home visite.doc

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2005 memeperkirakan terdapat 8,8 juta penderita TBC dan 1,6 diantaranya mengalami kematian. TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan penyebab kematian nomor satu pada golongan penyakit infeksi/menular. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia dengan angka kematian satu orang tiap lima menit. Pada tahun 2004, tercatat 211.753 kasus baru TBC di Indonesia dan diperkirakan sekitar 300 kematian terjadi setiap hari akibat TBC. Kasus baru TBC di indonesia bertambah seperempat juta per tahun (Catagnolo et al., 2008; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 200; Nikmawati et al., 2006) B. Tujuan C. Manfaat - Dapat mengidentifikasikan gejala dari penyakit tuberkulosis 1

Transcript of home visite.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2005 memeperkirakan

terdapat 8,8 juta penderita TBC dan 1,6 diantaranya

mengalami kematian. TBC merupakan penyebab kematian

nomor tiga di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler dan

penyakit saluran pernafasan, dan penyebab kematian nomor

satu pada golongan penyakit infeksi/menular. Indonesia

sendiri merupakan negara ketiga terbesar dengan masalah

TBC di dunia dengan angka kematian satu orang tiap lima

menit. Pada tahun 2004, tercatat 211.753 kasus baru TBC di

Indonesia dan diperkirakan sekitar 300 kematian terjadi

setiap hari akibat TBC. Kasus baru TBC di indonesia

bertambah seperempat juta per tahun (Catagnolo et al.,

2008; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 200;

Nikmawati et al., 2006)

B. Tujuan

C. Manfaat

- Dapat mengidentifikasikan gejala dari penyakit tuberkulosis

- Dapat melakukan pra skrining pertumbuhan untuk mengetahui adanya

keterlambatan pertumbuhan (pasien anak-anak)

- Mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam jalannya penyakit

1

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01

Berkas Pembinaan Keluarga No RM :

Puskesmas Sidoarjo Nama KK : Tn. R

Tanggal kunjungan pertama kali 12 September 2013,

Nama pembina keluarga pertama kali :

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan )

Tanggal Tingkat

Pemahaman

Paraf

Pembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. R

Alamat lengkap : Sidokare Indah Blok O no 10

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

2

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Keduduk

an dalam

keluarga

L/

P

Umur Pendidika

n

Pekerjaa

n

Pasien

Klinik

(Y/T)

Ket

1 Tn. R KK L 33 D3 Pegawai

pabrik

T -

2 Ny. S Istri P 33 SMA IRT T -

3 An. N Anak P 7 SD T

4 An. H Anak L 2 th

10 bln

Y

Sumber : Data Primer, September 2013

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB II

STATUS PASIEN

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak

pasien gizi buruk, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun 10 bulan, dimana

pasien merupakan salah satu dari pasien gizi buruk paru yang berada di wilayah

Puskesmas sidoarjo, Kabupaten sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang

dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya

di daerah Puskesmas sidoarjo, Kabupaten sidoarjo. Oleh karena itu penting

kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian

bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. H

Umur : 2 Tahun 10 Bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

3

Pekerjaan : -

Pendidikan :

Agama : Islam

Alamat : Sidokare Indah Blok O no 10

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 12 september 2013

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Berat badan kurang dan belum bisa jalan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Heteroanamnesa:

Sejak pasien usai 6 bulan, berat badan pasien tidak bertambah sesuai dengan

usia. Pada usianya yang sudah 2 tahun 10 bulan berat badan pasien hanya 8.4 kg,

pasien belum bisa berjalan atau berdiri sendiri sendiri. Pasien sulit untuk

diberikan makanan atau pun susu, ibu pasien selalu menyiapkan makanan 4 sehat

5 sempurna namyn lebih sering minum air gula dibanding minum susu dan

makan.

Dibandingkan dengan teman pasien yang sebaya, pertumbuhan dan

perkembangan pasien jauh terlambat meskipun pasien sangat aktif dan jarang

sakit. Pasien saat ini belum bisa berjalan, hanya merangkak dan berdiri dengan

memegang tembok atau dibimbing. Pasien sudah bisa merangkai 2-3 kata dan

mengerti bila diajak berbicara oleh keluarga dan mengerti perintah yang diberikan

keluarga.

Pasien dibawa ke dokter spesialis anak dan profesor bagian anak, namun dari

hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelaianan. Memang murni karena kurang

asupan gizi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat kejang : (-)

Riwayat TB : (-)

Riwayat Diare: (-)

4

Riwayat ISPA: (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : kakan pasien juga

mengalami keterlambatan pertumbuhan ( usia 2 tahun baru bisa jalan)

-

5. Riwayat pre natal

ibu pasien rajin memeriksakan kandungannya pada bidan dan dokter

sperialis kandungan. Rajin minum Fe, folat dan makan makanan

begiziSaat mengandung pasien tidak pernah mengalami muntah yang

berlebihan, tensi tinggi ataupun pendarahan lewat jalan lahir.

6. Riwayat persalinan

pasien lahir pada usia kehamilan 40 minggu dengan berat lahir 3.5 kg

panjang 49 cm. Pasien lahir secara sesio sesaria atas indikasi letak lintang.

Saat lahir pasien tidak langsung menangis

7. Riwayat post natal

menurut ibu pasien anaknya tidak pernah berwarna kekuningan setelah

dilahirkan, tidak pernah kejang, tidak pernah panas ataupun mengalami

gangguan pernafasan. Berat badan bertambah terus hingga usia 6 bulan.

8. Riwayat Imunisasi

Hep B: lengkap

BCG: lengkap

Polio: lengkap

DPT: lengkap

Campak: Lengkap

9. Riwayat Tumbuh Kembang

Usia 1 bulan: tersenyum, mengeluarkan suara ooo

5

Usia 3 bulan: mengangkat kepala dan tengkurap

Usia 6 bulan: berbalik, telungkup dan terlentang

Usia 9 bulan: -

Usia 12 bulan: meniru kata sederhana

Usia 2 tahun: Merangkak dan duduk, Usia 2 tahun 10 bulan: berdiri

dengan berpegangan, mampu mengucapkan 2-3 rangkaian kata

10. Riwayat Pemberian Makan

Usia 0-6 bulan: ASI

Usia 6-9 Bulan: ASI, buah (pisang pepaya), bubur susu

Usia 9-12 Bulan: ASI, nasi Tim, buah

Usia 12-24 Bulan: ASI dan makanan keluarga

Usia 24- sekarang: makanan keluarga

11. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak ke dua dari pasangan suami istri, Tn R dan Ny. S.

Pasien tinggal sebuah rumah yang berpenghuni 4 orang (pasien, ayah, ibu

dan kakak perempuan ). Ayah pasien bekerja sebagai pegawai Pabri sepatu

dengan jam kerja yang diatur sesuai shift yang di putar setiap minggunya.

Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Sumber pendapatan keluarga

didapatkan dari Ayah dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp.

4000.000 – Rp 4.500.000.

12. Riwayat Gizi.

Pasien makan sehari-harinya tidak tentu berapa kali sehari bila mau

makan pun hanya 3-5 sendok makan saja, namun keluarga selalu

menyiapkan makanan bergizi 4 sehat 5 sempuna. Pasien sangat sulit untuk

makan, pasien lebih suka buah pisang atau pepaya. Pasien tidak sepeti

balita pada umumnya yang suka susu, pasien lebih memilih air gula

dibanding susu.

6

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-), ketajaman baik

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk lama (+) selama +2 bulan, mengi

(-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 1-2 kali/hari warna dan jumlah biasa

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-)

Psikiatrik : sde

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi

kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 112x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 28 x/menit

Suhu : 36,8 oC

7

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 8.4 kg

TB : 80 cm

TB/U x = < -3SD

BB/U x = < -3SD

BB/TB x = -3SD sampai dengan – 2SD

Status Gizi Gizi Kurang

3. Kulit

Warna :Sawo matang, sianosis (-)ikterik (-), turgor kulit normal, ptekie (-),

purpura (-)

Kepala :Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,

makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy

(-)

4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas (-), sadle nose

(-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

JVP sde , trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

8

10. Thoraks Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :ICS II PSLS

batas kanan atas :ICS II PSLD

batas kiri bawah :ICS V MCLS

batas kanan bawah :SIC IV PSLD

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1-S2 tunggal reguler, murmur (-), ekstra sistole (-), gallop (-)

- Pulmo: (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+) Rhonki (-/-) whezing (-/-)

11. Abdomen

I :flat, scar (-) dinding perut sejajar dengan dinding dada.

A :peristaltik (+) normal

P :timpani seluruh lapang perut

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

12. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P :nyeri tekan (-)

P :NKCV (-)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

- - - -

- - - -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal

15. Pemeriksaan Neurologik

9

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

K sde sde T N N RF sde sde RP - -

sde sde + + sde sde - -

16. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : kurus namun terawat

Kesadaran : kualitatif compos mentis; kuantitatif (GCS E4V5M6)

Afek : sde

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :sde

isi :sde

arus :sde

Insight : sde

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) usia 30 bulan

Hasil: 6 jawaban ya kemungkinan ada penyimpangan (P)

2. Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS)

Hasil: 2 kotak besar berwarna dan 1 kotak polos

LANGKAH A - Jika kotak besar berwarna bernilai 2 atau lebih

- +70% dari anak-anak ini mempunyai masalah

atau keterlambatan perkembangan

10

G. RESUME

Seorang anak laki-laki usai 2 tahun 10 bulan dengan keluhan berat badan

tidak bertambah dan belum bisa berjalan. Berat badan pasien tidak bertambah

sejak usia 6 bulan. Pada usianya yang sudah 2 tahun 10 bulan berat badan pasien

hanya 8.4 kg, pasien belum bisa berjalan atau berdiri sendiri sendiri. Pasien

sangat sulit bila diberi makan atau susu, pasien hanya mau minum air gula.

Riwayat tumbuh kembang terlambat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,

status gizi kesan kurang. Tanda vital N: 112 x/menit, Rr: 28 x/menit, S:36,80C,

BB:8.4 kg, TB:80 cm, status gizi Gizi kurang. Dari pemeriksaan fisik tidak

didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan tambahan berupa KPSP didapatkan 6

jawaban ya dengan interpretasi kemungkinan ada penyimpangan

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

1. Gizi Kurang

2. Delay development

3. Nafsu makan kurang

Diagnosis Psikologis

-

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang

sehat.

I. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

Saat ini pasien tidak menjalankan pengobatan khusus, namun pasien setiap

bulan selalu ke posyandu atau puskesmas dan mendapatkan susu tinggi protein

dan pemberian makanan tinggi kalori, protein dan lemak yang seimbang.

11

J. FOLLOW UP

1. Tanggal 13 September 2013

S :nafsu makan masih kurang, badan lemas (-)

O :KU sedang, compos mentis.

Tanda vital :N : 110 x/menit R :26 x/menit

S :36,7 0C

Status Generalis : dbn

Status Neurologis : sde.

Status Mentalis : sde

A :gizi kurang dan delay development

P :-

2. Tanggal 14 September 2013

S :Pasien merasa nafsu makan menurun (+), badan lemas (-), -

O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital :N : 112 x/menit R :26 x/menit

S :36,9 0C

Status Generalis : dbn

Status Neurologis : sde.

Status Mentalis : sde

A :gizi kurang dan delay development

P :-

FLOW SHEET

Nama : An. H

Diagnosis : Gizi Kurang dengn Delay Development

NO T

G

L

Tensi

mm

Hg

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

KET

12

1 12/09

/2013

8.4 80 Gizi

kurang

2 13/09

/13

8.4 80 Gizi

kurang

3 14/09

/13

8.4 80 Gizi

kurang

13

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari pasien, ayah (Tn. R, 33 tahun), Ibu (Ny. S,

33 tahun dan Kakak perempuan An.N 7 tahun ).. Pasien ketika lahir

secara sesario sesaria, tidak langsung menangis dengan BB lahir 3,5 kg.

2. Fungsi Psikologis.

An. H tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakak

perempuannya (Tn. R Ny. S dan An N). Hubungan keluarga mereka

terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang

dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka

cukup dekat antara satu dengan yang lain. Ayah pasien bekerja dari senin

hingga sabtu dengan waktu yang tidak menentu tergantung shif yang

berubah setiap minggu. Sehingga sehari-hari pasien lebih banyak

menghabiskan waktunya dengan ibunya, namun saat ayah pasien di rumah

ayah pasien juga menemani pasien bermain setiap harinya.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong

menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya

yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka tak

berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan

semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial

Pasien adalah anak yang senang bermain dengan teman sekitar

rumah dan keluarganya. Dalam masyarakat pasien dan kedua orang tua

hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan

sosial tertentu dalam masyarakat. Ibu pasien aktif dalam kegiatan

14

masyarakat seperti pkk namun ayah pasien kurang aktif bermasyarakat

karena memang keadaan di tempat tinggalnya tidak terlalu aktif, jadi tidak

ada kegiatan yang dilakukan oleh kepala keluarga. Namun bila ada

kegiatan ayah pasien pasti ikut serta. Dalam kesehariannya pasien bergaul

akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat

yang lain.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Ayah pasien bekerja sebagai pegawai pabrik sepatu dengan jam

kerja yang diatur sesuai shift yang di putar setiap minggunya. Ibu pasien

sebagai ibu rumah tangga. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari

Ayah dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp. 4000.000 – Rp

4.500.000

Penghasailan tersebut juga digunakan untuk membiayai kebutuhan 2

anak dan istri. Ayah pasien selalu menyisihkan gajinya untuk menabung

ataupun untuk digunakan sebagai biaya-biaya mendadak (seperti biaya

pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan sehari-hari sudah dapat dipenuhi

secara maksimal begitupula kebutuhan kesehatan

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Pasien termasuk anak yang tidak rewel dan aktif. Selalu ingin tahu

dan cepat mengerti bila diajarkan oleh ibu pasien.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Pasien baru bisa bicara 2-3 kata

PARTNERSHIP

Pasien baru bisa bicara 2-3 kata

15

GROWTH

Pasien baru bisa bicara 2-3 kata

AFFECTION

Pasien baru bisa bicara 2-3 kata

RESOLVE

Pasien baru bisa bicara 2-3 kata

APGAR Tn. R Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn R bekerja sebagai pegawai pabrik sepatu dengan watu kerja

yang tidak menentu, kadang-kadang lembur, sehingga semakin sedikit

16

waktu untuk bersama-sama namun saat berada di rumah Tn R selalu

meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak dan istrinya.

APGAR Ny. S Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga seluruh waktunya

digunakan untuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Sluruh waktunya

diluangkan untuk anak dan suaminya

APGAR An. N Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

17

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ibu yang selalu ada di rumah memberikan perhatian yang maksimal bagi

An.N, sehingga ia merasa diperhatikan dan di sayang

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. H adalah 30,

sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. H adalah 10. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. H dan orang

tuanya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut

terjalin baik.

18

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup meskipun

banyak keterbatasan.

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan

sehari-hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang

masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara

yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan

_

Religius

Agama menawarkan

pengalaman spiritual yang baik

untuk ketenangan individu yang

tidak didapatkan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun

penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat

dilihat dari pasien dan orang tua hanya

menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum

sakit pasien rutin belajar mengaji di sore hari

di masjid dekat rumah.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah

ke atas, untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, meski belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak

memadai, diperlukan skala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hidup

-

Edukasi Pendidikan anggota keluarga sudah

memadai. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan orang tua sudah cukup.

Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-

-

19

buku, koran memadai.

Medical

Pelayanan kesehatan puskesmas

memberikan perhatian khusus

terhadap kasus pasien

mampu membiayai pelayanan kesehatan

yang lebih baik Dalam mencari pelayanan

kesehatan keluarga ini biasanya

menggunakan fasilitas asuransi yang telah

diberikan perusahaan.

_

Keterangan :

Sosial (+) artinya keluarga An. H masih menghadapi permasalahan

dalam hal sosial terutama di kalangan tetangga, karena kurangnya

aktifitas antar tetangga di tempat tinggal An. H sehingga mungkin

menyebabkan interaksi sosial antar tetangga teruta bapak-bapak

sedikit berkurang.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap :Sidokare Indah Blok O no 10

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. H

Dibuat tanggal 15 September 2013

20

- Tn. R- 33 tahun- ♂- Pegawai

pabrik

- Ny. S- 33 tahun- ♀- IRT- Etnis Jawa

- An. H- 2 tahun 10

bulan- ♂- Etnis Jawa

Sumber : Data Primer, 15 Setember 20013

An.H : Pasien

Tn. R : Ayah Pasien

Ny. S : Ibu Pasien

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara An. H, ayah dan ibunya baik dan dekat. Antara ayah dan

ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan

buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?

Jawab :

Ibu merawat pasien dan menyiapkan kebutuhan pasien. Ibu pasien selalu

berada di rumah sehingga dapat merawat pasien secara maksimal

2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?

Jawab :

Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai

urusan anak sehari-hari kepada ibu namun ayah tetap memantau.

3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Jawab :

Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

An. H ,2 tahun 10 bulan

Tn. R, 33th Ny. S, 33 th

21

Jawab :

Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun

sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau

mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan pasien adalah ibu.

6. Selanjutnya siapa?

Jawab :

Selanjutnya adalah kakak perempuan.

7. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?

Jawab :

Tidak ada

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada yang selalu tidak setuju dengan pasien, selama yang diinginkan

pasien bersifat positif maka keluarga selalu mendukung.

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Ayah, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh

ayah.

BAB IV

22

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

An. H adalah seorang anak dari pasangan Tn. R dan Ny. S. selama

sakit ibu pasien selalu merawat dan menjaga pasien dengan sangat telaten.

Mencoba memberi makan saat pasien makan bahkan saat mandi supaya

pasien mau makan. Ayah pasien juga selalu memperhatikan pasien, mementu

ibu untuk memberi makan saat ibu sibuk mengurus rumah.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat

adalah keadaan terbebas dari sakit, sehat secara badaniah dan rohani,

sehingga tidak menghalangi aktivitas sehari-hari Keluarga ini masih bingung

dengan apa yang menimpa pasien, namun mereka menyadari itu semua

karena pasien yang sangat kurang keinginannya untuk makan sehingga gizi

dan nutrisi yang masuk menjadi berkurang.. Mereka lebih mempercayakan

pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, dokter di puskesmas

bahkan dokter spesialis dan profesor di bagaian anak, namun mereka juga

mencoba menggunakan pengobatan tradisional.

Keadaan rumah memang berantakan dikarenakan mereka baru pindah

ke rumah ini, sehingga baran-barang rumah belum tertata rapi. Keluarga ini

berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan

menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.

Keluarga ini tidak fasilitas jamban keluarga. Namun untuk

melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari

pompa air yang ada di rumah, sedangkan untuk minum keluarga ini

menggunakan air isi ulang.

2. Faktor Non Perilaku

23

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

menengah ke atas. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan berasal dari

ayah.. Dari penghasilan ayah tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama

kebuthan sekunder dan tertier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada

kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Dari tata ruang yang tidak

sehat dimana dapur ruang kelurga ruang makan dan kamar mandi

bersebelahan.. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang

ada di depan rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga

ini jika sakit adalah posyandu dokter umum dan dokter spesialis

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 20 x 25 m2 yang

berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan.

memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar

tamu, ruang keluarga dan menonton TV, dua kamar tidur, satu ruang

makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan kamar mandi. Terdiri

dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 5

buah, 2 dikamar tamu, disetiap kamar tidurnya dan di ruang keluarga .Di

depan rumah terdapat teras yang berukuran 20 x 3 m2. Lantai rumah

terbuat dari bahan tegel. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap

rumah tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit. Masing-masing

kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari

batubata di dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air.

Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga

memasak menggunakan kompor

2. Denah Rumah :

24

20 M

K KELUARGA

K. MAKAN U

K. TIDUR

DAPUR

25 M S

K. TIDUR

K. MANDI

K. TAMU

TERAS

Keterangan :

: Jendela

: Satu Pintu

: Tembok Bata dengan cat

: Pagar teras

25

BAB V

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Gizi Kurang

b. Delay development

c. Nafsu makan kurang

2. Faktor resiko :

a. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

26

An.H, 2 th 10 bln

5. Underweight

Lingkungan dan rumah yangkurang sehat sehat

4. P H B S

Nafsu makan yang rendah

Belum bisa Jalan

BAB VI

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau

kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah , berdoa dan memohon

hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati pasien dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit

turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai

petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang

bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan

pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

27

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa

mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai apa itu gizi buruk dan

gizi kurang. Mengajarkan kepada pasien cara pemberian makanan yang

sehat dan bergizi guna mingkatkan pertumbuhan pasien

Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa keterlambatan

perkembangan masih bisa di terapi sehingga dapat menjalani hidup lebih

baik lagi.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan pasienannya. Selain itu

juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan dalam jadwal makan, mau makan-makanan yang bergizi.

5. Pengobatan

non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa pemberian makanan yang bergizi, pemantauan

posyandu terhadap anak anak yang dicurigai mengalami gizi kurang dan

gizi buruk sehingga dapat di tangani lebih dini.

28

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Gizi Kurang

1. Pengertian

Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,

karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.

Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkn pada

indeks berat badan menurut umur yang merupakan padanan istilah

underwight ( gizi kurang ) dan severely underweight (gizi buruk)

Pendek dan sangat pendek adalah satus gizi yang didasarkan pada

indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stuned (pendek) dan severely stuned

(sangat pendek)

Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely

wasted (sangat kurus)

29

30

2. Penanganan anak gizi kurang

Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia

balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan

sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.

PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu

khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

Sasaran

3. Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan

Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran

prioritas penerima PMT Pemulihan.

31

4. Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada

Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan

sasaran penerima PMT Pemulihan.

Cara Penentuan Sasaran :

Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan

urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut :

1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di TFC/Pusat

Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS

2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut (2 T)

3. Balita kurus

4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

32

B. Delay Development.

Perkembangan yang terlambat (Delay Development) adalah

ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,

emosi, atau perkembangansosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak

normal seusianya. Seorang anak dengan dengan delay development akan

tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya

Sesuai dengan definisi proses tumbuh (pertumbuhan) yaitu

perubahan ukuran fisik dan struktur tubuh, dan proses kembang

(perkembangan) yaitu perubahan fungsi dan pematangan organ,

psikomotor, dan perilaku anak dari tahap intra uterine hingga dewasa.

Oleh karena itu yang dimaksud penyimpangan tumbuh kembangpun perlu

ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra uterine hingga

dewasa pula. Dalam praktek pelayanan kesehatan anak, masalah

penyimpangan tumbuh kembang secara praktis dapat dibagi 2 yaitu :

- Penyimpangan pertumbuhan dengan menggunakan tolok ukur

pertumbuhan: Ukuran tubuh (anthropometri) dan bentuk morfologi yang

menyimpang dari normal.

2. Penyimpangan perkembangan dengan menggunakan tolok ukur

perkembangan

a). Motorik kasar

b). Motorik halus

c) . Kepribadian sosial

d). Bahasa

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk

mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Cara menggunakan KPSP :

33

KPSP usia :

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan

Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil

dari usia anak.

Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.

Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9

bulan.

Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.

Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan

Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3

bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.

Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur

anak.

KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :

o Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh :

“dapatkah bayi makan kue sendiri?”

o Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada

posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan

tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”

Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas

atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.

Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

34

Interpretasi Hasil KPSP

Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan

perkembangan (S)

Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)

Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.

Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi

sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.

Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak

usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan

sehari-hari yang terarah.

Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang

diberikan lebih sering .

Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar

ketertinggalan anak.

Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.

Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat

perkembangannya.

Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang

sama pada saat anak pertama dinilai.

Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah

bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.

35

Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8

YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali

gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan,

bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.

Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.

Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8

jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah

sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.

Kuesioner Praskrining untuk Anak 30 bulan

1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau

celananya? (topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai)

2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga

dengan posisi tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga.

Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak

membolehkan anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada

seseorang.

3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk

dengan benar paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung,

mulut, atau bagian badan yang lain)?

4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?

5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu

mengangkat piring jika diminta?

6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke

depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.

7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa

bantuan/petunjuk?

8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang

lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5

cm.

36

9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta

minum”, “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.

10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa

bantuan?

Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS)

Glascoe mengembangan metode skrining PEDS dimana dengan kuisioner

ini dalam 5 menit kita dapat mengetahui dan menggali keluhan orang tua

mengenai gangguan perkembangan perilaku putra putrinya. PEDS dapat

membantu mendeteksi anak-anak yang mempunyai resiko maupun anak yang

tidak beresiko adanya gangguan pertumbuhan dan tingkah laku. Disamping itu

PEDS dapat membantu mengetahui kebutuhan psikososial anak dan keluarganya.

PEDS terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi seluruh aspek

perkembangan anak yaitu aspek kognitif, bahasa ekspresif maupun reseptif,

motorik kasar dan halus, perilaku, emosi sosial, kemandirian, sekolah dan

penyakit/ kelainan lain.Ditanyakan adakah kekhawatiran orangtua tentang aspek

perkembangan anak. Orangtua dapat menjawab ’ya’, ’tidak’ atau ’sedikit’

khawatir. Jika orangtua menjawab ’ya’ atau ’sedikit’ orangtua diminta untuk

memberikan jenis atau contoh keterlambatan atau gangguan yang menjadi

kekhawatiran orangtua tersebut. Peneliti kemudian mengisi lembar penilaian

sesuai umur anak. Pada jawaban pertanyaan nomor 1, kemudian ditentukan

termasuk kategori aspek perkembangan yang mana, sedangkan untuk pertanyaan

nomor 2 hingga 10 diberi tanda pada kotak sesuai dengan umur anak. Peneliti

37

kemudian menghitung jumlah kotak berwarna dan tidak berwarna. Jika jumlah

kotak berwarna bernilai 2 atau lebih, dikelompokkan dalam langkah A. Jika kotak

berwarna berjumlah 1, dikelompokkan dalam langkah B. Jika jumlah kotak tidak

berwarna 1 atau lebih dan kotak berwarna bernilai 0 dikelompokkan dalam

langkah C. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna maupun tidak berwarna,

tetapi orangtua mempunyai masalah komunikasi yang mungkin disebabkan

masalah bahasa, kurang akrab dengan anak atau masalah mental orangtua maka

dikelompokkan dalam langkah D. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna

maupun tidak berwarna dan orangtua dapat berkomunikasi dengan baik

dikelompokkan dalam langkah E. Responden yang ikut serta dalam penelitian ini

diberi jaminan kerahasiaan atas data wawancara yang diberikan maupun data

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Responden berhak menolak ikut serta

penelitian ataupun membatalkan persetujuan ikut serta dalam penelitian.

38

39

BAB

40

VIII

PENUTUP

B. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

An. H (2 tahun 10 bulan), menderita gizi kurang dan delay

development

Nafsu makan yang kurang menyebabkan berat badan An. H tidak

bertambah

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. R tidak sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat

Ketelatenan keluarga dalam megobati dan memberi makan pasien

sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan

3. Segi Sosial :

Kurangnya kegiatan di daerah tempat tinggal menyebabkan ayah

pasien kurang berinteraksi dengan kepala keluarga lainnya

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. R kurang.

C. SARAN

1. Untuk masalah medis gizi kurang dan delay development dilakukan

langkah-langkah :

Preventif : memberikan ASI dan MP-ASI yang tepat dan teratur

untuk mencegah terjadinya gizi kurang atau buruk. Melakukan

praskrining pertumbuhan

Promotif : edukasi pasien dan keluarga mengenai manfaat ASI

dan MP-ASI dan edukasi mengenai gizi kurang dan delay

development

41

Kuratif : Pengadaan PMT pemulihan, fisioterapi : rujuk kepada

yang lebih kompeten untuk assessment dan intervensi

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri An. H sehingga

tetap memiliki semangat untuk sembuh

42

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI,

(2011), Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan

Bagibalita Gizi Kurang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Glascoe FP. Robertshaw NS. 2007 Parents’ Evaluation of Developmental Status

(PEDS): An evidence-based method for detecting and addressing developmental

and behavioral problems in children Case ExampleEllsworth & Vandermeer

Press, Nolensville

Irwanto, dkk, (2006), Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak, Divisi Tumbuh

Kembang Anak dan Remaja Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.

Soetomo Surabaya, Surabaya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2011), Bagan Tata Laksana Anak

Gizi buruk Buku 1, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak

Direktorat Bina Gizi, Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2011). Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia nomor: 1995/MENKES/SKX/XII/2010 tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,( 2011), Pedoman Pelayanan Anak

Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta

Lestari, Hesti dkk , (2007) ,Penilaian PEDS pada Anak Usia 6-72 bulan, Sari Pediatri

43