Pbb Pel Ratu
-
Upload
ayus-swastika -
Category
Documents
-
view
197 -
download
1
Transcript of Pbb Pel Ratu
Laporan Praktikum Hari/tanggal: Kamis/26 April 2012m.k Pengetahuan Bahan Baku Asisten : Ika Astiana Industri Hasil Perairan
LAPORAN FIELDTRIP PENGETAHUAN BAHAN BAKU HASIL PERAIRAN
DI PELABUHAN RATUSUKABUMI, JAWA BARAT
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ayu Setiti S C34100007Bianca Benning C34100017Sonya Ayu Utari C34100025Risvan Hutabarat C34100036Zeta Fadilla Indra C34100039Mahardika Tri H C34100046Laurensius Sitanggang C34100066Mahisha S A C34100074Darsasa H A C34090075Isna Kurniati A C34100085
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2012
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang besar terutama potensi
perikanan laut dari segi jumlah ataupun keragaman jenis. Luas laut Indonesia
kurang lebih 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Laut
Indonesia yang luas menyediakan sumberdaya ikan laut dengan potensi lestari
sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan
perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Jumlah tangkapan yang
diperbolehkan di Indonesia sebesar 80% dari potensi lestari sumberdaya ikan laut
yaitu sebesar 5,12 juta ton (Nurjanah et al. 2011).
Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan laut yang besar salah satunya
dilakukan melalui kegiatan perikanan tangkap. Perikanan tangkap di Indonesia
sekarang ini masih menjadi penyumbang utama produksi perikanan di Indonesia
walaupun menunjukkan kuantitas hasil produksi yang berfluktuasi sejak tahun
2000 hingga tahun 2010. Tahun 2000 perikanan tangkap menghasilkan produksi
sebesar 3.807.191 ton dan pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap telah
mencapai angka 5.039.446 ton (KKP 2011).
Potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia yang besar terutama karena
luasnya variasi spesies perikanan yang hidup di perairan Indonesia. Hasil
perikanan digolongkan dalam dua golongan besar yaitu hewan seperti ikan-ikanan
dan Mollusca, dan juga tumbuhan seperti rumput laut dan lamun. Selain itu, hasil
perikanan di Indonesia memiliki beberapa karakteristik lain, yaitu suplainya tidak
konsisten, mudah rusak, dan komponennya tidak stabil. Luasnya variasi spesies
ikan di perairan Indonesia menyebabkan tingginya juga keberagaman karakteristik
komoditas hasil perikanan. Pengananan dan pemanfaatan yang berbeda untuk
komoditas hasil perikanan yang berbeda timbul karena karakteristik yang berbeda
pula pada masing-masing komoditas hasil perikanan (Nurjanah et al. 2011).
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum lapang ini adalah untuk mengenali
karakteristik berbagai jenis ikan melalui deskripsi informasi biologis dan ekologis
terkait dengan potensi perikanan Indonesia dan mengetahui pemanfaatan yang
dapat dilakukan dari hasil perikanan Indonesia sebagai bahan baku industri.
2 METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang mata kuliah Pengetahuan dan Karakteristik Bahan Baku
Hasil Perairan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 15 April 2012 yang bertempat
di Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan tuna (Thunnus
albacores), ikan layur (Trichiurus sp) , ikan kantong semar (Mene maculata), ikan
kerapu karet (Epinephelus ongus), dan ikan sebelah (Psettodes erumei).
2.3 Prosedur Kerja
Praktikum lapang mata kuliah Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil
Perairan kali ini menggunakan metode observasi langsung dan wawancara. Biota
yang akan diindentifikasi ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok dan jenis
ikan yang wajib. Wawancara dilakukan terhadap penjual ikan yang berdasarkan
biota yang akan diidentifikasi berupa daerah penangkapan biota, alat tangkap,
pendistribusian, dan nilai ekonomisnya. Biota selanjutnya difoto dengan
menggunakan kamera. Prosedur kerja praktikum lapang dapat diamati pada
diagram alir berikut:
Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja praktikum lapang
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores )
3.1.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores)
Ikan tuna (Thunnus sp) merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang secara
umum memiliki bentuk tubuh seperti cerutu memilki 2 sirip punggung, sirip
depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Memiliki sirip tambahan
(finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip ekor bercagak agak ke
dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hyperal, tubuhnya
tertutup oleh sisik berwarna biru dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya.
Sebagian memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran
berwarna gelap.
Menurut DKP (2005), pergerakan migrasi kelompok ikan tuna di wilayah
perairan Indonesia mencakup wilyarah perairan pantai, teritorial, dan zona
ekonomi ekslusif (ZEE) indonesia. Migrasi ikan tuna di perairan Indonesia
merupakan bagian dari jalur migrasi tuna dunia karena wilayah Indonesia terletak
pada lintasan perbatasan perairan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Migrasi kelompok tuna yang melintasi wilayah perairan pantai dan teritorial
terjadi akibat perairan tersebut berhubungan langsung dengan pengaruh perairan
kedua samudera tersebut sehingga beberapa wilayah perairan pantai dan teritorial
memiliki sumberdaya perikanan tuna yang besar.
Menurut Saanin (1984), ikan tuna sirip kuning diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus albacores
Gambar 1 ikan tuna (Thunnus albacores)
Sumber : Koleksi pribadi
Yellowfin atau ikan tuna sirip kuning termasuk jenis ikan berukuran besar,
mempunyai dua sirip dorsal dan sirip anal yang panjang. Sirip dada (pectoral fin)
melampui awal sirip punggung (dorsal) kedua, tetapi tidak melampui pangkalnya.
Ikan tuna jenis ini bersifat pelagic, oceanic, berada di atas dan di bawah
termoklin. Termoklin adalah suatu lapisan di perairan di mana dapat terjadi
perubahan suhu secara drastis terhadap kedalaman. Ikan jenis yellowfin biasanya
membentuk scholling (gerombolan) di bawah permukaan air pada kedalaman
kurang dari 100 meter. Ukuran panjang dari yellowfin dapat mencapai lebih dari
200 cm dengan rata-rata 150 cm.
Komposisi Kimia
Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan
lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g
daging. Lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna
mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan
vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin).
Pemanfaatan
Ikan tuna biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pengkalengan
ikan. Ikan tuna juga merupakan komoditas utama Indonesia dalam bidang ekspor.
Negara tujuan dalam bidang ekspor adalah Jepang dan Taiwan. Harga ikan tuna,
terutama ikan tuna sirip kuning adalah 25.000 rupiah per kilogram. Berdasarkan
wawancara bersama nelayan, pada saat musim hujan hasil tangkapan ikan tuna
tinggi. Penanganan ikan tuna di kapal menggunakan teknik pengesan dengan es
curai.
3.2 Ikan Sebelah (Psettodes erumei)
3.2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Sebelah (Psettodes erumei)
Ikan sebelah (Psettodes erumei) merupakan ikan yang tergolong ke dalam
kelompok ikan yang memiliki tubuh non bilateral simetris. Ikan ini bernilai
ekonomis penting karena kandungan nutrisinya yang cukup tinggi dan rasanya
yang enak. Ikan sebelah selain tinggi nutrisi juga sangat potensial sebagai inang
antara dan inang akhir berbagai parasit karena merupakan ikan karnivora. Ikan
Sebelah merupakan ikan konsumsi yang mudah ditemukan di pasar ikan dan
tempat pendaratan ikan.
Menurut Saanin (1984), ikan sebelah (Psettodes erumei) dapat di
klasifikasikan sebagai :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Subordo : Psettodoidei
Famili : Psettodidae
Genus : Psettodes
Spesies : Psettodes erumei
Gambar 3 Ikan sebelah (Psettodes erumei)
Sumber : Koleksi pribadi
Ikan sebelah memiliki tubuh picak dengan kedua mata berada di satu sisi.
Bagian tubuh ikan picak yang menghadap ke bawah hanya memiliki sedikit
pigmen sehingga terlihat berwarna putih tidak seperti tubuhnya yang menghadap
ke atas yang berwarna cokelat. Panjang ikan ini rata-rata 30 cm dan dapat
mencapat 45 cm. Bentuk asimetris pada ikan sebelah merupakan hasil evolusi
tengkorak flatfish secara bertahap. Bentuk tubuh picak dan dengan cokelat ini
dapat digunakan untuk menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya
sehingga mangsanya dapat dikelabui dan dapat dengan mudah ditangkap
(Rachmanti 2008).
Ikan sebelah memangsa dengan cara menelan. Makanan utama ikan
sebelah adalah hewan-hewan bentik umumnya yang berkulit keras dan tak
bertulang punggung. Juvenil ikan ini memakan krustasea kecil. Ikan sebelah
dewasa dapat memakan ikan yang sama atau bahkan lebih panjang dari tubuhnya.
Mangsa ikan sebelah dari jenis ikan antara lain Apogon sp. dan Leiognathus sp.
Sebagai makanan utama lainnya adalah cumi-cumi tetapi pemangsaan cumi-cumi
ini tidak sering terjadi (Das and Mashira 1990).
Ikan Sebelah bereproduksi secara seksual dioecious. Bertelur di daerah
lepas pantai atau di muara sungai. Dalam sekali reproduksi betina mampu
melepaskan hingga dua juta telur. Telur-telur tersebut akan menjadi larva
berukuran 1,5 – 3 mm. Pada saat ia masih larva hingga menjadi ikan sebelah yang
dewasa, tubuhnya makin berbentuk pipih, sedangkan salah satu matanya bergerak
kearah salah satu sisi tubuhnya. Setelah itu warna bagian tubuh bawah berubah
menjadi putih (Devadoss et al 1977).
Pemanfaatan
Ikan sebelah kebanyakan dijual dalam keadaan segar atau dibekukan tetapi
ada juga yang kemudian di olah menjadi ikan asap dan tepung ikan (Frimodt
1995). Kandungan nutrisi ikan ini cukup tinggi dan rasanya juga enak, daging
ikan sebelah memang tidak terlalu tebal tetapi rasanya sangat gurih. Ikan ini juga
dipercaya dapat meningkatkan stamina. Ikan Sebelah biasanya dieksport dalam
bentuk fillet dengan tujuan Uni Eropa. Selain dieksport Ikan Sebelah juga
dikonsumsi di dalam negeri, umumnya dijual segar atau dalam bentuk masakan
(biasanya digoreng atau dimasak bumbu tauco).
Komposisi Kimia
Komposisi kimia juvenil ikan sebelah secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia juvenil ikan kerapu
Komposisi Jumlah (%)
Protein 65,4
Lemak 9,34
Abu 7,34
Sumber: fredrick (2010)
Hubungan Komposisi Kimia dengan Pemanfaatan
Ikan sebelah mempunyai kadar lemak yang tinggi sehingga ikan sebelah
banyak di ekspor sebagai bahan baku. Ikan ini dijadikan penambah energi karena
kandungan lemaknya yang cukup tinggi. Lemak sebagai bahan kimia memiliki
salah satu fungsi yaitu sebagai sumber energi. Ikan sebelah mempunyai protein
yang tinggi sehingga sering dijadikan sumber protein hewani. Namun
pemanfaatan ikan ini belum maksimal diakibatkan ikan ini termasuk ikan
tangkapan sampingan.
3.4 Ikan Layur (Trichiurus sp )
3.4.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Layur (Trichiurus sp.)
Ikan Layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Ikan ini adalah ikan demersal yang yang termasuk ke dalam
kelompok ikan komersial kedua terbesar di seluruh perairan pantai Indonesia.
Perairan dengan dasar yang relatif rata dan berlumpur dengan salinitas yang relatif
rendah biasanya merupakan habitat ikan layur. Jenis ikan layur diantaranya yaitu
Eupluerogrammus muticus, Trichiurus lepturus, dan Lepturacanthus savala
(Astuti 2008).
Ukuran tubuh ikan layur dapat mencapai panjang 2m, dengan berat
maksimum 5kg, dan usia dapat mencapai 15 tahun. Kegemarannya pada siang hari
berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai yang kaya plankton. Ikan ini
mendekat ke dasar perairan pada waktu malam hari (Astuti 2008). Klasifikasi ikan
layur menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Pisces
Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphii
Subordo : Scombroidea
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus spp.
Gambar 4 ikan layur (Trichiurus sp)
Sumber :koleksi pribadi
Bentuk morfologi ikan layur sebagai berikut : badan panjang dan gepeng,
ekornya panjang bagai cemeti. Oleh karenanya dalam bahasa Inggris disebut
hairtail atau ekor rambut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya putih seperti perak
sedikit kekuning-kuningan. Mulut lebar dilengkapi dengan gigi yang kuat dan
tajam, rahang bawah lebih besar dari rahang atasnya. Sirip punggung panjang
sekali mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjari-jari lemah 105-134.
Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah 72-80 berupa deretan
duri-duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh di bagian
bawah badan. Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru maya kegelapan,
sedangkan dalam keadaan mati berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan.
Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip-siripnya sedikit kekuningan
atau kuning dengan pinggiran gelap (Astuti 2008).
Pemanfaatan Ikan Layur
Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ikan ini juga
menjadi ikan umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya
mentah (sebagai sashimi) atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan
mengolahnya dengan digoreng / dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya
kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah difillet (Astuti 2008).
Komposisi Kimia Ikan Layur
Ikan layur (Trichiurus sp.) merupakan salah satu ikan yang memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi. Komposisi ikan layur meliputi kandungan
protein, lemak, dan mineral. Kandungan protein pada ikan ini yaitu sebesar 62% -
77%, kandungan lemaknya yaitu 1,7% - 9,83%, dan kandungan mineralnya yaitu
1,0% - 5,36% (Astuti 2008).
Hubungan Antara Komposisi Kimia dengan Pemanfaatannya
Kandungan protein ikan layur yang tinggi membuat ikan layur banyak
diminati oleh negara negara asia seperti korea dan jepang. Ikan layur biasanya di
ekspor dalam bentuk segar dan biasanya dimasak dengan cara di sup. Tekstur
daging ikan layur yang lembut membuat ikan ini dapat dijadikan bahan baku
sashimi.
3.5 Ikan Kerapu Karet (Epinephelus ongus )
3.5.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kerapu Karet (Epinephelus ongus)
Kerapu karet (Epinephelus ongus) mempunyai bentuk badan yang pipih
memanjang dan agak membulat Mulut lebar dan di dalamnya terdapat gigi kecil
yang runcing rahang bawah dan atasdilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris
lancip dan kuat. Kerapu karet (Epinephelus ongus) mempunyai jari-jari sirip yang
keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip
perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16
buah,sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu karet
(Epinephelus ongus) memiliki warna merah cerah (Winarni 2007). Menurut
Saanin (1984) klasifikasi ikan kerapu karet sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Serranidea
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus ongus
Gambar 5 Ikan kerapu karet (Epinephelus ongus)Sumber: Koleksi pribadi
Ikan kerapu karet (Epinephelus ongus) merupakan kelompok ikan yang
hidup didasar perairan berbatu atau berkarang dengan kedalaman sekitar 60
meter dan daerah dangkal yang mengandung koral. Selama siklus hidupnya
memiliki habitat yang berbeda- beda pada setiap fasenya, ikan ini mampu hidup di
daerah dengan kedalaman 0.5-3 meter pada area padanglamun, selanjutnya
menginjak dewasa akan berpindah ke tempat yang lebih dalam lagi, dan
perpindahan ikan berlansung pada pagi hari atau menjalang senja. Tampubolon
dan Mulyadi (2006) menjelaskan bahwa telur dan larva ikan kerapu ini bersifat
pelagis sedangkan ikan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal dan
nokturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi pada liang-liang
karang sedangkan akan beraktifitas pada malam hari unuk mencari makanan
Ikan kerapu terdapat hampir di semua perairan pulau tropis, Hindia dan
samudra pasifik barat, dari pantai timur Afrika sampai dengan Mozambika, selain
itu juga ditemukan di Madagaskar. Ikan kerapu termasuk ikan karnifora yang
memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan. Ikan kerapu juga
bersifat kanibal pada sesama jenisnya (Tampubolon dan Mulyadi 2006).
Pemanfaatan
Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah "groupers" merupakan salah
satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik
maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan
kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57
ton pada tahun 1988, untuk waktu sekarang ini eksport ikan kerapu dari Indonesia
semakin besar nilainya karena telah didukung juga oleh kegiatan budidaya.
Provinsi Lmapung saja pada tahun 2006-2007 mencapai produksi ikan laut yang
didalamnya didominasi oleh ikan kerapu berturut-turut sebesar 1,692 ton dan
1,791 ton (Asaad et al. 2010).
Pemanfaatan ikan kerapu dalam bentuk produk olahan sangat jarang
bahkan hampir tidak ada. Hal ini karena ikan kerapu bernilai ekonomis sangat
tinggi ketika dalam keadaan hidup. Ikan kerapu sejauh ini hanya di manfaatkan
sebagai produk segar untuk menjadi berbagai jenis masakan khususnya di hotel-
hotel dan restoran-restoran. Ikan-ikan kerapu yang sudah mati ketika tertangkap
walaupun berharga jauh lebih murah tetapi tidak lantas dibuang begitu saja, ikan-
ikan kerapu ini biasanya di preparasi menjadi fillet kerapu (BI, 2008).
Komposisi Kimia
Komposisi kimia juvenil ikan kerapu secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2 Komposisi kimia juvenil ikan kerapu
Komposisi Jumlah (%)
Protein 76,02
Lemak 8,04
Serat kasar 5,51
Abu 8,45
Sumber: Zainuddin (2010)
Hubungan Komposisi Kimia dengan Pemanfaatan
Pemanfaatan ikan kerapu belum berkembang luas saat ini karena ikan
karepau memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi ketika hidup dibandingkan
dengan jika sudah mati. Pemanfaatan ikan kerapu yang mati karena proses
penangkapan biasanya adalah pembuatan fillet kerapu. Pemanfaatan yang
mungkin dari ikan kerapu terkait dengan komposisi kimianya, adalah minyak
ikan.
Kerapu tergolong memiliki kadar lemak yang tinggi dengan kandungan
8,04% berdasarkan penggolongan ikan berdasarkan kandungan lemaknya, yaitu
ikan berlemak rendah (kadar lemak kurang dari 2 %), ikan berlemak
sedang/medium (kadar lemak 2 - 5 %), dan ikan berlemak tinggi (kadar lemak 6 -
20 %). Kadar lemak tinggi memungkinkan suatu biota khususnya ikan untuk
menjadi sumber minyak. Melihat nilai ekonomis ikan kerapu yang tinggi ketika
dijual dalam keadaan hidup kemungkinan akan menyebabkan minyak ikan dari
ikan kerapu tidak akan bernilai ekonomis tinggi atau tidak lebih menguntungkan
dari pada ikan kerapu itu sendiri ketika masih hidup (Winarno 1993).
3.6 Ikan Kantong Semar (Mene maculate)
3.6.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Kantong Semar (Mene maculate)
Ikan kantong semar (Mene maculata) memiliki bentuk badan hampir
menyerupai segitiga, dengan tubuh di bagian bawah garis lateral ukurannya empat
kali lebih besar dibandingkan di bagian atasnya. Ikan ini juga mempunyai mulut
yang kecil atau hampir vertikal, dengan jumlah gigi yang terbatas. Ikan kantong
semar (Mene maculata) mempunyai satu sirip dorsal yang jumlah jari-jarinya
berkurang seiring bertambahnya usia. Sirip analnya sangat panjang dan menjadi
melemah seiring bertambahnya usia. Sirip kaudalnya bercabang, lebih pendek dari
sirip pektoralnya. Tubuh ikan ini ditutupi oleh sisik yang tidak terlihat, berwarna
biru metalik dan keperakan (Heemstra 1984).
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan kantong semar (Mene maculata)
yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Aulopiformes
Famili : Menidae
Genus : Mene
Spesies : Mene maculata
Gambar 6 Ikan kantong semar (Mene maculata)Sumber : Koleksi Pribadi
Panjang maksimal ikan kantong semar (Mene maculata) adalah 30 cm,
biasanya sampai 20 cm. Ikan kantong semar memakan zoobenthos dan
zooplankton (Heemstra 1984). Ikan ini melakukan reproduksi secara dioceous dan
pembuahan eksternal.
Jenis ikan ini tersebar di perairan Indo-Pasifik yang beriklim tropis, yaitu
Afrika Timur sampai selatan Jepang dan timur laut Australia serta ditemukan juga
di Laut Cina Selatan dan Laut Arafuru (Russell & Houston 1989). Daerah sebar
ikan kantong semar di Indonesia terdapat hampir diseluruh perairan pantai
indonesia terutama jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi selatan, madura, flores,
maluku, dan laut arafuru ke utara meliputi teluk benggala (Gerry et al 2000).
Ikan kantong semar (Mene maculata) biasanya hidup di air payau dan air
laut dengan kisaran kedalaman 1-25 m (Yamashita 1987). Daerah penyebaran
ikan ini adalah laut di daerah tropis dan semua lautan indo pasifik. Ikan ini banyak
tertangkap di perairan pantai serta hidup berkelompok sampai kedalaman 80m.
Ikan kantong semar (Mene maculata) merupakan salah satu jenis ikan air laut
yang juga dapat hidup di perairan payau. Terdapat pula di perairan pantai dekat
zona kontinental. Selain itu, ikan kantong semar juga termasuk ikan yang hidup di
karang, dengan kedalaman sekitar 50 hingga 200 meter (Gerry et al 2000).
4 SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Biota- biota yang didapat antara lain ikan tuna sirip kuning (Thunnus
albacores), ikan sebelah (Psettodes erumei), ikan layur (Trichiurus savala), ikan
kantong semar (Mene maculata) dan ikan kerapu merah (Epinephelus ongus).
Ikan ikan ini memiliki kadar protein yang cenderung sama tiap jenisnya. Kadar
lemak pada ikan ini memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan tiap
jenisnya, sehingga pemanfaatan pada setiap jenis ikan ini berbeda beda.
4.2 Saran
Biota laut sangatlah beragam, oleh karena itu alangkah baiknya jika
mengidentifikasi biota biota yang belum diketahui manfaatnya dan kegunaannya
selain dikonsumsi. Biota yang didapat dari fieldtrip ini dapat dijadikan bahan baku
hasil industri yang lebih untuk pengolahan lebih lanjut yang lebih beragam. Hal
ini dilakukan untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Asaad AIJ, Makmur, Rachmansyah, Undu MC, Muawanah. 2010. Analisis faktor kondisi kontinuitas budidaya keramba jaring apung di Teluk Lampung. Prosiding Forum Teknologi Akuakultur 2010, halaman 1157-1163.
Astuti W. 2008. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
[BI] Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil: Fillet Ikan. Jakarta: Biro Pengembangan UMKM Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia.
Das, M, and B. Mashira. 1990. On The Biology of Psettodes erumei (Bloch and Schn.), an Indian Halibut. Indian J. Fish., 37(2):79-92.
Devadoss P et al. 1977. Observations on Some Aspects of The Biology and Fishery of Psettodes erumei (Bloch) at Porto Novo. Indian J. Fish., 24(1/2):62-68.
Frimodt C. 1995. Multilingual Illustrated Guide to The World's Commercial Warmwater Fish. Oxford: Fishing News Books.
Gerry A. et al. 2000. Marine Fishes of South-Easth Asia. Jakarta : Java Books Indonesia.
Heemstra, P.C. 1984. Menidae: Identification Sheets for Fishery Purposes. New York: Academic Press
Rachmanti, Betty. 2008. Mengenal Ikan Sebelah [terhubung berkala]. http://www.perikanandiy.info/home.php?mode=content&submode=detail&id=222. [17 April 2012].
Russell, B.C. and W. Houston. 1989. Offshore Fishes of the Arafura Sea. Sydney: Academic Press.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
Saanin, Hasnuddin. 1984. Kunci dan Identifikasi Ikan. Bandung : Binatjipta.
Tampubolon dan Mulyadi. 2006. Jenis-jenis Ikan Kerapu (Epinephelus sp.). Jambi: UNJ Press
Winarni T. 2007. Usaha Budidaya Kerapu Sebagai Salah satu Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Riau: Universitas Pekan Baru Press.
Winarno FG. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zainuddin. 2010. Pengaruh kalsium dan fosfor terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, kandungan mineral dan komposisis tubuh juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan 2(2): 1-9.