Suku Talang Mamak

24
Suku Talang Mamak A. Asal Usul Suku Talang Mamak Asal Usul Talang Mamak adalah salah satu suku yang hidup di daerah kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Mereka tersebar di beberapa kecamatan, yakni Batang Gansal, Batang Cenaku, Kelayang, dan Rengat Barat. Talang Mamak terdiri dari dua kata, yaitu Talang dan Mamak. Talang berarti tempat atau ladang, dan Mamak berarti kerabat dari ibu yang harus dihormati. Jadi, Talang Mamak yang dimaksudkan di sini adalah tempat yang terhormat. Berdasarkan cerita rakyat, suku Talang Mamak berasal dari lereng gunung Merapi, Sumatera Barat. Oleh karena terdesak penyebaran agama Islam, mereka bermigrasi dengan menelusuri Batang Kuantan. Migrasi ini dipimpin oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang. Ketika tiba di suatu daerah, Datuk Perpatih Nan Sebatang kawin dengan seorang perempuan daerah tersebut, kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Puteri Bertampuk Emas. Setelah itu mereka bermigrasi lagi dan menetap di hutan-hutan yang berada di wilayah kabupaten Indragiri Hulu sekarang. Namun, tidak ada kelanjutan cerita dari pendapat pertama ini. Pendapat kedua menjelaskan bahwa Talang Mamak berasal dari Suku Nan Enam di daerah Tiga Balai. Daerah inilah yang disebut-sebut sebagai daerah asal Nama : Aldila Rizma Amalia Kelas : Tk 1/ Reg B

description

Suku Talang Mamak

Transcript of Suku Talang Mamak

Page 1: Suku Talang Mamak

Suku Talang Mamak

A. Asal Usul Suku Talang Mamak

Asal Usul Talang Mamak adalah salah satu suku yang hidup di daerah kabupaten

Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Mereka tersebar di beberapa kecamatan, yakni Batang

Gansal, Batang Cenaku, Kelayang, dan Rengat Barat. Talang Mamak terdiri dari dua

kata, yaitu Talang dan Mamak. Talang berarti tempat atau ladang, dan Mamak berarti

kerabat dari ibu yang harus dihormati. Jadi, Talang Mamak yang dimaksudkan di sini

adalah tempat yang terhormat. Berdasarkan cerita rakyat, suku Talang Mamak berasal

dari lereng gunung Merapi, Sumatera Barat. Oleh karena terdesak penyebaran agama

Islam, mereka bermigrasi dengan menelusuri Batang Kuantan. Migrasi ini dipimpin oleh

Datuk Perpatih Nan Sebatang. Ketika tiba di suatu daerah, Datuk Perpatih Nan Sebatang

kawin dengan seorang perempuan daerah tersebut, kemudian melahirkan seorang anak

perempuan yang bernama Puteri Bertampuk Emas. Setelah itu mereka bermigrasi lagi

dan menetap di hutan-hutan yang berada di wilayah kabupaten Indragiri Hulu sekarang.

Namun, tidak ada kelanjutan cerita dari pendapat pertama ini. Pendapat kedua

menjelaskan bahwa Talang Mamak berasal dari Suku Nan Enam di daerah Tiga Balai.

Daerah inilah yang disebut-sebut sebagai daerah asal bagi suku Talang Mamak ini.

Tetapi, data yang ditemukan hanya sebatas itu.

Pendapat terakhir menjelaskan bahwa Orang Talang Mamak termasuk keturunan Raja

Indragiri. Hal ini dapat dilihat, hampir setiap hari raya Idul Fitri, Orang Talang Mamak

ini berziarah ke bekas istana Indragiri yang ada di Rengat sekarang. Tetapi mereka tidak

mau tinggal bersama keluarga kerajaan pada masa itu, karena mereka tidak mau

menganut agama Islam sebagaimana raja Indragiri. Oleh karena itu, mereka

mengasingkan diri dengan tinggal di daerah pedalaman. Di daerah pedalaman ini,

mereka hidup sebagai petani, nelayan dan peramu. Kehidupan mereka berpindah-pindah

dari satu teratak ke daerah lain. Teratak adalah bekas ladang padi yang sudah penuh

ditanami pohon-pohon karet dan pohon lainnya. Di teratak ini terdapat beberapa keluarga

yang masih ada hubungan kekerabatan atas dasar perkawinan. Setelah teratak tidak bisa

ditanami padi lagi, mereka pindah ke daerah lain yang disebut Talang. Di sini, mereka

Nama : Aldila Rizma Amalia

Kelas : Tk 1/ Reg B

NIM : P27820114050

Page 2: Suku Talang Mamak

membangun rumah dengan tongkat yang tinggi antara 3-4 meter untuk menghindari

gangguan binatang buas. Oleh karena mereka tinggal lama di daerah ini, akhirnya

mereka disebut Orang Talang Mamak.

B. Upacara Balai Panjang

Upacara Balai Panjang merupakan upacara adat masyarakat Talang Mamak. Adalah

salah satu upacara yang bertujuan untuk pengobatan dan meminta kepada roh leluhur

agar dijauhkan dari malapetaka (Tolak Bala).

Saat akan melaksanakan upacara Balai Panjang, kumantang(dukun) terlebih dahulu

menghadap Saggaran Tujuh (puteri tujuh) untuk memberitahu serta meminta izin akan

melaksanakan upacara Balai Panjang. Pelaksanaan upacara Balai Panjang dimulai jam

20.00 dan berakhir jam 04.00 (semalam suntuk), tergantung pada banyaknya masyarakat

yang berobat dan banyaknya permainan/ kesenian yang diturunkan oleh dukun. Saat pagi

menjelang, masyarakat yang berobat diberikan obat oleh dukun sesuai dengan jenis

penyakit yang diderita korban. Upacara ini yang dipimpin oleh kumantang diiringi

dengan berbagai permainan dan kesenian. Adapun perlengkapan untuk melaksanakan

upacara ini adalah mempersiapkan tujuh bahan bambu serta sesajen, berbagai jenis ancak

yang terdiri dari pelepah dan daun/pucuk enau, berbagai jenis pesilih, lancang yang

terbuat dari pelepah enau, daun pisang, pucuk enau, daun beringin, upih pinang bambu,

serta daun bambu.

Bahan penting lain adalah padi yang sudah tua (bertih). Bertih yang ada dimasukkan

ke dalam kuali lalu dipanaskan sampai meletus. Sesudah proses tadi, bertih disimpan

dalam penampih beras untuk memisahkan padi yang sudah meletus dan yang tidak

meletus. Bagian yang tidak meletus untuk makanan ayam dan bagian yang meletus untuk

perlengkapan dukun. Bertih adalah pelengkap upacara untuk pengobatan, tolak bala,

menyemah serta membersihkan kampung. Dalam upacara ini, Batin (kepala suku)

memiliki tanggung jawab sebagai penanggung jawab utama. Kumantang adalah

pemimpin upacara yang dibantu oleh dua pendayu bertugas menyediakan obat dan

permainan. Selain itu, dua orang panganing bertugas menyiapkan ramuan, asapan,

membantu memaikan pakaian sang kumantang dan penandung. Jika salah satu tidak ada

maka upacara ini tidak bisa dilaksanakan.

Pada saat upacara ini berlangsung, ada larangan/pantangan yang tidak boleh

dilakukan yaitu: menyebut nama dukun, membuat kericuhan dan berbuat tidak senonoh.

Dalam upacara ini, proses menyembuhkan kadang tidak berhasil sehingga menyebabkan

Page 3: Suku Talang Mamak

orang yang sakit meninggal. Apabila orang tersebut meninggal maka air sirih

ditumpahkan, lilin lebah dipadamkan dan ditumbangkan. Mangkok, piring, dan cangkir

dipecahkan, beras ditaburkan di sekeliling rumah. Tanaman pisang ditebang dan

dipancung sebagai bentuk duka cita atas kematian tersebut. Selain itu, hal itu dilakukan

agar roh yang mati tidak akan mengganggu orang yang hidup.

C. Berdukun Barbara

1. Konsep Penyakit

Penyakit merupakan keadaan tubuh menyimpang yang di akibatkan oleh

ketidakseimbangan fungsi dan bagian tubuh pada manusia. Dalam hal ini dapat

dijelaskan bahwa, seseorang di anggap terserang penyakit jika bagian tubuh tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Thomas Timmreck menjelaskan, penyakit salah

satu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga

berada dalam keadaan tidak normal.

Bagi suku Talang Mamak, penyakit merupakan salah satu gangguan yang sangat

besar, karena mereka menganggap penyakit itu datang dari roh-roh yang ada disekitar

sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat suku Talang Mamak. Maka dari itu,

mereka sangat takut ketika penyakit yang di alaminya tidak segera di obati. Mereka

selalu takut jika penyakit menghampiri, mereka merasa ada kesalahan yang telah

diperbuat sehingga sang penguasa marah dan menurunkan penyakit kepadanya.

2. Jenis Penyakit dan Pengobatan

Suku Talang Mamak memang terkenal dengan pengobatan tradisionalnya. Mereka

selalu menjaga dan melestarikan pengobatan tradisional yang diturunkan dari nenek

moyangnya. Pengobatan yang dilakukan sesuai penyakit yang di alami. Ada 2 cara

pengobatan tradisional suku Talang Mamak yang masih di percaya mampu

menyembuhkan penyakit yang di derita. Pertama, pengobatan tradisional yang

menggunakan ritual dan pengobatan yang tidak menggunakan ritua-ritual yang lama.

Pengobatan tradisional yang menggunakan ritual merupakan pengobatan adat suku

Talang Mamak dilakukan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mahluk-

mahluk halus, roh-roh jahat dan lain sebagainya yang mengganggu rohani manusia

sehingga di anggap sebagai penyakit. Pada pengobatan ini, mereka menggunakan

ritual-ritual dengan proses yang tidak singkat. Waktu yang digunakannya bisa

memakan waktu satu minggu dari proses persiapan sampai penutup. Dalam

pengobatan ini, terdapat ritual-ritual yang berunsur seperti menggunakan mantra,

kemenyan, tarian ataupun nyanyian. Sedangkan pengobatan tradisional yang tidak

Page 4: Suku Talang Mamak

menggunakan acara ritul hanya ditujukan ketika terjadi penyakit-penyakit yang di

derita bagian fisik. Dalam pengobatan ini tidak memakan waktu yang lama dan bahan

untuk menyembuhkan penyakitnya berupa ramuan-ramuan yang di ambil dari alam

sekitar dan meraciknya sendiri. Di pengobatan ini tidak terdapat unsur-unsur berupa

mantra, kemenyan, tarian ataupun nyanyian.

3. Penyebab Sakit

Timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya gangguan lingkungan yang meliputi

air, udara, tanah, cuaca,dan lain sebagainya yang tidak mampu diterima oleh badan

sehingga menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkan pada gangguan ini hanya

terhadap fisik atau saraf-saraf. Lain halnya terhadap penyakit-penyakit yang cara

pengobatannya bukan menggunakan medis, tetapi menggunakan serangkaian acara

ritual yang dipercayai mampu menyembuhkan penyakit. Dalam konteks ini, penyakit

yang di derita bukan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang mendadak

berubah, tetapi penyakit yang disebabkan oleh gangguan-gangguan mahluk halus atau

roh-roh jahat.

Menurut Blum (1974), faktor lingkungan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala faktor

prilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar.

Dalam suatu sistem personalistik, suatu sistem di mana penyakit (illness)

disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk

supranatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu,

roh leluhur atau roh jahat), maupun mahluk manusia (tukang sihir atau tukang

tenung). (Foster dan Anderson : 1978)

4. Perawatan Kesehatan

a. Berdukun

Berdukun merupakan salah satu kegiatan pengobatan yang masih sangat

tradisional. Pengobatan ini dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirinya

terganggu oleh hal-hal yang tidak biasa, sehingga mereka memeriksanya dan

berobat kepada orang pintar. Dalam suku pedalaman seperti suku Talang Mamak,

pengobatan berdukun ini sangat terkenal dan mereka masih melestarikannya.

Mereka percaya, bahwa pengobatan tradisional ini lebih manjur untuk

menyembuhkan penyakit daripada pengobatan modern.

Page 5: Suku Talang Mamak

Pengobatan Dukun telah menjadi bagian sistem kognitif masyarakat, yang

terdiri atas pengetahuan, kepercayaan, gagasan, dan nilai yang berada dalam

pikiran anggota-anggota individual masyarakat. (Kalange : 1994)

b. Sistem Berdukun Barbara

Berdukun Berbara adalah suatu kegiatan upacara pengobatan Suku Talang

Mamak dengan cara menginjakkan kaki ke bara api panas yang dipimpin oleh 3

dukun besar guna untuk penyembuhan penyakit.

Menurut keyakinan Masyarakat Talang Mamak, hidup manusia selalu di ancam

bahaya jasmani maupun rohani. Ancaman dan gangguan itu datang dari musuh

manusia yang nampak dan yang gaib. (M. Simanjuntak : 2012 : 57)

1) Gangguan yang datang dari musuh, bisa saja itu berasal dari manusia sendiri,

alam, binatang dan roh-roh halus (hantu, mambang, jin).

2) Gangguan juga ada berbentuk penyakit tubuh (fisik) dan mental (jiwa).

Berikut merupakan urutan pelaksanaan Ritual Pengobatan Berdukun Berbara:

1) Persiapan Pengobatan

a) Merancang

Didalam musyawarah ini, mereka membahas dan menentukan waktu

pelaksanaan Berdukun Berbara hingga sah dan dapat di restui batin. Batin

juga menginformasikan kepada dukun dan keluarga si sakit agar dapat

menyiapkan apa- apa saja yang diperlukan dalam pengobatan tersebut.

b) Meramu (Mempersiapkan)

Satu atau dua hari sebelum acara Berdukun Berbara, masyarakat dan Tuah

Berampat (Anak, Bapak, Ponakan dan Mamak) mencari dan mempersiapkan

bahan keperluan untuk pengobatan. Mereka mencari bahan-bahan yang akan

digunakan untuk pengobatan seperti tanaman-tanaman obat-obatan ataupun

perlengkapan lainnya yang sudah ditentukan oleh dukun.

c) Menjemput Dukun

Menjemput Dukun ini dilakukan ketika persiapan pada rumah yang akan

diadakan acara pengobatan telah selesai semuanya. Para rombongan (Dukun,

Bintara, dan Keluarga si sakit) datang kerumah dukun satu per satu

membawa perlengkapan menjemput dukun berupa sirih, gambir, kapur,

pinang dan tembakau dalam satu tempat yang disebut Tengkalang. Setelah

itu, mereka semua turun dan berangkat menuju tempat pengobatan diadakan.

Page 6: Suku Talang Mamak

2) Pelaksanaan Pengobatan

Pelaksanaan pengobatan Berdukun Berbara tidak jauh beda dengan

pengobatan yang lainnya. Selalu ada musik, nyanyian, dan tarian yang

menghiasi pengobatan. Gerakan tariannyapun tidak jauh beda dalam ritual

pengobatan. Hanya saja terdapat bagian-bagian penting yang membuat beda.

Seperti contoh, jika pada pengobatan Berdukun Berbara terdapat permainan

yang mengijak bara api, tetapi dipengobatan lainnya tidak ada.

Saat mengobati, Dukun mengalami kemasukan atau kerasukan. Dalam hal

ini, mereka (dukun) dapat berbicara dengan mahluk gaib, Roh-roh halus, Jin,

Mambang serta Malaikat-malaikat. Pada saat kerasukan, dukun meminta dan

berbicara kepada mahluk-mahluk halus dan meminta obat bagi orang yang

sedang sakit. Disamping itu, dukun juga melakukan pembuangan bala atau

membuang pantang.

Bintara laki-laki dan bintara perempuan mempunyai peran sebagai

penterjemah pembicaraan dukun dengan mahluk halus. Tidak ada seorangpun

yang mengetahui pembicaraan sekalipun batin kecuali para bintara. Pergerakan

dukun pada permainan demi permainan pun selalu berbeda, mencerminkan

bahwa yang merasuki dukun bisa saja mahluk halus yang berbeda pula.

Berikut merupakan sistem pengobatan tradisional Berdukun Berbara Suku

Talang Mamak:

a) Masuk Asap Masuk Asap (Mengasap/Perasapan)

Pada proses ini, dukun diberi pengasapan oleh bintara laki-laki dan bintara

perempuan secara bergantian mulai dari kaki sampai ke ubun-ubun dan

kembali laki ke kaki. Bintaramerupakanorang yang

mengaturperlengkapansebelum ritual di laksanakan. Hal ini dilakukan

sebagai awal mula untuk pembersihan diri dukun untuk melakukan

pengobatan. Pengasapan juga dilakukan untuk semua peralatan seperti gong

dan gendang dengan asap kemenyan yang dibakar dalam pembaraan. Asap

kemenyan dipercayai dapat mengundang mahluk-mahluk halus, roh-roh dan

malaikat-malaikat agar datang ke tempat pengobatan.

b) Membangkah

Membangkah merupakan dimana para bintara memberikan tanda empat

titik [: :] di seluruh anggota badan Dukun. Bangkah terbuat dari kapur sirih

yang di beri air sehingga melekat pada tubuh yang akan diberi bangkah.

Page 7: Suku Talang Mamak

Bagian tubuh yang diberi bangkah yaitu muka, leher, bahu, tangan, dada,

punggung dan kaki. Setelah selesai memberikan bangkah kepada Dukun,

selanjutnya Dukun memberikan bangkah kepada Bujang Bayu (seseorang

yang dipercaya untuk mengiringi, melayani dan menikuti gerak-gerik dukun

saat pengobatan berlangsung), selanjutnya Bintara Laki-laki memberikan

bangkah kepada Bintara Perempuan. Bangkah yang diberikan terhadap

Bujang Bayu dan Bintara, tidak seperti Bangkah yang diberikan kepada

Dukun. Pembagkahan untuk Bintara hanya dimuka, satu tanda bangkah di

kening, dan dua tanda bangkah di pipi kanan dan pipi kiri.

c) Memakai Pakaian Dukun

Pakaian yang dipakai dari rumah deganti dengan pakaian khusus

pengobatan yang telah disiapkan. Pakaian dilengkapi dengan Gelang dan

Tongkat (terbuat dari Bambu dan di atas tongkat diberi Daun Linjuang) yang

akan digunakan pada saat pengobatan berlangsung. Selain itu ada aksesoris

yang diletakkan di kepala yang biasa mereka sebut sebagai Karang Sunting

dan Gitar berbentuk lingkaran.

d) Menawar (Menabur Bertih)

Sebelum menabur Bertih, Dukun kembali mengasap seluruh tubuhnya.

Setelah itu, Gelang dan Tongkat tadi digosokkan di tubuh Dukun, alat dan

bahan pengobatan sebelum ditabur dengan Bertih. Bertih adalah bahan

pengobatan yang terbuat dari padi dan dimasak tanpa menggunakan minyak.

Bertih di taburkan disekitar tempat atau area pengobatan.

e) Menghambat

Menghadap disini mempunyai arti bahwa mereka mengupayakan agar apa

yang di hadap atau yang diminta untuk keikutsertaannya dalam pengobatan

Berdukun Berbara siap untuk berkerja dan menjalankan tugasnya, sehingga

dapat berjalan dengan sukses.

f) Ayam Pesembah

Sesudah Menghadap dan sebelum memasuki permainan, Dukun

memberikan satu Ayam Pesembah. Tetapi, mereka menyediakan dua ayam

pesembah, sebagai cadangan jika ayam yang pertama tidak mematuk dan

memakan Bertih. Ayam yang digunakan yaitu ayam jantan dan warna harus

mengikuti apa yang Dukun katakan pada hari sebelumnya. Kemudian ayam

akan dihadapkan kepada Dukun dan memberi Bertih kembali. Apabila ayam

Page 8: Suku Talang Mamak

tersebut mematuk Bertih, berarti guru (roh-roh dan malaikat) telah menerima

pengobatan Berdukun Berbara dilaksanakan. Tetapi jika tidak mau memakan,

maka mereka mengganti dengan ayam cadangan dan berusaha untuk dapat

memakan Bertih tersebut.

Berikut merupakan Permainan yang mendukung berjalannya ritual

sebagai berikut :

a) Dendang Mayang

b) Ketongkat Kebarau

c) Anak Kumbang

d) Berbara Burung

e) Ja’onang Nyabung

f) Denak

3) Penutup Pengobatan

Dalam acara penutupan, warga desa dan perangkat adat mengadakan acara

makan bersama pada pagi harinya. Perlengkapan yang sudah selesai hanya

disimpan di rumah yang di adakan pengobatan dan di pindah saat ada

pengobatan selanjutnya. Selain itu, Dukun meletakkan keris yang sudah diberi

Bangkah [ : : ] di atas pintu masuk rumah.

c. Mantra

Masyarakat Suku Talang Mamak di kenal sebagai masyarakat yang memiliki

kepercayaan animisme. Dimana ini dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan yang

selalu mempercayai adanya penunggu pohon-pohon besar atau tempat-tempat yang

mereka anggap keramat. Selain itu, dalam pengobatannya pun selalu mengunakan

kemenyan beserta ucapan-ucapan mulut Dukun yang di anggap mantra itu.

Kehidupan sehari- hari masyarakat Suku Talang Mamak hanyalah dalam

lingkungan pedalaman hutan. Walaupun mereka mengakui “Islam“ adalah

agamanya dan “Alah” sebagai tuhannya, tetapi mereka tidak pernah melakukan apa

yang diperintahkan Allah kepada manusia lainnya.

Mantra atau Mantre (bahasa orang Talang Mamak) pada Suku Talang Mamak

dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas kesehariannya seperti mantre bekoje

(mantra bekerja), mantre mencai ikan (mantra mencari ikan), mantre mengail

(mantra memancing), mantre menjale (mantra menjala), mantre memotik (mantra

memetik atau memanen), mantre menobang (mantra menebang), mantre buke

Page 9: Suku Talang Mamak

hutan (mantra buka hutan), mantre beburu (mantra berburu), mantre mengambek

madu (mantra mengambil madu), mantre lobah (mantra lebah) mantre nak mandi

same lah mandi (mantra akan mandi dan selesai mandi) dan banyak lainnya.

Mantra tersebut selalu dipergunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua

akan selalu menurunkan terhadap anak-anaknya untuk jaga diri mereka.

Banyaknya jenis mantra yang ada pada kehidupan Suku Talang Mamak memberi

gambaran bahwa penting sekali mantra dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain itu, dari mantra yang dimiliki seseorang dapat dilihat gambaran bahwa

orang tersebut memiliki ilmu yang tinggi. Semakin banyak mantra yang dimiliki,

semakin tingi pula harkatnya dibandingkan yang lainnya. Mantre (mantra) itu

sangat penting untuk seseorang sebagai jaga diri. Orang Talang Mamak wajib

mengetahui dan memiliki mantra. Apalagi mantra untuk pegangan jika saat mereka

keluar kampung dan pergi main kekampung orang

Begitu berartinya mantra, mereka saling berlomba untuk menuntut ilmu kepada

orang tua atau Dukun. Mantra yang wajib dimiliki seseorang adalah Mantre Jage

Diri (mantra jaga diri), karena memiliki nilai yang sangat besar untuk menghadapi

kehidupan dari segala ancaman. Jika sudah memiliki mantra jaga diri, mereka akan

mempelajari mantra-mantra yang lainnya yang di anggap penting untuk dirinya.

d. Ramuan

Dari pengobatan dan mantra di atas, tergambar bahwa ramuan yang di buat

untuk pengobatan juga dari bahan alami. Maksudnya, mereka mengambil dari

bahan- bahan di lingkungan (hutan) untuk obat tanpa ada campuran dari bahan-

bahan kimia lainnya. Mereka percaya bahwa ramuan alami ini lebih bisa

menyembuhkan penyakit daripada obat yang diberikan dokter. Selain mudah

dicari, obat-obatan tradisional ini juga tidak mengeluarkan biaya untuk

mndapatkannya. Semua penyakit yang di derita, pasti ada obat yang bisa

menyembuhkan dan dapat di buat dari bahan tumbuh- tumbuhan.

Menurut Ekspedisi Biota Medika (1998) bahwa Suku Talang Mamak

memanfaatkan 110 tumbuhan untuk mengobati 56 jenis penyakit dan 22 jenis

cendawan (penyakit yang disebabkan oleh jamur). Sedangkan Suku Melayu

memanfaatkan 182 jenis tumbuhan obat untuk 45 jenis penyakit dan 8 jenis

cendawan.mselain itu, Masyarakat Talang Mamak juga memiliki pengetahuan

etnobotani, atau mengenal berbagai jenis tumbuhan dan juga satwa.

Page 10: Suku Talang Mamak

Dari penjelasan di atas bahwa mereka (Suku Talang Mamak) membutuhkan

lebih sedikit tumbuhan untuk menyembuhkan lebih banyak penyakit dibandingkan

suku melayu yang menggunakan lebih banyak tumbuhan obat, tetapi untuk

menyembuhkan sedikit penyakit.

e. Perlengkapan dan Peralatan

Selain mantra dan ramuan sebagai pendukung utama pengobatan, juga ada

pendukung lainnya yang tidak kalah penting yaitu perlengkapan dan peralatan.

Perlengkapan dan peralatan sangat mendukung proses berjalannya pengobatan.

Perlengkapan dan peralatan mempengaruhi keberhasilan ritual pengobatan, tanpa

adanya salah satu akan menjadikan pengobatan tidak berjalan dengan sempurna.

Perlengkapan dan peralatan meliputi serangkaian benda-benda yang digunakan

dalam pelaksanaan perawatan kesehatan berdukun berbara.

D. Upacara Kematian

1. Manusia dan Kematian Menurut Suku Talang Mamak

Manusia terdiri dari jasad dan roh. Jasad dapat dilihat dan diraba, sementara roh

tidak demikian. Keberadaan roh hanya bisa dirasakan oleh manusia itu sendiri.

Manusia dikatakan hidup bila roh masih ada di dalam jasadnya. Sebaliknya, jika roh

sudah meninggalkan jasadnya, maka manusia tersebut dianggap telah mati. Dengan

demikian, kematian adalah apabila roh sudah meninggalkan jasadnya. Maka,

kematian itu hanya terjadi pada jasad manusia. Orang Talang Mamak memaknai

kematian dengan dua cara, yaitu: Kematian sebagai kesialan yang ada kaitannya

dengan perilaku si mati ketika ia masih hidup. Jika semasa hidupnya, si mati banyak

berbuat jahat, seperti membunuh atau mencelakai orang lain, maka kematiannya

adalah suatu kesialan. Tetapi, jika semasa hidupnya, si mati selalu berbuat baik, maka

kematian bukanlah sebagai kesialan. Berkaitan dengan kesialan, rumah yang ditimpa

kesialan itu akan membawa malapetaka dengan kematian anggota keluarganya secara

bergiliran. Untuk menghindarinya, anggota keluarga harus pindah ke daerah lain dan

membuat rumah baru. Perpindahan ini dilakukan atas dasar petunjuk seorang dukun.

Tetapi tidak semua roh sampai ke tempat tujuannya dengan selamat, karena

diganggu oleh roh lain. Roh yang diganggu ini akhirnya dikenal dengan roh sesat,

Orang Talang Mamak menyebutnya roh jahat. Roh ini tinggal di pohon-pohon besar

dan rimbun, di tanah yang berbusut, di bukit-bukit, di persimpangan jalan, di lembah-

lembah, di tanjung dan di sungai-sungai. Bagi Orang Talang Mamak, tempat-tempat

ini merupakan tempat yang disucikan dan harus dihormati dengan cara memberikan

Page 11: Suku Talang Mamak

sesajian untuk roh yang berdiam di tempat-tempat tersebut. Mereka beranggapan roh

itu dapat memberikan pertolongan jika dipuja, begitu pula sebaliknya. Oleh karena

begitu kuat kepercayaan mereka terhadap kekuasaan roh, maka setiap orang yang

terkena penyakit selalu dikaitkan dengan gangguan roh tersebut. Jenis-jenis penyakit

itu hanya dapat diketahui oleh seorang dukun, dan dia pula yang dapat mengobatinya.

Dengan demikian, dukun merupakan orang yang sangat penting dalam kehidupan

Orang Talang Mamak.

2. Penyelenggaraan Mayat Setiap Suku Talang Mamak

Suku Talang Mamak tidak menginginkan roh mereka sesat ketika mereka mati kelak.

Mereka berharap roh mereka menuju ke tempat tujuan dengan selamat. Agar roh

dapat selamat, maka jasadnya perlu dijaga dan dikuburkan dengan sempurna melalui

beberapa tahap. Beberapa tahap tersebut adalah: menjaga, menurunkan, dan

menguburkan mayat. Dalam portal ini, tahapan tersebut akan dibicarakan secara rinci

dan sistematis.

a. Menjaga Mayat

Dimaksudkan untuk menceritakan riwayat hidup mayat kepada setiap anggota

yang hadir sambil menunggu kedatangan keluarga jauh dan tetangga. Waktu

pelaksanaannya setelah seseorang dinyatakan mati. Jika seseorang mati di siang

hari, maka dilaksanakan pada waktu itu juga, dan begitu pula sebaliknya. Tempat

pelaksanaannya di tengah rumah. Khusus bagi pemuka masyarakat/adat, seperti

batin, penghulu dan datuk, tahapan ini dilaksanakan selama tiga hari tiga malam.

Pihak-pihak yang terlibat pada tahap ini ialah: suami dan isteri, anak-anak bagi

yang sudah mempunyai anak, keluarga pihak isteri dan suami, tetangga dan kaum

kerabat, serta dukun. Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain

kemenyan, kayu gaharu, tembikar (tenggarang), perasopan (tembikar yang diberi

bara kayu atau bara tempurung), tikar pandan, bantal dan kain panjang. Prosesi

dalam upacara: Apabila mayat sudah terbujur kaku di tengah rumah, maka

dipanggil seorang dukun. Setelah dukun datang, mayat segera dibaringkan

telentang di tengah  rumah, ditutupi dengan kain panjang, sedangkan kepalanya

tidak boleh dihadapkan ke pintu masuk. Kemudian, dukun meminta perasopan

beserta segala peralatan yang diperlukan. Selanjutnya, perasopan ditaburi

kemenyan dan gaharu. Semua keluarga, kaum kerabat dan tetangga duduk

mengelilingi mayat. Sambil menunggu kedatangan sanak keluarga yang lain (dari

jauh), keluarga yang ada di rumah itu meratap atau menangis. Seorang wakil

Page 12: Suku Talang Mamak

keluarga menceritakan riwayat hidup mayat. Cerita itu didengar oleh orang-orang

yang hadir dengan perasaan sedih dan terharu. Tahapan ini baru berakhir setelah

mayat diturunkan dari rumah. Ada beberapa pantangan dan larangan yang harus

dihindari pada tahapan ini, yaitu: tidak boleh memasak nasi di rumah mayat; tidak

boleh makan sewaktu mayat di atas rumah; dan tidak boleh menebang kayu, karena

dianggap mengganggu roh mayat.

b. Mayat Turun Rumah

Tahap kedua ini dimaksudkan untuk melepaskan keberangkatan mayat menuju

ke tempat penguburan dengan segala keikhlasan, agar roh si mayat tidak ragu dan

bimbang meninggalkan keluarganya, serta keluarga yang ditinggalkan tetap tabah

dan kuat dalam menghadapi hidup selama ditinggalkan. Tahapan ini dilaksanakan

ketika  mayat turun dari rumah. Adapun tempatnya di halaman depan rumah.

Semua keluarga dilibatkan dalam upacara ini, terutama keluarga dekat, seperti

ayah, ibu dan kakak atau adik-adik si mayat. Peralatan yang harus disediakan

antara lain usungan, beras kunyit, padi, pakaian dan wangi-wangian. Prosesi dalam

upacara: Sebelum tahapan kedua ini dimulai, terlebih dahulu disiapkan sebuah

usungan yang dibuat dari kayu, bambu atau rotan.

Bagian bawah usungan harus dibuat dari papan. Usungan itu diletakkan di

bawah, sebelum mayat disiapkan di tengah rumah. Sementara itu, di tengah rumah

terdapat beberapa orang yang mengganti pakaian mayat dengan pakaian baru,

seolah-olah ia akan pergi ke tempat yang jauh. Setelah itu, mayat diletakkan di atas

pembaringan di tengah rumah. Ketika itu dukun membacakan mantera. Setelah

pembacaan mantera, dukun memberi aba-aba agar usungan dibawa naik ke rumah,

kemudian mayat diangkat secara perlahan, lalu dibaringkan di atas usungan yang

dilengkapi dengan bantal dan kain panjang. Ketika kegiatan itu berlangsung, semua

keluarga si mayat menangis tersedu-sedu sambil meratap untuk memperlihatkan

cinta kasih keluarga kepada si mayat yang sebentar lagi akan berangkat pergi.

Ratapan itulah yang dapat menunjukkan betapa keluarga mencintai dan mengasihi

si mayat. Semua orang yang datang berdiri dengan penuh khidmat. Selanjutnya,

usungan diturunkan secara perlahan ke halaman rumah yang diiringi oleh sanak

keluarga. Usungan itu diangkat oleh empat orang pemikul usungan. Lalu, dukun

memerintahkan sanak keluarga untuk merundukkan kepala ke bawah usungan

secara bolak-balik sebanyak tiga kali. Perbuatan ini dimaksudkan sebagai tanda

bahwa keluarga merelakan kepergian si mayat, dan diharapkan pula rohnya tidak

Page 13: Suku Talang Mamak

kembali lagi sebagai roh yang sesat. Setelah semua keluarga selesai merunduk,

sekali lagi wakil dari anggota keluarga si mayat menyampaikan riwayat hidupnya,

sambil diiringi dengan ratapan dan tangisan keluarga yang lain. Dalam

menyampaikan riwayat hidup, wakil dari anggota keluarga ini menjelaskan pula

harta benda dan warisan yang ditinggalkan oleh si mayat untuk anak isterinya.

Semua yang hadir mendengarkan penyampaian wakil keluarga tersebut dengan

penuh khidmat. Selanjutnya, salah seorang anggota keluarga menaburkan beras

kunyit, bunga-bunga dan wangi-wangian serta padi ke usungan yang akan dibawa.

Setelah itu dengan penuh rasa haru, usungan dilepas pergi ke tempat penguburan.

Di sepanjang jalan menuju ke tempat penguburan, ditaburkan pula padi sebagai

sedekah kepada roh-roh yang tinggal di sepanjang jalan tersebut. Selama upacara

ini berlangsung, para hadirin tidak dibenarkan berbicara keras, apalagi

membicarakan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan dalam upacara tersebut,

dan tidak dibenarkan juga menebang kayu. Apabila hal itu diabaikan, maka dapat

pula menyebabkan roh mayat ini tersesat jalan.

c. Penguburan

Maksud dari tahapan ketiga ini untuk menyelamatkan mayat dari gangguan

binatang, terutama binatang buas. Tempat pelaksanaannya di tanah perkuburan

yang sudah ditentukan, dan waktunya di siang hari. Pihak-pihak yang terlibat

dalam tahapan ini adalah anggota keluarga, para orang tua yang terpandang, batin

dan termasuk pula dukun. Perlengkapan yang harus disediakan antara lain,

cangkul, parang, kulit kayu, kayu pagar, pakaian, dan kain kuning (bagi pemuka

mayarakat). Prosesi dalam upacara: Ketika tiba di lokasi penguburan, usungan

mayat diletakkan di tempat yang datar dan teduh. Sementara itu beberapa orang

segera menggali kubur dengan menggunakan cangkul dan penggali. Sambil

menunggu lubang kubur selesai digali, para pengantar duduk berteduh tanpa

bersuara lantang, apalagi suara yang berisi ucapan cabul. Setelah lubang kubur

selesai digali, secara perlahan mayat dikeluarkan dari usungan, lalu dengan hati-

hati mayat tersebut dimasukkan ke dalam lubang.

Mayat diletakkan dalam keadaan duduk, disandarkan ke dinding lubang. Setelah

mayat duduk dengan sempurna, semua barang miliknya yang paling disayangi

semasa hidup diletakkan di pangkuannya. Kemudian lubang tersebut ditutupi

dengan kulit kayu, lalu ditimbun dengan tanah secara perlahan hingga rata. Setelah

itu, di atasnya ditaburkan padi sebagai pertanda ucapan selamat jalan sekaligus

Page 14: Suku Talang Mamak

selamat tinggal kepada si mayat. Lalu, dukun membacakan mantera yang diikuti

oleh hadirin dengan penuh khidmat. Dengan berakhirnya pembacaan mantera

tersebut, maka berakhirlah tahapan penguburan ini.

Ketika pulang dari tempat penguburan, wakil dari keluarga yang meninggal

mengundang orang-orang yang telah membantu dalam penyelenggaraan mayat

tersebut, terutama pada tahapan penguburan. Undangan ini dimaksudkan untuk

makan bersama sebagai tanda terima kasih. Biasanya, undangan itu diterima

dengan senang hati, lalu mereka datang ke rumah tersebut. Setelah selesai acara

makan bersama ini, maka selesai pula upacara kematian yang masih berlaku dalam

masyarakat Orang Talang Mamak di Talang Jerinjing kabupaten Indragiri Hulu,

Riau.

Refrensi:

Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah,

Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Riau, Jakarta, 1985.

2014. “Balai Panjang Upacara Tolak Balak Suku”. http://tercreative.blogspot.com diakses tanggal 19 Maret 2015 pukul 17.00 WIB

“Sistem Perawatan Kesehatan Berdukun Berbara Pada Suku Talang Mamak”. http://download.portalgaruda.org diakses tanggal 19 Maret 2015 pukul 18.00 WIB

“Upacara Kematian Suku Talang Mamak”. http://melayuonline.com diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 17.00 WIB

http://id.wikipedia.org diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 17.30 WIB

http://ciptakarya.pu.go.id diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 18.00 WIB