PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

189
PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh SOFIYAH NIM : 103016327172 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Transcript of PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

Page 1: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SOFIYAH

NIM 103016327172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H2010 M

LEMBAR PENGESAHAN

ldquoPENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA SISWArdquo

(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SOFIYAH

NIM 103016327172

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Zulfiani M Pd Erina Hertanti M Si

NIP 19760309 200501 2 002 NIP 19720419 199903 2 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H2010 M

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Jakarta September 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001

Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001

Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861

Mengetahui

Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI

Dosen Pembimbing No Footnote I II

BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan

Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan

Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26

2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

4 Trianto Op Cit h 27

5 Ibid h 28

6 Ibid

7 Ibid

8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124

9 Trianto Op Cit h 29

10 Baharuddin Op Cit h 127

11 Trianto Op Cit h 30

12 Ibid

13 Ibid h 30

14

Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

15 Ibid

16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13

17 Ibidh 14

18 Ibid h 15

19 Trianto Op Cit h 33

20

Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 2: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

LEMBAR PENGESAHAN

ldquoPENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA SISWArdquo

(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SOFIYAH

NIM 103016327172

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Zulfiani M Pd Erina Hertanti M Si

NIP 19760309 200501 2 002 NIP 19720419 199903 2 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H2010 M

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Jakarta September 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001

Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001

Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861

Mengetahui

Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI

Dosen Pembimbing No Footnote I II

BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan

Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan

Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26

2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

4 Trianto Op Cit h 27

5 Ibid h 28

6 Ibid

7 Ibid

8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124

9 Trianto Op Cit h 29

10 Baharuddin Op Cit h 127

11 Trianto Op Cit h 30

12 Ibid

13 Ibid h 30

14

Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

15 Ibid

16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13

17 Ibidh 14

18 Ibid h 15

19 Trianto Op Cit h 33

20

Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 3: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Jakarta September 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001

Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001

Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861

Mengetahui

Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI

Dosen Pembimbing No Footnote I II

BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan

Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan

Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26

2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

4 Trianto Op Cit h 27

5 Ibid h 28

6 Ibid

7 Ibid

8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124

9 Trianto Op Cit h 29

10 Baharuddin Op Cit h 127

11 Trianto Op Cit h 30

12 Ibid

13 Ibid h 30

14

Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

15 Ibid

16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13

17 Ibidh 14

18 Ibid h 15

19 Trianto Op Cit h 33

20

Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 4: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

LEMBAR UJI REFERENSI

Dosen Pembimbing No Footnote I II

BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan

Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan

Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26

2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

4 Trianto Op Cit h 27

5 Ibid h 28

6 Ibid

7 Ibid

8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124

9 Trianto Op Cit h 29

10 Baharuddin Op Cit h 127

11 Trianto Op Cit h 30

12 Ibid

13 Ibid h 30

14

Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

15 Ibid

16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13

17 Ibidh 14

18 Ibid h 15

19 Trianto Op Cit h 33

20

Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 5: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

7 Ibid

8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124

9 Trianto Op Cit h 29

10 Baharuddin Op Cit h 127

11 Trianto Op Cit h 30

12 Ibid

13 Ibid h 30

14

Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

15 Ibid

16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13

17 Ibidh 14

18 Ibid h 15

19 Trianto Op Cit h 33

20

Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 6: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

22 Ibid

23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit

24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6

25 Ibid h 3

26

Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

27 Baharuddin Op Cit h 97

28 Ibid h 98

29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5

30 Ibid h 7

31 Ibid h 8

32

Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml

33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9

34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17

35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90

36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 7: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

37 Ibid

38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412

39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165

40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)

41 Ibid

42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117

43 Ibid h 118

44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60

45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119

46 Tatang M Amirin Op Cit

47

I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

48

Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

49

A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 8: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

50 Ibid h 15

51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

52

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168

3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7

4

Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213

5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263

BAB IV

1

Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di

2

Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 9: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17

4

Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 10: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …

ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung

i

ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676

Keywords physics subject achievement Direct Instruction

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta

salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta

keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti

langkahnya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan

terima kasih kepada

1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi

penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril

dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada

keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini

2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

stafnya

3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si

Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya

mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-

insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan

iii

6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut

7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah

Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan

senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku

8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003

khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan

Ucie

9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua

phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta Agustus 2010 M

Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7

1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8

2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25

B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36

v

B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 61 B Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18

Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36

Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53

Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65

Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68

Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74

Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77

Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80

Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83

Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89

Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91

Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93

Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95

Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97

Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98

Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101

Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104

Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107

Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110

Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan

pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu

menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus

menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)

tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat

(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain

Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang

diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk

dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan

demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di

laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam

pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar

yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur

mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan

keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu

konsep

Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada

aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan

latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran

1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

1

2

belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model

pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan

untuk aktif dalam proses belajar mengajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru

dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan

disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai

dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping

itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)

yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu

dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu

menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran

sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3

Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut

untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan

berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu

pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti

pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa

Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan

prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti

melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab

itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)

dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat

penting agar dapat memahami konsep tersebut

3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)

3

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba

menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran

yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model

pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah

Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka

guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa

Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk

ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam

menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan

dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh

Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk

mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal

tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan

yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang

materi pembelajaran4

Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada

tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi

bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart

Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di

Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah

satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara

itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan

salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5

4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi

Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17

5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct

InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut

1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika

2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning

to do)

3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika

4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep

cahaya

5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa

C Pembatasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian

perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom

tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman

(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)

2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian

adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII

D Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct

instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo

5

E Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction)

F Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman

belajar selama pembelajaran fisika berlangsung

2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika

BAB II

KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A Kajian Teoretis

1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran

kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar

benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus

bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1

Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau

membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan

mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan

dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran

merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru

secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai

pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran

Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta

1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18

7

8

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut

Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh

individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna

Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan

ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3

Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi

kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan

bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4

Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya

Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat

mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman

seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5

a Konstruktivisme Sosial Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam

psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya

peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut

Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan

zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh

seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat

dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu

sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa

Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih

antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan

kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya

3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid

9

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi

antara seseorang dengan lingkungan sosial6

Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan

mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat

pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah

memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah

lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan

pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki

prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi

hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di

samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa

tersebut7

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan

kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi

sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak

mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8

Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan

memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa

tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan

cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa

penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau

bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan

pemantulan cahaya9

6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)

h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan

Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran

kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD

mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan

scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri10

Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam

kegiatan pembelajaran

2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori

ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku

Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori

pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah

satu langkah penting dalam Direct Instruction11

a Pemodelan (Modelling)

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui

pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada

dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)

Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui

kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila

seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena

melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang

melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri

10 Ibid 11 Ibid h 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau

Vicarious Reinforcement12

Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang

(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang

memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang

ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian

apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak

harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga

menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13

Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)

adalah perhatian retensi produksi dan motivasi

1) Atensi (Perhatian)

Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut

ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct

Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal

pembelajaran yaitu 14

a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti

menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang

dapat menarik perhatian siswa

b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa

sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah

2) Retensi

Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah

laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27

12

hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut 15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka

keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu

yang telah diketahui dan dapat dilakukannya

b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara

dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa

mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun

mental

3) Produksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan

kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang

sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa

pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar

merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal

pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif

dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang

menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan

korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16

a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru

pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada

aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu

mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih

menimbulkan permasalahan

b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali

pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian

siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya

4) Motivasi

15 Ibid 16 Ibid h27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui

pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh

penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih

termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi

perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan

pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak

mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas

tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas

pujian atau angka yang baik17

b Penguatan Diri (Self-Regulation)

Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah

pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia

mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu

terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan

penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)

terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-

pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang

penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri

secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana

perilaku yang baru itu akan ditampilkan18

3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)

a Pengertian Direct Instruction

Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau

directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan

model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)

Menurut Arends

17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran

Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10

18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28

14

ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19

Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi

tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)

Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek

kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang

merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih

kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah

besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai

terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan

merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara

kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan

dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal

ketidakobyektifan dalam presentasi20

Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab

untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan

kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan

dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta

memberikan umpan balik21

Menurut Arends yaitu

ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia

httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung

(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22

Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain

secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat

dilakukan secara tahap demi tahap

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat

diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model

pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan

keterampilan akademik siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction

secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan

hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction

adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam

mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung

kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran

langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh

dapat meningkat dengan baik pula

22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16

16

b Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut

bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan

berhasil

c Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru

banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah

kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-

latihan terbimbing

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan

dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang

dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam

belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan

tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung

dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan

berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai

penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat

menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar

peragaan dsb

Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan

dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-

kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat

menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa

akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan

percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para

guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan

dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil

d Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar

belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau

mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2126

25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8

18

Tabel 21 Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara

detail seperti berikut27

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan

setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya

27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan

demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran

dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah

dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang

akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan

mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok

pelajaran yang lalu

2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti

langkah-langkah demonstrasi yang efektif

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru

kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan

presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi

selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan

dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik

arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari

penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi

selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret

yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman

siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin

sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan

kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa

yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan

poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan

ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa

b) Melakukan demonstrasi

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa

sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan

terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun

yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat

bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan

terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar

Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu

keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu

sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan

didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk

menguasai komponen-komponennya

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah

cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan

terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar

dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada

situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan

melakukan pelatihan adalah seperti berikut

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna

21

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsepketerampilan yang dipelajari

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced)

d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik

kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik

efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan

bukan pada ldquohasilrdquo

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah

pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya

22

d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara

seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan

dilaksanakan secara seksama

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh

guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem

pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan

mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak

berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor

Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik

e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah

Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan

selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal

ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian

Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan

kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil

belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran

langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang

abstrak28

4 Hakikat Hasil Belajar Siswa

a Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage

(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme

berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah

learning is shown by a change in behavior as a result of experience

(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu

sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa

ldquolearning is to observe to read to imitate to try something

themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk

mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu

mendengarkan mengikuti arahan)29

Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in

performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna

Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang

diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku

perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif

terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus

tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi

pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam

28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]

30 Ibid

24

ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana

para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-

bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa

dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini

banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe

(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi

apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar

pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan

insight belajar menyelami pengertian

Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses

membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau

pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan

persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar

bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan

guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda

padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan

pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa

yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai

merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)

menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

31 Ibid

25

pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat

intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat

kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan

terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru

baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun

pengalaman sosial

b Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya

kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi

(finished goods)33

Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif

32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi

No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]

33 Ibid

26

maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil

belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja

(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)

atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang

dinilai34

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang

akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek

mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)

aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu yaitu 35

1 Aspek MengingatC1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka

kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk

dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam

pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual

prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai

kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap

- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam

kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi

baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan

- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal

34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem

Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38

35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan

2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)

Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri

- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram

fasor

- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari

sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan

sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan

dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan

dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih

sebuah contoh khusus

- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan

mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsepprinsip-prinsip dasar

- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau

poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya

28

- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan

sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi

terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang

dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting

dengan menuliskan hubungan di antara semuanya

- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua

ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika

informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya

dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa

- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat

pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam

menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk

pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi

3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret

Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau

prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan

teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara

menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau

persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan

keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat

- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup

- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya

menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan)

4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya

- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting

- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana

mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu

pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik

dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan

- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami

pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua

perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama

dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang

penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika

adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah

melakukan pembelajaran Fisika

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut

1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan

Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan

menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi

pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat

Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212

kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan

menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan

konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II

dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh

hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian

meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus

III36

2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini

didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran37

3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan

guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa

keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku

yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi

dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran

langsung38

4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran

dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti

melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa

guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal

sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih

informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat

itu39

5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an

menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan

dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling

sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-

task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi

terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung40

37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok

Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)

38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17

32

C Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat

memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang

diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan

dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan

prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu

dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep fisika tersebut

Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika

belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran

yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep

fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki

penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja

Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang

secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu

model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah

demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi

siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat

pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung

Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan

pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)

memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu

Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut

Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan pada penguasaan

konsep

Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang

dimiliki siswa

Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan

konsep materi yang diajarkan

Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)

(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar

Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir

35

D Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-

2010

B Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control

Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas

eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan

metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep

yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan

perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan

penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut

Tabel 31 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

E Y1 XE Y2

K Y1 XC Y2

1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98

36

37

Keterangan

E Kelas eksperimen

K Kelas kontrol

Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen

XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol

C Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari

populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling

atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang

dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct

InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode

diskusi

D Teknik Pengumpulan Data

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua

atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat

2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta

2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806

pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas

(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar

fisika siswa

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil

belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun

tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran

E Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan

merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat

mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes

ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran

dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka

instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan

a Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar

yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk

menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai

berikut6

6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi

Aksara 2001) h 79

39

qp

SMM

t

tppbi

minus=γ

Keterangan

γpbi Koefisien korelasi biserial

Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt Rerata skor total

St Standar deviasi dari skor total

p Proporsi siswa yang menjawab benar

p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q Proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 ndash p )

Tabel 3 2 Kriteria Validitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi

2 0600 ndash 0800 Tinggi

3 0400 ndash 0600 Cukup

4 0200 ndash 0400 Rendah

5 0000 ndash 0200 Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data

bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan

valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali

berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini

40

b Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan

metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan

untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 Reliabilitas secara keseluruhan

p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q

n Banyak item

S Standar deviasi dari tes

Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah

Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 090 ndash 100 Tinggi sekali

2 070 ndash 090 Tinggi

3 040 ndash 070 Cukup

4 020 ndash 040 Rendah

5 000 ndash 020 Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama

dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori

tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk

digunakan dalam penelitian ini

7Ibid h 100-101

41

c Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks

kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8

JSBP =

Keterangan

P Indeks Kesukaran

B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No Rentang Nilai Kriteria

1 070 ndash 100 Mudah

2 030 ndash 070 Sedang

3 000 ndash 030 Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25

Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang

memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah

d Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil

belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang

berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara

perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut9

BAB

B

A

A PPJB

JBD minus=minus=

8Ibid h 208 9Ibid h 213

42

Keterangan

D Daya pembeda

BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA Jumlah peserta kelompok atas

JB Jumlah peserta kelompok bawah

A

AA J

BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

BB J

BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

No Rentang Nilai Kriteria

1 000 ndash 020 Jelek

2 020 ndash 040 Cukup

3 040 ndash 070 Baik

4 070 ndash 100 Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria

soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang

baik sekali baik atau cukup

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di

samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada

keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian

43

Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Kognitif Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar

Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

Munt

elakukan percobaan uk menunjukkan

sifat-sifat perambatan cahaya

12 36 47 89 8

Menjelaskan hukum emantulan yang

diperoleh melalui percobaan

p 915 10 12

11 13

14 16 8

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin

kung dan cermin cembung ce

18 20

17 19

22 24

21 23 8

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

25 27

26 30

28 29

31 32 8

SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KD Menyelidik

sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

33 36

34 35

39 40

37 38

8

Jumlah

10 10 10 10 40

Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan

F Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t

yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan

dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip

memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10

Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah

berikut

10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264

44

1 Uji Prasyarat Analisis

a Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data

yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas

dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11

1) Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

Ha = data berdistribusi tidak normal

2) Menentukan harga L0

a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3

Zn dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Zi = bilangan baku

X = rata-rata

S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )

c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil

atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)

maka

S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi

n

d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya

e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

11 Sudjana Op Cit h 466-467

45

Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors

Xi

Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)

Keterangan

Z = bilangan baku

Xi = data

F(Zi) = peluang Z le Zi

S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang

terkecil

3) Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

5) Kesimpulan

b Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji

kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada

penelitian ini adalah dengan uji Bartlett

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12

1) Hipotesis

H0 = σ12 = σ2

2 = σ32 = σn

2

H1 = salah satu tanda tidak sama

2) Menentukan kriteria

χ02 ge χt

2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung

χ02 lt χt

2 = terima H0 χt2 Nilai tabel

12 Ibid h261-263

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu

Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas

Kelompok

dk (n-1)

S2

1

Log S2

1

dk (n-1)Log S21

Jumlah

S21

= kuadrat standar deviasi

Dengan Sgabungan = )1(

)1( 12

1

minusΣminusΣn

Sn

Menghitung Log S2

Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett

Menghitung nilai χ02

χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)

dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2

Sehingga

χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si

2

4) Kesimpulan

2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)

Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini

Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor

kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =

n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang

digunakan sebagai berikut

47

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Dimana ( ) ( )

( ) 211

21

222

211

minus+minus+minus

=nn

SnSnS

Keterangan

t Hasil hitung distribusi t

X1 Skor rata-rata kelas eksperimen

X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2

1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol

S Nilai deviasi gabungan

n1 Banyaknya data kelas eksperimen

n2 Banyaknya data kelas kontrol

dk = n ndash 1

Langkah selanjutnya adalah

a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus

Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)

b Menentukan nilai t-tabel

c Menguji hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Hipotesis Statistik

baa

ba

H

H

μμ

μμ

ne

=

0

48

3 Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan

pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar

siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan

konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N-Gain (g) =

dengan kategorisasi perolehan berikut ini

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest

a g-tinggi nilai G ge 0070

b g-sedang nilai 0030 le G lt 030

c g-rendah nilai G lt 030

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A Hasil Data

Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah

diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan

posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil

belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai

standar deviasi serta nilai varians

1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30

orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang

skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak

ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut

Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang

skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh

siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11

orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah

sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor

direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan

jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil

belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3

orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa

49

50

0

2

4

6

8

10

12

14

24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas

eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih

dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest

kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-

rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522

standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk

hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai

terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675

modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians

(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran

1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41

51

Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pretest Kelas

Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen

Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432

2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu

masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada

direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol

sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor

direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa

sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol

melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang

Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada

direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa

kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas

eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa

yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja

sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut

pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu

sebanyak 1 orang saja

Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang

55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor

62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang

memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan

jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa

Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang

diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas

kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut

0

2

4

6

8

10

12

14

16

20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82

Skor Hasil Belajar

Ban

yakn

ya S

isw

a

Kelas Kontrol

KelasEksperimen

Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para

siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62

sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen

mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga

meningkat dengan baik

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20

nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)

sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar

15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh

nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637

median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)

53

sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang

diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih

singkatnya lihat pada tabel 42

Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Posttest Kelas Eksperimen

Posttest Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031

3 Rekapitulasi Data

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama

penelitian

Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai maksimum 60 80 60 68

Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226

Varians (S2) 2401 9920 6432 15031

B Hasil Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang

dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh

54

karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang

meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya

1 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan

analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji

persyaratan yang harus dipenuhi adalah

a Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors

maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji

normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa

data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 44 di bawah ini

Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest

No Statistik Kelas

Eksperiman

Kelas

Kontrol

1 Jumlah Sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (Mean) 637 4423

3 Standar Deviasi (SD) 996 226

4 Lo hitung 01453 01413

5 L tabel 0161 0161

Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf

kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8

55

Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas

No Data Nilai Lohitung

Nilai Ltabel

Kesimpulan

1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi

normal

2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi

normal

b Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi

normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan

tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2

tabel sebaliknya

jika χ2 hitung gt χ2

tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini

adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46

sebagai berikut

Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

No Statistik Nilai

1 S2 eksperimen 9920

2 S2 kontrol 15030

3 S2 gabungan 12475

4 Χ2 hitung 125

5 Χ2 tabel 384

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari

populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2

tabel Penghitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

56

2 Uji Hipotesis

Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat

dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan

homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai

berikut

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar

676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005

adalah sebesar 200

Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan

tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =

-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada

konsep cahaya

C Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa

besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005

adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis

pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha

tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang

diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata

posttest kontrol (4423)

Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model

konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher

centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model

pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct

Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar

(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)

yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi

menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa

Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct

instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan

sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan

model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada

metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt

ttabel = 1672

Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang

cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan

dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya

terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya

1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia

httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]

2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)

melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial

Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct

instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut

diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik

(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)

Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa

untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal

ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan

koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung

menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih

tinggi pula3

Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami

peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu

pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk

pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir

siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan

model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu

dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam

terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan

dijawab dengan terburu-buru

Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan

pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat

pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak

selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya

tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain

3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press

2000) h 17

59

itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang

Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa

sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan

efektif dan kondusif

Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat

antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt

nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct

instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini

diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan

hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang

diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar

produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan

sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian

tugas4

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada

konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa

D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan

keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut

1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki

otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru

2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada

posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori

rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya

pengetahuan dalam menjawab soal

4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66

60

3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang

mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk

4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu

untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam

menggunakan model direct instruction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini

adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest

kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah

Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan

antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh model direct instruction

B Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai

penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan

suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas

61

DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal

9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru

Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta

PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media

2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan

Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung

Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model

Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004

Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml

Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT

RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9

Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml

____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24

Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml

62

63

Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung

Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University

Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan

Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran

Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257

Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd

Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode

Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan

Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml

Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang

disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161

Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja

Grafindo Persada 2003

64

Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo

Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal

Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55

Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada

tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning

Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung

Pakar Raya 2004

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)

Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003

di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika

INSTRUMEN TES Lampiran 21

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 1820 1719 2224 2123 8

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8

Jumlah

10 10 10 10 40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Aspek Kognitif Standar

Kompetensi Kompetensi

Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4

Nomor soal

Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

1 Perambatan cahaya

2 Pemantulan

cahaya

1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan

peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra

1 Mengamati proses terjadinya

pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan

cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan

pemantulan tidak teratur

2 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 2

12 3

48

567

1115

1214 16

910 13

3 Cermin 4 Pembiasan

cahaya

1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya

2 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

4 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin

5 Menyebutkan manfaat cermin cekung

dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari

1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya

yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan

sempurna dalam kehidupan sehari-hari

1

1 2

1 1 1

1

1 2

2 1

1

18

1722

19212

3

24

20

2527 26

32

2829

31

5 Lensa

5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa

cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cembung

4 Menyebutkan manfaat lensa cembung

dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari

5 Menjelaskan proses pembentukan dan

sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak

benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa

1 1

1 1

1

2

2

30

33

34

3738

35

36

3940

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan

B C1

2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

4 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

C C3

5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang

berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang

diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4

C C4

6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

7

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

8 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur

A C1

c Difus d Baur

10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip

a

c

b

d

B C3

12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal

C C2

13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

D C3

14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

A C4

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip

a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda

B C1

16 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar

D C2

18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung

C C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip

C C4

a

b

c

d

22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar

D C4

24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm

B C3

25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya

C C1

26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n

B C3

29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13

D C3

30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami

A C2

31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat

a

b

c

D C4

d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung

dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24

A C2

36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip

a b

C C4

c d

38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f

D C3

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal

A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4

Jumlah

1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6

2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin 18 19 22 21 4

4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4

5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Lensa 33 36 34 39 38 5

Jumlah

6 6 7 6 25

Lampiran 27

B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur

Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban

Aspek Kognitif

1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara

C C1

2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan

D C2

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya

Perambatan Cahaya

3 Perhatikan gambar di bawah ini

a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya

C C3

c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin

4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus

cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus

cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus

cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus

cahaya

B C2

5

x

Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra

D C3

2

3

6 Perhatikan gambar di bawah ini

1

4

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen

a b c d

1 1 2 3

3 4 3 4

2 3 4 2

A C4

Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan

Hukum Pemantulan

7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur

A C1

8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup

B C2

9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip

a

c

b

d

B C3

10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip

D C3

a

c

b

d

11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke

cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah

Sudut datang

Sudut pantul

a 40o 40o

b 40o 50o

c 50o 40o

d 60o 50o

A C4

12 Perhatikan gambar di bawah ini

Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o

A C4

13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi

A C1

14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil

C C2

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung

Cermin

15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4

benar adalahhellip

a

b

c

d

16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm

B C3

17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi

C C2

18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya

A C1

Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan

Hukum Pembiasan

19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn

B C3

c n = C x Cn d Cn = C x n

20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang

berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1

D C4

21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion

A C1

Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung

Lensa

22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

A C2

23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil

B C1

24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil

D C4

25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm

B C3

Lampiran 1

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil

Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Pretest Kelas Kontrol

24 32 36 44 44 44

48 48 48 48 52 52

52 52 52 52 52 52

52 56 56 56 56 56

56 56 56 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 24

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60ndash 24

= 36

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 736

= 514

asymp 6

Sehingga panjang kelasnya adalah 6

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875

30 1527 795915Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

95030

1527==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

4156547

1327157547

13

273021

7547

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

25274547

510107547

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

028464

87056016

87023317292387745

13030152757959130

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1 Data Posttest Kelas Kontrol

20 24 32 32 32 36

36 40 40 40 40 40

40 40 44 44 48 48

48 48 48 52 52 56

60 64 64 64 64 68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 20

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 68 ndash 20

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125

30 1327 63057Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

234430

1327==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

5328540

723157540

7

233021

7540

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

5385533

2557533

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( )( )

261223150

870130781

87017609291891710

130301327)63057(30

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 3

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Pretest Kelas Eksperimen

44 44 44 48 48 48

48 52 52 52 52 52

52 52 56 56 56 56

56 56 56 56 56 56

56 56 60 60 60 60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 44

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 60 ndash 44

= 16

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 6

17

= 228

asymp 3

Sehingga panjang kelasnya adalah 3

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0

30 1608 86886Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

65330

1608==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

7546758555

1230157555

12

303021

7555

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

75924555

812127555

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbbpbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

940424

87020916

87025856642606580

1303016088688630

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifin

SD

Lampiran 4

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1 Data Posttest Kelas Eksperimen

32 44 48 56 56 56

64 64 64 64 64 68

68 68 68 68 68 68

68 68 68 72 72 72

76 76 76 76 76 80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 32

2 Menentukan Rentang Kelas

Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin

= 80 ndash 32

= 48

3 Banyaknya Kelas Interval

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 748

= 686

asymp 7

Sehingga panjang kelasnya adalah 7

5 Tabel Distribusi

Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574

30 1911 124607Jumlah (sum)

No fi Xi2Xi2 fi Xi

6 Menentukan Harga Mean ( x )

76330

1911==

sumsdotsum

=fxf

x i

7 Menentukan Harga Median (Me)

35524559

1524157559

15

243021

7559

21

=minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 Menentukan Modus (Mo)

6353559

1212127559

21

1

=+=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) (( )

)

9691899

87086289

87036519213738210

13030191112460730

1

2

22

==

=

minus=

minusminus

=

minussumminussum

=

SDSD

SD

SD

SD

nnXifiXifinSD

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 509

Simpangan Baku (S) = 802

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261

10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01278]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 4423

Simpangan Baku (S) = 1226

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01413]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah

berdistribusi normal

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 536

Simpangan Baku (S) = 49

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577

10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01343]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas

Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 637

Simpangan Baku (S) = 996

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [01453]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

124458

96255858

671862296962929

236429012429

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 4412

= 164

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 164 x 58

= 9512

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 897039032

519512953210ln

2

2

22

minus=minustimes=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

754612458

7668723558

92044358846428762929

30761502920169929

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 1247546

= 20961

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= 20961 x 58

= 1215713

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 2515427032

028612157131213210ln

2

2

22

=times=

minustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 536 2X = 509 2

1S = 2401 = 6432 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( )

( ) ( )( )

64661654458

57256158

28186529696

23030326429012429

221

21

22

21

==

=

+=

minus+sdot+sdot

=

minus+minus+minus

=

S

S

S

S

nnSnSnS

Maka t adalah

( )

5741

715172

2580646672

3026466

72301

3016466

950653

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika

siswa

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar

fisika siswa

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan

ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t

hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung

(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui

N1 = 30 N2 = 30

1X = 637 2X = 4423 2

1S = 992016 = 1503076 22S

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus

21

21

11nn

S

XXt+

minus=

Menentukan Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

169411

754612458

7668723558

9204435884642876

292930761502920169929

1111

21

222

21 1

=

==

+=

++

=

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

S

nnSnSn

S

Maka t adalah

( )

75646

881724719

25801694114719

302169411

4719301

301169411

2344763

=

===

+

minus=

t

t

t

Kesimpulan

riteria Pengujian Hipotesis

abel = Terima Ho Tolak Ha

Tolak Ho

Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan

K

Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil

belajar fisika siswa

ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t

hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan

tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran

langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini

s Kontrol da

pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus

=minusminus

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut

070

Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

ekspe

a g-tinggi nilai G ge 070

b g-sedang nilai 030 ge G gt

c g-rendah nilai G lt 030

rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain

Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain

est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah

AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang

1364 1968

Kategori

Lampiran 14

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Kontrol

-04 -036 -036

0 0 0

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Kontrol

1

-073 -043 -042

-033 -031 -025 -025 -025 -018

-018 -017 -015 -014 -01 -009

-008 -005 0 0 0 014

017 018 25 27 36 044

nilai minimum (Xmin) adalah -073

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 044ndash (-073

= 117

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol

Panjang Kelas (P) = KR

= 7171

= 0167

asymp 017

Sehingga panjang k snya adalahela 017

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738

30 -352 2421Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

117030

523minus=

minus=

sumsdotsum

=xf

x i

f

7 Menentukan Harga Median (Me)

727)7(720

823157720

8

233021

7720

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

8 enentukan Modus (Mo) M

68041720

4117720

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

26006920870239660

8703904126372

13030523421230

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 15

Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku

Data Normal Gain Kelas Eksperimen

1 008 01

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan

Menentukan Rentang Kelas

ax ndash Xmin

)

terval

+ 33 log n

knya k

Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1

-027 -021 -018 -0

018 018 02 02 021 025

027 027 027 027 027 033

033 033 036 036 038 042

046 05 05 05 054 055

nilai minimum (Xmin) adalah -027

2

Rentang Kelas (R) = Xm

= 055 ndash (-027

= 082

3 Banyaknya Kelas In

Banyaknya Kelas (K) = 1

= 1 + 33 log 30

= 1 + 33 x 147

= 1 + 485

= 585

asymp 6 atau 7

Sehingga banya elas adalah 7

4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen

Panjang Kelas (P) = KR

= 7820

= 0117

asymp 012

Sehingga panjang k snya adalahela 012

Tabel Distribusi 5

Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif

1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606

30 772 3406Jumlah (sum)

fi Xi2Xi2 fi Xi

Menentukan Harga Mean ( x6 )

257030727==

sumsdotsum

=xf

x i

fasymp 026

7 Menentukan Harga Median (Me)

299)9(290

724157290

7

243021

7290

21

minus=minus+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus

+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+minus=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ minus+=

e

e

e

e

ke

MM

M

M

f

fnpbM

Menentukan Modus (Mo) 8

7167290

0227290

21

1

=+minus=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

++minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+=

o

o

o

o

MM

M

bbb

pbM

9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku

( )( )

( ) ( )( )

22004890870581642

87059845918102

13030727406330

1 22 summinussum XifiXifin

2

==

=

minus=

minusminus

=

minus=

SDSD

SD

SD

SD

nnSD

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a

berdistribusi normal

rmal

Menentukan harga L0

X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

Hipotesis

H0 = data

H1 = data berdistribusi tidak no

b

1) Pengamatan X1 X2

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S

2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

n yang lebih kecil atau sama

= Simpangan Baku

U

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

harga-harga mutlak selisih

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara

c enentukan harga Ltabel

i Liliefors dengan taraf signifikan 005

d riteria pengujian

tabel

erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

M

Dari harga kritis untuk uj

K

Tolak H0 jika L0 gt L

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

B

Nilai Rata-rata ( X ) = -0117

Simpangan Baku S) = 026 (

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-

harga mutlak yaitu [00967]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi

normal

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

a Hipotesis

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

b Menentukan harga L0

1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn

dengan menggunakan rumus

SXX

Z ii

minus=

Dimana

Z = Bilangan baku

X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka

nZyangZZZZbanyaknya

ZS ini

le=

)( 321

4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

c Menentukan harga Ltabel

Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005

d Kriteria pengujian

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

Nilai Rata-rata ( X ) = 026

Simpangan Baku (S) = 022

No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara

harga-harga mutlak yaitu [00934]

Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan

005 yaitu 0161

Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah

Tolak H0 jika L0 gt Ltabel

Terima H0 jika L0 lt Ltabel

Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)

= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah

berdistribusi normal

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians

dengan langkah-langkah sebagai berikut

Tabel Distribusi Varians Gabungan

Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2

Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833

1 Menghitung varians gabungan dengan rumus

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

0587505840753

580216672186239491

292906940290481029

1111

2

1

2

2

21

222

212

==

+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

minussum+minussum

minussum+minussum=

S

S

S

nnSnSn

S

2 Log S2 = Log 005875

= -1231

3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog

= -1231 x 58

= -71398

4 Menghitung X2 Hitung

( ) ( ) ( )( ) 00051435032

83371(398713210ln

2

2

22

=times=

minusminusminustimes=

summinus=

XX

SLogdbBX

5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat

kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384

6 Kriteria pengujian

Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen

Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen

7 Kesimpulan

Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384

Maka data tersebut bersifat Homogen

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Kriteria Hipotesis

Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-

posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol

Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha

ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho

2 Hipotesis Statistik

Ha micro1 ne micro2

H0 micro1 = micro2

3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol

117030

523minus=

minus=

sumsum

=fxf

X i

4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen

256030697

==sum

sum=

fxf

X i

5 Menghitung Nilai thitung dengan cara

a Menghitung Standar Deviasi Gabungan

( ) ( )( ) ( )

( ) ( )( ) ( )

24240058750

292906940290481029

1111

2

21

222

2112

==

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛minussum+minussumminussum+minussum

=

S

S

nnSnSn

S

( )

( )

0326062503770

2580242403770

301

30124240

1170260

11

21

21

==

=

+

minusminus=

+

minus=

hitungt

t

t

nnS

XXt

6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan

α = 005 = (n1 + n2) ndash 2

= (30 + 30) ndash 2

= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 200

7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel

-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032

maka terima Ha dan tolak H0

8 Kesimpulan

ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest

kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo

Lampiran 28

Konsep Cahaya

A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena

ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari

menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi

terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat

masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya

merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya

masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita

menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah

satu sifat dari cahaya

Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita

melakukan percobaan pada LKS 1

B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut

yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan

memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang

tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini

merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan

Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)

dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2

Perhatikan gambar di

samping

Berkas sinar yang

mengenai cermin disebut

sinar datang Sedangkan

berkas sinar yang

meninggalkan cermin

disebut

sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar

datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan

dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis

normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r

Hukum pemantulan menyatakan bahwa

1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu

bidang datar

2 Sudut datang sama dengan sudut pantul

C Pembiasan Cahaya (Refraksi)

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu

jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan

gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari

udara menuju ke air

Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air

tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat

melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan

cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca

Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan

tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu

disebut pembiasan cahaya (refraksi)

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang

disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya

pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya

Gambar A menunjukkan bahwa

cahaya dibiaskan atau dibelokkan

mendekati garis normal Hal ini terjadi

karena laju cahaya di air lebih kecil

daripada laju cahaya di udara Kelajuan

cahaya akan berkurang ketika cahaya

merambat dari medium kurang rapat

menuju medium lebih rapat Misalnya

dari udara menuju air

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika

cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang

rapat Misalnya dari air menuju udara

Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3

Semoga berhasil

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS 1) Perambatan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus

Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau

berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya

yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap

A Alat dan Bahan

1 Lilin

2 Korek api

3 Dua karton berlubang

B Langkah kerja

1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua

lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi

2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api

lilin

C Hasil kegiatan dan pembahasan

1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari

api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Jadi kesimpulannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

GOOD LUCK

LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya

Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya

Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia

memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena

pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda

di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya

dipantulkan

A Alat dan Bahan

1 Busur derajat 3 Cermin datar

2 Senter laser 4 Kertas putih

Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar

B Langkah kegiatan

1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton

2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur

derajat

3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )

dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan

busur derajat

4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu

sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data

5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O

C Data Kegiatan dan Kesimpulan

No Sudut Datang Sudut Pantul

1 300

2 400

3 500

4 600

1 Jelaskan cara menentukan sudut datang

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut

pantul

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

D Kesimpulan

1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

sudut pantul

2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada

helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum

Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang

terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian

Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak

tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda

bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas

permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam

dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi

A Alat dan Bahan

1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu

2 Bejana kaca 4 Karton

B Langkah Kerja

1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca

2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o

C Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi

air bagaimana arah rambatannya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut

datang yang diarahkan

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan

Jawab

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut

Jawab

6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen

dengan Rumus KR-20

Diketahui

n = 40

sumpq = 734

S2 = 2401

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

2

2

11 1 SpqS

nnr

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah

Tinggiliabilitasr

SpqS

nnr

Re7100124

3470124140

40

1

11

2

2

11

rarr=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ minus⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

minus= sum

G Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya

melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak

bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung

benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya

mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)

Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam

Pertemuan Ke-6

No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa

3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo

Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru

3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa

Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya

keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama

4 Membimbing pelatihan

15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik

20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa

Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya

6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan

20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan

7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya

mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-7

Posttest

  • Cover+Lembar Pengesahan
  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
  • LEMBAR UJI REFERENSI
  • AbstrakKata PengantarDaftar Isi
  • Bab 1
  • Bab 2
  • Bab 3
  • Bab 4
  • BAB 5
  • Daftar Pustaka
  • RIWAYAT HIDUP PENULIS
  • Kisi-kisi Instrumen
  • Lampiran-lampiran
  • Perhitungan Reliabilitas Instrumen
  • RPP_Lanjutan
Page 11: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 12: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 13: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 14: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 15: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 16: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 17: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 18: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 19: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 20: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 21: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 22: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 23: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 24: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 25: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 26: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 27: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 28: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 29: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 30: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 31: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 32: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 33: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 34: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 35: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 36: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 37: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 38: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 39: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 40: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 41: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 42: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 43: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 44: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 45: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 46: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 47: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 48: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 49: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 50: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 51: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 52: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 53: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 54: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 55: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 56: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 57: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 58: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 59: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 60: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 61: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 62: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 63: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 64: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 65: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 66: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 67: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 68: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 69: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 70: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 71: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 72: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 73: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 74: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 75: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 76: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 77: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 78: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 79: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 80: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 81: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 82: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 83: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 84: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 85: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 86: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 87: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 88: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 89: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 90: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 91: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 92: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 93: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 94: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 95: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 96: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 97: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 98: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 99: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 100: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 101: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 102: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 103: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 104: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 105: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 106: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 107: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 108: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 109: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 110: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 111: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 112: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 113: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 114: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 115: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 116: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 117: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 118: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 119: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 120: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 121: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 122: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 123: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 124: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 125: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 126: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 127: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 128: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 129: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 130: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 131: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 132: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 133: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 134: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 135: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 136: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 137: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 138: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 139: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 140: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 141: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 142: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 143: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 144: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 145: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 146: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 147: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 148: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 149: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 150: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 151: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 152: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 153: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 154: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 155: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 156: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 157: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 158: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 159: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 160: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 161: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 162: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 163: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 164: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 165: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 166: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 167: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 168: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 169: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 170: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 171: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 172: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 173: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 174: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 175: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 176: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 177: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 178: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 179: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 180: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 181: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 182: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 183: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 184: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 185: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 186: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 187: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …
Page 188: PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT …