home visite.doc
-
Upload
michael-blair -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
Transcript of home visite.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2005 memeperkirakan
terdapat 8,8 juta penderita TBC dan 1,6 diantaranya
mengalami kematian. TBC merupakan penyebab kematian
nomor tiga di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan, dan penyebab kematian nomor
satu pada golongan penyakit infeksi/menular. Indonesia
sendiri merupakan negara ketiga terbesar dengan masalah
TBC di dunia dengan angka kematian satu orang tiap lima
menit. Pada tahun 2004, tercatat 211.753 kasus baru TBC di
Indonesia dan diperkirakan sekitar 300 kematian terjadi
setiap hari akibat TBC. Kasus baru TBC di indonesia
bertambah seperempat juta per tahun (Catagnolo et al.,
2008; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 200;
Nikmawati et al., 2006)
B. Tujuan
C. Manfaat
- Dapat mengidentifikasikan gejala dari penyakit tuberkulosis
- Dapat melakukan pra skrining pertumbuhan untuk mengetahui adanya
keterlambatan pertumbuhan (pasien anak-anak)
- Mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam jalannya penyakit
1
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01
Berkas Pembinaan Keluarga No RM :
Puskesmas Sidoarjo Nama KK : Tn. R
Tanggal kunjungan pertama kali 12 September 2013,
Nama pembina keluarga pertama kali :
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai
satu periode pembinaan )
Tanggal Tingkat
Pemahaman
Paraf
Pembimbing
Paraf Keterangan
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. R
Alamat lengkap : Sidokare Indah Blok O no 10
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
2
Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Keduduk
an dalam
keluarga
L/
P
Umur Pendidika
n
Pekerjaa
n
Pasien
Klinik
(Y/T)
Ket
1 Tn. R KK L 33 D3 Pegawai
pabrik
T -
2 Ny. S Istri P 33 SMA IRT T -
3 An. N Anak P 7 SD T
4 An. H Anak L 2 th
10 bln
Y
Sumber : Data Primer, September 2013
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB II
STATUS PASIEN
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak
pasien gizi buruk, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun 10 bulan, dimana
pasien merupakan salah satu dari pasien gizi buruk paru yang berada di wilayah
Puskesmas sidoarjo, Kabupaten sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya
di daerah Puskesmas sidoarjo, Kabupaten sidoarjo. Oleh karena itu penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian
bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Umur : 2 Tahun 10 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
3
Pekerjaan : -
Pendidikan :
Agama : Islam
Alamat : Sidokare Indah Blok O no 10
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 12 september 2013
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Berat badan kurang dan belum bisa jalan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Heteroanamnesa:
Sejak pasien usai 6 bulan, berat badan pasien tidak bertambah sesuai dengan
usia. Pada usianya yang sudah 2 tahun 10 bulan berat badan pasien hanya 8.4 kg,
pasien belum bisa berjalan atau berdiri sendiri sendiri. Pasien sulit untuk
diberikan makanan atau pun susu, ibu pasien selalu menyiapkan makanan 4 sehat
5 sempurna namyn lebih sering minum air gula dibanding minum susu dan
makan.
Dibandingkan dengan teman pasien yang sebaya, pertumbuhan dan
perkembangan pasien jauh terlambat meskipun pasien sangat aktif dan jarang
sakit. Pasien saat ini belum bisa berjalan, hanya merangkak dan berdiri dengan
memegang tembok atau dibimbing. Pasien sudah bisa merangkai 2-3 kata dan
mengerti bila diajak berbicara oleh keluarga dan mengerti perintah yang diberikan
keluarga.
Pasien dibawa ke dokter spesialis anak dan profesor bagian anak, namun dari
hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelaianan. Memang murni karena kurang
asupan gizi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat kejang : (-)
Riwayat TB : (-)
Riwayat Diare: (-)
4
Riwayat ISPA: (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : kakan pasien juga
mengalami keterlambatan pertumbuhan ( usia 2 tahun baru bisa jalan)
-
5. Riwayat pre natal
ibu pasien rajin memeriksakan kandungannya pada bidan dan dokter
sperialis kandungan. Rajin minum Fe, folat dan makan makanan
begiziSaat mengandung pasien tidak pernah mengalami muntah yang
berlebihan, tensi tinggi ataupun pendarahan lewat jalan lahir.
6. Riwayat persalinan
pasien lahir pada usia kehamilan 40 minggu dengan berat lahir 3.5 kg
panjang 49 cm. Pasien lahir secara sesio sesaria atas indikasi letak lintang.
Saat lahir pasien tidak langsung menangis
7. Riwayat post natal
menurut ibu pasien anaknya tidak pernah berwarna kekuningan setelah
dilahirkan, tidak pernah kejang, tidak pernah panas ataupun mengalami
gangguan pernafasan. Berat badan bertambah terus hingga usia 6 bulan.
8. Riwayat Imunisasi
Hep B: lengkap
BCG: lengkap
Polio: lengkap
DPT: lengkap
Campak: Lengkap
9. Riwayat Tumbuh Kembang
Usia 1 bulan: tersenyum, mengeluarkan suara ooo
5
Usia 3 bulan: mengangkat kepala dan tengkurap
Usia 6 bulan: berbalik, telungkup dan terlentang
Usia 9 bulan: -
Usia 12 bulan: meniru kata sederhana
Usia 2 tahun: Merangkak dan duduk, Usia 2 tahun 10 bulan: berdiri
dengan berpegangan, mampu mengucapkan 2-3 rangkaian kata
10. Riwayat Pemberian Makan
Usia 0-6 bulan: ASI
Usia 6-9 Bulan: ASI, buah (pisang pepaya), bubur susu
Usia 9-12 Bulan: ASI, nasi Tim, buah
Usia 12-24 Bulan: ASI dan makanan keluarga
Usia 24- sekarang: makanan keluarga
11. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak ke dua dari pasangan suami istri, Tn R dan Ny. S.
Pasien tinggal sebuah rumah yang berpenghuni 4 orang (pasien, ayah, ibu
dan kakak perempuan ). Ayah pasien bekerja sebagai pegawai Pabri sepatu
dengan jam kerja yang diatur sesuai shift yang di putar setiap minggunya.
Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Sumber pendapatan keluarga
didapatkan dari Ayah dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp.
4000.000 – Rp 4.500.000.
12. Riwayat Gizi.
Pasien makan sehari-harinya tidak tentu berapa kali sehari bila mau
makan pun hanya 3-5 sendok makan saja, namun keluarga selalu
menyiapkan makanan bergizi 4 sehat 5 sempuna. Pasien sangat sulit untuk
makan, pasien lebih suka buah pisang atau pepaya. Pasien tidak sepeti
balita pada umumnya yang suka susu, pasien lebih memilih air gula
dibanding susu.
6
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman baik
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk lama (+) selama +2 bulan, mengi
(-), batuk darah (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, 1-2 kali/hari warna dan jumlah biasa
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-)
Psikiatrik : sde
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 112x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 36,8 oC
7
Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 8.4 kg
TB : 80 cm
TB/U x = < -3SD
BB/U x = < -3SD
BB/TB x = -3SD sampai dengan – 2SD
Status Gizi Gizi Kurang
3. Kulit
Warna :Sawo matang, sianosis (-)ikterik (-), turgor kulit normal, ptekie (-),
purpura (-)
Kepala :Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,
makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy
(-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas (-), sadle nose
(-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP sde , trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
8
10. Thoraks Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :ICS II PSLS
batas kanan atas :ICS II PSLD
batas kiri bawah :ICS V MCLS
batas kanan bawah :SIC IV PSLD
batas jantung kesan tidak melebar
A: S1-S2 tunggal reguler, murmur (-), ekstra sistole (-), gallop (-)
- Pulmo: (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+) Rhonki (-/-) whezing (-/-)
11. Abdomen
I :flat, scar (-) dinding perut sejajar dengan dinding dada.
A :peristaltik (+) normal
P :timpani seluruh lapang perut
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
12. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
14. Sistem genetalia: dalam batas normal
15. Pemeriksaan Neurologik
9
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K sde sde T N N RF sde sde RP - -
sde sde + + sde sde - -
16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : kurus namun terawat
Kesadaran : kualitatif compos mentis; kuantitatif (GCS E4V5M6)
Afek : sde
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :sde
isi :sde
arus :sde
Insight : sde
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) usia 30 bulan
Hasil: 6 jawaban ya kemungkinan ada penyimpangan (P)
2. Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS)
Hasil: 2 kotak besar berwarna dan 1 kotak polos
LANGKAH A - Jika kotak besar berwarna bernilai 2 atau lebih
- +70% dari anak-anak ini mempunyai masalah
atau keterlambatan perkembangan
10
G. RESUME
Seorang anak laki-laki usai 2 tahun 10 bulan dengan keluhan berat badan
tidak bertambah dan belum bisa berjalan. Berat badan pasien tidak bertambah
sejak usia 6 bulan. Pada usianya yang sudah 2 tahun 10 bulan berat badan pasien
hanya 8.4 kg, pasien belum bisa berjalan atau berdiri sendiri sendiri. Pasien
sangat sulit bila diberi makan atau susu, pasien hanya mau minum air gula.
Riwayat tumbuh kembang terlambat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,
status gizi kesan kurang. Tanda vital N: 112 x/menit, Rr: 28 x/menit, S:36,80C,
BB:8.4 kg, TB:80 cm, status gizi Gizi kurang. Dari pemeriksaan fisik tidak
didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan tambahan berupa KPSP didapatkan 6
jawaban ya dengan interpretasi kemungkinan ada penyimpangan
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
1. Gizi Kurang
2. Delay development
3. Nafsu makan kurang
Diagnosis Psikologis
-
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang
sehat.
I. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
Saat ini pasien tidak menjalankan pengobatan khusus, namun pasien setiap
bulan selalu ke posyandu atau puskesmas dan mendapatkan susu tinggi protein
dan pemberian makanan tinggi kalori, protein dan lemak yang seimbang.
11
J. FOLLOW UP
1. Tanggal 13 September 2013
S :nafsu makan masih kurang, badan lemas (-)
O :KU sedang, compos mentis.
Tanda vital :N : 110 x/menit R :26 x/menit
S :36,7 0C
Status Generalis : dbn
Status Neurologis : sde.
Status Mentalis : sde
A :gizi kurang dan delay development
P :-
2. Tanggal 14 September 2013
S :Pasien merasa nafsu makan menurun (+), badan lemas (-), -
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :N : 112 x/menit R :26 x/menit
S :36,9 0C
Status Generalis : dbn
Status Neurologis : sde.
Status Mentalis : sde
A :gizi kurang dan delay development
P :-
FLOW SHEET
Nama : An. H
Diagnosis : Gizi Kurang dengn Delay Development
NO T
G
L
Tensi
mm
Hg
BB
Kg
TB
Cm
Status
Gizi
KET
12
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari pasien, ayah (Tn. R, 33 tahun), Ibu (Ny. S,
33 tahun dan Kakak perempuan An.N 7 tahun ).. Pasien ketika lahir
secara sesario sesaria, tidak langsung menangis dengan BB lahir 3,5 kg.
2. Fungsi Psikologis.
An. H tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakak
perempuannya (Tn. R Ny. S dan An N). Hubungan keluarga mereka
terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang
dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka
cukup dekat antara satu dengan yang lain. Ayah pasien bekerja dari senin
hingga sabtu dengan waktu yang tidak menentu tergantung shif yang
berubah setiap minggu. Sehingga sehari-hari pasien lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan ibunya, namun saat ayah pasien di rumah
ayah pasien juga menemani pasien bermain setiap harinya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka tak
berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan
semuanya kepada Tuhan.
3. Fungsi Sosial
Pasien adalah anak yang senang bermain dengan teman sekitar
rumah dan keluarganya. Dalam masyarakat pasien dan kedua orang tua
hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan
sosial tertentu dalam masyarakat. Ibu pasien aktif dalam kegiatan
14
masyarakat seperti pkk namun ayah pasien kurang aktif bermasyarakat
karena memang keadaan di tempat tinggalnya tidak terlalu aktif, jadi tidak
ada kegiatan yang dilakukan oleh kepala keluarga. Namun bila ada
kegiatan ayah pasien pasti ikut serta. Dalam kesehariannya pasien bergaul
akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat
yang lain.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Ayah pasien bekerja sebagai pegawai pabrik sepatu dengan jam
kerja yang diatur sesuai shift yang di putar setiap minggunya. Ibu pasien
sebagai ibu rumah tangga. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari
Ayah dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp. 4000.000 – Rp
4.500.000
Penghasailan tersebut juga digunakan untuk membiayai kebutuhan 2
anak dan istri. Ayah pasien selalu menyisihkan gajinya untuk menabung
ataupun untuk digunakan sebagai biaya-biaya mendadak (seperti biaya
pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan sehari-hari sudah dapat dipenuhi
secara maksimal begitupula kebutuhan kesehatan
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien termasuk anak yang tidak rewel dan aktif. Selalu ingin tahu
dan cepat mengerti bila diajarkan oleh ibu pasien.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Pasien baru bisa bicara 2-3 kata
PARTNERSHIP
Pasien baru bisa bicara 2-3 kata
15
GROWTH
Pasien baru bisa bicara 2-3 kata
AFFECTION
Pasien baru bisa bicara 2-3 kata
RESOLVE
Pasien baru bisa bicara 2-3 kata
APGAR Tn. R Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn R bekerja sebagai pegawai pabrik sepatu dengan watu kerja
yang tidak menentu, kadang-kadang lembur, sehingga semakin sedikit
16
waktu untuk bersama-sama namun saat berada di rumah Tn R selalu
meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak dan istrinya.
APGAR Ny. S Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga seluruh waktunya
digunakan untuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Sluruh waktunya
diluangkan untuk anak dan suaminya
APGAR An. N Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
17
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ibu yang selalu ada di rumah memberikan perhatian yang maksimal bagi
An.N, sehingga ia merasa diperhatikan dan di sayang
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. H adalah 30,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. H adalah 10. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. H dan orang
tuanya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut
terjalin baik.
18
C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
+
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
_
Religius
Agama menawarkan
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Pemahaman agama cukup. Namun
penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat
dilihat dari pasien dan orang tua hanya
menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum
sakit pasien rutin belajar mengaji di sore hari
di masjid dekat rumah.
-
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke atas, untuk kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi, meski belum mampu mencukupi
kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak
memadai, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup
-
Edukasi Pendidikan anggota keluarga sudah
memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua sudah cukup.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-
-
19
buku, koran memadai.
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus pasien
mampu membiayai pelayanan kesehatan
yang lebih baik Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan fasilitas asuransi yang telah
diberikan perusahaan.
_
Keterangan :
Sosial (+) artinya keluarga An. H masih menghadapi permasalahan
dalam hal sosial terutama di kalangan tetangga, karena kurangnya
aktifitas antar tetangga di tempat tinggal An. H sehingga mungkin
menyebabkan interaksi sosial antar tetangga teruta bapak-bapak
sedikit berkurang.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap :Sidokare Indah Blok O no 10
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga An. H
Dibuat tanggal 15 September 2013
20
- Tn. R- 33 tahun- ♂- Pegawai
pabrik
- Ny. S- 33 tahun- ♀- IRT- Etnis Jawa
- An. H- 2 tahun 10
bulan- ♂- Etnis Jawa
Sumber : Data Primer, 15 Setember 20013
An.H : Pasien
Tn. R : Ayah Pasien
Ny. S : Ibu Pasien
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Keterangan : : hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara An. H, ayah dan ibunya baik dan dekat. Antara ayah dan
ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan
buruk antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?
Jawab :
Ibu merawat pasien dan menyiapkan kebutuhan pasien. Ibu pasien selalu
berada di rumah sehingga dapat merawat pasien secara maksimal
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai
urusan anak sehari-hari kepada ibu namun ayah tetap memantau.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
An. H ,2 tahun 10 bulan
Tn. R, 33th Ny. S, 33 th
21
Jawab :
Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau
mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan pasien adalah ibu.
6. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Selanjutnya adalah kakak perempuan.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab :
Tidak ada
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada yang selalu tidak setuju dengan pasien, selama yang diinginkan
pasien bersifat positif maka keluarga selalu mendukung.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Ayah, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh
ayah.
BAB IV
22
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. H adalah seorang anak dari pasangan Tn. R dan Ny. S. selama
sakit ibu pasien selalu merawat dan menjaga pasien dengan sangat telaten.
Mencoba memberi makan saat pasien makan bahkan saat mandi supaya
pasien mau makan. Ayah pasien juga selalu memperhatikan pasien, mementu
ibu untuk memberi makan saat ibu sibuk mengurus rumah.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, sehat secara badaniah dan rohani,
sehingga tidak menghalangi aktivitas sehari-hari Keluarga ini masih bingung
dengan apa yang menimpa pasien, namun mereka menyadari itu semua
karena pasien yang sangat kurang keinginannya untuk makan sehingga gizi
dan nutrisi yang masuk menjadi berkurang.. Mereka lebih mempercayakan
pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, dokter di puskesmas
bahkan dokter spesialis dan profesor di bagaian anak, namun mereka juga
mencoba menggunakan pengobatan tradisional.
Keadaan rumah memang berantakan dikarenakan mereka baru pindah
ke rumah ini, sehingga baran-barang rumah belum tertata rapi. Keluarga ini
berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini tidak fasilitas jamban keluarga. Namun untuk
melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari
pompa air yang ada di rumah, sedangkan untuk minum keluarga ini
menggunakan air isi ulang.
2. Faktor Non Perilaku
23
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke atas. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan berasal dari
ayah.. Dari penghasilan ayah tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama
kebuthan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Dari tata ruang yang tidak
sehat dimana dapur ruang kelurga ruang makan dan kamar mandi
bersebelahan.. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang
ada di depan rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga
ini jika sakit adalah posyandu dokter umum dan dokter spesialis
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 20 x 25 m2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan.
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar
tamu, ruang keluarga dan menonton TV, dua kamar tidur, satu ruang
makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan kamar mandi. Terdiri
dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 5
buah, 2 dikamar tamu, disetiap kamar tidurnya dan di ruang keluarga .Di
depan rumah terdapat teras yang berukuran 20 x 3 m2. Lantai rumah
terbuat dari bahan tegel. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap
rumah tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit. Masing-masing
kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari
batubata di dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air.
Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga
memasak menggunakan kompor
2. Denah Rumah :
24
20 M
K KELUARGA
K. MAKAN U
K. TIDUR
DAPUR
25 M S
K. TIDUR
K. MANDI
K. TAMU
TERAS
Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata dengan cat
: Pagar teras
25
BAB V
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Gizi Kurang
b. Delay development
c. Nafsu makan kurang
2. Faktor resiko :
a. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
26
An.H, 2 th 10 bln
5. Underweight
Lingkungan dan rumah yangkurang sehat sehat
4. P H B S
Nafsu makan yang rendah
Belum bisa Jalan
BAB VI
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah , berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati pasien dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
27
penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai apa itu gizi buruk dan
gizi kurang. Mengajarkan kepada pasien cara pemberian makanan yang
sehat dan bergizi guna mingkatkan pertumbuhan pasien
Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa keterlambatan
perkembangan masih bisa di terapi sehingga dapat menjalani hidup lebih
baik lagi.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri
pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan pasienannya. Selain itu
juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai
kepatuhan dalam jadwal makan, mau makan-makanan yang bergizi.
5. Pengobatan
non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa pemberian makanan yang bergizi, pemantauan
posyandu terhadap anak anak yang dicurigai mengalami gizi kurang dan
gizi buruk sehingga dapat di tangani lebih dini.
28
BAB VII
PEMBAHASAN
A. Gizi Kurang
1. Pengertian
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,
karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.
Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkn pada
indeks berat badan menurut umur yang merupakan padanan istilah
underwight ( gizi kurang ) dan severely underweight (gizi buruk)
Pendek dan sangat pendek adalah satus gizi yang didasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) yang merupakan padanan istilah stuned (pendek) dan severely stuned
(sangat pendek)
Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely
wasted (sangat kurus)
29
2. Penanganan anak gizi kurang
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan
sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.
PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Sasaran
3. Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran
prioritas penerima PMT Pemulihan.
31
4. Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada
Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan
sasaran penerima PMT Pemulihan.
Cara Penentuan Sasaran :
Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan
urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut :
1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di TFC/Pusat
Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS
2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut (2 T)
3. Balita kurus
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
32
B. Delay Development.
Perkembangan yang terlambat (Delay Development) adalah
ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangansosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Seorang anak dengan dengan delay development akan
tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya
Sesuai dengan definisi proses tumbuh (pertumbuhan) yaitu
perubahan ukuran fisik dan struktur tubuh, dan proses kembang
(perkembangan) yaitu perubahan fungsi dan pematangan organ,
psikomotor, dan perilaku anak dari tahap intra uterine hingga dewasa.
Oleh karena itu yang dimaksud penyimpangan tumbuh kembangpun perlu
ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra uterine hingga
dewasa pula. Dalam praktek pelayanan kesehatan anak, masalah
penyimpangan tumbuh kembang secara praktis dapat dibagi 2 yaitu :
- Penyimpangan pertumbuhan dengan menggunakan tolok ukur
pertumbuhan: Ukuran tubuh (anthropometri) dan bentuk morfologi yang
menyimpang dari normal.
2. Penyimpangan perkembangan dengan menggunakan tolok ukur
perkembangan
a). Motorik kasar
b). Motorik halus
c) . Kepribadian sosial
d). Bahasa
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Cara menggunakan KPSP :
33
KPSP usia :
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil
dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.
Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9
bulan.
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
o Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh :
“dapatkah bayi makan kue sendiri?”
o Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada
posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas
atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
34
Interpretasi Hasil KPSP
Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.
Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.
Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak
usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan
sehari-hari yang terarah.
Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.
Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)
Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering .
Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar
ketertinggalan anak.
Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya.
Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang
sama pada saat anak pertama dinilai.
Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah
bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
35
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8
YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali
gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan,
bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8
jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah
sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.
Kuesioner Praskrining untuk Anak 30 bulan
1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau
celananya? (topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai)
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga
dengan posisi tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak
membolehkan anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada
seseorang.
3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk
dengan benar paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung,
mulut, atau bagian badan yang lain)?
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta?
6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke
depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang
lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5
cm.
36
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta
minum”, “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?
Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS)
Glascoe mengembangan metode skrining PEDS dimana dengan kuisioner
ini dalam 5 menit kita dapat mengetahui dan menggali keluhan orang tua
mengenai gangguan perkembangan perilaku putra putrinya. PEDS dapat
membantu mendeteksi anak-anak yang mempunyai resiko maupun anak yang
tidak beresiko adanya gangguan pertumbuhan dan tingkah laku. Disamping itu
PEDS dapat membantu mengetahui kebutuhan psikososial anak dan keluarganya.
PEDS terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi seluruh aspek
perkembangan anak yaitu aspek kognitif, bahasa ekspresif maupun reseptif,
motorik kasar dan halus, perilaku, emosi sosial, kemandirian, sekolah dan
penyakit/ kelainan lain.Ditanyakan adakah kekhawatiran orangtua tentang aspek
perkembangan anak. Orangtua dapat menjawab ’ya’, ’tidak’ atau ’sedikit’
khawatir. Jika orangtua menjawab ’ya’ atau ’sedikit’ orangtua diminta untuk
memberikan jenis atau contoh keterlambatan atau gangguan yang menjadi
kekhawatiran orangtua tersebut. Peneliti kemudian mengisi lembar penilaian
sesuai umur anak. Pada jawaban pertanyaan nomor 1, kemudian ditentukan
termasuk kategori aspek perkembangan yang mana, sedangkan untuk pertanyaan
nomor 2 hingga 10 diberi tanda pada kotak sesuai dengan umur anak. Peneliti
37
kemudian menghitung jumlah kotak berwarna dan tidak berwarna. Jika jumlah
kotak berwarna bernilai 2 atau lebih, dikelompokkan dalam langkah A. Jika kotak
berwarna berjumlah 1, dikelompokkan dalam langkah B. Jika jumlah kotak tidak
berwarna 1 atau lebih dan kotak berwarna bernilai 0 dikelompokkan dalam
langkah C. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna maupun tidak berwarna,
tetapi orangtua mempunyai masalah komunikasi yang mungkin disebabkan
masalah bahasa, kurang akrab dengan anak atau masalah mental orangtua maka
dikelompokkan dalam langkah D. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna
maupun tidak berwarna dan orangtua dapat berkomunikasi dengan baik
dikelompokkan dalam langkah E. Responden yang ikut serta dalam penelitian ini
diberi jaminan kerahasiaan atas data wawancara yang diberikan maupun data
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Responden berhak menolak ikut serta
penelitian ataupun membatalkan persetujuan ikut serta dalam penelitian.
38
VIII
PENUTUP
B. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
An. H (2 tahun 10 bulan), menderita gizi kurang dan delay
development
Nafsu makan yang kurang menyebabkan berat badan An. H tidak
bertambah
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. R tidak sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat
Ketelatenan keluarga dalam megobati dan memberi makan pasien
sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan
3. Segi Sosial :
Kurangnya kegiatan di daerah tempat tinggal menyebabkan ayah
pasien kurang berinteraksi dengan kepala keluarga lainnya
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. R kurang.
C. SARAN
1. Untuk masalah medis gizi kurang dan delay development dilakukan
langkah-langkah :
Preventif : memberikan ASI dan MP-ASI yang tepat dan teratur
untuk mencegah terjadinya gizi kurang atau buruk. Melakukan
praskrining pertumbuhan
Promotif : edukasi pasien dan keluarga mengenai manfaat ASI
dan MP-ASI dan edukasi mengenai gizi kurang dan delay
development
41
Kuratif : Pengadaan PMT pemulihan, fisioterapi : rujuk kepada
yang lebih kompeten untuk assessment dan intervensi
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri An. H sehingga
tetap memiliki semangat untuk sembuh
42
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI,
(2011), Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
Bagibalita Gizi Kurang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Glascoe FP. Robertshaw NS. 2007 Parents’ Evaluation of Developmental Status
(PEDS): An evidence-based method for detecting and addressing developmental
and behavioral problems in children Case ExampleEllsworth & Vandermeer
Press, Nolensville
Irwanto, dkk, (2006), Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak, Divisi Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.
Soetomo Surabaya, Surabaya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2011), Bagan Tata Laksana Anak
Gizi buruk Buku 1, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak
Direktorat Bina Gizi, Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2011). Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia nomor: 1995/MENKES/SKX/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,( 2011), Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta
Lestari, Hesti dkk , (2007) ,Penilaian PEDS pada Anak Usia 6-72 bulan, Sari Pediatri
43