PENGARUH PEMBELAJARAN METODE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ISLAM DURENAN TAHUN...
description
Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN METODE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ISLAM DURENAN TAHUN...
PENGELOLAAN SANGGAR KEBUGARAN JASMANI DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG
(Studi pada Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang)
Mohammad Baidlowi
Pelaksanaan latihan olahraga di Sanggar Kebugaran Jasmani di Universitas Negeri Malang memberi kesempatan yang sangat besar dalam usaha meningkatkan prestasi di bidang olahraga. Sejalan dengan hal tersebut dibutuhkan pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani yang baik, supaya pelaksanaan latihan dapat berjalan sesuai dengan program kerja yang telah disusun. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan dilakukan di Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian dirumuskan dalam uraian sebagai berikut: (1) Perencanaan: Sanggar Kebugaran Jasmani melaksanakan program kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan. (2) Pengorganisasian: Sanggar Kebugaran Jasmani menghasilkan struktur organisasi formal yang menunjukkan mekanisme kerja mulai dari bagian terbawah hingga bagian teratas. (3) Pengarahan: untuk meningkatkan kinerja pengurus Sanggar Kebugaran Jasmani, Pembina beserta Kepala laboratorium memberikan motivasi, pemberian motivasi tersebut diberikan secara lisan. (4) Pengawasan: pengawasan terhadap pelaksanaan program kegiatan di Sanggar Kebugaran jasmani dilaksanakan oleh Pembina Sanggar dan kepala laboratorium Ilmu Keolahragaan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Kata kunci: Pengelolaan, Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengarahan (directing) dan Pengawasan/pengendalian (controlling).
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia mengakui bahwa persekutuan hidup itu tidak hanya
mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja, bahkan juga
mengalami pengaruh zaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern sekarang ini.
Kebugaran Jasmani adalah kemampuan seseorang bekerja secara efektif
dan efisien, menikmati waktu luang, menjadi sehat, mencegah penyakit
hipokinetik dan mengatasi keadaan darurat, (Kent, 1994:334). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kebugaran jasmani adalah derajat kemampuan untuk melakukan
tugas fisik tertentu yang memerlukan usaha otot, (Karpovich, 1971:201).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Kebugaran Jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan tugas dengan
efektif dan efisien tanpa merasakan kelelahan yang berarti.
1
Untuk mencapai tingkat kebugaran jasmani, dibutuhkan adanya latihan.
Definisi oleh Kent (1994:456), bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik
yang direncanakan untuk membantu mempelajari keterampilan, memperbaiki
kebugaran jasmani dan terutama untuk mempersiapkan atlit dalam suatu
pertandingan yang penting.
Proses berlatih dan melatih olahraga yang dilaksanakan harus
menggunakan langkah-langkah dan cara-cara yang efektif dan efisien yang
disusun dalam sistem pengelolaan olahraga. Pengelolaan olahraga harus
dilaksanakan secara sistematis dan terpadu, mencakup seluruh kegiatan
Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengarahan (directing),
dan Pengawasan/pengendalian (controlling). (Suharno, 1993:115)
Peran pengurus dalam penyusunan program atau metode untuk mencapai
tujuan hendaklah tertuang dalam program kerja atau perencanaan, pengurus harus
dapat mengakomodasi dan menciptakan iklim yang kondusif dalam melakukan
latihan olahraga, mampu membangun, mengadakan dan menyediakan sarana dan
pra sarana olahraga. Selain itu, pemeliharaan sarana dan pra sarana yang sudah
ada dilakukan dan yang lebih penting lagi adalah program peningkatan kualitas
sumber daya manusia harus tertuang dalam program kerja. Fenomena di atas yang
menjadi dasar pemikiran bagi peneliti untuk meneliti Sanggar tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana proses perencanaan yang dilakukan dalam
mengelola Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang, bagaimana
proses pengorganisasian yang dilakukan dalam mengelola Sanggar Kebugaran
Jasmani Universitas Negeri Malang, bagaimana proses pengarahan yang
dilakukan dalam mengelola Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri
Malang, dan bagaimana proses pengawasan yang dilakukan dalam mengelola
Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang?
KAJIAN PUSTAKA
Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama antara manusia yang terikat
oleh ketentuan, yang bermaksud untuk mencapai tujuan bersama. Dan organisasi
juga didefinisikan sebagai suatu himpunan interaksi manusia yang bekerjasama
2
untuk mencapai tujuan bersama, yang terikat dalam suatu ketentuan yang telah
disetujui bersama. (Pandjaitan, 1986:7). Disamping itu organisasi dapat pula
didefinisikan sebagai himpunan interaksi manusia yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama yang terikat dalam suatu ketentuan yang telah disetujui
bersama (Indrawijaya,1986:40).
Dengan demikian, organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama,
diberikan tugas dan wewenang serta mengembangkan keahlian yang diatur dalam
suatu struktur dan sistem tertentu yang terintegrasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Struktur organisasi adalah kerangka pedoman bagi pimpinan untuk
melaksanakan fungsi kepemimpinan dan juga bagi bawahan sebagai pedoman
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. (Muhyadi, 1989:57).
Definisi lain dikemukakan bahwa Struktur Organisasi adalah sebagai suatu
tatanan semua kegiatan dalam organisasi dapat dilakukan secara teratur (ordered).
Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi adalah kerangka
pedoman pengaturan kedudukan dan tugas serta wewenang dan gambaran tentang
koordinasi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan adanya struktur
organisasi, atasan dan bawahan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing
Manajemen adalah seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain
dengan prinsip efektif dan efisien yang mengorbankan waktu, tenaga dan fikiran
yang lebih sedikit dengan hasil berupa barang atau jasa yang lebih besar.
(Benyamin, 1988:13).
Pengelolaan yang baik adalah syarat mutlak yang harus dilaksanakan
dalam menjalankan sebuah organisasi. Hal ini dapat kita ketahui bahwa peranan
pengelolaan atau yang kemudian akan lebih dikenal dengan sebutan manajemen
merupakan kegiatan yang sangat penting. Menurut Kamaludin (1989:3)
“manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan melalui usaha-usaha orang lain,
tujuan yang dimaksud adalah hasil akhir yang diharapkan”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengelolaan adalah proses pencapaian tujuan dengan usaha
3
orang lain melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan atau evaluasi.
Fungsi Manajemen dan tujuan Pengelolaan
Pengelolaan memiliki fungsi dan tujuan yang tidak dapat terpisahkan
dalam menjalankan sebuah organisasi. Seperti yang telah dikemukakan oleh GR.
Tery (1968:131) bahwa ”Fungsi pengelolaan adalah planning, organizing,
actuating dan contrilling”.
Sedangkan kepemimpinan, pemberian pengaruh atau motivasi dapat
dimasukkan ke dalam fungsi pengarahan. Sedangkan penyusunan staf dan
pengelolaan sumberdaya manusia dapat dimasukkan ke dalam fungsi
pengorganisasian. Selain memiliki fungsi, pengelolaan juga memiliki tujuan,
menurut Benyamin (1988:14) mengatakan bahwa “tujuan pengelolaan adalah: (a)
mengejar laba, (b) melayani para pelanggan, (c) membantu kegiatan sosial”.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan pada judul dan tujuan penelitian yang ditetapkan, maka
penelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental berupa penelitian
deskriptif kualitatif, menurut Arikunto (2002:9) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa
lalu dan sekarang (sedang terjadi). Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif,
karena hanya bertujuan menggambarkan pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani
Universitas Negeri Malang.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, data diperoleh melalui observasi
dan wawancara mendalam untuk menggali seputar kegiatan. Bogdan dan Toglor
(Moleong, 2000:3) mendefinisikan tentang metodologi kualitatif sebagai
"prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan atau
tulisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati".
Peneliti bertindak sebagai instrument utama dengan menggunakan ruang
lingkup penelitian sekaligus pengumpul data dengan memanfaatkan pengurus atau
mantan pengurus Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang sebagai
informan. Selain itu peneliti juga akan memanfaatkan instrumen perekam, yaitu
4
sebagai pendukung penelitian. Perekam sebagai alat bantu dalam proses
wawancara dengan informan.
Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas
Negeri Malang Jalan Surabaya Nomor 06 Malang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
dan observasi, data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa kata-kata dan
tindakan-tindakan akan langsung dicatat sebagai data primer, penelitian ini
dilaksanakan di Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang dengan
teknik pengumpulan sebagai berikut:
Secara lengkap proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah
dicatat dalam buku catatan lapangan, dokumen-dokumen, foto dan sebagainya
(Moleong, 2000:247).
Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti membagi menjadi
empat tahapap, yaitu: 1). Tahap pra lapangan, 2) tahap kegiatan lapangan, 3) tahap
analisis data, dan 4) penulisan laporan. (Moleong, 2000:85).
Dalam pra lapangan terdapat urutan-urutan antara lain: (a) menyusun
rancangan penelitian, (b) memilih lapangan penelitian, (c) mengurus perijinan, d)
menjajaki dan menilai keadaan lapangan, (e) memilih dan memanfaatkan
informasi, (f) menyiapkan perlengkapan penelitian, (g) menyiapkan etika
penelitian.
Untuk memasuki lapangan, peneliti harus berusaha membina hubungan
baik. Hubungan baik antara peneliti dengan subyek penelitian seharusnya terjadi,
tidak ada lagi batas pemisah (Moleong 2000:95). Untuk menciptakan hubungan
tersebut, peneliti mempelajari budaya yang ada pada lokasi penelitian sekaligus
untuk beradaptasi dengan keadaan lingkungan tempat penelitian.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti langsung hadir pada lokasi
penelitian, selanjutnya menemui informan yang akan diwawancarai sampai semua
informasi yang dibutuhkan terungkap dengan bantuan catatan lapangan. Setelah
itu dilakukan pengumpulan dokumentasi yang diperlukan. Pengumpulan
dokumentasi data dianggap selesai apabila data berupa cerita tentang Pengelolaan
5
Sanggar Kebugaran Jasmani telah cukup memadai dan apabila kurang lengkap,
maka peneliti akan mendatangi informan yang bersangkutan.
Untuk menghindari data yang dikumpulkan tidak kadaluarsa, maka
analisis data ini dilakukan secepat mungkin setelah data yang diperoleh dan juga
peneliti mendalami kajian pustaka yang relevan untuk mengkonfirmasikan temuan
penelitian. Dalam analisis data, peneliti mengorganisasikan data dalam kategori
dan satuan dasar, sehingga dapat ditemukan tema sesuai yang dikaji.
PAPARAN DATA
Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai Perencanaan, Sanggar
Kebugaran Jasmani UM. Dalam pengumpulan data yang dilakukan, peneliti
melakukan pengumpulan data tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian, yaitu: Penetapan Program Kerja dan Pelaksanaan Rapat Koordinasi
Pada tahap pengumpulan data tentang proses perencanaan dalam
pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani UM, peneliti mengawali dengan
melakukan pengumpulan data atau informasi mengenai proses penyusunan
program kerja yang dilakukan oleh pengurus Sanggar Kebugaran Jasmani UM.
Berdasar pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti disimpulkan
bahwa terdapat pendapat dari para mantan pengurus (pengurus tahun sebelumnya)
yang berbeda dengan informasi yang diperoleh peneliti dari pengurus periode
tahun ini. Anggapan yang muncul tersebut adalah bahwa kondisi Sanggar
Kebugaran Jasmani UM saat ini belum menunjukkan kondisi yang ideal. Hal ini
dapat dilihat dari belum terjadinya perubahan secara siginfikan pada pengelolaan
Sanggar Kebugaran Jasmani UM, seperti jadwal latihan dan tata tertib di dalam
Sanggar. Selain itu, para mantan pengurus tersebut juga berpendapat bahwa para
pengurus pada periode tahun ini, seharusnya dapat lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan Sanggar Kebugaran Jasmani UM. Hal ini dikarenakan tingkat
persaingan pada bisnis sejenis cukup ketat.
Dalam rangka pelaksanaan atau penerapan hal-hal yang terdapat program
kerja yang telah dirumuskan dan disusun bersama oleh pengurus, dilaksanakan
pula rapat-rapat koordinasi sebagai upaya manajerial dalam mengelola program
kerja yang ada. Adapun berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di
6
lapangan bahwa kegiatan rapat koordinasi dilakukan oleh pengurus Sanggar
Kebugaran Jasmani UM setiap dua hari sekali. Dalam rapat tersebut dibicarakan
beberapa agenda rutin seperti; perawatan alat-alat, masukan kritik dan saran dari
para member serta evaluasi kegiatan per dua hari dan bagaimana rencana kegiatan
untuk dua hari ke depan. Namun, pelaksanaan rapat secara umum dilaksanakan
oleh pengurus dalam dua kali di setiap minggunya. Yaitu pada selasa dan jumat.
Berdasarkan data hasil wawancara yang telah dilaksanakan, peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat perkembangan yang signifikan tentang rapat
koordinasi pengurus dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari
pelaksanaan rapat yang dilakukan pada periode kepengurusan 2000 s.d 2002
hanya sekali pada setiap periode kepengurusan yaitu pada saat terbentuknya
kepengurusan. Sedangkan pada periode kepengurusan 2003 s.d 2006 pelaksanaan
rapat kordinasi dilaksanakan sebanyak tiga kali pada setiap periode kepengurusan.
Sedangkan pada tahun kepengurusan saat ini pelaksnaan rapat koordinasi jauh
lebih sering yaitu sebanyak dua kali setiap minggunya.
Dalam melakukan pengumpulan informasi dan data tentang proses atau
upaya yang dilakukan pada tahap pengorganisasian, peneliti membagi dalam dua
langkah pengumpulan data. Peneliti mengawali dengan mengumpulkan informasi
dan data tentang proses penyusunan struktur organisasi. Selanjutnya peneliti
mengumpulkan informasi dan data tentang proses manajerial berkaitan dengan
kerja dan kinerja dari setiap lini kepengurusan yang telah ditetapkan serta sistem
pengelolaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam Sanggar Kebugaran
Jasmani Universitas Negeri Malang.
Berdsarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa pergantian pengurus (periode kepengurusan) dilakukan
setiap setahun sekali, yaitu pada bulan Januari s.d Desember. Pergantian
kepengurusan ini dilakukan sebagai upaya penyegaran atau peremajaan organisasi
agar terjadi regenerasi kepengurusan. Harapannya adalah akan muncul-munculnya
ide-ide baru yang inovatif demi pengembangan Sanggar Kebugaran Jasmani
Universitas Negeri Malang. Selain itu guna menjadikan Sanggar Kebugaran
Jasmani sebagai media belajar bagi seluruh mahasiswa jurusan Ilmu Keolahragaan
dalam mengelola sebuah sanggar kebugaran.
7
Pengamatan peneliti tentang sarana dan prasarana di lapangan memberikan
informasi bahwa dalam pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas
Negeri Malang, peralatan (sarana) merupakan aspek terpenting. Betapa tidak,
dengan alat-alat yang baik, maka tentu akan memungkinkan munculnya image
(citra) yang baik pula dari para member. Sehingga secara tidak langsung,
kepuasan member ini akan memberikan pengaruh terhadap income Sanggar
Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang.
Dalam pelaksanaan proses pengarahan sebagai bagian dari unsur
manajemen pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas negeri Malang,
maka komunikasi menjadi suatu hal yang sangat menentukan.
Dari hasil wawancara dengan informan dan pengamatan yang dilakukan
bahwa pelaksanaan komunikasi internal pengurus dilakukan saat melaksanakan
piket. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perkembangan yang signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pelaksanaan komunikasi pengurus dengan pihak lembaga Universitas
Negeri Malang, dalam hal ini dilakukan oleh seorang Pembina dari kalangan
Dosen yang ditunjuk oleh pihak Jurusan Ilmu Keolahragaan.
Dari wawancara yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa,
pengurus sanggar sudah melakukan komunikasi dengan member sejak pertama
kali member mendaftar. Hal ini dimaksudkan agar member merasa betah dan
nyaman berada di sanggar, karena hubungan antara member dengan pengurus
sangat dekat. Diharapakan dapat diketahui apa tujuan latihan yang dilakukan
member.
Selain itu, pengurus juga melakukan komunikasi dengan member selama
menjadi member, hal ini dimaksudkan agar memberi kenyamanan dan dapat lebih
terbuka dalam memberi masukan-masukan kepada pengurus tentang kinerja
pengurus selama satu periode ke depan. Dengan adanya masukan dari member,
diharapkan masalah yang berkaitan dengan pelayanan selama satu periode akan
segera terpecahkan dan akhirnya perkembangan sanggar akan segera tercapai.
Pengawasan di Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang
dilakukan oleh pengurus. Sedangkan pembina hanya melakukan pengawasan
8
secara insidental. Hal ini karena kesibukan pembina dalam mengurusi berbagai
aktivitas organisasi dan pengajian.
PEMBAHASAN
Perencanaan program Sanggar Kebugaran Jasmani merupakan indikator
pembeda dari pusat-pusat Kebugaran Jasmani pada umumnya, terutama Sanggar
yang termasuk sebuah laboratorium Ilmu Keolahragaan yang ada di Universitas
Negeri Malang yang cenderung bersifat rutinitas atau berbasis keseharian dengan
menyesuaikan jadwal kuliah. Dengan perencanaan ini pengurus memiliki
pedoman apa yang harus dilakukan dan hendak dicapai dalam jangka waktu
tertentu.
Berdasar pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang
penerapan program kerja terdapat pendapat dari para mantan pengurus (pengurus
tahun sebelumnya) yang berbeda dengan informasi yang diperoleh peneliti dari
pengurus periode tahun ini. Anggapan yang muncul tersebut adalah bahwa
kondisi Sanggar Kebugaran Jasmani UM saat ini belum menunjukkan kondisi
yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari belum terjadinya perubahan secara siginfikan
pada pengelolaan Sanggar Kebugaran Jasmani UM, seperti jadwal latihan dan tata
tertib di dalam Sanggar. Selain itu, para mantan pengurus tersebut juga
berpendapat bahwa para pengurus pada periode tahun ini, seharusnya dapat lebih
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan Sanggar Kebugaran Jasmani UM. Hal
ini dikarenakan tingkat persaingan pada bisnis sejenis cukup ketat.
Berdasarkan data hasil wawancara tentang pelaksanaan rapat koordinasi,
peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perkembangan yang signifikan daripada
tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan rapat yang
dilakukan pada periode kepengurusan 2000 s.d 2002 hanya sekali pada setiap
periode kepengurusan yaitu pada saat terbentuknya kepengurusan. Sedangkan
pada periode kepengurusan 2003 s.d 2006 pelaksanaan rapat kordinasi
dilaksanakan sebanyak tiga kali pada setiap periode kepengurusan. Sedangkan
pada tahun kepengurusan saat ini pelaksanaan rapat koordinasi jauh lebih sering
yaitu sebanyak dua kali setiap minggunya.
9
Di dalam pengorganisasian Sanggar Kebugaran Jasmani mencakup
susunan orang orang yang bertugas melaksanakan program, yakni yang disebut
dengan pengurus, mulai dari pimpinan hingga anggota terbawah. Termasuk juga
deskripsi tugas masing-masing bagian. Mekanisme kerjanya juga telah diatur
sedemikian rupa guna mempermudah pelaksaan program. Ini menunjukkan bahwa
fungsi organisasi pada Sanggar Kebugaran Jasmani berjalan, walaupun belum
seideal manajemen modern pada umumnya. Tentang fungsi organisasi ini
dikemukakan oleh Benyamin (1988:16) menjelaskan pengorganisasian merupakan
pengelompokan kegiatan kerja, menyusun tenaga kerja dan pemberian kekuasaan
untuk melakukan kegiatan organisasi. Jhon Wiley (1997:12) menjelaskan
pengorganisasian merupakan proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya
serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan
kelompok untuk menerapkan rencana.
Handoko (1999:24) menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan (1)
penentuan sumberdaya-sumberdaya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi, (2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi
atau kelompok kerja yang akan “membawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan, (3)
penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, (4) pendelegasian wewenang
yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Fungsi ini menciptakan struktur formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan
dikoordinasikan.
Sebagai lembaga (organisasi) yang menerapkan manajemen modern,
Sanggar Kebugaran Jasmani menyusun secara jelas tentang mekanisme kerja
mulai dari bawah hingga pimpinan tertinggi yang tertuang dalam struktur
organisasi. Hal penting dalam penyusunan pengurus adalah penempatan orang-
orang sesuai dengan bakat kemampuannya. Sanggar Kebugaran Jasmani merekrut
pengurus berdasarkan pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Dilihat
dari struktur organisasi menunjukkan bahwa orang-orang yang ditempatkan dalam
pengurusan itu memiliki kemampuan sebagaimana di syaratkan dalam peraturan
yang telah ditetapkan dengan penempatan orang-orang yang demikian itu akan
memungkinkan bahwa mereka dapat melaksanakan tugas sesuai dengan
komitmen dan tujuan sanggar. Penentuan personil dalam pengurusan sanggar
10
adalah untuk mendapatkan partisipasi secara optimal, hal ini diawali oleh ide
tentang orang-orang yang akan ditetapkan dalam kepengurusan, langkah
selanjutnya ditentukan bersama melalui musyawarah. organisasi apapun, jika
struktur itu disusun dengan baik, tetapi tidak ada partisipasi optimal dari personil,
maka pelaksanaan program akan mengalami kesulitan. Untuk mempererat
partisipasi tersebut antara lain dapat di pengaruhi oleh proses pembentukan
pengurus itu sendiri. Keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan akan
mendorong mereka untuk ikut serta secara aktif dalam pelaksanaan program kerja.
Berdasarkan pendapat informan dalam bab-bab terdahulu, dan pengamatan
yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa penentuan struktur kepengurusan
pada Sanggar Kebugaran Jasmani Universitas Negeri Malang adalah didasarkan
pada tingkat kebutuhan ke depan. Hal ini membuktikan bahwa dalam penentuan
struktur kepengurusan, para pengurus melakukannya secara serius. Artinya tidak
begitu saja mengadopsi atau meniru dari struktur organisasi sebelumnya.
Hasil wawancara tentang penempatan SDM di setiap bagian disimpulkan
bahwa dalam penetuan atau pemilihan pengurus tidak dilakukan secara
demokratis atau menggunakan model kompetisi secara politis. Bahkan dalam
penentuan pengurus pun tidak terlalu menjadikan kompetensi sebagai dasar
pertimbangan kecakapan pengurus. Sebagai contoh, apabila kepengurusan saat ini
adalah berasal dari mahasiswa kelompok olahraga Judo, maka pertimbangan
kepengurusan berikutnya adalah dari kelompok olahraga Judo. Apabila tidak ada
calon yang tepat atau bahkan memang tidak memiliki kader yang dapat
menggantikan posisi sebagai ketua pengurus maka calon akan diambilkan dari
kelompok olahraga yang lain.
Berdasar pada hasil wawancara tentang sarana dan prasarana menunjukkan
peralatan alat-alat kebugaran yang terdapat di dalam Sanggar Kebugaran Jasmani
Universitas Negeri Malang merupakan tugas dari para anggota yang menjalankan
fungsi piket pada setiap harinya. Pengamatan peneliti di lapangan memberikan
informasi bahwa perawatan alat-alat tersebut selalu dikerjakan oleh para petugas
piket. Baik kebersihannya maupun menjaga keoptimalan fungsi dari alat-alat
tersebut.
11
Pelaksanaan program di Sanggar Kebugaran Jasmani tidak mengabaikan
apa yang disebut pemberian motivasi atau pengarahan pada anggota pengurus
dengan maksud agar senantiasa mereka terdorong untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan pada dirinya. Pemberian motivasi dilakukan
pada setiap pertemuan rutin dan kesempatan lain ketika pihak pimpinan bertemu
dengan pengurus Sanggar.
Apa yang dilakukan oleh pimpinan sanggar ini sesuai dengan maksud yang
terkandung dalam definisi Fungsi pengarahan secara sederhana adalah untuk
membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan
harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, kepemimpinan,
motivasi, komunikasi dan disiplin. Fungsi ini biasanya disebut bermacam-macam
nama, antara lain leading, directing, motivating, actuating atau lainnya.
(Handoko, 1999:25)
Pemberian motivasi merupakan bagian penting bagi setiap organisasi
walaupun pada awalnya mereka sanggup untuk melakukan tugas dengan dasar
pengabdian, tetapi karena berbagai hal, motivasi mereka akan menurun. Pada saat
yang demikian, seorang pimpinan harus mampu memberikan dorongan, sehingga
mereka tumbuh semangat dan bekerja seperti pada awal mereka bertugas serta
terus meningkatkan kinerjanya guna tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan ini
merupakan tugas utama pimpinan. Seperti pada Sanggar, Pembina memiliki peran
utama untuk menggerakkan seluruh personil agar mereka dapat melakukan tugas
dengan baik. Oleh karena yang memberikan motivasi adalah Pembina, maka para
pengurus cenderung untuk mengikuti apa yang diharapkan oleh Pembina yang
termasuk seorang Dosen.
Dari hasil wawancara dengan informan dan pengamatan yang dilakukan
bahwa pelaksanaan komunikasi internal pengurus dilakukan saat melaksanakan
piket. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perkembangan yang signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan
rapat yang dilakukan pada periode kepengurusan 2002 s.d 2007 hanya pada saat
piket Sanggar saja, yaitu pada saat latihan dilakukan. Hal ini dirasa kurang efektif,
karena yang melaksanakan piket hanya beberapa orang pengurus yang aktif
datang ke sanggar.
12
Sedangkan pada periode kepengurusan 2008 pelaksanaan komunikasi
internal pengurus dilaksanakan selain saat piket Sanggar yang berjumlah tiga
orang, dengan rincian seorang instruktur aerobik, seorang instruktur waight
training dan seorang recepcionist. Selain itu, personilnya setiap hari selalu
berubah-ubah.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan pelaksanaan komunikasi yang baik
antar pengurus serta untuk mengantisipasi jika salah seorang instruktur
berhalangan hadir, salah seorang pengurus, yaitu recepcionist bisa menggantikan
instruktur yang berhalangan tersebut. Selain itu, komunikasi juga dilakukan saat
rapat koordinasi dan perawatan alat yang dilakukan secara rutin. Sehingga
komunikasi pada pengurus periode saat ini lebih sering dilakukan, meskipun
pelaksanaannya masih belum maksimal.
Dari hasil wawancara tentang komunikasi pengurus dengan lembaga
disimpulkan bahwa telah terdapat hubungan antara pengurus dengan pihak
lembaga melalui pembina yang dipilih oleh jurusan untuk melakukan komunikasi
dengan pengurus terutama dibidang pengelolaan sanggar. Banyak hal yang dapat
diambil manfaatnya dari komunikasi dengan Pembina, diantaranya pengurus
dapat mencurahkan berbagai masalah-maslah yang sangat penting dan perlu
kebijakan dari pihak lembaga untuk ditentukan jalan pemecahannya.
Dari wawancara komunikasi pengurus dengan member diambil dapat
kesimpulan bahwa, pengurus sanggar sudah melakukan komunikasi dengan
member sejak pertama kali member mendaftar. Hal ini dimaksudkan agar member
merasa betah dan nyaman berada di sanggar, karena hubungan antara member
dengan pengurus sangat dekat. Diharapakan dapat diketahui apa tujuan latihan
yang dilakukan member.
Pimpinan Sanggar melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh para pengurus dengan melalui Pembina. Pengawasan yang
dilakukan Pembina dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan cara bertanya
pada pengurus tentang apa yang dicapai dan apa kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan program. Pengawasan tidak langsung itu dilakukan karena Pembina
sibuk dengan berbagai kegiatan di luar kampus.
13
Tujuan dilakukan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah yang
sedang dilakukan oleh pengurus itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan
atau tidak. Apabila terjadi penyimpangan itu dan bagaimana tindakan yang
diperlukan untuk mengatasi penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian
(pengawasan) yang lain adalah untuk mengetahui sampai di mana tingkat
pencapaian atau tingkat penyelesaian dari kegiatan itu dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan. (Jhon Wiley,1997:13). Teori tersebut dapat menjadi
acuan pentingnya pengawasan pada Sanggar tersebut dapat berkembang sejalan
dengan laju perkembangan organisasi-organisasi modern lainnya.
Walaupun para pengurus sudah memiliki komitmen untuk mengabdi,
pengawasan terhadap kinerjanya tetap dilakukan, karena tidak menutup
kemungkinan adanya kendala atau kebutuhan baru di dalam pelaksanaan program.
Hal itu mengingat pimpinan tidak dapat mengawasi secara langsung, maka ada
kemungkinan beberapa persoalan yang ada dapat terangkat ke permukaan,
sehingga bisa jadi ia kesulitan untuk memastikan apa yang harus dilakukan atau
dipecahkan dan bagaimana memecahkannya. Seperti pada saat tertentu ada bagian
yang tidak melakukan tugas, sehingga tugasnya terpaksa ditangani oleh bagin lain.
Persoalan ini tidak diketahui oleh piminan secara langsung dan bagian yang lain
tidak melaporkannya pada pimpinan. Bagi yang menggantikan tugas tersebut
mungkin tidak perlu diketahui oleh pimpinan, namun untuk kesinambungan dan
perkembangan sanggar persoalan seperti itu tetap perlu diketahui oleh pimpinan
dan segera ditemukan penyebabnya serta mencari alternatif pemecahannya.
Dengan demikian persoalan yang kelihatan kecil itu tidak sampai merambat ke
yang lebih besar yang potensial untuk menghambat pencapaian tujuan organisasi.
Tentang pengawasan secara langsung atau tidak langsung tidak berarti
bahwa pengawasan langsung lebih efektif. Kita mengenal istilah mendelegasikan
tugas yang di dalam teori manajemen memang dianjurkan tergantung pada tingkat
kompleksitas kegiatan organisasi. Dengan demikian tidak menjadi persoalan
apakah pimpinan mengawasi secara langsung, tetapi pengawasan dapat saja
dilakukan dengan cara memberikan wewenang pada bawahannya, kemudian ia
mendapat informasi dari bawahan yang bersangkutan. Ini tergantung bagaimana
pengawasan itu dilakukan.
14
Dalam melaksanakan pengawasan Sanggar, pimpinan tidak terbiasa
menggunakan pedoman pengawasan. Pengawasan hanya dilakukan dengan hanya
bertanya sekenanya, sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan oleh Pimpinan. Dengan pengawasan yang demikian itu, sudah tentu
banyak informasi penting lainnya mugkin tidak bisa diketahui yang sebenarnya
harus diperhatikan dan memang sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pedoman itu sebenarnya merupakan standar yang dapat digunakan sebagai tolok
ukur dalam memeriksa atau mengontrol pelaksanaan program. Dalam teori
menajemen, pedoman pengawasan itu merupakan alat penting agar pelaksanaan
pengwasan itu tepat arah. (Jhon Wiley,1997:13). Sedangkan Benyamin (1988:17)
mengemukakan bahwa pengawasan merupakan kegiatan untuk mengawasi apakah
organisasi masih bergerak dalam sasaran yang telah ditentukan. Handoko
(1999:25) menambahkan pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negative. Pengawasan
positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan
efisien dan efektif. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan
yang tidak diinginkan tidak terjadi atau terjadi kembali. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengawasan merupakan usaha dalam mencegah timbulnya masalah atau
perbedaan antara tujuan dan pelaksanaan. Fungsi pengawasan pada dasarnya
mencakup empat unsur, yaitu (1) penetapan standar pelaksanaan, (2) penentuan
ukuran-ukuran pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, dan (4) pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Di lihat dari segi pedoman pengawasan ini, Sanggar belum menunjukkan
efektifitas pelaksanaan pengawasan karena pimpinan tidak mempunyai bahan atau
ukuran untuk membandingkan apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan apa
yang direncanakan atau belum.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian sebagaimana dikemukaan
pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: adanya Sanggar
kebugaran jasmani tersebut, mendorong mahasiswa jurusan ilmu keolahragaan
bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Jika sebelumnya mahasiswa yang
15
memiliki bakat tersebut, potensinya terpendam dan tidak tersalurkan atau
dikembangkan karena keterbatasan fasilitas; Adanya penurunan kinerja dan
prestasi pengurus dari masing-masing angkatan, seharusnya hal itu menjadi
evaluasi utama dan tugas khusus yang bisa dikerjakan oleh para kalangan dosen
atau Ketua Jurusan.
Dalam hal perencanaan Sanggar Kebugaran melaksanakan program
kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, sehingga dalam pelaksanaan
tersebut memuat antara lain tujuan dan program kegiatan yang hendak
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Proses penyusunan rencana
mengikutsertakan berbagai kalangan, yakni pengurus, Pembina, dan Ketua
Jurusan dengan tujuan untuk memperoleh dukungan mereka. Sedangkan ide awal
berasal dari pengurus, kemudian dimusyawarahkan.
Dalam hal Sanggar Kebugaran memiliki struktur organisasi formal yang
menunjukkan mekanisme kerja dari bagian terbawah hingga bagian teratas.
penempatan para personil dalam struktur organisasi Sanggar Kebugaran tersebut
berdasarkan persyaratan tertentu, yakni kemampuan dibidang Kebugaran Jasmani.
penyusunan kepengurusan ini juga melalui proses musyawarah.
Untuk meningkatkan kinerja Pengurus Sanggar Kebugaran, pimpinan
senantiasa memberikan motivasi walaupun tidak secara terprogram pemberian
motivasi selama ini tidak dilakukan langsung oleh pimpinan, karena banyaknya
tugas yang diembannya diluar kampus. Kendala yang dihadapi adalah masih ada
bagian yang kadang-kadang tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
Pengawasan terhadap program kegiatan di Sanggar Kebugaran
dilaksanakan oleh pimpinan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilakukan secara
langsung dimana dilakukan dengan cara mengecek pelaksanaan kegiatan dan yang
kedua adalah pengawasan secara tidak langsung yang dilakuakn dengan cara
bertanya adakah laporan dari bagian masing-masing mengenai pelaksanaan
program, baik kemajuan yang dicapai maupun kendala yang dihadapi hanya saja
pelaksanaan ini tidak terprogram dan juga tidak memiliki pedoman pelaksanaan
pengawasan.
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian sebagaimana dikemukaan
pada bagian sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa saran-saran sebagai berikut.
16
Dari segi perencanaan Sanggar Kebugaran perlu dilakukan perbaikan
khususnya dari segi penjabaran program untuk lebih terperinci, terutama
menentukan jadwal. Ini penting karena perencanaan akan jadi pedoman kerja bagi
semua pengurus yang melaksanakan program.
Dari segi pengorganisasian yang perlu mendapatkan perhatian dan ditinjau
kembali adalah penempatan personil yang betul-betul memungkinkan untuk
mampu dan bertanggung jawab menjalanakn tugas sesuai dengan pembagian
tugas yang dibuat. Mekanisme kerja hendaknya diatur sefleksibel mungkin
dengan persetujuan bersama terutama ada sebagian pengurus yang berhalangan
untuk melakukan tugasnya dan harus ditangani oleh petugas yang lain, sehinggga
tidak terjadi tumpang tindih tugas.
Tentang pengarahan sebenarnya sudah menunjukkan keefektifan di mana
pimpinan dapat memberikan motivasi. Namun tentang bentuk motivasi terutama
yang berupa aktivitas hendaknya dituangkan dalam rencana kerja, sehingga
pengurus dapat mengetahui dengan jelas dan lebih yakin serta lebih semangat
dalam menjalankan tugas.
Pelaksanaan pelaksanaan di Sanggar Kebugaran ini oleh pimpinan secara
insidental, bahkan lebih bergantung kepada Pembina, karena dialah sebagai
penanggung jawah utama pelaksanaan program di lapangan. Cara yang demikian
cukup baik, asalkan pimpinan Sanggar secara terbuka mmemberitahukan
bagaimana pelaksanaan kegiatan nyata. Kalau tidak, maka bisa jadi ada persoalan
tertentu tidak pernah terpecahkan. Karena tidak sampai pada pimpinan. Sesuai
dengan penemuan di lapangan, pengawasan secara langsung perlu lebih
diintensifkan dan sebaiknya memiliki pedoman pelaksanaan pengawasan sebagai
tolok ukur.
Untuk perbaikan pelaksanaan pengawasan dimasa mendatang, maka
pengawasan harus betul-betul terprogram dengan menggunakan pedoman
pengawasan. Pelaksanaan pengawasan sebaiknya bersifat berkala, sehingga
informasi yang diperoleh benar-benar menggambarkan keadaan nyata tentang
pelaksanaan program di Sanggar Kebugaran Jasmani.
17
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Benyamin. 1989. Ilmu Manajemen. Jakarta: Depdikbud.
Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Indrawijaya, A, I, 1986, Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru Algesindo
Jhon, S, 1971, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Gramedia
Karpovich, P.V., Sinning, W.E, 1971. Phisiology of Muscular Activity, Philadelphia: W.B. Sounders Co
Kent, M., 1994. The Oxford Dictionary of Sports Science and Medicine, Oxford: Oxford Univercity Press.
Kamaludin. 1990. Manajemen Berdasarkan Sasaran. Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Muhyadi, 1989, Organisasi Teori, Struktur dan Proses, Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Pandjaitan, A. P. 1986, Dasar Teori Olahraga dan Organisasi,Bandung: CV. Rosda
Suharno, 1993. Metodologi Pelatihan, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Penataran KONI.
18