PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
BERBANTUAN MEDIA MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN
MENGANALISIS EJAAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS X SMK
MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
E-JOURNAL
diajukan untuk memenuhi sebagiansalah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
JUWINTAR FEBRIANI ARWAN
NIM130388201030
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA
MUSIK KLASIK DALAM MENGANALISIS EJAAN BAHASA INDONESIA
Juwintar Febriani Arwan, Harry Andheska, dan Wahyu Indrayatti
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Problem Based
Instruction dengan bantuan media musik klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan
bahasa Indonesia.Sampel penelitian ini berjumlah 39 siswa. Metode yang digunakan peneliti
adalah metode eksperimen dengan membedakan kelompok sampel yakni kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa pretest dan posttest pada kedua kelas. Dari
hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen 55,2 dan kelas
kontrol sebesar 63,58. Sedangkan hasil posttest kelas eksperimen adalah 87,4 dan kelas
kontrol sebesar 82,9. Nilai uji hipotesis adalah 2,566 > 2,026 yang menandakan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik
klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia pada siswa kelas X SMK
Maitreyawira Tanjungpinang tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci : ejaan bahasa Indonesia, musik klasik, problem based instruction
A MODEL OF A LEARNING MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION HELPED
BY CLASSICAL MUSIC FOR THE ANALYZING EJAAN BAHASA INDONESIA
Abstract
This research aims to see impacts of learning model problem based instruction by using
classical music which is implements can improve the concentration toward ability of
analyzing ejaan bahasa Indonesia for students class X Vocational High School Maitreyawira.
The total of sample is 39 students. The research’s method is experiment method with dividing
sample group which were experiment class with implementation and control class without
implementation but using conventional model. The research’s instrument was pretest and
posttest for both of class. From the analyzing result could be known that average value pretest
in experiment class was 55,2 and control class was 63,58. However the average value posttest
in experiment class was 87,4 and control class 82,9. Also value of hypothesis testing was
2,566 > 2,026 (t-table with scale significance 5%) which indicated was impact of learning
model problem based instruction using classical music toward ability of analyzing ejaan
bahasa Indonesia for students class X Vocational High School Maitreyawira Tanjungpinang
year learning 2016/2017.
Keywords : ejaan bahasa Indonesia, classical music, problem based instruction
PENDAHULUAN
Keberhasilan berbahasa tidak hanya terletak pada kelancaran membunyikan bahasa atau
merangkai kalimat. Namun, keberhasilan tersebut harusnya diselaraskan dengan aturan-
aturan yang menjadi kaidah berbahasa. Di dalam bahasa Indonesia aturan pemakaian bahasa
tersebut disebut dengan ejaan yang disempurnakan. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) ejaan yang disempurnakan diartikan sebagai sistem ejaan bahasa Indonesia
yang sebagaian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia yang termuat dalam Surat
Keputusan Presiden No. 57 tanggal 16 Agustus 1972 dan yang sekarang menjadi ejaan resmi
bahasa Indonesia. Namun, sejak tahun 2015 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sudah
berganti menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) sesuai dengan keputusan kementerian
pendidikan dan kebudayaan. Walaupun berbeda dalam penamaan tetapi secara umum tidak
ada perbedaan kontras antara ejaan yang disempurnakan dan ejaan bahasa Indonesia.
Biasanya dalam pembelajaran bahasa, para siswa diajarkan bagaimana penggunaan
ejaan yang tepat agar tercapainya keberhasilan berbahasa yang baik dan benar. Permasalahan
yang ditemukan dewasa ini adalah siswa hanya dituntut untuk pandai merangkai kata untuk
peningkatan kemampuan berbahasa terutama kemahiran berbicara dan menulis. Mereka
dituntut mahir namun mengenyampingkan pemahaman dan ketepatan menggunakan ejaan
bahasa Indonesia. Kenyataannya dapat dilihat di kalangan siswa terutama pada jenjang
pendidikan menengah.
Sesuai dengan wawancara dan survei tidak langsung bersama guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Maitreyawira Tanjungpinang saat
peneliti melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) pada 19 September – 23
Desember 2016 di sekolah tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah tersebut masih
kurang memahami penggunaan ejaan. Jika diskalakan dengan angka masih sekitar rata-rata
65. Bukan hanya dituntut mampu merangkai kata-kata namun penggunaan kaidah bahasa
yang baik dan benar juga harus dimengerti. Dalam penggunaan ejaan pemahaman hal-hal
sederhana seperti penggunaan tanda baca, huruf kapital, penelitian kata depan, dan lain-lain
masih menjadi permasalahan. Hal tersebut dapat dilihat saat mereka diminta untuk menulis
karangan penggunaan ejaan selalu menjadi permasalahan. Padahal kriteria penilaian paling
tertinggi dalam kompetensi menulis selain tema, judul, kepaduan terdapat penggunaan ejaan
yang tepat. Faktor yang menjadikan siswa bingung dalam penentuan ejaan bahasa Indonesia
adalah pengaruh penggunaan ejaan yang biasa mereka dapatkan di sehari-hari.
Harusnya kemampuan terhadap pemakaian ejaan bahasa Indonesia harus
dikembangkan. Hal itu dikarenakan pada kisi-kisi ujian nasional atau biasa disebut dengan
SKL-UN setiap tahunnya terdapat indikator menyunting ejaan atau tanda baca. Selaras
dengan kurikulum KTSP yang digunakan di SMK Maitreyawira Tanjungpinang untuk
pelajaran bahasa Indonesia. Dalam salah satu indikator kurikulum bahasa Indonesia kelas
sepuluh (X) terdapat siswa menyunting teks atau tanda baca. Kedua hal pokok tersebut
membuat peneliti berangkat dengan menerapkan model pembelajaran untuk melihat
kemampuan siswa terhadap ejaan bahasa Indonesia.
Sebuah pembelajaran diharapkan mampu meninggalkan pemahaman kepada siswa
bukan hanya hasil dari pembelajaran. Pemahaman tersebut hadir karena proses belajar akan
lebih bermakna apabila anak mengalami apa yang dipelajari daripada tuntutan sekadar
mengetahuinya. Brown (dalam Saddhono dan Slamet 2014:2) menyatakan bahwa pengajar
hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau
tantangan sehingga para pelajar tertarik untuk belajar secara aktif. Hal ini berbanding lurus
bahwa jika pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil
pada kemampuan mengingat jangka pendek. Dengan hadirnya lingkungan belajar yang
lengkap membangun rangsangan serta tantangan serta didukung lingkungan belajar yang
membangun akan memberikan daya pemahaman siswa pada jangka panjang.
Pembelajaran bahasa biasanya diidentikan dengan metode konvensional yaitu ceramah
dan diskusi biasa. Seperti yang terjadi pada SMK Maitreyawira Tanjungpinang, guru bahasa
Indonesia masih dominan metode ceramah dan diskusi biasa. Padahal seharusnya dalam
proses belajar-mengajar, guru harus mampu menerapkan ragam model pembelajaran sesuai
dengan kondisi dan tuntutan materi agar tidak monoton dan berpusat pada guru. Joyce (dalam
Trianto, 2007:5) menjabarkan bahwa model pembelajaran adalah salah satu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sebuah model
pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajara, teori-teori psikologis,
sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.
Hampir sejalan dengan prinsip model pembelajaran sebelumnya, Soekamto (dalam
Trianto, 2007:5) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan perencanaan atau
pola yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pada kegiatan mengajar di kelas.
Dari sekian model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan di kelas, peneliti
tertarik terhadap model pembelajaran problem based instruction. Model pembelajaran
berbasis masalah awalnya ditemukan oleh John Dewey (dalam Trianto, 2007:17).
Menurutnya bahwa model memecahkan masalah yaitu proses berpikir aktif, hati-hati, serta
dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan. Pengajaran berdasarkan masalah atau problem
based instruction ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna dan dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model pembelajaran
problem based instruction disebut juga dengan model pembelajaran problem based learning.
Pembelajaran berbasis masalah atau problem based instruction membutuhkan adanya
interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah yaitu belajar
dan lingkungan. Sebuah lingkungan akan memberikan masukan pada siswa berupa bantuan
dan masalah,s edangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapt diselidiki, dinilai, dianalisis, dan dicari pemecahannya
dengan baik. Berjalan sebanding dengan Dewey, Arrends (2013:100) membahas bahwa
pembelajaran berbasis masalah dalam penggunaannya meningkatkan pemikiran tingkat tinggi
dalam situasi berorientasi masalah, termasuk mempelajari cara belajar. Guru dalam
menerapkan model ini berperan sebagai penampil masalah, penanya, dan fasilitator
penyelidikan dan dialog. Adapun tujuan model pembelajaran ini mengarah pada kemandirian
siswa membangun pola pikir penemuan solusi terhadap sekitarnya melalui lingkungan
sekitarnya.
Oleh karena adanya faktor lingkungan sebagai objek masalah dan bantuan
pembelajaran membuat model pembelajaran problem based instruction cocok digunakan
pada pelajaran IPA, Sosial, dan Matematika. Situasi dalam lingkungan disandingkan dengan
materi pembelajaran sehingga siswa lebih mandiri dan aktif dalam penyelesainnya. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Raudhah (2016) yang menunjukkan model
problem based instruction melalui keterampilan proses sains efektif yang diterapkan pada
materi sistem gerak berhasil mengaktifkan siswa dan meningkatkan cara berpikir kreatif
siswa. Lingkungan juga menjadi subjek pembelajaran melalui model pembelajaran tersebut.
Selain untuk pembelajaran berdasarkan pada lingkungan, model pembelajaran problem
based instruction juga tepat digunakan pada kemampuan menganalisis. Hal tersebut
dibuktikan oleh Suwartini (2014) yang telah membuktikan bahwa model pembelajaran ini
berhasil membentuk mahasiswa yang kritis dan kreatif terhadap kemampuan menganalisis
teks eksplanasi. Mahasiswa sebagai sampel penelitiannya mengalami peningkatan
pemahaman, cara berpikir rasional dalam menyikapi fenomena alam yang tertera pada teks
eksplanasi. Kegiatan diskusi dalam problem based instruction tercipta karena adanya kerja
sama dalam penemuan solusi.
Atas hal tersebut peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran problem
based instruction terhadap kemampuan bahasa terkhusus kemampuan menganalisis yang
merupakan bagian dari kemampuan berbahasa membaca kritis. Dalam penelitian ini siswa
diminta secara langsung menganalisis permasalahan yang bersangkutan terhadap penggunaan
ejaan bahasa Indonesia pada beberapa teks dengan pengalaman dasar serta kelompok. Setiap
siswa akan melaporkan melalu persentasi lisan segala permasalahan yang ditemukan.
Setelahnya siswa akan kembali bersama-sama mereflesikan dengan mengambil sebuah
simpulan pengunaan ejaan bahasa Indonesia yang tepat.
Menganalisis adalah kegiatan membaca kritis yang membutuhkan sebuah konsentrasi.
Salah satu solusi dalam meningkatkan konsentrasi adalah mendengar musik. Mendengarkan
musik telah terbukti meningkatkan kemampuan membaca, daya ingat, perbendaharaan kata,
dan kreativitas (Campbell, 2002:226). Mendengarkan musik telah terbukti melambatkan laju
denyut jantung, mengaktifkan gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat
tinggi, dan menciptakan kondisi mental yang positif, santai, mudah menerima, yang ideal
untuk belajar.
Musik merupakan sifat universal yang dimiliki manusia. Semua orang memiliki
beberapa tingkatan musikalitas karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam
merespons musik yang sesuai dengan budayanya (Djohan, 2016:25). Para ahli berpendapat
bahwa jenis musik klasik dapat dipergunakan dalam kegiatan pendidikan (pembelajaran)
yang mempertajam konsentrasi serta kecerdasan setiap anak. Peneliti mempercayai bahwa
alunan musik klasik dapat memengaruhi perkembangan IQ dan EQ. Banyak juga
kepercayaan bahwa musik klasik selain meningkatkan kecerdasan juga menumbuhkan
kreativitas anak, bersifat menyembuhkan, serta multi guna.
Hal tersebut membuat musik berfungsi mereduksi atau mengurangi kejenuhan suasana
belajar. Jika suasana belajar dapat dibangun ke arah menarik maka siswa akan berkonsentrasi
dalam kegiatan pembelajaran. Dari beberapa penjabaran di atas mengenai penerapan model
hingga berbantuan musik latar membuat peneliti mengangkat judul penelitian yaitu Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Menganalisis Ejaan
Bahasa Indonesia Berbantuan Media Musik Pada Siswa Kelas X SMK Maitreyawira
Tanjungpinang Tahun Ajaran 2016/2017.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan
siginifikan hasil pretest dan posttest antara kelas yang mendapat perlakuan model
pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik klasik (eksperimen) dengan
kelas yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran (kontrol) terhadap kemampuan
menganalisis ejaan bahasa Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan
pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik klasik
terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara, jalan, atau teknik yang digunakan peneliti
untuk melaksanakan penelitian (Muliawan, 2014:117). Hal-hal yang terkait
dengan model penelitian adalah populasi, sampel, tempat, waktu penelitian,
metode, teknik pengumpulan dan analisis data. Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan pada pelaksanaan di pertengah semester kedua (genap) tahun ajaran
2016-2017. Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Maitreyawira Tanjungpinang. Sekolah ini terletak di Jalan
Ir.Sutami Komplek Villa Akasia Nomor 66. Sejak berdiri pada tahun 2010
sekolah kejuruan ini memiliki 3 jurusan yaitu Akuntansi, Pemasaran, dan Teknik
Komputer dan Jaringan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK
Maitreyawira Tanjungpinang pada tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas 78
siswa dalam 4 kelas yaitu X Teknik Komputer dan Jaringan, X Pemasaran, X
Akuntansi 1, dan X Akuntansi 2. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik cluster sampling atau dengan memilih sampel bukan didasarkan pada
individual, tetapi didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang
secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2014:61).
Dari teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel penelitian adalah
kelas X Akuntansi 1 dan X Akuntansi 2 berjumlah 39 siswa. Hal tersebut berdasar
pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian desain eksperimen semu atau
quasi experimental. Sampel tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adanya kelas perbandingan merupakan unsur dari desain eksperimen quasi,
di mana terdapat satu kelompok kontrol dan satu kelompok sebagai penerima
perlakuan. Kedua kelompok akan diberikan pretest untuk mengukur seberapa
kemampuan awal kedua kelas dalam menganalisis sebuah penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) dalam sebuah teks. Kemudian setelah dilakukan
pemberian stimulus berupa model pembelajaran problem based instruction
berbantuan musik klasik terhadap kelas eksperimen lalu akan dilakukan posttest
untuk menilai kemampuan akhir dari kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol
dalam ketepatan menganalisis EBI untuk sebuah teks.
Setelah mengumpulkan skor atau hasil dari pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya adalah menganalisis data untuk menguji
terdapat pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan
media musik klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia.
Untuk mendapatkan hasil akhir peneliti mencari rata-rata, jangkauan,
interval, rentang nilai, varians, dan standar deviasi berdasarkan hasil pretest dan
posttest kelas eksperimen serta kontrol. Selanjutnya data tersebut diuji
menggunakan uji prasyarat sebuah hipotesis melalui uji normalitas dan uji
homogenitas. Ketentuan yang dipakai dalam menguji hipotesis pada penelitian ini
adalah uji-t berdasarkan hasil gain score.
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pretest
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama Maret 2017 didapatkan hasil
pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Pretest
No Kelas N Nilai X 𝒙
Mk Mn
1 Eksperimen 20 80 12 1104 55,2
2 Kontrol 19 84 28 1208 63,57
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
antara kedua kelas. Nilai maksimal pada kelas eksperimen adalah 80 sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 84. Nilai minimal atau terendah pada kelas eksperimen
adalah 12 dan kelas kontrol ialah 28. Deskripsi hasil pretest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada diagram batang berikut.
Bagan 1.
Gambaran Perolehan Total dan Rata-Rata Hasil Pretest dalam Kemampuan
Menganalisis Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas dapat dilihat bahwa total
perolehan pretest kedua kelas berbeda. Total perolehan dan rata-rata pada kelas
eksperimen adalah 1104 dan 55,2. Sedangkan pada kelas kontrol, total perolehan
nilai adalah 1208 dan rata-rata kelas sebesar 63,57. Data pada tabel 2 di atas
kemudian diolah secara manual untuk menguji konormalan dan homogenitas data.
Uji normalitas dan uji homogenitas perlu dilakukan karena merupakan uji
prasayarat sebuah hipotesis.
Uji normalitas hasil pretest menggunakan ketentuan chi kuadrat 𝑋2 . Berikut tabel perolehan uji normalitas pretest dengan dk = 4 (5-1) yaitu nilai chi
kuadrat tabel adalah 9,48.
0
500
1000
1500
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
1104 1208
55,2 63,57
Jumlah Nilai Rata-Rata
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest
No Kelas S X2
α Keputusan Keterangan
1 Eksperimen 14 6,73 0,05 Terima H0 Normal
2 Kontrol 13 5,94 0,05 Terima H0 Normal
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk uji normalitas pretest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan (α) adalah 0,05.
Keputusan bahwa data disebut normal apabila hasil 𝑋2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Nilai
𝑋2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 pada kelas eksperimen adalah 6,73 < 9,48 dan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 pada
kelas kontrol 5,94 < 9,48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
masing-masing kelas menerima keputusan H0 bahwa data berdistribusi normal.
Selanjutnya adalah uji homogenitas hasil pretest. Ketentuan uji
homogenitas penelitian ini adalah varians terbesar dibagikan dengan varians
terkecil. Hasil uji homogenitas pretest tertera pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Pretest
No Jenis
Data
F α Keputusan Keterangan
1 Pretest 1,08 0,05 Terima H0 Homogen
Berdasarkan pada taraf siginifikan yaitu 5% (α = 0,05) maka harga Ftabel
adalah 2,21 yang didapatkan dari dk pembilang = 19 (20-1) dan dk penyebut = 18
(19 -1). Apabila Fhitung < Ftabel diambil keputusan adalah menerima H0, maka
1,08 < 2,21 simpulan yang dapat ditarik adalah menerima H0 dengan keterangan
data pretest kelas eksperimen dan kontrol berasal dari varians yang homogen.
Setelah menganalisis hasil pretest maka langkah penelitian selanjutnya
adalah memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas. Pada kelas
eksperimen, peneliti menerapkan model pembelajaran problem based instruction
berbantuan media musik klasi. Pembelajaran berbasis masalah bertujuan
membantu siswa mengembangkan pengetahuan fleksibel yang diterapkan dalam
banyak situasi, yang berlawanan dengan inert knowledge atau informasi yang
diingat namun jarang diterapkan. Pengetahuan siswa tentang ejaan bahasa
Indonesia akan digali dalam kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia.
Sedangkan pada kelas kontrol, peneliti menerapkan metode pembelajaran
ceramah. Setelah melaksanakan perlakuan, untuk melihat kemampuan
menganalisis ejaan bahasa Indonesia maka akan diterapkan posttest.
Posttest
Pengambilan hasil posttest dilakukan setelah diterapkannya sebuah
perlakuan berupa model pembelajaran problem based instruction berbantuan
media musik klasik pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Berikut hasil posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Posttest
No Kelas N Nilai X 𝒙
Mak Min
1 Eksperimen 20 orang 100 64 1748 87,4
2 Kontrol 19 orang 96 64 1576 82,9
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
antara kedua kelas. Nilai maksimal pada kelas eksperimen adalah 100 sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 96. Nilai minimal atau terendah pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah 64. Deskripsi hasil posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada diagram batang berikut.
Bagan 2.
Gambaran Perolehan Total dan Rata-Rata Hasil Posttest dalam Kemampuan
Menganalisis Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil tabel dan diagram batang di atas dapat dilihat bahwa total
perolehan nilai pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dibandingkan
pretest yaitu 1758 dan kelas kontrol yaitu 1576. Rata-rata kelas eksperimen
sebesar 87,4 dan kelas kontrol adalah 82,9. Ni Data pada tabel di atas kemudian
diolah secara manual untuk menguji kembali normalitas serta homogenitas
sebagai prasyarat uji hipotesis yaitu uji-t.
Uji normalitas hasil posttest menggunakan ketentuan chi kuadrat (𝑋2). Di bawah
ini akan dijabarkan perolehan uji normalitas posttest dengan dk = 4 (5-1) yaitu
nilai chi kuadrat tabel adalah 9,48.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Posttest
No Kelas S X2
α Keputusan Keterangan
1 Eksperimen 11,40 3,02 0,05 Terima H0 Normal
2 Kontrol 8,4 4,00 0,05 Terima H0 Normal
Sesuai dengan tabel di atas, bahwa hasil uji normalitas posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan (α) yaitu 0,05 masing-
masing bersifat normal. Keputusan hasil posttest dinyatakan normal apabila hasil
0
500
1000
1500
2000
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
17581576
87,4 82,9
Jumlah Nilai Rata-Rata
𝑋2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Nilai 𝑋2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 pada kelas eksperimen adalah 3,02 <
9,48 dan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 pada kelas kontrol 8,4 < 9,48.
Selanjutnya adalah uji homogenitas hasil posttest. Ketentuan uji
homogenitas penelitian ini adalah varians terbesar dibagikan dengan varians
terkecil. Hasil uji homogenitas posttest dimuat pada tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Posttest
No Jenis
Data
F α Keputusan Keterangan
1 Posttest 1,40 0,05 Terima H0 Homogen
Berdasarkan pada tabel hasil uji homogenitas yang didapatkan berdasarkan
dari varians posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 1,40. Berdasarkan
pada taraf siginifikan yaitu 5% (α = 0,05) maka harga Ftabel adalah 2,21 yang
didapatkan dari dk pembilang = 19 (20-1) dan dk penyebut = 18 (19 -1). Apabila
Fhitung < Ftabel diambil keputusan adalah menerima H0, maka 1,48 < 2,21
simpulan yang dapat ditarik adalah menerima H0 dengan keterangan data posttest
kelas eksperimen dan kontrol berasal dari varians yang homogen.
Setelah menguji normalisasi dan homogenitas data pretest dan posttest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya adalah menguji hipotesis. Uji
hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t atau metode independent t-test
berdasrkan pada gain score. Penjabaran hasil uji hipotesis penelitian ini akan
dipaparkan di bawah ini.
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Berdasarkan Gain Score
No Kelas N X 𝒙 X2 (X)
2 𝒔𝟐 SS
1 Eksperimen 20 644 32,20 26896 414736 18,00 6159,2
2 Kontrol 19 368 19,37 9800 135424 12,18 2672,4
Berdasarkan tabel di atas adalah data yang akan digunakan untuk
pengujian hipotesis menggunakan rumus independent sample t-test terhadap gain
score. Hasil t-hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang ada pada t-tabel.
Pada tabel degress of fredom jumlah data 37 karena (df = N – 2 di mana df =
(20+19) – 2) dan alpha 0,05 diperolehlah nilai t-tabel sebesar 2,026. Karena
ketentuan dalam pengujian yaitu t-hitung > t-tabel maka 2,566 > 2,026.
Simpulan penelitian dari ketentuan ini adalah hipotesis alternatif (Ha)
diterimadan hipotesis nol (H0) ditolak, di mana rumusan hipotesis alternatif adalah
“Adanya pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan
media musik klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia
pada siswa kelas X SMK Maitreyawira Tanjungpinang tahun pelajaran
2016/2017”.
Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan hasil analisis data pretest dapat
disimpulkan bahwa rata-rata siswa masih bingung dalam menentukan penggunaan
ejaan bahasa Indonesia yang tepat. Hal itu ditunjukkan bahwa siswa rata-rata
terpengaruh oleh penggunaan ejaan yang umum digunakan atau dilihat namun
belum tentu ejaan umum tersebut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Siswa
cenderung memilih pilihan jawaban pengecoh karena pilihan tersebut dianggap
tepat dalam ejaan.
Kecendrungan memelih ejaan bahasa Indonesia yang salah akan menjadi
kebiasaan bagi siswa, permasalahan tersebut akan terus terbawa hingga siswa
berada di pendidikan tinggi. Hendrickson (dalam Sumarwati, 2014:109)
menyatakan bahwa kesalahan dalam menggunakan kaidah berbahasa disebut
dengan “fosilisasi kesalahan berbasaha” dalam artian kesalahan berbasaha telah
long-term memory. Padahal pada pembelajaran bahasa Indonesia, guru dituntut
untuk mampu menyampaikan kaidah bahasa kepada siswa namun, hasil orientasi
keberhasilan siswa terfokus pada kompetensi 4 keterampilan berbasaha siswa.
Temuan masalah berdasarkan hasil pretest siswa tentang kaidah bahasa ejaan
tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati (2014)
yang meneliti permasalahan penggunaan kaidah bahasa pada siswa SMP.
Perbedaannya adalah penelitian Sumarwati menerapkan pendekatan focus on form
pada pembelajaran kaidah berbahasa tidak spesifik pada kaidah ejaan bahasa
Indonesia.
Setelah melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
selanjutnya peneliti menerapkan model pembelajaran atau perlakuan kepada kelas.
Terdapat perbedaan perlakuan yakni model pembelajaran problem based
instruction berbantuan media musik klasik pada kelas eksperimen dan metode
pembelajaran konvensional yakni ceramah pada kelas kontrol. Perlakuan
dilaksanakan selama 2 kali pertemuan terkait indikator ejaan bahasa Indonesia
yaitu penggunaan huruf kapital, huruf miring, tanda koma, tanda titik, tanda titik
dua, tanda hubung, tanda petik, tanda seru, tanda tanya, dan tanda garis miring.
Pada kelas eksperimen, peneliti menerapkan model pembelajaran problem
based instruction dengan bantuan media musik klasik. Penerapan model
pembelajaran problem based instruction menuntut siswa memecahkan
permasalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia meliputi 10 indikator ejaan
pada teks bersama teman sekelompok. Hal tersebut sesuai dengan defenisi dari
model pembelajaran problem based instruction di mana inti pembelajaran adalah
menyajikan masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa yang dapat
menjadi landasan penyelidikan (Arrends, 2013:100).
Djohan (2016:129) juga mengungkapkan bahwa musik dapat membantu
sebagian orang untuk mengorganisasi cara berpikir dan bekerja sehinga
membantu mereka berkembng dalam hal matematika, bahasa, dan kinerja spasial.
Bantuan musik klasik pun digunakan saat siswa menganalisis kesalahan ejaan
bahasa Indonesia bersama kelompok. Alunan lembut dan tempo yang sedikit
lambat digunakan sebagai latar suasana pada saat pembelajaran. Pada awal
peneliti memasang musik klasik, siswa terlihat bingung karena tidak biasanya
dalam kerja kelompok dipasang musik sebagai latar pembelajaran. Namun, hal
tersebut tidak menganggu siswa justru semakin menambah konsentrasi serta minat
diskusi di antara kelompok. Hal ini sejalan dengan teori bahwa musik klasik
berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi dan gelombang-gelombang otak untuk
daya pikir yang lebih tinggi (Campbell, 2002:226). Penerapan model
pembelajaran problem based instruction yang membutuhkan daya pikir lebih
tinggi siswa dibantu oleh latar musi klasik. Sepanjang kegiatan belajar sebanyak
15 lagu alunan musik klasik yang diputarkan dan terbukti siswa lebih rileks dan
konsentrasi dalam berkomunikasi serta menemukan solusi pada lembar yang
berisi kesalahan kaidah ejaan bahasa Indonesia.
Karena penelitian ini bersifat penelitian eksperimen semu di mana terdapat
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaannya antara kedua kelas adalah
pemberian perlakuan. Perlakuan juga tidak hanya diterapkan pada kelas
eksperimen. Pada kelas kontrol, peneliti menggunakan metode pembelajaran
konvensional berupa ceramah dengan pendekatan pembelajaran teacher center
learning. Metode ceramah digunakan rutin dalam penyampaian pembelajaran di
kelas bahasa Indonesia pada SMK Maitreyawira. Secara umum metode ceramah
ialah cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara
lisan kepada peserta didik (Aqib dan Ali, 2016:38). Peneliti membagi menjelaskan
10 indikator ejaan bahasa Indonesia sebanyak 2 kali pertemuan. Pada pertemuan
pertama, peneliti menjelaskan defenisi dan contoh penggunaan huruf kapital,
huruf miring, tanda titik, tanda koma, dan tanya petik. Pada kelas kontrol juga
tidak diputar musik latar berupa musik klasik seperti pada kelas eksperimen.
Terlihat dari kelas kontrol bahwa siswa menerima pembelajaran seperti
biasa saat peneliti menjelaskan 10 cakupan penggunaan ejaan bahasa Indonesia.
Beberapa siswa juga bertanya tentang contoh penggunaan tanda baca yang masih
membingungkan seperti tanda titik, tanda koma, dan tanda titik dua. Antusiasme
dan keaktifan belajar siswa juga tidak terlalu terlihat pada kelas kontrol.
Perlakuan penelitian dibagi dalam 2 tatap muka di kelas. Perlakuan tahap
kedua pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2017. Pada
perlakuan di pertemuan kedua di kelas eksperimen, selanjutnya peneliti meminta
siswa memprensentasikan penemuan masalah serta pemecahan masalah. Secara
berkelompok, hasil penemuan masalah serta solusi perbaikan telah dibuat dalam
bentuk laporan tertulis. Laporan tertulis tersebut sejalan dengan teori bahwa
model pembelajaran problem based instruction menuntut adanya pengembangan
atau penyajian artefak (Arrends, 2013:116). Artefak berupa laporan tersebut
kemudian dipresentasikan secara verbal yang bertukar gagasan dan memberikan
balikan antar masing-masing kelompok. Pemberian gagasan baru oleh kelompok
lain hanya bersifat memberikan koreksi terhadap solusi yang sudah ditawarkan
oleh kelompok penyaji.
Setelah pemaparan hasil laporan tertulis masing-masing kelompok, tahap
selanjutnya adalah tahap akhir dari penerapan model pembelajaran problem based
instruction. Tahap tersebut adalah peneliti menganalisis dan mengevaluasi proses
pekerjaan siswa dalam pemberian solusi dari masalah penggunaan ejaan bahasa
Indonesia. Peneliti merincikan kembali hal-hal penting terkait 10 indikator
penggunaan bahasa Indonesia. Selanjutnya, peneliti menanyakan hal-hal yang
didapatkan dari perlakuan model pembelajaran problem based instruction dengan
bantuan media musik klasik. Rata-rata siswa menjawab dalam bertukar pendapat
menyelesaikan masalah serta tidak bosan dalam membaca karena adanya musik
klasik sebagai latar suasana di kelas.
Perlakuan tahap dua juga dilaksanakan di kelas kontrol. Peneliti kembali
melanjutkan materi terkait 5 indikator penggunaan ejaan bahasa Indonesia, yakni:
tanda tanya, tanda seru, tanda garis miring, tanda hubung, dan tanda titik dua.
Metode yang dipakai juga masih berupa metode ceramah. Pada akhir
pembelajaran peneliti bertanya kepada siswa untuk memberikan contoh serta
menyimpulkan 10 indikator ejaan bahasa Indonesia. Perlakuan tahap dua pada
kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2017.
Setelah menerapkan perlakuan sebanyak 2 kali pada kelas eskperimen dan
kelas kontrol, selanjutnya peneliti melaksanakan posttest. Posttest diberikan untuk
menilai kemampuan akhir siswa dalam menganalisis ejaan bahasa Indonesia
setelah diterapkannya perlakuan yang berbeda. Posttest dilaksanakan pada hari
Kamis, 16 Maret 2017. Posttest pertama dilaksanakan pada kelas eksperimen
selanjutnya adalah pada kelas kontrol. Setelah dianalisis keseluruhan prestasi
belajar dari posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, didapatkan bahwa hasil
posttest kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol. Rata-rata hasil
posttest pada kelas eksperimen adalah 87,4 sedangkan pada kelas kontrol ialah
82,9. Dan rata-rata kedua kelas berada pada kategori baik.
Trianto (2007:65) menyatakan bahwa pembelajaran secara umum hanya
menuntut siswa dalam menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep dalam pemecahan masalah disekitar lingkungan siswa. Oleh karena itu,
model pembelajaran problem based instruction dirasa tepat untuk diterapkan agar
siswa mampu berpikir tingkat tinggi dan memahami konsep dasar terkhusus
dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia. Dari hasil posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen dengan
model pembelajaran problem based instruction lebih unggul karena memahami
konsep daripada siswa yang diterapkan metode ceramah di kelas. Secara umum
model pembelajaran problem based instruction dengan bantuan media musik
klasik secara positif berpengaruh terhadap proses pembelajaran karena membantu
siswa dalam, bekerja sama dalam kelompok, mengonsepkan dan menemukan
solusi, serta aktif dalam memaparkan laporan hasil penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based instruction dengan
bantuan media musik klasik efektif diterapkan dalam menganalisis ejaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas X SMK Maitreyawira Tanjungpinang.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan menganalisis data, disimpulkan
bahwa model pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik
klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia memang
memberikan pengaruh. Hal tersebut terlihat dari perbedaan ketercapaian skor pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan berbeda. Model
pembelajaran problem based instruction dengan bantuan media musik klasik
terbukti meningkatkan daya aktif siswa serta konsentrasi pada saat kegiatan
menganalisis. Pembelajaran berbasis masalah secara efektif juga membantu siswa
menemukan masalah serta solusi terkait ejaan bahasa Indonesia yang selama ini
kurang diperhatikan selain empat keterampilan berbahasa.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian serta pembaahasan di atas, maka peneliti menarik
simpulan penelitian. Simpulan penelitian sebagai meliputi hasil pretest, hasil
posttest, dan pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan
media musik klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia
pada siswa kelas X SMK Maitreyawira Tanjungpinang tahun pelajaran 2016/217.
Darihasil pretest atau kemampuan awal siswa dalam menganalisis ejaan
bahasa Indonesia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori
cukup dengan rata-rata 55,2 dan 63,58. Sedangkan hasil posttest setelah
diterapkannya perlakuan berupa model pembelajaran problem based instruction
berbantuan media musik klasik kepada kelas eksperimen dan ceramah pada kelas
kontrol terdapat perbedaan. Rata-rata hasil posttest kelas eksperimen adalah 87,4
dan kelas kontrol sebesar 82,9. Kategori kedua kelas sama-sama berada pada
kategori baik. Setelah hasil pretest dan posttest didapatkan selanjutnya adalah
menguji hipotesis. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel yaitu
2,566 > 2,026 (df=37). Berdasar hasil uji hipotesis tersebut disimpulkan terdapat
pengaruh model pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik
klasik terhadap kemampuan menganalisis ejaan bahasa Indonesia pada siswa
kelas X SMK Maitreyawira Tanjungpinang tahun pelajaran 2016/2017.
Hasil penerapan model pada kelas eksperimen membuktikan bahwa
kegiatan dan proses belajar-mengajar di kelas dengan menerapkan model
pembelajaran problem based instruction berbantuan media musik klasik terbukti
lebih unggul dibandingkan kelas dengan metode konvensional berupa ceramah.
Model problem based instruction meningkatkan keaktifan serta daya pikir siswa
yang tinggi dalam menemukan solusi terhadap permasalahan. Musik klasik yang
diputar sebagai latar pembelajaran di kelas mampu meningkatkan konsentrasi
siswa dalam menganalisis. Di samping itu, pembelajaran dengan model problem
based instruction memang mampu memotivasi serta meningkatkan antusiasme
guru dan siswa dalam kegiatan belajar (Arrends, 2013:126).
Berdasarkan simpulan di atas, maka disampaikan saran-saran sebagai
berikut. Pertama, Guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan inovasi serta
kreativitas menerapkan model pembelajaran problem based learning pada
pembelajaran bahasa Indonesia. Pengembangan model pembelajaran problem
based instruction ini disesuaikan dengan permasalahan yang nyata sesuai dengan
ranah lingkungan materi bahasa Indonesia. Kedua, dapat menggabungkan
penggunaaan model pembelajaranproblem based instruction dengan media
pembelajaran berupa media audio, visual, dan audio-visual. Media audio musik
klasik juga dapat membantu siswa dan guru dalam peningkatan konsentrasi
dengan daya pikir yang tinggi serta meningkatkan pembedaharaan kosa kata.
Hasil penerapan model pembelajaran ini disarankan peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan model pembelajaran problem based instruction terhadap materi
pelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif
dan Inovatif. Bandung : Satunusa.
Arrends, Richard. 2013. Belajar untuk Mengajar Edisi 9 Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Campbell, Don. 2002. Efek Mozart. Jakarta : Gramedia.
Djohan. 2013. Psikologi Musik. Yogyakarta : Best Publisher.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan Dengan Studi
Kasus. Yogyakarta : Gava Media.
Raudhah, Awal dan Irma Sari Pardede. 2017. “Pembelajaran Berbasis Masalah
melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada
Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/2016 SMA Nurul Falah
Pekanbaru”. Dalam Lectura: Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 1,
Februari 2017, hlm 66 – 74.
Saddhono, Kundharu dan Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukardi. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sumarwati. 2014. “Pembelajaran Kaidah Bahasa Indonesia dan Keterampilan
Berbahasa Secara Terpadu Dengan Pendekatan Focus On Form Pada Siswa
Sekolah Menengah Pertama”. Dalam Litera Volume 13, Nomor 1, April
2014, hlm 103 – 113.
Suwartini, Iis. 2014. “Analisis Teks Eksplanasi Pada Media Masa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah”. Dalam Jurnal Bahastra Volume XXXII,
Nomor 1, Oktober 2014, hlm 49 – 64.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.