PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di...

8
227 Pengaruh shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan ... (Suharyanto) PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN LAJU SINTASAN RAJUNGAN ( Portunus pelagicus ) DI TAMBAK Suharyanto dan Markus Mangampa Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan selter yang tepat untuk pertumbuhan dan laju sintasan rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maranak, Maros selama 105 Hari. Tambak yang digunakan berukuran 250 m 2 sebanyak sembilan petak. Perlakuan yang diaplikasikan adalah selter yang berbeda yaitu waring hitam berbentuk kupu-kupu yang diletakkan di dasar tambak (A), Rumput laut ( Gracilaria sp) (B), dan C: Kombinasi waring dan rumput laut, masing-masing tiga kali ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah krablet 17 dengan lebar dan bobot masing-masing adalah 7,2+ 0,2 mm dan 0,05+ 0,02 g. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan lebar karapas, bobot dan laju sintasan serta parameter kualitas air. Untuk menganalisis data pertumbuhan dan laju sintasan digunakan rancangan acak lengkap. Selama penelitian rajungan diberi makan ikan rucah 2 kali sehari dengan dosis 5 % dari total biomass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan selter rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan lebar karapas dan bobot serta sintasan rajungan yang dibesarkan di tambak sedangkan selter waring dan kombinasi waring dan rumput laut tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Laju sintasan terbaik diperoleh pada penggunaan selter rumput laut sebesar 23,1 %, kemudian kombinasi waring dan rumput laut sebesar 19,7 % dan selter waring (18,3 %). KATA KUNCI: shelter , rajungan, tambak, pertumbuhan, laju sintasan PENDAHULUAN Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis krustase yang bersifat “eurihaline” (Nontji, 1986), dapat hidup pada salinitas 9–39 ppt (Chande & Mgaya, 2003) dan habitat hidup yang disenangi rajungan adalah dasar lumpur berpasir (Coleman, 1991), sehingga mampu beradaptasi pada perairan tambak. Rajungan ini selain rasa dagingnya yang enak juga bergizi cukup tinggi yakni protein 65,72%, mineral 7,5% dan lemak 0,88% (Anonim, 2002), mudah berkembang biak, responsif terhadap makanan, cepat tumbuh dan mudah dibudidayakan (Susanto et al., 2005a). Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol Bali, pembenihan rajungan telah berhasil memproduksi benih ukuran krablet, tetapi informasi pembesarannya di tambak, masih belum tersedia (Susanto et al., 2005b). Oleh karena itu, upaya pengkajian yang sangat mendesak adalah peningkatan tingkat sintasan benih, dan pembesarannya untuk meningkatkan produksi rajungan ukuran konsumsi di tambak. Produksi daging rajungan di Indonesia sekitar 9.000 ton per tahun, 70% berasal dari hasil tangkapan di alam dan baru 30% yang dihasilkan dari kegiatan budidaya (Anonim, 2004). Budidaya rajungan dalam kurung-kurung tancap di laut pertama kali dikembangkan oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI sejak 1994, kendala utama adalah sintasan masih rendah (Juwana, 1993). Di tambak, budidaya rajungan telah dikembangkan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara tahun 2002. Kajian utama terfokus pada produksi juvenil ukuran 25-30 g/ekor dan produksi ukuran konsumsi (100 g/ekor). Produksi yang dicapai diestimasi 1 ton per musim tanam dalam 102 hari (Anonim 2003). Riset pengembangan budidaya rajungan di tambak, baru dalam tahap pengkajian komponen teknologi, dan masih banyak permasalahan teknis di lapangan yang belum diketahui. Ketersediaan teknologi budidaya rajungan di tambak sangat diharapkan oleh petani tambak, terutama karena

Transcript of PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di...

Page 1: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

227 Pengaruh shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan ... (Suharyanto)

PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DANLAJU SINTASAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TAMBAK

Suharyanto dan Markus MangampaBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan selter yang tepat untuk pertumbuhan dan laju sintasanrajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi TambakPercobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maranak, Maros selama 105 Hari. Tambak yang digunakanberukuran 250 m2 sebanyak sembilan petak. Perlakuan yang diaplikasikan adalah selter yang berbeda yaituwaring hitam berbentuk kupu-kupu yang diletakkan di dasar tambak (A), Rumput laut (Gracilaria sp) (B), danC: Kombinasi waring dan rumput laut, masing-masing tiga kali ulangan. Hewan uji yang digunakan adalahkrablet 17 dengan lebar dan bobot masing-masing adalah 7,2+0,2 mm dan 0,05+0,02 g. Variabel yangdiamati adalah pertumbuhan lebar karapas, bobot dan laju sintasan serta parameter kualitas air. Untukmenganalisis data pertumbuhan dan laju sintasan digunakan rancangan acak lengkap. Selama penelitianrajungan diberi makan ikan rucah 2 kali sehari dengan dosis 5 % dari total biomass. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa penggunaan selter rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhanlebar karapas dan bobot serta sintasan rajungan yang dibesarkan di tambak sedangkan selter waring dankombinasi waring dan rumput laut tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Laju sintasan terbaik diperoleh padapenggunaan selter rumput laut sebesar 23,1 %, kemudian kombinasi waring dan rumput laut sebesar 19,7% dan selter waring (18,3 %).

KATA KUNCI: shelter, rajungan, tambak, pertumbuhan, laju sintasan

PENDAHULUAN

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis krustase yang bersifat “eurihaline” (Nontji, 1986),dapat hidup pada salinitas 9–39 ppt (Chande & Mgaya, 2003) dan habitat hidup yang disenangirajungan adalah dasar lumpur berpasir (Coleman, 1991), sehingga mampu beradaptasi pada perairantambak. Rajungan ini selain rasa dagingnya yang enak juga bergizi cukup tinggi yakni protein 65,72%,mineral 7,5% dan lemak 0,88% (Anonim, 2002), mudah berkembang biak, responsif terhadap makanan,cepat tumbuh dan mudah dibudidayakan (Susanto et al., 2005a).

Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol Bali, pembenihan rajungan telah berhasilmemproduksi benih ukuran krablet, tetapi informasi pembesarannya di tambak, masih belum tersedia(Susanto et al., 2005b). Oleh karena itu, upaya pengkajian yang sangat mendesak adalah peningkatantingkat sintasan benih, dan pembesarannya untuk meningkatkan produksi rajungan ukuran konsumsidi tambak.

Produksi daging rajungan di Indonesia sekitar 9.000 ton per tahun, 70% berasal dari hasiltangkapan di alam dan baru 30% yang dihasilkan dari kegiatan budidaya (Anonim, 2004). Budidayarajungan dalam kurung-kurung tancap di laut pertama kali dikembangkan oleh Pusat PenelitianOseanografi-LIPI sejak 1994, kendala utama adalah sintasan masih rendah (Juwana, 1993). Di tambak,budidaya rajungan telah dikembangkan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP)Jepara tahun 2002. Kajian utama terfokus pada produksi juvenil ukuran 25-30 g/ekor dan produksiukuran konsumsi (100 g/ekor). Produksi yang dicapai diestimasi 1 ton per musim tanam dalam 102hari (Anonim 2003).

Riset pengembangan budidaya rajungan di tambak, baru dalam tahap pengkajian komponenteknologi, dan masih banyak permasalahan teknis di lapangan yang belum diketahui. Ketersediaanteknologi budidaya rajungan di tambak sangat diharapkan oleh petani tambak, terutama karena

Page 2: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 228

banyak tambak-tambak udang yang tidak berproduksi lagi dan banyak ditinggalkan oleh pemiliknya,akibat wabah penyakit yang belum bisa teratasi secara tuntas.

Masalah utama dalam pemeliharaan rajungan di tambak adalah tingkat kanibalisme dan tingkatmortalitas yang masih sangat tinggi. Informasi pendederan dalam KJA di laut dengan sintasanmencapai 38,5 - 86,4% (Suharyanto & Tahe, 2006) dan pembesaran di tambak menghasilkan sintasanyang masih sangat rendah yakni 10,6% dengan padat tebar 1 ind/m2 (Suharyanto & Tahe, 2007). Olehkarena itu, upaya pengkajian yang sangat mendesak adalah peningkatan tingkat sintasan benihrajungan di tambak dengan penambahan selter yang berbeda, sehingga data yang diperoleh dapatdijadikan acuan guna pengembangan budidaya rajungan di tambak pada masa yang akan datang.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi penggunaanselter yang tepat untuk meningkatkan sintasan rajungan yang dipelihara di tambak bagipengembangan budidayanya dimasa datang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Tambak Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Marana,Kabupaten Maros.

Persiapan tambak untuk penebaran sesuai prosedur yang umum dilakukan di tambak meliputipencangkulan dan pengolahan tanah dasar tambak hingga dilakukan pemberantasan hama denganmenaburkan saponin dosis 10 mg/L. Tahap berikutnya adalah pengeringan selama satu minggu dandilakukan pengukuran redoks potensial pada tanah pelataran tambak dengan alat “elektroda pengukurredox”, langkah selanjutnya dilakukan pengapuran dengan dosis 1000 kg/ha. Kemudian tambakdiairi, dan dipupuk dengan pupuk dasar yaitu 150 kg/ha urea dan 75 kg SP-36/ha dengan dosisperbandingan N : P = 2 : 1 yang dilakukan setelah empat hari.

Hewan uji yang digunakan adalah benih rajungan (krablet 17) yang diperoleh dari hatchery BalaiBudidaya Air Payau Takalar Sulawesi Selatan. Rerata lebar karapas dan bobot krablet masing-masingadalah 7,2 + 0,2 mm dan 0,05 + 0,02 g sedangkan padat tebar yang diaplikasikan sebanyak 2 ind/m2.

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan sembilan petak tambakukuran 250 m2, dengan kedalaman masing-masing 90 cm. Kemudian perlakuan yang diaplikasikanadalah jenis selter yang berbeda, yaitu waring hitam (A), rumput laut (B), dan kombinasi waring danrumput laut (C) masing-masing perlakuan dengan 3 ulangan.

Perlakuan A adalah selter dari waring hitam berukuran 1 x 1,2 m berbentuk kupu-kupu yangdiikatkan ke tali polietilen panjang 10 m, jarak masing-masing selter 1 m, sehingga tiap untai taliberisi 10 selter, tiap petak tambak berisi 15 untai. Perlakuan B adalah rumput laut dari jenis (Gracilariaverrucosa) yang berasal dari Takalar dan ditebar pada setiap tambak perlakuan dengan padat tebar1000 kg/ha (25kg/250 m2). Perlakuan C adalah kombinasi waring dan rumput laut yakni dalam satutambak terdapat 7 untai tali yang dilengkapi waring dan rumput laut sebanyak 500 kg/ha (12,5kg/250 m2).

Pakan yang diberikan berupa daging ikan rucah dari jenis ikan sinrilik (Caesio sp) dan ikan sibula(Sardinella sp.). Pemberian pakan dilaksanakan 2 x sehari yakni pagi dan sore hari masing-masingsebanyak 2% dan 3% dari total biomass, sehingga dalam satu hari jumlah pakan yang diberikanadalah 5% dari total biomass.

Sampling dilaksanakan dengan mengambil 10 individu rajungan pada masing-masing perlakuansecara manual yaitu mengambil langsung rajungan menggunakan tangan pada masing-masing petaktambak dan dilakukan setiap satu bulan sekali, sedangkan lama pemeliharaan selama 105 hari.

Parameter yang diukur meliputi, pertumbuhan lebar karapas, pengukuran menggunakan mistardengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan pertumbuhan bobot ditimbang dengan timbangan digital(AND GF 1200) dengan ketelitian 0,1 g. Untuk menghitung laju pertumbuhan berdasarkan rumusdari Zonneveld et al. (1991) sebagai berikut:

Gr = {(Wt-Wo)/(t)}

Page 3: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

229 Pengaruh shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan ... (Suharyanto)

dimana:Gr = Laju bertumbuhan (g/hari)Wt = Bobot pada akhir percobaan (g)Wo = Bobot pada awal percobaan (g)T = Lama percobaan (hari)

Kemudian laju sintasan dihitung pada akhir penelitian, dengan cara menghitung jumlah benihyang hidup pada masing-masing perlakuan. Untuk persentase laju sintasan benih rajungan dihitungberdasarkan rumus dari Effendie (2000) sebagai berikut:

S = Nt/Nox100

dimana:S = laju sintasan (%),Nt = Jumlah pada akhir percobaan (ekor)No = Jumlah pada awal percobaan (ekor)

Parameter kualitas air meliputi: salinitas, suhu air, O2 terlarut, NH4-N, NO2-N, PO4-P, pH, dan BOT,diukur setiap dua minggu sekali. Kemudian data yang diperoleh dibahas secara deskriptif.

HASIL DAN BAHASAN

Selama pemeliharaan 105 hari, pertumbuhan lebar karapas dan bobot rajungan masing-masingperlakuan terus meningkat dari awal penebaran sampai akhir penelitian. Bahkan pada bulan pertamapertumbuhan krablet meningkat sangat tajam. Untuk perlakuan menggunakan waring (A), shelterdengan rumput laut (B), dan kombinasi waring dan rumput laut (C) pertambahan rata-rata lebarkarapas masing-masing adalah 56,9+10,3 mm, 58,8+13,9 mm, dan 57,6+8,3 mm dari lebar awal7,2+0,2 mm. Kemudian untuk pertambahan bobot masing-masing perlakuan adalah 23,0+8,2 g,26,8+11,2 g dan 17,4+7,1 g dari bobot awal 0,05+0,02 g. Meningkatnya laju pertumbuhan baiklebar karapas maupun bobot rajungan pada bulan pertama yang cukup tajam tersebut,mengindikasikan bahwa krablet rajungan dalam kondisi pemeliharaan yang layak. Hal ini sangatdipengaruhi oleh proses transportasi dari hatcheri ke lokasi penelitian dan proses aklimatisasi yangberjalan sempurna sebelum ditebar ke tambak, sehingga rajungan tidak mengalami stres akibatperubahan lingkungan tambak terutama salinitas. Hal ini dibuktikan dengan tidak ada kematiankrablet pada saat penebaran di tambak.

Pertumbuhan rajungan pada bulan ke dua sampai bulan keempat baik lebar karapas maupunbobot benih rajungan terus meningkat, walaupun tidak sebesar pertumbuhan pada bulan pertama.Hasil pengamatan data pertumbuhan karapas pada benih rajungan selama penelitian tersaji padaGambar 1 dan 2.

Gambar 1. Pertumbuhan lebar karapak kepiting rajungan(Portunus pelagicus) selama penelitian

Page 4: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 230

Dari ketiga perlakuan penggunaan selter yang berbeda menunjukkan bahwa pertumbuhan benihrajungan yang lebih dominan adalah perlakuan penggunaan shelter rumput laut jika dibandingkandengan perlakuan selter waring dan perlakuan selter kombinasi waring dan rumput laut. Berdasarkananalisis statistik perlakuan selter rumput laut berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan lebar karapasdan bobot rajungan (P<0,05), sedangkan perlakuan selter waring dan perlakuan selter kombinasiwaring dan rumput laut, tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa selter rumputlaut adalah selter yang terbaik jika dibandingkan dengan selter waring dan kombinasi waring danrumput laut.

Adanya perbedaan laju pertumbuhan pada perlakuan tersebut sebagai akibat dari kondisi tambakyang berbeda dan dimungkinkan sangat terkait dengan ketersediaan pakan alami. Hal ini berartibahwa kondisi tambak juga sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan benih rajungan. Jikadibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, maka laju pertumbuhan dari hasil riset ini masihjauh lebih baik. Suharyanto & Tahe (2007) mendapatkan rata-rata laju pertumbuhan 18+1,6 mmdari lebar awal 39+0,6 mm dan pertambahan bobot rata-rata 17,3+2,3 g dengan bobot 8,3+1,3 g.Sedangkan (Weno et al., 2005), mendapatkan laju pertumbuhan kurang dari 50% dari bobot awal 9 g.Kedua penelitian tersebut, menggunakan benih alam dan pakan berupa ikan rucah yang diberikansecara rutin.

Tingginya laju pertumbuhan bulan pertama pada penelitian ini diduga karena lingkungan tambakyang cukup memenuhi syarat untuk kehidupan benih rajungan karena tambak dipersiapkan sesuaiprosedur. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan pakan alami yang baik dan salinitas masing-masingtambak berkisar antara 30–31 ppt, sehingga cukup ideal umtuk pertumbuhan rajungan. Meskipuntoleransi rajungan cukup lebar yakni dapat hidup pada salinitas 9–39 ppt (Chande dan Mgaya, 2003),tetapi kisaran ideal untuk pertumbuhannya adalah 27–32 ppt (Juwana, 1993), sedangkan menurutSusanto et al. (2004) salinitas ideal untuk pertumbuhan kepiting rajungan adalah 30 -31 ppt.

Laju sintasan rajungan selama penelitian tersaji pada Tabel 1, laju sintasan tertinggi 23,1+ 0,7%diperoleh pada perlakuan shelter rumput laut, kemudian diikuti shelter dari pada kombinasi waringdan rumput laut yakni sebesar 19,7+1,4% dan selter waring (18,3+1,2%). Berdasarkan analisis statistikperlakuan selter rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju sintasan rajungan jikadibandingkan dengan selter kombinasi waring dan rumput laut serta selter waring saja. Hasil inimenunjukkan hasil yang lebih baik, bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu denganlaju sintasan tertinggi yang dicapai hanya 10,7+1.5% (Suharyanto & Tahe, 2007). Kemudian hasilbudidaya kepiting rajungan di Ambon hanya mencapai kurang dari 5% (Weno et al., 2005). Selanjutnya

Gambar 2. Pertumbuhan bobot rajungan (Portunus pelagicus) selamapenelitian

Page 5: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

231 Pengaruh shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan ... (Suharyanto)

Susanto (2005) menyatakan, bahwa sintasan pemeliharaan rajungan di tambak dengan menggunakanbenih dari hatchery mencapai tingkat mortalitas sangat tinggi bahkan mencapai 100%.

Rendahnya laju sintasan (18,3+1,2% - 23.1+0,7%) yang diperoleh pada masing-masing perlakuandiduga disebabkan oleh sifat kanibalisme rajungan yang cukup tinggi. Sifat kanibalisme jugadimungkinkan karena adanya variasi ukuran yang besar pada rajungan saat pemeliharaan. MenurutSupito et al (1998) perbedaan ukuran merupakan salah satu penyebab kanibalisme dimana individuukuran besar pada kondisi lapar memakan individu ukuran yang lebih kecil.

Dari hasil yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, selter rumput laut masih lebih baiksebagai perlindungan rajungan yang dipelihara di tambak jika dibandingkan dengan waring danselter kombinasi waring dan rumput laut. Hal ini disebabkan rumput laut tumbuh di dasar tambakdan tersebar di seluruh dasar tambak sehingga cukup aman pada saat rajungan ganti kulit, sedangkanselter waring tidak tersebar merata.Disamping itu, juga ada nilai tambah dari rumput laut itu sendirisebagai hasil sampingan. Hasil penimbangan akhir rumput laut diperoleh 35 kg basah dari penebaranawal 25 kg per petak tambak (250 m2). Produksi rumput laut tersebut dirasakan cukup rendah,disebabkan tumbuhnya lumut sutera pada masing-masing petak tambak perlakuan, sehingga rumputlaut kurang sinar matahari yang mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.

Produksi tertinggi dicapai pada perlakuan selter rumput laut yakni 11,4 kg kemudian selterkombinasi keduanya 8,9 kg dan selter waring, masing-masing adalah 8,9 kg dan 7,9 kg. Hasil sidikragam menunjukkan bahwa selter rumput laut berpengaruh nyata terhadap produksi kepitingrajungan (P<0,05).

Hasil pegukuran kualitas air tersaji pada Tabel 2, unsur nitrogen dalam suatu perairan merupakanunsur penting dalam prores pembentukan protoplasma. Hasil pengukuran unsur-unsur tersebutmenunjukan bahwa kandungan nitrogen masih dalam batas-batas kewajaran. Menurut Schmittou(1991), konsentrasi nitrit sebesar 0,1 mg/L dapat menyebabkan stres pada organisme akuatik. Bilakonsentrasinya mencapai 1,00 mg/L dapat menyebabkan kematian.

Hasil pengukuran PO4-P, masih dalam kisaran yang layak bagi kehidupan akuatik. Menurut Chu(1943), batas terendah yang dibutuhkan adalah 0,018-0,090 mg/L, sedangkan untuk pertumbuhanyang optimum adalah 0,09-1,80 mg/L.. Pengamatan oksigen terlarut selama penelitian pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan selter waring dalam pemeliharaan rajunganmemberikan nilai rata-rata 5,4 + 1,1 mg/L, penggunaan selter rumput laut dan selter kombinasiwaring dan rumput laut masing-masing adalah 5,3 + 1,0 mg/L dan 5,2 + 0,8 mg/L. Menurut Schmittou(1991) oksigen terlarut masih menunjukkan kriteria yang aman untuk kehidupan rajungan.

Hasil pengukuran bahan organik total (BOT) menunjukkan kisaran antara 7,97 + 2,79 –9,24 +5,02 mg/L dan selama pengamatan terlihat bahwa pada masing-masing tambak cukup banyak larva-larva ikan. Bahan organik total di perairan dapat berupa bahan organik hidup (Seston) dan bahan

A B C (Waring) (R. Laut) (R. Laut + Waring)

Rerata lebar karapas akhir (mm ) 91,5 + 7,6 a 99,7 + 5,0 b 94,4 + 1,6 a

Rerata Pertamb. lebar mutlak (cm) 86,5 + 10,6 a 9,2 + 6,9 b 91,1 + 1,7 a

Rerata bobot akhir (g) 86,5 + 10,6 a 99,2 + 6,9 b 91,1 + 1,7 b

Pertambahan bobot mutlak (g) 86,5 + 10,5 a 99,1 + 7,0 b 91,0 + 1,7 a

Laju sintasan (%) 18,3 + 1,2 a 23,1 + 0,7 b 19,7 + 1,4 a

Produksi (kg/250 m2) 7,9 + 0,9 a 11,4 + 0,4 b 8,9 + 0,7 a

Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05)

VariabelPerlakuan

Tabel 1. Pertumbuhan lebar karapas, bobot, laju sintasan dan produksi rajungan denganperbedaan penggunaan shelter

Page 6: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 232

organik mati (tripton dan detritus). Menurut Koesbiono (1981), bahan organik terlarut bukan hanyasebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber bahan organik essensial bagi organisme perairan.Kemudian dikatakan selanjutnya bahwa kadar bahan organik total dalam tambak biasanya lebihtinggi dari pada di air laut yang rata-rata rendah dan tidak melebihi 3 ppm. Sedangkan menurut Reid(1961), perairan dengan kandungan bahan organik total di atas 26 mg/L adalah tergolong perairanyang subur. Hal ini terlihat bahwa pada pagi hari banyak kepiting rajungan yang bersembunyi dibalikselter baik selter waring maupun selter rumput laut sambil memakan organisme penempel yangterdapat pada selter tersebut. Dari hasil pengamatan kualitas air pada masing-masing tambak, makadapat dikategorikan cukup memenuhi syarat untuk pembesaran rajungan.

KESIMPULAN

Penggunaan selter rumput laut dalam pemeliharaan rajungan berpengaruh nyata terhadappertumbuhan lebar karapas, bobot, sintasan dan produksi rajungan yang dibesarkan di tambak(P<0,05) sedangkan selter waring dan kombinasi waring dan rumput laut tidak berpengaruh nyata(P>0,05). Laju sintasan terbaik diperoleh pada pemeliharaan dengan menggunakan selter rumputlaut yaitu sebesar 23,1%, sedangkan penggunaan shelter kombinasi waring dan rumput laut sebesar19,7% dan selter waring sebesar 18,3%. Produksi rajungan tertinggi dicapai pada perlakuan selterrumput laut yakni sebesar 11,4 kg.

Penelitian perlu dilanjutkan tentang rasio penggunaan shelter rumput laut yang ideal gunapeningkatan laju sintasan dan produksi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Diucapkan terima kasih kepada Program Pengembangan Sumberdaya Riset Kelautan dan PerikananTahun Anggaran 2006 yang telah membiayai penelitian ini sehingga dapat terlaksana sebagaimanamestinya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sdr. Danial, Mansyur, Nail, Kurniah danHaryani sebagai teknisi dan analis BRPBAP yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatanpenelitian dan analisis kualitas air.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2002. Laporan uji coba pemeliharaan larva kepiting bakau, Scylla serrata Forskal. DirektoratJenderal Perikanan, Balai Budidaya Air Payau, Jepara. 3 Hal.

Anonim. 2003. Statistik ekspor hasil perikanan 2002. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta. 410 hal.

Anonim. 2004. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2003. Departemen Kelautan dan PerikananDirektorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. 127 hal

A B C (Waring) (R. Laut) (R. Laut + Waring)

Salinitas (ppt) 31,1 + 3,7 30,1 + 4,4 30,6 + 3,9pH 8,3 + 0,3 8,2 + 0,2 8,2 + 0,2Oksigen(mg/L) 5,4 + 1,1 5,3 + 1,0 5,2 + 0,8Amoniak (mg/L) 0,1747 + 0,1336 0,1494 + 0,1053 0,1367 + 0,1049Nitrit (mg/L) 0,0068 + 0,0067 0,0106 + 0,0106 0,0096 + 0,0073 Fosfat (mg/L) 0.1206 + 0,0341 0.1149 + 0.0685 0.0949 + 0.0479BOT/ (mg/L) 9,24 + 5,02 7,97 + 2,79 9,17 + 3,61

VariabelPerlakuan

Tabel 2. Hasil rata-rata pengukuran kualitas air pada pemeliharaan rajungandengan penggunaan shelter yang berbeda

Page 7: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

233 Pengaruh shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan ... (Suharyanto)

Chande, A. I., and Y.D. Mgaya. 2003. The fishery of Portunus pelagicus and species diversity ofportunid crabs along the coastal of Dar es Salaam, Tanzania. Western Indian Ocean. J. Mar. Sci.2(1): 75 – 84.

Chu, S.P. 1943. The influence of mineral composition of the medium on the growth of phytoplanktonalgae. Paert II. The influence of concentration of inorganic nitrogen and phospate phosphorus. TheEcol. 31(2): 1-19.

Coleman, N. 1991. Encyclopedia of marine animals. Angus & Robertson, An Inprint of Harper CollinsPublishers. Australia. 364 pp.

Effendie, M.I. 2000. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.Juwana, S. 1993. Pengaruh pencahayaan, salinitas dan suhu terhadap kelulushidupan dan laju

pertumbuhan benih rajungan (Portunus pelagicus) Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Majalah Ilmu Kelautan. 16: 194-204.

Koesbiono. 1981. Biologi Laut. Fakultas Perikanan. Institut Pertanaian Bogor. 150 hal.Nontji, A. 1986. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 hal.Reid, G.K. 1961. Ecology of Inland water estuaries. Rein hald Published Co. New York. 375 pp.Schmittou, H.R. 1991. Budidaya keramba: Suatu metode produksi ikan di Indonesia. FRDP. Puslitbang

Perikanan. Jakarta. Indonesia. 126 hal.Suharyanto dan S. Tahe. 2006. Pendederan benih kepiting rajungan (Portunus pelagicus) dalam keramba

jaring apung di laut dengan padat tebar berbeda. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.3(16): 216 – 222.

Suharyanto dan S. Tahe. 2007. Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasankepiting rajungan (Portunus pelagicus) di tambak. Jurnal Riset Akuakultur. 2(1): 19-25.

Supito, Kuntiyo dan I. S. Djunaidah. 1998. Kaji pendahuluan pembesaran kerapu macan (Epinephelusfuscoguttatus) di tambak. dalam Perkembangan terakhir teknologi budidaya pantai untuk mendukungpemulihan ekonomi nasional. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Puslitbangkan, LokaPenelitian Perikanan Pantai Gondol-Bali bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency.Bali, 6-7 Agustus 1998. hal. 149-154.

Susanto, B., M. Marzuki, I. Setyadi, D. Syahidah, G.N. Permana, dan Haryanti. 2004. Pengamatanaspek biologi rajungan (Portunus pelagicus), dalam menunjang teknik perbenihannya. Warta PenelitianPerikanan Indonesia. 10(1): 6-11.

Susanto, B. 2005. Pengembangan Teknologi Perbenihan Rajungan (Portunus pelagicus). Makalahdisampaikan pada seminar Akuakultur Indonesia. Hotel Sahid Jaya, Makassar. 23-25 Nopember2005. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 6 hal.

Susanto, B., I. Setyadi, dan G. S. Sumiarsa. 2005a. Pertumbuhan krablet rajungan (Portunus pelagicus)turunan I (F-1) dengan jenis pakan berbeda. Dalam Sudradjat et al (Eds) Buku perikanan budidayaberkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal 187 –186.

Susanto, B., I. Setyadi, Haryanti, dan A. Hanafi. 2005b. Pedoman Teknis Teknologi Perbenihan Rajungan(Porunus pelagicus). Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. DepartemenKelautan dan Perikanan. Jakarta. 22 hal.

Weno, P.A., A.W. Aoumokil., dan O. Pattirane. 2005. Potensi dan Prospek Pembudidayaan Rajungan diPerairan Maluku. Makalah disampaikan pada seminar Akuakultur Indonesia. Hotel Sahid Jaya,Makassar. 23-25 Nopember 2005.

Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Pustaka Utama.Gramedia. Jakarta. 71 hal.

Page 8: PENGARUH SHELTER YANG BERBEDA TERHADAP … · rajungan (Portunus pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 234