PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH ......pada penderita DM Tipe II di Puskesmas Talang Ratu...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH ......pada penderita DM Tipe II di Puskesmas Talang Ratu...
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU
BIJI MERAH (NAMBUIRA) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma IV (Empat) Kesehatan Bidang Gizi
Oleh :
NOVELLYNA MULYANINGSIH
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.16.023
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN GIZI
Tahun 2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi Berjudul “Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga
Merah Dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ratu Palembang” ini telah Memperoleh Persetujuan.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Muzakar, SST., MPH Terati, SKM, M.Si NIP.196307011991031002 NIP. 197501272000122001
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU
BIJI KERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PENDERITA DM TIPE II DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
TALANG RATU PALEMBANG
Dipersiapkan dan disusun oleh:
NOVELLYNA MULYANINGSIH
PO.71.31.1.16.023
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tanggal
22 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II,
Susyani, S.Si.T, M.Kes Yulianto, SKM, M.Kes
NIP. 196503301986032002 NIP. 196407131987031002
Ketua,
Muzakar, SST, M.P.H
NIP. 196307011991031002
Politeknik Kesehatan Palembang
Jurusan Gizi
Ketua,
Susyani, S.Si.T, M.Kes
NIP. 196503301986032002
iv
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM (UAP)
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU
BIJI KERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PENDERITA DM TIPE II DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
TALANG RATU PALEMBANG
Dipersiapkan dan disusun oleh:
NOVELLYNA MULYANINGSIH
PO.71.31.1.16.023
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tanggal
22 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II,
Susyani, S.Si.T, M.Kes Yulianto, SKM, M.Kes
NIP. 196503301986032002 NIP. 196407131987031002
Ketua,
Muzakar, SST, M.P.H
NIP. 196307011991031002
Politeknik Kesehatan Palembang
Jurusan Gizi
Ketua,
Susyani, S.Si.T, M.Kes
NIP. 196503301986032002
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
You Can Do It !!!!
“Semua manusia akan mati, kecuali yang berilmu. Semua yang
berilmu akan tidur kecuali yang mengamalkan ilmunya”. (Al-
Hadist)
Persembahan :
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang selalu meridhai setiap
langkahku dan telah memudahkan segala urusanku
Orang yang paling ku sayangi, yang berjasa, memotivasiku,
nyawaku dan segala-galanya bagiku, mereka adalah kedua orang
tuaku
Untuk saudara ku tersayang Teh Seli & Mia yang menjadi motivasi
dan penyemangatku untuk bersama-sama membahagiakan kedua
orang tua kami mama papa tercinta.
Seluruh staf dan dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Palembang khususnya Untuk Bapak Muzakar, SST., MPH Selaku
pembimbing I dan selaku dosen Pendamping Akademik serta ibu
Terati, SKM,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta skripsi ini bisa selesai
Untuk teman-temanku tersayang yang selalau mendukung serta
menjadi penyemangat dalam berbagai hal khususnya 5 Srikandi
(Revi, Ririn, Kia, Kiki) yang setia menemani disaat kesulitan.You‟re
the best friends and you‟re my family!
Teman hidup PKl di RSPS Bantun (Olel, Bip, Ayu, Tw, Nyimas, Kia,
Kak dep)
Teman PPG MIGM Desa L Sidoharjo dan Teman Pkl Puskes 4 Ulu
Keluarga besar Anemia yang selalu menyemangatiku
Untuk Keluarga besar D-IV Gizi 2016 (D‟Fourenist) angkatan
kedua, yang berjuang bersama, saling membantu dan berbagi
berbagai informasi. You‟re the best, Guys!
Untuk Almamater Poltekkes kemenkes palembang Tercinta.
vi
ABSTRAK
PROGRAM STUDI D-IV GIZI POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
SKRIPSI, APRIL 2020 NOVELLYNA MULYANINGSIH
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU BIJI MERAH (NAMBUIRA) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA OENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG xv, 91 Halaman, 22 Tabel, 3 Bagan, 8 Lampiran
Latar Belakang : Diabetes Melitus adalah penyakit degeneratif kronis serius yang disebabkan tidak cukupnya hormon insulin, atau tidak efektifnya tubuh untuk menggunakan insulin yang dihasilkan, Dengan Gejala klinis seperti polifagia, polidipsi, poliuria, penurunan Berat Badan, Rasa lemah serta disertai kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL dan gula darah puasa ≥126 mg/dL. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian puding NAMBUIRA terhadap kadar glukosa darah pada penderita Diabetes melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang. Metode : Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif dengan desain quasi eksperimen. Analisis data ini menggunakan paired t-tes. Hasil : Responden sebagian besar berjenis kelamin Permpuan (70%) pada kelompok perlakuan, (60%) pada kelompok pembanding dan rata–rata berusia 45–59 tahun (50%). Rata–rata penurunan gula darah sewaktu sebesar 69.40 mg/dL. Hasil uji statistic (Uji t-dependen) menunjukkan ada pengaruh pemberian Puding (NAMBUIRA) dengan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Talang Ratu Palembang (p=0.000). Kesimpulan : Puding NAMABUIRA yang mengandung Antioksidan dan tinggi serat dan memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM Tipe II di Puskesmas Talang Ratu Palembang
Referensi : 48 (2006 – 2019)
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Kadar Glukosa darah, Puding NAMBUIRA
vii
ABSTRACT
D-IV NUTRITIONAL SCIENCE STUDY PROGRAM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
UNDERGRADUATE THESIS, APRIL 2020
NOVELLYNA MULYANINGSIH
THE EFFECT OF GIVING RED DRAGON FRUIT PUDING AND RED GUAVA (NAMBUIRA) TOWARDS BLOOD GLUCOSE LEVEL REDUCTION OF TYPE II DM PATIENTS AT THE WORKING AREA OF TALANG RATU PALEMBANG PUBLIC HEALTH CENTER xv, 91 Pages, 22 Tables, 3 Charts, 8 Appendices Background: Diabetes mellitus is a consequential chronic degenerative disease which was caused by insufficient insulin, or an ineffective body to utilize the insulin produced, with clinical symptoms such as polyphagia, polydipsy, polyuria, weight loss, weakness accompanied with ≥ 200 mg / dL blood sugar levels and ≥126 mg / dL fasting blood sugar. Objective: To know the effect of giving NAMBUIRA pudding towards blood glucose levels of the patients of Type II Diabetes Mellitus at the working area of Talang Ratu Palembang Public Health Center. Method: The type of this research was a quantitative research with a quasi-experimental design. The analysis of this data utilized paired t-tests. Findings: The respondents were mostly female (70%) in the treatment group, (60%) in the comparison group and the average age of 45 to 59 years (50%). The average of reduction of blood sugar was 69.40 mg / dL. Statistical test results (t-dependent test) showed that there was an effect of giving pudding (NAMBUIRA) towards blood sugar levels of the patients of Type II Diabetes Mellitus at Talang Ratu Palembang Public Health Center (p = 0.000). Conclusion: NAMABUIRA pudding which contained antioxidants and high fiber, had an effect on reducing blood sugar levels of the Type II DM patients at Talang Ratu Palembang Public Health Center.
Reference: 48 (2006 - 2019)
Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Glucose Levels, NAMBUMIRA
Pudding
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Puding Buah
Naga Merah Dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita DM Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang” tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Skripsi penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan skripsi pada Poltekkes Kemenkes Jurusan
Gizi Palembang dan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Gizi.
Dalam penulisan Skripsi Skirpsi ini penulis menyadari sepeuhnya
bahwa tanpa adanya bimbingan, bantuan, dorongan, serta petunjuk dari
semua pihak tidak mungkin ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan secara moril dan
materiil setinggi-tingginya, Kepada yang Terhormat:
1. Bapak Muhammad Taswin, Ssi, Apt., MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT,M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang dan sekaligus sebagai penguji 1.
3. Bapak Muzakar, SST., MPH selaku Pembimbing utama yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga Skripsi skripsi
ini bisa selesai.
4. Ibu Terati, SKM, M.Si selaku Pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga Skripsi skripsi
ini bisa selesai.
5. Bapak Yulianto, SKM. M.Kes selaku Dosen Penguji 2 yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga Skripsi skripsi
ini bisa selesai.
ix
6. Segenap dosen dan staf pengajar di Jurusan Gizi Palembang, atas
dukungan dan bekal ilmu yang diberikan tak henti-hentinya kepada
saya, terimaksih untuk semua ilmu yang bermanfaat, semoga Allah
SWT membalas dengan ganjaran yang setimpal. Amin
7. Orang yang paling ku sayangi, yang berjasa, memotivasiku, nyawaku
dan segala-galanya bagiku, mereka adalah kedua orang tuaku
8. Untuk Teh Seli dan adikku mia tersayang yang menjadi
penyemangatku untuk bersama-sama mebahagiakan kedua orang tua
kami mama papa tercinta.
9. Untuk teman-temanku tersayang yang selalu mendukung serta menjadi
penyemangat disaat lelah khususnya teman seperjuangan Revi, Kiki,
Ririn, Kia, Ejak Tiak yang setia menemani disaat kesulitan, serta teman
satu pembimbing Zik dan Bip.
10. Semua pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala
bantuan selama proses penulisan skripsi ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan Skripsi ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih ada kekurangan.
Oleh karena ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Palembang, Mei 2019
Penyusun
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 4
D. Hipotesis .......................................................................................... 5
E. Manfaat ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Telaah Pustaka ................................................................................ 6
1. Diabetes Melitus ........................................................................... 6
2. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) ........................................... 28
3. Buah jambu biji (Psidium guajava) .............................................. 32
B. KERANGKA TEORI ....................................................................... 37
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 38
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 39
xi
1. Variabel Penelitian ...................................................................... 39
2. Definisi Operasional .................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 43
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 43
B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ................................... 43
1. Jenis Penelitian ........................................................................... 43
2. Rancangan Penelitian ................................................................. 43
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 44
1. Populasi ...................................................................................... 44
2. Sampel ....................................................................................... 44
3. Besar Sampel ............................................................................. 45
D. Jenis Data dan Cara Pengambilan Data ........................................ 46
1. Jenis Data ................................................................................... 46
2. Cara Pengambilan Data ............................................................. 46
E. Alat Pengumpulan Data ................................................................. 47
F. Pengolahan Data dan Analisis Data .............................................. 47
1. Pengolahan data ......................................................................... 47
2. Analisis Data ............................................................................... 48
G. Prosedur Pembuatan Puding Buah Naga dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) ................................................................................. 49
H. Alur Penelitian ................................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51
A. Gambaran Umum Puskesmas Talang Ratu ................................... 51
B. Deskiptif Karakteristik Responden ................................................. 52
C. Hasil Penelitian .............................................................................. 53
xii
1. Gambaran Umum Responden .................................................... 53
3. Analisis Univariat ........................................................................ 55
4. Analisis Bivariat .......................................................................... 60
5. Hasil Uji Kimiawi ......................................................................... 63
D. Pembahasan .................................................................................. 63
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 63
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................... 64
3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT ................................ 65
4. Rata – Rata Asupan Zat Gizi Responden ................................... 66
5. Hasil Uji Kimiawi ......................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 85
A. Kesimpulan .................................................................................... 85
B. Saran ............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87
LAMPIRAN .............................................................................................. 93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosa ............................................................. 18
Tabel 2 Jenis Diet Diabetes Melitus Menurut Kandungan Energi, Protein,
dan Karbohidrat ........................................................................... 22
Tabel 3 Kandungan Gizi pada Buah Naga per 100 g .............................. 32
Tabel 4 Kandungan Gizi Pada Buah Jambu Biji per 100 g ...................... 34
Tabel 5 Kandungan Gizi Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) ............................................................................... 42
Tabel 6 Kandungan Gizi Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) ............................................................................... 49
Tabel 7 Tenaga Kesehatan Puskesmas Talang Ratu Palembang ........... 52
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 53
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Usia .................................... 54
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan IMT ................................... 54
Tabel 11 Rata – Rata Asupan Karbohidrat .............................................. 55
Tabel 12 Rata – Rata Asupan Lemak ...................................................... 56
Tabel 13 Rata – Rata Asupan Protein ..................................................... 56
Tabel 14 Rata – Rata Asupan Energi ...................................................... 57
Tabel 15 Rata – Rata Asupan Serat ........................................................ 57
Tabel 16 Rata – Rata Asupan Vitamin C ................................................. 58
Tabel 17 Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan ........... 58
Tabel 18 Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan ............. 59
Tabel 19 Perbedaan Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan ... 61
Tabel 20 Rata – rata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah ............... 62
Tabel 21 Rata – rata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding ...................... 62
Tabel 22 Hasil Uji Proksimat Nilai Gizi Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah per 100g ......................................................... 63
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Teori .......................................................................... 37
Bagan 2 Kerangka Konsep ...................................................................... 38
Bagan 3 Alur Penelitian ........................................................................... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1 Perhitungan Besar Sampel .................................................... 93
Lampian 2 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ................... 94
Lampian 3 Identitas Responden .............................................................. 95
Lampian 4 Pengukuran Kadar Glukosa Darah ........................................ 96
Lampian 5 Form Recall 24 JAM ............................................................... 97
Lampian 6 Hasil Uji Proksimat ................................................................. 98
Lampian 7 Output Hasil Analisis Data...................................................... 99
Lampian 8 Foto Penelitian ..................................................................... 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
merupakan masalah kesehatan utama baik itu didunia, nasional,
maupun lokal (Riskesdas, 2013). Diabetes Melitus (DM) adalah
penyakit degeneratif kronis serius yang disebabkan oleh pankreas
yang tidak cukup untuk menghasilkan insulin ( hormon yang mengatur
gula darah atau glukosa), atau tidak efektifnya tubuh untuk
menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes adalah masalah
kesehatan yang menjadi target salah satu prioritas dari empat
penyakit tidak menular oleh para pemimpin dunia. (WHO Global
Report, 2016).
Penyakit Diabetes Melitus meningkat pada tahun 2013
dibandingkan dengan tahun 2007 yang diketahui dari hasil Riset
kesehatan dasar (Riskesdas). Pada 2013 prevalensi Diabetes Melitus
adalah 2,1% dan sedangkan pada tahun 2007 prevalensi Diabetes
Melitus sebesar 1,1% (Riskesdas, 2013). Diperkirakan terdapat 422
juta jiwa orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun yang hidup
dengan diabetes pada tahun 2014 di dunia, dan diperkirakan pada
tahun 2035 akan meningkat pesat menjadi 592 juta jiwa orang yang
menderita diabetes (WHO, 2016). Diabetes merupakan penyebab
kematian untuk 5,1 juta orang atau sama dengan satu orang
meninggal setiap enam detik karena penyakit diabetes Internasional
Diabetes Federation (IDF), 2013, Dan prevalensi Diabetes Melitus
secara global pada umur ≥ 18 tahun yaitu 8,5%. Pada tahun 2015
sebanyak 1,6 juta jiwa merupakan estimasi dari angka kematian
akibat diabetes melitus (WHO, 2017).
2
Provinsi Sumatera Selatan cukup tinggi akan jumlah penderita
Diabetes Melitus, dan Kota Palembang merupakan prevalensi
tertinggi pada penyakit Diabetes Melitus sebesar 22,79%
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan, seperti Kabupaten Banyuasin sebesar 1,03% dan
Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 1,42% (Hasil data dari profil
kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010). pada tahun 2014
data yang di hasilkan dari Dinkes Sumatera Selatan penderita
diabetes mencapai 17.541 jiwa yang menderita penyakit DM, dan
mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 22.042 jiwa
penderita DM.
Data yang tercatat pada tahun 2018 di Puskesmas Talang Ratu
Palembang yang menderita penyakit Diabetes Melitus sebanyak 159
penderita dan Dari data yang didapatkan jumlah penyakit Diabetes
Melitus di Puskesmas Talang Ratu Palembang dengan estimasi pada
tahun 2017 berjumlah 119 jiwa orang yang terkena penyakit diabetes.
Tingginya pravalensi Diabetes Melitus Tipe II umumnya
disebabkan oleh faktor tidak seimbangnya asupan makan, dimana
kosumsi makanan yang cenderung tinggi lemak, gula, dan rendah
serat dapat menyebabkan obesitas serta mengakibatkan peningkatan
glukosa darah 2 jam postprandial (Satoto, 1997 ; Fitri, 2012 ; Jeremy
et al., 2013). Dan faktor lainnya yaitu faktor yang dapat di modifikasi
seperti pola makan, aktifitas fisik (olahraga teratur), berat badan lebih /
gemuk, Obesitas, dan merokok, serta faktor yang tidak dapat di
modifikasi seperti umur/usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan
riwayat melahirkan bayi ≥4 kg (Riskesdas 2013).
Buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) merupakan salah satu
jenis katus yang saat ini banyak diperbincangkan. Di Indonesia buah
3
naga terbilang baru dikenal dan merupakan dalam katagori pangan
fungsional. Dari berbagai media buah naga merah ini memiliki
berbagai khasiat dalam kesehatan manusia, salah satunya dalam
penyeimbangan dalam kadar glukosa darah (gula darah) dan masih
banyak lagi kahisat lainnya dalam tubuh (Kristanto, 2008).
Buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) mengandung kaya
serat, kalsium, magnesium, kalium dan natrium, serta buah naga
merah juga mengandung antioksida yang bermanfaat untuk menjaga
elastisitas pembuluh darah (Wiardani et all.,2014). Vitamin yang
berfungsi sebagai antioksidan adalah Vitamin C yang memiliki peran
dalam tubuh manusia untuk menetralkan radikal bebas. Antioksidan
adalah senyawa pemberian elekron yang menghambat rekasi oksidasi
dengan cara mengikat rasikal bebas dan molekul yang sangat rektif
sehingga dapat mencegah kerusakan sel (Winarsi, 2007).
Buah jambu biji kaya akan kandungan serat, khususnya pektin
(serat larut air) yang bersifat Hipokolesterolemik dan Hipoglikemik
yang bisa menurunkan kadar kolesterol maupun glukosa (gula darah).
Pada umumnya peran fisiologis serat makanan adalah meningkatkan
massa feses, memperlambat waktu pengkosongan lambung,
meningkatkan rasa kenyang sesudah makan, menurunkan absorpsi
glukosa, dan meningkatkan ekskresi asam empedu (Wirakusumah,
2007).
Beberapa penelitian juga sudah menunjukkan bahwa buah segar
dan jus jambu biji merah memiliki kemampuan untuk menurunkan
kadar glukosa darah dengan pemberian 1 gr jus Jambu biji merah /kg
berat badan menunjukkan efek penurunan glukosa darah pada tikus
normal maupun tikus diabetes (Astawan,2008).
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penduduk Kota Palembang adalah
salah satu penyandang Diabetes Melitus tertinggi di Sumatera Selatan
sebesar 22,79% . Berdasarkan penelitian sebelumnya juga buah naga
merah dan jambu biji merah memiliki peran dalam penurunan kadar
gula darah pada penderita diabetes, maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian Puding Buah
naga merah dan Buah jambu biji merah (NAMBUIRA) terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Pengaruh Pemberian Puding Buah naga merah
dan Buah jambu biji merah (NAMBUIRA) terhadap Kadar Glukos
pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Ratu Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden pada kelompok pelakuan dan
kelompok pembanding di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Palembang.
b. Diketahui kadar gula darah sebelum perlakuan pada kelompok
perlakuan dan Pembanding pada pasien Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang.
c. Diketahui kadar glukosa darah setelah diberi perlakuan pada
kelompok perlakuan dan Pembanding pada pasien Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang.
d. Diketahui pengaruh pemberian puding Buah naga merah dan
Buah jambu biji merah (NAMBUIRA) terhadap kadar glukosa
darah pada penderita Diabetes melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ratu Palembang.
5
e. Diketahui perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
pemberian pada kelompok perlakuan Pembanding pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Talang
Ratu Palembang.
D. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian puding Buah naga merah dan Buah
jambu biji merah (NAMBUIRA)terhadap kadar glukosa darah bagi
penderita Diabetes melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Talang
Ratu Palembang.
E. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan
ilmu yang selama ini didapat diperkuliahan.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jurusan Gizi Palembang
Sebagai bahan masukan bagi Poltekkes Kemenkes Jurusan Gizi
Depkes Palembang dalam melengkapi referensi atau perpustakaan
bidang gizi klinik.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan suatu informasi kepada masyarakat tentang bahan
makanan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah khususnya
pasien diabetes melitus.
4. Bagi Puskesmas Talang Ratu Palembang
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memberikan
informasi dan pelayanan yang tepat untuk pasien Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang
.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Diabetes Melitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan kelompok penyakit
metabolisme yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang
terjadi dikarenakan kelainan terhadap sekresi insulin, kerja
insulin, dan atau kedua-duanya (Perkeni,2015). Adapun gejala
yang sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus adalah
poliulia, polidipsi, polifagia, penurunan berat badan, dan
penglihatan kabur (ADA,2017).
Diabetes Mellitus adalah penyakit degeneratif kronis serius
yang disebabkan oleh pankreas yang tidak cukup untuk
menghasilkan insulin ( hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa). Atau tidak efektifnya tubuh untuk menggunakan
insulin yang dihasilkan. Diabetes Mellitus biasanya ditandai
dengan kadar gula darah diatas normal. Diabetes adalah
masalah kesehatan yang menjadi target salah satu prioritas
dari penyakit tidak menular oleh para pemimpin dunia. (WHO
Global Report, 2016).
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Tipe I (insulin-dependent)
Kelompok penyakit Insulin Dependen Diabetes Melitus
(IDDM) atau DM Tipe-I adalah diabetes yang bergantung
pada insulin dimana tubuh kekurangan akan hormon insulin.
DM Tipe-I (IDDM) terjadi dikarenakan destruksi sel beta
pankreas. Pada DM Tipe-I (IDDM) ini terdapat sedikit atau
7
tidak sama sekalinya sekresi insulin yang ditentukan dengan
level protein c-peptida dengan jumlah sedikit atau tidak sama
sekali.
Ketoasidosis merupakan penyakit Manifestasi pertama.
Tanda – tanda yang terjadi dalam proses autoimun adalah
dengan terbentuknya antibodi terhadap insulin, glutamic acid
decarboxylase (GAD65), tyrosine phosphatases IA-2 and IA-
2b, zinc transporter 8 (ZnT8), dan autoantibodi terhadap sel
langerhans itu sendiri (American Diabetes Asociation (ADA),
2011). Karena dengan penurunan masa sel beta, maka
sekresi insulin menurun sampai dengan insulin yang tersedia
tidak cukup lagi untuk mempertahankan kadar glukosa
normal dalam darah. Setelah 80-90% dari sel beta hancur,
maka berkembangya hiperglikemia dan dapat didiagnosa
diabetes (Khardori, 2016).
Pada penyakit DM Tipe-I biasanya banyak menyerang
pada usia anak – anak, remaja atau orang – orang yang
berusia dibawah 30 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan.
Penyebab IDDM ini belum begitu jelas di karenakan apa,
tetapi diduga kuat disebabkan oleh infeksi virus yang
menimbulkan autoimun yang berlebihan untuk menumpas
virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya
membasmi virus, tetapi juga merusakkan sel-sel langerhans,
dan juga biasanya gejala timbul dengan mendadak serta
pasien bisa sampai koma bila tidak segera ditangani dengan
pertolongan penyuntikan insulin (Mahendra B,2008).
2. Diabetes Tipe II (non-insulin dependen)
Kelompok Insulin Non-Dependen Diabetes Melitus
(NIDDM) atau DM Tipe-II ini dimana keadaan hormon insulin
tidak berfungsi dengan mestinya yang didalam tubuh.
8
Hal ini terjadi dikarnakan pada DM Tipe-II ini penderita terjadi
hiperinsulinemia tetapi insulin tidak dapat untuk membawa
glukosa untuk masuk kedalam jaringan di karenakan terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya akan
kemampuan insulin untuk merangsang mengambil glukosa
dari jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. karena itu terjadinya resistensi insulin
(suatu respon insulin yang sudah tidak aktif karena dianggap
kadar masih tinggi dalam darah) maka akan mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama
bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset
DM Tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya
asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan
akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa
berkurang. DM Tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi (ADA, 2011).
Diabetes Tipe II didiagnosis beberapa tahun setelah
onset, yaitu setelah muncul beberapa komplikasi sehingga
tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita diabetes
Melitus di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan
akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat
badan dan kurangnya aktivitas fisik. Serta biasanya DM
Tipe-II terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).
3. Diabetes Gestational
Gestational Diabetes Melitus (GDM) adalah diabetes
yang didiagnosis selama kehamilan, pada trimester kedua
dan ketiga (ADA, 2014) yang ditandai dengan hiperglikemia
(kadar gula darah di atas normal). Wanita dengan diabetes
gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama
9
kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes Tipe II yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
4. Diabetes Tipe Lain
DM Tipe ini terjadi dikarenakan etiologi lain, seperti
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain
(Endokrinopati), iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun,
Diindukasi obat atau zat kimia dan kelainan genetik lain.
c. Etiologi
1. Diabetes Melitus Tipe I atau IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Melitus)
Pada pasien DM Tipe I (IDDM) yang menganalisis
terjadinya DM tersebut adalah dari Faktor Lingkungan yang
menyebabkan proses autoimun dalam tubuh yang terinfeksi
Virus seperti Gondongan (Mumps), Rubella atau
Sitomegalovirus (CMV) Kronis, serata pemicu lainnya adalah
Obat dan Toksin (Corwin,2009).
2. Diabetes Melitus Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin Dependent
Diabetes Melitus)
Penyakit Diabetes Tipe II (NIDDM) adalah Penyakit
Heterogen yang disebabkan secara Multifaktor
(Ozougwo,2003) DM Tipe II dominan dengan kegemukan.
Selain itu juga, terdapat sifat genetik yang belum terdeteksi
dapat menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang
berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara
keduanya tidak dapat merespon secara adekuat terhadap
insulin. Serta kemungkinan lain juga berkaitan dengan
rangkaian genetik yang dihubungkan dengan kegemukan dan
rangsangan jangka panjang reseptor-reseptor insulin.
Rangsangan yang berkepanjangan atas reseptor-reseptor
10
tersebut dapat menyebabkan penurunan dari jumlah reseptor
insulin yang dihasilkan dalam sel beta tubuh.
Penurunan ini disebut dengan downground kemungkin
pula bahwa individu yang menderita diabetes Tipe 2 (NIDDM)
juga menghasilkan antibodi insulin yang berkaitan dengan
reseptor insulin, mengahambat akses insulin ke reseptor, tetai
tidak merangsang aktivitas pembawa karier. Defisit hormone
leptin, akibat kekurangan gen penghasil leptin atau tidak
berfungsi, mungkin bertanggung jawab untuk diabetes Tipe II.
Tanpa gen leptin, tubuh akan gagal merespon terhadap tanda
kenyang, dan itulah mengapa menjadi gemuk dan
menyebabkan insensitivitas insulin (Corwin,2009).
3. Diabetes Gestasional
Gestational diabetes terjadi saat ada hormon antagonis
insulin yang berlebihan saat masa kehamilan. Hal ini
menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi
pada ibu hamil yang terkait dengan kemungkinan adanya
reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
d. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Diabetes
Melitus adalah:
1. Timbul Rasa Lapar (Polifagia)
Sel dalam tubuh yang mengalami kekurangan bahan
bakar (cellstarvation), yang mengakibatkan penderita
merasa sering lapar dan ada peningkatan asupan makanan
(Riyadi, 2008).
2. Timbul Rasa Haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlenbihan yang timbul
dikarenakan kadar glukosa yang terbawa oleh urin sehingga
tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan
(Subekti, 2009).
11
3. Pengeluaran Urin (Poliuria)
Poliuria adalah dimana keadaan volume air kemih dalam
24 jam mengakibatkan glikosuria karena glukosa darah
sudah mencapai pada kadar “ambang ginjal”, yaitu 180
mg/dl pada keadaan ginjal yang normal. Dengan kadar
glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa
mereabsobsi glukosa dari filtrar glomerulus sehingga timbul
glikosuria. Karena glukosa menarik air, osmotik diuretik akan
terjadi mengakibatkan poliuria (Riyadi, 2008).
4. Penurunan Berat Badan
Penderita Diabetes Melitus penurunan berat badan
disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan juga
membakar lemak sebagai cadangan energy yang di
butuhkan tubuh (Subekti, 2009).
5. Rasa Lemah
Rasa lemah yang di derita penyakit Diabetes Melitus
diakibatkan karena glukosa dalam tubuh tidak diangkut
kedalam sel untuk menjadi energi sehingga akan
kekurangannya oksigen dalam tubuh.
e. Patofisiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Tipe I
Autoimun yang menyebakan pankreas seseorang
berhenti memeproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang
mengubah gula menjadi energi yang terjadi karna faktor
genetik atau keturunan.
2. Diabetes Tipe II
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun
tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
12
yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi
insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-
reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi
kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-
sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes Tipe II
ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan
insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui
suntikan dapat menjadi alternatif.
3. Diabetes Gestasional
Gastasional diabetes ini terjadi karena ada hormon
antagonis insulin yang belebihan saat kehamilan. Hal ini
menyebabkan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu
yang terkait dengan kemungkinan ada reseptor insulin yang
rusak. (NIDDK, 2014 ; ADA, 2014).
f. Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, Komplikasi DM
dibedakan menjadi 2 yaitu, komplikasi akut dan komplikasi
kronik:
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi Metabolik Akut DM disebabkan oleh
perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma.
Komplikasi metabolik yang paling serius pada DM Tipe-I
adalah ketosidosis diabetik (DKA). Apabila kadar insulin
sangat menurun, pasien mengalami hipergilkemia dan
glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan
lipolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton yang merupakan awal
dari DKA (Price, 2006).
13
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah (kadar gula darah kurang dari
45-50 mg/dL) timbul sebagai komplikasi diabetes yang
disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat
(Smeltzer dan Bare, 2008). Salah satu Faktor utama
terjadinya hipoglikemia adalah ketergantungannya
jaringan saraf pada asupan glukosa darah yang
berkelanjutan. Pada penderita DM rentan akan terhadap
komplikasi Hipoglikemia sekitat 2 jam sesudah makan
sampai waktu makan berikutnya (Soemadji, 2009).
b) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena
kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar
insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo,
2006).
c) Sindrom HONK (Hiperglikemia Hiperosmoler Nonketotik)
Hiperosmolar Non ketotik adalah suatu keadaan
dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga
darah menjadi sangat kental, kadar glukosa darah DM
bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik
air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui
kencing sehingga timbullah kekurangan cairan tubuh
atau dehidrasi. Gejala hiperosmolar nonketotik mirip
dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada hiperosmolar
nonketotik tidak dijumpai nafas yang cepat dan dalam
serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa
sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai
14
kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma
(Siregar, 2011)
d) Fenomena Fajar (dawn phenomena)
Fenomena fajar (dawn phenomena) adalah
Hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5 sampai 9
pagi) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan
sirkadian kadar glukosa di pagi hari. Fenomena ini dapat
dijumpai pada pengidap diabetes Tipe I atau diabetes
Tipe II, dan juga dapat terjadi penurunan sensitivitas
terhadap insulin juga terjadi pada pagi hari, baik sebagai
variasi sirkadian normal maupun atau sebagai respons
terhadap hormon pertumbuhan atau kortisol
(Corwin,2009).
2. Komplikasi kronis
a) Penyakit Mikrovaskular
- Kerusakan Retina Mata (Retinopati)
Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi
penyebab utama dari kebutaan. Setelah mengidap
DM selama 15 tahun, rata-rata 2% penderita DM
menjadi buta dan 10% mengalami cacat
penglihatan. Kerusakan mata akibat DM yang paling
sering adalah retinophati (kerusakan retina). Glukosa
darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh
darah retina bahkan dapat menyebabkan kebocoran
pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari
pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang
menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM
menjadi kabur. Kerusakan yang lebih berat akan
menimbulkan keluhan seperti tampak bayangan
jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan
mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta. Selain
15
menyebabkan retinopati, DM juga dapat
menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak
putih) yang disebut katarak serta dapat
menyebabkan glaucoma (peningkatan tekanan bola
mata) (Siregar, 2011).
- Kerusakan Ginjal (Nefropati)
Nefropati diabetik disebabkan oleh gangguan
fungsi glomerulus akibat pengendapan material yang
membran basal yang dapat menggrogoti pembuluh
glomerulus; arteri glomerulus aferen dan eferen yang
dapat mengalami sclerosis (F. Ganong,2010).
b) Penyakit Makrovaskular
Frekuensi penyakit makrovaskuler meningkat
aterosklerosis pada penderita diabetes. Frekuensi
hipertensi meningkat pada diabetes dan berkaitan
dengan peningkatan kandungan Na+ ekstrasel tubuh
total, yang menyebabkan ekspansi volume dan supresi
renin. Pada DM Tipe I, hipertensi biasanya terjadi
setelah munculnya nefropati, saat insufisiensi ginjal
mengganggu kemampuan tubuh mensekresikan air dan
zat terlarut. Pada DM Tipe II, hipertensi sering sudah
terjadi saat diagnosis ditegakkan pada orang-orang
dengan obesitas, resistensi insulin, dan berusia tua
(F.Ganong,2010).
c) Penyakit Neuropati
- Polineuropati simetris perifer
Demielinasi saraf perifer merupakan tanda
utama polineuropati diabetik, terutama mengenai
saraf distal dan biasanya secara klinis bermanifestasi
sebagai penurunan sensasi sensorik simetris
ekstremitas distal yang didahului oleh kesemutan,
16
baal dan parestesia. Gejala ini dimulai di sebelah
distal dan kemudian meluas ke proksimal, juga dapat
terjadi ditangan (F.Ganong,2010).
d) Neuropati Otonom
Neuropati otonom sering menyertai neuropati perifer
simetris, pada DM Tipe I, dan dapat mengenai seluruh
aspek fungsi otonom, terutama yang melibatkan sistem
kardiovaskular yaitu terjadi takikardi yang menetap pada
saat istirahat dan hipotensi ortostik, sistem genitourinaria
yaitu terjadi impotensi (control parasimpatis vasodilatasi)
pada pria dan disfungsi seksual pada wanita,
berkurangnya sensasi kandung kemih dan kesulitan
mengosongkan kandung kemih menyebabkan overflow
incontinence dan peningkatan resiko infeksi saluran
kemih akibat sisa urine dan gangguan sistem pencernaan
yang terjadi gangguan motorik yang terjadi di seluruh
saluran cerna, yang menyebabkan tertundanya
pengososngan lambung, kostipasi atau diare
(F.Ganong,2010).
e) Mononeuropati
Mononeuropati kompleks yang timbulnya secara
mendadak gangguan motorik yang disertai nyeri disatu
saraf kranial atau perifer tertentu atau beberapa saraf
(F.Ganong,2010).
f) Ulkus Kaki Diabetik
Berhubungan dengan penurunan sensasi tekanan
kulit dan getaran pada ekstremitas yang terjadi pada
pasien dengan DM (F,Ganong.2010).
17
g) Infeksi
Pada diabetes yang tidak terkontrol, fungsi
kemotaksis dan fagositosis neutrophil terganggu. Imunitas
selular juga mungkin abnormal. Selain itu, kelainan
vaskular dapat menghambat aliran darah, yang
mencegah sel-sel radang mencapai luka (mis., ulkus kaki)
atau tempat-tempat infeksi lain. Infeksi umum pada
penderita DM seperti infeksi periodontal
(F.Ganong,2010).
g. Diagnosa Diabetes Mellitus
Diagnosis dini penyakit DM sangat menentukan
perkembangan penyakit DM pada penderita. Seseorang yang
menderita DM tetapi tidak terdiagnosis dengan cepat
mempunyai risiko yang lebih besar menderita komplikasi dan
kesehatan yang memburuk (WHO, 2016). Diagnosis DM dapat
ditegakkan berdasarkan pemeriksan glukosa darah yang dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan glukosa darah. Metode yang
paling dianjurkan untuk mengetahui kadar glukosa darah adalah
metode enzimatik dengan bahan plasma atau serum darah
vena. Untuk tujuan pemantaun hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler dengan glukometer (Perkeni, 2015).
18
Tabel 1
Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosa
Kadar Gula Darah Bukan
DM
Pre DM DM
Kadar Gula
Darah Sewaktu
(mg/dL)
Plasma
Vena
<100 100-199 ≥200
Darah
Kapiler
<90 90-199 ≥200
Kadar Gula
Darah Puasa
(mg/dL)
Plasma
Vena
<100 100-125 ≥126
Darah
Kapiler
<90 90-99 ≥100
Sumber: Perkeni, 2015
Menurut Rustama dkk (2010) diagnosis DM dapat ditegakkan
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Jika ditemukan gejala klasik (poliuria, polidipsia dan
polifagia). Gejala ini disampaikan pasien saat berkonsultasi
dengan didukung hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang lebih besar dari 200 mg/dL(11,1 mmol/L).
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7mmol/L). Puasa
adalah tanpa asupan kalori minimal selama 8 jam.
3. Pada penderita yang asimptomatik ditemukan kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa darah
lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa oral
(TTGO) yang terganggu pada lebih dari satu kali
pemeriksaan.
19
h. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
1) Faktor risiko yang dapat diubah
a) Gaya Hidup
Gaya hidup adalah sebuah perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat
saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah
salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya
Diabetes Melitus Tipe 2 (ADA, 2009).
b) Diet Yang Tidak Sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,
sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman,
2014).
c) Aktifitas Fisik
Olahraga teratur dapat mengurangi resistensi insulin
sehingga insulin dapat digunakan lebih baik oleh sel
tubuh (Garnita, 2016).
d) Obesitas (Kegemukan)
Pada DM Tipe II kondisi obesitas memicu timbulnya
DM yang memiliki risiko 4 kali lebih besar dengan berat
badan ideal. Obesitas merupakan faktor utama
terjadinya DM Tipe II. Obesitas mengakibatkan sel-sel
beta pankreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan
beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas
yang mencukupi energi sel yang terlalu banyak (Riyadi
dan Sukarmin, 2008).
20
e) Pengetahuan
Pengetahuan pasien dengan tingkat pengetahuan
tinggi akan melakukan self care secara mandiri dengan
baik sedangkan pasien yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah maka perlakuan self care diabetes
menjadi kurang (Saleh, 2014).
2) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga Diabetes Melitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes
Melitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita
Diabetes Melitus mempunyai anggota keluarga yang juga
terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010).
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih memiliki potensi untuk terkena Diabetes
Melitus dari pada pria karena adanya perbedaan anatomi
fisiologi. Secara fisik wanita memang lebih rentan
mempunyai indeks massa tubuh di atas normal. Selain itu,
menopause pada wanita mengakibatkan pendistribusian
lemak tubuh tidak merata dan cenderung terakumulasi
(Garnita, 2012).
c) Umur
Pertambahan usia berbanding lurus dengan
peningkatan risiko terkena Diabetes Melitus karena jumlah
sel beta pangkreas yang produktif memproduksi insulin
akan berkurang karena penurunan fisiologis (Garnita,
2012).
21
d) Infeksi dan Penyakit
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat
menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang
pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta pada pankreas
tidak bekerja optimal dalam mensekresi insulin. Beberapa
penyakit tertentu, seperti kolesterol tinggi dan displidemia
dapat meningkatkan risiko terkena DM (Wijayakusuma,
2008).
i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dimulai dengan
menerapkan pola hidup sehat (terapi gizi medis dan aktivitas
fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat
anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.Tujuan
penatalaksaan secara umum adalah meningkatkan kulaitas
hidup penderita diabetes mellitus. Menurut Konsensus Nasional
ada 4 pilar utama dalam pengelolaan Diabetes Melitus
(PERKENI, 2015) yaitu:
1) Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan
dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan Diabetes Melitus secara holistik. Materi
edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan
materi edukasi tingkat lanjutan (PERKENI, 2015).
2) Terapi Gizi Medis (TGM)
TGM adalah bagian penting dan penatalaksanaan
Diabetes Melitus Tipe II secara komprehensif. Kunci
keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh
dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai
22
sasaran terapi TGM sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap penderita Diabetes Melitus. Prinsip
pengaturan makan pada penderita Diabetes Melitus
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Penderita Diabetes Melitus perlu diberikan
penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu
sendiri (PERKENI, 2015).
Tabel 2
Jenis Diet Diabetes Melitus Menurut Kandungan Energi, Protein, dan Karbohidrat
Jenis diet Energi
Kkal
Protein
g
Lemak
g
Karbohidrat
g
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Sumber : Almatsier, (2005)
Keterangan:
Diet I s/d III :diberikan kepada penderita yang terlalu
gemuk.
23
Diet IV s/d V :diberikan kepada penderita yang mempunyai
berat badan normal.
Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes
remaja (juvenile diabetes) atau diabetes
dengan komplikasi.
3) Aktivitas Fisik
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit. Latihan
jasmani dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki glukosa darah. Latihan jasmani yang
dimaksud adalah: jalan, bersepeda, jogging, berenang.
jasmanai sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani (Persadia, 2003).
4) Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup).Terapi farmakologis terdiri dari obat oral (OHO)
dan bentuk suntikan. OHO diperlukan dalam pengobatan
Diabetes Melitus Tipe II jika intervensi gaya hidup
dengan diet, dan latihan fisik tidak cukup untuk
mengendalikan hiperglikemia .Kombinasi insulin dengan
OHO membantu mencapai kontrol kadar glikemia pada
pasien-pasien yang menunjukan respon yang tidak
optimal terhadap pemberian OHO semata (Michael et al,
2002).
24
j. Pencegahan Diabetes Melitus
1) Pengelolaan Makanan
Pada penderita penyakit DM dianjurkan untuk mengatur
pola makan dengan memperhatikan asupan karbohidrat dan
serat untuk mencegah peningkatnya dan mengendalikan
kadar gula dalam darah. Namun pada kenyataannya
penderita DM belum mampu untuk mengendalikan kadar
glukosa darah dengan baik setelah menjalankan program
diet yang di anjurkan sehingga kadar glukosa darah tetap
tinggi. Dan penyebab tersebut dikarenakan kurangnya
asupan sumber serat cukup dan antioksidan seperti buah
dan sayur-sayuran. Pada penelitian di Amerika Serikat
penderita DM hanya penunjukan angka <15 g/hari dalam
mengkonsumsi serat, sedangkan dalam anjuran yaitu 25
g/hari (Wiardani et al.,2014).
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah
lemak, rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini
dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai
risiko diabetes mellitus. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks
merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan
seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa
darah yang tinggi setelah makan (Goldenberg et al, 2013).
Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J
yaitu jumlah, jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006).
a) Jumlah yaitu kalori yang masuk setiap harinya yang
diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan
energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai dengan IMT
(Indeks Masa Tubuh) dan ditentukan dengan satuan kilo
kalori (Kkal).
25
b) Jadwal makan yang tepat adalah ketepatan waktu makan
seseorang dengan tujuan agar berat badan teteap ideal,
sebaiknya jadwal makan diatur dengan interval 3 jam
sekali dengan 3x makan besar dan 3x makan selingan
dan tidak menunda-nunda waktu makan sehari-hari.
c) Jenis makanan adalh jenis makanan yang tepat dengan
Diet atau anjuran bagi pasien Diabetes.
Asupan Makanan yang Dianjurkan oleh PERKENI 2015
terdiri dari:
a) Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat
tinggi. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
dianjurkan. Glukosa dalam bumbu diperbolehkan
sehingga penderita diabetes dapat makan sama dengan
makanan keluarga yang lain. Sukrosa tidak boleh lebih
dari 5% total asupan energi. Pemanis alternative dapat
digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake). Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu
dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau
makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
b) Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi. Komposisi yang dianjurkan: lemak jenuh
<7% kebutuhan kalori. lemak tidak jenuh ganda <10%.
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan
makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
26
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu fullcream. Konsumsi
kolesterol dianjurkan <200 mg/hari.
c) Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan
energi. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang,
cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada
pasien dengan nefropati diabetic perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10%
dari kebutuhan energi. Kecuali pada penderita Diabetes
Melitus yang sudah menjalani hemodialisis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
d) Serat
Sejalan dengan penelitian Bintanah, dkk (2012)
dengan semakin rendahnya dalam mengkonsumsi
asupan serat, maka akan semakin tinggi juga kadar
glukosa dalam darah. Dengan pola makan yang tidak
seimbang dan tidak teratur maka menyebabkan kadar
glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga akan
menyebabkan komlikasi terhadap penyakit DM ini,
diantaranya seperti penyakit jantung koroner, stoke dan
gagal ginjal (kemenkes RI, 2013).
Kemampuan dalam serat adalah dapat
memperlambat dalam penyerapan kadar glukosa darah
dan lemak yaitu dengan cara meningkatkan kekentalan
feses dalam tubuh yang secara tidak langsung dapat
menurunkan kecepatan difusi sehingga kadar glukossa
dalam darah dan profil lipod dapat menurun (Sulistyani,
2006 dalam Wiardani et all.,2014). Dengan diet cukup
27
serat dapat menyebabkan terjadinya kompleks
karbodirat dan serat, dengan itu daya cerna tubuh dalam
mencernah karbohidrat berkurang, keadaan tersebut
mampu untuk meredamkan peningkatan glukosa dalam
darah dalam hal glukosa darah tetap terkontrol (Santoso,
2011).
Penderita Diabetes Melitus dianjurkan mengonsumsi
serat dari kacang–kacangan, buah dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35 g/hari yang berasal dari berbagai
sumber bahan makanan.
2) Aktifitas fisik
Aktifitas Fisik sangat berguna pagi pasien DM salah
satunya Latihan jasmani (Aktifitas Fisik) selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan
(PERKENI, 2011).
3) Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah
agar diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah
terjadinya Diabetes Melitus supaya ada penanganan yang
cepat dan tepat saat terdiagnosa Diabetes Melitus
(Sugiarto dan Suprihatin, 2012).
28
2. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)
Buah Naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis
kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal
dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, namun
sekarang juga dibudidayakan negara-negara Asia seperti Taiwan,
Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia.
Swastika, Nurmili dan Suhendiri (2012) menjelaskan di
Indonesia terdapat 3 jenis buah naga yaitu buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus
polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus
costaricensis), dan buah naga kulit kuning daging putih
(Selenicerius megalanthus).
Peran buah naga sebagai tanaman obat merupakan hal yang
sudah diyakini kebenarannya. Buah naga sangat berperan dalam
membantu proses pencernaan, mencegah kanker kolon dan
diabetes, mengandung substansi yang mampu menetralisir racun
(logam berat), menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah
selain mencegah batuk dan asma. Tingginya kadar potassium,
protein, serat, sodium, dan kalsium merupakan kelebihan buah
naga sebagai buah kesehatan daripada buah-buahan lainnya
(Gagung dkk, 2012).
Buah naga mempunyai nilai ekonomi tinggi, bermanfaat dan
memiliki khasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit yaitu
dapat menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang kadar gula
darah, mencegah kanker usus, menguatkan fungsi ginjal dan
tulang, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata
serta sebagai bahan kosmetik (Rahmawati & Mahajoeno, 2010).
29
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Putera
Malaysia menemukan hasil yang cukup mengejutkan dimana
sebanyak 20 sampel penderita diabetes di usia 40 – 55 tahun,
setengah sampel diberikan konsumsi buah naga sedangkan
setengahnya diberikan obat kimia penurun gula darah. hasil yang
didapatkan adalah ternyata dengan mengonsumsi buah naga
secara rutin selama 7 minggu hasilnya lebih baik dalam
menurunkan kadar gula darah dibandingkan dengan mengonsumsi
obat kimia penurun kadar gula. Dengan ini para penderita diabetes
Tipe 1 dan Tipe 2 yang memiliki ketergantungan terhadap suntikan
insulin dapat diminimalisirkan.
Peneliti Departemen of Nutrition and Dietetics Faculty of
Medicine and Health Sciences University Putra Malaysia yang
menyatakan bahwa buah naga super merah berpotensi membantu
menurunkan kadar gula darah dan mencegah resiko penyakit
jantung pada pasien diabetes (Wahyuni, 2011). Serta dalam 1
mg/ml daging buah naga merah dapat menghambat radikal bebas
sebesar 27,45 ± 5,03% (Jaafaret al.,2009).
Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) telah banyak diteliti
dan terbukti dapat menurunkan kadar gula darah
(Panjuangtiningrum, 2009). Sebaliknya, buah naga putih
(Hylocereus undatus) yang kandungannya mirip dengan buah naga
merah belum banyak diteliti (Pareira, 2010). Ciri-ciri fisik dari buah
naga merah adalah kulit berwarna merah cerah dengan sisik-sisik
besar yang pada ujungnya dipenuhi dengan gradasi warna hijau
dan warna dagingnya berwarna merah, beda dengan buah naga
putih yang memiliki daging bagian dalam berwarna putih. Buah
naga merah ini memiliki rasa lebih manis dibandingkan dengan
buah naga putih. Kalau buah naga putih lebih dominan rasa asam
dari pada manisnya.
30
Kandungan yang terdapat dalam buah naga yang sangat
dipercaya oleh orang Cina dan Vietnam yaitu :
1. Antioksidan
Kadar antioksidan yang dimiliki oleh buah naga cukup
tinggi. Hal ini sangat baik bagi tubuh untuk mencegah radikal
bebas yang dapat memicu sel kanker untuk tubuh.
2. Vitamin
Didalam buah naga terdapat beberapa kandungan
vitamin, antara lain Vitamin A yang baik untuk mata, Vitamin
B yang baik untuk pencernaan, dan Vitamin C yang memiliki
banyak manfaat.
3. Kalsium
Kandungan kalsium organik dalam buah naga sangat
baik bagi kesehatan tulang. Kalsium organik lebih kaya
manfaat dari pada kalsium biasa yang ada pada susu
kemasan.
4. Karbohidrat
Mengonsumsi buah naga dapat memberi efek kenyang
karena kandungan karbohidrat yang ada didalamnya.
5. Serat
Sama halnya kandungan Vitamin B kompleks yang baik
untuk pencernaan, buah naga juga kaya akan serat yang
dapat melancarkan pencernaan.
6. Kalori
Jumlah kalori pada buah naga cukup rendah, dalam 100
gr mengandung 54 kalori.
31
Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) juga mengandung
antosianin yang merupakan senyawa polifenol yang kaya akan
pigmen, penentu terbentuknya warna merah, ungu, dan biru dari
berbagai buah-buahan dan sayur-sayuran. Antosianin merupakan
salah satu jenis flavonoid yang banyak terdapat pada buah naga
(Jamilah et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Wybraniec et
al, (2001), membuktikan bahwa flavonoid yang terdapat pada buah
naga adalah betasianin. Panjuantiningrum (2009) menyatakan
bahwa flavonoid yang terkandung dalam buah naga meliputi
quercetin, kaempferol, dan isorhamnetin. Buah naga merah juga
kaya akan antioksidan antosianin. Kadar antosianin berkisar 8,8
mg/100 gr buah naga (Wu dkk.,2006).
Buah naga dianjurkan untuk penderita diabetes karena rasa
manis pada buah naga adalah pemanis alami dan bukan glukosa,
sehingga kadar gula darah pada penderita diabetes tidak naik. Buah
naga juga mengandung kalori yang cukup rendah dan karbohidrat
yang dapat memberikan efek kenyang sehinga dapat mengurangi
gejala poliphagia.
32
Tabel 3
Kandungan Gizi pada Buah Naga per 100 g
NO Kandungan Gizi Jumlah
1 Air (%) 84,40
2 Kalori (Kcal) 54
3 Karbohidrat (g) 13,20
4 Protein (g) 1,40
5 Lemak (g) 0,40
6 Serat (g) 1,7
7 Vitamin B1 tiamin (mg) 0,04
8 Vitamin B2 riboflavin (mg) 0,04
9 Vitamin B3 niasin (mg) 0,30
10 Vitamin C (mg) 8
11 Fosfor (mg) 10
12 Kalium (mg) 192
13 Sodium (mg) 192
14 Kalsium (mg) 13
15 Fosfor (mg) 14
16 Besi (mg) 0,4
Sumber : Anonim, 2017, Fatsecret Indonesia,TKPI 2018
3. Buah jambu biji (Psidium guajava)
Buah jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman buah
jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman
jambu ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, lalu menyebar ke
Thailand dan ke negara Asia lainnya seperti Indonesia.Jambu biji
sering disebut juga Jambu Klutuk, Jambu Siki, atau Jambu Batu
(Kuntarsih, 2006). Banyak sekali macam-macam jenis buah jambu
yang ada di Indonesia.
33
Tanaman jambu bukan merupakan tanaman asli Indonesia.
Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman
jambu biji diduga berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah,
dan benua Amerika yang beriklim tropis. Buah jambu berbentuk
bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging buah berwarna putih
ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki kulit
tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah
masak dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya
agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan
hambar, tergantung dari varietasnya (Bambang, 2010).
Jambu biji merah adalah tumbuhan dengan batang yang
berkayu, mengelupas, bercabang, dan berwarna coklat, kulit
batang licin. Daun berwarna hijau dan tunggal, ujung tumpul,
pangkal membulat, tepi rata berhadapan, petulangan daun
menyirip berwarna hijau kekuningan. Bunganya termasuk bunga
tunggal, terletak diketiak daun, bertangkai, kelopak bunga
berbentuk corong. Pada mahkota bunga berbentuk bulat telur,
benang sari pipih berwarna putih atau putih kekuningan. Berbentuk
bulat seperti telur dan bijinya kecil-kecil, keras dan dalamnya
berwarna merah pada jambu biji merah (Venant, 2004) .
Jambu biji merah merupakan tanaman musiman yang banyak
ditemukan di Indonesia, termasuk Sumatera Utara. Umur tanaman
ini dapat mencapai puluhan tahun dan pohonnya juga dapat
tumbuh besar dan tinggi (5 meter – 10 meter). Buah jambu biji
merah memiliki bentuk, ukuran dan rasa yang beragam. Bentuknya
ada yang bulat atau agak bulat dan bulat lonjong, ukurannya ada
yang besar, sedang, dan kecil. Demikian pula rasanya, ada yang
manis, agak manis, dan hambar (Cahyono, 2010).
34
Tabel 4
Kandungan Gizi Pada Buah Jambu Biji per 100 g
NO Kandungan Gizi Jumlah
1 Air (%) 86
2 Kalori (Kcal) 51
3 Karbohidrat (g) 12,2
4 Protein (g) 0,9
5 Lemak (g) 0,3
6 Serat (g) 5,6
7 Vitamin A (mg) 79
8 Vitamin B1 tiamin (mg) 0,01
9 Vitamin B2 riboflavin (mg) 0,04
10 Vitamin C (mg) 87
11 Kalsium (mg) 20
12 Niacin (mg) 1,1
13 Fosfor (mg) 28
14 Besi (mg) 1,1
15 Bdd (%) 82
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, 2012
Buah jambu biji juga mengandung antioksidan berupa flavonoid
(Agnesti, 2013). Senyawa alkaloid dan flavonoid memiliki aktivitas
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan sekresi
insulin dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin (Adeneye
and Agbaje, 2008). Dalam jurnal Hanshella, 2005 dinyatakan
bahwa flavonoid dapat berfungsi sebagai antihiperglikemik.
Flavonoid juga merupakan antioksidan yang membantu
menurunkan kadar glukosa dalam darah (Hernani dan Rahardjo,
2005).
35
Salah satu buah yang baik dikonsumsi bagi penderita DM Tipe
II ini adalah jambu biji merah, dimana buah ini mengandung pektin
(serat larut air) yang sifatnya hipokolesterolemik dan hipoglikemik
yang dapat menurunkan kadar kolesterol maupun glukosa darah.
Serat ini diperkirakan dalam pembentukan gel dalam traktus
gastrointestinal. Gel ini akan memperlambat pengosongan lambung
dan gerakan makanan yang melalui saluran cerna bagian atas.
Absorpsi glukosa yang lambat kemungkinan yang menyebabkan
penurunan glukosa darah (Jasmani, 2016).
Pektin merupakan senyawa yang dapat menyelimuti molekul
karbohidrat sehingga akan menghambat absorbsinya dan
selanjutnya akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Akibat
hambatan absorbsi tersebut maka setelah makan, jumlah gula yang
masuk dalam darah menjadi berkurang dengan demikian
peningkatan kadar gula darah berlebih dapat dihindari (Lucia E. W.,
2012).
Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa buah segar dan jus
jambu biji merah memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa
darah yaitu dengan pemberian satu gram jus jambu biji merah per
kilogram berat badan menunjukan efek penurunan glukosa darah
pada tikus normal dan tikus diabetes (Astawan, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Centers for Disesase Control and
Prevention (CDC) kadar vitamin A, vitamin E lebih rendah, tidak
untuk konsentrasi vitamin C pada penderita diabetes dibanding
kontrol. Pemberian vitamin C dosis tinggi 2g/ hari dapat
memperbaiki kesehatan penderita diabetes. Vitamin C membantu
mencegah komplikasi DM II dengan penghambatan produksi
sorbitol. Sorbitol adalah hasil sampingan dari metabolisme gula
yang akan diakumulasikan di dalam sel dan berperan terhadap
perkembangan neuropati dan katarak. Pemberian Vitamin C 1000 -
36
3000 mg/hari pada penderita diabetes dapat mengurangi produksi
sorbitol. Dianjurkan bagi penderita diabetes untuk banyak
mengkonsumsi makanan mengandung kandungan Vitamin C cukup
tinggi diantaranya adalah jeruk, jambu biji, cabe hijau, kecambah
dan brokoli, karena konsumsi Vitamin C dosis tinggi dapat
mencegah berbagai komplikasi diabetes (Widowati, 2008).
37
B. KERANGKA TEORI
Bagan 1 Kerangka Teori
Sumber : (Modifikasi Hananta dkk, 2011)
Gaya Hidup
Pengetahuan
Infeksi dan
penyakit
Kadar Gula
Darah
Diabetes Melitus
Tipe II
Genetik/Keturunan
Diet yang salah
38
C. Kerangka Konsep
Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga merah dan Buan Jambu biji
merah (NAMBUIRA) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Pada Penderita DM Tipe II Rawat Jalan di Puskesmas Talang Ratu
Palembang Tahun 2019
Keterangan: : Variabel yang diteliti
: Variabel : Variabel Perancu / confounding
Bagan 2 Kerangka Konsep
Pemberian Puding Buah Naga merah dan
Buan Jambu biji merah
Kadar gula darah
akhir DM Tipe - II
Kadar gula darah
Awal DM Tipe - II
Asupan Zat Gizi Makro dan
Serat
39
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat ( Dependen)
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat (dependen) yaitu
variabel yang dipengaruhi adalah kadar glukosa darah.
b. Variabel Bebas ( Independen)
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas (independen) yaitu
variabel yang mempengaruhi adalah pemberian puding Buah
Naga merah dan Jambu Biji merah (NAMBUIRA).
2. Definisi Operasional
a. Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Penderita Diabetes Melitus adalah penderita Diabetes melitus
Tipe II yang di ambil sebagi sempel dengan melihat
pemerikasaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl
b. Kadar Gula Darah Sebelum Perlakuan
Jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah yang diukur
sebelum dilakukan perlakuan. Kadar gula darah yang diambil
adalah gula darah sewaktu.
Cara ukur : Pengambilan darah kapiler
Alat ukur : Glukometer (Accu Check)
Hasil : mg / dL
Skala : Rasio
40
c. Kadar Gula Darah Sesudah Perlakuan
Jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah yang diukur
sesudah dilakukan perlakuan. Kadar gula darah yang diambil
adalah gula darah sewaktu.
Cara ukur : Pengambilan darah kapiler
Alat ukur : Glukometer (Accu Check)
Hasil : mg / dL
Skala : Rasio
d. Asupan zat gizi adalah banyaknya zak gizi makro (Energi,
Protein, Lemak, Karbohidrat) yang dikonsumsi pasien selama
24 jam pada sat diberi perlakuan yaitu selama 7 hari.
Diperoleh melalui wawancara langsung dengan pasien
menggunakan form recall. Kemudian dianalisa dengan
menggunakan nutrisurvey dan dibandingkan dengan anjuran
zat gizi makro Perkeni 2015.
Cara ukur : Menganalisa kandungan zat gizi Makro
Alat ukur : Form Recall
Hasil : Lebih : >100% kecukupan
Cukup : 90 – 100% Kecukupan
Kurang : <90% kecukupan
Skala : Ordinal
41
e. Asupan Serat
Banyaknya serat yang dikonsumsi pasien selama 24 jam pada
saaat perlakuan yaitu selama 7 hari. Diperoleh melalui
wawancara langsung dengan pasien menggunakan form recall
Cara ukur : Observasi
Alat ukur : Form Recall
Hasil : Cukup : 25 – 35 g/hari
Kurang : < 25 g/hari
Skala : Ordinal
Sumber : Perkeni 2015
f. Asupan Vitamin C
Semua asupan vitamin C dari makanan yang dikonsumsi
responden selama 7 hari berturut – turut dengan
menggunakan metode Recall. Hasil dari Recall selama 7 hari
ini kemudian dirata – ratakan lalu dibandingkan dengan
kebutuhan asupan Vitamin C.
Alat ukur : Form Recall
Hasil : Baik : ≥ 75 mg/hari
Kurang : < 75 mg/hari
Skala : Ordinal
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004
g. Kelompok Perlakuan adalah kelompok responden yang
mendapat puding Buah Naga merah dan Jambu Biji merah
(NAMBUIRA) yang diberikan sebagai penggati selingan pagi
pada pukul ±10.00 WIB sebanyak 1 kali sehari dan
42
mendapatkan obat hipoglikemik oral (OHO) dari Puskesmas
Talang Ratu Palembang Selama 7 Hari.
h. Kelompok Pembanding adalah kelompok responden yang
tidak mendapat puding Buah Naga merah dan Jambu Biji
merah (NAMBUIRA) namun hanya mendapatkan obat
hipoglikemik oral (OHO) dari Puskesmas Talang Ratu
Palembang.
i. Puding buah naga merah dan jambu biji merah (NAMBUIRA)
adalah makanan / snack dari hasil pencampuran 100 gr Naga
merah dan Jambu biji merah 150 gr. Dengan kandungan gizi.
Tabel 5
Kandungan Gizi Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA)
Zat Gizi Kandungan
Energi (kkal) 130
Protein (g) 2,6
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 43
Vitamin A (µg) 118,5
Vitamin B1 (mg) 0,1
Vitamin C (mg) 284
Kalsium (mg) 230
Fosfor (mg) 426
Besi (mg) 1
Serat (gr) 9,8
Sumber : Hasil Olah Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Talang Ratu Palembang.
Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2019.
B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain quasi experiment (eksperimen
semu). Penelitian eksperimen merupakan bentuk penelitian
percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan
kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang
diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau
pengaruh ketika kondisi – kondisi ini dipengaruhi. Desain dalam
penelitian ini menggunakan pre-test dan post-test . Cara
melakukannya satu kali pengukuran sebelum (pre-test) adanya
perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi
(post-test).
2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah
rancangan pretest-posttest with control group dengan
menggunakan kelompok pembanding, skema sebagai berikut :
Kelompok eksperimen : O1 - - - - - - - - - - X - - - - - - - - - - - - - O2
Pre test Perlakuan Post test
Kelompok pembanding: O3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - O4
Pre test Post test
44
Keterangan :
O1 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Gula Darah)
sebelum perlakuan.
O2 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Gula Darah)
setelah perlakuan.
O3 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Gula Darah).
O4 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Gula Darah).
X = Perlakuan pemberian puding buah naga merah dan jambu
biji merah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi DM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien penderita DM rawat jalan di Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ratu Palembang sebanyak 159 pasein.
2. Sampel
Sampel adalah pasien diabetes melitus rawat jalan di Wilayah
Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang, dan ditentukan
menggunakan purposive sampling dengan teknik Accidental
Sampling yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kriteria sampel Inklusi :
a. Penderita Diabetes melitus tipe II (≥ 200 mg/dl)
b. Pasien Usia diatas ≥18 tahun
c. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat berkomunikasi
dengan baik.
d. Pasien berdomisili di Palembang
e. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed
consent.
45
Kriteria sampel Ekslusi :
a. Tidak menderita penyakit saluran cerna.
b. Pasien yang menderita penyakit komplikasi Berat seperti Gagal
ginjal, Sirosis Hepatis, strok.
3. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan ditentukan dengan rumus
(Lemeshow , 1997 dalam rahmat 2017) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
n1 = n2 : Besar sampel untuk setiap kelompok
SD : Standar deviasi (30,9)
Z 1 - α/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α : 5%
Z 1 – β : Nilai Z pada Kekuatan 1,64 bila β 5%
: Rata-rata penelitian (27,7)
(Penelitian Wiardani, 2014)
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, didapat sampel
minimal dalam penelitian ini sebanyak 26 sampel. Kemudian
ditambah sampel cadangan sebanyak 10% dari jumlah sampel
sehinga diperoleh jumlah sampel seluruh 29 sampel, karena alasan
kepentingan statistik maka sampel minimal yang diambil sebanyak
30 orang untuk kelompok perlakuan dan kelompok pembanding.
Sehingga jumlah responden penelitian ini adalah 60 responden.
46
D. Jenis Data dan Cara Pengambilan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden
dengan cara wawancara langsung dan pengukuran kadar gula
darah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara
mengutip laporan yang sudah ada, yang dijadikan objek
penelitian yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan alamat
sampel.
2. Cara Pengambilan Data
a. Tahap persiapan
1) Peneliti mengurus surat izin pengambilan data sekunder.
Setelah pihak puskesmas memberikan izin pengambilan
data, maka peneliti mengambil data penderita diabetes
berdasarkan diagnosa dokter yang tercatat di buku
kunjungan.
2) Peneliti mempersiapkan puding buah naga merah dan
jambu biji merah untuk dikonsumsi oleh responden.
3) Peneliti mempersiapkan alat Accucheck yang akan
digunakan untuk memeriksa kadar gula darah penderita
yang dijadikan responden.
4) Peneliti mempersiapkan form identitas, form recall dan surat
keterangan ketersediaan menjadi responden penelitian.
47
E. Alat Pengumpulan Data
Alat yang di gunakan dalam pengumpulan data adalah sebagi
berikut:
1. Lembar identitas responden.
2. Lembar observasi.
3. Glukometer.
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Dilakukan secara manual
a. Editing
Kegiatan yang dilakukan dalam pengeditan adalah
memeriksa kelengkapan seluruh data primer yang diperoleh
bila terjadi kekurangan maka dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data
yang terkumpul selama penelitian ke dalam bentuk simbol yang
cocok untuk keperluan analisis. Data yang diperoleh
diklasifikasikan dalam bentuk kode atau angka.
c. Entry Data
Memasukkan data dari jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)
dimasukkan dalam program (Komputerisasi).
d. Cleaning Data
Setelah pemasukan data selesai dilakukan proses untuk
menguji kebenaran data sehingga data yang masuk benar-
benar bebas dari kesalahan.
48
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel
dependen dan independen untuk memperoleh gambaran atau
karakteristik dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan
dilakukan dengan narasi.
b. Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil studi, data kadar gula darah yang
diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk melihat perbedaan
rata-rata kadar gula darah antara pengamatan pertama (sebelum
Pemberian Puding Buah Naga Merah dan Buah Jambu Biji
Merah) pengamatan kedua (setelah pemberian Puding Buah
naga merah dan Buah Jambu Biji merah) dengan menggunakan
uji t dependen. Sehingga dapat diketahui ada atau tidak
hubungan yang bermakna secara statistik dengan tingkat
kepercayaan 95%. Keputusan statistik disimpulkan dengan
melihat nilai p pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut:
p > 0.05 (α) dinyatakan tidak ada hubungan
p < 0.05 (α) dinyatakan ada hubungan
jika hasil Uji Statistik t dependet baik dalam kelompok
perlakuan maupun pembanding menghasilkan p≤0,05 (α) maka
akan dilanjutkan dengan Uji t Independen.
49
G. Prosedur Pembuatan Puding Buah Naga dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA)
1. Bahan
a. Buah Naga Merah :100 gr
b. Buah Jambu Biji Merah :150 gr
c. Agar-agar (plain) : 2 gr
d. Gula Tropicana : 6 gr
e. Air : 50 ml
2. Cara Pembuatan
a. Blender Buah Naga merah dan jambu biji merah menggunakan
air .
b. Kemudian Masak Buah Naga Merah dan Buah jambu biji yang
telah hancur dengan campur agar-agar tanpa rasa (plain) dan
gula tropicana dengan menggunakan api kecil.
c. Angkat. Lalu Dinginkan.
Tabel 6
Kandungan Gizi Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA)
Zat Gizi Kandungan
Energi (kkal) 130
Protein (g) 2,6
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 43
Vitamin A (µg) 118,5
Vitamin B1 (mg) 0,1
Vitamin C (mg) 284
Kalsium (mg) 230
Fosfor (mg) 426
Besi (mg) 1
Serat (gr) 9,8
Sumber : Hasil Olah Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
50
H. Alur Penelitian
Efektifitas Pemberian Puding Buan Naga Merah dan Jambu Biji
merah (NAMBUIRA) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Ratu Palembang.
Bagan 3 Alur Penelitian
Pengambilan Data Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dari Buku Catatan
Pengunjung Puskesmas Talang Ratu Palembang
Menentukan jumlah Sampel
Pengambilan Sampel
Tanda tangan persetujuan
Kunjungan Kerumah Pasien
Kunjungan Kerumah Pasien
Ya Tidak
Pemeriksaan Kadar Gula Darah ≥ 200 mg/dl
Perlakuan Pembandin
g
1. Pemberian Puding Buah
Naga Merah dan Jambu Biji
Merah (NAMBUIRA) serta
obat hipoglikemik oral
(OHO)
2. Recall
1. Tidak diberikan Puding Buah
Naga Merah dan Jambu Biji
Merah (NAMBUIRA). Hanya
mengkonsumsi obat
hipoglikemik oral (OHO) saja.
2. Recall
Pemeriksaan Kadar Gula Darah
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Talang Ratu
Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
Talang Ratu pada awalnya adalah balai pengobatan yang dipimpin
oleh Bapak Amin sampai pada tahun 1966. Pada tahun 1970 balai
pengobatan ini dipimpin oleh Bapak Trya dan balai pengobatan ini
berubah menjadi Puskesmas Pembantu dengan menginduk pada
Puskesmas Dempo. Pada tahun 1975 dari Puskesmas Pembantu
menjadi Puskesmas Induk dengan Nama Puskesmas Talang Ratu.
Secara Administrasi Puskesmas Talang Ratu terletak di
Kecamatan Ilir Timur I tepatnya di kelurahan 20 Ilir D-IV, di Jalan
Letnan Murod No.986 RT.13A KM.5 dengan luas wilayah 96 Ha
atau 0.96 Km2 .
Puskesmas Talang Ratu ini memiliki letak yang strategis dan
mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dapat ditempuh dengan
berjalan kaki ataupun kendaraan, dan Puskesmas Talang Ratu
berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan 20 ilir
daerah Tiga Ariodilah
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Siring Agung
Sebelah Timur berbatsaan dengan Kelurahan Ario Kemuning
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas Talang Ratu yakni Memberi pelayanan yang
berkualitas untuk mencapai Masyarakat Sehat.
52
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Talang Ratu
Palembang dapat dilihat pada Table 7.
Tabel 7
Tenaga Kesehatan Puskesmas Talang Ratu Palembang
Jenis Ketenagaan Jumlah
Dokter Umum 3 Orang Dokter Gigi 1 Orang Assisten Apoteker 2 Orang SKM (Penyuluhan Kesehatan) 1 Orang SKM (Adminkes) 1 Orang SKM (Trnaga Lainnya) 4 Orang Perawat (SPK, Akper, S.Kep) 7 Orang Bidan (D1, D3) 10 Orang Nutrisionis (SPAG, DIII Gizi) 1 Orang Sanitarian (SPPH, DIII Kesling) 1 Orang Pranata Laboratorium 2 Orang Perawat Gigi 3 Orang SMA (Jaga Malam) 1 Orang Administrasi Umum (SKM) 2 Orang Pekarya 1 Orang Komputer Akutansi 1 Orang Tenaga kontrak Peomkes 1 Orang
B. Deskiptif Karakteristik Responden
Responden yang diteliti adalah 60 Responden yang menderita
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu
Palembang. Penelitian ini menggunakan kelompok, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok pembanding. Kelompok perlakuan yaitu
kelompok yang diberikan pudding buah Naga merah, Jambu biji
Merah dan mengkonsumsi Obat Penurun gula darah, sedangkan
pada kelompok pembanding hanya mengkonsumsi obat penurun
gula darah. Data yang diperoleh berupa data skunder yang
diperoleh dari Puskesmas Talang Ratu Palembang yang kemudian
di periksa kembali dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu ≥200mg/dl.
53
C. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
a. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini
yaitu terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki-laki
dan perempuan yang berjumlah 60 orang seperti terlihat di
dalam Tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Kelompok
Perlakuan Pembanding
N % N %
Laki-laki 9 30.0 12 40.0
Perempuan 21 70.0 18 60.0
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap kelompok penderita Diabetes Melitus
tipe II pada kelompok Perlakuan maupun kelompok
pembanding sebagian besar berjenis kelamin perempuan
yaitu 70% dan pada kelompok pembanding sebesar 60%.
b. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah yang berusia ≥45 tahun. Responden dengan usia 45-
59 tahun dikatagorikan Usia pertengahan, Usia 60-74 tahun
dikatagorikan sebagai lanjut usia, Usia 75-90 tahun
dikatagorikan sebagai lanjut usia tua. Dengan total sampel
adalah 60 orang seperti terlihat dalam table 9.
54
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
45 – 59 tahun 15 50.0 15 50.0
60 – 74 tahun 13 43.3 13 43.3
75 - 90 tahun 2 6.7 2 6.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel penderita yang mengalami penyakit Diabetes
Mellitus Tipe II, bahwa distribusi responden berdasarkan
usia sebagian besar menepati kelompok usia pertengahan
(45 – 59 tahun) yaitu sebesar 50.0% dan pada Kelompok
Pembanding yaitu sebesar 50.0%.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT
Responden yang menjadi sampel penelitian ini terdiri
dari responden yang mempunyai IMT Kurang, Normal, dan
Obesitas dengan total responden 60 orang seperti yang
terlihat pada table 10.
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan IMT
IMT
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Kurang 1 3.3 2 6.7
Normal 21 70.0 16 53.3
Obesitas 8 26.7 12 40.0
Total 30 100.0 30 100.0
55
Berdasarkan table 10 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada kelompok Pelakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar pasien dengan IMT normal yaitu 70.0%
sedangkan pada kelompok Pembanding yaitu 53.3%.
3. Analisis Univariat
a. Rata – rata Asupan Gizi
Data Asupan Gizi responden diperoleh berdasarkan Hasil
Wawancara secara Langsung menggunakan Food recall 1 x 24
jam selama 3 hari berturut-turut yang dilakukan pada kelompok
perlakuan dan pembanding.
Tabel 11
Rata – Rata Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Lebih 20 66.7 21 70.0
Cukup 5 16.7 3 10.0
Kurang 5 16.7 6 20.0
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagian besar dengan Asupan Karbohidrat
Lebih yaitu 66.7% sedangkan kelompok pembanding 70.0%.
56
Tabel 12
Rata – Rata Asupan Lemak
Asupan Lemak
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Lebih 1 3.3 5 16.7
Cukup 4 13.3 5 16.7
Kurang 25 83.3 20 66.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagian besar dengan Asupan Lemak Kurang
yaitu 80.0% sedangkan pada Kelompok Pembanding 66.7%.
Tabel 13
Rata – Rata Asupan Protein
Asupan Protein
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Lebih 4 13.3 2 6.7
Cukup 10 33.3 5 16.7
Kurang 16 53.3 23 76.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagian besar dengan Asupan Protein Kurang
yaitu 53.3% sedangkan pada Kelompok Pembanding 76.7%.
57
Tabel 14
Rata – Rata Asupan Energi
Asupan Energi
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Lebih 9 30.0 10 33.3
Cukup 6 20.0 9 30.0
Kurang 15 50.0 11 36.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan table 14 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap kelompok penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagian besar dengan Asupan Energi Kurang
yaitu 50.0% sedangkan pada Kelompok Pembanding yaitu
36.7%.
Tabel 15
Rata – Rata Asupan Serat
Asupan Serat
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Cukup 6 20.0 4 13.3
Kurang 24 80.0 26 86.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagian besar dengan Asupan Serat Kurang
yaitu 80.0% sedangkan pada Kelompok Pembanding yaitu
86.7%.
58
Tabel 16
Rata – Rata Asupan Vitamin C
Asupan Vitamin C
Kelompok
Perlakuan Pembanding
n % n %
Baik 27 90.0 28 93.3
Kurang 3 10.0 2 6.7
Total 30 100.0 30 100.0
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa dari 60
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pembanding sebagiab besar Baik yaitu 90% dan 93.3%
b. Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan
Dalam penelitian ini, Rata – rata Kadar Glukosa Darah
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebelum Perlakuan di bagi menjadi dua Katagori yaitu Kadar
Glukosa darah Tinggi dan Kadar Glukosa darah Rendah
seperti yang terlihat pada tabel 17
Tabel 17
Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan
Kelompok Jumlah Sampel
GDS Rata – Rata Tertinggi Terendah
Perlakuan 30 521 205 280.10 Pembanding 30 406 213 262.63
Berdasarkan tabel 17 didapatkan bahwa Kadar Glukosa
darah Kelompok Perlakuan Tertinggi sebelum Pemberian
Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) adalah 521 mg/dl dan Kadar Glukosa darah
Terendah sebelum Pemberian Puding Buah Naga Merah
dan Jambu Biji Merah adalah 205 mg/dl dengan Rata – rata
59
Kadar Glukosa darah Sebelum Perlakuan adalah 280.10
mg/dl.
Sedangkan pada Kelompok Pembanding Kadar Glukosa
darah Tertinggi Sebelum Pemberian Puding Buah Naga
Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) adalah 406
mg/dl dan Kadar Glukosa darah Terendah adalah 213 mg/dl
dengan Rata – rata Kadar Glukosa darah Kelompok
Pembanding adalah 262.63 mg/dl.
c. Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Dalam penelitian ini, Rata – rata Kadar Glukosa Darah
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
setelah Perlakuan di bagi menjadi dua Katagori yaitu Kadar
Glukosa darah Tinggi dan Kadar Glukosa darah Rendah
seperti yang terlihat pada tabel 18.
Tabel 18
Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Kelompok Jumlah Sampel
GDS Rata – Rata Tertinggi Terendah
Perlakuan 30 368 116 210.70 Pembanding 30 396 189 253.83
Berdasarkan tabel 18 didapatkan bahwa Kadar Glukosa
darah Kelompok Perlakuan Tertinggi Setelah Pemberian
Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) adalah 368 mg/dl dan Kadar Glukosa darah
Terendah Setelah Pemberian Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah adalah 116 mg/dl dengan Rata – rata
Kadar Glukosa darah Setelah Perlakuan adalah 210.70
mg/dl.
60
Sedangkan pada Kelompok Pembanding Kadar Glukosa
darah Tertinggi Setelah Pemberian Puding Buah Naga
Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) adalah 396
mg/dl dan Kadar Glukosa darah Terendah adalah 189 mg/dl
dengan Rata – rata Kadar Glukosa darah Kelompok
Pembanding adalah 253.83 mg/dl.
4. Analisis Bivariat
Penelitian ini terdiri dari dua Kelompok yaitu Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Pembanding. Kelompok Perlakuan
adalah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan Puding
Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA). Puding
Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) merupakan
Selingan Tinggi Serat yang terbuat dari 100 gr Buah Naga Merah
dan 150 gr Jambu Biji Merah dengan penambahan Air sebanyak 50
ml, Gula Tropicana 5 gr dan Agar – agar plain 3 gr. Dengan
pemberian Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
diberikan selama 7 Hari berturut – turut yang diberikan sebagai
penggati selingan pagi pada pukul ±10.00 WIB. Setelah
mengkonsumsi Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA). Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA), Kelompok Pembanding juga mengkonsumsi obat
Penurun Gula darah yang diberikan dari Puskesmas Talang Ratu
Palembang.
Kelompok Pembanding adalah Kelompok Penderita Diabetes
Melitus Tipe II yang tidak di berikan Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah (NAMBUIRA). Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) namun Mengkonsumsi obat
Penurun Gula darah dari Puskesmas Talang Ratu Palembang
selama 7 hari berturut – turut.
61
a. Perbedaan Rata – rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan
Setelah Perlakuan Pada Kelompok Perlakuan dan
Pembanding
Dalam Penelitian ini, untuk mengetahui Rata – rata Kadar
Glukosa Darah Responden Sebelum dan Setelah Perlakuan
Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding maka
dilakukan Uji Statistik yaitu Uji t – dependen.
Tabel 19
Perbedaan Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan
Kelompok Mean Awal ± SD Mean Akhir ± SD P t
Perlakuan 280.10 ± 75.24 210.70 ±63.68 0.000 6.892 Pembanding 262.63 ± 53.86 253.83 ±55.54 0.033 2.049
Hasil Uji Statistik (Uji t-dependen) pada kelompok
Perlakuan terdapat p - value α <0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh terhadap Kadar Glukosa
darah sebelum dan Setelah mengkonsumsi Puding Buah Naga
Merah Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) dan Obat Penurun Gula
darah.
Sedangkan hasil Uji Statistik (Uji t-dependen) pada
Kelompok Pembanding terhadap p – velue α <0.05 sehingga
dapat dismpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna Kadar
Glukosa darah sebelum dan setelah.
b. Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga Merah dan Jambu
Biji Merah (NAMBUIRA) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Responden
Dari hasil Uji Statistik (Uji t-dependen) didapatkan
perbedaan yang bermakna terhadap penurunan Kadar Glukosa
darah Sebelum dan Setelah baik pada Kelompok Perlakuan
maupun Pembanding. Sehingga untuk Melihat adakah
pengaruh pada Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji
(NAMBUIRA) Merah terhadap Penurunan Kadar Glukosa
62
darah, maka dilanjutkan dengan Uji Statistik yaitu Uji t-
independen.
Tabel 20
Rata – rata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah
Jenis Pemeriksaan Perlakuan Pembanding
Glukosa Darah (mg/dl)
69.40 8.80
Hasil Uji Statistik (Uji t-independen) Rata – rata Penurunan
Kadar Glukosa drah pada Kelompok Perlakuan 69.40 mg/dl,
sedangkan pada Kelompok Pembanding Rata – rata
Penurunan Kadar Glukosa darah yaitu 8.80 mg/dl.
Tabel 21
Rata – rata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
Kelompok Mean Selisih ± SD t P
Perlakuan 69.40 ± 55.15 5.536 0.0000
Pembanding 8.80 ± 23.52
Hasil Uji Statisti (Uji t-independen) terhadap p – value
< 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Pemberian Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) terhadap penurunan Kadar Glukosa darah pada
pasien Diabetes Mellitus.
63
5. Hasil Uji Kimiawi
Analisa kimia pada penelitian ini adalah menganalisia kadar
air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat,
kadar Vitamin C dan kadar serat kasar. Pelaksanaan pengujian
dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada tanggal 16 maret
2020.
Tabel 22
Hasil Uji Proksimat Nilai Gizi Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah per 100g
NO
Nilai Gizi (g%) Perkiraan nilai
Energi (kkal)
Air Abu Protein Lemak KH Vitamin
C Serat Kasar
1 86.42 0.38 8.79 0.51 3.9 101.96 2.53 130
D. Pembahasan
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel
yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II baik pada kelompok
perlakuan dan kelompok pembanding Sebagian Besar Perempuan
yaitu 70% (21 Orang) pada kelompok Perlakuan dan 60% (18
Orang) pada kelompok Pembanding.
Hal ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Allorerung,
dkk (2016) bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian Diabetes yaitu menunjukkan bahwa responden dengan
jenis perempuan memiliki risiko terkena Diabetes Mellitus tipe II
dengan uji statistik Chi Square dan nilai p=0,044.
64
Menurut Tandra (2013) menyatakan bahwa perempuan
memiliki risiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus Tipe II
dibandingkan laki-laki, berhubungan dengan kehamilan dimana
kehamilan merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
diabetes melitus. Penelitian antara jenis kelamin dengan kejadian
Diabetes Mellitus Tipe II, prevalensi kejadian Diabetes Mellitus Tipe
II pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko
mengidap Risiko Diabetes Mellitus Tipe II karena secara fisik
wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putro (2011) yang mendapatkan nilai P value 0,795
yang berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian Diabetes Mellitus Tipe II.
Selanjutnya Irawan (2010) pada prevalensi kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
Perempuan lebih berisiko mengidap diabetes, karena secara fisik
perempuan memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang
lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pasca menopause yang membuat distribusi lemak-lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut.
Perubahan hormonal yang terjadi pada perempuan yaitu dimana
telah terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron akibat
menopause.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel
kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding penderita yang
mengalami penyakit Diabetes Mellitus Tipe II, bahwa distribusi
responden berdasarkan usia sebagian besar menepati kelompok
usia pertengahan (45 – 59 tahun) yaitu sebesar 50.0% dan pada
Kelompok Pembanding yaitu sebesar 50.0%.
65
Hal ini sejalan dengan penelitian Ricahrdo, dkk (2014),
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penyakit
Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki usia
rawan, terutama setelah usia 45 tahun, sehingga tubuhnya tidak
peka lagi terhadap insulin.
Jika dilihat dari umur responden saat pertama kali menderita
DM maka dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya umur
seseorang maka semakin besar kejadian DM tipe 2 (Brunner and
Suddarth, 2013).
Ada Teori mengatakan bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki
peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa
yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi
tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam memproduksi
insulin.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT
Berdasarkan table 10 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel
pada setiap kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada
kelompok Pelakuan dan Kelompok Pembanding sebagian besar
pasien dengan IMT normal yaitu 70.0% sedangkan pada kelompok
Pembanding yaitu 53.3%.
Hal ini sejalan dengan hasi penelitian Sunjaya (2009)
menunjukkan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai
risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes mellitus
dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.
Adanya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes mellitus ini
disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi
karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan factor risiko dari
obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya Asam Lemak
bebas atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini
66
akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane
plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada
jaringan otot dan adipose (Teixeria-Lemos dkk,2011).
Menurut Wicaksono (2011), orang yang dengan Status Gizi
Overweight memiliki risiko dua kali lipat untuk Terjadinya Diabetes
Mellitus Tipe II dibandingkan dengan orang yang dengan Status
Gizi yang Normal meskipun secara Statistik tidak bermakna.
Keterkaitan antara Diabetes Mellitus Tipe IIdan IMT dimana apa
bila seseorang yang memiliki Berat Badan yang berlebihan maka
akan timbulnya timbunan Lemak dalam Tubuh yang akan
mengakibatkan peningkatan Kadar Gula darah akibat resistensi
kerja insulin sehingga dapat mencetuskan timbulnya penyakit
Diabetes Mellitus Tipe II maupun memperberat kondisi penderita
Diabetes Mellitus Tipe II (Harahap,2015).
4. Rata – Rata Asupan Zat Gizi Responden
a. Asupan Karbohidrat Responden
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar dengan Asupan Karbohidrat Lebih yaitu 66.7%
sedangkan kelompok pembanding 70.0%.
Beban Glikemik Memberikan gambaran pada respon kadar
gula darah terhadap makanan, terutama jumlah dan jenis
Krbohidrat tertentu di dalam Makanan. Jumlah Asupan
Karbohidrat dari makanan utama dan selingan mempengaruhi
peningkatan pada kadar gula darah.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi
untuk sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya tergantung pada
suplai karbohidrat berupa glukosa. Kondisi kurangnya glukosa
darah dapat mengakibatkan hipoglikemia, sedangkan kondisi
67
kelebihan glukosa dalam darah menimbulkan kondisi yang
disebut hiperglikemia yang kondisi tersebut jika berlangsung
terus dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diabetes
(Brunner and Suddarth, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Muliani (2018) menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara asupan Karbohidrat
dengan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus dimana
ditunjukkan dengan nilai p = 0.004. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kamandanu (2009) bahwa tingginya asupan gula
(karbohidrat) dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat
drastis.
Menurut Hoerudi (2012), menyatakan bahwa Jambu biji
adalah salah satu buah – buahan yang kaya akan sumber
Karbohidrat dimana memiliki kadar indeks glikemik rendah yaitu
19. Dimana Hal ini sejalan dengan Teori Mayawati (2018) yang
menyarankan agar pra- dan Diabetes tetap mengkonsumsi
buah dan sayur (khususnya dengan IG rendah) dimana sesuai
anjuran kecukupan dan tidak menghindarinya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Leoni (2012)
dimana asupan karbohidrat sampel penelitian sebanyak 91.6%
termasuk kategori kurang. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Purba et al., (2015) dimana asupan karbohidrat
sampel penelitian sebanyak 93.3 % termasuk kategori kurang.
b. Asupan Lemak Responden
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar dengan Asupan Lemak Kurang yaitu 80.0%
sedangkan pada Kelompok Pembanding 66.7%.
68
Hasil Uji Statistik Yang dilakukan oleh Muliani (2013),
didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara asupan lemak dengan kadar gula darah pasien hal ini
ditunjukkan dengan hasil Uji Statistik yang di dapat nilai P =
0,590. Hal ini sesuai dengan Kamandanu (2009) bahwa
tingginya asupan lemak tidak mempengaruhi kadar gula darah
tapi dapat menyebabkan adanya penyumbatan pembuluh
darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah
dislipidemia.
c. Asupan Protein Responden
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar dengan Asupan Protein Kurang yaitu 53.3%
sedangkan pada Kelompok Pembanding 76.7%.
Menurut Kartasa dan Marsetyo, (2005) dimana Asupan
protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan
mempengaruhi kadar gula darah disebabkan salah satu fungsi
protein adalah sebagai sumber energi pada tubuh, untuk
menjadi energi ada beberapa jenis asam-asam amino yang
masuk kejalur karbohidrat melalui proses glukoneogenesis. Hal
ini dapat juga terjadi bila tubuh kurang asupan energi
makanannya.
Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Liu et al.,
(2006) selama 10 tahun menunjukkan dengan mengkonsumsi
susu skim lebih dari 2 porsi dala sehari dapat menurunkan
risiko diabetes tipe II pada wanita paruh baya atau lanjut usia.
Hal ini berkaitan dengan Kemampuan susu untuk
meningkatkan sekresi asam amino insulinotropik dan hormon
inkretin yang dapat membantu mengurangi insidensi Diabetes
tipe II.
69
Penelitian Leoni, (2012) menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara asupan protein dengan sekresi insulin,
semakin tinggi asupan protein maka semakin tinggi juga sekresi
insulin sehingga glukosa didalam darah tetap terjaga. Penelitian
lain oleh Martini dan Wood (2009) juga memperoleh hasil yang
sama yaitu konsumsi susu rendah lemak 3 porsi perhari
memiliki efek menguntungkan pada pencegahan penyakit
kronis (Diabetes).
d. Asupan Energi Responden
Berdasarkan table 14 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap kelompok penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar dengan Asupan Energi Kurang yaitu 50.0%
sedangkan pada Kelompok Pembanding yaitu 36.7%.
Pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II tidak dianjurkan
untuk Asupan Energi lebih ataupun kurang dari kebutuhan,
karna pada saat Asupan energy kurang dapat terjadi
Hipoglikemia (Perkeni,2015), dimana sejalan dengan Teori
Kedia (2011), Hipoglikemia akan menyebabkan kerusakan otak
yang permanen, dan dapat menyebabkan Koma hingga
Mencapai tahap Kematian. Serta Hipoglikemik yang
berkepanjangan akan menyebabkan Gangguan
Neuropsikologis sedang sampai dengan Berat (Jevon, 2010).
Asupan makanan energi yang berlebihan memacu
resistensi insulin melalui peningkatan kadar gula darah dan
asam-asam lemak bebas di dalam darah. Asupan makanan
tinggi energi juga menyebabkan peningkatan lemak tubuh
sehingga timbul obesitas. Obesitas sentral telah diketahui
berhubungan erat dengan resistensi insulin (Waqas Sami,
2017).
70
e. Asupan Serat Responden
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagian besar dengan Asupan Serat Kurang yaitu 80.0%
sedangkan pada Kelompok Pembanding yaitu 86.7%.
Menurut Dalimartha dan Adrian, (2011) Makanan akan
Tinggi Serat sangat dianjurkan untuk penderita Diabetes
terutama Serat larut air. Dimana Serat larut air yang dimaksud
dapat memperlambat penyerapan glukosa sesudah makan,
juga mempengaruhi penyerapan lemak dari saluran
pencernaan. Proses penyerapan glukosa dan lemak oleh serat
dengan cara meningkatkan kekentalan feses yang secara tidak
langsung menurunkan kecepatan difusi sehingga kadar glukosa
darah, profil lipid dan kolesterol menurun (Sulistyani, 2012
dalam Hidayati, 2017).
Menurut Astawan dan Kasih (2008), Mekanisme serat
pangan dalam menurunkan kadar gula darah pasien diabetes
adalah dengan menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat
sehingga menyebabkan turunnya respon insulin dan
mengakibatkan kerja pankreas semakin ringan sehingga dapat
memperbaiki fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin.
Hasil tersebut sejalan dengan hasil Penelitian Amanina
(2015), dimana hasil Perhitungan Uji Chi Square diketahui
bahwa ada hubungan anatara asupan serat dengan kejadian
pada Diabetes Mellitus tipe II dimana nilai p= 0.043 sehingga
dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan Asupan serat
tidak baik berisiko sebesar 2.5 kali lebih tinggi untuk mengalami
kejadian Diabetes Mellitus tipe II.
71
Selanjutnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh
Rahmawati (2010) dengan rerata asupan serat penyandang
diabetes yaitu 9.1 gram/hari. Penelitian oleh Bintanah &
Handarsari (2012) menunjukkan rerata asupan serat
penyandang diabetes yaitu 7.9 gram/hari. Penelitian oleh
Wiardani et al., (2007) rerata asupan serat yaitu 8.7 gram/ hari
sementara anjuran konsumsi serat menurut Perkeni (2015)
sebesar 20-35 gram/hari.
Makanan tinggi serat sangat dianjurkan untuk penderita
diabetes terutama serat larut air. Serat jenis ini dapat
memperlambat penyerapan glukosa sesudah makan, juga
mempengaruhi penyerapan lemak dari saluran pencernaan
(Dalimartha & Adrian, 2011). Proses penyerapan glukosa dan
lemak oleh serat dengan cara meningkatkan kekentalan feses
yang secara tidak langsung menurunkan kecepatan difusi
sehingga kadar glukosa darah, profil lipid dan kolesterol
menurun (Sulistyani, 2012 dalam Hidayati, 2017).Mekanisme
serat pangan dalam menurunkan kadar gula darah pasien
diabetes adalah dengan menurunkan efisiensi penyerapan
karbohidrat sehingga menyebabkan turunnya respon insulin
dan mengakibatkan kerja pankreas semakin ringan sehingga
dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam menghasilkan
insulin (Astawan & Kasih, 2008).
f. Asupan Vitamin C Responden
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa dari 30
sampel pada setiap Kelompok Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding
sebagiab besar Baik yaitu 90% dan 93.3%.
Kandungan vitamin C juga dapat mempengaruhi kadar
GDP. Buah naga merah mengandung 540.27 mg/ 100 g vitamin
C atau mencapai 6 kalilipat dari kebutuhan. Vitamin C yang
72
sangat kaya terkandung dalam buah naga merah berfungsi
sebagai antioksidan dapat mengurangi resistensi insulin
dengan meningkatkan fungsi endotel dan menurunkan stress
oksidatif (Chen H dkk, 2006). Selain itu vitamin C berperan
dalam menghambat enzim aldose reduktase sehingga
ekuivalen pereduksi untuk mengkonversi glutation teroksidasi
(GSSG) menjadi glutation tereduksi (GSH) menjadi berkurang.
Sejalan dengan penelitian Wulandari dkk (2012),
menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada penderita
Diabetes Tipe II (p=0.021). hal ini disebabkan vitamin C dapat
meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat menurunkan kadar
glukosa darah sehingga vitamin C mengurangi toksisitas
glukosa dan berkontribusi dalam pencegahan penurunan
massa sel beta dan jumlah insulin. Dalam perannya
menurunkan kadar glukosa darah, vitamin C memainkan peran
dalam memodulasi aksi insulin pada penderita DM, terutama
dalam metabolism glukosa non Oksidatif.
g. Perbedaan Rata – rata Kadar Glukosa Darah
Hasil penelitian terhadap penderita Diabetes Mellitus tipe II
diwilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang, Rata-rata
kadar Glukosa darah dari 60 Responden masing – masing 30
Kelompok Perlakuan adalah 69.40 mg/dl dan Rata – Rata pada
Kelompok Pembanding yaitu 8.80 mg/dl. Hasil Uji Statistik (t –
dependen) didapatkan pada kelompok perlakuan dengan nilai p
= 0.000 dan pada Kelompok Pembanding nilai p = 0.033 yang
berarti p – value kelompok sama – sama <0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penurunan kadar Glukosa
darah pada Kelompok Perlakuan yang diberikan yaitu Puding
Buah Naga Merah Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) dan pada
Kelompok Pembanding yang tidak diberi Puding Buah Naga
73
Merah Jambu Biji Merah tetapi masih tetap mengkonsumsi
Obat Penurun Kadar Glukosa darah (OHO).
Buah naga mengandung serat larut air yang digunakan
sebagai terapi hipoglikemia (Widyastuti & Noer, 2015). Serat
jenis ini dapat memperlambat penyerapan glukosa sesudah
makan, serta dapat mempengaruhi penyerapan lemak dari
saluran pencernaan (Dalimartha & Adrian, 2011). Selain serat,
buah naga mengandung antioksidan yang dapat mengikat
radikal bebas sehingga dapat mengurangi resistensi insulin dan
dapat menurunkan Reaktive Oxygen Species (Ruhe, 2009
dalam Hidayati, 2017). Antioksidan pada buah naga
diantaranya β-karoten 1,4 μg, likopen 3,4 μg, dan vitamin E
0,26 μg (Charoensiri, 2009 dalam Nurhayati et al., 2015).
Kandungan senyawa likopen yang tinggi mempengaruhi
resistensi hormon insulin sehingga toleransi tubuh terhadap
glukosa meningkat (Astawan & Kasih, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayati
(2017) yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian buah
naga merah 200 gram terhadap kadar glukosa darah puasa
(GDP) pasien diabetes mellitus tipe 2 sebesar 19,1 mg/dL.
Menurut Wiardani et al., (2014) pemberian jus buah naga
merah 200 g membantu menurunkan kadar glukosa darah 2
Jam Post Prondrial (2 JPP) sebesar 79,1 mg/dL.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nunung
Setyani (2019) rerata kadar gula darah puasa pada kelompok
perlakuan sebelum penelitian diketahui sebesar 156.4± 49.7
mg/dL dan pada kelompok kontrol sesudah penelitian adalah
156.7±68.05 mg/dL. Berdasarkan hasil uji statistik tidak
ditemukan adanya perbedaan kadar gula darah puasa pada
kelompok kontrol dan perlakuan sebelum penelitian, sehingga
dapat dikatakan kadar gula darah puasa kedua sampel adalah
74
homogen.Hasil uji paired t-test kadar gula darah puasa pada
kelompok perlakuan menunjukkan adanya pernedaan kadar
glukosa darah puasa sebelum dan sesudah penelitian dengan
penurunan kadar gula darah puasa dari 156.4 mg/dL menjadi
121.10 mg/dL dengan rerata penuruan 35 mg/dL, berdasarkan
uji mann-whitney menunjukkan tidak ada perbedaan kadar gula
darah puasa yang bermakna antara sampel perlakuan dan
kontrol sesudah penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian puding susu buah naga merah tidak berpengaruh
terhadap kadar kadar glukosa darah puasa pasien diabetes
mellitus tipe 2.
Jambu bii Merah atau dengan nama Latin Psidium Guajava
L adalah salah satu buah yang kaya akan sumber Flavonoid
dengan jenis Morin (Vinayagam dan Xu, 2015). Flavonoid
berfungsi untuk menghambat Enzim Glukosidase dan Alfa
Amilase sehingga pemecahan Karbohidrat menjadi
Monosakarida menjadi gagal dan Glukosa tidak dapat diserap
oleh usus. Dan teori menurut Singab et al (2005) Flavonoid
dapat mampu berperan sebagi senyawa yang dapat
Menetralkan radikal bebas. Sehingga dapat mencegah
kerusakan sel beta Pankreas yang memproduksi insulin.
Sejalan dengan penelitian Jasmani (2016) yang
menyatakan bahwa terjadinya Penurunan terhadap Kadar
Glukosa darah puasa pada ketiga kelompok Perlakuan yang
diberikan Jus Jambu biji Merah dalam berbagai dosis
pemberian (3.6 g/ekor/hari, 7.2 g/ekor/hari, 10.8 g/ekor/hari)
dimana disebabkan karna adanya aktifitas antioksidan.
Pemberian Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji
Merah (NAMBUIRA) dalam perbandingan 100g Buah Naga
Merah dan 150g Jambu BIji Merah yang diberikan pada
Penderita Diabetes Melitus di wilayah Kerja Puskesmas Talang
75
Ratu Palembang selama 7 Hari berturut – turut dapat
menurunkan Kadar Glukosa darah dengan Rata – rata
penurunan sebesar 69.40 mg/dl.
Pada kelompok Pembanding juga terdapat pengaruh
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah, Hal ini dikarenakan
responden rutin dalam Mengkonsumsi obat Penurun Kadar
glukosa darah dimana mengkonsumsi obat 1 x sehari pada
pagi hari.
h. Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga Merah dan Jambu
Biji Merah terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil Uji t - dependen didapatkan bahwa baik
kelompok Perlakuan maupun Kelompok Pembanding sama
sama signifikan dengan nilai p Value pada kelompok perlakuan
yaitu p = 0.000 dan pada Kelompok Pembanding nilai p = 0.033
yang berarti p – value kelompok sama – sama <0.05 untuk itu
peneliti melanjutkan analisis dengan uji t – independen untuk
melihat apakah penurunan tersebut benar benar di pengaruhi
oleh asupan Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA).
Hasil dari Uji Satatistik (t – Independen), Rata – rata
selisih kadar glukosa darah Kelompok Perlakuan adalah 69.40
mg/dl pada Kelompok Pembanding yaitu 8.80 mg/dl dengan p-
value yaitu p = 0.000 < α 0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa adanya pengaruh pemberian Puding Buah Naga Merah
dan Jambu Biji Merah terhadap Penurunan Kadar Glukosa
darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Pola makan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II sama
seperti pola makan Diet penyakit lainnya yaitu 3x makanan
utama dan 2x makanan Cemilan/Snack. Hanya saja pada
penderita Penyakit Diabetes Mellitus Harus memperhatikan 3 J
(Jenis, Jumlah, Jadwal makan utama/Snack). Salah satu
76
Alternatif untuk menjaga Agar kadar Glukosa darah tidak
Tinggi, Penderita Diabetes Mellitus sebaiknya untuk memilih
makanan yang cukup bahkan tinggi Serat dan energy sesuai
kebutuhan dengan indek glikemik rendah (<55) atau sedang
(55-70).
Puding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
(NAMBUIRA) dapat dimanfaatkan sebagai Cemilan sehat pada
penderita Diabetes Mellitus, karena pada Puding Buah Naga
Merah dan Jambu Biji Merah terdapat kandungan seperti
Antosianin, Flavonoid, Antioksidan, Vitamin C, dan Serat yang
dapat mengatur dan menurunkan Kadar gula darah didalam
tubuh.
Penurunan kadar glukosa darah ini dimungkinkan karena
buah naga merah memiliki komponen yang dapat memberikan
efek hipoglikemik yang berfungsi untuk menyeimbangkan kadar
glukosa darah seperti serat dan antioksidan (Flavonoid) (Ide,
2009). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Ruhe
(2009) antioksidan dapat mengikat radikal bebas sehingga
dapat mengurangi resistensi insulin dan dapat menurunkan
ROS.
Jenis antioksidan yang paling berperan dalam menurunkan
kadar glukosa darah adalah flavonoid. Kandungan flavonoid
pada daging buah naga merah sebanyak 7,21±0,02 mg CE/100
gram. Kemampuan flavonoid terutama quercetin adalah dengan
menghambat Glucose Transporters 2 (GLUT 2) mukosa usus
sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa. Hal ini
menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa
dari usus sehingga kadar glukosa darah turun. Glucose
Transporters 2 (GLUT 2) diduga merupakan transporter mayor
glukosa di usus pada kondisi normal. Pada penelitian Song
(2014) didapatkan bahwa flavonoid dapat menghambat
77
penyerapan glukosa. Ketika quercetin yang tertelan dengan
glukosa, hiperglikemia secara signifikan menurun. Hal ini
menunjukan bahwa quercetin dapat menghambat penyerapan
glukosa melalui GLUT 2.
Flavonoid juga memiliki mekanisme dalam penghambatan
fosfodiesterase sehingga kadar cAMP dalam sel β pankreas
meninggi. Peningkatan kadar cAMP ini akan menyebabkan
penutupan kanal K +ATP dalam membran plasma sel β.
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya depolarisasi membran
dan membukanya saluran Ca tergantung voltasi sehingga
mempercepat masuknya ion Ca ke dalam sel. Peningkatan ion
Ca dalam sitoplasma sel β ini akan menyebabkan sekresi
insulin oleh sel β pankreas (Panjuantingingrum, 2009).
Selain Antioksidan (Flavonoid) buah naga merah juga
mengandung serat yang tinggi yaitu 0,7-0,9 gr/100 gr buah
tersebut. Serat yang terdapat pada buah naga merah ini adalah
serat larut air yang dapat digunakan sebagai terapi
hipoglikemik. Peran serat larut air sebagai terapi hipoglikemik
adalah dengan memperbaiki sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan insulin (PERKENI, 2011) dengan cara
meningkatkan waktu transit makanan di usus, menunda
pengosongan lambung dan memperlambat absorpsi glukosa
(Hartono, 2010).
Hal tersebut, sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Nadimin (2009) didapatkan hasil bahwa terdapat
penurunan kadar glukosa darah antara sebelum dan sesudah
diberikan diet tinggi serat pada diabetes melitus tipe II.
Penelitan ini menjelaskan bahwa penderita diabetes yang
mengonsumsi total serat 50 g sehari, mempunyai kadar gula
darah lebih rendah dan lebih stabil daripada penderita diabetes
yang mengonsumsi diet moderat serat.
78
Serat yang terdapat pada naga merah dapat mengikat
banyak air dan membentuk gel, maka kemungkinan glukosa
untuk bersentuhan dengan dinding usus halus dan masuk
kedarah menjadi lebih kecil. Ketika kadar glukosa yang masuk
kedalam darah lebih sedikit, maka insulin yang dihasilkan oleh
pankreas juga menjadi lebih sedikit, sehingga kadar glukosa
darah menjadi menurun. Asupan serat yang dianjurkan
berdasarkan AKG adalah 38 gr/hari. Buah naga merah ini dapat
menyumbang ± 52% dari anjuran serat dalam sehari.
Tidak Hanya Antioksidan (Flavonoid) dan Serat buah Naga
merah memiliki Kandungan vitamin C juga dapat
mempengaruhi kadar GDP. Buah naga merah mengandung
540.27 mg/ 100 g vitamin C atau mencapai 6 kalilipat dari
kebutuhan. Vitamin C yang sangat kaya terkandung dalam
buah naga merah berfungsi sebagai antioksidan dapat
mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan fungsi
endotel dan menurunkan stress oksidatif (Chen H dkk, 2006).
Menurut Permata Sari (2008), menyatakan bahwa ekstrak
buah Jambu Biji (Psidium guajava L) mempunyai aktifitas
hipoglikemik karena diduga memiliki berbagai senyawa aktif
diantaranya adalah Flavonoid berupa quercetin sebagai
antioksidan.
Flavonoid berupa quercetin adalah salah satu senyawa
yang banyak ditemukan dalam sayur dan Buah – buahan yang
berfungsi memberi efek antioksidan. Tindakan antioksidan oleh
flavonoid dapat mencegah radikal bebas untuk melepaskan sel
β Pankreas dalam yang mensekresikan insulin. Senyawa
quercetin dapat menghambat system peroksidasi lipid yang
tergantung oleh ion Fe kemudian mengkelat ion Fe.
Pengkelatan ion Fe menyebabkan kompleks ion inert dan tidak
dapat mengawali terjadinya lipid sehingga terjadi regenerasi
79
dan perbaikan sel β pankreas yang akhirnya dapar
menstimulasi sel beta untuk mensekresikan insulin (Winarsi,
2007).
Jambu Biji Merah merupakan salah satu sumber yang kaya
akan Vitamin C alamiah yang memiliki kadar Vitamin C yang
tinggi dibandingkan pada buah – buahan lainnya seperti jeruk
atau papaya. Kandungan tertinggi yang terdapat dalam buah
jambu biji merah adalah Vitamin C dengan takaran 183 mg /
100 gr Buah Jambu Biji Merah (Waworuntu dkk, 2005).
Sejalan dengan penelitian Wulandari dkk (2012),
menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara asupan
Vitamin C dengan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus
tipe II. Hal ini disebabkan Vitamin C dapat meningkatkan
sensitivitas insulin dan dapat menurunkan kadar glukosa darah,
Vitamin C memainkan peran dalam memodulasi aksi insulin
pada penderita Diabetes Mellitus, terutama dalam metabolism
glukosa non oksidatif (Utami dkk, 2018).
Kandungan Serat yang terdapat pada buah Jambu biji
merah ini juga tergolong cukup tinggi yaitu sebesar 5,4 gr/100
gr buah jambu. Jenis serat yang cukup banyak terkandung di
dalam Jambu biji adalah Pektin. Pektik merupakan salah satu
jenis serat yang bersifat larut dalam air dan merupakan
senyawa yang dapat menyelimuti molekul karbohidrat sehingga
akan menghambat absobsinya dan selanjutnya akan melepas
perlahan – lahan. Akibat hambatan absobsi tersebut maka,
setelah makan jumlah gula yang masuk dalam darah menjdai
berkurang dengan demikian peningkatan kadar gula dara
berlebih dapat terhindar. Selain itu pectin berfungsi
meingkatkan massa feses, memperlambat waktu pengosongan
lambung, meningkatkan rasa kenyang sesudah makan dan
meningkatkan ekskresi asam empedu (santi, 2013)
80
Serta tidak hanya pada daging Jambu tapi Pada kulit
Jambu juga kaya akan serat larut dalam air, sehingga dapat
mengganggu penyerapan kadar glukosa darah dan lemak yang
berasal dari makanan dan membuang ke luar tubuh (Wijaya,
2010).
5. Hasil Uji Kimiawi
a. Kadar Air
Kadar air merupakan komponen penting dalam bahan
makanan karena kadar air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur serta cita rasa makanan. Bahkan dalam bahan
makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung
serta biji-bijian terkandung air dalam jumlah tertentu. Kadar air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability,
kesegaran dan daya tahan bahan itu. Sebagian besar dari
perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air
yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri
(Manimaran, 2013).
Kadar air yang semakin tinggi akan menyebabkan
rusaknya bahan pakan karena munculnya mikroorganisme
yang tumbuh dan berkembangbiak pada bahan. Hal ini dapat
dicegah dengan membuat kadar air suatu bahan di bawah nilai
minimal yang dibutuhkan oleh mikroba untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, sehingga mikroba tersebut tidak
mempunyai kesempatan untuk tumbuh, walaupun tumbuh tidak
akan berkembangbiak sebagaimana mestinya. Beberapa
contohnya adalah dengan jalan pengeringan, penguapan,
pengenceran dan pengentalan (Sharoba, 2014).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar air per 100 gr pada
pudding buah naga merah dan jambu biji merah (NAMBUIRA)
yaitu sebesar 86.42%.
81
b. Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik
atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anongarnik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur – unsur mineral. Unsur juga dikenal
sebagai zat organic atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukkan total zat organic atau kadar abu. Kadar abu
tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan
pangan. Bahan – bahan organic dalam proses pembakaran
akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karna itulah
disebut sebagai kadar abu (Zahro, 2013).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Abu per 100 gr pada
pudding buah naga merah dan jambu biji merah (NAMBUIRA)
yaitu sebesar 0.38%.
c. Kadar Lemak
Menurut Budiyanto (2009) lemak dan minyak merupakan
zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9
kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4
kkal/gram. Lemak dalam makanan merupakan campuran lemak
heterogen yang sebagian besar terdiri dari trigliserida.
Trigliserida disebut lemak jika pada suhu ruang berbentuk
padatan dan disebut minyak jika pada suhu ruang berbentuk
cairan. Trigliserida merupakan campuran asam-asam lemak,
biasanya dengan panjang rantai karbon sebanyak 12 sampai
22 dengan jumlah ikatan rangkap dari 0 sampai 4. Dalam lemak
makanan juga terdapat sejumlah kecil foffolid, sfingofolid,
kolesterol dan fitosterol.
82
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Lemak per 100 gr pada
pudding buah naga merah dan jambu biji merah (NAMBUIRA)
yaitu sebesar 0.51%.
d. Kadar Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti
pertama atau utama. Protein merupakan makromolekul yang
menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein
menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari
sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai
reaksi biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar
aktivitas penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya
hormon, antibodi, dan enzim (Fatchiyah dkk, 2011).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat
penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam-
asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto,
A.K, 2009).
Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen
yang diyakini sebagai faktor penting untuk fungsi tubuh,
sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein
(Muchtadi, 2010).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Protein per 100 gr pada
pudding buah naga merah dan jambu biji merah (NAMBUIRA)
yaitu sebesar 8.79%.
83
e. Kadar Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu zat gizi yang penting
memberikan energi cukup besar bagi tubuh bekerja dan
berfungsi dengan baik. Konsumsi karbohidrat harus seimbang
antara pemasukan dan pengekuaran energinya, bila
pemasukan lebih banyak dari pengeluaran maka energi yang
tidak digunakan akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk
lemak, akibatnya banyak orang yang tubuhnya menjadi
Obesitas karena kelebihan energi dan akan berlanjut dengan
timbulnya masalah kesehatan (Graha, 2010).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Karbohidrat per 100 gr
pada pudding buah naga merah dan jambu biji merah
(NAMBUIRA) yaitu sebesar 3.90%.
f. Kadar Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air.
Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam
keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan
dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi
dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C tidak
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan
asam (Almatsier S, 2005).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Vitamin C per 100 gr
pada pudding buah naga merah dan jambu biji merah
(NAMBUIRA) yaitu sebesar 101.96%.
g. Kadar Serat Kasar
serat kasar adalah zat sisa asal tanaman yang biasa
dimakan yang masih tertinggal setelah bertutut-turut diekstraksi
dengan zat pelarut, asam encer dan alkali. Dengan demikian
nilai zat serat kasar selalu lebih rendah dari serat pangan,
kurang lebih hanya seperlima dari seluruh nilai serat pangan.
(Beck, 2011).
84
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin
yang sebagian besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat
sebagai pengganjal atau bulky (Wahyu, 2004). Serat kasar
dapat membantu gerak peristaltik usus, mencegah
penggumpalan ransum dan mempercepat laju digesta
(Anggorodi, 1994). Kadar SK yang terlalu tinggi, pencernaan
nutrien akan semakin lama dan nilai energi produktifnya
semakin rendah (Tillman Dkk., 2005).
Berdasarkan tabel 22 bahwa kadar Serat Kasar per 100 gr
pada pudding buah naga merah dan jambu biji merah
(NAMBUIRA) yaitu sebesar 2.53%.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60
responden dengan Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Talang
Ratu Palembang Tahun 2020 dapat diambi kesimpulan sebagai
berikut :
1. Responden Diabetes Mellitus di Puskesmas Talang Ratu
Palembang pada kelompok Perlakuan maupun kelompok
pembanding sebagian besar berjenis kelamin perempuan
sebesar 70% dan pada kelompok pembanding sebesar 60%
dan distribusi responden berdasarkan usia sebagian besar
menepati kelompok usia pertengahan (45 – 59 tahun) yaitu
sebesar 50.0% dan pada Kelompok Pembanding yaitu sebesar
53.3%.
2. Rata – Rata Kadar Glukosa darah sebelum diberikan Perlakuan
selama 7 hari berturut – turut yaitu 280.10 mg/dl pada
kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok Pembanding
yaitu 262.36 mg/dl.
3. Rata – Rata Kadar Glukosa darah setelah diberikan Perlakuan
selama 7 hari berturut – turut yaitu 210.70 mg/dl pada
kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok Pembanding
yaitu 252.40 mg/dl.
4. Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan setelah
perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan nilai p-value <0.05
yaitu 0.000. sedangkan pad aKelompok Pembanding nilai p-
value juga <0.05 yaitu 0.033.
5. Ada pengaruh pemberian Pudding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah (NAMBUIRA) terhadap penurunan kadar
glukosa darah sebelum dan setelah pada kelompok perlakuan
86
dengan nilai p-value <0.05 yakni 0.000. Hal ini dikarenakan
pada Pudding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah
terdapat kandungan seperti Antosianin, Flavonoid, Antioksidan,
Vitamin C, dan Serat yang dapat membantu mengatur dan
menurunkan kadar glukosa darah didalam darah. Sehingga
Pudding Buah Naga Merah dan Jambu Biji Merah dapat
dijadikan makanan selingan/cemilan yang sehat untuk
penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian ini maka pudding NAMBUIRA
perlu dipertimbangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat
luas agar dapat digunakan sebagai salah satu sumber makanan
yang mudah dicari didapat serta mempunyai khasiat yang baik
untuk membantu mengatur dan menurunkan kadar gula darah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat peranan
lebih besar pada pudding NAMBUIRA terhadap penderita
diabetes mellitus dengan waktu yang lebih lama agar rata-rata
frekuensi yang didapatkan lebih menggambarkan efek dari
pudding ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association). (2017). Diagnosis and
Classification of Diabetes Melitus .
American Diabetes Association (ADA). (n.d.). Standars of Medical Care in
Diabetes. di akses 16 mei 2019 Available at
http://care.diabtesjournals.org .
Astawan, M. and Kasih, A. L. (2008) Khasiat Warna-Warni Makanan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bintanah, S. and Handarsari, E. (2012) Asupan Serat Dengan Kadar Gula
Darah, Kadar Kolesterol Total Dan Status Gizi Pada Pasien
Diabetus Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang.
Brunner and Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC
Chen H, Karne RJ, Hall G, Campia U, Panza JA, Cannon RO, et al. High-
dose oral vitamin C partially replenishes vitamin C levels in
patients with type 2 diabetes and low vitamin C levels but does not
improve endothelial dysfunction or insulin resistance. Am Physiol
Heart Circ Physiol 2006; 290: Hal 37-45.
Corwin E. J. (2009). Buku Saku Ptofisiologi.
Dalimartha, S. and Adrian, F. (2011) Khasiat Buah dan Sayur.
Desy L. Allorerung, Sekplin A. S. Sekeon, Wooford B. S. Joseph.(2016)
Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan
Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Ranotana Weru Manado
88
Dinas Kesehatan Sumatra Selatan. (2014). Profil Kesehatan .
Fitriani,S. (2012). Promosi Kesehatan. Yogyakarta.
Fitriyani,S., Widaryanti. (2012). pengaruh pemberian Jus Jambu Biji
Merah Terhadap kadar glukosa darah pda penderita DM Tipe 2.
jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Aisyah Yogyakarta. Available
at : http://digilib.unisayogya.ac.id .
Ganong, W. F. (Jakarta). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . EGC.
Goldenberg, R., Punthakee, Z.,. (2013). Definition, Classification and
Diagnosis of Diabetes, Pre diabetes and Metabolic Syndrome.
Can J Diabetes , 37:8-11.
Granita Dita. (2012). Faktor Risiko DM di Indonesia.
Hartono A. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC; 2010.
Hastuti, Sri., Syamsul Arifin., Darimiyya Hidayati. 2012. Pemanfaatan
Limbah Cangkang Rajungan sebagai Perisa Makanan Alami. Jurnal
Agrointek Volume 6 Nomor 2 (88-96).
Hery Winarsi. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 189-90
Hidayati, A. R. (2017) „Pengaruh buah naga terhadap kadar glukosa darah
pasien diabetes melitus tipe II di puskesmas temon 1 kulon progo
yogyakarta‟, p. 11. Available at:
http://digilib.Unisayogya.Ac.Id/2505/1/Naskah Publikasi_Ana
Roiffatul Hidayati.Pdf.
International Diabetes Federation (IDF). 2015. IDF Diabetes AtlasSixth
Edition. Jurnal online Available at :
http://www.idf.org/diabetesatlas/update2014.
International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Diabetes AtlasSixth
Edition. Available at : http://www.idf.org/diabetesatlas-evidence-
demands-realaction-unsummit-noncommunicable-diseases
89
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder
Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.
Leoni, A. P. (2012) Hubungan Umur, Asupan Protein, dan Faktor lainnya
dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pegawai Satlantas dan
SUMDA Di POLRESTA Depok. Jakarta: Universitas Indonesia.
Liu, S. et al. (2006) A prospective study of dairy intake and the risk of type
2 diabetes in women, Diabetes Care.
Kamandanu. 2009. Penyebab Diabetes.
(http://gambarhidup.blogspot.com/2009 /04/berbagai-penyebab-
diabetesmiletus-dan.html)
Kristanto, D. (2008). Buah naga pembudidayaan di pot dan di kebun.
Surabaya: Penebar Swadaya.
Manimaran, M. 2013. Effect of Farm Nutrient Resources Along with
Inorganic Phosphorus (P) Supplying Fertilizers on High Quality
Maize Production. Journal of Cereals and Oilseeds Volume 5
Nomor 1 (6-8)
Mahendra, DK ; Tobing, A & Alting. (2008). Care Your Self Diabetes
Melitus.
Muliani, U. (2013) Asupan zat-zat Gizi dan Kadar Gula Darah Penderita
DM-Tipe2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung, Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor
2,Oktober 2013, hlm 325-332, (4), pp. 325–332.
Nadimin. (2009). Pengaruh Pemberian Diit Dm Tinggi Serat Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe-2 Di Rsud
Salewangang Kab. Maros, Jurnal Keperawatan.14-19.
Nunung Setyani, Ni Ketut Sri Sulendri, Fifi Luthfiyah, Suhaema(2019)
Pengaruh Pemberian Puding Susu Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien
90
Diabetes Mellitus Tipe 2 Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes
Mataram.
Panjuantiningrum, Feranose. 2009. Pengaruh pemberian buah naga
merah (hylocereus polyrhizus) terhadap kadar glukosa darah
Tikus putih yang diinduksi aloksan. Tesis Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia.
Perkeni (2015) „Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2015.‟ Jakarta: PB. PERKENI.
Purba, R. B. and Monolimay, N. R. M. S. (2015) Asupan Karbohidrat dan
Lemak Pada Diabetesi Tipe II yang Rawat Jalan di Puskesmas
Tombatu, 362GIZIDO Volume 7 No. 2 November 2015, 7(2), pp.
362–367.
Rahmawati, E. (2010) Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat Dan Serat
Dengan Kadar Glukosa Darah (Studi Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsd Kalisat Kabupaten Jember),
Skripsi.
Richardo Betteng, Damayanti Pangemanan & Nelly Mayulu (2014)
Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus
Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa
Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 2, Juli 2014 404
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Pedoman Pewawancara
Petugas Pengumpulan Data, Depkes RI .
Risnayanti. (2015). Analisis Kadar Vitamin C Buah Naga Merah Jurnal
Akademika Kimia. Jurnal Akademika Kimia , halaman 91-96.
91
Ruhe. (2009). Use of Antioxidan Nutrient in The Prevention and Treatment
of Diabetes Mellitus Type II, Alternative Medical Journal. 63-69.
Saputra, Lydon. (n.d.). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.2013 .
Sharoba., Abd El Salam., Hoda H. Hafez. 2014. Production and
Evaluation of Gluten Free Biscuits as functional Foods for Celiac
Disease Patients. Journal of Agrolimentary Processes and
Technologies Volume 20 Nomor 3 (203-214).
Siregar J. (2011). Perbandingan Kadar LDL Kolesterol Pada DM Tipe 2
Dengan 3 atau Tanpa Hipertensi . Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Available at : http://digilib.unila.ac.id .
Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali
sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal
Skala Husada Vol. 6 No.1 hal: 75-81
Sulistyani. (2012). Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta: Trubus
Agriwijaya.
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu Yang Harus anda Ketahui Tentang
DIABETES. Jakarta.
Tandra H.2013. Life Healthy With Diabetes. Cetakan 1. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Teixeria-Lemos, dkk. 2011. Regular physical exercise training assists in
preventing type 2 diabetes development: focus on its antioxidant
and anti-inflammantory properties. Biomed Central Cardiovascular
Diabetology 10: 1-15
Tjokroprawiro A. (2006). Hidup Sehat Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta.
WHO. 2016. World Health Statistics-Monitoring Health for the SDGs :
World Health Organization. Page 121
92
World Health Organization. 2017. Diabetes. Available at :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.
Wiardani, N. K., Hadi, H. and Huriyati, E. (2007) Pola makan dan obesitas
sebagai faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit
Sanglah Denpasar.Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Wiardana, N. K., Moviana, y., & Puryana, I. G. (2014). jus buah naga
merah menurunkan kadar glukosa darah penderita DMT2. Jurnal
skala Husada Vol.11 , 59-66.
Widyastuti. (2015). Pengaruh Jus Buah Naga Merah terhadap Penurunan
GDP Pria Pre diabetes, Jurnal Keperawatan Universitas
Diponegoro. 34 (35). 44-47.
Wijaya, I. N. et al. (2010) „Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Wilayah Surabaya Timur‟, 2(1), pp. 23–28.
Wirakusumah (2007). Jus Buah dan Sayuran. Jakarta : Swadaya
93
LAMPIRAN
Lampian 1
Perhitungan Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan ditentukan dengan rumus (lemeshow, 1997
dalam Rahmat 2017), yaitu:
n1 = n2 =
n1 = n2 =
n1 = n2 =
n1 = n2 = 25,71 sampel = 26 sampel
Keterangan :
n1 = n2 : besar sampel untuk setiap kelompok
SD : standar deviasi (30,9)
Z 1 - α/2 : nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α : 5%
Z 1 – β : nilai Z pada Kekuatan 1,64 bila β 5%
: rata-rata penelitian (27,7)
(Penelitian Wiardani, 2014)
Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka sampel minimal dalam
penelitian ini sebanyak 29 orang. Kemudian diambil sampel cadangan
sebesar 10% dari jumlah sampel sehingga diperoleh :
Jumlah sampel keseluruhan = 26 + 2,6
= 28,6
= 29 Orang
94
Lampian 2
Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU BIJI MERAH (NAMBUIRA) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG
Kode
Responden
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :....................................................................
Umur :....................................................................
Jenis Kelamin :....................................................................
Alamat :....................................................................
Pekerjaan :....................................................................
Telah mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk ikut serta dalam penelitian “Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga Merah Dan Jambu Biji Merah Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Dm Tipe Ii Di Puskesmas Talang Ratu Palembang”
Tindakan yang dilakukan adalah : a. Wawancara identitas responden
b. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
c. Recall makanan yang dikonsumsi responden selama 3x24 jam
d. Pemberian Puding Buah Naga Dan Jambu Biji beserta
prosedur pemakaian
Palembang, ................. 2019
Peserta/wali
(..............................)
95
Lampian 3
Identitas Responden
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU
BIJI MERAH (NAMBUIRA) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS
TALANG RATU PALEMBANG
Tanggal intervensi : ..................... Kode
responden
IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama : .....................
b. Tanggal Lahir : .....................
c. Usia : .....................
d. Pendidikan : .....................
e. Alamat : .....................
f. No.Telp/Hp : .....................
g. Berat badan : .....................
h. Tinggi badan : .....................
96
Lampian 4
Pengukuran Kadar Glukosa Darah
PENGARUH PEMBERIAN PUDING BUAH NAGA MERAH DAN JAMBU
BIJI (NAMBUIRA) MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II DI PUSKESMAS
TALANG RATU PALEMBANG
Tanggal intervensi : ..................... Kode
responden
1. Pengukuran tekanan darah
a. Sebelum intervensi
Kadar Gula Darah :............
b. Setelah intervensi
Kadar Gula Darah :............
97
Lampian 5
Form Recall 24 JAM
Nama : …………………………. Kode Responden:
Umur : ………………………….
Tanggal : .....................................
Waktu
Hidangan
Bahan Makanan
Banyaknya
URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
98
Lampian 6
Hasil Uji Proksimat
99
Lampian 7
Output Hasil Analisis Data
1. ANALISA UNIVARIAT
A. Kelompok Perlakuan
a. Jenis Kelamin
Statistics
Jenis Kelamin Responden
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.70
Median 2.00
Std. Deviation .466
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 51
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulativ
e Percent
Valid
Laki-laki 9 30.0 30.0 30.0
Perempuan 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
b. Umur
Statistics
Katagori Umur
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.57
Median 1.50
Std. Deviation .626
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 47
100
Katagori Umur
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Pertengahan 15 50.0 50.0 50.0
Lanjur Usia 13 43.3 43.3 93.3
Usia Tua 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
c. IMT
Statistics
Katagori IMT
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.23
Median 2.00
Std. Deviation .504
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 67
Katagori IMT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang 1 3.3 3.3 3.3
Normal 21 70.0 70.0 73.3
Obesitas 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
101
d. Asupan Karbohidrat
Statistics
Kategori KH
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.5000
Median 1.0000
Std. Deviation .77682
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 45.00
Kategori KH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 20 66.7 66.7 66.7
Cukup 5 16.7 16.7 83.3
Kurang 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
e. Asupan Lemak
Statistics
Kategori Lemak
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.8000
Median 3.0000
Std. Deviation .48423
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 84.00
102
Kategori Lemak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 1 3.3 3.3 3.3
Cukup 4 13.3 13.3 16.7
Kurang 25 83.3 83.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
f. Asupan Protein
Statistics
Kategori Protein
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.4000
Median 3.0000
Std. Deviation .72397
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 72.00
Kategori Protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 4 13.3 13.3 13.3
Cukup 10 33.3 33.3 46.7
Kurang 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
103
g. Asupan Energi
Statistics
Kategori Energi
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.2000
Median 2.5000
Std. Deviation .88668
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 66.00
Kategori Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 9 30.0 30.0 30.0
Cukup 6 20.0 20.0 50.0
Kurang 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
h. Asupan Serat
Statistics
Kategori Serat
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.8000
Median 3.0000
Std. Deviation .40684
Range 1.00
Minimum 2.00
Maximum 3.00
Sum 84.00
104
Kategori Serat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Cukup 6 20.0 20.0 20.0
Kurang 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
i. Asupan Vitamin C
Statistics
Katagori VitaminC
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.10
Median 1.00
Std. Deviation .305
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 33
Katagori VitaminC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 27 90.0 90.0 90.0
Kurang 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
105
B. Kelompok Pembanding
a. Jenis Kelamin
Statistics
Jenis Kelamin Responden
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.60
Median 2.00
Std. Deviation .498
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 48
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 12 40.0 40.0 40.0
Perempuan 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
b. Umur
Statistics
Katagori Umur
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.57
Median 1.50
Std. Deviation .626
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 47
106
Katagori Umur
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Pertengahan 15 50.0 50.0 50.0
Lanjur Usia 13 43.3 43.3 93.3
Usia Tua 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
c. IMT
Statistics
IMT
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.33
Median 2.00
Std. Deviation .606
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 70
IMT
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Kurang 2 6.7 6.7 6.7
Normal 16 53.3 53.3 60.0
Obesitas 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
107
d. Asupan Karbohidrat
Statistics
Kategori KH
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.5000
Median 1.0000
Std. Deviation .82001
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 45.00
Kategori KH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 21 70.0 70.0 70.0
Cukup 3 10.0 10.0 80.0
Kurang 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
e. Asupan Lemak
Statistics
Kategori Lemak
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.5000
Median 3.0000
Std. Deviation .77682
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 75.00
108
Kategori Lemak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 5 16.7 16.7 16.7
Cukup 5 16.7 16.7 33.3
Kurang 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
f. Asupan Protein
Statistics
Kategori Protein
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.7000
Median 3.0000
Std. Deviation .59596
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 81.00
Kategori Protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 2 6.7 6.7 6.7
Cukup 5 16.7 16.7 23.3
Kurang 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
109
g. Asupan Energi
Statistics
Kategori Energi
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.0333
Median 2.0000
Std. Deviation .85029
Range 2.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Sum 61.00
Kategori Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lebih 10 33.3 33.3 33.3
Cukup 9 30.0 30.0 63.3
Kurang 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
h. Asupan Serat
Statistics
Kategori Serat
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.8667
Median 3.0000
Std. Deviation .34575
Range 1.00
Minimum 2.00
Maximum 3.00
Sum 86.00
110
Kategori Serat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Cukup 4 13.3 13.3 13.3
Kurang 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
i. Asupan Vitamin C
Statistics
Katagori VitaminC
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.07
Median 1.00
Std. Deviation .254
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 32
Katagori VitaminC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 28 93.3 93.3 93.3
Kurang 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
111
2. ANALISA BIVARIAT
A. Kelompok Perlakuan
a. Rata – Rata Glukosa Darah Seblum Perlakuan
Statistics
Kadar Glukosa Sebelum
N Valid 30
Missing 0
Mean 280.10
Median 255.50
Std. Deviation 75.247
Range 316
Minimum 205
Maximum 521
Sum 8403
112
Kadar Glukosa Sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
205 1 3.3 3.3 3.3
210 2 6.7 6.7 10.0
215 1 3.3 3.3 13.3
224 1 3.3 3.3 16.7
226 1 3.3 3.3 20.0
228 1 3.3 3.3 23.3
232 1 3.3 3.3 26.7
238 2 6.7 6.7 33.3
242 1 3.3 3.3 36.7
245 1 3.3 3.3 40.0
246 1 3.3 3.3 43.3
254 1 3.3 3.3 46.7
255 1 3.3 3.3 50.0
256 2 6.7 6.7 56.7
258 1 3.3 3.3 60.0
268 2 6.7 6.7 66.7
285 1 3.3 3.3 70.0
287 1 3.3 3.3 73.3
298 1 3.3 3.3 76.7
321 1 3.3 3.3 80.0
339 1 3.3 3.3 83.3
347 1 3.3 3.3 86.7
360 1 3.3 3.3 90.0
432 1 3.3 3.3 93.3
439 1 3.3 3.3 96.7
521 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
113
b. Rata – Rata Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Statistics
Kadar Glukosa Setelah
N Valid 30
Missing 0
Mean 210.70
Median 195.50
Std. Deviation 63.680
Range 252
Minimum 116
Maximum 368
Sum 6321
114
Kadar Glukosa Setelah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
116 2 6.7 6.7 6.7
150 1 3.3 3.3 10.0
152 3 10.0 10.0 20.0
163 2 6.7 6.7 26.7
166 1 3.3 3.3 30.0
167 2 6.7 6.7 36.7
175 1 3.3 3.3 40.0
176 1 3.3 3.3 43.3
193 1 3.3 3.3 46.7
194 1 3.3 3.3 50.0
197 1 3.3 3.3 53.3
204 1 3.3 3.3 56.7
206 2 6.7 6.7 63.3
218 1 3.3 3.3 66.7
246 1 3.3 3.3 70.0
254 1 3.3 3.3 73.3
267 1 3.3 3.3 76.7
274 1 3.3 3.3 80.0
277 1 3.3 3.3 83.3
293 1 3.3 3.3 86.7
295 1 3.3 3.3 90.0
305 1 3.3 3.3 93.3
309 1 3.3 3.3 96.7
368 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
115
c. Perbedaan Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pair 1
Kadar Glukosa
Sebelum
280.10 30 75.247 13.738
Kadar Glukosa
Setelah
210.70 30 63.680 11.626
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1
Kadar Glukosa
Sebelum &
Kadar Glukosa
Setelah
30 .697 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Kadar
Glukosa
Sebelum -
Kadar
Glukosa
Setelah
69.400 55.153 10.069 48.806 89.994 6.892 29 .000
116
B. Kelompok Pembanding
a. Rata – Rata Glukos Darah Sebelum Pembandingan
Statistics
Kadar Glukosa Sebelum
N Valid 30
Missing 0
Mean 262.63
Median 239.00
Std. Deviation 53.867
Range 193
Minimum 213
Maximum 406
Sum 7879
117
Kadar Glukosa Sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
213 1 3.3 3.3 3.3
214 1 3.3 3.3 6.7
216 2 6.7 6.7 13.3
220 1 3.3 3.3 16.7
221 1 3.3 3.3 20.0
224 1 3.3 3.3 23.3
225 3 10.0 10.0 33.3
230 1 3.3 3.3 36.7
232 1 3.3 3.3 40.0
234 2 6.7 6.7 46.7
235 1 3.3 3.3 50.0
243 1 3.3 3.3 53.3
247 1 3.3 3.3 56.7
250 1 3.3 3.3 60.0
259 1 3.3 3.3 63.3
260 1 3.3 3.3 66.7
273 1 3.3 3.3 70.0
289 2 6.7 6.7 76.7
296 1 3.3 3.3 80.0
297 1 3.3 3.3 83.3
315 1 3.3 3.3 86.7
328 1 3.3 3.3 90.0
361 1 3.3 3.3 93.3
402 1 3.3 3.3 96.7
406 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
118
b. Rata – Rata Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Statistics
Kadar Glukosa Setelah
N Valid 30
Missing 0
Mean 253.83
Median 245.50
Std. Deviation 55.542
Range 207
Minimum 189
Maximum 396
Sum 7615
119
Kadar Glukosa Setelah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
189 2 6.7 6.7 6.7
195 1 3.3 3.3 10.0
198 2 6.7 6.7 16.7
201 2 6.7 6.7 23.3
220 2 6.7 6.7 30.0
223 1 3.3 3.3 33.3
227 1 3.3 3.3 36.7
235 2 6.7 6.7 43.3
236 1 3.3 3.3 46.7
243 1 3.3 3.3 50.0
248 1 3.3 3.3 53.3
250 1 3.3 3.3 56.7
253 1 3.3 3.3 60.0
256 1 3.3 3.3 63.3
258 1 3.3 3.3 66.7
263 1 3.3 3.3 70.0
267 1 3.3 3.3 73.3
270 1 3.3 3.3 76.7
275 1 3.3 3.3 80.0
277 1 3.3 3.3 83.3
302 1 3.3 3.3 86.7
348 1 3.3 3.3 90.0
360 1 3.3 3.3 93.3
382 1 3.3 3.3 96.7
396 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
120
c. Perbedaan Glukosa Darah Setelah Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1
Kadar Glukosa
Sebelum
262.63 30 53.867 9.835
Kadar Glukosa
Setelah
253.83 30 55.542 10.141
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1
Kadar Glukosa
Sebelum &
Kadar Glukosa
Setelah
30 .908 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Kadar
Glukosa
Sebelum -
Kadar
Glukosa
Setelah
8.800 23.522 4.294 .017 17.583 2.049 29 .033
121
d. Pengaruh Pemberian Puding Buah Naga Merah dan
Jambu Biji Merah Terhadap Pasie Diabetes Mellitus Tipe
II
Group Statistics
Kelompok
Responden
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Selisih Kadar
Glukosa Awal Akhir
Perlakuan 30 69.40 55.153 10.069
Pembanding 30 8.80 23.522 4.294
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Selisih
Kadar
Glukosa
Awal
Akhir
Equal
variances
assumed
5.111 .028 5.536 58 .000 60.600 10.947 38.687 82.513
Equal
variances
not
assumed
5.536 39.212 .000 60.600 10.947 38.461 82.739
122
Lampian 8
Foto Penelitian
Buah Jambu Biji Merah Buah Naga Merah
Pudding NAMBUIRA Alat Cek Gula Darah
Pemberian Puding Ucapan Trima kasih
123
124
125
126
127
128
129