PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA...
Transcript of PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA...
PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG
SEDERHANA TERHADAP PROSES KETERAMPILAN SAINS
PESERTA DIDIK PADA KONSEP ALAT OPTIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TAMMY PERMANA
NIM 1112016300059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
TAMMY PERMANA (1112016300059), Pengaruh Pembuatan Teropong
Bintang Sederhana Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada
Konsep Alat Optik. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Tidak tersedianya alat teropong bintang di sekolah sebagai alat peraga optik,
menghambat kemampuan: mengamati, menafsirkan, mengelompokkan,
meramalkan, merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep peserta didik.
Perlakuan yang dilakukan adalah membantu sekolah dalam menyediakan dan
membimbing peserta didik dalam mengeksplorasi alat tersebut. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Penelitian ini
dilaksanakan di MA Negeri 7 Jakarta Selatan pada kelas eksperimen dan kontrol
yang masing-masing berjumlah 33 orang selama 6 minggu. Sampel ditentukan
secara purposive. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dan
non tes berupa angket. Hasil instrumen tes dianalisis secara kuantitatif, dan data
hasil instrumen non tes dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan penelitian adalah
terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan
proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Hal ini didasarkan pada hasil uji
hipotesis (uji Mann-Whitney) terhadap data posttest. Sig.(2-tailed) sebesar 0,018,
pada taraf signifikansi 0,05, sehingga hipotesis alternatif (Hi) diterima. Terdapat
peningkatan kemampuan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Peningkatan kemampuan keterampilan proses sains kelas
eksperimen meningkat pada kategori sedang (0,47) dan kelas kontrol pada
kategori sedang (0,34). Respon peserta didik terhadap pembuatan teropong
bintang sederhana adalah hampir semua tertarik.
Kata Kunci: Pembuatan Teropong Bintang Sederhana, Purposive Sampling,
Keterampilan Proses Sains, Angket, Konsep Alat Optik
v
ABSTRACT
TAMMY PERMANA (1112016300059), The Influence Of Making Simple Star
Binoculars To The Skills Of The Science Process Of Learners On The Optical
Concept Tool. Undergraduate Thesis of Physics Education Program, Science
Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.
The unavailability of star binoculars in schools as optical props, impedes the
ability to observe, interpret, group, predict, plan experiments, and apply the
concepts of learners. The treatment is to assist the school in providing and
guiding learners in exploring the tool. The purpose of this research is to know the
effect of making simple star binoculars to the students' science process skill on the
concept of optical tool. This research was conducted in MA Negeri 7 South
Jakarta in experiment and control class which each amounted to 33 people for 6
weeks. The sample is determined purposively. The instruments used are multiple-
choice objective test and non-test questionnaire. The results of the test instrument
were quantitatively analyzed, and the nontest instrument result data was analyzed
qualitatively. The conclusion is there is the influence of making simple telescope
toward science process skills of students in the concept of optical devices. This is
based on the results of the hypothesis test (Mann-Whitney test) on posttest data.
Sig. (2-tailed) of 0.018, at the 0.05 significance level, so the alternative hypothesis
(Hi) is accepted. There is an increased ability of science process skills in the
experimental class and control class. Improvement of experimental science
process skill skills increased in medium category (0,47) and control class in
medium category (0,34). The respone of learners to making simple star binoculars
is almost all interested.
Keywords: Simple Star Binoculars, Purposive Sampling, Science Process Skills,
Questionnaire, Optical Tools Concepts
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta nikmat yang tidak pernah putus
hamba-hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa berada dalam lindungan ALLAH SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembuatan
Teropong Bintang Sederhana terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik pada Konsep Alat Optik”.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima
kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan waktu, arahan, bimbingan, dan penuh kesabaran kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh dosen staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Bapak Drs, Trisnadian, M.Pd selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 7
Jakarta Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
7. Bapak Teguh Priyanto, M.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kelas XI MIA
yang telah membimbing penulis selama penelitian berlangsung.
vii
8. Dewan guru, staff, karyawan, dan peserta didik-siswi kelas XI MIA
Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta Selatan yang telah memberikan bantuan
kepada penulis selama penelitian.
9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Purgiwanto yang
tidak pernah lelah berjuang dan berkorban demi anaknya, Ibunda Etty
Suharyaty yang selalu sabar mendidik anaknya, menerima keluh kesah, suka
dan duka. Kakak kesayangan Penny Susanti, A.Md dan Noeh Adyatna, S.E.
selalu memberi semangat dan dorongan sehingga skripsi ini dapat selesai.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan fisika angkatan 2012, terima kasih sudah
menjadi bagian keluarga yang selalu ceria, kakak kelas dan adik kelas Fisika
yang telah memberi bantuan, inspirasi, dan motivasi.
11. Sahabat-sahabat keluarga komunitas Gamma Astronomy Club (GAC) dan
Keluarga Asisten Laboratorium Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu menjadi keluarga, memberikan bantuan, inspirasi, dan
motivasi.
12. Rovi Afriana, S.Pd. yang selalu menemani, memberi bantuan, memberi
semangat, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulis selanjutnya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini, semoga apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat
dan berguna bagi kita semua.
Jakarta, Mei 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............... 6
A. Deskriptif Teoritik ............................................................................ 6
1. Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran ........................................ 6
2. Keterampilan Proses Sains ............................................................... 12
3. Definisi Alat Optik ........................................................................... 21
4. Definisi Astronomi ........................................................................... 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 33
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 35
D. Pernyataan Penelitian ........................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 37
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 37
C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 38
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 40
ix
E. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 41
G. Instrumen Penelitian ......................................................................... 42
1. Tes Keterampilan Proses Sains ......................................................... 42
2. Instrumen Nontes (angket respon) .................................................... 49
H. Teknik Analisis Data Tes dan Nontes .............................................. 50
1. Teknik Analisis Data Tes .................................................................. 50
2. Teknik Analisis Data Nontes ............................................................ 55
I. Hipotesis Statistika ........................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 58
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 58
1. Kemampuan Awal Keterampilan Proses Sains Sebelum
Pemberian Perlakuan ........................................................................ 58
2. Kemampuan Akhir Keterampilan Proses Sains Setelah
Pemberian Perlakuan ......................................................................... 62
3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik (N-gain)
per indikator Keterampilan Proses Sains ........................................... 65
4. Hasil Analisis Angket ........................................................................ 67
5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ................................................. 68
6. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 78
A. Kesimpulan ....................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat dan bahan teropong bintang sederhana ............................ 12
Gambar 2.2 Bagian-bagian mata ................................................................. 21
Gambar 2.3 Akomodasi mata ....................................................................... 23
Gambar 2.4 Jangkauan penglihatan.............................................................. 24
Gambar 2.5 Rabun jauh ................................................................................ 25
Gambar 2.6 Rabun dekat ............................................................................. 26
Gambar 2.7 Bagian-bagian kamera .............................................................. 27
Gambar 2.8 Lup ........................................................................................... 28
Gambar 2.9 Bagian-bagian mikroskop ......................................................... 29
Gambar 2.10 Diagram sinar pembentukan bayangan pada mikroskop ......... 29
Gambar 2.11 Bagian-bagian teropong ........................................................... 31
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong .................................... 31
Gambar 2.13 Pembentukan bayangan pada teropong bumi untuk
mata tak berakomodasi ............................................................ 32
Gambar 3.1 Prosedur penelitian .................................................................. 40
Gambar 4.1 Diagram distribusi frekuensi kemampuan awal
keterampilan proses sains peserta didik kelas kontrol dan
kelas eksperimen ..................................................................... 58
Gambar 4.2 Kemampuan awal KPS kelas kontrol dan kelas
eksperimen per indikator ......................................................... 61
Gambar 4.3 Diagram distribusi frekuensi kemampuan akhir
keterampilan proses sains peserta didik kelas
kontrol dan kelas eksperimen .................................................. 62
Gambar 4.4 Kemampuan Akhir KPS Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen Per Indikator ........................................................ 64
Gambar 4.5 Grafik peningkatan hasil keterampilan proses sains
peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen ................... 66
Gambar 4.6 Persentase angket respon peserta didik terhadap
pembuatan teropong bintang sederhana .................................. 68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator ..................................... 17
Tabel 3.1 Desain penelitian nonequivalent control group design ................ 38
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen keterampilan proses sains ............................. 42
Tabel 3.3 Kategori validitas .......................................................................... 44
Tabel 3.4 Kriteria koefisien korelasi ............................................................ 44
Tabel 3.5 Hasil uji validitas instrumen tes ................................................... 44
Tabel 3.6 Kategori content validity index (CVI) .......................................... 46
Tabel 3.7 Hasil uji validitas konstruk ........................................................... 46
Tabel 3.8 Kriteria koefisien reliabilitas ........................................................ 47
Tabel 3.9 Hasil uji reliabilitas ...................................................................... 47
Tabel 3.10 Klasifikasi tingkat kesukaran ....................................................... 48
Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ........................................................ 48
Tabel 3.12 Daya pembeda .............................................................................. 48
Tabel 3.13 Hasil uji daya pembeda ................................................................ 49
Tabel 3.14 Kisi-kisi instrumen nontes (angket) ............................................. 50
Tabel 3.15 Uji validasi instrumen nontes (angket).......................................... 50
Tabel 3.16 Kriteria Penilaian tes KPS ............................................................ 55
Tabel 3.17 Skala penilaian angket .................................................................. 55
Tabel 3.18 Interpretasi persentase angket ...................................................... 56
Tabel 4.1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data skor pretest kelas kontrol
dan kelas eksperimen ................................................................... 59
Tabel 4.2 Perbandingan skor pretest kemampuan awal keterampilan
proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol .......................................................................................... 60
Tabel 4.3 Ukuran pemusatan dan penyebaran data skor posttest kelas kontrol
dan kelas eksperimen ................................................................... 63
Tabel 4.4 Perbandingan skor posttest kemampuan akhir keterampilan
proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol .......................................................................................... 64
xii
Tabel 4.5 Nilai N-gain per indikator keterampilan proses sains
kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 66
Tabel 4.6 Respon ketertarikan peserta didik terhadap pembuatan
teropong bintang sederhana ........................................................... 68
Tabel 4.7 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 69
Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol ................................................................................. 70
Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji hipotesis pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran .................................................... 83
A1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan ............. 84
A2 Lembar Observasi Pembelajaran pada Studi Pendahuluan .... 86
A3 RPP Kelas Kontrol ................................................................ 87
A4 RPP Kelas Eksperimen ......................................................... 136
LAMPIRAN B Instrumen Penelitian .......................................................... 191
B1 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ............ 192
B2 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ................................. 220
B3 Instrumen Tes Setelah Uji Coba ........................................... 226
B4 Angket Respon Belajar Fisika .............................................. 238
B5 Uji Validasi Instrumen Nontes ............................................. 240
B6 Perhitungan Validitas Ahli Konstruk .................................... 241
B7 Perhitungan Validitas Ahli Materi ........................................ 246
B8 Lembar Validitas Ahli Isi Instrumen Tes .............................. 251
LAMPIRAN C Analisis Hasil Penelitian .................................................... 252
C1 Hasil Pretest ......................................................................... 253
C2 Hasil Posttest ........................................................................ 255
C3 Hasil olah data per indikator keterampilan proses sains ...... 257
C4 Uji normalitas hasil pretest .................................................. 281
C5 Uji normalitas hasil posttest .................................................. 283
C6 Uji homogenitas hasil pretest ............................................... 285
C7 Uji homogenitas hasil posttest ............................................. 286
C8 Uji hipotesis hasil pretest ..................................................... 287
C9 Uji hipotesis hasil posttest .................................................... 288
C10 Hasil peningkatan per indikator keterampilan proses sains 289
C11 Data hasil angket respon peserta didik ................................ 301
xiv
LAMPIRAN D Surat-Surat Penelitian ....................................................... 301
D1 Surat izin observasi .............................................................. 304
D2 Surat izin penelitian ............................................................. 305
D3 Surat keterangan penelitian .................................................. 306
D4 Uji referensi ......................................................................... 307
D5 Daftar riwayat hidup ............................................................ 313
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran fisika di sekolah-sekolah masih bersifat informatif.
Kegiatan pembelajaran cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu
pengetahuan dari guru ke peserta didik sehingga peserta didik belum terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.1 Fakta pembelajaran fisika di sekolah
menurut salah satu guru fisika Madrasah Aliyah di wilayah Jakarta, guru hanya
memberikan materi melalui media digital dan memberikan tugas rumah yang
bersifat hanya informatif bagi peserta didik. Keadaan seperti ini, akan mengurangi
keterampilan proses sains dan akan berampak kurangnya kemampuan
keterampilan proses sains peserta didik.
Pembelajaran fisika memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik bagi peserta didik. Kemampuan tersebut bermanfaat bagi
peserta didik dalam kehidupan di masyarakat. Beberapa kemampuan tersebut
sebagian sudah dilatih atau diajarkan oleh para guru, namun masih kurang.
Keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat lebih banyak
kepada kemampuan psikomotorik. Sekolah baru mengajarkan keterampilan:
observasi, mengelompokkan, menafsirkan, memprediksi dan menerapkan materi.2
Keterampilan proses sains membantu peserta didik dalam memecahkan
permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
Keterampilan proses sains harus tersusun menurut urutan logis sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Alasannya, yaitu agar peserta didik dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
1 Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Pada Peserta didik Pada Konsep Getaran Dan Gelombang”, Skripsi
Sarjana Strata Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 3, tidak dipublikasikan. 2 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.
2
mengorganisasikan. Keunggulan dari keterampilan proses sains peserta didik
dapat terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman dan melatih untuk bertanya maupun terlibat lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains
peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep
serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.3
Kegiatan psikomotorik pada pelajaran fisika biasanya dilakukan melalui
praktikum. Hasil observasi di Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta menyatakan
bahwa guru tidak menggunakan metode praktikum pada materi yang sebetulnya
dapat dipraktikumkan, salah satunya pada materi alat optik (teropong bintang).
Guru jarang sekali mengaitkan materi alat optik (teropong bintang) dengan ilmu
astronomi, padahal ilmu astronomi merupakan ilmu yang berhubungan dengan
benda-benda angkasa yang terdiri dari berbagai hal yang ada dalam alam semesta,
seperti matahari, planet-planet, satelit, komet dan nebula. Kegiatan praktikum
sebenarnya melatih keterampilan proses sains kepada peserta didik. Sesuai dengan
tujuan mata pelajaran fisika di SMA/MA yaitu mengembangkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Peserta didik harus
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.4 Kegiatan praktikum atau kegiatan
yang menunjang keterampilan proses sains peserta didik jarang atau sama sekali
tidak dilaksanakan karena keterbatasan alat dan waktu pada sekolah tersebut.
Dampak dari jarang atau tidak sama sekali dilaksanakannya kegiatan tersebut,
berdampak pada rendahnya kemampuan keterampilan proses sains peserta didik
tersebut.
Kegiatan praktikum observasi benda langit tidak pernah dilakukan oleh
peserta didik. Salah satu kendalanya adalah tidak dimilikinya teropong bintang
oleh sekolah dan ini terjadi secara umum di beberapa sekolah. Pengaruh terhadap
peserta didik, akan menghambat perkembangan keterampilan proses sains pada
materi optik khususnya pada konsep teropong bintang. Kemudian, tidak akan
3 Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia 1992), Hal.18
4 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA dan
MA. Jakarta. 2003. h .7
3
membantu peserta didik dalam membentuk konsep sendiri dan kurang maksimal
dalam mengembangkan dirinya sendiri pada taraf perkembangan berpikir konkret.
Jika terus dibiarkan akan mempengaruhi kemampuan keterampilan proses sains
peserta didik pada materi optik khususnya konsep teropong bintang.5
Pembuatan teropong bintang sederhana berikut aktivitas pengamatan
merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan dan ketersediaan fasilitas
sekolah dalam memenuhi kebutuhan alat praktikum dan mengembangkan
keterampilan proses sains. Teropong bintang yang dibuat secara mandiri dapat
membantu guru-guru dalam mengatasi terbatasnya alat-alat praktikum khususnya
pada konsep teropong bintang. Kegiatan ini dapat memberikan peserta didik
pengalaman langsung dan mengintegrasikan pengetahuan maupun keterampilan
yang dimiliki peserta didik. Kemudian, dapat membantu guru dalam usaha
mengembangkan keterampilan proses sains pada peserta didik.6 Lalu, membantu
peserta didik memahami proses-proses keterampilan sains dalam hal ini proses
pembuatan teropong bintang sederhana dan membantu juga mengembangkan
kreativitas peserta didik. Media yang dihasilkan dalam penelitian ini akan
berfungsi sebagai media khususnya pengamatan benda langit. Kemudian, lebih
ditekankan pada proses pembuatan teropong bintang sederhana dari alat dan
bahan sampai hasil akhir yang berupa teropong bintang sederhana dan pada
pengembangan keterampilan proses sains. Media yang dibuat diharapkan akan
meningkatkan kemampuan proses sains peserta didik.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pembuatan Teropong Bintang Sederhana terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Konsep Alat Optik”.
Diharapkan dapat meningkatkan daya tarik peserta didik, menambah pengetahuan
tentang pembuatan teropong bintang sederhana, meningkatkan minat belajar
peserta didik, serta meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains peserta
didik.
5 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.
6 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
terdapat beberapa masalah, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan keterampilan proses sains pada peserta didik.
2. Kurangnya kegiatan praktikum khususnya pada alat optik dalam
pembelajaran di kelas.
3. Keterbatasan dan ketersediaan alat teropong bintang di sekolah.
4. Peserta didik belum mampu memanfaatkan kemampuan dalam membuat
teropong bintang sederhana.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian akan dibatasi sebagai berikut:
1. Konsep yang diteliti dari materi alat-alat optik yaitu konsep teropong bintang.
2. Teropong bintang adalah sebuah jenis peralatan yang digunakan untuk
membantu pengindraan jauh guna mengamati keberadaan benda-benda yang
ada di angkasa.
3. Pembuatan teropong bintang sederhana ini, alat dan bahan sudah di siapkan.
4. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: observasi
(mengamati), interpretasi (menafsirkan), klasifikasi (mengelompokkan),
prediksi (meramalkan), merencanakan percobaan (penelitian), dan
menerapkan konsep.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
keterampilan proses sains peserta didik?
2. Apakah terdapat peningkatan keterampilan proses sains peserta didik pada
konsep alat optik?
3. Bagaimana respon peserta didik tersadap pembuatan teropong bintang
sederhana?
5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan
kepraktisan praktikum pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
peningkatan kemampuan keterampilan proses sains peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi
semua pihak, antara lain:
a. Bagi peserta didik, dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi
alat-alat optik serta mengembangkan proses keterampilan sains peserta didik.
b. Bagi guru dan sekolah, dapat memberikan informasi tentang metode
eksperimen sebagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik.
c. Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan dan informasi dalam menggunakan
praktikum pembuatan teropong bintang sederhana untuk meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
a. Pengertian Alat Peraga
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian.
7 Media dalam pembelajaran mengandung komponen-komponen
komunikasi pembelajaran terdiri dari komunikator, komunikasi, pesan, dan media.
Media atau medium adalah perantara segala sesuatu yang terletak di tengah dalam
bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau
penghubung dua pihak atau dua hal. Penggunaan media atau alat bantu disadari
oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas, terutama dalam membantu peningkatan prestasi
belajar.
Jenis media pembelajaran sangat banyak dan beranekaragam, tidak ada
satu pun media yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap
media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, guru
perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakteristik masing-masing. Salah
satu contoh dari media pembelajaran adalah alat peraga.
Menurut Edtiningsih, alat peraga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sementara
Sanaky mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan
dalam pembelajaran untuk memperagakan materi pembelajaran.8
Alat peraga adalah suatu alat, biasanya tidak dalam bentuk perangkat (set)
yang jika digunakan dapat membantu, memudahkan, dan memahami suatu konsep
7 Arief S. Sudirman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.11-12.
8 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2012, h.12.
7
secara tidak langsung. Dikatakan tidak langsung karena pembelajaran
menggunakan alat peraga dapat membantu peserta didik memahami suatu konsep
8
tanpa harus melihat objek secara langsung. Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas, ruang lingkup (scope) alat peraga lebih sempit dari pada lingkup media
pembelajaran dan sumber belajar. Tidak semua jenis media pembelajaran dapat
difungsikan sebagai alat peraga, akan tetapi semua alat peraga sudah pasti
merupakan media pembelajaran.9
Berdasarkan berbagai definisi, mengenai alat peraga, maka dapat
disimpulkan bahwa alat merupakan alat bantu yang dapat membantu dan
memperjelas penyampaian konsep sebagai perantara atau visualisasi nya sehingga
peserta didik dapat memahami konsep yang membutuhkan visual stik yang
mewakili benda sesungguhnya dengan bantuan benda-benda konkrit.
b. Macam-macam Alat Peraga
Berdasarkan fungsinya, yaitu untuk membantu dan memperagakan sesuatu
proses pendidikan dan pengajaran, maka alat peraga dibagi menjadi empat
macam, yaitu:10
1) Alat yang diproyeksikan, misal slide, film-film strip, dan sebagainya.
2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan, yaitu:
a) Dua dimensi, misalnya gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan seterusnya.
3) Alat bantu dengar (Audio Aids)
Alat bantu dengar yaitu alat yang dapat membantu menstimulus indra
pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pengajaran, seperti
piringan hitam, radio, dan sebagainya.
4) Alat bantu liat-dengar (Audio Visual Aids)
Alat bantu liat-dengar pendidikan ini lebih dikenal Audio Visual Aids (AVA),
misalnya televise dan video cassette. Di samping itu, alat peraga juga dapat
dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatan dan penggunaan, yaitu:
9 Ibid., h.13.
10 Riah Elsa, Pengaruh Alat Peraga Sederhana Six In One Terhadap Hasil Belajar
Peserta didik Pada Konsep Fluida Statis, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.7.
tidak diterbitkan
9
a) Alat peraga yang compilated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b) Alat peraga sederhana yang mudah diperoleh seperti bambu, karton,
kertas karton dan sebagainya.
Menurut Snaky alat peraga terbagi menjadi tiga kelompok. Adapun
pengelompokan tersebut berdasarkan dari fungsi alat peraga itu sendiri, yaitu
antara lain:11
1) Alat peraga langsung, yaitu objek sederhana (real object) yang dibawa
langsung ke kelas atau berkunjung ke lokasi dan digunakan untuk
menjelaskan materi dengan memperagakan atau menunjukkan kepada peserta
didik.
2) Alat peraga tak langsung, objek tiruan (model, miniature, foto, dan lain-lain)
yang digunakan untuk memperagakan materi ajar di kelas.
3) Peragaan, berupa kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh pengajar di
kelas untuk mendemonstrasikan suatu materi ajar yang sifatnya psikomotorik,
contohnya peragaan bagaimana orang berwudu, solat, gerakan senam,
membaca puisi, dan lain-lainnya.
c. Syarat-syarat Alat Peraga
Alat peraga dapat berupa alat riil, gambar, atau diagram. Keuntungan alat
peraga adalah dapat dipindah-pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan
kelemahannya tidak dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu, di
samping mengetahui alat peraga apa yang akan digunakan seorang guru juga
harus terampil membuat dan mengembangkan alat peraga. Berikut beberapa hal
yang penting diperhatikan sebagai syarat dalam pembuatan dan mengembangkan
alat peraga, antara lain:12
1) Keterkaitan dengan bahan ajar.
2) Nilai pendidikan.
3) Ketahanan alat (tahan lama).
11
Asyhar, op.cit., h. 13-14. 12
Tim Penyusun modul, Modul Panduan Pembuatan Alat Peraga Fisika Sederhana
untuk SMA, Jurnal Radiasi, 2011, h.12-14.
10
4) Nilai presisi (ketepatan pengukuran).
5) Efisiensi Penggunaan alat (mudah digunakan, dirangkaikan, dan dijalankan).
6) Keamanan bagi peserta didik.
7) Estetika (menarik)
8) Mudah disimpan.
d. Manfaat Alat Peraga
Alat peraga memiliki fungsi untuk mempermudah peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran.13
Dengan alat peraga peserta didik tidak hanya
mendengar, tetapi melihat, meraba, merasa sehingga materi yang bersifat abstrak
akan mudah dipahami oleh peserta didik dengan bantuan alat peraga. Pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari rangsangan alat indra ini akan mudah diingat
kembali dan lebih tahan melekat pada ingatan peserta didik. Hal tersebut
diperkuat oleh Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Edgar
Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari paling konkrit ke
paling abstrak. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa
banyak indra yang terlibat di dalamnya.14
Sudjana dan Rivai mengemukakan bahwa manfaat alat peraga dalam
pembelajaran, antara lain:15
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh
peserta didik dan memungkinkan peserta didik mengusai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.
4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati,
mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
13
Asyhar, op.cit. h. 13. 14
Yudi Munandi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.18. 15
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Biru Algesindo,
2010), h.2.
11
Menurut Nana Sudjana, alat peraga memiliki fungsi dalam proses belajar
mengajar antara lain:16
1) Penggunaan proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan
situasi belajar mengajar yang efektif.
2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur
yang harus dikembangkan oleh guru.
3) Alat peraga dalam pengajaran penggunanya integral dengan tujuan dan isi
pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga
harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-semata alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih
menarik perhatian.
5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap
pengertian yang diberikan guru.
6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
proses belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga,
hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga
pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Nana Sudjana mengemukakan nilai-nilai media pengajaran (alat peraga)
adalah:17
1) Dengan bantuan alat peraga guru dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata
untuk berpikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2) Dengan bantuan alat peraga guru dapat meletakkan dasar untuk
perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
3) Dengan bantuan alat peraga guru juga dapat memperbesar minat perhatian
peserta didik untuk belajar.
16
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru
Algensindo, 2002), h. 99-100. 17
Ibid., h. 100.
12
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap peserta didik.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna.
Jadi, kesimpulan mengenai manfaat alat peraga dalam proses pembelajaran
adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi dan juga dapat
meningkatkan perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar. Interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya dan
kemungkinan peserta didik belajar sendiri sesuai dengan kemampuan minatnya.
e. Pengertian Alat Peraga Teropong Bintang Sederhana
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang
peneliti buat sendiri, dengan menghubungkan konsep-konsep yang berkaitan
dengan materi teropong bintang. Teropong bintang sederhana menggambarkan ini
sebuah alat yang mewakili konsep alat optik. Alat dan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
13
Gambar 2.1 Alat dan bahan teropong bintang sederhana
Pembuatan teropong dalam prosesnya harus sediakan alat dan bahan seperti
gambar. Proses penyusunannya dimulai menyiapkan pipa yang sesuai desain yang
diinginkan, kemudian cocokkanlah kepada paralon untuk membuat okuler nya,
kemudian siapkan salah satu sambungan pipa untuk dicocokkan dengan lensa
objektif, lalu susun sesuai ukuran dari lensa objektif sampai dengan lensa okuler
dengan berbantuan double tape untuk menyempurnakan pengaturan teropong
bintang sederhana. Teropong sederhana ini bisa menghasilkan perbesaran 5 kali
ketika di uji coba oleh peserta didik.
2. Keterampilan Proses Sains (KPS)
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks
yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses juga
merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang apabila akan melakukan penelitian.
14
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan
dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu
yang baru.18
Keterampilan tersebut sesungguhnya telah ada dalam diri peserta
didik maka tugas guru lah untuk mengembangkan keterampilan baik intelektual,
sosial maupun fisik melalui kegiatan pembelajaran.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakukan keterampilan proses peserta didik menggunakan
pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena
mungkin peserta didik melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,
penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan proses diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
mendasar dalam peserta didik agar mampu menemukan perolehannya.
Pembelajaran dilaksanakan melalui komunikasi timbal balik melalui tanya jawab,
diskusi atau kerja kelompok. Peserta didik perlu dilatih untuk selalu bertanya,
berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah,19
sehingga peserta didik terbiasa berpikir dan bertindak secara
kreatif dalam menghadapi suatu masalah.
Menurut Rustaman, keterampilan proses melibatkan keterampilan-
keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif
atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses peserta didik
menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat
dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial
dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses peserta didik berinteraksi
dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berpikir
dalam sains, fisika misalnya, adalah keterampilan-keterampilan proses. Semiawan
18
Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Peserta didik dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986). H.17. 19
Ibid., h.15.
15
menyatakan bahwa keterampilan adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu
yang baru.20
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta
dan serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.21
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
proses adalah keterampilan fisik dan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dapat diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, dan akhirnya akan terjadi
akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau
dikembangkan, serta akan menimbulkan sikap dan nilai yang diperlukan dalam
penemuan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran dengan keterampilan proses merupakan suatu cara mengajar
yang menitik beratkan pada pengembangan keterampilan-keterampilan perolehan
yang pada gilirannya akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.22
b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses yang dapat
dikembangkan dalam diri peserta didik. Keterampilan-keterampilan tersebut
terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan
terintegrasi (integrated skills).
Menurut Yew Mei bahwa keterampilan dasar dalam keterampilan proses
merupakan dasar dari keterampilan terintegrasi yang pada umumnya lebih
kompleks dalam memecahkan suatu permasalahan dalam suatu eksperimen.23
20
Ibid. 21
Ibid., h.18. 22
Ibid. 23
Grace Teo Yew Mei, Promotion Science Process Skills and The Relevance of Science
Through Science Alive Programme, dalam Proceeding of Redesigning Pedagogy: Culture,
Knowledge and Understanding Conference, Singapore May 2007, h.2.
16
Dari kedua ungkapan di atas diperoleh bahwa keterampilan-keterampilan
dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengobservasi, menginterpretasi,
mengklasifikasi, memprediksi, merencanakan percobaan, dan menerapkan
konsep.
Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama
lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam
masing-masing keterampilan proses tersebut.24
Keterampilan proses yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan (observasi)
Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan
proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang
waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Dalam
pendidikan IPA, pengembangan keterampilan proses sains harus memungkinkan
peserta didik dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan seluruh panca
inderanya.
2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan
bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan
pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.
Sedangkan inferensi adalah kesimpulan sementara terhadap data hasil observasi.
Bahkan, merupakan penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.
3) Mengelompokkan (klasifikasi)
Dasar keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati.
Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan,
membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.
4) Meramalkan (prediksi)
24
Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri
Malang, 2005), h.78.
17
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan
mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu
kecenderungan atau pola data yang sudah ada.
5) Berkomunikasi
Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan
kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini
bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis
komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial.
6) Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan
perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi
didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif,
maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan
metode deduktif.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Keterampilan ini meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan yang
diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu dalam lembar kerja peserta
didik (LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat dan bahan yang diperlukan.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menggunakan konsep-
konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan
konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada
pemecahan soal-soal baru.
9) Mengajukan pertanyaan
Keterampilan ini sebenarnya merupakan keterampilan mendasar yang
harus dimiliki peserta didik sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.
Keberanian peserta didik untuk bertanya, harus ditumbuhkan guru dalam setiap
pembelajaran.
10) Keterampilan menyimpulkan
Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan di atas menjadi kurang
begitu bermakna bagi hasil belajar peserta didik, terutama dalam hal penguasaan
18
konsep, apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi
dari serangkai hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan, tetapi perlu diingat
bahwa untuk peserta didik pada pendidikan dasar, kesimpulan yang dibuat harus
dibimbing guru secara proporsional sesuai tingkat usia mereka hingga pada
akhirnya menyimpulkan secara mandiri.25
Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:
1) Observasi atau pengamatan: observasi mencakup perhitungan, pengukuran,
klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu.
2) Pembuatan hipotesis
3) Perencanaan penelitian/eksperimen.
4) Pengendalian variabel.
5) Interpretasi data.
6) Menyusun kesimpulan sementara (inferensi).
7) Meramalkan (prediksi).
8) Menerapkan (prediksi).
9) Mengomunikasikan.26
Setiap kemampuan pada keterampilan proses sains memiliki indikator
yang berbeda. Adapun indikator pada setia kemampuan keterampilan proses sains
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator27
No. Kemampuan Keterampilan
1. Observasi Menggunakan sebanyak mungkin indera
Menggunakan fakta relevan
2. Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan
Mencari perbedaan/persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar pengelompokan
Menghubungkan hasil pengamatan
3. Interpretasi Menghubungkan hasil pengamatan
Menemukan pola dalam satu seri pengamatan
25
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009). H.54. 26
Conny Semiawan, op.cit., Hal.18. 27
Nuryani Rustaman, op.cit.
19
No. Kemampuan Keterampilan
Menyimpulkan
4. Prediksi Menggunakan pola/hasil pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
5. Mengajukan
Pertanyaan Bertanya apa, bagaimana, mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan
6. Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti
7. Merencanakan
Percobaan Menentukan alat/bahan yang digunakan
Menentukan variabel/faktor penentu
Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan
dicatat
8. Menggunakan
Alat/Bahan Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan
alat/bahan
Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan
9. Menerapkan Konsep Menerapkan konsep pada situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi
10. Berkomunikasi Memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel/grafik/diagram
Menyampaikan laporan sistematis
Menjelaskan hasil percobaan
Membaca grafik
Mendiskusikan hasil kegiatan
11. Eksperimentasi
c. Kelebihan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan
Keterampilan Proses Sains
Zulfiani dkk menjelaskan beberapa alasan keterampilan proses sains
diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:
1. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Memberi bekal peserta didik untuk membentuk konsep sendiri dan cara
bagaimana mempelajari sesuatu.
3. Membantu peserta didik mengembangkan dirinya sendiri.
20
4. Sangat membantu peserta didik yang masih berada pada taraf perkembangan
berpikir konkrit.
5. Mengembangkan kreativitas peserta didik.28
d. Kekurangan dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan Keterampilan
Proses Sains
Alasan kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
keterampilan proses sains yang sering dikemukakan oleh guru pada umumnya
adalah:
1. Bahan pengajaran yang terlalu padat sehingga tidak sempat untuk
mengajarkan dengan menggunakan keterampilan proses tersebut.
2. Alat-alat untuk melakukan kegiatan sains tidak ada atau tidak memadai.
3. Guru sendiri kurang memahami dengan baik apa artinya keterampilan proses
yang dimaksud dan bagaimana melakukannya.
4. Soal-soal latihan, seperti Ujian Akhir Semester (UAS) atau Ujian Akhir
Nasional (UAN) hampir tidak pernah memunculkan soal-soal yang mengukur
keterampilan proses.
e. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Fisika
Fisika dan pembelajaran fisika tidak hanya sekedar pengetahuan yang
bersifat ilmiah saja melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang
menjadi bagian fisika. Dimensi dalam fisika dan pembelajaran fisika tersebut
dibedakan menjadi tiga dimensi. Dimensi pertama, adalah muatan sains (content
of science) yang berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi
inilah yang menjadi objek kajian ilmiah manusia. Dimensi kedua, sains adalah
proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivitas sains.
Proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa
disebut dengan keterampilan proses sains (Science Process Skills).
28
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009). H.51-52.
21
Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika
mengerjakan aktivitas-aktivitas sains, keterampilan ini juga dapat diterapkan
dalam kehidupan kita sehari-hari, karena kita menemukan persoalan-persoalan
keseharian dan kita harus mencari jawabannya. Jadi, mengajarkan keterampilan
yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan keseharian mereka.
Dimensi ketiga dari sains merupakan dimensi yang terfokus pada
karakteristik sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan
seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi
untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap lain yang
juga harus dimiliki seorang ilmuwan adalah sikap menghargai terhadap metode-
metode dan nilai-nilai di dalam sains. Metode-metode sains yang dimaksud di sini
meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menggunakan bukti-bukti,
kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang data yang diperoleh, dan
memahami bahwa pengetahuan ilmiah dan teori-teori berubah sepanjang waktu
selama informasi-informasi yang lebih banyak dan lebih baik diperoleh.
Keterampilan proses sains peserta didik perlu dikembangkan dalam
pembelajaran IPA khususnya fisika. Seperti yang sudah dipaparkan di atas,
dengan mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik mampu
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses sains dapat
mengembangkan tujuh kemampuan dasar peserta didik, yaitu kemampuan
berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam melakukan
pengamatan/penemuan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
menggunakan panca indera dengan efektif, kemampuan dalam membangun relasi
yang baik dengan teman, dan kemampuan berkomunikasi.29
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Lembar Kegiatan Peserta didik
(LKS) pembuatan teropong bintang sederhana untuk mengembangkan
keterampilan proses sains peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Fethiya Karsli, secara ilmiah mendidik peserta didik agar menjadi lebih kreatif
29
Davut Hotaman, 2008, The Examination Of The Basic Skill Levels Of The Students In
Accordance With The Perceptions Of Teacher, Parents And Students, Yildiz Technical University,
Faculty of Education, Istanbul, Turkey.
22
bisa dengan cara meningkatkan keterampilan proses sains nya dalam
pembelajaran sehari-hari. Guru memiliki peran penting untuk melaksanakan
pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses sains melalui aktivitas
belajar.30
Sehingga penggunaan LKS pembuatan teropong bintang sederhana
dalam pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses sains peserta
didik perlu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA yang menuntut peserta
didik untuk dapat menjadi lebih aktif dan kreatif.
3. Definisi Alat Optik
Alat optik adalah alat-alat yang langkah percobaannya memanfaatkan
prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya.31
Pada kurikulum 2013 alat optik ini
dipelajari pada kelas X semester genap. Alat optik terdiri dari mata, kamera, lup,
mikroskop, teropong dan periskop. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-
masing bagian tersebut.
a. Mata
Mata merupakan salah satu alat indra yang sangat berharga. Dengan mata
kita dapat melihat semua pemandangan yang ada di sekitar kita. Selain sebagai
alat indera mata juga merupakan alat optik yang tidak dapat bisa di buat oleh
manusia. Pada kajian alat optik mata akan dibahas mengenai anatomi dan optika
mata. Berikut ini adalah pembahasan dari kajian tersebut.
1). Anatomi Mata
Diagram sederhana mata ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
30
Fethiye Karsli, 2009, Developing worksheet Based On Science Process Skills: Factors
Affecting Solubility, Giresun University, Education Faculty, Department of Elementary Science
Education, Giresun/Turkey. 31
Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 71
23
Gambar 2. 2 Bagian-bagian mata
Bagian depan mata memiliki kelengkungan yang lebih tajam dan dilapisi
oleh selaput cahaya, disebut kornea. Di belakang kornea terdapat cairan (aqueous
humor) yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Lebih ke dalam
lagi terdapat lensa yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal, yang
disebut lensa kristalin atau lensa mata. Lensa ini berfungsi mengatur pembiasan
yang disebabkan oleh cairan di depan lensa. Di depan lensa kristalin terdapat
selaput yang membentuk celah lingkaran. Selaput ini disebut iris dan berfungsi
memberi warna kepada mata. Oleh karena itu, kita kenal ada orang bermata biru
dan bermata cokelat.32
Celah lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Lebar pupil diatur
oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya mengenai mata. Di tempat yang gelap
(intensitas cahaya kecil), pupil membesar supaya lebih banyak cahaya yang
masuk ke mata. Di tempat yang sangat terang (intensitas cahaya besar), pupil
mengecil supaya lebih sedikit cahaya yang masuk ke mata dan mata tidak silau.33
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata (lensa kristalin)
ke permukaan belakang mata, yang disebut retina. Permukaan retina terdiri atas
berjuta-juta sel sensitif, yang karena bentuknya, disebut sel batang dan sel
kerucut. Ketika dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim sinyal-sinyal melalui
saraf optik ke otak. Di otak, arti bayangan diterjemahkan sehingga kita mendapat
kesan melihat benda. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa suatu bayangan nyata
benda dapat diterima dengan jelas jika bayangan tersebut jauh di retina.34
32
Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), h. 425 33
Marthen Kanginan, Loc. Cit. 34
Marthen Kanginan, Loc. Cit,.
24
2). Optika Mata
Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat
cahaya dan interaksi cahaya dengan materi.35
Optika mata merupakan
pembahasan mengenai sifat-sifat cahaya yang terjadi di dalam mata. Dalam mata,
bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik, dan lebih kecil
daripada bendanya. Walaupun bayangan pada retina terbalik, bayangan ini
ditafsirkan oleh otak sebagai bayangan tegak.36
Mata memiliki jarak bayangan tetap karena jarak antara lensa dan retina
sebagai layar adalah tetap. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar benda-benda
dengan jarak berbeda di depan lensa dapat difokuskan pada retina (menghasilkan
bayangan tajam pada retina), jarak fokus lensa harus bisa diatur. Dalam
pemfokusan, pengaturan jarak fokus lensa dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata
melihat benda yang sangat jauh, otot siliar mengendor penuh (relaks), sehingga
lensa mata menjadi paling pipih. Ini berarti, jarak fokus paling panjang. Pada
kondisi ini, mata disebut tidak berakomodasi dan sinar-sinar yang berasal dari
benda membentuk bayangan tajam pada retina,37
seperti pada gambar di bawah
ini:
Gambar 2. 3 Akomodasi mata: (a) Ketika mata relaks (tidak berakomodasi),
lensa mata paling pipih sehingga jarak fokusnya paling besar dan benda yang
sangat jauh difokuskan pada retina. (b) ketika otot siliar menegang, lensa mata
35 Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 1
36 Marthen Kanginan, Loc. Cit,.
37 Marthen Kanginan, Ibid, h. 426
fisikazone.com
25
menjadi lebih cembung sehingga jarak fokusnya lebih pendek, dan benda yang
dekat juga difokuskan pada retina. (pemfokusan pada retina artinya bayangan dari
benda dibentuk dengan jelas pada retina)
Ketika benda bergerak lebih mendekat ke mata, otot siliar secara otomatis
menegang, sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih
pendek dan membuat bayangan tajam kembali di bentuk pada retina seperti pada
gambar 2.4. Proses lensa mengubah jarak fokusnya (membuat lensa mata lebih
cembung atau lebih pipih) untuk memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak
disebut akomodasi mata. Akomodasi mata terjadi secara cepat, sehingga kita
biasanya tidak menyadarinya38
3). Titik Dekat dan Titik Jauh Mata
Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan
suatu bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot
siliar menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata
normal memiliki tiitk dekat kira-kira 25 cm.39
Titik jauh mata adalah lokasi paling
jauh benda hingga mata yang relaks (mata tidak berakomodasi) dapat
memfokuskan benda. Seseorang dengan mata normal dapat melihat benda-benda
sangat jauh, seperti planet dan bintang-bintang, dan dengan demikian memiliki
titik jauh pada jarak tak berhingga.40
Gambar 2. 4 Jangkauan penglihatan
(PP=Punctum Proximum dan PR=Punctum Remotum)
4). Cacat mata
Cacat mata terjadi jika jarak batas penglihatan seseorang di luar batas
penglihatan mata normal dan penyebabnya karena berkurangnya daya akomodasi
38
Marthen Kanginan, Loc. Cit. 39
Marthen Kanginan, Ibid, h. 427 40
Marthen Kanginan, Loc. Cit,.
slideshare.net/edi450
26
mata dan kelainan bentuk bola mata.41
Berkurangnya daya akomodasi mata dapat
menyebabkan cacat mata rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi) dan
rabun tua (presbiopi). Sedangkan kelainan bentuk bola mata menyebabkan cacat
mata astigmatis. Berikut pembahasan dari masing-masing jenis cacat mata.
a) Rabun Jauh (miopi)
Miopi adalah sebuah kerusakan rekratif mata di mana citra yang dihasilkan
berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai.42
Rabun jauh atau
terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu
(gambar). Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada jarak
25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas. Keadaan ini
terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya,
sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina
Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cekung. Lensa cekung akan memancarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata,
sehingga bayangan jauh tepat pada retina.43
Gambar 2. 5 Rabun jauh: (a) rabun jauh. (b). rabun jauh ditolong dengan
kacamata berlensa cekung
b) Rabun Dekat (hipermetropi)
41
Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 78 42
Iwan Permana Suwarna, Ibid, h. 79 43
Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), h. 428
27
Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih dari 25 cm dan
titik jauh pada jarak tak berhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat
melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi
tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, keadaan ini terjadi karena
lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga
bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina.
Cacat mata hipermetropi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke
mata (gambar) sehingga bayangan jauh tepat pada retina.44
Gambar 2. 6 Rabun dekat:
(a) rabun dekat. (b) rabun dekat ditolong dengan kacamata berlensa cembung
c) Mata Tua (presbiopi)
Pada penderita ini, daya akomodasi berkurang akibat bertambahnya usia.
Oleh karena itu, letak titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi, mata
tua (presbiopi) adalah cacat mata akibat berkurangnya daya akomodasi pada usia
lanjut. Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu untuk
melihat jauh dan untuk membaca. Jenis kacamata yang berfungsi rangkap ini
disebut kacamata bifokal.45
d) Astigmatis
Cacat mata astigmatis disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada bidang
44
Marthen Kanginan, Ibid, h. 430 45
Marthen Kanginan, Ibid, h. 431
28
lainnya (bidang silinder). Akibatnya, benda titik difokuskan sebagai garis
pendek.46
Cacat mata astigmatis dapat ditolong dengan menggunakan kacamata
silindris.
a. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk memotret setiap kejadian dalam
kehidupan sehari-hari. Kamera merupakan salah satu alat optik yang sangat kita
kenal.
Pola kerja kamera (Gambar 2. 7) mirip dengan mata kita. Jika pada mata,
jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak
fokus lensa mata sesuai dengan jarak benda yang diamati, pada kamera, jarak
fokus lensa tetap. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan
sesuai dengan jarak benda yang difoto. Jarak bayangan, yaitu jarak antara film dan
lensa, diatur dengan menggerak-gerakkan lensa kamera.47
Gambar 2. 7 Bagian-bagian kamera
Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah
nyata, terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap
46
Marthen Kanginan, Loc. Cit,. 47
Marthen Kanginan, Ibid, h. 432
Fisika Universitas, 2003
29
bayangan nyata, pada kamera, yang berfungsi untuk menangkap bayangan adalah
film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, pada
kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma
(aperture). 48
c. Lup
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa
cembung. Umumnya, lup digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat
kecil. Lup sering digunakan saat praktikum biologi untuk mengamati bagian-
bagian makhluk hidup agar terlihat lebih besar dan jelas dan sering digunakan
oleh tukang jam untuk memperbaiki jam yang rusak.
Gambar 2.8 Lup:
(a) Lup. (b) Pembentukan bayangan pada lup
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
48
Marthen Kanginan, Loc. Cit,.
rumus-fisika.com
30
Keterangan:
= perbesaran anguler
= titik dekat mata (cm)
= jarak fokus lensa (cm)
= jarak akomodasi (cm)
d. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda
yang sangat kecil, seperti bakteri dan virus. Mikroskop digunakan dengan cara
menyimpan preparat atau objek yang akan diamati di bagian meja mikroskop
kemudian kita akan melihat objek tersebut menjadi lebih besar dan jelas. Sebuah
mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa cembung yang dekat
dengan benda disebut lensa objektif. Lensa cembung yang dekat dengan mata
disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus
lensa objektif. 49
Gambar 2.9 Bagian-bagian mikroskop
49
Marthen Kanginan, Ibid, h. 438
31
Gambar 2.10 Diagram sinar pembentukan bayangan pada mikroskop optik
1) Perbesaran lensa objektif
Perbesaran Lensa Okuler
a. Mata berakomodasi maksimum
b. Mata tidak berakomodasi
2) Perbesaran total mikroskop
3) Panjang mikroskop
Yang dimaksud dengan panjang mikroskop adalah jarak antara lensa
objektif dan lensa okuler.50
4) Panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi
Keterangan:
= perbesaran lensa objektif
= tinggi bayangan pada lensa objektif (cm)
50
Marthen Kanginan, Ibid, h. 439
dipeluksenja.blogspot.co.id
32
= tinggi benda pada lensa objektif (cm)
= jarak bayangan pada lensa objektif (cm)
= jarak benda pada lensa objektif (cm)
= perbesaran lensa okuler
= jarak titik dekat (cm)
= jarak fokus lensa okuler (cm)
= panjang mikroskop (cm)
= jarak benda pada lensa okuler (cm)
e. Teropong
Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.51
Teropong
banyak digunakan oleh para ahli astronomi untuk melihat benda-benda langit
yang sangat jauh seperti bintang, bulan, planet dan benda-benda langit yang lain.
Ada beberapa jenis teropong, antara lain teropong bintang dan teropong bumi.
Berikut pembahasan dari masing-masing jenis teropong.
1). Teropong Bintang
Gambar 2.11 Bagian-bagian teropong bintang
51
Marthen Kanginan, Ibid, h. 443
33
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong bintang
Panjang teropong
Perbesaran teropong
Keterangan:
= panjang teropong (cm)
= perbesaran teropong
= jarak fokus lensa okuler (cm)
= jarak fokus lensa objektif (cm)
b). Teropong bumi
Teropong bumi menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di
antara lensa objektif dan lensa okuler yang akan menghasilkan bayangan akhir
yang tegak terhadap arah benda semula dan lensa cembung ketiga ini disebut
lensa pembalik.
Bayangan atas T1 pada jarak tak berhingga
studentspy.wordpress.com
34
Gambar 2.13 Pembentukan bayangan pada teropong bumi untuk mata tak
berakomodasi
Panjang teropong
Keterangan:
= panjang teropong (cm)
= jarak fokus lensa pembalik (cm)
= jarak fokus lensa okuler (cm)
= jarak fokus lensa objektif (cm)
4. Definisi Astronomi
Kata astronomi berasal dari dua kata bahasa Yunani, astron yang berarti
―bintang‖ dan nemein yang berarti ―menamakan‖. Walaupun cikal bakal
astronomi berawal ribuan tahun sebelum orang-orang Yunani kuno mulai
mempelajari bintang, ilmu astronomi selalu berdasarkan prinsip yang sama yaitu
―menamakan bintang‖. Banyak nama bintang yang berasal langsung dari orang-
orang Yunani karena mereka ahli astronomi yang pertama yang membuat daftar
sistematis dari semua bintang yang dapat mereka lihat. Misalnya, bintang yang
paling terang pada konstelasi Skorpius disebut α Scorpii karena merupakan huruf
pertama dalam askara Yunani dan disebut juga Antares yang berarti ―Mars yang
lain‖.52
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini dan hasil dari semua penelitian yang dijadikan acuan
adalah berhasil. Berikut ini diantaranya:
1. Aisyah dalam penelitiannya, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta didik pada Materi Pembiasan
52
Kristen Lippincott, “Astronomi” Jendela IPTEK, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hlm. 6.
35
Cahaya” yang menjelaskan bahwa metode demonstrasi peserta didik dapat
memahami sesuai objek yang di amati.53
2. Dian Aji Pertiwi dalam penelitiannya, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan
Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta didik” yang menjelaskan
bahwa melalui proses interaksi akan melatih peserta didik untuk mencari
informasi dalam menarik kesimpulan informasi yang di dapat peserta didik.54
3. Ira Kania Pramitha dalam penelitiannya, “Penerapan Metode Eksperimen
untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep
Getaran dan Gelombang” yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran
yang membuat peserta didik terlihat langsung untuk membentuk dan
menggali pengetahuannya melalui pengamatan yang mereka lakukan tidak
hanya akan menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik.55
4. Linda dalam penelitiannya, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang
Napier Terhadap Pemahaman Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD
Muhammadiyah 12 Pamulang” yang menjelaskan bahwa dengan peserta
didik ikut aktif dalam menemukan/memahami konsep pertanyaan yang
diberikan guru sehingga peserta didik menjawab pertanyaan dengan tepat dan
menggunakan alat peraga batang napier dalam proses pembelajaran.56
5. Romadlon Nur dalam penelitiannya, “Penerapan Metode Eksperimen dalam
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI
Karangrejo Boyolangu Tulungagung” yang menjelaskan Kelebihan
menggunakan metode eksperimen yaitu melatih peserta didik disiplin
terutama kaitannya dalam melakukan pembuatan teropong bintang sederhana,
peserta didik akan lebih memahami materi secara langsung, melibatkan
53
Aisyah, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Peserta didik pada Materi Pembiasan Cahaya”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta,
2014, h.11, tidak diterbitkan. 54
Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta didik”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h.53, tidak
diterbitkan. 55
Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h.59, tidak diterbitkan. 56
Linda, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap Pemahaman
Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.73, tidak diterbitkan.
36
aktivitas peserta didik, dan kreativitas peserta didik secara langsung.
Kekurangan menggunakan metode eksperimen yaitu membutuhkan waktu
yang banyak, dan memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap untuk
menunjang metode eksperimen.57
Berdasarkan data hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan
sebelumnya, peneliti beranggapan bahwa pembelajaran fisika dengan
menggunakan pembuatan teropong bintang sederhana akan dapat mempengaruhi
keterampilan proses sains peserta didik.
C. Kerangka Berpikir
Ilmu fisika adalah salah satu cabang ilmu yang menarik untuk dipelajari.
Pada cabang ilmu ini, banyak dipelajari hal-hal yang langsung berkenaan dengan
kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang sangat sederhana yang tidak disadari
prosesnya, dapat dijelaskan secara fisis oleh ilmu fisika. Misalnya saja tentang
gaya gravitasi, gaya gravitasi tidak dapat dilihat secara langsung tetapi jika
menggunakan benda yang dijatuhkan, bahwa benda yang jatuh ke bawah
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Namun fisika dapat menjelaskannya dengan fisik.
Pembelajaran ilmu fisika di sekolah tentu seharusnya menjadi
pembelajaran yang sangat menarik bagi para peserta didik. Agar pembelajaran
tersebut benar menjadi pembelajaran yang menarik, tentunya harus dikemas
dalam bentuk yang menarik pula dari segi penyampaiannya. Berhasil atau
tidaknya pembelajaran tergantung bagaimana seorang guru menciptakan suasana
kelas yang nyaman dan kondusif dalam pembelajaran di kelas. Cara guru dalam
penyampaian materi akan mempengaruhi reaksi yang ditampilkan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih media serta metode
pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran menjadi positif dan bermakna.
Para peserta didik pun diharapkan dapat memaknai fisika menjadi suatu ilmu,
bukan hafalan rumus dan konsep semata.
57
Romadlon Nur, “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada
IAIN Tulungagung, 2010, h.79, tidak diterbitkan.
37
Fisika merupakan mata pelajaran yang menyajikan fenomena alam.
Fenomena alam yang disajikan dapat berupa fenomena real maupun yang abstrak
dari alam, benda-benda yang berukuran sangat kecil sampai sangat besar.
Permasalahan yang terjadi adalah ketika guru harus memvisualisasikan fenomena-
fenomena abstrak kepada peserta didik, dimensi yang terlalu kecil maupun terlalu
besar yang menyebabkan munculnya kesulitan dalam melakukan praktik /
pengamatan langsung seperti pada materi alat optik. Hal ini menyebabkan
sebagian besar peserta didik merasa kesulitan dalam memahaminya.
Salah satu media yang saat ini dapat digunakan adalah alat peraga.
Kemajuan teknologi masuk ke dunia pendidikan karena media konvensional
dianggap sudah kurang efektif digunakan dalam penyampaian materi, termasuk
materi fisika yang abstrak. Media konvensional dianggap hanya menekankan pada
hafalan semata, sedangkan alat peraga diharapkan memberikan pengalaman nyata
kepada para peserta didik terhadap sebuah materi fisika yang disampaikan.
Adapun kerangka berpikir dapat dijelaskan dengan gambar berikut:
D. Hipotesis Penelitian
38
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, maka rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh
pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains peserta
didik pada konsep alat optik.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di MAN 7 Jakarta yang berlokasi di Jl.
Binawarga No.99, RT.4/RW.7, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630. Penelitian ini berlangsung selama 12
bulan, sedangkan untuk pengambilan data dilakukan selama enam minggu dari
tanggal 6 Februari sampai dengan 16 Maret 2017 pada semester genap tahun
ajaran 2016/2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasi experiment (eksperimen semu). Kuasi eksperimen adalah metode penelitian
yang mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Pemilihan metode ini dikarenakan pada kenyataannya di lapangan sulit untuk
mendapatkan kelas kontrol yang digunakan untuk penelitian.58
Usaha yang
dilakukan untuk mengontrol variabel-variabel luar dalam penelitian ini yaitu
dengan pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel yang
memiliki kemampuan hampir sama. Dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen, dapat diketahui perbedaan hasil keterampilan proses sains yang
menggunakan model pembelajaran praktikum (kelompok eksperimen) dengan
hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design.59
Tujuannya untuk mengetahui pembuatan
teropong sederhana peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
kemampuan keterampilan proses sains, dapat dilihat pada tabel 3.1.
58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D, (Bandung: Alfa beta, 2011), h. 77 59
Ibid, hal. 79
40
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
RE T1 X1 T2
RK T1 X2 T2
Keterangan:
RE= Proses pemilihan subjek pada kelas eksperimen
Rk= Proses pemilihan subjek pada kelas kontrol
X1= Perlakuan dengan menggunakan Praktikum Pembuatan
Teropong Bintang Sederhana
X2= Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran demonstrasi
Desain ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang tidak dipilih secara random.60
Sebelum diberikannya perlakuan, pada
kedua kelompok diberikan pretes untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
keterampilan proses sains peserta didik pada konsep teropong bintang.
Selanjutnya, kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan pembuatan teropong bintang sederhana sedangkan
kelas kontrol diberikan pengajaran dengan metode pembelajaran konvensional.
Setelah diberikannya perlakuan, kedua kelas diberikan posttes untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan konsep teropong bintang melalui kemampuan
keterampilan proses sains.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yang meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Tahap persiapan di
dalamnya meliputi: perumusan masalah yang akan diteliti, pengambilan sampel,
penyusunan RPP, pembuatan instrumen tes dan instrumen angket respon peserta
didik terhadap kemampuan keterampilan proses sains yang akan diterapkan di
dalam kelas. Instrumen yang disusun kemudian dianalisis untuk dipergunakan
60
Ibid., h. 79
41
pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel yang akan dicapai.
Kemudian, peneliti menguji kelayakan instrumen yang telah dibuat kepada
beberapa ahli. Sebelum melakukan uji instrumen, peneliti terlebih dahulu
membuat surat perizinan untuk melakukan uji instrumen penelitian dan perizinan
untuk melakukan penelitian.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dimulai dengan memberikan pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik terhadap konsep yang dipelajari. Kemudian, dilanjutkan dengan
memberi materi ajar lalu memberi perlakuan berupa model pembelajaran
praktikum dengan memperhatikan indikator keterampilan proses sains yang telah
ditentukan. Setelah proses praktikum dan pemberian perlakuan selesai, peserta
didik diberikan posttest untuk mengetahui adanya pengaruh pembuatan teropong
bintang sederhana peserta didik pada konsep teropong bintang yang ada di dalam
mata pelajaran fisika khususnya materi alat optik terhadap kemampuan
keterampilan proses sains. Angket dibagikan kepada peserta didik untuk
mengetahui respon terhadap kegiatan pembuatan teropong bintang sederhana
dengan memperhatikan indikator keterampilan proses sains yang telah diterapkan
selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Tahap Analisis dan Pelaporan
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini,
peneliti melakukan pengelolaan dan analisis terhadap data yang dihasilkan.
Kemudian diuji hipotesis sampai pada penarikan kesimpulan.
42
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.61
Dalam penelitian yang
akan dilakukan ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat
yaitu sebagai berikut:
a. Variabel bebas (X): Pembuatan Teropong Bintang Sederhana.
b. Variabel teikat (Y): Keterampilan Proses Sains (KPS).
61
Ibid., h. 61.
Tahap Analisi dan Pelaporan
Menganalisis data hasil penelitian
Menguji Hipotesis Penarikan Kesimpulan
Penelitian
Tahap Pengambilan Data
Preetest Pembelajaran dengan menggunakan metode
Eksperimen Posttest
Tahap Persiapan
Merumuskann Masalah
Menyusan Instrumen tes
dan nontes, RPP
Menyelesaikan Perizinan Uji
Instrumen dan Penelitian
Uji Coba Instrumen Penelitian
Menganalisis data hasil uji coba
instrumen
43
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau dapat juga disebut
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya.62
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas XI MAN 7 Jakarta Selatan yang berjumlah sekitar 180 peserta didik.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti63
. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 68 peserta didik. Sampel ini terbagi
menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini yaitu dengan cara purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.64
Pertimbangan yang
dilakukan dalam pemilihan sampel berdasarkan tingkat kemampuan dan
homogenitas yang relatif sama diantara kedua kelas tersebut. Hasil dari pemilihan
sampel, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah yang sama yaitu
masing-masing sebanyak 33 peserta didik.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen tes dan
instrumen nontes yang sudah di uji cobakan atau memenuhi prasyarat instrumen
tes yang baik. Instrumen tes digunakan untuk mengukur pengaruh pembuatan
teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains (KPS) peserta
didik. Tes yang digunakan yaitu pretes dan posttes yang dikerjakan oleh kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Pretes diberikan pada pertemuan pertama
sedangkan posttes diberikan setelah pelaksanaan pemberian perlakuan pada
pertemuan ke lima. Instrumen non tes dengan metode angket yang disebarkan
menggunakan google form dipergunakan untuk memperoleh data respon peserta
didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan praktikum pembuatan
teropong bintang sederhana, diberikan setelah proses pembelajaran.
62
Sugiyono, op.cit., h. 117 63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013) h. 174 64
Sugiyono, op.cit., h. 85
44
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
Instrumen tes keterampilan proses sains ini diberikan kepada peserta didik
kelas XI MAN 7 Jakarta Selatan yang dijadikan sampel baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Tes yang digunakan telah memenuhi prasyarat
instrumen yang baik yaitu uji: validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf
kesukaran. Adapun kisi-kisi instrumen tes yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains
Indikator
Pembelajaran
Indikator KPS ∑
Soal 1 2 3 4 5 6
3.11.1 Mengenal
bagian teropong
dan fungsinya
1*,
2*,
3*
4*,
5*
6*,
7*,
8*
9*,
10*,
11*,
12
13*,
14*,
15*,
16*
17* 17
3.11.2
Menghitung
perbesaran pada
teropong
18* 19* 20* 21* 22*,
23*
6
3.11.3
Menganalisis
perbesaran pada
teropong
24* 25*,
26
27* 28 29*,
30*
7
Jumlah Soal 5 5 5 5 5 5 30
Persentase Soal 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67%
Keterangan: (*) soal yang digunakan
Indikator keterampilan proses sains
1. Observasi/Mengamati
2. Interpretasi/Menafsirkan
3. Klasifikasi/Mengelompokkan
4. Prediksi/Meramalkan
5. Merencanakan Percobaan/Penelitian
6. Menerapkan Konsep
Sebelum instrumen ini diberikan kepada sampel, maka instrumen tes ini
akan diuji coba kepada peserta didik yang sudah mempelajari materi alat optik.
Uji coba ini bermaksud untuk menganalisis kualitas setiap butir soal. Dalam
penelitian ini menggunakan bantuan anatest versi empat untuk menguji validitas,
45
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Berikut ini persyaratan yang harus
dipenuhi, antara lain:
a. Uji Validitas Instrumen
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur.65
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara dua tahap
yaitu validitas lapangan dan validitas konstruk. Berikut merupakan penjabaran
dari kedua validitas tersebut.
1) Validitas Lapangan
Validitas lapangan merupakan suatu ukuran dari layak atau tidaknya
instrumen tes berdasarkan uji coba kepada responden yang sudah memahami dan
berpengalaman terhadap konten yang digunakan. Hasil validitas lapangan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari pearson yaitu sebagai
berikut: 66
√
Persamaan 3.1
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y
N : banyaknya peserta didik
X : skor butir soal
Y : skor total
Uji validitas lapangan dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan
dengan pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu menetapkan
degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Ketentuan kategori
validitas lapangan didasarkan pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Validitas
65
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
h.73 66
Ibid., h. 87
46
Ketentuan nilai Kategori
Valid
Tidak valid
Kriteria nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.4
berikut ini:67
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,80 < 1,00 Sangat baik
0,60 < 0,80 Baik
0,40 < 0,60 Cukup
0,20 < 0,40 Rendah
0,00 < 0,20 Kecil
Hasil uji validitas lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 30
Jumlah Peserta didik 33
Nomor Soal yang Digunakan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 27, 29,30
Jumlah Soal yang Digunakan 27
Persentase Soal yang Digunakan 90%
Tabel 3.5 menunjukkan beberapa butir soal yang akan digunakan sebagai
posttest setelah melalui proses validasi lapangan. Jumlah soal yang digunakan
yaitu 27 soal yang diambil dari 30 soal, sehingga terdapat satu soal yang tidak
digunakan yaitu pada soal nomor 12, 26, dan 28. Soal nomor 12, 26, dan 30 dalam
perhitungan validasi dengan software anates tidak masuk dalam kriteria soal valid
dikarenakan skor daya pembeda yang didapatkan 0,00. Hal ini menunjukkan tidak
ada satu pun kelompok atas (peserta didik pandai) dan kelompok bawah (kurang
pandai) yang bisa mengerjakan soal nomor 12, 26, dan 28 ini, sehingga
menyebabkan nilai korelasi nya error atau NAN jika pada sign. Korelasi yang
dimunculkan pada data rekapitulasi hasil anates. Rekapitulasi data anates dapat
dilihat secara rinci pada lampiran B2.
2) Validitas Konstruk
67
Ibid., h. 75
47
Validitas konstruk dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian
judgment/ahli dalam menilai kesesuiannya antara instrumen dengan beberapa
aspek yang diukur. Validitas konstruk dalam penelitian ini memiliki tiga aspek
yang diukur yaitu pertama aspek konten, mengukur kesesuaian isi materi fisika
dalam soal dengan konten fisika yang digunakan yaitu Alat Optik. Kedua aspek
konstruksi, mengukur kesesuaian badan instrumen soal yaitu diantaranya
kesesuaian antara indikator soal dengan indikator keterampilan proses sains yang
dipilih, indikator ranah keterampilan proses sains, dan indikator pembelajaran
yang telah ditetapkan di dalam RPP. Ketiga aspek bahasa, mengukur bahasa yang
digunakan di dalam soal berdasarkan kaidah penulisan bahasa Indonesia. Ketiga
aspek tersebut masing-masing memiliki indikator yang akan diukur, sehingga soal
di dalam instrumen harus menunjukkan indikator yang representatif dengan
aspek-aspek yang hendak dicapai. Hasil validitas konstruk dapat diolah dengan
menggunakan content validity index (CVI), namun sebelum menghitung nilai CVI
terlebih dahulu menentukan content validity ratio (CVR) untuk merekap data skor
yang diberikan oleh masing-masing ahli atau judgement pada tiap nomor soal.
Rumus untuk menentukan CVR dengan cara:68
Persamaan 3.2
Keterangan:
CVR = ratio validitas konstruk
= jumlah ahli atau judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)
N = jumlah ahli atau judgement.
Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+)
menunjukkan bahwa setidaknya setengah panelis menilai sebagai
penting/esensial. Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin ―penting‖ dam
68
Iwan Permana Suwarna, Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan
“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Maha peserta didik Melalui Computer Based
Test pada Progrema Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan
(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 50
48
semakin tinggi validitas nya. Setelah telah ditentukan CVR tiap nomor soal,
selanjutnya mencari nilai CVI. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari
nilai CVR.69
Persamaan 3.3
Kategori hasil perhitungan CVI:
Tabel 3.6 Kategori Content Validity Index (CVI)
Rentang nilai Kategori
0,00 – 0,33 Tidak sesuai
0,34 – 0,67 Sesuai
0,68 – 1,00 Sangat sesuai
Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini:
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Konstruk
Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori
Konten materi 0,95 Sangat sesuai
Konstruksi 0,91 Sangat sesuai
Bahasa 0,57 Sesuai
Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran B6 sampai dengan B9.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.70
Rumus yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah menggunakan
formula Alpha Cronbach, yaitu:71
(
)(
)
Persamaan 3.4
69
Ibid.,h. 51 70
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit.,h. 100 71
Ibid.,h. 122
49
Keterangan:
: reliabilitas yang dicari
: varians total
: jumlah varian skor tiap-tiap item
Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,80 < 1,00 Sangat baik
0,60 < 0,80 Baik
0,40 < 0,60 Cukup
0,20 < 0,40 Rendah
0,00 < 0,20 Kecil
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas
Statistik Reliabilitas Soal
0,77
Kesimpulan Baik
c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menujukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.72
Rumusan untuk mencari taraf kesukaran butir-butir soal adalah sebagai berikut:
Persamaan 3.5
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes.73
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interval P Kriteria soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
72
Ibid., h. 223 73
Ibid
50
Hasil perhitungan derajat kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada tabel
3.9 berikut ini:
Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Sangat Mudah 9 30%
Mudah 5 16%
Sedang 16 54%
Jumlah 30 100%
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik
yang tidak pandai (berkemampuan rendah).74
Rumus yang digunakan untuk
mencari daya pembeda soal adalah:
Persamaan 3.6
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JB = Banyaknya perata kelompok bawah75
Tabel 3.12 Daya Pembeda
Daya pembeda Kriteria soal
Bernilai negatif Drop
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1.00 Sangat Baik
Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut ini:
Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
74
Ibid., h. 226. 75
Ibid., h. 228.
51
Drop 4 13,3%
Buruk 7 23,3%
Cukup 5 16,7%
Baik 8 26,7%
Sangat Baik 6 20%
Jumlah 30 100%
2. Instrumen Non tes (Angket)
Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya dengan
menggunakan tes saja, melainkan juga dengan non tes. Peneliti menggunakan
metode angket untuk instrumen non tes nya. Angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.76
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk penilaian yang berhubungan dengan
sikap.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Likert. Model
ini menggunakan skala deskriptif Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing jawaban
mempunyai skor atau nilai: SS = 5, S = 4, C = 3, TS = 2, STS = 1. bagi pernyataan
yang mendukung sifat positif dan nilai yang mendukung sifat negatif berkebalikan
dengan nilai positif, yaitu: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 3, STS = 5. Kisi-kisi
instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
3.12 sebagai berikut:
Tabel 3.14 Kisi-kisi Instrumen Non tes (Angket Respon Peserta Didik)
76
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Op.cit., h. 194
52
No. Indikator Angket Nomor Soal Jumlah Soal
Positif Negatif
1. Minat belajar peserta didik
terhadap pembelajaran fisika
1,2 - 2
2. Pembelajaran menggunakan
praktikum
3, 5, 13,
15
4, 6, 14 7
3. Pembuatan teropong bintang
sederhana
8, 12 7, 9, 10,
11
6
Jumlah Soal 8 7 15
Pengujian kelayakan non tes (angket) dilakukan dengan pertimbangan para ahli.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat terlihat pada tabel 3.15 berikut ini:
Tabel 3.15 Uji Validasi Instrumen Non tes (Angket)
No. Aspek yang diuji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Minat belajar peserta didik terhadap
pembelajaran fisika
2. Pembelajaran menggunakan
praktikum
3. Pembuatan teropong bintang
sederhana
Saran :………………………...................................................................................
H. Teknik Analisis Data Tes dan Non tes
1. Teknik Analisis Data Tes
Data yang terkumpul melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan tujuan agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan
menguji hipotesis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan
software SPSS 22 mulai dari uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis. Untuk
Perhitungan uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis menggunakan cara
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
53
Perhitungan uji normalitas yang terdapat pada software SPSS melalui
langkah-langkah sebagai berikut:77
1) Menyusun hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi homogen
H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak homogen
2) Tingkat signifikan = 5% = 0,05
3) Perhatikan kolom uji homogenitas variansi Levene pada tabel, sebagai
berikut:
Levene
statistic df1 df2 Sig.
,665 3 20 ,583
4) Jika:
Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi SPSS, maka H0 diterima, dan H1
ditolak.
Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi SPSS, maka H0 ditolak, dan H1
diterima.78
b. Uji Homogenitas
Dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian (eksperimen
dan kontrol) mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas
varians dua buah variabel independen dapat dilakukan dengan uji Levene, adapun
langkah-langkah statistik uji Levene adalah sebagai berikut:
Perhitungan uji homogenitas atau analisis varians yang terdapat pada
software SPSS melalui langkah-langkah sebagai berikut:79
5) Menyusun hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi homogen
H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak homogen
6) Tingkat signifikan = 5% = 0,05
77
Getut Pramesti, Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2015), h. 28 78
Ibid, h. 28 79
Ibid, h. 33
54
7) Perhatikan kolom uji homogenitas variansi Levene pada tabel, sebagai
berikut:
Levene
statistic df1 df2 Sig.
,665 3 20 ,583
8) Jika:
Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi SPSS, maka H0 diterima, dan H1
ditolak.
Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi SPSS, maka H0 ditolak, dan H1
diterima.80
c. Uji Hipotesis
Metode statistika untuk pengujian hipotesis yang akan digunakan haruslah
sesuai dengan asumsi-asumsi seperti distribusi dan kehomogenitasan varians.
Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil
penelitian serta uji hipotesis yang digunakannya:
Perhitungan uji independent samples t-test pada software SPSS melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Perhatikan tabel output SPSS statistik deskriptif data, sebagai berikut:
Group Statistics
Hasil
belajar
Siswa N Mean Std
Deviation
Std.Error
Mean
Siswa kelas A 50 125.22 12.11053 1.71269
Siswa kelas B 50 133.24 10.661681 1.50144
Tabel output SPSS untuk mengetahui mana hasil belajar yang lebih baik
antara siswa kelas A dan siswa kelas B dengan melihat nilai mean.
Kesimpulan dari tabel di atas maka siswa kelas B memiliki rata-rata hasil
belajar lebih besar dari siswa kelas A.
80
Ibid, h. 28
55
b) Perhatikan tabel output hasil signifikansi, sebagai berikut:
Independent Samples Test
t-test of Equality of Means
t df
Sig.(2
-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.Error
Differen
ce
95% Confidence
interval of the
Difference
Lower Upper
Has
il B
elaj
ar
Equal
variance
assumed
-3.521 98 .001 -8.02000 2.27764 -
12.539
9
-
3.500
1
Equal
variance
s not
assumed
-3.521 96.3
5
.001 -8.02000 2.27764 -
12.540
8
-
3.499
1
c) Jika:
Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 diterima, dan
H1 ditolak.
Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 ditolak, dan
H1 diterima.81
1) Untuk data yang jika salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal atau
homogen
Uji Mann-Whitney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai
pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi-t tidak terpenuhi. Untuk data
berdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis menggunakan
statistik Mann-Whitney(U) dengan persamaan sebagai berikut:
∑
∑
Keterangan:
Ua = jumlah banyaknya unsur-unsur A mendahului unsur-unsur B
Ub = Jumlah banyaknya unsur-unsur B mendahului unsur-unsur. 82
81
Sufren dan Yonathan Natanael, Mahir menggunakan SPSS secara otodidak, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2013), hal 115-121 82
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian dan Pendidikan, CV Andira, Bandung,
1998, hlm. 398
56
Perhitungan uji Mann-Whitney pada software SPSS melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Perhatikan tabel output SPSS statistik deskriptif data, sebagai berikut:
Group Statistics
Hasil
belajar
Siswa N Mean
Rank
Sum of
Ranks
Siswa kelas A 120 129.92 15591.00
Siswa kelas B 120 111.08 13329.00
Tabel output SPSS untuk mengetahui mana hasil belajar yang lebih baik
antara siswa kelas A dan siswa kelas B dengan melihat nilai mean.
Kesimpulan dari tabel di atas maka siswa kelas A memiliki rata-rata hasil
belajar lebih besar dari siswa kelas B.
b) Perhatikan tabel output hasil signifikansi, sebagai berikut:
Test Statistics
Hasil belajar
Mann-Whitney U 6069.000
Asymp.Sig.(2-tailed) .032
c) Jika:
Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 diterima, dan
H1 ditolak.
Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 ditolak, dan
H1 diterima.83
d. Uji N-gain
Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
sains peserta didik melalui pembuatan teropong bintang sederhana, uji N-gain
memiliki persamaan:
N-gain dikatakan tinggi jika N-gain 0,7. Jika N-gain besarnya antara 0,3 sampai
0,7 maka termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan skor N-gain < 0,3 maka
termasuk ke dalam kategori rendah.
83
Sufren dan Yonathan Natanael, op.cit, hal. 122-127
57
e. Teknik Penilaian Tes Keterampilan Proses Sains
Peserta didik dalam penelitian ini, diberikan uji tes kepada peserta didik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Menghitung persentase jawaban peserta
didik pada setiap jawaban soal yang benar, terlebih dahulu data yang diperoleh
dipersentasekan dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = persentase jawaban
n = banyak jawaban yang benar
Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase tes
keterampilan proses sains:
Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Tes KPS
Persentase Kriteria
90% ≤ A < 100% Sangat Tinggi
75% ≤ A < 90% Tinggi
55% ≤ A < 75% Sedang
40% ≤ A < 55% Rendah
0% ≤ A < 40% Rendah Sekali
2. Teknik Analisis Data Non tes
Respon peserta didik dalam penelitian ini, diberikannya angket kepada
peserta didik kelas eksperimen. Pengolahan data untuk non tes menggunakan
bantuan Excel. Hasil angket dihitung dengan model skala Likert seperti pada tabel
3.1784
Tabel 3.17 Skala Penilaian Angket
84
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h.240.
58
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Cukup (C) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
Langkah-langkah dalam menganalisis angket skala respon peserta didik:
a. Memberikan skor pada setiap item, kemudian dihitung skor totalnya,
sehingga didapat rata-rata dari tiap peserta didik
b. Membandingkan skor rata-rata peserta didik dengan skor alternatif jawaban
netral (3), dengan kriteria:
1) Jika rata-rata skor nya < 3, maka peserta didik tersebut memiliki respon
negatif terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dalam
pembelajaran fisika
2) Jika rata-rata skor nya > 3, maka peserta didik tersebut memiliki sikap
positif terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dalam
pembelajaran fisika
c. Menghitung persentase jawaban peserta didik pada setiap item, terlebih
dahulu data yang diperoleh dipersentasekan dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = persentase jawaban
F = frekuensi jawaban
n = banyak responden
d. Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase angket,
kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori berikut ini:85
Tabel 3.18 Interpretasi Persentase Angket
85
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 18
59
Besar Persentase Interpretasi
0% Tak seorang pun
0% P < 25% Sebagian kecil
25% P < 50% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
50% P < 75% Sebagian besar
75% P < 100% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
I. Hipotesis Statistika
Hipotesis statistik dari penelitian ini terdiri dari:
Ho = Tidak terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
keterampilan proses sains peseta didik.
Ha = Terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
keterampilan proses sains peseta didik.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan diuraikan gambaran umum dari data yang diperoleh
selama penelitian. Data yang dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan
posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta hasil angket dan observasi dari
kelas eksperimen.
1. Kemampuan Awal Keterampilan Proses Sains Sebelum Pemberian
Perlakuan
Kemampuan awal keterampilan proses sains peserta didik dapat terlihat
dari hasil pretest peserta didik. Hasil pretest yang diperoleh dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada
Gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
7
18
8
4
23
6
0
5
10
15
20
25
5 - 8 9 - 12 13 - 16
Fre
kuen
si
Interval Skor (Skor Maksimum 27)
Eksperimen
Kontrol
61
Gambar 4.1 menunjukkan jumlah skor benar yang diperoleh oleh peserta didik
kelas kontrol maupun peserta didik kelas eksperimen jika skor maksimalnya
adalah 27 (dari total butir soal/instrumen). Pada rentang skor benar 5 sampai 8,
diperoleh oleh 7 peserta didik di kelas eksperimen dan 4 peserta didik di kelas
kontrol. Rentang skor benar 9 sampai 12, terdapat 18 peserta didik di kelas
eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol. Rentang skor benar 13 sampai
16, terdapat 8 peserta didik di kelas eksperimen dan 6 peserta didik di kelas
kontrol. Diagram tersebut menggambarkan bahwa rentang skor yang paling
banyak dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 – 12 dari
skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang skor tersebut
yaitu 18 peserta didik di kelas eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol.
Skor paling sedikit dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 5 –
8 dari skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang tersebut
yaitu 7 peserta didik pada kelas eksperimen dan 4 peserta didik pada kelas
kontrol.
Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa
nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada
Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Skor Terendah 5 7
Skor Tertinggi 15 16
Mean 10,61 10,67
Median 10 10
Modus 10 8,10, dan 11
Standar Deviasi 2,12 2,27
Skor Maksimal = 27 Lampiran C.1
Tabel 4.1 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
benar yang diperoleh peserta didik kelas kontrol dan peserta didik kelas
eksperimen dengan skor maksimalnya adalah 27 (dari total butir soal/instrumen).
Skor terendah yang diperoleh kelas kontrol adalah 5 dan pada kelas eksperimen
adalah 7. Nilai tertinggi yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 15, sedangkan
62
kelas eksperimen adalah 16. Skor rata-rata atau mean yang didapat pada kelas
kontrol adalah 10,61, sedangkan pada kelas eksperimen adalah 10,67. Skor tengah
atau median untuk kelas kontrol adalah 10, sedangkan untuk kelas eksperimen
adalah 10. Skor yang sering muncul atau modus untuk kelas kontrol adalah 10,
sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 8, 10, dan 11. Pada kelas kontrol,
diperoleh nilai standar deviasi sebesar 2,12, sementara pada kelas eksperimen
sebesar 2,27.
Kemampuan awal keterampilan proses sains (KPS) sebelum diberikan
perlakuan pada penelitian ini terdiri dari enam aspek yaitu, KPS 1
(observasi/mengamati), KPS 2 (interpretasi/menafsirkan), KPS 3
(klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4 (prediksi/meramalkan), KPS 5
(merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6 (menerapkan konsep).
Perbandingan skor pencapaian keterampilan proses sains (KPS) berdasarkan hasil
pretest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Awal Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator
KPS
Skor
Ideal
Kontrol Eksperimen
Skor
Peserta
Didik
%
Skor
Peserta
Didik
%
1 165 72 2.18 44% 68 2,06 41%
2 132 85 2,57 64% 82 2,48 62%
3 165 37 1,12 22% 50 1,51 30%
4 99 25 0,75 25% 27 0,81 27%
5 165 88 2,67 53% 81 2,45 49%
6 165 41 1,24 25% 44 1,33 27%
Total 891 348 10,53 38% 352 10,64 39%
Lampiran C.3
Berdasarkan penjabaran data Tabel 4.2 dapat disimpulkan, selisih total
skor peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan selisih total
skor peserta didik kelas kontrol.
Persentase kemampuan awal KPS peserta didik sebelum diberikan
perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen dilihat per indikator KPS. Pada
indikator KPS 1 diperoleh persentase sebesar 44% di kelas kontrol dan 41% di
kelas eksperimen. Indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 64% di kelas
63
kontrol dan 62% di kelas eksperimen. Indikator KPS 3 diperoleh persentase
sebesar 22% di kelas kontrol dan 30% di kelas eksperimen. Indikator KPS 4
diperoleh persentase sebesar 25% di kelas kontrol dan 27% di kelas eksperimen.
Indikator KPS 5 diperoleh persentase sebesar 53% di kelas kontrol dan 49% di
kelas eksperimen. Indikator KPS 6 diperoleh persentase sebesar 25% di kelas
kontrol dan 27% di kelas eksperimen. Grafik paling rendah yaitu pada indikator
KPS 4 dan KPS 6 diperoleh masing-masing persentase 27% di kelas eksperimen
dan indikator KPS 3 22% di kelas kontrol, sedangkan grafik paling tinggi yaitu
pada indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 64% di kelas kontrol dan 62%
di kelas eksperimen.
Hasil kemampuan awal keterampilan proses sains (KPS) yang diperoleh
dari kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan dilihat per
indikator disajikan pada Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Kemampuan Awal KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Per Indikator KPS
*Keterangan:
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
44%
64%
22%
25
%
53%
25
%
41%
62%
30%
27%
49%
27%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6
Per
sen
tase
Indikator KPS
Kontrol
Eksperimen
64
2. Kemampuan Akhir Keterampilan Sains Peserta Didik Setelah Diberikan
Perlakuan
Kemampuan akhir keterampilan proses sains peserta didik dapat terlihat
dari hasil posttest peserta didik. Hasil posttest yang diperoleh dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan pada penelitian ini
disajikan pada Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.3 menunjukkan jumlah skor benar yang diperoleh oleh peserta
didik kelas kontrol maupun peserta didik kelas eksperimen jika skor maksimalnya
adalah 27 (dari total butir soal/instrumen). Pada rentang skor benar 9 sampai 12,
diperoleh oleh 2 peserta didik di kelas eksperimen dan 5 peserta didik di kelas
kontrol. Rentang skor benar 13 sampai 16, terdapat 12 pada kedua kelas baik
eksperimen maupun kontrol. Rentang skor benar 17 sampai 20, terdapat 7 peserta
didik di kelas eksperimen dan 6 peserta didik di kelas kontrol. Rentang skor benar
21 sampai 24, terdapat 12 peserta didik di kelas eksperimen dan 1 peserta didik di
kelas kontrol. Diagram tersebut menggambarkan bahwa rentang skor yang paling
banyak dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 – 12 dari
skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang skor tersebut
yaitu 18 peserta didik di kelas eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol.
2
12
7
12
5
12
15
1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
9 - 12 13 - 16 17 - 20 21 - 24
Fre
kuen
si
Interval Skor (Skor Maksimum 27)
Eksperimen
Kontrol
65
Skor paling sedikit dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 –
12 dari skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang tersebut
yaitu 2 peserta didik pada kelas eksperimen dan 5 peserta didik pada kelas
kontrol.
Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa
nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada
Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Skor Terendah 10 12
Skor Tertinggi 22 23
Mean 16,27 18,45
Median 16 19
Modus 18 23
Standar Deviasi 2,96 3,82
Skor Maksimal = 27 Lampiran C.2
Tabel 4.2 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
benar yang diperoleh peserta didik kelas kontrol dan peserta didik kelas
eksperimen dengan skor maksimalnya adalah 27 (dari total butir soal/instrumen).
Skor terendah yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 10, sementara kelas
eksperimen adalah 12. Skor tertinggi yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 22,
sedangkan kelas eksperimen adalah 23. Skor rata-rata atau mean yang didapat
pada kelas kontrol adalah 16,27, sedangkan pada kelas eksperimen adalah 18,45.
Skor tengah atau median untuk kelas kontrol adalah 16, sedangkan untuk kelas
eksperimen adalah 19. Skor yang sering muncul atau modus untuk kelas kontrol
adalah 18, sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 23. Pada kelas kontrol,
diperoleh standar deviasi sebesar 2,96, sedangkan pada kelas eksperimen adalah
3,82.
Kemampuan akhir keterampilan proses sains (KPS) setelah diberikan
perlakuan pada penelitian ini terdiri dari enam aspek yaitu, KPS 1
(observasi/mengamati), KPS 2 (interpretasi/menafsirkan), KPS 3
66
(klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4 (prediksi/meramalkan), KPS 5
(merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6 (menerapkan konsep).
Perbandingan skor pencapaian keterampilan proses sains (KPS) berdasarkan hasil
posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut
ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Skor Posttest Kemampuan Akhir Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator
KPS
Skor
Ideal
Kontrol Eksperimen
Skor
Peserta
Didik
%
Skor
Peserta
Didik
%
1 165 133 4,03 81% 133 4,03 81%
2 132 94 2,85 71% 109 3,30 83%
3 165 99 3,00 60% 108 3,27 65%
4 99 45 1,36 45% 60 1,81 61%
5 165 115 3,48 70% 107 3,24 65%
6 165 67 2,03 41% 94 2,48 57%
Total 891 553 16,75 61% 611 18,13 69%
Lampiran C.3
Berdasarkan penjabaran data Tabel 4.4 dapat disimpulkan, selisih total
indikator keterampilan proses sains (KPS) kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan selisih total indikator keterampilan proses sains (KPS) kelas
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan pembuatan teropong bintang sederhana lebih unggul dalam meningkatkan
keterampilan proses sains (KPS).
Hasil kemampuan akhir keterampilan proses sains (KPS) yang diperoleh
dari kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan dilihat per
indikator disajikan pada Gambar 4.4 berikut:
67
Gambar 4.4 Kemampuan akhir KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Per Indikator KPS
*Keterangan:
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
Persentase kemampuan akhir KPS peserta didik setelah diberikan
perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen dilihat per indikator KPS. Pada
indikator KPS 1 diperoleh persentase sebesar 81% di kelas kontrol dan 81% di
kelas eksperimen. Indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 71% di kelas
kontrol dan 83% di kelas eksperimen. Indikator KPS 3 diperoleh persentase
sebesar 60% di kelas kontrol dan 65% di kelas eksperimen. Indikator KPS 4
diperoleh persentase sebesar 45% di kelas kontrol dan 61% di kelas eksperimen.
Indikator KPS 5 diperoleh persentase sebesar 53% di kelas kontrol dan 49% di
kelas eksperimen. Indikator KPS 6 diperoleh persentase sebesar 41% di kelas
kontrol dan 57% di kelas eksperimen. Grafik paling rendah yaitu pada indikator
KPS 6 diperoleh persentase 57% di kelas eksperimen dan 41% di kelas kontrol,
sedangkan grafik paling tinggi yaitu pada indikator KPS 1 diperoleh persentase
sebesar 81% di kelas kontrol dan indikator KPS 2 83% di kelas eksperimen.
81
%
71
%
60
%
45
%
70
%
41
%
81
%
83
%
65
%
61
%
65
%
57
%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6
Per
sen
tase
Indikator KPS
Kontrol
Eksperimen
68
3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) Peserta Didik (N-gain)
per Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS)
Peningkatan tiap indikator pada keterampilan proses sains (KPS)
didapatkan dari rata-rata skor N-gain peserta didik pada masing-masing kelas
yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut merupakan Tabel 4.5
tentang hasil N-gain kelas eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.5 Nilai N-gain per Indikator Keterampilan Proses Sains Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
No.
Indikator
Keterampilan Proses
Sains (KPS)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Skor N-
gain Kategori
Skor N-
gain Kategori
1. KPS 1 0,62 Sedang 0,58 Sedang
2. KPS 2 0,53 Sedang 0,14 Rendah
3. KPS 3 0,48 Sedang 0,39 Sedang
4. KPS 4 0,37 Sedang 0,19 Rendah
5. KPS 5 0,30 Sedang 0,12 Rendah
6. KPS 6 0,45 Sedang 0,14 Rendah
*Keterangan: Lampiran C.10
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
Untuk melihat perbedaan peningkatan pada setiap indikator keterampilan
proses sains (KPS) digunakan rumus normal gain menurut Meltzer. Adapun
peningkatan indikator keterampilan proses sains untuk kedua kelas dapat dilihat
pada Gambar 4.5 berikut:
69
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Hasil Keterampilan Proses Sains (KPS)
Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat bahwa peningkatan hasil keterampilan
proses sains kelas kontrol pada indikator keterampilan proses sains KPS 1
(observasi/mengamati) meningkat sebesar 0,58 (sedang), KPS 2
(interpretasi/menafsirkan) meningkat sebesar 0,14 (rendah), KPS 3
(klasifikasi/mengelompokkan) meningkat sebesar 0,39 (sedang), KPS 4
(prediksi/meramalkan) meningkat sebesar 0,19 (rendah), KPS 5 (merencanakan
percobaan/penelitian) meningkat sebesar 0,12 (rendah), dan KPS 6 (menerapkan
konsep) meningkat sebesar 0,14 (rendah). Adapun peningkatan hasil keterampilan
proses sains di kelas eksperimen, yaitu jenjang keterampilan proses sains KPS 1
(observasi/mengamati) meningkat sebesar 0,62 (sedang), KPS 2
(interpretasi/menafsirkan) meningkat sebesar 0,53 (sedang), KPS 3
(klasifikasi/mengelompokkan) meningkat sebesar 0,48 (sedang), KPS 4
(prediksi/meramalkan) meningkat sebesar 0,37 (sedang), KPS 5 (merencanakan
percobaan/penelitian) meningkat sebesar 0,30 (sedang), dan KPS 6 (menerapkan
konsep) meningkat sebesar 0,45 (sedang). Jika dilihat dari segi peningkatan hasil
keterampilan proses sains nya, hasil di kelas eksperimen lebih unggul daripada
kelas kontrol pada kemampuan KPS 1 (observasi/mengamati), KPS 2
(interpretasi/menafsirkan), KPS 3 (klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6
0.5
8
0.1
4
0.3
9
0.1
9
0.1
2
0.1
4
0.6
2
0.5
3
0.4
8
0.3
7
0.3
0.4
5
SK
OR
UJI
N-G
AIN
INDIKATOR KPS
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
70
(prediksi/meramalkan), KPS 5 (merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6
(menerapkan konsep).
4. Hasil Analisis Angket
Hasil data angket yang diperoleh dari kelas eksperimen selanjutnya diolah
secara kuantitatif berdasarkan tiap-tiap indikatornya menghasilkan data berupa
persentase kemudian dikonversi menjadi kualitatif. Berikut adalah hasil
perhitungan angket respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang
sederhana.
Tabel 4.6 Respon Ketertarikan Peserta Didik Terhadap Pembuatan
Teropong Bintang Sederhana
No. Indikator Angket Persentase Interpretasi
1. Minat belajar peserta didik terhadap
pembelajaran fisika 78%
Hampir seluruhnya
tertarik
2. Pembelajaran menggunakan praktikum 77% Hampir seluruhnya
tertarik
3. Pembuatan teropong bintang sederhana 75% Hampir seluruhnya
tertarik
Rata-rata 77% Hampir seluruhnya
tertarik
Lampiran C.11
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa penggunaan pembuatan teropong bintang
sederhana dalam proses pembelajaran fisika pada konsep alat optik sebagian besar
peserta didik memberikan tanggapan yang positif atau memperoleh hasil hampir
seluruhnya tertarik. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77%. Secara visual hasil
angket respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dapat
dilihat Gambar 4.6 berikut ini:
71
Gambar 4.6 Persentase Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembuatan
Teropong Bintang Sederhana
5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Uji ini dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest
dan posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji normalitas kedua data
menggunakan rumus Kolmogorov-smirnov melalui software SPSS. Berikut
merupakan tabel 4.7 menggambarkan hasil yang diperoleh.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig. 0,189 0,108 0,012 0,024
Uji
Kolmogorov-
Smirnov
Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Keputusan
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data tidak
terdistribusi
normal
Data tidak
terdistribusi
normal
Lampiran C.4 dan C.5
Nilai sig pada uji Kolmogrov-Smirnov pada taraf signifikansi 5%. Pengambilan
keputusan uji normalitas diambil berdasarkan pada ketentuan kriteria uji
Kolmogrov-Smirnov, yaitu signifikansi ≥ 0,05 maka data dinyatakan terdistribusi
normal, namun jika signifikansi ≤ 0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi
78% 77%
75%
73%74%75%76%77%78%79%
Minat belajar
peserta didik
terhadap
pembelajaran fisika
Pembelajaran
menggunakan
praktikum
Pembuatan
teropong bintang
sederhana
Per
sen
tase
Indikator Angket
Respon
72
normal. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest kelas kontrol
sebesar 0,189 dan kelas eksperimen sebesar 0,108. Artinya, dapat diambil
kesimpulan bahwa data hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
terdistribusi normal. Sementara, untuk nilai signifikansi data posttest, kelas
kontrol memperoleh nilai sig sebesar 0,012, sedangkan kelas eksperimen
memperoleh nilai sig sebesar 0,024. Artinya, dapat diambil kesimpulan bahwa
data hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas
memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap dua
buah data, yaitu pretest dan posttest pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Untuk menguji homogenitas kedua data dilakukan uji Levene melalui SPSS. Hasil
perhitungan uji Levene dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig. 0,911 0,012
Uji Levene Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Keputusan Kedua Data Homogen Kedua Data Tidak
Homogen
Lampiran C.6 dan C.7
Nilai uji Levene pada taraf signifikansi 5%. Pengambilan keputusan uji
homogenitas diambil berdasarkan pada ketentuan kriteria pengujian, yaitu
signifikansi ≥ 0,05 maka data kedua kelas dinyatakan memiliki varians sama,
namun jika signifikansi ≤ 0,05 maka data kedua kelas dinyatakan tidak memiliki
varians sama. Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi data pretest (0,911) lebih
besar dari (0,05)., sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelas memiliki
varians yang sama pada saat pretest. Sedangkan data posttest (0,012) lebih kecil
dari (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelas tidak memiliki
varians yang sama pada saat posttest.
73
6. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa data pretest
kedua kelas terdapat data yang terdistribusi normal dan memiliki varians yang
sama. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
para metrik, melalui uji T. Sedangkan, data posttest kedua kelas terdapat data
yang tidak terdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang sama. Oleh
karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji non-para
metrik, Mann-Whitney menggunakan software SPSS. Hasil perhitungan uji
hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig.(2-tailed) 0,911 0,018
Taraf Sig (α) 0,05
Keputusan HI ditolak HI diterima
Lampiran C.8 dan C.9
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H0 adalah dengan melihat nilai
pada kolom Sig.(2-tailed). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%.
Pengambilan keputusan hipotesis diambil berdasarkan pada kriteria pengujian,
yaitu jika nilai Sig.(2-tailed) <0,05, maka dinyatakan H0 ditolak dan HI diterima.
Namun, Sig.(2-tailed) > 0,05, maka dinyatakan H0 diterima dan HI ditolak. Tabel
4.9 menunjukkan bahwa nilai Sig.(2-tailed) hasil pretest (0,911) lebih besar
dibandingkan nilai taraf signifikansi (0,05), sehingga hipotesis nol (H0) diterima
dan hipotesis alternatif (HI) ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara hasil
pretest di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Untuk hasil posttest, nilai
Sig.(2-tailed) (0,018) lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi (0,05),
sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (HI) diterima. Dengan
diterimanya hipotesis alternatif (HI), dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains (KPS)
peserta didik pada konsep alat optik.
74
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Kemampuan keterampilan proses sains (KPS) yang diukur dalam
penelitian ini adalah mengamati, menafsirkan, mengelompokkan, meramalkan,
merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep. Kondisi hasil kemampuan
awal keterampilan proses sains (KPS) peserta didik kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebelum diberikan perlakuan masih rendah sekali. Saat pemberian
pretest, sebagian besar peserta didik menanyakan bagaimana proses pembuatan
teropong bintang sederhana. Berdasarkan hasil kemampuan awal dapat dilihat
pencapaian skor pretest yang diperoleh masing-masing kelas terbilang rendah.
Skor rata-rata yang didapatkan oleh kedua kelas di bawah rata-rata yaitu 10,61
(39%) pada kelas kontrol dan 10,67 (39,5%) pada kelas eksperimen. Pencapaian
hasil rata-rata pretest kelas kontrol maupun kelas eksperimen dikarenakan guru
hanya menggunakan metode ceramah dan peserta didik pun juga memiliki cara
belajar yang kurang baik, cenderung menjadi pasif.86
Hal ini menunjukkan masih
rendahnya kemampuan keterampilan proses sains peserta didik, sebab proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (pembelajaran yang pasif), peserta
didik hanya mendengar, mencatat, dan menghafal. Pembelajaran yang sebelumnya
dilakukan oleh guru kurang mengembangkan ide-ide pikiran mereka. Selain itu,
pembelajaran yang bersifat monoton menyebabkan peserta didik tidak tertarik
untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik lebih memilih mengobrol dengan
teman dibandingkan bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan dalam
mengerjakan latihan yang diberi oleh guru.
Kondisi hasil kemampuan awal peserta didik pada tiap indikator
keterampilan proses sains (KPS) di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
Berdasarkan hasil rata-rata pretest yang dilakukan bahwa terlihat skor peserta
didik kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil per
indikator KPS kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dimana pada indikator
merencanakan percobaan kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen. Hal ini dikarenakan kelas kontrol lebih baik dari pada kelas
86
Mariam Nasution, “Memahami Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
Matematika”. Logaritma. Vol.II No.01 Januari, 2014, 73.
75
eksperimen dalam penentuan kegiatan pengumpulan informasi tentang teropong
bintang. Hasil pretest per indikator KPS kelas eksperimen memiliki persentase
rendah sekali pada indikator prediksi dan menerapkan konsep. Rendah sekali rata-
rata persentase indikator prediksi pada kelas eksperimen dikarenakan peserta didik
tidak pernah memperkirakan susunan teropong bintang sederhana. Selain itu,
peserta didik sebelumnya tidak pernah melakukan praktik pembuatan alat
sederhana karena dalam proses pembuatan alat sederhana peserta didik harus
mempunyai kemampuan prediksi/meramalkan. Selanjutnya, rendah sekali rata-
rata persentase indikator menerapkan konsep pada kelas eksperimen dikarenakan
peserta didik belum mampu menggunakan konsep alat optik yang telah dimiliki,
berarti peserta didik belum bisa menerapkan konsep yang telah di pelajari dalam
situasi baru. Hasil pretest per indikator KPS kelas kontrol memiliki rata-rata
persentase rendah sekali pada indikator mengelompokkan. Rendah sekali rata-rata
persentase indikator mengelompokkan pada kelas kontrol dikarenakan peserta
didik belum bisa mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan,
membandingkan, dan mencari dasar penggolongan pada konsep alat optik.
Kondisi hasil kemampuan akhir peserta didik setelah diberi perlakuan
yaitu pembuatan teropong bintang sederhana pada kelas eksperimen dan
demonstrasi teropong bintang pada kelas kontrol. Skor rata-rata posttest kelas
eksperimen 18,45 (68%) dalam kategori sedang dan kelas kontrol 16,27 (60%)
dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan
keterampilan proses sains peserta didik, sebab proses pembelajaran pembuatan
teropong bintang sederhana lebih baik dari pada proses pembelajaran demonstrasi
teropong bintang. Pembelajaran pembuatan teropong bintang sangat baik dalam
mengembangkan ide-ide pikiran mereka dan menyebabkan peserta didik tertarik
untuk mengikuti proses pembelajaran.
Kondisi hasil kemampuan akhir peserta didik pada tiap indikator
keterampilan proses sains (KPS) di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
Berdasarkan hasil rata-rata posttest yang dilakukan bahwa terlihat skor peserta
didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil per
indikator KPS kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dimana pada rata-rata
76
persentase indikator merencanakan percobaan kelas kontrol lebih tinggi
dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan kelas kontrol lebih baik dari
pada kelas eksperimen dalam penentuan kegiatan pengumpulan informasi tentang
teropong bintang, disebabkan kelas kontrol dalam proses pembelajaran tidak
membuat teropong bintang sederhana. Pada indikator mengamati kelas kontrol
maupun kelas eksperimen memiliki rata-rata persentase sama tinggi. Kesamaan
rata-rata persentase indikator mengamati pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dikarenakan kedua kelas sama-sama mengamati objek menggunakan
teropong sederhana dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan juga metode
yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode demonstrasi. Metode
demonstrasi peserta didik dapat memahami sesuai objek yang di amati.87
Pada
indikator menafsirkan kelas eksperimen memiliki rata-rata persentase lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan peserta didik di kelas eksperimen
dapat menghubungkan dan menemukan pola dalam suatu kegiatan dan peserta
didik akan menemukan kesimpulan dalam proses pembuatan teropong bintang
sederhana. Sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa melalui
proses interaksi akan melatih peserta didik untuk mencari informasi dalam
menarik kesimpulan informasi yang di dapat peserta didik.88
Berdasarkan peningkatan per indikator keterampilan proses sains kelas
eksperimen maupun kelas kontrol pada indikator mengamati sama-sama memiliki
peningkatan lebih tinggi dari pada indikator yang lain. Kelas eksperimen
mengalami peningkatan sebesar 0,62 pada kategori sedang, sedangkan kelas
kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,58 pada kategori sedang. Indikator
mengamati kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dikarenakan
kelas eksperimen dalam proses pembuatan teropong bintang sederhana peserta
didik memahami konsep yang diberikan oleh guru, sedangkan kelas kontrol tidak
membuat teropong bintang sederhana melainkan hanya melihat guru
87
Aisyah, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Peserta didik pada Materi Pembiasan Cahayaí, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta,
2014, h.11, tidak diterbitkan. 88
Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta didik”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h.53, tidak
diterbitkan.
77
mendemonstrasikan teropong bintang. Dalam hal ini, kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dapat mengamati dengan baik, mengobservasi atau mengamati tidak
sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-
milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita
menggunakan semua indra, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan
mencium.89
Sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang membuat peserta didik terlihat langsung untuk membentuk
dan menggali pengetahuannya melalui pengamatan yang mereka lakukan tidak
hanya akan menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik.90
Peserta didik menggali
pengetahuannya melalui pengamatan juga dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam pemikiran kritis dan keterampilan penalaran ilmiah seperti
yang dipergunakan oleh ahli sains dalam menemukan pengetahuan.91
Berdasarkan
peningkatan per indikator keterampilan proses sains kelas eksperimen maupun
kelas kontrol pada indikator merencanakan percobaan sama-sama memiliki
peningkatan lebih rendah dari pada indikator yang lain. Kelas eksperimen
mengalami peningkatan sebesar 0,30 pada kategori sedang, sedangkan kelas
kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,12 pada kategori rendah. Indikator
merencanakan percobaan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol, dikarenakan kelas eksperimen menerima informasi terkait proses
pembuatan teropong bintang sederhana, sedangkan kelas kontrol tidak menerima
informasi terkait proses pembuatan teropong bintang sederhana.
Respon peserta didik terhadap proses pembelajaran fisika pada konsep alat
optik melalui pembuatan teropong bintang sederhana. Berdasarkan hasil
perhitungan respon peserta didik menunjukkan bahwa pembuatan teropong
bintang sederhana dalam proses pembelajaran fisika pada konsep alat optik
sebagian peserta didik memberikan tanggapan yang positif dapat dilihat pada
indikator angket minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran fisika yang
89
Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia 1992), Hal.19 90
Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h.59, tidak diterbitkan. 91
Remziye Ergul. 2011. The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary
School Student’s Science Process Skill and Science Attitides. Uludag University, Turkey.
78
memperoleh 78% interpretasi hampir seluruhnya tertarik. Secara keseluruhan
indikator angket diperoleh rata-rata persentase sebesar 77% interpretasi hampir
seluruhnya tertarik. Hal ini sejalan penelitian yang lain menunjukkan bahwa
dengan peserta didik ikut aktif dalam menemukan/memahami konsep pertanyaan
yang diberikan guru sehingga peserta didik menjawab pertanyaan dengan tepat
dan menggunakan alat peraga batang napier dalam proses pembelajaran.92
Artinya, secara keseluruhan pembuatan teropong bintang sederhana dalam proses
pembelajaran alat optik memberikan pengaruh positif terhadap hasil keterampilan
proses sains peserta didik. Pembuatan teropong bintang sederhana menurut guru
fisika di salah satu Madrasah Aliyah agar peserta didik mengetahui prinsip/konsep
fisika teropong bintang, selain itu diharapkan peserta didik lebih mudah dalam
penguasaan materi, meningkatkan kreativitas karena peserta didik langsung
dilibatkan dalam praktik pembuatan teropong bintang sederhana.93
Berdasarkan hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains peserta
didik pada konsep alat optik. Hal ini ditunjukkan nilai Sig.(2-tailed) pada posttest
sebesar 0,018 dan nilai taraf signifikansi 0,05. Artinya, nilai Sig.(2-tailed) < nilai
taraf signifikansi. Dalam penelitian ini, kemampuan keterampilan proses sains
yang diukur adalah mengamati, menafsirkan, mengelompokkan, meramalkan,
merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep. Dengan menggunakan
keterampilan proses sains sebagai hasil belajar, peserta didik akan mengalami
proses untuk mendapatkan konsep-konsep dalam pembuatan teropong bintang
sederhana, memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan,
dan mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap peserta didik lainnya
dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, keterampilan proses sains tidak
menjamin bahwa setiap peserta didik akan mencapai tujuan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, membutuhkan jumlah peserta didik dalam kelas relatif kecil, dan
92
Linda, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap Pemahaman
Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.73, tidak diterbitkan. 93
https://dki.kemenag.go.id/berita/469139/pembuatan-teleskop-sederhana-man-7-jakarta,
diakses tanggal 13 Maret 2017, jam 15,40 wib.
79
sulit membuat peserta didik turut aktif secara merata selama proses pembelajaran
berlangsung.
Hasil keterampilan proses sains yang meningkat tidak terlepas dari metode
pembelajaran eksperimen pembuatan teropong bintang sederhana yang sangat
menarik untuk dikembangkan. Kelebihan menggunakan metode eksperimen yaitu
melatih peserta didik disiplin terutama kaitannya dalam melakukan pembuatan
teropong bintang sederhana, peserta didik akan lebih memahami materi secara
langsung, melibatkan aktivitas peserta didik, dan kreativitas peserta didik secara
langsung. Kekurangan menggunakan metode eksperimen yaitu membutuhkan
waktu yang banyak, dan memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap untuk
menunjang metode eksperimen.94
Meskipun memiliki beberapa keterbatasan,
penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran pembuatan teropong bintang
sederhana telah mampu meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) peserta
didik dan mendapatkan respon hampir seluruhnya tertarik dalam pembuatan
teropong bintang sederhana. Artinya, secara keseluruhan pembuatan teropong
bintang sederhana memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan proses
sains (KPS) peserta didik.
94
Romadlon Nur, “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada
IAIN Tulungagung, 2010, h.79, tidak diterbitkan.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap
keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Hal ini
didasarkan pada hasil uji hipotesis (uji Mann-Whitney) terhadap data posttest.
Sig.(2-tailed) sebesar 0,018, pada taraf signifikansi 0,05, sehingga hipotesis
alternatif (Hi) diterima.
2. Terdapat peningkatan kemampuan per indikator keterampilan proses sains
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan per indikator
keterampilan proses sains kelas eksperimen mengalami peningkatan paling
besar pada indikator mengamati/observasi sebesar 0,62 dan kelas kontrol
mengalami peningkatan paling besar pada indikator mengamati/observasi
sebesar 0,58.
3. Respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang sederhana adalah
hampir semua tertarik.
B. Saran
Pembuatan teropong bintang sederhana secara keseluruhan mampu
meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik
berhasil dilakukan pada penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menyarankan
beberapa gagasan untuk penelitian semacam ini ke depannya, yaitu:
1. Peningkatan indikator merencanakan percobaan, peningkatannya cukup
rendah dibandingkan indikator lainnya. Hal ini memungkinkan digunakannya
metode atau cara lain khusus pada indikator ini.
81
2. Dalam penelitian ini, hendaknya meneliti kembali permasalahan indikator
merencanakan percobaan. Hal ini dikarenakan kelas kontrol memperoleh
persentase lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen pada pretest dan
posttest.
3. Disarankan bagi peneliti lain, untuk menyediakan waktu cukup lama pada
proses pembuatan teropong bintang sederhana.
4. Pembelajaran dengan pembuatan teropong sederhana hendaknya untuk
meneliti kemampuan yang lain seperti: penalaran adaptif matematis,
kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dan lain-lainnya
yang dapat diterapkan pada konsep fisika yang lainnya.
5. Rekomendasi dari peneliti, pembuatan teropong bintang sederhana ini sangat
cocok untuk digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMAS/SMAN) yang
tidak mempunyai teropong bintang.
82
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2014). “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya”, skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, tidak diterbitkan.
Arief S. Sudirman, dkk. (2010). Media Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Press)
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
(Jakarta: Rineka Cipta)
-------------------------. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara)
Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
(Jakarta: Gaung Persada Press).
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Fisika SMA dan MA. Jakarta.
Elsa, Riah. (2014). ―Pengaruh Alat Peraga Sederhana Six In One Terhadap Hasil
Belajar Peserta didik Pada Konsep Fluida Statis”, skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta.
Ergul, Remziye. (2011). The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on
Elementary School Student’s Science Process Skill and Science Attitides.
Uludag University, Turkey.
Hotaman, Davut. (2008). ―The Examination Of The Basic Skill Levels Of The
Students In Accordance With The Perceptions Of Teacher, Parents And
Students”. Yildiz Technical University, Faculty of Education, Istanbul,
Turkey.
https://dki.kemenag.go.id/berita/469139/pembuatan-teleskop-sederhana-man-7-
jakarta, diakses tanggal 13 Maret 2017, jam 15,40 wib.
Kanginan, Marthen. (2013). FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga)
Karsli, Fethiye. (2009), ―Developing worksheet Based On Science Process Skills:
Factors Affecting Solubility”, Giresun University, Education Faculty,
Department of Elementary Science Education, Giresun/Turkey.
83
Linda. (2014). “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap
Pemahaman Konsep Perkalian Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12
Pamulang”, skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, tidak
diterbitkan.
Lippincott, Kristen. (1994). “Astronomi” Jendela IPTEK. (Jakarta: Balai Pustaka)
Mei, Grace Teo Yew. (2007). ―Promotion Science Process Skills and The
Relevance of Science Through Science Alive Programme,‖, Proceeding of
Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding
Conference, Singapore.
Munandi, Yudi. (2010). Media Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada Press)
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2010). Media Pengajaran. (Bandung: Sinar
Biru Algesindo).
Nasution, Mariam. (2014). “Memahami Pendekatan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran Matematika”. Logaritma. Vol.II No.01.
Nur, Romadlon, (2010). “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo
Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada IAIN Tulung agung, tidak
diterbitkan.
Pertiwi, Dian Aji. (2011). “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, skripsi pada Universitas Islam
Negeri Jakarta, tidak diterbitkan.
Pramesti, Getut. (2015). Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22. (Jakarta:
PT. Gramedia)
Pramitha, Ira Kania. (2012). ―Penerapan Metode Eksperimen Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa Pada Konsep
Getaran Dan Gelombang”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.
Riduwan dan Akdon. (2013). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika,
(Bandung: Alfabeta)
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian dan Pendidikan, (Bandung:
CV. Andira).
84
Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:
Universitas Negeri Malang).
Semiawan, Conny. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. (Jakarta: Gramedia)
Sudjana, Nana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT.
Sinar Baru Algensindo).
Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya)
Sufren dan Yonathan Natanael. (2013). Mahir menggunakan SPSS secara
otodidak. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo)
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta)
Suwarna, Iwan Permana. (2010). Optik. (Bogor: CV. Duta Grafika)
Suwarna, Iwan Permana. (2016). Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola
Kelembagaan “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Maha
peserta didik Melalui Computer Based Test pada Progrema Studi
Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan
(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Tim Penyusun modul. (2011). Modul Panduan Pembuatan Alat Peraga Fisika
Sederhana untuk SMA, Jurnal Radiasi.
Wawancara dengan Teguh Priyanto, M.Pd., tanggal 23 Agustus 2016, pukul:
13.20 WIB di MAN 7 Jakarta
Zulfiani, dkk. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta.
85
LAMPIRAN A
PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan
2. Lembar Observasi Peserta Didik pada Studi Pendahuluan
3. RPP Kelas Kontrol
4. RPP Kelas Eksperimen
86
Lampiran A1
Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan
87
88
Lampiran A2
Lembar Observasi Pembelajaran pada Studi Pendahuluan
89
Lampiran A3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 1
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menxalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
Kompetensi Dasar
(KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Menyebutkan definisi pemantulan dan pembiasan cahaya.
Menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur
berdasarkan hukum pemantulan.
Menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum
pembiasan.
Menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang
lengkung serta pembiasan cahaya.
90
Menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan
bidang lengkung.
Menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan definisi dari pemantulan dan pembiasan cahaya dengan
benar setelah melihat video yang ditampilkan.
2. Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur berdasarkan
hukum pemantulan dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar.
3. Siswa dapat menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum pembiasan dengan
benar setelah melihat video yang ditampilkan.
4. Siswa dapat menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung
serta pembiasan cahaya dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar dan
video yang ditampilkan
5. Siswa dapat menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung
dengan benar setelah berdiskusi.
6. Siswa dapat menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa dengan benar
setelah berdiskusi.
E. Materi Ajar
Optika adalah bagian ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Ada dua cabang
optika, yaitu optik geometris dan optik fisis. Dalam materi alat optik terdapat sifat
pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya mengenai suatu penghalang
sehingga arah gerak cahaya berubah.
a) Jenis pemantulan cahaya
Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu :
Pemantulan teratur, adalah pemantulan cahaya yang terjadi apabila suatu berkas
cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap,
sehingga arah pemantulan cahaya tersebut teratur menuju ke suatu arah tertentu.
Contoh pemantulan teratur, adalah pemantulan pada permukaan cermin dan pada
permukaan air yang tenang.
Gambar 1 Pemantulan teratur
Pemantulan baur (difus), adalah pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas
cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan kasar (tidak rata), sehingga
arah pemantulan cahaya tidak teratur. Contoh pemantulan baur adalah
pemantulan pada permukaan kertas dan pada permukaan lantai karpet.
Gambar 2 Pemantulan Baur
91
b) Hukum pemantulan cahaya
Pada pemantulan cahaya, berlaku hukum Snellius, yaitu:
Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.
Gambar 3 Hukum pemantulan cahaya
c) Pemantulan cahaya pada cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa sebuah bidang
datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar, adalah:
Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin
Bayangannya maya
Bayangan yang terbentuk tegak
Bentuk bayangan sama dengan bentuk benda
Bayangan yang terbentuk menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.
Gambar 4 Pembentukan bayangan pada cermin datar
Bila terdapat 2 buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya
bayangan yang terbentuk (n) adalah:
n =
- 1
d) Pemantulan cahaya pada cermin lengkung
a. Pemantulan cahaya pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya
permukaannya berupa cekungan yang merupakan bagian dalam suatu bola.
Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus
(F).
Sinar datang yang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan sumbu
utama.
Sinar datang yang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik
pusat kelengkungan cermin tersebut.
Gambar 5 Sinar istimewa pada cermin cekung
92
b. Pemantulan cahaya pada cermin cembung
Cermin cembung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya
permukaannya berupa cembungan dan merupakan bagian luar dari suatu bola.
Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus (F).
Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu
utama.
Sinar datang yang seolah-olah menuju ke titik pusat kelengkungan cermin
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat itu juga.
Gambar 6 Sinar istimewa pada cermin cembung
Pembiasan cahaya
a) Hukum Snellius untuk pembiasan
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium
menuju medium lain. Hukum pembuiasan I yang berbunyi: sinar datang, sinar bias,
dan garis normal terletak pada satu bidang. Hukum pembiasan II (Hukum Snellius II)
berbunyi: sinar yang datang dari medium yang kerapatannya rendah menuju medium
yang kerapatannya tinggi akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya sinar
yang datang dari medium yang kerapatannya lebih tinggi menuju medium yang
kerapatannya lebih rendah akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada pembiasan cahaya berlaku:
=
=
=
b) Indeks bias
Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan
cepat rambat cahaya pada medium.
n =
Indeks bias relatif adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium
satu terhadap cepat rambat cahaya dalam medium yang lain
n21 =
=
c) Pembiasan pada kaca plan parallel
Jika seberkas sinar dari medium dengan indek bias n1 ke suatu kaca plan
paralel dengan indek bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang keluar akan sejajar
dengan sinar yang masuk.
93
Gambar 7 Pembiasan pada kaca plan paralel
Besarnya pergeseran (t) dihitung dengan persamaan:
t =
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―Apa
yang kalian ketahui
mengenai
pemantulan cahaya?‖
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan
oleh guru
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru
2 menit
Inti Mengamati
Menyajikan video
berkaitan dengan
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
Memperhatikan
video yang disajikan
guru 5 menit
Memberikan contoh
persoalan terkait
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru 5 menit
94
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait materi
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
Mengajukan
pertanyaan terkait
materi yang sedang
dipelajari 10
menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
diskusi
Membentuk
kelompok diskusi 2 menit
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal yang
diberikan guru
dengan berdiskusi
3 menit
Mengasosiasi
Guru meminta siswa
menjawab soal yang
telah diberikan
Menjawab soal yang
diberikan
30
menit Guru membimbing
dan memantau siswa
yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan diskusi
aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk
satu siswa secara
acak pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan
hasil diskusi, untuk
tiap kelompok
diwakilkan oleh satu
orang
10
menit
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan
masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan
masalah.
5 menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi
menentukan
kesimpulan yang
harus diambil.
5 menit
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil
diskusi dan kelompok
lain yang belum
membaca hasil
kesimpulan,
menyimak.
5 menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan
oleh guru. 3 menit
95
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan
dan diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal
yang diberikan guru
dirumah dan
menyerahkan di
pertemuan
selanjutnya.
2 menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
96
Lembar Diskusi
Pemantulan dan Pembiasan
1. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk cermin datar?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin
datar!
Jawaban:
3. Bagaimana sifat bayangan pada cermin cekung?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
4. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin
cekung!
Jawaban:
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
97
Soal evaluasi Pertemuan 1
1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 200 satu dengan yang lainnya. Di
depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan
sebanyak….
a. 16
b. 17
c. 18
d. 19
e. 20
2. Letak bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung adalah 30 cm dan nyata. Apabila jarak
fokus cermin 20 cm maka perbesarannya adalah….
a. 0,5 X
b. 1,5 X
c. 2,5 X
d. 3,0 X
e. 3,5 X
3. Bemda di depan cermin cembung selalu menghasilkan bayangan….
a. nyata, diperkecil, terbalik
b. nyata, diperbesar, terbalik
c. maya, diperkecil, tegak
d. maya, diperkecil, terbalik
e. nyata, diperbesar, tegak
4. Bila sudut batas sinar di dalam suatu medium adalah 450 maka indeks bias medium
terhadap udara adalah…. (nudara = 1)
a. √
b. √
c. √
d. √
e. √
5. Serbekas sinar masuk ke dalam kaca yang mempunyai ketebalan 10 cm dengan sudut
datang 600 dan dibiaskan dengan sudut 30
0. Besarnya pergeseran sinar keluar terhadap
sinar masuk adalah….
a. 2,50 cm
b. 3,00 cm
c. 4,25 cm
d. 5,75 cm
e. 6,00 cm
Pedoman Nilai =
x100
98
Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 1
1. Dik : θ = 200
Dit : n….?
Jawaban:
n =
– 1
n =
– 1
n = 18 – 1 = 17
2. Dik : s’= 30 cm; f = 20 cm
Dit : ….?
Jawaban:
+
=
+
=
= 60 cm
M =
=
= 0,5 x
3. Maya, tegak dan di perkecil
4. Dik : = 450
Dit : n….?
sin =
sin 450 =
n = √
5. Dik : d = 10 cm; i = 600; r = 30
0
Dit : pergeseran sinar (t)…?
Jawaban:
t =
t =
= 5,75 cm
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 2
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa
C. Indikator
Kompetensi Dasar
(KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai agama
yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera.
Menjelaskan macam-macam cacat mata
Menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan
kamera.
Menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan
kamera.
100
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera dengan benar setelah
melihat video yang ditampilkan guru.
2. Siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata dengan benar setelah mencari
informasi dari buku ajar.
3. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera
dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
4. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera.
dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
E. Materi Ajar
Mata Setiap manusia memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada, yaitu mata. Mata
merupakan bagian dari pancaindra yang berfungsi untuk melihat. Mata membantu kita
menikmati keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati benda-benda di sekeliling,
dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati melalui mata. Coba bayangkan bila
manusia tidak mempunyai mata atau mata kita buta, tentu dunia ini terlihat gelap gulita.
Apabila diamati, ternyata mata terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi berbeda-beda tetapi saling mendukung. Bagian-bagian mata yang
penting tersebut, antara lain, kornea, pupil, iris, aquaeus humour, otot akomodasi, lensa
mata, retina, vitreous humour, bintik kuning, bintik buta, dan saraf mata.
1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan.
Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta
melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.
2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya
dapat masuk ke dalam mata.
3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau cokelat yang berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang Anda lihat sebagai warna mata
seseorang.
4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk
membiaskan cahaya ke dalam mata.
5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan
berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata.
6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini
berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada
retina.
7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat
terbentuknya bayangan.
8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi
untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina.
9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat
terbentuknya bayangan yang jelas.
101
10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada
bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.
11. Saraf Mata. Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina
menuju ke otak.
Proses terlihatnya benda oleh mata yaitu benda yang berada di depan mata
memantulkan cahaya. Cahaya tersebut masuk ke mata melalui pupil yang kemudian akan
dibiaskan oleh lensa mata sehingga terbentuk bayangan pada retina. Oleh saraf,
bayangan tadi diteruskan ke pusat saraf (otak), sehingga Anda terkesan melihat benda.
a. Daya Akomodasi Mata
Bola mata bentuknya tetap, sehingga jarak lensa mata ke retina juga tetap. Hal
ini berarti jarak bayangan yang dibentuk lensa mata selalu tetap, padahal jarak benda
yang kita lihat berbeda. Lensa mata dapat mencembung atau pun memipih secara
otomatis karena adanya otot akomodasi (otot siliar). Untuk melihat benda yang
letaknya dekat, otot siliar menegang sehingga lensa mata mencembung dan
sebaliknya untuk melihat benda yang letaknya jauh, otot siliar mengendur (rileks),
sehingga lensa mata memipih. Kemampuan otot mata untuk menebalkan atau
memipihkan lensa mata disebut daya akomodasi mata.
Agar benda/objek dapat terlihat jelas, objek harus terletak pada daerah
penglihatan mata, yaitu antara titik dekat dan titik jauh mata. Titik dekat (punctum
proximum = pp) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata
(± 25 cm). Pada titik dekat ini lensa mata akan mencembung maksimal. Titik jauh
(punctum remotum = pr) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
oleh mata, jaraknya tak terhingga. Pada titik jauh ini, lensa mata akan memipih
maksimal.
b. Cacat Mata
Tidak semua mata manusia dapat membentuk bayangan tepat pada retina, ada
mata yang mengalami anomali. Hal ini dapat terjadi karena daya akomodasi mata sudah
berkurang sehingga titik jauh atau titik dekat mata sudah bergeser. Keadaan mata yang
demikian disebut cacat mata. Cacat mata yang diderita seseorang dapat disebabkan oleh
kerja mata (kebiasaan mata) yang berlebihan atau cacat sejak lahir.
1) Miopi (Rabun Jauh) Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda
yang letaknya jauh. Penderita miopi titik jauhnya lebih dekat daripada tak terhingga (titik
jauh < ~) dan titik dekatnya kurang dari 25 cm. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
dapat dipipihkan sebagaimana mestinya sehingga bayangan dari benda yang letaknya
102
jauh akan jatuh di depan retina. Untuk dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh
agar nampak jelas, penderita miopi ditolong dengan kaca mata berlensa cekung (negatif).
Miopi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda yang dekat.
Cacat mata ini sering dialami tukang jam, tukang las, operator komputer, dan sebagainya.
2) Hipermetropi (Rabun Dekat) Hipermetropi adalah cacat mata dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas
benda-benda yang letaknya dekat. Titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata
normal (titik dekat > 25 cm).
Penderita hipermetropi hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda yang
letaknya jauh sehingga cacat mata ini sering disebut mata terang jauh. Hipermetropi
disebabkan lensa mata terlalu pipih dan sulit dicembungkan sehingga bila melihat benda-
benda yang letaknya dekat, bayangannya jatuh di belakang retina. Supaya dapat melihat
benda-benda yang letaknya dekat dengan jelas, penderita hipermetropi ditolong dengan
kaca mata berlensa cembung (positif).
Hipermetropi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda-
benda yang jauh. Cacat mata ini sering dialami oleh orang-orang yang bekerja sebagai
sopir, nahkoda, pilot, masinis, dan sebagainya.
3) Presbiopi (Mata Tua) Orang-orang yang sudah tua, biasanya daya akomodasinya sudah berkurang.
Pada mata presbiopi, titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata normal (titik
dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat daripada titik jauh mata normal (titik jauh <
~). Oleh karena itu, penderita presbiopi tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya
dekat maupun jauh.
Untuk dapat melihat jauh dengan jelas dan untuk membaca pada jarak normal,
penderita presbiopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap (kacamata
bifokal). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa
cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa
cembung untuk melihat benda dekat/membaca.
4) Astigmatisma Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau lensa
mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak dapat terpusat dengan
sempurna. Cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan
garis-garis mendatar secara bersama-sama. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca
mata berlensa silinder.
KAMERA Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada
film negatif. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut :
1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk
bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil.
2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa.
3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma.
4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif,
yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.
103
Dalam kamera terdapat lensa cembung yang berfungsi sebagai pembentuk
bayangan. Jika sebuah benda diletakkan di ruang tiga sebuah lensa cembung akan
terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Antara kamera dan mata manusia
terdapat persamaannya, yaitu benda yang diambil oleh kamera dan benda yang dilihat
mata manusia berada di ruang tiga dan lensa kamera atau lensa mata. Sehingga terbentuk
bayangan yang sifatnya nyata, terbalik, dan diperkecil.
Pada kamera bayangan ini diusahakan jatuh tepat di plat film yang mempunyai
sifat sangat peka terhadap cahaya. Jika plat film yang peka cahaya ini dikenai cahaya
maka plat film mengalami perubahan kimia sesuai dengan cahaya dan benda di depan
kamera. Plat ini masih peka cahaya, agar plat film ini menjadi tidak peka terhadap
cahaya dalam studio perlu dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tertentu.
Setelah plat film dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tadi, plat film menjadi
tidak pekat terhadap cahaya dan terlihat gambar pada plat film yang disebut gambar
negatif (negatif film). Untuk memperoleh gambar yang sesuai dengan gambar semula
yang diambil di depan kamera, film negatif ini kemudian dicetak pada kertas film
(biasanya kertas film warnanya putih). Gambar pada kertas film merupakan gambar dan
benda yang diambil di depan kamera tersebut dan disebut gambar positif. Gambar positif
sangat tergantung pada proses pembentukan bayangan pada plat film ini, jika bayangan
terjadi pada plat film ini kabur atau kurang jelas menyebabkan hasil cetakannya nanti
juga kabur atau tidak jelas.
Untuk memperoleh hasil pemotretan yang bagus, lensa dapat Anda geser maju
mundur sampai terbentuk bayangan paling jelas dengan jarak yang tepat, kemudian Anda
tekan tombol shutter.
Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak
bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk
menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan
kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida.
Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif.
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
104
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali pengetahuan
awal siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―siapa yang
menggunakan
kacamata?‖
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
guru.
3
menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan
oleh guru
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh guru
2
menit
Inti
Mengamati
Menyajikan video
berkaitan dengan mata
dan kamera
Memperhatikan video
yang disajikan guru 5
menit
Memberikan contoh
persoalan terkait mata
dan kamera
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru
5
menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait mata dan kamera
Mengajukan
pertanyaan terkait
materi yang sedang
dipelajari
10
menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok diskusi
Membentuk kelompok
diskusi
2
menit
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal yang
diberikan guru dengan
berdiskusi
3
menit
Mengasosiasi
Guru meminta siswa
menjawab soal yang
telah diberikan
Menjawab soal yang
diberikan
30
menit Guru membimbing dan
memantau siswa yang
sedang melakukan
diskusi.
Melakukan diskusi
aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan hasil
diskusinya dengan
menunjuk satu siswa
secara acak pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan
hasil diskusi, untuk
tiap kelompok
diwakilkan oleh satu
orang
10
menit
105
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan masalah.
5
menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa menjadi
4 kelompok besar dan
meminta siswa untuk
berdiskusi menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi
menentukan
kesimpulan yang
harus diambil.
5
menit
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang dilakukan.
Membaca hasil diskusi
dan kelompok lain
yang belum membaca
hasil kesimpulan,
menyimak.
5
menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi apabila
terdapat kesalahan yang
bisa mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan
oleh guru.
3
menit
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan dan
diserahkan dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal
yang diberikan guru di
rumah dan
menyerahkan di
pertemuan
selanjutnya.
2
menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
106
107
Lembar Diskusi
Mata
1. Perhatikan gambar di bawah ini dan isilah data pada tabel, berdasarkan nomor yang
tertera pada gambar!
No. Nama Bagian Fungsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam cacat mata?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
108
Evaluasi Pertemuan 2
1. Seseorang titik dekatnya 100 cm, hendak membaca buku pada jarak 25 cm di depan
matanya. Agar dapat membaca dengan jelas maka ia harus memakai kacamata
berkekuatan….
a. – 2 dioptri
b. 0,5 dioptri
c. 2 dioptri
d. 3 dioptri
e. 6 dioptri
2. Seorang anak penderita miopi memiliki titik jauh 50 cm maka ia dibantu dengan dengan
kacamata berkekuatan …. dioptri
a. 1
b. -1
c. 2
d. -2
e. 2,5
3. Seseorang disarankan dokter untuk menggunakan kacamata -1,25 D, setelah periksa
kembali titik jauh orang tersebut telah berkurang 25%, ukuran kacamata yang sekarang
adalah….
a. – 1,3 D
b. – 1,37 D
c. – 1,5 D
d. – 1,67 D
e. 1,85 D
4. Sebuah kamera pin hole digunakan untuk melihat sebuah gedung yang tingginya 15 m.
Jika jarak kamera ke gedung 60 m dan panjang kamera 25 cm. Hitunglah tinggi bayangan
gedung pada kamera….
a. 6,00 cm
b. 6,25 cm
c. 6,50 cm
d. 7,00 cm
e. 7,25 cm
5. Seseorang miopi tak mampu melihat jelas benda yang terletak lebih dari 50 cm dari
matanya. Kacamata yang dibutuhkannya adalah…. dioptri
a. – 4
b. 3
c. 2
d. – 2
e. 5
Pedoman Nilai =
x 100
109
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 2
1. Dik : = 25 cm; s’= - = - 100 cm (titi dekat)
Dit : P…..?
Jawaban
+
=
–
=
f =
P =
=
= 3 dioptri
2. Dik : = ∞; s’= - PR = - 50 cm (titi jauh)
Dit : P…..?
Jawaban
+
=
–
=
f = - 50 cm
P =
=
= - 2 dioptri
3. Dik : P1 = - 1,25 dioptri; PR2 = 100% - 25% = 75% PR1
Dit : P2….?
Jawaban:
P1 =
-1,25 =
= PR1 = 80 cm
PR2 = 75% PR1 = 0,75(80) = 60 cm
P2 =
=
= - 1,67 dioptri
4. Dik : h = 15 m; S = 60 m; s’ = 25 cm = 0,25 m
Dit : h’….?
Jawaban:
=
=
h’ = 0,0625 m = 6,25 cm
5. Dik : PR = 50 cm
Dit : P…..?
Jawaban:
P = -
= -
= - 2 dioptri
110
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 3
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran
sesuai agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen
dan diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab
dalam eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal kembali bagian lup dan mikroskop.
Menghitung perbesaran pada lup dan mikroskop.
Menganalisis perbesaran pada lup dan mikroskop.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan bagian lup dan mikroskop dengan benar setelah melihat
video yang ditampilkan guru.
2. Siswa dapat menghitung perbesarannya pada lup dan mikroskop dengan benar
setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
3. Siswa dapat menganalisis perbesarannya pada lup dan mikroskop setelah mencari
informasi dari buku ajar dan berdiskusi dengan teman kelompoknya.
111
E. Materi Ajar
LUP
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung.
Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan jelas. Ada
2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak
berakomodasi.
Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada
titik dekat pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang α .
Pada Gambar (b), seorang pengamat menggunakan lup dimana benda diletakkan antara
titik O dan F (di ruang I) dan diperoleh bayangan yang terletak pada titik dekat mata
pengamat (s' = sn). Karena sudut pandang mata menjadi lebih besar, yaitu β , maka mata
pengamat berakomodasi maksimum.
Menggunakan lup untuk mengamati benda dengan mata berakomodasi
maksimum cepat menimbulkan lelah. Oleh karena itu, pengamatan dengan menggunakan
lup sebaiknya dilakukan dengan mata tak berakomodasi (mata dalam keadaan rileks).
Pada kehidupan sehari-hari, lup biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang
kain, pedagang intan, polisi, dan sebagainya.
MIKROSKOP Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar
tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang
dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat
dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut
mikroskop cahaya lensa ganda.
Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat
lebih kuat daripada lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa
okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan
mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).
112
Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa
objektif dan berada di ruang II lensa objektif ( fobj < s < 2 fobj ). Hal ini menyebabkan
bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk
lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.
Untuk memperoleh bayangan yang jelas, Anda dapat menggeser lensa okuler
dengan memutar tombol pengatur. Supaya bayangan terlihat terang, di bawah objek
diletakkan sebuah cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dan
diarahkan pada objek. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu dengan mata
berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut.
• Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.
• Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar.
• Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap
bendanya.
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Waktu
Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan,
―Apakah kalian
pernah
menggunakan
lup?‖
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
guru.
3
menit
Guru menunjuk
beberapa orang
siswa untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan
oleh guru
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh guru
2
menit
Inti
Mengamati
Menyajikan video
berkaitan dengan
lup dan
mikroskop.
Memperhatikan video
yang disajikan guru 5
menit
Memberikan
contoh persoalan
terkait lup dan
mikroskop.
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru
5
menit
Menanya Memberikan
kesempatan
Mengajukan
pertanyaan terkait
10
menit
113
kepada siswa
untuk bertanya
terkait lup dan
mikroskop.
materi yang sedang
dipelajari
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
diskusi
Membentuk kelompok
diskusi
2
menit
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal yang
diberikan guru dengan
berdiskusi
3
menit
Mengasosiasi
Guru meminta
siswa menjawab
soal yang telah
diberikan
Menjawab soal yang
diberikan
30
menit Guru membimbing
dan memantau
siswa yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan diskusi
aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk
satu siswa secara
acak pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan
hasil diskusi, untuk
tiap kelompok
diwakilkan oleh satu
orang
10
menit
Berdiskusi
bersama siswa
untuk
memecahkan
masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan masalah. 5
menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4
kelompok besar
dan meminta siswa
untuk berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi menentukan
kesimpulan yang harus
diambil.
5
menit
Evaluasi
Meminta
perwakilan siswa
dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil diskusi
dan kelompok lain
yang belum membaca
hasil kesimpulan,
menyimak.
5
menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang
bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan oleh
guru. 3
menit
114
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan
dan diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal
yang diberikan guru di
rumah dan
menyerahkan di
pertemuan selanjutnya.
2
menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
115
Lembar Diskusi
Lup dan Mikroskop
1. Cari video dan rumuskan lah masalah mengenai lup dan mikroskop?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Amatilah permasalahan tersebut?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
3. Gambar pembentukan bayangan pada lup?
Jawaban:
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
116
Evaluasi pertemuan 3
1. Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 cm, dipakai melihat sebuah benda kecil yang
berjarak 5 cm dari lup. Perbesaran anguler lup adalah….
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
2. Seorang tukang servis jam memiliki titik dekat 20 cm, menggunakan lup yang jarak
fokusnya 10 cm. Besar pembesaran bayangan dengan tanpa berakomondasi adalah….
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
3. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm, digunakan sebagai lup. Mata normal menggunakan lup
tersebut dengan berakomondasi maksimum maka perbesaran anguler lup adalah….
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 5 kali
d. 6 kali
e. 7 kali
4. Mikroskop dengan jarak fokus lensa objektif dan okuler berturut-turut 0,8 cm dan 6 cm.
Sebuah benda diletakkan pada jarak 10 mm di depan lensa objektif. Jika pengamat
berakomondasi pada jarak 30 cm, panjang mikroskop saat itu adalah….
a. 5 cm
b. 6 cm
c. 7 cm
d. 8 cm
e. 9 cm
5. Sebuah mikroskop mempunyai lensa objektif dengan jarak titik api 0,9 cm dan berjarak 13
cm dari okuler nya yang berjarak titik api 5 cm. Perbesaran benda yang terletak 1 cm dari
objeknya adalah…
a. 40 kali
b. 45 kali
c. 50 kali
d. 55 kali
e. 60 kali
Pedoman Nilai =
x 100
117
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 3
1. Dik : f = 5 cm; s = 5 cm
Dit : M….?
Jawaban:
Karena s = f maka pengamatan dilakukan dengan mata tanpa akomodasi
M =
=
= 5 kali
2. Dik : Sn = 20 cm; f = 10 cm
Dit : M….?
Jawaban:
M =
=
= 2 kali
3. Dik : Sn = 25 cm; f = 5 cm
Dit : M…?
Jawaban:
M =
+ 1 =
+ 1 = 6 kali
4. Dik : fob = 0,8 cm; fok = 0,6 cm; sob = 1 cm; s’ok = -30 cm
Dit : d…..?
Jawaban:
Pada lensa objektif
+
=
+
=
s’ob = 4 cm
Pada lensa Okuler
+
=
-
=
sok = 5 cm
Panjang mikroskop dirumuskan
d = s’ob + sok = 4 + 5 = 9 cm
5. Dik : fob = 0,9 cm; fok = 5 cm; sob = 1 cm; d = 13 cm
Dit : M…..?
Jawaban:
Pada lensa objektif
+
=
+
=
s’ob = 9 cm
Panjang mikroskop dirumuskan
d = s’ob + sok
13 = 9 + sok
sok = 4 cm
Pada lensa Okuler
+
=
+
=
sok = - 20 cm
Perbesaran total mikroskop adalah:
MT = │
x
│= │
x
│= 45 kali
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 4
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan
diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal bagian teropong dan fungsinya
Menghitung perbesaran pada teropong
Menganalisis perbesaran pada teropong
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal bagian-bagian teropong dengan benar setelah melakukan
percobaan.
2. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar
setelah mengerjakan soal yang diberikan guru.
3. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar
setelah diberikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual.
E. Materi Ajar
Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-
benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong
terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke objek dan disebut lensa
objektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.
Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi:
1. Teropong bintang
2. Teropong bumi
3. Teropong panggung
Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa objektif
membentuk bayangan nyata dari sebuah objek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai
lup. Dengan demikian cara mengamati objek apakah mau dengan cara berakomodasi
maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okuler nya. Oleh karena itu
jarak antara objektif dan okuler dapat diubah-ubah. Panjang teropong adalah jarak antara
lensa objektif dan lensa okuler nya.
Teropong Bintang Teropong bintang digunakan untuk mengamati objek-objek yang ada di langit
(bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai
lensa objektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan okuler nya adalah
sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.
Teropong Bumi Teropong bumi digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh dipermukaan
bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak lebih jelas, lebih dekat
dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan salah satunya
berfungsi sebagai pembalik bayangan. Pembentukan bayangan pada alat ini dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Panjang teropong bumi adalah panjang fokus lensa objektif ditambah 2 kali jarak
fokus lensa pembalik dan panjang fokus lensa okuler. Dengan rumus:
d = fOb + 4 fp + fOk
Teropong Panggung Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa positif
dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan sekaligus sebagai
okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.
Prinsip kerja teropong panggung adalah sinar sejajar yang masuk ke lensa
objektif membentuk bayangan nyata tepat di titik fokus objektif. Bayangan ini akan
berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Dan oleh lensa okuler akan dibentuk
bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Pada pengamatan tanpa berakomodasi maka
panjang teropong adalah:
d = f (Ob) – f (Ok)
d = panjang teropong dalam meter
f (Ob) = panjang fokus lensa objektif dalam meter
f (Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : demonstrasi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―Apa
yang kalian ketahui
mengenai teropong ?‖
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab
pertanyaan yang
dikemukakan oleh
guru
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru
2 menit
Inti Mengamati
Menyajikan video
melalui LCD
proyektor berkaitan
Memperhatikan
video yang
disajikan guru
5 menit
dengan teropong.
Memberikan contoh
soal terkait teropong
melalui LCD
proyektor
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru 5 menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait materi
teropong
Mengajukan
pertanyaan terkait
materi yang sedang
dipelajari
10
menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
Membentuk
kelompok
2 menit
Memberikan
demonstrasi
pembuatan teropong
bintang sederhana
Memperhatikan
demonstrasi 3 menit
Mengasosiasi
Guru membimbing
dan memantau siswa
yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan diskusi
aktif
30
menit
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk
satu siswa secara acak
pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan
hasil diskusi, untuk
tiap kelompok
diwakilkan oleh
satu orang
10
menit
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan
masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan
masalah.
5 menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi
menentukan
kesimpulan yang
harus diambil.
5 menit
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil
diskusi dan
kelompok lain yang
belum membaca
hasil kesimpulan,
menyimak.
5 menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
Menyimak
informasi yang
disampaikan oleh
guru.
3 menit
miskonsepsi
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan
dan diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal
yang diberikan guru
di rumah dan
menyerahkan di
pertemuan
selanjutnya.
2 menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
J. Penilaian
Terlampir
Evaluasi pertemuan 4
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
ALOKASI WAKTU :
HARI/TANGGAL :
PETUNJUK UMUM
1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:
a. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.
b. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.
2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak
lengkap atau tidak urut.
3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan jawaban.
4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.
5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia
dengan baik dan benar!
6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung lainnya.
7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.
8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk
mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….
a. Mengatur posisi alat dengan huruf A
b. Mengatur posisi alat dengan huruf B
c. Mengatur posisi alat dengan huruf C
d. Mengatur posisi alat dengan huruf D
e. Mengatur posisi alat dengan huruf E
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat
nomor ….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang
berikut ini!
Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh
huruf….
a. A dan E
b. D dan F
c. E dan F
d. A dan F
e. B dan C
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….
a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod
b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai
c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus
d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat
e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat
5. Perhatikan tabel di bawah ini!
Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas
untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….
a. Mengganti lensa okuler
b. Mengganti lensa objektif
c. Mencari jarak planet yang terdekat
d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler
e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus
6. Perhatikan tabel di bawah ini!
Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 3 dan 1
e. 2 dan 3
7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan
cahaya adalah.....
8. Perhatikan tabel di bawah ini!
Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....
9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang
benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana
adalah….
10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini
sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:
Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil
bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak
….
a. jelas
b. samar
c. tidak terlihat
d. jelas dan samar
e. tidak terlihat dan samar
11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A
diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B
diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa
tersebut bisa terjadi adalah....
a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil
dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan
jelas
d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada
kondisi alat lama dan kondisi alat baru
e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi
alat lama
12. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. J
13. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. E
e. J
14. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. D
b. E
c. F
d. G
e. I
15. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
16. Dari gambar di bawah ini!
Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….
a. A
b. D
c. E
d. B
e. C
17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Maya, terbalik, diperbesar
e. Nyata, terbalik, diperbesar
18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah
ini!
Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler
berada….
a. di depan retina mata
b. di depan lensa objektif
c. di belakang retina mata
d. di antara lensa okuler dan lensa objektif
e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif
19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!
Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan
sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!
e
Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar
adalah….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!
Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…
a. 0,04 kali
b. 0,05 kali
c. 24,0 kali
d. 25,0 kali
e. 26,0 kali
22. Perhatikan gambar di bawah ini!
Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran
menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….
a. 0,33 mm
b. 3,00 mm
c. 310 mm
d. 930 mm
e. 960 mm
23. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,
lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
24. Perhatikan tabel di bawah ini!
Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?
a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram
b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram
c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata
25. Perhatikan tabel di bawah ini!
Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4
26. Perhatikan gambar dibawah ini!
Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?
a. 12,5 kali
b. 17,5 kali
c. 22,5 kali
d. 25,0 kali
e. 27,5 kali
27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik
fokus objektif 50 cm adalah ….
SKOR
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 4
1. C
2. E
3. B
4. E
5. A
6. E
7. C
8. D
9. C
10. B
11. B
12. C
13. E
14. C
15. B
16. E
17. D
18. D
19. B
20. C
21. C
22. B
23. E
24. D
25. D
26. B
27. E
Lampiran A4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 1
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa
C. Indikator
Kompetensi
Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan
diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Menyebutkan definisi pemantulan dan pembiasan
cahaya.
Menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur
berdasarkan hukum pemantulan.
Menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum
pembiasan.
Menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan
bidang lengkung serta pembiasan cahaya.
Menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan
bidang lengkung.
Menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan definisi dari pemantulan dan pembiasan cahaya dengan
benar setelah melihat video yang ditampilkan.
2. Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur berdasarkan
hukum pemantulan dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar.
3. Siswa dapat menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum pembiasan dengan
benar setelah melihat video yang ditampilkan.
4. Siswa dapat menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung
serta pembiasan cahaya dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar dan
video yang ditampilkan
5. Siswa dapat menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung
dengan benar setelah berdiskusi.
6. Siswa dapat menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa dengan benar
setelah berdiskusi.
E. Materi Ajar
Optika adalah bagian ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Ada dua cabang
optika, yaitu optik geometris dan optik fisis. Dalam materi alat optik terdapat sifat
pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. 95
Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya mengenai suatu penghalang
sehingga arah gerak cahaya berubah.96
a) Jenis pemantulan cahaya
Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu:97
Pemantulan teratur, adalah pemantulan cahaya yang terjadi apabila suatu berkas
cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap,
sehingga arah pemantulan cahaya tersebut teratur menuju ke suatu arah tertentu.
Contoh pemantulan teratur, adalah pemantulan pada permukaan cermin dan pada
permukaan air yang tenang.
Gambar 1 Pemantulan teratur
Pemantulan baur (difus), adalah pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas
cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan kasar (tidak rata), sehingga
arah pemantulan cahaya tidak teratur. Contoh pemantulan baur adalah
pemantulan pada permukaan kertas dan pada permukaan lantai karpet.
95
Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 (Jakarta : Erlangga), hal.375 96
Ibid., h.376 97
Ibid., h.376-377
Gambar 2 Pemantulan Baur
b) Hukum pemantulan cahaya
Pada pemantulan cahaya, berlaku hukum Snellius, yaitu:98
Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.
Gambar 3 Hukum pemantulan cahaya
c) Pemantulan cahaya pada cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa sebuah bidang
datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar, adalah:99
Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin
Bayangannya maya
Bayangan yang terbentuk tegak
Bentuk bayangan sama dengan bentuk benda
Bayangan yang terbentuk menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.
Gambar 4 Pembentukan bayangan pada cermin datar
Bila terdapat 2 buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya
bayangan yang terbentuk (n) adalah:
n =
- 1
d) Pemantulan cahaya pada cermin lengkung
c. Pemantulan cahaya pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya
permukaannya berupa cekungan yang merupakan bagian dalam suatu bola.
Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:100
Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus
(F).
98
Ibid., h.377 99
Ibid., h.379 100
Ibid., h.383
Sinar datang yang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan sumbu
utama.
Sinar datang yang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik
pusat kelengkungan cermin tersebut.
Gambar 5 Sinar istimewa pada cermin cekung
d. Pemantulan cahaya pada cermin cembung
Cermin cembung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya
permukaannya berupa cembungan dan merupakan bagian luar dari suatu bola.
Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:101
Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus (F).
Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu
utama.
Sinar datang yang seolah-olah menuju ke titik pusat kelengkungan cermin
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat itu juga.
Gambar 6 Sinar istimewa pada cermin cembung
Pembiasan cahaya
a) Hukum Snellius untuk pembiasan
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium
menuju medium lain. Hukum pembuiasan I yang berbunyi: sinar datang, sinar bias,
dan garis normal terletak pada satu bidang. Hukum pembiasan II (Hukum Snellius II)
berbunyi: sinar yang datang dari medium yang kerapatannya rendah menuju medium
yang kerapatannya tinggi akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya sinar
yang datang dari medium yang kerapatannya lebih tinggi menuju medium yang
kerapatannya lebih rendah akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada pembiasan cahaya berlaku:102
=
=
=
b) Indeks bias
Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan
cepat rambat cahaya pada medium.103
101
Ibid., h.388 102
Ibid., h.394 103
Ibid., h.396
n =
Indeks bias relatif adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium
satu terhadap cepat rambat cahaya dalam medium yang lain
n21 =
=
c) Pembiasan pada kaca plan parallel
Jika seberkas sinar dari medium dengan indeks bias n1 ke suatu kaca plan
paralel dengan indeks bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang keluar akan sejajar
dengan sinar yang masuk.
Gambar 7 Pembiasan pada kaca plan paralel
Besarnya pergeseran (t) dihitung dengan persamaan:
t =
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―Apa
yang kalian ketahui
mengenai
pemantulan cahaya?‖
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh
guru.
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang
ditunjuk
menjawab
pertanyaan yang
dikemukakan oleh
guru
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran
yang disampaikan
oleh guru
2 menit
Inti Mengamati Menyajikan video Memperhatikan 5 menit
berkaitan dengan
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
video yang
disajikan guru
Memberikan contoh
persoalan terkait
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru 5 menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait materi
pemantulan cahaya
pada bidang datar
dan lengkung serta
pembiasan cahaya
Mengajukan
pertanyaan terkait
materi yang
sedang dipelajari 10 menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
diskusi
Membentuk
kelompok diskusi 2 menit
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal
yang diberikan
guru dengan
berdiskusi
3 menit
Mengasosiasi
Guru meminta siswa
menjawab soal yang
telah diberikan
Menjawab soal
yang diberikan
30 menit Guru membimbing
dan memantau siswa
yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan
diskusi aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk
satu siswa secara
acak pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan
hasil diskusi,
untuk tiap
kelompok
diwakilkan oleh
satu orang
10 menit
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan
masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru
untuk
memecahkan
masalah.
5 menit
Penutup Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
berdiskusi
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi
menentukan
kesimpulan yang
5 menit
menentukan
kesimpulan.
harus diambil.
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil
diskusi dan
kelompok lain
yang belum
membaca hasil
kesimpulan,
menyimak.
5 menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak
informasi yang
disampaikan oleh
guru.
3 menit
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan
dan diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal
yang diberikan
guru di rumah dan
menyerahkan di
pertemuan
selanjutnya.
2 menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
Lembar Diskusi
Pemantulan dan Pembiasan
1. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk cermin datar?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin
datar!
Jawaban:
3. Bagaimana sifat bayangan pada cermin cekung?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
4. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin
cekung!
Jawaban:
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Evaluasi Pertemuan 1
1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 200 satu dengan yang lainnya. Di
depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan
sebanyak….
a. 16
b. 17
c. 18
d. 19
e. 20
2. Letak bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung adalah 30 cm dan nyata. Apabila jarak
fokus cermin 20 cm maka perbesarannya adalah….
a. 0,5 X
b. 1,5 X
c. 2,5 X
d. 3,0 X
e. 3,5 X
3. Bemda di depan cermin cembung selalu menghasilkan bayangan….
a. nyata, diperkecil, terbalik
b. nyata, diperbesar, terbalik
c. maya, diperkecil, tegak
d. maya, diperkecil, terbalik
e. nyata, diperbesar, tegak
4. Bila sudut batas sinar di dalam suatu medium adalah 450 maka indeks bias medium
terhadap udara adalah…. (nudara = 1)
a. √
b. √
c. √
d. √
e. √
5. Serbekas sinar masuk ke dalam kaca yang mempunyai ketebalan 10 cm dengan sudut
datang 600 dan dibiaskan dengan sudut 30
0. Besarnya pergeseran sinar keluar terhadap
sinar masuk adalah….
a. 2,50 cm
b. 3,00 cm
c. 4,25 cm
d. 5,75 cm
e. 6,00 cm
Pedoman Nilai =
x100
Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 1
1. Dik : θ = 200
Dit : n….?
Jawaban:
n =
– 1
n =
– 1
n = 18 – 1 = 17
2. Dik : s’= 30 cm; f = 20 cm
Dit : ….?
Jawaban:
+
=
+
=
= 60 cm
M =
=
= 0,5 x
3. Maya, tegak dan di perkecil
4. Dik : = 450
Dit : n….?
sin =
sin 450 =
n = √
5. Dik : d = 10 cm; i = 600; r = 30
0
Dit : pergeseran sinar (t)…?
Jawaban:
t =
t =
= 5,75 cm
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 2
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa
C. Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan
diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera.
Menjelaskan macam-macam cacat mata
Menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada
kacamata dan kamera.
Menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada
kacamata dan kamera.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera dengan benar setelah
melihat video yang ditampilkan guru.
2. Siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata dengan benar setelah mencari
informasi dari buku ajar.
3. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera
dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
4. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera.
dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
E. Materi Ajar
Mata Setiap manusia memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada, yaitu mata. Mata
merupakan bagian dari pancaindra yang berfungsi untuk melihat. Mata membantu kita
menikmati keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati benda-benda di sekeliling,
dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati melalui mata. Coba bayangkan bila
manusia tidak mempunyai mata atau mata kita buta, tentu dunia ini terlihat gelap gulita.
Apabila diamati, ternyata mata terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi berbeda-beda tetapi saling mendukung. Bagian-bagian mata yang
penting tersebut, antara lain, kornea, pupil, iris, aquaeus humour, otot akomodasi, lensa
mata, retina, vitreous humour, bintik kuning, bintik buta, dan saraf mata.
1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan.
Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta
melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.
2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya
dapat masuk ke dalam mata.
3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau cokelat yang berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang Anda lihat sebagai warna mata
seseorang.
4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk
membiaskan cahaya ke dalam mata.
5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan
berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata.
6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini
berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada
retina.
7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat
terbentuknya bayangan.
8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi
untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina.
9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat
terbentuknya bayangan yang jelas.
10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada
bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.
11. Saraf Mata. Saraf mata befungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina
menuju ke otak.
Proses terlihatnya benda oleh mata yaitu benda yang berada di depan mata
memantulkan cahaya. Cahaya tersebut masuk ke mata melalui pupil yang kemudian akan
dibiaskan oleh lensa mata sehingga terbentuk bayangan pada retina. Oleh saraf,
bayangan tadi diteruskan ke pusat saraf (otak), sehingga Anda terkesan melihat benda.
a. Daya Akomodasi Mata
Bola mata bentuknya tetap, sehingga jarak lensa mata ke retina juga tetap. Hal
ini berarti jarak bayangan yang dibentuk lensa mata selalu tetap, padahal jarak benda
yang kita lihat berbeda. Lensa mata dapat mencembung atau pun memipih secara
otomatis karena adanya otot akomodasi (otot siliar). Untuk melihat benda yang
letaknya dekat, otot siliar menegang sehingga lensa mata mencembung dan
sebaliknya untuk melihat benda yang letaknya jauh, otot siliar mengendur (rileks),
sehingga lensa mata memipih. Kemampuan otot mata untuk menebalkan atau
memipihkan lensa mata disebut daya akomodasi mata.
Agar benda/objek dapat terlihat jelas, objek harus terletak pada daerah
penglihatan mata, yaitu antara titik dekat dan titik jauh mata. Titik dekat (punctum
proximum = pp) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata
(± 25 cm). Pada titik dekat ini lensa mata akan mencembung maksimal. Titik jauh
(punctum remotum = pr) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
oleh mata, jaraknya tak terhingga. Pada titik jauh ini, lensa mata akan memipih
maksimal.
b. Cacat Mata
Tidak semua mata manusia dapat membentuk bayangan tepat pada retina, ada
mata yang mengalami anomali. Hal ini dapat terjadi karena daya akomodasi mata sudah
berkurang sehingga titik jauh atau titik dekat mata sudah bergeser. Keadaan mata yang
demikian disebut cacat mata. Cacat mata yang diderita seseorang dapat disebabkan oleh
kerja mata (kebiasaan mata) yang berlebihan atau cacat sejak lahir.
1) Miopi (Rabun Jauh) Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda
yang letaknya jauh. Penderita miopi titik jauhnya lebih dekat daripada tak terhingga (titik
jauh < ~) dan titik dekatnya kurang dari 25 cm. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
dapat dipipihkan sebagaimana mestinya sehingga bayangan dari benda yang letaknya
jauh akan jatuh di depan retina. Untuk dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh
agar nampak jelas, penderita miopi ditolong dengan kaca mata berlensa cekung (negatif).
Miopi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda yang dekat.
Cacat mata ini sering dialami tukang jam, tukang las, operator komputer, dan sebagainya.
2) Hipermetropi (Rabun Dekat) Hipermetropi adalah cacat mata dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas
benda-benda yang letaknya dekat. Titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata
normal (titik dekat > 25 cm).
Penderita hipermetropi hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda yang
letaknya jauh sehingga cacat mata ini sering disebut mata terang jauh. Hipermetropi
disebabkan lensa mata terlalu pipih dan sulit dicembungkan sehingga bila melihat benda-
benda yang letaknya dekat, bayangannya jatuh di belakang retina. Supaya dapat melihat
benda-benda yang letaknya dekat dengan jelas, penderita hipermetropi ditolong dengan
kaca mata berlensa cembung (positif).
Hipermetropi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda-
benda yang jauh. Cacat mata ini sering dialami oleh orang-orang yang bekerja sebagai
sopir, nahkoda, pilot, masinis, dan sebagainya.
3) Presbiopi (Mata Tua) Orang-orang yang sudah tua, biasanya daya akomodasinya sudah berkurang.
Pada mata presbiopi, titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata normal (titik
dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat daripada titik jauh mata normal (titik jauh <
~). Oleh karena itu, penderita presbiopi tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya
dekat maupun jauh.
Untuk dapat melihat jauh dengan jelas dan untuk membaca pada jarak normal,
penderita presbiopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap (kacamata
bifokal). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa
cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa
cembung untuk melihat benda dekat/membaca.
4) Astigmatisma Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau lensa
mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak dapat terpusat dengan
sempurna. Cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan
garis-garis mendatar secara bersama-sama. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca
mata berlensa silinder.
KAMERA Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada
film negatif. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut :
1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk
bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil.
2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa.
3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma.
4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif,
yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.
Dalam kamera terdapat lensa cembung yang berfungsi sebagai pembentuk
bayangan. Jika sebuah benda diletakkan di ruang tiga sebuah lensa cembung akan
terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Antara kamera dan mata manusia
terdapat persamaannya, yaitu benda yang diambil oleh kamera dan benda yang dilihat
mata manusia berada di ruang tiga dan lensa kamera atau lensa mata. Sehingga terbentuk
bayangan yang sifatnya nyata, terbalik, dan diperkecil.
Pada kamera bayangan ini diusahakan jatuh tepat di plat film yang mempunyai
sifat sangat peka terhadap cahaya. Jika plat film yang peka cahaya ini dikenai cahaya
maka plat film mengalami perubahan kimia sesuai dengan cahaya dan benda di depan
kamera. Plat ini masih peka cahaya, agar plat film ini menjadi tidak peka terhadap
cahaya dalam studio perlu dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tertentu.
Setelah plat film dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tadi, plat film menjadi
tidak pekat terhadap cahaya dan terlihat gambar pada plat film yang disebut gambar
negatif (negatif film). Untuk memperoleh gambar yang sesuai dengan gambar semula
yang diambil di depan kamera, film negatif ini kemudian dicetak pada kertas film
(biasanya kertas film warnanya putih). Gambar pada kertas film merupakan gambar dan
benda yang diambil di depan kamera tersebut dan disebut gambar positif. Gambar positif
sangat tergantung pada proses pembentukan bayangan pada plat film ini, jika bayangan
terjadi pada plat film ini kabur atau kurang jelas menyebabkan hasil cetakannya nanti
juga kabur atau tidak jelas.
Untuk memperoleh hasil pemotretan yang bagus, lensa dapat Anda geser maju
mundur sampai terbentuk bayangan paling jelas dengan jarak yang tepat, kemudian Anda
tekan tombol shutter.
Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak
bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk
menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan
kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida.
Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif.
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―siapa
yang menggunakan
kacamata?‖
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
guru.
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan oleh
guru
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh guru 2 menit
Inti
Mengamati
Menyajikan video
berkaitan dengan mata
dan kamera
Memperhatikan video
yang disajikan guru 5 menit
Memberikan contoh
persoalan terkait mata
dan kamera
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru
5 menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait mata dan
kamera
Mengajukan pertanyaan
terkait materi yang
sedang dipelajari 10 menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
diskusi
Membentuk kelompok
diskusi 2 menit
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal yang
diberikan guru dengan
berdiskusi
3 menit
Mengasosiasi
Guru meminta siswa
menjawab soal yang
telah diberikan
Menjawab soal yang
diberikan
30 menit Guru membimbing
dan memantau siswa
yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan diskusi aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk satu
siswa secara acak
pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
diskusi, untuk tiap
kelompok diwakilkan
oleh satu orang 10 menit
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan masalah.
5 menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi menentukan
kesimpulan yang harus
diambil.
5 menit
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil diskusi
dan kelompok lain yang
belum membaca hasil
kesimpulan, menyimak. 5 menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan oleh
guru. 3 menit
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan dan
diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal yang
diberikan guru di rumah
dan menyerahkan di
pertemuan selanjutnya. 2 menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan powerpoint.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
Lembar Diskusi
Mata
1. Perhatikan gambar di bawah ini dan isilah data pada tabel, berdasarkan nomor yang
tertera pada gambar!
No. Nama Bagian Fungsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam cacat mata?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Evaluasi Pertemuan 2
1. Seseorang titik dekatnya 100 cm, hendak membaca buku pada jarak 25 cm di depan
matanya. Agar dapat membaca dengan jelas maka ia harus memakai kacamata
berkekuatan….
a. – 2 dioptri
b. 0,5 dioptri
c. 2 dioptri
d. 3 dioptri
e. 6 dioptri
2. Seorang anak penderita miopi memiliki titik jauh 50 cm maka ia dibantu dengan dengan
kacamata berkekuatan …. dioptri
a. 1
b. -1
c. 2
d. -2
e. 2,5
3. Seseorang disarankan dokter untuk menggunakan kacamata -1,25 D, setelah periksa
kembali titik jauh orang tersebut telah berkurang 25%, ukuran kacamata yang sekarang
adalah….
a. – 1,3 D
b. – 1,37 D
c. – 1,5 D
d. – 1,67 D
e. 1,85 D
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
4. Sebuah kamera pin hole digunakan untuk melihat sebuah gedung yang tingginya 15 m.
Jika jarak kamera ke gedung 60 m dan panjang kamera 25 cm. Hitunglah tinggi bayangan
gedung pada kamera….
a. 6,00 cm
b. 6,25 cm
c. 6,50 cm
d. 7,00 cm
e. 7,25 cm
5. Seseorang miopi tak mampu melihat jelas benda yang terletak lebih dari 50 cm dari
matanya. Kacamata yang dibutuhkannya adalah…. dioptri
a. – 4
b. 3
c. 2
d. – 2
e. 5
Pedoman Nilai =
x 100
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 2
1. Dik : = 25 cm; s’= - = - 100 cm (titi dekat)
Dit : P…..?
Jawaban:
+
=
–
=
f =
P =
=
= 3 dioptri
2. Dik : = ∞; s’= - PR = - 50 cm (titi jauh)
Dit : P…..?
Jawaban:
+
=
–
=
f = - 50 cm
P =
=
= - 2 dioptri
3. Dik : P1 = - 1,25 dioptri; PR2 = 100% - 25% = 75% PR1
Dit : P2….?
Jawaban:
P1 =
-1,25 =
= PR1 = 80 cm
PR2 = 75% PR1 = 0,75(80) = 60 cm
P2 =
=
= - 1,67 dioptri
4. Dik : h = 15 m; S = 60 m; s’ = 25 cm = 0,25 m
Dit : h’….?
Jawaban:
=
=
h’ = 0,0625 m = 6,25 cm
5. Dik : PR = 50 cm
Dit : P…..?
Jawaban:
P = -
= -
= - 2 dioptri
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 3
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa
C. Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan
diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal kembali bagian lup dan mikroskop.
Menghitung perbesaran pada lup dan mikroskop.
Menganalisis perbesaran pada lup dan mikroskop.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan bagian lup dan mikroskop dengan benar setelah melihat
video yang ditampilkan guru.
2. Siswa dapat menghitung perbesarannya pada lup dan mikroskop dengan benar
setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.
3. Siswa dapat menganalisis perbesarannya pada lup dan mikroskop setelah mencari
informasi dari buku ajar dan berdiskusi dengan teman kelompoknya.
E. Materi Ajar
LUP
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung.
Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan jelas. Ada
2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak
berakomodasi.
Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada
titik dekat pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang α .
Pada Gambar (b), seorang pengamat menggunakan lup dimana benda diletakkan antara
titik O dan F (di ruang I) dan diperoleh bayangan yang terletak pada titik dekat mata
pengamat (s' = sn). Karena sudut pandang mata menjadi lebih besar, yaitu β , maka mata
pengamat berakomodasi maksimum.
Menggunakan lup untuk mengamati benda dengan mata berakomodasi
maksimum cepat menimbulkan lelah. Oleh karena itu, pengamatan dengan menggunakan
lup sebaiknya dilakukan dengan mata tak berakomodasi (mata dalam keadaan rileks).
Pada kehidupan sehari-hari, lup biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang
kain, pedagang intan, polisi, dan sebagainya.
MIKROSKOP Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar
tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang
dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat
dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut
mikroskop cahaya lensa ganda.
Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat
lebih kuat daripada lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa
okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan
mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).
Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa
objektif dan berada di ruang II lensa objektif ( fobj < s < 2 fobj ). Hal ini menyebabkan
bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk
lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.
Untuk memperoleh bayangan yang jelas, Anda dapat menggeser lensa okuler
dengan memutar tombol pengatur. Supaya bayangan terlihat terang, di bawah objek
diletakkan sebuah cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dan
diarahkan pada objek. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu dengan mata
berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut.
• Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.
• Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar.
• Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap
bendanya.
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : diskusi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apersepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―Apakah
kalian pernah
menggunakan lup?‖
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
guru.
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan oleh
guru
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh guru 2 menit
Inti
Mengamati
Menyajikan video
berkaitan dengan lup
dan mikroskop.
Memperhatikan video
yang disajikan guru 5 menit
Memberikan contoh
persoalan terkait lup
dan mikroskop.
Mengamati contoh
persoalan yang
disediakan guru
5 menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait lup dan
mikroskop.
Mengajukan pertanyaan
terkait materi yang
sedang dipelajari 10 menit
Mengeksplorasi Membagi siswa ke
dalam kelompok
Membentuk kelompok
diskusi
2 menit
diskusi
Memberikan soal
kepada siswa
Menjawab soal yang
diberikan guru dengan
berdiskusi
3 menit
Mengasosiasi
Guru meminta siswa
menjawab soal yang
telah diberikan
Menjawab soal yang
diberikan
30 menit Guru membimbing
dan memantau siswa
yang sedang
melakukan diskusi.
Melakukan diskusi aktif
Mengkomunikasikan
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
dengan menunjuk satu
siswa secara acak
pada tiap
kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
diskusi, untuk tiap
kelompok diwakilkan
oleh satu orang 10 menit
Berdiskusi bersama
siswa untuk
memecahkan masalah.
Berdiskusi aktif
bersama guru untuk
memecahkan masalah.
5 menit
Penutup
Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi menentukan
kesimpulan yang harus
diambil.
5 menit
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil diskusi
dan kelompok lain yang
belum membaca hasil
kesimpulan, menyimak. 5 menit
Tindak lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan oleh
guru. 3 menit
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan dan
diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal yang
diberikan guru di rumah
dan menyerahkan di
pertemuan selanjutnya. 2 menit
H. Media Pembelajaran
1. Media
a. Materi ajar dengan power point.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan
I. Penilaian
Terlampir
Lembar Diskusi
Lup dan Mikroskop
1. Cari video dan rumuskan lah masalah mengenai lup dan mikroskop?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
2. Amatilah permasalahan tersebut?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
3. Gambar pembentukan bayangan pada lup?
Jawaban:
Kelompok/kelas :
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Evaluasi pertemuan 3
1. Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 cm, dipakai melihat sebuah benda kecil yang
berjarak 5 cm dari lup. Perbesaran anguler lup adalah….
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
2. Seorang tukang servis jam memiliki titik dekat 20 cm, menggunakan lup yang jarak
fokusnya 10 cm. Besar pembesaran bayangan dengan tanpa berakomondasi adalah….
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
3. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm, digunakan sebagai lup. Mata normal menggunakan lup
tersebut dengan berakomondasi maksimum maka perbesaran anguler lup adalah….
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 5 kali
d. 6 kali
e. 7 kali
4. Mikroskop dengan jarak fokus lensa objektif dan okuler berturut-turut 0,8 cm dan 6 cm.
Sebuah benda diletakkan pada jarak 10 mm di depan lensa objektif. Jika pengamat
berakomondasi pada jarak 30 cm, panjang mikroskop saat itu adalah….
a. 5 cm
b. 6 cm
c. 7 cm
d. 8 cm
e. 9 cm
5. Sebuah mikroskop mempunyai lensa objektif dengan jarak titik api 0,9 cm dan berjarak 13
cm dari okuler nya yang berjarak titik api 5 cm. Perbesaran benda yang terletak 1 cm dari
objeknya adalah…
a. 40 kali
b. 45 kali
c. 50 kali
d. 55 kali
e. 60 kali
Pedoman Nilai =
x 100
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 3
1. Dik : f = 5 cm; s = 5 cm
Dit : M….?
Jawaban:
Karena s = f maka pengamatan dilakukan dengan mata tanpa akomodasi
M =
=
= 5 kali
2. Dik : Sn = 20 cm; f = 10 cm
Dit : M….?
Jawaban:
M =
=
= 2 kali
3. Dik : Sn = 25 cm; f = 5 cm
Dit : M…?
Jawaban:
M =
+ 1 =
+ 1 = 6 kali
4. Dik : fob = 0,8 cm; fok = 0,6 cm; sob = 1 cm; s’ok = -30 cm
Dit : d…..?
Jawaban:
Pada lensa objektif
+
=
+
=
s’ob = 4 cm
Pada lensa Okuler
+
=
-
=
sok = 5 cm
Panjang mikroskop dirumuskan
d = s’ob + sok = 4 + 5 = 9 cm
5. Dik : fob = 0,9 cm; fok = 5 cm; sob = 1 cm; d = 13 cm
Dit : M…..?
Jawaban:
Pada lensa objektif
+
=
+
=
s’ob = 9 cm
Panjang mikroskop dirumuskan
d = s’ob + sok
13 = 9 + sok
sok = 4 cm
Pada lensa Okuler
+
=
+
=
sok = - 20 cm
Perbesaran total mikroskop adalah:
MT = │
x
│= │
x
│= 45 kali
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan ke : 4
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa.
4.11 Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang sederhana.
C. Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
KD-1
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu
Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai
agama yang dianut
KD-2
Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan
diskusi
Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam
eksperimen dan diskusi
Berkomunikasi dengan kelompoknya
KD-3
Mengenal bagian teropong dan fungsinya
Menghitung perbesaran pada teropong
Menganalisis perbesaran pada teropong
KD-4
Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang
sederhana untuk mengenal bagian-bagian teropong dan
fungsinya.
Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang
sederhana untuk menghitung perbesaran pada teropong.
Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang
sederhana untuk menganalisis perbesaran pada teropong.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal bagian-bagian teropong dengan benar setelah melakukan
percobaan.
2. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar
setelah mengerjakan soal yang diberikan guru.
3. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar
setelah diberikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual.
E. Materi Ajar
Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-
benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong
terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke objek dan disebut lensa
objektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.
Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi:
1. Teropong bintang
2. Teropong bumi
3. Teropong panggung
Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa objektif
membentuk bayangan nyata dari sebuah objek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai
lup. Dengan demikian cara mengamati objek apakah mau dengan cara berakomodasi
maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okuler nya. Oleh karena itu
jarak antara objektif dan okuler dapat diubah-ubah. Panjang teropong adalah jarak antara
lensa objektif dan lensa okuler nya.
Teropong Bintang Teropong bintang digunakan untuk mengamati objek-objek yang ada di langit
(bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai
lensa objektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan okuler nya adalah
sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.
Teropong Bumi Teropong bumi digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh dipermukaan
bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak lebih jelas, lebih dekat
dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan salah satunya
berfungsi sebagai pembalik bayangan. Pembentukan bayangan pada alat ini dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Panjang teropong bumi adalah panjang fokus lensa objektif ditambah 2 kali jarak
fokus lensa pembalik dan panjang fokus lensa okuler. Dengan rumus :
d = fOb + 4 fp + fOk
Teropong Panggung Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa positif
dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan sekaligus sebagai
okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.
Prinsip kerja teropong panggung adalah sinar sejajar yang masuk ke lensa
objektif membentuk bayangan nyata tepat di titik fokus objektif. Bayangan ini akan
berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Dan oleh lensa okuler akan dibentuk
bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Pada pengamatan tanpa berakomodasi maka
panjang teropong adalah:
d = f (Ob) – f (Ok)
d = panjang teropong dalam meter
f (Ob) = panjang fokus lensa objektif dalam meter
f (Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Metode : eksperimen
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Apresepsi
Menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
memberikan
pertanyaan, ―Apa
yang kalian ketahui
mengenai teropong?‖
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
guru
3 menit
Guru menunjuk
beberapa orang siswa
untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Siswa yang ditunjuk
menjawab pertanyaan
yang dikemukakan oleh
guru
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menyimak penjelasan
guru 2 menit
Inti
Mengamati
Menyajikan video
melalui LCD
proyektor berkaitan
dengan teropong.
Memperhatikan video
melaui LCD proyektor
berkaitan dengan
teropong. 5 menit
Memberikan contoh
soal terkait teropong
melalui LCD
proyektor
Mengamati contoh soal
yang disajikan guru
5 menit
Menanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
terkait materi
teropong
Mengajukan pertanyaan
pada terkait dengan
materi dan teropong. 5 menit
Guru memberikan
kesempatan untuk
mengajukan
pertanyaan terkait
contoh soal teropong.
Mengajukan pertanyaan
terkait contoh soal
tentang teropong. 5 menit
Mengeksplorasi
Membagi siswa ke
dalam kelompok
percobaan
Membentuk kelompok
percobaan 2 menit
Memberikan LKS
pembuatan teropong
bintang sederhana.
Melakukan percobaan
pembuatan teropong
bintang sederhana. 3 menit
Memberikan latihan
soal terkait dengan
materi teropong.
Menjawab pertanyaan
mengenai teropong.
Mengasosiasi
Membimbing dan
memantau siswa yang
sedang melakukan
percobaan.
Melakukan percobaan
secara aktif 30 menit
Mengkomunikasikan
Meminta siswa untuk
presentasikan hasil
percobaan dan soal
yang telah dikerjakan
siswa.
Mempresentasikan hasil
percobaan dan soal
yang telah dikerjakan. 15 menit
Penutup Kesimpulan
Membagi siswa
menjadi 4 kelompok
besar dan meminta
siswa untuk
Membentuk 4
kelompok dan
berdiskusi menentukan
kesimpulan yang harus
5 menit
berdiskusi
menentukan
kesimpulan.
diambil.
Evaluasi
Meminta perwakilan
siswa dari masing-
masing kelompok
membacakan hasil
diskusi yang
dilakukan.
Membaca hasil diskusi
dan kelompok lain yang
belum membaca hasil
kesimpulan, menyimak. 5 menit
Tindak Lanjut
Mengklarifikasi
apabila terdapat
kesalahan yang bisa
mengakibatkan
miskonsepsi
Menyimak informasi
yang disampaikan oleh
guru. 3 menit
Memberikan soal
kepada siswa yang
harus diselesaikan dan
diserahkan
dipertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan soal yang
diberikan guru di rumah
dan menyerahkan di
pertemuan selanjutnya. 2 menit
H. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media
a. LKS praktikum pembuatan teropong bintang sederhana
b. Materi ajar dengan powerpoint.
2. Alat/Bahan
a. Laptop/computer dan LCD Proyektor
b. Papan tulis, spidol, dan penghapus
3. Sumber Belajar
a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan.
I. Penilaian
Terlampir
Kelas:
Kelompok:
Nama Anggota:
1. ……………………………………
2. ……………………………………
3. ……………………………………
4. ……………………………………
5. ……………………………………
LEMBAR KERJA SISWA
Teropong Bintang
Sejarah Teropong
Sifat-sifat pembesaran sebuah kaca cembung telah dikenal sejak tahun 2000 SM. Pada
abad ke-5 SM, filsuf Yunani Aristophanes menggunakan bola kaca berisi air untuk melihat
huruf-huruf kecil pada bukunya. Pada pertengahan abad ke-13, ilmuwan Inggris Roger Bacon
(1214-1292) mengajukan ―potongan bola kaca atau Kristal‖ untuk menjadikan benda-benda
kecil tampak lebih besar dan lebih jelas. Untuk itu Bacon dicap oleh rekan-rekannya sebagai
tukang sihir berbahaya dan ia di penjara selama 10 tahun.
Walaupun kacamata baru diciptakan di Italia antara tahun 1285 dan 1300, takhayul
masih belum dapat diatasi sampai 250 tahun kemudian, ketika para ilmuwan menemukan
kombinasi batas yang kemudian merintis penciptaan teleskop. Ada dua macam teleskop,
teleskop refraksi menggunakan batas untuk membengkokkan cahaya dan teleskop refleksi
menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya kembali ke orang yang sedang mengamati.
Semakin banyak cahaya yang mencapai batas mata pada teleskop, semakin terang
citra langit yang terlihat. Para astronom membuat batas dan cermin yang lebih besar, mereka
menukar jarak fokus teleskop dan menggabungkan cermin-cermin yang lebih kecil untuk
membuat satu permukaan pemantulan yang besar guna menangkap cahaya dalam jumlah
besar dan memumpuninya pada satu titik.
Selama abad ke -19 teleskop pembias lebih disukai dan para ahli kacamata menekuni
pekerjaannya untuk menyempurnakan batas besar tanpa cacat. Pada abad ke-20 terjadi
banyak kemajuan dalam teknologi mengasah dan menggosok cermin. Cermin yang besar
akan menangkap lebih banyak cahaya dari yang kecil, tetapi cermin yang berdiameter lebih
besar dari 4 meter akan melengkung karena terlalu berat dan menyebabkan perubahan bentuk
atau disebut distorsi.
Pada tahun 1609, Galileo Galilei mendengar berita tentang peralatan-peralatan yang
dibuat oleh orang Belanda, dan dalam beberapa hari ia telah mampu membuat salah satu
peralatannya sendiri — tanpa melihat salah satu peralatan dari Belanda tersebut. Dia
membuat beberapa perbaikan pada desain awal dan kemudian menunjukkan perangkatnya
tersebut kepada Senat Venesia. Senat kemudian menjadikannya dosen di Universitas Padua
dengan gaji dua kali lipat dari gajinya, seperti yang dijelaskan oleh Stillman Drake dalam
bukunya ―Galileo at Work: His Scientific Biography‖ yang diterbitkan tahun 2003.
Galileo merupakan orang pertama yang mengarahkan teleskop ke langit. Dengan
teleskopnya ia mampu melihat gunung dan kawah di Bulan, serta pita cahaya yang menyebar
dan melengkung di langit (Galaksi Bimasakti). Dia juga menemukan bintik Matahari dan
beberapa bulan (satelit) Jupiter. Perkembangan alat-alat bercermin ganda pada akhir abad ke-
20 telah menghasilkan teleskop opis yang lebih besar dan lebih baik. Cermin-cermin yang
lebih kecil dipasang berdampingan menjadi cermin yang lebih besar dari satu cermin yang
terbesar sekalipun.
Sumber:
- Tim Gamma Astronomy Club 2015, 2016, Gamma Astronomy Club Indonesia,
Jakarta.
- Kristen Lippincott, 1994, Astronomi, Jakarta: Jendela IPTEK
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Teropong Bintang Sederhana
A. Tujuan
1. Merencanakan percobaan pembuatan teropong bintang sederhana untuk mengenal
bagian-bagian teropong dan fungsinya.
2. Menghubungkan hasil-hasil percobaan pembuatan teropong bintang sederhana untuk
menghitung perbesaran pada teropong.
3. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam percobaan pembuatan teropong
bintang sederhana untuk menganalisis perbesaran pada teropong.
B. Alat dan Bahan
C. Langkah Pembuatan ( Desain Teropong 1)
1. Siapkan dan ambilah alat dan bahan yang akan digunakan. (KPS-4)
2. Ambilah desain teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-4)
3. Susunlah bahan yang sudah kalian siapkan, menjadi kerangka untuk membuat
teropong bintang sederhana. (KPS-1)
4. Pasanglah lensa objektif pada penyambung pipa, yang diberi tanda 1. Tempelkan
double tape pada sisi-sisi lensa. (KPS-1)
5. Pasanglah lensa okuler disalah satu ujung pipa yang diberi tanda 2. (KPS-1)
6. Siapkan pipa bagian utama pipa yang diberi tanda 3, pasang dan sambungkan
dengan penyambung pipa yang diberi tanda 1. (KPS-1)
7. Ambilah pipa yang diberi tanda 3 dan sambungkan pada pipa yang diberi tanda 2.
(KPS-1) 8. Amatilah teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-1)
9. Teropong bintang sederhana siap untuk di uji coba pengamatan. (KPS-1)
D. Langkah Pembuatan ( Desain Teropong 2)
1. Siapkan dan ambilah alat dan bahan yang akan digunakan. (KPS-4)
2. Ambilah desain teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-4)
3. Susunlah bahan yang sudah kalian siapkan, menjadi kerangka untuk membuat
teropong bintang sederhana. (KPS-1)
4. Pasanglah lensa objektif pada penyambung pipa, yang diberi tanda 1. Tempelkan
double tape pada sisi-sisi lensa. (KPS-1)
5. Pasanglah lensa okuler disalah satu ujung pipa yang diberi tanda 2. (KPS-1)
6. Siapkan pipa bagian utama pipa yang diberi tanda 3, pasang dan sambungkan
dengan penyambung pipa yang diberi tanda 1. (KPS-1)
7. Ambilah pipa yang diberi tanda 3 dan sambungkan pada pipa yang diberi tanda 2.
(KPS-1) 8. Amatilah teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-1)
9. Teropong bintang sederhana siap untuk di uji coba pengamatan. (KPS-1)
E. Kegiatan Praktikum
1. Siapkan teropong bintang sederhana yang kalian buat dan tentukan tempat, arah lalu
posisi objek yaitu objek yang berada di sekitar sekolah kalian. (KPS-4)
2. Amatilah sebuah objek yang cukup jauh tetapi masih bisa diamati dengan teropong,
disekitar sekolah. Gambarlah hasil pengamatan dengan menggunakan teropong
desain ke-1. Kemudian, gunakanlah teropong desain ke-2 dan gambar hasilnya.
(KPS-2) 3. Bagaimana perbandingan perbesaran antara teropong desain ke-1 dan teropong
desain ke-2? (KPS-2)
4. Buatlah kesimpulan dari penggunaan teropong yang telah kalian buat. (KPS-3)
5. Bagaimana kecenderungan anda menentukan titik fokus antara teropong sederhana
desain ke-1 dan desain ke-2? (KPS-3)
6. Apa yang menjadi kekurangan antara teropong desain ke 1 dan ke 2? (KPS-5)
7. Sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa okuler dari teropong bintang adalah
………………… (KPS-6)
8. Sebuah teropong bintang memiliki jarak lensa objektif dengan lensa okuler 120 cm
dan fokus lensa objektif 10 cm. Perbesaran yang dihasilkan untuk mata tidak
berakomondasi adalah…….. (KPS-6)
9. Jika anda di minta mendesain teropong bintang sederhana, gambarkan desain
teropong bintang sederhana kalian! (KPS-5)
KPS 1 = Observasi
KPS 2 = Klasifikasi
KPS 3 = Interpretasi
KPS 4 = Merencanakan Percobaan
KPS 5 = Prediksi
KPS 6 = Menerapkan Konsep
Evaluasi pertemuan 4
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
ALOKASI WAKTU :
HARI/TANGGAL :
PETUNJUK UMUM
1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:
c. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.
d. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.
2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak
lengkap atau tidak urut.
3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan jawaban.
4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.
5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia
dengan baik dan benar!
6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung lainnya.
7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.
8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk
mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….
a. Mengatur posisi alat dengan huruf A
b. Mengatur posisi alat dengan huruf B
c. Mengatur posisi alat dengan huruf C
d. Mengatur posisi alat dengan huruf D
e. Mengatur posisi alat dengan huruf E
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat
nomor ….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang
berikut ini!
Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh
huruf….
a. A dan E
b. D dan F
c. E dan F
d. A dan F
e. B dan C
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….
a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod
b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai
c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus
d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat
e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat
5. Perhatikan tabel di bawah ini!
Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas
untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….
a. Mengganti lensa okuler
b. Mengganti lensa objektif
c. Mencari jarak planet yang terdekat
d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler
e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus
6. Perhatikan tabel di bawah ini!
Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 3 dan 1
e. 2 dan 3
7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan
cahaya adalah.....
8. Perhatikan tabel di bawah ini!
Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....
9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang
benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana
adalah….
10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini
sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:
Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil
bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak
….
a. jelas
b. samar
c. tidak terlihat
d. jelas dan samar
e. tidak terlihat dan samar
11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A
diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B
diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa
tersebut bisa terjadi adalah....
a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil
dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan
jelas
d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada
kondisi alat lama dan kondisi alat baru
e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi
alat lama
12. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. J
13. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. E
e. J
14. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. D
b. E
c. F
d. G
e. I
15. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
16. Dari gambar di bawah ini!
Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….
a. A
b. D
c. E
d. B
e. C
17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Maya, terbalik, diperbesar
e. Nyata, terbalik, diperbesar
18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah
ini!
Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler
berada….
a. di depan retina mata
b. di depan lensa objektif
c. di belakang retina mata
d. di antara lensa okuler dan lensa objektif
e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif
19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!
Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan
sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!
e
Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar
adalah….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!
Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…
a. 0,04 kali
b. 0,05 kali
c. 24,0 kali
d. 25,0 kali
e. 26,0 kali
22. Perhatikan gambar di bawah ini!
Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran
menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….
a. 0,33 mm
b. 3,00 mm
c. 310 mm
d. 930 mm
e. 960 mm
23. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,
lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
24. Perhatikan tabel di bawah ini!
Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?
a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram
b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram
c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata
25. Perhatikan tabel di bawah ini!
Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4
26. Perhatikan gambar dibawah ini!
Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?
a. 12,5 kali
b. 17,5 kali
c. 22,5 kali
d. 25,0 kali
e. 27,5 kali
27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik
fokus objektif 50 cm adalah ….
SKOR
Jawaban Soal Latihan Pertemuan 4
1. C
2. E
3. B
4. E
5. A
6. E
7. C
8. D
9. C
10. B
11. B
12. C
13. E
14. C
15. B
16. E
17. D
18. D
19. B
20. C
21. C
22. B
23. E
24. D
25. D
26. B
27. E
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
2. Analisis Tes Setelah Uji Coba Instrumen Tes
3. Instrumen Tes Setelah Uji Coba
4. Angket Respon Belajar Fisika Peserta Didik
5. Uji Validitas Instrumen Non Tes (Angket Respon Peserta Didik)
6. Perhitungan Validitas Ahli Konstruk
7. Perhitungan Validitas Ahli Materi
8. Lembar Validitas Ahli Isi Instrumen Tes
Lampiran B1
KISI-KISI INTRUMEN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS
(Alat Optik)
Mata pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : XI / 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Jumlah Soal : 30 soal
Bentuk soal : Pilihan ganda
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
3.11.1 Mengenal
bagian teropong
dan fungsinya.
Observasi/
Mengamati
Disajikan
gambar terkait
teropong
bintang. Siswa
dapat
mengenali
bagian-bagian
teropong dan
mengetahui
fungsinya.
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang.
Alat yang digunakan untuk mendapatkan fokus bayangan
dari bulan adalah….
Jawaban:
C
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
a. Mengatur posisi alat dengan huruf A
b. Mengatur posisi alat dengan huruf B
c. Mengatur posisi alat dengan huruf C*
d. Mengatur posisi alat dengan huruf D
e. Mengatur posisi alat dengan huruf E
Disajikan
gambar alat
untuk
membuat
teropong.
Siswa dapat
mengetahui
alat dan bahan
menyusun
teropong
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk
merangkai lensa objektif adalah alat nomor ….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5 *
Jawaban:
E
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Disajikan
gambar hasil
pengamatan.
Siswa dapat
menentukan
bayangan yang
terbentuk dari
hasil
pengamatan
3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan
menggunakan teropong bintang berikut ini!
Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus
paling tepat di tunjukkan oleh huruf….
a. A dan E
b. D dan F*
c. E dan F
d. A dan F
e. B dan C
Jawaban:
B
Jika bayangan
tepat berada
pada titik
fokus maka
akan
menghasilkan
bayangan yang
jelas seperti
ditunjukkan
oleh gambar D
dan F
Interpretasi/
Menafsirkan
Disajikan
gambar
pengamatan
bulan dengan
teropong
bintang. Siswa
dapat
mengemuka-
4. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:
E
Hasil
pengamatan
terlihat jelas
karena
pengetaruan
lensa okuler
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
kan alasan
terbentuknya
hasil
pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat
adalah….
a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod
b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai
c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif
yang bagus
d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong
bintang sudah tepat
e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada
lensa okuler sudah tepat*
sudah tepat
Disajikan tabel
hasil
pengamatan
dengan
beberapa
objek planet.
5. Perhatikan tabel di bawah ini! Jawaban:
A
Hasil
pengamatan
dapat terlihat
jelas dengan
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Siswa dapat
membanding-
kan hasil
pengamatan
berdasarkan
fokus okuler
Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan
hasil pengamatan yang jelas untuk ke semua planet maka
yang harus di lakukan adalah….
a. Mengganti lensa okuler*
b. Mengganti lensa objektif
c. Mencari jarak planet yang terdekat
d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler
e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus
mengubah
fokus okuler
pada lensa
okuler
Klasifikasi/ Disajikan tabel 6. Perhatikan tabel di bawah ini! Jawaban:
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Mengelompo
kkan
berkaitan
dengan
teropong.
Siswa dapat
menentukan
ciri-ciri
teropong
bintang
Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di
atas….
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 3 dan 1
e. 2 dan 3*
E
Teropong
bintang
digunakan
untuk melihat
benda yang
letaknya jauh
dan pada
teropong
bintang
sederhana
tidak terdapat
lensa pembalik
Disajikan tabel
berkaitan
dengan
beberapa jenis
teropong.
Siswa dapat
menentukan
jenis-jenis
teropong
bintang
7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan
lensa sebagai pengumpulan cahaya adalah..... (C)
Jawaban:
C
Teleskop
reflektor
menggunakan
cermin
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Disajikan tabel
berkaitan
dengan
teropong.
Siswa dapat
membedakan
ciri-ciri
teropong
8. Perhatikan tabel di bawah ini!
Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah.... (D)
Jawaban:
D
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Prediksi/
Meramalkan
Disajikan
pertanyaan
berkaitan
dengan
komponen
pembuatan
teropong
bintang
sederhana.
Siswa dapat
menentukan
urutan
pembuatan
teropong
bintang dari
gambar
9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka
urutan pemasangan alat yang benar dimulai dari lensa
objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana
adalah….
Jawaban:
C
Urutan
pembuatan
teropong
bintang
sederhana
dalam bentuk
gambar
1. Lensa
objektif
(gambar 1)
2.
Penyambung
lensa objektif
(gambar 2)
3. Tabung
utama (gambar
3)
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
4. Pengatur
jarak fokus
(gambar 4)
5. Lensa
okuler
(gambar 5)
Disajikan tabel
berkaitan
waktu dan
kondisi cuaca.
Siswa dapat
menentukan
waktu dan
kondisi cuaca
10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan
terjadi pada malam ini sampai dengan besok pagi. Berikut
ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:
Jawaban:
B
Samar karena
bulan akan
terlihat kabur
bayangannya.
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
untuk
melakukan
pengamatan
Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan
tampak jelas hasil bayangannya, maka kalau dalam keadaan
cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak ….
a. jelas
b. samar*
c. tidak terlihat
d. jelas dan samar
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
e. tidak terlihat dan samar
Disajikan
pernyataan
tentang fokus
okuler pada
teropong.
Siswa dapat
memprediksi
penyebab
terjadinya
perbedaan
hasil
pengamatan
pada dua
teropong
bintang
11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong
dengan fokus okuler A diperoleh gambar agak kecil dan
tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B diperoleh
hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang
menyebabkan peristiwa tersebut bisa terjadi adalah....
a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai
fokus okuler nya besar yang menyebabkan gambar
menjadi diperbesar dan jelas
b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai
fokus okuler nya kecil yang menyebabkan gambar
menjadi diperbesar dan jelas*
c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai
fokus okuler nya kecil dibandingkan fokus okuler B yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B
hanya bergantung pada kondisi alat lama dan kondisi alat
baru
e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru
dan fokus okuler A kondisi alat lama
Jawaban:
B
Disajikan
persoalan
terkait
aksesoris
teropong.
Siswa dapat
mengidentifika
si fungsi filer
teropong
12. Seseorang yang melakukan pengamatan gerhana matahari
tanpa menggunakan filter cahaya akan menyebabkan….
a. Merusak teropong bintang
b. Merusak lensa pembalik
c. Merusak lensa objektif
d. Merusak lensa okuler
e. Merusak mata*
Jawaban:
E
Sinar UV akan
merusak mata
jika dilihat
secara
langsung
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
bintang
Merencana-
kan
percobaan/
Penelitian
Disajikan
gambar
bagian-bagian
teropong
bintang. Siswa
dapat
menunjukkan
bagian-bagian
teropong
13. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….
a. A
b. B
c. C*
d. D
e. J
Jawaban:
C
Disajikan
gambar
teropong
bintang. Siswa
dapat
menunjukkan
bagian-bagian
penyusun
teropong
bintang
14. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:
E
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. E
e. J*
Disajikan
gambar
teropong
bintang. Siswa
dapat
menunjukkan
bagian-bagian
penyusun
teropong
bintang
15. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jawaban:
C
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah
teleskop diatas suatu permukaan
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. D
b. E
c. F*
d. G
e. I
Disajikan
gambar
berkaitan
bayangan pada
teropong.
Siswa dapat
menentukan
lensa yang
digunakan
dalam
pembuatan
teropong
bintang
16. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di
tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B*
c. C
d. D
e. E
Jawaban:
B
Menerapkan
konsep
Disajikan
gambar
17. Dari gambar di bawah ini! Jawaban:
E
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
teropong
bintang. Siswa
dapat
menentukan
letak
pembentukan
bayangan pada
teropong
bintang
Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….
a. A
b. D
c. E
d. B
e. C*
3.11.2
Menganalisis
perbesaran pada
teropong
Observasi/
Mengamati
Disajikan
gambar bagian
okuler. Siswa
dapat
menentukan
sifat bayangan
yang terbentuk
18. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Maya, terbalik, diperbesar*
Jawaban:
D
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
e. Nyata, terbalik, diperbesar
Interpretasi/
Menafsirkan
Disajikan
gambar sketsa
berkaitan
fokus objektif
dan fokus
okuler. Siswa
dapat
menyimpulkan
letak fokus
bayangan
19. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada
teropong bintang di bawah ini!
Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus
objektif dan lensa okuler berada….
a. di depan retina mata
b. di depan lensa objektif
c. di belakang retina mata
d. di antara lensa okuler dan lensa objektif*
e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif
Jawaban:
D
Dilihat dari
perpotongan
garis sinar dari
lensa objektif
dan lensa
okuler
Klasifikasi/
Mengelompo
kkan
Disajikan tabel
berkaitan
dengan
teropong
bintang. Siswa
dapat
membanding-
kan perbesaran
20. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi
perbesaran berikut ini!
Jawaban:
B
Karena
Neptunus
merupakan
planet terjauh
dari Bumi
maka
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
lensa yang
sesuai untuk
pengamatan
Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong
bintang yang digunakan sebaiknya memiliki spesifikasi
perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….
a. 1
b. 2*
c. 3
d. 4
diperlukan
teropong
dengan nilai
perbesaran
yang tinggi
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
e. 5
Merencana-
kan
percobaan/
Penelitian
Disajikan
gambar
berkaitan
teropong.
Siswa dapat
mengenali
fungsi bagian-
bagian
teropong
bintang
21. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!
Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan
maya, tegak dan diperbesar adalah….
a. A
b. B
c. C*
d. D
e. E
Jawaban:
C
Bayangan
maya, tegak
dan diperbesar
dihasilkan
oleh lensa
okuler yang
ditunjukkan
oleh huruf C
Menerapkan
konsep
Disajikan
gambar sketsa
bayangan.
Siswa dapat
menentukan
perbesaran
bayangan
22. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong
bintang berikut ini!
Jawaban:
C
d = fob+fok
125 = fob+5
fob = 125-5
fob = 120cm
Perbesaran
M =
M =
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…
a. 0,04 kali
b. 0,05 kali
c. 24,0 kali*
d. 25,0 kali
e. 26,0 kali
M =24,0 kali
Disajikan
persoalan
berkaitan
dengan lensa
teropong
bintang siswa
dapat
menentukan
lensa okuler
yang sesuai
untuk
pengamatan
23. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jawaban:
B
d = fob+fok
945 = fob+15
fob = 945-15
fob = 930mm
Perbesaran
M =
310 =
fok =3,00 mm
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm.
Jika diinginkan perbesaran menjadi 310 kali, maka lensa
okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….
a. 0,33 mm
b. 3,00 mm*
c. 310 mm
d. 930 mm
e. 960 mm
3.11.3
Menganalisis
perbesaran pada
teropong
Observasi/
Mengamati
Disajikan
gambar lensa
okuler. Siswa
dapat
menentukan
penggunaan
lensa okuler
yang tepat
24. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:
E
Dibutuhkan
panjang fokus
lensa terkecil
untuk
menghasilkan
bayangan yang
jelas
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak
1.227.068.160 km dari bumi, lensa okuler yang tepat untuk
digunakan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5*
Interpretasi/
Menafsirkan
Disajikan
gambar terkait
hasil dan
teropong
pengamatan.
Siswa dapat
menghubungk
an spesifikasi
teropong
dengan hasil
pengamatan
25. Perhatikan tabel di bawah ini!
Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk
mengamati bulan?
a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram
b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram
c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata
Jawaban:
D
Disajikan 26. Perhatikan gambar spesifikasi teropong di bawah ini! Jawaban:
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
gambar
teropong dan
spesifikasi.
Siswa dapat
menentukan
perbesaran
teropong
berdasarkan
spesifikasi nya
D
Ditunjukkan
oleh kata
bahasa inggris
highest useful
magnification:
142x
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Perbesaran maksimum pada teropong bintang tersebut….
a. 8.57 x
b. 45.0 x
c. 73.0 x
d. 142 x*
e. 225 x
Klasifikasi/
Mengelompo
kkan
Disajikan tabel
berkaitan lensa
objektif dan
lensa okuler
dari alat optik.
Siswa dapat
menentukan
karakteristik
lensa objektif
dan lensa
okuler pada
teropong
bintang
27. Perhatikan tabel di bawah ini!
Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3*
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4
Jawaban:
C
Prediksi/
Meramalkan
Disajikan
gambar terkait
hasil
pengamatan
dengan
teropong.
Siswa dapat
mengemukaka
28. Perhatikan tabel hasil pengamatan benda langit
menggunakan teropong!
Jawaban:
E
Karena
dibandingkan
dengan Jupiter
yang jaraknya
lebih dekat
dengan Bumi
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
n
kemungkinan
hasil
pengamatan
Jika teropong tersebut digunakan untuk mengamati planet
Saturnus dari Bumi maka hasil pengamatan yang didapatkan
adalah....
maka Saturnus
pun akan
terlihat buram
Menerapkan
konsep
Disajikan
gambar
29. Perhatikan gambar dibawah ini! Jawaban:
B
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
teropong
bintang. Siswa
dapat
menganalisis
perbesaran
yang
dihasilkan
oleh teropong
bintang Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?
a. 12,5 kali
b. 17,5 kali*
c. 22,5 kali
d. 25,0 kali
e. 27,5 kali
d = fob+fok
74 = 70+fok
fok = 74-70
fok = 4 cm
Perbesaran
M =
M =
M =17,5 kali
Disajikan
persoalan
terkait
teropong
bintang. Siswa
dapat
menganalisis
panjang
teropong
bintang
berdasarkan
perbesaran
30. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran
anguler 10 kali dan titik fokus objektif 50 cm adalah ….
Jawaban:
E
Perbesaran
M =
10 =
fok = 5 cm
Panjang
teropong
bintang
d = fob+fok
d = 50+5
d = 55 cm
Indikator
Aspek
Keterampilan
Proses Sains
Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar
Lampiran B2
ANALISI HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES
Reliabilitas Tes = 0.77
Jumlah Subjek = 33 peserta didik
No
Butir Daya Beda (%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi Kesimpulan
1 - 88.89 Sedang - 0.625 - Digunakan
2 11.11 Sangat Mudah 0.308 - Digunakan
3 22.22 Mudah 0.171 - Digunakan
4 33.33 Sangat Mudah 0.524 Sangat Signifikan Digunakan
5 33.33 Mudah 0.438 Signifikan Digunakan
6 100.00 Sedang 0.693 Sangat Signifikan Digunakan
7 66.67 Sedang 0.621 Sangat Signifikan Digunakan
8 66.67 Sedang 0.666 Sangat Signifikan Digunakan
9 100.00 Sedang 0.801 Sangat Signifikan Digunakan
10 55.56 Sedang 0.360 Signifikan Digunakan
11 77.78 Mudah 0.707 Sangat Signifikan Digunakan
12 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak
Digunakan
13 - 33.33 Sedang - 0.235 - Digunakan
14 - 66,67 Sedang - 0.386 - Digunakan
15 0.00 Sangat Mudah - 0.033 - Digunakan
16 11.11 Mudah 0.151 - Digunakan
17 66.67 Sedang 0.491 Sangat Signifikan Digunakan
18 55.56 Sedang 0.407 Signifikan Digunakan
19 22.22 Mudah 0.412 Signifikan Digunakan
20 - 100.00 Sedang - 0.798 - Digunakan
21 66.67 Sedang 0.373 Signifikan Digunakan
22 100.00 Sedang 0.792 Sangat Signifikan Digunakan
23 66.67 Sedang 0.529 Sangat Signifikan Digunakan
24 44.44 Sangat Mudah 0.449 Sangat Signifikan Digunakan
25 0.00 Sangat Mudah 0.137 - Digunakan
26 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak
Digunakan
27 22.22 Sangat Mudah 0.151 - Digunakan
28 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak
Digunakan
29 88.89 Sedang 0.709 Sangat Signifikan Digunakan
30 88.89 Sedang 0.678 Sangat Signifikan Digunakan
Lampiran B3
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
ALOKASI WAKTU :
HARI/TANGGAL :
PETUNJUK UMUM
1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:
e. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.
f. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.
2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak
lengkap atau tidak urut.
3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan
jawaban.
4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.
5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia
dengan baik dan benar!
6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung
lainnya.
7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.
8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk
mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….
a. Mengatur posisi alat dengan huruf A
b. Mengatur posisi alat dengan huruf B
c. Mengatur posisi alat dengan huruf C
d. Mengatur posisi alat dengan huruf D
e. Mengatur posisi alat dengan huruf E
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat
nomor ….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang
berikut ini!
Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh
huruf….
a. A dan E
b. D dan F
c. E dan F
d. A dan F
e. B dan C
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….
a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod
b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai
c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus
d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat
e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat
5. Perhatikan tabel di bawah ini!
Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas
untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….
a. Mengganti lensa okuler
b. Mengganti lensa objektif
c. Mencari jarak planet yang terdekat
d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler
e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus
6. Perhatikan tabel di bawah ini!
Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 3 dan 1
e. 2 dan 3
7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan
cahaya adalah.....
8. Perhatikan tabel di bawah ini!
Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....
9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang
benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana
adalah….
10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini
sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:
Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil
bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak
….
a. jelas
b. samar
c. tidak terlihat
d. jelas dan samar
e. tidak terlihat dan samar
11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A
diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B
diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa
tersebut bisa terjadi adalah....
a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang
menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas
c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil
dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan
jelas
d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada
kondisi alat lama dan kondisi alat baru
e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi
alat lama
12. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. J
13. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. E
e. J
14. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan
Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….
a. D
b. E
c. F
d. G
e. I
15. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
16. Dari gambar di bawah ini!
Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….
a. A
b. D
c. E
d. B
e. C
17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Maya, terbalik, diperbesar
e. Nyata, terbalik, diperbesar
18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah
ini!
Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler
berada….
a. di depan retina mata
b. di depan lensa objektif
c. di belakang retina mata
d. di antara lensa okuler dan lensa objektif
e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif
19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!
Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan
sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!
e
Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar
adalah….
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!
Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…
a. 0,04 kali
b. 0,05 kali
c. 24,0 kali
d. 25,0 kali
e. 26,0 kali
22. Perhatikan gambar di bawah ini!
Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran
menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….
a. 0,33 mm
b. 3,00 mm
c. 310 mm
d. 930 mm
e. 960 mm
23. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,
lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
24. Perhatikan tabel di bawah ini!
Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?
a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram
b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram
c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata
e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata
25. Perhatikan tabel di bawah ini!
Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4
26. Perhatikan gambar dibawah ini!
Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?
a. 12,5 kali
b. 17,5 kali
c. 22,5 kali
d. 25,0 kali
e. 27,5 kali
27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik
fokus objektif 50 cm adalah ….
Lampiran B4
ANGKET RESPON BELAJAR FISIKA
Petunjuk:
Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh saran atau pendapat mengenai pembelajaran
yang dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran selanjutnya
Pengisian ini tidak ada hubungannya dengan penilaian diri anda sehingga tidak perlu ragu
memberikan jawaban pada setiap pernyataan
Jawablah setiap pernyataan berikut dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu
pilihan yang sesuai dengan pilihan jawaban anda.
Nama : …………………………………………
Kelas : …………………………………………
No. Pernyataan
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Cukup
(C)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
1. Saya menyukai pelajaran fisika
2. Saya tertarik mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan alat optik
3. Mengikuti pembelajaran menggunakan
praktikum merupakan pengalaman baru
untuk saya
4. Penggunaan praktikum dalam
pembelajaran membuat saya makin tidak
termotivasi dalam belajar
5. Kegiatan yang terdapat di dalam praktikum
ini membuat saya lebih termotivasi dalam
belajar
No. Pernyataan
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Cukup
(C)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
6. Pembelajaran menggunakan praktikum
sangat tidak menarik dan tidak
menyenangkan
7. Saya tidak pernah menggunakan teropong
bintang
8. Saya mengetahui bagian-bagian teropong
bintang
9. Saya tidak mengetahui bahwa teropong
bintang menggunakan lensa
10. Saya tidak mengetahui cara kerja teropong
bintang
11. Saya sebelumnya tidak pernah membuat
teropong bintang sederhana
12. Saya memahami fungsi dari setiap bagian
teropong bintang sederhana
13. Saya tertarik dengan praktikum pembuatan
teropong bintang sederhana
14 Pembelajaran dengan menggunakan
praktikum tidak sesuai dengan yang saya
inginkan
15. Saya merasa tertarik untuk mempelajari
konsep fisika yang lainnya dengan
pembelajaran praktikum
Lampiran B5
Lampiran B6
Nomo
r Soal
Validator Nilai CVR Rata-
rata
CVR
Najiullah, M.Pd. Diah Mulhayatiah, M.Pd. Teguh Priyanto, M.Pd.
A B C D E F G H I A B C D E F G H I A B C D E F G H I A B C D E F G H I
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.33 1 0.85
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0.33 1 -0.33 1 0.78
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 -0.33 1 0.78
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 0.92
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0.3
3
0.3
3 1
0.3
3 1 1 1 1 0.78
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0.3
3
0.3
3 1
0.3
3 1 1 0.33 1 0.70
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.85
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 1
0.92
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92
Jumlah CVR 27.55
CVI 0.92
Kategori
Sanga
t
sesuai
Lampiran B7
Nomor
Soal
Validator Nilai CVR Rata-rata CVR
Sahmiati Siregar, S.Si. Ai Nurlaela, M.Si Teguh Priyanto, M.Pd
A B C D A B C D A B C D A B C D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.33 0.33 0.5
21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 1 1 0.83
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah CVR 28.67
CVI 0.96
Kategori Sangat sesuai
Lampiran B8
LAMPIRAN C
ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Hasil pretest
2. Hasil posttest
3. Hasil olah data per indikator kemampuan keterampilan proses sains
4. Uji normalitas hasil pretest
5. Uji normalitas hasil posttest
6. Uji homogenitas hasil pretest
7. Uji homogenitas hasil posttest
8. Uji hipotesis hasil pretest
9. Uji hipotesis hasil posttest
10. Hasil peningkatan per indikator keterampilan proses sains
11. Data hasil angket respon peserta didik
Lampiran C1
Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Peserta
Didik
Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
1 14 15
2 13 11
3 11 10
4 8 11
5 16 9
6 8 9
7 14 9
8 11 8
9 9 10
10 10 12
11 11 12
12 8 13
13 15 11
14 11 13
15 10 10
16 11 13
17 9 7
18 9 10
19 9 10
20 8 8
21 10 11
22 12 10
23 12 9
24 13 10
25 11 12
26 13 10
27 10 12
28 13 5
29 10 13
30 8 14
31 8 9
32 7 12
33 10 11
Jumlah 352 349
Rata-rata 10,67 10,61
SD 2,27 2,12
Deskriptif Data Hasil Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
kelas2 Statistic Std. Error
skor_pre_k Kontrol Mean 10.61 .369
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 9.85
Upper Bound 11.36
5% Trimmed Mean 10.65
Median 10.00
Variance 4.496
Std. Deviation 2.120
Minimum 5
Maximum 15
Range 10
Interquartile Range 3
Skewness -.220 .409
Kurtosis .499 .798
kelas Statistic Std. Error
skor_pre_e Eksperimen Mean 10.67 .396
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 9.86
Upper
Bound 11.47
5% Trimmed Mean 10.57
Median 10.00
Variance 5.167
Std. Deviation 2.273
Minimum 7
Maximum 16
Range 9
Interquartile Range 4
Skewness .509 .409
Kurtosis -.408 .798
Lampiran C2
Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Peserta
Didik
Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
1 23 18
2 23 19
3 23 18
4 23 18
5 23 14
6 22 22
7 23 20
8 23 18
9 22 16
10 23 10
11 22 20
12 19 16
13 13 18
14 13 12
15 20 12
16 12 19
17 12 11
18 20 12
19 16 19
20 15 16
21 15 15
22 15 14
23 13 14
24 16 13
25 18 16
26 16 18
27 16 15
28 16 15
29 21 15
30 20 20
31 18 19
32 17 18
33 20 17
Jumlah 611 537
Rata-rata 18,45 16,27
SD 3,82 2,96
Deskriptif Data Hasil Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
kelas2 Statistic Std. Error
skor_post_k Kontrol Mean 16.27 .515
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 15.22
Upper Bound 17.32
5% Trimmed Mean 16.32
Median 16.00
Variance 8.767
Std. Deviation 2.961
Minimum 10
Maximum 22
Range 12
Interquartile Range 5
Skewness -.314 .409
Kurtosis -.622 .798
Descriptives
kelas Statistic Std. Error
skor_post_e Eksperimen Mean 18.45 .664
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 17.10
Upper
Bound 19.81
5% Trimmed Mean 18.56
Median 19.00
Variance 14.568
Std. Deviation 3.817
Minimum 12
Maximum 23
Range 11
Interquartile Range 7
Skewness -.194 .409
Kurtosis -1.397 .798
Lampiran C3
Perhitungan Data Pretest Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Kelas Kontrol
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No.
Absen
Nomor Soal 1 2 3 18 24
Jumlah Kunci Jawaban C E B D E
Nama Peserta
Didik Jawaban Soal
1 A1 0 1 1 0 0 2
2 B1 0 0 0 0 1 1
3 C1 0 1 1 1 0 3
4 D1 0 0 1 0 1 2
5 E1 0 0 1 0 0 1
6 F1 0 1 1 0 1 3
7 G1 0 1 1 1 0 3
8 H1 0 0 0 0 0 0
9 I1 0 1 1 0 1 3
10 J1 0 1 1 1 0 3
11 K1 0 1 1 1 0 3
12 L1 0 1 1 1 1 4
13 M1 0 0 1 0 0 1
14 N1 0 1 1 0 1 3
15 O1 0 0 0 0 0 0
16 P1 0 1 1 1 0 3
17 Q1 0 0 1 0 1 2
18 R1 1 0 0 0 0 1
19 S1 0 1 1 0 0 2
20 T1 0 0 1 0 0 1
21 U1 0 1 0 0 0 1
22 V1 0 1 1 0 0 2
23 W1 0 1 1 0 0 2
24 X1 0 1 1 0 0 2
25 Y1 1 1 1 0 0 3
26 Z1 0 1 1 0 1 3
27 A2 0 1 1 0 0 2
28 B2 0 0 1 0 0 1
29 C2 0 1 1 1 1 4
30 D2 0 0 1 0 0 1
31 E2 0 1 1 0 1 3
32 F2 1 0 1 1 0 3
33 G2 1 1 1 1 0 4
Jumlah 72
Presentasi 44%
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No.
Absen
Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah
Kunci Jawaban E A D D
Nama Peserta
Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 1 4
2 B1 1 0 0 1 2
3 C1 0 0 0 1 1
4 D1 1 0 0 1 2
5 E1 1 0 1 1 3
6 F1 1 0 0 1 2
7 G1 0 0 1 1 2
8 H1 1 0 1 1 3
9 I1 0 0 1 1 2
10 J1 1 1 0 1 3
11 K1 1 0 0 1 2
12 L1 1 0 1 1 3
13 M1 1 0 1 1 3
14 N1 1 0 1 1 3
15 O1 1 1 1 1 4
16 P1 1 0 1 1 3
17 Q1 1 0 0 0 1
18 R1 1 1 1 1 4
19 S1 1 0 1 1 3
20 T1 0 0 1 1 2
21 U1 1 1 1 1 4
22 V1 1 0 1 1 3
23 W1 0 0 0 1 1
24 X1 0 0 1 1 2
25 Y1 1 0 1 1 3
26 Z1 1 1 0 1 3
27 A2 1 0 1 1 3
28 B2 0 0 0 1 1
29 C2 1 0 1 1 3
30 D2 1 1 1 1 4
31 E2 0 0 1 0 1
32 F2 1 1 1 1 4
33 G2 0 0 0 1 1
Jumlah 85
Presentasi 64%
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No.
Absen
Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah
Kunci Jawaban E C D B D
Nama Peserta
Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1 1 3
2 B1 0 0 1 1 1 3
3 C1 0 0 0 0 0 0
4 D1 1 0 0 0 0 1
5 E1 0 0 0 1 0 1
6 F1 0 0 0 0 0 0
7 G1 0 0 0 0 0 0
8 H1 0 0 1 0 0 1
9 I1 0 0 0 0 0 0
10 J1 0 0 0 0 0 0
11 K1 0 0 0 0 1 1
12 L1 0 0 0 1 0 1
13 M1 1 0 0 1 0 2
14 N1 0 0 1 1 0 2
15 O1 0 0 1 1 1 3
16 P1 1 0 0 1 1 3
17 Q1 0 1 0 0 1 2
18 R1 0 0 0 0 0 0
19 S1 0 0 0 0 0 0
20 T1 0 0 0 0 0 0
21 U1 0 0 0 1 0 1
22 V1 0 0 0 0 1 1
23 W1 0 0 0 1 0 1
24 X1 0 0 0 1 1 2
25 Y1 0 0 0 0 1 1
26 Z1 0 0 0 0 1 1
27 A2 1 0 0 0 1 2
28 B2 0 0 0 0 0 0
29 C2 0 0 0 0 0 0
30 D2 1 0 1 1 0 3
31 E2 0 0 0 0 0 0
32 F2 0 0 0 1 0 1
33 G2 0 0 0 1 0 1
Jumlah 37
Presentasi 22%
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No.
Absen
Nomor Soal 9 10 11 Jumlah
Kunci Jawaban C B B
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 0 0
2 B1 0 0 0 0
3 C1 0 0 0 0
4 D1 1 1 0 2
5 E1 0 1 0 1
6 F1 1 0 0 1
7 G1 1 1 0 2
8 H1 1 0 0 1
9 I1 0 1 1 2
10 J1 0 0 0 0
11 K1 0 0 0 0
12 L1 0 1 0 1
13 M1 0 1 0 1
14 N1 0 1 0 1
15 O1 0 1 0 1
16 P1 0 0 0 0
17 Q1 0 0 0 0
18 R1 0 0 1 1
19 S1 1 0 0 1
20 T1 1 0 0 1
21 U1 0 0 0 0
22 V1 0 0 0 0
23 W1 0 1 0 1
24 X1 1 0 0 1
25 Y1 1 0 0 1
26 Z1 0 0 0 0
27 A2 0 0 0 0
28 B2 0 1 0 1
29 C2 0 1 0 1
30 D2 0 0 1 1
31 E2 1 0 0 1
32 F2 0 0 1 1
33 G2 0 1 0 1
Jumlah 25
Presentasi 25%
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No.
Absen
Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah
Kunci Jawaban C E C B C
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1 1 3
2 B1 1 1 1 0 1 4
3 C1 0 1 1 1 0 3
4 D1 0 1 1 1 0 3
5 E1 0 0 1 1 0 2
6 F1 0 0 1 0 0 1
7 G1 0 0 1 0 1 2
8 H1 0 0 0 1 0 1
9 I1 0 0 1 1 1 3
10 J1 0 1 1 1 1 4
11 K1 0 0 1 1 0 2
12 L1 0 0 1 1 0 2
13 M1 0 0 1 1 1 3
14 N1 0 1 1 1 0 3
15 O1 0 0 1 1 0 2
16 P1 0 1 1 1 1 4
17 Q1 0 0 0 1 1 2
18 R1 0 0 1 1 1 3
19 S1 0 0 1 1 1 3
20 T1 1 0 1 0 0 2
21 U1 0 0 1 1 1 3
22 V1 0 0 1 1 1 3
23 W1 0 0 1 1 1 3
24 X1 0 0 1 0 0 1
25 Y1 0 1 1 0 1 3
26 Z1 0 0 1 1 1 3
27 A2 0 1 1 1 0 3
28 B2 0 0 1 0 0 1
29 C2 0 1 1 1 0 3
30 D2 1 0 1 1 1 4
31 E2 0 1 1 1 1 4
32 F2 0 0 1 1 1 3
33 G2 0 0 1 1 0 2
Jumlah 88
Presentasi 53%
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No.
Absen
Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah
Kunci Jawaban E C B B E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 0 0 0 2
2 B1 0 0 0 1 0 1
3 C1 1 1 0 1 0 3
4 D1 1 0 0 0 0 1
5 E1 0 0 0 0 1 1
6 F1 0 1 0 1 0 2
7 G1 0 0 0 0 0 0
8 H1 0 0 1 1 0 2
9 I1 0 0 0 0 0 0
10 J1 0 0 1 0 1 2
11 K1 1 1 1 1 0 4
12 L1 0 0 1 0 1 2
13 M1 0 0 0 0 1 1
14 N1 0 0 0 1 0 1
15 O1 0 0 0 0 0 0
16 P1 0 0 0 0 0 0
17 Q1 0 0 0 0 0 0
18 R1 0 0 0 0 1 1
19 S1 0 0 0 1 0 1
20 T1 0 1 1 0 0 2
21 U1 0 0 1 1 0 2
22 V1 1 0 0 0 0 1
23 W1 1 0 0 0 0 1
24 X1 0 0 1 1 0 2
25 Y1 0 0 0 1 0 1
26 Z1 0 0 0 0 0 0
27 A2 0 0 1 0 1 2
28 B2 1 0 0 0 0 1
29 C2 0 1 0 1 0 2
30 D2 0 0 0 1 0 1
31 E2 0 0 0 0 0 0
32 F2 0 0 0 0 0 0
33 G2 1 0 1 0 0 2
Jumlah 41
Presentasi 25%
Perhitungan Data Pretest Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No. Nomor Soal 1 2 3 18 24 Jumlah
Absen Kunci Jawaban C E B D E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 0 0 3
2 B1 1 0 1 0 0 2
3 C1 0 1 0 0 0 1
4 D1 0 0 1 0 0 1
5 E1 1 1 1 0 1 4
6 F1 0 1 0 0 0 1
7 G1 0 1 1 0 1 3
8 H1 1 0 0 0 1 2
9 I1 0 0 1 0 0 1
10 J1 1 0 1 0 0 2
11 K1 1 0 0 0 0 1
12 L1 0 1 0 0 0 1
13 M1 1 1 1 0 0 3
14 N1 0 0 0 0 1 1
15 O1 0 1 1 1 0 3
16 P1 0 0 1 0 1 2
17 Q1 0 0 1 0 0 1
18 R1 0 1 1 0 1 3
19 S1 0 1 1 1 0 3
20 T1 0 0 0 0 0 0
21 U1 0 1 1 0 1 3
22 V1 0 1 1 1 0 3
23 W1 0 1 1 1 0 3
24 X1 0 1 1 1 1 4
25 Y1 0 0 1 0 0 1
26 Z1 0 1 1 0 1 3
27 A2 0 0 0 0 0 0
28 B2 0 1 1 1 0 3
29 C2 0 1 1 1 0 3
30 D2 1 0 0 0 0 1
31 E2 0 0 1 0 1 2
32 F2 1 0 1 0 0 2
33 G2 1 0 0 1 0 2
Jumlah 68
Presentasi 41%
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No.
Absen
Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah
Kunci Jawaban E A D D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 1 4
2 B1 1 0 1 1 3
3 C1 1 0 1 1 3
4 D1 1 0 0 1 2
5 E1 1 1 1 1 4
6 F1 1 0 1 1 3
7 G1 1 0 1 1 3
8 H1 1 0 1 1 3
9 I1 1 0 1 1 3
10 J1 1 0 1 1 3
11 K1 1 0 0 1 2
12 L1 1 0 0 0 1
13 M1 1 1 1 1 4
14 N1 1 0 0 1 2
15 O1 0 0 0 1 1
16 P1 1 0 0 1 2
17 Q1 1 0 1 1 3
18 R1 1 0 0 1 2
19 S1 0 0 1 1 2
20 T1 1 0 1 1 3
21 U1 0 0 1 1 2
22 V1 1 1 0 1 3
23 W1 1 0 0 1 2
24 X1 1 0 1 1 3
25 Y1 1 0 1 1 3
26 Z1 1 0 1 1 3
27 A2 1 1 1 1 4
28 B2 1 0 1 1 3
29 C2 1 0 0 0 1
30 D2 1 0 0 0 1
31 E2 1 0 0 0 1
32 F2 1 0 0 1 2
33 G2 1 0 0 0 1
Jumlah 82
Presentasi 62%
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No.
Absen
Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah
Kunci Jawaban E C D B D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1 0 2
2 B1 0 0 0 1 0 1
3 C1 1 0 0 1 0 2
4 D1 0 0 1 1 0 2
5 E1 1 0 1 0 0 2
6 F1 0 0 0 1 0 1
7 G1 1 1 0 0 0 2
8 H1 0 0 0 0 0 0
9 I1 0 1 0 1 0 2
10 J1 0 0 0 0 0 0
11 K1 1 1 0 0 0 2
12 L1 1 0 1 0 1 3
13 M1 0 0 1 1 1 3
14 N1 0 0 1 1 1 3
15 O1 0 0 0 0 0 0
16 P1 1 0 0 0 0 1
17 Q1 0 0 0 1 0 1
18 R1 0 0 0 0 0 0
19 S1 0 0 0 0 0 0
20 T1 0 0 1 0 0 1
21 U1 0 0 0 0 0 0
22 V1 0 0 0 0 0 0
23 W1 0 0 0 0 1 1
24 X1 0 0 0 1 0 1
25 Y1 1 0 0 1 0 2
26 Z1 0 0 1 1 0 2
27 A2 0 0 1 1 1 3
28 B2 1 0 0 1 1 3
29 C2 1 1 0 0 1 3
30 D2 0 0 0 0 1 1
31 E2 0 1 0 0 1 2
32 F2 0 0 0 0 1 1
33 G2 1 1 0 0 1 3
Jumlah 50
Presentasi 30%
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No.
Absen
Nomor Soal 9 10 11 Jumlah
Kunci Jawaban C B B
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 0 0
2 B1 1 1 0 2
3 C1 0 1 0 1
4 D1 0 1 0 1
5 E1 0 1 0 1
6 F1 0 0 0 0
7 G1 1 0 0 1
8 H1 1 0 0 1
9 I1 0 1 0 1
10 J1 0 0 0 0
11 K1 1 0 0 1
12 L1 0 0 1 1
13 M1 0 0 0 0
14 N1 0 0 0 0
15 O1 0 0 0 0
16 P1 1 1 0 2
17 Q1 0 1 0 1
18 R1 1 0 0 1
19 S1 1 1 0 2
20 T1 1 0 0 1
21 U1 0 1 1 2
22 V1 0 0 0 0
23 W1 0 0 0 0
24 X1 0 1 0 1
25 Y1 0 1 0 1
26 Z1 0 1 0 1
27 A2 0 1 0 1
28 B2 0 0 0 0
29 C2 1 0 0 1
30 D2 1 0 0 1
31 E2 0 1 0 1
32 F2 0 0 0 0
33 G2 1 0 0 1
Jumlah 27
Presentasi 27%
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No.
Absen
Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah
Kunci Jawaban C E C B C
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 1 1 1 1 4
2 B1 0 0 1 1 1 3
3 C1 1 0 1 1 0 3
4 D1 0 0 0 0 1 1
5 E1 0 1 1 1 1 4
6 F1 0 0 1 1 0 2
7 G1 0 1 1 1 1 4
8 H1 1 0 1 1 1 4
9 I1 0 0 0 1 0 1
10 J1 0 1 1 1 1 4
11 K1 0 1 1 1 1 4
12 L1 1 0 0 0 0 1
13 M1 0 0 1 1 1 3
14 N1 1 1 1 0 1 4
15 O1 0 1 1 1 0 3
16 P1 0 1 1 1 0 3
17 Q1 0 0 1 1 0 2
18 R1 0 0 1 0 0 1
19 S1 0 0 1 0 1 2
20 T1 0 0 0 1 0 1
21 U1 0 0 1 1 1 3
22 V1 0 1 1 1 1 4
23 W1 0 0 1 1 0 2
24 X1 0 0 1 1 0 2
25 Y1 0 0 1 1 1 3
26 Z1 0 1 1 1 0 3
27 A2 0 0 1 1 0 2
28 B2 0 1 1 1 1 4
29 C2 0 0 0 0 0 0
30 D2 0 0 1 0 0 1
31 E2 0 1 1 0 0 2
32 F2 0 0 0 0 0 0
33 G2 0 1 0 0 0 1
Jumlah 81
Presentasi 49%
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No.
Absen
Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah
Kunci Jawaban E C B B E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 0 0 0 0 1
2 B1 1 0 0 1 0 2
3 C1 1 0 0 0 0 1
4 D1 1 0 0 0 0 1
5 E1 1 0 0 0 0 1
6 F1 0 0 1 0 0 1
7 G1 0 0 0 0 1 1
8 H1 1 0 0 0 0 1
9 I1 1 0 0 0 0 1
10 J1 1 0 0 0 0 1
11 K1 0 0 0 0 1 1
12 L1 0 1 0 0 0 1
13 M1 1 1 0 0 0 2
14 N1 0 0 0 1 0 1
15 O1 1 1 0 1 0 3
16 P1 1 0 0 0 0 1
17 Q1 0 0 0 0 1 1
18 R1 0 1 0 1 0 2
19 S1 0 0 0 0 0 0
20 T1 0 0 1 1 0 2
21 U1 0 0 0 0 0 0
22 V1 0 0 1 0 1 2
23 W1 1 1 1 1 0 4
24 X1 0 0 1 0 1 2
25 Y1 0 0 0 0 1 1
26 Z1 0 0 0 1 0 1
27 A2 0 0 0 0 0 0
28 B2 0 0 0 0 0 0
29 C2 0 1 0 0 1 2
30 D2 0 1 1 0 1 3
31 E2 0 0 0 0 0 0
32 F2 0 1 0 1 0 2
33 G2 0 1 0 0 1 2
Jumlah 44
Presentasi 27%
Perhitungan Data Posttest Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Kelas Kontrol
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No.
Absen
Nomor Soal 1 2 3 18 24
Jumlah Kunci Jawaban C E B D E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 1 1 5
2 B1 1 1 1 1 1 5
3 C1 1 1 1 0 0 3
4 D1 1 1 1 1 0 4
5 E1 1 1 1 0 1 4
6 F1 1 1 1 1 1 5
7 G1 1 1 1 1 1 5
8 H1 1 1 1 0 0 3
9 I1 1 1 1 0 0 3
10 J1 0 0 1 0 1 2
11 K1 1 1 1 1 1 5
12 L1 1 1 0 1 1 4
13 M1 1 1 1 1 1 5
14 N1 1 1 1 0 1 4
15 O1 1 1 0 1 0 3
16 P1 1 1 1 1 1 5
17 Q1 1 1 0 1 1 4
18 R1 0 0 1 1 0 2
19 S1 1 1 1 1 1 5
20 T1 1 1 1 0 1 4
21 U1 1 1 1 0 0 3
22 V1 1 1 1 0 1 4
23 W1 1 1 1 0 1 4
24 X1 1 1 1 1 1 5
25 Y1 1 1 0 1 1 4
26 Z1 1 1 1 0 1 4
27 A2 1 1 1 0 1 4
28 B2 1 1 1 1 1 5
29 C2 1 1 1 0 0 3
30 D2 1 1 1 0 1 4
31 E2 1 1 1 1 1 5
32 F2 1 1 1 0 1 4
33 G2 1 1 1 0 1 4
Jumlah 133
Presentasi 81%
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No. Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah
Absen Kunci Jawaban E A D D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 0 1 3
2 B1 1 1 1 1 4
3 C1 1 1 1 1 4
4 D1 1 1 1 1 4
5 E1 0 0 1 1 2
6 F1 1 1 1 1 4
7 G1 1 0 0 1 2
8 H1 1 0 1 1 3
9 I1 1 0 1 1 3
10 J1 0 0 0 1 1
11 K1 1 0 0 1 2
12 L1 1 0 0 0 1
13 M1 1 1 1 1 4
14 N1 1 1 1 1 4
15 O1 0 1 1 1 3
16 P1 1 1 0 1 3
17 Q1 0 1 0 1 2
18 R1 0 0 1 1 2
19 S1 1 1 1 1 4
20 T1 1 0 0 0 1
21 U1 1 0 1 1 3
22 V1 1 1 1 1 4
23 W1 1 1 1 1 4
24 X1 1 0 0 1 2
25 Y1 1 0 0 1 2
26 Z1 1 0 1 1 3
27 A2 1 1 0 1 3
28 B2 0 1 0 1 2
29 C2 1 1 1 1 4
30 D2 1 1 1 1 4
31 E2 1 1 1 1 4
32 F2 1 0 0 1 2
33 G2 1 0 0 0 1
Jumlah 94
Presentasi 71%
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No. Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah
Absen Kunci Jawaban E C D B D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 0 0 1 1 3
2 B1 0 1 1 1 0 3
3 C1 1 0 0 1 1 3
4 D1 1 1 0 1 1 4
5 E1 0 0 0 1 1 2
6 F1 1 1 1 1 1 5
7 G1 1 0 0 1 1 3
8 H1 1 0 0 1 1 3
9 I1 0 1 1 1 1 4
10 J1 0 1 0 0 0 1
11 K1 1 0 0 1 1 3
12 L1 1 0 1 1 1 4
13 M1 0 1 1 1 1 4
14 N1 0 0 0 1 1 2
15 O1 0 0 0 1 1 2
16 P1 0 0 0 1 1 2
17 Q1 0 0 0 1 0 1
18 R1 0 0 0 1 1 2
19 S1 1 0 1 1 1 4
20 T1 1 0 0 1 1 3
21 U1 0 1 1 1 1 4
22 V1 0 1 1 1 1 4
23 W1 0 0 0 1 0 1
24 X1 0 0 0 1 1 2
25 Y1 1 0 0 1 1 3
26 Z1 0 1 1 1 1 4
27 A2 1 0 1 1 1 4
28 B2 0 0 1 1 1 3
29 C2 0 1 1 0 1 3
30 D2 1 0 1 1 0 3
31 E2 1 0 1 1 1 4
32 F2 1 0 0 1 1 3
33 G2 1 0 0 1 1 3
Jumlah 99
Presentasi 60%
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No. Nomor Soal 9 10 11 Jumlah
Absen Kunci Jawaban C B B
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1
2 B1 1 0 1 2
3 C1 1 1 1 3
4 D1 0 0 1 1
5 E1 0 0 1 1
6 F1 1 0 1 2
7 G1 1 0 1 2
8 H1 0 1 1 2
9 I1 0 1 0 1
10 J1 0 0 1 1
11 K1 1 0 1 2
12 L1 0 1 1 2
13 M1 0 0 1 1
14 N1 0 0 0 0
15 O1 0 1 0 1
16 P1 1 0 1 2
17 Q1 0 0 0 0
18 R1 0 0 0 0
19 S1 0 0 1 1
20 T1 0 1 1 2
21 U1 0 1 1 2
22 V1 0 0 0 0
23 W1 0 0 1 1
24 X1 0 1 0 1
25 Y1 0 1 1 2
26 Z1 0 1 1 2
27 A2 0 0 1 1
28 B2 0 0 1 1
29 C2 0 1 0 1
30 D2 0 0 1 1
31 E2 0 0 1 1
32 F2 1 1 1 3
33 G2 0 1 1 2
Jumlah 45
Presentasi 45%
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No. Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah
Absen Kunci Jawaban C E C B C
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1 0 2
2 B1 1 1 1 1 1 5
3 C1 0 1 1 1 1 4
4 D1 0 1 1 1 0 3
5 E1 1 0 0 1 1 3
6 F1 0 1 1 1 0 3
7 G1 1 1 1 1 1 5
8 H1 1 1 1 1 0 4
9 I1 1 1 1 1 0 4
10 J1 0 0 1 1 0 2
11 K1 1 1 1 1 1 5
12 L1 1 1 1 0 1 4
13 M1 0 1 1 1 1 4
14 N1 0 1 1 1 0 3
15 O1 0 0 1 0 1 2
16 P1 1 1 1 1 1 5
17 Q1 1 0 1 1 1 4
18 R1 1 1 1 1 1 5
19 S1 1 1 1 0 0 3
20 T1 1 1 1 1 1 5
21 U1 0 1 1 1 0 3
22 V1 0 1 1 1 0 3
23 W1 0 1 1 0 0 2
24 X1 0 0 1 1 0 2
25 Y1 0 1 1 0 1 3
26 Z1 0 1 1 1 0 3
27 A2 0 0 1 0 1 2
28 B2 1 0 0 1 0 2
29 C2 1 1 1 1 0 4
30 D2 1 1 1 1 0 4
31 E2 1 1 1 0 0 3
32 F2 0 1 1 1 1 4
33 G2 1 1 1 1 1 5
Jumlah 115
Presentasi 70%
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No. Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah
Absen Kunci Jawaban E C B B E
Nama Peserta didik Jawaban Soal
1 A1 1 0 1 1 1 4
2 B1 0 0 1 0 0 1
3 C1 0 0 1 1 0 2
4 D1 0 1 0 1 1 3
5 E1 1 0 0 1 0 2
6 F1 0 1 1 1 1 4
7 G1 0 1 0 1 1 3
8 H1 0 1 1 0 1 3
9 I1 0 0 0 0 0 0
10 J1 1 0 1 1 0 3
11 K1 0 1 0 1 1 3
12 L1 0 0 0 0 1 1
13 M1 0 0 1 0 0 1
14 N1 0 0 0 0 0 0
15 O1 1 0 1 0 0 2
16 P1 1 0 0 1 1 3
17 Q1 1 0 0 0 0 1
18 R1 0 0 1 0 0 1
19 S1 0 1 0 1 1 3
20 T1 0 0 0 0 1 1
21 U1 0 0 0 0 0 0
22 V1 0 0 0 0 0 0
23 W1 0 0 1 1 1 3
24 X1 1 0 0 0 0 1
25 Y1 0 0 1 0 1 2
26 Z1 0 1 1 0 0 2
27 A2 1 0 0 1 0 2
28 B2 0 1 0 1 1 3
29 C2 0 0 1 0 0 1
30 D2 1 1 1 1 1 5
31 E2 0 1 0 1 1 3
32 F2 0 0 0 1 1 2
33 G2 0 0 0 1 1 2
Jumlah 67
Presentasi 41%
Perhitungan Data Posttest Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen
Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No.
Absen
Nomor Soal 1 2 3 18 24
Jumlah Kunci Jawaban C E B D E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 1 1 1 1 4
2 B1 0 1 1 1 1 4
3 C1 0 1 1 1 1 4
4 D1 0 1 1 1 1 4
5 E1 0 1 1 1 1 4
6 F1 0 1 1 1 1 4
7 G1 0 1 1 1 1 4
8 H1 0 1 1 1 1 4
9 I1 1 1 0 1 1 4
10 J1 0 1 1 1 1 4
11 K1 0 1 0 1 1 3
12 L1 1 1 1 1 1 5
13 M1 1 1 1 0 1 4
14 N1 1 1 0 1 0 3
15 O1 1 1 1 1 1 5
16 P1 1 1 0 1 1 4
17 Q1 0 0 1 1 0 2
18 R1 1 1 1 1 1 5
19 S1 1 1 1 0 1 4
20 T1 1 1 1 0 0 3
21 U1 1 1 1 0 1 4
22 V1 1 1 1 0 1 4
23 W1 1 1 1 1 1 5
24 X1 1 1 0 1 1 4
25 Y1 1 1 1 0 1 4
26 Z1 1 1 1 0 1 4
27 A2 1 1 1 1 1 5
28 B2 1 1 1 0 0 3
29 C2 1 1 1 0 1 4
30 D2 1 1 1 1 1 5
31 E2 1 1 1 0 1 4
32 F2 1 1 1 0 1 4
33 G2 1 1 1 1 1 5
Jumlah 133
Presentasi 81%
Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No.
Absen
Nomor Soal 4 5 19 25
Jumlah Kunci Jawaban E A D D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 1 4
2 B1 1 1 1 1 4
3 C1 1 1 1 1 4
4 D1 1 1 1 1 4
5 E1 1 1 1 1 4
6 F1 1 1 1 1 4
7 G1 1 1 1 1 4
8 H1 1 1 1 1 4
9 I1 1 1 1 1 4
10 J1 1 1 1 1 4
11 K1 1 1 1 1 4
12 L1 1 1 1 1 4
13 M1 1 1 1 1 4
14 N1 0 1 1 1 3
15 O1 1 1 0 1 3
16 P1 0 1 0 1 2
17 Q1 0 0 1 1 2
18 R1 1 1 1 1 4
19 S1 1 0 0 0 1
20 T1 1 0 1 1 3
21 U1 1 1 1 1 4
22 V1 1 1 1 1 4
23 W1 1 0 0 1 2
24 X1 1 0 0 1 2
25 Y1 1 0 1 1 3
26 Z1 1 1 0 1 3
27 A2 0 1 0 1 2
28 B2 1 1 1 1 4
29 C2 1 1 1 1 4
30 D2 1 1 1 1 4
31 E2 1 0 0 1 2
32 F2 1 0 0 0 1
33 G2 1 1 1 1 4
Jumlah 109
Presentasi 83%
Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No.
Absen
Nomor Soal 6 7 8 20 27
Jumlah Kunci Jawaban E C D B D
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 0 1 4
2 B1 1 1 1 0 1 4
3 C1 1 1 1 0 1 4
4 D1 1 1 1 0 1 4
5 E1 1 1 1 0 1 4
6 F1 1 1 1 0 1 4
7 G1 1 1 1 0 1 4
8 H1 1 1 1 0 1 4
9 I1 1 1 1 0 1 4
10 J1 1 1 1 0 1 4
11 K1 1 1 1 0 1 4
12 L1 0 1 1 1 1 4
13 M1 0 0 0 1 1 2
14 N1 0 0 0 1 1 2
15 O1 0 0 0 1 1 2
16 P1 0 0 0 1 0 1
17 Q1 0 0 0 1 1 2
18 R1 1 0 1 1 1 4
19 S1 1 0 0 1 1 3
20 T1 0 1 1 1 1 4
21 U1 0 1 1 1 1 4
22 V1 0 0 0 1 0 1
23 W1 0 0 0 1 1 2
24 X1 1 0 0 1 1 3
25 Y1 0 1 1 1 1 4
26 Z1 1 0 1 1 1 4
27 A2 0 0 1 1 1 3
28 B2 0 1 1 0 1 3
29 C2 1 0 1 1 0 3
30 D2 1 0 1 1 1 4
31 E2 1 0 0 1 1 3
32 F2 1 0 0 1 1 3
33 G2 0 1 1 1 0 3
Jumlah 108
Presentasi 65%
Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No.
Absen
Nomor Soal 9 10 11
Jumlah Kunci Jawaban C B B
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 3
2 B1 1 1 1 3
3 C1 1 1 1 3
4 D1 1 1 1 3
5 E1 1 1 1 3
6 F1 1 1 1 3
7 G1 1 1 1 3
8 H1 1 1 1 3
9 I1 1 1 1 3
10 J1 1 1 1 3
11 K1 1 1 1 3
12 L1 0 0 1 1
13 M1 0 0 0 0
14 N1 0 1 0 1
15 O1 1 0 1 2
16 P1 0 0 0 0
17 Q1 0 0 0 0
18 R1 0 0 1 1
19 S1 0 1 1 2
20 T1 0 1 1 2
21 U1 0 0 0 0
22 V1 0 0 1 1
23 W1 0 1 0 1
24 X1 0 1 1 2
25 Y1 0 1 1 2
26 Z1 0 0 1 1
27 A2 0 0 1 1
28 B2 0 1 0 1
29 C2 0 0 1 1
30 D2 0 0 1 1
31 E2 1 1 1 3
32 F2 0 1 1 2
33 G2 1 0 1 2
Jumlah 60
Presentasi 61%
Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No.
Absen
Nomor Soal 13 14 15 16 21
Jumlah Kunci Jawaban C E C B C
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 0 0 1 1 1 3
2 B1 0 0 1 1 1 3
3 C1 0 0 1 1 1 3
4 D1 0 0 1 1 1 3
5 E1 0 0 1 1 1 3
6 F1 0 0 1 0 1 2
7 G1 0 0 1 1 1 3
8 H1 0 0 1 1 1 3
9 I1 0 0 0 1 1 2
10 J1 0 0 1 1 1 3
11 K1 0 0 1 1 1 3
12 L1 0 1 1 1 1 4
13 M1 0 1 1 1 0 3
14 N1 0 0 1 0 1 2
15 O1 1 1 1 1 1 5
16 P1 1 0 1 1 1 4
17 Q1 1 1 1 1 1 5
18 R1 1 1 1 0 0 3
19 S1 1 1 1 1 1 5
20 T1 0 1 1 1 0 3
21 U1 0 1 1 1 0 3
22 V1 0 1 1 0 0 2
23 W1 0 0 1 1 0 2
24 X1 0 1 1 0 1 3
25 Y1 0 1 1 1 0 3
26 Z1 0 0 1 0 1 2
27 A2 1 0 0 1 0 2
28 B2 1 1 1 1 0 4
29 C2 1 1 1 1 0 4
30 D2 1 1 1 0 0 3
31 E2 0 1 1 1 1 4
32 F2 1 1 1 1 1 5
33 G2 1 1 1 1 1 5
Jumlah 107
Presentasi 65%
Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No.
Absen
Nomor Soal 17 22 23 29 30
Jumlah Kunci Jawaban E C B B E
Nama Peserta Didik Jawaban Soal
1 A1 1 1 1 1 1 5
2 B1 1 1 1 1 1 5
3 C1 1 1 1 1 1 5
4 D1 1 1 1 1 1 5
5 E1 1 1 1 1 1 5
6 F1 1 1 1 1 1 5
7 G1 1 1 1 1 1 5
8 H1 1 1 1 1 1 5
9 I1 1 1 1 1 1 5
10 J1 1 1 1 1 1 5
11 K1 1 1 1 1 1 5
12 L1 0 0 1 0 0 1
13 M1 0 0 0 0 0 0
14 N1 1 0 1 0 0 2
15 O1 1 0 0 1 1 3
16 P1 1 0 0 0 0 1
17 Q1 0 0 1 0 0 1
18 R1 0 1 0 1 1 3
19 S1 0 0 0 0 1 1
20 T1 0 0 0 0 0 0
21 U1 0 0 0 0 0 0
22 V1 0 0 1 1 1 3
23 W1 1 0 0 0 0 1
24 X1 0 0 1 0 1 2
25 Y1 0 1 1 0 0 2
26 Z1 1 0 0 1 0 2
27 A2 0 1 0 1 1 3
28 B2 0 0 1 0 0 1
29 C2 1 1 1 1 1 5
30 D2 0 1 0 1 1 3
31 E2 0 0 0 1 1 2
32 F2 0 0 0 1 1 2
33 G2 0 0 1 0 0 1
Jumlah 94
Presentasi 57%
Lampiran C4
Uji Normalitas Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Tingkat signifikan
3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.
4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.
Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.
Kesimpulan:
, maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga Sampel
berdistribusi normal.
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Tingkat signifikan
3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.
4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.
Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.
Kesimpulan:
, maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga Sampel
berdistribusi normal.
Lampiran C5
UJI NORMALITAS HASIL POSTTEST
KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Tingkat signifikan
3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.
4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.
Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.
Kesimpulan:
, maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga Sampel
berdistribusi tidak normal.
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Tingkat signifikan
3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.
4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.
Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.
Kesimpulan:
, maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga Sampel tidak
berdistribusi normal.
Lampiran C6
Uji Homogenitas Data Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan terlebih dahulu hipotesis statistiknya, seperti halnya pada perhitungan
secara manual yaitu:
H0 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok sama
atau homogen.
H1 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
2) Tingkat signifikan
3) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data,
nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.
4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi maka H0 ditolak, yaitu varian kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
Jika signifikansi maka H0 diterima, yaitu varian kedua kelompok
sama atau homogen.
Test of Homogeneity of Variances
Skor Pretest Levene Statistic df1 df2 Sig.
.332 1 64 .567
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka H0
diterima H1 ditolak, sehingga kedua kelas dinyatakan homogen.
Lampiran C7
Uji Homogenitas Data Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan terlebih dahulu hipotesis statistiknya, seperti halnya pada perhitungan secara
manual yaitu:
H0 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok sama
atau homogen.
H1 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
2) Tingkat signifikan
3) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data,
nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.
4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi maka H0 ditolak, yaitu varian kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
Jika signifikansi maka H0 diterima, yaitu varian kedua kelompok
sama atau homogen.
Test of Homogeneity of Variances
Skor Postest Levene Statistic df1 df2 Sig.
5.828 1 64 .019
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka H0
diterima H1 ditolak, sehingga kedua kelas dinyatakan tidak homogen.
Lampiran C8
Uji Hipotesis Hasil Pretest
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok
eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan keterampilan proses
sains peserta didik pada kelompok kelompok kontrol.
H1 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan keterampilan proses sains
peserta didik pada kelompok kontrol.
2. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah pengolahan
data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.
3. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 ditolak H1 diterima
Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 diterima H1 ditolak
Kesimpulan:
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka
hipotesis ditolak
Lampiran C9
Uji Hipotesis Hasil Posttest
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok
eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata k keterampilan proses sains peserta
didik pada kelompok kelompok kontrol.
H1 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan keterampilan proses sains
peserta didik pada kelompok kontrol.
2. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang
ditunjukkan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah pengolahan
data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.
3. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 ditolak H1 diterima
Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 diterima H1 ditolak
Kesimpulan:
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka
hipotesis diterima
Lampiran C10
Hasil peningkatan per indikator kemampuan keterampilan proses sains
Kelas Kontrol
Hasil Peningkatan Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 2 5 3 1.00
2 B1 1 5 4 1.00
3 C1 3 3 0 0.00
4 D1 2 4 2 0.67
5 E1 1 4 3 0.75
6 F1 3 5 2 1.00
7 G1 3 5 2 1.00
8 H1 0 3 3 0.60
9 I1 3 3 0 0.00
10 J1 3 2 -1 -0.50
11 K1 3 5 2 1.00
12 L1 4 4 0 0.00
13 M1 1 5 4 1.00
14 N1 3 4 1 0.50
15 O1 0 3 3 0.60
16 P1 3 5 2 1.00
17 Q1 2 4 2 0.67
18 R1 1 2 1 0.25
19 S1 2 5 3 1.00
20 T1 1 4 3 0.75
21 U1 1 3 2 0.50
22 V1 2 4 2 0.67
23 W1 2 4 2 0.67
24 X1 2 5 3 1.00
25 Y1 3 4 1 0.50
26 Z1 3 4 1 0.50
27 A1 2 4 2 0.67
28 B2 1 5 4 1.00
29 C2 4 3 -1 -1.00
30 D2 1 4 3 0.75
31 E2 3 5 2 1.00
32 F2 3 4 1 0.50
33 G2 4 4 0 0.00
Rata-rata 0.58
Hasil Peningkatan Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 3 3 0 0.00
2 B1 2 4 2 1.00
3 C1 1 4 3 1.00
4 D1 2 4 2 1.00
5 E1 3 2 -1 -1.00
6 F1 2 4 2 1.00
7 G1 2 2 0 0.00
8 H1 3 3 0 0.00
9 I1 2 3 1 0.50
10 J1 3 1 -2 -2.00
11 K1 2 2 0 0.00
12 L1 3 1 -2 -2.00
13 M1 3 4 1 1.00
14 N1 3 4 1 1.00
15 O1 3 3 0 0.00
16 P1 3 3 0 0.00
17 Q1 1 2 1 0.33
18 R1 2 2 0 0.00
19 S1 3 4 1 1.00
20 T1 2 1 -1 -0.50
21 U1 3 3 0 0.00
22 V1 3 4 1 1.00
23 W1 1 4 3 1.00
24 X1 2 2 0 0.00
25 Y1 3 2 -1 -1.00
26 Z1 3 3 0 0.00
27 A1 3 3 0 0.00
28 B2 1 2 1 0.33
29 C2 3 4 1 1.00
30 D2 3 3 0 0.00
31 E2 1 4 3 1.00
32 F2 3 2 -1 -1.00
33 G2 1 1 0 0.00
Rata-rata 0.14
Hasil Peningkatan Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 3 3 0 0.00
2 B1 3 3 0 0.00
3 C1 0 3 3 0.60
4 D1 2 3 1 0.33
5 E1 1 2 1 0.25
6 F1 0 5 5 1.00
7 G1 0 3 3 0.60
8 H1 1 3 2 0.50
9 I1 0 4 4 0.80
10 J1 0 1 1 0.20
11 K1 1 3 2 0.50
12 L1 1 3 2 0.50
13 M1 2 4 2 0.67
14 N1 2 2 0 0.00
15 O1 3 2 -1 -0.50
16 P1 3 2 -1 -0.50
17 Q1 2 1 -1 -0.33
18 R1 0 2 2 0.40
19 S1 0 4 4 0.80
20 T1 0 3 3 0.60
21 U1 1 4 3 0.75
22 V1 1 4 3 0.75
23 W1 1 1 0 0.00
24 X1 2 2 0 0.00
25 Y1 1 3 2 0.50
26 Z1 1 4 3 0.75
27 A1 2 4 2 0.67
28 B2 0 3 3 0.60
29 C2 0 3 3 0.60
30 D2 3 3 0 0.00
31 E2 0 4 4 0.80
32 F2 1 3 2 0.50
33 G2 1 3 2 0.50
Rata-rata 0.39
Hasil Peningkatan Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 0 1 1 0.33
2 B1 0 2 2 0.67
3 C1 0 3 3 1.00
4 D1 2 1 -1 -1.00
5 E1 1 1 0 0.00
6 F1 1 2 1 0.50
7 G1 2 2 0 0.00
8 H1 1 2 1 0.50
9 I1 2 1 -1 -1.00
10 J1 0 1 1 0.33
11 K1 0 2 2 0.67
12 L1 1 2 1 0.50
13 M1 1 1 0 0.00
14 N1 1 0 -1 -0.50
15 O1 1 1 0 0.00
16 P1 0 2 2 0.67
17 Q1 0 0 0 0.00
18 R1 1 0 -1 -0.50
19 S1 1 1 0 0.00
20 T1 1 2 1 0.50
21 U1 0 2 2 0.67
22 V1 0 0 0 0.00
23 W1 1 1 0 0.00
24 X1 1 1 0 0.00
25 Y1 1 2 1 0.50
26 Z1 0 2 2 0.67
27 A1 0 1 1 0.33
28 B2 1 1 0 0.00
29 C2 1 1 0 0.00
30 D2 1 1 0 0.00
31 E2 1 1 0 0.00
32 F2 1 3 2 1.00
33 G2 1 2 1 0.50
Rata-rata 0.19
Hasil Peningkatan Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 3 4 1 0.50
2 B1 1 1 0 0.00
3 C1 2 2 0 0.00
4 D1 3 3 0 0.00
5 E1 2 2 0 0.00
6 F1 1 4 3 0.75
7 G1 2 3 1 0.33
8 H1 1 3 2 0.50
9 I1 0 0 0 0.00
10 J1 3 3 0 0.00
11 K1 2 3 1 0.33
12 L1 1 1 0 0.00
13 M1 1 1 0 0.00
14 N1 0 0 0 0.00
15 O1 2 2 0 0.00
16 P1 3 3 0 0.00
17 Q1 1 1 0 0.00
18 R1 1 1 0 0.00
19 S1 2 2 0 0.00
20 T1 1 1 0 0.00
21 U1 0 0 0 0.00
22 V1 0 0 0 0.00
23 W1 3 3 0 0.00
24 X1 1 1 0 0.00
25 Y1 2 2 0 0.00
26 Z1 2 2 0 0.00
27 A1 2 2 0 0.00
28 B2 1 3 2 0.50
29 C2 1 1 0 0.00
30 D2 4 5 1 1.00
31 E2 3 3 0 0.00
32 F2 2 2 0 0.00
33 G2 2 2 0 0.00
Rata-rata 0.12
Hasil Peningkatan Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 2 4 2 0.67
2 B1 1 1 0 0.00
3 C1 3 2 -1 -0.50
4 D1 1 3 2 0.50
5 E1 1 2 1 0.25
6 F1 2 4 2 0.67
7 G1 0 3 3 0.60
8 H1 2 3 1 0.33
9 I1 0 0 0 0.00
10 J1 2 3 1 0.33
11 K1 4 3 -1 -1.00
12 L1 2 1 -1 -0.33
13 M1 1 1 0 0.00
14 N1 1 0 -1 -0.25
15 O1 0 2 2 0.40
16 P1 0 3 3 0.60
17 Q1 0 1 1 0.20
18 R1 1 1 0 0.00
19 S1 1 3 2 0.50
20 T1 2 1 -1 -0.33
21 U1 2 0 -2 -0.67
22 V1 1 0 -1 -0.25
23 W1 1 3 2 0.50
24 X1 2 1 -1 -0.33
25 Y1 1 2 1 0.25
26 Z1 0 2 2 0.40
27 A1 2 2 0 0.00
28 B2 1 3 2 0.50
29 C2 2 1 -1 -0.33
30 D2 1 5 4 1.00
31 E2 0 3 3 0.60
32 F2 0 2 2 0.40
33 G2 2 2 0 0.00
Rata-rata 0.14
Kelas Eksperimen
Hasil Peningkatan Indikator KPS 1: observasi/mengamati
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 3 4 1 0.50
2 B1 2 4 2 0.67
3 C1 1 4 3 0.75
4 D1 1 4 3 0.75
5 E1 4 4 0 0.00
6 F1 1 4 3 0.75
7 G1 3 4 1 0.50
8 H1 2 4 2 0.67
9 I1 1 4 3 0.75
10 J1 2 4 2 0.67
11 K1 1 3 2 0.50
12 L1 1 5 4 1.00
13 M1 3 4 1 0.50
14 N1 1 3 2 0.50
15 O1 3 5 2 1.00
16 P1 2 4 2 0.67
17 Q1 1 2 1 0.25
18 R1 3 5 2 1.00
19 S1 3 4 1 0.50
20 T1 0 3 3 0.60
21 U1 3 4 1 0.50
22 V1 3 4 1 0.50
23 W1 3 5 2 1.00
24 X1 4 4 0 0.00
25 Y1 1 4 3 0.75
26 Z1 3 4 1 0.50
27 A1 0 5 5 1.00
28 B2 3 3 0 0.00
29 C2 3 4 1 0.50
30 D2 1 5 4 1.00
31 E2 2 4 2 0.67
32 F2 2 4 2 0.67
33 G2 2 5 3 1.00
Rata-rata 0.62
Hasil Peningkatan Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 4 4 0 0.00
2 B1 3 4 1 1.00
3 C1 3 4 1 1.00
4 D1 2 4 2 1.00
5 E1 4 4 0 0.00
6 F1 3 4 1 1.00
7 G1 3 4 1 1.00
8 H1 3 4 1 1.00
9 I1 3 4 1 1.00
10 J1 3 4 1 1.00
11 K1 2 4 2 1.00
12 L1 1 4 3 1.00
13 M1 3 4 1 1.00
14 N1 2 3 1 0.50
15 O1 1 3 2 0.67
16 P1 2 2 0 0.00
17 Q1 3 2 -1 -1.00
18 R1 2 4 2 1.00
19 S1 2 1 -1 -0.50
20 T1 3 3 0 0.00
21 U1 2 4 2 1.00
22 V1 3 4 1 1.00
23 W1 2 2 0 0.00
24 X1 3 2 -1 0.00
25 Y1 3 3 0 0.00
26 Z1 3 3 0 0.00
27 A1 4 2 -2 0.00
28 B2 3 4 1 1.00
29 C2 1 4 3 1.00
30 D2 1 4 3 1.00
31 E2 1 2 1 0.33
32 F2 2 1 -1 -0.50
33 G2 1 4 3 1.00
Rata-rata 0.53
Hasil Peningkatan Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 2 4 2 0.67
2 B1 1 4 3 0.75
3 C1 2 4 2 0.67
4 D1 2 4 2 0.67
5 E1 2 4 2 0.67
6 F1 1 4 3 0.75
7 G1 2 4 2 0.67
8 H1 0 4 4 0.80
9 I1 2 4 2 0.67
10 J1 0 4 4 0.80
11 K1 2 4 2 0.67
12 L1 3 4 1 0.50
13 M1 3 2 -1 -0.50
14 N1 3 2 -1 -0.50
15 O1 0 2 2 0.40
16 P1 1 1 0 0.00
17 Q1 1 2 1 0.25
18 R1 0 4 4 0.80
19 S1 0 3 3 0.60
20 T1 1 4 3 0.75
21 U1 0 4 4 0.80
22 V1 0 1 1 0.20
23 W1 1 2 1 0.25
24 X1 1 3 2 0.50
25 Y1 2 4 2 0.67
26 Z1 2 4 2 0.67
27 A1 3 3 0 0.00
28 B2 3 3 0 0.00
29 C2 3 3 0 0.00
30 D2 1 4 3 0.75
31 E2 2 3 1 0.33
32 F2 1 3 2 0.50
33 G2 3 5 2 1.00
Rata-rata 0.48
Hasil Peningkatan Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 0 3 3 1.00
2 B1 2 3 1 1.00
3 C1 1 3 2 1.00
4 D1 1 3 2 1.00
5 E1 1 3 2 1.00
6 F1 0 3 3 1.00
7 G1 1 3 2 1.00
8 H1 1 3 2 1.00
9 I1 1 3 2 1.00
10 J1 0 3 3 1.00
11 K1 1 3 2 1.00
12 L1 1 1 0 0.00
13 M1 0 0 0 0.00
14 N1 0 1 1 0.33
15 O1 0 2 2 0.67
16 P1 2 0 -2 -2.00
17 Q1 1 0 -1 -0.50
18 R1 1 1 0 0.00
19 S1 2 2 0 0.00
20 T1 1 2 1 0.50
21 U1 2 0 -2 -2.00
22 V1 0 1 1 0.33
23 W1 0 1 1 0.33
24 X1 1 2 1 0.50
25 Y1 1 2 1 0.50
26 Z1 1 1 0 0.00
27 A1 1 1 0 0.00
28 B2 0 1 1 0.33
29 C2 1 1 0 0.00
30 D2 1 1 0 0.00
31 E2 1 3 2 1.00
32 F2 0 2 2 0.67
33 G2 1 2 1 0.50
Rata-rata 0.37
Hasil Peningkatan Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 2 3 1 0.33
2 B1 3 3 0 0.00
3 C1 1 3 2 0.50
4 D1 1 5 4 1.00
5 E1 3 3 0 0.00
6 F1 2 2 0 0.00
7 G1 2 3 1 0.33
8 H1 2 3 1 0.33
9 I1 1 2 1 0.25
10 J1 4 3 -1 -1.00
11 K1 3 3 0 0.00
12 L1 1 4 3 0.75
13 M1 3 3 0 0.00
14 N1 4 2 -2 -2.00
15 O1 3 5 2 1.00
16 P1 3 4 1 0.50
17 Q1 2 5 3 1.00
18 R1 1 3 2 0.50
19 S1 2 5 3 1.00
20 T1 1 3 2 0.50
21 U1 3 3 0 0.00
22 V1 1 2 1 0.25
23 W1 2 2 0 0.00
24 X1 2 3 1 0.33
25 Y1 3 3 0 0.00
26 Z1 1 2 1 0.25
27 A1 2 2 0 0.00
28 B2 4 4 0 0.00
29 C2 0 4 4 0.80
30 D2 1 3 2 0.50
31 E2 2 4 2 0.67
32 F2 0 5 5 1.00
33 G2 1 5 4 1.00
Rata-rata 0.30
Hasil Peningkatan Indikator KPS 6: menerapkan konsep
No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain
1 A1 1 3 2 0.50
2 B1 2 3 1 0.33
3 C1 1 3 2 0.50
4 D1 1 3 2 0.50
5 E1 1 3 2 0.50
6 F1 1 2 1 0.25
7 G1 1 3 2 0.50
8 H1 1 3 2 0.50
9 I1 1 2 1 0.25
10 J1 1 3 2 0.50
11 K1 1 3 2 0.50
12 L1 1 4 3 0.75
13 M1 2 3 1 0.33
14 N1 1 2 1 0.25
15 O1 3 5 2 1.00
16 P1 1 4 3 0.75
17 Q1 1 5 4 1.00
18 R1 2 3 1 0.33
19 S1 0 5 5 1.00
20 T1 2 3 1 0.33
21 U1 0 3 3 0.60
22 V1 2 2 0 0.00
23 W1 4 2 -2 -2.00
24 X1 2 3 1 0.33
25 Y1 1 3 2 0.50
26 Z1 1 2 1 0.25
27 A1 0 2 2 0.40
28 B2 0 4 4 0.80
29 C2 2 4 2 0.67
30 D2 3 3 0 0.00
31 E2 0 4 4 0.80
32 F2 2 5 3 1.00
33 G2 2 5 3 1.00
Rata-rata 0.45
Lampiran C11
No Jenis
Kelamin
Minat belajar
peserta didik Pembelajaran Menggunakan Praktikum
Pembuatan Teropong Bintang
Sederhana
(+) (+) (-) (+) (-)
1 2 3 5 13 15 4 6 14 8 12 7 9 10 11
1 P 4 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4
2 P 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 5 4 2 4 5
3 L 4 3 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3
4 P 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 4 4 4 4
5 P 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 4 2 4
6 P 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4
7 P 4 4 5 2 4 4 4 3 3 2 5 4 4 4 4
8 P 3 3 4 4 3 4 5 2 5 5 4 3 4 4 4
9 P 5 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3
10 P 4 3 3 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4
11 P 5 3 2 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4
12 L 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 3 2 3 4 3
13 P 4 3 5 3 2 5 2 3 3 3 3 3 3 3 2
14 L 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3
15 L 2 3 3 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 4 3
16 P 5 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4
17 P 4 3 2 4 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4 4
18 P 5 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4
19 L 5 4 3 5 5 5 4 3 3 5 5 4 4 4 4
20 P 5 4 4 5 4 5 3 5 5 5 5 3 4 4 4
21 L 5 5 3 5 5 4 4 3 3 5 5 4 4 4 5
22 P 5 5 3 5 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3
23 L 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4
24 P 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4
25 P 4 2 3 4 4 4 4 5 5 3 4 5 3 4 4
26 L 5 5 5 5 5 4 4 3 2 5 5 4 4 4 4
27 L 4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 3 4 3 4 3
28 P 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
29 L 5 4 4 5 5 5 2 2 3 4 4 4 4 4 4
30 P 5 4 4 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 3
31 P 4 2 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 4
32 P 5 4 5 4 4 5 3 3 4 5 4 4 4 4 3
33 P 4 4 4 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4
Jumlah 139 120 123 129 131 138 124 122 122 125 130 121 120 127 121
Persentase 84% 73% 75% 78% 79% 84% 75% 74% 74% 76% 79% 73% 73% 77% 73%
Per indikator 78% 77% 75%
Rata-rata total 77%
LAMPIRAN D
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Surat izin observasi
2. Surat izin penelitian
3. Surat keterangan penelitian
4. Uji referensi
5. Daftar riwayat hidup penulis
Lampiran D1
Lampiran D2
Lampiran D3
Lampiran D4
Lampiran D5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TAMMY PERMANA. Anak ketiga dari tiga bersaudara
pasangan Purgiwanto dan Etty Suharyaty. Lahir di Depok pada
tanggal 05 Februari 1994 dan bertempat tinggal di Jalan
Lapangan Koni 1 No.23 RT. 05/002, Kelurahan Pancoran Mas,
Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh
penulis diantaranya TK Srikandi Kota Depok lulus pada tahun
2000, SD Negeri Depok 2 Kota Depok lulus pada tahun 2006,
SMP Islam Al-Muhajirin Kota Depok lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah
Negeri 7 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Fisika pada
tahun 2012 melalui jalur ujian mandiri.