARANG 21,7 24,1 22,3 22,7
26 PECAHAN KARANG 23,5 21,7 22,9 22,7
27 PECAHAN KARANG 23,7 22,1 24 23,27
28 PECAHAN KARANG 22,9 21,8 23,9 22,87
29 PECAHAN KARANG 24,1 21,7 22,8 22,87
30 PECAHAN KARANG 23,6 24,9 22,7 23,73
31 PECAHAN KARANG 22,1 21,9 23,8 22,6
jumlah 206,1 205,4 208,4 206,6333
rata-rata 22,9 22,82222 23,15556 22,95926
35
Lampiran 7. Morfometrik lebar daun lamun T. hemprichii perplot
PLOT SUBSTRAT LEBAR (CM)
1 2 3 rata-rata
1 PASIR 1,5 1,5 1,4 1,47
2 PASIR 1,4 1,5 1,4 1,43
3 PASIR 1,4 1,3 1,5 1,4
4 PASIR 1,5 1,3 1,3 1,37
5 PASIR 1,4 1,4 1,4 1,4
6 PASIR 1,3 1,4 1,4 1,37
7 PASIR 1,3 1,5 1,4 1,4
8 PASIR 1,3 1,4 1,4 1,37
9 PASIR 1,4 1,4 1,3 1,37
jumlah 12,5 12,7 12,5 12,56667
rata-rata 1,388889 1,411111 1,388889 1,396296
12 PASIR BERKARANG 1,5 1,5 1,3 1,43
13 PASIR BERKARANG 1,4 1,5 1,3 1,4
14 PASIR BERKARANG 1,5 1,5 1,3 1,43
15 PASIR BERKARANG 1,4 1,4 1,3 1,37
16 PASIR BERKARANG 1,3 1,5 1,5 1,43
17 PASIR BERKARANG 1,5 1,4 1,5 1,47
18 PASIR BERKARANG 1,5 1,5 1,5 1,5
19 PASIR BERKARANG 1,3 1,5 1,4 1,4
20 PASIR BERKARANG 1,4 1,4 1,5 1,43
jumlah 12,8 13,2 12,6 12,86667
rata-rata 1,422222 1,466667 1,4 1,42963
23 PECAHAN KARANG 1,6 1,7 1,6 1,63
24 PECAHAN KARANG 1,6 1,6 1,7 1,63
25 PECAHAN KARANG 1,6 1,7 1,6 1,63
26 PECAHAN KARANG 1,7 1,6 1,7 1,67
27 PECAHAN KARANG 1,7 1,6 1,7 1,67
28 PECAHAN KARANG 1,6 1,6 1,7 1,63
29 PECAHAN KARANG 1,7 1,4 1,6 1,57
30 PECAHAN KARANG 1,7 1,8 1,7 1,73
31 PECAHAN KARANG 1,6 1,6 1,7 1,63
jumlah 14,8 14,6 15 14,8
rata-rata 1,644444 1,622222 1,666667 1,644444
36
Lampiran 8. Morfometrik jumlah akar lamun T. hemprichii perplot
PLOT SUBSTRAT JUMLAH PER TEGAKAN
1 2 3 rata-rata
1 PASIR 31 29 27 29
2 PASIR 28 29 27 28
3 PASIR 30 27 27 28,00
4 PASIR 32 28 27 29
5 PASIR 29 29 27 28,33
6 PASIR 28 30 29 29
7 PASIR 27 32 29 29,33
8 PASIR 28 29 30 29
9 PASIR 29 27 28 28
jumlah 262 260 251 257,6667
rata-rata 29,11111 28,88889 27,88889 28,62963
12 PASIR BERKARANG 24 23 21 22,67
13 PASIR BERKARANG 25 22 23 23,33
14 PASIR BERKARANG 24 24 23 23,67
15 PASIR BERKARANG 25 21 23 23
16 PASIR BERKARANG 22 25 24 23,67
17 PASIR BERKARANG 23 21 22 22
18 PASIR BERKARANG 21 24 22 22,33
19 PASIR BERKARANG 21 23 24 22,67
20 PASIR BERKARANG 22 25 21 22,67
jumlah 207 208 203 206
rata-rata 23 23,11111 22,55556 22,88889
23 PECAHAN KARANG 14 18 15 15,67
24 PECAHAN KARANG 15 15 17 15,67
25 PECAHAN KARANG 14 18 16 16
26 PECAHAN KARANG 17 14 16 15,67
27 PECAHAN KARANG 17 15 18 16,67
28 PECAHAN KARANG 16 14 17 15,67
29 PECAHAN KARANG 18 14 16 16
30 PECAHAN KARANG 17 18 15 16,67
31 PECAHAN KARANG 15 14 17 15,33
jumlah 143 140 147 143,3333
rata-rata 15,88889 15,55556 16,33333 15,92593
37
Lampiran 9. Kandungan Nitrat dan Fosfat pada tiap jenis substrat
SUBSTRAT NUTRIEN
nitrat fosfat
PASIR 2,3 0,442
PASIR 4,3 0,245
PASIR 3,6 0,251
PASIR 4,4 0,175
PASIR 3,4 0,325
PASIR 2,5 0,138
PASIR 4,2 0,481
PASIR 4,5 0,129
PASIR 4,3 0,721
jumlah 33,5 2,907
rata-rata 3,72 0,32
PASIR BERKARANG 0 0,242
PASIR BERKARANG 1,6 0,326
PASIR BERKARANG 1,4 0,245
PASIR BERKARANG 4,2 0,046
PASIR BERKARANG 3 0,104
PASIR BERKARANG 3,4 0,01
PASIR BERKARANG 1,3 0,19
PASIR BERKARANG 1,4 0,245
PASIR BERKARANG 0,8 0,159
jumlah 17,1 1,567
rata-rata 1,90 0,17
PECAHAN KARANG 0 0,304
PECAHAN KARANG 0 0,328
PECAHAN KARANG 0 0,564
PECAHAN KARANG 0 0,205
PECAHAN KARANG 0 0,046
PECAHAN KARANG 0 0,23
PECAHAN KARANG 0 0,623
PECAHAN KARANG 0 0,417
PECAHAN KARANG 0 0,58
jumlah 0 3,297
rata-rata 0 0,37
38
Lampiran 10. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kerapatan lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kerapatan
Lamun
Perplot
PASIR ,137 9 ,200* ,956 9 ,758
PASIR BERKARANG ,163 9 ,200* ,901 9 ,258
PECAHAN KARANG ,146 9 ,200* ,947 9 ,660
Test of Homogeneity of Variances
Kerapatan Lamun Perplot
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,917 2 24 ,413
ANOVA
Kerapatan Lamun Perplot
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10730,889 2 5365,444 243,065 ,000
Within Groups 529,778 24 22,074
Total 11260,667 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kerapatan Lamun Perplot
LSD
(I)
JenisSubstrat
(J) JenisSubstrat Mean
Difference (I-J)
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG -19,77778
* ,000 -24,3489 -15,2067
PECAHAN KARANG -48,55556* ,000 -53,1267 -43,9844
PASIR
BERKARANG
PASIR 19,77778* ,000 15,2067 24,3489
PECAHAN KARANG -28,77778* ,000 -33,3489 -24,2067
PECAHAN
KARANG
PASIR 48,55556* ,000 43,9844 53,1267
PASIR BERKARANG 28,77778* ,000 24,2067 33,3489
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
39
Lampiran 11. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik panjang daun lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Panjang Daun
Lamun
PASIR ,185 9 ,200* ,902 9 ,263
PASIR BERKARANG ,117 9 ,200* ,976 9 ,942
PECAHAN KARANG ,264 9 ,070 ,857 9 ,090
Test of Homogeneity of Variances
Panjang Daun Lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,474 2 24 ,047
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Panjang Daun Lamun
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean
Difference (I-J)
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG -7,72889
* ,000 -8,2468 -7,2110
PECAHAN KARANG -15,34222* ,000 -15,8602 -14,8243
PASIR
BERKARANG
PASIR 7,72889* ,000 7,2110 8,2468
PECAHAN KARANG -7,61333* ,000 -8,1313 -7,0954
PECAHAN
KARANG
PASIR 15,34222* ,000 14,8243 15,8602
PASIR BERKARANG 7,61333* ,000 7,0954 8,1313
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ANOVA
Panjang Daun Lamun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1059,247 2 529,624 1868,887 ,000
Within Groups 6,801 24 ,283
Total 1066,048 26
40
Lampiran 12. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik lebar daun lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lebar Daun Lamun
PASIR ,252 9 ,104 ,811 9 ,027
PASIR BERKARANG ,266 9 ,065 ,930 9 ,485
PECAHAN KARANG ,287 9 ,032 ,871 9 ,127
Test of Homogeneity of Variances
Lebar Daun Lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,155 2 24 ,857
ANOVA
Lebar Daun Lamun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,322 2 ,161 105,944 ,000
Within Groups ,036 24 ,002
Total ,358 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Lebar Daun Lamun
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean
Difference (I-J)
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG -,03111 ,103 -,0690 ,0068
PECAHAN KARANG -,24556* ,000 -,2835 -,2076
PASIR
BERKARANG
PASIR ,03111 ,103 -,0068 ,0690
PECAHAN KARANG -,21444* ,000 -,2524 -,1765
PECAHAN
KARANG
PASIR ,24556* ,000 ,2076 ,2835
PASIR BERKARANG ,21444* ,000 ,1765 ,2524
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
41
Lampiran 13. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik jumlah akar lamun T. hemprichii” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Jumlah Akar Lamun
PASIR ,310 9 ,013 ,809 9 ,026
PASIR BERKARANG ,204 9 ,200* ,934 9 ,516
PECAHAN KARANG ,266 9 ,067 ,844 9 ,063
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah Akar Lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,673 2 24 ,520
ANOVA
Jumlah Akar Lamun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 728,177 2 364,088 1298,954 ,000
Within Groups 6,727 24 ,280
Total 734,904 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Akar Lamun
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean
Difference (I-
J)
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG 5,73889
* ,000 5,2238 6,2540
PECAHAN KARANG 12,70111* ,000 12,1860 13,2162
PASIR
BERKARANG
PASIR -5,73889* ,000 -6,2540 -5,2238
PECAHAN KARANG 6,96222* ,000 6,4471 7,4773
PECAHAN
KARANG
PASIR -12,70111* ,000 -13,2162 -12,1860
PASIR BERKARANG -6,96222* ,000 -7,4773 -6,4471
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
42
Lampiran 14. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kandungan nitrat” menggunakan spss 20.0
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
14,045 2 24 ,000
ANOVA
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 63,116 2 31,558 41,183 ,000
Within Groups 18,391 24 ,766
Total 81,507 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Nitrat Pada Substrat
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean
Difference (I-J)
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR
PASIR
BERKARANG 1,93333
* ,000 1,0816 2,7850
PECAHAN
KARANG 3,74444
* ,000 2,8928 4,5961
PASIR
BERKARANG
PASIR -1,93333* ,000 -2,7850 -1,0816
PECAHAN
KARANG 1,81111
* ,000 ,9594 2,6628
PECAHAN
KARANG
PASIR -3,74444* ,000 -4,5961 -2,8928
PASIR
BERKARANG -1,81111
* ,000 -2,6628 -,9594
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tests of Normalityc
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Nitrat
Pada Substrat
PASIR ,194 9 ,200* ,930 9 ,486
PASIR BERKARANG ,224 9 ,200* ,917 9 ,369
43
Lampiran 15. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kandungan fosfat” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Fosfat
Pada Substrat
PASIR ,200 9 ,200* ,895 9 ,222
PASIR BERKARANG ,188 9 ,200* ,948 9 ,673
PECAHAN KARANG ,177 9 ,200* ,947 9 ,661
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,865 2 24 ,177
ANOVA
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,183 2 ,091 3,160 ,060
Within Groups ,695 24 ,029
Total ,878 26