Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 -...

27
Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya Penyelidikan Epidemiologi KLB Leptospirosis di Lapas Kelas 1 Kota Malang

Transcript of Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 -...

Page 1: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016

Media Teropong BBTKLPP Surabaya

Penyelidikan Epidemiologi KLBLeptospirosis di Lapas Kelas 1

Kota Malang

Page 2: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya
Page 3: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

dari Redaksi

01

Bermitra dan Bertumbuh

Salam sehat! Edisi Khusus METRO 2016 yang

kedua kembali terbit.

Pada edisi paruh kedua

tahun 2016, Redaksi menghadirkan beberapa

kegiatan pengendalian dan pencegahan

penyakit.

Ada dua hal penting yang menandai kejadian

semester kedua ini. Yang pertama adalah

peletakan batu pertama pembangunan

gedung Laboratorium Surveilans Regional di

Nongkojajar Pasuruan. Laboratorium ini

merupakan pengembangan Laboratorium Pes

dan Zoonosis yang sebelumnya rutin

melakukan surveilans epidemiologi penyakit

pes di wilayah enzoonotik poes.

Pengembangan laboratorium ini menjadi

penting karena di gedung setinggi 4 lantai itu

akan melayani kegiatan surveilans faktor

risiko kesehatan, analisis risiko kesehatan, dan

uji laboratorium biomarker, parasitologi,

bakteriologi, dan virologi dengan

laboratorium standar BSL II yang hanya ada

dua di Indonesia dan regional WHO di Asia

Tenggara (SEARO).

Keberadaan laboratorium surveilans terpadu menjadi perangkat penentu diagnosis dan identifikasi faktor risiko secara cepat dan akurat. Gedung akan mewadahi

laboratorium

pengujian penyakit yang handal, laboratorium biomolekuler yang

canggih, laboratorium

biakan

jaringan, dan hewan coba untuk penyakit zoonosa,

laboratorium

pengembangan teknologi pengendalian penyakit.

Kejadian monumental lain adalah jejaring dan

kemitraan antara Kementerian Kesehatan dengan CDC Atlanta, DHHS USA, dan Departemen of State USA, yang juga turut melibatkan BBTKLPP Surabaya. Jejaring dan kemitraan global ini diharapkan semakin

memperkuat posisi dan nilai tawar laboratorium konfirmasi penyakit emerging yang kini tengah menjadi perhatian global.

Kemitraan menjadi salah satu jawaban dalam

mencegah dan mengendalikan penayakit yang

semakin bermutasi menajdi lebih berbahaya.

Kerjasama antar lembaga antar negara,

transfer of knowledge dan transfer of

technology dapat memberikan sinergi dalam

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Kemitraan yang membawa pada

pertumbuhan bersama.

Selain dua peristiwa di atas, METRO juga

menampilkan kegiatan rancang bangun

Teknologi Tepat Guna, surveilans

epidemiologi, dan sistem kewaspadaan dini

pada situasi matra pelantikan Bupati dan

Walikota serta Roadshow Pelayanan

Kesehatan Pada Saat Mudik Lebaran 2016.

Redaksi sangat berterimakasih atas

antuasiasme rekan-rekan dalam mengirimkan

artikel. Redaksi dalam kesempatan ini

memohon maaf belum dapat menerbitkan

semua artikel dikarenakan keterbatasan

halaman. Redaksi akan berusaha untuk terus

mewadahi semangat teman-temab dalam

menulis. Redaksi juga

mengharapkan saran

dan kritik membangun sehingga METRO akan

lebih baik ke depannya dan memenuhi

harapan pembaca.

Akhirnya, redaksi mengucapkan selamat

membaca dan terus bersinergi dan

bertumbuh.

Redaksi

Page 4: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

02

Tak Main-main dalam

Pengendalian Penyakit, BBTKLPP

Surabaya

Bangun Gedung

Pelayanan Laboratorium Surveilans

Regional

di Pasuruan

Mendukung pencapaian target nasional

pencegahan dan pengendalian penyakit

melalui penguatan surveilans epidemiologi,

BBTKLPP Surabaya membangun Laboratorium

Surveilans Terpadu di Nongkojajar Kabupaten

Pasuruan. Pembangunan laboratorium

ditandai dengan prosesi peletakan batu

pertama oleh Dirjen Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit dr. H. Mohamad

Subuh, MPPM pada 4 Juni 2016. Acara

dihadiri antara lain asisten 3 pemkab mewakili

Bupati Pasuruan, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasuruan, Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur, Camat, Kodim,

Puskesmas setempat, Kepala KKP Kelas II

Probolinggo dan Kepala KKP Banten.

Gedung Pelayanan Laboratorium Surveilans

Regional seluas 1848 m2 terdiri dari empat (4)

lantai. Gedung akan melayani kegiatan

surveilans faktor risiko kesehatan, analisis

risiko kesehatan, dan uji laboratorium

biomarker, parasitologi, bakteriologi, dan

virologi.

Gedung sesuai standar laboratorium penyakit

Bio Safety Level (BSL) II. Dirjen Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit pada

sambutannya mengungkapkan keinginannya

untuk menjadikan laboratorium ini standar

BSL II plus. Hanya ada dua buah laboratorium

di Indonesia yang memenuhi standar BSL.

Yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kemenkes di Jakarta yang berstandar BSL 3.

“Kalau Nongkojajar ini nanti berdiri BSL II plus

ini keuntungannya bagi Provinsi Jawa Timur

khususnya Kabupaten Pasuruan keuntungan

luar biasa, karena ini bukan main dan bukan

main-main, “ ungkap beliau.

Masih menurut Dirjen P2P, laboratorium

surveilans ini dalam regional di 11 negara

ASEAN (SEARO) akan menjadi satu-satunya.

Bahkan juga menjadi satu-satunya di regional

WHO – SEARO –

sampai di India.

Pembangunan dilakukan dalam dua (2) tahap

dengan anggaran 60 M di luar pembelian

lahan dan peralatan laboratorium. Gedung

Pelayanan Laboratorium Surveilans Regional

merupakan pembangunan tahap pertama

dengan anggaran sebesar 36 M. Tahun depan

akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap

kedua Gedung Rancang Bangun Teknologi

Tepat Guna senilai 24 M. Gedung tersebut

merupakan pengembangan aset Laboratorium

Zoonosis BBTKLPP Surabaya yang telah ada

sebelumnya. “Pembangunan dikawal terus

mulai sisi perencanaan, pelaksanaan, dan

pemanfaatannya, “ kata Dirjen.

Pembangunan laboratorium surveilans

menjadi bentuk kegiatan deteksi dini dan

respon cepat penyakit. Keberadaan

laboratorium surveilans terpadu menjadi

perangkat penentu diagnosis dan identifikasi

faktor risiko secara cepat dan akurat untuk

penyakit-penyakit DBD, Leptospirosis, serta

penyakit yang menjadi perhatian

Internasional (PHEIC) antara lain Penyakit Pes

dan yang terbaru ZIKA Virus. Selain juga

dibangun untuk perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Dirjen berpesan kepada BBTKLPP Surabaya

untuk meningkatkan sumber daya manusia

laboratorium dan bekerjasama dengan 5

BERITA UTAMA

Page 5: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

03

(lima) puskesmas yang ada di sekitar

Nongkojajar. Pembangunan laboratorium

diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan dan perekonomian masyarakat

melalui kedatangan para tamu untuk belajar

dan meneliti dari berbagai negara. “Kami

minta hanya satu ke Pak Bupati, tolong

diperbaiki jalannya. Karena ini akan menjadi

investasi milik Pasuruan, bangunan tidak akan

dibawa ke Surabaya ataupun Jakarta,” tambah

beliau yag mengundang gelak tawa para

undangan.

Surveilans epidemiologi penyakit merupakan

pengamatan terus menerus pada faktor risiko

kejadian penyakit. Surveilans yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan dan masyarakat

berbarengan dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) merupakan upaya sinergis

luar biasa dalam pencegahan dan

pengendalian penyakit. Surveilans

epidemiologi melalui penguatan kemampuan

to detect – to prevent dan to response untuk

mencapai target Nasional Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit tahun 2050, yaitu

eradikasi, eliminasi dan reduksi penyakit

Rubela, Filariasis, Schistomiasis, Rabies,

Frambusia, Campak, Kusta, Hepatitis dan TB. (HW/ay)

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB

LEPTOSPIROSIS DI LAPAS KLAS I KOTA

MALANG

Oleh : Slamet Herawan ST.,

Msc.PH,

Mardzyah Rahayu SKM, Wahyu Arif

Kejadian Leptospirosis kembali dilaporkan.

Kali ini penyakit yang ditularkan melalui urine

dan darah hewan yang terinfeksi bakteri

leptospira itu terjadi di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Malang. Sebelumnya,

tim Dinas Kesehatan setempat bersama

dengan BBTKLPP Surabaya dan Dinkes

Provinsi Jawa Timur melakukan penyelidikan

epidemiologi pada 16 – 17 Juni 2016. Sampel

darah dari empat (4) orang penghuni lapas

dengan gejala suspect leptospirosis

menunjukkan dua (2) orang positif RDT

Leptospirosis (data konfirmasi Laboratorium

RSIP Kariadi Semarang menggunakan metode

MAT).

Hasil PE pertama tersebut dikuatkan dengan

pemberitaan media massa pada 19 Juli 2016

yang mempublikasikan terjadinya

peningkatan kasus di klinik Lapas Lowokwaru,

Malang dan telah dikonfirmasi kebenarannya

oleh Dinas Kesehatan Kota Malang dan Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur membenarkan

kondisi tersebut. Berdasarkan rekam medis di

RSSA Malang, ada satu orang penghuni lapas

yang meninggal dunia pada 19 Juni 2016

dengan diagnosa komplikasi Typhoid dan

Leptospirosis.

Kegiatan Surveilans Epidemiologi

Page 6: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

04

Trapping Tikus untuk Mengidentifikasi Bakteri Leptospira pada Ginjal Tikus

Oleh karena masih berlanjutnya kasus, tim

BBTKLPP Surabaya kembali melakukan

Penyelidikan Epidemiologi (PE) pada 21 – 22

Juli 2016 untuk mencegah penyebaran

Leptospirosis melalui penegakan diagnosis

etiologi penyakit, mengetahui gambaran

epidemiologi sumber dan cara penularan

penyakit, sehingga dapat memberikan

rekomendasi yang sesuai untuk

penanggulangannya. Tim melakukan

pengumpulan data-data primer yang berasal

dari data wawancara, observasi lingkungan,

melakukan trapping tikus, dan pengambilan

sampel air, serta didukung di rekam medis di

klinik Lapas.

Kepastian KLB Leptospirosis didukung oleh

hasil laboratorium RSUP Kariadi Semarang

yang menyatakan 2 orang positif Leptospirosis

(metode MAT). Namun tidak menutup

kemungkinan adanya penyebab lain,

mengingat kasus yang belum berhenti dengan

gejala yang tidak spesifik. Dugaan KLB

Penyakit lainnya disebabkan kesakitan yang

terjadi secara massal mulai 30 Mei 2016

dengan gejala panas, mual, diare dan pegal-

pegal. Sampai tanggal 18 Juli 2016 jumlah

kasus terus bertambah hingga mencapai 360

orang (18 orang dirujukke RSUD dr. Saiful

Anwar, 2 orang meninggal dunia, 1 orang

masih dirawat intensif dengan diagnosis

sementara gagal ginjal akut).

Penegakan diagnosis dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan laboratorium pada

ginjal tikus dan air tandon sebelah utara dan

tandon selatan masjid. Pemeriksaan

Leptospira menggunakan PCR masih dilakukan

di BBTKLPP Surabaya. Adapun hasil

pemeriksaan air menunjukkan negatif

Salmonella Sp.

Gambar 1. Distribusi Kasus Per Minggu

Distribusi kasus berdasarkan variabel orang,

tempat, dan waktu terlihat pada gambar-

gambar berikut :

Gambar 2. Distribusi Penderita Rujukan Menurut

Kelompok Umur

Gambar 3. Distribusi Penderita Berdasarkan Blok

Tempat Tinggal

0

50

100

1 2 3 4 5 6 7

jum

lah

Minggu ke-

Distribusi Kasus per Minggu

remaja56%

dewasa33%

lansia11%

Distribusi Penderita yang Dirujuk Menurut Kelompok Umur

0

20

40

60

1 3 5 7 9 11 13 15 17

Jum

lah

Blok

Distribusi Suspek Menurut Blok

di LP Klas I Malang

Juni

Juli

Page 7: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

05

Gambar 4. Denah Blok Tempat Tinggal di LP Klas I

Malang

Tabel 1. Jumlah Penghuni Lapas yang Dirujuk

ke RSUD dr. Syaiful Anwar

Bulan

Jumlah

dirujuk KRS

Meninggal

Juni 14 13 1

Juli 4 2 1

Total 18 15 2

Semua kasus suspek adalah laki-laki dan

sebagian besar (56 %) merupakan kelompok

usia remaja (17 – 25 tahun). Narapidana di

lapas Lowokwaru tinggal dalam blok-blok

sesuai dengan jenis kasusnya. Lapas Lowok

waru terdiri dari 22 blok (1 blok dihuni oleh

tahanan, 17 blok dihuni oleh para nara pidana

dan 4 blok dalam proses renovasi). Secara

umum, kasus tertinggi berada di blok 1, blok 8

dan blok 16. Blok 1 dihuni oleh tahanan yang

tertekan secara psikologis yang secara tidak

langsung dapat mempengaruhi kondisi

imunitasnya. Blok 16 terletak di depan tempat

penampungan sampah yang terbuka yang

memungkinkan adanya banyak vektor seperti

lalat dan tikus. Sampai tanggal 18 Juli 2016

jumlah kasus mencapai 360 kasus, 18 orang

dirujuk ke RSUD dr. Saiful Anwar.

Sanitasi di lingkungan Lapas secara umum

sudah cukup baik. Tumpukan sampah masih

telihat di beberapa titik. Kepadatan tikus

rendah, ditunjukkan dengan jejak maupun

kotoran tikus sedikit dan succedtrap rendah (4

%). Kondisi tersebut mungkin dikarenakan

banyak kucing berkeliaran di area Lapas.

Air LP Klas I Malang berasal dari 3 sumber,

yaitu air PDAM disalurkan ke 4 KASM di area

depan dan dapur khusus untuk memasak, 1

air sumur bor (ASB) disalurkan ke masjid

melewati 2 tandon, 14 air sumur gali (ASG)

disalurkan keblok-blok untuk mandi dan cuci.

Para nara pidana biasa meminum ASB di

masjid tanpa dimasak terlebih dahulu,

padahal tandonnya tidak dibersihkan secara

rutin.

Mencermati temuan di atas, gejala diare dan

mual dapat terjadi bukan hanya karena

Leptospirosis namun ada faktor lain.Beberapa

pasien didiagnosis typhoid, yang artinya

mereka mengkonsumsi makanan/minuman

yang tercemar bakteri Salmonella. Penularan

diduga melalui air minum yang tercemar

bakteri, tempat sampah terbuka, tempat

makan berbahan plastik yang tidak dicuci

bersih dan digunakan secara bergantian,

kucing berkeliaran bebas, dan PHBS

narapidana rendah.

Penanggulangan dapat ditempuh upaya (1)

pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)

Leptospirosis dan pemberian profilaksis pada

pasien suspek leptospirosis; (2) Pengendalian

populasi tikus dengan trapping tikus; (3) Rutin

membersihkan tandon air dan pengelolaan air

minum; (4) Komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE)kepada seluruh penghuni Lapas baik

petugas maupun tahanan/narapidana.

(*/ay)

Page 8: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

06

Rancang Bangun Sistem

Pengelolaan Limbah B3

Model Evaporasi

Oleh : Dwi Sulaksono

ST, M.Kes, Usman E.

S.Si, Widi Hartatiek

S.Si. Apt

Sebagai upaya mengoptimalkan kinerja

pengelolaan limbah di BBTKLPP Surabaya, tim

TTG BBTKLPP Surabaya merancang Teknologi

Tepat Guna Sistem Pengelolaan Limbah B3

Laboratorium Model Evaporasi. Instalasi

laboratorium di BBTKLPP Surabaya

menghasilkan limbah B3 antara lain logam-

logam berat seperti Merkuri, Cadmium,

Plumbum, Zink, Tembaga serta bahan-bahan

asam dan basa kuat. Model pengolahan

limbah dengan sistem evaporasi dapat

dijadikan percontohan bagi tempat lain.

Secara prinsip pengolahan evaporasi ini

adalah menguapkan sejumlah volume limbah

cair ke udara dengan menggunakan bantuan

panas yang dihasilkan dari elemen pemanas

atau terik matahari sampai volume limbah

tersebut dalam jumlah yang sedikit sehingga

muda untuk mengisolasinya dalam wadah

tertentu yang aman. Selanjutnya limbah ini

akan diamankan dalam bentuk solidifikasi

(pemadatan dengan semen) untuk dikirim ke

institusi pengolah limbah B3 di Cileungsi

Bogor.

Desain Pengolahan Limbah B3 Model Evaporasi

Limbah cair non B3 dari masing-masing

laboratorium dipisahkan dengan limbah B3

dan ditempatkan di wadah penampung

sementara. Wadah dapat berupa tong

pengumpul limbah B3, sedangkan limbah non

B3 masuk kesaluran perpipaan yang mengalir

ke IPLC. Limbah non B3 akan masuk ke IPLC

dan keluar dalam bentuk outlet IPLC dengan

hasil yang memenuhi syarat (MS) atau tidak

memenuhi syarat (TMS) jika tidak memenuhi

syarat akan dikembalikan ke pengolahan..

Limbah B3 yang telah dikumpulkan dalam

wadah sementara secara kontinyu

dipindahkan ke tempat pengolahan limbah B3

sistem evaporasi di lantai 5 gedung C BBTKLPP

Surabaya.

Evaporator menggunakan coil pemanas listrik

Pada reaktor evaporasi ini disediakan fasilitas

pemanas air limbah dalam bentuk koil

pemanas yang dioperasikan dengan

menggunakan listrik. Koil pemanas ini

berfungsi untuk membantu proses

Teknologi Tepat Guna

Page 9: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

07

pemanasan terhadap air limbah B3 tersebut.

Selain menggunakan koil pemanas, pada

waktu kondisi terik matahari pemasanan

limbah menggunakan sinar matahari

langsung. Volume limbah diuapkan sampai

volume tertentu sehingga mudah

penanganannya pada proses selanjutnya.

Konsentrat limbah B3 ini akan ditempatkan

dalam wadah khusus dan disimpan dalam

waktu tertentu untuk selanjutnya dilakukan

pembuangan melalui dengan pengiriman

limbah B3 ke IPLC limbah B3 di Cileungsi atau

dilakukan pengamanan melalui solidifikasi

limbah B3. Untuk limbah udara yang

dihasilkan dari proses evaporasi secara

periodik akan dilakukan pengukuran kualitas

udara lingkungan sesuai aturan yang berlaku.

(*/ay)

Operasionalisasi IPLC B3 Laboratorium

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENGEMBANGAN TTG LARVATRAP

PADA KEMAH NASIONAL KESEHATAN

2016

Oleh : Dwi Sulaksono ST., M.Kes dan

Bagus Widjanarko S.Si

Kemah Nasional Kesehatan Tahun 2016

merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan

tiga tahunan yang melibatkan lebih dari 1200

peserta dengan banyak partisipan hingga

mencapai lebih dari 1300 orang dibuka

langsung oleh Menteri Kesehatan RI di Bumi

Perkemahan Selorejo Kabupaten Malang.

BBTKLPP Surabaya memberikan pelatihan

proses bionomik nyamuk dan pembuatan

perangkap telur nyamuk “Larvatrap” dari

botol bekas, serta edukasi kepada masyarakat

dan teknik pemasangan langsung ovitrap pada

kegiatan yang berlangsung pada 11 – 14 Mei

2016 tersebut.

Pengendalian penyakit DBD dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara yaitu secara

fisika dengan menggunakan kassa nyamuk di

jendela, ventilasi udara, raket nyamuk dll.

Secara kimia yaitu dengan menggunakan

insektisida. Serta dilakukan program

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengembangan TTG larvatrap dapat

digunakan mencegahan penyakit DBD. TTG

Larvatrap melengkapi program pengendalian

sarang nyamuk (PSN) dengan menghambat

proses bionomik (siklus hidup nyamuk).

Nyamuk bertelur pada wadah telah

disediakan kemudian ketika telur menetas

menjadi larva dan berubah menjadi nyamuk

selanjutnya terperangkap dikarenakan

terdapat kain kassa yang menutupi jalan

keluar nyamuk.

Teknologi Tepat Guna

Page 10: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

08

Tujuan pembuatan Larvatrap dengan botol

mineral bekas selain dapat mendaur ulang

juga dapat dimanfaatkan sebagai alat

pengendali vektor penular penyakit DBD yang

murah karena dapat

dibuat sendiri.

Alat dan Bahan:

1.

Botol air mineral bekas 1500ml

2.

Kain Kassa ukuran 15 X 15 cm

3.

Kantong kresek warna hitam

4.

Gunting

5.

Lakban hitam

6.

Staples

Langkah-Langkah Pembuatan Larvatrap

1. Botol mineral dipotong menjadi dua ( 2 )

bagian, bagian atas sepertiga dari bagian

bawah botol 2. Bagian bawah botol dipotong lagi menjadi

dua ( 2 ) bagian, bagian atas sepertiga

bagian bawah 3. Bagian bawah botol yang dua pertiga

dipotong bagian dasar dari botol 4.

Bagian sepertiga botol yang kedua

dipotong vertikal

5.

Semua bagian dirangkai menjadi larvatrap.

Bagian botol yang bertutup (potongan

sepertiga yang pertama (1) ditutup dengan

kassa, kemudian masukkan bagian yang

dipotong vertikal. Kemudian distaples

empat sisinya dan dirapikan. Lakban

dengan kuat. Pastikan larvatrap dapat berdiri

tegak.

6.

Tutup seluruh badan botol dengan kantong

kresek hitam.

1

2

3

4

5

6

Cara Kerja Larvatrap

1. Isi larvatrap dengan air sebatas 1 ( satu )

cm diatas saringan kassa 2. Larvatrap diletakkan pada tempat yang

tidak sering dilalui orang (agak gelap, sela

sela kursi, lemari, dll) 3. Larvatrap tidak diletakkan di kamar mandi

( bisa tersiram air terus menerus), dapur

(banyak asap).

Perlakuan Setelah Pemakaian

1.

Periksa larvatrap seminggu sekali, bila air

permukaan saringan belum turun dan

ditemukan jentik segera buang airnya

ditempat yang kering dan panas. Jangan

dibuang disaluran air. 2.

Bila air pada permukaan saringan telah

turun, maka air tidak dibuang juga tidak

apa apa, karena bila jadi nyamuk tidak

dapat keluar. (*/ay)

Page 11: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

09

Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD Zika dan Chikungunya

Karya B/BTKLPP Indonesia

Jenis TTG

Bahan dan Spesifikasi

Panduan Operasional

Penjebak nyamuk

BBTKLPP Surabaya

1. Timba 3L

2. Corong plastik Ø 20 cm

3. Lembaran mika Ø 18 cm

4. Lem silicon

1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1 (satu) cm diatas barier tengah.

2. Letakkan Larvatrap di tempat yang dimungkinkan nyamuk akan bertelur

3. Amati Larvatrap kurang labih 2 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk

4. Apabila membuang air dari larvatrap dengan cara buang air Larvatrap di tanah yang kering (agar air tidak tergenang)

Larvatrap

BBTKLPP Jakarta

1. Botol bekas 1,5LPlastik hitam

2. Steples

3. Solasi hitan

4. Kassa Ø 2mm 15 x 15 cm

1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1 (satu) cm diatas saringan kain.

2. Letakkan Larvatrap di tempat yang dimungkinkan nyamuk akan bertelur

3. Amati Larvatrap kurang labih 2 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk

4. Apabila membuang air dari larvatrap dengan cara buang air Larvatrap di tanah yang kering (agar air tidak tergenang)

Pengusir nyamuk ICASS (Insect Control Air

Sistem Sofyang)

BTKLPP Batam

1. Paralon Ø 4” 2. Dop Tutup Ø 4” 3. Fan Ø 4” 4. Aerator DC 10 cm 5. Lem 6. Kabel 7. Knop no/off 8. Lampu indicator 9. Asesories paralon 10. Minyak sreh (Andropogon

sp)

1. Buka penutup bagian atas pipa, lalu isi air bersih sebanyak 2L

2. Masukkan minyak sereh sebanyak 2 sendok makan kedalam pipa utama yang berisi air bersih, kemudian pipa ditutup rapat memakai penutup yang tersedia

3. Bawa dan tempatkan alat pengusir nyamuk pada ruangan yang diinginkan

4. Sambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.

5.

Perhatikan lampu indikator yang menyala dengan warna merah (indikator alat bekerja baik)

6.

Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat

Lilin pengusir nyamuk ramah lingkungan

BBTKLPP Surabaya

1.

Gelas 50 cc 2.

Lilin parafin

3.

Minyak sereh (Andropogon sp)

4.

Pewarna

1. Nyalakan lilin pengusir nyamuk dengan korek api

2. Tempatkan lilin pengusir nyamuk pada ruangan yang diinginkan

Catatan :

1 lilin pengusir nyamuk dapat bekerja

efektif untuk ruangan dengan ukuran 4 x 4

m

Page 12: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

10

Mosquito trap

BBTKLPP Surabaya

1.

Plat aluminiun 2mm” 1m2

2.

Fan Ø 4”

3.

Kabel

4.

Knop no/off

5.

Lampu indicator

6.

Lampu penarik serangga

7.

Minyak sreh (Andropogon sp)

1.

Buka penutup bagian atas alat dengan cara menarik pengait, lalu isikan 1 (satu) sendok minyak sereh pada tempat yang disediakan

2.

Tutup kembali penutupnya

3.

Nyalakan Mosquito trap dengan menyambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.

4. Perhatikan lampu indikator yang menyala dengan warna merah (indikator alat bekerja baik)

5. Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat (posisi ON)

Ovilanta

Ulibari (Laurentian University) dan BBTKLPP

Surabaya

1.

Ban bekas

2.

Besi Ø 5mm 1m

3.

kran

1. Satu ban tergantung ukurannya dibuat menjadi ovilanta menjadi beberapa bagian. Dibuat lubang yang berfungsi sebagai saluran buang di tengah cekungan, diisi air, lalu pada ujung kanan dan kiri taruh kertas untuk tempat nyamuk betina bertelur nantinya.

2. Gantungkan alat di tempat teduh yang tak terganggu air hujan dalam 1 minggu air yang ada harus dikuras minimal 2 kali.

3. Siapkan wadah yang diatasnya dilengkapi saringan seperti kaos putih, lalu membuka saluran yang ada di tengah cekungan ban sehingga air mengalir keluar

4. Cek kertas untuk telur nyamuk dan bila ada hancurkan dengan cara membakar/ merendamnya dalam cairan klorin.

5. Tempatkan di tempat terbuka agar bisa ditempati oleh nyamuk untuk bertelur

6. Amati ovilanta kurang labih 1 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk

7. Apabila ada telur nyamuk segera buang airnya dengan cara membuka kran di bagian bawah ovilanta

8. Buang air dari ovitrap pada tanah yang kering ( agar tidak tergenang)

Perangkap Nyamuk

BBTKLPP Yogyakarta

1. Pot plastik warna hitam Ø 15cm

2.

Fan Ø 4”

3.

Kabel

4.

Knop no/off

5.

Lampu penarik serangga (warna ungu)

6.

Kayu 15 x 15 x 2 cm (sebagai dasar)

1. Nyalakan Mosquito trap dengan menyambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.

2.

Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat (posisi ON)

Page 13: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

11

KESIAPSIAGAAN KERACUNAN

MAKANAN PADA PELANTIKAN

WALIKOTA DAN BUPATI DI

GEDUNG NEGARA GRAHADI

SURABAYA

Oleh : Dya Candra SKM., M.Kes, Wahyu Arif

Wasito, Sri Rochana S.Si. MM

Gedung Negara Grahadi sontak dipadati

banyak puluhan tamu istimewa pada 17

Februari 2016. Pasalnya pada hari itu

diselenggarakan pelantikan kepada 17 Bupati

dan Walikota di Jawa Timur. Kondisi matra

yang melibatkan banyak orang semacam itu

perlu diwaspadai kejadian KLB keracunan

makanan baik mikrobiologi maupun kimiawi.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian

faktor risiko keracunan makanan. Upaya

tersebut berupa inspeksi sanitasi jasa boga

dan pengujian kualitas makanan, sesuai

dengan Permenkes RI N0

1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang pedoman

Higiene Sanitasi Jasa Boga, dan pemeriksaan

makanan/ minumanbaik secara mikrobiologi

maupun kimiawi.

BBTKLPP Surabaya bersama dengan Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan BBPOM

melakukan uji mutu makanan dan kandungan

bahan tambahan pangan berbahaya pada

makanan dan minuman yang disajikan

sebelum penyelenggaraan seremonial

tersebut. Makanan dan minuman pada

tempat pengelolaan makanan (katering dan

usaha boga) berpotensi menjadi sarana

penularan penyakit bawaan makanan

(food borne diseases ) serta kejadian

keracunan makanan ( food borne poisioning )

dari toksin mikroorganisme maupun dari

penggunaan bahan tambahan makanan yang

tidak tepat atau zat-zat kimia yang tidak

direkomendasikan untuk makanan. Audit

hygiene sanitasi dan pengujian mutu jasaboga

dilakukan untuk menilai kondisi fisik, fasilitas

dan lingkungan Tempat Pengelolaan Makanan

(TPM), tingkat cemaran makanan dan atau

dalam hal ada kejadian luar biasa / wabah dan

keadaan yang membahayakan lainnya.

Tim melakukan pengujian pada

makanan/minuman serta swab peralatan dan

observasi sanitasi lingkungan mengacu pada

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1096 Tahun 2011 tentang

Hygiene Sanitasi Jasaboga. Pengujian secara

kimia dan mikrobiologi pada makanan

minuman yang disediakan untuk para tamu

VVIP/VIP tersebut.

Pengambilan Contoh Uji Makanan Untuk Tamu VIP

Pengujian secara Kimia pada contoh uji

kudapan, makanan tamu VIP dan tamu non

VIP mendapatkan 2 makanan kandungan

nitrit, meskipun dalam batas yang masih

diperbolehkan. Adapun makanan lainnya tidak

ditemukan kandungan Nitrit, Borak, Formalin

dan Cyanida.

Kandungan nitrit dalam makanan dapat

berasal dari bahan pengawet. Kandungan

nitrit dan nitrat yang melebihi batas syarat

dapat menyebabkan methemoglobinemia

simptomatik pada anak-anak. Walaupun

Kegiatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Page 14: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

12

sayuran jarang menjadi sumber keracunan

akut, mereka memberi kontribusi >70% nitrat

dalam diet manusia. Kembang kol, bayam,

brokoli, dan umbi-umbian memiliki

kandungan nitrat alami lebih banyak dari

sayuran lainnya. Sisanya berasal dari air

minum (+ 21%) dan dari daging atau produk

olahan daging (6%) yang sering

memakai

natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet

maupun pewarna makanan.

Pemeriksaan Contoh Uji Kudapan Secara Kimia

Pengujian contoh uji makanan secara

mikrobiologi menemukan 3 sampel yang tidak

memenuhi syarat meskipun tidak ditemukan

kuman patogen. Hasil uji swab alat makan

mendapatkan satu jenis alat makan tidak

memenuhi syarat.

Keberadaan Coliform dan E. coli dalam

makanan mengindikasikan kontaminasi

makanan akibat penanganan

makanan/minuman yang kurang baik. E.

coli

berasal dari tinja manusia dan hewan.

Kontaminasi bakteri ke

dalam makanan dapat

disebabkan

perilaku penjamah yang tidak

higienis, proses pencucian peralatan yang

tidak bersih, kesehatan para pengolah dan

penjamah makanan serta penggunaan air

yang terkontaminasi bakteri.

Alat

makan dan dapur harus segera

dibersihkan dan didisinfeksi untuk mencegah

kontaminasi silang pada makanan pada tahap

persiapan, pengolahan, penyimpanan

sementara maupun penyajian.

Salah satu sumber penularan penyakit dan

penyebab terjadinya keracunan makanan

adalah makanan dan minuman yang tidak

memenuhi syarat higiene (Depkes RI, 1991).

Keadaan higiene makanan dan minuman turut

dipengaruhi higiene alat masak dan alat

makan yang dipergunakan dalam proses

pengolahan makanan dan minuman.

Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk

membunuh sel mikroba vegetatif yang

tertinggal pada permukaan alat. Agar proses

sanitasi efisien maka permukaan yang akan

disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan

sebaik-baiknya (BPOM, 2003). Menjaga

kebersihan peralatan makan telah membantu

mencegah terjadinya kontaminasi (Depkes RI,

2001)

Mencermati hasil pengujian contoh makanan

dalam rangka kesiapsiagaan dini keracunan

makanan tersebut, BBTKLPP Surabaya

merekomendasikan Dinas Kesehatan Kota

perlu melakukan pengawasan secara berkala

pada pengelolaan makanan/minuman serta

hygiene sanitasi lingkungan untuk mencegah

risiko terjadinya keracunan makanan atau

penyakit-penyakit yang ditularkan melalui

media makanan (food borne diseases). Dinas

Kesehatan Provinsi perlu meningkatkan

bimbingan teknis dan supervisi sesuai

ketentuan peraturan Perundang-undangan

yang berlaku. (*/ay)

Page 15: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

13

JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN

DENGAN UPT LABORATORIUM

KESEHATAN MASAYARAKAT

KABUPATEN GIANYAR

Oleh : Joko Waluyo ST., Msc.PH, Ambarwati

S.Si., Darmono

BBTKLPP Surabaya sebagai laboratorium

pengujian dan kalibrasi terakreditasi KAN

berkewajiban memberikan penguatan dan

bantuan untuk Laboratorium Kesehatan di

daerah yang merupakan salah satu UPT di

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, agar dapat

melakukan pengujian & menerapkan prinsip-

prinsip manajemen mutu dalam

penyelenggaraan laboratorium pengujian dan

kalibrasi. Untuk itu dilaksanakan kegiatan

jejaring kerja dengan Laboratorium Kesehatan

Daerah di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya.

Selain juga sebagai bentuk komitmen untuk

memperkuat Laboratorium Kesehatan Daerah

/ Masyarakat di Provinsi Jawa Timur, Bali, NTB

dan NTT untuk meningkatkan kemampuan

teknis laboratorium dalam deteksi dini dan

respon dini penyakit.

Salah satu Laboratorium kesehatan daerah

yang diperkuat pada Tahun 2016 adalah UPT

Laboratorium Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan Kabupaten Gianyar, Bali. Kegiatan

dilakukan pada 10 –

13 Mei 2016.

Pendampingan difokuskan pada pemeriksaan

laboratorium, meliputi metode uji, kesiapan

SDM, penerapan sistem manajemen mutu

laboratorium dan sistem kendali mutu

pengujian di laboratorium serta mengecek

kelayakan alat dengan memeriksa status

kalibrasi alat untuk menjamin kelayakan

peralatan laboratorium pengujian serta

kesiapan media dan reagensia untuk

pengujian sampel lingkungan dan

mikrobiologi penyakit.

Pendampingan dilakukan dalam bentuk

transfer of knowledge tentang metode uji

yang dipakai serta penerapan sistem kendali

mutu sebagai upaya untuk peningkatan mutu

laboratorium pengujian berdasarkan

kesesuaian kondisi faktual dengan

persyaratan pada SNI ISO/IEC 17025 : 2008

dan pengecekan status kalibrasi alat di UPT

Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Gianyar , Bali.

Saat ini Laboratorium Kesehatan Kabupaten

Gianyar tengah melakukan persiapan

pengajuan akreditasi sebagai Laboratorium

pengujian kepada Komite Akreditasi Nasional ,

dengan rencana ruang lingkup pengujian

meliputi Angka Kuman (TPC), Coliform Total,

E. Coli, Salmonella Sp., Staphylococcus Sp.,

Vibrio Sp., Telur Cacing, pH, BOD5, COD,

Chlorida , DO, TDS, DHL, NO2, NO3, Ammonia,

Besi, Kadmium, Kromium, Mangan, Nikel, Zink

, Tembaga, TOC dan lain-lain. Upaya dan kerja

Kegiatan Pengembangan Teknologi Laboratorium

Page 16: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

14

keras terus menerus dilakukan sehingga

Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Gianyar telah dipercaya menjadi

laboratorium rujukan pemeriksaan untuk

kepentingan Laik Sehat Hotel dan TPM, Grade

serta Pemantauan kesehatan air bersih, air

minum dan makanan di wilayah Kabupaten

Gianyar.

Berdasarkan hasil dari pendampingan yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Laboratorium Kesehatan Kabupaten Gianyar

memiliki peluang yang besar untuk

dikembangkan menjadi laboratorium

pengujian yang terakreditasi oleh KAN dapat

dilakukan mengingat laboratorium tersebut

merupakan laboratorium rujukan satu-

satunya di kabupaten Gianyar.

Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Gianyar sudah siap dan mampu

baik dari segi SDM, maupun sarana prasarana

sebagai laboratorium rujukan dalam

melakukan deteksi dan respon dini penyakit

GE serta melakukan pengujian air minum

secara kimia dan mikrobiologi.

Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Gianyar masih perlu bimbingan

dan pendampingan dalam upaya persiapan

proses menjadi laboratorium terakreditasi

oleh KAN guna memperkuat status

laboratorium tersebut sebagai laboratorium

rujukan dalam melakukan deteksi dan respon

dini penyakit GE.

Rekomedasi BBTKLPP Surabaya pada Dinas

Kesehatan Kabupaten Gianyar supaya dapat

mensinergikan kegiatan Dinas Kesehatan

dengan melibatkan Laboratorium Kesehatan

Daerah dalam kegiatan pengawasan

lingkungan, kewaspadaan dini kejadian luar

biasa maupun deteksi dini dan respon cepat

penyakit GE. Perlu peningkatan kapasitas SDM

petugas laboratorium kesehatan daerah

melalui pelatihan teknis bidang P2P terutama

pelatihan pemeriksaan Gastroenteritis. (*/ay)

Page 17: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

15

Kunjungan Kerja CDC Atlanta

Perkuat Jejaring dan Kemitraan

Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit Secara Global

Pada 18 –

23 Juli 2016, BBTKLPP Surabaya mendapatkan kehormatan menjadi satu dari anggota delegasi Republik Indonesia dalam Kunjungan Kerja ke Centers

for

Diseases

Control and Prevention (CDC) Atlanta dan Pertemuan dengan

Departement of Health

and Human Services (DHHS)

dan Departement of State Amerika Serikat. Delegasi RI dipimpin oleh Sekretaris jenderal dr. Untung Suseno Sutarjo M.Kes.Delegasi Indonesia berjumlah 10 orang yang berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan, BPPK Ciloto, BBTKLPP Surabaya, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Subdit Zoonosis dan karantina Kesehatan Ditjen P2P, Subbagian Bilateral Biro KLN Setjen, dan Subag TU Setjen.

Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas dalam penelitian, pencegahan, dan pengendalian penyakit. Kemitraan yang terjalin akan semakin memperkuat upaya pencegahan, deteksi, dan respon kejadian outbreak penyakit. Pertemuan menjadi wadah berbagi pengalaman dan keahlian dalam bidang penelitian, serta pencegahan dan pengendalian penyakit. Pertemuan ini juga merupakan bentuk dukungan kepada Indonesia yang akan menjadi ketua Troika Global Health

Security dan koordinator

Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) selain juga penjajagan pengembangan bentuk kerjasama lainnya.

Delegasi Indonesia di CDC Atlanta ditemui

langsung oleh direktur CDC Dr. Thomas Frieden. Salah satu topik yang dibahas adalah tentang CDC Overview and Global

Activities,

Global Health Protection and the Global Health Security Agenda.

Mr.

Thomas Frieden menyatakan bersedia

memberikan bantuan untuk memperkuat

Global Health Security di Indonesia, juga sepakat agar Kemenkes menjadi hulu semua kerjasama berkaitan dengan GHSA.

CDC sendiri telah berpengalaman selama lebih dari 50 tahun dalam penanganan masalah

kesehatan global (Global Health). Misi khusus CDC untuk ketahanan kesehatan global baru dikembangkan pada tahun 2010 dengan membentuk Pusat Kesehatan Global (Center for Global Health). Amerika serikat dalam menghadapi situasi global terkait dengan masalah kesehatan fokus pada 4 kunci strategis penting yaitu tenaga epidemiologi, peningkatan jejaring laboratorium, penguatan system monitoring (surveilans) dan kapasitas dalam melakukan respon cepat. Kerjasama dan kolaborasi yang terjalin baik itu peningkatan kapasitas SDM, epidemilogi, pendanaan, penguatan laboratorium, sistem surveilans diarahkan untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon (prevent-detect-respond) cepat tepat sebelum terjadi kedaruratan penyakit.

Jejaring dan Kemitraan

Page 18: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

16

Saat ini dunia menghadapi ancaman terhadap masalah kesehatan yang apabila

diabaikan

akan berdampak pada perekonomian dunia.

Kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai negara yang mengacu pada pilar GHSA

yaitu

Prevent-Detect-Respond diperlukan untuk mengantisipasi dan menanggulangi secara bersama situasi tersebut. Tiga pilar itu dapat diperkuat

melalui

pelatihan-pelatihan

terhadap tenaga

kesehatan sehingga menghindarkan manusia dari penderitaan dan kematian akibat penyakit infeksi.

Emergency Operations Center (EOC) sebagai pusat informasi dan penanggulangan masalah public health

Dalam hal penyakit zoonosis, CDC diharapkan kerjasama dalam memberikan technical assistance untuk pelaksanaan surveilans penyakit zoonosis, termasuk sentinel Leptospirosis berbasis Puskesmas dan rumah sakit dan pelaksanaan assessment Pes yang bertujuan untuk menentukan status endemistas 4 fokus Pes di Indonesia, terutama dalam hal standar diagnostic laboratorium. Selain juga kerjasama dalam diskusi-diskusi dan pendampingan teknis dengan CDC dalam penyusunan kurikulum-kurikulum dan modul pelatihan

terkait pemantapan sistem

surveilans

dan penguatan laboratorium.

Adapun kerjasama dengan CDC dalam rangka penguatan Sistem Laboratorium Surveilans beberapa diantaranya meliputi membangun kapasitas laboratorium surveilans sesuai standar/panduan WHO, mengembangkan jejaring laboratorium Nasional

dengan

berbagai negara antara lain UK, Kanada, Australia, dan Korea Selatan.

Dalam pelaksanaan Rencana Aksi Global

Health, mengusulkan kepada CDC untuk

memberikan dukungan berupa Technical Assistance dan Capacity building khususnya workforce development untuk tenaga epidemiologi dan laboratorium, antara lain

(1)

penguatan kapasitas Surveilans dengan fokus pada 3 core syndrome, serta kapasitas analisis, link data surveilans real time serta dukungan regensia untuk konfirmasi laboratorium; (2) penguatan kapasitas laboratorium surveilans, dengan fokus pada peningkatan

kapasitas

laboratorium surveilans Nasional dan regional (Laboratorium rujukan EID Nasional Badan Litbangkes dan 6 lab regional)

serta fasilitasi

keikutsertaan Indonesia dalam jejaring laboratorium surveilans global dibawah koordinasi CDC; (3) penguatan kapasitas tenaga Epidemiologi, antara lain pendidikan FETP dan memasukkan NCD dalam kurikulum FETP serta diklat teknis (Epidemiologi, Entomologi, Surveilans Realtime).

Department of Health and Human Services (DHSS) –USA

Pada pertemuan di Department of Health and Human Services (DHHS) , Washington DC, delegasi RI membahas beberapa agenda GHSA yang segera akan diselenggarakan di Jakarta. Pertemuan dengan Interagency on Global Health Security dilanjutkan pertemuan dengan Principal Deputy Assistant Secretary for Global Affair, Ketua Delegasi RI menyampaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Indonesia selaku Ketua Troika GHSA.

Page 19: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

17

Pertemuan dengan Tim GHSA USA di Department of Health and Human Services (DHSS)

Pertemuan di Department of State, Washington DC, delegasi RI didampingi oleh staf KBRI Washington DC diterima oleh Deputy assistance Secretary, Science Director didampingi perwakilan Divisi terkait dilingkungan Departemen Luar Negeri AS.

Pertemuan membahas kerjasama yang sudah ada selama termasuk membahas kemungkinan beberapa kerjasama lain.

Kunjungan kerja delegasi RI ke Atlanta dan Washingon DC menjadi landasan penting pengembangan jejaring dan kemitraan dalam hal sistem surveilans kesehatan di Indonesia. Langkah-langkah strategis selanjutnya langsung dirancang. Usulan diantaranya yang terkait dengan BTKLPP yaitu memperkuat peran unit vertikal terkait laboratorium surveilans, dalam hal ini BTKLPP dan BBLK sebagai Laboratorium Surveilans real time (Laboratorium konfirmasi) dibawah koordinasi Ditjen P2P. Perlu mengembangkan Sistem Laboratorium Surveilans Nasional dengan meningkatkan kompetensi BTKLPP sebagai laboratorium jejaring EID Regional. Sebagai informasi hingga saat ini baru 7 Laboratorium yang yang memenuhi syarat sebagai jejaring laboratorium EID, yaitu BBTKLPP jakarta,BBTKLPP Surabaya,BBTKLPP Yogyakarta,BBLK Jakarta,BBLK Surabaya,BBLK Makassar dan BBLK Palembang). Pelaksanaan Self Assessment dan verifikasi kemampuan BTKLPP sebagai laboratorium Surveilans real time (laboratorium konfirmasi regional).

(*/ay)

Road Show Kesiapan Pelayanan

Kesehatan Menghadapi

Mudik

Lebaran 2016

Untuk mengurangi potensi

kejadian

kecelakaan selama proses mudik, pada 3 Juli

2016 BBTKLPP Surabaya bersama dinas

kesehatan dan dinas perhubungan DLLAJ

provinsi Jawa timur melakukan pemeriksaan

kesehatan kepada para supir angkutan

lebaran. Pemeriksaan urine dan kondisi

kesehatan dilakukan berbarengan dengan

kegiatan mudik bareng gratis 2016 yang

diselenggarakan pemerintah Provinsi Jawa

Timur. Tradisi Mudik Bareng kali ini

melibatkan 20 Perusahaan Otobus menuju

berbagai rute di seluruh Jawa Timur. Sekitar

84 supir yang diperiksa akan membawa ribuan

penumpang kembali ke kampung

halamannya.

Istimewanya, pelaksanaan sistem

kewaspadaan dini saat hari raya kali ini Dirjen

P2P Kemenkes RI Dr. H.M Shubuh meluangkan

waktu untuk meninjau langsung kesiapan

pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan

posko bersama di beberapa titik jalur mudik di

sepanjang Surabaya Madura.

Dirjen P2P Meninjau Langsung Kegiatan Mudik di Jawa Timur dalam Roadshow Persiapan Pelayanan Kesehatan

Kegiatan Surveilans Epidemiologi

Page 20: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

18

Roadshow Dirjen P2P menyambangi titik di

Dishub DLLAJ Prov Jatim, Terminal Purabaya,

RS Bhayangkara, Taman Bungkul, Tanjung

Perak, dan Rest Area di Jembatan Suramadu

sisi Bangkalan. dirjen menyambut baik dan

mengapresiasi kesiapan petugas kesehatan

dalam SKD dan kesiapsiagaan dalam situasi

khusus Hari Raya Idul Fitri.

(HW/ay)

Regulasi Kawasan Tanpa Jentik sebagai Solusi kasus

luar biasa /

KLBDBD

Oleh : Slamet Herawan, MScPH

Kejadian Demam berdarah Dengue (DBD)

yang selalu muncul di hampir seluruh wilayah

di Indonesia sepertinya tidak pernah pupus

dan sudah tidak mengenal musim lagi, baik

musim hujan ataupun musim kemarau.

Terlebih lagi ketika sudah memasuki musim

penghujan, kasus DBD dilaporkan meningkat

di semua wilayah bahkan jumlah kematian

pun dilaporkan telah meningkat. Secara

nasional, di awal bulan tahun 2016 ini sudah

ada 10 Kabupaten dan 2 kota dari 8 provinsi

(Kemenkes RI, 5 Februari 2016)

Program penyuluhan melalui prinsip

Komunikasi, Informasi dan Edukasi sudah

dilaksanakan cukup lama dan dianggap telah

cukup. Melalui program Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) terus didengungkan

oleh petugas kesehatan kepada masyarakat

agar melakukan 3 M (menguras, menutup dan

mendaur ulang) plus. Masyarakat luas telah memahami bahwa DBD adalah penyakit yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypty yang menggigit di pagi hingga sore

hari. Ditambah lagi program 1 rumah 1

jumantik sejak Juni 2015 telah dikenalkan

untuk melengkapi dalam program

pengendalian. Namun, kasus DBD masih

menjadi masalah kesehatan yangmembuat

pemerintah daerah berpikir keras

mengatasinya.Peliknya penanganan kasus

DBD ini bertambah lagi ketika kasus DBD

sudah bergeser ke rana politik yang

seringmembawa pihak – pihak tertentu lebih

mengutamakan penyemprotan / fogging

yang

justru menjadikan nyamuk lebih resisten

terhadap malation / insektisida.

ARTIKEL

Page 21: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

19

Penanggulangan penyakit DBD seperti yang

telah kita ketahui bersama bahwa virus

Dengue sebagai agent

penyakit DBD

ditularkan melalui vector nyamuk Aedes

aegypti, sehingga diperlukan kerjasama

semua pihak untuk mengendalikanya.

Dukungan peraturan perundang-undangan

tentang tata cara pembangunan perumahan

agar tiap pembangunan perumahan

dilengkapi dengan pelindung kasa nyamuk

pada setiap ventilasi pada setiap rumah baru

dan rumah yang sudah terbangun. Wujud

dukungan lainnya adalah agar semua program

pengendalian vector 3M yang tersebut diatas

dapat dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat,

sehingga perlu dukungan dan penguatan dari

semua pihak dengan sistem yang dibentuk

agar menjaga rumah dan lingkungannya tanpa

jentik. Pengendalian yang diharapkan untukitu

adalah pengendalian secara terpadu yang

berupa “Regulasi Kawasan Tanpa Jentik”

(RKTJ).

RKTJ adalah suatu regulasi yang mewajibkan

Kepala Daerahnya agar memastikan warganya

ikut berperan aktif dalam menjaga kawasan

tanpa jentik dengan mengawasi rumah dan

lingkungannya. Sistem pengawasan secara

terus menerus akan melatih masyarakat lebih

peduli danmemeriksa setiap habitat nyamuk

dan jentik di rumah dan lingkungannya

sendiri. Sistem reward dan punishment perlu

diberikan untuk memberi penekanan dan

dukungan agar pemerintah daerah dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

menjaga lingkungannya

agar tidak ada jentik.

Upaya promosi kesehatan adalah upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

mengendalikan dan meningkatkan tingkat

kesehatan mereka sendiri. Pembuatan RKTJ

suatu bentuk upaya promosi kesehatanyang

bekerja sama dengan sektor diluar kesehatan.

Sudah saatnya, masalah kesehatan

dituntaskan dengan melakukan kerjasama

lintas sektor.

Kegunaan Regulasi Kawasan Tanpa Jentik

adalah agar masyarakat selalu menjaga rumah

dan lingkungan sekitarnya bebas dari jentik /

tidak ditemukan jentik. Semua habitat

nyamukmenjadiperhatian agar selalu diawasi

dan diperiksa, seperti: bak mandi, pot bunga,

kaleng bekas dan ban bekas serta habitat

nyamuk lainnya. Diharapkan setiap warga

memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap

lingkungan baik yang di rumah dan lingkungan

di sekitar rumah.

Sukses pembentukan peraturan daerah

(perda) Kawasan Tanpa Rokok merupakan

keberhasilan bersama dalam meningkatkan

upaya perlindungan kesehatan dan edukasi ke

masyarakat. Adanya perda ini dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku yang sehat. Penegakan perda perlu

ditingkatkan agar dapat berhasil dengan baik

sehingga diperlukan petugas monitoring dan

evaluasi.

Keberadaan RKTJ merupakan solusi yang

sudah tidak dapat ditunda lagi untuk

mengatasi penyakit yang ditularkan melalui

vektor nyamuk, yang tidak hanya DBD tapi

juga penyakit lainnya seperti malaria,

Chikungkunya, Japanese Enchepalitis dan Zika.

RKTJ memerlukan beberapa tenaga fungsional

kesehatan seperti sanitarian dan epidemiologi

kesehatan untuk monitoring dan evaluasi

perda. Sosialisasi dan penegakan peraturan

perundangan merupakan komponen penting

terhadap keberhasilan program pengendalian

penyakit yang berupa dukungan reward

dan

punishment. (*/ay)

Page 22: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

20

DAUN MIMBA SEBAGAI

ALTERNATIF PESTISIDA ALAMI

Oleh : Ely Rukmini

Sampai saat ini pestisida kimia masih

merupakan satu-satunya senjata pamungkas

petani

untuk pengendalian OPT di lahan

pertanian, karena mudah didapat, tidak repot,

dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan

pestisida oleh petani cenderung sangat

berlebihan, sehingga berdampak negatif

terhadap konsumen maupun ekosistem

pertanian.

Salah satu cara alternatif untuk mengurangi

pencemaran lingkungan adalah dengan

penggunaan pestisida nabati. Prinsip

penggunaan pestisida nabati tersebut hanya

untuk mengurangi, dan bukan untuk

meninggalkan pemakaian pestisida kimia,

karena efektivitasnya juga masih di bawah

pestisida kimia.

Jenis pestisida hayati yang sudah banyak

dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal

dari pohon mimba (Azadirachta indica A. Juss)

.Selain dikenal sebagai pestisida dan juga

bahan pupuk, bangunan serta penghijauan,

belakangan ini dikenal juga sebagai bahan

obat dan kosmetik sehingga disebut sebagai

tanaman multi-fungsi .

Klasifikasi Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Dialypetaleae

Bangsa : Rutales

Suku : Meliaceae

Marga : Azadirachta

Jenis : Azadirachta indica Juss.

(Tjitrosoepomo, 1996)

Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan

sebagai pestisida nabati adalah daun dan

bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba

mengandung senyawa aktif utama

azadiraktin. Daun mimba selain bersifat

sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat

sebagai fungisida, virusida, nematisida,

bakterisida, maupun akarisida (Backer dan

Van der Brink, 1965).

Mimba memiliki efek anti serangga dengan

azadirachtin sebagai komponen yang paling

berpotensi. Ekstrak daun dapat berefek

sebagai fungisida alami pada pengendalian

penyakit antraknosa pada apel pasca panen,

berefek insektisida terhadap larva Aedes

aegypti. Ekstrak biji berpengaruh sublethal

terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus

dan penghambatan pertumbuhan

Plasmodium berghei pada mencit. Toksisitas

Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan

ARTIKEL

Page 23: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

21

lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab

konjugtivitas dan inflamasi.

Kandungan Bahan Akti Daun Mimba :

Mimba, terutama dalam biji dan daunnya

mengandung beberapa komponen dari

produksi metabolit sekunder yang diduga

sangat bermanfaat, baik dalam bidang

pertanian (pestisida dan pupuk), maupun

farmasi (kosmetik dan obat-obatan).

Beberapa diantaranya adalah azadirachtin,

salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin

(Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri

dari sekitar 17 komponen dan komponen

yang mana yang paling bertanggung jawab

sebagai pestisida atau obat, belum jelas

diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak

membunuh hama secara cepat, namun

mengganggu hama pada proses makan,

pertumbuhan, reproduksi dan lainnya

(Senrayan, 1997).

Azadirachtin berperan sebagai ecdyson

blocker atau zat yang dapat menghambat

kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon

yang berfungsi dalam proses metamorfosa

serangga. Serangga akan terganggu pada

proses pergantian kulit, ataupun proses

perubahan dari telur menjadi larva, atau

dari larva menjadi kepompong atau dari

kepompong menjadi dewasa. Biasanya

kegagalan dalam proses ini seringkali

mengakibatkan kematian (Chiu, 1988).

Salanin berperan sebagai penurun nafsu

makan (anti-feedant) yang mengakibatkan

daya rusak serangga sangat menurun,

walaupun serangganya sendiri belum mati.

Oleh karena itu, dalam penggunaan

pestisida nabati dari mimba, seringkali

hamanya tidak mati seketika setelah

disemprot (knock down), namun

memerlukan beberapa hari untuk mati,

biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama

yang telah disemprot tersebut daya

rusaknya sudah sangat menurun, karena

dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).

Meliantriol berperan sebagai penghalau

(repellent) yang mengakibatkan serangga

hama enggan mendekati zat tersebut.

Mimbapun dapat merubah tingkah laku

serangga, khususnya belalang (insect

behavior) yang tadinya bersifat migrasi,

bergerombol dan merusak menjadi

bersifat solitair yang bersifat tidak merusak

(informasi lisan Prof. K. Untung).

Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti

mikro organisme seperti anti-virus,

bakterisida, fungisida sangat bermanfaat

untuk digunakan dalam mengendalikan

penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak

terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering

digunakan dan dipercaya masyarakat

sebagai obat tradisional yang mampu

menyembuhkan segala jenis penyakit pada

manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).

Selain mengandung bahan-bahan tersebut

di atas, di dalam tanaman mimba masih

terdapat berpuluh, bahkan beratus jenis

bahan aktif yang merupakan produksi

metabolit sekunder yang belum

teridentifikasi dan belum diketahui

manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian

mengenai penggalian potensi mimba

masih banyak diperlukan.

Keunggulan Daun Mimba sebagai Pestisida

Nabati :

Di alam senyawa aktif mudah terurai,

sehingga menghasilkan produk pertanian

yang sehat karena bebas residu pestisida

kimia.

Cara kerja spesifik, sehingga relatif aman

terhadap vertebrata (manusia, lingkungan

dan ternak)

Tidak mudah menimbulkan resistensi,

karena jumlah senyawa aktif lebih dari

satu.

Murah dan mudah dibuat oleh petani, ,

tidak menyebabkan keracunan pada

tanaman, sulit menimbulkan kekebalan

Page 24: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

22

terhadap hama, kompatibel digabung

dengan cara pengendalian yang lain.

Kelemahan mimba :

Persitensi insektisida yang singkat kadang

kurang menguntungkan dari segi

ekonomis, karena pada populasi yang

tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-

ulang agar mencapai keefektifan

pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga

jualnya belum tentu lebih murah dari

insektisida sintetik.

Kendala pengembangan mimba sebagai

insektisida alami:

Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak

dapat segera dilihat, di samping itu petani

harus membuat sedia sendiri. Dengan

alasan tersebut petani akan lebih memilih

pestisida kimia dari pada nabati.

Kurangnya dorongan penentu kebijakan

Bahan, seperti halnya biji mimba tidak

tersedia secara berkesinambungan, hal

tersebut disebabkan karena biji mimba

hanya dapat dipanen setahun sekali.

Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang

disebabkan karena sifat racunnya mudah

terdegradasi

Memerlukan persiapan yang agak lama,

untuk mendapatkan konsentrasi bahan

pestisida yang baik harus dilakukan

perendaman selama 12 jam (semalam).

(*/HW)

Demodex pada Manusia

Oleh : drh. Teguh Suranta Sinulingga, MVSc

Tahukah anda bahwa setiap jengkal tubuh

manusia termasuk anda, dihuni oleh makhluk

hidup yang berukuran sangat kecil

(mikroskopik) yang beberapa bahkan tidak

dapat dilihat oleh mata telanjang. Salah satu

makhluk hidup tersebut adalah tungau

Demodex folliculorum dan Demodex brevis.

Tungau demodex umumnya ditemukan pada

daerah wajah, dekat dengan hidung, bulu

mata dan alis. Mereka juga ditemukan pada

daerah lain seperti di daerah telinga, kulit

kepala dan lipatan kulit. Tungau Demodex

fulliculorum hidup pada folikel rambut

sedangkan Demodex brevis hidup pada

kelenjar minyak (sebaseous) di kulit. Ukuran

tungau ini saat dewasa berkisar antara 0,2 – 0,4 mm. Makanan mereka adalah sel kulit,

hormon dan minyak (sebum) yang

terakumulasi pada folikel rambut.

Tungau ini akan menghabiskan seluruh siklus

hidupnya di dalam folikel rambut. Artinya,

mereka akan lahir, kawin, menetaskan telur,

dan mati di wajah. Tungau ini takut akan

cahaya, maka itu mereka baru bergerak ketika

sinar matahari tidak lagi terpapar di wajah

atau sinar lampu sudah padam.

Pergerakannya pun hanya satu sentimeter per

satu jam. Penyebaran tungau ini adalah dari

orang ke orang melalui kontak jarak dekat

ARTIKEL

Page 25: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

23

seperti bersentuhan, menggunakan handuk

secara bergantian bahkan melalui sprei

tempat tidur. Tungau ini akan sangat mudah

menular dalam anggota keluarga, oleh karena

itu sering disebut sebagai parasit keluarga.

Demodex sp. pada Kulit Manusia

Sebagian besar manusia memiliki demodex

pada kulitnya. Faktor usia berpengaruh besar

terhadap jumlah demodex dalam kulit.

Semakin dewasa seorang maka semakin

banyak demodex dalam kulitnya. Hal ini

disebabkan bertambahnya kelenjar minyak

dalam tubuh manusia seiring dengan

bertambahnya usia. Demodex adalah

ektoparasit obligat yang bersifat komensal.

Pada sebagian besar orang, tungau ini tidak

memberikan dampak apapun. Namun pada

orang yang memiliki penurunan imunitas

(karena stress atau sakit) maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah

tungau ini yang akan menimbulkan kerusakan

pada jaringan kulit dan menyebabkan

penyakit demodicosis (penyakit yang

disebabkan demodex), misalnya demodetic

acne rosacea (jerawat dan kemerahan pada

wajah), blepharitis (infeksi kelopak mata),

komedo, kehilangan bulu mata, kerontokan

rambut dan lain-lain.

Acne Rosacea (Jerawat dan Kemerahan pada Wajah)

Meski sangat tidak mungkin untuk

menghindar dari terjangkitnya demodex akan

tetapi kita bisa mengontrol atau mengurangi

jumlah demodex dalam kulit. Salah satu cara

yang paling penting adalah menjaga daya

tahan tubuh agar terus optimal dengan

menjaga pola makan, berolahraga dan

menghindari stres. Selain itu menjaga

kebersihan secara keseluruhan mutlak

dilakukan. Baik kebersihan kulit atau pun

tubuh serta lingkungan sekitar. Usahakan

selalu membersihkan kulit terutama wajah

dan tangan setelah melakukan aktivitas di luar

ruangan. (*/ay)

Page 26: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

24

7 Makanan Alami Untuk

Melancarkan Sirkulasi Darah Anda

Gaya hidup sehat sebenarnya terbilang mudah, jika seseorang rajin berolahraga serta mengkonsumsi aneka makanan sehat, maka tubuh akan mengalami peningkatan kesehatan yang lebih baik pula. Berbicara tentang makanan yang sehat, ternyata ada berbagai jenis makanan yang dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah yang mengalir keseluruh tubuh anda.

Darah menjadi salah satu cairan yang memiliki fungsi vital dalam tubuh setiap mahkluk hidup termasuk manusia. Darah yang mengalir didalam tubuh membawa oksigen serta sari-sari makanan keseluruh organ-organ dalam tubuh. Agar cairan yang bernama darah dapat mengalir mulus keseluruh bagian tubuh, kita harus menjaga agar proses sirkulasi darah dapat berlangsung lancar dan baik. Faktanya, ada berbagai jenis makanan yang membantu melancarkan sirkulasi darah didalam tubuh. Makanan alami apa sajakah

yang dapat

memperlancar sirkulasi darah?

1.

Buah Jeruk. Buah yang menjadi sumber vitamin C tersebut dapat mencegah pengumpalan darah, membantu memperkuat dinding kapiler serta mencegah plak pada arteri.

2.

Bawang Putih. Spur yang melezatkan rasa makanan, bawang putih juga mampu membersihkan darah serta berperan penting untuk pencegahan plak pada dinding arteri.

3. Aneka Buah Merah. Buah merah tersebut antara lain semangka, tomat serta apel

merah. Kandungan likopen dalam ketiga buah tersebut bermanfaat dalam meningkatkan sirkulasi darah yang berlangsung ditubuh anda.

4. Ikan Salmon. Jenis ikan ini memililki kandungan asam lemak omega 3 yang berperan besar dalam meningkatkan sirkulasi darah yang

akan dialirkan

keseluruh bagian tubuh.

5. Buah Alpukat. Selain kaya akan kandungan serat yang dibutuhkan tubuh, ternyata alpukat juga mengandung asam lemak omega 3 yang juga memiliki fungsi untuk membantu memperlancar aliran sirkulasi darah di tubuh.

6. Cokelat Hitam. Makanan ini kaya akan kandungan flavanoid yang dibutuhkan oleh tubuh anda. Salah satu fnngsi flavonoid yaitu membantu memperlancar sirkulasi darah yang akan didistribusikan ke seluruh bagian organ tubuh.

7. Jahe. Jahe merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang sudah dipercaya sejak lama memiliki khasiat yang luar biasa dalam alternatif obat alami. Ternyata, salah satu manfaat jahe juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah pada tubuh. (HW)

Kiat Sehat

Page 27: Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/2 - e - metro Juli... · Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016 Media Teropong BBTKLPP Surabaya

25

BBTKLPP SURABAYA dalam

BERCANDA

(Foto dan Karakterisasi Oleh Hendra

Widjajanto)

GRAFITI