PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA...

334
PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES KETERAMPILAN SAINS PESERTA DIDIK PADA KONSEP ALAT OPTIK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh TAMMY PERMANA NIM 1112016300059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA...

Page 1: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG

SEDERHANA TERHADAP PROSES KETERAMPILAN SAINS

PESERTA DIDIK PADA KONSEP ALAT OPTIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TAMMY PERMANA

NIM 1112016300059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

i

Page 3: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

ii

Page 4: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

iii

Page 5: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

iv

ABSTRAK

TAMMY PERMANA (1112016300059), Pengaruh Pembuatan Teropong

Bintang Sederhana Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada

Konsep Alat Optik. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Tidak tersedianya alat teropong bintang di sekolah sebagai alat peraga optik,

menghambat kemampuan: mengamati, menafsirkan, mengelompokkan,

meramalkan, merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep peserta didik.

Perlakuan yang dilakukan adalah membantu sekolah dalam menyediakan dan

membimbing peserta didik dalam mengeksplorasi alat tersebut. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Penelitian ini

dilaksanakan di MA Negeri 7 Jakarta Selatan pada kelas eksperimen dan kontrol

yang masing-masing berjumlah 33 orang selama 6 minggu. Sampel ditentukan

secara purposive. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dan

non tes berupa angket. Hasil instrumen tes dianalisis secara kuantitatif, dan data

hasil instrumen non tes dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan penelitian adalah

terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan

proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Hal ini didasarkan pada hasil uji

hipotesis (uji Mann-Whitney) terhadap data posttest. Sig.(2-tailed) sebesar 0,018,

pada taraf signifikansi 0,05, sehingga hipotesis alternatif (Hi) diterima. Terdapat

peningkatan kemampuan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Peningkatan kemampuan keterampilan proses sains kelas

eksperimen meningkat pada kategori sedang (0,47) dan kelas kontrol pada

kategori sedang (0,34). Respon peserta didik terhadap pembuatan teropong

bintang sederhana adalah hampir semua tertarik.

Kata Kunci: Pembuatan Teropong Bintang Sederhana, Purposive Sampling,

Keterampilan Proses Sains, Angket, Konsep Alat Optik

Page 6: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

v

ABSTRACT

TAMMY PERMANA (1112016300059), The Influence Of Making Simple Star

Binoculars To The Skills Of The Science Process Of Learners On The Optical

Concept Tool. Undergraduate Thesis of Physics Education Program, Science

Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.

The unavailability of star binoculars in schools as optical props, impedes the

ability to observe, interpret, group, predict, plan experiments, and apply the

concepts of learners. The treatment is to assist the school in providing and

guiding learners in exploring the tool. The purpose of this research is to know the

effect of making simple star binoculars to the students' science process skill on the

concept of optical tool. This research was conducted in MA Negeri 7 South

Jakarta in experiment and control class which each amounted to 33 people for 6

weeks. The sample is determined purposively. The instruments used are multiple-

choice objective test and non-test questionnaire. The results of the test instrument

were quantitatively analyzed, and the nontest instrument result data was analyzed

qualitatively. The conclusion is there is the influence of making simple telescope

toward science process skills of students in the concept of optical devices. This is

based on the results of the hypothesis test (Mann-Whitney test) on posttest data.

Sig. (2-tailed) of 0.018, at the 0.05 significance level, so the alternative hypothesis

(Hi) is accepted. There is an increased ability of science process skills in the

experimental class and control class. Improvement of experimental science

process skill skills increased in medium category (0,47) and control class in

medium category (0,34). The respone of learners to making simple star binoculars

is almost all interested.

Keywords: Simple Star Binoculars, Purposive Sampling, Science Process Skills,

Questionnaire, Optical Tools Concepts

Page 7: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta nikmat yang tidak pernah putus

hamba-hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang

senantiasa berada dalam lindungan ALLAH SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembuatan

Teropong Bintang Sederhana terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta

Didik pada Konsep Alat Optik”.

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima

kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan waktu, arahan, bimbingan, dan penuh kesabaran kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh dosen staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

6. Bapak Drs, Trisnadian, M.Pd selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 7

Jakarta Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

7. Bapak Teguh Priyanto, M.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kelas XI MIA

yang telah membimbing penulis selama penelitian berlangsung.

Page 8: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

vii

8. Dewan guru, staff, karyawan, dan peserta didik-siswi kelas XI MIA

Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta Selatan yang telah memberikan bantuan

kepada penulis selama penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Purgiwanto yang

tidak pernah lelah berjuang dan berkorban demi anaknya, Ibunda Etty

Suharyaty yang selalu sabar mendidik anaknya, menerima keluh kesah, suka

dan duka. Kakak kesayangan Penny Susanti, A.Md dan Noeh Adyatna, S.E.

selalu memberi semangat dan dorongan sehingga skripsi ini dapat selesai.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan fisika angkatan 2012, terima kasih sudah

menjadi bagian keluarga yang selalu ceria, kakak kelas dan adik kelas Fisika

yang telah memberi bantuan, inspirasi, dan motivasi.

11. Sahabat-sahabat keluarga komunitas Gamma Astronomy Club (GAC) dan

Keluarga Asisten Laboratorium Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selalu menjadi keluarga, memberikan bantuan, inspirasi, dan

motivasi.

12. Rovi Afriana, S.Pd. yang selalu menemani, memberi bantuan, memberi

semangat, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulis selanjutnya, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata

penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini, semoga apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat

dan berguna bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2017

Penulis

Page 9: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4

C. Batasan Masalah ............................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............... 6

A. Deskriptif Teoritik ............................................................................ 6

1. Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran ........................................ 6

2. Keterampilan Proses Sains ............................................................... 12

3. Definisi Alat Optik ........................................................................... 21

4. Definisi Astronomi ........................................................................... 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 33

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 35

D. Pernyataan Penelitian ........................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 37

B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 37

C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 38

D. Variabel Penelitian ............................................................................ 40

Page 10: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

ix

E. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 41

G. Instrumen Penelitian ......................................................................... 42

1. Tes Keterampilan Proses Sains ......................................................... 42

2. Instrumen Nontes (angket respon) .................................................... 49

H. Teknik Analisis Data Tes dan Nontes .............................................. 50

1. Teknik Analisis Data Tes .................................................................. 50

2. Teknik Analisis Data Nontes ............................................................ 55

I. Hipotesis Statistika ........................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 58

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 58

1. Kemampuan Awal Keterampilan Proses Sains Sebelum

Pemberian Perlakuan ........................................................................ 58

2. Kemampuan Akhir Keterampilan Proses Sains Setelah

Pemberian Perlakuan ......................................................................... 62

3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik (N-gain)

per indikator Keterampilan Proses Sains ........................................... 65

4. Hasil Analisis Angket ........................................................................ 67

5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ................................................. 68

6. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 78

A. Kesimpulan ....................................................................................... 78

B. Saran ................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

LAMPIRAN

Page 11: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat dan bahan teropong bintang sederhana ............................ 12

Gambar 2.2 Bagian-bagian mata ................................................................. 21

Gambar 2.3 Akomodasi mata ....................................................................... 23

Gambar 2.4 Jangkauan penglihatan.............................................................. 24

Gambar 2.5 Rabun jauh ................................................................................ 25

Gambar 2.6 Rabun dekat ............................................................................. 26

Gambar 2.7 Bagian-bagian kamera .............................................................. 27

Gambar 2.8 Lup ........................................................................................... 28

Gambar 2.9 Bagian-bagian mikroskop ......................................................... 29

Gambar 2.10 Diagram sinar pembentukan bayangan pada mikroskop ......... 29

Gambar 2.11 Bagian-bagian teropong ........................................................... 31

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong .................................... 31

Gambar 2.13 Pembentukan bayangan pada teropong bumi untuk

mata tak berakomodasi ............................................................ 32

Gambar 3.1 Prosedur penelitian .................................................................. 40

Gambar 4.1 Diagram distribusi frekuensi kemampuan awal

keterampilan proses sains peserta didik kelas kontrol dan

kelas eksperimen ..................................................................... 58

Gambar 4.2 Kemampuan awal KPS kelas kontrol dan kelas

eksperimen per indikator ......................................................... 61

Gambar 4.3 Diagram distribusi frekuensi kemampuan akhir

keterampilan proses sains peserta didik kelas

kontrol dan kelas eksperimen .................................................. 62

Gambar 4.4 Kemampuan Akhir KPS Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen Per Indikator ........................................................ 64

Gambar 4.5 Grafik peningkatan hasil keterampilan proses sains

peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen ................... 66

Gambar 4.6 Persentase angket respon peserta didik terhadap

pembuatan teropong bintang sederhana .................................. 68

Page 12: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator ..................................... 17

Tabel 3.1 Desain penelitian nonequivalent control group design ................ 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen keterampilan proses sains ............................. 42

Tabel 3.3 Kategori validitas .......................................................................... 44

Tabel 3.4 Kriteria koefisien korelasi ............................................................ 44

Tabel 3.5 Hasil uji validitas instrumen tes ................................................... 44

Tabel 3.6 Kategori content validity index (CVI) .......................................... 46

Tabel 3.7 Hasil uji validitas konstruk ........................................................... 46

Tabel 3.8 Kriteria koefisien reliabilitas ........................................................ 47

Tabel 3.9 Hasil uji reliabilitas ...................................................................... 47

Tabel 3.10 Klasifikasi tingkat kesukaran ....................................................... 48

Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ........................................................ 48

Tabel 3.12 Daya pembeda .............................................................................. 48

Tabel 3.13 Hasil uji daya pembeda ................................................................ 49

Tabel 3.14 Kisi-kisi instrumen nontes (angket) ............................................. 50

Tabel 3.15 Uji validasi instrumen nontes (angket).......................................... 50

Tabel 3.16 Kriteria Penilaian tes KPS ............................................................ 55

Tabel 3.17 Skala penilaian angket .................................................................. 55

Tabel 3.18 Interpretasi persentase angket ...................................................... 56

Tabel 4.1 Ukuran pemusatan dan penyebaran data skor pretest kelas kontrol

dan kelas eksperimen ................................................................... 59

Tabel 4.2 Perbandingan skor pretest kemampuan awal keterampilan

proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol .......................................................................................... 60

Tabel 4.3 Ukuran pemusatan dan penyebaran data skor posttest kelas kontrol

dan kelas eksperimen ................................................................... 63

Tabel 4.4 Perbandingan skor posttest kemampuan akhir keterampilan

proses sains peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol .......................................................................................... 64

Page 13: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

xii

Tabel 4.5 Nilai N-gain per indikator keterampilan proses sains

kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 66

Tabel 4.6 Respon ketertarikan peserta didik terhadap pembuatan

teropong bintang sederhana ........................................................... 68

Tabel 4.7 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pretest dan posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 69

Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelas eksperimen dan

kelas kontrol ................................................................................. 70

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji hipotesis pretest dan posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol .............................................. 71

Page 14: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran .................................................... 83

A1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan ............. 84

A2 Lembar Observasi Pembelajaran pada Studi Pendahuluan .... 86

A3 RPP Kelas Kontrol ................................................................ 87

A4 RPP Kelas Eksperimen ......................................................... 136

LAMPIRAN B Instrumen Penelitian .......................................................... 191

B1 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ............ 192

B2 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ................................. 220

B3 Instrumen Tes Setelah Uji Coba ........................................... 226

B4 Angket Respon Belajar Fisika .............................................. 238

B5 Uji Validasi Instrumen Nontes ............................................. 240

B6 Perhitungan Validitas Ahli Konstruk .................................... 241

B7 Perhitungan Validitas Ahli Materi ........................................ 246

B8 Lembar Validitas Ahli Isi Instrumen Tes .............................. 251

LAMPIRAN C Analisis Hasil Penelitian .................................................... 252

C1 Hasil Pretest ......................................................................... 253

C2 Hasil Posttest ........................................................................ 255

C3 Hasil olah data per indikator keterampilan proses sains ...... 257

C4 Uji normalitas hasil pretest .................................................. 281

C5 Uji normalitas hasil posttest .................................................. 283

C6 Uji homogenitas hasil pretest ............................................... 285

C7 Uji homogenitas hasil posttest ............................................. 286

C8 Uji hipotesis hasil pretest ..................................................... 287

C9 Uji hipotesis hasil posttest .................................................... 288

C10 Hasil peningkatan per indikator keterampilan proses sains 289

C11 Data hasil angket respon peserta didik ................................ 301

Page 15: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

xiv

LAMPIRAN D Surat-Surat Penelitian ....................................................... 301

D1 Surat izin observasi .............................................................. 304

D2 Surat izin penelitian ............................................................. 305

D3 Surat keterangan penelitian .................................................. 306

D4 Uji referensi ......................................................................... 307

D5 Daftar riwayat hidup ............................................................ 313

Page 16: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran fisika di sekolah-sekolah masih bersifat informatif.

Kegiatan pembelajaran cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu

pengetahuan dari guru ke peserta didik sehingga peserta didik belum terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran.1 Fakta pembelajaran fisika di sekolah

menurut salah satu guru fisika Madrasah Aliyah di wilayah Jakarta, guru hanya

memberikan materi melalui media digital dan memberikan tugas rumah yang

bersifat hanya informatif bagi peserta didik. Keadaan seperti ini, akan mengurangi

keterampilan proses sains dan akan berampak kurangnya kemampuan

keterampilan proses sains peserta didik.

Pembelajaran fisika memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik bagi peserta didik. Kemampuan tersebut bermanfaat bagi

peserta didik dalam kehidupan di masyarakat. Beberapa kemampuan tersebut

sebagian sudah dilatih atau diajarkan oleh para guru, namun masih kurang.

Keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat lebih banyak

kepada kemampuan psikomotorik. Sekolah baru mengajarkan keterampilan:

observasi, mengelompokkan, menafsirkan, memprediksi dan menerapkan materi.2

Keterampilan proses sains membantu peserta didik dalam memecahkan

permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah di sekolah maupun di

lingkungan masyarakat.

Keterampilan proses sains harus tersusun menurut urutan logis sesuai

dengan kemampuan peserta didik. Alasannya, yaitu agar peserta didik dapat

menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu

1 Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Pada Peserta didik Pada Konsep Getaran Dan Gelombang”, Skripsi

Sarjana Strata Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 3, tidak dipublikasikan. 2 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.

Page 17: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2

mengorganisasikan. Keunggulan dari keterampilan proses sains peserta didik

dapat terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah

pemahaman dan melatih untuk bertanya maupun terlibat lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains

peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep

serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.3

Kegiatan psikomotorik pada pelajaran fisika biasanya dilakukan melalui

praktikum. Hasil observasi di Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta menyatakan

bahwa guru tidak menggunakan metode praktikum pada materi yang sebetulnya

dapat dipraktikumkan, salah satunya pada materi alat optik (teropong bintang).

Guru jarang sekali mengaitkan materi alat optik (teropong bintang) dengan ilmu

astronomi, padahal ilmu astronomi merupakan ilmu yang berhubungan dengan

benda-benda angkasa yang terdiri dari berbagai hal yang ada dalam alam semesta,

seperti matahari, planet-planet, satelit, komet dan nebula. Kegiatan praktikum

sebenarnya melatih keterampilan proses sains kepada peserta didik. Sesuai dengan

tujuan mata pelajaran fisika di SMA/MA yaitu mengembangkan kemampuan

pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Peserta didik harus

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.4 Kegiatan praktikum atau kegiatan

yang menunjang keterampilan proses sains peserta didik jarang atau sama sekali

tidak dilaksanakan karena keterbatasan alat dan waktu pada sekolah tersebut.

Dampak dari jarang atau tidak sama sekali dilaksanakannya kegiatan tersebut,

berdampak pada rendahnya kemampuan keterampilan proses sains peserta didik

tersebut.

Kegiatan praktikum observasi benda langit tidak pernah dilakukan oleh

peserta didik. Salah satu kendalanya adalah tidak dimilikinya teropong bintang

oleh sekolah dan ini terjadi secara umum di beberapa sekolah. Pengaruh terhadap

peserta didik, akan menghambat perkembangan keterampilan proses sains pada

materi optik khususnya pada konsep teropong bintang. Kemudian, tidak akan

3 Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia 1992), Hal.18

4 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA dan

MA. Jakarta. 2003. h .7

Page 18: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

3

membantu peserta didik dalam membentuk konsep sendiri dan kurang maksimal

dalam mengembangkan dirinya sendiri pada taraf perkembangan berpikir konkret.

Jika terus dibiarkan akan mempengaruhi kemampuan keterampilan proses sains

peserta didik pada materi optik khususnya konsep teropong bintang.5

Pembuatan teropong bintang sederhana berikut aktivitas pengamatan

merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan dan ketersediaan fasilitas

sekolah dalam memenuhi kebutuhan alat praktikum dan mengembangkan

keterampilan proses sains. Teropong bintang yang dibuat secara mandiri dapat

membantu guru-guru dalam mengatasi terbatasnya alat-alat praktikum khususnya

pada konsep teropong bintang. Kegiatan ini dapat memberikan peserta didik

pengalaman langsung dan mengintegrasikan pengetahuan maupun keterampilan

yang dimiliki peserta didik. Kemudian, dapat membantu guru dalam usaha

mengembangkan keterampilan proses sains pada peserta didik.6 Lalu, membantu

peserta didik memahami proses-proses keterampilan sains dalam hal ini proses

pembuatan teropong bintang sederhana dan membantu juga mengembangkan

kreativitas peserta didik. Media yang dihasilkan dalam penelitian ini akan

berfungsi sebagai media khususnya pengamatan benda langit. Kemudian, lebih

ditekankan pada proses pembuatan teropong bintang sederhana dari alat dan

bahan sampai hasil akhir yang berupa teropong bintang sederhana dan pada

pengembangan keterampilan proses sains. Media yang dibuat diharapkan akan

meningkatkan kemampuan proses sains peserta didik.

Berdasarkan latarbelakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pembuatan Teropong Bintang Sederhana terhadap

Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Konsep Alat Optik”.

Diharapkan dapat meningkatkan daya tarik peserta didik, menambah pengetahuan

tentang pembuatan teropong bintang sederhana, meningkatkan minat belajar

peserta didik, serta meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains peserta

didik.

5 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.

6 Observasi Pembelajaran di MAN 7 Jakarta tanggal 23 Agustus 2016.

Page 19: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas

terdapat beberapa masalah, yaitu:

1. Rendahnya kemampuan keterampilan proses sains pada peserta didik.

2. Kurangnya kegiatan praktikum khususnya pada alat optik dalam

pembelajaran di kelas.

3. Keterbatasan dan ketersediaan alat teropong bintang di sekolah.

4. Peserta didik belum mampu memanfaatkan kemampuan dalam membuat

teropong bintang sederhana.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah dalam

penelitian akan dibatasi sebagai berikut:

1. Konsep yang diteliti dari materi alat-alat optik yaitu konsep teropong bintang.

2. Teropong bintang adalah sebuah jenis peralatan yang digunakan untuk

membantu pengindraan jauh guna mengamati keberadaan benda-benda yang

ada di angkasa.

3. Pembuatan teropong bintang sederhana ini, alat dan bahan sudah di siapkan.

4. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: observasi

(mengamati), interpretasi (menafsirkan), klasifikasi (mengelompokkan),

prediksi (meramalkan), merencanakan percobaan (penelitian), dan

menerapkan konsep.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

keterampilan proses sains peserta didik?

2. Apakah terdapat peningkatan keterampilan proses sains peserta didik pada

konsep alat optik?

3. Bagaimana respon peserta didik tersadap pembuatan teropong bintang

sederhana?

Page 20: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan

kepraktisan praktikum pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

peningkatan kemampuan keterampilan proses sains peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi

semua pihak, antara lain:

a. Bagi peserta didik, dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi

alat-alat optik serta mengembangkan proses keterampilan sains peserta didik.

b. Bagi guru dan sekolah, dapat memberikan informasi tentang metode

eksperimen sebagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan

keterampilan proses sains peserta didik.

c. Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan dan informasi dalam menggunakan

praktikum pembuatan teropong bintang sederhana untuk meningkatkan

keterampilan proses sains peserta didik.

Page 21: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran

a. Pengertian Alat Peraga

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian.

7 Media dalam pembelajaran mengandung komponen-komponen

komunikasi pembelajaran terdiri dari komunikator, komunikasi, pesan, dan media.

Media atau medium adalah perantara segala sesuatu yang terletak di tengah dalam

bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau

penghubung dua pihak atau dua hal. Penggunaan media atau alat bantu disadari

oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas pembelajaran baik di

dalam kelas maupun di luar kelas, terutama dalam membantu peningkatan prestasi

belajar.

Jenis media pembelajaran sangat banyak dan beranekaragam, tidak ada

satu pun media yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap

media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, guru

perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakteristik masing-masing. Salah

satu contoh dari media pembelajaran adalah alat peraga.

Menurut Edtiningsih, alat peraga merupakan media pembelajaran yang

mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sementara

Sanaky mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan

dalam pembelajaran untuk memperagakan materi pembelajaran.8

Alat peraga adalah suatu alat, biasanya tidak dalam bentuk perangkat (set)

yang jika digunakan dapat membantu, memudahkan, dan memahami suatu konsep

7 Arief S. Sudirman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.11-12.

8 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2012, h.12.

Page 22: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

7

secara tidak langsung. Dikatakan tidak langsung karena pembelajaran

menggunakan alat peraga dapat membantu peserta didik memahami suatu konsep

Page 23: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

8

tanpa harus melihat objek secara langsung. Berdasarkan pengertian-pengertian di

atas, ruang lingkup (scope) alat peraga lebih sempit dari pada lingkup media

pembelajaran dan sumber belajar. Tidak semua jenis media pembelajaran dapat

difungsikan sebagai alat peraga, akan tetapi semua alat peraga sudah pasti

merupakan media pembelajaran.9

Berdasarkan berbagai definisi, mengenai alat peraga, maka dapat

disimpulkan bahwa alat merupakan alat bantu yang dapat membantu dan

memperjelas penyampaian konsep sebagai perantara atau visualisasi nya sehingga

peserta didik dapat memahami konsep yang membutuhkan visual stik yang

mewakili benda sesungguhnya dengan bantuan benda-benda konkrit.

b. Macam-macam Alat Peraga

Berdasarkan fungsinya, yaitu untuk membantu dan memperagakan sesuatu

proses pendidikan dan pengajaran, maka alat peraga dibagi menjadi empat

macam, yaitu:10

1) Alat yang diproyeksikan, misal slide, film-film strip, dan sebagainya.

2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan, yaitu:

a) Dua dimensi, misalnya gambar, peta, bagan, dan sebagainya.

b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan seterusnya.

3) Alat bantu dengar (Audio Aids)

Alat bantu dengar yaitu alat yang dapat membantu menstimulus indra

pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pengajaran, seperti

piringan hitam, radio, dan sebagainya.

4) Alat bantu liat-dengar (Audio Visual Aids)

Alat bantu liat-dengar pendidikan ini lebih dikenal Audio Visual Aids (AVA),

misalnya televise dan video cassette. Di samping itu, alat peraga juga dapat

dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatan dan penggunaan, yaitu:

9 Ibid., h.13.

10 Riah Elsa, Pengaruh Alat Peraga Sederhana Six In One Terhadap Hasil Belajar

Peserta didik Pada Konsep Fluida Statis, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.7.

tidak diterbitkan

Page 24: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

9

a) Alat peraga yang compilated (rumit), seperti film, film strip slide dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

b) Alat peraga sederhana yang mudah diperoleh seperti bambu, karton,

kertas karton dan sebagainya.

Menurut Snaky alat peraga terbagi menjadi tiga kelompok. Adapun

pengelompokan tersebut berdasarkan dari fungsi alat peraga itu sendiri, yaitu

antara lain:11

1) Alat peraga langsung, yaitu objek sederhana (real object) yang dibawa

langsung ke kelas atau berkunjung ke lokasi dan digunakan untuk

menjelaskan materi dengan memperagakan atau menunjukkan kepada peserta

didik.

2) Alat peraga tak langsung, objek tiruan (model, miniature, foto, dan lain-lain)

yang digunakan untuk memperagakan materi ajar di kelas.

3) Peragaan, berupa kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh pengajar di

kelas untuk mendemonstrasikan suatu materi ajar yang sifatnya psikomotorik,

contohnya peragaan bagaimana orang berwudu, solat, gerakan senam,

membaca puisi, dan lain-lainnya.

c. Syarat-syarat Alat Peraga

Alat peraga dapat berupa alat riil, gambar, atau diagram. Keuntungan alat

peraga adalah dapat dipindah-pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan

kelemahannya tidak dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu, di

samping mengetahui alat peraga apa yang akan digunakan seorang guru juga

harus terampil membuat dan mengembangkan alat peraga. Berikut beberapa hal

yang penting diperhatikan sebagai syarat dalam pembuatan dan mengembangkan

alat peraga, antara lain:12

1) Keterkaitan dengan bahan ajar.

2) Nilai pendidikan.

3) Ketahanan alat (tahan lama).

11

Asyhar, op.cit., h. 13-14. 12

Tim Penyusun modul, Modul Panduan Pembuatan Alat Peraga Fisika Sederhana

untuk SMA, Jurnal Radiasi, 2011, h.12-14.

Page 25: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

10

4) Nilai presisi (ketepatan pengukuran).

5) Efisiensi Penggunaan alat (mudah digunakan, dirangkaikan, dan dijalankan).

6) Keamanan bagi peserta didik.

7) Estetika (menarik)

8) Mudah disimpan.

d. Manfaat Alat Peraga

Alat peraga memiliki fungsi untuk mempermudah peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran.13

Dengan alat peraga peserta didik tidak hanya

mendengar, tetapi melihat, meraba, merasa sehingga materi yang bersifat abstrak

akan mudah dipahami oleh peserta didik dengan bantuan alat peraga. Pengalaman-

pengalaman yang diperoleh dari rangsangan alat indra ini akan mudah diingat

kembali dan lebih tahan melekat pada ingatan peserta didik. Hal tersebut

diperkuat oleh Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Edgar

Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari paling konkrit ke

paling abstrak. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa

banyak indra yang terlibat di dalamnya.14

Sudjana dan Rivai mengemukakan bahwa manfaat alat peraga dalam

pembelajaran, antara lain:15

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh

peserta didik dan memungkinkan peserta didik mengusai dan mencapai

tujuan pembelajaran.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.

4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati,

mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

13

Asyhar, op.cit. h. 13. 14

Yudi Munandi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.18. 15

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Biru Algesindo,

2010), h.2.

Page 26: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

11

Menurut Nana Sudjana, alat peraga memiliki fungsi dalam proses belajar

mengajar antara lain:16

1) Penggunaan proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan,

tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan

situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur

yang harus dikembangkan oleh guru.

3) Alat peraga dalam pengajaran penggunanya integral dengan tujuan dan isi

pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga

harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-semata alat hiburan,

dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih

menarik perhatian.

5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempercepat

proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap

pengertian yang diberikan guru.

6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi

proses belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga,

hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga

pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Nana Sudjana mengemukakan nilai-nilai media pengajaran (alat peraga)

adalah:17

1) Dengan bantuan alat peraga guru dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata

untuk berpikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

2) Dengan bantuan alat peraga guru dapat meletakkan dasar untuk

perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.

3) Dengan bantuan alat peraga guru juga dapat memperbesar minat perhatian

peserta didik untuk belajar.

16

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru

Algensindo, 2002), h. 99-100. 17

Ibid., h. 100.

Page 27: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

12

4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap peserta didik.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu perkembangan kemampuan

berbahasa.

7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta

membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih

sempurna.

Jadi, kesimpulan mengenai manfaat alat peraga dalam proses pembelajaran

adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi dan juga dapat

meningkatkan perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi

belajar. Interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya dan

kemungkinan peserta didik belajar sendiri sesuai dengan kemampuan minatnya.

e. Pengertian Alat Peraga Teropong Bintang Sederhana

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang

peneliti buat sendiri, dengan menghubungkan konsep-konsep yang berkaitan

dengan materi teropong bintang. Teropong bintang sederhana menggambarkan ini

sebuah alat yang mewakili konsep alat optik. Alat dan bahan yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Page 28: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

13

Gambar 2.1 Alat dan bahan teropong bintang sederhana

Pembuatan teropong dalam prosesnya harus sediakan alat dan bahan seperti

gambar. Proses penyusunannya dimulai menyiapkan pipa yang sesuai desain yang

diinginkan, kemudian cocokkanlah kepada paralon untuk membuat okuler nya,

kemudian siapkan salah satu sambungan pipa untuk dicocokkan dengan lensa

objektif, lalu susun sesuai ukuran dari lensa objektif sampai dengan lensa okuler

dengan berbantuan double tape untuk menyempurnakan pengaturan teropong

bintang sederhana. Teropong sederhana ini bisa menghasilkan perbesaran 5 kali

ketika di uji coba oleh peserta didik.

2. Keterampilan Proses Sains (KPS)

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan

perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk

kreativitas. Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks

yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses juga

merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen

yang harus dikuasai seseorang apabila akan melakukan penelitian.

Page 29: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

14

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan

kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan

dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu

yang baru.18

Keterampilan tersebut sesungguhnya telah ada dalam diri peserta

didik maka tugas guru lah untuk mengembangkan keterampilan baik intelektual,

sosial maupun fisik melalui kegiatan pembelajaran.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau

intelektual manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat

karena dengan melakukan keterampilan proses peserta didik menggunakan

pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena

mungkin peserta didik melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,

penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Keterampilan proses diarahkan untuk mengembangkan kemampuan

mendasar dalam peserta didik agar mampu menemukan perolehannya.

Pembelajaran dilaksanakan melalui komunikasi timbal balik melalui tanya jawab,

diskusi atau kerja kelompok. Peserta didik perlu dilatih untuk selalu bertanya,

berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap

suatu masalah,19

sehingga peserta didik terbiasa berpikir dan bertindak secara

kreatif dalam menghadapi suatu masalah.

Menurut Rustaman, keterampilan proses melibatkan keterampilan-

keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif

atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses peserta didik

menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat

dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial

dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses peserta didik berinteraksi

dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berpikir

dalam sains, fisika misalnya, adalah keterampilan-keterampilan proses. Semiawan

18

Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan

Peserta didik dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986). H.17. 19

Ibid., h.15.

Page 30: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

15

menyatakan bahwa keterampilan adalah keterampilan fisik dan mental terkait

dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan

diaplikasikan dalam suatu kegiatan para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu

yang baru.20

Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses

perolehan peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.21

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

proses adalah keterampilan fisik dan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik yang dapat diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, dan akhirnya akan terjadi

akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau

dikembangkan, serta akan menimbulkan sikap dan nilai yang diperlukan dalam

penemuan ilmu pengetahuan.

Pembelajaran dengan keterampilan proses merupakan suatu cara mengajar

yang menitik beratkan pada pengembangan keterampilan-keterampilan perolehan

yang pada gilirannya akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan

fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.22

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses yang dapat

dikembangkan dalam diri peserta didik. Keterampilan-keterampilan tersebut

terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan

terintegrasi (integrated skills).

Menurut Yew Mei bahwa keterampilan dasar dalam keterampilan proses

merupakan dasar dari keterampilan terintegrasi yang pada umumnya lebih

kompleks dalam memecahkan suatu permasalahan dalam suatu eksperimen.23

20

Ibid. 21

Ibid., h.18. 22

Ibid. 23

Grace Teo Yew Mei, Promotion Science Process Skills and The Relevance of Science

Through Science Alive Programme, dalam Proceeding of Redesigning Pedagogy: Culture,

Knowledge and Understanding Conference, Singapore May 2007, h.2.

Page 31: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

16

Dari kedua ungkapan di atas diperoleh bahwa keterampilan-keterampilan

dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengobservasi, menginterpretasi,

mengklasifikasi, memprediksi, merencanakan percobaan, dan menerapkan

konsep.

Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama

lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam

masing-masing keterampilan proses tersebut.24

Keterampilan proses yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan (observasi)

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan

proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang

waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Dalam

pendidikan IPA, pengembangan keterampilan proses sains harus memungkinkan

peserta didik dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan seluruh panca

inderanya.

2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan

bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan

pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.

Sedangkan inferensi adalah kesimpulan sementara terhadap data hasil observasi.

Bahkan, merupakan penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.

3) Mengelompokkan (klasifikasi)

Dasar keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan

mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati.

Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan,

membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.

4) Meramalkan (prediksi)

24

Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri

Malang, 2005), h.78.

Page 32: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

17

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan

mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu

kecenderungan atau pola data yang sudah ada.

5) Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan

kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini

bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis

komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial.

6) Berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan

perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi

didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif,

maka hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan

metode deduktif.

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Keterampilan ini meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan yang

diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu dalam lembar kerja peserta

didik (LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat dan bahan yang diperlukan.

8) Menerapkan konsep atau prinsip

Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menggunakan konsep-

konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan

konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada

pemecahan soal-soal baru.

9) Mengajukan pertanyaan

Keterampilan ini sebenarnya merupakan keterampilan mendasar yang

harus dimiliki peserta didik sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut.

Keberanian peserta didik untuk bertanya, harus ditumbuhkan guru dalam setiap

pembelajaran.

10) Keterampilan menyimpulkan

Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan di atas menjadi kurang

begitu bermakna bagi hasil belajar peserta didik, terutama dalam hal penguasaan

Page 33: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

18

konsep, apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi

dari serangkai hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan, tetapi perlu diingat

bahwa untuk peserta didik pada pendidikan dasar, kesimpulan yang dibuat harus

dibimbing guru secara proporsional sesuai tingkat usia mereka hingga pada

akhirnya menyimpulkan secara mandiri.25

Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:

1) Observasi atau pengamatan: observasi mencakup perhitungan, pengukuran,

klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu.

2) Pembuatan hipotesis

3) Perencanaan penelitian/eksperimen.

4) Pengendalian variabel.

5) Interpretasi data.

6) Menyusun kesimpulan sementara (inferensi).

7) Meramalkan (prediksi).

8) Menerapkan (prediksi).

9) Mengomunikasikan.26

Setiap kemampuan pada keterampilan proses sains memiliki indikator

yang berbeda. Adapun indikator pada setia kemampuan keterampilan proses sains

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator27

No. Kemampuan Keterampilan

1. Observasi Menggunakan sebanyak mungkin indera

Menggunakan fakta relevan

2. Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan

Mencari perbedaan/persamaan

Mengontraskan ciri-ciri

Membandingkan

Mencari dasar pengelompokan

Menghubungkan hasil pengamatan

3. Interpretasi Menghubungkan hasil pengamatan

Menemukan pola dalam satu seri pengamatan

25

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta,2009). H.54. 26

Conny Semiawan, op.cit., Hal.18. 27

Nuryani Rustaman, op.cit.

Page 34: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

19

No. Kemampuan Keterampilan

Menyimpulkan

4. Prediksi Menggunakan pola/hasil pengamatan

Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada

keadaan yang belum diamati

5. Mengajukan

Pertanyaan Bertanya apa, bagaimana, mengapa

Bertanya untuk meminta penjelasan

6. Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu

kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenarannya dengan memperoleh bukti

7. Merencanakan

Percobaan Menentukan alat/bahan yang digunakan

Menentukan variabel/faktor penentu

Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan

dicatat

8. Menggunakan

Alat/Bahan Memakai alat/bahan

Mengetahui alasan mengapa menggunakan

alat/bahan

Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan

9. Menerapkan Konsep Menerapkan konsep pada situasi baru

Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk

menjelaskan apa yang sedang terjadi

10. Berkomunikasi Memberikan data empiris hasil percobaan dengan

tabel/grafik/diagram

Menyampaikan laporan sistematis

Menjelaskan hasil percobaan

Membaca grafik

Mendiskusikan hasil kegiatan

11. Eksperimentasi

c. Kelebihan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan

Keterampilan Proses Sains

Zulfiani dkk menjelaskan beberapa alasan keterampilan proses sains

diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:

1. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Memberi bekal peserta didik untuk membentuk konsep sendiri dan cara

bagaimana mempelajari sesuatu.

3. Membantu peserta didik mengembangkan dirinya sendiri.

Page 35: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

20

4. Sangat membantu peserta didik yang masih berada pada taraf perkembangan

berpikir konkrit.

5. Mengembangkan kreativitas peserta didik.28

d. Kekurangan dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan Keterampilan

Proses Sains

Alasan kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

keterampilan proses sains yang sering dikemukakan oleh guru pada umumnya

adalah:

1. Bahan pengajaran yang terlalu padat sehingga tidak sempat untuk

mengajarkan dengan menggunakan keterampilan proses tersebut.

2. Alat-alat untuk melakukan kegiatan sains tidak ada atau tidak memadai.

3. Guru sendiri kurang memahami dengan baik apa artinya keterampilan proses

yang dimaksud dan bagaimana melakukannya.

4. Soal-soal latihan, seperti Ujian Akhir Semester (UAS) atau Ujian Akhir

Nasional (UAN) hampir tidak pernah memunculkan soal-soal yang mengukur

keterampilan proses.

e. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Fisika

Fisika dan pembelajaran fisika tidak hanya sekedar pengetahuan yang

bersifat ilmiah saja melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang

menjadi bagian fisika. Dimensi dalam fisika dan pembelajaran fisika tersebut

dibedakan menjadi tiga dimensi. Dimensi pertama, adalah muatan sains (content

of science) yang berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi

inilah yang menjadi objek kajian ilmiah manusia. Dimensi kedua, sains adalah

proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivitas sains.

Proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa

disebut dengan keterampilan proses sains (Science Process Skills).

28

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2009). H.51-52.

Page 36: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

21

Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika

mengerjakan aktivitas-aktivitas sains, keterampilan ini juga dapat diterapkan

dalam kehidupan kita sehari-hari, karena kita menemukan persoalan-persoalan

keseharian dan kita harus mencari jawabannya. Jadi, mengajarkan keterampilan

yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan keseharian mereka.

Dimensi ketiga dari sains merupakan dimensi yang terfokus pada

karakteristik sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan

seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi

untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap lain yang

juga harus dimiliki seorang ilmuwan adalah sikap menghargai terhadap metode-

metode dan nilai-nilai di dalam sains. Metode-metode sains yang dimaksud di sini

meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menggunakan bukti-bukti,

kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang data yang diperoleh, dan

memahami bahwa pengetahuan ilmiah dan teori-teori berubah sepanjang waktu

selama informasi-informasi yang lebih banyak dan lebih baik diperoleh.

Keterampilan proses sains peserta didik perlu dikembangkan dalam

pembelajaran IPA khususnya fisika. Seperti yang sudah dipaparkan di atas,

dengan mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik mampu

menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses sains dapat

mengembangkan tujuh kemampuan dasar peserta didik, yaitu kemampuan

berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam melakukan

pengamatan/penemuan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan

menggunakan panca indera dengan efektif, kemampuan dalam membangun relasi

yang baik dengan teman, dan kemampuan berkomunikasi.29

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Lembar Kegiatan Peserta didik

(LKS) pembuatan teropong bintang sederhana untuk mengembangkan

keterampilan proses sains peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Fethiya Karsli, secara ilmiah mendidik peserta didik agar menjadi lebih kreatif

29

Davut Hotaman, 2008, The Examination Of The Basic Skill Levels Of The Students In

Accordance With The Perceptions Of Teacher, Parents And Students, Yildiz Technical University,

Faculty of Education, Istanbul, Turkey.

Page 37: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

22

bisa dengan cara meningkatkan keterampilan proses sains nya dalam

pembelajaran sehari-hari. Guru memiliki peran penting untuk melaksanakan

pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses sains melalui aktivitas

belajar.30

Sehingga penggunaan LKS pembuatan teropong bintang sederhana

dalam pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses sains peserta

didik perlu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA yang menuntut peserta

didik untuk dapat menjadi lebih aktif dan kreatif.

3. Definisi Alat Optik

Alat optik adalah alat-alat yang langkah percobaannya memanfaatkan

prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya.31

Pada kurikulum 2013 alat optik ini

dipelajari pada kelas X semester genap. Alat optik terdiri dari mata, kamera, lup,

mikroskop, teropong dan periskop. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-

masing bagian tersebut.

a. Mata

Mata merupakan salah satu alat indra yang sangat berharga. Dengan mata

kita dapat melihat semua pemandangan yang ada di sekitar kita. Selain sebagai

alat indera mata juga merupakan alat optik yang tidak dapat bisa di buat oleh

manusia. Pada kajian alat optik mata akan dibahas mengenai anatomi dan optika

mata. Berikut ini adalah pembahasan dari kajian tersebut.

1). Anatomi Mata

Diagram sederhana mata ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

30

Fethiye Karsli, 2009, Developing worksheet Based On Science Process Skills: Factors

Affecting Solubility, Giresun University, Education Faculty, Department of Elementary Science

Education, Giresun/Turkey. 31

Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 71

Page 38: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

23

Gambar 2. 2 Bagian-bagian mata

Bagian depan mata memiliki kelengkungan yang lebih tajam dan dilapisi

oleh selaput cahaya, disebut kornea. Di belakang kornea terdapat cairan (aqueous

humor) yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Lebih ke dalam

lagi terdapat lensa yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal, yang

disebut lensa kristalin atau lensa mata. Lensa ini berfungsi mengatur pembiasan

yang disebabkan oleh cairan di depan lensa. Di depan lensa kristalin terdapat

selaput yang membentuk celah lingkaran. Selaput ini disebut iris dan berfungsi

memberi warna kepada mata. Oleh karena itu, kita kenal ada orang bermata biru

dan bermata cokelat.32

Celah lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Lebar pupil diatur

oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya mengenai mata. Di tempat yang gelap

(intensitas cahaya kecil), pupil membesar supaya lebih banyak cahaya yang

masuk ke mata. Di tempat yang sangat terang (intensitas cahaya besar), pupil

mengecil supaya lebih sedikit cahaya yang masuk ke mata dan mata tidak silau.33

Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata (lensa kristalin)

ke permukaan belakang mata, yang disebut retina. Permukaan retina terdiri atas

berjuta-juta sel sensitif, yang karena bentuknya, disebut sel batang dan sel

kerucut. Ketika dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim sinyal-sinyal melalui

saraf optik ke otak. Di otak, arti bayangan diterjemahkan sehingga kita mendapat

kesan melihat benda. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa suatu bayangan nyata

benda dapat diterima dengan jelas jika bayangan tersebut jauh di retina.34

32

Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), h. 425 33

Marthen Kanginan, Loc. Cit. 34

Marthen Kanginan, Loc. Cit,.

Page 39: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

24

2). Optika Mata

Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat

cahaya dan interaksi cahaya dengan materi.35

Optika mata merupakan

pembahasan mengenai sifat-sifat cahaya yang terjadi di dalam mata. Dalam mata,

bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik, dan lebih kecil

daripada bendanya. Walaupun bayangan pada retina terbalik, bayangan ini

ditafsirkan oleh otak sebagai bayangan tegak.36

Mata memiliki jarak bayangan tetap karena jarak antara lensa dan retina

sebagai layar adalah tetap. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar benda-benda

dengan jarak berbeda di depan lensa dapat difokuskan pada retina (menghasilkan

bayangan tajam pada retina), jarak fokus lensa harus bisa diatur. Dalam

pemfokusan, pengaturan jarak fokus lensa dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata

melihat benda yang sangat jauh, otot siliar mengendor penuh (relaks), sehingga

lensa mata menjadi paling pipih. Ini berarti, jarak fokus paling panjang. Pada

kondisi ini, mata disebut tidak berakomodasi dan sinar-sinar yang berasal dari

benda membentuk bayangan tajam pada retina,37

seperti pada gambar di bawah

ini:

Gambar 2. 3 Akomodasi mata: (a) Ketika mata relaks (tidak berakomodasi),

lensa mata paling pipih sehingga jarak fokusnya paling besar dan benda yang

sangat jauh difokuskan pada retina. (b) ketika otot siliar menegang, lensa mata

35 Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 1

36 Marthen Kanginan, Loc. Cit,.

37 Marthen Kanginan, Ibid, h. 426

fisikazone.com

Page 40: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

25

menjadi lebih cembung sehingga jarak fokusnya lebih pendek, dan benda yang

dekat juga difokuskan pada retina. (pemfokusan pada retina artinya bayangan dari

benda dibentuk dengan jelas pada retina)

Ketika benda bergerak lebih mendekat ke mata, otot siliar secara otomatis

menegang, sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih

pendek dan membuat bayangan tajam kembali di bentuk pada retina seperti pada

gambar 2.4. Proses lensa mengubah jarak fokusnya (membuat lensa mata lebih

cembung atau lebih pipih) untuk memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak

disebut akomodasi mata. Akomodasi mata terjadi secara cepat, sehingga kita

biasanya tidak menyadarinya38

3). Titik Dekat dan Titik Jauh Mata

Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan

suatu bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot

siliar menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata

normal memiliki tiitk dekat kira-kira 25 cm.39

Titik jauh mata adalah lokasi paling

jauh benda hingga mata yang relaks (mata tidak berakomodasi) dapat

memfokuskan benda. Seseorang dengan mata normal dapat melihat benda-benda

sangat jauh, seperti planet dan bintang-bintang, dan dengan demikian memiliki

titik jauh pada jarak tak berhingga.40

Gambar 2. 4 Jangkauan penglihatan

(PP=Punctum Proximum dan PR=Punctum Remotum)

4). Cacat mata

Cacat mata terjadi jika jarak batas penglihatan seseorang di luar batas

penglihatan mata normal dan penyebabnya karena berkurangnya daya akomodasi

38

Marthen Kanginan, Loc. Cit. 39

Marthen Kanginan, Ibid, h. 427 40

Marthen Kanginan, Loc. Cit,.

slideshare.net/edi450

Page 41: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

26

mata dan kelainan bentuk bola mata.41

Berkurangnya daya akomodasi mata dapat

menyebabkan cacat mata rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi) dan

rabun tua (presbiopi). Sedangkan kelainan bentuk bola mata menyebabkan cacat

mata astigmatis. Berikut pembahasan dari masing-masing jenis cacat mata.

a) Rabun Jauh (miopi)

Miopi adalah sebuah kerusakan rekratif mata di mana citra yang dihasilkan

berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai.42

Rabun jauh atau

terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu

(gambar). Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada jarak

25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas. Keadaan ini

terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya,

sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina

Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa

cekung. Lensa cekung akan memancarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata,

sehingga bayangan jauh tepat pada retina.43

Gambar 2. 5 Rabun jauh: (a) rabun jauh. (b). rabun jauh ditolong dengan

kacamata berlensa cekung

b) Rabun Dekat (hipermetropi)

41

Iwan Permana Suwarna, Optik, (Bogor: CV. Duta Grafika, 2010), h. 78 42

Iwan Permana Suwarna, Ibid, h. 79 43

Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), h. 428

Page 42: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

27

Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih dari 25 cm dan

titik jauh pada jarak tak berhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat

melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi

tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, keadaan ini terjadi karena

lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga

bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina.

Cacat mata hipermetropi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa

cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke

mata (gambar) sehingga bayangan jauh tepat pada retina.44

Gambar 2. 6 Rabun dekat:

(a) rabun dekat. (b) rabun dekat ditolong dengan kacamata berlensa cembung

c) Mata Tua (presbiopi)

Pada penderita ini, daya akomodasi berkurang akibat bertambahnya usia.

Oleh karena itu, letak titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi, mata

tua (presbiopi) adalah cacat mata akibat berkurangnya daya akomodasi pada usia

lanjut. Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu untuk

melihat jauh dan untuk membaca. Jenis kacamata yang berfungsi rangkap ini

disebut kacamata bifokal.45

d) Astigmatis

Cacat mata astigmatis disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk

sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada bidang

44

Marthen Kanginan, Ibid, h. 430 45

Marthen Kanginan, Ibid, h. 431

Page 43: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

28

lainnya (bidang silinder). Akibatnya, benda titik difokuskan sebagai garis

pendek.46

Cacat mata astigmatis dapat ditolong dengan menggunakan kacamata

silindris.

a. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk memotret setiap kejadian dalam

kehidupan sehari-hari. Kamera merupakan salah satu alat optik yang sangat kita

kenal.

Pola kerja kamera (Gambar 2. 7) mirip dengan mata kita. Jika pada mata,

jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak

fokus lensa mata sesuai dengan jarak benda yang diamati, pada kamera, jarak

fokus lensa tetap. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan

sesuai dengan jarak benda yang difoto. Jarak bayangan, yaitu jarak antara film dan

lensa, diatur dengan menggerak-gerakkan lensa kamera.47

Gambar 2. 7 Bagian-bagian kamera

Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah

nyata, terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap

46

Marthen Kanginan, Loc. Cit,. 47

Marthen Kanginan, Ibid, h. 432

Fisika Universitas, 2003

Page 44: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

29

bayangan nyata, pada kamera, yang berfungsi untuk menangkap bayangan adalah

film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, pada

kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma

(aperture). 48

c. Lup

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa

cembung. Umumnya, lup digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat

kecil. Lup sering digunakan saat praktikum biologi untuk mengamati bagian-

bagian makhluk hidup agar terlihat lebih besar dan jelas dan sering digunakan

oleh tukang jam untuk memperbaiki jam yang rusak.

Gambar 2.8 Lup:

(a) Lup. (b) Pembentukan bayangan pada lup

Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x

Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum

Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi

48

Marthen Kanginan, Loc. Cit,.

rumus-fisika.com

Page 45: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

30

Keterangan:

= perbesaran anguler

= titik dekat mata (cm)

= jarak fokus lensa (cm)

= jarak akomodasi (cm)

d. Mikroskop

Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda

yang sangat kecil, seperti bakteri dan virus. Mikroskop digunakan dengan cara

menyimpan preparat atau objek yang akan diamati di bagian meja mikroskop

kemudian kita akan melihat objek tersebut menjadi lebih besar dan jelas. Sebuah

mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa cembung yang dekat

dengan benda disebut lensa objektif. Lensa cembung yang dekat dengan mata

disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus

lensa objektif. 49

Gambar 2.9 Bagian-bagian mikroskop

49

Marthen Kanginan, Ibid, h. 438

Page 46: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

31

Gambar 2.10 Diagram sinar pembentukan bayangan pada mikroskop optik

1) Perbesaran lensa objektif

Perbesaran Lensa Okuler

a. Mata berakomodasi maksimum

b. Mata tidak berakomodasi

2) Perbesaran total mikroskop

3) Panjang mikroskop

Yang dimaksud dengan panjang mikroskop adalah jarak antara lensa

objektif dan lensa okuler.50

4) Panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi

Keterangan:

= perbesaran lensa objektif

= tinggi bayangan pada lensa objektif (cm)

50

Marthen Kanginan, Ibid, h. 439

dipeluksenja.blogspot.co.id

Page 47: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

32

= tinggi benda pada lensa objektif (cm)

= jarak bayangan pada lensa objektif (cm)

= jarak benda pada lensa objektif (cm)

= perbesaran lensa okuler

= jarak titik dekat (cm)

= jarak fokus lensa okuler (cm)

= panjang mikroskop (cm)

= jarak benda pada lensa okuler (cm)

e. Teropong

Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat

benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.51

Teropong

banyak digunakan oleh para ahli astronomi untuk melihat benda-benda langit

yang sangat jauh seperti bintang, bulan, planet dan benda-benda langit yang lain.

Ada beberapa jenis teropong, antara lain teropong bintang dan teropong bumi.

Berikut pembahasan dari masing-masing jenis teropong.

1). Teropong Bintang

Gambar 2.11 Bagian-bagian teropong bintang

51

Marthen Kanginan, Ibid, h. 443

Page 48: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

33

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong bintang

Panjang teropong

Perbesaran teropong

Keterangan:

= panjang teropong (cm)

= perbesaran teropong

= jarak fokus lensa okuler (cm)

= jarak fokus lensa objektif (cm)

b). Teropong bumi

Teropong bumi menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di

antara lensa objektif dan lensa okuler yang akan menghasilkan bayangan akhir

yang tegak terhadap arah benda semula dan lensa cembung ketiga ini disebut

lensa pembalik.

Bayangan atas T1 pada jarak tak berhingga

studentspy.wordpress.com

Page 49: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

34

Gambar 2.13 Pembentukan bayangan pada teropong bumi untuk mata tak

berakomodasi

Panjang teropong

Keterangan:

= panjang teropong (cm)

= jarak fokus lensa pembalik (cm)

= jarak fokus lensa okuler (cm)

= jarak fokus lensa objektif (cm)

4. Definisi Astronomi

Kata astronomi berasal dari dua kata bahasa Yunani, astron yang berarti

―bintang‖ dan nemein yang berarti ―menamakan‖. Walaupun cikal bakal

astronomi berawal ribuan tahun sebelum orang-orang Yunani kuno mulai

mempelajari bintang, ilmu astronomi selalu berdasarkan prinsip yang sama yaitu

―menamakan bintang‖. Banyak nama bintang yang berasal langsung dari orang-

orang Yunani karena mereka ahli astronomi yang pertama yang membuat daftar

sistematis dari semua bintang yang dapat mereka lihat. Misalnya, bintang yang

paling terang pada konstelasi Skorpius disebut α Scorpii karena merupakan huruf

pertama dalam askara Yunani dan disebut juga Antares yang berarti ―Mars yang

lain‖.52

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini dan hasil dari semua penelitian yang dijadikan acuan

adalah berhasil. Berikut ini diantaranya:

1. Aisyah dalam penelitiannya, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta didik pada Materi Pembiasan

52

Kristen Lippincott, “Astronomi” Jendela IPTEK, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hlm. 6.

Page 50: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

35

Cahaya” yang menjelaskan bahwa metode demonstrasi peserta didik dapat

memahami sesuai objek yang di amati.53

2. Dian Aji Pertiwi dalam penelitiannya, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan

Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta didik” yang menjelaskan

bahwa melalui proses interaksi akan melatih peserta didik untuk mencari

informasi dalam menarik kesimpulan informasi yang di dapat peserta didik.54

3. Ira Kania Pramitha dalam penelitiannya, “Penerapan Metode Eksperimen

untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep

Getaran dan Gelombang” yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran

yang membuat peserta didik terlihat langsung untuk membentuk dan

menggali pengetahuannya melalui pengamatan yang mereka lakukan tidak

hanya akan menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik.55

4. Linda dalam penelitiannya, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang

Napier Terhadap Pemahaman Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD

Muhammadiyah 12 Pamulang” yang menjelaskan bahwa dengan peserta

didik ikut aktif dalam menemukan/memahami konsep pertanyaan yang

diberikan guru sehingga peserta didik menjawab pertanyaan dengan tepat dan

menggunakan alat peraga batang napier dalam proses pembelajaran.56

5. Romadlon Nur dalam penelitiannya, “Penerapan Metode Eksperimen dalam

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI

Karangrejo Boyolangu Tulungagung” yang menjelaskan Kelebihan

menggunakan metode eksperimen yaitu melatih peserta didik disiplin

terutama kaitannya dalam melakukan pembuatan teropong bintang sederhana,

peserta didik akan lebih memahami materi secara langsung, melibatkan

53

Aisyah, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Peserta didik pada Materi Pembiasan Cahaya”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta,

2014, h.11, tidak diterbitkan. 54

Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil

Belajar Fisika Peserta didik”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h.53, tidak

diterbitkan. 55

Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h.59, tidak diterbitkan. 56

Linda, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap Pemahaman

Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.73, tidak diterbitkan.

Page 51: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

36

aktivitas peserta didik, dan kreativitas peserta didik secara langsung.

Kekurangan menggunakan metode eksperimen yaitu membutuhkan waktu

yang banyak, dan memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap untuk

menunjang metode eksperimen.57

Berdasarkan data hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan

sebelumnya, peneliti beranggapan bahwa pembelajaran fisika dengan

menggunakan pembuatan teropong bintang sederhana akan dapat mempengaruhi

keterampilan proses sains peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Ilmu fisika adalah salah satu cabang ilmu yang menarik untuk dipelajari.

Pada cabang ilmu ini, banyak dipelajari hal-hal yang langsung berkenaan dengan

kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang sangat sederhana yang tidak disadari

prosesnya, dapat dijelaskan secara fisis oleh ilmu fisika. Misalnya saja tentang

gaya gravitasi, gaya gravitasi tidak dapat dilihat secara langsung tetapi jika

menggunakan benda yang dijatuhkan, bahwa benda yang jatuh ke bawah

dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Namun fisika dapat menjelaskannya dengan fisik.

Pembelajaran ilmu fisika di sekolah tentu seharusnya menjadi

pembelajaran yang sangat menarik bagi para peserta didik. Agar pembelajaran

tersebut benar menjadi pembelajaran yang menarik, tentunya harus dikemas

dalam bentuk yang menarik pula dari segi penyampaiannya. Berhasil atau

tidaknya pembelajaran tergantung bagaimana seorang guru menciptakan suasana

kelas yang nyaman dan kondusif dalam pembelajaran di kelas. Cara guru dalam

penyampaian materi akan mempengaruhi reaksi yang ditampilkan dalam

pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih media serta metode

pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran menjadi positif dan bermakna.

Para peserta didik pun diharapkan dapat memaknai fisika menjadi suatu ilmu,

bukan hafalan rumus dan konsep semata.

57

Romadlon Nur, “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Keterampilan

Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada

IAIN Tulungagung, 2010, h.79, tidak diterbitkan.

Page 52: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

37

Fisika merupakan mata pelajaran yang menyajikan fenomena alam.

Fenomena alam yang disajikan dapat berupa fenomena real maupun yang abstrak

dari alam, benda-benda yang berukuran sangat kecil sampai sangat besar.

Permasalahan yang terjadi adalah ketika guru harus memvisualisasikan fenomena-

fenomena abstrak kepada peserta didik, dimensi yang terlalu kecil maupun terlalu

besar yang menyebabkan munculnya kesulitan dalam melakukan praktik /

pengamatan langsung seperti pada materi alat optik. Hal ini menyebabkan

sebagian besar peserta didik merasa kesulitan dalam memahaminya.

Salah satu media yang saat ini dapat digunakan adalah alat peraga.

Kemajuan teknologi masuk ke dunia pendidikan karena media konvensional

dianggap sudah kurang efektif digunakan dalam penyampaian materi, termasuk

materi fisika yang abstrak. Media konvensional dianggap hanya menekankan pada

hafalan semata, sedangkan alat peraga diharapkan memberikan pengalaman nyata

kepada para peserta didik terhadap sebuah materi fisika yang disampaikan.

Adapun kerangka berpikir dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

D. Hipotesis Penelitian

Page 53: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

38

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di

atas, maka rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh

pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains peserta

didik pada konsep alat optik.

Page 54: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di MAN 7 Jakarta yang berlokasi di Jl.

Binawarga No.99, RT.4/RW.7, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630. Penelitian ini berlangsung selama 12

bulan, sedangkan untuk pengambilan data dilakukan selama enam minggu dari

tanggal 6 Februari sampai dengan 16 Maret 2017 pada semester genap tahun

ajaran 2016/2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasi experiment (eksperimen semu). Kuasi eksperimen adalah metode penelitian

yang mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Pemilihan metode ini dikarenakan pada kenyataannya di lapangan sulit untuk

mendapatkan kelas kontrol yang digunakan untuk penelitian.58

Usaha yang

dilakukan untuk mengontrol variabel-variabel luar dalam penelitian ini yaitu

dengan pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel yang

memiliki kemampuan hampir sama. Dengan menggunakan metode kuasi

eksperimen, dapat diketahui perbedaan hasil keterampilan proses sains yang

menggunakan model pembelajaran praktikum (kelompok eksperimen) dengan

hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design.59

Tujuannya untuk mengetahui pembuatan

teropong sederhana peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

kemampuan keterampilan proses sains, dapat dilihat pada tabel 3.1.

58

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D, (Bandung: Alfa beta, 2011), h. 77 59

Ibid, hal. 79

Page 55: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

40

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

RE T1 X1 T2

RK T1 X2 T2

Keterangan:

RE= Proses pemilihan subjek pada kelas eksperimen

Rk= Proses pemilihan subjek pada kelas kontrol

X1= Perlakuan dengan menggunakan Praktikum Pembuatan

Teropong Bintang Sederhana

X2= Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran demonstrasi

Desain ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol yang tidak dipilih secara random.60

Sebelum diberikannya perlakuan, pada

kedua kelompok diberikan pretes untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

keterampilan proses sains peserta didik pada konsep teropong bintang.

Selanjutnya, kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen

diberikan perlakuan dengan pembuatan teropong bintang sederhana sedangkan

kelas kontrol diberikan pengajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

Setelah diberikannya perlakuan, kedua kelas diberikan posttes untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan konsep teropong bintang melalui kemampuan

keterampilan proses sains.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yang meliputi:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Tahap persiapan di

dalamnya meliputi: perumusan masalah yang akan diteliti, pengambilan sampel,

penyusunan RPP, pembuatan instrumen tes dan instrumen angket respon peserta

didik terhadap kemampuan keterampilan proses sains yang akan diterapkan di

dalam kelas. Instrumen yang disusun kemudian dianalisis untuk dipergunakan

60

Ibid., h. 79

Page 56: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

41

pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel yang akan dicapai.

Kemudian, peneliti menguji kelayakan instrumen yang telah dibuat kepada

beberapa ahli. Sebelum melakukan uji instrumen, peneliti terlebih dahulu

membuat surat perizinan untuk melakukan uji instrumen penelitian dan perizinan

untuk melakukan penelitian.

2. Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data dimulai dengan memberikan pretest pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal

peserta didik terhadap konsep yang dipelajari. Kemudian, dilanjutkan dengan

memberi materi ajar lalu memberi perlakuan berupa model pembelajaran

praktikum dengan memperhatikan indikator keterampilan proses sains yang telah

ditentukan. Setelah proses praktikum dan pemberian perlakuan selesai, peserta

didik diberikan posttest untuk mengetahui adanya pengaruh pembuatan teropong

bintang sederhana peserta didik pada konsep teropong bintang yang ada di dalam

mata pelajaran fisika khususnya materi alat optik terhadap kemampuan

keterampilan proses sains. Angket dibagikan kepada peserta didik untuk

mengetahui respon terhadap kegiatan pembuatan teropong bintang sederhana

dengan memperhatikan indikator keterampilan proses sains yang telah diterapkan

selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Tahap Analisis dan Pelaporan

Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini,

peneliti melakukan pengelolaan dan analisis terhadap data yang dihasilkan.

Kemudian diuji hipotesis sampai pada penarikan kesimpulan.

Page 57: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

42

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.61

Dalam penelitian yang

akan dilakukan ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat

yaitu sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X): Pembuatan Teropong Bintang Sederhana.

b. Variabel teikat (Y): Keterampilan Proses Sains (KPS).

61

Ibid., h. 61.

Tahap Analisi dan Pelaporan

Menganalisis data hasil penelitian

Menguji Hipotesis Penarikan Kesimpulan

Penelitian

Tahap Pengambilan Data

Preetest Pembelajaran dengan menggunakan metode

Eksperimen Posttest

Tahap Persiapan

Merumuskann Masalah

Menyusan Instrumen tes

dan nontes, RPP

Menyelesaikan Perizinan Uji

Instrumen dan Penelitian

Uji Coba Instrumen Penelitian

Menganalisis data hasil uji coba

instrumen

Page 58: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

43

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau dapat juga disebut

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulannya.62

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta

didik kelas XI MAN 7 Jakarta Selatan yang berjumlah sekitar 180 peserta didik.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti63

. Sampel

yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 68 peserta didik. Sampel ini terbagi

menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini yaitu dengan cara purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.64

Pertimbangan yang

dilakukan dalam pemilihan sampel berdasarkan tingkat kemampuan dan

homogenitas yang relatif sama diantara kedua kelas tersebut. Hasil dari pemilihan

sampel, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah yang sama yaitu

masing-masing sebanyak 33 peserta didik.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen tes dan

instrumen nontes yang sudah di uji cobakan atau memenuhi prasyarat instrumen

tes yang baik. Instrumen tes digunakan untuk mengukur pengaruh pembuatan

teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains (KPS) peserta

didik. Tes yang digunakan yaitu pretes dan posttes yang dikerjakan oleh kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Pretes diberikan pada pertemuan pertama

sedangkan posttes diberikan setelah pelaksanaan pemberian perlakuan pada

pertemuan ke lima. Instrumen non tes dengan metode angket yang disebarkan

menggunakan google form dipergunakan untuk memperoleh data respon peserta

didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan praktikum pembuatan

teropong bintang sederhana, diberikan setelah proses pembelajaran.

62

Sugiyono, op.cit., h. 117 63

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013) h. 174 64

Sugiyono, op.cit., h. 85

Page 59: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

44

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains

Instrumen tes keterampilan proses sains ini diberikan kepada peserta didik

kelas XI MAN 7 Jakarta Selatan yang dijadikan sampel baik kelas kontrol

maupun kelas eksperimen. Tes yang digunakan telah memenuhi prasyarat

instrumen yang baik yaitu uji: validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf

kesukaran. Adapun kisi-kisi instrumen tes yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains

Indikator

Pembelajaran

Indikator KPS ∑

Soal 1 2 3 4 5 6

3.11.1 Mengenal

bagian teropong

dan fungsinya

1*,

2*,

3*

4*,

5*

6*,

7*,

8*

9*,

10*,

11*,

12

13*,

14*,

15*,

16*

17* 17

3.11.2

Menghitung

perbesaran pada

teropong

18* 19* 20* 21* 22*,

23*

6

3.11.3

Menganalisis

perbesaran pada

teropong

24* 25*,

26

27* 28 29*,

30*

7

Jumlah Soal 5 5 5 5 5 5 30

Persentase Soal 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67%

Keterangan: (*) soal yang digunakan

Indikator keterampilan proses sains

1. Observasi/Mengamati

2. Interpretasi/Menafsirkan

3. Klasifikasi/Mengelompokkan

4. Prediksi/Meramalkan

5. Merencanakan Percobaan/Penelitian

6. Menerapkan Konsep

Sebelum instrumen ini diberikan kepada sampel, maka instrumen tes ini

akan diuji coba kepada peserta didik yang sudah mempelajari materi alat optik.

Uji coba ini bermaksud untuk menganalisis kualitas setiap butir soal. Dalam

penelitian ini menggunakan bantuan anatest versi empat untuk menguji validitas,

Page 60: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

45

reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Berikut ini persyaratan yang harus

dipenuhi, antara lain:

a. Uji Validitas Instrumen

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang

hendak diukur.65

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara dua tahap

yaitu validitas lapangan dan validitas konstruk. Berikut merupakan penjabaran

dari kedua validitas tersebut.

1) Validitas Lapangan

Validitas lapangan merupakan suatu ukuran dari layak atau tidaknya

instrumen tes berdasarkan uji coba kepada responden yang sudah memahami dan

berpengalaman terhadap konten yang digunakan. Hasil validitas lapangan dapat

dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari pearson yaitu sebagai

berikut: 66

Persamaan 3.1

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

N : banyaknya peserta didik

X : skor butir soal

Y : skor total

Uji validitas lapangan dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan

dengan pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu menetapkan

degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Ketentuan kategori

validitas lapangan didasarkan pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Validitas

65

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

h.73 66

Ibid., h. 87

Page 61: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

46

Ketentuan nilai Kategori

Valid

Tidak valid

Kriteria nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.4

berikut ini:67

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas

0,80 < 1,00 Sangat baik

0,60 < 0,80 Baik

0,40 < 0,60 Cukup

0,20 < 0,40 Rendah

0,00 < 0,20 Kecil

Hasil uji validitas lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 30

Jumlah Peserta didik 33

Nomor Soal yang Digunakan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,

25, 27, 29,30

Jumlah Soal yang Digunakan 27

Persentase Soal yang Digunakan 90%

Tabel 3.5 menunjukkan beberapa butir soal yang akan digunakan sebagai

posttest setelah melalui proses validasi lapangan. Jumlah soal yang digunakan

yaitu 27 soal yang diambil dari 30 soal, sehingga terdapat satu soal yang tidak

digunakan yaitu pada soal nomor 12, 26, dan 28. Soal nomor 12, 26, dan 30 dalam

perhitungan validasi dengan software anates tidak masuk dalam kriteria soal valid

dikarenakan skor daya pembeda yang didapatkan 0,00. Hal ini menunjukkan tidak

ada satu pun kelompok atas (peserta didik pandai) dan kelompok bawah (kurang

pandai) yang bisa mengerjakan soal nomor 12, 26, dan 28 ini, sehingga

menyebabkan nilai korelasi nya error atau NAN jika pada sign. Korelasi yang

dimunculkan pada data rekapitulasi hasil anates. Rekapitulasi data anates dapat

dilihat secara rinci pada lampiran B2.

2) Validitas Konstruk

67

Ibid., h. 75

Page 62: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

47

Validitas konstruk dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian

judgment/ahli dalam menilai kesesuiannya antara instrumen dengan beberapa

aspek yang diukur. Validitas konstruk dalam penelitian ini memiliki tiga aspek

yang diukur yaitu pertama aspek konten, mengukur kesesuaian isi materi fisika

dalam soal dengan konten fisika yang digunakan yaitu Alat Optik. Kedua aspek

konstruksi, mengukur kesesuaian badan instrumen soal yaitu diantaranya

kesesuaian antara indikator soal dengan indikator keterampilan proses sains yang

dipilih, indikator ranah keterampilan proses sains, dan indikator pembelajaran

yang telah ditetapkan di dalam RPP. Ketiga aspek bahasa, mengukur bahasa yang

digunakan di dalam soal berdasarkan kaidah penulisan bahasa Indonesia. Ketiga

aspek tersebut masing-masing memiliki indikator yang akan diukur, sehingga soal

di dalam instrumen harus menunjukkan indikator yang representatif dengan

aspek-aspek yang hendak dicapai. Hasil validitas konstruk dapat diolah dengan

menggunakan content validity index (CVI), namun sebelum menghitung nilai CVI

terlebih dahulu menentukan content validity ratio (CVR) untuk merekap data skor

yang diberikan oleh masing-masing ahli atau judgement pada tiap nomor soal.

Rumus untuk menentukan CVR dengan cara:68

Persamaan 3.2

Keterangan:

CVR = ratio validitas konstruk

= jumlah ahli atau judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)

N = jumlah ahli atau judgement.

Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+)

menunjukkan bahwa setidaknya setengah panelis menilai sebagai

penting/esensial. Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin ―penting‖ dam

68

Iwan Permana Suwarna, Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan

“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Maha peserta didik Melalui Computer Based

Test pada Progrema Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan

(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 50

Page 63: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

48

semakin tinggi validitas nya. Setelah telah ditentukan CVR tiap nomor soal,

selanjutnya mencari nilai CVI. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari

nilai CVR.69

Persamaan 3.3

Kategori hasil perhitungan CVI:

Tabel 3.6 Kategori Content Validity Index (CVI)

Rentang nilai Kategori

0,00 – 0,33 Tidak sesuai

0,34 – 0,67 Sesuai

0,68 – 1,00 Sangat sesuai

Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Konstruk

Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori

Konten materi 0,95 Sangat sesuai

Konstruksi 0,91 Sangat sesuai

Bahasa 0,57 Sesuai

Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran B6 sampai dengan B9.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.70

Rumus yang digunakan untuk

mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah menggunakan

formula Alpha Cronbach, yaitu:71

(

)(

)

Persamaan 3.4

69

Ibid.,h. 51 70

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit.,h. 100 71

Ibid.,h. 122

Page 64: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

49

Keterangan:

: reliabilitas yang dicari

: varians total

: jumlah varian skor tiap-tiap item

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas

0,80 < 1,00 Sangat baik

0,60 < 0,80 Baik

0,40 < 0,60 Cukup

0,20 < 0,40 Rendah

0,00 < 0,20 Kecil

Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas

Statistik Reliabilitas Soal

0,77

Kesimpulan Baik

c. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu

sukar. Bilangan yang menujukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks

kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00

sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.72

Rumusan untuk mencari taraf kesukaran butir-butir soal adalah sebagai berikut:

Persamaan 3.5

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes.73

Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Interval P Kriteria soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

72

Ibid., h. 223 73

Ibid

Page 65: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

50

Hasil perhitungan derajat kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada tabel

3.9 berikut ini:

Tabel 3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Sangat Mudah 9 30%

Mudah 5 16%

Sedang 16 54%

Jumlah 30 100%

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik

yang tidak pandai (berkemampuan rendah).74

Rumus yang digunakan untuk

mencari daya pembeda soal adalah:

Persamaan 3.6

Keterangan:

D = Daya Pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JB = Banyaknya perata kelompok bawah75

Tabel 3.12 Daya Pembeda

Daya pembeda Kriteria soal

Bernilai negatif Drop

0,00 – 0,20 Buruk

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1.00 Sangat Baik

Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

74

Ibid., h. 226. 75

Ibid., h. 228.

Page 66: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

51

Drop 4 13,3%

Buruk 7 23,3%

Cukup 5 16,7%

Baik 8 26,7%

Sangat Baik 6 20%

Jumlah 30 100%

2. Instrumen Non tes (Angket)

Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya dengan

menggunakan tes saja, melainkan juga dengan non tes. Peneliti menggunakan

metode angket untuk instrumen non tes nya. Angket atau kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.76

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk penilaian yang berhubungan dengan

sikap.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Likert. Model

ini menggunakan skala deskriptif Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C),

Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing jawaban

mempunyai skor atau nilai: SS = 5, S = 4, C = 3, TS = 2, STS = 1. bagi pernyataan

yang mendukung sifat positif dan nilai yang mendukung sifat negatif berkebalikan

dengan nilai positif, yaitu: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 3, STS = 5. Kisi-kisi

instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

3.12 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Kisi-kisi Instrumen Non tes (Angket Respon Peserta Didik)

76

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Op.cit., h. 194

Page 67: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

52

No. Indikator Angket Nomor Soal Jumlah Soal

Positif Negatif

1. Minat belajar peserta didik

terhadap pembelajaran fisika

1,2 - 2

2. Pembelajaran menggunakan

praktikum

3, 5, 13,

15

4, 6, 14 7

3. Pembuatan teropong bintang

sederhana

8, 12 7, 9, 10,

11

6

Jumlah Soal 8 7 15

Pengujian kelayakan non tes (angket) dilakukan dengan pertimbangan para ahli.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat terlihat pada tabel 3.15 berikut ini:

Tabel 3.15 Uji Validasi Instrumen Non tes (Angket)

No. Aspek yang diuji Kriteria

Baik Cukup Kurang

1. Minat belajar peserta didik terhadap

pembelajaran fisika

2. Pembelajaran menggunakan

praktikum

3. Pembuatan teropong bintang

sederhana

Saran :………………………...................................................................................

H. Teknik Analisis Data Tes dan Non tes

1. Teknik Analisis Data Tes

Data yang terkumpul melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan

dianalisis dengan tujuan agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan

menguji hipotesis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan

software SPSS 22 mulai dari uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis. Untuk

Perhitungan uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis menggunakan cara

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Page 68: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

53

Perhitungan uji normalitas yang terdapat pada software SPSS melalui

langkah-langkah sebagai berikut:77

1) Menyusun hipotesis

H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi homogen

H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak homogen

2) Tingkat signifikan = 5% = 0,05

3) Perhatikan kolom uji homogenitas variansi Levene pada tabel, sebagai

berikut:

Levene

statistic df1 df2 Sig.

,665 3 20 ,583

4) Jika:

Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi SPSS, maka H0 diterima, dan H1

ditolak.

Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi SPSS, maka H0 ditolak, dan H1

diterima.78

b. Uji Homogenitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian (eksperimen

dan kontrol) mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas

varians dua buah variabel independen dapat dilakukan dengan uji Levene, adapun

langkah-langkah statistik uji Levene adalah sebagai berikut:

Perhitungan uji homogenitas atau analisis varians yang terdapat pada

software SPSS melalui langkah-langkah sebagai berikut:79

5) Menyusun hipotesis

H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi homogen

H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak homogen

6) Tingkat signifikan = 5% = 0,05

77

Getut Pramesti, Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22, (Jakarta: PT.

Gramedia, 2015), h. 28 78

Ibid, h. 28 79

Ibid, h. 33

Page 69: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

54

7) Perhatikan kolom uji homogenitas variansi Levene pada tabel, sebagai

berikut:

Levene

statistic df1 df2 Sig.

,665 3 20 ,583

8) Jika:

Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi SPSS, maka H0 diterima, dan H1

ditolak.

Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi SPSS, maka H0 ditolak, dan H1

diterima.80

c. Uji Hipotesis

Metode statistika untuk pengujian hipotesis yang akan digunakan haruslah

sesuai dengan asumsi-asumsi seperti distribusi dan kehomogenitasan varians.

Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil

penelitian serta uji hipotesis yang digunakannya:

Perhitungan uji independent samples t-test pada software SPSS melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Perhatikan tabel output SPSS statistik deskriptif data, sebagai berikut:

Group Statistics

Hasil

belajar

Siswa N Mean Std

Deviation

Std.Error

Mean

Siswa kelas A 50 125.22 12.11053 1.71269

Siswa kelas B 50 133.24 10.661681 1.50144

Tabel output SPSS untuk mengetahui mana hasil belajar yang lebih baik

antara siswa kelas A dan siswa kelas B dengan melihat nilai mean.

Kesimpulan dari tabel di atas maka siswa kelas B memiliki rata-rata hasil

belajar lebih besar dari siswa kelas A.

80

Ibid, h. 28

Page 70: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

55

b) Perhatikan tabel output hasil signifikansi, sebagai berikut:

Independent Samples Test

t-test of Equality of Means

t df

Sig.(2

-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.Error

Differen

ce

95% Confidence

interval of the

Difference

Lower Upper

Has

il B

elaj

ar

Equal

variance

assumed

-3.521 98 .001 -8.02000 2.27764 -

12.539

9

-

3.500

1

Equal

variance

s not

assumed

-3.521 96.3

5

.001 -8.02000 2.27764 -

12.540

8

-

3.499

1

c) Jika:

Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 diterima, dan

H1 ditolak.

Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 ditolak, dan

H1 diterima.81

1) Untuk data yang jika salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal atau

homogen

Uji Mann-Whitney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai

pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi-t tidak terpenuhi. Untuk data

berdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis menggunakan

statistik Mann-Whitney(U) dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Ua = jumlah banyaknya unsur-unsur A mendahului unsur-unsur B

Ub = Jumlah banyaknya unsur-unsur B mendahului unsur-unsur. 82

81

Sufren dan Yonathan Natanael, Mahir menggunakan SPSS secara otodidak, (Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2013), hal 115-121 82

Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian dan Pendidikan, CV Andira, Bandung,

1998, hlm. 398

Page 71: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

56

Perhitungan uji Mann-Whitney pada software SPSS melalui langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Perhatikan tabel output SPSS statistik deskriptif data, sebagai berikut:

Group Statistics

Hasil

belajar

Siswa N Mean

Rank

Sum of

Ranks

Siswa kelas A 120 129.92 15591.00

Siswa kelas B 120 111.08 13329.00

Tabel output SPSS untuk mengetahui mana hasil belajar yang lebih baik

antara siswa kelas A dan siswa kelas B dengan melihat nilai mean.

Kesimpulan dari tabel di atas maka siswa kelas A memiliki rata-rata hasil

belajar lebih besar dari siswa kelas B.

b) Perhatikan tabel output hasil signifikansi, sebagai berikut:

Test Statistics

Hasil belajar

Mann-Whitney U 6069.000

Asymp.Sig.(2-tailed) .032

c) Jika:

Tingkat signifikansi () > Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 diterima, dan

H1 ditolak.

Tingkat signifikansi () < Nilai signifikansi(2-tailed), maka H0 ditolak, dan

H1 diterima.83

d. Uji N-gain

Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses

sains peserta didik melalui pembuatan teropong bintang sederhana, uji N-gain

memiliki persamaan:

N-gain dikatakan tinggi jika N-gain 0,7. Jika N-gain besarnya antara 0,3 sampai

0,7 maka termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan skor N-gain < 0,3 maka

termasuk ke dalam kategori rendah.

83

Sufren dan Yonathan Natanael, op.cit, hal. 122-127

Page 72: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

57

e. Teknik Penilaian Tes Keterampilan Proses Sains

Peserta didik dalam penelitian ini, diberikan uji tes kepada peserta didik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Menghitung persentase jawaban peserta

didik pada setiap jawaban soal yang benar, terlebih dahulu data yang diperoleh

dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = persentase jawaban

n = banyak jawaban yang benar

Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase tes

keterampilan proses sains:

Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Tes KPS

Persentase Kriteria

90% ≤ A < 100% Sangat Tinggi

75% ≤ A < 90% Tinggi

55% ≤ A < 75% Sedang

40% ≤ A < 55% Rendah

0% ≤ A < 40% Rendah Sekali

2. Teknik Analisis Data Non tes

Respon peserta didik dalam penelitian ini, diberikannya angket kepada

peserta didik kelas eksperimen. Pengolahan data untuk non tes menggunakan

bantuan Excel. Hasil angket dihitung dengan model skala Likert seperti pada tabel

3.1784

Tabel 3.17 Skala Penilaian Angket

84

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012), h.240.

Page 73: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

58

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

Cukup (C) 3 3

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (SS) 5 1

Langkah-langkah dalam menganalisis angket skala respon peserta didik:

a. Memberikan skor pada setiap item, kemudian dihitung skor totalnya,

sehingga didapat rata-rata dari tiap peserta didik

b. Membandingkan skor rata-rata peserta didik dengan skor alternatif jawaban

netral (3), dengan kriteria:

1) Jika rata-rata skor nya < 3, maka peserta didik tersebut memiliki respon

negatif terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dalam

pembelajaran fisika

2) Jika rata-rata skor nya > 3, maka peserta didik tersebut memiliki sikap

positif terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dalam

pembelajaran fisika

c. Menghitung persentase jawaban peserta didik pada setiap item, terlebih

dahulu data yang diperoleh dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = persentase jawaban

F = frekuensi jawaban

n = banyak responden

d. Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase angket,

kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori berikut ini:85

Tabel 3.18 Interpretasi Persentase Angket

85

Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta,

2013), h. 18

Page 74: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

59

Besar Persentase Interpretasi

0% Tak seorang pun

0% P < 25% Sebagian kecil

25% P < 50% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

50% P < 75% Sebagian besar

75% P < 100% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

I. Hipotesis Statistika

Hipotesis statistik dari penelitian ini terdiri dari:

Ho = Tidak terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

keterampilan proses sains peseta didik.

Ha = Terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

keterampilan proses sains peseta didik.

Page 75: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada subbab ini akan diuraikan gambaran umum dari data yang diperoleh

selama penelitian. Data yang dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan

posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta hasil angket dan observasi dari

kelas eksperimen.

1. Kemampuan Awal Keterampilan Proses Sains Sebelum Pemberian

Perlakuan

Kemampuan awal keterampilan proses sains peserta didik dapat terlihat

dari hasil pretest peserta didik. Hasil pretest yang diperoleh dari kelas eksperimen

dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada

Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal

Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen

7

18

8

4

23

6

0

5

10

15

20

25

5 - 8 9 - 12 13 - 16

Fre

kuen

si

Interval Skor (Skor Maksimum 27)

Eksperimen

Kontrol

Page 76: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

61

Gambar 4.1 menunjukkan jumlah skor benar yang diperoleh oleh peserta didik

kelas kontrol maupun peserta didik kelas eksperimen jika skor maksimalnya

adalah 27 (dari total butir soal/instrumen). Pada rentang skor benar 5 sampai 8,

diperoleh oleh 7 peserta didik di kelas eksperimen dan 4 peserta didik di kelas

kontrol. Rentang skor benar 9 sampai 12, terdapat 18 peserta didik di kelas

eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol. Rentang skor benar 13 sampai

16, terdapat 8 peserta didik di kelas eksperimen dan 6 peserta didik di kelas

kontrol. Diagram tersebut menggambarkan bahwa rentang skor yang paling

banyak dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 – 12 dari

skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang skor tersebut

yaitu 18 peserta didik di kelas eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol.

Skor paling sedikit dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 5 –

8 dari skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang tersebut

yaitu 7 peserta didik pada kelas eksperimen dan 4 peserta didik pada kelas

kontrol.

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa

nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada

Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pemusatan dan

Penyebaran Data

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Skor Terendah 5 7

Skor Tertinggi 15 16

Mean 10,61 10,67

Median 10 10

Modus 10 8,10, dan 11

Standar Deviasi 2,12 2,27

Skor Maksimal = 27 Lampiran C.1

Tabel 4.1 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor

benar yang diperoleh peserta didik kelas kontrol dan peserta didik kelas

eksperimen dengan skor maksimalnya adalah 27 (dari total butir soal/instrumen).

Skor terendah yang diperoleh kelas kontrol adalah 5 dan pada kelas eksperimen

adalah 7. Nilai tertinggi yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 15, sedangkan

Page 77: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

62

kelas eksperimen adalah 16. Skor rata-rata atau mean yang didapat pada kelas

kontrol adalah 10,61, sedangkan pada kelas eksperimen adalah 10,67. Skor tengah

atau median untuk kelas kontrol adalah 10, sedangkan untuk kelas eksperimen

adalah 10. Skor yang sering muncul atau modus untuk kelas kontrol adalah 10,

sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 8, 10, dan 11. Pada kelas kontrol,

diperoleh nilai standar deviasi sebesar 2,12, sementara pada kelas eksperimen

sebesar 2,27.

Kemampuan awal keterampilan proses sains (KPS) sebelum diberikan

perlakuan pada penelitian ini terdiri dari enam aspek yaitu, KPS 1

(observasi/mengamati), KPS 2 (interpretasi/menafsirkan), KPS 3

(klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4 (prediksi/meramalkan), KPS 5

(merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6 (menerapkan konsep).

Perbandingan skor pencapaian keterampilan proses sains (KPS) berdasarkan hasil

pretest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Awal Keterampilan

Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Indikator

KPS

Skor

Ideal

Kontrol Eksperimen

Skor

Peserta

Didik

%

Skor

Peserta

Didik

%

1 165 72 2.18 44% 68 2,06 41%

2 132 85 2,57 64% 82 2,48 62%

3 165 37 1,12 22% 50 1,51 30%

4 99 25 0,75 25% 27 0,81 27%

5 165 88 2,67 53% 81 2,45 49%

6 165 41 1,24 25% 44 1,33 27%

Total 891 348 10,53 38% 352 10,64 39%

Lampiran C.3

Berdasarkan penjabaran data Tabel 4.2 dapat disimpulkan, selisih total

skor peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan selisih total

skor peserta didik kelas kontrol.

Persentase kemampuan awal KPS peserta didik sebelum diberikan

perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen dilihat per indikator KPS. Pada

indikator KPS 1 diperoleh persentase sebesar 44% di kelas kontrol dan 41% di

kelas eksperimen. Indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 64% di kelas

Page 78: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

63

kontrol dan 62% di kelas eksperimen. Indikator KPS 3 diperoleh persentase

sebesar 22% di kelas kontrol dan 30% di kelas eksperimen. Indikator KPS 4

diperoleh persentase sebesar 25% di kelas kontrol dan 27% di kelas eksperimen.

Indikator KPS 5 diperoleh persentase sebesar 53% di kelas kontrol dan 49% di

kelas eksperimen. Indikator KPS 6 diperoleh persentase sebesar 25% di kelas

kontrol dan 27% di kelas eksperimen. Grafik paling rendah yaitu pada indikator

KPS 4 dan KPS 6 diperoleh masing-masing persentase 27% di kelas eksperimen

dan indikator KPS 3 22% di kelas kontrol, sedangkan grafik paling tinggi yaitu

pada indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 64% di kelas kontrol dan 62%

di kelas eksperimen.

Hasil kemampuan awal keterampilan proses sains (KPS) yang diperoleh

dari kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan dilihat per

indikator disajikan pada Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Kemampuan Awal KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Per Indikator KPS

*Keterangan:

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

44%

64%

22%

25

%

53%

25

%

41%

62%

30%

27%

49%

27%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6

Per

sen

tase

Indikator KPS

Kontrol

Eksperimen

Page 79: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

64

2. Kemampuan Akhir Keterampilan Sains Peserta Didik Setelah Diberikan

Perlakuan

Kemampuan akhir keterampilan proses sains peserta didik dapat terlihat

dari hasil posttest peserta didik. Hasil posttest yang diperoleh dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan pada penelitian ini

disajikan pada Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir Keterampilan

Proses Sains Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Gambar 4.3 menunjukkan jumlah skor benar yang diperoleh oleh peserta

didik kelas kontrol maupun peserta didik kelas eksperimen jika skor maksimalnya

adalah 27 (dari total butir soal/instrumen). Pada rentang skor benar 9 sampai 12,

diperoleh oleh 2 peserta didik di kelas eksperimen dan 5 peserta didik di kelas

kontrol. Rentang skor benar 13 sampai 16, terdapat 12 pada kedua kelas baik

eksperimen maupun kontrol. Rentang skor benar 17 sampai 20, terdapat 7 peserta

didik di kelas eksperimen dan 6 peserta didik di kelas kontrol. Rentang skor benar

21 sampai 24, terdapat 12 peserta didik di kelas eksperimen dan 1 peserta didik di

kelas kontrol. Diagram tersebut menggambarkan bahwa rentang skor yang paling

banyak dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 – 12 dari

skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang skor tersebut

yaitu 18 peserta didik di kelas eksperimen dan 23 peserta didik di kelas kontrol.

2

12

7

12

5

12

15

1

0

2

4

6

8

10

12

14

16

9 - 12 13 - 16 17 - 20 21 - 24

Fre

kuen

si

Interval Skor (Skor Maksimum 27)

Eksperimen

Kontrol

Page 80: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

65

Skor paling sedikit dicapai oleh peserta didik pada kedua kelas adalah rentang 9 –

12 dari skor total 27, dengan jumlah peserta didik yang mencapai rentang tersebut

yaitu 2 peserta didik pada kelas eksperimen dan 5 peserta didik pada kelas

kontrol.

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa

nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada

Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pemusatan dan

Penyebaran Data

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Skor Terendah 10 12

Skor Tertinggi 22 23

Mean 16,27 18,45

Median 16 19

Modus 18 23

Standar Deviasi 2,96 3,82

Skor Maksimal = 27 Lampiran C.2

Tabel 4.2 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor

benar yang diperoleh peserta didik kelas kontrol dan peserta didik kelas

eksperimen dengan skor maksimalnya adalah 27 (dari total butir soal/instrumen).

Skor terendah yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 10, sementara kelas

eksperimen adalah 12. Skor tertinggi yang diperoleh dari kelas kontrol adalah 22,

sedangkan kelas eksperimen adalah 23. Skor rata-rata atau mean yang didapat

pada kelas kontrol adalah 16,27, sedangkan pada kelas eksperimen adalah 18,45.

Skor tengah atau median untuk kelas kontrol adalah 16, sedangkan untuk kelas

eksperimen adalah 19. Skor yang sering muncul atau modus untuk kelas kontrol

adalah 18, sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 23. Pada kelas kontrol,

diperoleh standar deviasi sebesar 2,96, sedangkan pada kelas eksperimen adalah

3,82.

Kemampuan akhir keterampilan proses sains (KPS) setelah diberikan

perlakuan pada penelitian ini terdiri dari enam aspek yaitu, KPS 1

(observasi/mengamati), KPS 2 (interpretasi/menafsirkan), KPS 3

Page 81: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

66

(klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4 (prediksi/meramalkan), KPS 5

(merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6 (menerapkan konsep).

Perbandingan skor pencapaian keterampilan proses sains (KPS) berdasarkan hasil

posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut

ini:

Tabel 4.4 Perbandingan Skor Posttest Kemampuan Akhir Keterampilan

Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Indikator

KPS

Skor

Ideal

Kontrol Eksperimen

Skor

Peserta

Didik

%

Skor

Peserta

Didik

%

1 165 133 4,03 81% 133 4,03 81%

2 132 94 2,85 71% 109 3,30 83%

3 165 99 3,00 60% 108 3,27 65%

4 99 45 1,36 45% 60 1,81 61%

5 165 115 3,48 70% 107 3,24 65%

6 165 67 2,03 41% 94 2,48 57%

Total 891 553 16,75 61% 611 18,13 69%

Lampiran C.3

Berdasarkan penjabaran data Tabel 4.4 dapat disimpulkan, selisih total

indikator keterampilan proses sains (KPS) kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan selisih total indikator keterampilan proses sains (KPS) kelas

kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diberi perlakuan

dengan pembuatan teropong bintang sederhana lebih unggul dalam meningkatkan

keterampilan proses sains (KPS).

Hasil kemampuan akhir keterampilan proses sains (KPS) yang diperoleh

dari kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan dilihat per

indikator disajikan pada Gambar 4.4 berikut:

Page 82: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

67

Gambar 4.4 Kemampuan akhir KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Per Indikator KPS

*Keterangan:

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

Persentase kemampuan akhir KPS peserta didik setelah diberikan

perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen dilihat per indikator KPS. Pada

indikator KPS 1 diperoleh persentase sebesar 81% di kelas kontrol dan 81% di

kelas eksperimen. Indikator KPS 2 diperoleh persentase sebesar 71% di kelas

kontrol dan 83% di kelas eksperimen. Indikator KPS 3 diperoleh persentase

sebesar 60% di kelas kontrol dan 65% di kelas eksperimen. Indikator KPS 4

diperoleh persentase sebesar 45% di kelas kontrol dan 61% di kelas eksperimen.

Indikator KPS 5 diperoleh persentase sebesar 53% di kelas kontrol dan 49% di

kelas eksperimen. Indikator KPS 6 diperoleh persentase sebesar 41% di kelas

kontrol dan 57% di kelas eksperimen. Grafik paling rendah yaitu pada indikator

KPS 6 diperoleh persentase 57% di kelas eksperimen dan 41% di kelas kontrol,

sedangkan grafik paling tinggi yaitu pada indikator KPS 1 diperoleh persentase

sebesar 81% di kelas kontrol dan indikator KPS 2 83% di kelas eksperimen.

81

%

71

%

60

%

45

%

70

%

41

%

81

%

83

%

65

%

61

%

65

%

57

%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6

Per

sen

tase

Indikator KPS

Kontrol

Eksperimen

Page 83: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

68

3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) Peserta Didik (N-gain)

per Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS)

Peningkatan tiap indikator pada keterampilan proses sains (KPS)

didapatkan dari rata-rata skor N-gain peserta didik pada masing-masing kelas

yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut merupakan Tabel 4.5

tentang hasil N-gain kelas eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.5 Nilai N-gain per Indikator Keterampilan Proses Sains Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

No.

Indikator

Keterampilan Proses

Sains (KPS)

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Skor N-

gain Kategori

Skor N-

gain Kategori

1. KPS 1 0,62 Sedang 0,58 Sedang

2. KPS 2 0,53 Sedang 0,14 Rendah

3. KPS 3 0,48 Sedang 0,39 Sedang

4. KPS 4 0,37 Sedang 0,19 Rendah

5. KPS 5 0,30 Sedang 0,12 Rendah

6. KPS 6 0,45 Sedang 0,14 Rendah

*Keterangan: Lampiran C.10

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

Untuk melihat perbedaan peningkatan pada setiap indikator keterampilan

proses sains (KPS) digunakan rumus normal gain menurut Meltzer. Adapun

peningkatan indikator keterampilan proses sains untuk kedua kelas dapat dilihat

pada Gambar 4.5 berikut:

Page 84: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

69

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Hasil Keterampilan Proses Sains (KPS)

Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat bahwa peningkatan hasil keterampilan

proses sains kelas kontrol pada indikator keterampilan proses sains KPS 1

(observasi/mengamati) meningkat sebesar 0,58 (sedang), KPS 2

(interpretasi/menafsirkan) meningkat sebesar 0,14 (rendah), KPS 3

(klasifikasi/mengelompokkan) meningkat sebesar 0,39 (sedang), KPS 4

(prediksi/meramalkan) meningkat sebesar 0,19 (rendah), KPS 5 (merencanakan

percobaan/penelitian) meningkat sebesar 0,12 (rendah), dan KPS 6 (menerapkan

konsep) meningkat sebesar 0,14 (rendah). Adapun peningkatan hasil keterampilan

proses sains di kelas eksperimen, yaitu jenjang keterampilan proses sains KPS 1

(observasi/mengamati) meningkat sebesar 0,62 (sedang), KPS 2

(interpretasi/menafsirkan) meningkat sebesar 0,53 (sedang), KPS 3

(klasifikasi/mengelompokkan) meningkat sebesar 0,48 (sedang), KPS 4

(prediksi/meramalkan) meningkat sebesar 0,37 (sedang), KPS 5 (merencanakan

percobaan/penelitian) meningkat sebesar 0,30 (sedang), dan KPS 6 (menerapkan

konsep) meningkat sebesar 0,45 (sedang). Jika dilihat dari segi peningkatan hasil

keterampilan proses sains nya, hasil di kelas eksperimen lebih unggul daripada

kelas kontrol pada kemampuan KPS 1 (observasi/mengamati), KPS 2

(interpretasi/menafsirkan), KPS 3 (klasifikasi/mengelompokkan), KPS 4

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6

0.5

8

0.1

4

0.3

9

0.1

9

0.1

2

0.1

4

0.6

2

0.5

3

0.4

8

0.3

7

0.3

0.4

5

SK

OR

UJI

N-G

AIN

INDIKATOR KPS

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Page 85: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

70

(prediksi/meramalkan), KPS 5 (merencanakan percobaan/penelitian), dan KPS 6

(menerapkan konsep).

4. Hasil Analisis Angket

Hasil data angket yang diperoleh dari kelas eksperimen selanjutnya diolah

secara kuantitatif berdasarkan tiap-tiap indikatornya menghasilkan data berupa

persentase kemudian dikonversi menjadi kualitatif. Berikut adalah hasil

perhitungan angket respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang

sederhana.

Tabel 4.6 Respon Ketertarikan Peserta Didik Terhadap Pembuatan

Teropong Bintang Sederhana

No. Indikator Angket Persentase Interpretasi

1. Minat belajar peserta didik terhadap

pembelajaran fisika 78%

Hampir seluruhnya

tertarik

2. Pembelajaran menggunakan praktikum 77% Hampir seluruhnya

tertarik

3. Pembuatan teropong bintang sederhana 75% Hampir seluruhnya

tertarik

Rata-rata 77% Hampir seluruhnya

tertarik

Lampiran C.11

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa penggunaan pembuatan teropong bintang

sederhana dalam proses pembelajaran fisika pada konsep alat optik sebagian besar

peserta didik memberikan tanggapan yang positif atau memperoleh hasil hampir

seluruhnya tertarik. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77%. Secara visual hasil

angket respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang sederhana dapat

dilihat Gambar 4.6 berikut ini:

Page 86: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

71

Gambar 4.6 Persentase Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembuatan

Teropong Bintang Sederhana

5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi

normal atau tidak. Uji ini dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest

dan posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji normalitas kedua data

menggunakan rumus Kolmogorov-smirnov melalui software SPSS. Berikut

merupakan tabel 4.7 menggambarkan hasil yang diperoleh.

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pretest dan Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik

Pretest Posttest

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Sig. 0,189 0,108 0,012 0,024

Uji

Kolmogorov-

Smirnov

Sig ≥ 0,05 Ho diterima

Keputusan

Data

terdistribusi

normal

Data

terdistribusi

normal

Data tidak

terdistribusi

normal

Data tidak

terdistribusi

normal

Lampiran C.4 dan C.5

Nilai sig pada uji Kolmogrov-Smirnov pada taraf signifikansi 5%. Pengambilan

keputusan uji normalitas diambil berdasarkan pada ketentuan kriteria uji

Kolmogrov-Smirnov, yaitu signifikansi ≥ 0,05 maka data dinyatakan terdistribusi

normal, namun jika signifikansi ≤ 0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi

78% 77%

75%

73%74%75%76%77%78%79%

Minat belajar

peserta didik

terhadap

pembelajaran fisika

Pembelajaran

menggunakan

praktikum

Pembuatan

teropong bintang

sederhana

Per

sen

tase

Indikator Angket

Respon

Page 87: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

72

normal. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest kelas kontrol

sebesar 0,189 dan kelas eksperimen sebesar 0,108. Artinya, dapat diambil

kesimpulan bahwa data hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen

terdistribusi normal. Sementara, untuk nilai signifikansi data posttest, kelas

kontrol memperoleh nilai sig sebesar 0,012, sedangkan kelas eksperimen

memperoleh nilai sig sebesar 0,024. Artinya, dapat diambil kesimpulan bahwa

data hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas

memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap dua

buah data, yaitu pretest dan posttest pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Untuk menguji homogenitas kedua data dilakukan uji Levene melalui SPSS. Hasil

perhitungan uji Levene dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

Statistik

Pretest Posttest

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Sig. 0,911 0,012

Uji Levene Sig ≥ 0,05 Ho diterima

Keputusan Kedua Data Homogen Kedua Data Tidak

Homogen

Lampiran C.6 dan C.7

Nilai uji Levene pada taraf signifikansi 5%. Pengambilan keputusan uji

homogenitas diambil berdasarkan pada ketentuan kriteria pengujian, yaitu

signifikansi ≥ 0,05 maka data kedua kelas dinyatakan memiliki varians sama,

namun jika signifikansi ≤ 0,05 maka data kedua kelas dinyatakan tidak memiliki

varians sama. Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi data pretest (0,911) lebih

besar dari (0,05)., sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelas memiliki

varians yang sama pada saat pretest. Sedangkan data posttest (0,012) lebih kecil

dari (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelas tidak memiliki

varians yang sama pada saat posttest.

Page 88: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

73

6. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa data pretest

kedua kelas terdapat data yang terdistribusi normal dan memiliki varians yang

sama. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji

para metrik, melalui uji T. Sedangkan, data posttest kedua kelas terdapat data

yang tidak terdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang sama. Oleh

karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji non-para

metrik, Mann-Whitney menggunakan software SPSS. Hasil perhitungan uji

hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen

Statistik

Pretest Posttest

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Sig.(2-tailed) 0,911 0,018

Taraf Sig (α) 0,05

Keputusan HI ditolak HI diterima

Lampiran C.8 dan C.9

Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H0 adalah dengan melihat nilai

pada kolom Sig.(2-tailed). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%.

Pengambilan keputusan hipotesis diambil berdasarkan pada kriteria pengujian,

yaitu jika nilai Sig.(2-tailed) <0,05, maka dinyatakan H0 ditolak dan HI diterima.

Namun, Sig.(2-tailed) > 0,05, maka dinyatakan H0 diterima dan HI ditolak. Tabel

4.9 menunjukkan bahwa nilai Sig.(2-tailed) hasil pretest (0,911) lebih besar

dibandingkan nilai taraf signifikansi (0,05), sehingga hipotesis nol (H0) diterima

dan hipotesis alternatif (HI) ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara hasil

pretest di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Untuk hasil posttest, nilai

Sig.(2-tailed) (0,018) lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi (0,05),

sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (HI) diterima. Dengan

diterimanya hipotesis alternatif (HI), dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains (KPS)

peserta didik pada konsep alat optik.

Page 89: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

74

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Kemampuan keterampilan proses sains (KPS) yang diukur dalam

penelitian ini adalah mengamati, menafsirkan, mengelompokkan, meramalkan,

merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep. Kondisi hasil kemampuan

awal keterampilan proses sains (KPS) peserta didik kelas kontrol dan kelas

eksperimen sebelum diberikan perlakuan masih rendah sekali. Saat pemberian

pretest, sebagian besar peserta didik menanyakan bagaimana proses pembuatan

teropong bintang sederhana. Berdasarkan hasil kemampuan awal dapat dilihat

pencapaian skor pretest yang diperoleh masing-masing kelas terbilang rendah.

Skor rata-rata yang didapatkan oleh kedua kelas di bawah rata-rata yaitu 10,61

(39%) pada kelas kontrol dan 10,67 (39,5%) pada kelas eksperimen. Pencapaian

hasil rata-rata pretest kelas kontrol maupun kelas eksperimen dikarenakan guru

hanya menggunakan metode ceramah dan peserta didik pun juga memiliki cara

belajar yang kurang baik, cenderung menjadi pasif.86

Hal ini menunjukkan masih

rendahnya kemampuan keterampilan proses sains peserta didik, sebab proses

pembelajaran yang masih berpusat pada guru (pembelajaran yang pasif), peserta

didik hanya mendengar, mencatat, dan menghafal. Pembelajaran yang sebelumnya

dilakukan oleh guru kurang mengembangkan ide-ide pikiran mereka. Selain itu,

pembelajaran yang bersifat monoton menyebabkan peserta didik tidak tertarik

untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik lebih memilih mengobrol dengan

teman dibandingkan bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan dalam

mengerjakan latihan yang diberi oleh guru.

Kondisi hasil kemampuan awal peserta didik pada tiap indikator

keterampilan proses sains (KPS) di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Berdasarkan hasil rata-rata pretest yang dilakukan bahwa terlihat skor peserta

didik kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil per

indikator KPS kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dimana pada indikator

merencanakan percobaan kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas

eksperimen. Hal ini dikarenakan kelas kontrol lebih baik dari pada kelas

86

Mariam Nasution, “Memahami Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran

Matematika”. Logaritma. Vol.II No.01 Januari, 2014, 73.

Page 90: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

75

eksperimen dalam penentuan kegiatan pengumpulan informasi tentang teropong

bintang. Hasil pretest per indikator KPS kelas eksperimen memiliki persentase

rendah sekali pada indikator prediksi dan menerapkan konsep. Rendah sekali rata-

rata persentase indikator prediksi pada kelas eksperimen dikarenakan peserta didik

tidak pernah memperkirakan susunan teropong bintang sederhana. Selain itu,

peserta didik sebelumnya tidak pernah melakukan praktik pembuatan alat

sederhana karena dalam proses pembuatan alat sederhana peserta didik harus

mempunyai kemampuan prediksi/meramalkan. Selanjutnya, rendah sekali rata-

rata persentase indikator menerapkan konsep pada kelas eksperimen dikarenakan

peserta didik belum mampu menggunakan konsep alat optik yang telah dimiliki,

berarti peserta didik belum bisa menerapkan konsep yang telah di pelajari dalam

situasi baru. Hasil pretest per indikator KPS kelas kontrol memiliki rata-rata

persentase rendah sekali pada indikator mengelompokkan. Rendah sekali rata-rata

persentase indikator mengelompokkan pada kelas kontrol dikarenakan peserta

didik belum bisa mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan,

membandingkan, dan mencari dasar penggolongan pada konsep alat optik.

Kondisi hasil kemampuan akhir peserta didik setelah diberi perlakuan

yaitu pembuatan teropong bintang sederhana pada kelas eksperimen dan

demonstrasi teropong bintang pada kelas kontrol. Skor rata-rata posttest kelas

eksperimen 18,45 (68%) dalam kategori sedang dan kelas kontrol 16,27 (60%)

dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan

keterampilan proses sains peserta didik, sebab proses pembelajaran pembuatan

teropong bintang sederhana lebih baik dari pada proses pembelajaran demonstrasi

teropong bintang. Pembelajaran pembuatan teropong bintang sangat baik dalam

mengembangkan ide-ide pikiran mereka dan menyebabkan peserta didik tertarik

untuk mengikuti proses pembelajaran.

Kondisi hasil kemampuan akhir peserta didik pada tiap indikator

keterampilan proses sains (KPS) di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Berdasarkan hasil rata-rata posttest yang dilakukan bahwa terlihat skor peserta

didik kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil per

indikator KPS kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dimana pada rata-rata

Page 91: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

76

persentase indikator merencanakan percobaan kelas kontrol lebih tinggi

dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan kelas kontrol lebih baik dari

pada kelas eksperimen dalam penentuan kegiatan pengumpulan informasi tentang

teropong bintang, disebabkan kelas kontrol dalam proses pembelajaran tidak

membuat teropong bintang sederhana. Pada indikator mengamati kelas kontrol

maupun kelas eksperimen memiliki rata-rata persentase sama tinggi. Kesamaan

rata-rata persentase indikator mengamati pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol dikarenakan kedua kelas sama-sama mengamati objek menggunakan

teropong sederhana dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan juga metode

yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode demonstrasi. Metode

demonstrasi peserta didik dapat memahami sesuai objek yang di amati.87

Pada

indikator menafsirkan kelas eksperimen memiliki rata-rata persentase lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan peserta didik di kelas eksperimen

dapat menghubungkan dan menemukan pola dalam suatu kegiatan dan peserta

didik akan menemukan kesimpulan dalam proses pembuatan teropong bintang

sederhana. Sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa melalui

proses interaksi akan melatih peserta didik untuk mencari informasi dalam

menarik kesimpulan informasi yang di dapat peserta didik.88

Berdasarkan peningkatan per indikator keterampilan proses sains kelas

eksperimen maupun kelas kontrol pada indikator mengamati sama-sama memiliki

peningkatan lebih tinggi dari pada indikator yang lain. Kelas eksperimen

mengalami peningkatan sebesar 0,62 pada kategori sedang, sedangkan kelas

kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,58 pada kategori sedang. Indikator

mengamati kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dikarenakan

kelas eksperimen dalam proses pembuatan teropong bintang sederhana peserta

didik memahami konsep yang diberikan oleh guru, sedangkan kelas kontrol tidak

membuat teropong bintang sederhana melainkan hanya melihat guru

87

Aisyah, “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Peserta didik pada Materi Pembiasan Cahayaí, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta,

2014, h.11, tidak diterbitkan. 88

Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil

Belajar Fisika Peserta didik”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h.53, tidak

diterbitkan.

Page 92: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

77

mendemonstrasikan teropong bintang. Dalam hal ini, kelas kontrol maupun kelas

eksperimen dapat mengamati dengan baik, mengobservasi atau mengamati tidak

sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-

milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita

menggunakan semua indra, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan

mencium.89

Sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa proses

pembelajaran yang membuat peserta didik terlihat langsung untuk membentuk

dan menggali pengetahuannya melalui pengamatan yang mereka lakukan tidak

hanya akan menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik.90

Peserta didik menggali

pengetahuannya melalui pengamatan juga dapat mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam pemikiran kritis dan keterampilan penalaran ilmiah seperti

yang dipergunakan oleh ahli sains dalam menemukan pengetahuan.91

Berdasarkan

peningkatan per indikator keterampilan proses sains kelas eksperimen maupun

kelas kontrol pada indikator merencanakan percobaan sama-sama memiliki

peningkatan lebih rendah dari pada indikator yang lain. Kelas eksperimen

mengalami peningkatan sebesar 0,30 pada kategori sedang, sedangkan kelas

kontrol mengalami peningkatan sebesar 0,12 pada kategori rendah. Indikator

merencanakan percobaan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol, dikarenakan kelas eksperimen menerima informasi terkait proses

pembuatan teropong bintang sederhana, sedangkan kelas kontrol tidak menerima

informasi terkait proses pembuatan teropong bintang sederhana.

Respon peserta didik terhadap proses pembelajaran fisika pada konsep alat

optik melalui pembuatan teropong bintang sederhana. Berdasarkan hasil

perhitungan respon peserta didik menunjukkan bahwa pembuatan teropong

bintang sederhana dalam proses pembelajaran fisika pada konsep alat optik

sebagian peserta didik memberikan tanggapan yang positif dapat dilihat pada

indikator angket minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran fisika yang

89

Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia 1992), Hal.19 90

Ira Kania Pramitha, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Peserta didik pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h.59, tidak diterbitkan. 91

Remziye Ergul. 2011. The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary

School Student’s Science Process Skill and Science Attitides. Uludag University, Turkey.

Page 93: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

78

memperoleh 78% interpretasi hampir seluruhnya tertarik. Secara keseluruhan

indikator angket diperoleh rata-rata persentase sebesar 77% interpretasi hampir

seluruhnya tertarik. Hal ini sejalan penelitian yang lain menunjukkan bahwa

dengan peserta didik ikut aktif dalam menemukan/memahami konsep pertanyaan

yang diberikan guru sehingga peserta didik menjawab pertanyaan dengan tepat

dan menggunakan alat peraga batang napier dalam proses pembelajaran.92

Artinya, secara keseluruhan pembuatan teropong bintang sederhana dalam proses

pembelajaran alat optik memberikan pengaruh positif terhadap hasil keterampilan

proses sains peserta didik. Pembuatan teropong bintang sederhana menurut guru

fisika di salah satu Madrasah Aliyah agar peserta didik mengetahui prinsip/konsep

fisika teropong bintang, selain itu diharapkan peserta didik lebih mudah dalam

penguasaan materi, meningkatkan kreativitas karena peserta didik langsung

dilibatkan dalam praktik pembuatan teropong bintang sederhana.93

Berdasarkan hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

pembuatan teropong bintang sederhana terhadap keterampilan proses sains peserta

didik pada konsep alat optik. Hal ini ditunjukkan nilai Sig.(2-tailed) pada posttest

sebesar 0,018 dan nilai taraf signifikansi 0,05. Artinya, nilai Sig.(2-tailed) < nilai

taraf signifikansi. Dalam penelitian ini, kemampuan keterampilan proses sains

yang diukur adalah mengamati, menafsirkan, mengelompokkan, meramalkan,

merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep. Dengan menggunakan

keterampilan proses sains sebagai hasil belajar, peserta didik akan mengalami

proses untuk mendapatkan konsep-konsep dalam pembuatan teropong bintang

sederhana, memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan,

dan mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap peserta didik lainnya

dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, keterampilan proses sains tidak

menjamin bahwa setiap peserta didik akan mencapai tujuan sesuai dengan tujuan

pembelajaran, membutuhkan jumlah peserta didik dalam kelas relatif kecil, dan

92

Linda, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap Pemahaman

Konsep Perkalian Peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014, h.73, tidak diterbitkan. 93

https://dki.kemenag.go.id/berita/469139/pembuatan-teleskop-sederhana-man-7-jakarta,

diakses tanggal 13 Maret 2017, jam 15,40 wib.

Page 94: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

79

sulit membuat peserta didik turut aktif secara merata selama proses pembelajaran

berlangsung.

Hasil keterampilan proses sains yang meningkat tidak terlepas dari metode

pembelajaran eksperimen pembuatan teropong bintang sederhana yang sangat

menarik untuk dikembangkan. Kelebihan menggunakan metode eksperimen yaitu

melatih peserta didik disiplin terutama kaitannya dalam melakukan pembuatan

teropong bintang sederhana, peserta didik akan lebih memahami materi secara

langsung, melibatkan aktivitas peserta didik, dan kreativitas peserta didik secara

langsung. Kekurangan menggunakan metode eksperimen yaitu membutuhkan

waktu yang banyak, dan memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap untuk

menunjang metode eksperimen.94

Meskipun memiliki beberapa keterbatasan,

penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran pembuatan teropong bintang

sederhana telah mampu meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) peserta

didik dan mendapatkan respon hampir seluruhnya tertarik dalam pembuatan

teropong bintang sederhana. Artinya, secara keseluruhan pembuatan teropong

bintang sederhana memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan proses

sains (KPS) peserta didik.

94

Romadlon Nur, “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Keterampilan

Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada

IAIN Tulungagung, 2010, h.79, tidak diterbitkan.

Page 95: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pembuatan teropong bintang sederhana terhadap

keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik. Hal ini

didasarkan pada hasil uji hipotesis (uji Mann-Whitney) terhadap data posttest.

Sig.(2-tailed) sebesar 0,018, pada taraf signifikansi 0,05, sehingga hipotesis

alternatif (Hi) diterima.

2. Terdapat peningkatan kemampuan per indikator keterampilan proses sains

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan per indikator

keterampilan proses sains kelas eksperimen mengalami peningkatan paling

besar pada indikator mengamati/observasi sebesar 0,62 dan kelas kontrol

mengalami peningkatan paling besar pada indikator mengamati/observasi

sebesar 0,58.

3. Respon peserta didik terhadap pembuatan teropong bintang sederhana adalah

hampir semua tertarik.

B. Saran

Pembuatan teropong bintang sederhana secara keseluruhan mampu

meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik pada konsep alat optik

berhasil dilakukan pada penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menyarankan

beberapa gagasan untuk penelitian semacam ini ke depannya, yaitu:

1. Peningkatan indikator merencanakan percobaan, peningkatannya cukup

rendah dibandingkan indikator lainnya. Hal ini memungkinkan digunakannya

metode atau cara lain khusus pada indikator ini.

Page 96: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

81

2. Dalam penelitian ini, hendaknya meneliti kembali permasalahan indikator

merencanakan percobaan. Hal ini dikarenakan kelas kontrol memperoleh

persentase lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen pada pretest dan

posttest.

3. Disarankan bagi peneliti lain, untuk menyediakan waktu cukup lama pada

proses pembuatan teropong bintang sederhana.

4. Pembelajaran dengan pembuatan teropong sederhana hendaknya untuk

meneliti kemampuan yang lain seperti: penalaran adaptif matematis,

kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dan lain-lainnya

yang dapat diterapkan pada konsep fisika yang lainnya.

5. Rekomendasi dari peneliti, pembuatan teropong bintang sederhana ini sangat

cocok untuk digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMAS/SMAN) yang

tidak mempunyai teropong bintang.

Page 97: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

82

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. (2014). “Pengaruh Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya”, skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, tidak diterbitkan.

Arief S. Sudirman, dkk. (2010). Media Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Press)

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

(Jakarta: Rineka Cipta)

-------------------------. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi

Aksara)

Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.

(Jakarta: Gaung Persada Press).

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Fisika SMA dan MA. Jakarta.

Elsa, Riah. (2014). ―Pengaruh Alat Peraga Sederhana Six In One Terhadap Hasil

Belajar Peserta didik Pada Konsep Fluida Statis”, skripsi pada

Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta.

Ergul, Remziye. (2011). The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on

Elementary School Student’s Science Process Skill and Science Attitides.

Uludag University, Turkey.

Hotaman, Davut. (2008). ―The Examination Of The Basic Skill Levels Of The

Students In Accordance With The Perceptions Of Teacher, Parents And

Students”. Yildiz Technical University, Faculty of Education, Istanbul,

Turkey.

https://dki.kemenag.go.id/berita/469139/pembuatan-teleskop-sederhana-man-7-

jakarta, diakses tanggal 13 Maret 2017, jam 15,40 wib.

Kanginan, Marthen. (2013). FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga)

Karsli, Fethiye. (2009), ―Developing worksheet Based On Science Process Skills:

Factors Affecting Solubility”, Giresun University, Education Faculty,

Department of Elementary Science Education, Giresun/Turkey.

Page 98: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

83

Linda. (2014). “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap

Pemahaman Konsep Perkalian Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12

Pamulang”, skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, tidak

diterbitkan.

Lippincott, Kristen. (1994). “Astronomi” Jendela IPTEK. (Jakarta: Balai Pustaka)

Mei, Grace Teo Yew. (2007). ―Promotion Science Process Skills and The

Relevance of Science Through Science Alive Programme,‖, Proceeding of

Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding

Conference, Singapore.

Munandi, Yudi. (2010). Media Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada Press)

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2010). Media Pengajaran. (Bandung: Sinar

Biru Algesindo).

Nasution, Mariam. (2014). “Memahami Pendekatan Keterampilan Proses dalam

Pembelajaran Matematika”. Logaritma. Vol.II No.01.

Nur, Romadlon, (2010). “Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains pada Mata Pelajaran IPA di MI Karangrejo

Boyolangu Tulungagung”, Skripsi pada IAIN Tulung agung, tidak

diterbitkan.

Pertiwi, Dian Aji. (2011). “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, skripsi pada Universitas Islam

Negeri Jakarta, tidak diterbitkan.

Pramesti, Getut. (2015). Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22. (Jakarta:

PT. Gramedia)

Pramitha, Ira Kania. (2012). ―Penerapan Metode Eksperimen Untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa Pada Konsep

Getaran Dan Gelombang”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jakarta.

Riduwan dan Akdon. (2013). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika,

(Bandung: Alfabeta)

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian dan Pendidikan, (Bandung:

CV. Andira).

Page 99: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

84

Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:

Universitas Negeri Malang).

Semiawan, Conny. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. (Jakarta: Gramedia)

Sudjana, Nana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT.

Sinar Baru Algensindo).

Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya)

Sufren dan Yonathan Natanael. (2013). Mahir menggunakan SPSS secara

otodidak. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta)

Suwarna, Iwan Permana. (2010). Optik. (Bogor: CV. Duta Grafika)

Suwarna, Iwan Permana. (2016). Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola

Kelembagaan “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Maha

peserta didik Melalui Computer Based Test pada Progrema Studi

Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan

(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Tim Penyusun modul. (2011). Modul Panduan Pembuatan Alat Peraga Fisika

Sederhana untuk SMA, Jurnal Radiasi.

Wawancara dengan Teguh Priyanto, M.Pd., tanggal 23 Agustus 2016, pukul:

13.20 WIB di MAN 7 Jakarta

Zulfiani, dkk. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta.

Page 100: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

85

LAMPIRAN A

PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan

2. Lembar Observasi Peserta Didik pada Studi Pendahuluan

3. RPP Kelas Kontrol

4. RPP Kelas Eksperimen

Page 101: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

86

Lampiran A1

Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan

Page 102: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

87

Page 103: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

88

Lampiran A2

Lembar Observasi Pembelajaran pada Studi Pendahuluan

Page 104: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

89

Lampiran A3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Kontrol)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 1

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menxalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa.

C. Indikator

Kompetensi Dasar

(KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Menyebutkan definisi pemantulan dan pembiasan cahaya.

Menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur

berdasarkan hukum pemantulan.

Menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum

pembiasan.

Menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang

lengkung serta pembiasan cahaya.

Page 105: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

90

Menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan

bidang lengkung.

Menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menyebutkan definisi dari pemantulan dan pembiasan cahaya dengan

benar setelah melihat video yang ditampilkan.

2. Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur berdasarkan

hukum pemantulan dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar.

3. Siswa dapat menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum pembiasan dengan

benar setelah melihat video yang ditampilkan.

4. Siswa dapat menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung

serta pembiasan cahaya dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar dan

video yang ditampilkan

5. Siswa dapat menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung

dengan benar setelah berdiskusi.

6. Siswa dapat menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa dengan benar

setelah berdiskusi.

E. Materi Ajar

Optika adalah bagian ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Ada dua cabang

optika, yaitu optik geometris dan optik fisis. Dalam materi alat optik terdapat sifat

pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.

Pemantulan cahaya

Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya mengenai suatu penghalang

sehingga arah gerak cahaya berubah.

a) Jenis pemantulan cahaya

Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu :

Pemantulan teratur, adalah pemantulan cahaya yang terjadi apabila suatu berkas

cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap,

sehingga arah pemantulan cahaya tersebut teratur menuju ke suatu arah tertentu.

Contoh pemantulan teratur, adalah pemantulan pada permukaan cermin dan pada

permukaan air yang tenang.

Gambar 1 Pemantulan teratur

Pemantulan baur (difus), adalah pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas

cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan kasar (tidak rata), sehingga

arah pemantulan cahaya tidak teratur. Contoh pemantulan baur adalah

pemantulan pada permukaan kertas dan pada permukaan lantai karpet.

Gambar 2 Pemantulan Baur

Page 106: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

91

b) Hukum pemantulan cahaya

Pada pemantulan cahaya, berlaku hukum Snellius, yaitu:

Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.

Gambar 3 Hukum pemantulan cahaya

c) Pemantulan cahaya pada cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa sebuah bidang

datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar, adalah:

Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin

Bayangannya maya

Bayangan yang terbentuk tegak

Bentuk bayangan sama dengan bentuk benda

Bayangan yang terbentuk menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.

Gambar 4 Pembentukan bayangan pada cermin datar

Bila terdapat 2 buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya

bayangan yang terbentuk (n) adalah:

n =

- 1

d) Pemantulan cahaya pada cermin lengkung

a. Pemantulan cahaya pada cermin cekung

Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya

permukaannya berupa cekungan yang merupakan bagian dalam suatu bola.

Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:

Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus

(F).

Sinar datang yang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan sumbu

utama.

Sinar datang yang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik

pusat kelengkungan cermin tersebut.

Gambar 5 Sinar istimewa pada cermin cekung

Page 107: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

92

b. Pemantulan cahaya pada cermin cembung

Cermin cembung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya

permukaannya berupa cembungan dan merupakan bagian luar dari suatu bola.

Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:

Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik

fokus (F).

Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu

utama.

Sinar datang yang seolah-olah menuju ke titik pusat kelengkungan cermin

dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat itu juga.

Gambar 6 Sinar istimewa pada cermin cembung

Pembiasan cahaya

a) Hukum Snellius untuk pembiasan

Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium

menuju medium lain. Hukum pembuiasan I yang berbunyi: sinar datang, sinar bias,

dan garis normal terletak pada satu bidang. Hukum pembiasan II (Hukum Snellius II)

berbunyi: sinar yang datang dari medium yang kerapatannya rendah menuju medium

yang kerapatannya tinggi akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya sinar

yang datang dari medium yang kerapatannya lebih tinggi menuju medium yang

kerapatannya lebih rendah akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Pada pembiasan cahaya berlaku:

=

=

=

b) Indeks bias

Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan

cepat rambat cahaya pada medium.

n =

Indeks bias relatif adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium

satu terhadap cepat rambat cahaya dalam medium yang lain

n21 =

=

c) Pembiasan pada kaca plan parallel

Jika seberkas sinar dari medium dengan indek bias n1 ke suatu kaca plan

paralel dengan indek bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang keluar akan sejajar

dengan sinar yang masuk.

Page 108: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

93

Gambar 7 Pembiasan pada kaca plan paralel

Besarnya pergeseran (t) dihitung dengan persamaan:

t =

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―Apa

yang kalian ketahui

mengenai

pemantulan cahaya?‖

Menjawab

pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan

oleh guru

Menyampaikan

tujuan pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh

guru

2 menit

Inti Mengamati

Menyajikan video

berkaitan dengan

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

Memperhatikan

video yang disajikan

guru 5 menit

Memberikan contoh

persoalan terkait

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru 5 menit

Page 109: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

94

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait materi

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

Mengajukan

pertanyaan terkait

materi yang sedang

dipelajari 10

menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

diskusi

Membentuk

kelompok diskusi 2 menit

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal yang

diberikan guru

dengan berdiskusi

3 menit

Mengasosiasi

Guru meminta siswa

menjawab soal yang

telah diberikan

Menjawab soal yang

diberikan

30

menit Guru membimbing

dan memantau siswa

yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan diskusi

aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk

satu siswa secara

acak pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan

hasil diskusi, untuk

tiap kelompok

diwakilkan oleh satu

orang

10

menit

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan

masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan

masalah.

5 menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi

menentukan

kesimpulan yang

harus diambil.

5 menit

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil

diskusi dan kelompok

lain yang belum

membaca hasil

kesimpulan,

menyimak.

5 menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan

oleh guru. 3 menit

Page 110: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

95

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan

dan diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal

yang diberikan guru

dirumah dan

menyerahkan di

pertemuan

selanjutnya.

2 menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 111: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

96

Lembar Diskusi

Pemantulan dan Pembiasan

1. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk cermin datar?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

2. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin

datar!

Jawaban:

3. Bagaimana sifat bayangan pada cermin cekung?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

4. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin

cekung!

Jawaban:

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 112: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

97

Soal evaluasi Pertemuan 1

1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 200 satu dengan yang lainnya. Di

depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan

sebanyak….

a. 16

b. 17

c. 18

d. 19

e. 20

2. Letak bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung adalah 30 cm dan nyata. Apabila jarak

fokus cermin 20 cm maka perbesarannya adalah….

a. 0,5 X

b. 1,5 X

c. 2,5 X

d. 3,0 X

e. 3,5 X

3. Bemda di depan cermin cembung selalu menghasilkan bayangan….

a. nyata, diperkecil, terbalik

b. nyata, diperbesar, terbalik

c. maya, diperkecil, tegak

d. maya, diperkecil, terbalik

e. nyata, diperbesar, tegak

4. Bila sudut batas sinar di dalam suatu medium adalah 450 maka indeks bias medium

terhadap udara adalah…. (nudara = 1)

a. √

b. √

c. √

d. √

e. √

5. Serbekas sinar masuk ke dalam kaca yang mempunyai ketebalan 10 cm dengan sudut

datang 600 dan dibiaskan dengan sudut 30

0. Besarnya pergeseran sinar keluar terhadap

sinar masuk adalah….

a. 2,50 cm

b. 3,00 cm

c. 4,25 cm

d. 5,75 cm

e. 6,00 cm

Pedoman Nilai =

x100

Page 113: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

98

Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 1

1. Dik : θ = 200

Dit : n….?

Jawaban:

n =

– 1

n =

– 1

n = 18 – 1 = 17

2. Dik : s’= 30 cm; f = 20 cm

Dit : ….?

Jawaban:

+

=

+

=

= 60 cm

M =

=

= 0,5 x

3. Maya, tegak dan di perkecil

4. Dik : = 450

Dit : n….?

sin =

sin 450 =

n = √

5. Dik : d = 10 cm; i = 600; r = 30

0

Dit : pergeseran sinar (t)…?

Jawaban:

t =

t =

= 5,75 cm

Page 114: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

99

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Kontrol)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 2

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa

C. Indikator

Kompetensi Dasar

(KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai agama

yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera.

Menjelaskan macam-macam cacat mata

Menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan

kamera.

Menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan

kamera.

Page 115: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

100

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera dengan benar setelah

melihat video yang ditampilkan guru.

2. Siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata dengan benar setelah mencari

informasi dari buku ajar.

3. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera

dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

4. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera.

dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

E. Materi Ajar

Mata Setiap manusia memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada, yaitu mata. Mata

merupakan bagian dari pancaindra yang berfungsi untuk melihat. Mata membantu kita

menikmati keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati benda-benda di sekeliling,

dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati melalui mata. Coba bayangkan bila

manusia tidak mempunyai mata atau mata kita buta, tentu dunia ini terlihat gelap gulita.

Apabila diamati, ternyata mata terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing

mempunyai fungsi berbeda-beda tetapi saling mendukung. Bagian-bagian mata yang

penting tersebut, antara lain, kornea, pupil, iris, aquaeus humour, otot akomodasi, lensa

mata, retina, vitreous humour, bintik kuning, bintik buta, dan saraf mata.

1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan.

Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta

melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.

2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya

dapat masuk ke dalam mata.

3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau cokelat yang berfungsi untuk

mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang Anda lihat sebagai warna mata

seseorang.

4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk

membiaskan cahaya ke dalam mata.

5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan

berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata.

6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini

berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada

retina.

7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat

terbentuknya bayangan.

8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi

untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina.

9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat

terbentuknya bayangan yang jelas.

Page 116: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

101

10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada

bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.

11. Saraf Mata. Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina

menuju ke otak.

Proses terlihatnya benda oleh mata yaitu benda yang berada di depan mata

memantulkan cahaya. Cahaya tersebut masuk ke mata melalui pupil yang kemudian akan

dibiaskan oleh lensa mata sehingga terbentuk bayangan pada retina. Oleh saraf,

bayangan tadi diteruskan ke pusat saraf (otak), sehingga Anda terkesan melihat benda.

a. Daya Akomodasi Mata

Bola mata bentuknya tetap, sehingga jarak lensa mata ke retina juga tetap. Hal

ini berarti jarak bayangan yang dibentuk lensa mata selalu tetap, padahal jarak benda

yang kita lihat berbeda. Lensa mata dapat mencembung atau pun memipih secara

otomatis karena adanya otot akomodasi (otot siliar). Untuk melihat benda yang

letaknya dekat, otot siliar menegang sehingga lensa mata mencembung dan

sebaliknya untuk melihat benda yang letaknya jauh, otot siliar mengendur (rileks),

sehingga lensa mata memipih. Kemampuan otot mata untuk menebalkan atau

memipihkan lensa mata disebut daya akomodasi mata.

Agar benda/objek dapat terlihat jelas, objek harus terletak pada daerah

penglihatan mata, yaitu antara titik dekat dan titik jauh mata. Titik dekat (punctum

proximum = pp) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata

(± 25 cm). Pada titik dekat ini lensa mata akan mencembung maksimal. Titik jauh

(punctum remotum = pr) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas

oleh mata, jaraknya tak terhingga. Pada titik jauh ini, lensa mata akan memipih

maksimal.

b. Cacat Mata

Tidak semua mata manusia dapat membentuk bayangan tepat pada retina, ada

mata yang mengalami anomali. Hal ini dapat terjadi karena daya akomodasi mata sudah

berkurang sehingga titik jauh atau titik dekat mata sudah bergeser. Keadaan mata yang

demikian disebut cacat mata. Cacat mata yang diderita seseorang dapat disebabkan oleh

kerja mata (kebiasaan mata) yang berlebihan atau cacat sejak lahir.

1) Miopi (Rabun Jauh) Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda

yang letaknya jauh. Penderita miopi titik jauhnya lebih dekat daripada tak terhingga (titik

jauh < ~) dan titik dekatnya kurang dari 25 cm. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak

dapat dipipihkan sebagaimana mestinya sehingga bayangan dari benda yang letaknya

Page 117: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

102

jauh akan jatuh di depan retina. Untuk dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh

agar nampak jelas, penderita miopi ditolong dengan kaca mata berlensa cekung (negatif).

Miopi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda yang dekat.

Cacat mata ini sering dialami tukang jam, tukang las, operator komputer, dan sebagainya.

2) Hipermetropi (Rabun Dekat) Hipermetropi adalah cacat mata dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas

benda-benda yang letaknya dekat. Titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata

normal (titik dekat > 25 cm).

Penderita hipermetropi hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda yang

letaknya jauh sehingga cacat mata ini sering disebut mata terang jauh. Hipermetropi

disebabkan lensa mata terlalu pipih dan sulit dicembungkan sehingga bila melihat benda-

benda yang letaknya dekat, bayangannya jatuh di belakang retina. Supaya dapat melihat

benda-benda yang letaknya dekat dengan jelas, penderita hipermetropi ditolong dengan

kaca mata berlensa cembung (positif).

Hipermetropi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda-

benda yang jauh. Cacat mata ini sering dialami oleh orang-orang yang bekerja sebagai

sopir, nahkoda, pilot, masinis, dan sebagainya.

3) Presbiopi (Mata Tua) Orang-orang yang sudah tua, biasanya daya akomodasinya sudah berkurang.

Pada mata presbiopi, titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata normal (titik

dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat daripada titik jauh mata normal (titik jauh <

~). Oleh karena itu, penderita presbiopi tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya

dekat maupun jauh.

Untuk dapat melihat jauh dengan jelas dan untuk membaca pada jarak normal,

penderita presbiopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap (kacamata

bifokal). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa

cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa

cembung untuk melihat benda dekat/membaca.

4) Astigmatisma Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau lensa

mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak dapat terpusat dengan

sempurna. Cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan

garis-garis mendatar secara bersama-sama. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca

mata berlensa silinder.

KAMERA Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada

film negatif. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut :

1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk

bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil.

2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk

mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa.

3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma.

4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif,

yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.

Page 118: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

103

Dalam kamera terdapat lensa cembung yang berfungsi sebagai pembentuk

bayangan. Jika sebuah benda diletakkan di ruang tiga sebuah lensa cembung akan

terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Antara kamera dan mata manusia

terdapat persamaannya, yaitu benda yang diambil oleh kamera dan benda yang dilihat

mata manusia berada di ruang tiga dan lensa kamera atau lensa mata. Sehingga terbentuk

bayangan yang sifatnya nyata, terbalik, dan diperkecil.

Pada kamera bayangan ini diusahakan jatuh tepat di plat film yang mempunyai

sifat sangat peka terhadap cahaya. Jika plat film yang peka cahaya ini dikenai cahaya

maka plat film mengalami perubahan kimia sesuai dengan cahaya dan benda di depan

kamera. Plat ini masih peka cahaya, agar plat film ini menjadi tidak peka terhadap

cahaya dalam studio perlu dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tertentu.

Setelah plat film dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tadi, plat film menjadi

tidak pekat terhadap cahaya dan terlihat gambar pada plat film yang disebut gambar

negatif (negatif film). Untuk memperoleh gambar yang sesuai dengan gambar semula

yang diambil di depan kamera, film negatif ini kemudian dicetak pada kertas film

(biasanya kertas film warnanya putih). Gambar pada kertas film merupakan gambar dan

benda yang diambil di depan kamera tersebut dan disebut gambar positif. Gambar positif

sangat tergantung pada proses pembentukan bayangan pada plat film ini, jika bayangan

terjadi pada plat film ini kabur atau kurang jelas menyebabkan hasil cetakannya nanti

juga kabur atau tidak jelas.

Untuk memperoleh hasil pemotretan yang bagus, lensa dapat Anda geser maju

mundur sampai terbentuk bayangan paling jelas dengan jarak yang tepat, kemudian Anda

tekan tombol shutter.

Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak

bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk

menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan

kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida.

Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

Page 119: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

104

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali pengetahuan

awal siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―siapa yang

menggunakan

kacamata?‖

Menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh

guru.

3

menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan

oleh guru

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh guru

2

menit

Inti

Mengamati

Menyajikan video

berkaitan dengan mata

dan kamera

Memperhatikan video

yang disajikan guru 5

menit

Memberikan contoh

persoalan terkait mata

dan kamera

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru

5

menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait mata dan kamera

Mengajukan

pertanyaan terkait

materi yang sedang

dipelajari

10

menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok diskusi

Membentuk kelompok

diskusi

2

menit

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal yang

diberikan guru dengan

berdiskusi

3

menit

Mengasosiasi

Guru meminta siswa

menjawab soal yang

telah diberikan

Menjawab soal yang

diberikan

30

menit Guru membimbing dan

memantau siswa yang

sedang melakukan

diskusi.

Melakukan diskusi

aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan hasil

diskusinya dengan

menunjuk satu siswa

secara acak pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan

hasil diskusi, untuk

tiap kelompok

diwakilkan oleh satu

orang

10

menit

Page 120: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

105

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan masalah.

5

menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa menjadi

4 kelompok besar dan

meminta siswa untuk

berdiskusi menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi

menentukan

kesimpulan yang

harus diambil.

5

menit

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang dilakukan.

Membaca hasil diskusi

dan kelompok lain

yang belum membaca

hasil kesimpulan,

menyimak.

5

menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi apabila

terdapat kesalahan yang

bisa mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan

oleh guru.

3

menit

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan dan

diserahkan dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal

yang diberikan guru di

rumah dan

menyerahkan di

pertemuan

selanjutnya.

2

menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 121: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

106

Page 122: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

107

Lembar Diskusi

Mata

1. Perhatikan gambar di bawah ini dan isilah data pada tabel, berdasarkan nomor yang

tertera pada gambar!

No. Nama Bagian Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam cacat mata?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 123: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

108

Evaluasi Pertemuan 2

1. Seseorang titik dekatnya 100 cm, hendak membaca buku pada jarak 25 cm di depan

matanya. Agar dapat membaca dengan jelas maka ia harus memakai kacamata

berkekuatan….

a. – 2 dioptri

b. 0,5 dioptri

c. 2 dioptri

d. 3 dioptri

e. 6 dioptri

2. Seorang anak penderita miopi memiliki titik jauh 50 cm maka ia dibantu dengan dengan

kacamata berkekuatan …. dioptri

a. 1

b. -1

c. 2

d. -2

e. 2,5

3. Seseorang disarankan dokter untuk menggunakan kacamata -1,25 D, setelah periksa

kembali titik jauh orang tersebut telah berkurang 25%, ukuran kacamata yang sekarang

adalah….

a. – 1,3 D

b. – 1,37 D

c. – 1,5 D

d. – 1,67 D

e. 1,85 D

4. Sebuah kamera pin hole digunakan untuk melihat sebuah gedung yang tingginya 15 m.

Jika jarak kamera ke gedung 60 m dan panjang kamera 25 cm. Hitunglah tinggi bayangan

gedung pada kamera….

a. 6,00 cm

b. 6,25 cm

c. 6,50 cm

d. 7,00 cm

e. 7,25 cm

5. Seseorang miopi tak mampu melihat jelas benda yang terletak lebih dari 50 cm dari

matanya. Kacamata yang dibutuhkannya adalah…. dioptri

a. – 4

b. 3

c. 2

d. – 2

e. 5

Pedoman Nilai =

x 100

Page 124: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

109

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 2

1. Dik : = 25 cm; s’= - = - 100 cm (titi dekat)

Dit : P…..?

Jawaban

+

=

=

f =

P =

=

= 3 dioptri

2. Dik : = ∞; s’= - PR = - 50 cm (titi jauh)

Dit : P…..?

Jawaban

+

=

=

f = - 50 cm

P =

=

= - 2 dioptri

3. Dik : P1 = - 1,25 dioptri; PR2 = 100% - 25% = 75% PR1

Dit : P2….?

Jawaban:

P1 =

-1,25 =

= PR1 = 80 cm

PR2 = 75% PR1 = 0,75(80) = 60 cm

P2 =

=

= - 1,67 dioptri

4. Dik : h = 15 m; S = 60 m; s’ = 25 cm = 0,25 m

Dit : h’….?

Jawaban:

=

=

h’ = 0,0625 m = 6,25 cm

5. Dik : PR = 50 cm

Dit : P…..?

Jawaban:

P = -

= -

= - 2 dioptri

Page 125: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

110

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Kontrol)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 3

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa.

C. Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran

sesuai agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen

dan diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab

dalam eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal kembali bagian lup dan mikroskop.

Menghitung perbesaran pada lup dan mikroskop.

Menganalisis perbesaran pada lup dan mikroskop.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan bagian lup dan mikroskop dengan benar setelah melihat

video yang ditampilkan guru.

2. Siswa dapat menghitung perbesarannya pada lup dan mikroskop dengan benar

setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

3. Siswa dapat menganalisis perbesarannya pada lup dan mikroskop setelah mencari

informasi dari buku ajar dan berdiskusi dengan teman kelompoknya.

Page 126: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

111

E. Materi Ajar

LUP

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung.

Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan jelas. Ada

2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak

berakomodasi.

Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada

titik dekat pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang α .

Pada Gambar (b), seorang pengamat menggunakan lup dimana benda diletakkan antara

titik O dan F (di ruang I) dan diperoleh bayangan yang terletak pada titik dekat mata

pengamat (s' = sn). Karena sudut pandang mata menjadi lebih besar, yaitu β , maka mata

pengamat berakomodasi maksimum.

Menggunakan lup untuk mengamati benda dengan mata berakomodasi

maksimum cepat menimbulkan lelah. Oleh karena itu, pengamatan dengan menggunakan

lup sebaiknya dilakukan dengan mata tak berakomodasi (mata dalam keadaan rileks).

Pada kehidupan sehari-hari, lup biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang

kain, pedagang intan, polisi, dan sebagainya.

MIKROSKOP Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar

tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang

dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat

dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut

mikroskop cahaya lensa ganda.

Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat

lebih kuat daripada lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa

okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan

mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).

Page 127: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

112

Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa

objektif dan berada di ruang II lensa objektif ( fobj < s < 2 fobj ). Hal ini menyebabkan

bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk

lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.

Untuk memperoleh bayangan yang jelas, Anda dapat menggeser lensa okuler

dengan memutar tombol pengatur. Supaya bayangan terlihat terang, di bawah objek

diletakkan sebuah cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dan

diarahkan pada objek. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu dengan mata

berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.

Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut.

• Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.

• Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar.

• Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap

bendanya.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan,

―Apakah kalian

pernah

menggunakan

lup?‖

Menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh

guru.

3

menit

Guru menunjuk

beberapa orang

siswa untuk

menjawab

pertanyaan

tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan

oleh guru

Menyampaikan

tujuan

pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh guru

2

menit

Inti

Mengamati

Menyajikan video

berkaitan dengan

lup dan

mikroskop.

Memperhatikan video

yang disajikan guru 5

menit

Memberikan

contoh persoalan

terkait lup dan

mikroskop.

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru

5

menit

Menanya Memberikan

kesempatan

Mengajukan

pertanyaan terkait

10

menit

Page 128: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

113

kepada siswa

untuk bertanya

terkait lup dan

mikroskop.

materi yang sedang

dipelajari

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

diskusi

Membentuk kelompok

diskusi

2

menit

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal yang

diberikan guru dengan

berdiskusi

3

menit

Mengasosiasi

Guru meminta

siswa menjawab

soal yang telah

diberikan

Menjawab soal yang

diberikan

30

menit Guru membimbing

dan memantau

siswa yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan diskusi

aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk

satu siswa secara

acak pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan

hasil diskusi, untuk

tiap kelompok

diwakilkan oleh satu

orang

10

menit

Berdiskusi

bersama siswa

untuk

memecahkan

masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan masalah. 5

menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4

kelompok besar

dan meminta siswa

untuk berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi menentukan

kesimpulan yang harus

diambil.

5

menit

Evaluasi

Meminta

perwakilan siswa

dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil diskusi

dan kelompok lain

yang belum membaca

hasil kesimpulan,

menyimak.

5

menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang

bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan oleh

guru. 3

menit

Page 129: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

114

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan

dan diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal

yang diberikan guru di

rumah dan

menyerahkan di

pertemuan selanjutnya.

2

menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 130: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

115

Lembar Diskusi

Lup dan Mikroskop

1. Cari video dan rumuskan lah masalah mengenai lup dan mikroskop?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

2. Amatilah permasalahan tersebut?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

3. Gambar pembentukan bayangan pada lup?

Jawaban:

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 131: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

116

Evaluasi pertemuan 3

1. Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 cm, dipakai melihat sebuah benda kecil yang

berjarak 5 cm dari lup. Perbesaran anguler lup adalah….

a. 2 kali

b. 3 kali

c. 4 kali

d. 5 kali

e. 6 kali

2. Seorang tukang servis jam memiliki titik dekat 20 cm, menggunakan lup yang jarak

fokusnya 10 cm. Besar pembesaran bayangan dengan tanpa berakomondasi adalah….

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

e. 5 kali

3. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm, digunakan sebagai lup. Mata normal menggunakan lup

tersebut dengan berakomondasi maksimum maka perbesaran anguler lup adalah….

a. 3 kali

b. 4 kali

c. 5 kali

d. 6 kali

e. 7 kali

4. Mikroskop dengan jarak fokus lensa objektif dan okuler berturut-turut 0,8 cm dan 6 cm.

Sebuah benda diletakkan pada jarak 10 mm di depan lensa objektif. Jika pengamat

berakomondasi pada jarak 30 cm, panjang mikroskop saat itu adalah….

a. 5 cm

b. 6 cm

c. 7 cm

d. 8 cm

e. 9 cm

5. Sebuah mikroskop mempunyai lensa objektif dengan jarak titik api 0,9 cm dan berjarak 13

cm dari okuler nya yang berjarak titik api 5 cm. Perbesaran benda yang terletak 1 cm dari

objeknya adalah…

a. 40 kali

b. 45 kali

c. 50 kali

d. 55 kali

e. 60 kali

Pedoman Nilai =

x 100

Page 132: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

117

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 3

1. Dik : f = 5 cm; s = 5 cm

Dit : M….?

Jawaban:

Karena s = f maka pengamatan dilakukan dengan mata tanpa akomodasi

M =

=

= 5 kali

2. Dik : Sn = 20 cm; f = 10 cm

Dit : M….?

Jawaban:

M =

=

= 2 kali

3. Dik : Sn = 25 cm; f = 5 cm

Dit : M…?

Jawaban:

M =

+ 1 =

+ 1 = 6 kali

4. Dik : fob = 0,8 cm; fok = 0,6 cm; sob = 1 cm; s’ok = -30 cm

Dit : d…..?

Jawaban:

Pada lensa objektif

+

=

+

=

s’ob = 4 cm

Pada lensa Okuler

+

=

-

=

sok = 5 cm

Panjang mikroskop dirumuskan

d = s’ob + sok = 4 + 5 = 9 cm

5. Dik : fob = 0,9 cm; fok = 5 cm; sob = 1 cm; d = 13 cm

Dit : M…..?

Jawaban:

Pada lensa objektif

+

=

+

=

s’ob = 9 cm

Panjang mikroskop dirumuskan

d = s’ob + sok

13 = 9 + sok

sok = 4 cm

Page 133: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pada lensa Okuler

+

=

+

=

sok = - 20 cm

Perbesaran total mikroskop adalah:

MT = │

x

│= │

x

│= 45 kali

Page 134: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Kontrol)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 4

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa.

C. Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan

diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal bagian teropong dan fungsinya

Menghitung perbesaran pada teropong

Menganalisis perbesaran pada teropong

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengenal bagian-bagian teropong dengan benar setelah melakukan

percobaan.

2. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar

setelah mengerjakan soal yang diberikan guru.

3. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar

setelah diberikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual.

Page 135: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

E. Materi Ajar

Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-

benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong

terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke objek dan disebut lensa

objektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.

Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi:

1. Teropong bintang

2. Teropong bumi

3. Teropong panggung

Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa objektif

membentuk bayangan nyata dari sebuah objek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai

lup. Dengan demikian cara mengamati objek apakah mau dengan cara berakomodasi

maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okuler nya. Oleh karena itu

jarak antara objektif dan okuler dapat diubah-ubah. Panjang teropong adalah jarak antara

lensa objektif dan lensa okuler nya.

Teropong Bintang Teropong bintang digunakan untuk mengamati objek-objek yang ada di langit

(bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai

lensa objektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan okuler nya adalah

sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.

Teropong Bumi Teropong bumi digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh dipermukaan

bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak lebih jelas, lebih dekat

dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan salah satunya

berfungsi sebagai pembalik bayangan. Pembentukan bayangan pada alat ini dapat dilihat

dalam gambar berikut.

Panjang teropong bumi adalah panjang fokus lensa objektif ditambah 2 kali jarak

fokus lensa pembalik dan panjang fokus lensa okuler. Dengan rumus:

d = fOb + 4 fp + fOk

Teropong Panggung Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa positif

dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan sekaligus sebagai

okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.

Page 136: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Prinsip kerja teropong panggung adalah sinar sejajar yang masuk ke lensa

objektif membentuk bayangan nyata tepat di titik fokus objektif. Bayangan ini akan

berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Dan oleh lensa okuler akan dibentuk

bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Pada pengamatan tanpa berakomodasi maka

panjang teropong adalah:

d = f (Ob) – f (Ok)

d = panjang teropong dalam meter

f (Ob) = panjang fokus lensa objektif dalam meter

f (Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : demonstrasi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―Apa

yang kalian ketahui

mengenai teropong ?‖

Menjawab

pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab

pertanyaan yang

dikemukakan oleh

guru

Menyampaikan

tujuan pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh

guru

2 menit

Inti Mengamati

Menyajikan video

melalui LCD

proyektor berkaitan

Memperhatikan

video yang

disajikan guru

5 menit

Page 137: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

dengan teropong.

Memberikan contoh

soal terkait teropong

melalui LCD

proyektor

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru 5 menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait materi

teropong

Mengajukan

pertanyaan terkait

materi yang sedang

dipelajari

10

menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

Membentuk

kelompok

2 menit

Memberikan

demonstrasi

pembuatan teropong

bintang sederhana

Memperhatikan

demonstrasi 3 menit

Mengasosiasi

Guru membimbing

dan memantau siswa

yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan diskusi

aktif

30

menit

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk

satu siswa secara acak

pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan

hasil diskusi, untuk

tiap kelompok

diwakilkan oleh

satu orang

10

menit

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan

masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan

masalah.

5 menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi

menentukan

kesimpulan yang

harus diambil.

5 menit

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil

diskusi dan

kelompok lain yang

belum membaca

hasil kesimpulan,

menyimak.

5 menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

Menyimak

informasi yang

disampaikan oleh

guru.

3 menit

Page 138: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

miskonsepsi

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan

dan diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal

yang diberikan guru

di rumah dan

menyerahkan di

pertemuan

selanjutnya.

2 menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

J. Penilaian

Terlampir

Page 139: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Evaluasi pertemuan 4

MATA PELAJARAN :

KELAS/SEMESTER :

ALOKASI WAKTU :

HARI/TANGGAL :

PETUNJUK UMUM

1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:

a. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.

b. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.

2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak

lengkap atau tidak urut.

3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan jawaban.

4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.

5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia

dengan baik dan benar!

6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung lainnya.

7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.

8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk

mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….

a. Mengatur posisi alat dengan huruf A

b. Mengatur posisi alat dengan huruf B

c. Mengatur posisi alat dengan huruf C

d. Mengatur posisi alat dengan huruf D

e. Mengatur posisi alat dengan huruf E

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 140: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat

nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang

berikut ini!

Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh

huruf….

a. A dan E

b. D dan F

c. E dan F

d. A dan F

e. B dan C

4. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 141: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….

a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod

b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai

c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus

d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat

e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat

5. Perhatikan tabel di bawah ini!

Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas

untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….

a. Mengganti lensa okuler

b. Mengganti lensa objektif

c. Mencari jarak planet yang terdekat

d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler

e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus

6. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 142: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….

a. 1 dan 2

b. 2 dan 4

c. 3 dan 4

d. 3 dan 1

e. 2 dan 3

7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan

cahaya adalah.....

8. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 143: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....

9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang

benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana

adalah….

Page 144: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini

sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:

Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil

bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak

….

a. jelas

b. samar

c. tidak terlihat

d. jelas dan samar

e. tidak terlihat dan samar

11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A

diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B

diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa

tersebut bisa terjadi adalah....

a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil

dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan

jelas

d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada

kondisi alat lama dan kondisi alat baru

e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi

alat lama

Page 145: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

12. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. J

13. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. E

e. J

14. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. D

b. E

c. F

d. G

e. I

Page 146: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

15. Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

16. Dari gambar di bawah ini!

Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….

a. A

b. D

c. E

d. B

e. C

17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!

Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Maya, terbalik, diperbesar

e. Nyata, terbalik, diperbesar

18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah

ini!

Page 147: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler

berada….

a. di depan retina mata

b. di depan lensa objektif

c. di belakang retina mata

d. di antara lensa okuler dan lensa objektif

e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif

19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!

Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan

sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!

e

Page 148: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar

adalah….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!

Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…

a. 0,04 kali

b. 0,05 kali

c. 24,0 kali

d. 25,0 kali

e. 26,0 kali

22. Perhatikan gambar di bawah ini!

Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran

menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….

a. 0,33 mm

b. 3,00 mm

c. 310 mm

d. 930 mm

e. 960 mm

Page 149: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

23. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,

lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

24. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 150: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?

a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram

b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram

c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata

25. Perhatikan tabel di bawah ini!

Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 3 dan 4

26. Perhatikan gambar dibawah ini!

Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?

a. 12,5 kali

b. 17,5 kali

c. 22,5 kali

d. 25,0 kali

Page 151: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

e. 27,5 kali

Page 152: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik

fokus objektif 50 cm adalah ….

SKOR

Page 153: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 4

1. C

2. E

3. B

4. E

5. A

6. E

7. C

8. D

9. C

10. B

11. B

12. C

13. E

14. C

15. B

16. E

17. D

18. D

19. B

20. C

21. C

22. B

23. E

24. D

25. D

26. B

27. E

Page 154: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran A4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Eksperimen)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 1

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa

C. Indikator

Kompetensi

Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan

diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Menyebutkan definisi pemantulan dan pembiasan

cahaya.

Menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur

berdasarkan hukum pemantulan.

Menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum

pembiasan.

Menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan

Page 155: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

bidang lengkung serta pembiasan cahaya.

Menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan

bidang lengkung.

Menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menyebutkan definisi dari pemantulan dan pembiasan cahaya dengan

benar setelah melihat video yang ditampilkan.

2. Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya secara teratur dan baur berdasarkan

hukum pemantulan dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar.

3. Siswa dapat menjelaskan pembiasan cahaya berdasarkan hukum pembiasan dengan

benar setelah melihat video yang ditampilkan.

4. Siswa dapat menghitung pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung

serta pembiasan cahaya dengan benar setelah mencari informasi pada buku ajar dan

video yang ditampilkan

5. Siswa dapat menganalisis pemantulan cahaya pada bidang datar dan bidang lengkung

dengan benar setelah berdiskusi.

6. Siswa dapat menganalisis pembiasan cahaya pada prisma dan lensa dengan benar

setelah berdiskusi.

E. Materi Ajar

Optika adalah bagian ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Ada dua cabang

optika, yaitu optik geometris dan optik fisis. Dalam materi alat optik terdapat sifat

pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. 95

Pemantulan cahaya

Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya mengenai suatu penghalang

sehingga arah gerak cahaya berubah.96

a) Jenis pemantulan cahaya

Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu:97

Pemantulan teratur, adalah pemantulan cahaya yang terjadi apabila suatu berkas

cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap,

sehingga arah pemantulan cahaya tersebut teratur menuju ke suatu arah tertentu.

Contoh pemantulan teratur, adalah pemantulan pada permukaan cermin dan pada

permukaan air yang tenang.

Gambar 1 Pemantulan teratur

Pemantulan baur (difus), adalah pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas

cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan kasar (tidak rata), sehingga

arah pemantulan cahaya tidak teratur. Contoh pemantulan baur adalah

pemantulan pada permukaan kertas dan pada permukaan lantai karpet.

95

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 (Jakarta : Erlangga), hal.375 96

Ibid., h.376 97

Ibid., h.376-377

Page 156: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Gambar 2 Pemantulan Baur

b) Hukum pemantulan cahaya

Pada pemantulan cahaya, berlaku hukum Snellius, yaitu:98

Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.

Gambar 3 Hukum pemantulan cahaya

c) Pemantulan cahaya pada cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa sebuah bidang

datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar, adalah:99

Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin

Bayangannya maya

Bayangan yang terbentuk tegak

Bentuk bayangan sama dengan bentuk benda

Bayangan yang terbentuk menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.

Gambar 4 Pembentukan bayangan pada cermin datar

Bila terdapat 2 buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya

bayangan yang terbentuk (n) adalah:

n =

- 1

d) Pemantulan cahaya pada cermin lengkung

c. Pemantulan cahaya pada cermin cekung

Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya

permukaannya berupa cekungan yang merupakan bagian dalam suatu bola.

Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:100

Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus

(F).

98

Ibid., h.377 99

Ibid., h.379 100

Ibid., h.383

Page 157: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Sinar datang yang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan sumbu

utama.

Sinar datang yang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik

pusat kelengkungan cermin tersebut.

Gambar 5 Sinar istimewa pada cermin cekung

d. Pemantulan cahaya pada cermin cembung

Cermin cembung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya

permukaannya berupa cembungan dan merupakan bagian luar dari suatu bola.

Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:101

Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik

fokus (F).

Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu

utama.

Sinar datang yang seolah-olah menuju ke titik pusat kelengkungan cermin

dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat itu juga.

Gambar 6 Sinar istimewa pada cermin cembung

Pembiasan cahaya

a) Hukum Snellius untuk pembiasan

Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium

menuju medium lain. Hukum pembuiasan I yang berbunyi: sinar datang, sinar bias,

dan garis normal terletak pada satu bidang. Hukum pembiasan II (Hukum Snellius II)

berbunyi: sinar yang datang dari medium yang kerapatannya rendah menuju medium

yang kerapatannya tinggi akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya sinar

yang datang dari medium yang kerapatannya lebih tinggi menuju medium yang

kerapatannya lebih rendah akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Pada pembiasan cahaya berlaku:102

=

=

=

b) Indeks bias

Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di udara dengan

cepat rambat cahaya pada medium.103

101

Ibid., h.388 102

Ibid., h.394 103

Ibid., h.396

Page 158: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

n =

Indeks bias relatif adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium

satu terhadap cepat rambat cahaya dalam medium yang lain

n21 =

=

c) Pembiasan pada kaca plan parallel

Jika seberkas sinar dari medium dengan indeks bias n1 ke suatu kaca plan

paralel dengan indeks bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang keluar akan sejajar

dengan sinar yang masuk.

Gambar 7 Pembiasan pada kaca plan paralel

Besarnya pergeseran (t) dihitung dengan persamaan:

t =

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―Apa

yang kalian ketahui

mengenai

pemantulan cahaya?‖

Menjawab

pertanyaan yang

diberikan oleh

guru.

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang

ditunjuk

menjawab

pertanyaan yang

dikemukakan oleh

guru

Menyampaikan

tujuan pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran

yang disampaikan

oleh guru

2 menit

Inti Mengamati Menyajikan video Memperhatikan 5 menit

Page 159: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

berkaitan dengan

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

video yang

disajikan guru

Memberikan contoh

persoalan terkait

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru 5 menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait materi

pemantulan cahaya

pada bidang datar

dan lengkung serta

pembiasan cahaya

Mengajukan

pertanyaan terkait

materi yang

sedang dipelajari 10 menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

diskusi

Membentuk

kelompok diskusi 2 menit

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal

yang diberikan

guru dengan

berdiskusi

3 menit

Mengasosiasi

Guru meminta siswa

menjawab soal yang

telah diberikan

Menjawab soal

yang diberikan

30 menit Guru membimbing

dan memantau siswa

yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan

diskusi aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk

satu siswa secara

acak pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan

hasil diskusi,

untuk tiap

kelompok

diwakilkan oleh

satu orang

10 menit

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan

masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru

untuk

memecahkan

masalah.

5 menit

Penutup Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

berdiskusi

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi

menentukan

kesimpulan yang

5 menit

Page 160: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

menentukan

kesimpulan.

harus diambil.

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil

diskusi dan

kelompok lain

yang belum

membaca hasil

kesimpulan,

menyimak.

5 menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak

informasi yang

disampaikan oleh

guru.

3 menit

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan

dan diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal

yang diberikan

guru di rumah dan

menyerahkan di

pertemuan

selanjutnya.

2 menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 161: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 162: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lembar Diskusi

Pemantulan dan Pembiasan

1. Bagaimana sifat bayangan yang dibentuk cermin datar?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

2. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin

datar!

Jawaban:

3. Bagaimana sifat bayangan pada cermin cekung?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

4. Dengan menggunakan sinar istimewa, lukiskan bayangan yang terbentuk pada cermin

cekung!

Jawaban:

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 163: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Evaluasi Pertemuan 1

1. Dua buah cermin datar dipasang membentuk sudut 200 satu dengan yang lainnya. Di

depan kedua cermin itu ada sebuah titik cahaya. Kedua cermin membentuk bayangan

sebanyak….

a. 16

b. 17

c. 18

d. 19

e. 20

2. Letak bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung adalah 30 cm dan nyata. Apabila jarak

fokus cermin 20 cm maka perbesarannya adalah….

a. 0,5 X

b. 1,5 X

c. 2,5 X

d. 3,0 X

e. 3,5 X

3. Bemda di depan cermin cembung selalu menghasilkan bayangan….

a. nyata, diperkecil, terbalik

b. nyata, diperbesar, terbalik

c. maya, diperkecil, tegak

d. maya, diperkecil, terbalik

e. nyata, diperbesar, tegak

4. Bila sudut batas sinar di dalam suatu medium adalah 450 maka indeks bias medium

terhadap udara adalah…. (nudara = 1)

a. √

b. √

c. √

d. √

e. √

5. Serbekas sinar masuk ke dalam kaca yang mempunyai ketebalan 10 cm dengan sudut

datang 600 dan dibiaskan dengan sudut 30

0. Besarnya pergeseran sinar keluar terhadap

sinar masuk adalah….

a. 2,50 cm

b. 3,00 cm

c. 4,25 cm

d. 5,75 cm

e. 6,00 cm

Pedoman Nilai =

x100

Page 164: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 1

1. Dik : θ = 200

Dit : n….?

Jawaban:

n =

– 1

n =

– 1

n = 18 – 1 = 17

2. Dik : s’= 30 cm; f = 20 cm

Dit : ….?

Jawaban:

+

=

+

=

= 60 cm

M =

=

= 0,5 x

3. Maya, tegak dan di perkecil

4. Dik : = 450

Dit : n….?

sin =

sin 450 =

n = √

5. Dik : d = 10 cm; i = 600; r = 30

0

Dit : pergeseran sinar (t)…?

Jawaban:

t =

t =

= 5,75 cm

Page 165: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Eksperimen)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 2

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa

C. Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan

diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera.

Menjelaskan macam-macam cacat mata

Menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada

kacamata dan kamera.

Menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada

kacamata dan kamera.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengenal kembali bagian-bagian mata dan kamera dengan benar setelah

melihat video yang ditampilkan guru.

Page 166: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2. Siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata dengan benar setelah mencari

informasi dari buku ajar.

3. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera

dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

4. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada kacamata dan kamera.

dengan benar setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

E. Materi Ajar

Mata Setiap manusia memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada, yaitu mata. Mata

merupakan bagian dari pancaindra yang berfungsi untuk melihat. Mata membantu kita

menikmati keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati benda-benda di sekeliling,

dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati melalui mata. Coba bayangkan bila

manusia tidak mempunyai mata atau mata kita buta, tentu dunia ini terlihat gelap gulita.

Apabila diamati, ternyata mata terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing

mempunyai fungsi berbeda-beda tetapi saling mendukung. Bagian-bagian mata yang

penting tersebut, antara lain, kornea, pupil, iris, aquaeus humour, otot akomodasi, lensa

mata, retina, vitreous humour, bintik kuning, bintik buta, dan saraf mata.

1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan.

Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta

melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.

2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya

dapat masuk ke dalam mata.

3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau cokelat yang berfungsi untuk

mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang Anda lihat sebagai warna mata

seseorang.

4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk

membiaskan cahaya ke dalam mata.

5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan

berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata.

6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini

berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada

retina.

7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat

terbentuknya bayangan.

8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi

untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina.

9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat

terbentuknya bayangan yang jelas.

10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada

bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.

Page 167: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

11. Saraf Mata. Saraf mata befungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina

menuju ke otak.

Proses terlihatnya benda oleh mata yaitu benda yang berada di depan mata

memantulkan cahaya. Cahaya tersebut masuk ke mata melalui pupil yang kemudian akan

dibiaskan oleh lensa mata sehingga terbentuk bayangan pada retina. Oleh saraf,

bayangan tadi diteruskan ke pusat saraf (otak), sehingga Anda terkesan melihat benda.

a. Daya Akomodasi Mata

Bola mata bentuknya tetap, sehingga jarak lensa mata ke retina juga tetap. Hal

ini berarti jarak bayangan yang dibentuk lensa mata selalu tetap, padahal jarak benda

yang kita lihat berbeda. Lensa mata dapat mencembung atau pun memipih secara

otomatis karena adanya otot akomodasi (otot siliar). Untuk melihat benda yang

letaknya dekat, otot siliar menegang sehingga lensa mata mencembung dan

sebaliknya untuk melihat benda yang letaknya jauh, otot siliar mengendur (rileks),

sehingga lensa mata memipih. Kemampuan otot mata untuk menebalkan atau

memipihkan lensa mata disebut daya akomodasi mata.

Agar benda/objek dapat terlihat jelas, objek harus terletak pada daerah

penglihatan mata, yaitu antara titik dekat dan titik jauh mata. Titik dekat (punctum

proximum = pp) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata

(± 25 cm). Pada titik dekat ini lensa mata akan mencembung maksimal. Titik jauh

(punctum remotum = pr) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas

oleh mata, jaraknya tak terhingga. Pada titik jauh ini, lensa mata akan memipih

maksimal.

b. Cacat Mata

Tidak semua mata manusia dapat membentuk bayangan tepat pada retina, ada

mata yang mengalami anomali. Hal ini dapat terjadi karena daya akomodasi mata sudah

berkurang sehingga titik jauh atau titik dekat mata sudah bergeser. Keadaan mata yang

demikian disebut cacat mata. Cacat mata yang diderita seseorang dapat disebabkan oleh

kerja mata (kebiasaan mata) yang berlebihan atau cacat sejak lahir.

1) Miopi (Rabun Jauh) Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda

yang letaknya jauh. Penderita miopi titik jauhnya lebih dekat daripada tak terhingga (titik

jauh < ~) dan titik dekatnya kurang dari 25 cm. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak

dapat dipipihkan sebagaimana mestinya sehingga bayangan dari benda yang letaknya

jauh akan jatuh di depan retina. Untuk dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh

agar nampak jelas, penderita miopi ditolong dengan kaca mata berlensa cekung (negatif).

Page 168: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Miopi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda yang dekat.

Cacat mata ini sering dialami tukang jam, tukang las, operator komputer, dan sebagainya.

2) Hipermetropi (Rabun Dekat) Hipermetropi adalah cacat mata dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas

benda-benda yang letaknya dekat. Titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata

normal (titik dekat > 25 cm).

Penderita hipermetropi hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda yang

letaknya jauh sehingga cacat mata ini sering disebut mata terang jauh. Hipermetropi

disebabkan lensa mata terlalu pipih dan sulit dicembungkan sehingga bila melihat benda-

benda yang letaknya dekat, bayangannya jatuh di belakang retina. Supaya dapat melihat

benda-benda yang letaknya dekat dengan jelas, penderita hipermetropi ditolong dengan

kaca mata berlensa cembung (positif).

Hipermetropi dapat terjadi karena mata terlalu sering/terbiasa melihat benda-

benda yang jauh. Cacat mata ini sering dialami oleh orang-orang yang bekerja sebagai

sopir, nahkoda, pilot, masinis, dan sebagainya.

3) Presbiopi (Mata Tua) Orang-orang yang sudah tua, biasanya daya akomodasinya sudah berkurang.

Pada mata presbiopi, titik dekatnya lebih jauh daripada titik dekat mata normal (titik

dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat daripada titik jauh mata normal (titik jauh <

~). Oleh karena itu, penderita presbiopi tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya

dekat maupun jauh.

Untuk dapat melihat jauh dengan jelas dan untuk membaca pada jarak normal,

penderita presbiopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap (kacamata

bifokal). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa

cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa

cembung untuk melihat benda dekat/membaca.

4) Astigmatisma Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau lensa

mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak dapat terpusat dengan

sempurna. Cacat mata astigmatisma tidak dapat membedakan garis-garis tegak dengan

garis-garis mendatar secara bersama-sama. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca

mata berlensa silinder.

KAMERA Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada

film negatif. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut :

1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk

bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil.

2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk

mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa.

3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma.

4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif,

yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.

Page 169: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Dalam kamera terdapat lensa cembung yang berfungsi sebagai pembentuk

bayangan. Jika sebuah benda diletakkan di ruang tiga sebuah lensa cembung akan

terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Antara kamera dan mata manusia

terdapat persamaannya, yaitu benda yang diambil oleh kamera dan benda yang dilihat

mata manusia berada di ruang tiga dan lensa kamera atau lensa mata. Sehingga terbentuk

bayangan yang sifatnya nyata, terbalik, dan diperkecil.

Pada kamera bayangan ini diusahakan jatuh tepat di plat film yang mempunyai

sifat sangat peka terhadap cahaya. Jika plat film yang peka cahaya ini dikenai cahaya

maka plat film mengalami perubahan kimia sesuai dengan cahaya dan benda di depan

kamera. Plat ini masih peka cahaya, agar plat film ini menjadi tidak peka terhadap

cahaya dalam studio perlu dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tertentu.

Setelah plat film dicuci atau dimasukkan ke dalam larutan kimia tadi, plat film menjadi

tidak pekat terhadap cahaya dan terlihat gambar pada plat film yang disebut gambar

negatif (negatif film). Untuk memperoleh gambar yang sesuai dengan gambar semula

yang diambil di depan kamera, film negatif ini kemudian dicetak pada kertas film

(biasanya kertas film warnanya putih). Gambar pada kertas film merupakan gambar dan

benda yang diambil di depan kamera tersebut dan disebut gambar positif. Gambar positif

sangat tergantung pada proses pembentukan bayangan pada plat film ini, jika bayangan

terjadi pada plat film ini kabur atau kurang jelas menyebabkan hasil cetakannya nanti

juga kabur atau tidak jelas.

Untuk memperoleh hasil pemotretan yang bagus, lensa dapat Anda geser maju

mundur sampai terbentuk bayangan paling jelas dengan jarak yang tepat, kemudian Anda

tekan tombol shutter.

Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak

bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk

menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan

kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida.

Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Page 170: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―siapa

yang menggunakan

kacamata?‖

Menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh

guru.

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan oleh

guru

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh guru 2 menit

Inti

Mengamati

Menyajikan video

berkaitan dengan mata

dan kamera

Memperhatikan video

yang disajikan guru 5 menit

Memberikan contoh

persoalan terkait mata

dan kamera

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru

5 menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait mata dan

kamera

Mengajukan pertanyaan

terkait materi yang

sedang dipelajari 10 menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

diskusi

Membentuk kelompok

diskusi 2 menit

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal yang

diberikan guru dengan

berdiskusi

3 menit

Mengasosiasi

Guru meminta siswa

menjawab soal yang

telah diberikan

Menjawab soal yang

diberikan

30 menit Guru membimbing

dan memantau siswa

yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan diskusi aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk satu

siswa secara acak

pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan hasil

diskusi, untuk tiap

kelompok diwakilkan

oleh satu orang 10 menit

Page 171: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan masalah.

5 menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi menentukan

kesimpulan yang harus

diambil.

5 menit

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil diskusi

dan kelompok lain yang

belum membaca hasil

kesimpulan, menyimak. 5 menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan oleh

guru. 3 menit

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan dan

diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal yang

diberikan guru di rumah

dan menyerahkan di

pertemuan selanjutnya. 2 menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan powerpoint.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 172: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lembar Diskusi

Mata

1. Perhatikan gambar di bawah ini dan isilah data pada tabel, berdasarkan nomor yang

tertera pada gambar!

No. Nama Bagian Fungsi

1.

2.

3.

Page 173: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam cacat mata?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

Evaluasi Pertemuan 2

1. Seseorang titik dekatnya 100 cm, hendak membaca buku pada jarak 25 cm di depan

matanya. Agar dapat membaca dengan jelas maka ia harus memakai kacamata

berkekuatan….

a. – 2 dioptri

b. 0,5 dioptri

c. 2 dioptri

d. 3 dioptri

e. 6 dioptri

2. Seorang anak penderita miopi memiliki titik jauh 50 cm maka ia dibantu dengan dengan

kacamata berkekuatan …. dioptri

a. 1

b. -1

c. 2

d. -2

e. 2,5

3. Seseorang disarankan dokter untuk menggunakan kacamata -1,25 D, setelah periksa

kembali titik jauh orang tersebut telah berkurang 25%, ukuran kacamata yang sekarang

adalah….

a. – 1,3 D

b. – 1,37 D

c. – 1,5 D

d. – 1,67 D

e. 1,85 D

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 174: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

4. Sebuah kamera pin hole digunakan untuk melihat sebuah gedung yang tingginya 15 m.

Jika jarak kamera ke gedung 60 m dan panjang kamera 25 cm. Hitunglah tinggi bayangan

gedung pada kamera….

a. 6,00 cm

b. 6,25 cm

c. 6,50 cm

d. 7,00 cm

e. 7,25 cm

5. Seseorang miopi tak mampu melihat jelas benda yang terletak lebih dari 50 cm dari

matanya. Kacamata yang dibutuhkannya adalah…. dioptri

a. – 4

b. 3

c. 2

d. – 2

e. 5

Pedoman Nilai =

x 100

Page 175: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 2

1. Dik : = 25 cm; s’= - = - 100 cm (titi dekat)

Dit : P…..?

Jawaban:

+

=

=

f =

P =

=

= 3 dioptri

2. Dik : = ∞; s’= - PR = - 50 cm (titi jauh)

Dit : P…..?

Jawaban:

+

=

=

f = - 50 cm

P =

=

= - 2 dioptri

3. Dik : P1 = - 1,25 dioptri; PR2 = 100% - 25% = 75% PR1

Dit : P2….?

Jawaban:

P1 =

-1,25 =

= PR1 = 80 cm

PR2 = 75% PR1 = 0,75(80) = 60 cm

P2 =

=

= - 1,67 dioptri

4. Dik : h = 15 m; S = 60 m; s’ = 25 cm = 0,25 m

Dit : h’….?

Jawaban:

=

=

h’ = 0,0625 m = 6,25 cm

5. Dik : PR = 50 cm

Dit : P…..?

Jawaban:

P = -

= -

= - 2 dioptri

Page 176: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Eksperimen)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 3

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa

C. Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan

diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal kembali bagian lup dan mikroskop.

Menghitung perbesaran pada lup dan mikroskop.

Menganalisis perbesaran pada lup dan mikroskop.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan bagian lup dan mikroskop dengan benar setelah melihat

video yang ditampilkan guru.

2. Siswa dapat menghitung perbesarannya pada lup dan mikroskop dengan benar

setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya.

3. Siswa dapat menganalisis perbesarannya pada lup dan mikroskop setelah mencari

informasi dari buku ajar dan berdiskusi dengan teman kelompoknya.

Page 177: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

E. Materi Ajar

LUP

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung.

Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan jelas. Ada

2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak

berakomodasi.

Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada

titik dekat pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang α .

Pada Gambar (b), seorang pengamat menggunakan lup dimana benda diletakkan antara

titik O dan F (di ruang I) dan diperoleh bayangan yang terletak pada titik dekat mata

pengamat (s' = sn). Karena sudut pandang mata menjadi lebih besar, yaitu β , maka mata

pengamat berakomodasi maksimum.

Menggunakan lup untuk mengamati benda dengan mata berakomodasi

maksimum cepat menimbulkan lelah. Oleh karena itu, pengamatan dengan menggunakan

lup sebaiknya dilakukan dengan mata tak berakomodasi (mata dalam keadaan rileks).

Pada kehidupan sehari-hari, lup biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang

kain, pedagang intan, polisi, dan sebagainya.

MIKROSKOP Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar

tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang

dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dekat

dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua lensa disebut

mikroskop cahaya lensa ganda.

Karena mikroskop terdiri atas dua lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat

lebih kuat daripada lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa

okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan

mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).

Page 178: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa

objektif dan berada di ruang II lensa objektif ( fobj < s < 2 fobj ). Hal ini menyebabkan

bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk

lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.

Untuk memperoleh bayangan yang jelas, Anda dapat menggeser lensa okuler

dengan memutar tombol pengatur. Supaya bayangan terlihat terang, di bawah objek

diletakkan sebuah cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dan

diarahkan pada objek. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu dengan mata

berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.

Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut.

• Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.

• Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar.

• Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar terhadap

bendanya.

F. Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : diskusi

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Pendahuluan Apersepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―Apakah

kalian pernah

menggunakan lup?‖

Menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh

guru.

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan oleh

guru

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menyimak tujuan

pembelajaran yang

disampaikan oleh guru 2 menit

Inti

Mengamati

Menyajikan video

berkaitan dengan lup

dan mikroskop.

Memperhatikan video

yang disajikan guru 5 menit

Memberikan contoh

persoalan terkait lup

dan mikroskop.

Mengamati contoh

persoalan yang

disediakan guru

5 menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait lup dan

mikroskop.

Mengajukan pertanyaan

terkait materi yang

sedang dipelajari 10 menit

Mengeksplorasi Membagi siswa ke

dalam kelompok

Membentuk kelompok

diskusi

2 menit

Page 179: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

diskusi

Memberikan soal

kepada siswa

Menjawab soal yang

diberikan guru dengan

berdiskusi

3 menit

Mengasosiasi

Guru meminta siswa

menjawab soal yang

telah diberikan

Menjawab soal yang

diberikan

30 menit Guru membimbing

dan memantau siswa

yang sedang

melakukan diskusi.

Melakukan diskusi aktif

Mengkomunikasikan

Meminta siswa

mempresentasikan

hasil diskusinya

dengan menunjuk satu

siswa secara acak

pada tiap

kelompoknya.

Mempresentasikan hasil

diskusi, untuk tiap

kelompok diwakilkan

oleh satu orang 10 menit

Berdiskusi bersama

siswa untuk

memecahkan masalah.

Berdiskusi aktif

bersama guru untuk

memecahkan masalah.

5 menit

Penutup

Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi menentukan

kesimpulan yang harus

diambil.

5 menit

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil diskusi

dan kelompok lain yang

belum membaca hasil

kesimpulan, menyimak. 5 menit

Tindak lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan oleh

guru. 3 menit

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan dan

diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal yang

diberikan guru di rumah

dan menyerahkan di

pertemuan selanjutnya. 2 menit

H. Media Pembelajaran

1. Media

a. Materi ajar dengan power point.

2. Alat/Bahan

Page 180: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan

I. Penilaian

Terlampir

Page 181: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lembar Diskusi

Lup dan Mikroskop

1. Cari video dan rumuskan lah masalah mengenai lup dan mikroskop?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

2. Amatilah permasalahan tersebut?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

3. Gambar pembentukan bayangan pada lup?

Jawaban:

Kelompok/kelas :

Nama Anggota :

1.

2.

3.

4.

5.

Page 182: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Evaluasi pertemuan 3

1. Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 cm, dipakai melihat sebuah benda kecil yang

berjarak 5 cm dari lup. Perbesaran anguler lup adalah….

a. 2 kali

b. 3 kali

c. 4 kali

d. 5 kali

e. 6 kali

2. Seorang tukang servis jam memiliki titik dekat 20 cm, menggunakan lup yang jarak

fokusnya 10 cm. Besar pembesaran bayangan dengan tanpa berakomondasi adalah….

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

e. 5 kali

3. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm, digunakan sebagai lup. Mata normal menggunakan lup

tersebut dengan berakomondasi maksimum maka perbesaran anguler lup adalah….

a. 3 kali

b. 4 kali

c. 5 kali

d. 6 kali

e. 7 kali

4. Mikroskop dengan jarak fokus lensa objektif dan okuler berturut-turut 0,8 cm dan 6 cm.

Sebuah benda diletakkan pada jarak 10 mm di depan lensa objektif. Jika pengamat

berakomondasi pada jarak 30 cm, panjang mikroskop saat itu adalah….

a. 5 cm

b. 6 cm

c. 7 cm

d. 8 cm

e. 9 cm

5. Sebuah mikroskop mempunyai lensa objektif dengan jarak titik api 0,9 cm dan berjarak 13

cm dari okuler nya yang berjarak titik api 5 cm. Perbesaran benda yang terletak 1 cm dari

objeknya adalah…

a. 40 kali

b. 45 kali

c. 50 kali

d. 55 kali

e. 60 kali

Pedoman Nilai =

x 100

Page 183: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 3

1. Dik : f = 5 cm; s = 5 cm

Dit : M….?

Jawaban:

Karena s = f maka pengamatan dilakukan dengan mata tanpa akomodasi

M =

=

= 5 kali

2. Dik : Sn = 20 cm; f = 10 cm

Dit : M….?

Jawaban:

M =

=

= 2 kali

3. Dik : Sn = 25 cm; f = 5 cm

Dit : M…?

Jawaban:

M =

+ 1 =

+ 1 = 6 kali

4. Dik : fob = 0,8 cm; fok = 0,6 cm; sob = 1 cm; s’ok = -30 cm

Dit : d…..?

Jawaban:

Pada lensa objektif

+

=

+

=

s’ob = 4 cm

Pada lensa Okuler

+

=

-

=

sok = 5 cm

Panjang mikroskop dirumuskan

d = s’ob + sok = 4 + 5 = 9 cm

5. Dik : fob = 0,9 cm; fok = 5 cm; sob = 1 cm; d = 13 cm

Dit : M…..?

Jawaban:

Pada lensa objektif

+

=

+

=

s’ob = 9 cm

Panjang mikroskop dirumuskan

d = s’ob + sok

13 = 9 + sok

sok = 4 cm

Page 184: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pada lensa Okuler

+

=

+

=

sok = - 20 cm

Perbesaran total mikroskop adalah:

MT = │

x

│= │

x

│= 45 kali

Page 185: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Kelas Eksperimen)

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : XI

Peminatan : IPA

Materi Pokok : Alat-alat optik

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Pertemuan ke : 4

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut nya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri

serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan

cahaya oleh cermin dan lensa.

4.11 Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang sederhana.

C. Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

KD-1

Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu

Memberi salam pada saat awal dan akhir pelajaran sesuai

agama yang dianut

KD-2

Menunjukkan rasa ingin tahu dalam eksperimen dan

diskusi

Menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab dalam

eksperimen dan diskusi

Berkomunikasi dengan kelompoknya

KD-3

Mengenal bagian teropong dan fungsinya

Menghitung perbesaran pada teropong

Menganalisis perbesaran pada teropong

KD-4

Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang

sederhana untuk mengenal bagian-bagian teropong dan

fungsinya.

Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang

sederhana untuk menghitung perbesaran pada teropong.

Melakukan percobaan pembuatan teropong bintang

Page 186: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

sederhana untuk menganalisis perbesaran pada teropong.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengenal bagian-bagian teropong dengan benar setelah melakukan

percobaan.

2. Siswa dapat menghitung kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar

setelah mengerjakan soal yang diberikan guru.

3. Siswa dapat menganalisis kekuatan lensa dan perbesaran pada teropong dengan benar

setelah diberikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual.

E. Materi Ajar

Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-

benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong

terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke objek dan disebut lensa

objektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.

Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi:

1. Teropong bintang

2. Teropong bumi

3. Teropong panggung

Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa objektif

membentuk bayangan nyata dari sebuah objek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai

lup. Dengan demikian cara mengamati objek apakah mau dengan cara berakomodasi

maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okuler nya. Oleh karena itu

jarak antara objektif dan okuler dapat diubah-ubah. Panjang teropong adalah jarak antara

lensa objektif dan lensa okuler nya.

Teropong Bintang Teropong bintang digunakan untuk mengamati objek-objek yang ada di langit

(bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai

lensa objektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan okuler nya adalah

sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.

Teropong Bumi Teropong bumi digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh dipermukaan

bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak lebih jelas, lebih dekat

dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan salah satunya

berfungsi sebagai pembalik bayangan. Pembentukan bayangan pada alat ini dapat dilihat

dalam gambar berikut.

Panjang teropong bumi adalah panjang fokus lensa objektif ditambah 2 kali jarak

fokus lensa pembalik dan panjang fokus lensa okuler. Dengan rumus :

d = fOb + 4 fp + fOk

Page 187: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Teropong Panggung Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa positif

dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan sekaligus sebagai

okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.

Prinsip kerja teropong panggung adalah sinar sejajar yang masuk ke lensa

objektif membentuk bayangan nyata tepat di titik fokus objektif. Bayangan ini akan

berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Dan oleh lensa okuler akan dibentuk

bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Pada pengamatan tanpa berakomodasi maka

panjang teropong adalah:

d = f (Ob) – f (Ok)

d = panjang teropong dalam meter

f (Ob) = panjang fokus lensa objektif dalam meter

f (Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan : saintifik

Metode : eksperimen

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan

Waktu Guru Siswa

Pendahuluan Apresepsi

Menggali

pengetahuan awal

siswa dengan

memberikan

pertanyaan, ―Apa

yang kalian ketahui

mengenai teropong?‖

Menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh

guru

3 menit

Guru menunjuk

beberapa orang siswa

untuk menjawab

pertanyaan tersebut

Siswa yang ditunjuk

menjawab pertanyaan

yang dikemukakan oleh

guru

Page 188: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menyimak penjelasan

guru 2 menit

Inti

Mengamati

Menyajikan video

melalui LCD

proyektor berkaitan

dengan teropong.

Memperhatikan video

melaui LCD proyektor

berkaitan dengan

teropong. 5 menit

Memberikan contoh

soal terkait teropong

melalui LCD

proyektor

Mengamati contoh soal

yang disajikan guru

5 menit

Menanya

Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

terkait materi

teropong

Mengajukan pertanyaan

pada terkait dengan

materi dan teropong. 5 menit

Guru memberikan

kesempatan untuk

mengajukan

pertanyaan terkait

contoh soal teropong.

Mengajukan pertanyaan

terkait contoh soal

tentang teropong. 5 menit

Mengeksplorasi

Membagi siswa ke

dalam kelompok

percobaan

Membentuk kelompok

percobaan 2 menit

Memberikan LKS

pembuatan teropong

bintang sederhana.

Melakukan percobaan

pembuatan teropong

bintang sederhana. 3 menit

Memberikan latihan

soal terkait dengan

materi teropong.

Menjawab pertanyaan

mengenai teropong.

Mengasosiasi

Membimbing dan

memantau siswa yang

sedang melakukan

percobaan.

Melakukan percobaan

secara aktif 30 menit

Mengkomunikasikan

Meminta siswa untuk

presentasikan hasil

percobaan dan soal

yang telah dikerjakan

siswa.

Mempresentasikan hasil

percobaan dan soal

yang telah dikerjakan. 15 menit

Penutup Kesimpulan

Membagi siswa

menjadi 4 kelompok

besar dan meminta

siswa untuk

Membentuk 4

kelompok dan

berdiskusi menentukan

kesimpulan yang harus

5 menit

Page 189: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

berdiskusi

menentukan

kesimpulan.

diambil.

Evaluasi

Meminta perwakilan

siswa dari masing-

masing kelompok

membacakan hasil

diskusi yang

dilakukan.

Membaca hasil diskusi

dan kelompok lain yang

belum membaca hasil

kesimpulan, menyimak. 5 menit

Tindak Lanjut

Mengklarifikasi

apabila terdapat

kesalahan yang bisa

mengakibatkan

miskonsepsi

Menyimak informasi

yang disampaikan oleh

guru. 3 menit

Memberikan soal

kepada siswa yang

harus diselesaikan dan

diserahkan

dipertemuan

selanjutnya.

Mengerjakan soal yang

diberikan guru di rumah

dan menyerahkan di

pertemuan selanjutnya. 2 menit

H. Media, Alat dan Sumber Belajar

1. Media

a. LKS praktikum pembuatan teropong bintang sederhana

b. Materi ajar dengan powerpoint.

2. Alat/Bahan

a. Laptop/computer dan LCD Proyektor

b. Papan tulis, spidol, dan penghapus

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, Marthen. 2006, Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga

b. Joko Sumarso. Fisika untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Referensi lain terkait dengan materi yang diberikan.

I. Penilaian

Terlampir

Page 190: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 191: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Kelas:

Kelompok:

Nama Anggota:

1. ……………………………………

2. ……………………………………

3. ……………………………………

4. ……………………………………

5. ……………………………………

LEMBAR KERJA SISWA

Teropong Bintang

Sejarah Teropong

Sifat-sifat pembesaran sebuah kaca cembung telah dikenal sejak tahun 2000 SM. Pada

abad ke-5 SM, filsuf Yunani Aristophanes menggunakan bola kaca berisi air untuk melihat

huruf-huruf kecil pada bukunya. Pada pertengahan abad ke-13, ilmuwan Inggris Roger Bacon

(1214-1292) mengajukan ―potongan bola kaca atau Kristal‖ untuk menjadikan benda-benda

kecil tampak lebih besar dan lebih jelas. Untuk itu Bacon dicap oleh rekan-rekannya sebagai

tukang sihir berbahaya dan ia di penjara selama 10 tahun.

Walaupun kacamata baru diciptakan di Italia antara tahun 1285 dan 1300, takhayul

masih belum dapat diatasi sampai 250 tahun kemudian, ketika para ilmuwan menemukan

kombinasi batas yang kemudian merintis penciptaan teleskop. Ada dua macam teleskop,

teleskop refraksi menggunakan batas untuk membengkokkan cahaya dan teleskop refleksi

menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya kembali ke orang yang sedang mengamati.

Semakin banyak cahaya yang mencapai batas mata pada teleskop, semakin terang

citra langit yang terlihat. Para astronom membuat batas dan cermin yang lebih besar, mereka

menukar jarak fokus teleskop dan menggabungkan cermin-cermin yang lebih kecil untuk

membuat satu permukaan pemantulan yang besar guna menangkap cahaya dalam jumlah

besar dan memumpuninya pada satu titik.

Selama abad ke -19 teleskop pembias lebih disukai dan para ahli kacamata menekuni

pekerjaannya untuk menyempurnakan batas besar tanpa cacat. Pada abad ke-20 terjadi

banyak kemajuan dalam teknologi mengasah dan menggosok cermin. Cermin yang besar

akan menangkap lebih banyak cahaya dari yang kecil, tetapi cermin yang berdiameter lebih

besar dari 4 meter akan melengkung karena terlalu berat dan menyebabkan perubahan bentuk

atau disebut distorsi.

Pada tahun 1609, Galileo Galilei mendengar berita tentang peralatan-peralatan yang

dibuat oleh orang Belanda, dan dalam beberapa hari ia telah mampu membuat salah satu

peralatannya sendiri — tanpa melihat salah satu peralatan dari Belanda tersebut. Dia

membuat beberapa perbaikan pada desain awal dan kemudian menunjukkan perangkatnya

tersebut kepada Senat Venesia. Senat kemudian menjadikannya dosen di Universitas Padua

dengan gaji dua kali lipat dari gajinya, seperti yang dijelaskan oleh Stillman Drake dalam

bukunya ―Galileo at Work: His Scientific Biography‖ yang diterbitkan tahun 2003.

Galileo merupakan orang pertama yang mengarahkan teleskop ke langit. Dengan

teleskopnya ia mampu melihat gunung dan kawah di Bulan, serta pita cahaya yang menyebar

dan melengkung di langit (Galaksi Bimasakti). Dia juga menemukan bintik Matahari dan

Page 192: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

beberapa bulan (satelit) Jupiter. Perkembangan alat-alat bercermin ganda pada akhir abad ke-

20 telah menghasilkan teleskop opis yang lebih besar dan lebih baik. Cermin-cermin yang

lebih kecil dipasang berdampingan menjadi cermin yang lebih besar dari satu cermin yang

terbesar sekalipun.

Sumber:

- Tim Gamma Astronomy Club 2015, 2016, Gamma Astronomy Club Indonesia,

Jakarta.

- Kristen Lippincott, 1994, Astronomi, Jakarta: Jendela IPTEK

Page 193: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Teropong Bintang Sederhana

A. Tujuan

1. Merencanakan percobaan pembuatan teropong bintang sederhana untuk mengenal

bagian-bagian teropong dan fungsinya.

2. Menghubungkan hasil-hasil percobaan pembuatan teropong bintang sederhana untuk

menghitung perbesaran pada teropong.

3. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam percobaan pembuatan teropong

bintang sederhana untuk menganalisis perbesaran pada teropong.

B. Alat dan Bahan

C. Langkah Pembuatan ( Desain Teropong 1)

1. Siapkan dan ambilah alat dan bahan yang akan digunakan. (KPS-4)

2. Ambilah desain teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-4)

3. Susunlah bahan yang sudah kalian siapkan, menjadi kerangka untuk membuat

teropong bintang sederhana. (KPS-1)

4. Pasanglah lensa objektif pada penyambung pipa, yang diberi tanda 1. Tempelkan

double tape pada sisi-sisi lensa. (KPS-1)

5. Pasanglah lensa okuler disalah satu ujung pipa yang diberi tanda 2. (KPS-1)

6. Siapkan pipa bagian utama pipa yang diberi tanda 3, pasang dan sambungkan

dengan penyambung pipa yang diberi tanda 1. (KPS-1)

7. Ambilah pipa yang diberi tanda 3 dan sambungkan pada pipa yang diberi tanda 2.

(KPS-1) 8. Amatilah teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-1)

9. Teropong bintang sederhana siap untuk di uji coba pengamatan. (KPS-1)

D. Langkah Pembuatan ( Desain Teropong 2)

1. Siapkan dan ambilah alat dan bahan yang akan digunakan. (KPS-4)

2. Ambilah desain teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-4)

3. Susunlah bahan yang sudah kalian siapkan, menjadi kerangka untuk membuat

teropong bintang sederhana. (KPS-1)

Page 194: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

4. Pasanglah lensa objektif pada penyambung pipa, yang diberi tanda 1. Tempelkan

double tape pada sisi-sisi lensa. (KPS-1)

5. Pasanglah lensa okuler disalah satu ujung pipa yang diberi tanda 2. (KPS-1)

6. Siapkan pipa bagian utama pipa yang diberi tanda 3, pasang dan sambungkan

dengan penyambung pipa yang diberi tanda 1. (KPS-1)

7. Ambilah pipa yang diberi tanda 3 dan sambungkan pada pipa yang diberi tanda 2.

(KPS-1) 8. Amatilah teropong bintang sederhana yang sudah kalian buat. (KPS-1)

9. Teropong bintang sederhana siap untuk di uji coba pengamatan. (KPS-1)

E. Kegiatan Praktikum

1. Siapkan teropong bintang sederhana yang kalian buat dan tentukan tempat, arah lalu

posisi objek yaitu objek yang berada di sekitar sekolah kalian. (KPS-4)

2. Amatilah sebuah objek yang cukup jauh tetapi masih bisa diamati dengan teropong,

disekitar sekolah. Gambarlah hasil pengamatan dengan menggunakan teropong

desain ke-1. Kemudian, gunakanlah teropong desain ke-2 dan gambar hasilnya.

(KPS-2) 3. Bagaimana perbandingan perbesaran antara teropong desain ke-1 dan teropong

desain ke-2? (KPS-2)

4. Buatlah kesimpulan dari penggunaan teropong yang telah kalian buat. (KPS-3)

5. Bagaimana kecenderungan anda menentukan titik fokus antara teropong sederhana

desain ke-1 dan desain ke-2? (KPS-3)

6. Apa yang menjadi kekurangan antara teropong desain ke 1 dan ke 2? (KPS-5)

7. Sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa okuler dari teropong bintang adalah

………………… (KPS-6)

8. Sebuah teropong bintang memiliki jarak lensa objektif dengan lensa okuler 120 cm

dan fokus lensa objektif 10 cm. Perbesaran yang dihasilkan untuk mata tidak

berakomondasi adalah…….. (KPS-6)

9. Jika anda di minta mendesain teropong bintang sederhana, gambarkan desain

teropong bintang sederhana kalian! (KPS-5)

KPS 1 = Observasi

KPS 2 = Klasifikasi

KPS 3 = Interpretasi

KPS 4 = Merencanakan Percobaan

KPS 5 = Prediksi

KPS 6 = Menerapkan Konsep

Page 195: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 196: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Evaluasi pertemuan 4

MATA PELAJARAN :

KELAS/SEMESTER :

ALOKASI WAKTU :

HARI/TANGGAL :

PETUNJUK UMUM

1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:

c. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.

d. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.

2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak

lengkap atau tidak urut.

3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan jawaban.

4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.

5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia

dengan baik dan benar!

6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung lainnya.

7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.

8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk

mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….

a. Mengatur posisi alat dengan huruf A

b. Mengatur posisi alat dengan huruf B

c. Mengatur posisi alat dengan huruf C

d. Mengatur posisi alat dengan huruf D

e. Mengatur posisi alat dengan huruf E

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 197: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat

nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang

berikut ini!

Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh

huruf….

a. A dan E

b. D dan F

c. E dan F

d. A dan F

e. B dan C

4. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 198: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….

a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod

b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai

c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus

d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat

e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat

5. Perhatikan tabel di bawah ini!

Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas

untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….

a. Mengganti lensa okuler

b. Mengganti lensa objektif

c. Mencari jarak planet yang terdekat

d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler

e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus

6. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 199: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….

a. 1 dan 2

b. 2 dan 4

c. 3 dan 4

d. 3 dan 1

e. 2 dan 3

7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan

cahaya adalah.....

8. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 200: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....

9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang

benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana

adalah….

Page 201: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini

sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:

Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil

bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak

….

a. jelas

b. samar

c. tidak terlihat

d. jelas dan samar

e. tidak terlihat dan samar

11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A

diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B

diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa

tersebut bisa terjadi adalah....

a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil

dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan

jelas

d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada

kondisi alat lama dan kondisi alat baru

e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi

alat lama

Page 202: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

12. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. J

13. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. E

e. J

14. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. D

b. E

c. F

d. G

Page 203: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

e. I

15. Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

16. Dari gambar di bawah ini!

Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….

a. A

b. D

c. E

d. B

e. C

17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!

Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Maya, terbalik, diperbesar

e. Nyata, terbalik, diperbesar

Page 204: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah

ini!

Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler

berada….

a. di depan retina mata

b. di depan lensa objektif

c. di belakang retina mata

d. di antara lensa okuler dan lensa objektif

e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif

19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!

Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan

sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!

Page 205: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

e

Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar

adalah….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!

Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…

a. 0,04 kali

b. 0,05 kali

c. 24,0 kali

d. 25,0 kali

e. 26,0 kali

22. Perhatikan gambar di bawah ini!

Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran

menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….

a. 0,33 mm

b. 3,00 mm

c. 310 mm

d. 930 mm

e. 960 mm

Page 206: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

23. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,

lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

24. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 207: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?

a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram

b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram

c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata

25. Perhatikan tabel di bawah ini!

Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 3 dan 4

26. Perhatikan gambar dibawah ini!

Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?

a. 12,5 kali

b. 17,5 kali

c. 22,5 kali

d. 25,0 kali

Page 208: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

e. 27,5 kali

Page 209: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik

fokus objektif 50 cm adalah ….

SKOR

Page 210: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Jawaban Soal Latihan Pertemuan 4

1. C

2. E

3. B

4. E

5. A

6. E

7. C

8. D

9. C

10. B

11. B

12. C

13. E

14. C

15. B

16. E

17. D

18. D

19. B

20. C

21. C

22. B

23. E

24. D

25. D

26. B

27. E

Page 211: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

LAMPIRAN B

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains

2. Analisis Tes Setelah Uji Coba Instrumen Tes

3. Instrumen Tes Setelah Uji Coba

4. Angket Respon Belajar Fisika Peserta Didik

5. Uji Validitas Instrumen Non Tes (Angket Respon Peserta Didik)

6. Perhitungan Validitas Ahli Konstruk

7. Perhitungan Validitas Ahli Materi

8. Lembar Validitas Ahli Isi Instrumen Tes

Page 212: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B1

KISI-KISI INTRUMEN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS

(Alat Optik)

Mata pelajaran : Fisika

Kelas / Semester : XI / 2

Alokasi waktu : 4 x 45 menit

Jumlah Soal : 30 soal

Bentuk soal : Pilihan ganda

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

3.11.1 Mengenal

bagian teropong

dan fungsinya.

Observasi/

Mengamati

Disajikan

gambar terkait

teropong

bintang. Siswa

dapat

mengenali

bagian-bagian

teropong dan

mengetahui

fungsinya.

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang.

Alat yang digunakan untuk mendapatkan fokus bayangan

dari bulan adalah….

Jawaban:

C

Page 213: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

a. Mengatur posisi alat dengan huruf A

b. Mengatur posisi alat dengan huruf B

c. Mengatur posisi alat dengan huruf C*

d. Mengatur posisi alat dengan huruf D

e. Mengatur posisi alat dengan huruf E

Disajikan

gambar alat

untuk

membuat

teropong.

Siswa dapat

mengetahui

alat dan bahan

menyusun

teropong

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk

merangkai lensa objektif adalah alat nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5 *

Jawaban:

E

Page 214: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Disajikan

gambar hasil

pengamatan.

Siswa dapat

menentukan

bayangan yang

terbentuk dari

hasil

pengamatan

3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan

menggunakan teropong bintang berikut ini!

Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus

paling tepat di tunjukkan oleh huruf….

a. A dan E

b. D dan F*

c. E dan F

d. A dan F

e. B dan C

Jawaban:

B

Jika bayangan

tepat berada

pada titik

fokus maka

akan

menghasilkan

bayangan yang

jelas seperti

ditunjukkan

oleh gambar D

dan F

Interpretasi/

Menafsirkan

Disajikan

gambar

pengamatan

bulan dengan

teropong

bintang. Siswa

dapat

mengemuka-

4. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:

E

Hasil

pengamatan

terlihat jelas

karena

pengetaruan

lensa okuler

Page 215: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

kan alasan

terbentuknya

hasil

pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat

adalah….

a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod

b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai

c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif

yang bagus

d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong

bintang sudah tepat

e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada

lensa okuler sudah tepat*

sudah tepat

Disajikan tabel

hasil

pengamatan

dengan

beberapa

objek planet.

5. Perhatikan tabel di bawah ini! Jawaban:

A

Hasil

pengamatan

dapat terlihat

jelas dengan

Page 216: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Siswa dapat

membanding-

kan hasil

pengamatan

berdasarkan

fokus okuler

Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan

hasil pengamatan yang jelas untuk ke semua planet maka

yang harus di lakukan adalah….

a. Mengganti lensa okuler*

b. Mengganti lensa objektif

c. Mencari jarak planet yang terdekat

d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler

e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus

mengubah

fokus okuler

pada lensa

okuler

Klasifikasi/ Disajikan tabel 6. Perhatikan tabel di bawah ini! Jawaban:

Page 217: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Mengelompo

kkan

berkaitan

dengan

teropong.

Siswa dapat

menentukan

ciri-ciri

teropong

bintang

Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di

atas….

a. 1 dan 2

b. 2 dan 4

c. 3 dan 4

d. 3 dan 1

e. 2 dan 3*

E

Teropong

bintang

digunakan

untuk melihat

benda yang

letaknya jauh

dan pada

teropong

bintang

sederhana

tidak terdapat

lensa pembalik

Disajikan tabel

berkaitan

dengan

beberapa jenis

teropong.

Siswa dapat

menentukan

jenis-jenis

teropong

bintang

7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan

lensa sebagai pengumpulan cahaya adalah..... (C)

Jawaban:

C

Teleskop

reflektor

menggunakan

cermin

Page 218: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Disajikan tabel

berkaitan

dengan

teropong.

Siswa dapat

membedakan

ciri-ciri

teropong

8. Perhatikan tabel di bawah ini!

Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah.... (D)

Jawaban:

D

Page 219: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Prediksi/

Meramalkan

Disajikan

pertanyaan

berkaitan

dengan

komponen

pembuatan

teropong

bintang

sederhana.

Siswa dapat

menentukan

urutan

pembuatan

teropong

bintang dari

gambar

9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka

urutan pemasangan alat yang benar dimulai dari lensa

objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana

adalah….

Jawaban:

C

Urutan

pembuatan

teropong

bintang

sederhana

dalam bentuk

gambar

1. Lensa

objektif

(gambar 1)

2.

Penyambung

lensa objektif

(gambar 2)

3. Tabung

utama (gambar

3)

Page 220: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

4. Pengatur

jarak fokus

(gambar 4)

5. Lensa

okuler

(gambar 5)

Disajikan tabel

berkaitan

waktu dan

kondisi cuaca.

Siswa dapat

menentukan

waktu dan

kondisi cuaca

10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan

terjadi pada malam ini sampai dengan besok pagi. Berikut

ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:

Jawaban:

B

Samar karena

bulan akan

terlihat kabur

bayangannya.

Page 221: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

untuk

melakukan

pengamatan

Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan

tampak jelas hasil bayangannya, maka kalau dalam keadaan

cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak ….

a. jelas

b. samar*

c. tidak terlihat

d. jelas dan samar

Page 222: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

e. tidak terlihat dan samar

Disajikan

pernyataan

tentang fokus

okuler pada

teropong.

Siswa dapat

memprediksi

penyebab

terjadinya

perbedaan

hasil

pengamatan

pada dua

teropong

bintang

11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong

dengan fokus okuler A diperoleh gambar agak kecil dan

tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B diperoleh

hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang

menyebabkan peristiwa tersebut bisa terjadi adalah....

a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai

fokus okuler nya besar yang menyebabkan gambar

menjadi diperbesar dan jelas

b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai

fokus okuler nya kecil yang menyebabkan gambar

menjadi diperbesar dan jelas*

c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai

fokus okuler nya kecil dibandingkan fokus okuler B yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B

hanya bergantung pada kondisi alat lama dan kondisi alat

baru

e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru

dan fokus okuler A kondisi alat lama

Jawaban:

B

Disajikan

persoalan

terkait

aksesoris

teropong.

Siswa dapat

mengidentifika

si fungsi filer

teropong

12. Seseorang yang melakukan pengamatan gerhana matahari

tanpa menggunakan filter cahaya akan menyebabkan….

a. Merusak teropong bintang

b. Merusak lensa pembalik

c. Merusak lensa objektif

d. Merusak lensa okuler

e. Merusak mata*

Jawaban:

E

Sinar UV akan

merusak mata

jika dilihat

secara

langsung

Page 223: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

bintang

Merencana-

kan

percobaan/

Penelitian

Disajikan

gambar

bagian-bagian

teropong

bintang. Siswa

dapat

menunjukkan

bagian-bagian

teropong

13. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….

a. A

b. B

c. C*

d. D

e. J

Jawaban:

C

Disajikan

gambar

teropong

bintang. Siswa

dapat

menunjukkan

bagian-bagian

penyusun

teropong

bintang

14. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:

E

Page 224: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. E

e. J*

Disajikan

gambar

teropong

bintang. Siswa

dapat

menunjukkan

bagian-bagian

penyusun

teropong

bintang

15. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jawaban:

C

Page 225: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah

teleskop diatas suatu permukaan

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. D

b. E

c. F*

d. G

e. I

Disajikan

gambar

berkaitan

bayangan pada

teropong.

Siswa dapat

menentukan

lensa yang

digunakan

dalam

pembuatan

teropong

bintang

16. Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di

tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B*

c. C

d. D

e. E

Jawaban:

B

Menerapkan

konsep

Disajikan

gambar

17. Dari gambar di bawah ini! Jawaban:

E

Page 226: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

teropong

bintang. Siswa

dapat

menentukan

letak

pembentukan

bayangan pada

teropong

bintang

Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….

a. A

b. D

c. E

d. B

e. C*

3.11.2

Menganalisis

perbesaran pada

teropong

Observasi/

Mengamati

Disajikan

gambar bagian

okuler. Siswa

dapat

menentukan

sifat bayangan

yang terbentuk

18. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!

Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Maya, terbalik, diperbesar*

Jawaban:

D

Page 227: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

e. Nyata, terbalik, diperbesar

Interpretasi/

Menafsirkan

Disajikan

gambar sketsa

berkaitan

fokus objektif

dan fokus

okuler. Siswa

dapat

menyimpulkan

letak fokus

bayangan

19. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada

teropong bintang di bawah ini!

Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus

objektif dan lensa okuler berada….

a. di depan retina mata

b. di depan lensa objektif

c. di belakang retina mata

d. di antara lensa okuler dan lensa objektif*

e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif

Jawaban:

D

Dilihat dari

perpotongan

garis sinar dari

lensa objektif

dan lensa

okuler

Klasifikasi/

Mengelompo

kkan

Disajikan tabel

berkaitan

dengan

teropong

bintang. Siswa

dapat

membanding-

kan perbesaran

20. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi

perbesaran berikut ini!

Jawaban:

B

Karena

Neptunus

merupakan

planet terjauh

dari Bumi

maka

Page 228: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

lensa yang

sesuai untuk

pengamatan

Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong

bintang yang digunakan sebaiknya memiliki spesifikasi

perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….

a. 1

b. 2*

c. 3

d. 4

diperlukan

teropong

dengan nilai

perbesaran

yang tinggi

Page 229: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

e. 5

Merencana-

kan

percobaan/

Penelitian

Disajikan

gambar

berkaitan

teropong.

Siswa dapat

mengenali

fungsi bagian-

bagian

teropong

bintang

21. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!

Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan

maya, tegak dan diperbesar adalah….

a. A

b. B

c. C*

d. D

e. E

Jawaban:

C

Bayangan

maya, tegak

dan diperbesar

dihasilkan

oleh lensa

okuler yang

ditunjukkan

oleh huruf C

Menerapkan

konsep

Disajikan

gambar sketsa

bayangan.

Siswa dapat

menentukan

perbesaran

bayangan

22. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong

bintang berikut ini!

Jawaban:

C

d = fob+fok

125 = fob+5

fob = 125-5

fob = 120cm

Perbesaran

M =

M =

Page 230: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…

a. 0,04 kali

b. 0,05 kali

c. 24,0 kali*

d. 25,0 kali

e. 26,0 kali

M =24,0 kali

Disajikan

persoalan

berkaitan

dengan lensa

teropong

bintang siswa

dapat

menentukan

lensa okuler

yang sesuai

untuk

pengamatan

23. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jawaban:

B

d = fob+fok

945 = fob+15

fob = 945-15

fob = 930mm

Perbesaran

M =

310 =

fok =3,00 mm

Page 231: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm.

Jika diinginkan perbesaran menjadi 310 kali, maka lensa

okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….

a. 0,33 mm

b. 3,00 mm*

c. 310 mm

d. 930 mm

e. 960 mm

3.11.3

Menganalisis

perbesaran pada

teropong

Observasi/

Mengamati

Disajikan

gambar lensa

okuler. Siswa

dapat

menentukan

penggunaan

lensa okuler

yang tepat

24. Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban:

E

Dibutuhkan

panjang fokus

lensa terkecil

untuk

menghasilkan

bayangan yang

jelas

Page 232: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Page 233: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak

1.227.068.160 km dari bumi, lensa okuler yang tepat untuk

digunakan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5*

Interpretasi/

Menafsirkan

Disajikan

gambar terkait

hasil dan

teropong

pengamatan.

Siswa dapat

menghubungk

an spesifikasi

teropong

dengan hasil

pengamatan

25. Perhatikan tabel di bawah ini!

Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk

mengamati bulan?

a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram

b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram

c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata

Jawaban:

D

Disajikan 26. Perhatikan gambar spesifikasi teropong di bawah ini! Jawaban:

Page 234: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

gambar

teropong dan

spesifikasi.

Siswa dapat

menentukan

perbesaran

teropong

berdasarkan

spesifikasi nya

D

Ditunjukkan

oleh kata

bahasa inggris

highest useful

magnification:

142x

Page 235: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Perbesaran maksimum pada teropong bintang tersebut….

a. 8.57 x

b. 45.0 x

c. 73.0 x

d. 142 x*

e. 225 x

Klasifikasi/

Mengelompo

kkan

Disajikan tabel

berkaitan lensa

objektif dan

lensa okuler

dari alat optik.

Siswa dapat

menentukan

karakteristik

lensa objektif

dan lensa

okuler pada

teropong

bintang

27. Perhatikan tabel di bawah ini!

Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 3*

d. 2 dan 4

e. 3 dan 4

Jawaban:

C

Prediksi/

Meramalkan

Disajikan

gambar terkait

hasil

pengamatan

dengan

teropong.

Siswa dapat

mengemukaka

28. Perhatikan tabel hasil pengamatan benda langit

menggunakan teropong!

Jawaban:

E

Karena

dibandingkan

dengan Jupiter

yang jaraknya

lebih dekat

dengan Bumi

Page 236: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

n

kemungkinan

hasil

pengamatan

Jika teropong tersebut digunakan untuk mengamati planet

Saturnus dari Bumi maka hasil pengamatan yang didapatkan

adalah....

maka Saturnus

pun akan

terlihat buram

Menerapkan

konsep

Disajikan

gambar

29. Perhatikan gambar dibawah ini! Jawaban:

B

Page 237: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

teropong

bintang. Siswa

dapat

menganalisis

perbesaran

yang

dihasilkan

oleh teropong

bintang Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?

a. 12,5 kali

b. 17,5 kali*

c. 22,5 kali

d. 25,0 kali

e. 27,5 kali

d = fob+fok

74 = 70+fok

fok = 74-70

fok = 4 cm

Perbesaran

M =

M =

M =17,5 kali

Disajikan

persoalan

terkait

teropong

bintang. Siswa

dapat

menganalisis

panjang

teropong

bintang

berdasarkan

perbesaran

30. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran

anguler 10 kali dan titik fokus objektif 50 cm adalah ….

Jawaban:

E

Perbesaran

M =

10 =

fok = 5 cm

Panjang

teropong

bintang

d = fob+fok

d = 50+5

d = 55 cm

Page 238: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator

Aspek

Keterampilan

Proses Sains

Indikator Soal Soal dan Nomor Soal Jawaban Komentar

Page 239: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B2

ANALISI HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES

Reliabilitas Tes = 0.77

Jumlah Subjek = 33 peserta didik

No

Butir Daya Beda (%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi Kesimpulan

1 - 88.89 Sedang - 0.625 - Digunakan

2 11.11 Sangat Mudah 0.308 - Digunakan

3 22.22 Mudah 0.171 - Digunakan

4 33.33 Sangat Mudah 0.524 Sangat Signifikan Digunakan

5 33.33 Mudah 0.438 Signifikan Digunakan

6 100.00 Sedang 0.693 Sangat Signifikan Digunakan

7 66.67 Sedang 0.621 Sangat Signifikan Digunakan

8 66.67 Sedang 0.666 Sangat Signifikan Digunakan

9 100.00 Sedang 0.801 Sangat Signifikan Digunakan

10 55.56 Sedang 0.360 Signifikan Digunakan

11 77.78 Mudah 0.707 Sangat Signifikan Digunakan

12 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak

Digunakan

13 - 33.33 Sedang - 0.235 - Digunakan

14 - 66,67 Sedang - 0.386 - Digunakan

15 0.00 Sangat Mudah - 0.033 - Digunakan

16 11.11 Mudah 0.151 - Digunakan

17 66.67 Sedang 0.491 Sangat Signifikan Digunakan

18 55.56 Sedang 0.407 Signifikan Digunakan

19 22.22 Mudah 0.412 Signifikan Digunakan

20 - 100.00 Sedang - 0.798 - Digunakan

21 66.67 Sedang 0.373 Signifikan Digunakan

22 100.00 Sedang 0.792 Sangat Signifikan Digunakan

23 66.67 Sedang 0.529 Sangat Signifikan Digunakan

24 44.44 Sangat Mudah 0.449 Sangat Signifikan Digunakan

25 0.00 Sangat Mudah 0.137 - Digunakan

26 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak

Digunakan

27 22.22 Sangat Mudah 0.151 - Digunakan

28 0.00 Sangat Mudah NAN NAN Tidak

Digunakan

29 88.89 Sedang 0.709 Sangat Signifikan Digunakan

30 88.89 Sedang 0.678 Sangat Signifikan Digunakan

Page 240: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 241: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 242: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 243: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 244: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 245: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B3

MATA PELAJARAN :

KELAS/SEMESTER :

ALOKASI WAKTU :

HARI/TANGGAL :

PETUNJUK UMUM

1. Periksalah naskah soal yang anda terima meliputi:

e. Kelengkapan jumlah halaman beserta urutannya.

f. Kelengkapan nomor soal beserta urutannya.

2. Laporkan kepada pengawas apabila terdapat lembar soal, nomor soal yang tidak

lengkap atau tidak urut.

3. Naskah terdiri dari 30 butir soal yang masing-masing dengan 5 (lima) pilihan

jawaban.

4. Gunakan pensil 2B untuk mengisi Lembar Jawaban Tes.

5. Berikan tanda silang pada huruf A,B,C,D, atau E di kolom jawaban yang tersedia

dengan baik dan benar!

6. Dilarang menggunakan kalkulator, HP, tabel matematika atau alat bantu hitung

lainnya.

7. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas ruang.

8. Soal tidak boleh di coret dan di bawa pulang.

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika posisi bulan berada tepat di depan teropong bintang. Alat yang digunakan untuk

mendapatkan fokus bayangan dari bulan adalah….

a. Mengatur posisi alat dengan huruf A

b. Mengatur posisi alat dengan huruf B

c. Mengatur posisi alat dengan huruf C

d. Mengatur posisi alat dengan huruf D

e. Mengatur posisi alat dengan huruf E

Page 246: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Pemasangan alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai lensa objektif adalah alat

nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

3. Perhatikan gambar bayangan pada pengamatan dengan menggunakan teropong bintang

berikut ini!

Di antara bayangan yang dihasilkan dengan titik fokus paling tepat di tunjukkan oleh

huruf….

a. A dan E

b. D dan F

c. E dan F

d. A dan F

e. B dan C

Page 247: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

4. Perhatikan gambar di bawah ini!

Berdasarkan hasil pengamatan maka pernyataan yang tepat adalah….

a. Bulan kelihatan jelas karena tinggi tripod

b. Bulan kelihatan jelas karena panjang teropong sesuai

c. Bulan kelihatan jelas karena menggunakan lensa objektif yang bagus

d. Bulan kelihatan jelas karena ukuran tabung teropong bintang sudah tepat

e. Bulan kelihatan jelas karena pengaturan panjang pada lensa okuler sudah tepat

5. Perhatikan tabel di bawah ini!

Jika menggunakan teropong yang sama ingin mendapatkan hasil pengamatan yang jelas

untuk ke semua planet maka yang harus di lakukan adalah….

a. Mengganti lensa okuler

b. Mengganti lensa objektif

c. Mencari jarak planet yang terdekat

d. Mengubah lensa objektif dan lensa okuler

Page 248: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

e. Mengganti teropong dengan yang lebih bagus

6. Perhatikan tabel di bawah ini!

Manakah pernyataan yang benar dari ciri-ciri teropong di atas….

a. 1 dan 2

b. 2 dan 4

c. 3 dan 4

d. 3 dan 1

e. 2 dan 3

7. Teropong pada gambar berikut yang tidak menggunakan lensa sebagai pengumpulan

cahaya adalah.....

Page 249: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

8. Perhatikan tabel di bawah ini!

Pernyataan yang benar pada tabel berikut ini adalah....

9. Jika ingin membuat teropong bintang sederhana. Maka urutan pemasangan alat yang

benar dimulai dari lensa objektif dalam pembuatan teropong bintang sederhana

adalah….

Page 250: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

10. Jaki akan melakukan pengamatan gerhana bulan yang akan terjadi pada malam ini

sampai dengan besok pagi. Berikut ini adalah kondisi cuaca menurut BMKG:

Apabila kondisi cuaca dalam keadaan cerah bulan akan tampak jelas hasil

bayangannya, maka kalau dalam keadaan cuaca cerah dan berawan bulan akan tampak

….

a. jelas

b. samar

c. tidak terlihat

d. jelas dan samar

e. tidak terlihat dan samar

11. Ketika anda mengamati planet jupiter dengan teropong dengan fokus okuler A

diperoleh gambar agak kecil dan tidak jelas. Setelah menggunakan fokus okuler B

diperoleh hasil pengamatan menjadi diperbesar dan jelas. Yang menyebabkan peristiwa

tersebut bisa terjadi adalah....

a. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya besar yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

b. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler B yang nilai fokus okuler nya kecil yang

menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan jelas

c. perbesaran dipengaruhi oleh fokus okuler A yang nilai fokus okuler nya kecil

dibandingkan fokus okuler B yang menyebabkan gambar menjadi diperbesar dan

jelas

d. tidak dipengaruhi oleh fokus okuler A dan fokus okuler B hanya bergantung pada

kondisi alat lama dan kondisi alat baru

e. dipengaruhi oleh fokus okuler B yang kondisinya baru dan fokus okuler A kondisi

alat lama

Page 251: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

12. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi alat: Memperbesar bayangan benda.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf ….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. J

13. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Menghasilkan bayangan benda yang diamati.

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. E

e. J

14. Perhatikan gambar di bawah ini!

Fungsi Alat: Sebagai kaki untuk berpijaknya sebuah teleskop diatas suatu permukaan

Fungsi tersebut di tunjukkan oleh huruf….

a. D

b. E

c. F

d. G

e. I

Page 252: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

15. Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian yang berfungsi sebagai pembalik bayangan di tunjukkan oleh huruf….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

16. Dari gambar di bawah ini!

Letak bayangan akan terbentuk pada bagian huruf….

a. A

b. D

c. E

d. B

e. C

17. Perhatikan gambar lensa di bawah ini!

Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa tersebut adalah ….

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Maya, terbalik, diperbesar

e. Nyata, terbalik, diperbesar

Page 253: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

18. Perhatikan gambar diagram pembentukan bayangan pada teropong bintang di bawah

ini!

Dari gambar sketsa tersebut, letak pertemuan titik fokus objektif dan lensa okuler

berada….

a. di depan retina mata

b. di depan lensa objektif

c. di belakang retina mata

d. di antara lensa okuler dan lensa objektif

e. di depan lensa okuler dan di depan lensa objektif

19. Perhatikan gambar teropong bintang dengan spesifikasi perbesaran berikut ini!

Jika ingin melihat planet Neptunus dengan jelas, teropong bintang yang digunakan

sebaiknya memiliki spesifikasi perbesaran yang tepat ditunjukkan oleh nomor….

Page 254: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

20. Perhatikan gambar bagian-bagian teropong di bawah ini!

e

Bagian teropong yang berfungsi menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar

adalah….

a. A

b. B

c. C

d. D

e. E

21. Perhatikan diagram pembentukan bayangan teropong bintang berikut ini!

Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi adalah…

a. 0,04 kali

b. 0,05 kali

c. 24,0 kali

d. 25,0 kali

e. 26,0 kali

22. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 255: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Teropong ini memiliki panjang fokus lensa okuler 15 mm. Jika diinginkan perbesaran

menjadi 310 kali, maka lensa okuler tersebut harus diganti dengan panjang fokus….

a. 0,33 mm

b. 3,00 mm

c. 310 mm

d. 930 mm

e. 960 mm

23. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika ingin melihat planet Saturnus yang memiliki jarak 1.227.068.160 km dari bumi,

lensa okuler yang tepat untuk digunakan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

24. Perhatikan tabel di bawah ini!

Page 256: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Teropong manakah yang paling tepat digunakan untuk mengamati bulan?

a. A dan B, karena hasilnya terlihat tidak jelas dan buram

b. B dan C, karena hasilnya terlihat jelas dan buram

c. C dan E, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

d. C dan D, karena hasilnya terlihat jelas dan nyata

e. D dan E, karena hasilnya terlihat nyata

25. Perhatikan tabel di bawah ini!

Dari tabel di atas, pernyataan yang benar adalah….

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 3 dan 4

26. Perhatikan gambar dibawah ini!

Berapakah perbesaran yang dihasilkan oleh teropong di atas?

a. 12,5 kali

b. 17,5 kali

c. 22,5 kali

d. 25,0 kali

e. 27,5 kali

27. Panjang teropong bintang yang paling tepat jika perbesaran anguler 10 kali dan titik

fokus objektif 50 cm adalah ….

Page 257: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B4

ANGKET RESPON BELAJAR FISIKA

Petunjuk:

Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh saran atau pendapat mengenai pembelajaran

yang dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran selanjutnya

Pengisian ini tidak ada hubungannya dengan penilaian diri anda sehingga tidak perlu ragu

memberikan jawaban pada setiap pernyataan

Jawablah setiap pernyataan berikut dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu

pilihan yang sesuai dengan pilihan jawaban anda.

Nama : …………………………………………

Kelas : …………………………………………

No. Pernyataan

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Cukup

(C)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

1. Saya menyukai pelajaran fisika

2. Saya tertarik mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan alat optik

3. Mengikuti pembelajaran menggunakan

praktikum merupakan pengalaman baru

untuk saya

4. Penggunaan praktikum dalam

pembelajaran membuat saya makin tidak

termotivasi dalam belajar

5. Kegiatan yang terdapat di dalam praktikum

ini membuat saya lebih termotivasi dalam

belajar

Page 258: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No. Pernyataan

Sangat

Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Cukup

(C)

Tidak

Setuju

(TS)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

6. Pembelajaran menggunakan praktikum

sangat tidak menarik dan tidak

menyenangkan

7. Saya tidak pernah menggunakan teropong

bintang

8. Saya mengetahui bagian-bagian teropong

bintang

9. Saya tidak mengetahui bahwa teropong

bintang menggunakan lensa

10. Saya tidak mengetahui cara kerja teropong

bintang

11. Saya sebelumnya tidak pernah membuat

teropong bintang sederhana

12. Saya memahami fungsi dari setiap bagian

teropong bintang sederhana

13. Saya tertarik dengan praktikum pembuatan

teropong bintang sederhana

14 Pembelajaran dengan menggunakan

praktikum tidak sesuai dengan yang saya

inginkan

15. Saya merasa tertarik untuk mempelajari

konsep fisika yang lainnya dengan

pembelajaran praktikum

Page 259: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B5

Page 260: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 261: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B6

Nomo

r Soal

Validator Nilai CVR Rata-

rata

CVR

Najiullah, M.Pd. Diah Mulhayatiah, M.Pd. Teguh Priyanto, M.Pd.

A B C D E F G H I A B C D E F G H I A B C D E F G H I A B C D E F G H I

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.33 1 0.85

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0.33 1 -0.33 1 0.78

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 -0.33 1 0.78

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 0.92

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0.3

3

0.3

3 1

0.3

3 1 1 1 1 0.78

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0.3

3

0.3

3 1

0.3

3 1 1 0.33 1 0.70

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 262: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.85

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 1

0.92

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 -0.33 1 0.85

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.3

3 1 1 1 1 1 1 1 1 0.92

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.92

Jumlah CVR 27.55

CVI 0.92

Kategori

Sanga

t

sesuai

Page 263: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 264: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 265: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 266: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B7

Nomor

Soal

Validator Nilai CVR Rata-rata CVR

Sahmiati Siregar, S.Si. Ai Nurlaela, M.Si Teguh Priyanto, M.Pd

A B C D A B C D A B C D A B C D

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 0.33 0.33 0.5

21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 1 1 1 0.83

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 267: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah CVR 28.67

CVI 0.96

Kategori Sangat sesuai

Page 268: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 269: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 270: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 271: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran B8

Page 272: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

LAMPIRAN C

ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Hasil pretest

2. Hasil posttest

3. Hasil olah data per indikator kemampuan keterampilan proses sains

4. Uji normalitas hasil pretest

5. Uji normalitas hasil posttest

6. Uji homogenitas hasil pretest

7. Uji homogenitas hasil posttest

8. Uji hipotesis hasil pretest

9. Uji hipotesis hasil posttest

10. Hasil peningkatan per indikator keterampilan proses sains

11. Data hasil angket respon peserta didik

Page 273: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran C1

Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Peserta

Didik

Pretest Eksperimen Pretest Kontrol

1 14 15

2 13 11

3 11 10

4 8 11

5 16 9

6 8 9

7 14 9

8 11 8

9 9 10

10 10 12

11 11 12

12 8 13

13 15 11

14 11 13

15 10 10

16 11 13

17 9 7

18 9 10

19 9 10

20 8 8

21 10 11

22 12 10

23 12 9

24 13 10

25 11 12

26 13 10

27 10 12

28 13 5

29 10 13

30 8 14

31 8 9

32 7 12

33 10 11

Jumlah 352 349

Rata-rata 10,67 10,61

SD 2,27 2,12

Page 274: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Deskriptif Data Hasil Pretest

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

kelas2 Statistic Std. Error

skor_pre_k Kontrol Mean 10.61 .369

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.85

Upper Bound 11.36

5% Trimmed Mean 10.65

Median 10.00

Variance 4.496

Std. Deviation 2.120

Minimum 5

Maximum 15

Range 10

Interquartile Range 3

Skewness -.220 .409

Kurtosis .499 .798

kelas Statistic Std. Error

skor_pre_e Eksperimen Mean 10.67 .396

95% Confidence Interval for

Mean

Lower

Bound 9.86

Upper

Bound 11.47

5% Trimmed Mean 10.57

Median 10.00

Variance 5.167

Std. Deviation 2.273

Minimum 7

Maximum 16

Range 9

Interquartile Range 4

Skewness .509 .409

Kurtosis -.408 .798

Page 275: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran C2

Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Page 276: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Peserta

Didik

Pretest Eksperimen Pretest Kontrol

1 23 18

2 23 19

3 23 18

4 23 18

5 23 14

6 22 22

7 23 20

8 23 18

9 22 16

10 23 10

11 22 20

12 19 16

13 13 18

14 13 12

15 20 12

16 12 19

17 12 11

18 20 12

19 16 19

20 15 16

21 15 15

22 15 14

23 13 14

24 16 13

25 18 16

26 16 18

27 16 15

28 16 15

29 21 15

30 20 20

31 18 19

32 17 18

33 20 17

Jumlah 611 537

Rata-rata 18,45 16,27

SD 3,82 2,96

Deskriptif Data Hasil Pretest

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Page 277: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

kelas2 Statistic Std. Error

skor_post_k Kontrol Mean 16.27 .515

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 15.22

Upper Bound 17.32

5% Trimmed Mean 16.32

Median 16.00

Variance 8.767

Std. Deviation 2.961

Minimum 10

Maximum 22

Range 12

Interquartile Range 5

Skewness -.314 .409

Kurtosis -.622 .798

Descriptives

kelas Statistic Std. Error

skor_post_e Eksperimen Mean 18.45 .664

95% Confidence Interval for

Mean

Lower

Bound 17.10

Upper

Bound 19.81

5% Trimmed Mean 18.56

Median 19.00

Variance 14.568

Std. Deviation 3.817

Minimum 12

Maximum 23

Range 11

Interquartile Range 7

Skewness -.194 .409

Kurtosis -1.397 .798

Lampiran C3

Perhitungan Data Pretest Kemampuan Keterampilan Proses Sains

Page 278: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Kelas Kontrol

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

No.

Absen

Nomor Soal 1 2 3 18 24

Jumlah Kunci Jawaban C E B D E

Nama Peserta

Didik Jawaban Soal

1 A1 0 1 1 0 0 2

2 B1 0 0 0 0 1 1

3 C1 0 1 1 1 0 3

4 D1 0 0 1 0 1 2

5 E1 0 0 1 0 0 1

6 F1 0 1 1 0 1 3

7 G1 0 1 1 1 0 3

8 H1 0 0 0 0 0 0

9 I1 0 1 1 0 1 3

10 J1 0 1 1 1 0 3

11 K1 0 1 1 1 0 3

12 L1 0 1 1 1 1 4

13 M1 0 0 1 0 0 1

14 N1 0 1 1 0 1 3

15 O1 0 0 0 0 0 0

16 P1 0 1 1 1 0 3

17 Q1 0 0 1 0 1 2

18 R1 1 0 0 0 0 1

19 S1 0 1 1 0 0 2

20 T1 0 0 1 0 0 1

21 U1 0 1 0 0 0 1

22 V1 0 1 1 0 0 2

23 W1 0 1 1 0 0 2

24 X1 0 1 1 0 0 2

25 Y1 1 1 1 0 0 3

26 Z1 0 1 1 0 1 3

27 A2 0 1 1 0 0 2

28 B2 0 0 1 0 0 1

29 C2 0 1 1 1 1 4

30 D2 0 0 1 0 0 1

31 E2 0 1 1 0 1 3

32 F2 1 0 1 1 0 3

33 G2 1 1 1 1 0 4

Jumlah 72

Presentasi 44%

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

No.

Absen

Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah

Kunci Jawaban E A D D

Page 279: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta

Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 1 4

2 B1 1 0 0 1 2

3 C1 0 0 0 1 1

4 D1 1 0 0 1 2

5 E1 1 0 1 1 3

6 F1 1 0 0 1 2

7 G1 0 0 1 1 2

8 H1 1 0 1 1 3

9 I1 0 0 1 1 2

10 J1 1 1 0 1 3

11 K1 1 0 0 1 2

12 L1 1 0 1 1 3

13 M1 1 0 1 1 3

14 N1 1 0 1 1 3

15 O1 1 1 1 1 4

16 P1 1 0 1 1 3

17 Q1 1 0 0 0 1

18 R1 1 1 1 1 4

19 S1 1 0 1 1 3

20 T1 0 0 1 1 2

21 U1 1 1 1 1 4

22 V1 1 0 1 1 3

23 W1 0 0 0 1 1

24 X1 0 0 1 1 2

25 Y1 1 0 1 1 3

26 Z1 1 1 0 1 3

27 A2 1 0 1 1 3

28 B2 0 0 0 1 1

29 C2 1 0 1 1 3

30 D2 1 1 1 1 4

31 E2 0 0 1 0 1

32 F2 1 1 1 1 4

33 G2 0 0 0 1 1

Jumlah 85

Presentasi 64%

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

No.

Absen

Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah

Kunci Jawaban E C D B D

Page 280: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta

Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1 1 3

2 B1 0 0 1 1 1 3

3 C1 0 0 0 0 0 0

4 D1 1 0 0 0 0 1

5 E1 0 0 0 1 0 1

6 F1 0 0 0 0 0 0

7 G1 0 0 0 0 0 0

8 H1 0 0 1 0 0 1

9 I1 0 0 0 0 0 0

10 J1 0 0 0 0 0 0

11 K1 0 0 0 0 1 1

12 L1 0 0 0 1 0 1

13 M1 1 0 0 1 0 2

14 N1 0 0 1 1 0 2

15 O1 0 0 1 1 1 3

16 P1 1 0 0 1 1 3

17 Q1 0 1 0 0 1 2

18 R1 0 0 0 0 0 0

19 S1 0 0 0 0 0 0

20 T1 0 0 0 0 0 0

21 U1 0 0 0 1 0 1

22 V1 0 0 0 0 1 1

23 W1 0 0 0 1 0 1

24 X1 0 0 0 1 1 2

25 Y1 0 0 0 0 1 1

26 Z1 0 0 0 0 1 1

27 A2 1 0 0 0 1 2

28 B2 0 0 0 0 0 0

29 C2 0 0 0 0 0 0

30 D2 1 0 1 1 0 3

31 E2 0 0 0 0 0 0

32 F2 0 0 0 1 0 1

33 G2 0 0 0 1 0 1

Jumlah 37

Presentasi 22%

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

No.

Absen

Nomor Soal 9 10 11 Jumlah

Kunci Jawaban C B B

Page 281: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 0 0

2 B1 0 0 0 0

3 C1 0 0 0 0

4 D1 1 1 0 2

5 E1 0 1 0 1

6 F1 1 0 0 1

7 G1 1 1 0 2

8 H1 1 0 0 1

9 I1 0 1 1 2

10 J1 0 0 0 0

11 K1 0 0 0 0

12 L1 0 1 0 1

13 M1 0 1 0 1

14 N1 0 1 0 1

15 O1 0 1 0 1

16 P1 0 0 0 0

17 Q1 0 0 0 0

18 R1 0 0 1 1

19 S1 1 0 0 1

20 T1 1 0 0 1

21 U1 0 0 0 0

22 V1 0 0 0 0

23 W1 0 1 0 1

24 X1 1 0 0 1

25 Y1 1 0 0 1

26 Z1 0 0 0 0

27 A2 0 0 0 0

28 B2 0 1 0 1

29 C2 0 1 0 1

30 D2 0 0 1 1

31 E2 1 0 0 1

32 F2 0 0 1 1

33 G2 0 1 0 1

Jumlah 25

Presentasi 25%

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

No.

Absen

Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah

Kunci Jawaban C E C B C

Page 282: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1 1 3

2 B1 1 1 1 0 1 4

3 C1 0 1 1 1 0 3

4 D1 0 1 1 1 0 3

5 E1 0 0 1 1 0 2

6 F1 0 0 1 0 0 1

7 G1 0 0 1 0 1 2

8 H1 0 0 0 1 0 1

9 I1 0 0 1 1 1 3

10 J1 0 1 1 1 1 4

11 K1 0 0 1 1 0 2

12 L1 0 0 1 1 0 2

13 M1 0 0 1 1 1 3

14 N1 0 1 1 1 0 3

15 O1 0 0 1 1 0 2

16 P1 0 1 1 1 1 4

17 Q1 0 0 0 1 1 2

18 R1 0 0 1 1 1 3

19 S1 0 0 1 1 1 3

20 T1 1 0 1 0 0 2

21 U1 0 0 1 1 1 3

22 V1 0 0 1 1 1 3

23 W1 0 0 1 1 1 3

24 X1 0 0 1 0 0 1

25 Y1 0 1 1 0 1 3

26 Z1 0 0 1 1 1 3

27 A2 0 1 1 1 0 3

28 B2 0 0 1 0 0 1

29 C2 0 1 1 1 0 3

30 D2 1 0 1 1 1 4

31 E2 0 1 1 1 1 4

32 F2 0 0 1 1 1 3

33 G2 0 0 1 1 0 2

Jumlah 88

Presentasi 53%

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

No.

Absen

Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah

Kunci Jawaban E C B B E

Page 283: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 0 0 0 2

2 B1 0 0 0 1 0 1

3 C1 1 1 0 1 0 3

4 D1 1 0 0 0 0 1

5 E1 0 0 0 0 1 1

6 F1 0 1 0 1 0 2

7 G1 0 0 0 0 0 0

8 H1 0 0 1 1 0 2

9 I1 0 0 0 0 0 0

10 J1 0 0 1 0 1 2

11 K1 1 1 1 1 0 4

12 L1 0 0 1 0 1 2

13 M1 0 0 0 0 1 1

14 N1 0 0 0 1 0 1

15 O1 0 0 0 0 0 0

16 P1 0 0 0 0 0 0

17 Q1 0 0 0 0 0 0

18 R1 0 0 0 0 1 1

19 S1 0 0 0 1 0 1

20 T1 0 1 1 0 0 2

21 U1 0 0 1 1 0 2

22 V1 1 0 0 0 0 1

23 W1 1 0 0 0 0 1

24 X1 0 0 1 1 0 2

25 Y1 0 0 0 1 0 1

26 Z1 0 0 0 0 0 0

27 A2 0 0 1 0 1 2

28 B2 1 0 0 0 0 1

29 C2 0 1 0 1 0 2

30 D2 0 0 0 1 0 1

31 E2 0 0 0 0 0 0

32 F2 0 0 0 0 0 0

33 G2 1 0 1 0 0 2

Jumlah 41

Presentasi 25%

Perhitungan Data Pretest Kemampuan Keterampilan Proses Sains

Kelas Eksperimen

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

No. Nomor Soal 1 2 3 18 24 Jumlah

Page 284: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban C E B D E

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 0 0 3

2 B1 1 0 1 0 0 2

3 C1 0 1 0 0 0 1

4 D1 0 0 1 0 0 1

5 E1 1 1 1 0 1 4

6 F1 0 1 0 0 0 1

7 G1 0 1 1 0 1 3

8 H1 1 0 0 0 1 2

9 I1 0 0 1 0 0 1

10 J1 1 0 1 0 0 2

11 K1 1 0 0 0 0 1

12 L1 0 1 0 0 0 1

13 M1 1 1 1 0 0 3

14 N1 0 0 0 0 1 1

15 O1 0 1 1 1 0 3

16 P1 0 0 1 0 1 2

17 Q1 0 0 1 0 0 1

18 R1 0 1 1 0 1 3

19 S1 0 1 1 1 0 3

20 T1 0 0 0 0 0 0

21 U1 0 1 1 0 1 3

22 V1 0 1 1 1 0 3

23 W1 0 1 1 1 0 3

24 X1 0 1 1 1 1 4

25 Y1 0 0 1 0 0 1

26 Z1 0 1 1 0 1 3

27 A2 0 0 0 0 0 0

28 B2 0 1 1 1 0 3

29 C2 0 1 1 1 0 3

30 D2 1 0 0 0 0 1

31 E2 0 0 1 0 1 2

32 F2 1 0 1 0 0 2

33 G2 1 0 0 1 0 2

Jumlah 68

Presentasi 41%

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

No.

Absen

Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah

Kunci Jawaban E A D D

Page 285: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 1 4

2 B1 1 0 1 1 3

3 C1 1 0 1 1 3

4 D1 1 0 0 1 2

5 E1 1 1 1 1 4

6 F1 1 0 1 1 3

7 G1 1 0 1 1 3

8 H1 1 0 1 1 3

9 I1 1 0 1 1 3

10 J1 1 0 1 1 3

11 K1 1 0 0 1 2

12 L1 1 0 0 0 1

13 M1 1 1 1 1 4

14 N1 1 0 0 1 2

15 O1 0 0 0 1 1

16 P1 1 0 0 1 2

17 Q1 1 0 1 1 3

18 R1 1 0 0 1 2

19 S1 0 0 1 1 2

20 T1 1 0 1 1 3

21 U1 0 0 1 1 2

22 V1 1 1 0 1 3

23 W1 1 0 0 1 2

24 X1 1 0 1 1 3

25 Y1 1 0 1 1 3

26 Z1 1 0 1 1 3

27 A2 1 1 1 1 4

28 B2 1 0 1 1 3

29 C2 1 0 0 0 1

30 D2 1 0 0 0 1

31 E2 1 0 0 0 1

32 F2 1 0 0 1 2

33 G2 1 0 0 0 1

Jumlah 82

Presentasi 62%

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

No.

Absen

Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah

Kunci Jawaban E C D B D

Page 286: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1 0 2

2 B1 0 0 0 1 0 1

3 C1 1 0 0 1 0 2

4 D1 0 0 1 1 0 2

5 E1 1 0 1 0 0 2

6 F1 0 0 0 1 0 1

7 G1 1 1 0 0 0 2

8 H1 0 0 0 0 0 0

9 I1 0 1 0 1 0 2

10 J1 0 0 0 0 0 0

11 K1 1 1 0 0 0 2

12 L1 1 0 1 0 1 3

13 M1 0 0 1 1 1 3

14 N1 0 0 1 1 1 3

15 O1 0 0 0 0 0 0

16 P1 1 0 0 0 0 1

17 Q1 0 0 0 1 0 1

18 R1 0 0 0 0 0 0

19 S1 0 0 0 0 0 0

20 T1 0 0 1 0 0 1

21 U1 0 0 0 0 0 0

22 V1 0 0 0 0 0 0

23 W1 0 0 0 0 1 1

24 X1 0 0 0 1 0 1

25 Y1 1 0 0 1 0 2

26 Z1 0 0 1 1 0 2

27 A2 0 0 1 1 1 3

28 B2 1 0 0 1 1 3

29 C2 1 1 0 0 1 3

30 D2 0 0 0 0 1 1

31 E2 0 1 0 0 1 2

32 F2 0 0 0 0 1 1

33 G2 1 1 0 0 1 3

Jumlah 50

Presentasi 30%

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

No.

Absen

Nomor Soal 9 10 11 Jumlah

Kunci Jawaban C B B

Page 287: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 0 0

2 B1 1 1 0 2

3 C1 0 1 0 1

4 D1 0 1 0 1

5 E1 0 1 0 1

6 F1 0 0 0 0

7 G1 1 0 0 1

8 H1 1 0 0 1

9 I1 0 1 0 1

10 J1 0 0 0 0

11 K1 1 0 0 1

12 L1 0 0 1 1

13 M1 0 0 0 0

14 N1 0 0 0 0

15 O1 0 0 0 0

16 P1 1 1 0 2

17 Q1 0 1 0 1

18 R1 1 0 0 1

19 S1 1 1 0 2

20 T1 1 0 0 1

21 U1 0 1 1 2

22 V1 0 0 0 0

23 W1 0 0 0 0

24 X1 0 1 0 1

25 Y1 0 1 0 1

26 Z1 0 1 0 1

27 A2 0 1 0 1

28 B2 0 0 0 0

29 C2 1 0 0 1

30 D2 1 0 0 1

31 E2 0 1 0 1

32 F2 0 0 0 0

33 G2 1 0 0 1

Jumlah 27

Presentasi 27%

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

No.

Absen

Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah

Kunci Jawaban C E C B C

Page 288: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 1 1 1 1 4

2 B1 0 0 1 1 1 3

3 C1 1 0 1 1 0 3

4 D1 0 0 0 0 1 1

5 E1 0 1 1 1 1 4

6 F1 0 0 1 1 0 2

7 G1 0 1 1 1 1 4

8 H1 1 0 1 1 1 4

9 I1 0 0 0 1 0 1

10 J1 0 1 1 1 1 4

11 K1 0 1 1 1 1 4

12 L1 1 0 0 0 0 1

13 M1 0 0 1 1 1 3

14 N1 1 1 1 0 1 4

15 O1 0 1 1 1 0 3

16 P1 0 1 1 1 0 3

17 Q1 0 0 1 1 0 2

18 R1 0 0 1 0 0 1

19 S1 0 0 1 0 1 2

20 T1 0 0 0 1 0 1

21 U1 0 0 1 1 1 3

22 V1 0 1 1 1 1 4

23 W1 0 0 1 1 0 2

24 X1 0 0 1 1 0 2

25 Y1 0 0 1 1 1 3

26 Z1 0 1 1 1 0 3

27 A2 0 0 1 1 0 2

28 B2 0 1 1 1 1 4

29 C2 0 0 0 0 0 0

30 D2 0 0 1 0 0 1

31 E2 0 1 1 0 0 2

32 F2 0 0 0 0 0 0

33 G2 0 1 0 0 0 1

Jumlah 81

Presentasi 49%

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

No.

Absen

Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah

Kunci Jawaban E C B B E

Page 289: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 0 0 0 0 1

2 B1 1 0 0 1 0 2

3 C1 1 0 0 0 0 1

4 D1 1 0 0 0 0 1

5 E1 1 0 0 0 0 1

6 F1 0 0 1 0 0 1

7 G1 0 0 0 0 1 1

8 H1 1 0 0 0 0 1

9 I1 1 0 0 0 0 1

10 J1 1 0 0 0 0 1

11 K1 0 0 0 0 1 1

12 L1 0 1 0 0 0 1

13 M1 1 1 0 0 0 2

14 N1 0 0 0 1 0 1

15 O1 1 1 0 1 0 3

16 P1 1 0 0 0 0 1

17 Q1 0 0 0 0 1 1

18 R1 0 1 0 1 0 2

19 S1 0 0 0 0 0 0

20 T1 0 0 1 1 0 2

21 U1 0 0 0 0 0 0

22 V1 0 0 1 0 1 2

23 W1 1 1 1 1 0 4

24 X1 0 0 1 0 1 2

25 Y1 0 0 0 0 1 1

26 Z1 0 0 0 1 0 1

27 A2 0 0 0 0 0 0

28 B2 0 0 0 0 0 0

29 C2 0 1 0 0 1 2

30 D2 0 1 1 0 1 3

31 E2 0 0 0 0 0 0

32 F2 0 1 0 1 0 2

33 G2 0 1 0 0 1 2

Jumlah 44

Presentasi 27%

Perhitungan Data Posttest Kemampuan Keterampilan Proses Sains

Kelas Kontrol

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

Page 290: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 1 2 3 18 24

Jumlah Kunci Jawaban C E B D E

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 1 1 5

2 B1 1 1 1 1 1 5

3 C1 1 1 1 0 0 3

4 D1 1 1 1 1 0 4

5 E1 1 1 1 0 1 4

6 F1 1 1 1 1 1 5

7 G1 1 1 1 1 1 5

8 H1 1 1 1 0 0 3

9 I1 1 1 1 0 0 3

10 J1 0 0 1 0 1 2

11 K1 1 1 1 1 1 5

12 L1 1 1 0 1 1 4

13 M1 1 1 1 1 1 5

14 N1 1 1 1 0 1 4

15 O1 1 1 0 1 0 3

16 P1 1 1 1 1 1 5

17 Q1 1 1 0 1 1 4

18 R1 0 0 1 1 0 2

19 S1 1 1 1 1 1 5

20 T1 1 1 1 0 1 4

21 U1 1 1 1 0 0 3

22 V1 1 1 1 0 1 4

23 W1 1 1 1 0 1 4

24 X1 1 1 1 1 1 5

25 Y1 1 1 0 1 1 4

26 Z1 1 1 1 0 1 4

27 A2 1 1 1 0 1 4

28 B2 1 1 1 1 1 5

29 C2 1 1 1 0 0 3

30 D2 1 1 1 0 1 4

31 E2 1 1 1 1 1 5

32 F2 1 1 1 0 1 4

33 G2 1 1 1 0 1 4

Jumlah 133

Presentasi 81%

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

No. Nomor Soal 4 5 19 25 Jumlah

Page 291: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban E A D D

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 0 1 3

2 B1 1 1 1 1 4

3 C1 1 1 1 1 4

4 D1 1 1 1 1 4

5 E1 0 0 1 1 2

6 F1 1 1 1 1 4

7 G1 1 0 0 1 2

8 H1 1 0 1 1 3

9 I1 1 0 1 1 3

10 J1 0 0 0 1 1

11 K1 1 0 0 1 2

12 L1 1 0 0 0 1

13 M1 1 1 1 1 4

14 N1 1 1 1 1 4

15 O1 0 1 1 1 3

16 P1 1 1 0 1 3

17 Q1 0 1 0 1 2

18 R1 0 0 1 1 2

19 S1 1 1 1 1 4

20 T1 1 0 0 0 1

21 U1 1 0 1 1 3

22 V1 1 1 1 1 4

23 W1 1 1 1 1 4

24 X1 1 0 0 1 2

25 Y1 1 0 0 1 2

26 Z1 1 0 1 1 3

27 A2 1 1 0 1 3

28 B2 0 1 0 1 2

29 C2 1 1 1 1 4

30 D2 1 1 1 1 4

31 E2 1 1 1 1 4

32 F2 1 0 0 1 2

33 G2 1 0 0 0 1

Jumlah 94

Presentasi 71%

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

No. Nomor Soal 6 7 8 20 27 Jumlah

Page 292: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban E C D B D

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 0 0 1 1 3

2 B1 0 1 1 1 0 3

3 C1 1 0 0 1 1 3

4 D1 1 1 0 1 1 4

5 E1 0 0 0 1 1 2

6 F1 1 1 1 1 1 5

7 G1 1 0 0 1 1 3

8 H1 1 0 0 1 1 3

9 I1 0 1 1 1 1 4

10 J1 0 1 0 0 0 1

11 K1 1 0 0 1 1 3

12 L1 1 0 1 1 1 4

13 M1 0 1 1 1 1 4

14 N1 0 0 0 1 1 2

15 O1 0 0 0 1 1 2

16 P1 0 0 0 1 1 2

17 Q1 0 0 0 1 0 1

18 R1 0 0 0 1 1 2

19 S1 1 0 1 1 1 4

20 T1 1 0 0 1 1 3

21 U1 0 1 1 1 1 4

22 V1 0 1 1 1 1 4

23 W1 0 0 0 1 0 1

24 X1 0 0 0 1 1 2

25 Y1 1 0 0 1 1 3

26 Z1 0 1 1 1 1 4

27 A2 1 0 1 1 1 4

28 B2 0 0 1 1 1 3

29 C2 0 1 1 0 1 3

30 D2 1 0 1 1 0 3

31 E2 1 0 1 1 1 4

32 F2 1 0 0 1 1 3

33 G2 1 0 0 1 1 3

Jumlah 99

Presentasi 60%

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

No. Nomor Soal 9 10 11 Jumlah

Page 293: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban C B B

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1

2 B1 1 0 1 2

3 C1 1 1 1 3

4 D1 0 0 1 1

5 E1 0 0 1 1

6 F1 1 0 1 2

7 G1 1 0 1 2

8 H1 0 1 1 2

9 I1 0 1 0 1

10 J1 0 0 1 1

11 K1 1 0 1 2

12 L1 0 1 1 2

13 M1 0 0 1 1

14 N1 0 0 0 0

15 O1 0 1 0 1

16 P1 1 0 1 2

17 Q1 0 0 0 0

18 R1 0 0 0 0

19 S1 0 0 1 1

20 T1 0 1 1 2

21 U1 0 1 1 2

22 V1 0 0 0 0

23 W1 0 0 1 1

24 X1 0 1 0 1

25 Y1 0 1 1 2

26 Z1 0 1 1 2

27 A2 0 0 1 1

28 B2 0 0 1 1

29 C2 0 1 0 1

30 D2 0 0 1 1

31 E2 0 0 1 1

32 F2 1 1 1 3

33 G2 0 1 1 2

Jumlah 45

Presentasi 45%

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

No. Nomor Soal 13 14 15 16 21 Jumlah

Page 294: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban C E C B C

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1 0 2

2 B1 1 1 1 1 1 5

3 C1 0 1 1 1 1 4

4 D1 0 1 1 1 0 3

5 E1 1 0 0 1 1 3

6 F1 0 1 1 1 0 3

7 G1 1 1 1 1 1 5

8 H1 1 1 1 1 0 4

9 I1 1 1 1 1 0 4

10 J1 0 0 1 1 0 2

11 K1 1 1 1 1 1 5

12 L1 1 1 1 0 1 4

13 M1 0 1 1 1 1 4

14 N1 0 1 1 1 0 3

15 O1 0 0 1 0 1 2

16 P1 1 1 1 1 1 5

17 Q1 1 0 1 1 1 4

18 R1 1 1 1 1 1 5

19 S1 1 1 1 0 0 3

20 T1 1 1 1 1 1 5

21 U1 0 1 1 1 0 3

22 V1 0 1 1 1 0 3

23 W1 0 1 1 0 0 2

24 X1 0 0 1 1 0 2

25 Y1 0 1 1 0 1 3

26 Z1 0 1 1 1 0 3

27 A2 0 0 1 0 1 2

28 B2 1 0 0 1 0 2

29 C2 1 1 1 1 0 4

30 D2 1 1 1 1 0 4

31 E2 1 1 1 0 0 3

32 F2 0 1 1 1 1 4

33 G2 1 1 1 1 1 5

Jumlah 115

Presentasi 70%

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

No. Nomor Soal 17 22 23 29 30 Jumlah

Page 295: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Absen Kunci Jawaban E C B B E

Nama Peserta didik Jawaban Soal

1 A1 1 0 1 1 1 4

2 B1 0 0 1 0 0 1

3 C1 0 0 1 1 0 2

4 D1 0 1 0 1 1 3

5 E1 1 0 0 1 0 2

6 F1 0 1 1 1 1 4

7 G1 0 1 0 1 1 3

8 H1 0 1 1 0 1 3

9 I1 0 0 0 0 0 0

10 J1 1 0 1 1 0 3

11 K1 0 1 0 1 1 3

12 L1 0 0 0 0 1 1

13 M1 0 0 1 0 0 1

14 N1 0 0 0 0 0 0

15 O1 1 0 1 0 0 2

16 P1 1 0 0 1 1 3

17 Q1 1 0 0 0 0 1

18 R1 0 0 1 0 0 1

19 S1 0 1 0 1 1 3

20 T1 0 0 0 0 1 1

21 U1 0 0 0 0 0 0

22 V1 0 0 0 0 0 0

23 W1 0 0 1 1 1 3

24 X1 1 0 0 0 0 1

25 Y1 0 0 1 0 1 2

26 Z1 0 1 1 0 0 2

27 A2 1 0 0 1 0 2

28 B2 0 1 0 1 1 3

29 C2 0 0 1 0 0 1

30 D2 1 1 1 1 1 5

31 E2 0 1 0 1 1 3

32 F2 0 0 0 1 1 2

33 G2 0 0 0 1 1 2

Jumlah 67

Presentasi 41%

Perhitungan Data Posttest Kemampuan Keterampilan Proses Sains

Kelas Eksperimen

Page 296: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Indikator KPS 1: observasi/mengamati

No.

Absen

Nomor Soal 1 2 3 18 24

Jumlah Kunci Jawaban C E B D E

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 1 1 1 1 4

2 B1 0 1 1 1 1 4

3 C1 0 1 1 1 1 4

4 D1 0 1 1 1 1 4

5 E1 0 1 1 1 1 4

6 F1 0 1 1 1 1 4

7 G1 0 1 1 1 1 4

8 H1 0 1 1 1 1 4

9 I1 1 1 0 1 1 4

10 J1 0 1 1 1 1 4

11 K1 0 1 0 1 1 3

12 L1 1 1 1 1 1 5

13 M1 1 1 1 0 1 4

14 N1 1 1 0 1 0 3

15 O1 1 1 1 1 1 5

16 P1 1 1 0 1 1 4

17 Q1 0 0 1 1 0 2

18 R1 1 1 1 1 1 5

19 S1 1 1 1 0 1 4

20 T1 1 1 1 0 0 3

21 U1 1 1 1 0 1 4

22 V1 1 1 1 0 1 4

23 W1 1 1 1 1 1 5

24 X1 1 1 0 1 1 4

25 Y1 1 1 1 0 1 4

26 Z1 1 1 1 0 1 4

27 A2 1 1 1 1 1 5

28 B2 1 1 1 0 0 3

29 C2 1 1 1 0 1 4

30 D2 1 1 1 1 1 5

31 E2 1 1 1 0 1 4

32 F2 1 1 1 0 1 4

33 G2 1 1 1 1 1 5

Jumlah 133

Presentasi 81%

Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

Page 297: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 4 5 19 25

Jumlah Kunci Jawaban E A D D

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 1 4

2 B1 1 1 1 1 4

3 C1 1 1 1 1 4

4 D1 1 1 1 1 4

5 E1 1 1 1 1 4

6 F1 1 1 1 1 4

7 G1 1 1 1 1 4

8 H1 1 1 1 1 4

9 I1 1 1 1 1 4

10 J1 1 1 1 1 4

11 K1 1 1 1 1 4

12 L1 1 1 1 1 4

13 M1 1 1 1 1 4

14 N1 0 1 1 1 3

15 O1 1 1 0 1 3

16 P1 0 1 0 1 2

17 Q1 0 0 1 1 2

18 R1 1 1 1 1 4

19 S1 1 0 0 0 1

20 T1 1 0 1 1 3

21 U1 1 1 1 1 4

22 V1 1 1 1 1 4

23 W1 1 0 0 1 2

24 X1 1 0 0 1 2

25 Y1 1 0 1 1 3

26 Z1 1 1 0 1 3

27 A2 0 1 0 1 2

28 B2 1 1 1 1 4

29 C2 1 1 1 1 4

30 D2 1 1 1 1 4

31 E2 1 0 0 1 2

32 F2 1 0 0 0 1

33 G2 1 1 1 1 4

Jumlah 109

Presentasi 83%

Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

Page 298: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 6 7 8 20 27

Jumlah Kunci Jawaban E C D B D

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 0 1 4

2 B1 1 1 1 0 1 4

3 C1 1 1 1 0 1 4

4 D1 1 1 1 0 1 4

5 E1 1 1 1 0 1 4

6 F1 1 1 1 0 1 4

7 G1 1 1 1 0 1 4

8 H1 1 1 1 0 1 4

9 I1 1 1 1 0 1 4

10 J1 1 1 1 0 1 4

11 K1 1 1 1 0 1 4

12 L1 0 1 1 1 1 4

13 M1 0 0 0 1 1 2

14 N1 0 0 0 1 1 2

15 O1 0 0 0 1 1 2

16 P1 0 0 0 1 0 1

17 Q1 0 0 0 1 1 2

18 R1 1 0 1 1 1 4

19 S1 1 0 0 1 1 3

20 T1 0 1 1 1 1 4

21 U1 0 1 1 1 1 4

22 V1 0 0 0 1 0 1

23 W1 0 0 0 1 1 2

24 X1 1 0 0 1 1 3

25 Y1 0 1 1 1 1 4

26 Z1 1 0 1 1 1 4

27 A2 0 0 1 1 1 3

28 B2 0 1 1 0 1 3

29 C2 1 0 1 1 0 3

30 D2 1 0 1 1 1 4

31 E2 1 0 0 1 1 3

32 F2 1 0 0 1 1 3

33 G2 0 1 1 1 0 3

Jumlah 108

Presentasi 65%

Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

Page 299: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 9 10 11

Jumlah Kunci Jawaban C B B

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 3

2 B1 1 1 1 3

3 C1 1 1 1 3

4 D1 1 1 1 3

5 E1 1 1 1 3

6 F1 1 1 1 3

7 G1 1 1 1 3

8 H1 1 1 1 3

9 I1 1 1 1 3

10 J1 1 1 1 3

11 K1 1 1 1 3

12 L1 0 0 1 1

13 M1 0 0 0 0

14 N1 0 1 0 1

15 O1 1 0 1 2

16 P1 0 0 0 0

17 Q1 0 0 0 0

18 R1 0 0 1 1

19 S1 0 1 1 2

20 T1 0 1 1 2

21 U1 0 0 0 0

22 V1 0 0 1 1

23 W1 0 1 0 1

24 X1 0 1 1 2

25 Y1 0 1 1 2

26 Z1 0 0 1 1

27 A2 0 0 1 1

28 B2 0 1 0 1

29 C2 0 0 1 1

30 D2 0 0 1 1

31 E2 1 1 1 3

32 F2 0 1 1 2

33 G2 1 0 1 2

Jumlah 60

Presentasi 61%

Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

Page 300: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 13 14 15 16 21

Jumlah Kunci Jawaban C E C B C

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 0 0 1 1 1 3

2 B1 0 0 1 1 1 3

3 C1 0 0 1 1 1 3

4 D1 0 0 1 1 1 3

5 E1 0 0 1 1 1 3

6 F1 0 0 1 0 1 2

7 G1 0 0 1 1 1 3

8 H1 0 0 1 1 1 3

9 I1 0 0 0 1 1 2

10 J1 0 0 1 1 1 3

11 K1 0 0 1 1 1 3

12 L1 0 1 1 1 1 4

13 M1 0 1 1 1 0 3

14 N1 0 0 1 0 1 2

15 O1 1 1 1 1 1 5

16 P1 1 0 1 1 1 4

17 Q1 1 1 1 1 1 5

18 R1 1 1 1 0 0 3

19 S1 1 1 1 1 1 5

20 T1 0 1 1 1 0 3

21 U1 0 1 1 1 0 3

22 V1 0 1 1 0 0 2

23 W1 0 0 1 1 0 2

24 X1 0 1 1 0 1 3

25 Y1 0 1 1 1 0 3

26 Z1 0 0 1 0 1 2

27 A2 1 0 0 1 0 2

28 B2 1 1 1 1 0 4

29 C2 1 1 1 1 0 4

30 D2 1 1 1 0 0 3

31 E2 0 1 1 1 1 4

32 F2 1 1 1 1 1 5

33 G2 1 1 1 1 1 5

Jumlah 107

Presentasi 65%

Indikator KPS 6: menerapkan konsep

Page 301: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

No.

Absen

Nomor Soal 17 22 23 29 30

Jumlah Kunci Jawaban E C B B E

Nama Peserta Didik Jawaban Soal

1 A1 1 1 1 1 1 5

2 B1 1 1 1 1 1 5

3 C1 1 1 1 1 1 5

4 D1 1 1 1 1 1 5

5 E1 1 1 1 1 1 5

6 F1 1 1 1 1 1 5

7 G1 1 1 1 1 1 5

8 H1 1 1 1 1 1 5

9 I1 1 1 1 1 1 5

10 J1 1 1 1 1 1 5

11 K1 1 1 1 1 1 5

12 L1 0 0 1 0 0 1

13 M1 0 0 0 0 0 0

14 N1 1 0 1 0 0 2

15 O1 1 0 0 1 1 3

16 P1 1 0 0 0 0 1

17 Q1 0 0 1 0 0 1

18 R1 0 1 0 1 1 3

19 S1 0 0 0 0 1 1

20 T1 0 0 0 0 0 0

21 U1 0 0 0 0 0 0

22 V1 0 0 1 1 1 3

23 W1 1 0 0 0 0 1

24 X1 0 0 1 0 1 2

25 Y1 0 1 1 0 0 2

26 Z1 1 0 0 1 0 2

27 A2 0 1 0 1 1 3

28 B2 0 0 1 0 0 1

29 C2 1 1 1 1 1 5

30 D2 0 1 0 1 1 3

31 E2 0 0 0 1 1 2

32 F2 0 0 0 1 1 2

33 G2 0 0 1 0 0 1

Jumlah 94

Presentasi 57%

Lampiran C4

Page 302: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Uji Normalitas Hasil Pretest

Kelas Eksperimen dan Kontrol

A. Kelas Eksperimen

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2. Tingkat signifikan

3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.

4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.

Kesimpulan:

, maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga Sampel

berdistribusi normal.

Page 303: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

B. Kelas Kontrol

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2. Tingkat signifikan

3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.

4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.

Kesimpulan:

, maka H0 diterima H1 ditolak, sehingga Sampel

berdistribusi normal.

Lampiran C5

Page 304: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

UJI NORMALITAS HASIL POSTTEST

KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

A. Kelas Eksperimen

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2. Tingkat signifikan

3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.

4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.

Kesimpulan:

, maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga Sampel

berdistribusi tidak normal.

B. Kelas Kontrol

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

Page 305: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2. Tingkat signifikan

3. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data.

4. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika , maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika , maka H0 ditolak H1 diterima.

Kesimpulan:

, maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga Sampel tidak

berdistribusi normal.

Lampiran C6

Uji Homogenitas Data Pretest

Page 306: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1) Tetapkan terlebih dahulu hipotesis statistiknya, seperti halnya pada perhitungan

secara manual yaitu:

H0 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok sama

atau homogen.

H1 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

2) Tingkat signifikan

3) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data,

nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.

4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika signifikansi maka H0 ditolak, yaitu varian kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

Jika signifikansi maka H0 diterima, yaitu varian kedua kelompok

sama atau homogen.

Test of Homogeneity of Variances

Skor Pretest Levene Statistic df1 df2 Sig.

.332 1 64 .567

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka H0

diterima H1 ditolak, sehingga kedua kelas dinyatakan homogen.

Lampiran C7

Uji Homogenitas Data Posttest

Page 307: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1) Tetapkan terlebih dahulu hipotesis statistiknya, seperti halnya pada perhitungan secara

manual yaitu:

H0 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok sama

atau homogen.

H1 = varian nilai kemampuan penalaran adaptif matematis kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

2) Tingkat signifikan

3) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan data,

nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.

4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika signifikansi maka H0 ditolak, yaitu varian kedua kelompok

berbeda atau tidak homogen.

Jika signifikansi maka H0 diterima, yaitu varian kedua kelompok

sama atau homogen.

Test of Homogeneity of Variances

Skor Postest Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.828 1 64 .019

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka H0

diterima H1 ditolak, sehingga kedua kelas dinyatakan tidak homogen.

Lampiran C8

Uji Hipotesis Hasil Pretest

Page 308: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok

eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan keterampilan proses

sains peserta didik pada kelompok kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan keterampilan proses sains

peserta didik pada kelompok kontrol.

2. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah pengolahan

data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.

3. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 ditolak H1 diterima

Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 diterima H1 ditolak

Kesimpulan:

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka

hipotesis ditolak

Lampiran C9

Uji Hipotesis Hasil Posttest

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:

Page 309: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

1. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok

eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata k keterampilan proses sains peserta

didik pada kelompok kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan keterampilan proses sains

peserta didik pada kelompok kontrol.

2. Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukkan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah pengolahan

data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan ―p‖.

3. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 ditolak H1 diterima

Jika signifikansi (p) ( ) maka H0 diterima H1 ditolak

Kesimpulan:

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, , maka

hipotesis diterima

Lampiran C10

Hasil peningkatan per indikator kemampuan keterampilan proses sains

Kelas Kontrol

Page 310: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Hasil Peningkatan Indikator KPS 1: observasi/mengamati

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 2 5 3 1.00

2 B1 1 5 4 1.00

3 C1 3 3 0 0.00

4 D1 2 4 2 0.67

5 E1 1 4 3 0.75

6 F1 3 5 2 1.00

7 G1 3 5 2 1.00

8 H1 0 3 3 0.60

9 I1 3 3 0 0.00

10 J1 3 2 -1 -0.50

11 K1 3 5 2 1.00

12 L1 4 4 0 0.00

13 M1 1 5 4 1.00

14 N1 3 4 1 0.50

15 O1 0 3 3 0.60

16 P1 3 5 2 1.00

17 Q1 2 4 2 0.67

18 R1 1 2 1 0.25

19 S1 2 5 3 1.00

20 T1 1 4 3 0.75

21 U1 1 3 2 0.50

22 V1 2 4 2 0.67

23 W1 2 4 2 0.67

24 X1 2 5 3 1.00

25 Y1 3 4 1 0.50

26 Z1 3 4 1 0.50

27 A1 2 4 2 0.67

28 B2 1 5 4 1.00

29 C2 4 3 -1 -1.00

30 D2 1 4 3 0.75

31 E2 3 5 2 1.00

32 F2 3 4 1 0.50

33 G2 4 4 0 0.00

Rata-rata 0.58

Hasil Peningkatan Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 3 3 0 0.00

Page 311: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 2 4 2 1.00

3 C1 1 4 3 1.00

4 D1 2 4 2 1.00

5 E1 3 2 -1 -1.00

6 F1 2 4 2 1.00

7 G1 2 2 0 0.00

8 H1 3 3 0 0.00

9 I1 2 3 1 0.50

10 J1 3 1 -2 -2.00

11 K1 2 2 0 0.00

12 L1 3 1 -2 -2.00

13 M1 3 4 1 1.00

14 N1 3 4 1 1.00

15 O1 3 3 0 0.00

16 P1 3 3 0 0.00

17 Q1 1 2 1 0.33

18 R1 2 2 0 0.00

19 S1 3 4 1 1.00

20 T1 2 1 -1 -0.50

21 U1 3 3 0 0.00

22 V1 3 4 1 1.00

23 W1 1 4 3 1.00

24 X1 2 2 0 0.00

25 Y1 3 2 -1 -1.00

26 Z1 3 3 0 0.00

27 A1 3 3 0 0.00

28 B2 1 2 1 0.33

29 C2 3 4 1 1.00

30 D2 3 3 0 0.00

31 E2 1 4 3 1.00

32 F2 3 2 -1 -1.00

33 G2 1 1 0 0.00

Rata-rata 0.14

Hasil Peningkatan Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 3 3 0 0.00

Page 312: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 3 3 0 0.00

3 C1 0 3 3 0.60

4 D1 2 3 1 0.33

5 E1 1 2 1 0.25

6 F1 0 5 5 1.00

7 G1 0 3 3 0.60

8 H1 1 3 2 0.50

9 I1 0 4 4 0.80

10 J1 0 1 1 0.20

11 K1 1 3 2 0.50

12 L1 1 3 2 0.50

13 M1 2 4 2 0.67

14 N1 2 2 0 0.00

15 O1 3 2 -1 -0.50

16 P1 3 2 -1 -0.50

17 Q1 2 1 -1 -0.33

18 R1 0 2 2 0.40

19 S1 0 4 4 0.80

20 T1 0 3 3 0.60

21 U1 1 4 3 0.75

22 V1 1 4 3 0.75

23 W1 1 1 0 0.00

24 X1 2 2 0 0.00

25 Y1 1 3 2 0.50

26 Z1 1 4 3 0.75

27 A1 2 4 2 0.67

28 B2 0 3 3 0.60

29 C2 0 3 3 0.60

30 D2 3 3 0 0.00

31 E2 0 4 4 0.80

32 F2 1 3 2 0.50

33 G2 1 3 2 0.50

Rata-rata 0.39

Hasil Peningkatan Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 0 1 1 0.33

Page 313: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 0 2 2 0.67

3 C1 0 3 3 1.00

4 D1 2 1 -1 -1.00

5 E1 1 1 0 0.00

6 F1 1 2 1 0.50

7 G1 2 2 0 0.00

8 H1 1 2 1 0.50

9 I1 2 1 -1 -1.00

10 J1 0 1 1 0.33

11 K1 0 2 2 0.67

12 L1 1 2 1 0.50

13 M1 1 1 0 0.00

14 N1 1 0 -1 -0.50

15 O1 1 1 0 0.00

16 P1 0 2 2 0.67

17 Q1 0 0 0 0.00

18 R1 1 0 -1 -0.50

19 S1 1 1 0 0.00

20 T1 1 2 1 0.50

21 U1 0 2 2 0.67

22 V1 0 0 0 0.00

23 W1 1 1 0 0.00

24 X1 1 1 0 0.00

25 Y1 1 2 1 0.50

26 Z1 0 2 2 0.67

27 A1 0 1 1 0.33

28 B2 1 1 0 0.00

29 C2 1 1 0 0.00

30 D2 1 1 0 0.00

31 E2 1 1 0 0.00

32 F2 1 3 2 1.00

33 G2 1 2 1 0.50

Rata-rata 0.19

Hasil Peningkatan Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 3 4 1 0.50

Page 314: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 1 1 0 0.00

3 C1 2 2 0 0.00

4 D1 3 3 0 0.00

5 E1 2 2 0 0.00

6 F1 1 4 3 0.75

7 G1 2 3 1 0.33

8 H1 1 3 2 0.50

9 I1 0 0 0 0.00

10 J1 3 3 0 0.00

11 K1 2 3 1 0.33

12 L1 1 1 0 0.00

13 M1 1 1 0 0.00

14 N1 0 0 0 0.00

15 O1 2 2 0 0.00

16 P1 3 3 0 0.00

17 Q1 1 1 0 0.00

18 R1 1 1 0 0.00

19 S1 2 2 0 0.00

20 T1 1 1 0 0.00

21 U1 0 0 0 0.00

22 V1 0 0 0 0.00

23 W1 3 3 0 0.00

24 X1 1 1 0 0.00

25 Y1 2 2 0 0.00

26 Z1 2 2 0 0.00

27 A1 2 2 0 0.00

28 B2 1 3 2 0.50

29 C2 1 1 0 0.00

30 D2 4 5 1 1.00

31 E2 3 3 0 0.00

32 F2 2 2 0 0.00

33 G2 2 2 0 0.00

Rata-rata 0.12

Hasil Peningkatan Indikator KPS 6: menerapkan konsep

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 2 4 2 0.67

Page 315: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 1 1 0 0.00

3 C1 3 2 -1 -0.50

4 D1 1 3 2 0.50

5 E1 1 2 1 0.25

6 F1 2 4 2 0.67

7 G1 0 3 3 0.60

8 H1 2 3 1 0.33

9 I1 0 0 0 0.00

10 J1 2 3 1 0.33

11 K1 4 3 -1 -1.00

12 L1 2 1 -1 -0.33

13 M1 1 1 0 0.00

14 N1 1 0 -1 -0.25

15 O1 0 2 2 0.40

16 P1 0 3 3 0.60

17 Q1 0 1 1 0.20

18 R1 1 1 0 0.00

19 S1 1 3 2 0.50

20 T1 2 1 -1 -0.33

21 U1 2 0 -2 -0.67

22 V1 1 0 -1 -0.25

23 W1 1 3 2 0.50

24 X1 2 1 -1 -0.33

25 Y1 1 2 1 0.25

26 Z1 0 2 2 0.40

27 A1 2 2 0 0.00

28 B2 1 3 2 0.50

29 C2 2 1 -1 -0.33

30 D2 1 5 4 1.00

31 E2 0 3 3 0.60

32 F2 0 2 2 0.40

33 G2 2 2 0 0.00

Rata-rata 0.14

Kelas Eksperimen

Hasil Peningkatan Indikator KPS 1: observasi/mengamati

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

Page 316: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

1 A1 3 4 1 0.50

2 B1 2 4 2 0.67

3 C1 1 4 3 0.75

4 D1 1 4 3 0.75

5 E1 4 4 0 0.00

6 F1 1 4 3 0.75

7 G1 3 4 1 0.50

8 H1 2 4 2 0.67

9 I1 1 4 3 0.75

10 J1 2 4 2 0.67

11 K1 1 3 2 0.50

12 L1 1 5 4 1.00

13 M1 3 4 1 0.50

14 N1 1 3 2 0.50

15 O1 3 5 2 1.00

16 P1 2 4 2 0.67

17 Q1 1 2 1 0.25

18 R1 3 5 2 1.00

19 S1 3 4 1 0.50

20 T1 0 3 3 0.60

21 U1 3 4 1 0.50

22 V1 3 4 1 0.50

23 W1 3 5 2 1.00

24 X1 4 4 0 0.00

25 Y1 1 4 3 0.75

26 Z1 3 4 1 0.50

27 A1 0 5 5 1.00

28 B2 3 3 0 0.00

29 C2 3 4 1 0.50

30 D2 1 5 4 1.00

31 E2 2 4 2 0.67

32 F2 2 4 2 0.67

33 G2 2 5 3 1.00

Rata-rata 0.62

Hasil Peningkatan Indikator KPS 2: interpretasi/menafsirkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 4 4 0 0.00

Page 317: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 3 4 1 1.00

3 C1 3 4 1 1.00

4 D1 2 4 2 1.00

5 E1 4 4 0 0.00

6 F1 3 4 1 1.00

7 G1 3 4 1 1.00

8 H1 3 4 1 1.00

9 I1 3 4 1 1.00

10 J1 3 4 1 1.00

11 K1 2 4 2 1.00

12 L1 1 4 3 1.00

13 M1 3 4 1 1.00

14 N1 2 3 1 0.50

15 O1 1 3 2 0.67

16 P1 2 2 0 0.00

17 Q1 3 2 -1 -1.00

18 R1 2 4 2 1.00

19 S1 2 1 -1 -0.50

20 T1 3 3 0 0.00

21 U1 2 4 2 1.00

22 V1 3 4 1 1.00

23 W1 2 2 0 0.00

24 X1 3 2 -1 0.00

25 Y1 3 3 0 0.00

26 Z1 3 3 0 0.00

27 A1 4 2 -2 0.00

28 B2 3 4 1 1.00

29 C2 1 4 3 1.00

30 D2 1 4 3 1.00

31 E2 1 2 1 0.33

32 F2 2 1 -1 -0.50

33 G2 1 4 3 1.00

Rata-rata 0.53

Hasil Peningkatan Indikator KPS 3: klasifikasi/mengelompokkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 2 4 2 0.67

Page 318: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 1 4 3 0.75

3 C1 2 4 2 0.67

4 D1 2 4 2 0.67

5 E1 2 4 2 0.67

6 F1 1 4 3 0.75

7 G1 2 4 2 0.67

8 H1 0 4 4 0.80

9 I1 2 4 2 0.67

10 J1 0 4 4 0.80

11 K1 2 4 2 0.67

12 L1 3 4 1 0.50

13 M1 3 2 -1 -0.50

14 N1 3 2 -1 -0.50

15 O1 0 2 2 0.40

16 P1 1 1 0 0.00

17 Q1 1 2 1 0.25

18 R1 0 4 4 0.80

19 S1 0 3 3 0.60

20 T1 1 4 3 0.75

21 U1 0 4 4 0.80

22 V1 0 1 1 0.20

23 W1 1 2 1 0.25

24 X1 1 3 2 0.50

25 Y1 2 4 2 0.67

26 Z1 2 4 2 0.67

27 A1 3 3 0 0.00

28 B2 3 3 0 0.00

29 C2 3 3 0 0.00

30 D2 1 4 3 0.75

31 E2 2 3 1 0.33

32 F2 1 3 2 0.50

33 G2 3 5 2 1.00

Rata-rata 0.48

Hasil Peningkatan Indikator KPS 4: prediksi/meramalkan

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 0 3 3 1.00

Page 319: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 2 3 1 1.00

3 C1 1 3 2 1.00

4 D1 1 3 2 1.00

5 E1 1 3 2 1.00

6 F1 0 3 3 1.00

7 G1 1 3 2 1.00

8 H1 1 3 2 1.00

9 I1 1 3 2 1.00

10 J1 0 3 3 1.00

11 K1 1 3 2 1.00

12 L1 1 1 0 0.00

13 M1 0 0 0 0.00

14 N1 0 1 1 0.33

15 O1 0 2 2 0.67

16 P1 2 0 -2 -2.00

17 Q1 1 0 -1 -0.50

18 R1 1 1 0 0.00

19 S1 2 2 0 0.00

20 T1 1 2 1 0.50

21 U1 2 0 -2 -2.00

22 V1 0 1 1 0.33

23 W1 0 1 1 0.33

24 X1 1 2 1 0.50

25 Y1 1 2 1 0.50

26 Z1 1 1 0 0.00

27 A1 1 1 0 0.00

28 B2 0 1 1 0.33

29 C2 1 1 0 0.00

30 D2 1 1 0 0.00

31 E2 1 3 2 1.00

32 F2 0 2 2 0.67

33 G2 1 2 1 0.50

Rata-rata 0.37

Hasil Peningkatan Indikator KPS 5: merencanakan percobaan/penelitian

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 2 3 1 0.33

Page 320: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 3 3 0 0.00

3 C1 1 3 2 0.50

4 D1 1 5 4 1.00

5 E1 3 3 0 0.00

6 F1 2 2 0 0.00

7 G1 2 3 1 0.33

8 H1 2 3 1 0.33

9 I1 1 2 1 0.25

10 J1 4 3 -1 -1.00

11 K1 3 3 0 0.00

12 L1 1 4 3 0.75

13 M1 3 3 0 0.00

14 N1 4 2 -2 -2.00

15 O1 3 5 2 1.00

16 P1 3 4 1 0.50

17 Q1 2 5 3 1.00

18 R1 1 3 2 0.50

19 S1 2 5 3 1.00

20 T1 1 3 2 0.50

21 U1 3 3 0 0.00

22 V1 1 2 1 0.25

23 W1 2 2 0 0.00

24 X1 2 3 1 0.33

25 Y1 3 3 0 0.00

26 Z1 1 2 1 0.25

27 A1 2 2 0 0.00

28 B2 4 4 0 0.00

29 C2 0 4 4 0.80

30 D2 1 3 2 0.50

31 E2 2 4 2 0.67

32 F2 0 5 5 1.00

33 G2 1 5 4 1.00

Rata-rata 0.30

Hasil Peningkatan Indikator KPS 6: menerapkan konsep

No. Absen Nama Peserta Didik Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 - X1 N-gain

1 A1 1 3 2 0.50

Page 321: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

2 B1 2 3 1 0.33

3 C1 1 3 2 0.50

4 D1 1 3 2 0.50

5 E1 1 3 2 0.50

6 F1 1 2 1 0.25

7 G1 1 3 2 0.50

8 H1 1 3 2 0.50

9 I1 1 2 1 0.25

10 J1 1 3 2 0.50

11 K1 1 3 2 0.50

12 L1 1 4 3 0.75

13 M1 2 3 1 0.33

14 N1 1 2 1 0.25

15 O1 3 5 2 1.00

16 P1 1 4 3 0.75

17 Q1 1 5 4 1.00

18 R1 2 3 1 0.33

19 S1 0 5 5 1.00

20 T1 2 3 1 0.33

21 U1 0 3 3 0.60

22 V1 2 2 0 0.00

23 W1 4 2 -2 -2.00

24 X1 2 3 1 0.33

25 Y1 1 3 2 0.50

26 Z1 1 2 1 0.25

27 A1 0 2 2 0.40

28 B2 0 4 4 0.80

29 C2 2 4 2 0.67

30 D2 3 3 0 0.00

31 E2 0 4 4 0.80

32 F2 2 5 3 1.00

33 G2 2 5 3 1.00

Rata-rata 0.45

Page 322: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran C11

No Jenis

Kelamin

Minat belajar

peserta didik Pembelajaran Menggunakan Praktikum

Pembuatan Teropong Bintang

Sederhana

(+) (+) (-) (+) (-)

1 2 3 5 13 15 4 6 14 8 12 7 9 10 11

1 P 4 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4

2 P 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 5 4 2 4 5

3 L 4 3 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3

4 P 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 4 4 4 4

5 P 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 4 2 4

6 P 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4

7 P 4 4 5 2 4 4 4 3 3 2 5 4 4 4 4

8 P 3 3 4 4 3 4 5 2 5 5 4 3 4 4 4

9 P 5 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3

10 P 4 3 3 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4

11 P 5 3 2 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4

12 L 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 3 2 3 4 3

13 P 4 3 5 3 2 5 2 3 3 3 3 3 3 3 2

14 L 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3

15 L 2 3 3 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 4 3

16 P 5 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4

17 P 4 3 2 4 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4 4

18 P 5 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4

19 L 5 4 3 5 5 5 4 3 3 5 5 4 4 4 4

20 P 5 4 4 5 4 5 3 5 5 5 5 3 4 4 4

Page 323: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

21 L 5 5 3 5 5 4 4 3 3 5 5 4 4 4 5

22 P 5 5 3 5 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3

23 L 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4

24 P 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4

25 P 4 2 3 4 4 4 4 5 5 3 4 5 3 4 4

26 L 5 5 5 5 5 4 4 3 2 5 5 4 4 4 4

27 L 4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 3 4 3 4 3

28 P 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

29 L 5 4 4 5 5 5 2 2 3 4 4 4 4 4 4

30 P 5 4 4 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 3

31 P 4 2 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 4

32 P 5 4 5 4 4 5 3 3 4 5 4 4 4 4 3

33 P 4 4 4 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4

Jumlah 139 120 123 129 131 138 124 122 122 125 130 121 120 127 121

Persentase 84% 73% 75% 78% 79% 84% 75% 74% 74% 76% 79% 73% 73% 77% 73%

Per indikator 78% 77% 75%

Rata-rata total 77%

Page 324: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

LAMPIRAN D

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Surat izin observasi

2. Surat izin penelitian

3. Surat keterangan penelitian

4. Uji referensi

5. Daftar riwayat hidup penulis

Page 325: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran D1

Page 326: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran D2

Page 327: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran D3

Page 328: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran D4

Page 329: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 330: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 331: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 332: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 333: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES
Page 334: PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35186/2/TAMMY... · PENGARUH PEMBUATAN TEROPONG BINTANG SEDERHANA TERHADAP PROSES

Lampiran D5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

TAMMY PERMANA. Anak ketiga dari tiga bersaudara

pasangan Purgiwanto dan Etty Suharyaty. Lahir di Depok pada

tanggal 05 Februari 1994 dan bertempat tinggal di Jalan

Lapangan Koni 1 No.23 RT. 05/002, Kelurahan Pancoran Mas,

Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh

penulis diantaranya TK Srikandi Kota Depok lulus pada tahun

2000, SD Negeri Depok 2 Kota Depok lulus pada tahun 2006,

SMP Islam Al-Muhajirin Kota Depok lulus pada tahun 2009.

Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah

Negeri 7 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Fisika pada

tahun 2012 melalui jalur ujian mandiri.