PENGARUH PENINGKATAN PELAYANAN DENGAN...

77
i PENGARUH PENINGKATAN PELAYANAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP SYARI'AH PADA RUMAH SAKIT ISLAM TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Pada RSI Sultan Agung Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam Oleh: ALEK ABDAN SYAKURO NIM : 052411097 JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of PENGARUH PENINGKATAN PELAYANAN DENGAN...

  • i

    PENGARUH PENINGKATAN PELAYANAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP

    SYARI'AH PADA RUMAH SAKIT ISLAM TERHADAP KEPUASAN

    PELANGGAN

    (Studi Kasus Pada RSI Sultan Agung Semarang)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)

    Dalam Ilmu Ekonomi Islam

    Oleh:

    ALEK ABDAN SYAKURO NIM : 052411097

    JURUSAN EKONOMI ISLAM

    FAKULTAS SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2010

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Qs. Al-baqarah : 219)1

    1 Moh. Rifai, Terjemah/Tafsir Al-Quranul Karim,semarang : CV wicaksana,1993, hlm. 87

  • v

    ABSTRAK

    Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan

    berpengetahuan mengharuskan RSI Sultan Agung Semarang selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada pasien/pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan pasien/pelanggan atau belum. Pada dasarnya sistem di rumah sakit dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : manajerial dan operasional. Sistem manajerial berarti mengelola rumah sakit melalui sistem administrasi. sementara dalam sistem operasional sebagian besar petugasnya langsung berhubungan dengan pasien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh peningkatan pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah di RSI Sultan Agung Semarang terhadap kepuasan pelanggan.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah di RSI Sultan Agung Semarang terhadap kepuasan pelanggan.

    Metode yang digunakan adalah Metode Analisis Deskriptif, Metode Analisis Kuantitatif, Koefisien Determinasi..

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pelayanan dengan prinsip syariah terhadap kepuasan pelanggan (pasien) Secara koefisien determinan variabel pelayanan dengan prinsip syariah menjelaskan variabel kepuasan pelanggan (pasien) RSI Sultan Agung, yaitu sebesar 0,30 atau 30%. Secara simultan variabel pelayanan dengan prinsip syariah berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (pasien) RSI Sultan Agung, 24,865 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000.Jika pelayanan dengan prinsip syariah semakin naik, maka kepuasan pelanggan (pasien) RSI Sultan Agung akan semakin naik.

    Kata Kunci : Pelayanan dengan Prinsip-Prinsip Syariah dan Kepuasan Pelanggan

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada :

    Almamaterku & Pengelola Prodi Ekonomi Islam IAIN Walisongo

    Pembimbing Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag dan Bapak H. Maltuf Fitri,SE,

    M. Si

    Semua karyawan RSI Sultan Agung Semarang

    Semua keluargaku Bapak Drs. H. Khaerudin dan Ibu Hj. Latifah serta Kakakku

    Mas Ibnu dan Adikku Labib

    Keluarga Besar di Bumiayu Mbah Mahmudah (Alm). Sholehudin S. Ag dan

    Dra. Siti Nurkholifah serta keponakanku Aqil, Upi, Ika, Ayu, Wildan, Ilham,

    Rahma, Zahra, Fahri, Baim, Nisa, Molida, Fikri, Noval, Arwal

    Semua Teman-Teman Ozy, Edi, Tuin, Sulis (Interposist Band) dan Arie, Faiq,

    Apie, Kiki, Ade, Dhini, Dian (Kado Band). Tino, Salaf, Nafis, Irvan, Rifan,

    Aziz, Ilul, Erwin, Tanto, Boy, Kiki, Duki, Anwar, Nuril (Tim Futsal Sakti).

    Dhotul, Nining, Agus (Tim KKN). Temanku Lina di Kudus. Bams, Encek,

    Amin, Kholiq, Muhyi (Para Tamir). Motivator Echa

    Teman Seperjuangan Warits, Edy, Cible, Munadin, Aries, Jigug, Fariq, Supre,

    Abu, Adi, Ulin, Arif, Ikha, Atul, Dora, Chil, Maya, Solikha, Nila, Ulya, Nelus,

    Asiyah, Eka, Khuri, Evi, Sulis (Clas EIA 2005). Johan, Shodiq, Yuni, Umi,

    Rouf, Mansyur (Clas EIB 2005)

  • vii

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

    bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

    orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

    satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang

    terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

    Semarang, 11 Juni 2010

    Deklarator,

    Alek Abdan Syakuro NIM: 052411097

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis barhasil menyelesaikan

    skripsi dengan judul Pengaruh Peningkatan Pelayanan Dengan Prinsip-Prinsip

    Syari'ah Pada Rumah Sakit Islam Terhadap kepuasan Pelanggan (Studi Kasus

    RSI Sultan Agung Semarang). Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para

    pengikutnya sampai akhir nanti. Amin.

    Penulisan skripsi ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi tugas akhir guna

    memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Syariah

    Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan diharapkan dapat memberi

    kemanfaatan bagi masyarakat pada umumnya dan kalangan akademisi ekonomi pada

    khususnya.

    Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

    pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

    2. Bapak Drs. H. Muhyidin, M Ag selaku Dekan Fakultas syariah IAIN Walisongo

    Semarang

    3. Bapak Muh. Saifullah, M.Ag selaku Kajur Ekonomi Islam

    4. Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M Ag selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak H.

    Maltuf Fitri, SE, M. Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia

  • ix

    meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan

    bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

    5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang

    yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    6. Seluruh Petugas Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang telah

    membantu memberikan waktunya. Semua itu sangat berharga bagi penulis

    7. Kedua Orang Tuaku Bapak Drs. H. Khaerudin dan Ibu Hj. Latifah. Terima

    kasih atas doanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

    8. Seluruh Keluarga Besar Penulis ; Mbah Mahmudah (Alm), Bapak Sholehudin

    S.Ag, dan Ibu Mufidah di Kendal, terima kasih atas cinta dan kasih sayang

    kalian.

    9. Semua Teman-Teman EIA 2005, terima kasih kawan kalian adalah teman-teman

    yang paling baik dan jangan pernah terputus tali persahabatan kita.

    Semoga kebaikan dan ketulisan mereka semua menjadi amal ibadah di sisi

    Allah SWT. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penggarapan skripsi

    ini, namun semuanya tak akan lepas dari kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran

    serta masukan yang konstruktif selalu penulis tunggu sehingga sempurnanya penulisan

    skripsi ini.

    Semarang, 11 Juni 2010

    Penulis

    Alek Abdan Syakuro NIM. 052411097

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv

    HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

    HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi

    HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii

    HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. x

    HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................... xii

    HALAMAN DAFTAR GAMBAR .................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalahan .............................................................. 6

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6

    1.4 Sistematika Penelitian ............................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kerangka Teori......... .......... 8

    2.1.1 Rumah Sakit Islam........................................................ .... 8

    2.1.2 Pelayanan Dengan Prinsip-prinsip Syariah....................... 10

    2.1.3 Kepuasan Pelanggan........................................................... 25

    2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 29

    2.3 Kerangka Pemikiran Teoritik ........................................ ............. 30

    2.4 Hipotesis Penelitian........................................................ ............. 31

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Sumber Data ................................................ ............... 32

    3.2 Populasi dan Sampel ..................................................... ............. 32

    3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................... ............. 33

  • xi

    3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran............................................... 38

    3.5 Teknik Analisis Data .................................................... .............. 38

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Objek penelitian ............................................ 40

    4.2 Deskriptif Data dan Responden .................................................. 42

    4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 46

    4.3.1 Variabel Pelayanan dengan Prinsip Syari'ah ................. 46

    4.3.2 Variabel Kepuasan Pelanggan ...................................... 46

    4.4 Hasil Analisis Data .................................................................... 46

    4.4.1 Analisis Deskriftif Statistik .......................................... 47

    4.4.2 Analisis Regresi Sederhana .......................................... 56

    4.4.3 Koefisien Determinasi ................................................. 57

    4.5 Pembahasan ............................................................................... 58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ............................................................................... 60

    5.2 Saran ......................................................................................... 60

    5.3 Penutup ..................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... xvi

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Variabel, definisi, Indikator dan skala pengukuran variabel penelitian . 37

    Tabel 2 : Sex ...................................................................................................... 42

    Tabel 3 : Umur ................................................................................................... 43

    Tabel 4 : Pekerjaan ............................................................................................. 44

    Tabel 5 : Penghasilan.......................................................................................... 45

    Tabel 6 : Hasil uji validitas ................................................................................. 46

    Tabel 7 : Hasil uji reliabilitas .............................................................................. 47

    Tabel 8 : Hasil uji t ............................................................................................. 48

    Tabel 9 : Hasil uji F ............................................................................................ 49

    Tabel 10: Hasil Koefisien Determinasi ............................................................... 57

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Teoritik ........................................................... 31

    Gambar 2 : Grafik Normal Probability plot uji normalitas ................................... 50

    Gambar 3 : Grafik Scatterplot uji Hekteroskedastisitas ....................................... 52

  • 1

    BAB I

    1.1 Latar Belakang

    Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif

    dan berpengetahuan mengharuskan RSI Sultan Agung Semarang selaku

    salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan

    kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan,

    terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan

    kepada pasien/pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan

    pasien/pelanggan atau belum.

    Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan

    antara pelayanan yang nyata-nyata diterimanya dengan pelayanan yang

    sesungguhnya diharapkan oleh pasien. Sehingga kualitas pelayanan yang

    baik adalah pelayanan yang memenuhi keinginan dan kebutuhan pasiennya.

    Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan

    yang banyak pesaingnya adalah pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah

    yang diberikan apakah sudah sesuai harapan pasien atau belum? Oleh

    karena itu, RSI Sultan Agung Semarang dituntut untuk selalu menjaga

    kepercayaan dan kepuasan pasien/pelanggan dengan meningkatkan kualitas

    pelayanan agar kepuasan pasiennya meningkat. Pihak RSI Sultan Agung

    Semarang perlu secara cermat menentukan kebutuhan pasien/pelanggan

    sebagai upaya untuk memenuhi harapan/keinginan dan meningkatkan

    kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Menjalin hubungan dan

    melakukan penelitian terhadap mereka perlu dilakukan agar pelayanan

  • 2

    dengan prinsip-prinsip yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan. Hal

    inilah yang disebut orientasi pada pasien/pelanggan.

    Terciptanya kualitas layanan tentunya akan menciptakan kepuasan

    terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapat

    memberikan beberapa manfaat, di antaranya terjalinnya hubungan yang

    harmonis antara penyedia barang dan jasa dengan pelanggan, memberikan

    dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu

    rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mounth) yang menguntungkan

    bagi penyedia jasa tersebut.1

    Rumah sakit pada masa lalu berbeda dengan yang sekarang. Dulu,

    rumah sakit condong pada kepentingan sosial dari pada bisnis. Kini, sesuai

    dengan perkembangan zaman, semakin banyak rumah sakit yang dikelola

    oleh pihak swasta dan bagaimanapun juga, mereka mengharapkan

    pemasukan uang yang wajar untuk menutupi biaya operasional dan modal

    penyediaan fasilitas rumah sakit. Dengan pengelolaan yang lebih

    professional, tidak berarti rumah sakit sama sekali kehilangan sifat

    sosialnya.

    Pada dasarnya sistem di rumah sakit dapat dibagi menjadi dua

    bagian besar, yaitu : manajerial dan operasional. Sistem manajerial berarti

    mengelola rumah sakit melalui sistem administrasi. Dalam sistem ini para

    petugas terlibat di dalamnya dapat berhubungan langsung maupun tidak

    langsung dengan pasien atau pengunjung rumah sakit, sementara dalam

    1 Anjar Rahmulyono, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok I di Sleman ,Skripsi Fakultas Ekonomi, Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, 2008, h. 1-2, td.

  • 3

    sistem operasional sebagian besar petugasnya langsung berhubungan

    dengan pasien. Banyak orang yang pergi ke seorang petugas kesehatan,

    tetapi hanya sedikit orang yang senang melakukannya. Dan hampir setiap

    orang mempunyai keluhan yang menakutkan tentang kunjungannya ke

    berbagai macam petugas kesehatan. Keluhan atau kepuasan tersebut

    tergantung pada keadaan atau pelayanan rumah sakit dan tempat praktek

    dokter, jenis tenaga kesehatan (dokter, perawat, apoteker, psikologi dan

    seterusnya)2

    Masyarakat selalu mengharapkan agar pelayanan rumah sakit, baik

    milik pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan yang baik

    dan memuaskan bagi setiap pengguna yang memanfaatkannya. Pasien

    menginginkan fasilitas yang baik dari rumah sakit, keramahan pihak rumah

    sakit, serta ketanggapan, kemampuan dan kesungguhan para petugas rumah

    sakit dalam melayani. Dengan demikian pihak rumah sakit dituntut untuk

    selalu berusaha meningkatkan layanan kepada pasien. Kualitas jasa adalah

    pandangan konsumen terhadap hasil perbandingan antara ekspektasi

    konsumen dengan kenyataan yang diperoleh dari pelayanan. Sedangkan

    kepuasan adalah persepsi pelanggan terhadap satu-satunya pengalaman

    layanan yang diterima

    Kualitas Pelayanan Jasa (service) adalah aktivitas atau manfaat yang

    ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak

    menghasilkan kepemilikan apapun. Terdapat lima determinan kualitas jasa

    2 Endar Sugiarto, Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa, Jakarta : Gramedia Pustaka

    Utama, 1999, hlm. 48-50

  • 4

    yang dapat dirincikan sebagai berikut : a. Keandalan (reliability), yaitu

    kemampuan untuk memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera,

    akurat dan memuaskan. b. Daya tanggap (responsiveness), yaitu

    kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan

    memberikan layanan dengan tanggap.3

    Jika harapan pelanggan ini sesuai dengan apa yang dialami dan

    dirasakannya, bahkan mungkin apa yang dialami dan dirasakan melebihi

    harapannya Sudah dapat dipastikan pelanggan tersebut akan merasa puas.

    Bila yang dialami dan dirasakan konsumen tidak sesuai dengan harapannya,

    misalnya pelayanannya tidak ramah, tidak tanggap dan merasakannya tidak

    enak, sudah dapat dipastikan pelanggan tidak merasa puas.

    Persepsi pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian

    subyektif dari hasil yang diperolehnya. Harapan pelanggan merupakan

    referensi standar kinerja pelayanan, dan sering kali diformulasikan

    berdasarkan keyakinan pelanggan tentang apa yang akan terjadi. Semua

    tindakan yang dilakukan untuk mengetahui harapan pelanggan tersebut

    adalah untuk menciptakan kepuasan pelanggan, oleh karena itu kepuasan

    pelanggan menjadi prioritas utama dalam setiap perusahaan maupun

    organisasi. Perusahaan seperti ini adalah perusahaan yang berfokus pada

    pelanggan.4

    Pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni penyedia

    3 Widhy Tri Astuti & Sabihaini, Analisis Kinerja Non Keuangan, Kualitas Pelayanan Dan Kinerja Keuangan Pada Rumah Sakit ,http://epserv.unila.ac.id/, dibrowsing pada 22 Desember 2009

    4 Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama, Yogyakarta: Ekonosia, 2001, cet. Ke-1, hlm.78-79

  • 5

    pelayanan dan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kedua sudut tersebut

    sama-sama membutuhkan biaya. Dari sudut pemakai jasa, maka masyarakat

    ekonomi ke bawah hanya bisa mengakses puskesmas dengan pelayanan

    yang sederhana. Sedangkan masyarakat ekonomi ke atas dapat mengakses

    rumah sakit dengan pelayanan serba lengkap plus dokter-dokter spesialis.

    Sedangkan dari sudut penyedia pelayanan maka menjadi tanggung

    jawab penyelenggara pelayanan kesehatan terutama pemerintah.

    Bagaimanakah kebijakan Islam dalam pelayanan kesehatan? Islam bukan

    hanya sebuah agama yang mengatur tentang ibadah ritual semata. Akan

    tetapi juga sebagai mabda (ideologi) yang memiliki seperangkat aturan

    kehidupan, termasuk salah satu di dalamnya adalah bidang kesehatan.

    Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan, yaitu

    wajib memenuhi tiga prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap

    pelayanan masyarakat dalam sistem Islam: Pertama, sederhana dalam

    peraturan (tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga,

    profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten

    dan amanah.5

    Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji

    tentang upaya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan syariah

    dengan mengambil judul : PENGARUH PENINGKATAN

    PELAYANAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP SYARI'AH PADA

    5 Reni Ibrahim, Pelayanan Kesehatan dalam Sistem Islam, Makalah http://www.tribun-

    timur.coms/read/artikel/16547, Minggu, 15 Maret 2009

  • 6

    RUMAH SAKIT ISLAM TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN

    (Studi Kasus Pada RSI Sultan Agung Semarang).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat

    dirumuskan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu Bagaimana pengaruh

    peningkatan pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah di RSI Sultan

    Agung Semarang terhadap kepuasan pelanggan.

    1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

    1) Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan

    pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah di RSI Sultan Agung Semarang

    terhadap kepuasan pelanggan.

    2) Manfaat Penelitian

    1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    tambahan bagi organisasi dalam hal ini adalah rumah sakit islam

    tentang sejauh mana pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah yang

    diberikan oleh perawat dapat memberikan kepuasan bagi pasiennya.

    2. Untuk memberikan masukan bagi perawat agar memberikan

    pelayanan yang terbaik kepada pasien sehingga pasien merasa nyaman

    dan puas dengan pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah yang

    diberikan oleh RSI Sultan Agung Semarang.

  • 7

    1.4 Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, terlebih

    dahulu penulis uraikan sistematika penulisan dalam penelitian yang terdiri

    atas lima bab dan beberapa sub-sub bab. Adapun sistematika penelitiannya

    adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab I ini, penulis akan kemukakan: latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab II ini penulis akan mengungkapkan beberapa hal yaitu:

    penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Dalam bab III ini berisikan jenis dan sifat penelitian, populasi dan

    sampel penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data

    yang terdiri dari Uji validitas dan uji reabilitas dll.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab IV ini penulis akan membahas mengenai deskripsi obyek

    penelitian yang terdiri dari gambaran umum RSI Sultan Agung

    semarang, deskripsi variabel penelitian, hasil analisis data serta

    pembahasan dan keterbatasan penelitian.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan

    oleh peneliti.

  • 8

    BAB II

    2.1 Kerangka Teori

    2.1.1 Rumah Sakit Islam

    Rumah sakit adalah tempat menyediakan dan memberikan

    pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Secara

    umum rumah sakit adalah rumah sakit yang dapat merawat pasien yang

    menderita berbagai macam penyakit dan telah memiliki beberapa dokter

    ahli.6

    Definisi rumah sakit umum menurut Keputusan Menteri Republik

    Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit

    umum dinyatakan bahwa: Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang

    memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan

    pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Jadi rumah sakit adalah suatu

    organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan

    rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik

    dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya

    terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan

    pemeliharaan kesehatan yang baik.

    Definisi rumah sakit ini di setiap peraturan daerah pada umumnya

    sama, hanya saja terdapat perbedaan pada tugas pokoknya, yang di

    antaranya adalah: luas tidaknya lingkup spesialistik yang dimiliki,

    kekhususan menyertainya dengan adanya rumah sakit yang dibina Dirjen

    6 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990, hlm.

    758

  • 9

    Yanmed Dpekes RI yang secara fisik berada di daerah kabupaten, kota

    ataupun di propinsi.7

    Sederhana memang alasan beberapa konsumen mengapa memilih

    rumah sakit Islam. Tapi terlepas dari apa pun yang menjadi alasan mereka

    memilih rumah sakit Islam, sejatinya rumah sakit Islam menjadi media

    syi'ar untuk membuktikan ketinggian ajaran agama dengan misi utamanya

    rahmatan lil'alamin. Ia dapat diperankan sebagai sarana dakwah dengan

    tetap memelihara prinsip ekonomi untuk memperoleh keuntungan.

    Rumah sakit Islam sejatinya berada di antara dua titik yang saling

    melengkapi: titik ideal yang menjalani misi dakwah di satu sisi, dan di sisi

    lain titik komersial yang dapat memberikan jaminan keberlangsungan hidup

    rumah sakit. Rumah sakit Islam tidak boleh bubar hanya karena alasan rugi.

    Selain itu, kehadiran rumah sakit Islam juga mengemban misi sejarah.

    Kehadiran rumah sakit saat ini pada`dasarnya merupakan buah mata

    rantai sejarah kedokteran yang pertama kali digagas seorang pemikir

    Muslim, Ibnu Sina. Tidak bisa dihapus begitu saja dari sejarah. Ibnu Sina

    adalah sosok penemu ilmu kedokteran di dunia. Menurut catatan sejarah,

    beberapa pemikirannya banyak diilhami oleh tradisi penyembuhan yang

    pernah dikembangkan Rasulullah beserta para sahabatnya. Tidak heran jika

    saat ini orang mulai membuka kembali mata objektivitas metode

    penyembuhan sesuai tradisi nabi.

    7 http://artikelindonesia.com/hal-mutu-pelayanan-rumah-sakit.html, Kamis, 24 Desember

    2009

  • 10

    Inilah, barangkali, isyarat zaman di mana rumah sakit Islam saat ini

    dihadapkan pada tarikan-tarikan yang tidak sederhana. Dapatkah ia menjadi

    sponsor dikembangkannya kembali metode penyembuhan yang berakar

    pada tradisi Nabi itu? Dapatkah menjelaskan secara ilmiah tradisi

    penyembuhan itu sehingga tidak terkesan kolot dan secara empiris tidak

    bisa dibuktikan?

    Tradisi penyembuhan dimaksud bukanlah semata-mata

    mengandalkan do'a dan sikap tawakal. Sama sekali bukan. Tapi suatu

    pendekatan yang mengacu pada kekayaan alam yang masih steril dari

    berbagai polusi. Jadi, seharusnya, rumah sakit Islam menjadi alternatif

    penyembuhan di mana pendekatan ilmiah modern dan bimbingan tradisi

    nabi dapat saling melengkapi.8

    2.1.2 Pelayanan Dengan Prinsip-Prinsip Syariah

    Pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau

    sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,

    prosedur,dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain

    sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu

    bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang

    lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat

    terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.

    Kualitas pelayanan/jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan

    dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi

    8 http://www.alhikmahonline.com/content/view/85/5, Kamis, 24 Desember 2009

  • 11

    keinginan pelanggan. Menurut pendapat tersebut sebuah kualitas pelayanan

    atau sebagai keunggulan-keunggulan yang diberikan perusahaan dalam

    rangka memenuhi keinginan pelanggan.9

    Dari sebuah definisi di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan

    dapat disimpulkan sebagai sebuah tingkat kemampuan (ability) dari sebuah

    perusahaan dalam memberikan segala yang menjadi harapan pelanggan

    dalam memenuhi kebutuhannya.

    Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada

    pelanggan mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai

    dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanan.10

    Kualitas pelayanan merupakan suatu aspek yang penting dari suatu

    rumah sakit. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam suatu

    rumah sakit berhubungan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasien

    selaku konsumen rumah sakit. Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan

    dengan sebaik-baiknya kepada pasien sehingga pasien merasa puas dengan

    pelayanan yang diberikan oleh perawat rumah sakit tersebut.

    Penulis berdasarkan penjelasan di atas merangkum bahwa kualitas

    pelayanan perawat adalah kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan

    kepada pasien selaku konsumen yang berhubungan dengan jasa yang

    ditawarkan oleh rumah sakit dengan harapan mampu memenuhi keinginan,

    kebutuhan, serta tuntutan pasien.

    9 Julita, Menuju Kepuasan Pelanggan Melalui Penciptaan Kualitas Pelayanan, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. Volume 01 No 01 Oktober 2001, hlm 3

    10 Ibid, hlm 7-8

  • 12

    Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan

    antara pelayanan yang nyata-nyata diterimanya dengan pelayanan yang

    sesungguhnya diharapkan oleh pasien. Jika kenyataan lebih dari yang

    diharapkan maka pelayanan yang diberikan dapat dikatakan bermutu,

    sedangkan kenyataan kurang.

    Kualitas pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memenuhi

    keinginan dan kebutuhan pasiennya. Dengan dilakukannya penilaian terhadap

    kepuasan pasien maka dapat diketahui tingkat kepuasan pasien terhadap

    pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kualitas pelayanan rumah sakit

    dapat dilihat dari aspek kepuasan pasien dan juga dapat dikenali dari harapan

    pasien antara lain :

    a. Aspek penerimaan, meliputi sikap perawat yang harus selalu ramah,

    periang, selalu tersenyum dan menyapa semua pasien. Perawat perlu

    memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan

    golongan, budaya, pangkat, latar belakang sosial ekonomi, serta budaya

    sebagai pribadi yang utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai dengan

    aspek penerimaan, perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan

    memiliki wawasan luas.

    b. Aspek perhatian, meliputi perawat perlu bersikap sabar dan murah hati

    dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien

    dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan

    kepekaan terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap

    kecemasan dan ketakutan pasien.

  • 13

    c. Aspek komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan

    komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.

    d. Aspek kerja sama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan

    kerja sama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.

    e. Aspek tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam

    tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,

    konsisten serta tepat dalam bertindak11

    Prinsip-prinsip syariah yang diterapkan dalam operasional rumah

    sakit islam di antaranya adalah:

    1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan Islami

    Islam juga sangat menekankan pentingnya sebuah pelayanan dalam

    bisnis. Suatu bisnis akan senantiasa berkembang dan sukses manakala

    ditunjang dengan adanya pelayanan terbaik. Misalnya dengan keramahan,

    senyum kepada para konsumen akan semakin baik dalam berbisnis. Islam

    juga melarang menempatkan para penjual atau pelayan perempuan yang

    cantik, seksi serta melihat auratnya agar menarik minat pembeli. Yang

    terpenting adalah pelayanan yang benar-benar menempatkan para pembeli

    sebagai raja yang harus, dihormati, dilayani dengan sebaik-baiknya.12

    2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan masyarakat untuk keselamatan

    iman dan kesehatan jasmani sebagai upaya bersama untuk mendapatkan

    kebahagiaan dunia akhirat.

    11 Nur Ana Zahrotul C.A, Kepuasan Pasien Ditinjau Dari Kualitas Pelayanan Perawat Di Rumah Sakit TK.IV dr. M.Yasin Watampone, Skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, 2008 h. 46, td.

    1) 12 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami,Walisongo Press, 2009, hlm. 107

  • 14

    Jadi syariah juga memperhatikan pola makan sehat dan berimbang

    serta perilaku dan etika makan seperti perintah untuk memakan makanan

    halal dan thayyib (bergizi).13

    3) Terbentuknya jamaah SDI yang memiliki komitmen pelayanan

    kesehatan Islami yang :

    a) Bertaqwa, dengan kecendekiawanan dan kepakaran dengan kualitas

    universal

    b) Menjunjung tinggi etika rumah sakit Islam, etika kedokteran dan

    etika kedokteran Islam

    c) Menguasai nilai-nilai dasar Islam dan Islam untuk disiplin ilmu

    kedokteran dan kesehatan

    d) Istiqomah melaksanakan tugas-tugas pelayanan rumah sakit,

    pelayanan kependidikan, pelayanan penelitian, dan tugas dakwah

    dengan jiwa dan semangat Cinta Allah Sayang Sesama

    . Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti

    kata layan adalah membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan

    yang dibutuhkan seseorang, meladeni. Sedangkan Pelayanan adalah cara

    melayani.14

    Dalam pelayanan pasien ada perencanaan pasien wanita akan

    dilayani oleh dokter atau karyawan wanita, demikian pula sebaliknya.

    Dalam hal logistik, ada perencanaan sediaan farmasi apa saja yang boleh

    dipakai dan tidak boleh dipakai di rumah sakit. Dalam hal pengembangan

    13 Reni Ibrahim, Op. Cit. hlm 1 14 EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Edisi Revisi,

    Semarang: Difa Publisher, 2008, cet. Ke-3, hlm.520

  • 15

    ada perencanaan sarana, prasarana dan sumber daya manusianya agar

    pelaksanaan ajaran Islam dapat dijalankan secara baik di rumah sakit

    tersebut.

    Sementara dalam pengobatan, rumah sakit Islam jangan sekali-kali

    mempergunakan obat-obatan yang diketahui haram atau tercampuri bahan-

    bahan yang haram. Bila ada obat yang tercampur bahan haram adakah

    pengganti dari obat tersebut. Bila tidak ada penggantinya diupayakan

    mencari bahan pengganti agar obat berbahan haram tidak digunakan lagi.

    Saat ini banyak obat sirup yang tidak memakai alkohol sebagai bahan

    pelarutnya. Karena itu obat sirup yang beralkohol semestinya tidak dipakai

    di rumah-rumah sakit Islam. Labelisasi halal juga penting untuk obat-

    obatan.

    Dalam hal sikap, seorang dokter muslim harus menjauhkan diri dari

    sikap iri hati, riya, takabur dengan cara merendahkan orang lain, tinggihati,

    memeras pasien dan sikap-sikap tidak terpuji lainnya. Sebuah rumah sakit

    Islam jangan sekali-kali menolak pasien dari kalangan fakir miskin. Perlu

    dirancang pelayanan pasien untuk kalangan fakir miskin dengan standar

    pelayanan medis yang sama dengan pelayanan pasien mampu serta terjamin

    pembiayaannya.15

    Kualitas pelayanan merupakan suatu cara untuk membandingkan

    persepsi layanan yang diterima pelanggan dengan layanan yang

    sesungguhnya. Apabila layanan yang diharapkan pelanggan lebih besar dari

    15 http://agungks.multiply.com/reviews/item/13, Kamis, 24 juni 2010

  • 16

    layanan yang nyata-nyata diterima pelanggan maka dapat dikatakan bahwa

    layanan tidak bermutu, sedangkan jika layanan yang diharapkan pelanggan

    lebih rendah dari layanan yang nyata-nyata diterima pelanggan, maka dapat

    dikatakan bahwa layanan bermutu, dan apabila layanan yang diterima sama

    dengan layanan yang diharapkan maka layanan tersebut dapat dikatakan

    memuaskan.16

    Pelayanan yang berkualitas dan memuaskan pelanggan perlu

    diupayakan secara terus-menerus. Meskipun pengaduan relative rendah,

    bukan berarti pengusaha dapat berpangku tangan menikmati hasil-hasil

    yang telah diperoleh. Sebagaimana yang dikutip Suci Utami Wikianingtyas

    menyatakan bahwa:

    (1) Pelanggan yang puas akan siap membayar premium.

    (2) Perusahaan yang mempunyai banyak pelanggan yang puas, biaya

    pemasaran seperti iklan jauh lebih efisien dan efektif.

    (3) Pelanggan yang puas adalah penyebar promosi dari mulut ke mulut.

    (4) Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan, umumnya lebih efisien

    biaya operasinya.

    (5) Pelanggan yang puas akan membeli lebih banyak.17

    Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran

    dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanan dan

    16 Salamatun Asakdiyah. Analisis Hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan

    Pelanggan dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Akuntansi-Manajemen STIE YKPN Yogyakarta Volume XVI Nomor 2, Agustus 2005, hlm.130.

    17 Suci Utami Wikianingtyas, Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Yogyakarta, Jurnal Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Volume 15 No.1, Maret-Agustus 2007, hlm.50

  • 17

    pertolongan merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya.

    Maka dari itu, seorang karyawan harus memiliki etika yang baik untuk

    melayani pasien agar pasien dapat terpuaskan dengan pelayanan yang

    diberikan. Etika pelayanan yang baik antara lain sebagai berikut: 18

    (a) Berperilaku Baik dan Simpatik (Al-Shidq)

    (b) Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)

    (c) Jujur dan Tepercaya (Al-Amanah)

    Kesehatan merupakan suatu nikmat dari Allah SWT yang sangat

    berharga nilainya. Tidak seorangpun menginginkan dirinya menderita suatu

    penyakit. Berbagai cara dilakukan oleh manusia agar dapat menjaga

    kesehatannya mulai dari cara tradisional sampai dengan cara yang paling

    modern. Pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni penyedia

    pelayanan dan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kedua sudut tersebut

    sama-sama membutuhkan biaya. Dari sudut pemakai jasa, maka masyarakat

    ekonomi ke bawah hanya bisa mengakses puskesmas dengan pelayanan

    yang sederhana. Sedangkan masyarakat ekonomi ke atas dapat mengakses

    rumah sakit dengan pelayanan serba lengkap plus dokter-dokter spesialis.

    Kebijakan kesehatan dalam sistem Islam akan memperhatikan

    terealisasinya beberapa prinsip. Pertama: Pola baku sikap dan perilaku

    sehat. Dr Ahmed Shawky al-Fangary menyatakan bahwa syariah sangat

    concern pada kebersihan dan sanitasi seperti yang dibahas dalam hukum-

    hukum thaharah. Syariah juga memperhatikan pola makan sehat dan

    18 Hermawan Kertajaya dan M.Syakir Sula, Syariah Marketing, cet. 2, (Bandung: PT.Mizan

    Pustaka, 2006), hlm 70

  • 18

    berimbang serta perilaku dan etika makan seperti perintah untuk memakan

    makanan halal dan thayyib (bergizi), perintah tidak berlebihan dalam

    makan, makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, mengisi perut

    dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, termasuk kaitannya dengan

    syariah puasa baik wajib maupun sunah. Syariah juga menganjurkan olah

    raga dan sikap hidup aktif. Syariah juga sangat memperhatikan masalah

    kesehatan dan pola hidup sehat dalam masalah seksual. Kedua: Lingkungan

    sehat dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang akan dilaksanakan

    dengan senantiasa memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian.

    Ketiga: Pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau. Pelayanan

    kesehatan harus diberikan secara gratis kepada rakyat baik kaya atau miskin

    tanpa diskriminasi baik agama, suku, warna kulit.19

    Salah satu peningkatan pelayanan kesehatan itu, yakni membantu

    pemerintah dalam pelayanan kesehatan untuk kaum dhuafa. Salah satu

    bentuk layanan kesehatan untuk kaum tak mampu, yakni mulai dari

    meringankan biaya pengobatan, mencarikan biaya pengobatan hingga

    memberikan pelayanan kesehatan secara gratis bagi yang tak mampu.

    Kedepan, lanjut Dr Akhmad Bakarman, mulai diupayakan

    pelayanan kesehatan sesuai konsep syariah. Prinsip pelayanan kesehatan

    sesuai syariah, bukan diskriminasi. Pelayanan kesehatan tidak hanya

    kepada umat Islam saja, tapi kepada masyarakat secara umum. Salah satu

    contoh pelayanan kesehatan sesuai konsep syariah, yakni memilih obat

    19 Reni Ibrahim, loc. Cit. hlm 1-3

  • 19

    agar jangan sampai obat yang tidak aman, dalam hal ini haram. Karena bisa

    saja ada obat yang haram, ungkapnya.20

    Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan

    petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan

    atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Dalam pandangan Islam

    bukan semata memberikan panduan bagaimana secara fisik mengupayakan

    kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani juga, yang di dalam

    Islam sudah terdapat ajaran dan praktek-praktek praktis yang dapat

    membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam pandangan Islam

    adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek jiwa, aspek perasaan dan aspek

    akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan segi kejiwaan

    dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi sehat lahir

    dan batin.

    Sebagaimana yang penulis uraikan di muka bahwa manusia terdiri

    dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Dari keduanya inilah menunjukkan

    bahwa manusia tidak hanya memerlukan penanganan secara fisik saja,

    tetapi diperlukan pula dari sisi rohani, dan keduanya harus berjalan secara

    integral dan sinergis. Manakala manusia sakit, baik secara fisik (seperti:

    kanker, terserang infeksi pernafasan, jantung, darah tinggi, dan lain-lain)

    maupun secara rohani (seperti: cemas, gelisah, stres, depresi, dan lain-lain)

    tentu ia akan berupaya untuk menanggulanginya serta berusaha untuk

    mengobatinya. Rumah sakit merupakan salah satu alternatifnya, di rumah

    20 http://malangraya.web.id/2009/03/02/mukisi-konsep-kesehatan-berdasar-syariah.Senin,16

    Februari 2010

  • 20

    sakit ia akan mendapat perawatan serta pengobatan dari para perawat dan

    para dokter. Bahwa dalam hal kemampuan penderitaan dan penyembuhan,

    ternyata mereka yang religius lebih mampu mengatasi dan proses

    penyembuhan penyakit lebih cepat. Untuk menumbuhkan sikap

    kereligiusan pasien maka diperlukan adanya bimbingan rohani bagi pasien

    di rumah sakit.

    Terapi bisa dilakukan melalui berdoa yang menimbulkan kekuatan

    jiwa. Bahwa Tuhan Allah mengatur setiap bagian hidup kita, mendengar

    doa anak-anak-Nya, menyelamatkan yang percaya dan menolong mereka

    untuk mengatasi segala persoalan hidupnya. Ada banyak bagian dalam

    perjanjian baru yang menyinggung ajaran untuk saling menasihati,

    membangun, menghibur mereka yang tawar hati, membela mereka yang

    lemah dan sabar terhadap semua orang.

    Bimbingan rohani bertujuan untuk memecahkan problem

    perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamanya.

    Apabila pasien seorang muslim atau beragama Islam maka mendapat

    bimbingan dari rohaniawan Islam yang tugasnya sebagai juru pengingat

    (muzakkir) sebagai juru penghibur (mubassyer) hati duka. Sebagaimana

    firman Allah surat Al Imron ayat 159 yang berbunyi:

  • 21

    Artinya: Maka karena rahmat Allah, engkau (Muhammad) dapat bertindak lemah lembut kepada mereka (kaum kafir) dan jika engkau berlaku kasar dan keras hati maka mereka akan melarikan diri dari padamu, maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun atas dosa-dosa mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal (QS. Ali Imron :159)21

    Ayat ini menunjukkan betapa tepatnya seorang rohaniawan

    membantu orang lain khususnya pasien untuk mendapatkan jalan

    pemecahan problema-problema hidup yang dialami. Dengan hati-hati dan

    tutur kata yang lemah lembut serta penuh kasih sayang pasien akan

    memperoleh daya rohaniah yang sejuk dan tenteram dari padanya. Inilah

    yang telah diupayakan dan dilaksanakan serta diterapkan oleh RSI Sultan

    Agung Semarang yang berupaya memberikan bantuan terhadap orang yang

    sakit (pasien) melalui pengobatan secara medis dan pelayanan spiritual atau

    bimbingan rohani. Dengan adanya santunan keagamaan yang dilakukan

    oleh rohaniawan diharapkan jiwa pasien akan tertanam perasaan tenang dan

    tentram.

    Pada uraian di atas, maka penelitian tentang model bimbingan

    rohani di RSI Sultan Agung Semarang sangat penting, karena pada akhir-

    21 Moh. Rifai, Terjemah/ Tafsir Al-Quranul Karim, Semarang : CV wicaksana, 1993,

    hlm.105

  • 22

    akhir ini banyak rumah sakit yang menyediakan pelayanan bimbingan

    rohani, serta wacana tentang peran perawat rohani bagi pasien, secara

    umum mulai marak didiskusikan.22 Dari pengertian-pengertian tersebut

    dapat disimpulkan bahwa pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah pada

    RSI Sultan Agung adalah pelaksanaan pedoman-pedoman dalam

    operasional bisnis sehari-hari dengan berdasarkan nilai-nilai syariah, dalam

    hal ini yang terkait dengan bisnis.

    Rumah sakit Islam adalah bagian dari bisnis yang berprinsip

    syariah, oleh karenanya etika bisnis di dalamnya harus merujuk pada

    prinsip-prinsip Ekonomi Islam23. Hal itu didasarkan pada satu kaidah ushul

    al-ashlu fi al-afal al-taqayyud bi hukmi asy-syari (bahwa hukum asal

    suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara: baik yang wajib,

    sunnah, mubah, makruh atau haram). Maka dalam melaksanakan suatu

    bisnis harus senantiasa tetap berpegang teguh pada ketentuan syariat.24

    Islam menetapkan prinsip-prinsip perekonomian , antara lain sebagai

    berikut:25

    a) Islam menentukan berbagai macam kerja yang halal. Jadi, kerja yang halal

    saja yang dipandang sah.

    b) Kerja sama kemanusiaan yang bersifat gotong royong dalam usaha

    22 Nurul Aeni, Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani Dalam Memotivasi

    Kesembuhan Pasien di RSI Sunan Kudus, Skripsi Fakultas Dakwah, Semarang, perpustakaan IAIN Walisongo,2008, h.35, td.

    23 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi Islam dan Ekonomi Islam, Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2002, Cet.1, hlm 168

    24 Johan Arifin, Op.cit, hlm.85-86. 25 Ahmad Aghar Basyir, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Berbagai Aspek Ekonomi

    Islam, Yogyakarta: P3EI-FE UII Bekerjasama dengan Penerbit Tiara Wacana, 1992, hlm.13-14

  • 23

    memenuhi kebutuhan harus ditegakkan.

    c) Nilai keadilan dalam kerja sama kemanusiaan ditegakkan.

    Kemudian, prinsip-prinsip bisnis dalam Islam meliputi26:

    a. Prinsip Kesatuan (Tauhid)

    Berdasarkan prinsip ini, para pelaku bisnis syariah dalam menjalankan

    bisnisnya hendaknya tidak melakukan tiga hal; pertama, melakukan tindakan

    diskriminasi terhadap pihak lain. Dalam konteks rumah sakit, berarti bahwa

    tidak ada diskriminasi pada karyawan, juga kepada pasien baik berdasarkan

    ras, warna kulit dan agama. Kedua, terpaksa atau dipaksa melakukan bisnis

    yang terlarang seperti minuman beralkohol. Ketiga, menimbun kekayaan atau

    serakah, karena pada hakikatnya kekayaan adalah milik dan amanat Allah.

    b. Prinsip Kebolehan (ibahah)

    Dengan prinsip ini berarti konsep halal dan haram pada barang/jasa yang

    dihasilkan dari sebuah usaha harus selalu diutamakan. Dalam rumah sakit

    islam, setiap apa yang diberikan dan disajikan kepada pasien haruslah halal

    dan sesuai dengan syariat Islam.

    c. Prinsip Keadilan (al-adl)

    Keadilan memberikan pemahaman tentang perolehan atas sesuatu yang

    menjadi hak dalam aplikasinya di lembaga bisnis syariah, keadilan

    mengarahkan pada transaksi yang jelas dan tidak mengandung unsur

    penipuan, baik dalam harga maupun jaminan produk dan jasa yang diberikan.

    d. Prinsip Pertanggungjawaban

    26Kuat Ismanto, Manajemen Syariah: Implementasi TQM Dalam Lembaga Keuangan

    Syariah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,t, hlm.27-36

  • 24

    Islam mengajarkan bahwa semua perbuatan manusia akan dimintai

    pertanggungjawaban di akhirat. Dalam implementasinya pada lembaga bisnis

    syariah, diterapkan tiiga hal. Pertama, dalam menghitung margin,

    keuntungan, nilai upah serta hal-hal lainnya. Kedua, economic return, bagi

    pemberi modal harus dihitung berdasarkan pada pengertian yang tegas bahwa

    besarnya tidak dapat diramalkan dengan probabilitas kesalahan nol dan tidak

    dapat ditetapkan terlebih dahulu (seperti sistem bunga). Ketiga, Islam

    melarang semua transaksi gharar.

    e. Prinsip Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran

    Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan

    perilaku yang benar, yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari

    atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses

    upaya meraih atau menetapkan laba. Realisasi kebajikan adalah sikap

    kesukarelaan dan keramahtamahan. Kemudian dengan kejujuran sebagai

    dasar bisnis akan mendapatkan kepercayaan dari pihak lain yang dapat

    mendorong meningkatnya transaksi dan keuntungan.

    f. Prinsip Kerelaan (ar-ridha)

    Prinsip ini menjelaskan bahwa segala bentuk kegiatan ekonomi harus

    dilaksanakan suka rela, tanpa ada unsur paksaan antara pihak-pihak yang

    terlibat dengan kegiatan tersebut. Jadi pelaku bisnis syariah harus memegang

    teguh kebebasan bagi masing-masing pihak yang bertransaksi.

    g. Prinsip Kemanfaatan

  • 25

    Prinsip kemanfaatan dalam kegiatan bisnis sangat berkaitan dengan objek

    transaksi bisnis. Objek tersebut tidak hanya berlabel halal tapi juga

    memberikan manfaat bagi konsumen.

    Kemudian secara khusus Islam juga menetapkan nilai-nilai atau etika

    yang harus dipatuhi dalam kegiatan bisnis. Prinsip dasar yang telah ditetapkan

    oleh Islam mengenai bisnis atau perdagangan dan niaga adalah tolok ukur

    kejujuran, kepercayaan dan ketulusan.27

    2.1.3 Kepuasan Pelanggan

    Kepuasan pasien adalah suatu tanggapan atau respons yang diberikan

    oleh pasien setelah membandingkan antara harapan-harapan pasien dengan apa

    yang dialami atau diperoleh pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

    oleh perawat.

    Penulis menggunakan indikator kepuasan pasien antara lain sikap dan

    pendekatan petugas rumah sakit kepada pasien, kualitas pelayanan perawatan,

    prosedur administrasi, dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh RSI Sultan

    Agung Semarang. Tingkat kepuasan pasien diketahui dari total keseluruhan

    skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala kepuasan pasien. Semakin

    tinggi total skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi pula tingkat

    kepuasan yang dirasakan oleh pasien. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah

    total skor yang diperoleh subjek dari mengisi skala kepuasan pasien maka

    semakin rendah pula tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien.

    27 Neni Sri Imaniyati,Op.Cit , hlm.169

  • 26

    Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat

    penting bagi kelangsungan suatu rumah sakit.. Kepuasan pasien adalah nilai

    subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Penilaian subjektif

    tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis

    waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu itu. Ada beberapa aspek yang

    mempengaruhi kepuasan pasien yaitu :

    a. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah sakit,

    kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan yang dimakan

    pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan.

    b. Aspek hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan

    petugas rumah sakit terutama perawat, informasi yang diberikan oleh

    petugas rumah sakit, komunikatif, responatif, suportif, dan cekatan dalam

    melayani pasien.

    c. Aspek kompetensi teknis petugas, meliputi keberanian bertindak,

    pengalaman, gelar, dan terkenal.

    d. Aspek biaya, meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh

    pasien, dan ada tidaknya keringanan yang diberikan kepada pasien.28

    Sejumlah pakar telah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan

    kepuasan pelanggan. Bahwa kepuasan atau tidak kepuasan pelanggan terhadap

    evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dipersepsikan antara harapan

    awal sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

    pemakaian, sedangkan kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang

    28 Nur Ana Zahrotul C.A, Loc.Cit, hlm 50

  • 27

    setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan

    harapannya. Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat diketahui adanya

    kesamaan tentang komponen kepuasan pelanggan yaitu harapan dan kinerja

    atau hasil yang dirasakan. Pada umumnya harapan-harapan pelanggan

    merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

    diterimanya bila ia membeli atau mengonsumsi suatu produk, sedangkan

    kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima

    setelah mengonsumsi produk yang dibeli.29

    Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal

    dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk

    dan harapan-harapannya.30 Bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

    setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.

    Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang

    dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan

    akan puas.

    Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu,

    komentar dari orang atau sahabat terdekat serta informasi dan janji pemasaran

    dan saingannya. Jadi harapan pelanggan dapat terbentuk dari beberapa hal

    yang dapat mempengaruhi pelanggan dalam mengambil produk. Pelanggan

    yang puas akan setia lebih lama, kurang sentetif terhadap harga dan memberi

    komentar yang baik tentang RSI Sultan Agung Semarang. Sedangkan

    pelanggan yang merasa dikecewakan akan berbalik melawan RSI Sultan

    29 Salamatun Asakdiyah, Op. Cit. hlm 130 28 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Kosasih Iskandarsyah, 1997 hlm.36

  • 28

    Agung Semarang yang mengecewakannya itu dengan memberi informasi yang

    buruk kepada orang lain.31

    Telah banyak dilakukan riset untuk menentukan kepuasan pelanggan,

    walaupun ini bukanlah suatu pekerjaan mudah, namun perusahaan harus

    melaksanakannya agar pelanggan selalu merasa puas atas pelayanan yang

    diberikan. Upaya untuk mengukur kepuasan pelanggan merupakan yang sukar,

    karena bergantung pada tingkat aspirasi dan harapan yang ada. Pelanggan yang

    kurang beruntung akan mengharap lebih banyak dari suatu perekonomian pada

    saat mereka melihat orang lain dengan standar hidup lebih baik. Selain tingkat

    aspirasi juga cenderung menaik dengan berulangnya keberhasilan dan

    menurun karena tidak berhasil.32

    Memuaskan kebutuhan pelanggan adalah keinginan RSI Sultan

    Agung Semarang. Selain menjadi faktor penting bagi kelangsungan hidup

    rumah sakit tersebut, memuaskan kebutuhan pelanggan dapat meningkatkan

    keunggulan dalam persaingan. Pelanggan yang puas terhadap pelayanan

    dengan prinsip-prinsip syariah akan menggunakan jasa kembali pada saat

    kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti

    kepuasan pelanggan merupakan faktor kunci dalam pelayanan dengan prinsip-

    prinsip syariah pada RSI Sultan Agung Semarang.

    Untuk dapat memuaskan kebutuhan pelanggan, perusahaan dapat

    melakukan dengan tahapan sebagai berikut :

    1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.

    31 J. supranto, Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan: untuk menentukan pangsa pasar, (Jakarta: Rineka, 1997) hlm. 232-234

    32 Julita. Loc. Cit hlm. 7-8

  • 29

    2. Mengetahui proses pengambilan keputusan dalam melayani.

    3. Membangun citra RSI Sultan Agung Semarang.

    4. Membangun kesadaran akan pentingnya kepuasan pelanggan.

    Memuaskan kebutuhan pelanggan dapat terealisasi, jika perusahaan

    menjadikan kepuasan kebutuhan pelanggan sebagai strategi bisnis yang

    berkelanjutan dan bukan hanya kebijakan sesaat.33

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait upaya

    meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan dengan prinsip-prinsip

    syariah adalah:

    Hasil penelitian sebelumnya sebagaimana dilaporkan oleh Hendrajana

    (2005) tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang

    medis terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara berbagai

    variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta.34

    Rais (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh kualitas

    pelayanan, fasilitas rumah sakit, biaya berobat rawat inap, dan afiliasi agama

    terhadap keputusan konsumen dalam memilih rumah sakit untuk berobat rawat

    inap di RS PKU Muhammadlyah. Hasilnya menunjukkan bahwa semua

    33 Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama, Yogyakarta:

    Ekonosia, 2001, cet. Ke-1, hlm. 93-94 34 Hendrajana, Tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Medis, Paramedis, dan Penunjang

    Medis Terhadap Kepuasan Pelanggan Rawat Jalan (Studi Kasus RSUD Dr. Moewardi Surakarta), Tesis Program Pascasarjana, Surakarta, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005, hlm. 46, td

  • 30

    variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan

    konsumen dalam memilih rumah sakit untuk berobat rawat inap.35.

    Susanto (2001) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan nasabah BPR BKK Karangmalang Kabupaten

    Sragen. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara

    variabel produk, pelayanan, fasilitas, lokasi, dan keamanan terhadap kepuasan

    pelanggan/nasabah36.

    Muhaemin (2005) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan nasabah PT. Bank BPD Jateng Cabang Surakarta.

    Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel

    keandalan, ketanggapan, dan kepastian terhadap kepuasan nasabah; sedangkan

    pengaruh variabel ketegasan dan keperwujudan terhadap kepuasan nasabah

    tidak signifikan.37

    2.3 Kerangka Pemikiran Teoritik

    Model konseptual yang didasarkan pada tinjauan pustaka, maka

    kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    35 Rais, Pengaruh Kualitas Pelayanan, dan Afiliasi Agama Terhadap Keputusan Konsumen

    (Studi Kasus di RS PKU Muhammadlyah), Tesis Program Pascasarjana,Surakarta, Perpustakaan Universitas Muhamadiyah Surakarta,2003, hlm. 54, td

    36 Susanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen, Tesis Program Pascasarjana,Surakarta,Perpustakaan Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2001, hlm. 40, td

    37 Muhaemin, Menguji Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan (Studi kasus Nasabah PT. Bank BPD Jateng Cabang Surakarta.), Tesis Program Pascasarjana,Surakarta, Perpustakaan Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2005, hlm. 53, td

  • 31

    Pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah

    Sumber : di kembangkanan dari penelitian Hendrajana (2005), Rais (2003), Susanto (2001), Muhaemin (2005)

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

    kalimat pertanyaan.38 Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pelayanan

    dengan prinsip-prinsip syariah berpengaruh positif terhadap kepuasan

    pelanggan.

    38 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2006, hlm. 70

    Aspek Penerimaan

    Aspek Perhatian

    Aspek Komunikasi

    Pelayanan dengan Prinsip Syariah

    Kepuasan Pelanggan

    Aspek Tanggung jawab

    Aspek Kerja Sama

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

    langsung dari sumber asli (konsumen RSI Sultan Agung Semarang sebagai

    objek penelitian). Untuk memperoleh data ini peneliti menggunakan kuesioner.

    Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis

    untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.39 Kuesioner yang

    dipakai disini adalah model tertutup karena jawaban telah disediakan dan

    pengukurannya menggunakan skala likert, skala likert digunakan untuk

    mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

    tentang fenomena sosial. Dengan lima alternatif jawaban dalam suatu daftar

    pertanyaan, responden diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban

    yang telah disediakan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal

    atau data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

    3.2 Populasi dan Sampel

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

    yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40 Populasi dalam

    penelitian adalah konsumen dan pengguna jasa Rumah Sakit Islam (Sultan

    Agung Semarang) adalah 6.547

    39 Ibid, hlm 88 40 Ibid, hlm 90

  • 33

    Jika hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut

    disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

    diteliti.41

    Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 responden. Sampel

    diambil dengan purposive sampling method. Sekaran (2000),sebagaimana

    dikutip Suci Utami Wikaningtyas bahwa purposive sampling meliputi

    pemilihan subyek yang tepat untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan.

    Secara umum tidak ada batasan langsung mengenai jumlah yang sangat baik

    untuk suatu penelitian.

    Namun para ahli menyebutkan bahwa 30 responden adalah jumlah

    minimum yang dapat digunakan. Akan tetapi banyak juga peneliti

    menggunakan jumlah sampel yang lebih besar, yaitu minimal 100 responden.42

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    Untuk mengumpulkan data tentang upaya meningkatkan kepuasan

    pelanggan melalui pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah sebagai jasa

    akomodasi, maka metode yang digunakan adalah melalui: penyebaran angket

    (kuesioner), dan dokumentasi.

    1. Metode Angket (Kuesioner)

    Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar

    pertanyaan tertulis untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.43

    Metode ini digunakan untuk pengambilan data mengenai tentang upaya

    meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan dengan prinsip-prinsip

    41 ibid, ,hlm.131. 42 Suci Utami Wikianingtyas, Loc. Cit. Hlm 55 43 Ibid, hlm 162

  • 34

    syariah sebagai jasa akomodasi. Kuesioner yang dipakai disini adalah model

    tertutup karena jawaban telah disediakan dan pengukurannya menggunakan

    skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

    persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

    2. Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai

    hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar,

    majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.44 Metode ini

    digunakan sebagai pelengkap guna memperoleh data sebagai bahan informasi

    yang berupa latar belakang kantor, tugas pokok dan tata kerja, struktur

    organisasi, presentasi serta data lain yang mendukung.

    Terhadap kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian, akan

    dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

    1. Validitas

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

    kevalidan dan kesahihan suatu instrumen.45 Instrumen dikatakan valid jika

    dapat mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data variabel yang

    diteliti secara tepat.

    Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas

    internal, validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-

    bagian instrumen secara keseluruhan.46 Dengan kata lain sebuah instrumen

    44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

    Cipta, 2006, hlm 231 45 Ibid, hlm 137 46 Ibid, hlm 138

  • 35

    dikatakan memiliki misi instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap

    data dari variabel yang dimaksud.

    Dalam pengujian validitas instrumen pada penelitian ini digunakan

    analisa butir. Cara pengukuran analisa butir tersebut adalah mengkorelasikan

    skor butir dengan skor total dengan rumus produk moment, yaitu :

    2222 XYNXXN

    YXXYNRxy

    Keterangan : R = Koefisien korelasi

    N = Jumlah subyek atau responden

    X = Skor butir

    Y = Skor total47

    Validitas data diukur dengan rnenggunakan r hitung dengan r table (r

    product moment). Apabila r hitung > r table, dan nilai positif maka butir atau

    pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid dan apabila sebaliknya

    maka tidak valid.48

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat

    dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen

    sudah baik.49 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat

    memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan

    berulang-ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang

    47 Ibid, hlm 170 48 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multinariate Dengan Program SPSS, Cetakan IV,

    Undip, Semarang, 2006, him. 45 49 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm 178

  • 36

    sama. Uji reliabilitas ini hanya dilakukan pada data yang dinyatakan valid.

    Untuk menguji reliabilitas digunakan teknik croanbach alpa > 0,60

    Rumus croanbach alpa adalah sebagai berikut:

    2

    1

    2

    11 11 b

    kkr

    Keterangan :

    11r = Reliabilitas instrumen

    k = Jumlah kuesioner

    2b = Jumlah varian butir

    21 = Varian total

    50

    Untuk mencari varian butir dengan rumus :

    NN

    xx

    22

    2

    Keterangan :

    = Varian tiap butir

    x = Jumlah skor butir

    N = Jumlah responden51

    Untuk menilai reliable tidaknya suatu instrument dilakukan dengan

    mengkonsultasikan rhitung dengan rtabel. Apabila rhitung>rtabel maka instrumen

    50 Ibid, hlm 196 51 Ibid, hlm 196

  • 37

    dinyatakan reliable dan apabila rhitung

  • 38

    terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat.

    Sumber data : dikembangkan untuk penelitian, 2010

    F. Teknik Analisis Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

    menggunakan metode :

    1. Metode Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang digunakan

    untuk menganalisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

    data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

    kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam

    penelitian deskriptif antara lain penyajin data melalui tabel, grafik, diagram

    lingkaran, perhitungan persentase dan lain-lain (Sugiyono, 2007;142).

    2. Metode Analisis Kuantitatif

    Analisis kuntitatif adalah analisis data yang berbentuk angka atau

    data kualitatif yang diangkakan.53 Analisis kuantitatif dalam penelitian ini

    menggunakan metode regresi linier berganda. Regresi linier berganda

    (Linier Multiple Regretion) merupakan hubungan lebih dari dua variabel

    karena sebenarnya hubungan antar variabel-variabel kebanyakan

    merupakan hubungan yang rasional, artinya tidak ada nilai Y tertentu untuk

    X tertentu dan terdapat banyak kemungkinan nilai Y untuk nilai X, karena

    nilai Y tersebut dipengaruhi banyak variabel. Analisis ini digunakan karena

    53 Sugiyono,Op. Cit hlm 70

  • 39

    pengukuran skala-skala yang dipakai dalam penelitian ini disajikan dalam

    bentuk data interval (nilai nol tidak mutlak) termasuk kedalam statistik

    parametris, maka alat uji yang paling tepat untuk menguji pengaruh antar

    variabel x (independen) dengan variabel y (dependen) adalah dengan

    menggunakan regresi linier berganda (linier multiple regretion) dimana

    hasil analisis tersebut akan didapat koefisien regresi untuk setiap variabel.

    3. Koefisien determinasi

    Koefisien determinasi merupakan angka sejauh mana kesesuaian

    persamaan regresi tersebut dengan data. Koefisien determinasi juga

    menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel

    independen. Semakin besar Koefisien determinasi berarti semakin besar

    proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen, atau

    dengan kata lain, apabila = 1 atau > 1, maka dua variabel mempunyai

    hubungan yang sempurna, sebaliknya apabila = 0 atau < 1, maka dua

    variabel tidak mempunyai hubungan yang sempurna.

  • 40

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum RSI Sultan Agung Semarang

    Rumah Sakit Islam Sultan Agung pada awal berdirinya merupakan

    Health Centre yang pada perkembangan selanjutnya ditingkatkan menjadi

    Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Sultan Agung atau Medical Centre Sultan

    Agung. Kegiatan pelayanan mulai dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus

    1971. Adapun pelayannya meliputi poliklinik umum, poliklinik KIA dan KB.

    Rumah Sakit ini terletak di Jl. Raya Kaligawe KM.4 yang berdekatan dengan

    terminal Terboyo dan pusat pertumbuhan industri ( LIK & Terboyo Industri

    Park ). Dibangun pada tahun 1970 dan pada tahun 1971, kemudian diresmikan

    sebagai Rumah Sakit Umum pada tanggal 23 Oktober 1973 dengan SK dari

    Menteri kesehatan nomor I 024/Yan Kes/I.O.75 tertanggal 23 Oktober 1975

    diresmikan sebagai RS Tipe C (RS Tipe Madya).54

    Dengan telah dibangunnya gedung baru 4 lantai saat ini, RSISA telah

    berusaha dan berupaya untuk terus berkembang memberikan pelayanan

    kesehatan yang prima. Didukung dengan peralatan-peralatan medis yang

    canggih menjadikan RSI Sultan Agung menjadi salah satu rumah sakit rujukan

    dengan fasilitas unggulan:

    1. ASKES Pegawai Negeri

    2. ASKES Sukarela

    3. Jamsostek JPK dan Trauma Center

    54 http://rsisultanagung.blogspot.com/2007/09/rsi-sultan-agung-semarang. Rabu, 7 April 2010

  • 41

    4. Lithoclas (Pemecah Batu Saluran Kemih)

    5. CT Scan Hellical 3 Dimensi

    Dalam perkembangannya RSI telah mengembangkan pusat pelayanan

    kesehatan baru: Semarang Eye Center (SEC) merupakan salah satu lembaga

    pelayanan kesehatan yang berada dibawah naungan Rumah Sakit Islam Sulatn

    Agung milik Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Semarang. SEC sebagai

    pusat pelayan kesehatan mata terlengkap di Jawa Tengah ini mulai dibuka

    oada 21 Mei 2005 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bapak H.

    Mardiyanto. Didukung peralatan-peralatan canggih dengan menggunakan

    teknologi terkini serta tindakan operasi subspesialistik oleh dokter-dokter

    spesialis mata yang berkualitas. Semarang Eye Center menjadi pusat rujukan

    pengobatan mata bagi masyarakat Jawa Tengah. Menempati ruangan khusus

    yang representative, dengan pelayanan terpusat. Pengguna layanan SEC akan

    mendapatkan pelayanan "One Stop Service" dimulai pemeriksaan awal,

    pengobatan, konsultasi tindakan operatif, apotik dan optic yang berada dalam

    satu lokasi. Menggunakan teknologi computer digital serta tindakan Operasi

    Mata Subspesialistik dengan teknik operasi dan peralatan paling mutakhir :

    1. Alat operasi mata milenium Fakoemulsifikasi

    2. Humphrey Automatic Parimeter

    3. Non Contac Tonometer

    4. Fundus Camera Non Mydriatri

    5. Ophthalmic Imaging System

    6. Slit Lamp

  • 42

    7. Alat Laser Mata

    8. Phoroptor

    9. Autorefrakto keratometer

    10. Crytheraphy

    11. Foto Segmen Anterior

    12. USG Mata (A & B Scan)

    13. Operating Microscope

    4.2 Deskriptif Responden

    Penyajian data diskriptif penelitian bertujuan untuk melihat profil dari

    data penelitian dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian.

    Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden

    merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian.

    Responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik-karakteristik sebagai

    berikut:

    1. Jenis Kelamin

    Adapun data mengenai jenis kelamin responden nasabah Pegadaian

    Syariah cabang Majapahit Semarang adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Sex

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid LAKI-LAKI 42 70.0 70.0 70.0

    PEREMPUAN 18 30.0 30.0 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber : Data yang diolah, 2010

  • 43

    Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang jenis

    kelamin pasien RSI Sultan Agung Semarang yang diambil sebagai

    responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki

    sebanyak 42 orang atau 70 % dan perempuan sebanyak 18 orang atau 30 %.

    Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah pasien

    RSI Sultan Agung Semarang yang diambil sebagai responden dalam

    penelitian ini adalah laki-laki.

    2. Umur Responden

    Data mengenai umur Responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi

    tiga kategori, yaitu dari umur 17-19 th, 30-40 th, dan lebih dari 40 th.

    Adapun data mengenai umur pasien RSI Sultan Agung Semarang yang

    diambil sebagai responden adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.2 Umur

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid < 20 th 22 36.7 36.7 36.7

    20-29 th 17 28.3 28.3 65.0

    30-39 th 10 16.7 16.7 81.7

    40 - 49 th 6 10.0 10.0 91.7

    50 th keatas 5 8.3 8.3 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber : Data yang diolah, 2010

    Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui umur responden

    yang menjadi sampel penelitian ini kebanyakan

  • 44

    sebanyak 17 orang atau 28.3 %, yang berumur lebih dari 30-39 tahun

    sebanyak 10 orang atau 16.7%, yang berumur 40-49 tahun sebanyak 6

    orang atau 10 % dan yang berumur diatas 50 tahun sebanyak 5 orang atau

    8.3%.

    3. Pekerjaan Responden

    Data mengenai pekerjaan responden , peneliti mengelompokkan menjadi

    empat kategori, yaitu PNS, Pegawai swasta, Wiraswasta/ pedagang, dan

    lainnya. Adapun data mengenai pekerjaan pasien RSI Sultan Agung

    Semarang yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.3 Pekerjaan

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid PNS 1 1.7 1.7 1.7

    Pegawai swasta 8 13.3 13.3 15.0

    Wiraswasta/pedagang 24 40.0 40.0 55.0

    Lainnya 27 45.0 45.0 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber : Data yang diolah, 2010

    Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pekerjaan pasien RSI Sultan Agung

    Semarang yang diambil sebagai responden berprofesi sebagai Pegawai

    Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 orang atau 1.7 %, Pegawai swasta sebanyak

    8 orang atau 13.3 %, , wiraswasta/ pedagang sebanyak 24 orang atau 40 %

    dan lainnya adalah 27 0rang atau 45 %.

    4. Penghasilan Responden

  • 45

    Data mengenai penghasilan responden, peneliti mengelompokkan menjadi

    empat kategori, yaitu Rp 4.000.000,00.. Adapun data

    mengenai penghasilan pasien RSI Sultan Agung Semarang yang diambil

    sebagai responden adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.4

    Penghasilan

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Rp 4.000.000 9 15.0 15.0 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber : Data yang diolah, 2010

    Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar penghasilan pasien RSI

    Sultan Agung yang menjadi responden adalah < Rp 500.000,00 sebanyak 11

    orang atau 18.3%, yang berkisar antara Rp 1.000.000,00 Rp 3.000.000,00

    yaitu sebanyak 29 orang atau 48.3%, antara Rp 3.000.000,00 Rp

    4.000.000,00 sebanyak 11 orang atau 18.3% dan yang > Rp 4.000.000,00

    sebanyak 9 orang atau 15 %.

  • 46

    4.3 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas

    4.3.1 Variabel Pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah

    Berdasarkan hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dengan

    program SPSS 16.00, maka validitas dan reliabilitas variabel pelayanan

    dengan prinsip-prinsip syariah

    Tabel 4.5 Validitas dan Reliabilitas

    Variabel Pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah

    Soal

    Corrected item-total

    correlation (r hitung)

    R tabel

    KET

    RELIABILITAS

    P1 0,259 0,254 VALID

    0,798 P2 0,289 0,254 VALID P3 0,255 0,254 VALID P4 0,296 0,254 VALID P5 0,269 0,254 VALID

    Sumber : Data primer diolah

    Dari tabel 4.1 menggambarkan bahwa semua pertanyaan dari kuesioner

    variabel pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah valid. Serta dapat

    dikatakan reliabel karena Cronbach Alpha > 0,60, yaitu sebesar 0,798.

    4.3.2 Variabel Kepuasan Pelanggan

    Validitas dan reliabilitas variabel minat menjadi nasabah bank

    syariah dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

    Tabel 4.6 Validitas dan Reliabilitas

    Variabel Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah

    Soal

    Corrected item-total

    correlation (r hitung)

    R table

    KET

    RELIABILITAS

    P6 0,291 0,254 VALID P7 0,348 0,254 VALID

  • 47

    P8 0,308 0,254 VALID 0,772 P9 0,373 0,254 VALID

    Sumber : Data primer diolah

    Tabel diatas menggambarkan bahwa semua pertanyaan kuesioner

    dinyatakan valid dan dapat dikatakan reliabel karena Cronbach Alpha

    yang > 0,60 yaitu sebesar 0,772

    4.4 Analisis Data

    4.4.1.1 Analisis Dekriptif Statistik

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program

    SPSS 16.00, penelitian yang dilakukan pada 60 responden, dapat

    dikemukakan pada tabel-tabel di bawah ini :

    Pelayanan dengan prinsip-prinsip Syariah

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung bahwa

    Pelayanan RSI Sultan Agung tidak berbelit-belit dan cepat dalam

    penanganan terhadap pasien, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.7

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Netral 1 1.7 1.7 1.7

    Setuju 13 21.7 21.7 23.3

    Sangat setuju 46 76.7 76.7 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.4 diatas menunjukkan 46 atau 76.7% pasien menyatakan

    sangat setuju bahwa Pelayanan RSI Sultan Agung tidak berbelit-belit

    dan cepat dalam penanganan terhadap pasien, 13 atau 21.7% pasien

  • 48

    menyatakan setuju dan 1 atau 1.7% pasien menyatakan netral. Untuk

    lebih jelasnya dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

    Grafik 4.1

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung tentang

    pemanfaatan fasilitas RSI Sultan Agung yang optimal, efektif dan

    efisien dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.8

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 21 35.0 35.0 35.0

    Sangat setuju 39 65.0 65.0 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.5 diatas menunjukkan 39 atau 65% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa pemanfaatan fasilitas RSI Sultan Agung telah optimal,

    efektif dan efisien, sedangkan 21 atau 35% pasien lainnya

    menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam

    grafik berikut ini:

  • 49

    Grafik 4.2

    Pendapat pasien RSI Sultan Agung bahwa karyawan RSI

    Sultan Agung selalu bersikap ramah, sopan santun dan perhatian

    terhadap pelanggan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.9

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 16 26.7 26.7 26.7

    Sangat setuju 44 73.3 73.3 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.6 menunjukkan 44 atau 73.3% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa karyawan RSI Sultan Agung selalu bersikap ramah,

    sopan santun dan perhatian terhadap pelanggan, sedangkan 16 atau

    26.7% pasien lainnya menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat

    digambarkan dalam grafik berikut ini

  • 50

    Grafik 4.3

    Pendapat pasien RSI Sultan Agung bahwa karyawan RSI

    Sultan Agung mempunyai profesionalitas kerja yang tinggi, dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.10

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 17 28.3 28.3 28.3

    Sangat setuju 43 71.7 71.7 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.10 menunjukkan 43 atau 71.7% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa karyawan RSI Sultan Agung mempunyai

    profesionalitas kerja yang tinggi, sedangkan 17 atau 28.3% pasien

  • 51

    lainnya menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan

    dalam grafik berikut ini:

    Grafik 4.4

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung tentang

    Pelayanan RSI Sultan Agung telah sesuai dengan janji yang diberikan

    kepada pasien adalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel 4.11

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 14 23.3 23.3 23.3

    Sangat setuju 46 76.7 76.7 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.11 menunjukkan 46 atau 76.7% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa Pelayanan RSI Sultan Agung telah sesuai dengan janji

    yang diberikan kepada pasien, sedangkan 14 atau 23.3% pasien

  • 52

    lainnya menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan

    dalam grafik berikut ini :

    Grafik 4.5

    Kepuasan Pelanggan

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung tentang

    perasaan puas pasien karena karyawan RSI Sultan Agung ramah dan

    cepat dalam menangani pasien, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.12

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 28 46.7 46.7 46.7

    Sangat setuju 32 53.3 53.3 100.0

    Total 60 00.0 100.0 Sumber data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.12 menunjukkan 32 atau 53.3% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa pasien puas karena karyawan RSI Sultan Agung ramah

    dan cepat dalam menangani pasien sedangkan 28 atau 46.7%

  • 53

    menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam

    grafik berikut ini:

    Grafik 4.6

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung tentang

    perasaan puas pasien karena prosedur administrasi yang baik dan

    tidak berbelit-belit, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.13

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Setuju 26 43.3 43.3 43.3

    Sangat setuju 34 56.7 56.7 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.13 menunjukkan 34 atau 56.7% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa pasien puas karena karyawan RSI Sultan Agung ramah

    dan cepat dalam menangani pasien sedangkan 26 atau 43.3%

  • 54

    menyatakan setuju. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam

    grafik berikut ini:

    Grafik 4.7

    Untuk mengetahui pendapat pasien RSI Sultan Agung tentang

    perasaan senang pasien berobat ke RSI Sultan Agung karena fasilitas

    yang tersedia sangat memadai, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.14

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Netral 1 1.7 1.7 1.7

    Setuju 23 38.3 38.3 40.0

    Sangat setuju 36 60.0 60.0 100.0

    Total 60 100.0 100.0 Sumber Data : diolah dari penelitian, 2010

    Tabel 4.14 menunjukkan 36 atau 60% pasien menyatakan sangat

    setuju bahwa pas