PENGARUH PENERAPAN MODEL STAD TERHADAP …
Transcript of PENGARUH PENERAPAN MODEL STAD TERHADAP …
1
PENGARUH PENERAPAN MODEL STAD
TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN TAJWID MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELA VII DI MTs MIFTAHUL ULUM DESA GREGED KECAMATAN
GREGED KABUPATEN CIREBON
TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Sarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
OPI SINTIA
NIM: 2013.16.01776
INSTITUT AGAMA ISLAM
IAI BBC BUNGA BANGSA CIREBON 2020/1441
5
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model STAD Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tajwid Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits (Kelas VII di MTs. Miftahul Ulum Greged)”
oleh OPI SINTIA NIM 2013.16.01776, telah diajukan dalam sidang Munaqosah
Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon. Bunga Bangsa
Cirebon pada tanggal 15 Juni 2020.
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon, ........ Juni 2020.
Sidang Munaqosah,
Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota Merangkap Anggota
H. Oman Fathurohman, M.A Drs. Sulaiman, M.M.Pd
NIDN. 8886160017 NIDN. 2118096201
Penguji I, Penguji II,
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Pemilik
Kebenaran, Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Karena atas
taqdir-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga
skripsi ini sesuai dengan maksud pembuatannya, guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Tarbiyah
IAI Bunga Bangsa Cirebon.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada “interpreter” terbaik
wahyu Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah meninggalkan dua
pusaka penuntun kehidupan, Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunah Rosul SAW (Al-
Hadits), serta kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak bimbingan,
pengarahan, bantuan dan peranan berharga dari berbagai pihak, yang
menyebabkan penulis merasa sangat berhutang budi kepada mereka. Karena itu,
seraya memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, dengan segala
ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Terutama ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1) Bap.ak Drs. H.A. Basuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa
Cirebon
2) Bapak H. Oman Fathurohman, M.A. Rektor IAI Bunga Bangsa
Cirebon.
3) Bapak Drs. Sulaiman, M.M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Bunga
Bangsa Cirbon.
4) Bapak Drs. H. Muchlis, M.Pd.I Selaku Dosen Pembimbing I.
5) Bapak Dr. Asep Mulyana, M.Si Selaku Dosen Pembimbing II.
6) Segenap Dosen dan Staf IAI Bunga Bangsa Cirebon.
7) Ibu Ulfiah, S.Pd. Kepala Sekolah MTs Miftahul Ulum Greged.
8) Ust. Kahpidin selaku Guru Al-Qur’an Hadits MTs. Miftahul Ulum
Greged.
7
9) Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan dan
mendidikan saya, serta telah banyak membantu dan mendukung baik
moril maupun materil.
10) Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, hal ini menjadi tanggung jawab penulis dan harapan besar penulis akan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi setitik
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk almamaterku
tercinta dan masyarakat akademik pada umumnya.
Akhirnya, seraya mengharp ridho dan karunia Allah SWT, penulis
mempersembahkan karya ini kepada IAI Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon, 16 Juni 2020
Penyusun
8
ABSTRAK
OPI SINTIA. NIM. 2013.16.01776: PENGARUH PENERAPAN MODEL
STAD TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN TAJWID MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS (Kelas VII Di MTs. Miftahul Ulum Greged).
Penelitian ini mengacu pada masalah pokok yaitu rendahnya prestasi hasi
belajar siswa pada pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits, hal ini disebabkan karena penguasaan materi yang kurang mantap dan metode
atau model yang sering digunakan oleh guru masih metode atau model
konvensional. Sehingga siswa tidak bisa memperoleh kesempatan
mengembangkan potensi berpikirnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana hasil prestasi belajar siswa yang pembelajarannya
sebelum menggunakan model STAD (Student Teams Achievement Division),
Mendeskripsikan bagaimana hasil prestasi belajar siswa yang pembelajarannya
sesudah mengunakan model STAD, dan mendeskripsikan perbedaan atau
perbandingan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model
STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Model ini dikembangkan oleh
Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun jenis
penelitiannya, menggunakan penelitian eksperimental. Sejalan dengan jenis
penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Adapun populasi dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs
Miftahul Ulum Greged yang berjumlah 46 siswa mengingat populasinya kurang
dari 100, maka penelitian ini menggunakan sampel total.
Dari hasil perhitungan dengan membandingkan nilai t yang telah diperoleh
melalui perhitungan sebesar 16,217 dan besarnya nilai t yang tercantum dalam
tabel nilai t pada taraf signifikansi 0,05 nilai t tabel sebesar 2,021 sedangkan pada
taraf signifikansi 0,01 nilai t tabel sebesar 2,704 maka dapat diketahui bahwa t
hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,021 (16,217) 2,704. Karena t hitung
lebih besar dari pada t tabel, maka hipotesis kerja diterima. Hal ini berarti bahwa
adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran tajwid mata pelajaran
Al-Qur’an hadits kelas VII MTs Miftahul Ulum sebelum dan sesudah
diterapkannya model STAD.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan model STAD terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits telah menujukan pengaruhnya yang nyata dan dapat diandalkan sebagai model pembelajaran yang
baik, terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
9
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
NOTA DINAS ......................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
1. Identifikasi Masalah ............................................................... 7
2. Pembatasan Masalah............................................................... 7
3. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 9
1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 9
2. Manfaat Praktis ...................................................................... 9
E. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 10
F. Hipotesis ...................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORETIK
A. Proses Belajar Mengajar ............................................................... 14
1. Pengertian Belajar .................................................................. 14
2. Pengertian Mengajar ............................................................... 16
3. Proses Belajar Mengajar ......................................................... 19
4. Strategi Belajar Mengajar ....................................................... 22
10
B. Model Pembelajaran STAD (Student Team Acievement Division)
1. Pengertian Model Pembelajaran .............................................. 23
2. Model Pembelajaran STAD .................................................... 23
C. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi.................................................................. 27
2. Pengertian Prestasi Dalam Belajar .......................................... 28
D. Pelajaran Ilmu Tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Al-Qur’an ............................................................. 29
2. Pengertian Al-Hadits .............................................................. 30
3. Pengertian Ilmu Tajwid .......................................................... 30
4. Pelajaran Tajwid Siswa MTs Kelas VII (Tujuh) ...................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .......................................................................... 34
B. Metode Penelitian ......................................................................... 35
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 36
D. Desain Penelitian .......................................................................... 37
1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 37
2. Sumber Data ........................................................................... 38
3. Populasi dan Sampel ............................................................... 38
4. Teknik Pengumpulan data....................................................... 39
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 44
1. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model
STAD (Variabel X1) ............................................................... 44
2. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penerapan Model
STAD (Variabel X2) ............................................................... 48
3. Hasil Penelitian Pengaruh Penerapan Model STAD Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ......................................... 51
B. Pembahasan ................................................................................. 59
11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 61
B. Saran ............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Alat Pengumpulan Data ................................................................ 65
B. Data Penelitian ............................................................................. 78
C. Riwayat Hidup ............................................................................. 86
12
MOTTO
“Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
diwajibkan atas tiap-tiap orang Islam.” (H.R. Ibnu ‘Abdilbarr)
“Ilmu adalah suatu kemuliaan yang tidak ternilai harganya”.
“Tidak ada suatu yang paling mulia selain dari pada ilmu”.
“Seutama-utama sodaqoh ialah orang Islam yang mengajarkan ilmunya kepada
saudaranya yang Islam”.
“Sebaik-baik manusia ialah orang yang banyak manfaatnya (kebaikannya)
kepada manusia lainnya”.
Karya ini kupersembahkan :
“Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
daku menuntut ilmu
Kepada yang terhormat Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah mencurahkan
kasih sayangnya dengan tetesan keringat dan air mata serta doa yang
menghantarkan daku menuju kegerbang kesuksesan”.
Selain itu juga kepada suami tercinta yang senantiasa memotivasi dan
menemani sampai selesainya skripsi ini
13
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Variabel X : Penerapan Model STAD............................................... 37
3.2 Variabel Y : Prestasi belajar siswa pada pembelajaran tajwid mata pelajaran
Al-Qur’an hadits .............................................................................. 38
3.3 Tabel hasil pre-tes dan pos-tes .......................................................... 43
3.4 Tabel penolong untuk menentukan gain dari pre-tes dan pos-tes ....... 43
4.5 Hasil pre-tes prestasi siswa kelas VII (Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged
sebelum penerapan model STAD ..................................................... 46
4.6 Nilai post-tes prestasi siswa kelas VII (Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged
sesudah penerapan model STAD ...................................................... 49
4.7 Perbandingan nilai pre-tes dan nilai pos-tes prestasi belajar siswa kelas VII
(Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged ............................................... 52
4.8 Tabel penolong perhitungan t hitung cara Suharsimi Arikunto prestasi belajar
siswa kelas VII (Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged....................... 54
4.9 Tabel penolong perhitungan t hitung cara Subana dkk, prestasi belajar siswa
kelas VII (Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged ................................ 57
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sering kali menjadi masalah yang tak kunjung usai, masalah
cukup mendasar yakni seberapa jauh aplikasi teori dengan kenyataan di
prakteknya, apakah menunjukan keberhasilan ataukah tidak. Sistem
pendidikan juga masih menjadi tanda tanya besar mengenai aspek
kurikulumnya, kegiatan belajar mengajar dan serentetan program-
programnya, sehingga pendidikan seharusnya berimplikasi pada perubahan
menuju solusi.
Menurut Ngalim Purwanto, (2004:19) Menunjukan bahwa “pendidikan
ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya kearah
kedewasaan. Jadi, disini terang bahwa tujuan umum dari pendidikan ialah
membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat
menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri”.
Didalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional di jelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
15
Membicarakan masalah pendidikan pada dasarnya membicarakan
masalah belajar yaitu bagaimana menciptakan kondisi agar siswa dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pendidikan pun merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban
misi yang cukup luas yaitu segala yang berkaitan dengan perkembangan fisik,
kesehatan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada kepercayaan
atau keilmuan kita. Pendidikan juga tidak luput dari kegiatan belajar mengajar
sebagai salah satu sistem yang mengacu pada seperangkat komponen yang
saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut
adalah siswa, guru, tujuan, bahan, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu bisa
tercapai, seorang guru tidak hanya memperhatikan komponen tertentu saja,
akan tetapi harus memperhatikan secara keseluruhan. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan yang dilakukan disekolah mempunyai beban yang cukup
berat dalam melaksanakan tujuan pendidikan, terlebih lagi pada pendidikan
agama islam.
“Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Qur’an yang pertama
kali turun adalah berkenaan di samping masalah keimanan juga pendidikan”
(Nur Uhbiyati, 2005:19). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-
Alaq ayat 1-5 :
16
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Departemen Agama Al-Qur’an dan Terjemaahnya Q.S. Al-Alaq ayat 1-5,
1992:1079)
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa
seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan
pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh
keyakinannya dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan
pendidikan dan pengajaran. Bahkan tidak hanya itu Tuhan juga memberikan
bahan (materi) pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia ini. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 31 :
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar!" (Departemen Agama Al-Qur’an dan Terjemaahnya Q.S. Al-Alaq ayat 31, 1992:14)
Ayat diatas menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum
cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi
harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu.
Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumber nilai-nilai agama
Islam disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai
nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan
17
sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan
proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak
didik kepada arah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.
Oleh karena itu usaha ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya
berdasarkan atas trial and error (coab-coba) atau atas dasar keinginan dan
kemauan pendidik tanpa dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah pedagogis. (Nur Uhbiyati, 2005:17)
Didalam suatu pendidikan berkaitanlah dengan yang namanya belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses
belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak
hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar
apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman
melalui interaksi dengan lingkungan.
Pembelajaran pada bidang studi Al-Qur’an hadits sering terjadi
kesalahan-kesalahan yang bersifat rutin dilakukan siswa dalam memahami
dan mengerjakan soal Al-Qur’an hadits. Terutama dalam hal ilmu tajwid pada
siswa kelas VII, jika dibiarkan dalam waktu yang lama akumulasinya akan
menyebabkan siswa sulit menguasai ilmu tajwid yang lebih tinggi atau rumit.
Penyebabnya adalah penguasaan materi yang kurang mantap.
Seorang guru perlu memperhatikan hal ini dan menentukan langkah-
langkah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi melalui
18
keterlibatan siswa secara langsung terhadap proses belajar tersebut. Belajar
Al-Qur’an hadits yang baik dapat diciptakan dengan cara mengorganisir
siswa dalam belajar sehingga minat, motivasi dan sikap kooperatif siswa
dapat ditumbuhkembangkan dalam suasana belajar dikelas. Inilah yang sering
disebut dengan cara belajar siswa aktif.
Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil belajar tajwid dalam mata
pelajaran Al-Qur’an hadits di MTs. Miftahul Ulum Greged hasil atau prestasi
belajar tajwid siswa masih kurang memahami materi tajwid tersebut. Maka
dari itu seorang guru harus bisa membuat strategi pembelajaran agar proses
pembelajaran bisa diperhatikan oleh siswa, dan bisa meningkatkan hasil atau
prestasi belajar pada siswa.
Dalam proses pembelajaran supaya siswa tidak merasakan kemalesan,
membosankan terhadap materi apa yang diajarkan, seorang guru harus
menguasai berbagai model pembelajaran, sehingga dengan menggunakan
model pembelajaran proses belajar siswa bisa menjadi aktif dan
menyenangkan.
Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dan murid dalam
pelaksanaan belajar mengajar. Joyce (1992) yang disitir Trianto (2009 : 22)
mendefiniskan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum dan lain-lain”.
19
Dari uraian latar belakang diatas dalam rangka meningkatkan prestasi
atau hasil belajar dan memotivasi siswa belajar aktif, tidak membosankan,
juga ada kuisnya dari pertanyaan-pertanyaan dalam materi pelajaran tersebut,
sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan, untuk itu perlu diterapkan
sistem pembelajaran kooperatif dan konstruktif. Maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui prestasi atau hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). Maka dari itu
penulis mengangkat judul :
Pengaruh Penerapan Model STAD Terhadap Peningkatan Prestasi
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tajwid Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadits Kelas VII Di MTs. Miftahul Ulum Greged.
20
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Identifikasi Masalah :
a. Wilayah Kajian
Wilayah kajian dalam penelitian skripsi ini adalah penerapan model
pembelajaran, yaitu penerapan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division).
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah mengungkap pengaruh
penerapan model pembelajaran STAD terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa.
2. Pembatasan Masalah
Agar dalam kegiatan penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada
sasaran, maka permasalahannya harus dibatasi. Adapun pembatasan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pada segi upaya
peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII MTs. Miftahul Ulum Greged
dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits melalui model STAD, adapun
21
permasalahan yang akan dibahas tentang pembelajaran tajwid mengenai
hukum mim mati ( ).
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
penulis mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VII MTs. Miftahul Ulum
Greged sebelum menggunakan model pembelajaran STAD pada
pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VII MTs. Miftahul Ulum
Greged sesudah menggunakan model pembelajaran STAD pada
pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ?
c. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran STAD pada pembelajaran
tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs.
Miftahul Ulum Greged ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan-rumusan diatas, adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VII MTs.
Miftahul Ulum Greged sebelum menggunakan model pembelajaran STAD
pada pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ?
22
2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VII MTs.
Miftahul Ulum Greged sesudah menggunakan model pembelajaran STAD
pada pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ?
3. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran STAD pada pembelajaran tajwid dalam
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs. Miftahul Ulum Greged ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Menguji kebenaran model STAD terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa pada pembelajaran tajwid dalam bidang studi Al-Qur’an
hadits, dan untuk menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca yang
lain dalam memahami model pembelajaran STAD, sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dan hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan bahan rujukan untuk menentukan kebijakan sekolah dalam
memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tajwid dalam
bidang studi Al-Qur’an hadits, kemudian untuk memperbaiki langkah
guru dalam mengajar mata pelajaran Al-Qur’an hadits, juga dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak sekolah dan guru mata
pelajaran yang lain untuk membuat keputusan terhadap suatu masalah
23
yang berkenaan dalam pembelajaran sehingga dengan diinformasikannya
hasil penelitian ini diharapkan akan ada tindak lanjut dari prestasi hasil
belajar yang telah dicapai.
E. Kerangka Pemikiran
Pemahaman guru terhadap belajar mengajar umumnya selalu memakai
metode yang selalu seperti itu aja tidak ada perubahan. Padahal banyak sekali
metode dan model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, supaya peserta didik dapat meningkatkan keaktifan dalam
pembelajaran dan tidak membosankan. Maka dari itu dalam metode/model
STAD upaya guru Al-Qur’an hadits dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa sebenarnya dapat dilakukan dengan mengarahkan perhatian siswa dan
memanfaatkan kemampuan aktifitas dan kekreatifan dari tanya jawab siswa
dan sikap kooperatif siswa jika hal ini dapat diakumulasikan.
STAD adalah salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
bisa membuat anak tidak jenuh, aktif dan menyenangkan yang disebut dengan
PAIKEM. Adapun langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran / materi yang akan di ajarkan.
3. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota
lainnya, sampai semua anggota itu mengerti.
24
4. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.
5. Guru mengadakan evaluasi.
6. Penutup.
Bagian terpenting dari model STAD ini adalah adanya perhatian siswa
terhadap pembelajaran serta proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan tidak membosankan, siswa dapat aktif membaca,
memahami dan aktif dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan
kuis dari gurunya khususnya dalam pembelajaran tajwid dalam bidang studi
Al-Qur’an hadits.
Prestasi atau hasil belajar siswa dalam bidang studi Al-Qur’an hadits
dapat tercapai dengan baik melalui upaya guru dari mata pelajaran tersebut
dengan langkah yang efektif dan efesien yang diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran dikelas melalui pendekatan model STAD. Prinsip belajar
seperti ini dinilai mampu membangun pola belajar yang PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Suasana
belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar
siswa dengan diiringi oleh peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual.
Sebab, tujuan yang penting atau sasaran utama dari penerapan strategi belajar
yang efektif ini adalah tercapainya prestasi atau hasil belajar siswa dan
tumbuhnya kedewasaan pada siswa.
Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan
25
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Menurut
Gagne (1985: 226) menyatakan bahwa “prestasi belajar dibedakan menjadi
lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap dan keterampilan”.
Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tingkah laku. Bentuk
perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek yaitu :
1. Asepk Kognitif yaitu meliputi perubahan-perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan.
2. Aspek Afektif yaitu meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental,
perasaan dan kesadaran.
3. Aspek Psikomotorik yaitu meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk
tindakan motorik atau pelaksanan.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh tiga
komponen pembelajaran yaitu siswa, materi dan guru, ketiganya memiliki
peran tersendiri yang tidak dapat diabaikan. Penguasaan materi, penerapan
model pembelajaran serta setrategi yang tepat merupakan suatu keharusan
bagi seorang guru termasuk guru Al-Qur’an Hadits.
Model pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa untuk aktif mengerjakan tugas yang
diberikan guru, belajar saling memberi tahu kepada anggota kelompoknya
yang belum bisa atau belum memahaminya, menjawab pertanyaan-
pertanyaan kuis dari gurunya dan saling memahami suatu materi.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
26
a. Variabel bebas (x) = model pembelajaran STAD
b. Variabel terikat (y) = prestasi belajar siswa pada pembelajaran
tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits.
Jadi, hubungan antara variabel diperoleh gambaran sebagai
berikut.
X Y
Keterangan :
X = Model pembelajaran STAD
Y = Prestasi belajar siswa pada pembelajaran tajwid
dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits.
= Pengaruh
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model
STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran tajwid
dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits kelas VII (Tujuh) di MTs.
Miftahul Ulum Greged.
Ho : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan
model STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran
27
tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits kelas VII (Tujuh) di
MTs. Miftahul Ulum Greged.
BAB II
LANDASAN TEORETIK
A. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003:2) Belajar adalah proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas. Dalam kaitan ini proses belajar dan perubahan merupakan bukti
hasil yang diproses.
Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga
penyusunan, kebiasaan, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial,
bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian,
“seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat
adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan”
(Hamdani, 2011: 20).
Menurut Moh. Surya (1997) dalam Sulaiman (2011:1) “Belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dalam lingkungannya”.
28
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Selain itu, belajar akan lebih baik
jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat
verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan
rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
a. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan.
b. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh sebelumnya.
c. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk
kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
d. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke
arah kemajuan.
e. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
f. Perubahan yang bersifat permanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung
menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin
dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
h. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan
dalam sikap dan keterampilannya.
Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono (2000:30) adalah
sebagai berikut :
29
1. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan
2. Belajar merupakan pengalaman sendiri
3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar.
“Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah kesipan
belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri,
pengulangan, materi pelajaran yang menantang, balikan dan penguatan dan
perbedaan individual” (Hamdani, 2011: 22).
Berdasarkan ciri dan prinsip-prinsip tersebut, proses mengajar
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa,
tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri
pengetahuannya sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar adalah memberikan kepada seseorang ilmu atau
kemampuan yang kita miliki. Pasti ketika kita belajar dan diajar semua
ilmu telah kita miliki, dengan demikian salah satu cara terbaik untuk kita
disenangi atau disayangi oleh orang lain adalah kita mengajari mereka.
Namanya mengajar bukan saja ilmu namun masih banyak hal lagi seperti
mengajar orang dari berbagai pengalaman kita kemudian mendidik
karakter orang m elalui pengalaman kita dan lain sebagainya. (Oktovianus
Pogau http://www.wikimu.com).
30
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung
jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan
tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “guru adalah kreator proses
belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana
bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya,
mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-
norma yang ditegakan secara konsisten. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar
diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.
Gambaran aktivitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan
guru dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa
aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan
suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga
bertindak sebagai director and facilitator of learning.
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini
guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima,
bersifat pasif. Sebagian para ahli yang lain mengatakan bahwa mengajar
merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik. Definisi
kedua ini hampir sama maksudnya dengan definisi pertama. Tentu saja
31
yang diinginkan adalah agar anak mengenal kebudayaan bangsa,
kebudayaan suku dan marganya. Sebagian para ahli yang lain lagi
mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar
secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik.
Termasuk di dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru
dengan anak didik (Abu Ahmadi – Joko Tri Prasetya, 1997:40).
Nasution (1982:8) mengemukakan, “kegiatan mengajar diartikan
sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Dengan
demikian proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran
yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar
berlangsung.
Usman (1994:3) mengemukakan, “mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran
yang menimbulkan terjadinya proses belajar”.
Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat
berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya
mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di
luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.
Burton dalam Usman, (1994:3) menegaskan “teaching is the
guidance of learning activities”. Hamalik (2001:44-53) mengemukakan,
mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada
siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi
siswa, (4) memberi bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan
32
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu
proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, bahwa mengajar adalah
“any action performed by an individual (the teacher) with the intention of
facilitating learning in another individual (the learner)”, yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini
pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam
hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Burton (2003:61)
mengemukakan bahwa “mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
belajar”.
Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang
dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga
terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain
adalah (1) mengatur kegiatan belajar siswa, (2) memanfaatkan lingkungan,
baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan (3) memberikan
stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
3. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah
yang terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan
belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan
lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik
adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang
diharapkan, Abu Ahmadi-Joko Tri Prasetya (1997:33).
Terdapat tahap-tahap dalam proses belajar mengajar. Menurut Bruner,
dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap yaitu :
33
1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2. Tahap tranformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam hal ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah
atau ditranformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
3. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditranformasikan tadi dapat di manfaatkan
untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Terdapat pula tahapan-tahapan dalam proses belajar mengajar yaitu
tahapan-tahapan pengelolaan dan pelaksanaan yang meliputi sebagai
berikut :
1) Perencanaan meliputi :
a) Menetapkan apa yang akan dilakukan, kapan dan bagaimana
cara melakukannya.
b) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk
mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.
c) Mengembangkan alternatif-alternatif.
d) Mengumpulkan dan menganalisis informasi
e) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari
keputusan-keputusan.
2) Pengorganisasian meliputi :
34
a) Menyediakan fasilitas, pelengkapan, dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk menyusun kerangka yang efesien dalam
melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
kerja yang dilakukan untuk menyelesaikannya.
b) Mengelompokan komponen kerja dedalam struktur organisasi
secara teratur.
c) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
e) Memilih, mengadakan pelatihan dari pendidikan tenaga kerja
serta mencari sumber-sumber yang diperlukan.
3) Pengarahan meliputi :
a) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci.
b) Memperakarsai dan menampilakan kepemimpinan dalam
melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.
c) Mengelurakan instruksi-instruksi yang spesifik.
d) Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi.
4) Pengawasan meliputi :
a) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan
rencana.
b) Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan
merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan
saran-saran.
35
c) Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap
penyimpangan-penyimpangan, Ahmadi dan Prasetya (2005:32-
33)
4. Strategi Belajar Mengajar
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Joni
(1983) berpendapat bahwa yang dimaksud “strategi adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran”. Adapun ciri-ciri strategi
menurut Stoner dan Sirait (1996:140) adalah sebagai berikut :
1) Wawasan waktu
2) Dampak
3) Pemusatan Upaya
4) Pola Keputusan
5) Peresapan
Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan,
pendekatan, atau kidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal.
Apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, “strategi
adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa”
(Gerlach dan Ely).
36
Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi
pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa
mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi belajar
mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok
dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Setiap tingkah laku yang
dipelajari harus dipraktikan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran
berbeda satu sama lain, jenis kegiatan yang harus dipraktikan oleh siswa
memerlukan persyaratan yang berbeda pula. (Hamdani, 2011:18).
B. Model Pembelajaran STAD
1. Pengertian Model Pembelajaran
Hamdani (2011:147) mengemukakan bahwa “Model adalah
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melakukan sebuah kegiatan”.
Joyce dan Weil dalam Rusman (2011:133) berpendapat bahwa
“model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas atau yang lain”.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pedoman bagi guru dan murid dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
2. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
37
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok (Trianto, 2009: 68).
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2007) “model STAD
merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak di teliti”.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat
orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi didalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang
materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu
satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai
rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu
diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa
mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka
sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai
kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa
mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya (Rusman, 2011:
214).
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa : “Gagasan utama di belakang
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa
menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu
38
teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan
norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD :
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
(keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin,
rasa atau etnik.
c. Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru
memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga
semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan
kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja
tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
39
e. Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis
secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan
untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada
diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan
skor batas penguasaan untuk soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya
sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung
perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Penghitungan perkembangan skor individu
No Nilai Tes Skor Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin
2 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor
dasar 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
5 Pekerjaan sempurna (tanpa 30 poin
40
memperhatikan skor dasar)
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan
membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan
rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam tabel sebagai berikut :
Penghitungan perkembangan skor kelompok
No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0 ≤ N ≤ 5 -
2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)
4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)
3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
“Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat,
guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan prestasinya (kreteria tertentu yang
ditetapkan guru)” (Rusman, 2011: 216).
C. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi
41
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. W.J.S.
Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang
telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan. Harahap memberikan batasan bahwa
prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (Hamdani,
2011: 138).
Berdasarkan penjelasan dari para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan.
2. Pengertian Prestasi Dalam Belajar
Gagne (1985:40) menyatakan bahwa “prestasi belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap, dan keterampilan”. Menurut Bloom dalam
Suharsimi Arikunto (1990: 110), bahwa “hasil belajar dibedakan menjadi
tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan.
42
Setelah menelusuri uraian diatas, dapat dipahami mengenai makna
kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang
diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu
proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu
perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
“Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.
Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa” (Hamdani, 2011: 139).
D. Pelajaran Ilmu Tajwid Dalam Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Al-Qur’an
Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang
dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qaraa. Kata
Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru
(dibaca). Didalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam
arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17-18 surat (75) Al-Qiyaamah :
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya
itu.
Kemudian dipakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang dikenal
sekarang ini. Adapun definisi Al-Qur’an ialah “kalam Allah yang
43
merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah (Al-Qur’an dan
Terjemaahnya, Departement Agama Republik Indonesia, 1992:16).
2. Pengertian Al-Hadits
Arti hadits menurut bahasa adalah ucapan atau perkataan. Adapun
arti hadits menurut istilah adalah segala ucapan, perbuatan, keadaan atau
perilaku Nabi Muhammad saw.
Mempelajari hadits, baik dengan cara membaca ataupun
mendengarkannya dari orang lain merupakan suatu kewajiban atas setiap
Mu’min. Dengan cara demikian seorang Mu’min dapat mengetahui ajaran-
ajaran Rosulullah saw, baik yang berupa perintah atau larangan.
Untuk menta’ati Rosulullah saw. dengan benar, maka mesti
mengetahui hadits-hadits atau sunah-sunah beliau yang diriwayatkan oleh
para perawi hadits. Hadits atau sunah merupakan pedoman hidup setiap
Muslim dan Mu’min. Hadits adalah wasiat Rosulullah saw. bagi umatnya
yang harus dipegang teguh.
3. Pengertian Ilmu Tajwid
Kata Tajwid berasal dari Bahasa Arab yaitu “Jawwada-Yujawwidu-
Tajwidan” yang berarti membaguskan, sedangkan menurut istilah Ilmu
Tajwid adalah “membaguskan bacaan huruf-huruf atau kalimat-kalimat
44
Al-Qur’an dengan terang dan teratur serta perlahan tidak terburu-buru,
shingga sempurna arti dan maknanya”.
Adapun hukum mempelajarai Ilmu Tajwid adalah Fardlu Kifayah
dan hukum menggunakan Ilmu Tajwid dalam Al-Qur’an adalah Fardlu
‘Ain. Dalam membaca Al-Qur’an tentunya kita harus memahami dahulu
kaidah dan aturan membaca Al-Qur’an yang ada dalam Ilmu Tajwid. Allah
SWT berfirman :
Artinya : ... atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan (Tartil) (Al-Muzzammil : 4).
Pengertian dari tartil yaitu membaca dengan teratur, perlahan,
membaguskan serta menghayati arti dan maknanya, untuk itu bagi setiap
umat islam sudah menjadi keharusan mempelajari Ilmu Tajwid, agar dapat
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (Ust Hanafi, Tajwid Praktis).
4. Pelajaran Tajwid Siswa MTs Kelas VII (Tujuh)
a) Pengertian Dan Hukum Bacaan Mim Sukun
Mim sukun adalah huruf mim (م( yang berharokat sukun )mim mati).
Apabila mim sukun bertemu dengan huruf-hurf hijaiyah maka hukum
bacaannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu idgom mutamasilain, ikhfa
syafawi, dan idzhar syafawi.
1) Idgom Mutamasilain
Idghom mutamasilain, yaitu jika mim sukun (mim mati) bertemu
dengan mim (م). Membacanya harus didengungkan dengan
sempurna.
45
Perhatikan contoh-contohnya dibawah ini :
ذ كم منهافا نق ٠١
من ا مر كم مر فقا ٠٢
2) Ikhfa Syafawi
Ikhfa syafawi artinya samar-samar di bibir. Ikhfa syafawi adalah
jika mim sukun (mim mati) bertemu dengan ba (ب). Membacanya
harus disembunyikan atau disamarkan dengan bibir terkatup
disertai dengungan. Huruf ikhfa syafawi hanya ada satu huruf yaitu
ba (ب).
Perhatikan contoh-contohnya dibawah ini :
بمؤ منينو ما هم ٠١
من ا من منهم با الله ٠٢
3) Idzhar Syafawi
Idzhar syafawi artinya jelas di bibir. Jadi idzhar syafawi adalah jika
mim sukun (mim mati) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah
selain huruf mim (م) dan ba (ب).
Huruf-huruf tersebut, yaitu :
ا ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه لا ء يPerhatikan contoh-contohnya dibawah ini :
جعلنا كم امة ٠١
لعلكم تفلحون ٠٢
b) Membaca ayat atau potongan ayat yang mengandung mim sukun
46
Bacalah ayat-ayat berikut ini dan perhatikan cara membaca mim sukun
(mim mati) yang terdapat dalam ayat tersebut.
فلهم اجر غير ممنون ٠١
عليهم نارمؤ صدة ٠٢
c) Penerapan hukum bacaan mim sukun dalam Al-Qur’an surat Al-
Bayyinah dan Surat Al-Kafirun
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul
Ulum Greged yang beralamat di JL. Bakom No. 30 Desa Greged Kecamatan
Greged Kabupaten Cirebon Kode Pos 45175.
MTs. Miftahul Ulum Greged ini berdiri di atas tanah seluas 700 m2.
Status tanah dan bangunan madrasah adalah milik Yayasan Pendidikan Islam
Miftahul Ulum (YPI MU). MTs ini berdiri pada tahun 2005, memiliki
sertifikat akta notaris, akta pendirian, NPSN dan nomor statistik madrasah
(NSM). Adapun kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat
48
Satuan Pendidikan (KTSP) dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Jam
masuk di MTs Miftahul Ulum tersebut adalah pukul 07.00-12.40 WIB.
Guru atau tenaga pendidik yang bertugas di MTs Miftahul Ulum
Greged sebagian besar merupakan penduduk asli Desa Greged. Jumlah
keseluruhan guru ada 16 orang, yaitu 15 orang guru tetap yayasan dan 1
orang guru PNS Depag serta jumlah tenaga kependidikan (TU) ada 2 orang.
Siswa di MTs Miftahul Ulum Greged merupakan asli anak daerah Desa
Greged. Jumlah seluruh siswa dari kelas VII sampai kelas IX berjumlah 121
Siswa yang terbagi dalam 3 rombel kelas, yaitu kelas VII (tujuh) berjumlah
46 siswa, Kelas VIII (delapan) berjumlah 42 siswa dan kelas IX (sembilan)
berjumlah 33 siswa.
B. Metode Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan karakteristik permasalahan
dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif. “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data
kualitatif yang di angkakan (skoring)” (Sugiono, 2011: 23).
Dari segi tujuan, penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji
suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik,
untuk menunjukan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau
mendeskripsikan banyak hal. Penelitian kuantitatif cenderung dipakai untuk
mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dari
metode, penelitian kuantitatif umumnya menekankan pada eksperimentasi,
49
deskripsi, survei, dan menemukan korelasional. “Penelitian kuantitatif
cenderung menekankan pada observasi, dokumentasi, atau melakukan
partisipasi (meneliti objek menyeluruh dan terus-menerus)” (Subana,
2005:25).
Penelitian kuantitatif dipilih karena data yang diperoleh dan akan diolah
adalah data yang berupa angka-angka dan membutuhkan pengujian statistik,
untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh atau efektivitas dari penerapan
model STAD (variabel x) terhadap perstasi belajar siswa (variabel y). Adapun
jenis penelitiannya, maka penelitian ini adalah penelitian eksperimental.
Penelitian eksperimental menurut Asmadi Alsa (2004:19) adalah
“Prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti melakukan intervensi
atau member perlakuan (treatment) pada sekelompok subjek tertentu dan
kemudian mencatat perubahan perilaku yang terjadi pada kelompok subjek
tersebut dengan menggunakan kriteria tertentu”.
Sejalan dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian
eksperimental, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen.
“Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji
hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel
independen (misalnya : treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan
yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi” (Subana dan Sudrajat, 2005:95).
50
“Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain
dalam kondisi yang terkontrol secara ketat” (Riduwan, 2010:50).
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel independent dan
variabel dependen. Variabel independent (variabel bebas) atau disebut juga
variabel X dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model STAD” sedangkan
yang merupakan variabel dependen (variabel terikat) atau disebut juga
variabel Y adalah “Prestasi Belajar Siswa” pada pembelajaran tajwid dalam
bidang studi Al-Qur’an hadits.
Model STAD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran Al-
Qur’an hadits. Model STAD adalah sebuah model pembelajaran yang
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan
kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar
itu penting, berharga dan menyenangkan. Sedangkan prestasi belajar yang
merupakan variabel Y (dependen) dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa yang dimiliki setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah prestasi yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
D. Desain Penelitian
51
Penelitian ini termasuk penelitian survei yang menurut Kerlinger (1996)
dalam Riduwan (2010: 49) dinyatakan bahwa :
“Penelitian Survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.
Desain penelitian ini terdiri atas :
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan membutuhkan waktu selama empat minggu, yaitu
dari tanggal 04 Maret sampai dengan 02 Juni 2017 pada kelas VII
(Tujuh). Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Miftahul Ulum yang beralamat di JL. Bakom No. 30 Desa Greged
Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh penelitian terbagi dalam dua macam yaitu
data primer dan data sekunder.
a. Sumber data primer diperoleh dari siswa kelas VII MTs. Miftahul
Ulum Greged yang berupa data tentang pengaruh pembelajaran
Aqidah Ahklak terhadap tingkahlaku siswa .
b. Sumber data sekunder diperoleh dari guru Aqidah Ahklak MTs.
Miftahul Ulum Greged tentang bagaimana pengaruh pembelajaran
Aqidah Ahklak terhadap tingkah laku siswa kelas VII.
3. Populasi dan Sampel
52
a. Populasi
Menurut Sugiono (2011:61) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Menurut Nawawi (1985:141)
dalam Riduwan (2010:54) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan
objek yang lengkap.”
Adapun populasi dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VII
MTs Miftahul Ulum Greged yang berjumlah 46 siswa mengingat
populasinya kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan
sampel total.
b. Sampel
Sampel penelitian menurut Sugiono (2011:62) “Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sedangkan
menurut Arikunto (1998:117) dalam Riduwan (2010:56) mengatakan
“Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti). Dan sampel penelitian adalah sebagian dari populasi
yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi.”
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keseluruhan populasi yakni 46 orang siswa kelas VII MTs Miftahul
Ulum Greged. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sampel total.
4. Teknik Pengumpulan Data
53
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
tes. Sebagaimana menurut Suharsimi Arikunto (2006:203) diungkapkan
bahwa “untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan
objek yang diteliti, digunakan tes”.
Menurut Riduwan (2010:76) mengatakan “tes sebagai instrumen
pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”
“Tes adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan alat
evaluasi untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat, dan lain-lain.
Instrumen yang dikembangkan dapat berupa : tes kepribadian, tes bakat,
tes prestasi, dan tes intelegensi” (Made Casta, 2012:13)
Tujuan penggunaan tes menurut Abdul Majid (2009:195) yaitu
“mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan), menilai kemampuan
siswa (keterampilan dan pengetahuan atau pemahaman), memberikan
bukti atas kemampuan yang telah dicapai, menyeleksi kemampuan siswa
baik secara individu maupun kelompok, dan monitoring standar
pendidikan.”
Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan
pre-test yang bertujuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa
sebelum treatment dan post-test yang bertujuan untuk mengetahui hasil
yang diperoleh setelah treatment dilakukan.
Adapun soal test yang diujikan kepada siswa adalah sebagai berikut :
54
1. Apa yang dimaksud mim sukun ( ) ?
2. Sebutkan macam-macam hukum bacaan mim sukun ?
3. Apa yang dimaksud dengan hukum bacaan idghom mutamasilain ?
4. Apa yang dimaksud dengan hukum bacaan ikhfa syafawi ?
5. Apa yang dimaksud dengan hukum bacaan idzhar syafawi ?
6. Bagaimana cara membaca hukum bacaan idghom mutamasilain ?
7. Bagaimana cara membaca hukum bacaan ikhfa syafawi ?
8. Bagaimana cara membaca hukum bacaan idzhar syafawi ?
9. Apa hukum bacaan potongan ayat yang bergaris bawah dibawah ini:
فلهم اجر غير ممنون
10. Apa hukum bacaan potongan ayat yang bergaris bawah dibawah ini :
(a) من ا مر كم مر فقا
(b) و ما هم بمؤ منين
E. Teknik Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sejalan dengan desain
penelitian eksperimen yang di tentukan, yaitu desain Pre-test dan Pos-test
group.
Prosedur analisis data yang digunakan oleh penelitian dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis dalam bentuk kalimat.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan
Model STAD terhadap prestasi belajar siswa kelas VII
MTs Miftahul Ulum Greged.
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan
55
Model STAD terhadap prestasi belajar siswa kelas VII
MTs Miftahul Ulum Greged.
2. Merumuskan hipotesis secara statistic.
Ha : r = O
Ho : r ≠ O
3. Membuat tabulasi data hasil observasi pre-test dan post-test.
Tabel 3.3
Tabel hasil pre-test dan post-test
Subjek Nilai Pre-test Nilai Post-test
1
2
3
Dst..........
N = .........
4. Menentukan Gain (d) dari data Pre-test dan Pos-test.
Tabel 3.4
Tabel penolong untuk menetukan gain dari pre-test dan post-test
Subjek Pre-test Post-test D (Gain)
1 .......... ........... ...........
2 .......... ........... ...........
Dst ........
N = ....... .......... ........... ............
X1 = ........ X2 = ......... ∑d = .........
56
5. Menentukan dari perbedaan pre-test dengan post-test (Md) dengan
rumus :
Md = ∑d
N
Dengan ketentuan :
d = gain (selisih)
N = jumlah subjek/responden yang diobservasi
Md = mean dari perbedaan pre-test dan post-test.
6. Melakukan tes signifikansi (t-test) dengan rumus :
Rumus :
t = Md
√ ∑𝑥2 − 𝑑𝑁 (𝑁 − 1) (Suharsimi Arikunto, 2010:349)
t = Md
√ (∑𝑑)2∑𝑑2−𝑁𝑁 (𝑁−1)
(Subana, dkk, 2005:157)
7. Mengkonsultasikan t – test hitung a 0,05 dengan d.b = N-1.
8. Membuat pengujian hipotesis.
Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho diterima signifikan, artinya
eksperimen itu signifikan.
Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho ditolak signifikan, artinya eksperimen
itu tidak signifikan.
9. Membuat kesimpulan hasil penelitian.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini berusaha menjawab masalah tentang apakah terdapat
perbedaan atau pengaruh dari hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an hadits
pada pembelajaran tajwid kelas VII sebelum dan sesudah menggunakan
model STAD. Hasil penelitian merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang telah di tetapkan. Oleh karena itu, hasil penelitian
ini diawali dengan deskripsi dari gambaran setiap variabel (variabel X1 dan
58
Variabel X2) yang dilanjutkan dengan deskripsi tentang perbedaan variabel
X1 dengan variabel X2 sebagai hasil analisis data.
1. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model
STAD (Variabel X1)
Berdasarkan data awal penelitian ini dilakukan pada kelas VII
(Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged yang berjumlah 46 siswa.
Data tentang hasil prestasi belajar siswa didapatkan dari guru
mata pelajaran Al-Qur’an hadits sebelum penerapan model STAD.
Adapun hasil ulangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, dengan
kriteria penilaian :
1. Sangat memuaskan : 80 – 100
2. Memuaskan : 60 – 80
3. Cukup memuaskan : 40 – 60
4. Kurang memuaskan : 20 – 40
5. Sangat tidak memuaskan : 0 – 20
Menghitung jumlah skor : skor aspek penilaian
3
Aspek penilaian :
1. Penguasaan materi
2. Kerja kelompok, keaktifan, rasa semangat bersama-sama membahas
mata pelajaran yang diberikan.
3. Tuntas tugas yaitu siswa mampu menjawab soal yang diberikan.
Tabel 4.5
Hasil Pre Test Prestasi Siswa Kelas VII (Tujuh)
59
MTs. Miftahul Ulum Greged
Sebelum Penerapan Model STAD
No Nama Siswa Nilai Pre Test (X1)
1 Abdul Rohman 45
2 Abdul Rouf 50
3 Ade Ruspandi 40
4 Adi Permana 75
5 Agus Mulyana 70
6 Ahmad Gunawan 60
7 Ahmad Maulana 65
8 Aisah 60
9 Aldi Tiar 65
10 Amidah 55
11 Angga 80
12 Anggi 55
13 Ari Suhendar 80
14 Asep Dayat 70
15 Asiyatul Maolah 70
16 Djajat Sudrajat 70
17 Erwin Hermawan 60
18 Evi Silviana 65
19 Fahrijal Fajar Oktaviana 80
20 Irfan Lesmana 75
21 Laela Sari 75
22 Lela Nurjanah 62
23 Lia Dahlia 65
24 Mohamad Sidik 60
25 Munasir 50
26 Nurhayati 80
27 Nurholis Abdul Budiman Anjasmara 60
28 Nurmala 80
29 Nurul Badriyah 60
30 Nurul Safrudin 58
31 Padilah 72
32 Pina Sri Mutiara 80
60
33 Pipit Pitriyani 55
34 Pitriana 52
35 Rian Revaldi 80
36 Rifaldo 65
37 Rina Setiawati 65
38 Rini Maryani 80
39 Riyanto 55
40 Santi Susanti 70
41 Sefdiana 75
42 Siti Maola 60
43 Tuti Alawiyah 60
44 Wahyudin 65
45 Wijaya Kusuma 55
46 Halimatus Sadiyah 58
N = 46 ∑ 2.967
a. Mean Nilai Pre Test :
Mean adalah rata-rata hitung yang merupakan jumlah dari seluruh data
dibagi dengan banyaknya data.
= ∑ X1N
= 2.967
46
= 64,50
Berdasarkan data yang telah dipaparkan tersebut di atas, mean (rata-
rata) nilai pre test prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs. Miftahul
Ulum Greged sebelum penerapan model STAD adalah 64,50. Hal ini
menujukan bahwa prestasi belajar siswa sebelum penerapan model STAD
61
setinggi 64,50 yang artinya nilai prestasi belajar siswa masih dibawah nilai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 75.
b. Median Nilai Pre Tes :
Median adalah nilai tengah dari deretan data atau nilai yang telah
diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya.
Urutan nilai pre test dari terkecil sampai terbesar : 40, 45, 50, 50, 52, 55, 55,
55, 55, 55, 58, 58, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 62, 65, 65, 65, 65, 65, 65,
65, 70, 70, 70, 70, 70, 72, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80.
Me = 1 (65+65) = 65
2
Berdasarkan data yang telah dipaparkan tersebut diatas, median (nilai
tengah) dari nilai pre test prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs.
Miftahul Ulum Greged sebelum penerapan model STAD adalah 65.
c. Modus Nilai Pre Tes :
Modus adalah data atau nilai yang sering muncul atau paling banyak
prekuensinya dalam kelompok data. Jadi nilai yang sering muncul atau yang
paling banyak dari nilai pre test prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs.
Miftahul Ulum Greged sebelum penerpan model STAD adalah 60. Artinya
bahwa prestasi belajar siswa sebelum penerapkan model STAD masih rendah.
2. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penerapan Model
STAD (Variabel X2)
Tabel 4.6
Nilai Post Test Prestasi Siswa Kelas VII (Tujuh)
MTs. Miftahul Ulum Greged
Sesudah Penerapan Model STAD
62
No Nama Siswa Nilai Pre Test (X2)
1 Abdul Rohman 75
2 Abdul Rouf 75
3 Ade Ruspandi 75
4 Adi Permana 80
5 Agus Mulyana 80
6 Ahmad Gunawan 78
7 Ahmad Maulana 75
8 Aisah 78
9 Aldi Tiar 78
10 Amidah 78
11 Angga 75
12 Anggi 100
13 Ari Suhendar 75
14 Asep Dayat 100
15 Asiyatul Maolah 90
16 Djajat Sudrajat 80
17 Erwin Hermawan 80
18 Evi Silviana 75
19 Fahrijal Fajar Oktaviana 90
20 Irfan Lesmana 80
21 Laela Sari 100
22 Lela Nurjanah 90
23 Lia Dahlia 80
24 Mohamad Sidik 80
25 Munasir 78
26 Nurhayati 100
27 Nurholis Abdul Budiman Anjasmara 80
28 Nurmala 90
29 Nurul Badriyah 90
30 Nurul Safrudin 100
31 Padilah 80
32 Pina Sri Mutiara 80
33 Pipit Pitriyani 100
63
34 Pitriana 75
35 Rian Revaldi 100
36 Rifaldo 80
37 Rina Setiawati 80
38 Rini Maryani 100
39 Riyanto 75
40 Santi Susanti 90
41 Sefdiana 100
42 Siti Maola 80
43 Tuti Alawiyah 80
44 Wahyudin 90
45 Wijaya Kusuma 80
46 Halimatus Sadiyah 80
N = 46 ∑ 3.875
a. Mean Nilai Post Tes :
Mean adalah rata-rata hitung yang merupakan jumlah dari seluruh data
dibagi dengan banyaknya data. = ∑ X2N
= 3.875
46
= 84,24
Berdasarkan data yang telah dipaparkan tersebut di atas, mean (rata-
rata) nilai post test prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs. Miftahul
Ulum Greged sesudah penerapan model STAD adalah 84,24. Hal ini
menujukan bahwa prestasi belajar siswa sesudah penerapan model STAD
64
setinggi 84,24 yang artinya nilai prestasi belajar siswa diatas nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).
b. Median Nilai Post Tes :
Median adalah nilai tengah dari deretan data atau nilai yang telah
diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya.
Urutan nilai post tes dari terkecil sampai terbesar : 75, 75, 75, 75, 75, 75, 75,
75, 75, 78, 78, 78, 78, 78, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80,
80, 80, 90, 90, 90, 90, 90, 90, 90, 100, 100, 100, 100, 100, 100, 100, 100, 100.
Me = 1 (80+80) = 80
2
Berdasarkan data yang telah dipaparkan tersebut diatas, median (nilai
tengah) dari nilai post tes prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs.
Miftahul Ulum Greged sesudah penerapan model STAD adalah 80.
c. Modus Nilai Post Tes :
Modus adalah data atau nilai yang sering muncul atau paling banyak
prekuensinya dalam kelompok data. Jadi nilai yang sering muncul atau yang
paling banyak dari nilai post tes prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs.
Miftahul Ulum Greged sesudah penerpan model STAD adalah 80. Artinya
bahwa prestasi belajar siswa setelah penerapkan model STAD tinggi.
3. Hasil Penelitian Pengaruh Penerapan Model STAD Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Tabel 4.7
Perbandingan Nilai Pre Test dan Nilai Post Test
65
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII (Tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged
No Nama Siswa
Nilai
Pre Test
(X1)
Nilai
Post Test
(X2)
d (Gain)
1 Abdul Rohman 45 75 30
2 Abdul Rouf 50 75 25
3 Ade Ruspandi 40 75 35
4 Adi Permana 75 80 5
5 Agus Mulyana 70 80 10
6 Ahmad Gunawan 60 78 18
7 Ahmad Maulana 65 75 10
8 Aisah 60 78 18
9 Aldi Tiar 65 78 13
10 Amidah 55 78 23
11 Angga 80 75 5
12 Anggi 55 100 45
13 Ari Suhendar 80 75 5
14 Asep Dayat 70 100 30
15 Asiyatul Maolah 70 90 20
16 Djajat Sudrajat 70 80 10
17 Erwin Hermawan 60 80 20
18 Evi Silviana 65 75 10
19 Fahrijal Fajar Oktaviana 80 90 10
20 Irfan Lesmana 75 80 5
21 Laela Sari 75 100 25
22 Lela Nurjanah 62 90 28
23 Lia Dahlia 65 80 15
24 Mohamad Sidik 60 80 20
25 Munasir 50 78 28
26 Nurhayati 80 100 20
27 Nurholis Abdul Budiman
Anjasmara 60 80 20
28 Nurmala 80 90 32
29 Nurul Badriyah 60 90 18
30 Nurul Safrudin 58 100 25
31 Padilah 72 80 20
66
32 Pina Sri Mutiara 80 80 28
33 Pipit Pitriyani 55 100 30
34 Pitriana 52 75 25
35 Rian Revaldi 80 100 20
36 Rifaldo 65 80 15
37 Rina Setiawati 65 80 15
38 Rini Maryani 80 100 20
39 Riyanto 55 75 20
40 Santi Susanti 70 90 20
41 Sefdiana 75 100 25
42 Siti Maola 60 80 20
43 Tuti Alawiyah 60 80 20
44 Wahyudin 65 90 25
45 Wijaya Kusuma 55 80 25
46 Halimatus Sadiyah 58 80 22
N = 46 ∑ 2.967 ∑ 3.870 ∑d = 928
Md = ∑ d
N
= 928 = 20,173913
46
= 20,174 (dengan pembulatan tiga angka dibelakang koma)
Menghitung nilai t berdasarkan cara Suharsimi Arikunto (2010:349) dengan
rumusan sebagai berikut :
t = 𝑀𝑑√ ∑𝑋2 𝑑𝑁 (𝑁 – 1)
Tabel 4.8
Tabel Penolong Perhitungan t Hitung Cara Suharsimi Arikunto
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTs. Miftahul Ulum Greged
67
No Nama Siswa Pre test Post test d (Gain) Xd (d-Md) X2 d
1 Abdul Rohman 45 75 30 9,826 96,550,276
2 Abdul Rouf 50 75 25 4,826 23,290,276
3 Ade Ruspandi 40 75 35 14,826 219,810,276
4 Adi Permana 75 80 5 -15,174 230,250,276
5 Agus Mulyana 70 80 10 -10,174 103,510,276
6 Ahmad Gunawan 60 78 18 -2,174 4,726,276
7 Ahmad Maulana 65 75 10 -10,174 103,510,276
8 Aisah 60 78 18 -2,174 4,726,276
9 Aldi Tiar 65 78 13 -7,174 51,466,276
10 Amidah 55 78 23 2,826 7,986,276
11 Angga 80 75 5 -15,174 230,250,276
12 Anggi 55 100 45 24,826 616,330,276
13 Ari Suhendar 80 75 5 -15,174 230,250,276
14 Asep Dayat 70 100 30 9,826 96,550,276
15 Asiyatul Maolah 70 90 20 -0,174 0,030276
16 Djajat Sudrajat 70 80 10 -10,174 103,510,276
17 Erwin Hermawan 60 80 20 -0,174 0,030276
18 Evi Silviana 65 75 10 -10,174 103,510,276
19 Fahrijal Fajar
Oktaviana 80 90 10 -10,174 103,510,276
20 Irfan Lesmana 75 80 5 14,826 219,810,276
21 Laela Sari 75 100 25 4,826 232,900,276
22 Lela Nurjanah 62 90 28 7,826 61,246,276
23 Lia Dahlia 65 80 15 -5,174 26,770,276
24 Mohamad Sidik 60 80 20 -10,174 103,510,276
25 Munasir 50 78 28 7,826 61,246,276
26 Nurhayati 80 100 20 -0,174 0,030276
27 Nurholis Abdul
Budiman Anjasmara 60 80 20 -0,174 0,030276
28 Nurmala 80 90 32 11,826 139,854,276
29 Nurul Badriyah 60 90 18 -2,174 4,726,276
30 Nurul Safrudin 58 100 25 4,826 23,290,276
31 Padilah 72 80 20 -0,174 0,030276
32 Pina Sri Mutiara 80 80 28 7,826 61,246,276
33 Pipit Pitriyani 55 100 30 9,826 96,550,276
68
34 Pitriana 52 75 25 4,826 23,290,276
35 Rian Revaldi 80 100 20 -0,174 0,030276
36 Rifaldo 65 80 15 -5,174 26,770,276
37 Rina Setiawati 65 80 15 -5,174 26,770,276
38 Rini Maryani 80 100 20 -0,174 0,030276
39 Riyanto 55 75 20 -0,174 0,030276
40 Santi Susanti 70 90 20 -0,174 0,030276
41 Sefdiana 75 100 25 4,826 23,290,276
42 Siti Maola 60 80 20 -0,174 0,030,276
43 Tuti Alawiyah 60 80 20 -0,174 0,030,276
44 Wahyudin 65 90 25 4,826 23,290,276
45 Wijaya Kusuma 55 80 25 4,826 23,290,276
46 Halimatus Sadiyah 58 80 22 1,826 3,334,276
N = 46 ∑ 2.967 ∑ 3.870 ∑d = 928 ∑x2d = 3240,43271
= 3240,433
t = 𝑀𝑑√ ∑𝑋2 𝑑𝑁 (𝑁 – 1)
t = 20,174√ 3240,43246 (46 – 1)
t = 20,174√3240,43246 (45)
t = 20,174√3240,432 2070
t = 20,174√1,565
69
t = 20,1741,251
t = 16,126
PPerhitungan nilai t berdasarkan cara Subana, dkk (2005:157) dengan
rumus sebagai berikut :
t = 𝑀𝑑
√ (∑𝑑)2∑𝑑2 − 𝑛𝑛 (𝑛−1)
Tabel 4.9
Tabel Penolong Perhitungan t hitung cara Subana, dkk
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTs. Miftahul Ulum Greged
No Nama Siswa d (Gain) d2
1 Abdul Rohman 30 900
2 Abdul Rouf 25 625
3 Ade Ruspandi 35 1225
4 Adi Permana 5 25
5 Agus Mulyana 10 100
6 Ahmad Gunawan 18 324
7 Ahmad Maulana 10 100
8 Aisah 18 324
9 Aldi Tiar 13 169
10 Amidah 23 529
11 Angga 5 25
12 Anggi 45 2025
13 Ari Suhendar 5 25
14 Asep Dayat 30 900
15 Asiyatul Maolah 20 400
16 Djajat Sudrajat 10 100
70
17 Erwin Hermawan 20 400
18 Evi Silviana 10 100
19 Fahrijal Fajar Oktaviana 10 100
20 Irfan Lesmana 5 25
21 Laela Sari 25 625
22 Lela Nurjanah 28 784
23 Lia Dahlia 15 225
24 Mohamad Sidik 20 400
25 Munasir 28 784
26 Nurhayati 20 400
27 Nurholis Abdul Budiman
Anjasmara 20 400
28 Nurmala 32 1024
29 Nurul Badriyah 18 324
30 Nurul Safrudin 25 625
31 Padilah 20 400
32 Pina Sri Mutiara 28 784
33 Pipit Pitriyani 30 900
34 Pitriana 25 625
35 Rian Revaldi 20 400
36 Rifaldo 15 225
37 Rina Setiawati 15 225
38 Rini Maryani 20 400
39 Riyanto 20 400
40 Santi Susanti 20 400
41 Sefdiana 25 625
42 Siti Maola 20 400
43 Tuti Alawiyah 20 400
44 Wahyudin 25 625
45 Wijaya Kusuma 25 625
46 Halimatus Sadiyah 22 484
N = 46 ∑d = 928 ∑d2 = 21.930
71
t = 𝑀𝑑
√ (∑𝑑)2∑𝑑2 − 𝑛𝑛 (𝑛−1)
t = 20,174
√ (928)221.930 − 4646 (45)
t = 20,174√ 21.930 − 18.721,3912070
t = 20,174√ 3208,6092070
t = 20,174√ 1,550
t = 20,1741,244
t = 16,217
Berdasarkan perhitungan menggunakan cara Suharsimi Arikunto dan
Subana, dkk nilai t hitung memiliki nilai yang hampir sama yaitu sebesar
16,126 dan 16,127.
Langkah selanjutnya adalah menentukan derajat kebebasan dengan rumus :
d.b = N – 1
d.b = 46 – 1 = 45
Jadi derajat kebebasannya adalah 45.
72
Setelah diketahui derajat kebebasannya, langkah selanjutnya
mengkonsultasikan nilai t hitung dengan t tabel dengan derajat kebebasan 45
pada taraf signifikansi 0,05 nilai t tabel sebesar 2,021 sedangkan pada taraf
signifikansi 0,01 nilai t tabel sebesar 2,704.
Dengan membandingkan nilai t yang telah diperoleh melalui
perhitungan sebesar 16,217 dan besarnya nilai t yang tercantum dalam tabel
nilai t pada taraf signifikansi 0,05 nilai t tabel sebesar 2,021 sedangkan pada
taraf signifikansi 0,01 nilai t tabel sebesar 2,704 maka dapat diketahui bahwa
t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,021 (16,217) 2,704.
Tahap selanjutnya setelah diketahui nilai t hitung dengan t tabel,
adalah melakukan pengajuan hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :
t hitung ≥ t tabel maka Ha diterima artinya eksperimen itu signifikan.
t hitung ≤ t tabel maka Ha ditolak artinya eksperimen itu tidak signifikan.
Karena t hitung lebih besar daripada t tabel, maka hipotesis kerja
diterima. Hal ini berarti bahwa adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid mata pelajaran Al-Qur’an hadits kelas VII MTs
Miftahul Ulum sebelum dan sesudah diterapkannya model STAD
menunjukan perbedaan atau perbedaan yang signifikan.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar siswa pada pembelajaran
tajwid mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sebelum menerapkan model STAD
dapat di peroleh hasil yang masih rendah dari nilai KKM (kriteria ketuntasan
minimal), hal ini dapat dibuktikan dari penyajian statistik deskriptif untuk
73
memperoleh mean, median dan modus. Dari data statitsik sebelum
menerapkan model STAD dapat diperoleh hasil mean yaitu 64, 50. median :
65 dan modus : 60. Artinya bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran
tajwid mata pelajaran Al-Qur’an Hadits masih rendah dibawah nilai KKM
75.
Sedangkan dari hasil penelitian prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sesudah menerapkan
model STAD dapat di peroleh hasil yang tinggi dari nilai KKM (kriteria
ketuntasan minimal), hal ini dapat dibuktikan dari penyajian statistik
deskriptif untuk memperoleh mean, median, dan modus. Dari data statistik
sesudah menerapkan model STAD dapat diperoleh hasil mean yaitu 84,24.
Median : 80 dan modus : 80. Artinya bahwa prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sangat tinggi diatas
nilai KKM 75.
Setelah membandingkan nilai t hitung dan t tabel dalam melakukan
penyajian hipotesis dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel
maka hipotesis kerja diterima. Berarti prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sebelum dan sesudah
menggunakan model STAD menunjukan perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan model STAD terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tajwid dalam mata pelajaran Al-Qur’an hadits telah menujukan
74
pengaruhnya yang nyata dan dapat diandalkan sebagai model pembelajaran
yang baik, terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data penelitian hasil pre test, mean (rata-rata) nilai pre test
prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged
sebelum penerapan model STAD adalah 64,50. Hal ini menujukan bahwa
prestasi belajar siswa sebelum penerapan model STAD setinggi 64,50
yang artinya nilai prestasi belajar siswa masih dibawah nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 75.
2. Berdasarkan data penelitian hasil post test, mean (rata-rata) nilai post test
prestasi belajar siswa kelas VII (tujuh) MTs. Miftahul Ulum Greged
sesudah penerapan model STAD adalah 84,24. Hal ini menujukan bahwa
prestasi belajar siswa sesudah penerapan model STAD setinggi 84,24 yang
artinya nilai prestasi belajar siswa diatas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal).
3. Dari hasil perhitungan dengan membandingkan nilai t yang telah diperoleh
melalui perhitungan sebesar 16,217 dan besarnya nilai t yang tercantum
dalam tabel nilai t pada taraf signifikansi 0,05 nilai t tabel sebesar 2,021
sedangkan pada taraf signifikansi 0,01 nilai t tabel sebesar 2,704 maka
dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,021
(16,217) 2,704.
Karena t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka hipotesis kerja diterima.
Hal ini berarti bahwa adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada
76
pembelajaran tajwid mata pelajaran Al-Qur’an hadits kelas VII MTs
Miftahul Ulum sebelum dan sesudah diterapkannya model STAD
menunjukan perbedaan atau perbedaan yang signifikan.
B. Saran
1. Bagi Pihak Yayasan
Pihak Yayasan sebagai penyelenggara pendidikan hendaknya selalu
mendukung dalam hal memberikan keleluasaan untuk meningkatkan
motivasi, memberi penghargaan serta pembelajaran kepada guru yang
mengembangkan ide dan gagasan untuk mengembangkan media, metode,
model-model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang variatif
sehingga memungkinkan pembelajaran lebih bermakna dan anak menjadi
senang mengikuti pembelajaran dan mendapatkan nilai prestasi yang
tinggi.
2. Bagi Guru
Guru sebagai orang yang sangat berperan dalam suatu proses belajar
mengajar hendaknya memahami karakteristik peserta didik dan mampu
membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar
atau dengan menggunakan model-model pembelajaran, sehingga peserta
didik dapat memahami apa yang diajarkan oleh gurunya secara aktif,
77
inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk itu model STAD sangat baik
untuk digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar karena model
STAD adalah sebuah model pembelajaran yang memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan anggota kelompoknya
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok untuk
melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu Drs, H dan Prasetyo Joko Tri. (2005). Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. [Online]
Tersedia: http://www.artikel.us_art05-65.html.
Arikunto Suharsimi. Prof. Dr. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Casta Made, M.Pd. (2012). Dasar-dasar Statistika Pendidikan. Cirebon: STAI
Bunga Bangsa Cirebon.
Cara www.dasar-dasar-strategi-belajar-mengajar.html (05-03-2013 : 15.00 WIB)
Depag RI. (1998). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI
Hamdani, Drs., M.A. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Hanafi, Ust. Pelajaran Tajwid Praktis. Jakarta: Bintang Indonesia.
Oktavianus Pogau http://www.wikimu.com. (03-03-2013 : 13.00 WIB)
Purwanto Ngalim, Drs., M. (2004). Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman, Drs., M.Pd. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Riduwan. (2010). Belajar mudah penelitian untuk Guru, karyawan, dan penelitian
pemula. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, Drs., M.M.Pd. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Cirebon: STAI
Bunga Bangsa Cirebon.
Subana, H.M. dan Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:
Pustaka Setia.
79
Sugiyono, Prof. Dr. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif: konsep,
landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.
Uhbiyati Nur, Dra.(2005). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.