BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science berasal dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).Namun dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja Suriasumantri (1998). IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eks- perimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan Jenny (1993:3) ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought, mem- pertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui model ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. (Trianto 2010:136) Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya model ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri

berasal dari kata dalam bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science

berasal dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu

pengetahuan alam).Namun dalam perkembangannya science sering diterjemahkan

sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja Suriasumantri

(1998). IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam

semesta. Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan

teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eks-

perimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan

sebagainya. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara

mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan Jenny

(1993:3) ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity

of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought, mem-

pertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai

pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang

dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui model ilmiah

seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin

tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. (Trianto 2010:136) Menurut Wahyana (dalam

Trianto 2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta, tetapi oleh adanya model ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

merupakan suatu produk, proses, teknologi dan sikap. Yang akan di jelaskan sebagai

berikut:

1) IPA sebagai produk

Menurut Iskandar (2001:3) ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin disebut

juga sebagai produk IPA. Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empiris dan

kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad abad.

Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-

konsep, dan teori-teori IPA.

2) IPA sebagai proses

Iskandar (2001:5) menyatakan bahwa IPA tidak dapat dipisahkan dari

metode-metode penelitian. Memahami IPA lebih dari mengetahui fakta-fakta

dalam IPA. Memahami IPA juga memahami proses IPA, yaitu memahami

bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana

menghubungkan fakta-fakta.

3) IPA sebagai teknologi

IPA dan teknologi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena

keduanya mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, IPA sebagai sebuah ilmu

yang dapat menimbulkan hal-hal baru berupa teknologi berdasarkan hasil kerja

keras para scientist dalam meneliti dan menganalisa sebuah ilmu. Hasilnya

sangat berperan bagi kehidupan manusia dalam melangsungkan kehidupannya.

Bentuk dari IPA sebagai teknologi dapat dilihat dari beberapa produk masa kini

yang mengaplikasikan pengetahuan IPA seperti dalam bidang teknologi tentang

bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat

melihat bintang dan planet lain di tata surya ini.

4) IPA sebagai sikap

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh

ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Iskandar, (2001:11). Sikap-

sikap ilmiah meliputi: 1) obyektif terhadap fakta; 2) tidak tergesa-gesa

mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung; 3) berhati

terbuka; 4) tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD

berbeda dengan model pembelajaran yang ada di SMP maupun SMA. Model

pembelajaran di SD harus berpusat pada siswa, baik potensi, kebutuhan,

perkembangan siswa. Serta menyeluruh dan berkesinambungan. Sehingga

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Iskandar (2001:23) menyatakan bahwa proses dan perkembangan belajar

siswa sekolah dasar memiliki kecenderungan beranjak dari hal-hal konkret,

memandang sesuatu yang di pelajari sebagai suatu keutuhan, terpadu dan memalui

proses manipulatif. Oleh karena itu pembelajaran SD harus direncanakan. Piaget

(dalam Iskandar, 2001:27) memandang perkembangan intelektual berdasar

perkembangan sturktur kognitif. Setiap siswa melewati tahap perkembangan

secara hirarki, artinya siswa tidak dapat melompati suatu tahap tanpa

melaluinya. Piaget (dalam Lapono, 2008:19) menyatakan bahwa tahap

perkembangan kognitif memilik 4 tahap yaitu tahap sensorimotor inteligence,

preoperation thought, concrete operation dan formal operations. Yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

1) sensorimotor inteligence (0-2 tahun)

Menurut Rifai dan Anni (2009:27) Pada tahap ini bayi menyusun

pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indra (sensori) mereka

dengan gerakan motorik (otot). Pada tahap ini bayi hanya memperlihatkan pola

reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi

akan dunia adalah terbatas pada persepsi yang diperoleh dari pengindraannya dan

kegiatan motoriknya. Iskandar (2001:27) mengidentifikasi ciri-ciri dari tahap

perkembangan sensorimotor intelligence, sebagai berikut: 1) siswa mengadaptasi

dunia luar dengan perbuatan; 2) siswa pada awalnya belum mengenal bahasa

atau cara lain untuk memberi label pada objek atau perbuatan; 3) siswa tidak

mempunyai cara-cara untuk memberi arti terhdap sesuatu dan tidak berfikir

tentang dunia luar; 4) siswa di akhir tahap ini telah sampai pada pembentukan

struktur kognitif, sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam

hubungannya terhadap benda, waktu, ruang, dan kausalitas; 5) siswa mulai

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

mempunyai/mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau

perbuatan.

2) preoperation thought (2-7 tahun)

Menurut Rifa’i dan Anni (2009:29) Tahap pemikiran ini bersifat

simbolis, egoisentris, dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran

operasional. Iskandar (2001:27) mengidentifikasi ciri-ciri tahap perkembangan

preoperation thought, sebagai berikut: 1) siswa mulai meningkatkan kosakata; 2)

siswa membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual;

4) siswa mulai mengetahui pengetahuan unik mengenai sifat-sifat benda dan

mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya; 5) siswa

tidak berfikir balik; 6) siswa tidak berfikir tentang bagian-bagian dan

keseluruhan secara serentak; 7) siswa mempunyai pandangan subjektif dan

egosentrik.

3) concrete operation (7-15 tahun)

Menurut Rifa’i dan Anni (2009:30) Pada tahap ini siswa sudah dapat berfikir

secara abstrak, idealis dan logis. Pemikiran operasional tampak lebih jelas dalam

pemecahan problem verbal, seperti siswa dapat memecahkan suatu masalah walau di

sajikan secara verbal. Siswa juga mampu berfikir spekulatif tentang kualitas ideal

yang siswa inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Pemikiran ini dapat

menjadi fantasi, sehingga siswa seringkali menunjukan keinginan untuk segera

mewujudkan cita-citanya. Disamping itu anak sudah mampu menyusun rencana

untuk memecahkan masalah dan dan secara sistematis menguji solusinya.

Iskandar (2001:28) mengidentifikasi ciri-ciri tahap perkembangan concrete

operation, sebagai berikut: 1) siswa mulai memandang dunia secara objektif

dari suatu aspek ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur

kesatuan secara serempak; 2) siswa mulai berfikir secara operational; 3) siswa

menggunakan cara fikir operational untuk mengklasifikasikan benda-benda; 4)

siswa membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat; 5) siswa memahani konsep

substansi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

4) formal operations (11-15 tahun)

Menurut Lapono (2008:1-19) tahap formal operations merupakan tahap

kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Siswa mampu merprediksi,

befikir tentang situasi tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berfikir serta

mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat,

berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berfikir abstrak dalam/

melalui bahasa. Iskandar (2001:28) mengidentifikasi ciri-ciri dari tahap

perkembangan concrete operation sebagai berikut: 1) siswa menggunakan pemikiran

tingkat yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya; 2) siswa membentuk hipotesis,

melakukan peneyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti

dengan teori; 3) siswa dapat bekerja dengan ratio, proporsi dan probalitas; 4)

siswa membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian

deduktif dan logika. Berdasarkan uraian di atas, siswa SD berada pada tahap

concrete operation (7-15 tahun), pada tahap ini siswa mengembangkan pemikiran

logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya siswa mampu

berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu

melakukan konservasi.

Depdiknas (Standar Isi 2007:485) ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI

meliputi aspek-aspek berikut: 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu

manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan; 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas; 3)

energy dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan

pesawat sederhana; 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,

dan benda-benda langit lainya. Materi tersebut adalah materi yang di ajarkan

pada siswa SD yang masih belum dapat memahami sesuatu secara abstrak.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa SD,

hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai karakteristik sendiri, yang dalam

proses berfikirnya, siswa belum dapat dipisahkan dari dunia konkret atau hal-

hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial siswa usia SD masih

berpijak pada prinsip yang sama, siswa tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

dapat diamati. Dengan karakteristik siswa SD yang telah diuraikan seperti

tersebut, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman

belajar yang diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang

ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran

yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa.

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA Kelas IV Semester

II di sajikan secara rinci melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD IPA Kelas IV Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk

energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan

energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat

musik

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari

ke hari

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan

fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap

daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap

pelestarian lingkungan

Sumber Permendiknas nomor 22 tahun 2006

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

2.1.2 Pembelajaran Model Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

penting dalam dalam pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman dan mengembangkan ketrampilan. Menurut Slavin (1997),

pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dalam kooperatif atau

cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerjasama dengan

kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran berkelompok

yang dicirikan dengan penggunaan nomor kepala. Menurut Suprijono (2009:92)

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT di awali dengan

numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah

kelompok sebaiknya memperhatikan jumlah konsep yang dipelajari. Jika peserta

didik dalam suatu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok

maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam kelompok diberi

nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan

yang harus di jawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiap

kelompok untuk menemukan jawaban. Pada kesempatan ini kelompok

menyatukan kepalanya “heads together” berdiskusi memikirkan jawaban dari

guru.

Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. yang

rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.

b. Masing-masing siswa dalam kelompok dibagi nomor.

c. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk

mengerjakannya.

d. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianngap

paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban

tersebut.

e. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

f. Siswa dengan nomor yang yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil

diskusi kelompok siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur

empat fase sebagai sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT (Trianto, 2009: 82).

Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan setiap

anggota kelompok diberikan nomor 1-5.

Fase 2: Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi.

Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

Berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat dibuat langkah-

langkah pembelajaran NHT sebagai berikut:

1. Rencana pembelajaran meliputi :

a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Mendisain model pembelajaran kooperatif tipe number haeds together (NHT)

c. Menyusun asesmen

d. Menyusun Instrumen observasi

2. Kegiatan Pelaksanaan meliputi :

Kegiatan Awal

a. Guru memberi salam pembuka dan doa

b. Guru memberikan apersepsi

c. Guru memotivasi siswa

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT

Kegiatan Inti

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

Guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari. Pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe NHT

a. Tahap Penomoran:

Guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang

secara heterogen. Siswa bergabung dengan kelompok yang ditentukan,

kemudian setiap anggota kelompok diberikan nomor 1 sampai 5 (disesuaikan

dengan jumlah siswa).

b. Tahap mengajukan pertanyaan:

Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan

di dalam kelompok.

c. Tahap berpikir bersama:

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

d. Tahap menjawab:

1. Guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak.

2. Siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk mempresentasikan

hasil diskusikelompoknya.

3. Kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga peserta didik

dapat menemukan jawaban yang utuh.

Kegiatan Akhir meliputi :

a. Siswa di bimbing guru membuat rangkuman

b. Siswa bersama guru melakukan refleksi

c. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok kemudian

memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberikan

semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.

d. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR).

e. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

3. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan

tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

4. Siswa dipanggil nomornya secara acak.

5. Mempresentasikan hasil jawaban sesuai dengan nomor yang ditunjuk secara acak

dan bergantian.

Kelebihan yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe NHT, diantaranya

antara lain:

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

b. Dapat menumbuhkan rasa toleransi antar siswa dan mampu menghargai pendapat

teman yang lain.

c. Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar dapat

menjawab dengan baik ketika nomornya di panggil.

Kelemahan yang dimiliki pembelajaran kooperatif NHT, diantaranya antara

lain:

a. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap

minder siswa yang lemah.

b. Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki

pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah.

c. Pengelompokan siswa memerlukan waktu yang khusus dan pengaturan tempat

duduk yang berbeda.

2.1.3. Hasil Belajar

Menurut Winkel, bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang

dari dua sisi siswa dan dari sisi guru (Dirnyati dan Mudjiono dalam Lunandar,

2010:7). Dari sisi siswa, hasil belajar rnerupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat belum belajar. Dari sisi guru,

bagaimana guru dapat meyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa dapat

menerimanya. Pendapat yang lain disampaikan oleh Nana Sudjana (dalam

Lunandar, 2010:8) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi

hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar

yang dicapai siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yarg dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan

menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil

belajar mengajar : (1). Ketrampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan

pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Menurut Hamalik (2006:

30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah

laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti rnenjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar

dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah

kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, rnenilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Evaluasi hasil belajar (Wardani, N.S., 2012:51) evaluasi yang dilakukan oleh

guru untuk memantau proses kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik

sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang berkesinambungan. Jadi

evaluasi hasil belajar meliputi evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar.

Dengan demikian, hasil belajar adalah perolehan skor dari evaluasi proses belajar dan

evaluasi hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik. Jadi hasil belajar adalah besarnya skor dari skor proses belajar dan

skor hasil belajar.

Menurut Mardapi (2008:2) pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka

bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk

menggambarkan karakteristik suatu objek. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk

(2012:47) pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan

angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa atau benda. Sedangkan menurut Anas

Sudijono (2008:4) pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

sesuatu. Jadi, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan

angka-angka pada suatu objek atau peristiwa dengan kriteria tertentu.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:50) menyatakan bahwa asesmen atau

penilaian adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik. Informasi ini dapat diperoleh dari data proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa. Menurut Grondlund dalam Jihad dan Haris

(2013:54) penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan dan

penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui pencapaian keberhasilan pembelajaran yang

dilakukan. Menurut Nana Sudjana (2012:3) penilaian merupakan proses memberikan

atau menentukan nilai kepada objek tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

penilaianatau asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik sesuai kriteria tertentu.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:56) fungsi penilaian dalam

pembelajaran yaitu:

a. Penilaian formatif

Penilaian formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok

bahasan.Tujuan dari penilaian formatif adalah untuk mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi tertentu.

b. Penilaian sumatif

Penilain sumatif dilakukan pada akhir satuan program tertentu (semester atau

akhir tahun ajaran). Tujuan dari penilaian sumatif adalah untuk melihat prestasi

yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya

merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.

c. Penilaian diagnosis

Penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemaham siswa dan faktor-faktor

yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian

bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi

kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang

dialami siswa serta berbagai kondisi siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

d. Penilaian penempatan

Penilaian yang ditunjukkan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat,

minat dan kemampuannya. Misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan

siswa pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan.

e. Penilaian seleksi

Penilaian seleksi digunakan untuk memilih orang yang paling tepat untuk

menempati kedudukan atau posisi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan kapan saja

saat diperlukan. Secara umum dalam penilaian terdapat 2 teknik yaitu teknik tes dan

non tes.

1. Teknik tes

Menurut Asep dan Haris (2013:67) Tes merupakan himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang

dites. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:114) tes adalah alat ukur indikator

atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga

hasilnya relative ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Sedangkan

menurut Nana Sudjana (2012:35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-

pertanyaaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam

bentuk lisan (tes lisan), dalam betuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan

(tes tindakan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat penilaian yang digunakan

untuk mengukur indikator atau kompetensi tertentu untuk memberikan angka yang

jelas sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang sama. Berikut

ini adalah teknis tes menurut Jihad dan Haris (2013:68):

1) Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

a. Tes tertulis

Tes atau soal yang harus dikerjakan siswa secara tertulis.

b. Tes lisan

Tes berupa sekumpulan soal atau tugas pertanyaan yang diberikan pada siswa

dan dilaksanakan dengan tanya jawab.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

c. Tes perbuatan

Tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek atu kegiatan yang mengukur

keterampilan

2) Jenis tes berdasakan bentuk jawabannya

a. Tes objektif

Tes objektif meliputi soal tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan,

serta jawaban singkat.

b. Tes uraian

Tes uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas.

2. Teknik non tes

Menurut Jihad dan Haris (2013:69) teknik non tes merupakan prosedur yang

dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan

kepribadian. Menurut Endang Poerwanti (2008) macam-macam teknik non tes adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi formal dan

informal. Observasi formal adalah observasi menggunakan instrumen yang

dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik.

Sedangkan observasi informal dilakukan pendidik tanpa menggunakan

instrumen.

b. Wawancara

Cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan

dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa

angket sikap.

d. Analisa Sampel Kerja

Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa

dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain-

lain.

e. Analisa tugas

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama tugas dan menyusun skill

dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar

skill yang diperlukan.

f. Checklist dan Rating Scale

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang

sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan dapat kuantitatif atau

kualitatif, tergantung format yang digunakan.

g. Portofolio

Kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang

diorganisasi untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Presentasi

Peserta didik menyajikan karyanya.

i. Proyek Individu Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk

individu maupun kelompok.

Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012) mengartikan bahwa evaluasi merupakan

proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan

cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.

Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan

seperti KKM atau batas keberhasilan atau patokan nilai yang telah ditentukan. Acuan

atau patokan yang digunakan dalam pengambilan keputusan dapat berupa Penilaian

Acuan Norma (PAN). PAN merupakan cara penilaian yang mengacu kepada rata-rata

kelompok atau rata-rata kelas. Kriteria ini ditentukan setelah tes dilaksanakan dan

standar kelulusan didasarkan pada keadaan kelompok atau kelas. Sedangkan kriteria

yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan

bersifat baku disebut dengan PenilaianAcuan Patokan (PAP), seperti kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tentang model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, telah dilakukan oleh Martalina Isyurniarsih (2002) yang

berjudul "Upaya meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas pada mata

pelajaran IPA melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada

siswa kelas lV SD Negeri 02 Candisarri Kecamatan Penawangan Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012". Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa untuk siswa mata pelajaran

IPA kelas IV semester II tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar siswa

pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 (33,3%) dan yang tidak tuntas 16 orang atau

(66,67%). Pada siklus I siswa yang tantas 22 orang (91,67%) dan yang tidak tuntas

2 orang (8,33%). Sedangkan pada siklus II semua siswa yang terdiri dan 24 orang

tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat dikatakan tuntas 100%. Sedangkan untuk

meningkatkan hasil belejar afektif pada kondisi awal kurang aktif (41,67%), pada

siklus II menjadi aktif (58%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat hasil belajar afektif

siswa kelas IV SD Negeri 02 Candisari, Kecamatan Penawangan Kabupaten

Grobogan Tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Martalina Isyurniarsih (2002) yang

berjudul "Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT dengan Media Powerpoint Pada Siswa Kelas III SDN

Bringin 02.". Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran IPA melalui

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media powerpoint mengalami

peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 64

dengan ketuntasan klasikal sebesar 67% atau 26 orang siswa mengalami

ketuntasan belajar sedangkan 13 orang siswa tidak tuntas. Kemudian pada

pelaksanaan tindakan siklus II perolehan rata-rata hasil belajar siswa meningkat

menjadi 76 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87% yang berarti 34 orang

mengalami ketuntasan belajar dan 5 siswa tidak tuntas.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian – penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dimungkinkan

karena secara teoritis jika guru menerapkan sintaks pembelajaran melibatkan siswa

sejak perencanaan baik dalam menetukan topik maupun cara mempelajarinya

melalui NHT.

Penelitian ini dilakukan dengan cara asumsi yang dibangun seperti di atas.

Artinya, peningkatan hasil belajar IPA siswa dapat mungkin terjadi jika siswa

dikondisikan dengan model pembelajaran NHT, di mana siswa terlibat dalam

penemuan-penemuan, baik itu masalah-masalah nyata yang dihadapinya dan

bagaimana menemukan solusi untuk masalah itu dengan keterlibatan ini, siswa

lebih mudah memahami materi atau konsep IPA yang diajarkan karena dapat

mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar IPA. Langkah-langkah pelaksanaan

model kooperatif tipe NHT.

1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

3. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan

tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

4. Siswa dipanggil nomornya secara acak.

5. Mempresentasikan hasil jawaban sesuai dengan nomor yang ditunjuk secara acak

dan bergantian.

Secara sistematis kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut :

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

-

-

-

-

Gambar 2.1

Bagan Peningkatkan Hasil Belajar IPA

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

Hasil belajar dibawah

KKM ≥ 75

Pembelajaran IPA “Sumber Daya Alam”

“Pecahan Sederhana“

Pembelajaran IPA

konvensional

Unjuk kerja

Model pembelajaran tipe NHT

1. Membentuk kelompok @ 5 siswa

3. Diskusi kelompok

4. Menerima panggilan dengan nomor

5.Mempresentasikan hasil

Skor proses

belajar

Skor Hasil

belajar

Hasil belajar,

KKM ≥ 75

2. Mendapat nomor

6. Mengerjakan soal evaluasi secara individu

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...€¦ · bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain

2.4 Hipotesis tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian adalah peningkatan

hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT

siswa kelas lV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun

2013/2014.