PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

95
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP PENINGKATAN ASUPAN MIKRONUTRIEN (KALSIUM DAN SENG) PADA SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR YANG MENGALAMI STUNTING DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ESTER TELAUMBANUA P01031214020 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV 2018

Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP PENINGKATAN

ASUPAN MIKRONUTRIEN (KALSIUM DAN SENG) PADA SISWA

KELAS 1 SEKOLAH DASAR YANG MENGALAMI STUNTING DI

KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

ESTER TELAUMBANUA

P01031214020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2018

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

PENGARUH PENDIDIKAN IBU GIZI DAN PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP PENINGKATAN

ASUPAN MIKRONUTRIEN (KALSIUM DAN SENG) PADA SISWA

KELAS 1 SEKOLAH DASAR YANG MENGALAMI STUNTING DI

KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Studi Diploma IV di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan kemenkes Medan

ESTER TELAUMBANUA

P01031214020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2018

Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian

Makanan Tambahan Berbahan Ikan

Tamban Terhadap Peningkatan Asupan

Mikronutrien (Kalsium dan Seng) Pada

Siswa Kelas I SD Yang mengalami

Stunting Di Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten

Deli Serdang.

Nama Mahasiswa : Ester Telaumbanua

Nomor Induk Mahasiswa : P01031214020

Program Studi : Diploma IV

Menyetujui :

Dini Lestrina, DCN, M.Kes

Pembimbing Utama

Efendi Nainggolan, SKM, M.Kes Rumida, SP. M.Kes

Penguji I Penguji II

Ketua Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes

NIP. 196403121987031003

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

iv

ABSTRAK

ESTER TELAUMBANUA” PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP PENINGKATAN ASUPAN MIKRONUTRIEN (KALSIUM DAN SENG) PADA SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR YANG MENGALAMI STUNTING DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG” (DIBAWAH BIMBINGAN DINI LESTRINA, DCN, M.Kes)

Anak usia sekolah dasar merupakan kelompok umur yang mempunyai aktivitas cukup tinggi baik dalam keadaan belajar maupun disaat istirahat. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitias yang baik dalam pertumbuhan anak. Tanpa gizi yang baik anak akan mengalami masalah gizi salah satunya stunting. Stunting (pendek) merupakan status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan z-score kurang dari -2 SD. Dikategorikan sangat pendek jika z-score kurang dari -3 SD.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan mikronutrien (kalsium dan seng) pada siswa kelas 1 sekolah dasar yang mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan pada anak SD kelas I yang mengalami stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2018.

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan rancangan penelitian pre test and post test. Sampel penelitian berjumlah 31 orang dengan jenis kelamin laki-laki 19 orang dan perempuan 12 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode food recall dan food list sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah uji T Dependent dengan α=0,05

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan p=0,010 terhadap peningkatan asupan kalsium setelah pemberian makanan tambahan dan pengaruh yang signifikan terhadap asupan seng senilai p= 0,0001.

Kata kunci: anak stunting, pendidikan gizi, asupan kalsium, asupan seng

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

v

ABSTRACT

ESTER TELAUMBANUA “THE EFFECT OF MOTHER NUTRITION EDUCATION AND ADDITIONAL FOODS GIVING WITH TAMBAN FISH AND CONTAIN TO MICRONUTRIEN INTAKE INCREASING (CALSIUM AND ZINC) AT FIRST CLASS STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL WHO EXPERIENCES STUNTING AT PANTAI LABU SUB DISTRICT OF DELI SERDANG DISTRICT “(CONSULTANT : DINI LESTRINA, DCN, M,Kes)

Primary school age children are age groups that have high enough activities both in learning and rest. The optimal growth of students depends on providing nutrition with good quality and quantity in the growth of children. Without good nutrition, children will experience nutritional problems, one of them is stunting. Stunting (short) is nutritional status based on height according to age with z-score less than -2 SD. Very short categorized if z-score is less than -3 SD.

This study aims to determine the effect of nutritional education and sipplementary feeding from Tamban fish on increasing micronutrient (calsium and zinc) intake at first class of elementary school students who experienced stunting in Pantai Labu sub District, Deli Serdang District.

This research was conducted in elementary school children at first grade who experienced stunting at SD Negeri 104258 Pematang Biara and SD Negeri 1005336 Rantau Panjang of Pantai Labu Subdistrict of Deli Serdang District. This research was carried out in April – July 2018;

This research is a quasi-experimental research with pre test and post test research design. The study sample consisted of 31 peoples with male were 19 respondents and female were 12 respondents. Data collection was carried out using the food recall and food list method before and after the intervention. The statistical test used is the Dependent T test a=0.05.

The results showed that there was a significant effect of p=0,010 on increasing calcium intake after supplemental feeding and a significant effect in zinc intake of valued at p = 0,0001.

Keywords : Stunting Children, Nutrition Education, Calcium Intake, Zinc Intake

Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Makanan

Tambahan Berbahan Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Asupan

Mikronutrien (Kalsium dan Seng) Pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Yang

Mengalami Stunting Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.”

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Medan

2. Ibu Dini Lestrina, DCN, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan masukan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun Skripsi ini.

3. Bapak Efendi Nainggolan, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Rumida, SP, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan doa dan bantuan material

maupun motivasi kepada penulis

6. Kepala Sekolah SD Rantau Panjang Dan SD Pematang Biara Dan Kepala

Desa Pematang Biara yang turut membantu dalam melakukan penelitian.

7. Teman-teman yang turut membantu dan memberi dorongan dalam penulisan

Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan pelaksanaan Skripsi ini. Atas perhatiannya

penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

1. Tujuan umum .................................................................. 5

2. Tujuan khusus ................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Stunting .............................................................................. 7

1. Pengertian Stunting ......................................................... 7

2. Faktor Yang berhubungan dengan Kejadian Stunting .... 8

3. Dampak Stunting ............................................................ 9

B. Anak Sekolah .................................................................... 9

1. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah ....................................... 9

2. Masalah Gizi Pada Anak Sekolah .................................. 10

C. Asupan Kalsium ................................................................. 11

D. Fungsi Kalsium ................................................................... 12

E. Asupan Seng ...................................................................... 13

F. Fumgsi Seng ....................................................................... 15

G. Sumer Semg ..................................................................... 16

H. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Seng ............................ 16

I. Pendidikan Gizi ................................................................... 17

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

viii

J.Pemberian Makanan Tambahan .......................................... 18

K. KerangkaTeori .................................................................... 22

L.Kerangka Konsep ................................................................ 23

M.Defenisi Operasional ........................................................... 24

N. Hipotesis............................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 26

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 26

B. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 26

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................... 27

E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 30

A. Gambaran Umum ............................................................... 31

B. Gambaran Pelaksanaa Intervensi ....................................... 31

C. Karateristik Sampel ............................................................. 33

D. Karateristik Responden ...................................................... 34

E. Hasil Penelitian ................................................................... 35

F. Pembahasan....................................................................... 38

BAB V PENUTUP ............................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan

Indeks TB/U ....................................................................................... 8

2. Angka Kebutuhan Kalsium Menurut Golongan Umur ........................ 12

3. Angka Kebutuhan Seng Menurut Golongan Umur ........................... 15

4. Kadar Seng ....................................................................................... 16

5. Definisi Operasional .......................................................................... 24

6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ................................................ 33

7. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 33

8. Distribusi sampel Berdasarkan Status Gizi ........................................ 34

9. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ......................................... 34

10. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan................................. 35

11. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................. 35

12. Distribusi Asupan Kalsium Sebelum dan Sesudah ............................ 36

13. Distribusi Asupan Zink ....................................................................... 36

14. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban ..................................... 37

15. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban ..................................... 38\

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Teori ............................................................................... 22

2. Kerangka Konsep ............................................................................ 23

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Master Tabel ................................................................................... 48

2. Hasil Uji Statisttik ............................................................................. 51

3. Data Identitas Sampel Dan Responden .......................................... 55

4. Lembar Persetujuan Sampel ........................................................... 56

5. Form Food Recall ............................................................................ 57

6. Form Food List ................................................................................ 58

7. Materi Pendidikan Gizi .................................................................... 59

8. Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................ 79

9. Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... 80

10. Dokumentasi ................................................................................... 81

11. Bukti Bimbingan Skripsi ................................................................... 82

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting adalah postur tubuh pendek dipengaruhi oleh

malnutrisi kronis. Kategori stunting didasarkan pada indeks tinggi

badan menurut umur (TB/U) dengan ambang batas z-score -3 SD - <-

2 SD (Hestuningtyas, 2014). Stunting merupakan salah satu

karakteristik yang menandakan terjadinya masalah gizi yang berulang

dan dalam waktu yang lama, sehingga pada masa anak-anak

diketahui memiliki tingkat kecerdasan, kemampuan motorik, dan

integrasi neuronsensori yang lebih rendah. Dengan demikian, stunting

pada masa balita akan mempengaruhi kualitas kehidupan dimasa usia

sekolah, remaja, bahkan dewasa (Dewi, 2016).

Badan Kesehatan Dunia melaporkan bahwa satu dari empat

anak( 26 % yaitu 165 juta) diperkirakan mengalami stunting. Hasil

Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi stunting

di Indonesia tahun 2013 yaitu sebesar 37,2%, terjadi peningkatan

dibandingkan tahun sebesar 2010 36,6% dan tahun 2007 sebesar

36,8%.

Prevalensi stunting tertinggi di Indonesia diduduki oleh lima

provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur sebesar 58,4 %, Papua Barat

sebesar 49,2 %, Nusa Tenggara Barat sebesar 48,2 %, Sumatera

Utara sebesar 42,3 %, dan Sulawesi Barat sebesar 41,6 % (WHO,

2010) .

Prevalensi stunting di Sumatera Utara berdasarkan hasil

Riskesdas pada tahun 2007 sebesar 43,1 % kemudian pada tahun

2010 menunjukkan perubahan menjadi 42,3 % dan pada tahun 2013

terjadi peningkatan menjadi 42,5 %, angka ini menunjukkan prevalensi

stunting di Sumatera Utara berada diatas prevalensi nasional yaitu

sebesar 37,21 %. Sedangkan menurut profil Sumatera Utara (2013) di

kabupaten Deli Serdang, prevalensi stunting mencapai 18,7% pada

kategori sangat pendek, dan 19,0% pendek (stunting). Kemudian hasil

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

2

riset kesehatan dasar pada tahun 2010, prevalensi stunting pada anak

usia sekolah yaitu 35.6 dengan 15.1% anak dengan status gizi sangat

pendek dan 20.5% pendek.

Faktor penyebab stunting tidak hanya dipengaruhi oleh satu

faktor saja tetapi disebabkan oleh berbagai faktor dan faktor tersebut

saling berhubungan satu dengan yang lain. Penyebab langsung dari

stunting yaitu asupan makan, berat lahir rendah, genetik dan penyakit

infeksi. Penyebab tidak langsung yaitu pola asuh gizi, tingkat

pendidikan orang tua, jumlah anggota keluarga, status ekonomi,

sanitasi lingkungan (Supariasa, 2014).

Masalah stunting dikaitkan dengan gizi masa lalu yang kurang

baik. Asupan zat gizi makro dan mikro tidak terpenuhi dalam jangka

waktu yang cukup lama, hal ini akan mengganggu proses

pertumbuhan seorang anak (Kartini, 2016).

Kegagalan pertumbuhan dapat disebabkan oleh tidak

memadainya asupan dari satu atau lebih zat gizi seperti asupan

mikronutrien yaitu kalsium dan Seng (Kartini, 2016). Konsumsi zat gizi

mikronutrien yang kurang terutama pada masa pertumbuhan, akan

mengganggu proses pertumbuhan seorang anak yang berdampak

pada stunting (Mikhail, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Sari tahun 2016 menunjukkan bahwa asupan mikronutrien yang

signifikan lebih rendah pada anak stunting dibandingkan dengan anak

tidak stunting. Kemudian penelitian Welasasih tahun 2012

menyatakan bahwa susunan hidangan makanan anak yang tidak

stunting lebih lengkap dari pada anak yang stunting.

Pertumbuhan anak diusia sekolah mulai memasuki fase

pertumbuhan yang semakin lambat. Menurut Andriani dan Wirjatmadi

tahun 2012, diusia anak yang memasuki tiga tahun pertumbuhan anak

akan berlangsung sangat cepat dan akan menurun pada periode

prasekolah dan masa sekolah.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menanggulangi

masalah gizi, baik defisiensi gizi makro maupun defisiensi mikro

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

3

dengan meningkatkan strategi penyuluhan tentang gizi dan intervensi

melalui pemberian makanan tambahan. Penelitian Mitra (2015),

menyatakan bahwa pemberian intervensi pada anak stunting melalui

makanan yang bergizi tinggi dapat mempercepat pertumbuhan tinggi

badan anak stunting.

Program PMT-AS berbasis pangan lokal mendukung program

PMT-AS nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kehadiran

siswa disekolah dan kemampuan belajar siswa, menigkatkan

pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap gizi dan kebersihan diri,

meningkatkan akses atau keterjangkauan terhadap makanan lokal

yang seimbang, bergizi, dan bervariasi, kemudian untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam mempersiapkan pangan lokal (WFP,

2015).

Untuk mengatasi masalah stunting pada anak SD, pemerintah

telah melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) anak sekolah

berupa biskuit dengan nilai gizi berkisar 300 kalori, protein 6 gram, Zn

85 %, kalsium 35 %. PMT berupa makanan selingan, mempergunakan

bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati atau hewani,

mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan,

dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat

kebersihan serta kesehatan.

Perilaku pemberian makanan dipengaruhi oleh pendidikan dan

pengetahuan gizi ibu. Jika pendidikan dan pengetahuan ibu rendah

akibatnya ia tidak mampu untuk memilih hingga menyajikan makanan

untuk keluarga yang memenuhi syarat gizi seimbang. Dengan

demikian upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan

peningkatkan pengetahuan ibu melalui pendidikan gizi. Sehingga

asupan makan anak dapat menjadi lebih baik. Penelitian

Hestuningtyas tahun 2014 menyatakan bahwa pelaksanaan

pendidikan gizi pada kelompok perlakuan meningkatkan pengetahuan

ibu secara signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian Dewi

tahun 2016 pemberian pendidikan gizi sebanyak tiga kali setiap

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

4

minggu dapat meningkatkan skor pengetahuan ibu yang memiliki anak

stunting.

Program pemberian makanan tambahan merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk memperbaiki asupan dan kualitas anak.

Pengembangan makanan tambahan berbahan ikan disamping

memperhatikan nilai biologis juga harus memperhatikan harga yang

terjangkau dan proses pengolahannya, kemudian disesuaikan dengan

produk daerah setempat. Hasil observasi di lapangan, Pantai Labu

merupakan salah satu penghasil ikan. Jenis ikan yang dimaksud yaitu

ikan tamban. Diketahui ikan tamban tersebut relatif murah dan mudah

diperoleh masyarakat, akan tetapi pemanfaatan ikan hanya dijual

dalam bentuk segar dan dikelola dalam skala rumah tangga hanya

dijadikan sebagai lauk pauk.

Untuk itu upaya mengatasi stunting yaitu dengan cara

pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan

tamban. Ikan tamban (lemuru) hasil laut yang juga terdapat di Desa

Pantai Labu, memiliki komposisi zat gizi yang baik untuk anak-anak

yaitu meliputi kalsium 20 mg/100 gram, protein 20 gr, fosfor 100mg

yang masing-masing dalam 100 gram (TKPI 2009).

Hasil survei pendahuluan pada bulan Oktober 2017 dengan

melakukan pengukuran tinggi badan pada anak SD kelas 1 di SD

Negeri 104258 Pematang Biara, berjumlah 68 orang, ditemukan siswa

stunting sebanyak 19 siswa (27,94%), dan di SD Negeri 105336

Rantau Panjang dengan jumlah 44 orang siswa, ditemukan sebanyak

13 orang yang mengalami stunting (29,54 %).

Dalam survei pendahuluan ini juga dilakukan food recall 24 jam

(1 hari) untuk mendapat gambaran asupan zat gizi dari anak SD

tersebut, diketahui asupan energi rata-rata 613,36 kcal (33,15 %

AKG), asupan protein sebesar 23,3 gr ( 47,55% AKG), Fe (zat besi)

sebesar 2,316 mg (23,16 % AKG), Zn sebesar 2,416 (21,96 % AKG).

Hasil survei pendahuluan ini menunjukkan rendahnya persentase

asupan zat gizi pada anak SD tersebut.

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

5

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan intervensi gizi dalam

bentuk pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan dengan

memanfaatkan ikan sebagai makanan tambahan dan diolah dengan

olahan yang digemari anak-anak, sehingga dapat diperoleh

peningkatan asupan mikronutrien (Kalsium dan Seng) pada anak SD

kelas 1 di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan

tambahan berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan

mikronutrien (kalsium dan seng ) pada siswa kelas 1 sekolah dasar

yang mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli

Serdang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan

tambahan berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan

mikronutrien(kalsium dan seng) pada siswa kelas 1 sekolah dasar

yang mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli

Serdang.

2. Tujuan Khusus

a. Menilai rata-rata asupan kalsium sebelum dan sesudah pendidikan

gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban pada

siswa kelas 1 yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan

SD Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang.

b. Menilai rata-rata asupan seng sebelum dan sesudah pendidikan gizi

dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban pada

siswa kelas 1 yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

6

SD Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang.

c. Menganalisis perbedaan asupan kalsium sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban pada siswa

kelas 1 yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD

Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang.

d. Menganalisis perbedaan asupan seng sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban pada siswa

kelas 1 yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD

Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang.

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan dan

wawasan penulis dalam menyusun skripsi.

2. Bagi Masyarakat

Menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang

pengaruh pendidikan gizi dan makanan tambahan berbahan ikan

terhadap asupan mikronutrien (kalsium dan seng) pada anak kelas 1

SD yang stunting.

3. Bagi Instansi Terkait ( Pendidikan, Puskesmas, Pemda Deli Serdang,

Dinas Kesehatan), sebagai bahan masukan tentang prevalensi status

gizi anak sekolah dasar dalam penanggulangan dan pencegahan

stunting.

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting

1. Pengertian Stunting

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang.

Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks

panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding

umur (TB/U) dengan batas z- score kurang dari -2 SD (Kusuma,

2013). Anak stunting memiliki tinggi badan yang pendek dibandingkan

dengan anak seusianya. Kondisi stunting menggambarkan status gizi

yang kurang baik dimasa lalu dan menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan linear pada seseorang (Kartini, 2016).

Stunting merupakan salah satu karakteristik yang

menandakan terjadinya masalah gizi yang berulang dan dalam waktu

yang lama. Stunting pada awal masa kanak-kanak diketahui memiliki

tingkat kecerdasan, kemampuan motorik, dan integrasi neurosensori

yang lebih rendah. Stunting pada anak sekolah dasar merupakan

manifestasi dari stunting pada masa balita yang mengalami kegagalan

dalam tumbuh kejar (catch up growth), defisiensi zat gizi mikro dan

makro dalam jangka waktu yang lama, serta adanya penyakit infeksi

(Dewi, 2016).

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian

status gizi kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks

antropometri (WHO, 2010). Standar antropometri penilaian status gizi

anak berdasarkan TB/U dan ambang batasnya adalah sebagai

berikut:

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

8

Tabel 1.Klasifkasi dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks TB/U

Indeks Status Gizi Z-Score

TB/U Sangat Pendek <-3 SD

Pendek >=-3 s/d <-2 SD

Normal >=-2 s/d 2 SD

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting

a. Asupan Makanan

Asupan makanan yang baik merupakan batu penopang dalam

mencapai status gizi anak yang baik. Bagi anak-anak yang terbiasa

memilih-milih makanan kesukaan tanpa mempertimbangkan zat gizi

terkandung didalamnya menyebabkan terhambatnya pertumbuhan

anak. Asupan makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu

faktor yang dapat mengakibatkan stunting (Oktariana, 2012).

b. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dapat berdampak pada keadaan gizi anak.

Infeksi berulang (kronis), seperti infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) dan diare juga merupakan penyebab utama terjadinya

gangguan tumbuh kembang anak. Sehingga kejadian ini menurunkan

nafsu makan, gangguan penyerapan sehingga kebutuhan zat gizi

tidak terpenuhi (Kartini, 2016).

c. Berat Lahir

Menurut WHO, BBLR adalah berat lahir <2500 gr. Berat

badan lahir rendah ini dapat disebabkan karena kelahiran premature

(kehamilan sebelum 37 minggu) atau gangguan pertumbuhan

intrauterin atau kombinasi dari kedua faktor tersebut (Fitri, 2012).

Menurut Arifin tahun 2012 balita dengan berat badan lahir rendah

mempunyai resiko 2,3 kali lebih banyak mengalami stunting dibanding

balita dengan berat badan lahir normal.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi

seseorang. Laki-laki lebih banyak membutuhkan asupan karbohidat

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

9

dan protein dibanding dengan perempuan. Dalam mengerjakan

pekerjaan yang berat laki-laki lebih sanggup dibanding perempuan.

Namun, dalam kebutuhan zat besi, perempuan lebih banyak

membutuhkan dari pada laki-laki (Andriani, 2012).

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi balita yang

stunting lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 18,8%,

dibandingkan pada perempuan yaitu 17,1%. Menurut Nadiyah (2014)

Anak laki-laki lebih banyak yang mengalami stunting (35.7%)

dibandingkan anak perempuan (31.6%).

3. Dampak Stunting

Dampak stunting terdiri dari dampak jangka pendek dan

dampak jangka panjang. Jangka pendek anak menjadi apatis,

mengalami gangguan bicara, serta gangguan perkembangan.

Kemudian jangka panjang rendahnya IQ, rendahnya perkembangan

kognitif, gangguan pemusatan perhatian serta kurangnya rasa

percaya diri. Kondisi gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pada

proses pertumbuhan dan perkembangan serta mengurangi

kemampuan berfikir (Almatsier, 2010).

B. Anak Sekolah

1. Kebutuhan Gizi Untuk Anak Sekolah

Pada usia anak sekolah, tubuh memerlukan zat gizi tidak

hanya untuk proses kehidupan, tetapi juga untuk pertumbuhan dan

perkembangan kognitip. Oleh sebab itu anak memerlukan asupan zat

gizi makro dan mikro. Dalam siklus kehidupan, tubuh seorang anak

masih akan mengalami pertumbuhan yaitu badan menjadi bertambah

tinggi dan membesar. Sesuai dengan grafik pertumbuhan yang sangat

cepat (growth spurt) kedua setelah masa kanak-kanak (Briawan,

2017).

Pertumbuhan anak diusia sekolah mulai memasuki fase

pertumbuhan yang semakin lambat. Menurut Andriani dan Wirjatmadi

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

10

tahun 2012, diusia anak yang memasuki tiga tahun pertumbuhan anak

akan berlangsung sangat cepat dan akan menurun pada periode

prasekolah dan masa sekolah. Usia anak sekolah merupakan

investasi bangsa karena meraka adalah generasi penerus yang akan

menentukan kualitas bangsa dimasa yang akan datang. Tumbuh

kembang anak usia sekolah yang optimal antara lain dipengaruhi oleh

jumlah dan kualitas asupan zat gizi yang diberikan dalam

makanannya.

Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan genetik masing-

masing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak.

Anak pada usia 6-12 tahun melewati sebagian besar waktu hariannya

diluar rumah, seperti bermain dan olahraga. Waktu istrahat saat

bermain dan olahraga harusnya digunakan untuk mengosumsi

makanan untuk memenuhi asupan zat gizi mereka. Konsumsi asupan

zat gizi yang baik setiap hari sangat berperan besar dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan anak (Briawan, 2017 ).

2. Masalah Gizi Pada Anak Sekolah

Masalah yang terdapat pada anak sekolah adalah stunting.

Stunting akan berdampak pada kehidupan selanjutnya dan hal ini

merupakan konsekuensi yang merugikan pada anak sekolah (Aguayo

dalam Rahmawati, 2017).

Prevalensi stunting pada anak usia sekolah (5-12 tahun) di

Indonesia mencapai 30,7%. Pertumbuhan anak diusia sekolah mulai

memasuki fase pertumbuhan yang semakin lambat. Menurut Andriani

dan Wirjatmadi tahun 2012, diusia anak yang memasuki tiga tahun

pertumbuhan anak akan berlangsung sangat cepat dan akan menurun

pada periode prasekolah dan masa sekolah.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak

dinegara berkembang yaitu peyakit infeksi dan konsumsi makanan

yang kurang memenuhi kebutuhan gizi. Gangguan pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam jangka pendek akan mempengaruhi

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

11

konsentarsi belajar dan prestasi belajar. Sedangkan jangka panjang

akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM).

Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat serta dapat dicegah

oleh masyarakat sesuai dengan klasifikasi dampak defesiensi zat gizi,

melalui pengaturan makanan yang benar (Briawan, 2017).

Faktor-faktor yang memperburuk keadaan gizi anak sekolah

yaitu anak-anak dalam usia ini umumnya sudah dapat memilih dan

menentukan makanan apa yang dia sukai dan mana yang tidak.

Seringkali anak-anak memilih makanan yang salah, kemudian anak-

anak dalam usia ini gemar sekali jajan, hal ini dipengaruhi karena

kebiasaan dirumah yang sering jajan dan akibat tidak sarapan pagi

dirumah, sehingga meminta uang untuk jajan dan jajanan yang dibeli

makanan-makanan yang kurang nilai gizinya, kemudian karena

kegiatan bermain anak terlalu banyak sehingga membuat anak

menjadi lelah dan tidak ingin makan lagi (Moehji, 2017).

Kegagalan pertumbuhan dapat disebabkan oleh tidak

memadainya asupan dari satu atau lebih zat gizi seperti asupan

mikronutrien yaitu kalsium dan Zn (Kartini,2016). Konsumsi zat gizi

mikronutrien yang kurang terutama pada masa pertumbuhan, akan

mengganggu proses pertumbuhan seorang anak yang berdampak

pada stunting (Mikhail, 2013). Hal ini terlihat berdasarkan hasil

penelitian Sari tahun 2016 menunjukkan bahwa asupan mikronutrien

yang signifikan lebih rendah pada anak stunting dibandingkan dengan

anak tidak stunting. Sejalan dengan penelitian Welasasih tahun 2012

menyatakan bahwa susunan hidangan makanan anak yang tidak

stunting lebih lengkap dari pada anak yang stunting.

C. Asupan Kalsium

1. Pengertian Kalsium

Kalsium merupakan mineral dengan jumlah terbesar yang

terdapat dalam tubuh. Kalsium merupakan salah satu makromineral

dan merupakan unsur mineral terbanyak dalam tubuh manusia yaitu

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

12

kurang lebih 100 gram. Kalsium sangat berperan dalam pembentukan

tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium harus dipenuhi dari asupan

makanan setiap hari, dan penyerapan kalsium akan dibantu oleh

vitamin D, hormon pertumbuhan dan hormon kalsitonin. Sedangkan

faktor yang menghambat penyerapan kalsium adalah pH yang alkalis,

gangguan absorbsi lemak, fosfat dan oksalat.

Sumber kalsium pada makanan banyak terdapat pada udang

kering, teri kering, tahu dan sayuran seperti bayam, sawi, daun

melinjo, daun katuk, dan daun singkong serta susu bubuk dan susu

kental manis (Almatsier, 2010).

Kalsium merupakan mineral yang penting bagi tubuh karena

berperan dalam mineralisasi tulang. Penelitian Aridiyah tahun 2015

kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan akan menyebabkan

ganguan pertumbuhan dibandingkan dengan anak yang cukup akan

kalsium.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 rata-rata

kebutuhan Kalsium menurut golongan umurnya yaitu dapat dilihat di

Tabel 2.

Tabel 2. Angka Kebutuhan kalsium Menurut Golongan Umur

Umur Kebutuhan Kalsium (mg)

Anak-anak

0-6

1-3

4-6

7-9

200

700

1000

1000

Sumber : Angka kecukupan Gizi (2013)

2. Fungsi Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang dan

menjaganya agar tetap kuat. Kalsium juga berfungsi pada

pembentukan gigi. Kalsium dibutuhkan dalam proses metabolisme

tubuh, transmisi syaraf, pengaturan detak jantung, kontraksi otot,

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

13

membantu pemberntukan energi, mempercepat pembekuan darah,

mengaktifkan sistem pertahanan tubuh.

Defesiensi kalsium akan mempengruhi pertumbuhan linear,

jika kalsium dalam tulang kurang dari 50 % kandungan normal. Resiko

stunting 3,93 kali pada anak denngan asupan kalsium rendah.

Berdasarkan penelitian Hapzah dan Supriandi tahun 2016 meyatakan

bahwa asupan kalsium yang kurang terdapat pada anak yang memiliki

status gizi pendek dari pada anak yang berstatus gizi normal.

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah

bengkok, dan rapuh. Diumur 50 tahun banyak orang dewasa yang

mengalami osteoporosis.

Sumber utama kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju,

ikan, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran.

.

D. Asupan Seng

1. Pengertian Seng (Zn)

Seng (Zn) adalah mikromineral yang terdapat dalam jaringan

manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam

proses metabolisme (Novitasari, 2014).

Seng merupakan salah satu mikronutrien yang berperan

sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki struktur

serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam

pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya, saat

terjadi defisiensi seng maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik

anak-anak (Abunada, et al 2013).

Seng mempengaruhi hormon pertumbuhan yang berpengaruh

pada metabolisme tulang (Oktarina, 2013). Seng merupakan salah

satu mikronutrien yang berperan sangat penting dan memiliki stuktur

serta peran dibeberapa sistem enzim. Seng juga memperlancar efek

vitamin d terhadap metabolisme tulang dengan stimulasi sistesi DNA

disel-sel tulang. Kekurangan seng akan berdampak pada penurunan

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

14

ketajaman inderas perasa, melambatnya penyembuhan luka,

gangguan pertumbuhan homeostati

Di Negara berkembang defisiensi seng menduduki peringkat

ke-5 diantara 10 faktor resiko tersebut. WHO menghubungkan

800.000 kasus kematian diseluruh dunia setiap tahunnya dengan

difesiensi seng dan lebih dari 28 juta yang kehilangan kesempatan

menjalani pola hidup sehat. Diperkirakan sebanyak 1/3 dari seluruh

populasi dunia terkena dampak defisiensi seng (Rahman, 2014).

International Conference of Zink and Human Health

memperkirakan 49% populasi dunia mempunyai resiko terjadinya

defisiensi seng. Prevalensi pertumbuhan stunting menjadi indikator

yang berguna dalam mengidentifkasi defisiensi zat seng dalam

sebuah populasi (Rahman, 2014).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ika Trisnawati tahun 2014

di Jawa Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 94,2% subjek

penelitian memiliki asupan seng <70 % dari Angka Kecukupan Gizi

(AKG). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi seng termasuk

dalam kategori defisit/rendah. Menurut hasil penelitian Rahmawati

tahun 2017 adanya hubungan anatara tingkat kecukupan seng

dengan stunting. Sejalan dengan penelitian Hidayati tahun 2010

menyatakan bahwa kekurangan asupan seng mempunyai resiko 2,67

kali lebih besar terhadap kejadian stunting pada anak. Hal ini

dikarenakan sumber mineral seng yang masih sangat kurang pada

makanan maupun susu yang di konsumsi anak.

Seng berperan di berbagai reaksi, sehingga kekurangan seng

akan berpengaruh terhadap jaringan tubuh, terutama pada proses

pertumbuhan (Almatsier, 2009). Pertumbuhan anak diusia sekolah

mulai memasuki fase pertumbuhan yang semakin lambat. Menurut

Andriani dan Wirjatmadi tahun 2012, diusia anak yang memasuki tiga

tahun pertumbuhan anak akan berlangsung sangat cepat dan akan

menurun pada periode prasekolah dan masa sekolah (Hadi dalam

Rahman, 2014).

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

15

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 rata-rata

kebutuhan Seng menurut golongan umurnya yaitu dapat dilihat di

Tabel 3.

Tabel 3. Angka Kebutuhan Seng Menurut Golongan Umur

Umur (tahun) Kebutuhan Seng (mg)

Anak-anak

1-3

4-6

7-9

4

5

11

Sumber : Angka kecukupan Gizi (2013)

2. Fungsi Seng

a. Seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-

reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat,

protein, lipid dan asam nukleat.

b. Sebagai bagian dari karbonik anhidrase dalam sel darah merah,

seng berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam-basa

dengan cara membantu mengeluarkan karbon dioksida dari

jaringan serta mengangkut dan mengeluarkan karbon dioksida

dari paru-paru pada pernapasan.

c. Seng diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA.

d. Seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan

ikat dan penyembuhan luka.

e. Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-

laki dan pembentukan sperma.

f. Seng berperan dalam detoksifikasi alkohol dan metabolisme

vitamin A.

g. Seng berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu fungsi sel T dan

dalam pembentukan antibodi oeh sel B.

h. Seng juga berperan dalam metabolisme tulang, transpor oksigen,

dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur dan fungsi

membran serta proses penggumpalan darah (Almatsier, 2003).

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

16

3. Sumber Seng

Sumber seng paling baik adalah sumber protein hewani

terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serealia dan kacang-

kacangan juga baik namun nilai biologiknya rendah (Trisnawati,

2014).

Tabel 4. Kadar Seng Beberapa Bahan Makanan Dalam 100 Gr

Sumber Seng Kadar Seng Sumber Seng Kadar Seng

Daging ayam 1,8 mg Pisang ambon 0,2 mg

Daging sapi 4,1 mg Belut 1,2 mg

Hati ayam 4,3 mg Ikan Gabus 0,4 mg

Beras giling 0,5 mg Ikan patin 0,8 mg

Beras tumbuk 1,5 mg Sarden 2 mg

Ubi jalar putih 0,2 mg Udang kering 3,2 mg

Kacang kuning 3,2 mg Telur ayam 1,5 mg

Bayam merah 0,8 mg Kacang panjang 0,5 mg

Daun pare 1,2 mg Labu kuning 1,5 mg

Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009

4. Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Seng

Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan yaitu anak-

anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Seng berperan di

berbagai reaksi, sehingga kekurangan seng akan berpengaruh

terhadap jaringan tubuh, terutama pada proses pertumbuhan. Hal ini

berarti seng harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan

seng yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan

pertumbuhan fisik atau stunting dan perkembangan sel otak

(Sulistianingtias, 2017).

Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan

pertumbuhan dan kematangan seksual.Di samping itu dapat terjadi

diare dan gangguan fungsi kekebalan.Kekurangan seng kronis

mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Karena kekurangan

seng mengganggu metabolisme vitamin A, sering terlihat gejala yang

terdapat pada kekurangan vitamin A. Kekurangan seng juga

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

17

mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan

nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat

penyembuhan luka (Almatsier, 2003).

Kelebihan seng hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan

absorpsi tembaga. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapat

menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia,

dan gangguan reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan

keracunan (Almatsier, 2003).

E. Pendidikan Gizi

Pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi diri dan mewujudkan proses pembelajaran

yang lebih baik. Pendidikan gizi merupakan bagian kegiatan

pendidikan kesehatan, didefenisikan sebagai upaya terencana untuk

mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

Pengetahuan tentang gizi pada orangtua dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu salah satunya umur, dimana semakin tua umur

seseorang maka proses pengembangan mentalnya menjadi baik,

intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak

berguna menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian lingkungan

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal baik dan buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Pendidikan merupakan hal yang

mendasar untuk mengembangkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Edukasi gizi kepada ibu menjadi salah satu rekomendasi

Unicef Indoneisa untuk menuntaskan masalah stunting di Indonesia.

Dari penelitian yang sudah dilakukan metode yang digunakan dalam

proses pendidikan gizi yaitu metode penyuluhan. Hal ini terbukti pada

penelitian Dewi tahun 2016 menyatakan bahwa pendidikan gizi dapat

meningkatkan pengetahuan.

Perilaku pemberian makanan dipengaruhi oleh pendidikan dan

pengetahuan gizi ibu. Jika pendidikan dan pengetahuan ibu rendah

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

18

akibatnya ia tidak mampu untuk memilih hingga menyajikan makanan

untuk keluarga yang memenuhi syarat gizi seimbang. Dengan

demikian upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan

peningkatkan pengetahuan ibu melalui pendidikan gizi. Sehingga

asupan makan anak dapat menjadi lebih baik. Penelitian

Hestuningtyas tahun 2014 menyatakan bahwa pelaksanaan

pendidikan gizi pada kelompok perlakuan meningkatkan pengetahuan

ibu secara signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian Dewi

tahun 2016 pemberian pendidikan gizi sebanyak tiga kali setiap

minggu dapat meningkatkan skor pengetahuan ibu yang memiliki anak

stunting. Pendidikan gizi akan dilakukan sebelum dan sesudah

intervensi untuk melihat perbandingan yang signifikan pengaruh

pendidikan terhadap pengetahuan ibu. Pendidkan gizi mencakup

pemberian pengetahuan dan pemberian motivasi ke arah perubahan

sikap dan perilaku makan.

F. Pemberian Makanan Tambahan

Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan

oleh pemerintah secara terpadu antara lain adalah intervensi langsung

pada sasaran melalui pemberian makanan tambahan. Pemberian

makanan tambahan anak sekolah adalah kegiatan pemberian

makanan kepada perserta didik sekolah dasar dalam bentuk snack

yang aman dan bergizi. Salah satu jenis makanan tambahan yang

diberikan yaitu berbahan dasar dari ikan.

Program PMT-AS berbasis pangan lokal mendukung program

PMT-AS nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kehadiran

siswa disekolah dan kemampuan belajar siswa, menigkatkan

pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap gizi dan kebersihan diri,

meningkatkan akses atau keterjangkauan terhadap makanan lokal

yang seimbang, bergizi, dan bervariasi, kemudian untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam mempersiapkan pangan lokal (WFP,

2015).

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

19

Menurut Departemen Kesehatan RI bahwa prasyarat

pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah

nilai gizi harus berkisar 300 kalori, protein 6 gram, Zn 85 %, kalsium

35 %. PMT berupa makanan selingan, mempergunakan bahan

makanan setempat dan diperkaya protein nabati atau hewani,

mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan,

dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat

kebersihan serta kesehatan.

Menurut PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR

18 TAHUN 2011, Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah

yang selanjutnya disingkat PMT-AS adalah kegiatan pemberian

makanan kepada peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau

makanan lengkap yang aman dan bermutu beserta kegiatan

pendukung lainnya, dengan memperhatikan aspek mutu dan

keamanan pangan.

1. PMT-AS bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui

makanan tambahan.

b. meningkatkan ketahanan fisik dan kehadiran peserta didik

dalam mengikuti kegiatan belajar;

c. Meningkatkan kesehatan anak khususnya dalam

penanggulangan penyakit kecacingan;

d. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta didik untuk

menyukai makanan lokal bergizi, menerapkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dan Lingkungan Bersih dan Sehat

(LBS);

e. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan dan

pengadaan pangan lokal; dan

f. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

upaya perbaikan gizi peserta didik, produksi pertanian,

pendapatan masyarakat dan kesejahteraan keluarga.

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

20

2. Ruang Lingkup PMT-AS

a. Kegiatan Pendukung PMT-AS

Kegiatan pendukung meliputi:

a. penganekaragaman pangan.

b. pendidikan gizi dan kesehatan.

c. pemanfaatan pekarangan rumah dan sekolah.

b. Bentuk PMT-AS

1. Makanan tambahan berupa jajanan/kudapan yang

berbahan pangan lokal/hasil pertanian setempat serta

penyediaan air minum.

2. Makanan tambahan dapat juga diberikan berupa makanan

lengkap.

c. Persyaratan PMT-AS

Makanan tambahan harus memenuhi persyaratan:

a. beragam;

b. bergizi seimbang dan aman; dan

c. mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral.

d. Pemberian PMT-AS

a. Makanan tambahan diberikan paling sedikit 3 (tiga) kali

seminggu selama kegiatan belajar mengajar dalam 1 tahun.

b. Pemberian makanan tambahanpada waktu istirahat

pertama.

e. Pemilihan Bahan Makanan

a. Tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

bermacam-macam bahan pangan.

Saat ini salah satu produk yang digemari masyarakat untuk

dikonsumsi yaitu hasil olahan dari daging, misalnya dalam bentuk

nugget dan sosis. Dari hasil survei independen 2010 yang dilakukan

oleh perusahaan swasta di Indonesia, diperoleh tingkat konsumsi

daging olahan seperti sosis dan nugget dikalangan masyarakat terus

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

21

tumbuh dengan baik. Konsumsi sosis oleh masyarakat Indonesia

tumbuh rata-rata 4,46% per tahun (Anggraeni, et al., 2014).

Program pemberian makanan tambahan merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk memperbaiki asupan dan kualitas anak.

Pengembangan makanan tambahan berbahan ikan disamping

memperhatikan nilai biologis juga harus memperhatikan harga yang

terjangkau dan proses pengolahannya, kemudian disesuaikan dengan

produk daerah setempat. Hasil observasi di lapangan, Pantai Labu

merupakan salah satu penghasil ikan. Jenis ikan yang dimaksud yaitu

ikan tamban. Diketahui ikan tamban tersebut relatif murah dan mudah

diperoleh masyarakat, akan tetapi pemanfaatan ikan hanya dijual

dalam bentuk segar dan dikelola dalam skala rumah tangga hanya

dijadikan sebagai lauk pauk.

Ikan tamban ialah ikan lemuru (Sardinella longiceps) seperti

jenis ikan kecil lainnya yang mempunyai kandungan protein yang

cukup tinggi (17,8-20 %). Harga ikan lemuru yang murah dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi,

terutama dalam mengatasi masalah gizi ganda (Burhanuddin dalam

Arifan, 2011).

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

22

G. Kerangka Teori

Gambar 1. Modifikasi Kerangka Teori Unicef (1998)

Status Gizi

Faktor Tidak

Langsung

Status Gizi

Pendidikan Sosial

Budaya

Fasilitas

Kesehata

n

o Sosial Ekonomi

o Penghasilan keluarga

o Frekuensi Makanan

Faktor Langsung

Penyakit

Infeksi

Asupan

Makanan

PMT

Berbahan

Ikan

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

23

H. Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Asupan zat gizi anak sekolah yang rendah akan mempengaruhi

asupan mikronutrien anak stunting. Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi seseorang dalam memperoleh variasi makanan untuk

memenuhi asupan mikronutrien. Untuk itu penanggulangan masalah

stunting untuk asupan yang kurang dapat diperbaiki melalui pendidikan

dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban.

Kalsium Sesudah

Seng Sesudah

- Pendidikan Gizi

- Pemberian PMT

berbahan ikan tamban

Kalsium Sebelum

Seng Sebelum

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

24

I. Defenisi Operasional

NO. Variabel Defenisi Skala Pengukuran

1

Pendidikan

Gizi

Pendidikan gizi meliputi tentang pola

makan dan asupan zat gizi bagi anak

sekolah usia 7-8 tahun. Pendidikan gizi

dilakukan kepada ibu yang memiliki

anak SD kelas 1 dengan status

stunting. Pendidikan gizi dilakukan di

Balai Pertemuan Pematang Biara,

sebanyak 4x selama penelitian dengan

waktu 30-40 menit setiap kali kegiatan.

Rasio

2.

Pemberian

makanan

tambahan

Pemberian makanan tambahan

berbentuk makanan selingan dengan

bahan ikan tamban. Berat nugget

dalam satu kali pemberian adalah 60

gr. Dengan komposisi E=69,03 kkal,

P=5,60 gr, L=2,33 gr, KH= 6,42 gr,

Ca=73 mg, Zn=1,254 mg. Ikan diolah

menjadi bentuk snack yang diolah di

Laboratorium Diet Jurusan Gizi.

Diberikan selama 30 hari (kecuali hari

minggu)

Rasio

3. Asupan

Mikronutrien

(kalsium dan

Seng)

Jumlah asupan kalsium, dan seng

pada anak SD sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan

berbahan ikan tamban. Data

dikumpulkan dengan metode food

recall 24 jam, dengan frekuensi 2 x 24

jam dan tidak secara berurutan dan

food list selama 5 hari.

Rasio

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

25

J. Hipotesis

Ha1 = Ada pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan

berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan kalsium pada

siswa kelas 1 SD yang mengalami stunting di SD Negeri 104258

Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau Panjang

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Ha2= Ada pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan

berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan seng pada

siswa kelas 1 SD yang mengalami stunting di SD Negeri 104258

Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau Panjang

kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak SD kelas I yang mengalami

stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336

Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Survei pendahuluan telah dilakukan pada bulan Oktober 2017,

sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan April –

Juli 2018.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan

rancangan pretest and posttest design. Rancangan ini,

memungkinkan peneliti menilai pengaruh perlakuan (Intervensi) serta

pendidikan pada kelompok eksperimen, dengan cara membandingkan

sebelum dan sesudah pemberian (intervensi). Desain penelitian dapat

dilihat pada bagan berikut :

01 (X) 02

Keterangan:

01 = Asupan Mikronutrien (Kalsium dan Seng ) sebelum intervensi.

X = Intervensi pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan

berbahan ikan tamban.

02 = Asupan Mikronutrien (Kalsium dan Seng) sesudah intervensi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah anak stunting dan ibu dari anak stunting yang

ada di SD Negeri Pematang Biara dan SD Negeri Rantau Panjang.

Berdasarkan hasil skrining yang telah dilakukan pada tanggal 18-19

Oktober 2017 di dapat anak sd yang stunting sebanyak 32 orang

anak, di SD Rantau Panjang sebanyak 13 orang anak dan di SD

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

27

Pematang Biara sebanyak 19 orang anak . Jadi jumlah populasi

adalah 32 siswa dan ibu dari siswa yang stunting.

2. Sampel

Sampel pada penelitian adalah subjek penelitian yang

merupakan bagian dari populasi. Seluruh populasi pada penelitian ini

dijadikan sampel yang disebut total sampling. Pada screening awal

yang dilakukan pada bulan november 2017 didapat sampel sebanyak

32 siswa. Tetapi pada bulan april 2018 dilakukan screening ulang ada

satu siswa yang z-score TB/U sudah menjadi -1,76, sehingga siswa

tersebut dikeluarkan dari sampel. Maka total sampel pada penelitian

ini adalah 31 siswa. Hasil screening dilakukan di SD Rantau Panjang

sebanyak 13 orang dan SD Pematang Biara sebanyak 18 orang.

3. Responden

Ibu dijadikan responden dalam penelitian ini dengan

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dengan mengisi

surat persetujuan menjadi responden.

b. Dapat mendampingi anak pada saat melakukan food recall 24 jam

dan food list selama lima hari

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

1. Data Identitas Sampel (Identitas sampel meliputi nama, umur

(tanggal lahir), jenis kelamin, pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan

alamat ibu diperoleh dengan wawancara dengan mengisi

kuesioner).

2. Peningkatan Asupan Mikronutrien (kalsium dan seng) sebelum dan

sesudah dengan menggunakan metode food recall dan food list.

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

28

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini mencakup gambaran sekolah

dasar dan jumlah siswa-siswi dan alamat yang diperoleh dari

sekolah.

2. Instrumen/Bahan dan Cara Kerja

Instrument atau alat penelitian yang digunakan adalah food

recall dan food list untuk mengumpulkan data asupan kalsium dan

seng. Adapun cara kerja yang dilakukan selama penelitian

berlangsung, yaitu :

a. Pra Penelitian (intervensi)

1. Mencari lokasi dengan populasi anak stunting di daerah

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

2. Melakukan survey pendahuluan atau skrining dengan melihat

lokasi penelitian.

3. Melakukan pertemuan untuk meminta izin kepada Kepala

Sekolah SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri

105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang.

4. Penentuan sampel dengan melakukan screening untuk

menyesuaikan dengan kriteria inklusi yang ditetapkan.

5. Setelah sampel diketahui, maka penjelasan tentang penelitian

dijelaskan secara detail kepada sampel dan ibu dari sampel

dan ibu diminta kesediaan untuk menandatangani surat

persetujuan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Pelaksanaan food recall dan food list 24 jam pada bulan

November 2017 dikedua SD tersebut.

b. Penelitian (Intervensi)

1. Pada tanggal 15 April dan 17 April dilakukan recall ulang di

SD Pematang Biara dan SD Rantau Panjang.

2. Pemberian Makanan Tambahan

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

29

Pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban

dan diolah menjadi nugget dilakukan pada tanggal 18 april

2018. Pemberian makanan tambahan berbahan ikan

dilakukan di kedua SD dengan mengantar setiap hari selama

30 hari (kecuali minggu) setiap pukul 08.00. Snack diolah

pada pagi hari di Laboratorium Diet Jurusan Gizi Poltekkes

Medan. Berat nugget dalam satu kali pemberian adalah 60 gr.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mahasiswa D IV semester VIII

dan Enumerator sebanyak 4 orang. Setiap hari peneliti dan

enumerator mengontrol sampel untuk menghabiskan

makanan tambahan berbahan ikan tamban (PMT) tersebut

dengan memperhatikan dan mencatat habis tidaknya olahan

makanan tambahan berbahan ikan yang telah diberikan.

3. Penyuluhan

Penyuluhan gizi dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan

dengan menggunakan metode penyuluhan dan diskusi.

Penyuluhan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2018

dilakukan di Balai Pertemuan Pematang Biara dengan

mengundang orangtua siswa-siswi untuk datang ke Balai

Pertemuan tersebut. Kemudian penyuluhan kedua pada

tanggal 3 Mei 2018 pada pukul 10.00 WIB dengan topik

pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS),

kemudian penyuluhan ketiga pada tanggal 9 Mei 2018 pada

pukul 10.00 WIB dengan topik gizi seimbang, kemudian

penyuluhan keempat pada tanggal 17 Mei 2018, Materi yang

disampaikan tentang pemberian PMT nugget ikan tamban.

Melakukan food recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut dan

food list selama 5 hari setelah selesai intervensi pada tanggal

5 Juni 2018. Dalam kegiatan ini dilakukan himbauan,

membuka wawasan, serta memberikan informasi baru tentang

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

30

pentingnya menjaga asupan makan anak melalui perilaku

pemberian makanan yang sehat dan bergizi.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Pengolahan data secara keseluruhan dilakukan dengan

menggunakan tahapan-tahapan proses yang dimulai secara

editing, coding, data entry, cleaning data, tabulasi. Kemudian

dianalisis dengan alat bantu komputer untuk data asupan

mikronutrien (kalsium dan seng).

b. Hasil dari food recall diperiksa kelengkapan datanya, lalu dikonversi

kedalam bahan makanan mentah, kemudian dengan alat bantu

nutri survey untuk asupan kalsium dan seng.

2. Analisa Data

Data yang sudah diolah menggunakan alat bantu komputer

kemudian dianalisis berdasarkan variabel :

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat, dilakukan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan

dianalisis berdasarkan presentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis data Bivariat yaitu untuk melihat perbedaan asupan

kalsium dan seng sebelum dan sesudah pemberian makanan

tambahan berbahan ikan tamban pada anak SD yang mengalami

stunting. kemudian dilakukan uji statistik dependent t-test untuk

sebaran data yang berdistribusi normal. Pengambilan keputusan

jika p<0.05 maka Ha diterima artinya ada pengaruh pendidikan gizi

dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban

terhadap peningkatan Asupan Mikronutrien (Kalsium dan Seng)

anak kelas I SD yang mengalami stunting.

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. SD N 104258 Pematang Biara

SD N 104258 Pematang Biara terletak di Jalan besar

Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara dengan Nomor Statistik Sekolah

100070116049 yang memiliki luas tanah 2,230 M2. Data ruang

kelas SD N 104258 Pematang Biara berjumlah 6 ruang kelas

dengan jumlah siswa 438 orang dan rombongan belajar sebanyak

12 rombongan belajar. SD N 104258 Pematang Biara memiliki

tenaga pendidik sebanyak 20 orang.

2. SD N 105336 Rantau Panjang

SD N 105336 Rantau Panjang terletak di Jalan Rantau

Panjang Desa Kelambir Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas tanah 2,973

M2. Data ruang kelas SD N 105336 Rantau Panjang berjumlah 6

ruang kelas dengan jumlah siswa sebanyak 219 orang dan

rombongan belajar sebanyak 9 rombongan belajar. SD N 105336

Rantau Panjang memiliki tenaga pendidik sebanyak 17 orang.

B. Gambaran Pelaksanaan Intervensi

1. Pada tanggal 15 April dan 17 April dilakukan recall ulang di SD

Pematang Biara dan SD Rantau Panjang.

2. Penyuluhan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 April 2018,

bertempat di Balai Pertemuan Pematang Biara yang dilaksanakan

pada pukul 10.00 WIB. Materi yang disampaikan tentang

pengertian dan dampak stunting, alat bantu yang digunakan adalah

leaflet dan LCD. Pada tanggal 18 April 2018 juga pertama

dilakukan intervensi pemberian nugget ikan tamban. Pemberian

dilakukan pukul 08.00 WIB dimasing-masing sekolah.

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

32

3. Penyuluhan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2018, pukul

10.00 WIB, dilakukan kembali di Balai Pertemuan Pematang Biara.

Materi yang disampaikan tentang pemberian makanan tambahan

anak sekolah (PMT-AS), alat bantu yang digunakan berupa leaflet

dan LCD.

4. Penyuluhan ketiga dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2018, pada

pukul 10.30 WIB, dilakukan di Balai Pertemuan Pematang Biara.

Materi yang disampaikan tentang gizi seimbang, alat bantu yang

digunakan berupa proyektor laptop dan leaflet.

5. Penyuluhan keempat dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2018,

pada pukul 10.00 WIB. Penyuluhan dilaksanakan di Balai

Pertemuan Pematang Biara, alat bantu yang digunakan berupa

leaflet dan proyektor laptop.

6. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi diri dan mewujudkan proses

pembelajaran yang lebih baik. Pendidikan gizi merupakan bagian

kegiatan pendidikan kesehatan, didefenisikan sebagai upaya

terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat dalam bidang kesehatan.

7. Pengetahuan tentang gizi pada orangtua dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu salah satunya umur, dimana semakin tua

umur seseorang maka proses pengembangan mentalnya menjadi

baik, intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir

abstrak berguna menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian

lingkungan dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal baik dan

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Pendidikan merupakan

hal yang mendasar untuk mengembangkan pengetahuan

(Notoatmodjo, 2010).

8. Pada pelaksanaan pendidikan gizi jumlah peserta yang diundang

tidak sama dengan yang datang. Hal ini dipengaruhi karena tingkat

kepedulian orangtua terhadap informasi-informasi tentang asupan

anak masih kurang. Keaktifan orangtua yang hadir dalam mengikuti

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

33

kegiatan pendidikan gizi sangatlah bagus, dimana orangtua tidak

monoton tetapi aktif dan bertanya seputar tentang materi yang

disampaikan pada saat itu.

9. Pemberian nugget ikan tamban pertama kali dilakukan pada

tanggal 18 April 2018, diberikan setiap hari pada pukul 08.00 WIB

di masing-masing sekolah yakni SD Pematang Biara dan SD

Rantau Panjang. Dan pemberian PMT nugget ikan tamban terakhir

dilakukan pada tanggal 4 Juni 2018

10. Recall kembali setelah intervensi dilakukan pada tanggal 5 Juni dan

7 Juni 2018.

C. Karakteristik Sampel

1. Umur

Umur adalah jumlah tahun yang telah dilewati seseorang

sejak dilahirkan, umur diukur dari tanggal kelahiran hingga tanggal kini

sebagai identifikasi level sosial atas (Santika, 2015). Distribusi sampel

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Umur n %

7 tahun 17 54,8

8 tahun 12 38,7

>8 tahun 2 6,5

Jumlah 31 100

Pada tabel 5 menjelaskan bahwa kategori umur pada sampel

yang diteliti lebih banyak yang berusia 7 tahun yaitu sebanyak 17

orang (54,8%), 8 tahun sebanyak 12 orang (38,7%) dan >8 tahun

sebanyak 2 orang (6,5%).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah atribut-atribut fisiologis dan anatomis

yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.Distribusi sampel

menurut jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 6.

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

34

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n %

Laki-laki 19 61,3

Perempuan 12 38,7

Jumlah 31 100

Pada tabel 6 menjelaskan bahwa kategori jenis kelamin pada

sampel yang diteliti lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 19 orang (61,3%) dan berjenis kelamin perempuan

sebanyak 12 orang (38,7%).

3. Status Stunting (Z Score Tb/U)

Status gizi menurut tinggi badan diukur dengan cara

menggunakan mikrotoa yang ditempel didinding. Distribusi sampel

menurut tinggi badan dapat disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Menurut Tinggi Badan (TB/U).

Kategori n %

Pendek 26 83,9

Sangat Pendek 5 16,1

Jumlah 31 100,0

Tabel 7 menjelaskan bahwa tinggi badan sebelum

intervensi pada sampel yang diteliti lebih banyak yang pendek yaitu

26 orang (83,9%) dan sangat pendek 5 orang (16,1%).

D. Karateristik Responden

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang dimulai sejak lahir

kemudian ditentukan dengan skala pengukuran memakai tahun.

Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 8.

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

35

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kategori Umur n %

20-29 tahun 9 30,6

30-39 tahun 14 46,9

40-49 tahun 7 18,4

>49 tahun 1 4,1

Jumlah 31 100

Pada tabel 8 menjelaskan bahwa kategori umur pada

responden yang paling banyak adalah umur 30-39 tahun sebanyak 14

orang (46,9%), umur 20-29 tahun sebanyak 9 orang (30,6%), umur

40-49 tahun sebanyak 7 orang (18,4%) dan umur >49 tahun sebanyak

1 orang (4,1%).

2. Pendidikan

Proses pengubahan dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan,dan cara

mendidik. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat

dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Kategori Pendidikan n %

SD 11 35,5

SMP 10 32,3

SMA 10 32,3

Jumlah 31 100,0

Pada tabel 9menjelaskan bahwa kategori pendidikan pada

responden yang banyak adalah pendidikan SD yaitu sebanyak 11

orang (35,5%), pendidikan SMP sebanyak 10 orang (32,3%) dan

pendidikan SMA sebanyak 10 orang (32,3%).

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

36

3. Pekerjaan

Aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia digunakan

untuk suatu tugas atau kerja untuk menghasilkan uang. Distribusi

responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Kategori Pekerjaan n %

IRT 28 90,3

Wiraswasta 1 3,2

Pedagang 1 3,2

Guru 1 3,2

Jumlah 31 100,0

Pada tabel 10 menjelaskan bahwa kategori pekerjaan

pada responden yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT)

sebanyak 28 orang (90,3%), wiraswasta sebanyak 1 orang (3,2%),

pedagang sebanyak 1 orang (3,2%) dan guru sebanyak 1 orang

(3,2%).

E. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Asupan Kalsium

Hasil wawancara dengan ibu sebagai responden untuk

mengetahui asupan kalsium dengan metode food recall selama

2x 24 jam secara tidak berturut-turut dan metode food list selama

5 hari didapatkan asupan Kalsium. Distribusi asupan kalsium

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Distribusi asupan kalsium sebelum dan sesudah intervensi

Kalsium (mg)

n Minimum Maximum Nilai Rata-Rata

SD AKG (mg)

Sebelum 31 71,75 416,92 188,51 82.21 1000

Sesudah 31 168,65 340,85 236,56 49,07

Pada tabel 11 terlihat perbedaan asupan kalsium sebelum

intervensi mempunyai nilai rata-rata 188,51 mg dan sesudah

intervensi mempunyai nilai rata-rata 236,56 mg. Jika

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

37

dibandingkan dengan AKG 2013, asupan kalsium sampel

sebelum intervensi hanya memenuhi 41,69 mg dari dari angka

kebutuhan gizi yang seharusnya.

b. Asupan Seng

Hasil wawancara dengan ibu sebagai responden untuk

mengetahui asupan seng dengan metode food recall selama

2x24 jam secara tidak berturut-turut dan metode food list selama

5 hari didapatkan asupan seng. Distribusi asupan seng dapat

dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Distribusi asupan zink sebelum dan dan sesudah intervensi

Seng n Minimum Maximum Nilai Rata-rata

SD AKG (mg)

Sebelum 31 2,05 6,65 3,47 1,175 11

Sesudah 31 3,90 6,80 5,33 0,656

Pada tabel 12 terlihat ada perbedaan asupan seng

sebelum intervensi mempunyai nilai rata-rata 3,47 mg dan

sesudah intervensi mempunyai nilai rata-rata 5,33 mg. Jika

dibandingkan dengan AKG 2013, asupan seng sampel sebelum

intervensi hanya memenuhi 60,45 mg dari angka kebutuhan gizi

yang seharusnya.

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap

Peningkatan Asupan Kalsium Sebelum dan Sesudah.

Tabel 13. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Asupan Kalsium Sebelum dan Sesudah

Variabel n Selisih Kenaikan

(mg)

p value

Kalsium Sebelum 31 48,05 0.010

Kalsium Sesudah

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai

asebelum pemberian dan sesudah pemberian memiliki selisih

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

38

kenaikan sebesar 48,05 mg. Hasil penelitian berdasarkan uji

statistik menunjukkan bahwa p= 0,010 (p<0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap

asupan kalsium sebelum dan sesudah pemberian nugget ikan

tamban tamban.

b. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap

Peningkatan Asupan Seng Sebelum dan Sesudah.

Tabel 14. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Asupan Seng Sebelum dan Sesudah Variabel n Selisih Kenaikan

(mg) p value

Seng Sebelum 31 1,86 0.0001

Seng Sesudah

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata nilai

sebelum pemberian dan sesudah pemberian memiliki selisih

kenaikan sebesar 1,86 mg. Hasil penelitian berdasarkan uji

statistik menunjukkan bahwa p= 0,0001 (p<0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap

asupan seng sebelum dan sesudah pemberian nugget ikan

tamban tamban.

F. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Asupan Kalsium

Kalsium merupakan mineral dengan jumlah terbesar yang

terdapat dalam tubuh. Kalsium merupakan salah satu makromineral

dan merupakan unsur mineral terbanyak dalam tubuh manusia.

Kalsium sangat berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.

Kalsium yang disimpan dalam tulang berbentuk kristal berikatan

dengan fosfor . kebutuhan kalsium yang tidak bisa dipenuhi, tubuh

akan mengambil kalsium dari tulang yang berfungsi sebagai

gudang penyimpanan utama kalsium untuk mempertahankan

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

39

kecukupan kalsium dalam darah. Jadi kekurangan kalsium akan

menghambat pertumbuhan tulang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemberian

PMT nugget ikan tamban, rata-rata asupan kalsium siswa 188,51

mg, dengan nilai terendah 71,75 mg dan nilai tertinggi 416,92 mg.

Setelah mendapat PMT nugget ikan tamban rata-rata asupan

kalsium 236,56 mg, dengan nilai terendah 168,65 dan nilai tertinggi

340,85. Pada nilai tertinggi asupan kalsium sebelum PMT nugget

ikan tamban dan sesudah PMT nugget ikan tamban mempunyai

perbedaan, dimana lebih tinggi nilai sebelum PMT nugget ikan

tamban dari pada setelah PMT nugget ikan tamban. Selisih

perbedannya yaitu 76.07. Hal ini dipengaruhi karena salah satu

siswa disaat melakukan food recall 24 jam, asupan kalsium yang

dikonsumsinya dalam satu hari itu baik karena siswa tersebut

mengosumsi susu, tempe dan ikan lele dimana makanan tersebut

merupakan sumber kalsium.

Rendahnya asupan kalsium disebabkan karena rendahnya

pengetahuan tentang pentingnya kalsium bagi tubuh dan jenis

sumber makanan yang mengandung kalsium (Miekawati, 2012).

Untuk mengatasi masalah stunting pada anak SD,

pemerintah telah melakukan pemberian makanan tambahan (PMT)

anak sekolah berupa biskuit dengan nilai gizi berkisar 300 kalori,

protein 6 gram, Zn 85 %, kalsium 35 %.

Dalam penelitian ini pemberian makanan tambahan berupa

makanan selingan, mempergunakan bahan makanan setempat dan

diperkaya protein nabati atau hewani, mempergunakan resep

daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas

dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan.

b. Asupan Seng

Seng merupakan salah satu mikronutrien yang berperan

sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

40

struktur serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam

pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya, saat

terjadi defisiensi seng maka dapat mempengaruhi pertumbuhan

fisik anak-anak (Abunada, et al 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemberian

PMT nugget ikan tamban, rata-rata asupan seng siswa 3,47 mg,

dengan nilai terendah 2,05 mg dan nilai tertinggi 6,65 mg. Setelah

mendapat PMT nugget ikan tamban rata-rata asupan seng 5,33

mg, dengan nilai terendah 3,90 dan nilai tertinggi 6,80.

Tingkat kecukupan seng pada anak kelas 1 sekolah dasar

yang mengalami stunting di Wilayah Kerja Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang berada di bawah angka kecukupan gizi yang

dianjurkan. Seng berperan di berbagai reaksi, sehingga kekurangan

seng akan berpengaruh terhadap jaringan tubuh, terutama pada

proses pertumbuhan (Almatsier, 2009). Hal ini berarti seng harus

tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan seng yang terjadi

pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik

atau stunting dan perkembangan sel otak (Rosmalina et al, 2010).

Jumlah kadar asupan seng pada anak stunting sangat

berpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian Anindita (2012)

menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kecukupan seng

dengan stunting pada anak. Dalam proses pertumbuhan, seng

berperan dalam proses sintesis protein yang dibutuhkan untuk

pembentukan jaringan baru, pertumbuhan dan perkembaangan

tulang yang normal.

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Nugget Ikan Tamban

Terhadap Peningkatan Asupan Kalsium Sebelum Dan Sesudah

Pemberian makanan tambahan nugget ikan tamban

merupakan makanan selingan atau kudapan yang terbuat dari

beberapa bahan tertentu, ikan tamban digunakan sebagai bahan

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

41

utama. Berdasarkan hasil analisis pengaruh pendidikan gizi dan

pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban di SD

Pematang Biara dan SD Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

didapat nilai p=0,010 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ha1

diterima, yang artinya ada pengaruh pendidikan gizi dan pemberian

makanan tambahan berbahan ikan tamban terhadap peningkatan

asupan kalsium pada siswa yang mengalami stunting di SD

Pematang Biara dan SD Rantau Panjang. Dimana dari hasil uji

proximat dalam 100 gr nugget ikan tamban menyumbang E=115

kkal, P=9,33 gr, dan L= 3,88 gr.

Pada pemberian makanan tambahan berbahan ikan

tamban dalam satu kali pemberian sebesar 60 gr memberikan

sumbangan E= 69,024 kkal, L= 2,33 gr, P= 5,60 g, KH= 6,42 gr,

Zn=1,254 mg, Ca=73 mg.

Asupan kalsium anak sebelum dan sesudah intervensi

terjadi peningkatan, jika dilihat pada angka kecukupan gizi (AKG)

jumlah kalsium yang dikonsumsi perhari yaitu 1000 mg, sedangkan

anak hanya mengosumsi sebanyak 41,69 mg. Setelah pemberian

PMT terjadi peningkatan. Jika dibandingkan rata-rata asupan

kalsium dengan AKG maka didapat kenaikan sebanyak 23,65 mg.

Pada pelaksanakan intervensi PMT sebelum dan sesudah

dilakukan recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut untuk

mengetahui apa saja sumber kalsium yang telah dikonsumsi anak

dalam satu hari tersebut. Jenis bahan makanan sumber kalsium

yang dikonsumsi anak sebelum intervensi PMT yaitu telur, ikan,

daging ayam. Jenis bahan makanan sumber kalsium yang

dikonsumsi anak setelah intervensi PMT yaitu telur, ikan, daging

ayam, tahu, tempe, dan nugget yang diberikan setiap hari kepada

anak SD tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Susilowati (2012)

yang menyatakan bahwa ada perbedaan terhadap asupan dan

status gizi sebelum dan sesudah mendapatkan makanan

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

42

tambahan. Penelitian Kuncoro, dkk (2013) menyatakan bahwa

pemberian PMT berpengaruh pada peningkatan asupan pada anak

stunting. Penelitian Wibowo (2018), menyatakan bahwa asupan

kalsium berhubungan dengan kejadian stunting.

Pada penelitian ini, dilakukan pendidikan gizi berupa

penyuluhan yang disampaikan kepada orang tua siswa (Ibu).

Setelah melakukan penyuluhan selama 4 kali dengan topik yang

berhubungan dengan asupan anak stunting, maka diakhir recall

asupan kalsium anak tersebut terjadi peningkatan. Sejalan dengan

penelitian Sefaya, dkk (2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh

peran pendidikan gizi sebesar 54,3% terhadap perbaikan asupan

gizi. Penelitian Dewi (2016) menyatakan bahwa edukasi gizi

mencakup pemberian pengetahuan dan pemberian motivasi ke

arah perubahan sikap dan perilaku pemberi makan dengan

melakukan edukasi gizi sebanyak tiga kali setiap minggu dan skor

pengetahuan mengalami peningkatan .

b. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian Nugget Ikan Tamban

Terhadap Asupan Seng Sebelum Dan Sesudah

Seng merupakan salah satu mikronutrien yang berperan

sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki

struktur serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam

pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya,

saat terjadi defisiensi seng maka dapat mempengaruhi

pertumbuhan fisik anak-anak (Abunada, et al 2013).

Berdasarkan hasil uji statistik asupan seng sebelum dan

sesudah PMT nugget ikan tamban menunjukkan nilai p=0,0001

(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan

mempunyai hubungan yang signifikan antara asupan seng

sebelum dan sesudah intervensi pada anak kelas 1 sekolah dasar

yang mengalami stunting.

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

43

Asupan seng anak sebelum dan sesudah intervensi terjadi

peningkatan, jika dilihat pada angka kecukupan gizi (AKG) jumlah

seng yang dikonsumsi perhari yaitu 11 mg, sedangkan anak

hanya mengosumsi sebanyak 60,45 mg. Setelah pemberian PMT

terjadi peningkatan. Pada pelaksanakan intervensi PMT sebelum

dan sesudah dilakukan recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut

untuk mengetahui apa saja sumber seng yang telah dikonsumsi

anak dalam satu hari tersebut. Jenis bahan makanan sumber

seng yang dikonsumsi anak sebelum intervensi PMT yaitu telur,

ikan, daging ayam. Jenis bahan makanan sumber seng yang

dikonsumsi anak setelah intervensi PMT yaitu telur, ikan, daging

ayam, tahu, tempe, sayur-sayuran dan nugget yang diberikan

setiap hari kepada anak SD tersebut.

Penelitian ini pada pemberian makanan tambahan

berbahan ikan tamban 60 gr menyumbang Zn= 1,254 mg, Fe=

1,31 mg, dan Ca= 73 mg. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Oktarina (2013) menyatakan bahwa Asupan seng yang

ditambahkan melalui taburia pada kelompok perlakuan meningkat

sehingga terjadi penurunan absorbsi dan peningkatan ekskresi

melalui usus, membuat anak menjadi lebih cepat lapar sehingga

asupan anak juga dapat meningkat.

Penelitian lain dari Agustian (2009) menyatakan

pemberian suplementasi seng pada anak usia dibawah 12 tahun

memberikan efek positif terhadap perubahan asupan seng pada

anak. Jumlah kadar asupan seng pada anak stunting sangat

berpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian Anindita (2012)

menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kecukupan seng

dengan stunting pada anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010) dalam

proses pertumbuhan seng berperan dalam sintesis protein yang

dibutuhkan untuk pembentukan jaringan baru, pertumbuhan dan

perkembangan tulang yang normal.

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

44

Perilaku pemberian makanan dipengaruhi oleh pendidikan

dan pengetahuan gizi ibu. Jika pendidikan dan pengetahuan ibu

rendah akibatnya ia tidak mampu untuk memilih hingga

menyajikan makanan untuk keluarga yang memenuhi syarat gizi

seimbang. Dengan demikian upaya perbaikan stunting dapat

dilakukan dengan peningkatkan pengetahuan ibu melalui

pendidikan gizi. Sehingga asupan makan anak dapat menjadi

lebih baik. Penelitian Hestuningtyas tahun 2014 menyatakan

bahwa pelaksanaan pendidikan gizi pada kelompok perlakuan

meningkatkan pengetahuan ibu secara signifikan. Kemudian

dilanjutkan dengan penelitian Dewi tahun 2016 pemberian

pendidikan gizi sebanyak tiga kali setiap minggu dapat

meningkatkan skor pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting.

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

45

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Nilai rata-rata asupan kalsium anak SD kelas I yang mengalami

stunting sebelum pemberian PMT nugget ikan tamban 188,51 mg

meningkat menjadi 236,56 mg setelah pemberian PMT nugget

ikan tamban .

b. Nilai rata-rata asupan seng anak SD kelas I yang mengalami

stunting sebelum pemberian PMT nugget ikan tamban 3,479 mg

meningkat menjadi 5,338 mg setelah pemberian PMT nugget ikan

tamban

c. Hasil uji statistik asupan kalsium sebelum dan sesudah diperoleh

nilai p=0,010 (p<0,05). Ada perbedaan yang bermakna asupan

kalsium sebelum dan sesudah pendidikan gizi dan pemberian

PMT nugget ikan tamban

d. Hasil uji statistik asupan seng sebelum dan sesudah diperoleh

nilai nilai p=0,0001 (p<0,05) Ada perbedaan yang bermakna

asupan seng sebelum dan sesudah pendidikan gizi dan

pemberian PMT nugget ikan tamban

B. Saran

1. Perlu dilakukan penyuluhan tentang pendidikan gizi dengan

mengundang orangtua siswa sehingga meningkatkan

pengetahuan tentang makanan tambahan dan memanfaatkan

bahan makanan yng mudah didapat, murah dan bergizi sehingga

dapat memperbaiki tingkat asupan anak.

2. Perlu diadakan demo masak atau pelatihan pembuatan makanan

tambahan dari ikan tamban menjadi nugget, sosis, bakso dan

dalam bentuk lainn ya.

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

46

DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana, dan Bambang Wijatmadi. 2014. Gizi dan Kesehatan

Balita. Kencana Prenadamedia Grup, Jakarta. Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Departemen Kesehatan RI 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Laporan Nasional 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan Nasional 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan Nasional 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Dewi, Maryati, dan Mimin Aminah (2016), Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Feeding Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan, Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(1) : 1-8.

Fitri, 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita (12-59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010).Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia, Depok

Hardiansyah, I Dewa Nyoman Supariasa. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.

Hestuningtyas, Tiara Rosania, dan Etika Ratna Noer (2014), Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Pratik Ibu Dalam Pemberian Makan Anak, dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 Tahun di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition College, 3(1) : 17-25.

https://www.wfp.org/sites/default/files/1.%20Evaluation%20Final%20Report_LFBSM_WFP_SEAMEO%20%20body%20text%20bahasa%2020161216_0.pdf, diakses 07 November 2017,

Indrati, Retno dan Murdijati Gardjito. 2014. Pendidikan Konsumsi Pangan. Kencana Prenadamedia Grup, Jakarta

Kartini, Apoina, Suhartono, Hertanto Wahyu Subagio, Budiyono, Irene Max Emman (2016), Kejadian Stunting dan kematangan Usia Tulang Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Pertanian Kabupaten Brebes, Jurnal Kesehatan Masyarakat , 11(2) : 97-103.

Kusuma, Kukuh Eka (2013), Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kecamatan Semarang Timur. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Mikhail WZA, et, al. 2013. Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted Preschool Children in Egypt. Academic Journal of Nutrition 2(1) : 01-09.

Mitra (2015), Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting, Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6) : 254-261.

Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Kemang Studio Aksara, Depok Timur.

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

47

Nadiyah, Dodik Briawan, dan Drajat Martianto. (2014). Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia 0-23 Bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Pangan, 9(2) : 125-132

Oktarina, Nadia Hapsari, dan Martha Irene Kartasurya (2013), Pengaruh Pemberian Mikronutrien Sprinkle Terhadap Status Antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB Anak Stunting Usia 12-36 Bulan, Journal of Nutrition College, 2(1) : 192-199.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2013. Angka Kecukupan Gizi. Jakarta. Profil Kesehatan Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara. Jakarta. Profil Kesehatan Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara. Jakarta. Rahman, Sugirah Nour, Saifudddin Sirajuddin, Sriah Alharini. (2014).

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Zink Dengan Status Zink Anak Sekolah Dasar, Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Rahmawati, Putri Dinar, Anggita Susan Asmaran Daru, Siti Zulaekah, Listyani Hidayati. (2017). Tingkat Kecukupan Asupan Protein, Zinz, Kalsium, Vitamin D, Zat Besi dan Kadar Hb Pada Remaja Putri Stunting dan Non Stunting di SMP N 1 Nguter Kabupaten Sukahorjo. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Santika, I Gusti Putu. (2015). Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Umur TerhadapDaya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2014, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 2(1).42-47

Sari, Endah Mayang, Mohammad Juffrie, Neti Nurani, Mei Neni Sitaresmi (2016), Asupan Protein, Kalsium, dan Fosfor Pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia 24-59 Bulan, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(4):152-159.

Simatupang, Ikke Zukhairah. 2016. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting Anak Sekolah di SD Negeri 104244 Jati Sari kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Lubuk Pakam. Poltekkes Medan

Supariasa, I Dewa Nyoman, Dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.

Tabel Komposisi Pangan Indonesia. 2009. PT Elex Media Komputindo. PT Gramedia

World Health Organization.2010.WHO Child Growth Standards Geneva

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

48

Lampiran 1. Master tabel

No Kode Asal Sekolah

Jenis Kelamin Tgl Lahir

Bulan Lahir

TB Sebelum

TB_U Sebelum

Ca Sebelum

Ca Sesudah

Zn Sebelum

Zn Sesudah

Umur Ibu Pendidikan Pekerjaan

Kode Umur.Ibu

1 PL1 Rantau Panjang Laki-Laki 28/05/2011 82 106,1 -2,86 230,85 221,8 2,5 6,2

74 tahun SD IRT >49 tahun

2 PL2 Rantau Panjang Laki-Laki 27/08/2011 79 107,5 -2,36 146,1 174,45 4,7 4,9

32 tahun SMP IRT

30-39 tahun

3 PL3 Rantau Panjang Laki-Laki 21/09/2011 78 108,3 -2,14 287,65 215,6 5,85 6

45 tahun SD IRT

40-49 tahun

4 PL4 Rantau Panjang Perempuan 17/06/2011 82 105,8 -2,6 201,22 273,5 2,9 4,4

28 tahun SMA IRT

20-29 tahun

5 PL5 Rantau Panjang Laki-Laki 13/06/2010 94 112,7 -2,45 198,65 225,55 6,1 5,85

39 tahun SD IRT

30-39 tahun

6 PL6 Rantau Panjang Perempuan 24/08/2011 79 105,4 -2,51 100,82 187,6 3,2 4,5

46 tahun SMA IRT

40-49 tahun

7 PL7 Rantau Panjang Perempuan 05/12/2011 76 105,1 -2,31 222,25 222,75 4,2 5

30 tahun SD IRT

30-39 tahun

8 PL8 Rantau Panjang Perempuan 14/10/2010 90 105,4 -3,25 106,05 246,25 3,4 5,3

47 tahun SD IRT

40-49 tahun

9 PL9 Rantau Panjang Laki-Laki 21/11/2011 76 103,6 -2,9 165,55 169,75 3,8 5,5

30 tahun SMP IRT

30-39 tahun

10 PL10 Rantau Panjang Perempuan 01/03/2011 85 107,8 -2,49 223,3 192 6,65 5,4

38 tahun SD IRT

30-39 tahun

11 PL11 Rantau Panjang Laki-Laki 06/06/2011 82 109 -2,28 261,05 176,55 2,9 4,9

26 tahun SMP IRT

20-29 tahun

12 PL12 Rantau Panjang Perempuan 25/11/2011 76 106,6 -2,05 227,05 174 5,55 5,3

27 tahun SMP IRT

20-29 tahun

13 PL13 Rantau Panjang Laki-Laki 04/11/2010 89 113,3 -2,01 416,92 215,56 3,4 5

40 tahun SMA IRT

40-49 tahun

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

49

14 PL14 Pematang Biara Laki-Laki 03/03/2010 97 106,9 -3,69 126,05 201,6 3,5 5,35

26 tahun SMP IRT

20-29 tahun

15 PL15 Pematang Biara Laki-Laki 06/02/2011 86 104,4 -3,44 116,15 209,25 2,94 4,45

33 tahun SD IRT

30-39 tahun

16 PL16 Pematang Biara Laki-Laki 11/08/2011 80 103,6 -3,16 99,77 207,75 2,44 4,9

37 tahun SMA IRT

30-39 tahun

17 PL17 Pematang Biara Laki-Laki 10/04/2011 84 105,3 -3,13 154,25 221,65 3,05 4,9

31 tahun SMP IRT

30-39 tahun

18 PL18 Pematang Biara Laki-Laki 01/08/2010 92 109,2 -2,97 156,45 191,2 3,4 4,7

44 tahun SMA IRT

40-49 tahun

19 PL19 Pematang Biara Perempuan 09/11/2011 77 102,7 -2,83 104,55 168,65 3 3,9

28 tahun SMP IRT

20-29 tahun

20 PL20 Pematang Biara Laki-Laki 07/07/2010 93 111,9 -2,54 306 250,55 2,5 5,35

28 tahun SMP IRT

20-29 tahun

21 PL21 Pematang Biara Laki-Laki 22/10/2011 77 104 -2,9 71,75 340,85 2,05 6,1

33 tahun SMA IRT

30-39 tahun

22 PL22 Pematang Biara Perempuan 23/03/2009 108 115 -2,92 81,41 317,85 3,2 5,95

45 tahun SMA IRT

40-49 tahun

23 PL23 Pematang Biara Laki-Laki 10/08/2010 92 112 -2,45 213,04 287,15 2,6 5,2

40 tahun SD IRT

40-49 tahun

24 PL24 Pematang Biara Laki-Laki 13/01/2012 75 106,2 -2,25 161,35 268,55 2,25 4,75

33 tahun SMA WIRASWASTA

30-39 tahun

25 PL25 Pematang Biara Perempuan 20/10/2011 77 105,4 -2,37 366,18 261,8 3,07 6,8

22 tahun SD IRT

20-29 tahun

26 PL26 Pematang Biara Perempuan 27/10/2011 77 105,6 -2,31 164,5 303,4 3,15 6,55

35 tahun SD IRT

30-39 tahun

27 PL27 Pematang Biara Perempuan 05/01/2011 87 110,3 -2,18 275,35 316,4 2,8 5,9

27 tahun SD PEDAGANG

20-29 tahun

28 PL28 Pematang Biara Laki-Laki 05/02/2011 86 112,1 -2 206,7 296,55 4,3 5,45

35 tahun SMA IRT

30-39 tahun

29 PL29 Pematang Perempuan 05/11/2011 77 104,7 -2,46 187,8 278,2 2,48 5,5 28 SMP IRT 20-29

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

50

Biara tahun tahun

30 PL30 Pematang Biara Laki-Laki 11/04/2011 84 110,6 -2,12 136,81 243,35 2,38 5,75

31 tahun SMA GURU

30-39 tahun

31 PL31 Pematang Biara Laki-Laki 01/08/2011 80 108,7 -2,2 128,35 273,35 3,6 5,75

31 tahun SMP IRT

30-39 tahun

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

51

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik

a. Uji Univariat Sampel

1. Frekuensi Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki Perempuan Total

19 12 31

61.3 38.7

100.0

61.3 38.7

100.0

61.3 100.0

2. Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 7 tahun 8 tahun >8 tahun Total

17 12 2

31

54.8 38.7 6.5

100.0

54.8 38.7 6.5

100.0

54.8 93.5

100.0

3. Z-Score TB/U Sebelum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pendek Sangat pendek Total

26 5

31

83.9 16.1

100.0

83.9 16.1

100.0

83.9 100.0

b. Uji Univariat Responden

1. Umur Ibu_kode

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun >49 tahun Total

9 14 7 1

31

29.0 45.2 22.6 3.2

100.0

29.0 45.2 22.6 3.2

100.0

29.0 74.2 96.8

100.0

2. Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD SMP SMA Total

11 10 10 31

35.5 32.3 32.3

100.0

35.5 32.3 32.3

100.0

35.5 67.7

100.0

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

52

3. Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT WIRASWASTA PEDAGANG

28 1 1

90.3 3.2 3.2

90.3 3.2 3.2

90.3 93.5 96.8

c. Uji Statistik

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ca_sebelum Zn_sebelum Ca_sesudah tb_sesudah

N 31 31 31 31

Normal

Parametersa

Mean 188.5135 3.4794 236.56 5.3387

Std. Deviation 82.21623 1.17546 49.07523 .65672

Most Extreme

Differences

Absolute .126 .204 .137 .084

Positive .126 .204 .137 .084

Negative -.078 -.116 -.083 -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .702 .1.138 .7641 .468

Asymp. Sig. (2-tailed) .708 .150 .6043 .981

a. Test distribution is Normal.

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ca_sebelum 31 71.75 416.92 1.8851 82.21623

Zn_sebelum 31 2.05 6.65 3.4794 1.17546

Ca_sesudah 31 168.65 340,85 2.3656 49.07523

Zn_sesudah 31 3.90 6.80 5,3387 .65672

Valid N (listwise) 31

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

53

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Ca_sebelum 1.8851 31 82.21623 14.76647

Ca_sesudah 2.3656 31 49.07523 8.81417

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Ca_sebelum &

Ca_sesudah 31 .037 .845

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Ca_sebelum -

Ca_sesudah -4.804 97.28033 17.47206 -83.73293 -12.36696 -2.750 30 .010

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean n Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Zn_sebelum 3.4794 31 1.17546 .21112

Zn_sesudah 5.3387 31 .65672 .11795

Paired Samples Correlations

n Correlation Sig.

Pair 1 Zn_sebelum &

Zn_sesudah 31 .091 .627

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

54

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Zn_sebelum -

Zn_sesudah -1.85935 1.29340 .23230 -2.33378 -1.38493 -8.004 30 .000

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

55

Lampiran 3. Data Identitas Sampel dan Responsen

Nomor Responden : .................................................

Tanggal Wawancara : .................................................

Nama Pewawancara : .................................................

A. Identitas Sampel

1. Nama anak :

2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (coret salah satu)

3. Tanggal lahir anak :

4. Umur :

5. Anak ke : ..... dari bersaudara

6. Alamat :

7. TB :

8. BB :

B. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan :

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

56

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan (PSP)

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBYEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama :

Tempat, Tgl Lahir :

Alamat :

Bersedia dan mau menjadi Responden Penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Asupan Mikronutrien (Kalsium dan Seng) pada siswa Kelas I SD Yang Mengalami Stunting Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang” yang akan dilakukan oleh :

Nama : Ester Telaumbanua

Alamat : Jln. Medan, Petapahan, Lubuk Pakam

Instansi : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Program D-IV

No. Hp : 082364836850

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari siapapun.

Mengetahui Lubuk Pakam, .............2017

Peneliti Responden

(Ester Telaumbanua) (..........................................)

Page 68: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

57

Lampiran 4. Formulir Food Recall 1 X 24 JAM

Nama Siswa :

Tanggal Wawancara :

BB :

TB :

Waktu

Makan

Nama

Masakan

Bahan Makanan

Jenis Banyaknya

URT Gr

Pagi

Snack

Siang

Snack

Malam

Snack

Page 69: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

58

Lampiran 5. Formulir Food List

Food List Method

Nama :

Hari Ke :

Tanggal :

No. Waktu Nama Masakan Nama Bahan Berat Bahan

Page 70: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

59

Lampiran 6. Materi Pendidikan Gizi (Penyuluhan)

CONTOH SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi Penyuluhan : 1. Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak Sekolah

2. Bekal yang Baik Untuk anak sekolah

3. Nutrisi Pada Usia anak sekolah

4. PMT Ikan Tamban

Sasaran : Orang Tua (Ibu) anak stunting

Hari/Tanggal : 1. 18 April 2018

2. 03 Mei 2018

3. 09 Mei 2018

4. 17 Mei 2018

Waktu : 30 menit

Tempat :SD Rantau Panjang dan Pematang Biara Desa Pantai

Labu.

Penyuluh : Ester Telaumbanua

1. Latar Belakang

Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang

tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (pendek).

Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga

melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan

populasi yang menjadi refrensi internasional. Stunting adalah keadaan

dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana

tubuh anak lebih pendek dibandingkan anak seusianya.

Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-

2SD), ditandai dengan teerlambantnya pertumbuhan anak yang

mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal

dan sehat sesuai usia anak. Stunting dapat didiagnosis melalui indeks

antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan

pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan

dengan indeks kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari

kekurangan gizi atau kesehatan.

Page 71: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

60

Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting karena

kurang gizi. Data Riskesdas 2013 mencatat angka kejadian stunting

nasional mencapai 37,2%. Angka ini meningkat dari tahun 2010

sebesar 35,6%. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan

stunting salah satnya dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah

stunting diberikan pada orangtua anak.

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat

mengetahui dan memahami bagaimana memilih makanan untuk

anak sekolah, serta menyusun bekal untuk anak sekolah, dan

mengolah ikan tamban yang digemari anak-anak.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu-ibu mengetahui

tentang:

1. Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak Sekolah

2. Bekal yang Baik Untuk anak sekolah

3. Cara menyusun menu anak sekolah

4. Resep Modifikasi PMT-AS

3. RENCANA KEGIATAN

1. Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab

2. Media dan Alat Bantu : slide (LCD), leaflet.

3. Tempat dan Waktu

a. Tempat Kegiatan : SD Rantau Panjang dan Pematang Biara

Desa Pantai Labu

b. Hari/Tanggal : 18 April 2018, 03 Mei 2018, 09

Mei 2018, 17 Mei 2018.

Page 72: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

61

4. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi terstruktur

a. Adanya kordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan

panitia penyelenggara selama penyuluhan berlangsung

b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik,

misalnya dalam menyiapkan kursi, absen, dan leaflet

c. Sebelum penyuluhan telah dilakukan telah dilakukan

perjanjian penyuluhan dengan pihak puskesmas Pantai Labu

2. Evaluasi Proses

a. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan

b. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas dalam sesi tanya

jawab

c. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah

disampaikan dengan benar melalui pertanyaan lisan meliputi,

pemilihan bahan makanan untuk anak sekolah, PMT-AS, bekal

yang baik untuk anak sekolah, dan bagaimana cara menyusun

menu yang baik untuk anak sekolah.

Page 73: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

62

MATERI PERTEMUAN I

TOPIK : Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak Sekolah

A. Pengertian Makanan

Pangan yang sehat mencakup pangan yang bergizi dan

aman dikonsumsi. Tanpa menghindari pangan yang tidak aman tidak

mungkin manfaat gizi terwujud pada pertumbuhan, perkembangan

dan kesehatan seseorang. Oleh karena itu keamanan pangan

merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam

pemenuhan pangan yang sehat untuk dikonsumsi.

B. Pemilihan Bahan Makanan Yang Baik

1. Kebersihan diri dan kesehatan penjamah

Individu (pelaku) terutama yang bekerja langsung dengan

pangan dapat mencemari bahan pangan tersebut, baik berupa

cemaran fisik, kimia maupun biologis. Oleh karena itu, kebersihan

individu atau pelaku merupakan salah satu hal yang sangat penting

yang harus diperhatikan agar produk pangannya bermutu dan aman

untuk dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) setiap pelaku

termasuk penjamah. Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan

hidup bersih dalam mengolah pangan:

a. Mencuci tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air

bersih yang dilakukan pada saat sebelum memasak atau

menyiapkan pangan, sebelum atau setelah menyentuh pangan,

setelah menyentuh bahan mentah, setelah dari toilet, dan setelah

memegang benda kotor (uang, piring kotor dan lain-lain).

b. Merawat kuku tetap pendek dan menjaga kuku tetap bersih.

c. Mengenakan pakaian bersih dan berwarna terang

d. Mengenakan celemek berwarna terang dan topi kerja

e. Menggunakan alas kaki

Page 74: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

63

2. Pemilihan bahan baku

Bahan pangan mentah (bahan baku) dapat menjadi rusak

dan busuk karena beberapa penyebab, tetapi yang paling utama

adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba. Mutu dan

keamanan suatu produk pangan sangat tergantung pada mutu dan

keamanan bahan bakunya. Oleh karena itu, untuk dapat

menghasilkan produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi,

bahan baku harus dipilih terlebih dahulu. Berikut memilih bahan

makanan yang baik:

a. Pilih pangan segar atau bahan baku dalam kondisi yang baik

sebelum melewati batas kadaluarsa.

b. Bahan baku yang sudah rusak atau busuk beresiko untuk

kesehatan tubuh.

Berbagai kelompok bahan pangan memiliki tanda-tanda spesifik jika

sudah mengalami kerusakan. Berbagai tanda-tanda kerusakan yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Daging dan produk olahannya

Daging mudah sekali rusak oleh mikroba. Keruskan pada

daging dapat dikenal karena tanda-tanda berikut:

a. Adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk.

b. Terbentuknya lendir.

c. Adanya perubahan warna.

d. Adanya perubahan rasa menjadi asam.

e. Tumbuhnya kapang pada bahan/dendeng kering

2. Ikan dan olahannya

Disamping daging, ikan juga rentan sekali rusak oleh

serangan mikroba. Tanda-tanda kerusakan ikan karena mikroba

adalah:

a. Adanya bau busuk karena gas amonia, sulfida atau senyawa

busuk lainnya.

b. Terbentuknya lendir pada permukaan ikan.

Page 75: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

64

c. Adanya perubahan warna yaitu kulit dan daging ikan menjadi

kusam atau pucat.

d. Adanya perubahan daging ikan yang tidak kenyal lagi.

e. Tumbuhnya kapang pada ikan kering.

3. Susu dan produk olahannya

Susu juga termasuk bahan pangan yang mudah rusak oleh

mikroba. Tanda-tanda kerusakan susu adalah:

a. Adanya perubahan rasa susu menjadi asam.

b. Susu menggumpal.

c. Terbentuknya lendir.

d. Adanya perubahan bau menjadi tengik.

e. Tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.

4. Telur dan produk olahannya

Telur utuh yang masih terbungkus kulitnya dapat rusak baik

secara

fisik maupun karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan

telur utuh adalah:

a. Adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya

menguap, pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur

berkurang.

b. Timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena

tumbuhnya bakteri.

c. Tumbuhnya kapang perusak telur.

d. Timbulnya bau busuk.

5. Sayur dan buah-buahan serta produk olahannya

Sayuran atau buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara fisik

maupun oleh serangga atau karena pertumbuhan mikroba. Tanda-

tanda kerusakan sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya

adalah:

a. Menjadi memar karena benturan fisik.

b. Menjadi layu karena penguapan air.

Page 76: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

65

c. Timbulnya noda-noda warna karena spora kapang yang tumbuh

pada permukaannya.

d. Timbulnya bau alkohol atau rasa asam.

e. Menjadi lunak karena sayuran dan buah-buahan menjadi berair.

6. Biji-bijian, kacang-kacangan, da umbi-umbian

Meskipun sudah dikeringkan, biji-bijian, kacang-kacangan dan

umbiumbian dapat menjadi rusak jika pengeringannya tidak cukup atau

kondisi penyimpanannya salah, misalnya suhu tinggi atau terlalu

lembab. Tanda kerusakan pada biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-

umbian adalah adanya perubahan warna dan timbulnya bintik-bintik

berwarna karena pertumbuhan kapang pada permukaannya.

7. Minyak goreng

Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang

telah digunakan lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda

minyak daur ulang komersial adalah harganya murah, ada

kemungkinan sudah diputihkan, dan makanan hasil penggorengannya

akan menyebabkan tenggorokan gatal jika dikonsumsi. Minyak goreng

yang lebih dari dua kali penggorengan biasanya warnanya sudah hitam

kecoklatan. Selain itu, waspadai pula penggunaan bahan plastik oleh

penjaja gorengan yang digunakan untuk meningkatkan kerenyahan

gorengan. Tandanya makanan gorengan tampak tersalut lapisan putih

dan gorengan akan tetap renyah meskipun telah dingin.

8. Saos

Saos yang rendah mutunya dan berisiko tidak aman dicirikan

oleh harga yang amat murah, warna merah yang mencolok, dijual

dalam kemasan tidak bermerek, citarasa yang tidak asli (bukan rasa

cabe dan tomat), dan rasa pahit setelah dikonsumsi.

Page 77: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

66

Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak

Sekolah

Makanan

Pangan yang sehat mencakup pangan yang

bergizi dan aman dikonsumsi. Tanpa menghindari

pangan yang tidak aman tidak mungkin manfaat gizi

terwujud pada pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan seseorang. Oleh karena itu keamanan

pangan merupakan salah satu aspek yang perlu

diperhatikan dalam pemenuhan pangan yang sehat

untuk dikonsumsi.

Pemilihan Bahan Makanan Yang Baik

1. Kebersihan diri dan kesehatan

penjamah

2. Pemilihan Bahan Baku

Bahan pangan mentah (bahan baku) dapat

menjadi rusak dan busuk karena beberapa

penyebab, tetapi yang paling utama adalah

kerusakan atau kebusukan karena mikroba.

Mutu dan keamanan suatu produk pangan

sangat tergantung pada mutu dan

keamanan bahan bakunya.

a. Daging dan olahannya

b. Ikan dan olahannya

c. ikan dan olahannya

d. telur dan produk olahannya

d. sayuran dan buah-buahan

Leaflet Pertemuan Pertama

Page 78: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

67

MATERI PERTEMUAN II

TOPIK : Bekal Yang Baik Untuk Anak Sekolah

A. Pengertian Bekal Anak Sekolah

Salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan jajan

sembarangan pada anak adalah dengan membawakan anak bekal ke

sekolah. Ini memberi banyak manfaat untuk anak, terutama untuk

kesehatannya. Bekal makan siang yang sehat dapat memberikan

pemenuhan zat gizi anak dan juga mendukung pembentukan pola

hidup sehat pada anak. Penting bagi anak untuk memperoleh makan

siang yang sehat karena makan siang dapat memenuhi 1/3 kebutuhan

kalori anak. Anak yang sudah terbiasa menerima makan siang yang

sehat memiliki asupan zat gizi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan

anak yang tidak menerima makan siang yang sehat. Manfaat bekal

yang sehat yaitu:

1. Dapat menyediakan nutrisi yang dibutuhkan anak

Pada masa pertumbuhan ini, anak membutuhkan banyak zat

gizi penting, seperti protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan

kalsium. Dengan membawakan bekal ke sekolah, Anda membantu

anak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut. Anda bisa

mengkreasikan sendiri bekal untuk anak dengan menu yang

menyehatkan dan lengkap zat gizi, terdiri dari:

a. Makanan sumber karbohidrat, misalnya nasi, mie, roti, roti gandum,

pasta

b. Sayuran

c. Makanan sumber protein, misalnya daging, telur, ikan, ayam,

kacang-kacangan (termasuk selai kacang), produk susu (keju atau

yogurt)

d. Buah-buahan

e. Dan, jangan lupa untuk selalu membawakan air atau susu untuk

anak

Page 79: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

68

2. Membantu mengontrol asupan anak setiap harinya

Karena Anda mengkreasikan bekal anak sendiri, Anda dapat

mengatur makanan apa saja yang harus dibawa dan dimakan anak

sebagai bekalnya. Dengan cara seperti ini, Anda menjadi tahu

makanan apa saja yang dimakan anak, sehingga Anda juga dapat

mengontrol asupan makan anak, termasuk mengontrol asupan

lemaknya. Secara tidak langsung, Anda juga dapat mencegah anak

dari obesitas. American Heart Association merekomendasikan anak

untuk mendapatkan lemak sebesar 25-35% dari total kalorinya per

hari, terutama jenis lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh

tunggal. Lemak jenis ini bisa Anda dapatkan dari berbagai kacang-

kacangan, ikan, dan minyak nabati. Sebaiknya, masukkan makanan

ini dalam menu bekal anak Anda. Makanan ini dapat mendukung

pertumbuhan anak, membantu memenuhi kebutuhan gizinya, dan

juga sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung anak Anda. Selain

itu, juga bawakan bekal anak dengan makanan yang mengandung

serat tinggi, seperti buah-buahan dan sayuran. Makanan ini dapat

membuat anak kenyang lebih lama, sehingga dapat mencegah

kenaikan berat badan yang tidak diinginkan pada anak.

3. Meningkatkan energi dan performa anak di kelas

Anak membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan

aktivitasnya di sekolah, terutama untuk belajar. Anak yang tidak

makan siang ternyata lebih sulit untuk berkonsentrasi di sekolah.

Selain itu, mereka juga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

jajan makanan ringan yang tidak sehat dan juga tidak

mengenyangkan. Oleh karena itu, bawakan bekal makanan untuk

anak makan siang di sekolah, yang dapat menyediakan energi cukup

bagi anak untuk melakukan seluruh aktivitasnya di sekolah maupun

setelah pulang sekolah. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh

Journal of School Health tahun 2008 melaporkan bahwa anak sekolah

yang makan sayuran, buah-buahan, protein, dan sedikit kalori dari

Page 80: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

69

lemak mempunyai performa yang baik dalam tes aksara dibandingkan

dengan anak yang mempunyai asupan lemak dan garam yang tinggi.

Sudah dibawakan bekal tetapi anak tidak mau makan, ini

sering sekali dirasakan ibu-ibu dalam memberikan bekal untuk anak.

Seringkali ibu-ibu malas untuk memberikan bekal pada anak. Tetapi

sebelum itu sebaiknya para ibu-ibu mencari tahu terlebih dahulu

alasan mengapa anak tidak memakan bekal nya. Terdapat beberapa

alasan anak tidak menghabiskan bekalnya yaitu:

a. Masalah pada tempat makan

Mungkin tempat makan anak kurang menarik seperti teman-

temannya yang lain, sehingga anak enggan untuk membuka tempat

makannya tersebut. Atau, bisa jadi tempat makan anak terlalu besar,

sehingga membuat anak merasa kenyang sebelum ia mampu

menghabiskan makanannya. Jika anak selalu tidak bisa

menghabiskan bekalnya, mungkin Anda bisa mengecilkan porsinya

dan menempatkan makanan dalam tempat makan yang lebih kecil.

Sebaiknya, pilihkan tempat makan yang sesuai untuk anak, sehingga

ia juga senang untuk membawanya ke sekolah.

b. Anak Bosan

Membawa bekal ke sekolah dengan makanan yang itu-itu saja

setiap hari tentu membuat anak bosan dengan bekalnya. Untuk anak

yang masih kecil, mungkin Anda bisa mengkreasikan makanan

menjadi bentuk-bentuk yang lucu dan menarik. Rancang menu bekal

anak setiap hari, usahakan untuk membuat menu yang berbeda setiap

harinya.

c. Makanan Susah Untuk Dimakan

Alasan anak tidak menghabiskan bekalnya memang ada-ada

saja. Anak bisa saja tidak memakan bekalnya karena misalnya

ayamnya susah untuk dipotong, buahnya membuat tangannya

menjadi lengket, dan lain sebagainya. Untuk itu, Anda harus

mengetahui selera anak seperti apa. Permudahlah anak untuk

memakan bekalnya. Misalnya, Anda sudah membawakan bekal

Page 81: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

70

dengan makanan yang sudah dipotong kecil-kecil, sehingga anak

dapat langsung memakannya.

Page 82: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

71

Bekal Yang Baik Untuk Anak Sekolah

Salah satu cara untuk mengurangi

kebiasaan jajan sembarangan pada anak

adalah dengan membawakan anak bekal ke

sekolah. Ini memberi banyak manfaat untuk

anak, terutama untuk kesehatannya. Bekal

makan siang yang sehat dapat memberikan

pemenuhan zat gizi anak dan juga mendukung

pembentukan pola hidup sehat pada anak.

Penting bagi anak untuk memperoleh makan

siang yang sehat karena makan siang dapat

memenuhi 1/3 kebutuhan kalori anak.

Manfaat bekal yang sehat yaitu:

1. Dapat menyediakan nutrisi yang

dibutuhkan anak. Pada masa

pertumbuhan ini, anak membutuhkan

banyak zat gizi penting, seperti protein,

vitamin A, vitamin C, zat besi, dan

kalsium. Dengan membawakan bekal

ke sekolah, Anda membantu anak

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

tersebut.

2. Karena Anda mengkreasikan bekal anak

sendiri, Anda dapat mengatur makanan

apa saja yang harus dibawa dan dimakan

anak sebagai bekalnya. Dengan cara

seperti ini, Anda menjadi tahu makanan

apa saja yang dimakan anak, sehingga

Anda juga dapat mengontrol asupan

makan anak, termasuk mengontrol asupan

lemaknya. Secara tidak langsung, Anda

juga dapat mencegah anak dari obesitas.

3. Anak membutuhkan energi yang cukup

untuk melakukan aktivitasnya di sekolah,

terutama untuk belajar. Oleh karena itu,

bawakan bekal makanan untuk anak

makan siang di sekolah, yang dapat

menyediakan energi cukup bagi anak

untuk melakukan seluruh aktivitasnya di

sekolah maupun setelah pulang sekolah.

Leaflet Pertemuan Kedua

Page 83: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

72

MATERI III

TOPIK : NUTRISI PADA USIA ANAK SEKOLAH

a. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat makanan yang diperlukan tubuh untuk

menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta

mengatur proses-proses kehidupan. Yang terdiri dari: karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

b. Tujuan Nutrisi Pada Usia Sekolah

a. Supaya pertumbuhan dan perkembangan maksimal.

b. Memperbaiki gizi anak.

c. Menentukan perkembangan zat gizi anak selanjutnya.

c. Contoh Makanan Sehari Untuk Anak Sekolah

a. 3 piring nasi atau padanannya (1 piring = 200 gr)

b. 2 potong lauk hewani (1 potong = 50 gr)

c. 2 potong lauk nabati (1 potong = 20 gr)

d. 1 ½ porsi sayur (1 porsi = 100 gr tanpa kuah)

e. 2 potong buah (1 potong = 100 gr buah matang)

f. 1 gelas susu (1 gelas susu = 200 ml)

Page 84: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

73

d. Tips Bagi Orangtua Agar Anak Tidak Jajan Sembarangan

a. Ibu mengetahui makanan kesukaan anaknya.

b. Penyajian yang menarik dan pengolahan yang bervariasi,

perhatikan juga gizi seimbangnya.

c. Beri anak pengertian tentang bahaya anak jajan diluar.

d. Beri vitamin bila dibutuhkan untuk menambah nafsu makan

anak.

Page 85: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

74

NUTRISI PADA USIA ANAK

SEKOLAH

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat makanan

yang diperlukan tubuh untuk

menghasilkan energi, membangun

dan memelihara jaringan serta

mengatur proses-proses

kehidupan. Yang terdiri dari:

karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air.

2. Tujuan Nutrisi Pada Usia

Sekolah

a. Supaya pertumbuhan dan

perkembangan maksimal.

b. Memperbaiki gizi anak.

c. Menentukan perkembangan

zat gizi anak selanjutnya.

3. Contoh Makanan Sehari Untuk

Anak Sekolah

a. 3 piring nasi atau padanannya (1

piring = 200 gr)

b. 2 potong lauk hewani

(1 potong = 50 gr)

a. 2 potong lauk nabati (1 potong =

20 gr)

d. 1 ½ porsi sayur (1 porsi =

100 gr tanpa kuah)

e. 2 potong buah (1 potong = 100 gr

buah matang)

f. 1 gelas susu (1 gelas susu = 200

ml)

4. Tips Bagi Orangtua Agar Anak

Tidak Jajan Sembarangan

a. Ibu mengetahui makanan

kesukaan anaknya.

b. Penyajian yang menarik dan

pengolahan yang bervariasi,

perhatikan juga gizi seimbangnya.

c. Beri anak pengertian tentang

bahaya anak jajan diluar.

d. Beri vitamin bila dibutuhkan untuk

menambah nafsu makan anak.

Leaflet Pertemuan Ketiga

Page 86: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

75

MATERI IV

TOPIK : PMT Ikan Tamban

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai

sejak janin, hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat

ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam

bentuk Kurang energy Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan

akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit

degenerative seperti Diabetes Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi

kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan

tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang kurang

mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi

kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah

mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah sekaligus

sebagai pembelajaran bagi kader. PMT penyuluhan diberikan dalam

bentuk makanan atau bahan makanan lokal, PMT juga sebagai tambahan

makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.

PMT bukan hanya pada pemebrian biskuit saja, pada penelitian ini

PMT yang diberikan berupa nugget dari ikan tamban. Ikan merupakan

makanan yang banyak mengandung protein. Salah satu komponen gizi

yang terkandung dalam ikan dan diduga berperan dalam meningkatkan

kecerdasan adalah kandungan asam lemak tak jenuh dan DHA. Ikan yang

dikonsumsi perlu memenuhi syarat seperti kondisi ikan harus segar ,

dagingnya masih kenyal, serta matanya tidak berwarna merah.

Pemberian makanan tambahan berupa nugget ikan tamban dapat

meningkatkan pangan lokal yang ada di daerah pantai labu. Pada ikan

tamban 100 gr menyumbang E=112 kkal, P= 20 gr, L=3 gr, KH= 0 gr.

Dalam hal ini anak-anak sebaiknya banyak mengonsumsi tinggi protein

untuk menunjang laju pertumbuhan saat masa remaja kelak. Selain ikan

tamban, ada banyak ikan yang mengandung protein tinggi untuk

pertumbuhan.

Page 87: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

76

PMT ini diberikan pada anak sekolah dasar Rantau Panjang dan

Pematang Biara selama 30 hari berturut-turut. Ikan tamban merupakan

hasil laut yang banyak di pantai labu tetapi kurang diminati karena durinya

yang banyak, dan hanya diolah sebagai lauk saja. Penelitian ini bertujuan

untuk memodifikasi ikan tamban sebagai variasi baru makanan tambahan

untuk pertumbuhan anak sekolah.

Page 88: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

77

Masalah gizi kurang

merupakan salah satu

faktor penyebab kematian

bayi. Keadaan tersebut

secara langsung

disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang

mencukupi gizi balita.

Oleh sebab itu untuk

membantu mencukupi

kebutuhan gizi masyarakat

tentang anak balita,

pemerintah

mengembangkan program

Pemberian Makanan

Tambahan (PMT). PMT

PMT bukan hanya pada

pemberian biskuit saja, pada

penelitian ini PMT yang

diberikan berupa nugget dari

ikan tamban.

Ikan merupakan makanan yang

banyak mengandung protein.

Salah satu komponen gizi yang

terkandung dalam ikan dan

diduga berperan dalam

meningkatkan kecerdasan

adalah kandungan asam lemak

tak jenuh dan DHA. Ikan yang

dikonsumsi perlu memenuhi

syarat seperti kondisi ikan harus

segar , dagingnya masih kenyal,

serta matanya tidak berwarna

merah.

Masalah gizi dapat terjadi pada

setiap siklus kehidupan, dimulai

sejak janin, hingga menjadi bayi,

anak, dewasa sampai usia

lanjut. Saat ini Indonesia

menghadapi masalah gizi ganda

yaitu gizi kurang dalam bentuk

Kurang energy Protein, kurang

vitamin A, Anemia dan

gangguan akibat kurang Iodium

dan gizi lebih berkaitan dengan

timbulnya penyakit degeerative

seperti Diabetes Mellitus,

jantung, hipertensi, dll.

Page 89: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

78

Pemberianmakanan

tambahan berupa nugget ikan

tamban dapat meningkatkan

pangan lokal yang ada di

daerah pantai labu. Pada ikan

tamban 100 gr menyumbang

E=112 kkal, P= 20 gr, L=3 gr,

KH= 0 gr. Dalam hal ini anak-

anak sebaiknya banyak

mengonsumsi tinggi protein

untuk menunjang laju

pertumbuhan saat masa

remaja kelak. Selain ikan

tamban, ada banyak ikan yang

mengandung protein tinggi

untuk pertumbuhan.

PMT ini diberikan

pada anak sekolah dasar

Rantau Panjang dan

Pematang Biara selama 30

hari berturut-turut. Ikan

tamban merupakan hasil

laut yang banyak di pantai

labu tetapi kurang diminati

karena durinya yang

banyak, dan hanya diolah

sebagai lauk saja.

Penelitian ini bertujuan

untuk memodifikasi ikan

tamban sebagai variasi baru

makanan tambahan untuk

pertumbuhan anak sekolah.

Page 90: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

79

Lampiran 7 . Pernyataan Keaslian Skrpisi

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ESTER TELAUMBANUA

NIM : P01031214020

Menyatakan bahwa data data penelitian yang terdapat di Skripsi saya

adalah benar saya ambil dan saya kerjakan. Apabila hal itu tidak benar,

saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian utama saya dibatalkan).

Yang Membuat

Pernyataan,

(Ester Telaumbanua)

Page 91: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

80

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Telaumbanua

Tempat, Tgl Lahir : Tora’a, 23 Oktober 1996

Alamat : Sawo, Nias Utara

No.HP : 082364836850

Riwayat Pendidikan : 1. SD 071033 Hiliduruwa

2. SMP Swasta BNKP Maranata Sawo

3. SMA Negeri 1 Tuhemberua

Hobby : Memasak dan Membaca

Moto : Esok harus lebih baik

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Gizi Ibu dan Pemberian

Makanan Tambahan Berbahan Ikan Tamban

Terhadap Peningkatan Asupan Mikronutrien

(Kalsium dan Seng ) Pada Siswa Kelas 1 Sekolah

Dasar Yang Mengalami Stunting Di Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Page 92: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

81

Lampiran 9. Dokumentasi

Page 93: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

82

Bukti Bimbingan Skripsi

Nama : Ester Telaumbanua

NIM : P01031214020

Judul :Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Makanan

Tambahan Berbahan Ikan Terhadap Asupan

Mikronutrien (Kalsium dan Seng) Pada Siswa Kelas I

SD Yang Mengalami Stunting Di Kecamatan Pantai

Labu Kabupaten Deli Serdang.

Dosen Pembimbing : Dini Lestrina, DCN, M.Kes

No. Tanggal Topik

Bimbingan

Hasil Diskusi T. Tangan

Mahasiswa

Bimbingan

T. Tangan

Dosen

Pembimbing

1. 4 Oct-

2017

Menulis

Penelusuran

Topik

Mendiskusikan

topik penelitian

yang akan diteliti

2. 9 Oct-

2017

Pengembangan

Topik

Pengembangan

topik penelitian

yang telah dipilih

untuk melihat

masalah

3. 12 Oct-

2017

Penetapan

Judul

Menyusun judul

berdasarkan

topik

4. 16 Oct-

2017

Bab I Penulisan

Latar Belakang

Mendiskusikan

latar belakang

yang akan

dibuat menurut

topik yang dipilih

5. 18 Oct-

2017

Perbaikan Bab

I

Mendiskusikan

Bab I yang telah

disusun

Page 94: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

83

6. 20 Oct-

2017

Bab II

Pengembangan

Tinjauan

Pustaka

Mendiskusikan

Penulisan

tinjauan

pustaka

berdasarkan

variabel yang

diteliti

7. 23 Oct-

2017

Bab II

Pengembangan

DO, Kerangka

Teori,

Kerangka

Konsep dan

Hipotesis

Mendiskusikan

penulisan DO,

Kerangka Teori,

Kerangka

Konsep,

dan Hipotesis

sesuai dengan

tinjauan

pustaka yang

dibuat

8. 25 Oct-

2017

Bab III

Pengembangan

Metode

Penelitian

Menulis menulis

metode

penelitian

yang akan

dikerjakan

9. 27 Oct-

2017

Perbaikan Bab

I, II, III

Mendiskusikan

bab I, II, III yang

telah

disusun

10. 30 Oct-

2017

Perbaikan bab

I, II, II, dan

lampiran

Mendiskusikan

bab I, II, III dan

lampiran

yang dibuat

11 25 Jui-

2018

Diskusi

pengolahan

Mendiskusikan

mengolah data

Page 95: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI IBU DAN PEMBERIAN MAKANAN ...

84

data ke SPSS

kemudian

dipindahkan

kemaster tabel

12 27 Juli-

2018

Diskusi

penyusunan

hasil dan

pembahasan

Membahas hasil

penelitian dan

pembahasan

13 03

Agust-

2018

Revisi atau

perbaikan BAB

I – BAB V

Perbaikan BAB I

– BAB V

14 06

Agust-

2018

Perbaikan BAB

IV- BAB V

Menambah

kekurangan

BAB IV - BAB V

15. 07 Agst

2018

Merapikan

skripsi dari BAB

I – BAB V dan

lampiran

Memfixkan isi

skripsi dan

lampiran

16. 15 Agst

2018

Perbaikan isi

skripsi

Perbaikan isi

skripsi setelah

sidang skripsi

17. 16 Agst

2018

Perbaikan isi

skripsi

Memfixkan isi

skripsi serta

lampirannya.