Take Home Assignment

15
TAHAP-TAHAP PROSES PRODUKSI Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae). Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 1 dan 2. Informasi diagram alir tersebut sebagai berikut: 2.1. Perebusan Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperature tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane. 2.2. Perontokan Buah dari Tandan 1

Transcript of Take Home Assignment

Page 1: Take Home Assignment

TAHAP-TAHAP PROSES PRODUKSI

Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik

Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading

Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan

penimbangan (Weighing Brigae). Secara garis besar diagram alir dari proses

pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance pengolahan kelapa sawit

disajikan pada Gambar 1 dan 2. Informasi diagram alir tersebut sebagai berikut:

2.1. Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori

rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan

ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan

antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan

enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak.

Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan

memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini

biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang

berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan

kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperature tinggi. Kondensat

ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus

dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.

2.2. Perontokan Buah dari Tandan

Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan

dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian

ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan

brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan

drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih

ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB

(Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing“.

Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB

yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser

1

Page 2: Take Home Assignment

kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan

dimanfaatkan sebagai produk samping

Gambar 1. Diagram alir Proses Pengolahan Kelapa sawit

2.3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke

dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah

terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang

temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° - 90°C. Setelah massa buah dari

proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew

Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu

tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari

pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.

Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus

dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan

penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung

minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses

penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan

2

Page 3: Take Home Assignment

penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke

dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa

minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak

dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan

terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator

untuk memisahkan minyaknya.

2.4. Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan

kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk

memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka

minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).

2.5. Proses Pengolahan lnti Sawit

Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam

Depericaper melalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar

sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan

memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan

biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung

pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 80°C sefama 18 - 24 jam

agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.

Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut

Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan

dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat

pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu

dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan

cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone

untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel

Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat

pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14 - 16 jam. Selanjutnya guna

memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage),

sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.

3

Page 4: Take Home Assignment

JENIS DAN POTENSI LIMBAH KELAPA SAWIT

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang

terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair

yang terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi

berikutnya dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah

yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya.

Pada Tabel 1 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai

nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat

dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis.

Pada proses produksi minyak kelapa sawit limbah dalam bentuk gas tidak begitu

banyak dihasilkan. Limbah dalam bentuk gas berasal dari pembakaran solar dari genset

dan pembakaran janjang kosong dan cangkang di incenerator.

4

Page 5: Take Home Assignment

Gambar 3. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

5

Page 6: Take Home Assignment

TAHAP-TAHAP PENGELOLAAN LIMBAH

Konsep Zero Emissions seyogyanya dapat diterapkan pada Industri Kelapa

Sawit, karena konsep ini mempunyai falsafah dasar yang menyatakan bahwa proses

industry seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah

tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini,

proses-proses industri akan menghemat sumber daya alam, memperbanyak ragam

produk, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran

dan kerusakan lingkungan.

Pengelolaan Limbah Cair

Dalam Pengolahan Limbah Kelapa Sawit dapat menerapkan teknik sebagai berikut :

1. Sistem Kolam Stabilisasi Biasa

Proses pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS) terdiri dari

perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal meliputi segregasi

aliran, pengurangan minyak di tangki pengutipan minyak (fat-pit), penurunan suhu

limbah dari 70-80°C menjadi 40-45°C melalui menara atau bak pendingin. Proses

biologis dapat mengurangi konsentrasi B0D limbah hingga 90%. Dekomposisi

anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi senyawa asam-

asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air. Selanjutnya air

limbah dialirkan ke dalam kolam pengasaman dengan waktu penahanan hidrolis

(WPH) selama 5 hari. Air limbah di dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu

terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam mudah menguap (volatile fatty acid

=FTA), sehingga air limbah yang mengandung bahan organic lebih mudah

mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Sebelum diolah di unit

pengolahan limbah (UPL) anaerobik, limbah dinetralkan terlebih dahulu dengan

menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5. Pengendalian

lanjutan dapat dilakukan dengran proses biologis yang direkomendasi seperti

berikut :

6

Page 7: Take Home Assignment

A. Proses Biologis Anaerobik Aerasi

B. Proses Biologis Anaerobik-Fakultatif

2. Proses Biologis Anaerobik-Aplikasi Lahan

A. Teknik penyemprotan/sprinkler

Limbah cair yang sudah diolah dengan PBAn dengan WPH selama 75-80 hari

diaplkasikan ke areal tanaman kelapa sawit dengan penyemprotan/sprinkler

berputar atau dengan arah penyemprotan yang tetap.

B. Sistem Flatbed atau teknik parit dan teras

Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat

konstruksi diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat

mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini

dibangun mengikuti kemiringan tanah.

Teknik parit atau alur (long bed)

Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang

lurus, dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam

atau berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke

tempat yang tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di

dalam alur. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan

aliran diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam

tanah. Dengan aliran larnbat juga dapat rnencegah erosi. Parit yang lurus

memanjang dapat dibangun di lahan sedikit miring, dan limbah dialirkan

hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed, limbah cair dipompakan

melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan ke dalam parit

primer. Jumlah parit tergantung kepada tropografi.

Teknik traktor-tanki.

Sistem aplikasi limbah dengan cara ini yaitu dengan mengangkut limbah cair

dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau UPL (Unit Pengolahan

Limbah) ke areal tanaman dengan menggunakan traktor yang menarik

tangki. Limbah berbentuk cair diaplikasikan dengan bantuan Pompa

sentrifugal yang dihubungkan dengan lobang (Chasis) ke tangki. Peralatan

yang digunkan adalah traktor, tangki, dan pompa setrifugal

7

Page 8: Take Home Assignment

3. Proses Biologis Tangki Anaerobik-Aerasi lanjut

Gasbio merupakan gas yang dihasilkan dengan proses biologis dalam kondisi

anaerobik. Gas yang dihasilkan berupa karbondioksida dan metan. Komposisi rata-

ratanya adalah 60-70% gas metan, 20-40% gas karbondioksida, antara 0,2-0,3%

hidrogen sulfida, dan gas lainnya. Proses produksi gasbio ini secara mikrobiologis

dikenal dengan istilah fermentasi metan. Bakteri yang berperan dalarn proses

tersebut adalah bakteri metan, terutama Methanobacillus omelianskii, dan bakteri

metan lainnya seperti Methanobacterium formicum, Methanosarcina methanica,

dan methanococcusmazeki (Djokowibowo, 1992).

4. RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)

A. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) secara Anaerobik

Secara konvensional pengolahan LCPKS dilakukan dengan sistem kolam yang

terdiri dari kolam anaerobik dan aerobik dengan total waktu retensi sekitar 90-

120 hari.

B. RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)

Pengolahan fase cair pada RANUT bertujuan untuk merombak bahan organik

menjadi biogas dalam waktu singkat dan kinerja yang tinggi. Biogas yang

dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar 26

kWh per ton TBS, dan LCPKS dapat digunakan untuk aplikasi lahan.

Pemilihan teknik pengolahan limbah cair disesuaikan dengan kondisi dan luas areal

yang tersedia, Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri, Jenis

tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman Kelapa Sawit, Luas lahan

yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai atau

pemukiman penduduk.

8

Page 9: Take Home Assignment

Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari Industri Kelapa sawit seperti Tandan Kosong,

pelepah, cangkang, serabut, batang sawit, dll. Berikut ini metoda yang digunakan untuk

mengolah limbah tsb.

1. Pengelolaan Tandan Kosong

A. Tandan Kosong sebagai Mulsa

B. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik

C. Pembuatan Kompos Bokasih dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit

D. Pembuatan Papan Semen Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Yang

Disediakan Secara Bioteknologi

E. Tandan Kosong sebagai Bubur Kertas (Pulp)

2. Pengelolaan Sabut Kelapa Sawit

A. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit

B. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit

3. Pengelolaan Batang Sawit (Bahan Baku Industri Mebel)

4. Pengelolaan cangkang (dan TKS) sebagai arang dan arang akif

Gambar tahapan proses pembuatan kompos

9

Page 10: Take Home Assignment

Pengelolaan Limbah Gas

Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari genset dan pembakaran janjang

kosong dan cangkang di incenerator. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka.

Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cagkang sebelum

dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector, untuk

menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui

cerobong asap setinggi ± 25 meter dari permukaan tanah. Debu dari dust collector

secara reguler ditampung dan dibuang ke lapangan untuk penimbunan daerah

rendahan sekitar kebun.

Dari uraian diatas kita mengetahui bahwa industri pengolahan minyak kelapa sawit

berpotensi untuk menimbulkan limbah baik dalam bentuk padat, cair maupun gas.

Untuk itulah hendaknya dilakukan pengelolaan limbah dengan benar agar limbah yang

dihasilkan tidak memberikan dampak yang negative baik bagi lingkungan maupun

masyarakat yang tinggal di sekitar industri. Berikut ini adalah alasan mengapa industri

kelapa sawit harus mengelola limbahnya :

1. Memberikan keuntungan ekonomi, sebab di dalam Produksi Bersih terdapat strategi

pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in process

recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi

biaya terbentuknya limbah secara dini, serta dapat mengurangi biaya investasi

untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

2. Produk sampingan yang dihasilkan seperti pupuk kompos, mulsa, pakan ternak,

bahan bakar alternative biodisel, briket, papan partikel, sebagai bahan dasar

industri lain (sabun, industri kosmetik, industri makanan), dapat menjadi nilai

ekonomis tersendiri bagi perusahaan tersebut.

3. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan

limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang aman.

4. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui

penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih

efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan energi).

10

Page 11: Take Home Assignment

5. Mendukung prinsip “enviromental equity“ dalam rangka pembangunan

berkelanjutan dimana kita harus memelihara lingkungan agar dapat diwariskan

kepada generasi mendatang.

6. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfaatkan

sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses,yang pada

akhirnya menuju upaya konservasi sumberdaya untuk mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan.

7. Memelihara ekosistem lingkungan.

8. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.

Refrensi

http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PENGOLAHANHASIL/B3olahlimbahkelapasawit.pdf.

AGUSTINA, HARUKI. LAND APPLICATION SEBAGAI ALTERNATIF 3R PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT, http://b3.menlh.go.id/

www.depperin.go.id/.../KelapaSawit/Minyak%20Kelapa%20Sawit.pdf

http://www.pdfqueen.com/pdf/pe/pengolahan-limbah-pabrik-kelapa-sawit/

11