pengaruh penggunaan beberapa zat pensuspensi terhadap stabilitas fisik suspensi alumunium hidroksida...

48
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bel akang  Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak pernah lepas dari obat,  jika sakit maka manusia akan mengkonsumsi obat. Obat berfungsi untuk mengurangi sampai menyembuhkan penyakit maupun gejala penyakit yang dialami oleh seseorang. “Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhka n, meringankan atau mencegah  penyakit berikut gejalanya.” !rs. "an #oan "jay , $%%&' Obat tersedia dalam bentuk sediaan padat, setengah padat dan cair. !alam bentuk sediaan padat contohnya pil, tablet, kapsul dan suppositoria. !alam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim, salep, pasta, jelly dan cerata. !alam bentuk cair contohnya sirup, eliksir, suspensi dan emulsi. (uspensi merupakan salah satu dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas  bahan padat tidak larut tetapi terdispers i merata ke dalam suatu medium cair. )lfred,1**+'  Menur ut pendap at )nsel, alasan ba han obat difo rmula sikan dalam  bentuk sediaan suspensi yaitu karena obatobat tertentu tidak stabil secara kimia bila terdapat dalam bentuk larutan, tetapi stabil bila disuspensi, adanya kemudahan dalam menelan cairan, keluwesan dalam pemberian dosis, mudah 1

Transcript of pengaruh penggunaan beberapa zat pensuspensi terhadap stabilitas fisik suspensi alumunium hidroksida...

38

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak pernah lepas dari obat, jika sakit maka manusia akan mengkonsumsi obat. Obat berfungsi untuk mengurangi sampai menyembuhkan penyakit maupun gejala penyakit yang dialami oleh seseorang. Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya. (Drs. Tan Hoan Tjay, 2007)Obat tersedia dalam bentuk sediaan padat, setengah padat dan cair. Dalam bentuk sediaan padat contohnya pil, tablet, kapsul dan suppositoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim, salep, pasta, jelly dan cerata. Dalam bentuk cair contohnya sirup, eliksir, suspensi dan emulsi. Suspensi merupakan salah satu dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam suatu medium cair. (Alfred,1993) Menurut pendapat Ansel, alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila terdapat dalam bentuk larutan, tetapi stabil bila disuspensi, adanya kemudahan dalam menelan cairan, keluwesan dalam pemberian dosis, mudah diberikan untuk anak-anak, dan mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak-anak.Antasida adalah obat yang dimaksudkan untuk menetralkan efek dari kelebihan asam lambung. Obat-obatan ini sangat luas digunakan dan dijual pada pasien. Kebanyakan preparat antasida disusun dari bahan-bahan yang tidak larut dalam air. Antasida terdiri dari senyawa magnesium, aluminium, dan kalsium seperti alumunium hidroksida, kalsium karbonat, magnesium hidroksida dan magnesium oksida. Sebagai contoh alumunium hidroksida koloidal, obat ini merupakan golongan antasida yang mempunyai kelarutan kurang baik dalam air. Sehingga di pasaran, obat tersebut tersedia dalam bentuk suspensi. (Ansel, 1989; 364)Menurut Depkes RI, dalam pembuatan formulasi suspensi diperlukan zat pensuspensi tertentu. Zat pensuspensi yang dipilih harus mudah mengembang dalam air (hidrokoloid), sehingga suspensi yang dihasilkan memiliki karakteristik yang stabil secara fisik yaitu partikel tidak mengalami agregasi dan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan ringan ketika mengendap. Metode yang digunakan untuk menguji kestabilan fisik suatu suspensi adalah pengujian pH, viskositas dan volume sedimentasi. Beberapa zat pensuspensi yang sering digunakan dalam formulasi suspensi antara lain turunan selulosa, gom, dan bentonit. Penggunaan zat pensuspensi tersebut dimaksudkan untuk memperoleh suspensi dengan aliran yang baik serta homogen pada saat dituang dari dalam wadah serta memperlambat terjadinya endapan pada pembuatan formulasi suspensi.

Pemilihan zat pensuspensi penting untuk dilakukan agar suspensi yang dihasilkan memenuhi persyaratan suspensi yang baik, yaitu tidak mudah mengendap dan mudah terdistribusi kembali dengan pengocokan ringan.Oleh karena itu, penulis membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul PENGARUH PENGGUNAAN PGA, PGS DAN CMC SEBAGAI ZAT PENSUSPENSI TERHADAP STABILITAS FISIK SUSPENSI ALUMUNIUM HIDROKSIDA KOLOIDAL.B. Rumusan Masalah

Pada proses pembuatan suspensi, zat pensuspensi memegang peranan penting untuk menghasilkan suspensi dengan kualitas yang baik. Suspensi yang memiliki kualitas baik adalah suspensi yang stabil secara fisik, yaitu tidak mudah mengendap, mudah dituang, terdistribusi merata dan mudah didispersikan kembali apabila telah mengendap. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan yaitu:1. Bagaimanakah stabilitas fisik suspensi yang dihasilkan jika menggunakan zat pensuspensi CMC, PGA dan PGS?

2. Apakah penggunaan zat pensuspensi yang berbeda-beda dapat mengakibatkan stabilitas fisik suspensi yang berbeda pula?C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:1. Mengetahui pengaruh penggunaan zat pensuspensi CMC, PGA dan PGS terhadap stabilitas fisik suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal.2. Mengetahui apakah perbedaan zat pensuspensi dapat menghasilkan stabilitas fisik yang berbeda pula.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui pengaruh penggunaan beberapa zat pensuspensi dengan konsentrasi maksimum terhadap stabilitas fisik suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal. 2. Bagi Institusi PendidikanManfaat yang dapat diambil bagi institusi pendidikan khususnya Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan percobaan terhadap zat pensuspensi lainnya dengan konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap stabilitas fisik suspensi zat aktif tertentu. E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat suspensi dari zat aktif Alumunium Hidroksida Koloidal dengan menggunakan zat pensuspensi CMC 1%, PGA 10% dan PGS 2%.2. Metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi adalah metode dispersi.3. Melakukan evaluasi terhadap suspensi yang meliputi uji organoleptis, pH, viskositas, dan uji volume sedimentasi. 4. Penelitian dilakukan di laboratorium farmasetika Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon pada bulan Mei 2012.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Suspensi

1. Definisi Suspensi Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri atas dua fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, terdispers seluruhnya dalam fase kontinu. (Lachman, 1998; 986).

Menurut pendapat Alfred, suspensi memberi andil dalam bidang farmasi dan kedokteran dalam hal membuat zat-zat yang tidak larut dan seringkali tidak enak rasanya menjadi suatu sediaan yang enak atau juga dalam hal membentuk sediaan obat kulit dan pada membran mukosa, serta dalam hal pemberian parenteral dari obat-obat yang tidak larut. Suspensi terdiri atas beberapa macam, yaitu:

a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. b. Suspensi kering (dry suspension) yaitu campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan

c. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar

e. Suspensi ophtalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung-partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam bentuk suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

f. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan spinal

g. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. (Depkes RI, 2003; 27)

Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yaitu zat yang disuspensikan tidak boleh cepat mengendap, walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh membentuk suatu gumpalan padat (cake), harus dengan cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya dikocok, serta tidak boleh terlalu kental untuk dituang. (Alfred, 1993)

2. Stabilitas Suspensi

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan ringan.Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah:

a. Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan ke atas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.b. Kekentalan (viskositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum STOKES.

V = d2 ( 0 ) g

Keterangan : V = kecepatan aliran

d = diameter dari pertikel

= berat jenis dari partikel

0 = berat jenis cairan

g = gravitasi

= viskositas cairanc. Jumlah Partikel (konsentrasi)Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.

Benturan itu kan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.d. Sifat/muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.

Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya mempentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.Bila dilihat dari faktor-faktor di atas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogenizer, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut ke dalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah mengembang dalam, air (hidrokoloid).3. Bahan Pensuspensi

Penambahan bahan pensuspensi berfungsi untuk mengurangi tegangan antar muka antar partikel-partikel zat padat dan suatu pembawa dalam suatu pembuatan suspensi. Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Bahan pensuspensi dari alam

Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuiran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi bakteri.Termasuk golongan gom adalah :

1) Acasia (pulvis gummi arabici)

Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5-9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi di luar 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata.

Mucilago gom arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative).

2) Chondrus

Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, sifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, maka perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.3) Tragacanth

Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.4) Algin

Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2%.

Golongan bukan gom

Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut ke dalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.b. Bahan pensuspensi sintetis

1) Derivat selulosa

Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.

Di belakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintegrator dalam pembuatan tablet.

2) Golongan organik polimer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar 1%.Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya. (Depkes RI, 2003;28)4. Pembuatan Suspensi

Menurut pendapat Lachman, pembuatan suspensi dibagi menjadi dua metode yaitu:

a. Metode Pengendapan

Pembentukan suspensi dengan metode pengendapan terdiri dari tiga metode, yakni pengendapan pelarut organik, pengendapan yang dipengaruhi oleh perubahan pH dari medium dan penguraian rangkap.

Obat-obat yang tidak larut dalam air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut. Pelarut organik yang bercampur dengan air dan kemudian menambahkan fase organik ke air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut organik yang digunakan adalah etanol, mentol, propilenglikol, dan polietilenglikol. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel yaitu terjadinya bentuk polimorfi atau hidrat dari kristal.

Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat-obat yang kelarutannya tergantung pada harga pH, sebagai contoh suspensi insulin. Membuat suspensi dengan metode penguraian ganda yang melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor fisis pun ikut berperan.

b. Metode Dispersi

Bila metode dispersi digunakan untuk pembuatan suspensi, pembawa harus diformulasi sehingga fase padat dengan mudah dibasahi dan zat padat hidrofobik dengan seragam. Penggunaan zat pensuspensi, seperti gom alam atau tanah liat bergantung pada penggunaan spesifik. Metode sebenarnya dari pendispersian zat padat merupakan salah satu pertimbangan yang lebih penting, karena pengurangan ukuran partikel mungkin dihasilkan atau mungkin tidak dihasilkan dari proses dispersi. Jika terjadi pengurangan ukuran partikel, partikel-partikel yang diperoleh bisa mempunyai kelarutan yang berbeda jika melibatkan keadaan metastabil, hal ini bisa mengakibatkan kejenuhan sistem tersebut terhenti sejenak. 5. Pembentukan Suspensi

Pada pembentukan suspensi dikenal dengan 2 macam sistem yaitu:

a. Sistem flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap, tidak membentuk cake dan mudah tersuspensi kembali.b. Sistem deflokulasi

Sedangkan pada sistem deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi selanjutnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.Tabel 2.1

Sifat dari Partikel Deflokulasi dan Flokulasi Suspensi

FlokulasiDeflokulasi

Partikel merupakan agregat yang bebasPartikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

Sedimentasi terjadi cepatSedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal

Sedimen terbentuk cepatSedimen terbentuk lambat

Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semulaSedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi

Wujud suspensi kurang menyenangkan, sebab sedimentasi terjadi cepat dan di atasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyataWujud suspensi menyenangkan, karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.

(Moh.Anief,2000;145)6. Penilaian Stabilitas Suspensia. pH

pH merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. b. Volume sedimentasiVolume sedimentasi merupakan prosedur evaluasi pokok yang umum. Sedimen yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan agar terjadi sistem yang homogen. Volume sedimentasi adalah rasio dari volume sedimentasi akhir Vu terhadap volume mula-mula dari suspensi Vo sebelum mengendap.

F = Vu

Vo

Volume sedimentasi dapat mempunyai harga < 1 sampai > 1. (Moh. Anief, 2000).

Menurut pendapat Martin&Alfred, jika volume endapan dalam suatu suspensi yang mengalami flokulasi sama dengan volume awal suspensi, maka F = 1, produk yang demikian dikatakan dalam keseimbangan flokulasi dan menunjukkan tidak adanya supernata jernih pada pendiaman. Oleh karena itu secara farmasetis dapat diterima.

c. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu sistem yang mendapat tekanan. Makin tinggi viskositas suatu zat cair, makin besar gaya per satuan luas (tekanan geser) yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan geser tertentu. (Moechtar, 1989). V = d2 ( 0 ) g

d. Kemudahan Terdispersi

Kemudahan terdispersi merupakan prosedur evaluasi pokok yang umum, karena merupakan pertimbangan utama dalam pembentukan suspensi sehingga endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan segera agar menghasilkan suatu sistem homogen.

Menurut Voight, cara pengujian kemudahan terdispersi suatu suspensi dapat dilakukan dengan alat Redispersibility Tester selain itu juga dapat dilakukan dengan gerakan balik dari kemasan yang dipatok sekitar 90 dan dilakukan bersama untuk semua suspensi yang mengandung sedimen, bisa diukur waktunya atau jumlah gerakan balik dari masing-masing suspensi untuk mendispersikan kembali seluruh sedimen.

B. Tinjauan Suspensi

1. Tinjauan Alumunium Hidroksida KoloidalAlumunii Hidroksida Koloidal mengandung tidak kurang dari 47,0% Al2O3. Pemerian : Serbuk halus, mengandung sedikit gumpalan; putih; tidak berbau; tidak berasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida berlebihan.Khasiat : Antasida (FI III, 1979; 80)2. Komponen Penyusun Suspensi Beberapa komponen yang terdapat dalam suatu formulasi suspensi:

a. Zat Aktif

Zat aktif yang digunakan yaitu zat aktif yang tidak larut dalam air.b. PensuspensiBeberapa zat pensuspensi yang dapat digunakan dalam formulasi suspensi adalah:

1) CMC (Carboxymethylcellulose)

CMC merupakan turunan selulosa, secara kimia merupakan garam yodium polimer selulosa yang mudah berubah menjadi senyawa air dan hasilnya menyebar dalam air membentuk selusi kental. Sebagai zat pensuspensi CMC memiliki konsentrasi 0,1-1%. (Wade A. and Wellwr P.J,1986; 78)2) Bentonit

Bentonit sebagai zat pensuspensi memiliki daya dispersinya mencapai 5%. Cara melarutkan bentonit yaitu dengan air panas. Konsentrasi bentonit berkisar 0,5-5%. Bentonit tidak dapat larut dalam etanol, minyak gliserin, propanol dan air. (Wade A. and Wellwr P.J,1986; 24)3) Golongan Gom

Bahan pensuspensi dari golongan gom yang banyak digunakan adalah Acasia (PGA) dan Pulvis Gummosus (PGS). Penggunaan bahan pensuspensi golongan gom bertujuan untuk meningkatkan viskositas. Konsentrasi PGA sebagai bahan pensuspensi berkisar antara 5-10% dan untuk PGS memiliki konsentrasi berkisar antara 1-2%. (Wade A. and Wellwr P.J,1986;1)c. Pemanis

Produk suspensi secara umum memiliki rasa yang tidak enak, untuk menutupi rasa tersebut dapat ditambahkan zat pemanis. Beberapa zat pemanis yang bisa digunakan dalam suatu formulasi suspensi antara lain sukrosa, sorbitol, manitol, dan sakarin. Pada pembentukan formulasi suspensi oral, penggunaan sakarin sebagai pemanis berkisar antara 0,075-0,6%. (Wade A. and Wellwr P.J,1986; 418)d. Pengawet

Penggunaan pengawet dalam sediaan dimaksudkan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin ada dalam bahan atau muncul selama pembuatan dan pemakaian. Jenis pengawet yang biasa digunakan dalam produk suspensi antara lain golongan paraben. Untuk metil paraben konsentrasinya berkisar antara 0,015-0,2%. (Wade A. and Wellwr P.J,1986; 310)e. Wetting agentPenggunaan wetting agent pada formulasi suspensi dimaksudkan untuk membasahi zat yang tidak larut agar mudah bercampur dengan zat pembawa. Ditambahkan sebelum zat yang tidak larut digerus dengan zat pensuspensi. Contoh wetting agent yang sering digunakan yaitu gliserol, propilenglikol, sorbitol, larutan tween. Konsentrasi sorbitol yang digunakan untuk larutan oral, yaitu 70%. (Wade A. and Wellwr P.J,1986; 477) BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode eksperimen yaitu metode perlakuan atau percobaan pada objek yang sedang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui segala sesuatu atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih terperinci dan akurat. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium farmasetika Akademi Farmasi Muhammadiyah Jl. Cideng Indah No. 3 Cirebon pada bulan Juni 2012.C. Populasi dan sampelPopulasi: Sediaan suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal.

Sampel: Suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal yang menggunakan zat pensuspensi PGA, PGS, dan CMC.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :1. Studi PrimerStudi primer terdiri dari studi penelitian atau percobaan adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan penelitian atau percobaan yang dilakukan di laboratorium.

2. Studi SekunderStudi sekunder merupakan studi literatur atau disebut juga riset kepustakaan (Library Research), yaitu suatu cara pengumpulan data atau bahan yang dilakukan dengan jalan membaca atau mempelajari buku-buku yang mendukung penelitian ini.

E. Alat dan bahan

1. Alat

a. Mortir dan stamper

b. Gelas ukur 100 ml

c. Neraca analitik

d. Timbangan digital

e. Erlenmeyerf. Gelas ukur 10 ml

g. Tabung reaksi

h. Gelas kimiai. Piknometer

j. Pipet tetes

k. Botol 150 ml 2. Bahan

a. Alumunium hidroksida koloidal

b. Sorbitol 70%

c. Metil Paraben (Nipagin)

d. Sakarine. CMC

f. PGAg. PGSh. Aquadesti. pH Indikator universal

Tabel 3.1

Formula Suspensi Alumunium Hidroksida KoloidalNama BahanJumlah (%)

F 1 F 2 F3

Al. Hidroksida Koloidal 4 4 4

CMC 1 - -

PGA - 10 -

PGS - - 2

Saccharin 0,6 0,6 0,6

Metil Paraben 0,2 0,2 0,2

Sorbitol (70%) 10 ml 10 ml 10 ml

Aquadest hingga 100 ml 100 ml 100 ml

F. Prosedur Kerja

1. Pembuatan suspensi Alumunium Hidroksida Koloidala. Kalibrasi botol 100 ml

b. Timbang semua bahan yang diperlukan

c. Buat mucilago dari masing-masing bahan pensuspensi dengan cara sebagai berikut:

Untuk PGA:

Taburkan PGA di atas air panas sebanyak 1,5x jumlah PGA (di mortir kecil) lalu digerus hingga terbentuk mucilago

Untuk PGS:

Taburkan PGS gerus hingga homogen, masukkan air sebanyak 7x PGS gerus hingga homogen dan terbentuk mucilago

Untuk CMC:

Taburkan CMC di atas air panas sebanyak 20x nya (di mortir kecil) lalu gerus hingga terbentuk mucilago

d. Masukkan Alumunium Hidroksida Koloidal ke dalam masing-masing mucilago yang telah terbentuk, gerus hingga homogen.

e. Masukkan sorbitol 70% gerus hingga homogenf. Larutkan metil paraben dan sakarin dengan air panas secukupnya, masukkan ke mortir gerus hingga homogen.g. Encerkan dengan aquadest secukupnya, gerus hingga homogen, masukkan ke botol kocok hingga homogenh. Tambahkan aquadest hingga 100 ml kocok hingga homogen2. Evaluasi sediaan

a. Uji organoleptis

Dilakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, dan pHb. Penetapan Viskositas

1) Penentuan Kerapatan Suspensi

Alat: Piknometer

Cara Kerja:(a) Timbang piknometer kering dan kosong

(b) Isi piknometer dengan air sampai penuh, timbang

(c) Timbang piknometer+suspensi

(d) Hitung kerapatan suspensi

2) Penentuan Kerapatan Bola Tasbih

Alat : Bola Tasbih

Cara Kerja:(a) Bersihkan piknometer, timbang piknometer kosong

(b) Timbang piknometer+air

(c) Timbang piknometer+air+bola tasbih

(d) Hitung kerapatan bola tasbih

3) Penentuan Kerapatan Bola Tasbih terhadap Suspensi

Alat : Piknometer

Bola Tasbih

Stopwatch

Cara Kerja:

(a) Masukkan suspensi ke dalam gelas ukur 10 ml

(b) Tentukan jarak turunnya bola tasbih, masukkan bola tasbih ke dalam suspensi

(c) Catat waktu turunnya bola tasbih pada jarak yang ditentukan

(d) Hitung diameter bola tasbih berdasarkan volume tasbih(e) Hitung viskositas dengan rumus = 2 r2 ( m) g

9 v

c. Volume sedimentasi

Alat: Tabung reaksi

Stopwatch

Penggaris

Cara Kerja

1) Masukkan suspensi ke dalam tabung reaksi

2) Tutup dan kocok sampai homogen

3) Dicatat tinggi sedimentasinya pada 0,25 jam, 0,5 jam, 1 jam, 24 jam, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari dan 7 hariBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Organoleptis

Hasil pengamatan organoleptis dari tiap-tiap formula adalah terlihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Hasil Pengamatan Organoleptis

FormulaBentukSifatWarnapHRasaBau

I

(CMC)Cairan KentalMudah dituang, tidak cepat ,mengendapPutih Susu8Manis-

II

(PGA)Cairan Agak KentalMudah dituang, cepat mengendapPutih Kekuningan7Manis-

III

(PGS)Cairan Sangat KentalSukar dituang, tidak cepat mengendapPutih Susu5Manis-

2. Uji Volume Sedimentasi

Hasil volume sedimentasi masing-masing formula selama jangka waktu pengamatan selama satu minggu terlihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Volume Sedimentasi (F)Uji

ReplikasiFormulasi

F I F II F III

(CMC) (PGA) (PGS)

Sedimentasi1

2

3 0,23 0,13 0,29 0,23 0,13 0,29 0,23 0,13 0,28

Rata-rata 0,23 0,13 0,29

3. Uji Viskositas

Dari hasil uji viskositas dengan penggunaan zat pensuspensi yang berbeda-beda terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Uji Viskositas

Uji

ReplikasiFormulasi

F I F II F III

(CMC) (PGA) (PGS)

Viskositas

(poise)1

2

3 1,7893 1,1433 47,6627

1,8988 1,0695 47,6260 1,8623 1,1064 47,7363

Rata-rata 1,8501 1,1064 47,6750

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, dibuat 3 formula suspensi dari zat aktif Alumunium Hidroksida Koloidal, dengan menggunakan 3 zat pensuspensi yang berbeda yaitu CMC, PGS dan PGA. Konsentrasi untuk setiap zat pensuspensi yang digunakan adalah konsentrasi maksimum. Pemilihan konsentrasi maksimum ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kadar zat pensuspensi yang digunakan dalam suspensi terhadap stabilitas fisik suspensi yang dihasilkan. Formula suspensi ini menggunakan Alumunium Hidroksida Koloidal sebagai fase terdispersi, saccharin sebagai pemanis, nipagin sebagai pengawet yang berfungsi untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin tumbuh dalam sediaan, sorbitol sebagai wetting agent untuk membasahi zat aktif agar mudah bercampur dengan zat pembawa, karena beberapa zat aktif memiliki sifat sukar terbasahi (hidrofob), dan aquadest sebagai zat pembawa.Metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi adalah metode dispersi. Pemilihan metode dispersi ini disebabkan karena zat aktif yang disunakan berupa serbuk yang mudah untuk dibasahi (hidrofil) dan hampir tidak ada sudut kontak antara fase terdispers dengan medium.

Beberapa pengujian yang dilakukan untuk menilai stabilitas supensi Alumunium Hidroksida Koloidal diantaranya yaitu uji organoleptis, pH, uji viskositas dan uji volume sedimentasi. Uji redispersibilitas tidak dilakukan karena kondisi alat yang tidak memungkinkan untuk digunakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masing-masing zat pensuspensi yang digunakan dalam formulasi suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal mempunyai daya ikat yang berbeda-beda terhadap zat aktif sehingga mutu fisik suspensi yang dihasilkan pun berbeda pula.

Pada formula I dengan penggunaan CMC 1% sebagai zat pensuspensi diperoleh hasil pengamatan organoleptis dalam wujud cairan kental dengan viskositas 1,8501 poise, namun demikian suspensi tersebut mudah dituang, dan tidak cepat mengendap karena daya ikat antar partikelnya kuat. Lalu berdasarkan pengamatan volume sedimentasi, setelah suspensi diendapkan selama 7 hari, diperoleh volume sedimentasi (nilai F) yaitu 0,23. Pada formula II dengan penggunaan PGA 10% sebagai zat pensuspensi diperoleh hasil pengamatan organoleptis dalam wujud cairan agak kental dengan viskositas 1,1064 poise, sehingga suspensi tersebut mudah dituang. Namun pengendapan terjadi dengan cepat karena daya ikat antar partikelnya lemah. Lalu berdasarkan pengamatan volume sedimentasi, setelah suspensi diendapkan selama 7 hari, diperoleh volume sedimentasi (nilai F) yaitu 0,13.

Pada formula III dengan penggunaan PGS 2% sebagai zat pensuspensi diperoleh hasil pengamatan organoleptis dalam wujud cairan kental dengan viskositas 47,6750 poise, sehingga suspensi tersebut menjadi sukar untuk dituang dan tidak cepat mengendap karena daya ikat antar partikelnya sangat kuat. Lalu berdasarkan pengamatan volume sedimentasi, setelah suspensi diendapkan selama 7 hari, diperoleh volume sedimentasi (nilai F) yaitu 0,29. Ketiga suspensi ini mempunyai volume sedimentasi < 1, sehingga tidak memiliki keseimbangan flokulasi, menunjukkan adanya supernata jernih pada pendiaman. Hal itu ditunjukkan dengan adanya 3 fasa pada suspensi tersebut yaitu fase bening (daerah cairan atas), fase berkabut (daerah tengah) dan sedimen (daerah bawah).BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Penggunaan bahan pensuspensi yang berbeda-beda khususnya dalam suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap stabilitas fisik suspensi tersebut.

2. Pada penelitian yang dilakukan ini, diperoleh hasil dengan urutan sebagai berikut :a. Formula 2 (PGA 10%) memiliki viskositas 1,1064 poise, sedimentasinya terjadi cepat, sedimen terbentuk cepat, dengan volume sedimentasi 0,13.

b. Formula 1 (CMC 1%) memiliki viskositas 1,8501 poise, sedimentasinya terjadi lambat dan sedimen terbentuk lambat dengan volume sedimentasi 0,23.

c. Formula 3 (PGS 2%) memiliki viskositas 47,6750 poise, sedimentasinya terjadi lambat dan sedimen terbentuk lambat dengan volume sedimentasi 0,29.B. Saran1. Diharapkan adanya penelitian kembali mengenai uji stabilitas fisik suspensi dengan menggunakan zat pensuspensi yang berbedadan variasi konsentrasi yang berbeda pula.

2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan evaluasi tambahan untuk menguji stabilitas suspensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. Prof . Drs. Apt, 2000, Farmasetika, Gadjah Mada University Press; Yogyakarta

Ansel, Haward C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Edisi Keenam), Universitas Indonesia Press; Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia (Edisi Ketiga); Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2003, Ilmu Resep Teori (Jilid Kedua); Jakarta.Lachman, leon, dkk, 1994, Teori dan Praktikum Farmasi Industri (Edisi Ketiga),

Universitas Indonesia Press; Jakarta.

Martin Alfred,James,dkk,1993, Farmasi Fisik (Edisi Ketiga), Universitas Indonesia Press ; Jakarta.

Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta.

DR. C.F. Van Duin, 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori, Soeroengan; Jakarta.

Voight, R, 1988, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.

Wade A. and Wellwr P.J,1986, Handbook of Pharmaceutical Exipient, Washington D.C U.S.A American pharmecutical Association and the Pharmaceutical society Great Britain.

.Lampiran 1Perhitungan Hasil Penelitian

A. Viskositas

dimana:r =Jari-jari bola tasbih (cm)

( =Kerapatan bola tasbih (g/ml)

(m =Kerapatan medium (g/ml)

g =Gravitasi bumi (980 cm/s2)

v =Kecepatan bola tasbih (cm/s)

Bobot bola tasbih =0,4582 g

Bobot piknometer kosong =16,8680 g

Bobot piknometer + air penuh =42,2602 g

Bobot piknometer + air penuh +bola tasbih =42,5239 g

Kerapatan air =0,99718 g/ml

Volume piknometer=

=

=25,4640 ml

Volume bola tasbih

=

=

= 0,1951Kerapatan bola tasbih=

=

=2,3485 g/ml

Volume bola tasbih=

( r3

=

(3,14) r3

r=

r=0,3599 cm1. Perhitungan Viskositas Suspensi Kadar CMC 1%

I. Jarak=10

Waktu=00:49

Kecepatan=

=

=20,4082 cm/s

( suspensi=

=

=1,0540 g/ml

( suspensi=

=

=1,7893 poise

II. Jarak=10

Waktu=00:52

Kecepatan=

=

=19,2308 cm/s

( suspensi=

=

=1,0540 g/ml

( suspensi=

=

=1,8988 poiseIII. Jarak=10

Waktu= 00:51

Kecepatan=

=

=19,6078 cm/s

( suspensi=

=

=1,0540 g/ml

( suspensi=

=

=1,8623 poise

2. Perhitungan Viskositas Suspensi Kadar PGA 10 %

I. Jarak=10

Waktu= 00:31

Kecepatan=

=

= 32,2581 cm/s

( suspensi=

=

=1,0411g/ml

( suspensi=

=

=1,1433 poise

II. Jarak=10

Waktu=00:29

Kecepatan=

=

= 34,4824 cm/s

( suspensi=

=

=1,0411 g/ml

( suspensi=

=

=1,0695 poise

III. Jarak=10

Waktu=00:30

Kecepatan=

=

= 33,3334 cm/s

( suspensi=

=

=1,0411 g/ml

( suspensi=

=

= 1,1064 poise3. Perhitungan Viskositas Suspensi Kadar PGS 2%

I. Jarak=10

Waktu=12:85

Kecepatan=

=

= 0,7782 cm/s

( suspensi=

=

=1,0336 g/ml

( suspensi=

=

= 47,6627 poise

II. Jarak=10

Waktu=12:84

Kecepatan=

=

= 0,7788 cm/s

( suspensi=

=

=1,0336 g/ml

( suspensi=

=

= 47,6260 poiseIII. Jarak=10

Waktu=12:87

Kecepatan=

=

= 0,7770 cm/s

( suspensi=

=

=1,0336 g/ml

( suspensi=

=

= 47,7363 poiseB. Volume Sedimentasi

Hu=Tinggi sedimentasi

Ho=Tinggi suspensi

Vs=Volume sedimentasi

1. Volume Sedimentasi Suspensi Dengan Kadar CMC 1 %

WaktuHo (cm)ReplikasiHu (cm)Hu / Ho

15 menit

(0,25 jam)151

2

30,3

0,3

0,30,02

0,02

0,02

30 menit

(0,5 jam)151

2

3 0,5

0,5

0.60,03

0,03

0,04

60 menit

(1 jam)151

2

30,7

0,7

0,80,05

0,05

0,05

1 hari

(24 jam)151

2

33,2

3,2

3,30,21

0,21

0,22

2 hari

(48 jam)151

2

33,3

3,3

3,40,22

0,22

0,23

3 hari

(72 jam)151

2

33,4

3,4

3,50,23

0,23

0,23

4 hari

(96 jam)151

2

33,4

3,4

3,50,23

0,23

0,23

5 hari

(120 jam)151

2

33,4

3,4

3,50,23

0,23

0,23

6 hari

(144 jam)151

2

33,4

3,4

3,50,23

0,23

0,23

7 hari

(168 jam)151

2

33,4

3,4

3,50,23

0,23

0,23

2. Volume Sedimentasi Suspensi Dengan Kadar PGA 10%

WaktuHo (cm)ReplikasiHu (cm)Hu / Ho

15 menit

151

2

31,1

1

10,07

0,07

0,07

30 menit

151

2

31,4

1,2

1,20,09

0,08

0,08

60 menit

(1 jam)151

2

31,6

1,5

1,40,11

0,1

0,09

1 hari

(24 jam)151

2

31,8

1,8

1,80,12

0,12

0,12

2 hari

(48 jam)151

2

31,9

1,9

1,90,13

0,13

0,13

3 hari

(72 jam)151

2

32

1,9

1,90,13

0,13

0,13

4 hari

(96 jam)151

2

32

1,9

1,90,13

0,13

0,13

5 hari

(120 jam)151

2

32

1,9

1,90,13

0,13

0,13

6 hari

(144 jam)151

2

32

1,9

1,90,13

0,13

0,13

7 hari

(168 jam)151

2

32

1,9

1,90,13

0,13

0,13

3. Volume Sedimentasi Suspensi Dengan Kadar PGS 2%

WaktuHo (cm)ReplikasiHu (cm)Hu / Ho

15 menit

151

2

30,3

0,3

0,30,02

0,02

0,02

30 menit

151

2

30,4

0,4

0,30,03

0,03

0,02

60 menit

(1 jam)151

2

30,6

0,60,50,04

0,040,03

1 hari

(24 jam)151

2

30,7

0,70,60,05

0,050,04

2 hari

(48 jam)151

2

35,85,85,70,39

0,390,39

3 hari

(72 jam)151

2

34,74,74,60,310,31

0,31

4 hari

(96 jam)151

2

34,44,3

4,30,290,29

0,29

5 hari

(120 jam)151

2

34,3

4,34,20,29

0,290,28

6 hari

(144 jam)151

2

34,3

4,34,20,290,290,28

7 hari

(168 jam)151

2

34,3

4,34,20,290,290,28

Lampiran 2

Grafik Tetapan Sedimentasi

1. Tetapan Sedimentasi Suspensi CMC 1%

WaktuSedimentasi

0,250,02

0,50,03

10,05

240,21

480,22

720,23

960,23

1200,23

1440,23

1680,23

2. Tetapan Sedimentasi Suspensi PGA 10%

WaktuSedimentasi

0,250,07

0,50,08

10,10

240,12

480,13

720,13

960,13

1200,13

1440,13

1680,13

3. Tetapan Sedimentasi Suspensi PGS 2%

WaktuSedimentasi

0,250,02

0,50,03

10,04

240,05

480,39

720,31

960,29

1200,29

1440,29

1680,29

6

21

EMBED Equation.3

1

22

33

28

_1398424801.unknown

_1398425494.unknown

_1398425863.unknown

_1398426111.unknown

_1398426504.unknown

_1399383719.xlsChart1

0.07

0.08

0.1

0.12

0.13

0.13

0.13

0.13

0.13

0.13

Series 1

waktu (jam)

sedimentasi (cm)

Sheet1

Series 1Series 2Series 3

0.250.072.42

0.50.084.42

10.11.83

240.122.85

480.13

720.13

960.13

1200.13

1440.13

1680.13

_1399384208.xlsChart1

0.02

0.03

0.05

0.21

0.22

0.23

0.23

0.23

0.23

0.23

Series 1

waktu (jam)

sedimentasi (cm)

Sheet1

Series 1Series 2Series 3

0.250.022.42

0.50.034.42

10.051.83

240.212.85

480.22

720.23

960.23

1200.23

1440.23

1680.23

_1399384207.xlsChart1

0.02

0.03

0.04

0.05

0.39

0.31

0.29

0.29

0.29

0.29

Series 1

waktu (jam)

sedimentasi (cm)

Sheet1

Series 1Series 2Series 3

0.250.022.42

0.50.034.42

10.041.83

240.052.85

480.39

720.31

960.29

1200.29

1440.29

1680.29

_1398426584.unknown

_1398426238.unknown

_1398426295.unknown

_1398426310.unknown

_1398426163.unknown

_1398425987.unknown

_1398426059.unknown

_1398425924.unknown

_1398425745.unknown

_1398425811.unknown

_1398425684.unknown

_1398425572.unknown

_1398425623.unknown

_1398425292.unknown

_1398425362.unknown

_1398425415.unknown

_1398425304.unknown

_1398425183.unknown

_1398425255.unknown

_1398425161.unknown

_1242395382.unknown

_1398423898.unknown

_1398424028.unknown

_1242395602.unknown

_1242313540.unknown

_1242323424.unknown

_1242323603.unknown

_1242324003.unknown

_1242313599.unknown

_1242313972.unknown

_1242312640.unknown

_1242312958.unknown

_1242312521.unknown