PENGARUH STRATEGI IMC TERHADAP BRAND IMAGE DAN …
Transcript of PENGARUH STRATEGI IMC TERHADAP BRAND IMAGE DAN …
i
PENGARUH STRATEGI IMC TERHADAP BRAND IMAGE DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN TOYOTA
by SHILFANNI SEPTIAN
Student ID No: 009201705025
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Studi Komunikasi
Public Relation
Pembimbing :
Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom.
Haris Herdiansyah, S.Psi., M.Si.
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS HUMANIORA PRESIDENT UNIVERSITY
2020
ii
PENGARUH STRATEGI IMC TERHADAP BRAND IMAGE DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN TOYOTA
Shilfanni Septiana, Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom.b, Haris Herdiansyah,
S.Psi., M.Si.c
αShilfanni Septian, Perumahan Mutiara Bekasi Jaya Blok J2 No 17 Cibarusah,
Bekasi, Indonesia, 081287266098, [email protected]
bMohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom, President University, Jababeka Education
Park 17550, Indonesia, [email protected]
c Haris Herdiansyah, S.Psi., M.Si, President University, Jababeka Education Park 17550, Indonesia, [email protected]
iii
iv
Pernyataan Kepenulisan Tesis ini berisi karya penelitian saya sendiri, sejauh pengetahuan saya dan
keyakinan saya, dan tidak ada pembahasan yang diterbitkan atau dibuat oleh
peneliti lainnya kecuali sumber referensi yang dimaksud dalam teks. Tidak ada
satupun materi bahasan yang terdapat didalam penelitian ini yang sudah
menerima penghargaan gelar atau diploma dari perguruan tinggi lain.
Tanda Tangan : ___________________________________ Tanggal : 5 April 2021
Sebagai pembimbing Shilfanni Septian, saya menegaskan bahwa tugas yang diajukan dalam skripsi ini, sejauh pengetahuan saya, telah dilakukan oleh siswa yang disebutkan diatas, dan layak untuk ujian.
Tanda Tangan : ___________________________________ Tanggal : 5 April 2021
Nama Pembimbing : Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom.
v
Pernyataan Penulis Tesis ini berisi karya penelitian saya sendiri, sejauh pengetahuan saya dan
keyakinan saya, dan tidak ada pembahasan yang diterbitkan atau dibuat oleh
peneliti lainnya kecuali sumber referensi yang dimaksud dalam teks. Tidak ada
satupun materi bahasan yang terdapat didalam penelitian ini yang sudah
menerima penghargaan gelar atau diploma dari perguruan tinggi lain.
Tanda Tangan : ___________________________________ Tanggal : 5 April 2021
Sebagai pembimbing Shilfanni Septian, saya menegaskan bahwa tugas yang diajukan dalam skripsi ini, sejauh pengetahuan saya, telah dilakukan oleh siswa yang disebutkan diatas, dan layak untuk ujian.
Tanda Tangan : __________________________________ Tanggal : 5 April 2021
Nama Pembimbing : Haris Herdiansyah, S.Psi., M.Si.
vi
STATEMENT OF ORIGINALITY
In my capacity as an active student of President University and as the author of
the thesis/final project/business plan (underline that applies) stated below:
Name : Shilfanni Septian
Student ID number : 009201705025
Study Program : Communication Studies
Faculty : Humanities
I hereby declare that my thesis/final project/business plan entitled "Pengaruh
Strategi Integrated Marketing Communication Terhadap Brand Image dan
Keputusan Pembelian Konsumen Toyota" is to the best of my knowledge and
belief, an original piece of work based on sound academic principles. If there is any
plagiarism detected in this thesis/final project/business plan, I am willing to be
personally responsible for the consequences of these acts of plagiarism, and will
accept the sanctions against these acts in accordance with the rules and policies
of President University.
I also declare that this work, either in whole or in part, has not been submitted to
another university to obtain a degree.
Cikarang, May 2021
( Shilfanni Septian )
vii
SCIENTIFIC PUBLICATION APPROVAL FOR ACADEMIC INTEREST As an academic community member of the President's University, I, the undersigned: Name : Shilfanni Septian
Student ID number : 009201705025
Study Program : Communication Studies
for the purpose of development of science and technology, certify, and approve to give President University a non-exclusive royalty-free right upon my final report with the title : Pengaruh Strategi Integrated Marketing Communication Terhadap Brand Image dan Keputusan Pembelian Konsumen Toyota With this non-exclusive royalty-free right, President University is entitled to converse, to convert, to manage in a database, to maintain, and to publish my final report. There are to be done with the obligation from President University to mention my name as the copyright owner of my final report. This statement I made in truth. Cikarang, May 2021
( Shilfanni Septian )
viii
ADVISOR APPROVAL FOR JOURNAL/INSTITUTION’S REPOSITORY
As an academic community member of the President's University, I, the undersigned: Advisor Name : Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom Employee ID number : Study program : Communication Studies Faculty : Humanities Advisor Name : Haris Herdiansyah, S.Psi., M.Si. Employee ID number : Study program : Communication Studies Faculty : Humanities declare that following thesis : Title of thesis : Pengaruh Strategi Integrated Marketing Communication
Terhadap Brand Image dan Keputusan Pembelian Konsumen Toyota
Thesis author : Shilfanni Septian Student ID number : 009201705025 will be published in journal/institution’s repository (underline that applies) Cikarang, May 2021 Cikarang, May 2021
( Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom) ( Haris Herdiansyah, S.Psi., M.Si. )
ix
x
Kata Pengantar Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
berupa ilmu pengetahuan, petunjuk dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Integrated Marketing
Communication Terhadap Brand Image dan Keputusan Pembelian Konsumen
Toyota” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan juga keluarga, sahabat, serta para pengikut beliau.
Skripsi ini ditulis karena merupakan bagian dan persyaratan untuk menyelesaikan
studi pendidikan program Strata (S1) di Fakultas Ilmu Komunikasi President
University guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom). Atas
terselesaikannya skripsi ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang turut berperan dalam proses
penyelesaiannya. Secara rinci penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Mr. Mohammad Shihab, S.I.Kom, M.I.Kom dan Mr. Haris
Herdiansyah, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing saya yang telah
memberikan saya banyak pengetahuan, motivasi dan arahannya yang
membuat saya dapat menyelesaikan studi penelitian ini dengan baik.
2. Kepada seluruh Dosen dan kepala prodi Fakultas Ilmu Komunikasi
President University yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada saya selama menjadi mahasiswa di President University.
3. Kepada Bapak, Mamah, dan Kakak saya yang tiada hentinya memberikan
dukungan kepada saya selama mengerjakan skripsi ini. Terimakasih karena
selalu memberikan semangat kepada saya untuk dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Terimakasih karena sudah menjadi alasan saya
berjuang saat saya harus bekerja dan kuliah diwaktu bersamaan, dan
menyelesaikan kewajiban saya sampai dengan saat ini. Saya sangat
bersyukur berada didalam keluarga yang sangat suportif, selalu
mendukung dan memberikan banyak energi positif.
xi
4. Kepada semua teman-teman seperjuangan saya mulai dari Nadila Putrinta,
teman seperjuangan satu bimbingan yang benar-benar m emberikan
semangat positif untuk dapat menyelesaikan skripsi ini bersama-sama dari
awal hingga akhir. Teman-teman satu kelas yang mengisi hari-hari saya
selama kurang lebih 3,5 tahun ini sejak semester pertama, yang selalu
saling support dalam kegiatan perkuliahan, yang banyak menghabiskan
waktu bersama dengan sangat menyenangkan. Terimakasih untuk segala
cerita yang ada, terimakasih atas support dan doanya. Semoga kita semua
bisa lulus bersama di tahun 2021 ini dan menjadi orang-orang yang sukses
kelak.
5. Kepada seluruh responden saya yang turut serta membantu
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih banyak untuk semua bantuannya, semoga semua kebaikan
yang ada berbalas kepada kalian semua.
Bekasi, Maret 2021.
Penulis,
Shilfanni Septian
009201705025
xii
Daftar Isi Pernyataan Kepenulisan ........................................................................................ iv
Pernyataan Penulis .................................................................................................. v
Kata Pengantar ........................................................................................................ x
Daftar Isi ........................................................................................................... .....vi
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang Masalah ..............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................7
1.5 Metodologi Penelitian ..................................................................................8
1.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................................8
BAB 1 ........................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................9
1.1 Brand Image (Citra Merek) .......................................................................9
1.1.1 Faktor Pembentuk Brand Image .......................................................9
1.2 Keputusan Pembelian............................................................................... 11
1.2.1 Proses Keputusan Pembelian............................................................. 12
1.2.2 Indikator Keputusan Pembelian ........................................................ 14
1.3 Integrated Marketing Communication (IMC) ........................................... 16
1.3.1 Definisi Integrated Marketing Communication (IMC) ...................... 16
1.3.2 Elemen Integrated Marketing Communication (IMC) ...................... 18
1.3.3 Ciri-ciri Integrated Marketing Communication (IMC) ....................... 20
1.3.4 Bauran Integrated Marketing Communication (IMC) ....................... 22
1.3.5 Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................... 22
1.4 Toyota ........................................................................................................ 24
1.4.1 Company Profile ..................................................................................... 24
1.5 Hubungan antara Integrated Marketing Communication (IMC) dengan Brand Image dan Keputusan Pembelian ......................................................... 26
BAB 2 ..................................................................................................................... 28
METODE ................................................................................................................ 28
2.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 28
2.2 Paradigma Penelitian ................................................................................ 29
2.3 Kerangka Teoritis ....................................................................................... 30
xiii
2.4 Pendekatan Kuantitatif ............................................................................. 31
2.5 Kerangka Konsep ....................................................................................... 32
2.6 Hipotesis .................................................................................................... 33
2.7 Definisi Operasional ................................................................................... 33
2.8 Instrumen Blue-Print .................................................................................. 35
2.9 Responden Selection ................................................................................. 36
2.6.1 Populasi ............................................................................................... 36
2.6.2 Sampel ................................................................................................. 36
2.6.1 Teknik Sampling .................................................................................. 37
2.10 Pengumpulan Data .............................................................................. 38
2.11 Data Analisis ............................................................................................ 39
2.11.1 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 39
2.11.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 40
2.11.3 Uji Normalitas.................................................................................... 41
2.11.4 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 42
2.11.5 Uji Hipotesis ....................................................................................... 42
2.11.6 T-test ................................................................................................. 42
2.12 Kuesioner ................................................................................................. 43
2.12.1 Kuesioner Variabel IMC ...................................................................... 43
BAB 3 ..................................................................................................................... 47
HASIL DAN DISKUSI .............................................................................................. 47
3.1 Hasil ............................................................................................................. 47
3.1.1 Data Responden .................................................................................. 47
3.1.2 Uji Validitas .......................................................................................... 49
3.1.3 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 50
3.1.4 Uji Asumsi Klasik.................................................................................. 51
3.1.4.1 Uji Normalitas ................................................................................... 51
3.1.4.2 Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 52
3.1.5.1 Analisis Regresi Sederhana .............................................................. 53
3.1.5.2 Uji T ................................................................................................... 52
3.2 Diskusi dan Interpretasi ............................................................................. 57
BAB 4 ..................................................................................................................... 61
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 61
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 61
xiv
4.2 Rekomendasi ............................................................................................. 62
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 63
Lampiran ............................................................................................................... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lingkup pembahasan Komunikasi Pemasaran Terpadu ...................... 17
Gambar 2 Logo Toyota ......................................................................................... 24
Gambar 3 Kerangka Teoritis .................................................................................. 30
Gambar 4 Kerangka Konsep .................................................................................. 32
Gambar 5 Jenis Kelamin Responden ..................................................................... 47
Gambar 6 Usia Responden .................................................................................... 47
Gambar 7 Pekerjaan Responden........................................................................... 48
Gambar 8 Uji Normalitas ....................................................................................... 52
Gambar 9 Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 53
Gambar 10 Uji R2 .................................................................................................. 54
Gambar 11 Uji T..................................................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pangsa Pasar Penjualan Mobil di Indonesia Tahun 2019 ............................5
Tabel 2 Blue Print .................................................................................................. 35
Tabel 3 Kuesioner .................................................................................................. 44
Tabel 4 Uji Validitas ............................................................................................... 49
Tabel 5 Uji Reabilitas ............................................................................................. 51
1
Abstract
Hubungan antara pengaruh Integrated Marketing Communication terhadap brand
image dan keputusan pembelian konsumen memiliki hubungan yang positif dan
signifikan. Bauran dari IMC yang mencakup advertising, sales promotion, personal
selling, public relations, direct marketing dan interactive marketing berdasarkan
hasil uji data yang telah dilakukan penguji secara parsial dan simultan dapat
memberikan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
dalam melakukan pembelian produk yang dipertimbangkan. Menurut Phillip
Kotler dan Garry Armstrong Integrated Marketing Communication merupakan
suatu konsep yang menjadi dasar bagi perusahaan dalam memadukan dan
mengkoordinasikan beberapa saluran komunikasinya untuk menyampaikan pesan
yang jelas, konsisten, dan berpengaruh kuat tentang organisasi dan produk-
produk perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh Integrated Marketing Communication terhadap Brand
Image dan Keputusan Pembelian di Toyota. Peneliti menggambil sampel data
sebanyak 120 responden untuk mewakili populasi masyarakat Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan uji analisis
regresi sederhana. Dan hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa adanya
pengaruh positif strategi integrated Marketing Communication terhadap Brand
Image dan Keputusan Pembelian konsumen di Toyota.
Keywords : Integrated Marketing Communication, Brand Image, Keputusan
Pembelian
2
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini menjadikan persaingan dunia usaha semakin
kompetitif yang berakibat setiap perusahaan berusaha untuk menjadi pemenang
dalam memasarkan produknya. Menurut Gaikindo (2019) perkembangan dunia
otomotif di Indonesia sendiri kini menyebabkan persaingannya terasa semakin
ketat pada sektor industri mobil, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
mencapai lebih dari 133 juta unit pada tahun 2019. Data itu terangkum dalam
catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah kendaraan naik sekitar lima persen
sejak dua tahun lalu. Pada tahun 2019, jumlah kendaraan naik bertambah
7.108.236 unit atau meningkat 5,3 persen menjadi 133.617.012 unit dari tahun
sebelumnya sebanyak 126.508.776 unit. Jumlah kendaraan di tahun 2018 naik 5,9
persen dari tahun 2017 sejumlah 118.922.708 unit. Pertumbuhan pesat tersebut
juga menyebabkan perkembangan pesat dealer atau showroom mobil yang berdiri
di Indonesia menjadikan konsumen lebih selektif dalam menentukan produk yang
ingin dibeli. Kemajuan penjualan mobil yang semakin pesat, menimbulkan tingkat
persaingan usaha sejenis semakin ketat.
Dikutip dari website katadata.co.id (2018) mengungkapkan bahwa produksi
otomotif dunia terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan konsumen,
bersumber dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo), penjualan mobil selama tahun 2018 meningkat sebesar 6,86% jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Angka penjualan yang melebihi
dari target yang direncanakan sebelumnya yaitu sebanyak 1,1 juta unit.
3
Gambar 1 Grafik perkembangan penjualan otomotif tahun 2018
Berdasarkan data dari ASEAN Automotive Federation tahun 2017, Industri
otomotif Indonesia sudah menjadi salah satu sektor penting dalam sektor
manufaktur negara karena banyak perusahaan-perusahaan mobil terkenal di
dunia yang membuka pabrik mobil dan meningkatkan kapasitas produksinya di
Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia mengalami transisi yang luar biasa karena
perubahan dimana yang semula hanya menjadi tempat produksi mobil untuk
diekspor, terutama untuk wilayah Asia Tenggara dan kini menjadi pasar penjualan
domestik mobil yang besar karena meningkatnya produk domestik bruto (PDB)
perkapita (www.asean-autofed.com).
Gambar 2 Tabel perkembangan penjualan mobil di ASEAN
4
Berdasarkan data Gaikindo tahun 2017, Indonesia memiliki industri manufaktur
mobil terbesar kedua di Asia Tenggara dan di wilayah ASEAN, setelah Thailand
yang menguasai sekitar 50 persen dari produksi mobil di wilayah ASEAN
(www.gaikindo.or.id).
Bersumber dari ASEAN Automotive Federation tahun 2017, Sejak tahun 2017
kapasitas total produksi terpasang mobil di Indonesia adalah 2.2 juta unit per
tahun. Namun, pemanfaatan kapasitas tersebut diperkirakan turun menjadi 55
persen pada tahun 2017 karena perluasan kapasitas produksi mobil dalam negeri
tidak sejalan dengan pertumbuhan permintaan domestik dan asing untuk mobil
buatan Indonesia. Namun, dalam hal ukuran pasar, Indonesia merupakan pasar
mobil terbesar di Asia Tenggara dan wilayah ASEAN, menguasai sekitar sepertiga
dari total penjualan mobil tahunan di ASEAN, diikuti oleh Thailand pada posisi
kedua (www.asean-autofed.com).
Oleh karena itu perusahaan harus mengambil langkah-langkah maju untuk
mengungguli pesaingnya. Dalam menghadapi masalah yang datang dari berbagai
arah perusahaan harus dapat meningkatkan efektivitas seluruh pengelolaan
dalam menangani pemasaran produk. Menurut Henry Simamora (2013) dalam
bidang pemasaran banyak hal yang harus diperhatikan selain persaingan juga
berkembangnya keanekaragaman produk, meningkatnya selera konsumen,
adanya produk baru yang dihasilkan, persaingan bisnis di dunia online, kualitas
seorang marketing masing-masing perusahaan, serta kuatnya suatu merek
dipasaran.
Menurut Aaker (2014) sebagai berikut Brand Equity atau ekuitas merek
merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu
merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan
perusahaan. Kemudian Shimp (2014) menyatakan bahwa brand equity adalah nilai
5
merek yang menghasilkan brand awareness yang tinggi dan asosiasi merek yang
kuat, disukai, dan mungkin pula unik, yang diingat konsumen atas merek tertentu.
Ekuitas merek bagi suatu perusahaan sangat penting, khususnya pada
perkembangan industri sepeda motor di Indonesia dengan bermacam merek yang
digunakan oleh perusahaan produsennya juga menjadikan isu merek ini menjadi
sangat strategis dikarenakan dapat menjadi sarana bagi perusahaan untuk
mengembangkan dan memelihara loyalitas konsumen. Merek yang kuat akan
membangun loyalitas, dan loyalitas akan mendorong bisnis terulang kembali.
Merek yang kuat juga akan menghasilkan harga yang menarik dan menjadi
penghalang bagi masuknya pesaing. Masing-masing merek mobil tersebut
berlomba melakukan inovasi produk dengan tipe, model dan teknologinya masing-
masing yang disesuaikan dengan kebutuhan profesi, status, gaya hidup dan hobi
penggunanya.
Dapat dilihat pada tabel berikut ini terdapat sejumlah perusahaan yang menguasai
pangsa pasar penjualan mobil di Indonesia tahun 2019 menurut Gaikindo 2019
sebagai berikut :
Tabel 2 Pangsa Pasar Penjualan Mobil di Indonesia Tahun 2019
NO MEREK PENJUALAN UNIT MARKET SHARE NASIONAL
2019
1 TOYOTA 331.797 Unit 32,20%
2 DAIHATSU 177.284 Unit 17,20%
3 HONDA 137.339 Unit 13,30%
4 MITSUBISHI 119.001 Unit 11,60%
5 SUZUKI 100.383 Unit 9,70%
6 FUSO 42.754 Unit 4,20%
7 HINO 31.063 Unit 3%
8 ISUZU 25.270 Unit 2,50% 9 WULING 22.343 Unit 2,20%
10 NISSAN 12302 UNIT 1,20%
Sumber : www.gaikindo.or.id
6
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 10 merek yang menguasai pangsa pasar atau
angka penjualan tertinggi di pasar otomotif di dalam negeri tahun 2019, dan salah
satu merek yang menguasai pangsa pasar tertinggi dan merek terkuat di Indonesia
adalah Toyota. Toyota berada di posisi pertama dalam tabel pangsa pasar industri
mobil di Indonesia dan tetap menjadi market leader selama tahun 2019 di
Indonesia dengan angka penjualan mencapai 331.797 Unit. Merek otomotif
buatan Jepang ini memang patut diakui kekuatannya di pasar dunia Otomotif dan
merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Terkenal dengan mesin
yang tangguh, handal dan irit bahan bakar , serta harganya yang terjangkau untuk
perawatan dan suku cadang.
Toyota Astra Motor (TAM) yang merupakan agen tunggal pemegang merek Toyota
menyebutkan bahwa Toyota menjadi mobil paling laris di pasaran dan berhasil
berdiri hingga sampai 347 cabang dealer resmi di Indonesia yang tersebar di
seluruh Indonesia (www.toyota.astra.co.id).
Menurut Kotler dan Keller (2012), komunikasi pemasaran adalah sarana yang
digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan
mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang
produk dan merek yang mereka jual. Ini disebut komunikasi pemasaran terpadu
(IMC). Integrated Marketing Communication (IMC) adalah sebuah strategi bisnis
proses yang digunakan untuk mengembangkan, mengeksekusi, mengevaluasi,
mengukur, suatu program komunikasi brand dalam jangka waktu tertentu kepada
konsumen, pelanggan, karyawan, dan target lainnya baik itu untuk pemirsa
internal maupun eksternal perusahaan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan brand secara finansial baik itu untuk jangka pendek maupun jangka
panjang serta meningkatkan nilai suatu brand (George E.Belch, 2012).
7
1.2 Rumusan Masalah Ada banyak cara dan upaya yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan dan menguatkan kesadaran merek. Seperti halnya Toyota
merupakan salah satu merek otomotif yang cukup besar dan merupakan pesaing
yang cukup kuat bagi kompetitor otomotif merek lainnya. Untuk terus
meningkatkan angka penjualan dan terus bertahan sebagai merek yang kuat,
diperlukan komunikasi pemasaran yang baik yang dapat selalu menjalin hubungan
yang baik bagi perusahaan dan masyarakat.
Oleh karena itu untuk membuktikan pengaruh implementasi IMC kepada
kesadaran konsumen terhadap merek Toyota di Indonesia, peneliti mencoba
untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
“Apakah terdapat pengaruh strategi Integrated Marketing Communication (IMC)
terhadap Brand Image dan keputusan pembelian konsumen mobil di Toyota?”
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
“Untuk mengetahui pengaruh Integrated Marketing Communication (IMC)
terhadap Brand Image dan keputusan pembelian konsumen mobil Toyota”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai bagaimana cara melakukan penelitian dan bagaimana cara
menulisnya dengan baik dan benar. Juga untuk mengetahui bagaimana
8
cara memperlakukan permasalahan yang terkait dengan topik komunikasi
pemasaran (IMC) secara teoritis maupun praktis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi para praktisi.
Sebagai bukti bahwa pentingnya komunikasi pemasaran terpadu terhadap
kesadaran citra merek perusahaan. Dan menjadi bahan evaluasi dan
peningkatan kualitas bagi Dealer Toyota Anzon Tambun di masa depan.
1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain eksplanatori, yang berfokus pada identifikasi pengaruh
penerapan IMC kepada kesadaran konsumen terhadap merek Toyota di Indonesia.
Kuesioner akan digunakan untuk mengumpulkan data oleh peneliti dan akan
dibagikan kepada para pelanggan yang sudah membeli unit mobil Toyota. Juga
mengetahui alasan mereka mengapa memilih membeli mobil merek Toyota dan
aspek apa saja yang mereka pertimbangkan untuk memberikan putusan
pembelian.
1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atau asumsi awal dari suatu
masalah yang sedang diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan
menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh strategi IMC
terhadap loyalitas konsumen mobil Toyota di Indonesia.
9
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Brand Image (Citra Merek) Menurut Kotler (2012) merek adalah nama, istilah symbol, atau desain khusus,
atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual pesaingnya.
Menurut Adapun Kotler dan Armstrong (2014) menyatakan bahwa citra merek
adalah himpunan suatu keyakinan yang dianut tentang suatu merek tertentu yang
dikenal sebagai citra merek. Sedangkan Menurut Buchory (2010) merek adalah
suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau kombinasi dari semuanya,
yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari sekelompok penjual
dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk
pesaing.
Pada dasarnya merek membedakan produk atau jasa sebuah perusahaan dari
produk saingannya. Merek adalah salah satu komponen penting dalam melakukan
bisnis. Dengan adanya merek, konsumen akan dapat lebih mudah
mengidentifikasi suatu produk dari saingan lainnya. Konsumen juga menjadi lebih
percaya dan yakin terhadap produk yang memiliki merek. Maka dari itu, sangatlah
penting bagi perusahaan untuk menciptakan produk yang memiliki merek yang
bercitra baik di masyarakat, serta mampu melindungi dan meningkatkan merek di
pasar.
1.1.1 Faktor Pembentuk Brand Image Schiffman dan Kanuk (dalam Ogi Sulistian, 2011:33) menyebutkan faktor-faktor
pembentuk citra merek sebagai berikut:
1. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa
yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
10
2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau
kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang
dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk
barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.
5. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang
mungkin dialami oleh konsumen.
6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi
suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang.
7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari
produk tertentu.
Untuk itulah pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif
menjadi salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra kuat dan positif, sangatlah
sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang
sudah ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang
tinggi.
1.1.2 Indikator Brand Image
Menurut Ogi Sulistian (2011), ada 3 indikator brand image:
1. Corporate Image (citra pembuat), Yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu
barang atau jasa. Bagi perusahaan manfaat brand adalah:
a. Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri
masalah-masalah yang timbul.
b. Brand memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri
khas produk.
11
c. Brand memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia
dan menguntungkan.
d. Brand membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
2. User Image atau citra pemakai, yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu
barang atau jasa meliputi :
a. Brand dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli mengenai mutu.
b. Brand membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk-produk baru
yang mungkin bermanfaat bagi merek.
3. Product Image (citra produk), Yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa, seperti
mengenai hal berikut:
a. Kualitas produk asli atau palsu.
b. Berkualitas baik.
c. Desain menarik.
d. Bermanfaat bagi konsumen.
Kesimpulannya, brand image (citra merek) adalah kesan atau gambaran suatu
merek yang muncul dibenak pelanggan. Penempatan citra merek pada konsumen
perlu diterapkan secara terus-menerus agar citra merek terbentuk menjadi citra
yang positif dan kuat. Saat sebuah merek memiliki citra yang positif dan kuat di
benak konsumen, merek tersebut akan terus-menerus diingat, menumbuhkan
rasa percaya yang tinggi di mata konsumen, serta kemungkinan tinggi untuk
konsumen akan memberi produk merek tersebut.
1.2 Keputusan Pembelian Menurut Hasan (2013) Keputusan pembelian konsumen adalah studi proses yang
terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau
mengatur produk, jasa, ide ataupun pengalam untuk memuaskan kebutuhan dan
12
keinginan konsumen. Keputusan pembelian merupakan proses ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk
barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Sedangkan menurut Peter-Olson (dalam Mulyadi Nitisusastro, 2012:195)
keputusan pembelian merupakan “proses interaksi antara sikap afektif, sikap
kognitif, sikap behavioral dengan faktor lingkungan dengan mana manusia
melakukan pertukaran dalam semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif
merefleksikan sikap sikap pemahaman, sikap afeketif merefleksikan sikap
keyakinan dan sikap behavioral merefleksikan sikap tindakan nyata. Keputusan
membeli atau tidak membeli merupakan bagian dari unsur yang melekat pada
setiap individu yang disebut behavior, dimana ia merujuk pada tindakan fisik yang
nyata yang dapat dilihat dan dapat diukur oleh orang lain.
1.2.1 Proses Keputusan Pembelian Kegiatan pembelian merupakan suatu rangkaian tindakan fisik maupun mental
yang dialami leh seorang konsumen dalam melakukan pembelian. Dalam
melakukan pembelian, terdapat tahapan-tahapan yang akan menghasilkan suatu
keputusan untuk membeli apun tidak membeli dan setelah melakukan pembelian
konsumen merasa puas atau tidak terhadap barang atau jasa tersebut.
Berikut merupakan lima tahap-tahap dalam proses keputuan pembelian
konsumen menurut Kotler dan Keller (2011) :
13
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan terebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dalam kasus pertama yaitu yang dicetuskan oleh
rangsangan internal, salah satu kebutuhan umum seseorang misalkan haus
mencapai ambang batas ertentu dan mulai menjadi pendorong.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang terangsang akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Dalam hal ini dapat dibagi kedalam dua lvel
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamankan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin akan
lebih aktif mencari informasi seperti mencari informasi bahan bacaan,
menelepon, mengunjungi toko untuk mengetahui detail mengenai produk
tertentu.
3. Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh salah satu konsumen dalam semua situasi pembelian.
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru
yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang
berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Para
konsumen memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan
manfaat yang dicarinya. Pasar produk tertentu sering mendapat
dissegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol bagi kelompok
konsumen yang berbeda-beda. Atau secara sederhana, evaluasi alternatif
adalah sebuah pertimbangan akan suatu barang yang ingin dibeli dengan
alternatif lainnya yang dilakukan oleh para pembeli atau konsumen
sebelum melakukan pembelian.
14
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi merek produk
yang ada dalam kumpulan pilihan mereka. Konsumen juga dapat
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil enam sub-
keputusan yaitu pilihan produk, pilihan merek (merek produk apa yang
akan dipilih), pilihan penyalur (distributor), jumlah pembelian (berapa
banyak produk yang akan dipilih), waktu pemeblian (kapan akan
melakukan pembelian), dan metode pembayaran (keputusan tentang cara
dan prosedur pembelian).
5. Perilaku Pasca Pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli oleh konsumen,
melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian
produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kapuasan atau
ketidakpuasan. Kepuasan konsumen terhadap produk akan
mempengaruhi tingkah laku konsumen berikutnya. Konsumen yang
merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli dalam kesempatan
berikutnya dan akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik
tentang produk yang bersangkutan serta merekomendasikannya kepada
orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian merasa
merbuah sikapnya terhadap merek tersebut menjadi sikap yang negatif,
bahkan mungkin tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk
tersebut.
1.2.2 Indikator Keputusan Pembelian Indikator keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller yang telah dialih
bahasakan oleh Bob Sabran (dalam Aldy Zulyanecha 2013 : 52)) terdapat lima
keptusan pembelian yang dilakukan oleh pembeli, yaitu:
15
1. Pilihan produk: pembeli dapat memutuskan untuk membeli sebuah
produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini
perusahaan harus memutuskan perhatiannya kepada orang-orang
yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka
pertimbangkan.
2. Pilihan merek: Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek
mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan tersendiri.
Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen
memilih semua merek.
3. Pilihan penyalur: Pembeli harus mengambil keputusan penyalut mana
yang akan dikunjungi. Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang
berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor
lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap
dan lain-lain
4. Waktu penbelian: Keputusan pembeli dalam pemilihan waktu berbeda-
beda, misalnya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan lain-lain.
5. Jumlah pembelian: Pembeli dapat mengambil keputusan mengenai
berapa banyak produk yang akan dibelinya. Dalam hal ini perusahaan
harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan
yang berbeda-beda dari para pembeli.
6. Metode pembayaran: Konsumen dapat mengambil keputusan tentang
metode pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan
keputusan menggunakan produk atau jasa. Saat in keputusan
pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh aspek budaya, lingkungan,
dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh teknologi
yang digunakan dalam transaksi pembelian.
16
1.3 Integrated Marketing Communication (IMC)
1.3.1 Definisi Integrated Marketing Communication (IMC) Komunikasi Pemasaran Terpadu sering disebut dengan Integrated Marketing
Communication (IMC) merupakan sebuah proses strategi bisnis dalam mengelola
hubungan dengan konsumen yang intinya untuk menggerakkan brand value.
Menurut Terence A Shimp (2010), IMC menjadi salah satu konsep yang semakin
banyak diterima di dalam dunia pemasaran. Istilah Integrated Marketing
Communication (IMC) merupakan pengembangan dari istilah promosi. Kata
“promosi” berkonotasi arus informasi satu arah, sedangkan Integrated Marketing
Communication lebih menekankan pada interaksi dua arah. Konsekuensinya,
promosi dipersepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat massal,
sedangkan Integrated Marketing Communication (IMC) lebih bersifat personal
atau individual.
IMC merupakan konsep yang berkembang di tahun 1980an ini didefinisikan oleh
Schultz dalam Diwati & Santoso (2015) mengatakan IMC adalah proses
pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif
dengan pelanggan dan prospek dari waktu ke waktu. Tujuan IMC untuk
mempengaruhi atau langsung mempengaruhi perilaku khalayak komunikasi yang
dipilih.
Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Publicity and Public
Relations Agencies dalam Diwati & Santoso (2015) adalah sebuah konsep
perencanaan komunikasi pemasarana yang memberikan nilai tambah terhadap
suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi terhadap
peran strategis dari bermacam ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk
menghasilkan keakuratan, konsistensi dan efek komunikasi secara maksimal
melalui integrasi dan pesan-pesan yang terpisah.
17
Dilain kesempatan Shimp (2010) mendefinisikan Integrated Marketing
Communication adalah proses yang melibatkan manajemen dan pengorganisasian
semua divisi perusahaan dalam menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan dari semua elemen komunikasi pemasaran, media, pesan dan alat
promosi yang berfokus pada target konsumen terpilih untuk mendapatkan
peningkatan penjualan dan komunikasi pemasaran dalam mencapai tujuan
komunikasi pemasaran produk yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dalam
pengertian yang paling sederhana, Integrated Marketing Communication dapat
didefinisikan sebagai proses pengelolaan integrasi semua kegiatan komunikasi
pemasaran kepada konsumen yang dituju untuk mencapai peningkatan ukuitas
merek.
Gambar 1 Lingkup pembahasan Komunikasi Pemasaran Terpadu
Sumber : Belch (2009).
Kotler & Armstrong (2018), menyatakan bahwa komunikasi pemasaran terpadu
(Integrated Marketing Communications) yang biasa disebut bauran promosi
Marketing Mix sebuah perusahaan terdiri dari perpaduan khusus antara
pemasangan iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat,
dan pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-
tujuan pemasangan iklan dan pemasaran.
18
1.3.2 Elemen Integrated Marketing Communication (IMC) Untuk dapat mencapai tujuan komunikasi, perusahaan dapat menggunakan
sebuah alat bantu yang disebut promotion mix (Belch & Belch, 2009). Adapun
beberapa elemen yang terdapat di dalam promotion mix ini adalah sebagai
berikut:
a) Advertising
Adalah segala bentuk komunikasi non-personal melalui berbagai media
massa seperti TV, radio, majalah dan koran mengenai informasi tentang
perusahaan, produk dan jasa atau ide sebuah sponsor yang dikenal. Elemen
komunikasi ini paling banyak digunakan pemasar karena dapat menjangkau
target audience dalam jumlah yang lebih besar daripada elemen-elemen lain.
Selain itu, advertising juga dapat membangun ekuitas merek dengan
menciptakan brand image dan brand association melalui eksekusi iklan ke
dalam benak konsumen.
b) Direct Marketing
Merupakan sebuah strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
secara langsung kepada konsumennya. Umumnya strategi pemasaran ini
dilakukan dengan cara mengirimkan direct mail, melakukan telemarketing
dan direct selling kepada konsumen yang dituju. Untuk dapat melakukan
hubungan secara langsung dengan para kon sumen potensialnya maka
perusahaan mengelola data based konsumen.
19
c) Interactive/ Internet Marketing
Strategi pemasaran yang dilakukan secara interaktif melalui CD-ROMs,
handphone digital, TV interaktif dan lain sebagainya atau secara online
menggunakan jaringan internet untuk mengkomunikasikan produk dan
jasanya. Melalui strategi ini, perusahaan dan konsumen dapat melakukan
komunikasi 2 arah langsung secara real-time.
d) Sales Promotion
Strategi pemasaran yang dilakukan dengan cara memberikan nilai incentive
kepada tim penjualan, distributor, atau konsumennya secara langsung untuk
mendorong penjualan dengan cepat. Sales promotion yang dilakukan kepada
konsumen biasanya dengan membagikan sample produk, kupon dan lain
sebagainya untuk mendorong konsumen agar langsung melakukan
pembelian. Sedangkan sales promotion yang dilakukan kepada distributor
dan pedagang dilakukan dalam bentuk kontes penjualan, pemberian harga
khusus, penyediaan merchandising dan masih banyak lagi bentuk lainnya.
e) Publicity / Public Relations
Sama halnya dengan advertising, publikasi / public relations adalah
komunikasi non-personal melalui berbagai media massa seperti TV, radio,
majalah dan koran mengenai perusahaan, produk, jasa atau sponsor acara
yang didanai langsung atau tidak langsung yang dilakukan dalam bentuk
news release, press conference, artikel, film dan lain-lain. Bedanya dengan
20
advertising adalah, untuk masuk ke jaringan media massa perusahaan tidak
mengeluarkan dana khusus melainkan menyediakan berita seputar produk
dan jasa, melakukan event atau strategi lain yang menarik untuk diliput atau
dipublikasikan oleh media massa. Sedangkan public relation adalah fungsi
manajemen yang dilakukan untuk mengevaluasi perilaku publik,
mengedentifikasi kebijakan dan prosedur individu atau organisasi terhadap
public interest, serta mengeksekusi sebuah program untuk dapat diterima
dan dipahami oleh publik. Tujuan utama melakukan public relation adalah
untuk menciptakan dan mengelola image positif perusahaan di mata publik
yang biasanya dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan dana,
mensponsori acara khusus, berpartisipasi dalam sebuah komunitas dan
masih banyak lagi yang lainnya.
f) Personal Selling
Adalah strategi komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh pihak
penjual untuk meyakinkan pembeli potensial membeli produk atau jasa yang
ditawarkan. Melalui strategi komunikasi ini, penjual dapat memodifikasi
pesan komunikasi agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
serta mendapatkan feedback langsung dari konsumennya.
1.3.3 Ciri-ciri Integrated Marketing Communication (IMC) Dalam bukunya Terence A. Shimp (2010:24) IMC yang ditujukan guna untuk
mempengaruhi perilaku khalayak sasarannya, memiliki lima ciri dari komunikasi
pemasaran terpadu. Diantaranya yaitu :
21
1. Mempengaruhi perilaku
Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi perilaku khalayak sasarannya,
hal ini berarti komunikasi pemasaran harus melakukan lebih dari
sekedar mempengaruhi kesadaran merek tetapi juga harus dapat
memperbaiki perilaku konsumen terhadap merek.
2. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan
Proses ini diawali dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian
berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang
paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi.
3. Menggunakan seluruh bentuk kontak
IMC menggunakan seluruh bentuk komunikasi atau kontak yang
menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan mereka,
sebagai jalur penyampaian pesan yang potensial.
4. Menciptakan Sinergi
Semua elemen komunikasi IMC harus berbicara dengan satu suara,
berkordinasi merupakan hal yang amat sangat penting untuk
menghasilkan citra merek yang kuat dan utuh, serta dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan aksi.
5. Menjalin hubungan
Kepercayaan bahwa komunikasi pemasaran yang sukses
membutuhkan terjalinnya hubungan antara merek dan pelanggan yang
baik, pembinaan hubungan adalah kunci dari kesuksesahan IMC. Suatu
hubungan merupakan suatu pengait yang tahan lama antara merek
dan konsumen, ia membangkitkan pembelian yang berulang bahkan
loyalitas terhadap merek.
22
1.3.4 Bauran Integrated Marketing Communication (IMC) Bauran komunikasi pemasaran, menurut Kotller dan Amstrong (20018:424)
merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu :
1. Iklan (advertising): Setiap bentuk terbayar dari presentasi non pribadi dan
promosi ide, barang atau jasa melalui sponsor tertentu.
2. Promosi Penjualan (sales promotion): Insentif jangka pendek untuk
mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa.
3. Hubungan masyarakat (public relation): Membangun hubungan baik
dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan,
memebangun citra perusahaan yang baik, dan menangani rumor, berita,
dan kejadian yang tidak menyenangkan.
4. Penjualan pribadi (personal selling) : presentasi pribadi oleh wiraniaga
perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun
hubungan pelanggan.
5. Pemasaran langsung (direct marketing): Hubungan langsung dengan
konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memeperoleh
respon segera dan memebangun hubungan pelanggan yang
langgeng²penggunaan surat langsung, telepon, televisi respon langsung, e-
mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung
dengan konsumen tertentu.
1.3.5 Kajian Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini peneliti mencari informasi dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang bertujuan untuk menjadi bahan perbandingan, baik mengenai
kelebihan maupun kekurangan yang sudah ada pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Pada bagian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
mempunyai kedekatan dalam ruang lingkup dan beberapa variabel-variabel pada
penelitiannya dengan penelitian yang dilakukan ini.
23
Penelitian pertama oleh Ismail Matondang (2009) yang berjudul “Strategi
Komunikasi Pemasaran Terpadu Sepeda Motor Yamaha dan Tindakan Membeli
(Studi Kasus Strategi IMC Pemasaran Sepeda Motor Yamaha Terhadap Daya Beli
Konsumen PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Medan)”. Penelitian ini membahas
tentang daya tarik komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha, untuk
mengetahui daya beli konsumen terhadap produk Yamaha dan sejauh mana
strategi komunikasi pemasaran Yamaha dalam mempengaruhi tindakan beli
konsumen. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitiannya adalah metode
korelasional yaitu suatu metode yang digunakan guna meneliti seberapa jauh
variasi pada suatu variabel yang berhubungan dengan variavel lain. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara strategi komunikasi
IMC sepeda motor Yamaha dengan daya beli pada konsumen PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi Medan.
Penelitian kedua oleh Sawitri (2010) yang berjudul “Strategi IMC Combi Kid Fruit
and Veggie Dalam Membentuk Brand Awareness Masyarakat”. Penelitian ini
bertujuan guna memperoleh gambaran tentang strategi komunikasi pemasaran
yang dilakukan oleh Combi Kid Fruit and Veggie dalam membentuk Brand
Awareness masyarakat, mengetahui strategi IMC yang dilakukan dan mengetahui
kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran.
Metode yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah metode
Deskripsi Kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan strategi yang dilakukan adalah
dengan menonjolkan perbedaan atau keunggulan dari produk yang terletak pada
bentuk Combi Kid Fruit and Veggie yang unik seperti gummy atau jelly. Kemudian
melakukan komunikasi pemasaran yang berbentuk event atau bazar selama 3
bulan yang didalamnya terdiri dari personal selling, advertising, sales promotion,
publicities media, serta point of purchase. Dan ditemukannya pengaruh dari
strategi komunikasi pemasaran terhadap Brand Awareness Combi Kid Fruit and
Veggie
24
1.4 Toyota Toyota merupakan merek dagang dari perusahaan otomotif mobil yang
dikeluarkan oleh perusahaan Toyota Astra Motor. Menurut data dari Gaikindo
2019, PT Toyota Astra Motor merupakan perusahaan manufaktur kendaraan niaga
dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia, kiprahnya
di dunia otomotif Indonesia merupakan yang terbaik dalam penjualan mobil di
Indonesia, baik penjualan kendaraan impor (CBU; Completed Bilt Up) maupun
kendaraan rakitan dalam negeri (CKD; Completed Knoked Down) dan begitu juga
dengan kegiatan ekspor komponen CKD dan CBU buatan Karawang-Indonesia.
Toyota adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Perusahaan yang
bermarkas di Tokyo (Jepang) ini didirikan pada 28 Agustus 1937, 83 tahun lalu.
Pendirinya adalah Kiichiro Toyoda, anak tertua dari Sakichi Toyoda sang pencetus
industri Toyota yang semula membuat mesin jahit pada awal 1900-an (Gaikindo,
2019).
1.4.1 Company Profile
Gambar 2 Logo Toyota
Dikutip dari toyota.astra.co.id cikal bakal Toyota di Indonesia dimulai dengan
pendirian PT. Toyota-Astra Motor pada tanggal 12 April 1971. Saat itu TAM
bergerak sebagai importer dan distributor kendaraan merek Toyota, sekaligus
mengembangkan jaringan penjualan dengan menunjuk 5 main dealer. TAM sendiri
terdiri dari 2 pemegang saham yaitu 50% milik PT. Astra International Tbk dan 50%
25
milik Toyota Motor Corporation dengan pabrik yang berada di 2 titik yaitu di
Sunter Plant dan Karawang Plant. Karawang Plant adalah salah satu pabrik
otomotif milik Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang berlokasi di Karawang
International Industrial City (KIIC), TelukJambe, Jawa Barat. Karawang Plant
dibangun pada 29 Mei 1996 dengan nilai investasi sebesar Rp. 462,2 miliar.
Walaupun mulai beroperasi pada tahun 1998, namun Karawang Plant baru
diresmikan pada tahun 2000. Pada saat ini, Karawang Plant memiliki kapasitas
produksi 100.000 unit mobil per tahun.
Keseriusan PT Toyota Astra Motor (TAM) dalam memberikan pelayanan
terbaiknya memang bukan hal yang main main, terhitung sampai dengan tahun ini
PT Toyota Astra Motor (TAM) sudah eksis selama 49 tahun di dunia otomotif
Indonesia. Dan sampai pada akhir tahun 2019, PT Toyota Astra Motor (TAM)
menjabarkan sejumlah pencapaian dari penjualan produk-produknya. Mulai dari
Avanza, Rush, sampai line-up kendaraan hibrida. Henry Tanoto, Vice President
Director TAM, menjelaskan sepanjang 2019 Toyota berhasil menaikkan sejumlah
pencapai. Termasuk dari market share yang meningkat 1,5 persen dari tahun lalu.
Pencapaian ini menurut Henry tak lepas dari beberapa kesukseskan jajaran produk
yang dipasarkan, salah satunya Avanza. Sejak versi minor change-nya diluncurkan
pada awal 2019 ternyata sambutannya cukup tinggi. Situasi ini dibuktikan dengan
terkereknya market share Avanza dari 28 persen menjadi 34 persen. Henry
mengklaim hal tersebut tak lepas dari stategi yang diterapkan, yakni memberikan
nilai lebih melalui desain yang fresh serta menerapkan strategi harga yang bisa
diterima masyarakat.
Terbukti, melansir data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia (GAIKINDO) pada 28 Juli 2019 ini disebut sukses menarik perhatian para
calon pembeli dan berhasil mencapai angka penjualan tertinggi.
Berdasar informasi dari Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM),
Fransiscus Soerjopranoto angka Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) yang
dicatatkan selama 11 hari pameran mencapai 6.128 unit. Pencapaian ini naik
26
sekitar dua persen dibanding GIIAS tahun lalu, saat itu 6.022 SPK tercatat. Model-
model yang masih menjadi penolong penjualan Toyota di GIIAS 2019 merupakan
MPV. Di posisi ke dua ada Kijang Innova yang sukses terjual sebanyak 1.091 unit.
Di posisi ke tiga ada Toyota Rush yang terjual sebanyak 1.046 unit. Di posisi ke
empat ada Toyota Calya dengan catatan penjualan mencapai 1.022 unit, dan
terakhir ada Toyota Fortuner yang terjual sebanyak 618 unit. Hal ini membuktikan
bahwa Toyota masih menjadi merek yang paling diminati di Indonesia.
1.5 Pengaruh Strategi Integrated Marketing Communication (IMC)
terhadap Brand Image Menurut Danibrata (2011: 21) menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran sangat
terkait erat dengan citra perusahaan, dimana citra perusahaan adalah citra yang
diberikan oleh perusahaan dengan berdasarkan kepada seberapa baik posisi
perusahaan yang dibangun. Melihat bahwa pentingnya brand image untuk
menancapkan brand image yang kuat dibenak konsumen, dibutuhkan strategi
marketing communication program yang tepat dan terarah.
Konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan komunikasi ini, IMC berusaha
untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan pesan negatif dari suatu
brand, dengan strategi menciptakan dan menyokong brand relationship. Untuk
membangun hubungan jangka panjang, strategi IMC juga digunakan untuk
membangun dan memperkuat brand. Hal ini berkaitan erat dengan ekuitas suatu
merek, dimana merek yang mempunyai ekuitas yang kuat merupakan merek yang
mampu bertahan, bersaing, dan menjadi penguasa di persaingan pasar yang ketat.
Semakin kuat ekuitas suatu merek, semakin kuat pula daya tariknya di mata
konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut secara setia. Salah satu elemen
pembentuk ekuitas merek adalah asosiasi merek, suatu merek akan memiliki
ekuitas merek yang kuat apabila memiliki asosiasi yang positif pada konsumennya.
Penelitian yang dilakukan Wahyu Adhi Nugroho (2013) pengaruh strategi antara
komunikasi pemasaran terpadu dengan Asosiasi merek pada konsumen minuman
27
isotonik Pocari Sweat ditemukan adanya pengaruh antara komunikasi pemasaran
terpadu dengan asosiasi merek pada konsumen produk minuman isotonik Pocari
Sweat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Terdapat
pengaruh yang kuat antara strategi komunikasi pemasaran terpadu terhadap
asosiasi merek pada konsumen produk minuman isotonik Pocari Sweat di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, dimana semakin baik strategi
Integrated Marketing Communication yang diterapkan maka akan semakin baik
pula asosiasi merek di benak konsumen.
1.6 Pengaruh Strategi Integrated Marketing Communication (IMC)
terhadap Keputusan Pembelian Menurut Schiffman, Kanuk (2014:547), Strategi Integrated Marketing
Communication dengan keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa ketika seseorang
dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan
untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan
keputusan tersebut itu dilakukan. Sedangkan teori menurut Fandy Tjiptono
(2008), juga menyatakan bahwa strategi Integrated Marketing Communication
merupakan fungsi manajemen yang dapat mengevaluasi sikap publik,
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi demi kepentingan publik, dan
melaksanakan program aksi dan komunikasi untuk membentuk pemahaman
publik, sehingga strategi yang digunakan dapat mempengaruhi keputusan
pembelian publik.
Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sanny Ekawati (2015) yang
berjudul Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Planet Popcorn Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Tarumanagara Jakarta yang menyatakan bahwa strategi IMC memberikan
pengaruh terhadap keputusan pembelian para konsumen dan calon konsumen.
28
BAB 2
METODE
2.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain eksplanatori, yang berfokus pada identifikasi pengaruh
penerapan IMC kepada kesadaran konsumen terhadap merek Toyota di Indonesia.
Menurut Sugiyono (2013 ; 199 ) metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivisme.parad Metode ini
sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah
yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan teknik survei
melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner akan digunakan untuk mengumpulkan
data oleh peneliti dan akan dibagikan kepada para pelanggan yang sudah membeli
unit mobil Toyota. Juga mengetahui alasan mereka mengapa memilih membeli
mobil merek Toyota dan aspek apa saja yang mereka pertimbangkan untuk
memberikan putusan pembelian. Menurut Sugiyono (2013 ; 199 ) kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Penyebaran kuesioner yang berfokus kepada para pelanggan
yang sudah membeli unit mobil Toyota.
29
2.2 Paradigma Penelitian Menurut Sugiyono (2011), Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
para penganut dan praktisinya, paradigma menunjukkan pada mereka apa yang
penting, absah dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan
kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan
pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang. Sedangkan menurut
Moleong (2012), paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi,
berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus
tentang realitas. Berdasarkan pengertian-pengertian paradigma penelitian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan akar bagi
peneliti untuk mengkondisikan kerangka berpikirnya dalam melakukan penelitian
terhadap masalah penelitiannya. Kerangka berpikir tersebut kemudian akan
menuntun peneliti menuju konsep teori apa yang akan digunakan, pendekatan,
metode, teknik, dan langkah-langkah analisis penelitian selanjutnya sehingga
berkesinambungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian paradigma penelitian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan penyelesaian masalah
penelitian pada tahap awal ditentukan dari paradigma peneliti. Paradigma
merupakan suatu cara pandang, cara memahami, cara menginterpretasi suatu
kerangka berfikir, dasar keyakinan yang memberikan arahan pada tindakan.
Dalam penyelesaian masalah, peneliti diharuskan melihat dari sudut pandang
yang mampu dilakukan oleh peneliti tersebut. Penelitian ilmiah merupakan proses
sistematis yang dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu yang bersifat
tetap dan benar. Peneliti mengumpulkan data dan akan menganalisa dari awal
penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahap-tahap berikutnya yaitu
tahap perumusan masalah, telaah teoretis, verifikasi data, dan kesimpulan.
30
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian positivisme, untuk menemukan
atau memperoleh konfirmasi tentang hubungan sebab akibat yang biasa
dipergunakan untuk memprediksi pola-pola umum suatu gejala sosial manusia
(Lawrence Neuman, 2003). Paradigma positivis merupakan pandangan yang
didalamnya terdapat realitas objektif sebagai realitas eksternal di luar peneliti
dimana peneliti harus menjaga jarak dengan objek penelitian, termasuk dalam hal
nilai, etika, dan pilihan moral. Penilaian subjektif dan bias pribadi harus bisa
dipisahkan dari temuan penelitian. Penelitian ini menggunakan kerangka deduktif,
dimulai dari pembentukan kerangka teori, lalu membuat hipotesis sebagai
jawaban tentatif bagi masalah penelitian yang akan diuji lebih lanjut melalui
perangkat metodologi tertentu. Melalui penelitian empiris, hipotesis-hipotesis itu
akan diuji kebenarannya. Bila teruji kebenarannya, maka hipotesis tersebut diakui
sebagai fakta. Dengan adanya fakta-fakta baru, teori yang dipakai dalam penelitian
dapat disempurnakan (Ulber Silalahi, 2009).
2.3 Kerangka Teoritis
Gambar 3 Kerangka Teoritis
Sumber: peneliti 2021
31
Sumber: Kotler & Keller, 2009
2.4 Pendekatan Kuantitatif Pengertian penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2013), adalah data yang
berbentuk angka, atau data kuantitatif yang diangkakan atau scoring. Sedangkan
Menurut Amiruddin (2010), kuantitaif adalah penelitian yang dilakukan dengan
pengumpulan data dan menggunakan daftar pertanyaaan berstruktur angket yang
disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian
menghasilkan data kuantitatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian
kuantitatif peneliti berangkat dari sebuah teori, menguji teori tersebut, menuju
data dalam bentuk angka kemudian menentuan sebuah penerimaan atau
penolakan dari teori yang telah diuji kebenarannya. Penelitian kuantitatif
bertumpuan kuat pada pengumpulan data. Data yang dimaksud berupa data-data
angka hasil pengukuran. Sehingga dalam penelitian ini statistik memegang peran
sangat penting sebagai alat untuk menganalisis jawaban suatu masalah.
Pola penelitian yang digunakan penulis untuk menyusun skripsi ini adalah pola
penelitian kuantitatif dan penelitian deskriptif :
32
1. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2013) adalah metode penelitian
yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat potivisme, digunakan untuk penelitian pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilam sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
2. Penelitian Deskriptif
Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2013) adalah metode
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku umum.
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 4 Kerangka Konsep
H1
H2
Integrated Marketing Communication (IMC)
X1
Brand Image (Y1)
Keputusan Pembelian
(Y2)
33
2.6 Hipotesis Ho1 = Tidak adanya Pengaruh dari IMC terhadap Brand Image di Toyota
Ha1 = Adanya Pengaruh dari IMC terhadap Brand Image di Toyota
Ho2 = Tidak adanya Pengaruh dari IMC terhadap Keputusan Pembelian di
Toyota
Ha2 = Adanya Pengaruh dari IMC terhadap Keputusan Pembelian di Toyota
2.7 Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu independen variable (variabel bebas)
dan dependen variable (variabel terikat). Menurut Narbuko & Achmadi (2012)
variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Dengan demikian, dalam penelitian ini menggunakan 2
jenis variabel yaitu :
1. Variabel Bebas / Independen Variable (X) pada penelitian ini adalah
Integrated Marketing Communication (IMC) yaitu kondisi atau
karakteristik yang dimanipulasi oleh peneliti dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Fungsi
variabel ini sering disebut sebagai variabel pengaruh, karena berfungsi
mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh pada variabel
lain (Narbuko & Achmadi, 2012). Variabel independent dalam penelitian
ini adalah integrated marketing communication. Dalam bahasa Indonesia
sering di sebut variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi perubahannya atau timbulnya variabel terkait
(Sugiyono, 2012:61).
Berdasarkan objek penelitian diatas, maka akan dianalisis beberapa hal,
pertama mengenai gambaran integrated marketing communication
terhadap brand image Toyota, kedua gambaran Integrated Marketing
Communication pada keputusan pembelian konsumen Toyota.
34
2. Variabel Terikat / Dependent Variable (Y) pada penelitian ini adalah Brand
Image (Y1) dan Keptusan Pembelian (Y2), yaitu kondisi atau karakteristik
yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, mengubah
atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi
oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi
atau variabel terpengaruhi (Narbuko & Achmadi, 2012)
a. Variabel bebas
- Integrated Marketing Communication (X1)
b. Variabel terikat
- Brand Image (Y1)
- Keptusan Pembelian (Y2)
Pengukuran yang digunakan pada kuesioner penelitian ini menggunakan Skala
Likert dengan lima poin dengan pilihan jawaban, yakni SS (Sangat Sutuju), S
(Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skala Likert adalah
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2013). Metode yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuesioner. Menurut Narbuko & Achmadi (2012) metode
kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab untuk diselidiki),
terutama pada penelitian survey.
Alat untuk pengumpulan data adalah menggunakan angket (questionnaire).
Menurut Sugiyono (2013) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
35
2.8 Instrumen Blue-Print Dalam penelitian ini peneliti menggunakan blue-print untuk menjadi pedoman
pembuatan alat ukur. Skala persepsi menggunakan handphone ini dibuat
berdasarkan indikator yang ada. Indikator ini telah digunakan dalam penelitian-
penelitian terdahulu, sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3 Blue Print
Variabel (s) Definisi Indikator Item Skala
Integrated Marketing
Communication(IMC) (X1)
Menurut Kotler dan Keller (2008:17) Komunikasi pemasaran (IMC) adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual
a. Advertising
b. Promosi
Penjualan
c. Penjualan
Personal
d. Direct
Marketing
e. Public
Relation
Interval
Brand Image (Y1)
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) Citra merek atau Brang Image adalah sekumpulan asosiasi mengenai suatu merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen
a. Keunikan Brand b. Kekuatan Brand c. Brand Familiarity
Interval
Menurut Tjiptono (2012) keputusan pembelian adalah sebuah proses
36
Keputusan Pembelian
(Y2)
dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi secara baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.
a. Kemantapan
pada sebuah
produk
b. Kebiasaan dalam membeli produk
c. Memberikan rekomendasi kepada orang lain
d. Melakukan pembelian ulang
Interval
2.9 Responden Selection
2.6.1 Populasi Menurut Sugiyono (2013) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang dikhususkan untuk
para konsumen maupun calon konsumen toyota yang memiliki rencana pembelian
unit mobil toyota ataupun konsumen yang memikiri rencana melakukan
pembelian kedua maupun berulang.
2.6.2 Sampel Menurut Sugiyono (2013), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini peneliti mengkhususkan
kepada konsumen yang sudah memilih dan membeli mobil Toyota di Cikarang
dengan anggapan bahwa mobil merupakan suatu barang mahal yang dimana
setiap orang membutuhkan pertimbangan matang dalam menjatuhkan
37
keputusannya terhadap produk yang akan dipilih. Dalam penelitian ini peneliti
melalukan riset dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Konsumen yang sudah membeli mobil Toyota atau berencana membeli
mobil Toyota
2. Usia 21 Tahun sampai dengan Usia 50 Tahun
2.6.1 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2013), Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat bebagai teknik sampling yang digunakan. Pada bagaian ini peneliti
menggunakan sample rondom sampling yaitu, pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak dengan strata yang sudah ditentukan dalam
pemilihan populasi.
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan menggunakan 50 sample
responden dengan hasil data sebagai berikut :
Variabel Cronbach’s Alpha N of items Remarks
Integrated Marketing .947 10 RELIABLE
Brand Image .850 5 RELIABLE
Keputusan Pembelian .957 10 RELIABLE
38
Pada uji validitas dan reabilitas ini menggunakan 50 responden, responden ini
berbeda dengan responden sesungguhnya ketika melakukan uji hipotesis atau
field study.
2.10 Pengumpulan Data Mengingat kondisi yang terjadi saat ini dimana pandemi Covid-19 menghalangi
kita semua untuk beraktivitas diluar ruangan, demi keamanan dan kenyamanan
peneliti dan responden, maka peneliti akan melakukan penelitian menggunakan
kuesioner yang akan dibuat dalam google form dan disebarkan kepada para
responden secara online. Menurut Sugiyono (2013), kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Jenis pertanyaan
yang akan diberikan oleh peneliti kepada para responden menggunakan jenis
pertanyaan tertutup, dimana pertanyaan yang diajukan sudah dilengkapi dengan
pilihan jawaban yang dapat di pilih oleh para responden. Alasan mengapa peneliti
memilih jenis pertanyaan tertutup adalah karena jenis pertanyaan tertutup sering
digunakan oleh peneliti-peneliti lain dikarenakan lebih praktis dan mudah bagi
para responden, terlebih hal ini dapat memudahkan peneliti untuk mengolah hasil
data yang sudah didapatkan.
Dalam kuesioner yang diajukan akan terdapat 3 bagian yang harus di isi dan
dilengkapi oleh para responden, ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut :
- Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memuat
informasi apakah responden memenuhi syarat untuk penelitian ini.
- Bagian kedua berisikan pertanyaan data diri lengkap responden untuk
mengetahui responden tersebut sesuai dengan kategori populasi yang
sudah ditentukan atau tidak.
- Bagian ketiga berisikan pertanyaan-pertanyaan lengkap mengenai
penelitian ini.
39
2.11 Data Analisis Dalam penelitian kuantitatif yang digunakan peneliti, analisis data adalah kegiatan
setelah seluruh data dari seluruh responden atau sumber data yang sudah
terkumpul. Menurut Sugiyono (2013), kegiatan analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Untuk menganalisis data yang sudah didapatkan, peneliti menggunakan dua
program statistik untuk mengolah data yaitu Microsoft Excel dan Paket Statistik
untuk Ilmu Sosial (SPSS). Pada penelitian ini menggunakan alat statistik berupa
Kuesioner, Uji regresi sederhana, dan Uji T. Microsoft Excel digunakan untuk
menyusun kuesioner dan mengubahnya kedalam sebuah tabel. Sedangkan untuk
program SPSS versi 25.0 digunakan untuk menganalisis hasil dari kuesioner.
2.11.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan riset yang sebenarnya, riset ini perlu dilakukan uji coba
Validitas dan Reabilitas terlebih dahulu, karena validitas merupakan bagian
penting yang dalam sebuah riset yang harus dilewati untuk mendapatkan skala
atau hasil yang valid. Menurut Saifuddin Azwar (2017), validitas atau validasi
adalah cara untuk mengetahui keakuratan skala ditinjau dari tujuan ukurnya.
Instrumen yang digunakan merupakan tata cara pengumpulan data dalam riset
dan harus melewati proses uji coba terlebih dahulu kepada responden yang sudah
ditetapkan untuk menguji validitasnya. Dalam uji coba ini peneliti akan
menyebarkan kuesioner kepada para responden yang berjumlah 30 orang.
40
Menurut Tulus Winarsunu (2006), Kriteria pengujian validitas menggunakan
product moment, sebagai berikut:
1) Jika rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid.
2) Jika rhitung < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak valid
Setelah kuesioner diuji kevaliditasannya maka setelah itu akan dilakukan uji
reliabilitas. Menurut Syofian Siregar (2014), uji reliabilitas adalah cara untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran terhadap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang
sama pula.
Uji reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Cronbach's Alpha dengan bantuan program SPSS. Menurut Husaini Usman dan
Purnomo Setiady Akbar (2012), Kriteria pengujian validitas menggunakan
Cronbach's Alpha yaitu sebagai berikut:
1) Instrumen dikatakan reliabel bila nilai Cronbach's Alpha > 0,80.
2) Instrumen dapat dikatakan tidak reliabel apabila nilai Cronbach's Alpha
< 0,80.29
2.11.2 Uji Asumsi Klasik
Menurut Ansofino (2016), uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang wajib
dipenuhi pada analisis regresi linier berganda. Tidak terdapat syarat yang pasti
tentang urutan uji mana dulu yang wajib dipenuhi. Pemenuhan asumsi klasik
dimaksudkan agar dalam pengerjaan model regresi tidak menciptakan masalah-
masalah statistik. Tidak hanya itu, model regresi yang dihasilkan bisa memenuhi
standar statistik sehingga parameter yang diperoleh logis serta masuk akal.
Menurut Hasan (2001), dalam pemakaian regresi, ada beberapa anggapan dasar.
Asumsi dasar pula diketahui bagaikan asumsi klasik. Dengan terpenuhinya asumsi
klasik, hingga hasil yang diperoleh bisa lebih akurat serta mendekati ataupun sama
dengan realitas.
41
Menurut Russo (2003) dan Dancey & Reidy (2011), pada umumnya uji normalitas
seringkali dijadikan sebagai landasan penentu analisis statistika yang digunakan
apakah mengikuti alur parametrik - jika uji normalitas membuktikan bahwa
sebaran data mengikuti sebaran kurva normal - ataupun alur non parametrik, jika
hasil uji tidak mengikuti sebaran kurva normal. Pada dasarnya pernyataan
tersebut tidak sepenuhnya tepat. Uji Normalitas hanya salah satu uji sebaran yang
memang bisa menentukan pilihan alur parametrik atau non parametrik, tetapi
bukan satu satunya uji penentu. Terdapat uji lainnya seperti Uji
Heteroskedastisitas, yang juga dapat dijadikan landasan penentu alur Parametrik
atau non parametrik.
Jika uji Heteroskedastisitas hasilnya tidak terdapat gejala Heteroskedastisitas,
maka hal tersebut cukup kuat dijadikan landasan penentu alur parametrik
menggantikan fungsi dari uji normalitas. Berdasarkan pernyataan Russo (2003)
dan Dancey & Reidy (2011), maka peneliti melakukan uji Heteroskedastisitas untuk
menggantikan fungsi uji normalitas untuk menggunakan alur statistika parametrik
beserta uji hipotesis parametrik menggunakan analisis regresi sederhana.
2.11.3 Uji Normalitas
Syofian Siregar (2014), mengatakan bahwa uji normalitas perlu dilakukan agar
peneliti dapat mengetahui bentuk distribusi data tersebut berdistribusi normal
atau berdistribusi tidak normal. Jenis uji normalitas data yang digunakan yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov Z dengan bantuan program SPSS. Menurut Syofian Siregar
(2014) Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Jika probabilitas (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima atau data berdistribusi
normal.
2) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak atau data berdistribusi
tidak normal.
42
2.11.4 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Irwan Gani dan Siti Amalia (2018), uji Heteroskedastisitas merupakan
keadaan dimana varian dari nilai sisa merupakan tidak sama (unequal) antara satu
pengamatan satu dengan pengamatan lainnya. Bila varian serta nilai sisa sama(
equal) antara satu observer dengan observer yang lain, hingga keadaan ini disebut
dengan keadaan homoskedastisitas. Regresi yang baik merupakan regresi yang
terletak dalam posisi homoskedastisitas serta bukan kondisi heteroskedastisitas.
Variabel dinyatakan dalam posisi tidak terjadi heteroskedastisitas bila penyebaran
titik- titik observer di atas serta atau di dasar angka nol pada sumbu Y menuju
kepada satu pola yang tidak jelas
2.11.5 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk dapat
menciptakan sesuatu keputusan, dimana hasil keputusan tersebut bisa berupa
menerima ataupun menolak hipotesis tersebut. Keputusan dalam pengujian
hipotesis tidak sepenuhnya benar ataupun salah ataupun keputusan yang memiliki
ketidakpastian.
2.11.6 T-test
Uji Statistik T pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
dependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05 (Imam
Ghozali, 2018).
Sedangkan menurut Sugiyono (2018; 223) Uji t merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui
korelasi dari kedua variabel yang diteliti.
43
Untuk menguji pengaruh dari variabel masing-masing variabel bebas secara parsial
atau untuk mengetahui variabel mana yang lebih mempengaruhi pengaruh
ekuitas merek digunakan uji-t, dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai
berikut:
1. Jika signifikan yang akan digunakan adalah 0,05 dengan kriteria jika
thitung < ttabel maka ada pengaruh yang signifikan variabel X terhadap
variabel Y
2. Jika thitung > ttabel
Maka tidak ada ada pengaruh yang signifikan variabel X terhadap
variabel Y
2.12 Kuesioner
2.12.1 Kuesioner Variabel IMC Menurut Belch (2012) mengidentifikasi lima dimensi IMC yaitu advertising,
promosi penjualan, personal selling, direct marketing, dan public relation. Maka
indikator pertanyaan ini tertuang dalam tabel berikut :
Kuesioner Variabel IMC
NO Pernyataan Indikator
1 Penyampaian Informasi iklan dan produk oleh Perusahaan Toyota sudah Lengkap
Advertising
2 Penyampaian iklan oleh perusahaan Toyota dapat menarik minat saya Advertising
3 Informasi promo yang ditawarkan di website oleh Toyota memberikan pengetahuan baru bagi saya
Promosi Penjualan
4 Informasi promo yang ditawarkan di website oleh Toyota menarik minat beli saya menjadi lebih besar
Promosi Penjualan
44
5 Bahasan yang digunakan dalam website Toyota lengkap
Penjualan Personal
6 Bahasa yang digunakan dalam website Toyota mudah saya Pahami
Penjualan Personal
7 Informasi-informasi terbaru dari Toyota selalu diupdate melalui INSTAGRAM dan FACEBOOK secara lengkap
Direct Marketing
8 Bahasa yang digunakan dalam penyampaian update informasi Toyota terbaru mudah dipahami
Direct Marketing
9 Sales marketing Toyota dapat menjalin hubungan yang baik dengan para konsumen
Public Relation
10 Perusahaan Toyota dapat menjalin hubungan baik dengan Para konsumen melalui layanan After Sales
Public Relation
Tabel 4 Kuesioner
2.11.2 Kuesioner Variabel Brand Image
Brand Image menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen dan
juga menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali suatu merek yang mempunyai perananan kunci dalam ekuitas
merek. Kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas
merek (Nazaruddin & Putra, 2012). Indikator brand image menurut Saputri dan
Pranata (2014) yaitu sebagai berikut keunikan brand, kekuatan brand, dan brand
familiarity. Maka indikator pertanyaan ini tertuang dalam tabel berikut :
NO Pernyataan Indikator
1 Merek mobil Toyota berbeda dan lebih baik dari merek mobil lain
Keunikan Brand
45
2 Kualitas mobil dan fitur-fitur yang terdapat pada mobil Toyota Sangat lengkap dan memenuhi kebutuhan konsumen
Kekuatan Brand
3 Fasilitas yang ditawarkan baik dari mobil, pelayanan, dan after sales Toyota memuaskan para pelanggan
Kakuatan Brand
4
Merek mobil Toyota mudah di ingat
Brand
Familiarity
5 Merek mobil Toyota merupakan merek yang sangat terkenal di Indonesia
Brand Familiarity
2.11.3 Kuesioner Variabel Keputusan Pembelian Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasi sikap
pengetahuan, untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih
salah satu diantaranya. Indikator dari keputusan pembelian menurut Hahn (2008)
dan (Kotler, 2009) adalah kemantapan pada sebuah produk, kualitas yang di
peroleh dari keputusan pembelian, kepuasan, memberikan rekomendasi kepada
orang lain dan melakukan pembelian ulang.
NO Pernyataan Indikator
1 Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena sesuai kebutuhan
kemantapan pada sebuah produk
2 Sebelum saya memutuskan membeli mobil Toyota saya sudah melakukan survey dan mencari informasi terlebih dahulu
kemantapan pada sebuah produk
3 Informasi yang diberikan dari Toyota sangat membantu saya dalam membeli produk kemantapan pada sebuah
produk
4 Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena fitur-fiturnya yang lengkap kualitas yang di peroleh
dari keputusan pembelian
46
5
Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena produk nya lebih baik dari produk sejenis
kualitas yang di peroleh dari keputusan pembelian
6 Toyota memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan merek mobil lainnya kualitas yang di peroleh
dari keputusan pembelian
7 Saya memilih Toyota dikarenakan mereknya yang terkenal
Kepuasan
8 Saya merasa puas setelah membeli mobil Toyota
Kepuasan
9 Saya mengatakan keunggulan produk Toyota kepada orang lain Memberikan rekomendasi
kepada orang lain
10 Jika saya ingin membeli mobil lagi saya akan kembali membeli mobil Toyota Melakukan pembelian
ulang
47
BAB 3
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil
3.1.1 Data Responden
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, populasi sasaran penelitian ini adalah para
konsumen yang sudah membeli mobil Toyota maupun konsumen yang berencana
membeli mobil Toyota dengan range usia 21 tahun sampai dengan 50 tahun pria
maupun wanita. Dalam penyebaran kuisioner ini, peneliti menggunakan media
sosial dengan cara membagikan link kuisioner via whatsapp dan dishare ke seluruh
database konsumen Toyota dan juga meminta teman peneliti untuk mengisi
kuisioner tersebut. Berikut adalah hasil data dari responden penelitian ini.
Gambar 5 Jenis Kelamin Responden
sumber: data proses 2020
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang terlibat
adalah laki laki dengan presentase sebesar 73,3%, kemudian presentase
perempuan sebesar 26,7% dari total sebanyak 120 responden.
Gambar 6 Usia Responden
48
sumber: data proses 2020
Dari gambar diatas, dapat dilihat rentan usia responden peneliti terbagi menjadi 4
kategori yaitu 20-25, 26-30, 31-35 dan 36-40 tahun. Dari gambar diatas, dapat
disimpulkan bahwa responden didominasi oleh responden berusia 20-25 tahun
dengan total 44,2%, disusul dengan kategori kedua di range usia 26-30 tahun
dengan presentase 33,3%, selanjutnya disusul diurutan ketiga dengan range usia
31-35 tahun dengan presentase 13,3% dan kemudian di urutan terakhir adalah
kategori keempat di range usia 35-40 tahun dengan presentase 9,2%.
Gambar 7 Pekerjaan Responden
sumber: data proses 2020
49
Dari gambar diatas, dapat dapat diketahui bahwa ternyata pekerjaan responden
didominasi oleh Karyawan Perusahaan dengan persentase 70,8%, kemudian di
posisi kedua dan ketiga meraih persentase yang sama yaitu Pengusaha dengan
14,2%, dan 14,2% dan posisi terakhir Pns dengan 0,8%.
3.1.2 Uji Validitas
Seperti yang sudah dijelaskan oleh peneliti pada bab 2, bahwa sebelum
menyebarkan kuesioner secara luas kepada para responden, peneliti akan
melakukan pre-test terlebih dahulu guna melakukan pengujian awal terhadap
kuisioner yang akan disebarkan dan akan melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Uji Validalitas digunakan untuk mengukur suatu instrument valid atau tidaknya
dan juga guna untuk mengetes sejauh mana keakuratan instrument pertanyaan
yang akan disebar tersebut sehingga dapat diperoleh adanya relevansi dalam
suatu pengukuran. Uji validalitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung
(korelasi item-total korelasi) dengan nilai rtabel. Jika nilai rhitung > rtabel dan
bertanda positif maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sedangkan apabila
jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Untuk
rcount sendiri, peneliti mendapatkan hasilnya dari SPSS. Berdasarkan hasil
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka didapatkan hasil dari uji
validitas adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Uji Validitas
Variabel Nomor Item Rcount rtabel 5% Result
Integrated Marketing
Communication (IMC)
1 .768 .235 Valid
2 .819 .235 Valid
3 .656 .235 Valid
4 .870 .235 Valid
5 .882 .235 Valid
6 .823 .235 Valid
7 .885 .235 Valid
8 .886 .235 Valid
9 .594 .235 Valid
50
10 .785 .235 Valid
Brand Image
1 .732 .235 Valid
2 .850 .235 Valid
3 .711 .235 Valid
4 .698 .235 Valid
5 .564 .235 Valid
Keputusan Pembelian
1 .756 .235 Valid
2 .779 .235 Valid
3 .760 .235 Valid
4 .847 .235 Valid
5 .897 .235 Valid
6 .898 .235 Valid
7 .765 .235 Valid
8 .891 .235 Valid
9 .892 .235 Valid
10 .908 .235 Valid
sumber: data proses 2020
Hasil dari tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa 10 item dari variabel Integrated
Marketing Communication (X1) semua valid karena rhitung dari setiap item >
0,235. Begitu pula dengan 5 item dari Brand Image (Y1) semua valid karena rhitung
dari setiap item > 0,235. Hal yang sama terjadi pada 10 item dari variabel
Keputusan Pembelian (Y2) yang juga rhitung pada semua item >0,235. Oleh karena
itu, semua item bisa digunakan.
3.1.3 Uji Reliabilitas
Seperti yang sudah dijelaskan di bab 2, bahwa uji reliabilitas merupakan cara untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran terhadap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang
sama pula. Reliabilitas adalah sebuah tingkat keakuratan angket, dimana
instrumen bisa disebut reliabel jika jawaban atas pertanyaan tersebut terus
konsisten meskipun diukur lebih dari satu atau dua kali. Hasil dari uji Reliabilitas
penelitian ini adalah sebagai berikut:
51
Tabel 6 Uji Reabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha N of items Remarks
Integrated Marketing .947 10 RELIABLE
Brand Image .850 5 RELIABLE
Keputusan Pembelian .957 10 RELIABLE
sumber: data proses 2020
Hasil dari tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini
reliable, dapat kita lihat bahwa hasil interpretasi uji reabilitas Cronbach’s Alpha >
0,5. Sehingga data diatas dapat digunakan dua kali atau lebih.
3.1.4 Uji Asumsi Klasik
Dibutuhkannya uji Asumsi Klasik sebagai syarat untuk menggunakan model regresi
berganda. Tes di sertakan uji Normalitas dan uji Heteroskedastisitas.
3.1.4.1 Uji Normalitas
Seperti yang sudah di bab 2 dimana uji asumsi klasik merupakan bagian dari
pengujian yang harus dilakukan dalam penelitian sebelum dilakukannya analisis
regresi untuk memastikan apakah sampel data yang diolah dapat mewakili
populasi secara keseluruhan.
52
Gambar 8 Uji Normalitas
sumber: data proses 2020
Dapat dilihat dari data diatas bahwa hasil dari Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.3 di atas, menunjukkan bahwa model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas karena nilai signifikansi yang dihitung
sebesar 0,000 < 0,05 sehingga hasil uji dikatakan tidak normal. Dikarenakan hasil
dari Uji Normalitas yang dilakukan peneliti tidak normal, maka akan dilakukan 3 uji
pengganti untuk mengganti uji normalitas diatas, uji tersebut adalah Uji
Heterokedastisitas.
3.1.4.2 Uji Heterokedastisitas
Setelah hasil dari dilakukannya uji normalitas adalah tidak normal, maka peneliti
akan mengganti uji normalitas dengan penelitian lainnya yaitu uji sebar
heteroskedastisitas untuk dilakukan uji regresi linier.
53
Gambar 9 Uji Heterokedastisitas
sumber: data proses 2020
Berdasarkan hasil gambar 3.4 uji heterokedastisitas diatas, menghasilkan tabel
dengan pesebaran titik yang merata dan tidak berkumpul hanya disatu titik
tertentu, sehingga hasil tabel diatas dapat dinyatakan lolos uji heterokedastisitas.
3.1.5 Analisis Regresi Sederhana
Pada penelitian ini peneliti menggunakan model regresi sederhana guna untuk
memahami hubungan antara variabel dependen Brand Image (Y1) dan Keputusan
Pembelian (Y2) dengan variabel independen (X) yaitu Integrated Marketing
Communication (X1). Menurut Gujarati dalam Jonathan Sarwono Mendefinisikan
regresi linear sederhana merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan
memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas.
Model regresi linier dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengaruh dari variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent).
Metode ini dapat memperkirakan antara baik atau buruknya suatu variabel X
terhadap naik turunnya suatu tingkat variabel Y, begitu pula sebaliknya. Berikut
adalah rumus regresi sederhana.
54
Y = a + Bx + e
Keterangan :
Y = Variabel Dependen (Brand Image dan Keputusan Pembelian
a = Harga Y bila X = 0 (Harga Konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel independen. Bila b (+) maka naik dan bila (-)
maka terjadi penurunan
X = Variabel bebas (IMC)
e = error atau sisa
3.1.5.3 Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi adalah untuk memahami korelasi antar variabel independen
terhadap variabel dependen, sehingga dapat diketahui sejauh mana variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Gambar 10 Uji R2
sumber: data proses 2020
Hasil uji pada gambar 3.7 menunjukan hasil bahwa nilai dari R2 yang
menggambarkan Koefisien Determinasi pada penelitian ini, dimana nilai dari R2
sebesar 0,642 (64,2%) yang artinya terdapat korelasi antara variabel independen
(X) Integrated Marketing Communication dengan variabel dependen Brand Image
(Y1) dan Keputusan Pembelian (Y2).
Y = a + bX + e
55
R2 digunakan bertujuan untuk menuntukkan seberapa besar seberapa besar
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel (X) dapat mendeskripsikan dan memberikan
pengaruh terhadap variabel (Y) sebesar 64,2% dan sebesar 35,8% dijelaskan
dengan faktor-faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
3.1.5.4 Uji T
Uji t atau yang disebut uji signifikansi ini adalah untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Hasil uji thitung ini ada pada output perangkat lunak, dapat dilihat pada
tabel coefficient level of significance yang digunakan sebesar 5% atau (a) = 0,05.
Apabila thitung > ttabel maka HO ditolak dan Ha diterimana, yang artinya variabel
independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Variabel independen akan signifikan terhadap masing-masing variabel
dependen jika masing-masing T-value kurang dari 0,05. Berikut hipotesisnya:
Ho1 = Tidak adanya Pengaruh dari IMC terhadap Brand Image di Toyota
Ha1 = Adanya Pengaruh dari IMC terhadap Brand Image di Toyota
Ho2 = Tidak adanya Pengaruh dari IMC terhadap Keputusan Pembelian di
Toyota
Ha2 = Adanya Pengaruh dari IMC terhadap Keputusan Pembelian di Toyota
Gambar 11 Uji T
56
Dari hasil uji t diatas dapat dilihat bahwa Integrated Marketing Communication (X)
memiliki nilai signifikansi 0,00 yang dimana lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa Integrated Marketing Communication berpengaruh
signifikan terhadap Brand Image (Y1) dan Keputusan Pembelian (Y2) dengan
demikian maka h0 ditolak dan ha diterima dari hipotesis.
Y = a + b1 X1 +
Y1 = 6.259 + 0,356X1
Berikut adalah persamaan rata-rata dari regresi linier sederhana :
• Nilai konstanta dari 6.259 menunjukkan bahwa nilai konsisten variabel
pada Brand Image adalah 6.259
• Nilai koefesien regresi X adalah 0,356 yang menunjukkan bahwa pada
setiap 1% kenaikan pada nilai variabel Integrated Marketing
Communication akan memberikan pengaruh pada nilai variabel Brand
Image sebesar 0,356 poin. Selain itu, koefesien regresi ini memiliki nilai
positif maka dapat di tarik kesimpulan yaitu pengaruh variabel X dan
Variabel Y1 berpengaruh positif.
Y2 = 3.090 + 0,916X1
Berikut adalah persamaan rata-rata dari regresi linier sederhana :
• Nilai konstanta dari 3.090 menunjukkan bahwa nilai konsisten variabel
pada Keputusan Pembelian adalah 6.259
Y1 = a + b1 X1
57
• Nilai koefesien regresi X adalah 0,916 yang menunjukkan bahwa pada
setiap 1% kenaikan pada nilai variabel Integrated Marketing
Communication akan memberikan pengaruh pada nilai variabel Brand
Image sebesar 0,916 poin. Selain itu, koefesien regresi ini memiliki nilai
positif maka dapat di tarik kesimpulan yaitu pengaruh variabel X dan
Variabel Y2 berpengaruh positif.
3.2 Diskusi dan Interpretasi
Terlebih dahulu sudah ada banyak penelitian-penelitian yang membahas
mengenai pengaruh Integrated Marketing Communication yang hanya diteliti
mengenai citra merek atau pengaruh Integrated Marketing Communication
terhadap keputusan pembelian, dan semua hasil dari penelitian tersebut
mengatakan memang benar hasil analisis terhadap bauran komunikasi pemasaran
terpadu yang terdiri dari advertising, public relations, sales promotion, personal
selling, direct marketing dan interactive marketing menunjukkan bahwa
Integrated Marketing Communication mempengaruhi nilai dari brand image dan
keputusan pembelian suatu brand. Salah satunya adalah Toyota. Toyota
merupakan salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jepang. Toyota sendiri masuk dan berdiri di Indonesia sejak tahun 1961, yang
dimana kini menjadi salah satu perusahaan otomitif terbesar dan terkuat di
Indonesia. Selain produk yang banyak disukai oleh masyarakat, keputusan
pembelian para calon konsumen terhadap Toyota juga dipengaruhi oleh Brand
Image, dan Citra Merek dari perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan dari hasil data penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dan
kemudian dianalisis oleh peneliti, berikut merupakan pembahasan hasil hipotesis
yang ada :
58
H1 Adanya Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap Brand
Image
Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil pengujian terhadap hipotesis 1
mendapatkan bahwa iklan, public relation, dan sales promotion memiliki
pengaruh positif terhadap Brand Image. Hal ini berarti bahwa pengaruh IMC yang
semakin menarik dan sering ditayangkan dikhalayak ramai dapat meningkatkan
Brand Imge. Periklanan di media massa, informasi dari rekan, promosi brand yang
bersangkutan dan periklanan yang dilakukan pemasar akan dapat mendorong
terciptanya Brand Image yang kuat.
Selain itu, berdasarkan hasil uji T pada penelitian ini, hipotesis pertama
menyatakan bahwa adanya pengaruh dari Integrated marketing communication
terhadap brand image di Toyota. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji t dimana
hasilnya menunjukkan nilai sig. 0,00 yang dimana lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dinyatakan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pernyataan yang bersifat positif ini memberikan potensi perkembangan suatu
brand image yang disebabkan oleh strategi IMC.
Kotler (2010) beranggapan bahwa kepercayaan terhadap suatu merek yang
membangun gambaran brand image tersebut, sehingga strategi iklan, public
relation, dan sales promotion memiliki cukup banyak pengaruh terhadap brand.
Strategi IMC berupa advertising, public relation dan sales promotion rupanya
cukup menarik banyak perhatian para calon pembeli serta memberikan nilai
positif pada brand image Toyota. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji koefesien
dimana IMC berpengaruh sebesar 64,2% terhadap brand image. Dan terdapat
sekitar 35,8% faktor yang tidak disebutkan yang dapat memberi pengaruh lainnya
terhadap kekuatan brand image suatu produk.
59
H2 Adanya Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap
Keputusan Pembelian
Berdasarkan hasil hipotesis 2 yang terbentuk, Promosi penjualan personal selling,
direct marketing, dan interactive marketing ternyata memiliki pengaruh yang
signifikan dan bernilai positif terhadap keputusan pembelian calon konsumen
terhadap produk Toyota. Komunikasi dua arah yang melibatkan ketiga faktor
tersebut dapat ditujukan untuk berkomunikasi dengan konsumen di tempat
penjualan sehingga konsumen semakin tertarik untuk membeli produk tersebut. .
Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana hasilnya menunjukkan nilai sig. 0,00 yang
dimana lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan H2 diterima. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang bersifat positif ini
memberikan potensi positif terhadap keputusan pembelian calon konsumen yang
disebabkan oleh faktor Personal selling, direct marketing, dan interactive
marketing.
Personal Selling, direct marketing, dan interactive marketing sendiri merupakan
komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk
memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk
pemahaman terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba
membelinya dan melakukan keputusan pembelian (Tjiptono, 2000). Komunikasi
yang bersifat individual dan personal dalam personal selling ini memungkinkan
pihak penjual menyesuaikan pesan berdasarkan kebutuhan khusus atau situasi
khusus calon pembeli. Personal selling memungkinkan terjadinya umpan balik
secara langsung dan lebih tepat karena dampak dari presentasi penjualan yang
dilakukan dapat dinilai dari reaksi calon pembeli. Selain itu Direct marketing
adalah strategi komunikasi IMC pada penjualan yang sangat personal kepada
target pasarnya untuk mendapatkan respon atau menghasilkan suatu transaksi.
Hubungan yang terbentuk antara penjual dan pembeli sangat dekat dan
memungkinkan terjadinya proses komunikasi dua arah yang baik.
60
Hal inilah yang memberikan dampak yang cukup besar terhadap suatu keputusan
pembelian konsumen terhadap produk Toyota. Selain itu, disisi lain Interactive
marketing pun memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen terhadap produk toyota. Perkembangan teknologi
membawa peran sebagai media baru dalam pemasaran produk untuk menarik
perhatian konsumen. Hal inilah yang mendasari penggunaan promosi yang
interaktif yang dapat berinteraksi dengan konsumen, maupun teknik promosi
menggunakan internet yang mempunyai pasar yang sangat luas karena tidak
terbatas pada suatu tempat saja, sehingga kini semua orang dapat memutuskan
dan membeli mobil Toyota tidak lagi perlu jauh-jauh atau merata terhalang oleh
jarak.
61
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan hubungan pengaruh Integrated Marketing Communication
terhadap brang image dan keputusan pembelian konsumen Toyota memiliki
hubungan yang positif dan signifikan. Bauran dari IMC yang mencakup advertising,
sales promotion, personal selling, public relations, direct marketing dan interactive
marketing berdasarkan hasil uji data yang telah dilakukan penguji secara parsial
dan simultan dapat memberikan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian produk Toyota. Dan hal ini cukup
memberikan gambaran positif terhadap perusahaan Toyota dalam memasarkan
produknya agar perlu mengetahui secara pasti bauran komunikasi pemasaran apa
saja yang akan ditingkatkan demi mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan
yang berkaitan dengan peningkatan penjualan produknya.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan peneliti dimana kedua
hipotesis yang diajukan lolos, maka dapat disimpulkan bahwa Integrated
Marketing Communication memberikan pengaruh terhadap Brand Image dan
Keputusab Pembelian di Toyota. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji yang
sudah dilakukan sebelumnya. Dari hasil Uji T diatas dapat dilihat bahwa Integrated
Marketing Communication (X) memiliki nilai signifikansi 0,00 yang dimana lebih
kecil dari 0,05. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Integrated Marketing
Communication berpengaruh signifikan terhadap Brand Image (Y1) dan Keputusan
Pembelian (Y2) dengan demikian maka h0 ditolak dan ha diterima dari hipotesis.
Hal ini berarti kedua hipotesis memberikan pengaruh yang baik terhadap
perusahaan Toyota.
Toyota mengedepankan kekuatan dari Integrated Marketing Communication guna
untuk terus berkembang, berinovasi, memperkuat citra, dan meningkatkan angka
62
penjualannya. Dengan memiliki brand image yang kuat, Toyota akan lebih mudah
menarik minat para calon-calon pembeli potensial untuk mempertimbangkan
brand Toyota atau bahkan menjatuhkan pilihannya langsung kepada Toyota.
Selain memperkuat Brand Image, Toyota sendiri terus mengembangkan
kemampuan dari masing-masing sales marketing agar memiliki kemampuan
personal selling, direct marketing, dan interactive marketing yang baik dengan
memberikan banyak pelatihan dan training. Sehingga sales marketing Toyota
dapat menarik para calon konsumen untuk menjatuhkan pilihannya kepada
produk dari Toyota.
4.2 Rekomendasi
1. Rekomendasi Akademik
Pada rekomendasi yang bersifat teoritis, penelitian ini sepenuhnya belum dapat
mewakili keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen Toyota dikarenakan adanya beberapa faktor eksternal dari perusahaan
maupun dari konsumen yang dapat memberikan pengaruh terhadap brand image
dan keputusan pembelian konsumen. Sehingga peneliti memnyarankan agar
peneliti lain dapat mencari tau dan mendapatkan apa saja faktor-faktor lain yang
berpengaruh selain dari yang ada pada penelitian ini.
2. Rekomendasi Praktis
Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
perusahaan Toyota agar lebih dapat menerapkan strategi Integrated Marketing
Communication dan mengembangkannya agar lebih efektif dan efisien dalam
meningkatkan penjualan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu
diharapkan agar Toyota dapat selalu menjaga awareness dari produk Toyota
dengan tetap memasang iklan dan melakukan kegiatan-kegiatan public relations.
Serta terus memperhatikan kemampuan dari para sales marketing agar
kemampuan personall selling yang ada dapat terus berkembang dan memberikan
penjualan yang lebih besar terhadap perusahaan.
63
Daftar Pustaka Jurnal
Aaker, D. (2014). Building Strong Brands. (A. Baderi, Trans.) Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, “Dasar-Dasar Penelitian”, (Surabaya: Lembaga
Kajian Agama Dan Filsafat (eLKAF), 2006), hal 45. Ali Hasan, 2013, Marketing, Cetakan Pertama, Media Pressdindo Yogyakarta
Ansofino(2016), dkk, Buku Ajar Ekonometrika, (Yogyakarta: Deepublish) Augusty, Ferdinand. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Semarang. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Belch, George E. & Michael A. Belch. (2012) Advertising and Promotion: An
Integrated Marketing Communication Perspective. Global Edition. New York: McGraw Hill.
Biel, Alexander, L., 1992, How Brand Image Drives Brand Equity, Journal of
Advertising Research Christine P. Dancey. (2011). Statistics Without Maths for Psychology. Edisi 5. Diwati, F., dan Santoso, T. I. (2015). Pengaruh Strategi Integrated Marketing
Communication (IMC) terhadap Keputusan Membeli Konsumen pada Binsis Tour & Travel di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal EBANK, Vol. 6, No. 2, 33-54.
Dr. Ulber Silalahi, MA. (2009). Metodologi Penelitian Social. Bandung: PT
Refika Aditama. Halalan 76. Henry Simamora. 2013. Paduan Perilaku Konsumen, Jakarta: Gramedia. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2012). Pengantar Statistika,
(Jakarta: PT Bumi Aksara) Imam Ghozali (2001). Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS,
Badan Penerbit niversitas Diponegoro, Semarang.
Irwan Gani dan Siti Amalia (2018). Alat Analisis Data; Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial
64
Jonathan Sarwono (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif :
Menggunakan Prosedur SPSS (Jakarta : Elex Media Komputindo).
Kanuk., Schiffman., dalam Sulistian., Ogi (2011 : 33). Faktor-faktor pembentuk
citra merek. Kotler , P & Gary Amstrong. (2001). Prinsip- prinsip Pemasaran Jilid II. Jakarta:
Erlangga Kotler , P & Gary Amstrong. (2008). Prinsip- prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta:
Erlangga Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2011. Manajemen Pemasaran, Edisi 13
Jilid 1 dan 2, Alih Bahasa : Bob Sabran, Erlangga, Jakarta.
Kotler, P & Gary Amstrong. (2018). Principles of Marketing. Edisi 15 Global Edition. Kotler, dan Keller. (2012). Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta : Erlangga Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen. Alfabeta. Bandung. Swastha,
Basu dan Irawan. 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Penerbit liberty, Yogyakarta. Ogi Sulistian (2011). Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan
Rokok Gudang Garam Filter. Kuningan: Fakultas Ekonomi Universitas Kuningan.
Prof. H. Moh. Kasiram, M.Sc (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif-
Kualitatif. Malang, Press Malang. Hal.173.
Riccardo Russo. (2003). Statistics the Behavioural Sciences. East Sussex : 27- Church Road.
Saifuddin Azwar (2017). Metode Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar) Sahetapy, Jeofer Pratama. 2013. Diferensiasi Produk, Strategi Merek,
Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Meubel UD Sinar Sakti Manado. Jurnal Manajemen Vol.1, No.3, Hal. 411-420.
65
Schiffman & Kanuk. (2004). Perilaku Konsumen. Zulkifli Kasip (alih bahasa) Edisi Ketujuh. Penerbit PT. Indexs. Jakarta
Schultz, D.E. and Schultz, H.F. (2004), IMC the next generation: five steps for
delivering value and measuring returns using marketing communication, McGraw-Hill.
Shimp, Terence A. (2003). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Shimp, Terence A. (2010). Advertising Promotion and Other Aspects of Integrated Marketing Communication 8th Edition. Canada : Nelson Education, Ltd.
Shimp, Terence A. (2014). Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan
dan Promosi. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Sutrisno Hadi (2004). Metodologi Research Jilid 3, (Yogyakarta: Andi) Syofian Siregar (2014). Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada) Tulus Winarsunu (2006). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan,
(Malang: UMM Press) W. Lawrence Neuman (2003). Social Research Methods Qualitative and
Quantitative Approaches. (Boston : Allyn and Bacon), hal 71. Zen Amiruddin (2010). Statistik Pendidikan, (yogyakarta: teras), hal 1. Website : https://www.gaikindo.or.id/pasar-mobil-asean-naik-persentase-thailand-
lampauiindonesia/
https://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/profile
66
Lampiran
Kuesioner Integrated Marketing Communication (IMC)
1. Penyampaian Informasi iklan dan produk oleh Perusahaan Toyota sudah lengkap
2. Penyampaian iklan oleh perusahaan Toyota dapat menarik minat saya
3. Informasi promo yang ditawarkan di website oleh Toyota memberikan
pengetahuan baru bagi saya
4. Info promo yang ditawarkan di website oleh Toyota menarik minat beli saya
menjadi lebih besar
5. Bahasa yang digunakan dalam website Toyota sangat lengkap
6. Bahasa yang digunakan dalam website Toyota mudah saya pahami
7. Informasi-informasi terbaru dari Toyota selalu diupdate melalui Instagram dan
Facebook secara lengkap
8. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian update informasi Toyota terbaru
mudah dipahami
9. Sales marketing Toyota dapat menjalin hubungan yang baik dengan para
konsumen
10. Perusahaan Toyota dapat menjalin hubungan baik dengan para konsumen
melalui layanan after sales
Brand Image
1. Merek mobil Toyota berbeda dan lebih baik dari merek mobil lain
2. Kualitas mobil dan fitur-fitur yang terdapat pada mobil Toyota sangat lengkap dan
memenuhi kebutuhan konsumen
3. Fasilitas yang ditawarkan baik dari mobil, pelayanan, dan after sales Toyota
memuaskan para pelanggan
4. Merek mobil Toyota mudah di ingat
5. Merek mobil Toyota merupakan merek yang sangat terkenal di Indonesia
Keputusan Pembelian
1. Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena sesuai kebutuhan
2. Sebelum saya memutuskan membeli mobil Toyota saya sudah melakukan survey
dan mencari informasi terlebih dahulu
3. Informasi yang diberikan dari Toyota sangat membantu saya dalam membeli
produk
4. Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena fitur-fitur yang lengkap
67
5. Saya memutuskan membeli mobil Toyota karena produknya lebih baik dari
produk sejenis
6. Toyota memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan merek mobil lainnya
7. Saya memilih Toyota dikarenakan mereknya yang terkenal
8. Saya merasa puas setelah membeli mobil Toyota
9. Saya mengatakan keunggulan produk Toyota kepada orang lain
10. Jika saya ingiin membeli mobil lagi saya akan kembali membeli mobil Toyota