Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

6
Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ dan persyarafan Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar. 1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penuaan, terutama di gigi posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ 2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks 3. Penuaan mengakibatkan remodeling (degradasi makromolekul sel dan ekstraselular secara continue pada struktur dan fungsi jaringan konektif) pada sendi. Remodeling ini merupakan adaptasi biologis terhadap lingkungan yaitu respon stress biomekanis. Contohnya remodeling sebagai kompensasi gigi yang telah dicabut. Akibat proses menua, jaringan sendi mnegalami reduksi sel yang progresif. Remodeling terjadi pada bagian anterior dan posterior kondil medial dan lateral dan atap fossa glenoid Perubahan umum - Berkurangnya kemampuan proliferasi secara keseluruhan sehingga bila terjadi kerusakan atau kematian sel jaringan TMJ : o Kemampuan untuk melakukan reparasi menurun o Menurunya kemampuan reaksi jaringan terjadap rangsangan pertumbuhan o Menurunya respon imun dan menurunya kemampuan pembentukan protein akibat rangsangan dari luar Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi - Menurunya ketebalan lapisan fibro kartilago pada permukaan condilust sendi - Terjadi degenerasi dari kondrosit sehingga munurunya kemampuan kartilago terhadap rangsangan tekanan

Transcript of Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

Page 1: Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ dan persyarafan

Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar.

1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penuaan, terutama di gigi posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ

2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks

3. Penuaan mengakibatkan remodeling (degradasi makromolekul sel dan ekstraselular secara continue pada struktur dan fungsi jaringan konektif) pada sendi. Remodeling ini merupakan adaptasi biologis terhadap lingkungan yaitu respon stress biomekanis. Contohnya remodeling sebagai kompensasi gigi yang telah dicabut. Akibat proses menua, jaringan sendi mnegalami reduksi sel yang progresif. Remodeling terjadi pada bagian anterior dan posterior kondil medial dan lateral dan atap fossa glenoid

Perubahan umum

- Berkurangnya kemampuan proliferasi secara keseluruhan sehingga bila terjadi kerusakan atau kematian sel jaringan TMJ :

o Kemampuan untuk melakukan reparasi menurun

o Menurunya kemampuan reaksi jaringan terjadap rangsangan pertumbuhan

o Menurunya respon imun dan menurunya kemampuan pembentukan protein akibat rangsangan dari luar

Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi

- Menurunya ketebalan lapisan fibro kartilago pada permukaan condilust sendi

- Terjadi degenerasi dari kondrosit sehingga munurunya kemampuan kartilago terhadap rangsangan tekanan

Cairan synovial menurun sehingga :

- Mempunyai kelancaran pergerakan diskus artikularis

- Terjadi krepitasi pada gerak sendi dan pada keadaan yang lebih parah diskus artikulasi akan robek atau mengalami kerusakan

Perubahan pada Ligamen Sendi

- Menurunya ketebaln kapsula sendi

- Menurunya daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk ligament TMJ

Page 2: Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

- Sintesa menurun sehingga proses reparasi menurun, karena menurunya ketahan regangan maka terjadi penurunan keleluasaan artikulasi TMJ

Proses penuaan jaringan keras rongga mulut

Penuaan jaringan keras rongga mulut terbagi 2 :1.      Penuaan gigi

Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi.

Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia.

a)      Email :-Erosi : melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan kelinan yang disebabkan hilangnya

jaringan keras gigi karena proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.Penyebab utama larutnya email gigi adlah makanan atu minuman yang mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan pencernaan yaitu hasil metabolisme sisa makanan oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.

-Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang berkontak dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang tidak tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeraman.

-Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada manula.

b)      DentinTerjadinya proses pembentukan:-Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah odontoblas

-Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan tubulus dentin bengkok-Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin menghilang, dan merupakan

system pertahanan tubuh ketika ada karies-Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong

c)      Pulpa- Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa- Penurunan komponen vaskuler dan seluler- Reduksi ukuran ruang pulpa

Page 3: Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

Pembentukan dentin yang berlanjut sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran kamar pulpa.

- Peningkatan jaringan kolagen pulpa

2.      Penuaan tulang alveolar·         Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah pencabutan gigi sehingga tinggi

wajah berkurang, pipi dan labium oris tidak terdukung, wajah menjadi keriput·         Terjadi resorpsi pada caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak

membuka dan menutup mandibula·         Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih panjang. Masa tulang (baik pada

tulang alveolar atau sendi rahang ) menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral tulang. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal maupun tulang trebekular.

·         Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas menyebabkan dasar sinus tipis.·         Dalam suatu kelompok orang berusia 65 tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya

kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda. Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.

3.      Penuaan sementumPenebalan sementum disepanjang seluruh permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan jaringan rongga mulut

1)  Faktor genetik• Penuaan dini• Resiko penyakit

2)  Faktor endogenik.Hormon : menurunya hormone estrogen dan testosterone menyebabkan osteoblast menurun, osteoklast meningkat sehingga terjadai resorbsi dan remodeling tulang dan tulang alveolar menjadi berkurang.

3)  Faktor eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup)• Diet/ asupan zat gizi- Vitamin dapat memperlambat proses degenerative pada lansia.- Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan pengecapan.

• Merokok, dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga mempercepat penuaan rongga mulut.• Penyinaran Ultra Violet• PolusiProses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan system penawara racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia.

 Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulutSecara umum :

1.      Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste buds berkurang.2.      Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan menganggu kestabilan lengkung gigi

sehingga menganggu fungsi kunyah.3.      Epitel mukosa mudah terkelupas dan jaringan ikat di bawahnya sembuh lambat. Atropi jaringan ikat

menyebabkan elastisitas menurun sehingga menyulitkan pembuatan protesa yang baik.

Page 4: Pengaruh Penuaan Terhadap Sendi TMJ Dan Persyarafan

4.      Secara klinis, mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva (Silverman 1965).

5.      Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya.

Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar (Boucher, 1982).

Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam. Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang.

Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila.

6.      Resorbsi Linggir AlveolarTulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan. Resorbsi yang berlebihan dari

tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.

7.      Berkurangnya fungsi pengecapan juga cenderung menambah masalah pada pemakaian gigi tiruan (Barnes).

Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga kemampuan mengunyah berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang, kepekaan pasien terhadap gesekan-gesekan dari gigi tiruan bertambah (Boucher 1982).