PENGARUH MODAL PSIKOLOGI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/24804/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH MODAL PSIKOLOGI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/24804/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH MODAL PSIKOLOGI TERHADAP ORGANIZATIONALCITIZENSHIP BEHAVIOUR (STUDI PADA PEGAWAI PUSKESMAS
RAWAT INAP SUKABUMI)
(Skripsi)
Oleh
HENDRY YOSUA ROLOS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENGARUH MODAL PSIKOLOGI TERHADAP ORGANIZATIONALCITIZENSHIP BEHAVIOUR
(STUDI PADA PEGAWAI PUSKESMAS RAWAT INAP SUKABUMIBANDAR LAMPUNG)
OlehHENDRY YOSUA ROLOS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi dalam modalpsikologi yaitu efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi terhadaporganizational citizenship behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat InapSukabumi. Jenis penelitian ini adalah penelitian explanation research, populasipenelitian ini adalah seluruh pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi denganjumlah sampel sebanyak 54 responden.. Metode analisis yang digunakan adalahregresi linier sederhana yang digunakan untuk menguji pengaruh secara parsialdan regresi linier berganda yang digunakan untuk menguji pengaruh secarasimultan. Hasil analisis data menunjukan bahwa secara parsial keempat dimensidalam modal psikologi yaitu efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensimasing-masing mempengaruhi organizational citizenship behaviour. Secarasimultan, empat dimensi modal psikologi tersebut secara bersama-samaberpengaruh signifikan terhadap organizational citizenship behaviour. Dalampengaruhnya secara simultan, dimensi efikasi diri paling mempengaruhi secarasignifikan terhadap organizational citizenship behaviour . Kesimpulan: efikasidiri, optimisme, harapan dan resiliensi mempengaruhi munculnya perilakuorganizational citizenship behaviour pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
Kata Kunci: Efikasi Diri, Harapan, Optimisme, Organizational CitizenshipBehaviour, Resiliensi.
ABSTRACT
THE EFFECT OF PSYCHOLOGICAL CAPITAL TOWARDORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR
(A STUDY OF INPATIENT HEALTH CENTER SUKABUMI BANDARLAMPUNG EMPLOYEES)
ByHENDRY YOSUA ROLOS
This study aims to determine the effect of four dimensions in psychological capitalthat are self-efficacy, optimism, hope and resilience toward an employeeorganizational citizenship behaviour on Inpatient Health Center of Sukabumi.This research type is explanation research. this study population was allemployees of Sukabumi Inpatient Health Center with a total sample of 54respondents. The analytical method used is simple linear regression which used toexamine the effect partially and multiple linear regression which used to test theeffect simultaneously. The results of data analysis showed that all four dimensionof the psychological capital which are self-efficacy, optimism, hope and resilienceaffect the organizational citizenship behaviour. Simultaneously, the fourdimensions of psychological capital are jointly significant effect towardorganizational citizenship behaviour. In the result of simultan test, the dimensionsof self-efficacy significantly affect organizational citizenship behaviour more thanother dimension. Conclusion: self-efficacy, optimism, hope and resilience affectthe emergence of the organizational citizenship behaviour of employees onInpatient Health Center of Sukabumi.
Keywords: Hope, Optimism, Organizational Citizenship Behaviour, Resilience,Self-Efficacy.
PENGARUH MODAL PSIKOLOGI TERHADAP ORGANIZATIONALCITIZENSHIP BEHAVIOUR (STUDI PADA PEGAWAI PUSKESMAS
RAWAT INAP SUKABUMI)
Oleh:
HENDRY YOSUA ROLOS
(SKRIPSI)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi BisnisFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wotu, sebuah desa di Kabupaten
Luwu di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang
tercatat pada 27 Desember 1993 sebagai anak ketiga
dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak
S. Walter Rolos dan Ibu Dortje Parante. Penulis saat ini
bertempat tinggal di Jalan Agathis Nomor 11 TA.4 BTN
3 Way Halim kota Bandar Lampung.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar TK Xaverius Way Halim pada tahun
2001 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius 3 Way Halim
Bandar Lampung selama enam tahun yang diselesaikan pada dengan tepat waktu
pada tahun 2006, Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMP Xaverius 4 Way Halim Bandar Lampung selama tiga
tahun yang diselesaikan di tahun 2009, dan setelah itu penulis terus melanjutkan
pendidikan pada Sekolah Menengah Atas di SMA Immanuel Bandar Lampung
selama tiga tahun.
Tahun 2012 penulis mengikuti pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) yang mengantarkan penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Poltiik Universitas Lampung. Penulis menyelami organisasi internal jurusan
sebagai anggota dari HMJ Ilmu Administrasi Bisnis serta menjabat sebagai
anggota bidang divisi Pengkajian dan Penalaran (P2) periode 2014-2015. Selain
tergabung dalam organisasi internal, penulis juga sempat aktif bergabung dengan
organisasi tingkat universitas yaitu Paduan Suara Mahasiswa Unila dan English
Society. Pada Oktober 2014 penulis mendirikan sebuah wadah bagi mahasiswa
FISIP untuk belajar dan mengembangkan kemampuan berbahas inggris yaitu
Social Political English Club (SPEC) dan sekaligus menjadi General Leader
pertama dari SPEC tersebut. Penulis juga tergabung bersama sekelompok pemuda
insipiratif dan aktif mengajar bahasa inggris bersama Just Speak Indonesia dan
Socialize The Education Movement sampai saat ini.
Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negeri
Jaya, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung selama 40 hari. Dalam Proses
KKN berlangsung penulis aktif diberbagai kegiatan desa guna mengamalkan ilmu
yang telah didapat semasa proses perkuliahan berlangsung di Universitas
Lampung. Semoga penulis senantiasa menjadi pribadi yang selalu menuju kearah
yang lebih baik.
Selain aktif berorganisasi penulis juga pernah beberapa kali mendapatkan
penghargaan atas memenangkan kompetisi bidang kebahasaan inggris yaitu
Newscasting di tingkat kota, provinsi dan regional. Beberapa diantaranya yaitu
“2nd Runner Up of Radio Kampus Unila Newscasting Competition 2013,” “1st
Champion of EIA Southern Sumatera Region Newscasting Competition 2014,”
“1st Champion of COMVAGANZA Newscasting Competition 2015,” “1st Runner
Up of EIA Southern Sumatera Region Newscasting Competition 2016.”
Pada Tahun 2016 penulis mengikuti seleksi program pertukaran pemuda antar
negara yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia dan terpilih menjadi National Delegate for Indonesia-China Youth
Exchange Program (IChYEP) 2016 mewakili Provinsi Lampung.
MOTO
SOMETHING’S GONNA HAPPENWHEN IT’S SUPPOSED TO HAPPEN
BUT LIFE IS A CHOICE AND THATCHOICE IS ON MY HAND.
(Hendry Yosua Rolos)
BEING USEFUL IS NOT ABOUT HOWOFTEN PEOPLE USE YOU, IT’SABOUT HOW OFTEN YOU USE
YOURSELF FOR THEM.(Hendry Yosua Rolos)
PERSEMBAHAN
KARYA INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK:
ROLOS FAMILYTerima kasih atas kesempatan yang telah kalian berikan melalui kerja
keras, dukungan, kesabaran, pengorbanan serta pilihan kaliansehingga saya mampu menyelesaikan studi dan perkuliahan di
kampus tercinta ABINILA. Terima kasih pula telah memilih jurusanIlmu Adminitrasi Bisnis ini menjadi almamater tempat di mana sayamempelajari banyak hal dan mencapai banyak pencapaian. Semogailmu dan pengetahuan yang selama ini saya pelajari mampu menjadisesuatu yang sangat berguna bagi diri saya dan kalian serta orang-orang di sekitar saya. Semoga Papa Senang di sana senang dengan
apa yang saya telah saya pelajari dan saya capai. Terima kasih Papatercinta Walter Rolos dan Mama tercinta Dortje Parante serta kakak-
kakak Viana Rolos dan Jossie Rolos serta Selviani Tagan.
MYUBeloved partner.
SPECSPECial home, people & friend.
ABINILAA place where a jambu story starts.
SANWACANA
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan limpahan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan
penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Modal Psikologi Terhadap
Organizational Citizenship Behaviour (Studi Pada Pegawai Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi)”. Penyusuan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat agar dapat memperoleh gelar Sarjana Adminitrasi Bisnis di Universitas
Lampung. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak, khususnya yang berada pada Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Untuk itu, sebagai wujud rasa
hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Keluarga Rolos’s Family, bapak Walter dan Ibu Dortje serta Viana Rolos
dan Jossie Rolos terima kasih atas dukungan dan kesempatan yang telah
diberikan pada saya untuk merasakan bangku kuliah di kampus tercinta.
3. Ayu Meriza yang lebih dulu S.Pd, terimakasih banyak atas dukungan dan
motivasi kamu yang selalu menemaniku di setiap waktu dalam keaadaan
apapun, kuliah, tugas, santai, hingga pencapaian prestasi dan beasiswa ku.
Thanks Myu.
4. kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Sukabumi, ibu sekertaris dan
seluruh staf dan pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Bandar
Lampung yang telah sangat membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. A. Effendi, M.M., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Yulianto,M.S., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
8. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
9. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
10. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Adminstrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam
masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
11. Bapak Dr. Nur Efendi, S.Sos, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah
sabar dan ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan juga memberika motivasi serta ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
12. Bapak Deddy Aprilani, S.A.N, M.A., selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan saran dan kritik, nasihat, arahan, motivasi dalam
proses penyelesaian skripsi ini serta ilmu yang sangat bermanfaat kelak
bagi penulis.
13. Ibu Mertayana selaku Staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Lampung yang telah banyak membantu penulis baik dalam perkuliahan
maupun penyelesaian skripsi ini.
14. Seluruh Dosen dan Staf Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung,
terimakasih atas segala ilmu yang selama ini telah diberikan kepada
penulis.
15. Ibu Andi Windah, S.I.Kom, M.Comm&MedSt., selaku pembina Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas SPEC Unila. Terima Kasih bu atas
kepercayaan pada saya, dukungan dan motivasi yang bukan hanya tentang
klub tercinta namun juga motivasi untuk kuliah saya serta pelajaran akan
leadership & scholarship yang membantu saya untuk mencapai apa yang
saya impikan.
16. Sahabat biji, Bonatua Evangelista terima kasih atas waktu dan tenaga serta
gurauan yang selalu menemani dari awal kuliah sampai saya selesai
menyelesaikan studi saya bro.
17. Teman – teman bisnis yang selalu lebih memberi warna, canda tawa dan
dukungan selama studi saya, Daru, Fidyananta, Riska, Abdul, Destian,
Etri, Vida, Dita, Dimas, Zulian, Afiks, Annisa, Putri, Arisa. Terima kasih
untuk selalu menerima saya dalam kelompok saat di mana tidak ada
satupun yang ingin satu kelompok dengan saya, terima kasih untuk
support kalian saat saya merasa sepi dan hilang semangat kuliah, terima
kasih pula atas memori saat propti, makrab, kuliah yang selalu akan saya
ingat. I wish you all tons of luck my friend, see you soon.
18. Seluruh Angkatan Administrasi Bisnis 2012 yang selalu memberi warna
kehidupan perkuliahan tanpa terkecuali dari Reg A sampai Reg B, Nick,
Widi, Agung, Ovi, Alan, Romario, Romi, Aan, Mahfudin, Romanudin,
Eldo, Ardi, Wawan, Rizki Sule, Guswindi, Fidel, Rama Sentong, Dwi
Prasetyo, Angga, Tika dan kawan-kawan, Zahra dan kawan-kawan, Ika
dan kawan-kawan, dan yang lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu,
semoga kelak kita bisa berkumpul full dengan membawa kesuksesan
masing-masing.
19. Rekan – rekan sekaligus teman SPECial bisnis, founder team of Social
Political English Club, Risyah, Bakso, Jaka serta Melin, Citra, Arman
terima kasih atas kepercayaan kalian, support kalian tidak hanya mengenai
club tercinta tapi juga penelitian saya dan kebersamaan di akhir masa
kuliah yang luar biasa. Tetap semangat atas pencapaian kita kawan, ayo
tetap semangat untuk belajar dan berbagi ilmu yang kita punya. WE ARE
SPECIAL!!
20. My brother and sister Team Leader 1.0, Puspa, Febry, Muti, Sabrina,
Dina, Afi, Marsel, Wendi, Akbar, Nabila. Terima kasih atas kepercayaan
kalian, dukungan dan semangat kalian sehingga kita bisa bersama – sama
mencapai sesuatu hal yang luar biasa serta berhasil membuktikan bahwa
we truly different and SPECial. Tetap semangat untuk be SPECial ya.
21. Terima kasih untuk Eso Unila dan PSM Unila, kak Fadila Syakira, Kak
Ria Effendi, Kak Andre, arif, Kak Rio, Kak Agus, Kak Riko, Kak Rangga,
Denis, Wahyu, Haryati dan seluruh kakak - kakak dan teman – teman
2012. Terima kasih untuk pernah mengajarkan saya newscasting dan
mendukung saya untuk bisa punya sedikit pencapaian saat saya kuliah.
Terima kasih untuk mengajarkan saya tentang keorganisasian dan
leadership untuk pertama kalinya. Terima kasih untuk pelajaran dan
memori luar biasa dalam masa awal kuliah saya.
22. Terima kasih untuk keluarga KKN di Way Kanan, Bapak dan Ibu Mardi,
Bang Ridho, Bang Kus, Mas Hari, Agnes, Kak Sherly, Mbak Irma, Kak
Riska. Sukses selalu pak, bu, bang, kak dan teman - teman.
23. Teman – teman dan kakak – kakak, Just Speak Indonesia. Kak Fadlan,
Kak Aulia dan semua team tutor beserta rekan – rekan tim ngosok, Bang
Reyhan, Ivo, Candra, Imam. Terima kasih atas dukungan dan motivasi
serta pengalaman yang kalian berikan. Learn and Share!!
24. Kakak sekaligus sahabat baru ku, Kak Piche dan Kak Bibah serta seluruh
teman – teman baru dari seluruh Indonesia ku yang tergabung dalam
IChYEP 2016.
Bandar Lampung, Desember 2016Penulis
Hendry Yosua Rolos
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................1B. Rumusan Masalah...........................................................................................................8C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................8D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Psikologi ............................................................................................................111. Definisi Modal Psikologi ..................................................................................132. Komponen Modal Psikologi .............................................................................153. Pengukuran Modal Psikologi ............................................................................20
B. Organizational Citizenship Behaviour .........................................................................211. Pengertian Organizational Citizenship Behaviour ............................................212. Dimensi Organizational Citizenship Behaviour................................................243. Motif Yang Mendasari Organizational Citizenship Behaviour........................274. Kontribusi Organizational Citizenship Behaviour Dalam Perusahaan Dan
Organisasi .........................................................................................................28C. Hubungan Modal Psikologi Dengan Organizational Citizenship Behaviour ...............31D. Penelitian Terdahulu .....................................................................................................29E. Kerangka Pemikiran......................................................................................................38F. Hipotesis Penelitian ......................................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................43B. Definisi Konseptual ......................................................................................................43C. Definisi Operasional .....................................................................................................46D. Populasi Dan Sampel ....................................................................................................47E. Jenis Dan Sumber Data.................................................................................................48F. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................48G. Skala Pengukuran Variabel...........................................................................................49H. Method Of Successive Interval (MSI)...........................................................................50
ii
I. Pengujian Instrumen Data.............................................................................................511. Uji Validitas ......................................................................................................512. Uji Reliabilitas ..................................................................................................55
J. Uji Asumsi Klasik.........................................................................................................581. Uji Normalitas...................................................................................................582. Uji Heteroskedastisitas......................................................................................583. Ui Mulitkolinieritas...........................................................................................59
K. Teknik Pengolahan Data ...............................................................................................591. Statistik Deskriptif ............................................................................................592. Uji Regresi Linier Sederhana............................................................................603. Uji Regresi Linier Berganda .............................................................................614. Uji Determinasi .................................................................................................615. Uji Hipotesis .....................................................................................................62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Rawat Inap Sukabumi...................................................65B. Analisis Statistik Deskriptif ..........................................................................................68
1. Gambaran Karakteristik Responden .................................................................68C. Analisis Jawaban Responden Tentang Faktor Modal Psikologi Dan
Organizational Citizenship Behaviour ..........................................................................701. Variabel Efikasi Diri .........................................................................................712. Variabel Optimisme ..........................................................................................763. Variabel Harapan ..............................................................................................814. Variabel Resiliensi ............................................................................................855. Variabel Organizational Citizenship Behaviour...............................................90
D. Pengujian Asumsi Klasik..............................................................................................981. Uji Normalitas...................................................................................................982. Uji Heterokedastisitas .......................................................................................993. Uji Multikoliniertitas ......................................................................................101
E. Hasil Dan Pembahasan ...............................................................................................1021. Pengujian Regresi Linier Sederhana ...............................................................1022. Pengujian Regresi Linier Berganda ................................................................1073. Uji Determinasi ...............................................................................................1094. Uji Hipotesis ...................................................................................................110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................................120B. Saran ...........................................................................................................................122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi ............................................5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...............................................................................36
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................................46
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pre-Test ......................................................................................53
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Keseluruhan ...............................................................................54
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Pre-Test ..................................................................................57
Tabel 3.5 Hasil Uji Relisabilitas Keseluruhan ..........................................................................57
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Pelayanan Rawat Inap Sukabumi BerdasarkanJenis Kelamin............................................................................................................................67
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................68
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur.................................................................68
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...................................................69
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Menikah.................................................69
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ..............................................69
Tabel 4.7 Tabel Kriteria Penilaian Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Angket...........70
Tabel 4.8 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Menemukan Solusi Bagi MasalahYang Bersifat Jangka Panjang ..................................................................................................71
Tabel 4.9 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Bertindak Sebagai Wakil Unit KerjaSaya Dalam Rapat Manajemen.................................................................................................72
Tabel 4.10 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Memberikan Kontribusi Dalam SetiapRapat Yang Diadakan ...............................................................................................................72
Tabel 4.11 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Memberi Masukan Dalam PenetapanTarget Unit Kerja Saya. ............................................................................................................73
Tabel 4.12 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Membahas Masalah Dengan Pihak DiLuar Puskesmas ........................................................................................................................74
iv
Tabel 4.13 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Menyampaikan Informasi KepadaRekan-Rekan Kerja Saya ..........................................................................................................74
Tabel 4.14 Distribusi Keseluruhan Responden Mengenai Variabel Modal Psikologi – EfikasiDiri ............................................................................................................................................75
Tabel 4.15 Distribusi Responden Tentang Jika Saya Menghadapi Masalah Dalam Pekerjaan,Saya Memiliki Berbagai Alternati Untuk Menyelesaikannya ..................................................76
Tabel 4.16 Distribusi Responden Tentang Saat Ini, Saya Merasa Bersemangat UntukMencapai Target Pekerjaan Saya..............................................................................................77
Tabel 4.17 Distribusi Responden Tentang Terdapat Berbagai Alternatif Solusi Dibalik SetiapMasalah .....................................................................................................................................77
Tabel 4.18 Distribusi Responden Tentang Saat Ini, Saya Merasa Sukses Dalam Bekerja.......78
Tabel 4.19 Distribusi Responden Tentang Saya Memikirkan Berbagai Cara Untuk MencapaiTarget Kerja Saya. ....................................................................................................................79
Tabel 4.20 Distribusi Responden Tentang Saat Ini, Saya Merasa Sudah Mencapai Apa YangMenjadi Target Kerja Pribadi ...................................................................................................79
Tabel 4.21 Distribusi Keseluruhan Responden Mengenai Variabel Modal Psikologi –Optimisme.................................................................................................................................80
Tabel 4.22 Distribusi Responden Tentang Saya Sulit Untuk Bangkit Kembali JikaMenghadapi Masalah Pekerjaan Yang Tidak Terselesaikan ....................................................81
Tabel 4.23 Distribusi Responden Tentang Saya Biasa Mengatasi Masalah Dalam PekerjaanDengan Berbagai Cara ..............................................................................................................82
Tabel 4.24 Distribusi Responden Tentang Jika Kondisi Di Tempat Kerja Memaksa, Saya BisaMengerjakan Sendirian .............................................................................................................82
Tabel 4.25 Distribusi Responden Tentang Saya Biasa Mengatasi Dengan Mudah Hal-HalYang Membuat Stres Saat Bekerja ...........................................................................................83
Tabel 4.26 Distribusi Responden Tentang Saya Dapat Melalui Masa-Masa Sulit DalamBekerja Karena Sebelumnya Saya Sudah Pernah Mengalaminya ............................................83
Tabel 4.27 Distribusi Responden Tentang Kemampuan Mengerjakan Berbagai HalSekaligus ...................................................................................................................................84
Tabel 4.28 Distribusi Keseluruhan Responden Mengenai Variabel Modal Psikologi –Harapan .....................................................................................................................................85
Tabel 4.29 Distribusi Responden Tentang Jika Terjadi Ketidakpastian Di Tempat Kerja,Biasanya Saya Berharap Yang Terbaik ....................................................................................86
v
Tabel 4.30 Distribusi Responden Tentang Jika Ada Sesuatu Yang Salah, Saya Akan BekerjaDengan Penuh Pertimbangan....................................................................................................86
Tabel 4.31 Distribusi Responden Tentang Saya Selalu Melihat Sisi Baik Dari PekerjaanSaya...........................................................................................................................................87
Tabel 4.32 Distribusi Responden Tentang Saya Optimis Dengan Apapun Yang MungkinTerjadi Pada Pekerjaan Saya Di Masa Depan...........................................................................88
Tabel 4.33 Distribusi Responden Tentang Pada Pekerjaan Ini, Saya Merasa Semua Hal TidakSesuai Dengan Apa Yang Saya Inginkan .................................................................................88
Tabel 4.34 Distribusi Responden Tentang Dalam Menjalani Pekerjaan Ini Saya MemilikiPrinsip “Ada Hikmah Dibalik Setiap Masalah”........................................................................89
Tabel 4.35 Distribusi Keseluruhan Responden Mengenai Variabel Modal Psikologi –Resiliensi...................................................................................................................................90
Tabel 4.36 Distribusi Responden Tentang Saya Pernah Dengan Senang Hati MembantuRekan Kerja Yang Membutuhkan Bantuan Tanpa Mengharapkan Imbalan ............................91
Tabel 4.37 Distribusi Responden Tentang Saya Pernah Meluangkan Waktu Untuk MembantuOrang Lain Berkaitan Dengan Permasalahan Kerja .................................................................91
Tabel 4.38 Distribusi Responden Tentang Saya Pernah Mengikuti Pelatihan Di Luar DenganBiaya Sendiri Agar Dapat Meningkatkan Kinerja Walaupun Tidak Diminta PihakPuskesmas .................................................................................................................................92
Tabel 4.39 Distribusi Responden Tentang Saya Selalu Tepat Waktu Atau Datang LebihAwal Tiap Hari Tidak Pedulli Walaupun Musim Hujan .........................................................93
Tabel 4.40 Distribusi Responden Tentang Bagi Saya Puskesmas Selalu MengeluarkanKebijakan Yang Baik Untuk Pegawainya.................................................................................93
Tabel 4.41 Distribusi Responden Tentang Saya Selalu Menjalankan Tugas Dengan SenangHati Walaupun Tugas Itu Sungguh Luar Biasa Banyaknya .....................................................94
Tabel 4.42 Distribusi Responden Tentang Saya Rutin Mengikuti Kegiatan Yang DiadakanPuskesmas .................................................................................................................................95
Tabel 4.43 Distribusi Responden Tentang Saya Selalu Mempertimbangkan Hal-Hal TerbaikUntuk Kemajuan Puskesmas Ke Depannya..............................................................................95
Tabel 4.44 Distribusi Responden Tentang Saya Sering Mengingatkan Teman Agar TidakLupa Menyelesaikan Tugasnya.................................................................................................96
Tabel 4.45 Distribusi Responden Tentang Saya Pernah Mengajak Rekan Kerja Makan SiangBersama Untuk Sharing Tentang Kendala Atau Masalah Yang Dihadapi DalamMenyelesaikan Tugas................................................................................................................97
vi
Tabel 4.46 Distribusi Keseluruhan Responden Mengenai Variabel Organizational CitizenshipBehaviour..................................................................................................................................97
Tabel 4.47 Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................................................101
Tabel 4.48 Hasil Uji Regresi Sederhana Berganda Efikasi Diri (X1) Terhadap OrganizationalCitizenship Behaviour (Y) ......................................................................................................102
Tabel 4.49 Hasil Uji Regresi Sederhana Berganda Optimisme (X2) Terhadap OrganizationalCitizenship Behaviour (Y) ......................................................................................................103
Tabel 4.50 Hasil Uji Regresi Sederhana Berganda Harapan (X3) Terhadap OrganizationalCitizenship Behaviour (Y) ......................................................................................................104
Tabel 4.51 Hasil Uji Regresi Sederhana Berganda Resiliensi (X4) Terhadap OrganizationalCitizenship Behaviour (Y) ......................................................................................................105
Tabel 4.52 Hasil Uji Regresi Linier Berganda........................................................................107
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran..................................................................................41
Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot.............................................................................99
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas................................................................................100
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya
manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya
manusia tidak lepas dari faktor karyawan yang diharapkan dapat berprestasi
sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi pemerintah. Karyawan
merupakan aset utama organisasi dan mempunyai peran yang strategis di dalam
organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi.
Sumber daya manusia sebagai salah satu elemen utama dari organisasi merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dikarenakan faktor manusia sangat
berperan dalam mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja
membantu organisasi dalam mencapai tujuannya tetapi juga membantu
menentukan apa yang benar-benar dapat dicapai dengan sumber daya yang
tersedia. Organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan
mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan.
Organisasi sukses membutuhkan karakteristik karyawan yang bersedia
memberikan kinerja optimal. Kinerja optimal tidak saja sesuai dengan apa yang
diinginkan organisasi, tetapi diharapkan mampu melebihi harapan yang ada.
2
Efektifitas suatu organisasi dapat dilihat dari interaksi kerja pada tingkat
individual, kelompok, dan sistem-sistem organisasi yang menghasilkan output
manusia yang memiliki tingkat absensi yang rendah, perputaran karyawan yang
rendah, minimnya perilaku menyimpang dalam organisasi, tercapainya kepuasan
kerja dan juga karyawan harus memiliki Organizational Citizenship Behavior
(OCB) (Robbins dan Judge 2008: 40). Dalam dunia kerja yang dinamis seperti
saat ini, tugas semakin sering dikerjakan dalam tim dan sangatlah penting bagi
organisasi memiliki karyawan yang menunjukan perilaku keanggotaan yang baik.
Keanggotaan organisasi yang baik ditunjukan ketika karyawan mau melakukan
kinerja extra-role selain kinerja intra-role. OCB sebagai perilaku di luar
persyaratan formal pekerjaan yang memberikan keuntungan bagi organisasi.
Karyawan yang menunjukkan perilaku tersebut memberi kontribusi positif
terhadap organisasi melalui perilaku di luar uraian tugas, di samping karyawan
tetap melaksanakan tanggung jawab sesuai pekerjaannya. Sejalan dengan definisi
yang diungkap Robbins dan Judge, Menurut Organ, OCB adalah perilaku individu
yang bebas, tidak secara langsung atau eksplisit diakui dalam sistem pemberian
penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi efektif organisasi. Atau dengan
kata lain, OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi peran yang diwajibkan,
yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem reward formal
(Organ, 1988; dalam Bolino, Turnley dan Bloodgood 2002: 505). Organ dan
Bateman serta Smith dkk menamakan kinerja extra-role dengan istilah
Organizational Citizenship Behaviors (OCB).
3
Menurut Organ et al. (1998) dimensi OCB terdiri dari lima dimensi: (1) altruism,
yaitu perilaku membantu meringankan pekerjaan yang ditujukan kepada individu
dalam suatu organisasi, (2) courtesy, yaitu membantu teman kerja mencegah
timbulnya masalah sehubungan dengan pekerjannya dengan cara memberi
konsultasi dan informasi serta menghargai kebutuhan mereka, (3) sportsmanship,
yaitu toleransi pada situasi yang kurang ideal di tempat kerja tanpa mengeluh, (4)
civic virtue, yaitu terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan peduli pada
kelangsungan hidup organisasi, (5) conscientiousness, yaitu melakukan hal-hal
yang menguntungkan organisasi seperti mematuhi peraturan-peraturan di
organisasi.
Salah satu faktor yang umumnya mempengaruhi timbulnya perilaku kinerja extra-
role atau disebut Organizational Citizenship Behaviour yaitu faktor kepuasan
kerja dan motivasi kerja. Dikatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh
positif moderat pada kinerja. Orang yang mempunyai motivasi, tingkat kepuasan
kerja lebih tinggi cenderung mempunyai tingkat kinerja tugas lebih tinggi, tingkat
citizenship behaviour lebih tinggi dan tingkat perilaku kontra produktif lebih
rendah. (Colquit et.al. dalam Wibowo 2013:141) Namun ternyata ada faktor lain
yang diindikasi dapat mempengaruhi seorang pegawai memberikan kinerja yang
optimal yang cenderung merujuk ke suatu perilaku mau untuk melakukan
pekerjaan di luar peran mereka. Faktor tersebut dikatakn dlam penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Seyed Mousa Golestaneh dalam penelitiannya yang berjudul
“The Relationship between Psychological Capital and Organizational Citizenship
Behavior”, merupakan faktor modal psikologi.
4
Modal psikologi merupakan perkembangan dari perilaku organisasional positif
yang menekankan pada pengaplikasian kekuatan atau kelebihan (hal-hal positif)
dalam sumber daya manusia. Modal psikologi yang kuat membuat para karyawan
berkomitmen kuat pada pekerjaannya. Komitmen ini dicirikan antara lain
kemauan bekerja keras dan tidak menyerah pada kesulitan-kesulitan, keterlibatan,
antusiasme dan berkonsentrasi penuh dalam bekerja. Karyawan yang
berkomitmen dengan pekerjaannya akan sangat asyik dan bersemangat dalam
bekerja, bahkan seolah-olah tidak memikirkan waktu kerja dan reward yang
diterimanya. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, tekun, persisten dengan
serius namun ceria. Modal Psikologi atau Psychological Capital ini didefinisikan
sebagai:
"pengembangan karakter atau watak psikologis positif seorang individudan ditandai oleh: memiliki kepercayaan diri (self-efficacy) untukmengambil dan dimasukkan ke dalam upaya yang diperlukan untukberhasil pada tugas-tugas yang menantang; membuat atribusi yang positif(optimisme) terhadap keberhasilan saat ini dan di masa depan; tekunmencapai tujuan dan, bila perlu, mengarahkan jalan ke tujuan (harapan)agar mencapai keberhasilan; dan ketika dilanda masalah dan kesulitan,mempertahankan dan bangkit kembali dan bahkan melampaui(resilience/ketahanan) untuk mencapai sukses." (Luthans et al., 2015:2).
Salah satu lembaga/instansi pemerintah yang membawa misi sosial,
mengutamakan pelayanan medis terhadap masyarakat yaitu Puskesmas. Demikian
juga dengan Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja Kecamatan Sukabumi. Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat. Pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dituntut untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan kinerja yang baik untuk dapat memberikan
5
pelayanan yang maksimal dan baik. Untuk memberikan pelayanan yang baik
maka para pegawai yang bekerja di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi direkrut
berdasarkan bidang-bidang yang dibutuhkan untuk melengkapi bagian divisi
pekerjaan yang dibutuhkan oleh sebuah puskesmas.
Tabel 1.1 Daftar Tenaga kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi
Tenaga PNS Jumlah Tenaga Kontrak/TKS Jumlah
Kepala Puskemas 1 Dokter 1
Bidan 7 Bidan 7
Perawat 11 Perawat 4
Dokter 5 Staff Administrasi 2
Apoteker 1 Asisten Gigi 1
Staff Administrasi 1 Cleaning Service 1
Gizi 1 Cleaning Service + Laundry 1
Analis 3 OB Puskesmas 1
Kasubag Tata Usaha 1 Supir Puskesmas 1
Farmasi 1
Kesehatan Keliling 2
Total Tenaga PNS 34 Total Tenaga Kontrak/TKS 20
Sumber: Data Kasubag TU Puskesmas Rawat Inap Sukabumi, 2016
Pembagian pekerjaan sesuai bidang dan keahlian mereka bertujuan mendukung
berjalanya proses pelayanan kesehatan sesuai dengan tujuan dari Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi yaitu memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat
secara maksimal. Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas dan beberapa pegawai di bidangnya. Bidang dan unit kerja di
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi meliputi Administrasi, Tata Usaha, Analis,
Farmasi, Dokter, Bidan, Perawat, Gizi dan Farmasi serta Kesehatan keliling.
6
Pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi berjumlah 54 orang termasuk Kepala
Puskesmas. Jumlah tersebut merupakan jumlah keseluruhan dari total tenaga kerja
PNS dan kontrak/tenaga kerja sukarela. Berdasarkan tabel 1.1 diatas tiap pegawai
yang bekerja di unit pelayanan kesehatan Puskemas Rawat Inap Sukabumi
melakukan pekerjaan mereka masing-masing sesuai jabatan dan posisinya
masing-masing. Namun dalam melaksanakan peran mereka masing-masing,
berdasarkan informasi dari Kepala Puskesmas Rawat Inap Sukabumi, beliau
menyadari bahwa para pegawai dalam melakukan tugas dan perannya terkadang
mereka mampu untuk mengerjakan pekerjaan lebih dari peran masing-masing.
Perilaku extra-role yang terjadi pada kinerja para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi ditandai dengan beberapa hal. Seorang pegawai cenderung mampu
menggantikan pegawai lain ketika pegawai tersebut tidak masuk, membantu
bidang lain ketika dibutuhkan dan saling memberi kritik dan saran dalam bekerja.
Para pegawai senior selalu membimbing pegawai-pegawai baru dalam
menjalankan pekerjaan sesuai tugas mereka masing-masing. Para pegawai selalu
dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi guna mempererat hubungan individu satu sama lain melalui
kegiatan tersebut. Selalu mentaati peraturan yang telah dibuat dan diberikan
Kepala Dinas atau Kepala Puskesmas. Selain itu beberapa pegawai di Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi dapat melakukan pekerjaan ganda yang dapat
menguntungkan dan membantu kelangsungan siklus kerja. Beberapa pegawai
seperti bidan atau perawat mampu merangkap sebagai bendahara, staff pengadaan
barang juga mampu membantu bidang-bidang lain yang memang membutuhkan
7
bantuan. Perilaku ini tidak hanya semata-mata didasari karena adanya sistem
reward formal namun merupakan pilihan dan inisiatif individual.
Kepala Puskesmas Rawat Inap Sukabumi juga menambahkan bahwa dalam
menjalankan tugas dan pekerjaan, para pegawai cenderung memiliki kepribadian
yang baik. Para pegawai mampu bekerja dengan percaya diri dan optimis ketika
menghadapi tantangan ketika adanya perubahan jam kerja maupun tugas-tugas
tambahan. Selain itu, para pegawai juga cenderung mampu bertahan dalam
keadaan banyaknya tugas dan bersifat profesional dalam bekerja walaupun ada
permasalahan pribadi yang mempengaruhi pikiran pegawai. Para pegawai di
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi melakukan pekerjaan dengan kerja keras,
antusias dan selalu berkonsentrasi penuh dalam bekerja. Psikologis para pegawai
yang baik membantu Puskesmas Rawat Inap Sukabumi melayani masyarakat
dengan baik dan maksimal. Dengan adanya kecenderungan perilaku seperti ini
maka perlu diketahui apakah benar perilaku modal psikologi mempengaruhi
perilaku keanggotaan yang baik atau yang disebut Organizational Citizenship
Behaviour.
Dari penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk mangadakan penelitian yang
berhubungan dengan Modal Psikologi dan Organizational Citizenship Behaviour
yang selanjutnya menjadi judul skripsi yaitu “Pengaruh Modal Psikologi
Terhadap Organizational Citizenship Behaviour (Studi Pada Pegawai
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Bandar Lampung)”
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dirumuskan yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh efikasi diri terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi?
2. Bagaimanakah pengaruh resiliensi terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi?
3. Bagaimanakah pengaruh harapan terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi?
4. Bagaimanakah pengaruh optimisme terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi?
5. Bagaimanakah pengaruh efikasi diri, resiliensi, harapan dan optimisme
terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada pegawai Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Sesuai perumusan
masalah yang disebutkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
2. Mengetahui pengaruh Resiliensi terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
3. Mengetahui pengaruh Harapan terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
9
4. Mengetahui pengaruh Optimisme terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
5. Mengetahui pengaruh efikasi diri, resiliensi, harapan dan optimisme
terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada pegawai Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat bagi instansi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
instansi dan para pegawainya untuk menambah wawasan di bidang ilmu
manajemen SDM dan pengetahuan mengenai kinerja pegawai, khususnya
wawasan mengenai Modal Psikologi dan Organizational Citizenship
Behaviour. Diharapkan wawasan ini mampu meningkatkan tingkat
produktifitas dari para pegawai pada Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
2. Manfaat bagi akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi teman-teman
mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan menyusun skripsi atau akan
melakukan penelitian mengenai pengaruh Modal Psikologi terhadap
Organizational Citizenship Behaviour.
3. Manfaat bagi peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai pengaruh Modal
10
Psikologi terhadap Organizational Citizenship Behaviour di Indonesia
khususnya terhadap perusahaan, organisasi, maupun instansi pemerintah.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Psikologi
Modal Psikologi atau yang disebut Psychological Capital (PsyCap) merupakan
hasil dari pandangan yang muncul karena adanya kebutuhan perusahaan akan
pekerja yang berkualitas. Perusahaan memiliki beragam persyaratan dan
kebutuhan akan pekerja sehingga membuat perusahaan berlomba-lomba untuk
mencari pekerja yang memiliki kualitas individu yang baik Luthans, et al. (dalam
Mikko, 2012:9) Hal ini diperkuat dengan adanya anggapan bahwa perusahaan
yang ada tidak melihat potensi dari sumber daya manusia yang dimiliki secara
keseluruhan melainkan hanya melihat individu yang berkualitas Avolio (dalam
Mikko, 2012:9). Pandangan perusahaan ini menunjukkan bahwa mereka tidak
percaya akan nilai-nilai sumber daya manusia sehingga mereka tidak mau
berinvestasi dan melakukan pengembangan lebih jauh pada sumber daya manusia
yang dimiliki.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada saat itu, pendekatan yang muncul dan
berkembang lebih mengarah kepada bagaimana menemukan pekerja yang
memiliki bakat dan performa yang baik Goodwin & Olson (dalam Mikko,
2012:9). Pada saat itu, terdapat dua pendekatan yang muncul. Pendekatan tersebut
12
adalah pendekatan yang bersifat negatif dan positif. Pendekatan negatif yang
dimaksud menjelaskan beberapa konstruk yaitu keadaan emosional tenaga kerja,
stres, burnout, konflik, dan disengagement. Hal yang diperhatikan adalah
bagaimana memperbaiki hal yang sifatnya negatif sehingga individu bisa
memiliki performa yang lebih baik. Sedangkan, pendekatan positif yang dimaksud
bertujuan untuk meningkatkan konstruk organizational behavior positive seperti
kepercayaan diri, reinforcement, goal-setting, positive affectivity citizenship
behavior, empowerment, engagement, dan partisipasi. Locke (dalam Mikko,
2012:9) Masa di mana perusahaan berlomba memiliki pekerja dengan kualitas
yang baik, banyak penelitian berfokus pada tiga hal, yaitu menyembuhkan mental
illness, membantu seseorang menjadi lebih bahagia dan lebih produktif, serta
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Melihat hal itu, peneliti terdorong untuk menemukan suatu pendekatan yang lebih
positif karena berbagai pendekatan negatif hanya berfokus pada keadaan negatif
dari psikologis seseorang Avolio (dalam Mikko, 2012:10) Sebagai peneliti,
Seligman (dalam Mikko, 2012:10) juga mencoba untuk mengembangkan suatu
pendekatan psikologis positif baru yang lebih berfokus untuk membantu orang
yang sehat menjadi lebih bahagia, produktif, dan dapat mengaktualisasikan
potensi yang dimilikinya. Kemudian, hasil penelitian Seligman dilanjutkan oleh
Cameron, Dutton, & Quinn (2003, Mikko, 2012:10) memunculkan Positive
Organizational Scholarship, yaitu positive psychology di tingkat organisasi dan
POB, yaitu Positive Organizational Behavior, yang menjelaskan mengenai
positive psychology di tingkat individu. POB bisa didefinisikan sebagai suatu
studi dan aplikasi yang memiliki orientasi positif dari kekuatan sumber daya
13
manusia dan kemampuan psikologis yang bisa diukur, dikembangkan, dan diatur
secara efektif untuk meningkatkan performa pada lingkungan pekerjaan (Luthans,
2002b, p. 59 dalam Luthans, et al., 2007:542). Secara tidak langsung, definisi
tesebut menjelaskan manfaat POB dalam membuat seseorang untuk semakin
produktif sesuai dengan potensi yang ia miliki.
POB juga memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain: (1) suatu
konstruk yang positif dan unik, (2) harus berdasarkan teori dan penelitian, (3) bisa
diukur secara valid, (4) suatu kriteria yang state-like atau dapat dikembangkan,
dan (5) memiliki pengaruh yang positif pada kinerja individu (Luthans, et al.,
2007:544).
Salah satu syarat agar suatu konstruk bisa digolongkan menjadi POB adalah
konstruk tersebut harus berupa state-like. State-like itu sendiri memiliki
karakteristik seperti terbuka, dapat berubah, dan dapat dikembangkan.
Psychological capital termasuk kedalam POB karena memiliki karakteristik state-
like seperti yang terdapat pada POB. Salah satu buktinya adalah psychological
capital dapat menggambarkan secara lebih baik dalam memahami dan
mengembangkan sumber daya manusia sebagai aset dari perusahaan (Luthans, et
al., 2007:544). Psychological capital juga lebih fokus untuk mengembangkan
sumber daya manusia sehingga dapat membuat performa meningkat daripada
mengembangkan organisasi tempat seseorang bekerja.
1. Definisi Modal Psikologi
Modal psikologi atau psyhological capital itu memiliki banyak definisi, salah satu
definisi modal psikologi menurut Luthans, et, al., (2015:2)
14
“is an individual’s positive psychological state of development and ischaracterized by: (1) having confidence (self-efficacy) to take on and putin the necessary effort to succeed at challenging tasks; (2) making apositive attribution (optimism) about succeeding now and in the future; (3)persevering toward goals and, when necessary, redirecting paths to goals(hope) in order to succeed; and (4) when beset by problems and adversity,sustaining and bouncing back and even beyond (resiliency) to attainsuccess.” (Luthans, Youssef, & Avolio, 2015: 2)
Pada penelitian ini, definisi dari modal psikologi yang digunakan peneliti
merupakan definisi dari Luthans, et al. (2007:2). Modal psikologi bisa
didefinisikan sebagai suatu perkembangan keadaan psikologis yang positif pada
individu dengan karakteristik: (1) memiliki kepercayaan diri untuk memilih dan
menyerahkan upaya yang diperlukan agar berhasil pada tugas-tugas yang
menantang (efikasi diri); (2) membuat atribusi positif tentang keberhasilan di
masa kini dan mendatang (optimisme); (3) tekun dalam mencapai tujuan dan, bila
diperlukan mengalihkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih
keberhasilan (harapan), dan; (4) Ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu
dapat bertahan dan bangkit kembali bahkan melampaui keadaan semula untuk
mencapai keberhasilan (resiliensi). Karakteristik yang membangun modal
psikologi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga konstruk ini lebih baik
diukur sebagai satu kesatuan. Apabila modal psikologi hanya dianalisis satu atau
beberapa karakteristik saja, penelitian tersebut menjadi tidak memadai karena
modal psikologi tidak akan menjadi “modal psikologi” apabila salah satu dari
karakteristiknya tidak ada (Luthans, et al., 2007:549). Pada bagian selanjutnya,
peneliti akan membahas mengenai komponen-komponen yang membentuk
konstruk modal psikologi tersebut.
15
2. Komponen Modal Psikologi
Sesuai dengan definisi yang telah dipaparkan di atas, terdapat 4 komponen dalam
modal psikologi yaitu efikasi diri (self-efficacy), optimisme (optimism), harapan
(hope), dan resiliensi (resiliency).
2.1. Efikasi Diri
Luthans, et al.., (2015:50) mendefinisikan efikasi diri sebagai suatu keyakinan
atau kepercayaan diri seseorang mengenai kemampuannya dalam mengarahkan
motivasi, sumber-sumber kognisi, dan melakukan sejumlah tindakan yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas dalam
konteks tertentu. Luthans, et al. (2015:51) mengemukakan bahwa orang yang
memiliki efikasi diri memiliki karakteristik :
1. Individu menentukan target yang tinggi bagi dirinya dan mengerjakan
tugas-tugas yang sulit
2. Menerima tantangan secara senang dan terbuka
3. Memilik motivasi diri yang tinggi
4. Melakukan berbagai usaha untuk mencapai target yang telah dibuat
5. Gigih saat menghadapi hambatan
Kelima karakteristik tersebut, orang-orang dengan efikasi diri yang tinggi akan
dapat mengembangkan dirinya secara mandiri dan mampu untuk menjalankan
tugas secara efektif (Luthans, et al., 2015:50). Orang yang memiliki efikasi diri
tinggi akan mampu untuk menetapkan tujuan dan memilih tugas yang sulit untuk
dirinya. Sedangkan, pada orang yang memiliki efikasi diri rendah, individu akan
16
memiliki keragu-raguan, umpan balik yang negatif, kritik sosial halangan,
kegagalan yang berulang (Luthans, et al., 2015:51). Selanjutnya Luthans, et al.
(2015:48-50) juga menyebutkan lima penemuan penting terkait dengan efikasi
diri, yaitu:
a. efikasi diri merupakan suatu bidang yang spesifik. Seorang individu bisa saja
merasa percaya diri dalam hal tertentu namun tidak percaya diri pada hal lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri itu spesifik pada bidang yang ingin
dilihat.
b. Hasil dari efikasi diri tergantung pada latihan dan tingkat penguasaan tugas.
Individu memiliki efikasi diri tinggi dalam suatu hal tertentu karena ia sudah
pernah berlatih dan telah menguasai hal tersebut sebelumnya.
c. efikasi diri dapat terus berkembang. Sesorang mungkin saja memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dalam suatu hal tetapi ia merasa tidak nyaman ketika
diminta melakukan tugas lainnya. Contoh: seseorang yang biasa dan memiliki
kemampuan menulis diminta untuk berbicara di depan umum.
d. efikasi diri dipengaruhi oleh orang lain. Pandangan orang lain terhadap diri
seseorang memiliki pengaruh terhadap evaluasi diri yang muncul.
e. efikasi diri merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Tingkat kepercayaan diri seseorang tergantung dari banyak faktor. Faktor tersebut
dapat berupa hal yang bisa diraih masing-masing orang seperti pengetahuan dan
keterampilan.
17
2.2. Optimisme
Terdapat banyak definisi optimisme dalam modal psikologi, salah satunya
adalah menurut Seligman (1998 dalam Luthans, Youssef, & Avolio, 2015:118)
yang mendefinisikan optimisme sebagai suatu cara menginterpretasi kejadian-
kejadian positif sebagai suatu hal yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap,
dan dapat terjadi dalam berbagai situasi; serta menginterpretasikan kejadian-
kejadian negatif sebagai suatu hal yang terjadi akibat hal-hal di luar diri, bersifat
sementara, dan hanya terjadi pada situasi tertentu saja. Definisi lain mengenai
optimisme adalah sebuah gambaran dalam psikologi positif sebagai harapan masa
depan yang positif dan terbuka pada perkembangan diri yang menetap Carver dan
Scheier (dalam Luthans, et al., 2015:114).
Penjelasan lebih lanjut dari Luthans, et al. (2015:118) mengenai orang optimis
adalah orang yang akan beranggapan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
merupakan hal yang memang sengaja ia lakukan dan berada dalam kontrol
dirinya. Orang tersebut secara tidak langsung akan melihat segala suatu hal yang
terjadi dalam hidupnya secara positif dan apabila terjadi suatu hal yang negatif
dalam hidupnya, ia akan terus bersikap positif dan percaya akan masa depannya.
Pada orang yang pesimistis, ia tidak akan perhatian pada hal yang positif dalam
hidupnya bahkan ia hanya akan fokus pada beranggapan hal yang terjadi tersebut
dikarenakan kesalahannya semata. Seseorang yang optimis menjadi lebih realistik
dan fleksibel. Hal tersebut dikarenakan optimisme dalam modal psikologi tidak
hanya digambarkan sebagai perasaan positif dan egois tetapi menjadi suatu
pembelajaran yang kuat dalam hal disiplin diri, analisa kesalahan masa lalu, dan
18
perencanaan pencegahan terjadinya hal buruk Luthans, et al. (dalam Mikko
2012:14).
Individu dengan optimisme yang tinggi akan mampu merasakan implikasi secara
kognitif dan emosional ketika mendapatkan kesuksesan. Individu tersebut juga
mampu menentukan nasibnya sendiri meskipun mendapatkan tekanan dari orang
lain mampu memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait
ketika dirinya mencapai kesuksesan Luthans, et al. (dalam Mikko 2012:14 ).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki optimisme akan
mampu memandang permasalahan yang terjadi dalam hidupnya secara positif dan
menganggap hal negatif bukanlah hambatan untuk dirinya sehingga ia mampu
untuk menghadapi masa depan.
2.3. Harapan
Menurut Snyder (dalam Luthans, et al., 2015:83), harapan adalah suatu keadaan
motivasi positif yang didasari oleh proses interaksi antara (1) agency/willpower
(kekuatan keinginan)–komponen ini adalah energi untuk mencapai tujuan dan (2)
pathways/waypower (perencanaan untuk mencapai tujuan) untuk mencapai
kesuksesan. Hal yang membuat Hope berbeda dengan komponen lainnya adalah
komponen harapan memiliki pathway yang merupakan suatu perencanaan untuk
mencapai tujuan, dan agency yang menjelaskan bahwa harapan bisa diterapkan
pada kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki harapan, orang tersebut akan
memiliki kemampuan untuk mencari jalan alternatif dalam menyelesaikan
permasalahan hidupnya sehari hari meskipun ia mengalami berbagai hambatan.
19
Luthans, et al. (2015:83) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan hope pada diri seseorang. Hal yang perlu
diperhatikan adalah goal-setting. Seseorang perlu mengetahui apa yang menjadi
tujuannya sehingga ia tahu apa yang dituju dan cara yang perlu dilakukan untuk
mencapainya. Selain itu, orang tersebut perlu melakukan stepping untuk
meningkatkan harapan dalam dirinya. Stepping itu sendiri merupakan suatu cara
untuk menjabarkan setiap langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Hal terakhir yang dapat meningkatkan harapan adalah reward. Reward mampu
mendorong seseorang untuk mencapai harapannya sehingga ia akan termotivasi
untuk bekerja.
2.4. Resiliensi
Resiliensi bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk memantul atau
bangkit kembali dari kesulitan, konflik, kegagalan, bahkan pada persitiwa positif,
kemajuan, dan peningkatan tanggung jawab Luthans (dalam Mikko 2012:15).
Seseorang yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi mampu untuk belajar
dan berkembang dari tantangan yang dihadapi. Masten dan Reed (dalam Mikko
2012:5) mendefinisikan resiliensi sebagai suatu fenomena dengan pola adaptasi
positif dalam konteks situasi yang menyulitkan dan beresiko.
Masten dan Reed dalam Mikko (2012:16) menjelaskan bahwa perkembangan dari
resiliensi itu sendiri bergantung pada dua faktor yaitu resiliency assets dan
resilience risk (Luthans, et al dalam Mikko 2012:16)). Resiliency assets adalah
karateristik yang dapat diukur pada suatu kelompok atau individu yang dapat
memprediksi keluaran positif di masa yang akan datang dengan kriteria yang
20
spesifik. Resilience risk adalah sesuatu yang dapat meningkatkan keluaran yang
tidak diinginkan, seperti pengalaman yang tidak mendukung perkembangan diri,
contohnya seperti kecanduan alkohol, obat–obatan terlarang, dan terpapar trauma
kekerasan. Hasil temuan Youssef & Luthans (2005, dalam Mikko, 2012:16)
menunjukkan bahwa resiliency memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pekerja dalam hal kepuasan, kebahagiaan, dan komitmen pada pekerja. Hal
tersebut menunjukkan bahwa resiliency memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan individu.
3. Pengukuran Modal Psikologi
Pengukuran modal psikologi atau psychological capital diukur menggunakan
kuesioner Psychological Capital Questionare (PCQ) yang dibuat oleh Luthans, et
al. (2015:242). Psychological Capital Questionare ini memiliki 24 item yang
terdiri dari empat komponen yaitu self efficacy, optimism, hope, dan resiliency.
Setiap komponen, yang diwakili oleh 6 item ini, berasal dari alat ukur berbeda
yang kemudian diadaptasi menjadi PCQ. Pada PCQ, komponen efikasi diri
mengacu pada alat ukur self efficacy milik Parker, komponen harapan berasal dari
alat ukur Snyder, kompone optimisme pada PCQ dikembangkan dari alat ukur
Scheier dan Carver, dan komponen resiliensi dikembangkan dari alat ukur
Wagnild dan Young seperti yang dijelaskan dalam Luthans, et al. (2015:246)
21
B. Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Pada era globalisasi saat ini perusahaan dituntut untuk dapat melakukan
perubahan dari segi eksternal maupun internalnya agar dapat menyesuaikan diri
dengan para pesaingnya. Perilaku-perilaku yang senantiasa ditonjolkan di dalam
perusahaan saat ini tidak hanya perilaku yang sesuai peranannya saja (in-role)
akan tetapi diharapkan dapat lebih memunculkan perilaku extra-role, sehingga
kerjasama tim sebagai nilai penting di dalam sebuah organisasi dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Disamping itu, dengan adanya perilaku
extra-role di antara karyawan efektivitas perusahaan akan meningkat. Perusahaan
ataupun manajer dapat menghemat beberapa sumber daya yang telah dialokasikan
sebelumnya apabila perilaku extra-role di antara karyawan berjalan dengan baik.
Konsep mengenai organizational citizenship behavior pertama kali diperkenalkan
kurang lebih semenjak tiga dekade yang lalu oleh Dennis Organ pada tahun 1983.
Menurut Organ dalam Titisari (2014:4), OCB merupakan bentuk perilaku yang
merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward
formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. Dapat
diartikan bahwa karyawan yang memiliki OCB lebih kepada kesadaran ataupun
kerelaan pribadi untuk berperilaku sosial dan bekerja melebihi apa yang
diharapkan terhadap sesama karyawan maupun terhadap perusahaan. Smith et all
(1983) dalam Pratiwi (2013:24) mengatakan bahwa kebanyakan dari perilaku
yang mencerminkan organizational citizenship behavior tidak mudah diatur
dengan skema insentif individu, karena perilaku seperti itu sering kabur dan sulit
22
untuk mengukurnya. Perbedaan yang mendasar antara perilaku in-role dan extra-
role terletak pada hasil yang diperoleh atau penghargaan. Perilaku in-role
biasanya dihubungkan dengan penghargaan dan hukuman (sanksi), sedangkan
perilaku extra-role tidak dihubungkan dengan penghargaan yang akan diterima.
Oleh karena itu ,OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan pilihan pribadi
apabila seorang karyawan menunjukkan perilaku tersebut, maka ia akan
merasakan kepuasan di dalam dirinya sendiri dan apabila tidak menunjukkan
perilaku tersebut tidak akan menyebabkan hukuman dalam organisasi.
Perilaku OCB merupakan salah satu bentuk dari adanya teori pertukaran soial
dimana terdapat rasa saling percaya dan imbal balik di antara kedua belah pihak,
yaitu karyawan dan perusahaan (Widyaningrum dalam Pratiwi 2013:25). Apabila
individu merasa perlakuan organisasi baik maka mereka akan membalas dan
meningkatkan kinerja melebihi permintaan minimum pekerjaannnya dengan
membantu yang lain dan organisasi, sebaliknya jika organisasi memandang tenaga
kerja dalam jangka pendek maka mereka akan membalas dengan hanya
melakukan tugasnya saja dan meminimalisasi perilaku OCB. OCB meliputi dua
aspek (McNeely and Meglino dalam Pratiwi 2013:25) :
1. The individual focus
Adalah perilaku seseorang yang membantu individu yang lain seperti membantu
rekan kerja mengurangi resiko, menyelesaikan tugas yang berat dan menunjukkan
kepada karyawan baru cara melaksanakan tugas.
23
2. The group focus
Adalah perilaku memberikan kontribusi untuk organisasi seperti menyelesaikan
tujuan yang penuh arti, mengidentifikasi cara memperbaiki kinerja sebagai
anggota tim pemecah masalah.
Berdasarkan pengertian yang telah dideskripsikan oleh beberapa peneliti
terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. OCB merupakan perilaku extra-role atau perilaku di luar peranan (job
description) yang telah ditentukan oleh perusahaan, timbul karena adanya sikap
prososial dan atas dasar kerelaan pribadi dari karyawan.
2. Perusahaan tidak mengatur penghargaan (reward) atau sanksi (punishment)
yang akan diberikan kepada karyawan berkaitan dengan OCB, karena pada
dasarnya perilaku ini kabur dan sulit diukur. Oleh karena itu, karyawan yang
menunjukkan perilaku OCB tidak akan mendapat suatu penghargaan dari
perusahaan, begitu pula sebaliknya karyawan yang tidak menunjukkan perilaku
OCB tidak akan mendapatkan hukuman dari perusahaan.
3. Perilaku yang menunjukkan OCB merupakan umpan balik yang diberikan
karyawan atas perlakuan baik yang diterimanya dari perusahaan. Perilaku OCB
muncul di antara karyawan dikarenakan adanya perasaan sebagai bagian dari
organisasi dan merasa puas apabila dapat membantu orang lain atau rekan kerja.
Begitu pula apabila perusahaan kurang memberikan perhatian terhadap apa yang
diinginkan karyawan, maka perilaku OCB di antara karyawanpun akan jarang
terlihat.
24
4. Adanya OCB di dalam perusahaan dapat meningkatkan efektivitas perusahaan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, karena melalui OCB ini tentunya akan
terbentuk kerjasama tim yang semakin kuat di antara karyawan.
2. Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Penelitian mengenai OCB telah banyak dilakukan, beberapa dimensi OCB
dikemukakan secara berbeda-beda di dalam setiap penelitian yang dilakukan.
Melalui dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu perilaku OCB
di antara karyawan dapat terdeteksi dengan jelas agar selanjutnya dapat terus
dilakukan upaya-upaya oleh perusahaan untuk menjaga perilaku positif ini.
Terdapat lima dimensi dari OCB dikemukakan oleh Organ dalam Titisari (2014:7)
yaitu:
1. Altruism
Perilaku karyawan dalam menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan
dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai tugas dalam organisasi
maupun masalah pribadi orang lain. Dimensi ini mengarah pada memberi
pertolongan yang bukan merupakan kewajiban yang ditanggungnya. Contoh:
bersedia membantu mengerjakan laporan milik rekan kerja yang pada hari ini
tidak dapat masuk kerja karena sakit atau bersedia menggantikan tugas rekan kerja
untuk sementara pada jam istirahat.
2. Conscientiousness
Perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang diharapkan
perusahaan. Perilaku sukarela yang bukan merupakan kewajiban atau tugas
karyawan. Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke depan dari panggilan
25
tugas. Contoh: seorang karyawan bagian cleaning service bersedia untuk
membantu karyawan lain yang membutuhkan foto copy dokumen-dokumen yang
dibutuhkannya.
3. Sportmanship
Perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal dalam
organisasi tanpa mengajukan keberatan-keberatan. Seseorang yang mempunyai
tingkatan yang tinggi dalam dimensi ini akan meningkatkan iklim yang positif
diantara karyawan, karyawan akan lebih sopan dan bekerja sama dengan yang lain
sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Contoh:
Apabila terjadi pergantian kepemimpinan perusahaan yang baru dan berdampak
pada diubahnya sebagian dari kebijakan dari kepemimpinan lama yang dirasa
kurang sesuai dengan keinginan karyawan saat ini, karyawan berusaha untuk
beradaptasi dengan cepat dan tetap memberikan kinerja terbaik tanpa
membicarakan sisi negatif pemimpin baru dengan karyawan lainnya yang justru
akan menurunkan kinerja karyawan lain.
4. Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari masalah-
masalah interpersonal. Seseorang yang memiliki dimensi itu adalah orang yang
menghargai dan memperhatikan orang lain. Contoh: selalu menyapa rekan dan
memberikan senyuman kepada rekan kerja merupakan salah satu cara kecil dalam
membina hubungan baik dengan sesama rekan kerja. Selain itu, mengadakan
pertemuan di luar jam kerja dengan rekan-rekan kerja yang lain untuk refreshing
merupakan salah satu perwujudan dimensi ini.
26
5. Civic Virtue
Perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada kehidupan organisasi.
Dimensi ini mengaruh pada tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada
seorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni. Contoh:
mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil inisiatif untuk
merekomendasikan bagaimana operasi atau prosedur-prosedur organisasi dapat
diperbaiki, dan melindungi sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.
Sementara itu, Podsakoff et al.. dalam Pratiwi (2013:29) memiliki dimensi
tersendiri dalam Organizational Citizenship Behaviour (OCB), yaitu :
1. Helping Behaviour
Merupakan tindakan membantu sesama, atau menghindari peristiwa yang
berhubungan dengan permasalahan pekerjaan.
2. Sportmanship
Merupakan keinginan bertoleransi terhadap kesulitan yang tak terhindarkan serta
gangguan-gangguan dalam pekerjaan tanpa mengeluh.
3. Organizational Loyalty
Melakukan promosi organisasi kepada orang di luar perusahaan, melindungi serta
mempertahankan organisasi dari ancaman eksternal, serta tetap berkomitmen
kepada organisasi meskipun dalam kondisi yang merugikan sekalipun.
4. Organizational Complience
Merupakan internalisasi dan penerimaan aturan-aturan, regulasi serta prosedur,
meskipun tidak ada yang mengawasi.
27
5. Individual Initiative
Merupakan perilaku sukarela atas kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan
tugas seorang maupun kelangsungan kinerja organisasi dengan ekstra antusiasme
dan usaha untuk menyelesaikan pekerjaan seseorang.
6. Civic Virtue
Merupakan keinginan untuk berpartisipasi secara aktif di dalam organisasi.
7. Self Development
Merupakan perilaku sukarela karyawan untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, serta kemampuan mereka.
3. Motif yang Mendasari Organizational Citizenship Behavior (OCB)
OCB memiliki kesamaan dengan perilaku-perilaku lain yang akan muncul dalam
kehidupan berorganisasi, yaitu OCB akan muncul dengan dilatarbelakangi oleh
beberapa hal, baik itu berasal dari dalam diri karyawan maupun pengaruh dari
perusahaan. Salah satu pendekatan motif dalam perilaku organisasi disampaikan
oleh David McClelland, bahwa manusia memiliki tiga tingkatan motif, yaitu :
1. Motif berprestasi, keinginan untuk memenuhi sesuatu yang sulit,
mendorong orang untuk menunjukkan suatu standard keistimewaan
(excellence), mencari prestasi dari tugas, kesempatan atu kompetisi.
2. Motif afiliasi, keinginan untuk meluangkan waktu dalam aktivitas dan
hubungan sosial, mendorong orang untuk mewujudkan, memelihara, dan
memperbaiki hubungan dengan orang lain.
28
3. Motif kekuasaan, keinginan seorang individu untuk mempengaruhi,
membimbing, mengajar, atau mendorong orang lain untuk berprestasi.
4. Kontribusi Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam Perusahaan
dan Organisasi
OCB merupakan perilaku positif karyawan yang bersedia dengan keinginan
sendiri untuk melakukan kegiatan prososial, sekalipun itu di luar deskripsi
pekerjaannya dan di luar sistem penghargaan yang diatur oleh perusahaan.
Berdasarkan definisi tersebut, tentu OCB memiliki banyak kontribusi baik bagi
huungan antar karyawan dan bagi efektivitas perusahaan. Secara lebih rinci
Podsakoff, et al.. dalam Titisari (2014:10) meguraikan beberapa kontribusi OCB
bagi perusahaan, yaitu berupa peningkatan produktivitas rekan kerja, peningkatan
produktivitas manajer, menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan
organisasi secara keseluruhan, membantu memelihara fungsi kelompok, menjadi
sangat efektif untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kelompok kerja,
meningkatkan kemampuan organisasi untuk menarik dan mempertahankan
karyawan terbaik, meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Podsakoff, et al.. dalam Titisari (2014:10) menguraikan
kontribusi OCB, sebagai berikut :
1. OCB meningkatkan produktivitas rekan kerja
a. Karyawan yang menolong rekan kerja lain akan mempercepat
penyelesaian tugas rekan kerjanya, dan pada gilirannya meningkatkan
produktivitas rekan tersebut.
29
b. Seiring berjalannya waktu, perilaku membantu yang ditunjukkan
karyawan akan membantu menyebarkan best practice ke seluruh unit kerja
atau kelompok.
2. OCB meningkatkan produktivitas manajer
a. Karyawan yang menampilkan perilaku civic virtue akan membantu
manajer mendapatkan saran dan atau umpan balik yang berharga dari
karyawan tersebut untuk meningkatkan efektivitas unit kerja.
b. Karyawan yang sopan dan menghindari konflik dengan rekan kerja akan
menolong manajer terhindar dari krisis manajemen.
3. OCB menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi secara
keseluruhan
a. Jika karyawan saling tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah
dalam suatu pekerjaan sehingga tidak perlu melibatkan manajer,
konsekuensinya manajer dapat memakai waktunya untuk melakukan tugas
lain, seperti membuat perencanaan bagi organisasi.
b. Karyawan lama yang membantu karyawan baru dalam pelatihan dan
melakukan orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya
untuk keperluan tersebut.
4. OCB membantu menghemat energi sunber daya yang langka untuk memelihara
fungsi kelompok
a. Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat,
moral, dan kerekatan kelompok, sehingga anggota kelompok atau manajer
30
tidak perlu menghabiskan energi dan waktu untuk pemeliharaan fungsi
kelompok.
b. Karyawan yang menampilkan perilaku courtesy terhadap rekan kerja
akan mengurangi konflik dalam kelompok, sehingga waktu yang
dihabiskan untuk menyelesaikan konflik manajemen berkurang.
5. OCB dapat menjadi sarana efektif untuk menkoordinasi kegiatan-kegiatan
kelompok kerja
a. Karyawan yang menampilakan perilaku civic virtue, seperti
menghindari dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan unit kerjanya, akan
membantu koordinasi di antara anggota kelompok, yang akhirnya secara
potensial meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kelompok.
b. Karyawan yang menampilakan perilaku courtesy, seperti saling
memberi informasi tentang pekerjaan dengan anggota dari tim lain akan
menghindari munculnya masalah yang membutuhkan waktu dan tenaga
untuk diselesaikan.
6. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk menarik dan
mempertahankan karyawan terbaik
a. Perilaku menolong dapat meningkatkan moral dan kerekatan serta
perasaan saling memiliki di antara anggota kelompok, sehingga akan
meningkatkan kinerja organisasi dan membantu organisasi menarik dan
mempertahankan karyawan yang baik.
b. Memberi contoh pada karyawan lain dengan menampilkan perilaku
sportmanship, misalnya tidak mengeluh karena permasalahan-
31
permasalahan kecil, akan menumbuhka loyalitas dan komitmen pada
organisasi.
7. OCB meningkatkan stabilitas kinerja organisasi
a. Membantu tugas karyawan yang tidak hadir di tempat kerja atau yang
mempunyai beban kerja berat akan meningkatkan stabilitas, denga cara
mengurangi variabilitas dari kinerja unit kerja.
b. Karyawan yang conscientious cenderung mempertahankan tingkat
kinerja yang tinggi secara konsisten, sehingga mengurangi variabilitas
pada kinerja unit kerja.
8. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
a. Karyawan yang aktif hadir dan berpartisipasi pada pertemuan-
pertemuan di organisasi akan membantu menyebarkan informasi yang
penting dan harus diketahui oleh organisasi.
b. Karyawan yang menampilkan perilaku concientiousness, misalnya
kesediaan memikul tanggung jawab baru dan mempelajari keahlian baru,
akan meningkatkan kemampuan organisasi beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di lingkungannya.
D. Hubungan Modal Psikologi dengan Organizational Citizenship Behavior
Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku atau sikap
individu yang bersifat bebas (discretionary) yang tidak mengharapkan imbalan.
Bersifat bebas dan sukarela, karena perilaku tersebut tidak diharuskan dalam
persyaratan peran kerjaformal atau deskripsi jabatan berdasarkan kontrak kerja
32
dengan perusahaan, melainkan sebagai pilihan personal yang secara
keseluruhandapat mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisasi (Organ dalam
Siahaan, 2015:24). Para pakar organisasi telah menyatakan bahwa perilaku OCB
sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan keberhasilan
organisasi. Pada dasarnya perusahaan tidak akan dapat mengantisipasi seluruh
perilaku karyawan dalam organisasi jika hanya mengandalkan deskripsi kerja
yang dinyatakan secara formal oleh perusahaan. Perusahaan akan mengharapkan
para karyawan mampu bekerja secara extra-role pada pekerjaannya agar
perusahaan semakin berkembang. Perilaku extra-roleini disebut juga sebagai
organizational citizenship behavior.
Menurut Organ (dalam Titisari, 2014:7) terdapat dimensi-dimensi dalam
organizational citizenship behavior,yaitu:conscientiousness (perilaku yang sering
mendengarkan kata hatisendiri dan melakukan usaha melebihi harapan
perusahaan), altruism (perilaku menolong orang lain), civic virtue (perilaku
berpartisipasi aktif dalam perusahaan/adanya tanggungjawab keanggotaan),
sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), courtesy (perilaku
menghormati orang lain), cheerleading (rendah hati), peacemaking (perilaku
mencari solusi dalam masalah perusahaan). Di dalam dimensi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa karyawan yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada
paksaan, memiliki tanggungjawab, giat dalam setiap aktifitas pekerjaan dan
memiliki kesadaran sebagai anggota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perilaku
OCB dapat muncul karena adanya perasaan individu sebagai anggota dalam
perusahaan dan akan merasa puas apabila dapat melakukan sesuatu yang lebih
pada perusahaan. Namun, tidak semua karyawan mampu untuk menampilkan
33
perilaku OCB saat mengerjakan pekerjaannya dikarenakan hal tersebut tidaklah
mudah.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menampilkan perilaku
Organizational Citizenship Behavior adalah kepuasan kerja, keadilan, motivasi
instrinsik, gaya kepemimpinan, budaya dan iklim organisasi, jenis kelamin, masa
kerja, dan keterlibatan terhadap dukungan organisasi. Podsakoff (dalam Garay,
2006:31) menyatakan bahwa seseorang yang menampilkan perilaku OCB dapat
dilihat berdasarkan pada empat faktor, yaitu; karakteristik individual, karakteristik
tugas/pekerjaan, karakteristik organisasional, dan perilaku pemimpin.Karakteristik
individu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
menampilkan perilaku kerja untuk memunculkan perilaku OCB. Menurut
Ivancevich dkk (dalam Siahaan, 2015:26) karakteristik individu dapat meliputi
faktor kepribadian, kemampuan dan keterampilan, persepsi ataupun sikap yang
dimiliki oleh karyawan tersebut.
Karakteristik individu yang meliputi faktor kepribadian seseorang,
memungkinkan hal tesebut tidak terlepas dari adanya kekuatan niat yang ada
dalam diri seorang individu untuk menampilkan perilaku OCB. Snyder dkk
(dalam Siahaan, 2015:26) menyatakan bahwa kekuatan niat merupakan harapan
untuk berpikir akan situasi yang memungkinkan seseorang menyusun tujuan yang
realistis, menantang ataupun memprediksi, yang kemudian mencapai ketujuannya
melalui adanya kemauan, energi dan persepsi pengendalian internal. Kekuatan
niat ini merupakan salah satu aspek dalam modal psikologi yakni efikasi. Avey
34
dkk (dalam Siahaan, 2015:26) menyatakan bahwa salah satu hal yang bisa
menjadi prediktor munculnya perilaku OCB adalah Modal Psikologi.
Modal Psikologi adalah suatu kondisi psikologis yang positif pada individu
melalui adanya karakteristik efikasi, harapan, optimisme dan resiliensi (Luthans,
2015:2). Golestaneh dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship
between Psychological Capital and Organizational Citizenship Behavior”,
menunjukkan hasil bahwa perilaku OCB berkorelasi dengan psychological
capital. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut
menyatakan bahwa potensi yang ada di dalam diri seseorang juga sangat penting
untuk mendorong seorang karyawan menampilkan perilaku OCB. Dengan
demikian Modal Psikologi lebih berorientasi pada keberhasilan tujuan seseorang
untuk mengerahkan motivasi dirinya agar menemukan berbagai jalan mencapai
kesuksesan, sementara OCB diklasifikasikan sebagai perilaku maupun tindakan
positif yang ditampilkan oleh seseorang didalam organisasi, sehingga ada
kemungkinan bahwa modal psikologi secara positif berhubungan dengan OCB.
Artinya, orang-orang yang memiliki tingkat modal psikologi yang tinggi
kemungkinan akan senantiasa menampilkan perilaku OCB.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian modal psikologis terhadap organizational citizenship behaviour
sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. I Gusti Ayu, et al..
(2011:11), hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu dari empat elemen
dalam modal psikologi yaitu resiliensi berhubungan positif dan signifikan
terhadap organizational citizenship behaviour (OCB). Ulfiani Rahman, et al..
35
(2014:225) juga melakukan penelitian yang sama terhadap organizational
citizenship. hasil dari penelitian ini menunjukan secara positif bahwa salah satu
dari empat elemen dalam modal psikologi yaitu self efficacy atau efikasi diri
berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behaviour. Hasil dari
penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan dengan dimediasi oleh faktor
lain yaitu kepuasan kerja.
Seyed Mousa (2014:1165) melakukan penelitian mengenai hubungan
antara modal psikologi dan organizational citizenship behaviour. Dalam
penelitian ini ia meneliti variabel modal psikologi secara sekaligus tidak seperti
penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan salah satu variabel dalam modal
psikologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara modal psikologis dan perilaku warga organisasi. Juga, ada hubungan yang
signifikan antara semua dimensi modal psikologis (harapan, optimisme, self-
efficacy, dan ketahanan) dan perilaku warga organisasi. Analisis regresi
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel beberapa
prediksi dan perilaku warga organisasi. Di antara variabel prediktif prediktor
terbaik merupakan harapan dan optimisme secara tersendiri. Modal psikologis
memainkan peran positif dalam mempromosikan fleksibilitas dan optimisme dan
pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan perilaku warga organisasi.
36
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitidan TahunPenelitian
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. I Gusti Ayu, etal.. (2011)
Hubungan AntaraKepuasan Kerja DanResiliensi DenganOrganizationalCitizenship Behavior(OCB) PadaKaryawan KantorPusat Pt. Bpd Bali
Kepuasan kerja,Resiliensi,OrganizationalCitizenshipBehaviour
Hasil pengujian hipotesis pertama,menunjukkan bahwa kepuasan kerjaberhubungan secara positif dansignifikan terhadap OCB. Pengujianhipotesis kedua juga menunjukkanbahwa resiliensi berhubungan secarapositif dan signifikan terhadap OCBPengujian hipotesis ketiga diketahuipula bahwa kepuasan kerja danresiliensi secara simultanberpengaruh secara positif dansignifikan terhadap OCB. Faktor-faktor lain yang mempengaruhiOCB antara lain adalah gayakepemimpinan, persepsi keadilan,dan kecerdasan emosi.
2. Ulfiani Rahman,et al.. (2014)
The Role of JobSatisfaction asMediator in theRelationship betweenSelf-Efficacy andOrganizationalCitizenship Behavioramong IndonesianTeachers
Kepuasan Kerja,Efikasi Diri (SelfEfficacy),OrganizationalCitizenshipbehaviour.
Berdasarkan penelitian, kepuasankerja secara signifikan memediasihubungan antara self-efficacy danperilaku warga organisasi (OCB).Temuan yang diperolehmenunjukkan hubungan positif dansignifikan antara self-efficacy danperilaku warga organisasi (OCB).Ada juga hubungan yang positif dansignifikan antara kepuasan kerja danperilaku warga organisasi (OCB).Self-efficacy juga secara signifikanberhubungan dengan kepuasankerja.
37
3. Seyed MousaGolestaneh(2014)
The RelationshipbetweenPsychologicalCapital andOrganizationalCitizenship Behavior
Modal Psikologis,Resiliensi, EfikasiDiri, Optimisme,Harapan,OrganizationalCitzenshipBehaviour
Hasil penelitian menunjukkanbahwa ada hubungan yangsignifikan antara modal psikologisdan perilaku warga organisasi. Juga,ada hubungan yang signifikan antarasemua dimensi modal psikologis(harapan, optimisme, self-efficacy,dan ketahanan) dan perilaku wargaorganisasi. Modal psikologismemainkan peran positif dalammempromosikan fleksibilitas danoptimisme dan pada akhirnya akanmenyebabkan peningkatan perilakuwarga organisasi.
4. Michael Mikko(2012)
Hubungan AntaraPsychologicalCapital DanKomitmen OrganisasiPada Perawat
PsychologicalCapital, KomitmenOrganisasi
Penelitian ini dilakukan untukmelihat hubungan antarapsychological capital dan komitmenorganisasi pada perawat.Berdasarkan hal tersebut, seorangperawat perlu ditingkatkanpsychological capital-nya terutamakomponen self-efficacy sebagaisalah satu faktor yang meningkatkankomitmen organisasi
5. Arwiyana DewiSiahaan dan FerryNovliadi (2015)
Hubungan antaraPsychologicalCapital denganOrganizationalCitizenship Behaviorpada karyawanPT.TELKOM H.MYamin Medan
PsychologicalCapital,OrganizationalCitizenshipBehavior
Hasil analisis data penelitianmenggunakan analisis regresisederhana menunjukkan hubunganantara psychological capital danorganizational citizenship behavior.Telah ditunjukkan dengan nilairegresi yang positif.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ini terdapat perbedaan pada perusahaan atau organisasi yang dijadikan
populasi, populasi yang akan diambil merupakan sebuah instansi. Instansi ini
merupakan instansi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang pelayanan
kesehatan. Selain itu penelitian ini juga memiliki variabel yang berbeda karena
pada penelitian sebelumnya beberapa peneliti hanya meneliti salah satu faktor
38
dalam variabel modal psikologis. Penelitian modal psikologis dengan meneliti
seluruh faktor secara keseluruhan dalam modal variabel modal psikologis pada
instansi pelayanan kesehatan milik pemerintah kemungkinan akan memberikan
hasil penelitian yang berbeda.
E. Kerangka Pemikiran
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja Kecamatan Sukabumi. Dalam
menjalan pekerjaan para pegawai puskemas Pegawai Puskemas Rawat Inap
Sukabumi dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan dengan kinerja yang baik
untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan baik. Menyelesaikan
pekerjaannya para pegawai tak jarang melakukan suatu pekerjaan yang diluar dari
tanggung jawab mereka masing-masing atau perilaku extra-role. Perilaku extra-
role yang terjadi pada kinerja para pegawai Puskemas Rawat Inap Sukabumi
ditandai dengan beberapa hal; (1) Seorang pegawai cenderung mampu
menggantikan pegawai lain ketika pegawai tersebut tidak masuk, membantu
bidang lain ketika dibutuhkan dan saling memberi kritik dan saran dalam bekerja.
(2) Para pegawai senior selalu membimbing pegawai-pegawai baru dalam
menjalakan pekerjaan sesuai tugas mereka masing-masing. (3) Para pegawai
selalu dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi guna mempererat hubungan individu satu sama lain melalui
kegiatan tersebut. (5) Selalu mentaati peraturan yang telah dibuat dan diberikan
Kepala Dinas atau Kepala Puskemas.
39
Seperti yang disebutkan dalam teori organizational citizenship behaviour
munculnya suatu perilaku extra-role merupakan suatu perilaku organizational
citizenship yang baik. Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan
perilaku individu yang ekstra, yang tidak secara langsung atau eksplisit dapat
dikenali dalam suatu sistem kerja yang formal, dan yang secara agregat mampu
meningkatkan efektivitas fungsi organisasi. Organizational citizenship behaviour
juga diartikan sebagai perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau
eksplisit diakui dalam sistem pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan
fungsi efektif organisasi. Atau dengan kata lain, OCB adalah perilaku karyawan
yang melebihi peran yang diwajibkan, yang tidak secara langsung atau eksplisit
diakui oleh sistem reward formal. Menurut organ et al. dalam Titisari (2014:15)
peningkatan organizational citizenship behaviour dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu: (1) faktor internal yang berasal dari diri karyawn sendiri, antara lain
adalah kepuasan kerja, komitmen dan kepribadian, moral karyawan, motivasi dan
lain sebagainya. (2) faktor eksternal yang berasal dari luar karyawan, antara lain
gaya kepemimpinan, kepercayaan pada pimpinan, budaya organisasi dan lain
sebagainya.
Munculnya suatu perilaku extra-role pada pegawai puskemas rawat inap
sukabumi diindikasi oleh adanya suatu faktor modal psikologis yang baik dari diri
pegawai itu sendiri. Modal psikologis merupakan suatu perkembangan keadaan
psikologis yang positif pada individu dengan menonjolnya karakteristik efikasi
diri, optimisme, tingkat pengharapan dan ketahanan. (Luthans, Youssef, &
Avolio, 2015:2) Luthans menjelaskan karakteristik dari modal psikologis tersebut
40
sebagai berikut: (1) memiliki kepercayaan diri untuk memilih dan menyerahkan
upaya yang diperlukan agar berhasil pada tugas-tugas yang menantang (self-
efficacy); (2) membuat atribusi positif tentang keberhasilan di masa kini dan
mendatang (optimism); (3) tekun dalam mencapai tujuan dan, bila diperlukan
mengalihkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan
(hope), dan; (4) Ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu dapat bertahan
dan bangkit kembali bahkan melampaui keadaan semula untuk mencapai
keberhasilan (resilience).
Hal ini senada dengan Seyed Mousa Golestanesh (2014:1165) yang mengatakan
bahwa modal psikologis secara signifikan mempengaruhi munculnya perilaku
organizational citizenship behaviour. Hal ini dikatakan demikian karena Kepala
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi juga menambahkan bahwa dalam menjalankan
tugas dan pekerjaan, para pegawai cenderung memiliki kepribadian yang baik.
Para pegawai mampu bekerja dengan percaya diri dan optimis ketika menghadapi
tantangan ketika adanya perubahan jam kerja maupun tugas-tugas tambahan.
Selain itu, para pegawai juga cenderung mampu bertahan dalam keadaan
banyaknya tugas dan bersifat profesional dalam bekerja walaupun ada
permasalahan pribadi yang mempengaruhi pikiran pegawai. Para pegawai di
Puskemas Rawat Inap Sukabumi melakukan pekerjaan dengan kerja keras,
antusias dan selalu berkonsentrasi penuh dalam bekerja.
41
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka pemikiran dan hasil kajian yang telah
dijelaskan, maka peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H1 = Efikasi Diri berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
H2 = Optimisme berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
H3 = Harapan berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
H4 = Resiliensi berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship
Behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
Efikasi Diri
Optimisme
Harapan
Resiliensi
OrganizationalCitizenship Behaviour
Modal Psikologi
42
H5 = Efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi berpengaruh positif
terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada pegawai Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian explanative research. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1995:5) penelitian explanasi merupakan penelitian
untuk menjelaskan kedudukan dari variabel yang diteliti serta hubungan antar satu
variabel dengan variabel lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan
cara membagikan kuesioner atau angket kepada responden.
B. Definisi Konseptual
1. Modal Psikologi
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah Modal Psikologi atau disebut juga
psychological capital yang didefinisikan oleh Luthan et al (2015:3) sebagai suatu
perkembangan keadaan psikologis yang positif pada individu yang mampu
berkembang dengan karakteristik:
(1) Efikasi Diri
Luthans, Youssef & Avolio, (2015:50) mendefinisikan efikasi diri sebagai suatu
keyakinan atau kepercayaan diri seseorang mengenai kemampuannya dalam
44
mengarahkan motivasi, sumber-sumber kognisi, dan melakukan sejumlah
tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
tugas dalam konteks tertentu. Luthans, Youssef, dan Avolio (2015:51)
mengemukakan bahwa orang yang memiliki efikasi diri memiliki karakteristik :
1. Individu menentukan target yang tinggi bagi dirinya dan mengerjakan
tugas-tugas yang sulit
2. Menerima tantangan secara senang dan terbuka
3. Memilik motivasi diri yang tinggi
4. Melakukan berbagai usaha untuk mencapai target yang telah dibuat
5. Gigih saat menghadapi hambatan
(2) Optimisme
Seligman (dalam Luthans, et al., 2015:118) mendefinisikan optimisme sebagai
suatu cara menginterpretasi kejadian-kejadian positif sebagai suatu hal yang
terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap, dan dapat terjadi dalam berbagai
situasi; serta menginterpretasikan kejadian-kejadian negatif sebagai suatu hal yang
terjadi akibat hal-hal di luar diri, bersifat sementara, dan hanya terjadi pada situasi
tertentu saja.
(3) Harapan
Menurut Snyder (dalam Luthans, et, al., 2015:83), harapan adalah suatu keadaan
motivasi positif yang didasari oleh proses interaksi antara (1) agency/willpower
(kekuatan keinginan)–komponen ini adalah energi untuk mencapai tujuan dan (2)
pathways/waypower (perencanaan untuk mencapai tujuan) untuk mencapai
kesuksesan. Hal yang membuat harapan berbeda dengan komponen lainnya
45
adalah komponen harapan memiliki pathway yang merupakan suatu perencanaan
untuk mencapai tujuan, dan agency yang menjelaskan bahwa hope bisa diterapkan
pada kehidupan sehari-hari.
(4) Resiliensi.
Resiliensi bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk memantul atau
bangkit kembali dari kesulitan, konflik, kegagalan, bahkan pada persitiwa positif,
kemajuan, dan peningkatan tanggung jawab (Luthans dalam Mikko 2012:15).
Seseorang yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi mampu untuk belajar
dan berkembang dari tantangan yang dihadapi.
2. Organizational Citizenship Behaviour
Menurut Organ dalam Titisari (2014:3) , OCB merupakan bentuk perilaku yang
merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward
formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi.
Terdapat lima dimensi dari OCB dikemukakan oleh Organ (dalam Titisari,
2014:7), yaitu :
1. Altruism
Perilaku karyawan dalam menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan
dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai tugas dalam organisasi
maupun masalah pribadi orang lain.
2. Conscientiousness
Perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang diharapkan
perusahaan.
46
3. Sportmanship
Perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal dalam
organisasi tanpa mengajukan keberatan-keberatan.
4. Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari masalah-
masalah interpersonal.
5. Civic Virtue
Perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada kehidupan organisasi.
C. Definisi Operasional
Penulis menggunakan dua variabel yang akan diuji yaitu variabel bebas (x) adalah
modal psikologi dan variabel terikat (y) adalah organizatioanl citizenship
behaviour. Definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini
yaitu:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
1.) Efikasi Diri(Modal Psikologi)
Kepercayaan diri seseorangmengenai kemampuannya dalammengarahkan motivasi, danmelakukan sejumlah tindakan yangdibutuhkan untuk mencapaikeberhasilan dalam melaksanakantugas dalam konteks tertentu.
1.kemampuan menentukan targetyang tinggi dalam mengerjakantugas-tugas yang sulit2. kemampuan menerima tantangansecara senang dan terbuka3. kemampuan memotivasi diriyang tinggi4. kemampuan melakukan berbagaiusaha untuk mencapai target yangtelah dibuat5. kemampuan untuk gigih saatmenghadapi hambatan
Ordinal
2.) Optimisme
(Modal Psikologi)
Suatu cara menginterpretasikejadian-kejadian positif sebagaisuatu hal yang terjadi akibat dirisendiri, bersifat menetap, dan dapatterjadi dalam berbagai situasi
1. kemampuan untuk merasa lebihrealistik dan fleksibel2. kemampuan untuk berpikirpositif3. semangat serta disiplin4. kemampuan menganalisakesalahan masa lalu
Ordinal
47
5. kemampuan untuk mencegahterjadinya hal buruk
3.) Harapan (ModalPsikologi)
Suatu keadaan motivasi positif yangdidasari oleh proses interaksi antarakekuatan keinginan danperencanaan untuk mencapai tujuan
1. Memiliki konsep tujuan/goalyang jelas2. kemampuan untukmengembangkan strategi yangspesifik untuk mencapai tujuan3.kemampuan untuk memulai danmempertahankan motivasi untukmenggunakan strategi
Ordinal
4.) Resilensi (ModalPsikologi)
Kemampuan untuk bertahan ataubangkit kembali dari kesulitan dankegagalan.
1.kemampuan untuk mengatasistress2. kemampuan bersikap realistikdan optimistik ketika mengahadapimasalah3.kemampuan untukmengekpresikan pikiran danperasaan mereka dengan nyaman.
Ordinal
5.) OrganizationalCitizenshipBehaviour
Bentuk perilaku yang merupakanpilihan dan inisiatif individual,tidak berkaitan dengan sistemreward formal organisasi tetapisecara agregat meningkatkanefektivitas organisasi.
1. Bersedia menolong rekankerjanya yang mengalami kesulitan.2. Berusaha melebihi yangdiharapkan perusahaan.3. Memberikan toleransi terhadapkeadaan yang kurang ideal dalamorganisasi tanpa mengajukankeberatan-keberatan.4. Menjaga hubungan baik denganrekan kerjanya agar terhindar darimasalah-masalah interpersonal.5. tanggung jawab pada kehidupanorganisasi.
Ordinal
D. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi.
b. Sampel
Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penetuan sampel bila semua anggota populasi
48
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain dari sampel jenuh adlah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. (Sugiyono 2008:122-123)
Sampel dalam penelitian ini yaitu semua tenaga pegawai tetap pada puskesmas
rawat inap sukabumi yang berjumlah 54 orang.
E. Jenis Dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli, sumber pertama
darimana data tersebut diperoleh. Data primer dalam penelitin ini diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu semua pegawai tetap pada
puskesmas rawat inap sukabumi yang berjumlah 54 orang.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui data teoritis yang diambil dari
buku-buku perpustakaan, literatur-literatur dan juga internet.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008:199). Kuesioner dibuat dengan
kategori multiple choice dengan menggunakan skala likert, dimana setiap
49
butir pertanyaan dibagi menjadi 6 skala ukur yaitu sangat rendah (skor 1),
rendah (skor 2), agak rendah (skor 3), agak tinggi (skor 4), tinggi (skor 5),
sangat sangat tinggi (skor 6).
2. Observasi menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2008:203) adalah suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi yang dilakukan untuk mengamati perilaku pegawai, proses kerja
dan gejalan alam karena responden yang diamati tidak terlalu besar.
G. Skala pengukuran variabel
Data yang di analisis dalam peneitian ini merupakan data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari responden melalui penyebaran kuisioner.
Instrumen penelitian dibangun dari variabel-variabel penelitian dan diadaptasi dan
digunakan sebagai rujukan yang memberikan gambaran kondisi empiris. Skala
pengukuran yang digunakan untuk mengukur instrumen dalam penelitian ini
adalah skala Likert 6 point, mulai dari interval 1-6 atau mulai dari sangat tidak
setuju sampai sangat setuju. Menurut Sugiyono (2008:132) skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan skala likert jenis interval,
yaitu skala yang menunjukkan nilai-nilai skala yang sama dalam karakteristik
yang diukur. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval
berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu. Jawaban setiap item pertanyaan
yang digunakan mempunyai nilai dari sangat positif sampai sangat negatif yang
berupa kata-kata. Pengukuran menggunakan skala likert ini, responden diharuskan
50
memilih salah satu dari sejumlah alternative jawaban yang tersedia, kemudian
masing-masing jawaban diberi skor tertentu (1,2,3,4,5,6). Skor jawaban dari
responden dijumlahkan dan merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsir
sebagai posisi responden dalam skala likert.
H. Method of Successive Interval (MSI)
Metode suksesif interval (Method of Successive Interval /MSI) merupakan proses
mengubah data ordinal menjadi data interval. Data ordinal harus diubah dalam
bentuk interval. Data ordinal sebenarnya adalah data kualitatif atau bukan angka
sebenarnya. Data ordinal menggunakan angka sebagai simbol data kualitatif.
Dalam contoh dibawah ini, misalnya:
1. Angka 1 mewakili “sangat tidak setuju”
2. Angka 2 mewakili “ tidak setuju”
3. Angka 3 mewakili “netral”
4. Angka 4 mewakili “setuju”
5. Angka 5 mewakili “sangat setuju”
Dalam banyak prosedur statistik seperti regresi, korelasi Pearson, uji t dan lain
sebagainya mengharuskan data berskala interval. Oleh karena itu, jika kita hanya
mempunyai data berskala ordinal, maka data tersebut harus diubah kedalam
bentuk interval untuk memenuhi persyaratan prosedur-prosedur tersebut. Kecuali
jika kita menggunakan prosedur, seperti korelasi Spearman yang mengijinkan data
berskala ordinal; maka kita tidak perlu mengubah data yang sudah ada tersebut.
51
Bagaimana proses mengubah data berskala ordinal menjadi data berskala interval,
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Menghitung frekuensi
2. Menghitung proporsi
3. Menghitung proporsi kumulatif
4. Menghitung nilai z
5. Menghitung nilai densitas fungsi z
6. Menghitung scale value
7. Menghitung penskalaan
I. Pengujian Instrumen Data
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan pada waktu peneliti
menggunakan metode pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2008:146)
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian
ini berupa kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden
berkenaan dengan informasi terkait pengaruh modal psikologis terhadap
organizational citizenship behaviour pada pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi.
1. Uji Validitas
Yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya
kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2008:172) bahwa
valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang
52
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh
peneliti.
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika
ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih
lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono (2008:179) yang harus dipenuhi yaitu
harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid
b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid
Menurut Suharsimi Arikunto (1997:153) Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
= .∑ ∑ . ∑.∑ (∑ ) . .∑ (∑ )Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari
n = Banyaknya koresponden
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X
∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y
53
Penelitian ini menguji validitas instrumen dari 34 item pernyataan yang valid
dengan menggunakan data yang terkumpul dari 30 responden dalam tahap pre-test
dan seterusnya 54 responden secara keseluruhan. Penelitian ini menguji validitas
instrumen dengan menggunakan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner
dengan r kritis 0,263 apabila korelasi < 0,263 maka dapat disimpulkan bahwa item
pernyataan tersebut tidak valid. Pengujian validitas menggunakan data yang
terkumpul dari 30 responden merupakan uji tahap pre-test untuk mengetahui
validitas dari instrumen penelitian sebelum diuji validitasnya secara keseluruhan.
Setelah pengujian dalam tahap pre-test ini valid maka dilakukan kembali validitas
secara keseluruhan yaitu 54 responden untuk mengetahui apakah instrumen
penelitian ini valid dan dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner
pengambilan data
Hasil perhitungan validitas untuk semua item pernyataan dalam kuesioner dapat
dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pre-TestVariabel Nomor Item R tabel R hitung Keterangan
Efikasi diri(ModalPsikologi)
X1 0,263 0,702 ValidX2 0,263 0,554 ValidX3 0,263 0,881 ValidX4 0,263 0,883 ValidX5 0,263 0,689 ValidX6 0,263 0,742 Valid
Optimisme(ModalPsikologi)
X7 0,263 0,711 ValidX8 0,263 0,649 ValidX9 0,263 0,688 ValidX10 0,263 0,767 ValidX11 0,263 0,528 ValidX12 0,263 0,642 Valid
Harapan(ModalPsikologi)
X13 0,263 0,360 ValidX14 0,263 0,758 ValidX15 0,263 0,772 ValidX16 0,263 0,877 ValidX17 0,263 0,576 Valid
54
X18 0,263 0,727 ValidResiliensi(ModalPsikologi)
X19 0,263 0,585 ValidX20 0,263 0,672 ValidX21 0,263 0,600 ValidX22 0,263 0,538 ValidX23 0,263 0,824 ValidX24 0,263 0,712 Valid
OrganizationalCitizenshipBehaviour
Y1 0,263 0,517 ValidY2 0,263 0,646 ValidY3 0,263 0,534 ValidY4 0,263 0,528 ValidY5 0,263 0,586 ValidY6 0,263 0,635 ValidY7 0,263 0,528 ValidY8 0,263 0,476 ValidY9 0,263 0,618 ValidY10 0,263 0,790 Valid
Sumber: Data Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa semua item pernyataan yang
diuji kepada 30 responden dalam tahap pre-test adalah valid. Hal ini dapat dilihat
dari semua item pernyataan yang memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Perhitungan tersebut menunjukan bahwa kuesioner penelitian dinyatakan valid
karena semua item yang ada valid, sehingga semua pernyataan dalam penelitian
ini dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner untuk pengujian validitas pada
responden secara keseluruhan.
Tabel. 3.3 Hasil Uji Validitas KeseluruhanVariabel Nomor Item R tabel R hitung Keterangan
Efikasi diri(ModalPsikologi)
X1 0,263 0,608 ValidX2 0,263 0,686 ValidX3 0,263 0,876 ValidX4 0,263 0,883 ValidX5 0,263 0,754 ValidX6 0,263 0,730 Valid
Optimisme(ModalPsikologi)
X7 0,263 0,650 ValidX8 0,263 0,701 ValidX9 0,263 0,627 ValidX10 0,263 0,767 ValidX11 0,263 0,550 ValidX12 0,263 0,682 Valid
55
Harapan(ModalPsikologi)
X13 0,263 0,346 ValidX14 0,263 0,756 ValidX15 0,263 0,705 ValidX16 0,263 0,870 ValidX17 0,263 0,550 ValidX18 0,263 0,772 Valid
Resiliensi(ModalPsikologi)
X19 0,263 0,566 ValidX20 0,263 0,525 ValidX21 0,263 0,461 ValidX22 0,263 0,567 ValidX23 0,263 0,344 ValidX24 0,263 0,990 Valid
OrganizationalCitizenshipBehaviour
Y1 0,263 0,466 ValidY2 0,263 0,607 ValidY3 0,263 0,582 ValidY4 0,263 0,511 ValidY5 0,263 0,657 ValidY6 0,263 0,618 ValidY7 0,263 0,600 ValidY8 0,263 0,578 ValidY9 0,263 0,676 ValidY10 0,263 0,803 Valid
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa semua item pernyataan yang telah
diuji kepada keseluruha responden yaitu 50 orang adalah valid. Hal ini dapat
dilihat dari semua item pernyataan yang memiliki nilai r hitung lebih besar dari r
tabel. Perhitungan tersebut menunjukan bahwa kuesioner penelitian pada tahap
pre-tes tdinyatakan valid karena semua item yang ada valid, sehingga semua
pernyataan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner
untuk pengambilan data.
2. Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan
reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
56
konsisten (Sunyoto, 2009). Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan sekali
menyebarkan kuisioner pada reponden, kemudian hasil skornya diukur
korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan
program komputer SPSS, dengan fasilitas Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60.
Untuk perhitungan uji validitas dan uji reabilitas menggunakan bantuan Program
Microsoft Excel dan Program Statistika SPSS v.17.0 for Windows Evaluation
Version.
Pada pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini, peneliti melakukan pengujian
awal reliabilitas sebagai pre-test dengan sampel 30 responden yang kemudia diuji
kembali secara keseluruhan 54 responden pada penelitian ini. Pengujian awal
reliabilitas tahap pre-test dilakukan untuk menguji instrumen penelitian apakah
reliabel atau tidak untuk digunakan dalam pengujian secara keseluruhan
responden sebelum alat instrumen kuesioner disebar. Pengujian reliabilitas yang
selanjutnya yaitu pengujian reliabilitas keseluruhan. Pengujian ini dilakukan
untuk mengecek apakah instrumen penelitian reliabel ketika diuji pada
keseluruhan sampel sehingga layak untuk disebar guna pengumpulan data pada
penelitian ini.
Berikut hasil dari uji reliabilitas tahap awal dan tahap pre-test dengan jumlah
responden 30 orang dan 54 orang:
57
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Pre-TestVariabel Cronbach Alpha KeteranganEfikasi Diri (X1) .781 ReliabelOptimisme (X2) .758 ReliabelHarapan (X3) .773 ReliabelResiliensi (X4) .750 ReliabelOrganizational CitizenshipBehaviour (Y)
.755 Reliabel
Sumber: Data diolah, 2016
Dari tabel 3.4 diketahui bahwa seluruh variabel dalam instrumen penlitian ini
memenuhi standar nilai cronbach alpha yaitu 0,60. Dari tabel ini juga diketahui
bahwa crobancah alpha dari variabel efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi
dan organizational citizenship behaviour bernilai 0,781, 0,758, 0,773, 0, 750 dan
0,755 yang mana lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
semua variabel pada instrumen penelitian ini reliabel dan dapat digunakan dalam
penyebaran kuesioner untuk pengujian pada tahap pre-test.
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Keseluruhan
Variabel Cronbach Alpha KeteranganEfikasi Diri (X1) .788 ReliabelOptimisme (X2) .758 ReliabelHarapan (X3) .770 ReliabelResiliensi (X4) .736 ReliabelOrganizational CitizenshipBehaviour (Y)
.740 Reliabel
Sumber: Data diolah, 2016
Dari tabel 3.5 diketahui bahwa variabel dalam instrumen penelitian ini memenuhi
standar nilai cronbach alpha yaitu 0,60. Dari tabel ini juga diketahui bahwa
cronbach alpha dari variabel efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi dan
organizational citizenship behaviour bernilai 0,788, 0,758, 0,770, 0,736, 0,740
yang mana lebih besar dari standar cronbach alpha yaitu 0,60. Oleh karena itu
58
dapat dikatakan bahwa semua variabel pada instrumen penelitian ini reliabel dan
dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner untuk pengambilan data.
I. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik harus bebas dari penyimpangan data (Ghozali, dalam
Arian 2015:52). Terdapat beberapa asumsi klasik, berikut adalah asumsi klasik
menurut Wijaya (dalam Arian 2015:52) uji asumsi klasik dibagi menjadi yaitu uji
multikolinieritas, uji hetroskedastisitas, dan uji normalitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode regresi
yang baik adalah yang normal. Cara menganalisisnya yaitu dengan melihat pola
pada histogram, dan melihat grafik dengan pola yang penyebaran titik-titik di
sekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis berarti model regrsi dikatakan
memenuhi asumsi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedistisitas. Metode regresi yang baik tidak terjadinya
homoskedistisitas dan heteroskedastisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya
hetroskodastisitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dan cara meganalisisnya adalah:
59
a. Dengan melihat titik-titik pola, jika pola teratur maka terdapat
heteroskedastisitas.
b. Jika terdapat pola yang tidak jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 10 pada sumbu Y, maka tidak terjadinya heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan uji yang di tunjukkan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independent).
Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadinya multikolinieritas.untuk
mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas adalah:
a. Jika antar variabel bebas ada korelasi di atas 0,90, maka hal ini merupakan
adanya multikolinieritas.
b. Atau multikolinieritas juga dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka
tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi.
c. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas mendekati
0 menunjukkan adanya multikolinieritas.
J. Teknik Pengolahan Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Analisis statistik deskriptif digunakan
60
untuk memberikan gambaran mengenai suatu data. Dalam penelitian ini
menggambarkan identitas responden, penilaian dan analisis jawaban responden
mengenai variabel-variabel modal psikologi yang mempengaruhi bentuk perilaku
organizational citizenship behaviour. Dalam hal ini adalah untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan melalui pendekatan teori, kemudian dideskripsikan atau
dijelaskan. Hal ini dilakukan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
2. Uji Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis antara
hubungan variabel bebas dengan suatu variabel tergantung. Dalam penelitian ini
uji regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial.
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel efikasi diri,
optimisme, harapan dan resiliensi secara terpisah terhadap organizational
citizenship behaviour. Untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti menggunakan
model analisis regeresi linier berganda menurut Sugiyono (2008:261) sebagai
berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel Independent
X = Variabel Dependent
a = nilai konstanta
b = koefisien regresi
61
3. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis antara
hubungan dua variabel bebas atau lebih secara bersama-sama dengan suatu
variabel tergantung. Dalam penelitian ini uji regresi linier berganda digunakan
untuk menguji hipotesis secara simultan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi
secara bersama-sama terhadap organizational citizenship behaviour. Untuk
mengetahui hal tersebut maka peneliti menggunakan model analisis regeresi linier
berganda menurut Sugiyono (2008:277) sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ∈Keterangan :
Y = Organizational Citizenship Behaviour
X1 = Efikasi Diri
X2 = Optimisme
X3 = Harapan
X4 = Resiliensi
a = nilai konstanta
b = koefisien regresi
4. Uji Determinasi
Koefisien determinasi ( ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel-variabel dependent. Jika semakin besar
(mendekati satu) maka pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel
62
terikat. Sedangkan, jika R2 kecil maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat sangat kecil (Ghozali dalam Arian 2015:55). Koefisien determinasi
menunjukkan besarnya konstribusi variabel independent terhadap variabel
dependent. dapat dirumuskan sebagai berikut Sugiyono (2009):
=∑ ∑ ∑ ∑∑
Keterangan:
b1 = Koefisien Regresi Variabel Efikasi Diri
b2 = Koefisien Regresi Variabel Optimisme
b3 = Koefisien Regresi Variabel Harapan
b4 = Koefisien Regresi Variabel Resiliensi
X1 = Efikasi Diri
X2 = Optimisme
X3 = Harapan
X4 = Resiliensi
Y = Organizational Citizenship Behaviour
5. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial
Uji t digunakan untuk menguji signifikan konstanta dari setiap variabel
independen, dengan rumus sebagai berikut Sugiyono (2009):
t = √√
63
Keterangan:
r = korelasi parsial yang di temukan
n= jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya di konsultasikan dengan t tabel
Hipotesis yang di ajukan yaitu:
H1= Terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri terhadap
organizational citizenship behaviour.
H2= Terdapat pengaruh yang signifikan antara optimisme terhadap
organizational citizenship behaviour.
H3= Terdapat pengaruh yang signifikan antara harapan terhadap
organizational citizenship behaviour.
H4= Terdapat pengaruh yang signifikan antara resiliensi terhadap
organizational citizenship behaviour.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika t hit > t tab H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika t hit < t tab H0 diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Uji Simultan
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent. Nilai F dapat
dirumuskan sebagai berikut Sugiyono (2009):
64
F =( )( )
Keterangan:
R2 = koefisien korelasi ganda
N = jumlah sampel
m = jumlah prediktor.
Hipotesis yang diajukan:
H0= Tidak ada pengaruh antara efikasi diri, optimisme, harapan,
resiliensi terhadap organizational citizenship behaviour.
Ha= Ada pengaruh antara efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi
terhadap organizational citizenship behaviour.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika F hit > F tab H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika F hit < F tab H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai terjadinya perilaku
organizational citizenship behaviour pada lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi yang terjadi oleh pengaruh faktor penentu modal psikologi yaitu efikasi
diri (self-efficacy), optimisme (optimism), harapan (hope) dan resiliensi (resilience)
para pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Efikasi diri (self-efficacy) berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perilaku
organizational citizenship behaviour para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai berperilaku organizational
citizenship behaviour melalui kepercayaan diri mereka akan kemampuan diri
mereka dalam bekerja sesuai prinsip pemikiran resiliensi dalam modal psikologi
yang baik.
2. Optimisme (optimism) berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perilaku
organizational citizenship behaviour para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi. Hal ini menunjukan bahwa adanya perilaku organizational citizenship
121
behaviour pada lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dipengaruhi
secara signifikan oleh optimisme yang menjadi salah satu faktor modal psikologi.
3. Harapan (hope) berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perilaku
organizational citizenship behaviour para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi. Hal ini menunjukan bahwa adanya perilaku organizational citizenship
behaviour pada lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dipengaruhi
secara signifikan oleh harapan yang menjadi salah satu faktor modal psikologi.
4. Resiliensi (resilience) berpengaruh signifikan terhadap terjadinya perilaku
organizational citizenship behaviour para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi. Hal ini menunjukan bahwa adanya perilaku organizational citizenship
behaviour pada lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dipengaruhi
secara signifikan oleh resiliensi yang menjadi salah satu faktor modal psikologi.
5. Secara keseluruhan efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi berpengaruh
terhadap perilaku organizational citizenship behaviour para pegawai Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi. Dalam kata lain modal psikologi berpengaruh terhadap
perilaku organizational citizenship behaviour pada lingkup kerja Puskesmas
Rawat Inap Sukabumi.
122
B. Saran
Beberapa saran dan pertimbangan yang disajikan berdasarkan penelitian ini antara
lain:
1. Modal psikologi (Psychological Capital) merupakan potensi yang dimiliki dan
dirasakan oleh individu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
psychological capital yang dirasakan oleh para pegawai Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi berada pada kategori tinggi dan OCB yang ditampilkan oleh para
pegawai Puskesmas Rawat Inap Sukabumi berada pada kategori tinggi pula. Oleh
karena itu, saran yang dapat diajukan oleh peneliti mengenai hal ini adalah
diharapkan pihak puskesmas dapat memelihara dan mempertahankan potensi
para pegawai guna mendukung pencapaian target kerja tiap unit yang ada pada
lingkup kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk bisa menambah variable penelitian dan
menggunakan jenis data penelitian yang berbeda misalnya data kualitatif.
Perbedaan data penelitian maka teknik pengumpulan datanya akan berbeda,
misalnya menggunakan teknik observasi dan wawancara, sehingga akan
mendapatkan hasil data yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Arian, Ferdy. (2015). “Pembentukan Keputusan Pembelian Melalui Word OfMouth, Country Of Origin, Desain dan Fitur Produk.” Skripsi. FakultasIlmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung:Tidak Diterbitkan.
Bolino, M.C., Turnley, W.H., dan Bioodgood, J.M. (2002). “Citizenship Behaviorand the Creation of Social Capital in Organization". Academy ofManagement Journal, Vol. 7, No. 4, 2002 pp. 502 – 522
Golestaneh, S.M. (2014). The Relationship between Psychological Capital andOrganizational Citizhenship Behaviour. Management and AdministrativeScience Review Vol. 3, Iss. 7, 1165-1173.
Gomes, Faustino Cardoso. (1997). “Manajemen Sumber Daya Manusia”,Yogyakarta: ANDI.
Henry Simamora, (1999). Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.
Luthans et al. (2015). Psychological Capital and Beyond. New York: OxfordUniversity Press.
Luthans, F., Avolio, B. J., Avey, J.B., & Norman, S.M. (2007). PositivePsychological Capital: Measurement and Relationship with Performanceand Satisfaction. Leadership Institute Faculty Publications. Paper 11.
Mikko, Michael. (2012). Hubungan antara Psychological Capital dan komitmenorganisasi pada perawat. Skripsi. Fakultas Psikologi Program Studi SarjanaReguler Depok, Jakarta: Tidak Diterbitkan.
Pratiwi, Indhira. (2013). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan KeadilanOrganisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (Ocb) DenganKomitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang: Tidak Diterbitkan.
Rahman, Ulfiani, et.al. (2014). The Role of Job Satisfaction as Mediator in theRelationship between Self-Efficacy and Organizational CitizenshipBehavior among Indonesian Teachers. International Journal of Businessand Social Science Vol. 5, No. 9; August 2014.
Robbins dan Judge. (2008). Perilaku Organisasi, Buku 1, Cet. 12. Jakarta:Salemba Empat
Siahaan, Arwiyana Dewi. (2015). Hubungan Antara Psychological CapitalDengan Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan Pt.TelkomH.M. Yamin Medan. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas SumateraUtara: Tidak Diterbitkan.
Singarimbun dan Sofyan Effendi. 1995. “Metode Penelitian Survai”. Jakarta:LP3ES.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Titisari, Purnamie. (2014). Peranan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jember: Mitra Wacana Media.
Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Yuniar, I Gusti Ayu Agung Yesika, et.al. (2011). Hubungan Antara KepuasanKerja Dan Resiliensi Dengan Organizational Citizenship Behavior (Ocb)Pada Karyawan Kantor Pusat Pt. Bpd Bali. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9,No.1, April 2011.