PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP … · PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP...

15
PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : SRI DALILLA J 120 110 064 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP … · PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP...

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP

PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK

CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

SRI DALILLA

J 120 110 064

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP

PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL

PALSY SPASTIC DIPLEGI

Sri Dalilla J120110064

Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102

ABSTRAK

Latar Belakang: Cerebral palsy spastik diplegi merupakan suatu gangguan gerak

dan postur akibat kerusakan pada otak. Pada anak cerebral palsy spastik diplegi

salah satu kemampuan fungsional yang terhambat adalah motorik kasar yaitu

duduk. Untuk membantu meningkatkan fungsional duduk selain datang ke

fisioterapi orangtua juga harus berperan aktif dengan menjalankan home program

yang telah diberikan.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh home program dengan

peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi.

Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh home program dengan

peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi.

Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan

desaian deskriptif kualitatif dengan metode singel case riset. Metode pengambilan

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu

sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik

analisa data dibuat dalam bentuk deskripsi hasil kemampuan fungsional yang di

ukur dengan menggunakan Gross Motor Function Measure (GMFM) dimensi

duduk dan disajikan dalam bentuk grafik.

Hasil Penelitian: Analisa data dalam bentuk deskripsi didapatkan bahwa ada

pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada

anak cerebral palsy spastik diplegi.

Kesimpulan: Secara deskripsi disimpulkan bahwa ada pengaruh home program

dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik

diplegi.

Kata Kunci: Home program, kemampuan fungsional duduk, cerebral palsy

spastik diplegi.

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP

PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL

PALSY SPASTIC DIPLEGI

Sri Dalilla J120110064

Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102

ABSTRAK

Latar Belakang: Cerebral palsy spastik diplegi merupakan suatu gangguan gerak

dan postur akibat kerusakan pada otak. Pada anak cerebral palsy spastik diplegi

salah satu kemampuan fungsional yang terhambat adalah motorik kasar yaitu

duduk. Untuk membantu meningkatkan fungsional duduk selain datang ke

fisioterapi orangtua juga harus berperan aktif dengan menjalankan home program

yang telah diberikan.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh home program dengan

peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi.

Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh home program dengan

peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi.

Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan

desaian deskriptif kualitatif dengan metode singel case riset. Metode pengambilan

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu

sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik

analisa data dibuat dalam bentuk deskripsi hasil kemampuan fungsional yang di

ukur dengan menggunakan Gross Motor Function Measure (GMFM) dimensi

duduk dan disajikan dalam bentuk grafik.

Hasil Penelitian: Analisa data dalam bentuk deskripsi didapatkan bahwa ada

pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada

anak cerebral palsy spastik diplegi.

Kesimpulan: Secara deskripsi disimpulkan bahwa ada pengaruh home program

dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik

diplegi.

Kata Kunci: Home program, kemampuan fungsional duduk, cerebral palsy

spastik diplegi.

ABSTRACT

Background of the research : Diplegi Spastic Cerebral Palsy is a disorder of

movement and posture due to brain damage. One of the hampered functional

ability of children with diplegi spastic cerebral palsy is gross motor that sits. To

help increase functional sitting besides coming to physiotherapy, parent should

have an active role by running home program that have been given.

Purpose of the research: To determine the influence of the home program with

increased gross motors function sitting on children with diplegi spastic cerebral

palsy.

Benefit of the research: Could determine the influence of the home program

with increased gross motors function sitting on children with diplegi spastic

cerebral palsy.

Research method: The kind of research is using qualitative descriptive with

single case riset method. The sampling method that used in this research is

purposive sampling , the sample selected from the population based on inclusion

and exclusion criteria. Data analysis technique was made in the form of a

description of the results of functional ability is measured by using the Gross

Motor Function Measure ( GMFM ) dimensions were seated and presented in

graphical form.

Result : Analysis of the data in the form of descriptions found that there is the

influence of the home program with a gross increase of motor function sitting on

children with spastic cerebral palsy diplegi.

Conclusion: In the description concluded that there is influence of the home

program with a gross increase of motor function in children sit diplegi spastic

cerebral palsy .

Keywords : Home program, sitting functional ability, diplegi spastic cerebral

palsy.

PENDAHULUAN

Proses pertumbuhan dan perkembangan tidak luput dari integrasi di dalam

otak. Pada anak dengan gangguan otak akan terdapat permasalahan yang

menghambat anak untuk mengikuti proses pertumbuhan seperti anak normal.

Menurut Hinchcliffe (2007), di negara maju terdapat > 1/1.000 kelahiran dengan

cerebral palsy dan di negara dengan pelayan medis yang kurang terdapat > 1/300

kelahiran dengan cerebral palsy. Menurut Soetjiningsih (2014), semakin cepat

anak dengan cerebral palsy mampu untuk duduk maka akan semakin bagus untuk

perkembangan motoriknya. Sebagian besar orang tua masih belum terlalu

memahami apa itu cerebral palsy dan bagaimana cara menanganinya.

Peran fisioterapi sangat penting dalam meningkatkan fungsional anak

dengan memberikan latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan anak, namun peran

serta orang tua juga sangat penting karena waktu bersama orang tua lebih banyak

daripada waktu saat bersama fisioterapi. Selain dengan latihan di tempat terapi

fisioterapi juga memberikan home program dimana diharapkan dapat membantu

meningkatkan fungsional anak. Orang tua harus berperan aktif ketika berada

dirumah dalam melaksanakan home program yang berupa latihan dan harus terus

mengulanginya.

Pemberian latihan dipengaruhi oleh perilaku orang tua yang terbentuk oleh

3 faktor yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga apa yang orang tua

berikan menjadi optimal (Notoatmodjo, 2014). Penelitian Misdalia dkk (2012),

hasilnya menunjukkan bahwa dalam waktu 7 minggu dan frekuensi seminggu 3

kali dengan melakukan pengulangan latihan secara terus menerus akan

meningkatkan fungsional anak dengan cerebral palsy spastik diplegi.

LANDASAN TEORI

Cerebral palsy adalah gangguan gerak dan postural akibat kerusakan otak

yang terjadi sebelum, selama atau sesudah lahir dan menyebabkan anak memiliki

koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk dan pola gerak abnormal dapat

mempengaruhi fungsionalnya (Berker dan Yalcin, 2010). Cerebral palsy dapat di

klasifikasikan berdasarkan kerusakan gerak menjadi empat yaitu: spastik,

athetoid, ataksia dan campuran. Cerebral palsy tipe spastik adalah kelainan

dengan tonus otot yang tinggi yang disebabkan oleh kerusakan otak bagian cortex

cerebrum (Hinchcliffe, 2007). Berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena

cerebral palsy dibagi menjadi lima yaitu: monoplegi, diplegi, triplegi, quadriplegi

dan hemiplegi. Cerebral palsy diplegia adalah kelainan yang mengenai

ekstremitas atas dan estremitas bawah, namun ekstremitas bawah selalu lebih

berat dibandingkan dengan ekstremitas atas (Miller dan Barchrach, 2006).

Menurut Saputri (2013), cerebral palsy spastik diplegi adalah cerebral

palsy dengan tonus otot yang tinggi dan terdapat keterbatasan pada keempat

ekstremitas, namun ekstremitas bawah lebih berat dari ekstremitas atas. Menurut

Berker dan Yalcin (2010), hampir 50% anak dengan diplegi memiliki spastisitas,

gangguan keseimbangan dan koordinasi ini biasanya disebabkan oleh

prematuritas.

Pada anak cerebral palsy spastik diplegi menimbulkan gangguan pada

fungsi motorik berupa kelemahan dan gerakan tidak terkontrol. Menurut Miller

dan Bachrach (2006), perkembangan neurologis dan fungsional anak cerebral

palsy akan terganggu dalam tingkat yang berbeda-beda. Gangguan fungsionalnya,

yaitu gangguan untuk transfer, gangguan keseimbangan duduk, kesulitan dalam

mengerjakan kegiatan sehari-hari dan gangguan berjalan.

Duduk merupakan salah satu dari gerakan fungsional yang sering kita

lakukan. Pada anak cerebral palsy gerakan tersebut akan sulit untuk dilakukan

karena, postur tubuh yang tidak simetris. Gerakan duduk membutuhkan otot-otot

ekstensor batang tubuh, panggul, lutut dan plantar fleksor pergelangan kaki.

Dimana pada anak cerebral palsy otot-otot tersebut mengalami spastisitas

sehingga susah untuk digerakan ke posisi duduk.

Home program merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di rumah berupa

tugas atau latihan. Menurut Hinchcliffe (2007), dalam membuat home program

fisioterapi harus berdiskusi dengan keluarga agar apa yang menjadi tujuan dapat

tercapai. Bentuk – bentuk latihan yang diberikan dalam home program yaitu :

1. Latihan aktifitas dasar, yaitu berupa mobilisasi. Mobilisasi merupakan

latihan yang diberikan baik pasif maupun aktif ke seluruh luas gerak tubuh

( fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi) dengan tujuan untuk memperbaiki

kontraksi otot-otot dan untuk memperoleh fleksibilitas dari otot yang

diharapkan dapat memperbaiki postur pada kondisi CP spastik diplegi

yang cenderung kifosis. Pada akhir gerakan pasif dapat disertai dengan

pemberian stretching ( penugluran jaringan ) dan elongasi (pemanjangan

ke arah atas).

2. Latihan aktifitas fungsional, yaitu anak diposisikan duduk tegak dengan

kaki menyilang didepan kemudian kedua tangan diletakkan didepan

sebagai tumpuan badannya kemudian tahan selama mungkin.

3. Latihan gerak aktif dengan pendekatan bermain. Anak tetap pada posisi

duduk namun anak diberikan mainan dalam posisi 45° dan 90° disamping

kanan dan kiri dan di depan agar lebih mau untuk aktif ketika duduk.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

desaian penelitian dekskriptif kualitatif dengan metode penelitian single case

riset. Penelitian ini akan dilakukan rumah masing – masing responden. Adapun

waktu penelitian dilakukan selama 3 minggu yaitu dari tanggal 11 Mei sampai 1

Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah anak – anak yang bersekolah dan

terapi di Yayasan Penyandang Anak Cacat Surakarta (YPAC) dengan jumlah 10

anak.

Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling dengan kriteria

insklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen home ptogram terhadap variabel dependen yaitu peningkatan

fungsional duduk menggunakan deskripsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Responden 1

Anak berjenis kelamin perempuan, lahir prematur di Sukoharjo

pada tanggal 28 Mei 2003 dan terdiagnosa mengalami cerebral palsy

spastik diplegi. Kondisi anak sudah mampu duduk sendiri di matras

tanpa sandaran dan duduk sendiri di kursi tanpa sandaran namun tidak

bisa bertahan lama. Anak mampu berambulasi dengan cara mengesot

dan anak mampu untuk bersekolah. Dalam aktifitas sehari-hari seperti

makan, minum, toilet dan lain-lain masih bergantung kepada orang tua.

2. Responden 2

Anak berjenis kelamin perempuan, lahir prematur di Surakarta

pada tanggal 25 Juni 2002 dan terdiagnosa mengalami cerebral palsy

spastik diplegi. Kondisi anak sudah mampu duduk sendiri di atas

matras namun harus dengan sandaran. Anak mampu berambulasi

dengan cara mengesot dan anak mampu bersekolah. Dalam aktifitas

sehari-hari seperti makan, minum, toilet dan lain-lain masih

memerlukan bantuan orangtua.

B. Hasil penelitian

Responden 1

No Duduk Skor

Pre Post

1 Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan diangkat

sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol kepala

3 3

2 Terlentang, berguling ke kanan, ke posisi duduk 1 1

3 Terlentang, berguling ke kiri, ke posisi duduk 1 1

4 Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, kepala di angkat

tegak, tahan 3 detik

3 3

5 Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis, angkat kepala

ke posisi setengah tegak, tahan 10 detik

3 3

6 Duduk di matras, lengan dipegang, tahan 5 detik 3 3

7 Dududk di matras, tahan, lengan rileks, 3 detik 3 3

8 Duduk di matras, mainan kecil di letakkan di depan, badan

membungkuk ke depan, menyentuh mainan, tegak kembali

tanpa bantuan lengan

3 3

9 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 45° di sebelah kanan belakang, kembali ke posisi awal

1 2

10 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 45° di sebelah kiri belakang, kembali ke posisi awal

1 2

11 Duduk di sebelah kanan, tahan lengan rileks, 5 detik 2 2

12 Duduk di sebelah kiri, tahan lengan rileks, 5 detik 2 2

13 Duduk di mtras, membungkuk, menuju posisi tengkurap,

gerakan dikontrol

1 1

14 Duduk di matras kaki diletakkan di depan, ke posisi 4 poin ke

kanan

1 1

15 Duduk di matras, kaki di letakkan di depan, ke posisi 4 poin

ke kiri

1 1

16 Duduk di matras, berputar 90°, tanpa bantuan lengan 0 0

17 Duduk di bangku, tahan, lengan dan kaki rileks, 10 detik 2 3

18 Berdiri , melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0

19 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 1

20 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku besar 0 1

Total 31 36

Tabel 4.2 Hasil penilaian dimensi duduk pada responden 1 sebelum dan

sesudah penelitian menggunakan GMFM.

Sebelum : 31 x 100 = 51,66 %

60

Sesudah : 36 x 100 = 60 %

60

Responden 2

No Duduk Skor

Pre Post

1 Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan diangkat

sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol kepala

3 3

2 Terlentang, berguling ke kanan, ke posisi duduk 1 1

3 Terlentang, berguling ke kiri, ke posisi duduk 1 1

4 Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, kepala di

angkat tegak, tahan 3 detik

3 3

5 Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis, angkat kepala

ke posisi setengah tegak, tahan 10 detik

3 3

6 Duduk di matras, lengan dipegang, tahan 5 detik 2 3

7 Dududk di matras, tahan, lengan rileks, 3 detik 2 2

8 Duduk di matras, mainan kecil di letakkan di depan, badan

membungkuk ke depan, menyentuh mainan, tegak kembali

tanpa bantuan lengan

2 2

9 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan

45° di sebelah kanan belakang, kembali ke posisi awal

1 2

10 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan

45° di sebelah kiri belakang, kembali ke posisi awal

1 2

11 Duduk di sebelah kanan, tahan lengan rileks, 5 detik 1 1

12 Duduk di sebelah kiri, tahan lengan rileks, 5 detik 1 1

13 Duduk di mtras, membungkuk, menuju posisi tengkurap,

gerakan dikontrol

0 0

14 Duduk di matras kaki diletakkan di depan, ke posisi 4

poin ke kanan

0 1

15 Duduk di matras, kaki di letakkan di depan, ke posisi 4

poin ke kiri

0 1

16 Duduk di matras, berputar 90°, tanpa bantuan lengan 0 0

17 Duduk di bangku, tahan, lengan dan kaki rileks, 10 detik 0 0

18 Berdiri , melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0

19 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0

20 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku besar 0 0

Total 21 26

Tabel 4.3 Hasil penelitian dimensi duduk pada responden 2 sebelum dan

sesudah penelitian dengan menggunakan GMFM.

Sebelum : 21 x 100 = 35 %

60

Sesudah : 26 x 100 = 43,33 %

60

Dari hasil tabel didapatkan bahwa nilai kemampuan fungsional duduk

responden 1 lebih tinggi dibandingkan dengan responden 2. Perbadingan nilai

keduanya tidak cukup jauh namum, jika dihitung besar peningkatan dari awal

hingga akhir mempunyai nilai peningkatan presentase yang sama yaitu sebesar

8,34 % dan test yang mengalami peningkatan pun sama yaitu 5 test dimana 2

diantarnya sama dan 3 berbeda.

PEMBAHASAN

Dari kedua responden penelitian, di dapat bahwa fungsional duduk

meningkat dari yang sudah bisa duduk tapi belum mandiri menjadi sudah bisa

duduk mandiri namun masih membutuhkan bantuan penuh. Peningkatan

fungsional duduk yang diberikan selama 3 minggu hanya meningkatkan beberapa

test saja. Dalam artian bahwa hanya dengan 3 minggu saja sudah bisa terjadi

peningkatan meskipun tidak signifikan.

Dalam hasil test GMFM yang telah dilakukan sebelum dan sesudah

program pada kedua responden terlihat bahwa sama-sama 5 test yang meningkat

dimana 2 test yang sama dan 3 test yang berbeda. Perbedaan test yang meningkat

tersebut bisa di pengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah tingkat kognitif,

keadaan lingkungan, tingkat kemampuan motorik kasar dan dukungan dari

keluarga (Soetjiningsih, 2014).

Home program yang telah diberikan dalam bentuk latihan mobilisasi,

latihan aktifitas fungsional dan latihan gerak aktif dapat memberikan pengaruh

yang baik terhadap peningkatan fungsional motorik kasar salah satunya adalah

duduk. Latihan – latihan tersebut bertujuan untuk menguantkan pelvik dan

memperbaiki postur dimana untuk duduk secara sempurna dibutuhkan postur

tubuh yang seimbang dan pelvik yang kuat agar dapat bertahan saat duduk. Selain

itu semakin sering anak mengalami pengulangan dalam latihan maka akan

semakin cepat otak mengenali gerakan tersebut, sehingga anak akan terbiasa

untuk melakukannya secara mandiri.

Semua responden dalam penelitian ini mengalami peningkatan

kemampuan fungsional duduk setelah mendapatkan home program yang berupa

latihan aktifitas dasar, latihan aktifitas fungsional dan latihan gerak aktif dengan

media mainan. Hal ini sesuai dengan penjelasan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi latihan, dimana apabila itu dilalukan secara berulang-ulang dan

diberikan oleh orang yang benar-benar memahami maksud dan tujuan dalam

pemberian latihan maka akan menimbulkan mental practice bagi orang yang di

beri latihan (Purwandari, 2008). Mental practice sendiri merupakan reproduksi

internal dari suatu tindakan atau gerakan tertentu, yang apabila diulang secara

terus-menerus dalam rangka mempromosikan atau mengenalkan atau juga untuk

meningkatkan keterampilan motorik tertentu (Lacoboni dan Galasse, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori pada

pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa home program berpengaruh

dengan peningkatan kemampuan fungsional duduk pada anak cerebral

palsy spastik diplegi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua

Orang tua sebaiknya lebih optimal dalam menjalankan home program

agar anak bisa mendapatkan yang terbaik dalam perkembangan

fungsionalnya dan anak lebih cepat untuk belajar mandiri.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan penelitian selanjutnya untuk perlu menambah jumlah

responden dan mendapatkan berbagai model metode latihan home

program dalam meningkatkan kemampuan funngsional duduk pada

anak cerebral palsy spastik diplegi dan sebaiknya menggunakan

cerebral palsy tipe yang lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Berker N and Yalcin S. 2010. The Help Guide To Cerebral Palsy. 2nd ed. USA:

Global Help Organization.

Hinchcliffe A. 2007. Children with Cerebral Palsy: A Manual Therapists, Parents

and Comunity Workers. 2nd ed. India: Sage Publication.

Lacoboni dan Galasse. 2009. Imitation emphaty and mirror neurons. California:

Brain Research Institute.

Miller F. dan Bachrach S. 2006. Cerebral Palsy: A Complete Guide For

Caregiving. 2nd ed. Baltimor: The Johns Hopkins University Perss.

Misdalia T, Maria M dan Ponpon I. 2012. Pengaruh Latihan Penguatan Duduk-

Berdiri Dengan Periodisasi Terhadap Gross Motor Function Measure

Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi. Jurnal Indon Med

Assoc. Volume: 62. Nomor: 10. Oktober 2012: 397-401.

Notoatmodjo S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reka Cipta.

Purwandari H. 2008. Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Deteksi Dini

Tumbuh Kembang. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Saputri Marjuliana. 2013. Pengaruh Neuro Development Treatment (NDT) Dan

Mobilisasi Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas Pada Cerebral Palsy

Spastic Dipleg. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan.

Soetjiningsih dan Ranuh G. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: Buku

Kedokteran.