pengaruh politik terhadap kesehatan

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah bagian dari politik oleh karena pelayanan kesehatan merupakan pelayanan publik yang seyogianya tidak hanya dijadikan sebagai kendaraan politik para calon atau kandidat kepala daerah. (Bambra et all, 2005). Sebuah studi yang dilakukan Navarro et all pada tahun 2006 meneguhkan korelasi antara ideologi politik suatu pemerintahan terhadap derajat kesehatan masyarakatnya, melalui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan tersebut. Konsep kesehatan yang dianut pemerintah kita saat ini, berbuah pembangunan kesehatan yang berbentuk pelayanan kesehatan individu, ketimbang layanan kesehatan komunitas yang lebih luas, program-program karitas yang bersifat reaktif seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau pengobatan gratis dan Jampersal. Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bagian Pembukaan butir b (menimbang); disebutkan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip 1

description

semoga bermanfaat

Transcript of pengaruh politik terhadap kesehatan

Page 1: pengaruh politik terhadap kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah bagian dari politik oleh karena pelayanan

kesehatan merupakan pelayanan publik yang seyogianya tidak hanya

dijadikan sebagai kendaraan politik para calon atau kandidat kepala daerah.

(Bambra et all, 2005). Sebuah studi yang dilakukan Navarro et all pada

tahun 2006 meneguhkan korelasi antara ideologi politik suatu pemerintahan

terhadap derajat kesehatan masyarakatnya, melalui kebijakan-kebijakan

yang diambil pemerintahan tersebut. Konsep kesehatan yang dianut

pemerintah kita saat ini, berbuah pembangunan kesehatan yang berbentuk

pelayanan kesehatan individu, ketimbang layanan kesehatan komunitas

yang lebih luas, program-program karitas yang bersifat reaktif seperti

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau pengobatan gratis dan

Jampersal.

Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bagian Pembukaan butir b

(menimbang); disebutkan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,

dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia

Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi

pembangunan. Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan kesehatan

dalam bentuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk

mempersiapkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing .

Indikator peningkatan derajat kesehatan antara lain adalah

meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu, angka

kematian bayi dan balita, serta angka kesakitan (morbiditas). Boleh jadi

indikator ini terus menampakkan grafik membaik. Transparansi tidak hanya

menyangkut masalah keuangan, namun transparansi dalam informasi atas

pelayanan publik

1

Page 2: pengaruh politik terhadap kesehatan

Sebagai contoh, data mengenai jumlah penderita gizi buruk, jumlah

penduduk miskin, rasio jumlah penduduk dengan jumlah sarana kesehatan

dan prosedur pelayanan dasar maupun rujukan hendaknya diberikan pada

publik secara transparan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa tidak, negara harus

berperan aktif. Mengutip Release Media Indonesia tentang Politik dan

kesejahteraan rakyat , Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang

kesehatan. Yakni kebijakan publik yang didasari oleh hak yang paling

fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara.Untuk mewujudkan

hak rakyat itu, jelas diperlukan keputusan politik yang juga sehat, yang

diambil oleh pemerintahan yang juga sehat secara politik. Dengan kata lain,

politik kesehatan ditentukan oleh sehat tidaknya politik negara. Hanya

pemerintahan dan DPR yang sakit-sakitan yang senang dan membiarkan

rakyatnya juga sakit-sakitan. Karena sehat merupakan hak rakyat, dan

negara pun tak ingin rakyatnya sakit-sakitan, diambillah keputusan politik

yang juga sehat. Yaitu, anggaran untuk kesehatan rakyat mendapatkan porsi

yang besar, sangat besar, karena negara tidak ingin rakyatnya sakit-sakitan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan pada makalah ini adalah:

1.2.1 Pengertian politik dan Politik Kesehatan ?

1.2.2 Pengaruh politik terhadap kesehatan?

1.2.3 Strategi dan esensi politik kesehatan?

1.2.4 Politik Kesehatan dan kemiskinan ?

1.2.5 Bagaimana politik kesehatan di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Mengetahui Pengertian Politik dan Pengertian Politik Kesehatan

2

Page 3: pengaruh politik terhadap kesehatan

1.3.2 Mengetahui Pengaruh politik terhadap kesehatan

1.3.3 Mengetahui Strategi dan esensi politik kesehatan

1.3.4 Mengetahui Politik Kesehatan dan kemiskinan

1.3.5 Mengetahui perkembangan politik kesehatan di Indonesia

3

Page 4: pengaruh politik terhadap kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik, Kesehatan dan Politik Kesehatan

2.1.1 Pengertian Politik

Perkataan politik berasal  dari bahasa Yunani yaitu Polistaia,

Polis berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri

sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dari segi kepentingan 

penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk

lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti

politik dari segi kepentingan penggunaan,   yaitu :

2.1.1.1 Dalam arti kepentingan umum (politics)

Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha

untuk kepentingan umum, baik yang berada dibawah kekuasaan

negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik

(Politics)   yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip,

keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki

disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk

mencapai keadaan yang kita inginkan

2.1.1.2 Dalam arti kebijaksanaan (Policy)

Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu

usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.

Jadi politik menurut kami adalah Suatu ilmu dan seni mengelola peran

untuk mencapai tujan yang dicapai.

4

Page 5: pengaruh politik terhadap kesehatan

2.1.2 Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua

aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional dan atau efisiensi

metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), mendefinisikan kesehatan didefinisikan

sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan

bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan"

Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya

sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Secara keseluruhan

kesehatan dicapai melalui kombinasi dari fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial, yang, bersama-sama sering disebut sebagai

"Segitiga Kesehatan"

2.1.3 Pengertian Politik Kesehatan

Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan

derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem

ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara. Untuk

meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Kekuasaan tersebut kelak

digunakan untuk mendapat kewenangan yang diperlukan untuk

mencapai cita-cita dan tujuan. Oleh karena itu derajat kesehatan

masyarakat yang diidamkan adalah merupakan sebuah tujuan yang di

inginkan seluruh rakyat banyak, maka derajat kesehatan hendaknya

diperjuangkan melalui sistem dan mekanisme politik.

Bambra et al (2005) dan Fahmi Umar (2008) mengemukakan

mengapa kesehatan itu adalah politik, karena dalam bidang kesehatan

adanya disparitas derajat kesehatan masyarakat, dimana sebagian

menikmati kesehatan sebagian tidak. Oleh sebab itu, untuk memenuhi

equity atau keadilan harus diperjuangkan. Kesehatan adalah bagian dari

Politik karena derajat kesehatan atau masalah kesehatan ditentukan oleh

kebijakan yang dapat diarahkan atau mengikuti kehendak (amenable)

5

Page 6: pengaruh politik terhadap kesehatan

terhadap intervensi kebijakan politik. Kesehatan bagian dari politik

karena kesehatan adalah Hak Asasi manusia.

2.2 Hubungan politik dan kesehatan

Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan. Yakni

kebijakan publik yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu

sehat merupakan hak warga negara. Sehingga dalam pengambilan keputusan

politik khususnya kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat

sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan dimana jika derajat

kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh pada

kesejahteraan masyarakat.

2.3 Pengaruh Politik Beserta Contohnya Terhadap Kesehatan

2.3.1 Pengaruh Politik Terhadap Kesehatan

Penentuan kebijakan di bidang kesehatan memang merupakan

sebuah sistem yang tidak lepas dari keadaan disekitarnya yaitu politik.

Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkan merupakan produk dari

serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses pembuatan

kebijakan termasuk tarik-menarik kepentingan antara aktor, interaksi

kekuasaan, alokasi sumber daya dan bargaining position di antara elit

yang terlibat. Proses pembentukan kebijakan tidak dapat menghindar

dari upaya individual atau kelompok tertentu yang berusaha

mempengaruhi para pengambil keputusan agar suatu kebijakan dapat

lebih menguntungkan pihaknya. Semua itu, merupakanmanifestasi dari

kekuatan politik (power) untuk mempertahankan stabilitas

dankepentingan masing-masing aktor. Bahkan tak jarang terjadi pula

intervensi kekuasaan dan tarik-menarik kepentingan politis dari

pemegang kekuasaan atau aktor yang memiliki pengaruh dalam posisi

politik.

Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan

derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem

ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara untuk

6

Page 7: pengaruh politik terhadap kesehatan

menciptakan masyarakat dan lingkungan sehat secara keseluruhan.

Untuk meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan

yang dimiliki, maka akan melahirkan kebijakan yang pro rakyat untuk

menjamin derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Kebijakan

pemerintah dapat terwujud dalam dua bentuk.

2.3.1.1 Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan meliputi undang-

undang, peraturan presiden, keputusan menteri, peraturan daerah,

baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota, dan peraturan

lainnya.

2.3.1.2 Kebijakan pemerintah dalam bentuk program adalah segala

aktifitas pemerintah baik yang terencana maupun yang insidentil

dan semuanya bermuara pada peningkatan kesehatan masyarakat,

menjaga lingkungan dan masyarakat agar tetap sehat dan

sejahtera, baik fisik, jiwa, maupun sosial.

Oleh karena itu, untuk menciptakan kesehatan masyarakat yang

prima maka dibutuhkan berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi

petugas kesehatan dan masyarakat luas, sehingga suasana dan lingkungan

sehat selalu tercipta. Di samping itu pemerintah harus membuat program

yang dapat menjadi stimulus bagi anggota masyarakat untuk menciptakan

lingkungan dan masyarakat sehat, baik jasmani, rohanio,  rohani, sosial

serta memampukan masyarakat hidup produktif secara sosial ekonomi.

Kebijakan kesehatan yang juga berhubungan dengan peningkatan

kesejahteraan penduduk adalah dengan menambah personel kesehatan baik

yang terlibat dalam upaya preventif maupun dalam tindakan kuratif.

Tujuan kebijakan ini agar pelayanan kesehatan tidak hanya dinikmati oleh

golongan tertentu, namun juga bisa dinikmati oleh semua lapisan

masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini.

Pada era globalisasi diperlukan sumberdaya manusia yang

berkualitas yang didukung fisik dan mental yang sehat, sehingga mampu

berkompetisi paling optimal. Tanpa didukung dengan kesehatan fisik dan

7

Page 8: pengaruh politik terhadap kesehatan

mental yang balk, sumberdaya manusia tidak akan mampu berkompetisi

dengan optimal. Secara tradisional kesehatan diukur dari aspek negatifilya

seperti angka kesakitan, angka kecacatan, dan angka kematian. Melalui

paradigma sehat, kesehatan sudah tidak lagi dipandang semata - mata

sebagai terbebas dari penyakit, tetapi sebagai sumberdaya yang memberi

kemampuan kepada individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat untuk

mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan, dan Iingkungannya.

Berbeda dengan paradigma lama yang berorientasi kepada

penyakit, maka paradigma baru berorientasi kepada nilai positif kesehatan,

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seoptimal mungkin melalui

pengurangan dalam penderitaan dan kecemasan, serta peningkatan dalam

harkat diri dan kemampuan untuk mandiri, sekalipun dalam menghadapi

penyakit yang kronis maupun fatal (Manajemen Strategis Terpadu Bagi

Masyarakat Miskin, 1999).

Saat ini dimana lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berada

pada situasi krisis, termasuk sektor kesehatan telah membuat masyarakat

terutama masyarakat golongan miskin bertambah menderita karena

semakin sulit menjangkau fasilitas kesehatan milik swasta maupun

pemerintah. Dalam hal ini, rumah sakit sebagai organisasi sosial

bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit

harus dapat berfungsi sebagai rumah sehat yang melaksanakan kegiatan

promotif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit, dan masyarakat di

wilayah cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi

organisasi yang sehat.

Penerapan sebagai rumah sehat memerlukan pendekatan terpadu

dalam pengernbangan organisasi dan tenaga kesehatan. Gerakan rumah

sehat akan menghasilkan penajaman pelayanan rumah sakit dalam

menunjang gerakan kesehatan bagi semua dan pemberdayaan pasien serta

staf rumah sakit (Manajemen Strategis Terpadu Bagi Masyarakat 1999).

Masyarakat selalu mengharapkan agar pelayanan rumah sakit, baik. milik

pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan yang baik dan

8

Page 9: pengaruh politik terhadap kesehatan

memuaskan bagi setiap pengguna yang memanfaatkannya, pasien

menginginkan fasilitas yang baik dari rumah sakit, keramahan pihak

rumah sakit, serta ketanggapan, kemampuan, dan kesungguhan para

petugas rumah sakit, Dengan demikian pihak rumah sakit dituntut untuk

selalu berusaha meningkatkan layanan kepada pasien.

Haryono Wiratno (1998), mengatakan bahwa kualitas pelayanan

(Service Quality) adalah pandangan konsumen terhadap hasil

perbandingan antara ekspektasi konsumen dengan kenyataan yang

diperoleh dari pelayanan. Sedangkan kepuasan adalah persepsi pelanggan

terhadap satu  pengalaman layanan yang diterima

Program kesehatan di masyarakat mendapat perhatian tetapi, yang

dapat kita pelajari dari makalah ini adalah bahwa banyak kebijakan

“bagus” tetapi seperti berada di keranjang sampah. Mereka dibuang begitu

saja. Ada contoh peristiwa politik memanfaatkan kebijakan tetapi berbeda

dari masalah dan policy option yang sewajarnya lebih baik.

 Muatan politik begitu kuat sehingga kebijakan itu menyeleweng

dari relevansi masalah yang dianggap oleh masyarakat dan birokrat. Ada

contoh peristiwa politik berhimpitan dengan masalah dan policy option

yang relevan dengan stakeholder lain. Politik memiliki pengaruh begitu

besar terhadap kebijakan dan pengembangan di bidang kesehatan.

2.3.2 Contoh pengaruh politik terhadap kesehatan

2.3.2.1 Anggaran kesehatan

Karena sehat merupakan hak rakyat dan negara pun tak

ingin rakyatnya sakit-sakitan, diambillah keputusan politik yang

juga sehat. Yaitu, anggaran untuk kesehatan rakyat mendapatkan

porsi yang sangat besar, karena negara tidak ingin rakyatnya

sakit-sakitan. Pemerintah bersama DPR. Membebani impor alat-

alat kedokteran dengan pajak yang sama untuk impor mobil

mewah, juga keputusan politik.

9

Page 10: pengaruh politik terhadap kesehatan

2.3.2.2 UU Tembakau; Cukei rokok terus dinaikkan karena konsumsi

rokok di Indonesia semakin meningkat.

Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat

konsumsi tembakau terus meningkat dan beban peningkatan ini

sebagian besar ditanggung oleh masyarakat miskin. Angka

kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai 200 juta dolar

Amerika, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang

diakibatkan merokok terus meningkat. Di Indonesia, jumlah biaya

konsumsi tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di

tingkat rumah tangga dan biaya tidak langsung karena hilangnya

produktifitas akibat kematian dini, sakit dan kecacatan adalah US

$ 18,5 Milyar atau Rp 167,1 Triliun.  Jumlah tersebut adalah

sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp

32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milyar tahun 2005 (1US$ = Rp

8.500,-).

2.3.2.3 Program Pembatasan Waktu Iklan Rokok

Larangan iklan secara menyeluruh merupakan upaya

untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat khususnya

anak-anak  dan remaja. Anak-anak dan remaja merupakan sasaran

utama produsen rokok. Diakui oleh industri rokok bahwa anak-

anak dan remaja merupakan aset bagi keberlangsungan industri

rokok. Untuk itu kebijakan larangan iklan rokok secara

menyeluruh harus diterapkan untuk melindungi anak dan remaja

dari pencitraan produk tembakau yang menyesatkan.

Pelarangan iklan rokok menyeluruh (total ban) mencakup

iklan, promosi dan sponsorship yang meliputi pelarangan (1)

iklan, baik langsung maupun tidak langsung di semua media

massa; (2) promosi dalam berbagai bentuk, misalnya potongan

harga, hadiah, peningkatan citra perusahaan dengan menggunakan

nama merek atau perusahaan dan (3) sponsorship dalam bentuk

10

Page 11: pengaruh politik terhadap kesehatan

pemberian beasiswa, pemberian bantuan untuk bidang

pendidikan, kebudayaan, olah raga, lingkungan hidup, dll.

2.4 Kebijakan Kesehatan dan Analisis Kebijakan serta Dasar – Dasar

Membuat Kebijakan Kesehatan

2.4.1 Kebijakan Kesehatan dan Analisis Kebijakan

Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang

mengandung arti atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis,

kebijakan, dan kesehatan. Analisa atau analisis, adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau

peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab

atau duduk perkaranya (Balai Pustaka, 1991). Kebijakan merupakan

suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip

tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam

terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang

alternative terbaik[8]. Kebijakan  adalah rangkaian dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau

pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai

garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran

tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan

asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk

mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan,

adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk

mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika

penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).

Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan

adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasar

pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila

menghadapi kesulitan.[11] Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu

11

Page 12: pengaruh politik terhadap kesehatan

keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang

berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,

keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna

melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan

tertentu.[8]

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan ekonomi

(RI, 1992).[9]  Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang

dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang

sempurna yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya

terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No. 36, tahun

2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. [12]

Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai

metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan

informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan

ditingkat politik dalam  rangka memecahkan masalah kebijakan

kesehatan.

2.4.2 Dasar – dasar membuat kebijakan kesehatan

Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil

pengembangan dari analisis kebijakan publik. Akibat dari semakin

majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan

dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis

kebijakan kesehatan muncul.

Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan

kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan

fungsi itu adalah:

12

Page 13: pengaruh politik terhadap kesehatan

Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan

yang fokus pada  masalah yang akan diselesaikan.

Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin

ilmu. Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan.

Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan menggabungkan

keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah

keilmuan.

Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu

memberikan jenis tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk

menyelesaikan suatu masalah.

Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan

yang sesuai atas suatu masalah yang awalnya tidak pasti.

Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang

muncul kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah

diputuskan/diundangkan. [1] [2]

2.4.3 Kebijakan Kesehatan Di Indonesia

2.4.3.1 Isu strategis

A. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

bermutu belum optimal.

B. Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan

belum optimal

C. Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan

masih kurang memadai

D. Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan

pembangunan kesehatan masih terbatas.

2.4.3.2 Strategi kesehatan di Indonesia

A. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan

B. Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan

13

Page 14: pengaruh politik terhadap kesehatan

C. Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang

kesehatan

D. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

E. Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan

2.4.3.3 Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat

A. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

B. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan

generasi muda

C. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

2.4.3.4 Kebijakan program lingkungan sehat

A. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar

B. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

C. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

D. Pengembangan wilayah sehat

2.4.3.5 Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan

kesehatan

A. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan

jaringannya

B. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana

puskesmas dan jaringannya

C. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat

generik esensial

D. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup

sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana

E. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

2.4.3.6 Kebijakan program upaya kesehatan perorangan

A. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS

14

Page 15: pengaruh politik terhadap kesehatan

B. Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal

secara selektif

C. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit

D. Pengadaan obat dan perbekalan RS

E. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan

F. Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga

G. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

2.4.3.7 Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit

A. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

B. Peningkatan imunisasi

C. Penemuan dan tatalaksana penderita

D. Peningkatan surveilans epidemologi

E. Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit

2.4.3.8 Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat

A. Peningkatan pendidikan gizi

B. Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin

A, kekuarangan zat gizi mikro lainnya

C. Penanggulangan gizi lebih

D. Peningkatan surveilans gizi

E. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

2.4.3.9 Kebijakan program sumber daya kesehatan

A. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

B. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan

kesehatan terutama untuk penduduk miskin

C. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

2.4.3.10 Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan

kesehatan

A. Pengkajian dan penyusunan kebijakan

B. Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran,

pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan

administrasi keuangan, serta hukum kesehatan

15

Page 16: pengaruh politik terhadap kesehatan

C. Pengembangan sistem informasi  kesehatan

D. Pengembangan sistem kesehatan daerah

E. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan

2.4.3.11 Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan

A. Penelitian dan pengembangan

B. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian

C. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan

pengembangan kesehatan

2.4.4 Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh

karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen

politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan

penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi.

Para Aktor Politik sebagai penentu kebijakan masih beranggapan sektor

kesehatan lebih merupakan kegiatan yang bersifat konsumtif ketimbang

upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga

apabila ada keguncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi

terhadap sektor ini tidak akan meningkat.

Sementara itu para pakar kesehatan belum mampu

memperlihatkan secara jelas manfaat investasi bidang kesehatan dalam

menunjang pembangunan negara. Kesenjangan derajat kesehatan

masyarakat antar wilayah atau spesial perlu segera diatasi. Investasi yang

selama ini lebih ditekankan pada penambahan fasilitas, peralatan dan

tenaga medis perlu dipelajari kembali.

Banyak rumah sakit, puskesmas, poliklinik, bidan, dan dokter

bukan merupakan jaminan meningkatnya kesehatan penduduk. Sehingga

dalam upaya memecahkan masalah kesehatan tidak bisa hanya dilakukan

di bangsal-bangsal rumah sakit ataupun ruang tunggu poliklinik atau

puskesmas melainkan di perlukan intervensi yang serius dari ”Aktor

Politik” apakah di Departemen Kesehatan yang di komandani oleh

16

Page 17: pengaruh politik terhadap kesehatan

”Aktor Politik” sebagai pembantu presiden (Menteri Kesehatan) yang

melaksanakan kebijakan politik Presiden yang telah mengangkatnya,

Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

kepada Gubernur/ Bupati/Walikota serta Aktor Politik di DPR RI / DPD/

DPRD Propinsi/ Kabupaten/Kota.

Pergeseran paradigma dari pelayanan medis ke pembangunan

kesehatan untuk membuat rakyat sehat memerlukan penguatan komitmen

politik dari seluruh ”aktor politik” yang telah dipilih oleh rakyat,

kesemuanya semata-mata untuk kemakmuran rakyat, melalui upaya

nyata dengan memprioritaskan berbagai kebijakan untuk membuat rakyat

sehat.

Sejauh mana dan seberapa besar komitmen politik dari "aktor

politik" untuk mewujudkan kesehatan warganya dapat kita lihat selama

lima tahun desentralisasi. Adakah komitmen Gubernur/ Bupati/Walikota

yang didukung DPRD masing-masing, yang telah memberikan anggaran

kepada sektor kesehatan minimal sebesar 15 % dari APBD. Menurut

Ketua Panitia Ad Hoc (PAH) IV Dewan Perwakilan Daerah (Kompas, 26

April) yang menyatakan adanya kecenderungan kepala daerah

mengutamakan kepentingan proyek mercusuar di daerahnya. Rasio dana

alokasi dana operasional di daerah dengan alokasi dana untuk

pembangunan daerah masih timpang dengan rasio 60 persen berbanding

30 persen. Begitu menjadi kepala daerah yang pertama mereka pikirkan,

membangun atau merenovasi rumah dinas agar menjadi mewah, atau

segera mengganti mobil dinas dengan mobil yang baru, lalu membangun

gedung. Hal ini menggambarkan ”aktor politik” belum memprioritaskan

pada pembangunan kesehatan. Padahal jika mau ber-Investasi untuk

kesehatan ini akan berdampak kepada produktivitas seluruh warga,

karena jika warganya sehat maka akan lebih produktif dan akhirnya dapat

mendukung berbagai program pembangunan sesuai dengan kompetensi

masing-masing warga tersebut. Melalui komitemen ini sebenarnya dapat

17

Page 18: pengaruh politik terhadap kesehatan

pula dijadikan modal politik untuk mendapatkan suara pada periode

pemilihan selanjutnya. Akan tetapi jika mereka tidak memiliki komitmen

untuk menyehatkan warganya, maka jangan disalahkan jika "rakyat yang

telah sadar politik" yang memiliki hak dalam memilih akan dapat

memberikan sangsi politik dengan tidak memilihnya kembali untuk

periode kepemimpinan berikutnya.

Dilema yang dialami oleh "aktor politik" baik di eksekutif

maupun di Legislatif dan duduk menjadi anggota DPRD yang memiliki

hak lesgislasi (membuat UU/Perda), Hak Bugjeting (membuat Anggaran)

dan Hak pengawasan di berbagai daerah adalah tidak adanya dasar

hukum berupa undang-undang yang mengharuskan mereka menetapkan

anggaran kesehatan dalam APBD sebesar 15% seperti yang kita

harapkan, karena belum ada undang- undangnya.

Padahal saat ini UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

sedang dalam proses amandemen atas inisiatif DPR RI, sehingga hal ini

dapat dijadikan momentum untuk menunjukkan komitmen politik oleh

aktor politik di Republik ini kepada warga yang telah memilihnya. Dan

melalui komitmen ini pula dapat dijadikan modal politik untuk pemilu

kelak, Rakyat yang telah sadar politik kelak tidak akan pindah kelain hati

(akan tetap memilih) wakilnya yang benar-benar memperjuangkan

kepentingan rakyat, yang benar-benar berupaya untuk membuat rakyat

sehat. Salah satunya adalah dengan penguatan komitmen dan

memberikan prioritas pembangunan sektor kesehatan. Upaya yang

strategis dapat dilakukan saat ini dalam proses amandeman UU No 23/92

tentang Kesehatan yang sedang berjalan, dengan cara memasukkan kata

"wajib memberikan anggaran di APBN dan APDB minimal sebesar 15%

dari APBN/APBD" pada salah satu pasal dalam amandemen UU 23/92.

Karena UU ini kelak akan menjadi rujukan formal oleh aktor-aktor

politik dalam membuat berbagai kebijakan dalam pembangunan sektor

kesehatan.

18

Page 19: pengaruh politik terhadap kesehatan

Intervensi oleh Aktor Politik untuk Membuat Rakyat Sehat

Aktor politik tidak hanya cukup menyatakan keprihatinan dengan

merebaknya berbagai penyakit, masalah gizi buruk dan masalah-masalah

kesehatan masyarakat yang banyak menimpa masyarakat miskin dewasa

ini, yang semua ini menyulitkan pencapaian untuk membuat rakyat

Indonesia sehat dan komitmen global MDGs 2015. Aktor Politik baik di

pusat dan di daerah yang domisisli dari Sabang sampai Meroke dapat

membuat kebijakan dan hukum yang menekankan pada program

perlindungan kesehatan, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit,

memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, menguatkan kerjasama

lintas sektoral dan mengajak seluruh lapisan masyarakat bersama-sama

bertanggung jawab dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan dan

perilaku hidup sehat. Dapat pula membuat kebijakan berupa program

yang bersifat nasional yang dapat menjamin kesehatan generasi

mendatang secara dini yang melindungi kelompok rentan yaitu ibu, bayi

dan anak dari berbagai gangguan gizi dan masalah kesehatan.

Jika kita perhatikan sejak Orde baru dengan program kerja yang

terencana PELITA I–VII, dilanjutkan lagi dengan era desentralisasi yang

sudah berlangsung lebih lima tahun, masih menyebabkan angka kematian

ibu dan angka kematian bayi baru lahir dengan angka yang

pergeserannya tidak signifikan. Bahkan ada data yang menunjjukan

bahwa setiap 2 jam ada ibu baru melahirkan yang meinggal dunia.

Kedepan seharusnya Aktor politik dapat membuat program-program

kerja yang lebih proaktif misalnya dengan membuat program kerja yang

proaktif dengan cara melakukan intervensi di Hulu pada permasalahan

kesehatan yang ada. Misalnya untuk mengurangi secara signifikan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir perlu dibuat kebijakan

untuk mengintervensi sejak di ketemukan adanya Wanita Usia Subur

(WUS) dengan kategori tidak mampu, menikah dengan pria yang

dikategorikan tidak mampu pula di KUA ataupun Catatan setempat sipil

dan diketahui oleh pihak kelurahan setempat, juga diketahui oleh pihak

19

Page 20: pengaruh politik terhadap kesehatan

puskesmas terdekat. Intervensi untuk program penyelamatan ibu tersebut

misalnya memberikan batuan langsung tunai untuk ibu hamil (BLT-IH)

tidak mampu. Intervensi ini berupa BLT-IH ini diberikan selama 9 bulan

dan diberikan juga bantuan biaya untuk biaya melahirkan bila perlu

dengan biaya transportasi pulang-pergi dari dan kelokasi tempat

melahirkan yaitu tenaga professional yang mampu menolong kelahiran

(bidan praktek, obgyn, dll).

Setelah anaknya lahir perlu pula dibuat kebijakan untuk

menyelamatkan bayi tersebut dari berbagai gangguan gizi dan masalah

kesehatan sampai umur tiga tahun melalui intervensi dengan cara

memberikan bantuan langsung tunai Bayi bawah Tiga Tahun (BLT-

Batita), hal ini untuk menjaga kesehatan gizi si anak dan dijaga pula

kesehatan dengan memberikan imunisasi lengkap. Dengan adanya

program program proaktif tersebut diharapkan kedepan di era

desentarlaisasai ini kita akan melakukankan berbagai kegiatan tidak lagi

mengurusi masalah tingginya angka kematian Ibu dan bayi baru lahir.

Deparemen terkait lainnya dapat pula ,memberdayakan kepala keluarga

dengan memberikan pelatihan –pelatihan keterampilan kerja sehingga

orang tua anak dapat berusaha untuk mencukupi perekonomian mereka.

Sehingga diharapkan kedepan tidak dijumpai lagi adanya kasus Kurang

Energi Protein (KEP) yang tersebar dimana-mana. Intervensi kebijakan

strategis lainya adalah dalam pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas

yang mencakup upaya preventif dan promotif selain tetap menjalankan

program kuratif dan rehabilitatif. Sudah selayaknya manajer di Puskesma

di berikan kepada tenaga yang benar-benar mampu dan memiliki latar

belakang ilmu pengetahuan dan pengalaman praktis untuk menjadi

manajer dalam upaya pelayanan kesehatan dasar yang merupakan arah

pembangunan kesehatan oleh pemerintah, dengan dasar hukum SK

Menkes Nomor: 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Pusat

Kesehatan dalam kriteria personalia yang mengisi struktur masyarakat

20

Page 21: pengaruh politik terhadap kesehatan

dimana Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab

masing-masing unit Puskesmas.

Khsusunya untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut

dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang

kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Nampaknya

upaya untuk membuat rakyat sehat belum sejalan dengan rekrutmen

tenaga

kesehatan/PNS yang baru berjalan. Sedangkan upaya bidang kuratif tetap

menjadi tanggung jawab profesi yang bertanggung jawab pada bidang

kuratif yaitu medical dokter. Jika mungkin untuk memberlakukan

kembali sistem Inpres dokter di untuk tingkat pelayanan dasar. Karena

menurut data masih banyak upaya kuratif di puskesmas tidak dilakukan

oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi untuk melakukan

upaya kuratif tersebut, tetapi didelegasikan kepada tenaga lain yang nota

bene tidak berhak untuk melakukan pelayanan kuratif.

Kebijakan oleh aktor politik di daerah (Bupati/Walikota) dapat

menetapkan profesional sebagai manajer puskesmas dalam upaya

membuat rakyat sehat, dengan cara menjaga kesehatan warga diwilayah

kerja dapat melakukan kegiatan untuk membuat rakyat sehat dengan

berbagai trobosan program untuk betul-betul membuat warga

masayarakat semakin sehat dan produktif, sehingga akhirnya dapat

berkarya menghasilkan sesuatu sesuai dengan keahlian dan

tanggungjawabnya masing-masing, dengan tidak meninggalkan upaya

kuratif. Kebijakan populis lainnya yang bisa dipikirkan untuk mendorong

hal ini, misalnya, melalui pemberian award bagi manajer Puskesmas dan

Rumah Sakit yang telah berhasil memotivasi sejumlah warga untuk

selalu sehat dan produktif melalui berbagai program promotif dan

preventif yang dijalankan dalam tupoksi kedua lembaga ini.

Untuk jangka panjangnya kegiatan yang ideal adalah

memprioritaskan pada upaya promotif, preventif dan protektif dengan

21

Page 22: pengaruh politik terhadap kesehatan

tidak meninggalkan upaya kuratif dengan ukuran yang mudah dan

menggunakan indikator-indikator langsung berupa menurunnya angka

kunjungan ke puskesmas, puskesmas pembantu dan Rumah Sakit(RS)

dikarenakan sakit. Fungsi pelayanan dasar harus memprioritaskan dalam

upaya membuat rakyat sehat dan produktif.

Fungsi RS juga harus bergeser yaitu dalam rangka menyehatkan

warga negara dengan Ilmu dan teknologi kedokteran kesehatan, karena

RS adalah bagian dari upaya Sistem Kesehatan Nasional. Dan sebetulnya

dalam pakem paradigma sehat yang utama adalah menjaga yang sehat

agar tetap sehat sehingga tidak sakit dan dapat terhindarkan dari

penyakit. Selain tentunya menyembuhkan yang sakit dan menjaganya

agar tidak kembali sakit. Bila penduduk sehat maka mereka dapat lebih

produktif, dapat meningkatkan pendapatan ekonominya dan dapat lebih

memiliki kepedulian dalam menjalankan demokrasi. Dan akhirnya rakyat

yang sehat dapat pula memilih wakil mereka yang berkualitas melalui

pemilu yang demokratis. Tentunya rakyat akan menentukan pilihannya

yang ditujukan kepada “aktor politik” yang benar-benar memiliki

komitmen untuk membuat warga negara menjadi sehat.

Bentuk intervensi yang cerdas yang dapat dilakukan oleh aktor

politik untuk mencegah agar penduduk tidak sakit, wajib kita dukung.

Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan

”perekayasaan” yang positif didasarkan pada pertimbangan sosial-

kultural daerah setempat. Masing-masing daerah dapat pula melakukan

perekayasaan kepada masyarakat untuk selalu hidup sehat dan terhindar

dari penyakit. Perekayasaan yang sederhana dan dilakukan oleh

masyarakat itu sendiri. Di era desentaralisasi ini dengan penguatan

komitmen politik untuk selalu memprioritaskan pembangunan sektor

kesehatan. Upaya strategis lainnya dalah mengimplementasikan

penjabaran UU RI no 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) yang di implementasikan dalam bentuk Peraturan

22

Page 23: pengaruh politik terhadap kesehatan

Pemerintah untuk diprluas dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi

baru lahir. Sehingga kelak kita dapat berharap di media massa akan

terlihat laporan ”neraca kesehatan” dengan persentase semakin

banyaknya warga negara yang terhindarkan dari sakit dan telah dibuat

sehat melalui berbagai kebijakan di hulu.

2.5 Masalah politik dan kesehatan

Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat

dalam bidang kesehatan. Masalah politik dalam kesehatan adalah sesuatu

yang harus diselesaikan atau dipecahkan dalam upaya pembangunan di

bidang kesehatan. Saat ini, apa yang dipikirkan oleh ahli kesehatan

masyarakat sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh para pemimpin

politik dalam melihat pembangunan.

Para ahli kesehatan masyarakat selalu memandang kesehatan

adalah utama dan satu satunya cara dalam mencapai kesejahteraan,

kesehatan ibu dan anak adalah prioritas, ketimpangan kaya dan miskin

adalah sumber masalah kesehatan. kebijakan dan politik kesehatan harus

berbasis bukti dan pendekatan pencegahan penyakit adalah yang utama.

Sayangnya para pemimpin politik, tidak memandang sama dalam melihat

persoalan pembangunan kesehatan, keputusan-keputusan politik lebih

didasari kepada hasil survey popularitas dan prioritas pembangunan lebih

kepada yang terlihat cepat di mata konstituen. perbedaan masalah ini

berakar dari para ahli kesehatan masyarakat yang enggan untuk memahami

masalah politik pembangunan, terutama pembangunan dalam bidang

kesehatan. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masalah kesehatan adalah

masalah politik.

Masalah kesehatan bukan lagi hanya berkaitan erat dengan tehnis

medis, tetapi sudah lebih jauh memasuki area-area yang bersifat social,

ekonomi dan politik karena masalah kesehatan merupakan masalah politik

maka untuk memecahkannya diperlukan komitmen politik. Namun, untuk

memecahkan masalah tersebut ternyata tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan. Disini aktor politik kesehatan belum mampu meyakinkan

23

Page 24: pengaruh politik terhadap kesehatan

bahwa kesehatan adalah investasi, sector produktif dan bukan sector

konsumtif. Praktisi kesehatan juga belum mampu memperlihatkan secara

jelas di dalam mempengaruhi para pemegang kebijakan tentang manfaat

investasi bidang kesehatan yang dapatmenunjang pembangunan bangsa.

Tidak ada batasan yang jelas siapa aktor politik kesehatan yang

sesungguhnya, namun dapat dikatakan bahwa aktor politik kesehatan adalah

orang, lembaga atau profesi yang berjuang untuk mewujudkan rakyat yang

sehatdan sejahtera. Akan tetapi karena masalah politik adalah masalah

kesehatan, maka tentu saja tidak perlu semua aktor politik adalah orang

kesehatan atau orang dengan latar belakang kesehatan akan tetapi yang

terpenting adalah bagaimana para aktor politik mempunyai wawasan

kesehatan.

2.6 Strategi dan Esensi Politik Kesehatan

Berita di panggung politik akhir – akhir ini, baik Pilgub ataupun

Pilbup tak henti- hentinya menghiasi media massa baik Cetak maupun

Elektronik. Seolah menjadi sumber berita yang memberikan “ energi lebih” 

kepada media untuk menjadikannya headline setiap hari.

Namun disisi lain, berbagai strategi yang telah dilakukan tersebut

tetap tidak menghentikan lajunya perkembangan penyakit yang terus

memeras keringat para ahli kesehatan untuk mengendalikannya. Masih

Terus terdengar banyaknya masyarakat miskin yang tak mampu mengakses

layanan kesehatan karena tak ada biaya. Masih banyaknya Balita yang

mengalami Gizi buruk. Buruknya mutu pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat di Puskesmas dan  Rumah sakit pemerintah, serta sejumlah

permasalahan pada sektor kesehatan yang menunggu implementasi  Visi,

misi, dan program para calon pemimpin yang tampak menjanjikan, namun

sungguh sulit untuk direalisasi, akankah kenyataannya seindah janji.

Anggaran itu sudah pasti merupakan produk politik, karena

ditetapkan pemerintah bersama DPR. Membebani impor alat-alat

kedokteran dengan pajak yang sama untuk impor mobil mewah, juga

24

Page 25: pengaruh politik terhadap kesehatan

keputusan politik. Membiarkan dokter menumpuk dan berebut cuma di kota

besar, atau mengatur penyebarannya berdasarkan kepentingan Daerah,

contoh lain buah keputusan politik, singkatnya, politik kesehatan atau

kebijakan kesehatan memang akhirnya ditentukan oleh keputusan politik.

Kalau kehidupan politik di suatu Daerah tidak sehat, jangan harap kesehatan

masyarakat di daerah itu akan diurus dengan sehat pula. Politik yang sakit

akan membiarkan rakyatnya sakit.

Contoh paling nyata yang terjadi da l a m pe ne t a pan a ngga ran

un tuk kesehatan, menteri kesehatan mengajukan rancangan

anggaran kepada presiden yang kemudian akan dibahas bersama

DPR karena dalam penetapan Anggaran Belanja Negara DPR

mempunyai wewenang dalam menyetujui maupun menolak

terhadap rancangan yang diajukan tersebut.

2.7 Perkembangan Politik Kesehatan di Indonesia

2.7.1 Politik Kesehatan di Indonesia

Jika kaya di Indonesia, kita bisa mendapatkan kedudukan

kesehatan, meskipun Anda mungkin harus pergi ke Singapura atau

Malaysia untuk mendapatkannya. Bagi orang Indonesia miskin, dan

bahkan bagi banyak orang di kelas menengah, pilihannya adalah tidak

begitu baik.

Perubahan politik adalah pedang bermata dua bagi kesehatan.

Beberapa tantangan besar mempengaruhi sektor ini, serta beberapa

sumber dinamisme, timbul dari desentralisasi. Sejak jatuhnya

pemerintahan otoriter Soeharto pada tahun 1998, desentralisasi politik

dan fiskal telah menghasilkan satu set kompleks tantangan untuk

pemrograman kesehatan. Di satu sisi, desentralisasi pelayanan

kesehatan menciptakan peluang bagi visioner pemimpin lokal untuk

mengembangkan program kesehatan yang ditargetkan untuk para

pemilih. Tetapi juga telah membuat sistem rentan terhadap politik

25

Page 26: pengaruh politik terhadap kesehatan

kekuasaan lokal dan korupsi dicentang, dan melanggengkan

kesenjangan antara daerah kaya dan miskin.

Akurat atau terlambat diagnosa, fasilitas tidak memadai dan

pengobatan, biaya yang berada di luar jangkauan: semua ini adalah

bagian dari pengalaman sehari-hari kesehatan bagi jutaan rakyat

Indonesia. Akibatnya, setiap tahun, warga yang tak terhitung negara

meninggal akibat kondisi yang seharusnya dicegah atau disembuhkan.

Ini edisi khusus Indonesialooks dalam pada masalah yang menimpa

kesehatan, dan mencari tanda-tanda harapan di tengah perubahan politik

yang membentuk kembali Indonesia sebagai masyarakat yang lebih

demokratis.

Kekuatan sosial dan politik yang telah menghasilkan hasil yang

tidak merata seperti untuk sektor kesehatan di Indonesia selama masa

transisi negara menuju demokrasi. Sementara perekonomian Indonesia

tumbuh dengan pesat, pemerintah terus menghabiskan lebih sedikit

pada kesehatan per kapita dibanding negara-negara tetangganya dengan

profil ekonomi yang sama, indikator kunci kesehatan - seperti rasio

penyedia kesehatan untuk penduduk - juga tertinggal. Maka timbullah

pertanyaan-pertanyaan yang kompleks seperti apa yang memegang

Indonesia kembali?' Apa yang memotivasi pejabat terpilih, profesional

kesehatan dan konsumen untuk membuat keputusan yang mereka buat?

Dan apa hasil bagi masyarakat yang paling rentan di Indonesia?

Jenis disfungsi yang mengganggu sektor: dari ketidakhadiran di

klinik kesehatan dengan rincian dalam berbagi informasi penting antara

kabupaten dan pusat. Pisani menyalahkan insentif politik condong

untuk banyak disfungsi ini. Misalnya, pejabat daerah yang terpilih

berinvestasi dalam infrastruktur kesehatan yang mahal dan mencolok

untuk meningkatkan profil politik mereka, daripada mengatasi

kebutuhan kesehatan yang lebih kompleks. Tetapi transisi demokrasi

juga membawa perubahan positif. Pisani poin bagaimana pemilihan

langsung memberikan tekanan pada politisi lokal untuk menjawab

26

Page 27: pengaruh politik terhadap kesehatan

tuntutan konstituen mereka untuk layanan kesehatan yang lebih baik.

Sebagai harapan masyarakat meningkat, ia berharap, demikian juga

akan kualitas pelayanan.

Edward Aspinall dan Hawa Warburton menganalisis hubungan

antara politik elektoral dan munculnya skema kesehatan lokal.

Kampanye populis yang menjanjikan kesehatan gratis sekarang biasa

dalam pemilihan provinsi di seluruh negeri dan kabupaten. Tren ini

mengungkapkan bagaimana politisi lokal terlibat dengan tuntutan

pemilih mereka dengan cara baru dan progresif. Bahkan jika biaya

kesehatan mulai turun bagi banyak orang, namun, ini tidak selalu

berarti kualitas yang membaik.

Aktivis kesehatan reproduksi, Inna Hudaya, menawarkan

wawasan ke dalam penderitaan perempuan muda yang mengalami

kehamilan yang tidak direncanakan. Dia menjelaskan bagaimana stigma

sosial dan hukum diskriminatif memaksa perempuan menjadi

berbahaya, dunia trauma dan kadang-kadang fatal aborsi ilegal. Dalam

kasus ini, juga, politik memainkan peran, tetapi merupakan politik

konservatisme sosial yang menolak kontrol perempuan atas tubuh

mereka. Untungnya, organisasi baru yang dijalankan oleh orang-orang

seperti Inna berjuang untuk mengubah hukum diskriminatif dan untuk

membantu perempuan menemukan informasi dan layanan yang mereka

butuhkan.

2.7.2 Politik Membangun Kesehatan Bangsa

Menteri Kesehatan – dr. Nafsiah Mboi, SpA. MPH Pemaparan

terkait politik kesehatan tidak akan terlepas dengan isu politik nasional

menyongsong “2014 sebagai Tahun Politik”. Pergantian kabinet baru

dan kepala daerah beresiko terhadap berhentinya kebijakan kesehatan

baik secara nasional ataupun lokal di daerah. Era reformasi menjadi

tonggak pergantian sistem, termasuk sistem kesehatan, sehingga banyak

kebijakan politik yang terlantar pada saat ada banyak kabupaten/kota

27

Page 28: pengaruh politik terhadap kesehatan

yang berganti kepala dinas, padahal di kabupaten/kota tersebut sistem

kesehatan dasar harusnya menjadi prioritas utama. Bahkan banyak

kepala daerah bukan merupakan orang yang konsen pada isu kesehatan

dan ada kepala dinas kesehatan yang bukan merupakan orang

kesehatan. Fenomena tersebut menjadi penekanan agar jangan sampai

pergantian politik menjadi hambatan dalam pembangunan kesehatan.

Kepala daerah hendaknya dipilih yang care kepada kesehatan, sehingga

akan mengalokasikan APBD untuk pembangunan kesehatan di

daerahnya.

Komitmen politik pemerintah pada kesejahteraan masyarakat

adalah menciptakan Indonesia yang adil dan makmur, sehingga sektor

kesehatan tetap menjadi prioritas politik. Pemaparan politik kesehatan

Indonesia yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah

Mboi, SpA. MPH berorientasi pada Kerangka Acuan KONAS IAKMI

XII tentang angka IPM, AKI, Balita, dan AKB yang masih

membutuhkan perhatian. Renstra Kementrian Kesehatan 2010-2014

yaitu masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan dilakukan dengan

pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan yang paripurna,

ketersediaan SDM kesehatan, dan good governance. Kementrian

Kesehatan berserta jajaran di bawahnya tetap berkomitmen untuk

peningkat akses pelayanan kesehatan masyarakat yang komprehensif

dan bermutu.

Selama ini program pengobatan gratis sering dibakai untuk

kampanye kapala daerah, karena memang isu jaminan pada perolehan

pelayanan kesehatan saat sakit merupakan hal yang masih menjadi

beban bagi masyarakat Indonesia. Kementrian Kesehatan RI terus

mengusahakan penyelesaian masalah pelayanan kesehatan masyarakat

Indonesia. Program Nasional yang akan segera diluncurkan adalah

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tahun 2014. Pada akhir

Desember 2019 ketika program BPJS menargetkan Total Health

28

Page 29: pengaruh politik terhadap kesehatan

Coverage bagi seluruh masyarakat Indonesia. Banyak isu yang muncul

sebagai reaksi dari progam tersebut diataranya adalah peran serta

masyarakat, kecukupan tenaga pendidikan dan kecukupan fasilitas

kesehatan.

Isu yang melemahkan tersebut menurut data nasional yang

disampaikan oleh Mentri Kesehatan RI sudah bukan lagi merupakan

ancaman. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus

dikembangkan, baik itu lewat Posyandu, poskesdes, posbindu PTM,

atau posmaldes diharapkan dapat terus ditingkatkan. Ketersediaan

tenaga kesehatan sudah mendekati target secara nasional. Kesempatan

dan upaya peningkatan jumlah tenaga kesehatan diupayakan lewat

berbagai macam beasiswa yang ditawarkan. Pemerataan tenaga

kesehatan diharapkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk

dapat mengikat putra daerahnya sehingga setelah selesai studi dapat

kembali ke daerah dan betah kerja di daerah. Daerah dapat

merencanakan kebutuhan tenaga kesehatannya dan mengajukan untuk

pepenuhan tenaga kesehatan di daerah. Ketersediaan fasilitas kesehatan

secana nasional sudah siap, tetapi ada ketimpangan karena ada daerah

yang memiliki banyak RS ada yang kekurangan. Hal tersebut dapat

diatasi dengan regulasi dan kebijakan yang tegas pada saat ijin

pendirian dan pengembangan RS. Pada akhir pemaparan Menteri

Kesehatan RI mengharapkan dapat bekerja sama dengan IAKMI untuk

menidentifikasi strategi-strategi yang inovatif untuk mengoptimalkan

peningkatan derajad kesehatan masyarakat Indonesia. Selain itu ada

tantangan yang diajukan agar IAKMI dapat mempengaruhi keputusan

politik di Indonesia demi kesehatan masyarakat.

2.7.3 Politik Kesehatan dan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu dimensi yang sangat menjadi

perhatian dalam konteks politik kesehatan. UUD kita menegaskan

bahwa masyarakat miskin ditanggung oleh negara termasuk dalam hal

29

Page 30: pengaruh politik terhadap kesehatan

jamianan pelayanan kesehatannya. Berkaitan dengan hal itu menarik

untuk menelaah tulisan A.Maulani (peneliti Pusat studi Asia

pasifik ,UGM) yang dimuat di situs Antaranews.com . Dia mengutip

pernyataan mantan Menkes Siti Fadillah Supari  “Tuntut rumah sakit

yang tidak mau menerima pasien yang memiliki kartu Jamkesmas

(Jaminan Kesehatan Masyarakat). Kalau masyarakat miskinnya yang

tidak punya Jamkesmas, tuntut Pemdanya”, dalam sebuah rapat kerja

dengan DPRRI (9/02/09).

Pernyataan keras tersebut dengan jelas memperlihatkan bahwa

banyak lembaga kesehatan yang hanya berorientasi ekonomi semata,

yang kurang berpihak masyarakat miskin. Mereka selalu saja menjadi

korban bahkan bulan-bulanan oleh sebuah sistem. Kesehatan dalam

konteks ini hanya dipandang sebagai perkara medis belaka. Fungsi

sosial yang seharusnya juga diemban RS ternyata terkikis oleh hasrat

penumpukan laba semata.

Dengan jumlah 35 juta lebih orang miskin di Indonesia, maka

sudah saatnya Negara mengambil prakarsa untuk melindungi mereka

agar berbagai lembaga kesehatan serta hal lain yang terkait seperti

rumah sakit, poliklinik, puskesmas, harga obat, serta dokter tidak justru

menjadi mesin yang menggilas mereka yang miskin dan menjadikan

siklus kemismikan kian tak berujung. Itulah kira bentuk politik

kesehatan yang harus dijalankan Negara. Seperti dikatakan Jeffrey

Sachs dalam buku The End of Poverty (2005) bahwa banyak hal yang

menyebabkan seseorang akan semakin terperangkap dalam “jebakan

kemiskinan”. Salah satunya adalah tiadanya human capital di mana

salah satu variabelnya adalah dalam wujud akses kesehatan yang

memadai dan terjangkau.

2.7.4 Komitmen Pemerintah Terhadap Kesehatan Dinilai Masih Lemah

Sejumlah kalangan menilai komitmen pemerintah terhadap

masalah kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Hal ini terlihat

30

Page 31: pengaruh politik terhadap kesehatan

baik dari sisi politik anggaran maupun regulasi yang belum pro

terhadap kesehatan masyarakat.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

Sudaryatmo,pakar kesehatan dari Universitas Hassanudin Prof Razak

Thaha dan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zainal Abidin

dan pendiri Maarif Institute Ahmad Safii Maarif menilai pergantian

pimpinan/penguasa terus terjadi,namun masalah kesehatan tetap

berjalan di tempat.

Pertanyannya,setahun menjelang pemilu 2014,masihkah

kesehatan rakyat mendapatkan perhatian. Mereka mengimbau

maraknya politik nasional menjelang pemilu 2014 tidak boleh

mempengaruhi berbagai program pembangunan kesehatan yang telah

dicanangkan.

Sudaryatmo,mengatakan, dari sisi politik anggaran kesehatan

dan pendidikan,komitmen pemerintah Indonesia dibanding negara lain

masih ketinggalan. Ini terlihat dari alokasi untuk pendidikan dan

kesehatan dari  total Produk Domestik Bruto (GDP),Indonesia paling

rendah dari negara lain yaitu 2%. Sedangkan Kamboja 4%,Laos

mendekati 5%,Malaysia 10%,Philipina 15% dan Thailand hampir 7%.

“Jadi dari sisi politik anggaran pemerintah memang belum

berpihak pada isu kesehatan dan pendidikan. Minimnya anggaran

kesehatan menimbulkan banyak persoalan seperti kematian ibu dan

balita karena kurang mendapatkan dukungan memadai,” kata

Sudaryatmo pada acara refleksi setahun menjelang Pilpres 2014  yang

digalar IDI di Jakarta, Senin (14/1). Hadir pula Wakil Menteri

Kesehatan Ali Ghufron Mukti.

Menurut Sudaryatmo,dibanding kesehatan,pemerintah lebih

komitmen dan disiplin untuk membayar hutang. Untuk pendidikan dan

kesehatan hanya 2% dari GDP, tetapi untuk bayar hutang mencapai

10%. Lebih tinggi dari negara lain, seperti Kamboja kurang dari

1%,Laos 3%,Malaysia 8%. Walaupun Philipina juga cukup tinggi yakni

31

Page 32: pengaruh politik terhadap kesehatan

12% dan Taiwan 15%, namun rasio antara anggaran kesehatan dengan

membayar hutang seimbang, sedangkan di Indonesia sangat jomplang.

Ketidakberpihakan pemerintah terhadap isu kesehatan dan

pendidikan juga terlihat dari struktur APBN 2013. Mengutip data

Kementerian Keuangan,menurut Sudaryatmo,dari total APBN sebesar

Rp 1,683 triliun,dialokasikan dominan ke sejumlah sektor. Di antaranya

infrastruktur Rp 201,3 triliun (11,96),pertahanan negara Rp118,3 triliun

(7,02%),subsidi Rp317,2 triliun (18,84%),transfer ke daerah Rp 526,6

triliun (31,4%).

Struktur anggaran ini menunjukkan sebagian besar untuk

subsidi,bahkan lebih besar dari pembangunan infrastruktur. Padahal,

kata dia,sebagian besar subsidi tidak jelas sasaran dan implikasinya

terhadap perbaikan masalah di masyarakat.

Subsidi BBM misalnya mencapai Rp 193,8 triliun (61,2%) dari

total anggaran subsidi. Dibanding subsidi listrik yang sebesar Rp 80,9

triliun (25,51%), subsidi BBM bermasalah karena pemerintah tidak

memiliki data dan pertanggungjawaban soal penerima maupun

besarannya. Menurutnya, misteri subsidi BBM akan menjadi catatan

hitam sejarah ekonomi kontemporer Indonesia. “Padahal untuk

mengatasi masalah kesehatan,menurut para pakar tidak sampai

membutuhkan anggaran sebesar subsidi BBM,” katanya.

Razak Thaha mengatakan,meskipun Indonesia selalu bangga

memiliki pendapatan perkapita atau pertumbuhan ekonomi lebih dari

negara tetangga,tetapi dalam masalah kesehatan tidak lebih baik.

Masalah gizi di Indonesia misalnya belum mengalami

penurunan signifikan. Di antaranya Indonesia merupakan negara kelima

dengan jumlah orang pendek (stunting) paling banyak di dunia, selain

Tiongkok,India,Pakistan,Nigeria dan bahkan di atas Vietnam. WHO

mencatat 90% anak pendek ada di 36 negara berkembang,termasuk

Indonesia.

32

Page 33: pengaruh politik terhadap kesehatan

Menurutnya, orang pendek merupakan representasi dari

kemiskinan di setiap provinsi. Di mana ada lumbung kemiskinan di situ

orang pendek lebih banyak, seperti di NTT,Papua Barat dan NTB. 

Mereka terlahir dari ibu-ibu yang juga miskin dan kekurangan gizi.

Di satu sisi jumlah anak gemuk juga semakin bertambah. Anak gemuk

adalah calon-calon penderita penyakit tidak menular di kemudian

hari,seperti hipertensi,stroke,jantung dan diabetes.

“Padahal anggaran untuk gizi melalui pagu kesehatan terus

meningkat, bahkan saat puncak resesi ekonomi. Tahun 2000

anggarannya baru sekitar Rp 21 miliar,tetapi naik tujuh kali lipat atau

Rp 700 miliar di tahun 2007. Tetapi status gizi malah tambah jelek,lalu

kemana anggaran itu,” katanya.

Ali Ghufron Mukti,mengatakan, pemerintah sudah cukup

memberikan perhatian serius pada masalah kesehatan. Buktinya, hampir

tidak ada negara di dunia ini yang menjamin 86,4 juta warganya untuk

berobat gratis seperti yang dilaksanakan oleh Indonesia.  Selain itu,

progam Jampersal menjamin persalinan gratis untuk semua ibu hamil.

“Dari sisi anggaran memang dari persentase masih di bawah

2,1% dari total APBN, tetapi nominal-nya terus meningkat setiap tahun.

Tahun ini sebesar Rp 32 triliun, dan 2014 diperkirakan mencapai sekitar

Rp 40 triliun,” katanya.

Zainal Abidin,mengatakan,anggaran kesehatan setiap tahun

hanya berkisar di 2% dari total APBN. Karena itu IDI mengimbau

pemerintah untuk menaikannya sesuai dengan UU Kesehatan

36/2009,yakni minimal 5% di luar gaji pegawai. Secara politis,kata

dia,pemerintah memiliki tanggung jawab konstitusi untuk menjalankan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan baik. [D-13]

“Mengapa komitmen Negara dalam bentuk politik kesehatan

menjadi penting? Perlu dicatat bahwa kondisi orang miskin di negeri ini

sudah berada dalam kondisi seperti yang digambarkan James C. Scott

(1983): seperti orang yang terendam dalam air sampai ke leher,

33

Page 34: pengaruh politik terhadap kesehatan

sehingga ombak yang kecil sekalipun akan menenggelamkannya.

Ombak kecil dalam konteks ini saya kira bisa berupa mahalnya biaya

rumah sakit dan juga obat-obatan.

Pada titik inilah penting mengkorelasikan hubungan antara

sektor kesehatan dan kebijakan politik sebagai bentuk konkrit dari

kebijakan kesehatan. Banyak bukti yang menunjukkan bagaimamana

kemiskinan ternyata ikut memperkeruh persoalan kesehatan. Data

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/HDI)

yang memasukkan tiga parameter penting dalam menghitung tingkat

kesejahteraan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. menunjukkan

bahwa peringkat kesejahteraan Indonesia pada tahun 2010 berada di

urutan 124 dari 185 negara. Dibanding Negara-negara ASEAN.

IKM ini mengukur kualitas SDM melalui beberapa indikator

yang berupa; presentase penduduk di bawah garis kemiskinan, angka

buta huruf, proporsi penduduk yang kemungkinan meninggal sebelum

40 tahun, proporsi penduduk tidak mempunyai akses terhadap air

bersih, serta persentase balita dengan gizi buruk.

Mencermati data tersebut tampaknya sudah saatnya kebijakan-

kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah juga mempertimbangkan

implikasi-implikasinya terhadap sektor kesehatan. Pemukiman yang

sehat, nutrisi yang lebih baik, serta keringanan biaya kesehatan adalah

salah satu bentuk implementasinya.

Karena itu, rumah sakit, baik negeri maupun swasta, harus

didorong untuk melaksanakan proyek penanganan kesehatan khusus di

daerah-daerah miskin. Karena itu program Depkes yang bersinggungan

langsung dengan masyarakat kecil seperti program Desa Siaga yang

mensyarakatkan adanya Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) di dalamnya,

Program Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), Musholla Sehat, dan

juga Posyandu perlu didorong dan dikawal keberlangsungannya sebagai

bentuk komitmen pada dunia kesehatan.

34

Page 35: pengaruh politik terhadap kesehatan

Satu hal yang kira penting diketahui bahwa untuk masyarakat

yang tinggal dipedesaan yang terpencil atau pedalaman akses pada

layanan kesehatan adalah barang langka. Karena itu keberpihakan

pemerintah dalam bentuk politik kesehatan untuk mendahulukan serta

melindungi mereka yang kurang mampu kiranya adalah salah satu

wujud affirmative action dibidang kesehatan.

Sekali lagi, adalah naïf bila perkara kesehatan lagi-lagi

diserahkan pada mekanisme pasar bebas. Maka peran paling minimal

yang bisa dilakukan Negara adalah lewat kebijakan publik, yang oleh

Evans (1998) disebut sebagai custodian role. Yakni sebuah peran

Negara untuk melindungi, mengawasi serta mencegah prilaku segelintir

kelompok yang dapat merugikan masyarakat banyak. Dalam konteks

kesehatan, maka pemerintah wajib melakukan kontrol atas pelayanan

kesehatan yang merugikan masyarakt miskin.

Status miskin sama sekali tidak bisa menghapus tugas Negara

untuk menjamin perlindungan atas mereka, apalagi jaminan untuk

hidup dalam lingkungan yang sehat. Masyarakat miskin akan terus-

menerus menjadi korban bila kesehatan hanya diukur berdasarkan

kemampuan seseorang dalam mengeluarkan biaya. Karenanya

keberpihakan Negara yang tegas dan jelas harus dibangun agar

keseimbangan hidup rakyat yang selama ini tersisih dan terkoyak bisa

pulih kembali.    

Penjelasan diatas secara jelas menunjukkan hubungan yang

sangat erat antara poltik kesehatan dan kemiskinan. Tentu para

pemimpin politis baik di tingkat Pusat maupun daerah memahami betul

konteks peran Negara (pemerintah) dalam mencover jaminan kesehatan

bagi penduduk miskin sebagai bentuk tanggung jawab politik, terutama

berdasarkan pada isu –isu yang diungkapkan saat kampanye. Bila ini

tidak diperhatikan dan dibenahi, pemerintah akan berutang kepada

masyarakat. Politik kesehatan yang dilaksanakan secara sehat,

sistematis, dan sesuai dengan prinsip good governance tentunya akan

35

Page 36: pengaruh politik terhadap kesehatan

selalu menjadi harapan  bagi masyarakat yang telah memilihnya sebagai

pemimpin.

2.7.5 Dinamika Politik Harus Membangun Kesehatan Bangsa

Secara umum, politik kesehatan itu sendiri merupakan interaksi

antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan yang terkait permasalahan kesehatan. Keputusan

yang dihasilkan bersifat mengikat dan bertujuan pada  kebaikan

bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Tetapi

dalam realisasi di lapangan justru selalu ada pihak yang dikorbankan

atau dirugikan. Hal ini akibat  dinamika politik berkembang dengan

berbagai cara demi kepentingan satu pihak saja.  Tampaknya dinamika

politik hingga tahun 2013 ini justru malah membawa bangsa ini

semakin mengesampingkan masalah kesehatan, yang seharusnya

menjadi modal dasar dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Berbicara mengenai politik kesehatan di Indonesia tentu tidak

bisa terlepas akan adanya kepentingan dan perkembangan politik di

setiap daerah maupun proses kepemimpinan di daerah itu sendiri.

Secara umum perkembangan politik yang membangun kesehatan

bangsa di daerah akan sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan

pusat, daerah maupun pemimpin di sektor kesehatan suatu wilayah

selain permasalahan anggaran.

Sebuah contoh catatan politik yang mungkin bisa disebut

sebagai upaya politik dalam membangun bangsa melalui sektor

kesehatan ialah berubahnya sistem sentralistik menuju desentralisasi. Di

Indonesia sendiri desentralisasi dimulai pasca reformasi sekitar tahun

1999-2000, yang kini tercatat dalam sejarah penting dan ikut mewarnai

dunia perpolitikan Indonesia khususnya bidang kesehatan. Hal itu

ditandai dengan lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang membawa angin baru bagi pemerintahan di Indonesia dari

sentralistik menjadi desentralisasi. Desentalisasi kesehatan dimana

36

Page 37: pengaruh politik terhadap kesehatan

pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur sektor sistem

kesehatan di daerahnya. Dalam prosesnya, pemerintah daerah sangat

tergantung pada beberapa faktor, yaitu dukungan pembiayaan, kerja

sama lintas sektor, dan berbagai faktor lainnya yang terkait dalam

menyukseskan sistem kesehatan di daerahnya.

Tahun 2004 juga telah dilakukan suatu “penyesuaian” terhadap

SKN (Sistem Kesehatan Nasional) 1982. Di dalam dokumen dikatakan

bahwa SKN didefinisikan sebagai  suatu tatanan yang menghimpun

upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna

menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai

perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan

UUD 1945. Baru setelah itu muncul UU No. 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.36 tahun

2009 tentang Kesehatan sebagai aturan dasar bidang kesehatan di

Indonesia.

2.7.6 Politisasi Anggaran Kesehatan

Jika kita cermati bersama dari sisi politik anggaran kesehatan,

komitmen pemerintah daerah di Indonesia dibanding negara lain masih

jauh ketinggalan. Hal ini terlihat dari alokasi untuk kesehatan dari total

Produk Domestik Bruto (GDP), secara umum Indonesia paling rendah

dari beberapa negara lain yaitu hanya 2-3 %. Sedangkan Laos

mendekati 5%, Malaysia 10%, Philipina 15% dan Thailand hampir 7%.

Padahal dalam UU No.36 tentang Kesehatan, besar anggaran kesehatan

pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari

anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji. Sedangkan besar

anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah di luar gaji. Besaran anggaran kesehatan

sebagaimana dimaksud diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan

publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari

37

Page 38: pengaruh politik terhadap kesehatan

anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah. Faktanya politik anggaran

kesehatan hingga tahun ini belum terealisasi sesuai minimal anggaran

kesehatan dan hal inilah yang terlihat bahwa politik Indonesia selama

ini belum membangun kesehatan. Sebelumnya, Nafsiah Mboi, Menteri

Kesehatan RI, menjelaskan bahwa untuk tahun 2014, pagu indikatif

Kemenkes sebesar Rp 24,67 triliun. Itu berarti menurun cukup

signifikan, hampir mencapai 30 persen dibandingkan tahun 2013.

Kepada siapa lagi mau berharap jika di saat isu BBM naik justru malah

anggaran kesehatan bangsa kita semakin anjlok. Kini rakyat semakin

jauh  dari mimpi dimana visi Indonesia Sehat akan tercapai dengan

anggaran yang semakin menurun dari tahun sebelumnya. Terlebih di

saat harga Bahan Bakar Minyak dan kebutuhan lainya meningkat.

2.7.7 Politisasi Undang-Undang dan Kebijakan Kesehatan

Selama ini arah pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan masih

mengutamakan tenaga kuratif dibandingkan promotif dan preventif. Hal

ini tidak sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah

(RPJMN) 2010-2024, dimana upaya kuratif semakin dikurangi dan

upaya promotif dan preventif semakin ditingkatkan. Faktanya justru

kebutuhan tenaga perawat dan  dokter yang merupakan tenaga

penunjang saat sakit lebih diutamakan pemerintah dibandingkan tenaga

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang merupakan ujung tombak

kesehatan masyarakat yang bertugas menyelamatkan yang sehat supaya

tidak sakit.

Jadi dari sisi politik anggaran pemerintah daerah dan pusat

memang belum berpihak pada program kesehatan yang telah

direncanakan. Minimnya anggaran kesehatan tersebut tentu akan

menimbulkan banyak persoalan seperti kematian ibu dan balita,

penyakit menular, penyakit kronik atau tidak menular, yang secara

global akan berdampak kepada menurunya kesehatan masyarakat,

38

Page 39: pengaruh politik terhadap kesehatan

produktifitas manusia, dan angka harapan hidup, distribusi dan kualitas

tenaga kesehatan, yang dampaknya justru akan merugikan negara

secara sistemik.

Permasalahan yang terjadi selama ini, telah banyak dilakukan

pergantian pemimpin,  tetapi permasalahan kesehatan ibarat jalan

ditempat. Padahal sebagian permasalahan kesehatan  justru malah

makin meluas dan komplek. Selain hal itu, tidak sedikit pula dalam

setiap pergantian pemimpin daerah yang baru maka muncul pula

program baru yang justru kurang mendukung program-program periode

kepemimpinan sebelumnya. Akibatnya fokus penyelesaian masalah

kesehatan di daerah tidak berkembang secara konsisten dan

berkelanjutan.

Jika penulis analogikan secara sederhana, bahwa sehat memang

bukan segalanya, tetapi jika kita tidak sehat, maka segalanya akan sia-

sia. Oleh karena itu dinamika politik tahun 2014 yang harus

dipersiapkan sejak tahun 2013 ini melalui pencalonan presiden,

gubernur/walikota, anggota DPR dan DPRD haruslah diorientasikan

untuk membangun kesehatan bangsa. Sistem kesehatan bangsa dan

daerah yang mudah, efektif dan efisien harus menjadi pondasi 

sekaligus ujung tombak negara. Hal ini menjadi sangat penting jika

pendapatan daerah dan negara ingin meningkat, begitu pula

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat masih menjadi tujuan utama

bangsa, sesuai empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945,

Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

39

Page 40: pengaruh politik terhadap kesehatan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Politik dalam arti kepentingan umum adalah suatu rangkaian

azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai

dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai tujuan

yang kita inginkan. Politik memiliki pengaruh begitu besar terhadap

kebijakan dan pengembangan di bidang kesehatan.

Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan

derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem

ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara .

Politik kesehatan atau kebijakan kesehatan memang akhirnya

ditentukan oleh keputusan politik. Kalau kehidupan politik di suatu Daerah

tidak sehat, jangan harap kesehatan masyarakat di daerah itu akan diurus

dengan sehat pula. Politik yang sakit akan membiarkan rakyatnya sakit.

Kemiskinan ternyata ikut memperkeruh persoalan kesehatan.

3.2 Saran

Demikian uraian materi tentang Politik dalam Kesehatan, Semoga

kebijakan-kebijakan politik kesehatan di indonesia bisa terlaksana dengan

baik dan semua rakyat Indonesia bisa menikmati haknya untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan layak dan memiliki

kesempatan yang sama untuk mendapatkan jeminan kesehatan pemerintah.

40