PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU SKRIPSI JUNI …repository.utu.ac.id/321/1/BAB I_V.pdf ·...
Transcript of PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU SKRIPSI JUNI …repository.utu.ac.id/321/1/BAB I_V.pdf ·...
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTUPEMBERIAN POC BINTANG KUDA LAUT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANTERUNG (Solanum melongena L.)
SKRIPSI
JUNI GUNAWAN07C10407087
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT2013
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTUPEMBERIAN POC BINTANG KUDA LAUT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANTERUNG (Solanum melongena L.)
SKRIPSI
JUNI GUNAWAN07C10407087
Skripsi Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut Terhadap Pertumbuhandan Produksi Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
Nama : Juni GunawanNPM : 07C10407087Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Jasmi, S.P., M.Sc Ir. Said Mahjali, M.MNIDN. 0127088002 NIDN. 0110116502
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi
Diswandi Nurba, S.TP., M.Si Jasmi, S.P., M.ScNIDN. 0128048202 NIDN. 0127088002
Tanggal Lulus : 30 Agustus 2013
RINGKASAN
JUNI GUNAWAN. ” Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian POCBintang Kuda Laut Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terung(Solanum melongena L.)” di bawah bimbingan Jasmi sebagai ketua dan SaidMahjali sebagai anggota.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Seuneubok Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat. Pelaksanaan penelitian dimulai dari 2 Mei sampai dengan7 September 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruhkonsentrasi dan interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut yang sesuaiterhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung serta nyata tidaknya interaksiantara kedua faktor tersebut.
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih terung varietasBungo F1, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar,dan POC Bintang Kuda Laut.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) polafaktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan, ada 2 faktor yang diteliti yaitu faktor konsentrasiterdiri dari 4 taraf yaitu 0 cc/liter air, 1 cc/liter air, 3 cc/liter air, dan 5 cc/liter air,dan faktor interval waktu pemberian pupuk terdiri dari 3 taraf yaitu 10 hari sekali,20 hari sekali, dan 30 hari sekali. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanamanpada umur 20, 30 dan 40 HST, diameter pangkal batang pada umur 20, 30 dan 40HST, jumlah daun pada umur 20, 30, dan 40 HST, jumlah buah dan berat buahterung yang dihitung pada saat panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi POC Bintang Kuda Lautberpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksitanaman terung yang diamati. Pertumbuhan dan produksi tanaman terung terbaikdijumpai pada perlakuan konsentrasi 3 cc/liter air. Interval waktu pemberian POCBintang Kuda Laut berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubahpertumbuhan dan produksi tanaman terung yang diamati. Produksi tanamanterung terbaik dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian pupuk 10 harisekali dan 20 hari sekali. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasidan interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut terhadap pertumbuhan danproduksi tanaman terung.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan selawat beserta salam kepada
junjungan Rasulullah SAW atas segala petunjuknya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu
Pemberian POC Bintang Kuda Laut Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Terung (Solanum melongena L.)”. Penulisan skripsi ini adalah salah satu tugas yang
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Universitas
Teuku Umar Fakultas Pertanian Meulaboh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Jasmi dan Bapak Said Mahjali
sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas
Pertanian dan Ketua Program Studi Agroteknologi Universitas Teuku Umar beserta
staf atas bantuan dan fasilitasnya guna menyelesaikan studi.
Selanjutnya penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga penulis
ucapkan kepada Ayahanda Usman dan Ibunda Kasimar yang telah memberikan doa,
dukungan dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada seluruh
teman-teman Fakultas Pertanian angkatan 2007.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Yarabbal ’Alamin.
Meulaboh, 20 September 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Penelitian 21.3 Hipotesis Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 42.1 Botani Tanaman Terung 42.2 Morfologi Tanaman Terung 42.3 Syarat Tumbuh 62.4 POC Bintang Kuda Laut 6
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 103.1 Tempat dan Waktu 103.2 Bahan dan Alat 103.3 Rancangan Percobaan 103.4 Pelaksanaan Penelitian 123.5 Pengamatan 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 164.1 Hasil Penelitian 164.2 Pembahasan 294.3 Pengaruh Interaksi 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN 345.1 Kesimpulan 345.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35LAMPIRAN-LAMPIRAN 37
v
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Gambaran Umum Pupuk Kimia dan Organik 8
2. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Konsentrasi dan Interval WaktuPemberian POC Bintang Kuda Laut 11
3. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 16
4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai KonsentrasiPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 17
5. Rata-rata Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 19
6. Rata-rata Jumlah Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut 20
7. Rata-rata Berat Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut 21
8. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Interval WaktuPemberian POC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 23
9. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai IntervalWaktu Pemberian POC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30dan 40 HST 24
10. Rata-rata Jumlah Daun Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 25
11. Rata-rata Jumlah Buah Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut 27
12. Rata-rata Berat Buah Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut 28
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 17
2. Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai Konsentrasi POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 18
3. Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 19
4. Jumlah Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut 21
5. Berat Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut 22
6. Tinggi Tanaman Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 23
7. Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai Interval WaktuPemberian POC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 25
8. Jumlah Daun Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST 26
9. Jumlah Buah Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut 27
10. Berat Buah Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut 28
11. Bagan Percobaan 48
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Umur 20 HST (cm) 37
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Umur 20 HST 37
3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Umur 30 HST (cm) 38
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Umur 30 HST 38
5. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Umur 40 HST (cm) 39
6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Umur 40 HST 39
7. Rata-rata Diameter Pangkal Batang pada Umur 20 HST (mm) 40
8. Analisis Ragam Diameter Pangkal Batang pada Umur 20 HST 40
9. Rata-rata Diameter Pangkal Batang pada Umur 30 HST (mm) 41
10. Analisis Ragam Diameter Pangkal Batang pada Umur 30 HST 41
11. Rata-rata Diameter Pangkal Batang pada Umur 40 HST (mm) 42
12. Analisis Ragam Diameter Pangkal Batang pada Umur 40 HST 42
13. Rata-rata Jumlah Daun pada Umur 20 HST 43
14. Analisis Ragam Jumlah Daun pada Umur 20 HST 43
15. Rata-rata Jumlah Daun pada Umur 30 HST 44
16. Analisis Ragam Jumlah Daun pada Umur 30 HST 44
17. Rata-rata Jumlah Daun pada Umur 40 HST 45
18. Analisis Ragam Jumlah Daun pada Umur 40 HST 45
19. Rata-rata Jumlah Buah 46
20. Analisis Ragam Jumlah Buah 46
21. Rata-rata Berat Buah 47
22. Analisis Ragam Berat Buah 47
23. Foto-foto Kegiatan 49
24. Daftar Riwayat Hidup 52
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Tanah pada tanggal 13 Desember 1989 dari
Bapak Usman dan Ibu Kasimar. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Pada tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 2 (SDN 2) Ujung
Tanah Kabupaten Aceh Barat Daya. Kemudian pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 (SMPN 2) Tangan-tangan
Kabupaten Aceh Barat Daya. Pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 (SMAN 1) Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Teuku Umar
pada Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Terung (Solanum melongena L.) merupakan jenis tumbuhan herba, semak
dan tumbuhan kerdil. Tanaman terung berasal dari Benua Asia terutama India,
Birma, kemudian dibawa ke Cina dan Spanyol dan disebarluaskan ke negara-
negara lain di Eropa, Afrika, Amerika Selatan, Malaysia dan Indonesia (Samadi,
2001).
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai
kalangan di pelosok tanah air. Buah terung memiliki citarasa yang enak, bernilai
gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P dan Fosfor (Peni, 1998).
Saat ini terung merupakan salah satu komoditi hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi, apabila dilihat rata-rata produksi terung di Indonesia pada tahun
1997 adalah 300.000 ton dari areal panen 135.000 hektar. Menurut biro statistik
pada tahun 1990 produksi terung di Indonesia mengalami penurunan menjadi
250.560 ton walaupun areal panen meningkat seluas 158,280 hektar (Rukmana,
1994).
Dalam upaya meningkatkan produksivitas tanaman terung, maka perlu
usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Pemupukan dapat dilakukan
melalui tanah dan daun, melalui daun salah satu pupuk yang beredar di pasaran
adalah POC (Pupuk Organik Cair) Bintang Kuda Laut (Anonim, 2011).
Selain pemupukan, dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman terung dapat dipengaruhi tingkat sifat fisik, kimia, maupun biologis
tanah. Maka perlu keseimbangan pemberian pupuk dengan kesesuaian (interval)
2
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, karena organisme tanah
berperan aktif dalam pembentukan dan pemanfaatan struktur tanah (Yuliprianto,
2010). Agar tercapainya pertumbuhan yang optimal maka pemupukan harus
dilakukan tepat dosis, tepat waktu dan secara terus-menerus (Adisarwanto, 2008).
Apabila konsentrasi berlebihan atau kurang dari yang dibutuhkan, maka
pertumbuhan tanaman terung kemungkinan akan semakin buruk. Demikian juga
halnya dengan interval waktu pemberian pupuk. Apabila frekuensi pemberian
pupuk terlalu sering dilakukan ataupun dalam rentang waktu yang dekat maka
dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi tidak optimal dan juga dapat
menyebabkan pemborosan pupuk (Abdullah dan Pujianto, 1992). Dengan
pemakaian konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk yang tepat akan
menentukan manfaat dari POC Bintang Kuda Laut terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi terung.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk POC
Bintang Kuda Laut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
2. Tujuan Penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval waktu
pemberian pupuk POC Bintang Kuda Laut yang tepat untuk menghasilkan
pertumbuhan dan produksi tanaman terung yang optimal, serta nyata tidaknya
pengaruh interaksi kedua faktor tersebut.
3
3. Hipotesis
1. Konsentrasi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
terung.
2. Interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian POC
Bintang Kuda Laut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Botani Tanaman Terung
Tanaman terung dapat diklasifikasikan secara botani sebagai berikut
(Cahyono, 2003) :
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
2. Morfologi Tanaman Terung
a. Akar
Tanaman terung memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang
tumbuh lurus sampai dengan kedalaman 1 meter. Sedangkan akar serabutnya
tumbuh menyebar secara horizontal (mendatar) hingga 80 cm dari pangkal batang
tanaman. Akar tanaman merupakan bagian tumbuh yang berfungsi untuk
berdirinya tanaman dan penyerapan zat hara (makanan) serta air. Perakaran
tanaman terung tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek) yang
berkepanjangan (Cahyono, 2003).
5
b. Batang
Batang tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk bulat,
berwarna keunguan, umumnya ditutupi rambut tipis berbentuk bintang berwarna
kelabu, ada yang memiliki duri tempel dan ada yang tidak memiliki (Fahn, 1982).
c. Daun
Daun berbentuk bulat telur, elips, atau memanjang, memiliki permukaan
yang cukup luas (3-15 cm x 2-9 cm), bentuk helaiannya menyerupai telinga, letak
helaian daun-daunnya tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan
tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang masing-
masing berbentuk bintang berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada
tulang daun yang besar sering terdapat duri tempel (Fahn, 1982).
d. Bunga
Bunga merupakan bunga majemuk dan sempurna, tumbuh pada cabang
batang secara berseling, panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak
bertajuk lima dan berambut, tabung kelopak berbentuk lonceng dan bersudut
dengan tinggi 5-6 mm, mahkotanya berwarna ungu dan berjumlah lima, satu sama
lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sarinya berwarna kuning, tergolong
dalam bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), pada bunga terdapat
benang sari maupun putik (Tjitrosoepomo, 2005).
e. Buah
Buah terung merupakan buah sejati tunggal yang terdiri atas kulit buah,
daging buah dan biji. Kulit buah sangat tipis. Daging buah tebal dan lunak, tekstur
halus dan berair, berwarna putih sampai hijau muda. Biji berbentuk pipih,
6
berwarna coklat muda, berukuran kecil, terdapat dalam daging buah dan
jumlahnya sangat banyak (Cahyono, 2003).
Buah berbentuk buni atau bulat memanjang, panjang tangkainya ± 3 cm,
diameter buah ± 3 cm, buahnya berwarna ungu (Tjitrosoepomo, 2005).
3. Syarat Tumbuh
a. Ketinggian Tempat dan Iklim
Tanaman terung dapat hidup di daerah daratan rendah maupun daratan
tinggi mulai dari 1-1200 m di atas permukaan laut, dengan temperatur antara 240C
- 270C dan suhu rata-rata yang optimal 27 -300C (Arsyad, 2007).
b. Tanah.
Keadaan tanah yang baik untuk tanaman terung adalah lempung, lempung
berpasir, dan lempung berliat dan juga memiliki bahan organik agar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Keasaman tanah (pH) 5,5 – 6,5
(Siswadi, 2006).
4. Pupuk Organik Cair Bintang Kuda Laut.
Pupuk organik cair atau POC Bintang Kuda Laut merupakan pupuk
organik cair lengkap, digunakan dengan cara disemprot pada bagian bawah
permukaan daun, ranting, dan batang. Kandungan unsur hara dalam pupuk
organik cair Bintang Kuda Laut adalah C Organik lebih dari 4 %, P2 O5 tersedia
maksimal 2 %, K2O tersedia maksimal 2 %, pH 4-8, Zn tersedia maksimal 1.000
ppm, Cu tersedia maksimal 1.000 ppm, Mn tersedia maksimal 1.000 ppm, Co
tersedia maksimal 5 ppm, B tersedia maksimal 500 ppm, Mo tersedia maksimal 1
ppm, Fe tersedia maksimal 800 ppm. Berdasarkan hasil penelitian pupuk Bintang
7
Kuda Laut dapat memberikan kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur
hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) dan mikro (Si, Fe, Mo dan Zn), zat pengatur
tumbuh serta mikroorganisme tanah. Pupuk Bintang Kuda Laut ini sangat cocok
untuk berbagai jenis tanaman antara lain sayuran, buah-buahan, tanaman hias,
padi, dan palawija (PT. Pertani, 2013).
Manfaat dan keunggulan pupuk organik cair lengkap Bintang Kuda Laut
yaitu; (1) meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit tanaman, (2) mengandung unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg), mikro
(Si, Fe, Mo dan Zn) dan protein tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami
nabati yang mengandung sel-sel aktif, (3) merangsang pertumbuhan akar, batang,
daun, bunga dan buah, (4) mencegah kelayuan dan kerontokan daun dan buah, (5)
menghemat biaya produksi serta meningkatkan produktifitas, (6) mempercepat
panen, (7) ramah lingkungan, (8) dapat digunakan bersamaan dengan pupuk cair
yang sejenisnya, dan (9) dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman (PT.
Pertani, 2013).
Dosis anjuran untuk penggunaan pupuk Bintang Kuda Laut untuk tanaman
sayuran seperti bayam, bawang, cabe, kangkung, kacang panjang, kentang, sawi,
dan lain sebagainya yaitu setiap 1-3 cc dilarutkan ke dalam 1 liter air, dan
disemprotkan setiap 10 hari sekali (PT. Pertani, 2013).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan
atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang
berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat
memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah (Samekto, 2006).
8
Tabel 1. Gambaran umum Pupuk Kimia dan Organik
Kimia / Sintetik Organik / Non-sintetik
Bahan Sintetik.
Mengandung hara tertentu.
Tanah menjadi keras.
Daya simpan air rendah.
Pertumbuhan tanaman terlalu cepat,
sehingga rentan serangan
organisme pengganggu tanaman.
Unsur hara yang larut mudah
tercuci air.
Bahan dasar mahal, sulit dibuat
sehingga harganya mahal.
Dibuat oleh pabrik, cenderung
kurang aman bagi kesehatan dan
lingkungan.
Bahan dari alam.
Selain N, P, K terdapat juga
beberapa unsur mikro.
Tekstur tanah lebih baik.
Daya simpan air tinggi.
Pertumbuhan tanaman relatif
lambat dan lebih tahan serangan
organisme pengganggu tanaman.
Unsurhara tidak mudah tercuci.
Bahan dasar murah, dan mudah
dibuat sehingga harganya murah.
Dapat dibuat sendiri dan aman
bagi kesehatan dan lingkungan.
Sumber : Sutejo, 2002
Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu
suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun dan diharapkan pupuk yang
disemprotkan dapat masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan
celah-celah kutikula (Samekto, 2006).
Daya larut yang menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di
dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk daun yang
berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam
aplikasi pupuk, terutama tidak perlu waktu yang terlalu lama. Pupuk berdaya larut
tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat
sampai dan diserap oleh permukaan daun. Selain menentukan jenis pupuk yang
9
tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang
diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada
terganggunya pertumbuhan tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh
pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2005).
10
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Desa Seuneubok Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat, dimulai dari 2 Mei sampai dengan 7 September 2012.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih terung varietas
Bingo F1, pupuk kandang, POC Bintang Kuda Laut, pupuk Urea, SP-36 dan KCl
sebagai pupuk dasar.
b. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa babybag, polybag,
cangkul, garu, parang, handsprayer, meteran, jangka sorong, gembor, ember,
timbangan, papan nama, tali, wadah (mangkuk), saringan, kaleng, ajir, gunting,
dan alat-alat tulis.
3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor yang diteliti adalah
konsentrasi POC Bintang Kuda Laut dan interval waktu pemberian POC Bintang
Kuda Laut.
a. Faktor konsentrasi POC Bintang Kuda Laut :
B0 = 0 cc/liter air (kontrol)
B1 = 1 cc/liter air
B2 = 3 cc/liter air
B3 = 5 cc/liter air
11
b. Faktor interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut :
I1 = 10 hari sekali
I2 = 20 hari sekali
I3 = 30 hari sekali
Berdasarkan banyaknya faktor dan taraf perlakuan yang dicobakan maka
diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan 36 satuan percobaan yang masing-masing
terdiri atas 3 kali ulangan dan 4 tanaman sampel sehingga secara keseluruhan
jumlah tanaman dalam penelitian ini terdapat 4 x 3 x 3 x 4 = 144 tanaman.
Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Konsentrasi dan Interval WaktuPemberian POC Bintang Kuda Laut.
No Kombinasi Perlakuan Konsentrasi (cc/liter)Interval Waktu
Pemberian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
B0I1
B0I2
B0I3
B1I1
B1I2
B1I3
B2I1
B2I2
B2I3
B3I1
B3I2
B3I3
0 cc/liter air
0 cc/liter air
0 cc/liter air
1 cc/liter air
1 cc/liter air
1 cc/liter air
3 cc/liter air
3 cc/liter air
3 cc/liter air
5 cc/liter air
5 cc/liter air
5 cc/liter air
10 hst
20 hst
30 hst
10 hst
20 hst
30 hst
10 hst
20 hst
30 hst
10 hst
20 hst
30 hst
12
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Bj + Ik + (BI)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Pengaruh bersama yang ditimbulkan oleh faktor Konsentrasi POC
Bintang Kuda Laut taraf ke-j dan faktor Interval Waktu Pemberian
taraf ke-k yang terdapat pada blok ke-i.
= Nilai tengah (rata-rata).
i = Pengaruh blok ke-i.
Bj = Pengaruh pada faktor Konsentrasi POC Bintang Kuda Laut pada
taraf ke-j.
Ik = Pengaruh pada faktor Interval Waktu Pemberian taraf ke-k.
(BI)jk = Pengaruh interaksi antara faktor Konsentrasi POC Bintang Kuda
Laut pada taraf ke-j dengan faktor Interval Waktu Pemberian pada
taraf ke-k.
ijk = Pengaruh acak.
Apabila dalam analisis sidik ragam tersebut ada pengaruh nyata terhadap
nilai rata-rata perlakuan maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
dilakukan uji BNJ 5% (Hanafiah, 2000).
4. Pelaksanaan Penelitian.
a. Pembibitan.
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih terung varietas
Bungo F1 sebanyak 5 gram. Benih direndam dalam wadah (mangkuk) dengan
menggunakan air hangat selama 6 jam untuk memecahkan dormansi benih.
13
Setelah itu benih ditiriskan dengan saringan dan dibungkus dengan menggunakan
kain lembab yang di atasnya dilapisi dengan kertas tisu, kemudian bungkusan
benih disimpan dalam kotak pemeram selama 3 malam.
Media semai disiapkan sebelum persemaian dilakukan, terdiri dari tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan volume 1 tanah : 1 pupuk kandang.
Media semai yang telah disediakan diaduk hingga merata lalu dimasukkan ke
dalam babybag kemudian didiamkan selama satu minggu sebelum persemaian
atau penanaman benih.
b. Penanaman Benih.
Sebelum benih ditanam terlebih dahulu media semai disiram hingga cukup
basah, lalu media semai dilubangi dengan kedalaman 1-2 cm, kemudian barulah
benih ditanam 1 benih per babybag.
c. Persiapan Media.
Media tanam disiapkan 2 minggu sebelum penanaman dilakukan, terdiri
dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan volume 1 tanah : 1 pupuk
kandang yang kemudian dimasukkan ke dalam polybag kemudian didiamkan
selama satu minggu sebelum pemberian pupuk dasar.
d. Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang diberikan per polybag adalah Urea 25 kg/Ha (4,2
gram/polybag), SP-36 150 kg/Ha (25,2 gram/polybag) dan KCl 100 kg/Ha (16,8
gram/polybag). Pupuk diberikan dengan cara dicampur pada tanah dan kemudian
didiamkan selama seminggu sebelum penanaman.
e. Persiapan Lahan.
14
Dilakukan dengan menggunakan cangkul guna membersihkan tanah dari
kotoran-kotoran dan sisa-sisa tanaman yang berada pada lahan penelitian
kemudian dibuat plot dengan ukuran 1,2 cm x 1,4 cm untuk diletakkan polybag
yang berisi tanaman penelitian beserta papan nama perlakuan.
f. Penanaman
Penanaman dilakukan ketika bibit berumur 28 hari setelah semai, dengan
jumlah 1 tanaman per polybag dimana per unit perlakuannya terdapat 4 polybag
tanaman penelitian. Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian adalah 60 cm x
70 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari.
g. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, tergantung pada
kondisi lingkungan setempat.
2. Aplikasi Pupuk Organik Cair Bintang Kuda Laut
Aplikasi POC Bintang Kuda Laut dilakukan dengan cara penyemprotan
menggunakan hand sprayer. Aplikasi POC Bintang Kuda Laut dalam
penelitian ini sesuai dengan konsentrasi (0 cc/liter air, 1 cc/liter air, 3
cc/liter air, dan 5 cc/liter air) dan interval waktu pemberian ( 10 hari sekali,
20 hari sekali, dan 30 hari sekali).
3. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir pada tanaman dilakukan pada tanggal 30 Juni 2012 tepat
3 minggu setelah tanam, dengan panjang ajir 150 cm yang ditancapkan di
samping tanaman dalam polybag sebelum percabangan rimbun di sisi
kanan dan kiri.
15
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan mencabut bagian tanaman yang terserang hama penyakit.
5. Pengamatan dan Pengumpulan data
Pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi dilakukan dengan mengunakan mistar mulai dari
pangkal batang hingga ke titik tumbuh tunas pucuk semai. Pengukuran tinggi pada
saat tanaman berumur 20 HST, 30 HST dan 40 HST.
b. Diameter Pangkal Batang (mm).
Pengukuran diameter pangkal batang dilakukan dengan mengunakan
jangka sorong, diukur pada ketinggian 1 cm di atas pangkal batang. Pengukuran
dilakukan pada umur 20, 30, dan 40 HST.
c. Jumlah Daun
Jumlah daun diamati sebanyak tiga kali masing-masing pada umur 20, 30
dan 40. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung semua jumlah daun.
d. Jumlah Buah per Tanaman
Perhitungan jumlah buah per tanaman dilakukan pada saat panen yaitu
pada saat tanaman terung berumur 90 HST.
e. Berat Buah per Tanaman (gram)
Perhitungan berat buah per tanaman dilakukan pada saat panen yaitu pada
saat tanaman terung berumur 90 HST.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian.
a. Pengaruh Konsentrasi.
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi berpengaruh sangat nyata terhadap
semua parameter pertumbuhan dan produksi tanaman terung yang diamati.
1. Tinggi Tanaman (cm).
Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda
Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi POC BintangKuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Simbol Konsentrasi 20 HST 30 HST 40 HST
B0
B1
B2
B3
0 cc/liter air
1 cc/liter air
3 cc/liter air
5 cc/liter air
10,53a
13,43bc
15,34c
12,74b
10,83a
14,07bc
16,42c
13,14b
11,55a
15,43c
18,11d
14,18b
BNJ 0,05 1,31 1,15 1,22Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman terung tertinggi dijumpai pada
konsentrasi 3 cc/liter air (B2). Pada umur 20 dan 30 HST konsentrasi 3 cc/liter air
(B2) berbeda nyata dengan konsentrasi 0 cc/liter air (B0) dan 5 cc/liter air (B3)
tetapi berbeda tidak nyata dengan 1 cc/liter air (B1). Pada umur 40 HST
konsentrasi 3 cc/liter air (B2) berbeda nyata dengan konsentrasi 0 cc/liter air (B0),
1 cc/liter air (B1) dan 5 cc/liter air (B3). Hubungan antara tinggi tanaman pada
17
berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang Kuda Lautpada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Berdasarkan grafik pada gambar 1, dapat dilihat bahwa tanaman tertinggi
dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Bintang Kuda Laut 3 cc/liter air (B2).
2. Diameter Pangkal Batang (mm).
Rata-rata diameter pangkal batang pada berbagai konsentrasi POC Bintang
Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai Konsentrasi POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Perlakuan Diameter Pangkal Batang (mm)
Simbol Konsentrasi 20 HST 30 HST 40 HST
B0
B1
B2
B3
0 cc/liter air1 cc/liter air3 cc/liter air5 cc/liter air
1,93a4,46c5,05d3,69b
3,54a8,38c9,29d6,21b
3,89a8,49c9,80d6,67b
BNJ 0,05 0,33 0,60 0,60Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Konsentrasi (cc/liter air)
Tin
ggi T
anam
an (
cm)
10,53
13,4315,34
12,7410,83
14,0716,42
13,1411,55
15,43
18,11
14,18
02468
101214161820
0 1 3 5
20 HST30 HST40 HST
18
Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terung terbesar pada
umur 20, 30 dan 40 HST dijumpai pada konsentrasi 3 cc/liter air (B2) yang
berbeda nyata dengan konsentrasi 0 cc/liter air (B0), 1 cc/liter air (B1) dan 5
cc/liter air (B3). Hubungan antara diameter pangkal batang pada berbagai
konsentrasi POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Diameter Pangkal Batang Terhadap Berbagai Konsentrasi POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Berdasarkan grafik pada gambar 2, dapat dilihat bahwa diameter pangkal
batang tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Bintang Kuda Laut 3
cc/liter air (B2).
3. Jumlah Daun.
Rata-rata jumlah daun pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut
pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada
Tabel 5.
Konsentrasi (cc/liter air)
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g (m
m)
1,93
4,465,05
3,693,54
8,389,29
6,21
3,89
8,499,8
6,67
0
2
4
6
8
10
12
0 1 3 5
20 HST30 HST40 HST
19
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang KudaLaut pada Umur 20, 30 dan 40 HST
Perlakuan Jumlah Daun
Simbol Konsentrasi 20 HST 30 HST 40 HST
B0
B1
B2
B3
0 cc/liter air1 cc/liter air3 cc/liter air5 cc/liter air
2,06a3,28bc4,33c3,06b
3,06a5,06c6,72d3,89b
6,67a9,06bc10,00c8,28b
BNJ 0,05 0,28 0,38 0,84Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi pada umur 20, 30 dan
40 HST dijumpai pada perlakuan konsentrasi 3 cc/liter air (B2). Pada umur 20 dan
40 HST konsentrasi 3 cc/liter air (B2) berbeda nyata dengan konsentrasi 0 cc/liter
air (B0) dan 5 cc/liter air (B3) tetapi berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 1
cc/liter air (B1). Pada umur 30 HST konsentrasi 0 cc/liter air (B0) berbeda nyata
dengan konsentrasi 1 cc/liter air (B1), 3 cc/liter air (B2) dan 5 cc/liter air (B3).
Hubungan antara jumlah daun pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut
pada umur 20, 30 dan 40 HST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang Kuda Lautpada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Konsentrasi (cc/liter air)
Jum
lah
Dau
n
2,063,28
4,333,063,06
5,06
6,72
3,89
6,67
9,0610
8,28
0
2
4
6
8
10
12
0 1 3 5
20 HST30 HST40 HST
20
Berdasarkan grafik pada gambar 3, dapat dilihat bahwa jumlah daun
tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Bintang Kuda Laut 3 cc/liter
air (B2).
4. Jumlah Buah.
Rata-rata jumlah buah pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut
setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang KudaLaut.
PerlakuanJumlah Buah
Simbol Konsentrasi
B0
B1
B2
B3
0 cc/liter air
1 cc/liter air
3 cc/liter air
5 cc/liter air
3,22a
5,33c
5,97d
4,58b
BNJ 0,05 0,39Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah buah tertinggi dijumpai pada
perlakuan konsentrasi 3 cc/liter air (B2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi 0
cc/liter air (B0), 1 cc/liter air (B1) dan 5 cc/liter air (B3). Hubungan antara jumlah
buah pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut dapat dilihat pada
Gambar 4.
21
Gambar 4. Jumlah Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang Kuda Laut.
Berdasarkan grafik pada gambar 4, dapat dilihat bahwa jumlah buah
tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Bintang Kuda Laut 3 cc/liter
air (B2).
5. Berat Buah (gram).
Rata-rata berat buah pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut
setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Berat Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang KudaLaut.
PerlakuanBerat Buah (gram)
Simbol Konsentrasi
B0
B1
B2
B3
0 cc/liter air
1 cc/liter air
3 cc/liter air
5 cc/liter air
600,00a
1270,00c
1416,67d
987,78b
BNJ 0,05 89,17Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Jum
lah
Bua
h
Konsentrasi (cc/liter air)
3,22
5,335,97
4,58
0
1
2
3
4
5
6
7
0 1 3 5
22
Tabel 7 menunjukkan bahwa berat buah tertinggi pada saat panen dijumpai
pada perlakuan konsentrasi 3 cc/liter air (B2) yang berbeda nyata dengan
konsentrasi 0 cc/liter air (B0), 1 cc/liter air (B1) dan 5 cc/liter air (B3). Hubungan
antara berat buah pada berbagai konsentrasi POC Bintang Kuda Laut dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Berat Buah Pada Berbagai Konsentrasi POC Bintang Kuda Laut.
Berdasarkan grafik pada gambar 5, dapat dilihat bahwa berat buah
tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Bintang Kuda Laut 3 cc/liter
air (B2).
b. Pengaruh Interval Waktu Pemberian.
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian berpengaruh sangat
nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi tanaman terung yang
diamati.
Konsentrasi (cc/liter air)
Ber
at B
uah
(gr)
600
12701416,67
987,78
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 1 3 5
23
1. Tinggi Tanaman (cm).
Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai interval waktu pemberian POC
Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji dengan uji BNJ 0,05
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Simbol Interval Waktu 20 HST 30 HST 40 HST
I1
I2
I3
10 hari sekali20 hari sekali30 hari sekali
14,22a12,88a11,94a
14,72a13,60a12,53a
15,85a14,85a13,76a
BNJ 0,05 1,63 1,43 1,52Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman terung tertinggi pada umur 20, 30
dan 40 HST dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1)
yang tidak berbeda nyata dengan 20 hari sekali (I2) dan 30 hari sekali (I3).
Hubungan antara tinggi tanaman terung pada berbagai interval waktu pemberian
POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Tinggi Tanaman Terhadap Berbagai Interval Waktu Pemberian POCBintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Interval Waktu Pemberian (hari sekali)
Tin
ggi T
anam
an (
cm)
14,2212,88
11,94
14,7213,6
12,53
15,8514,85
13,76
0
5
10
15
20
10 20 30
20 HST30 HST40 HST
24
Berdasarkan grafik pada gambar 6, dapat dilihat bahwa tanaman tertinggi
dijumpai pada perlakuan inetrval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut 10
hari sekali (I1).
2. Diameter Pangkal Batang (mm).
Rata-rata diameter pangkal batang pada berbagai interval waktu
pemberian POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji
dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai Interval WaktuPemberian POC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Perlakuan Diameter Pangkal Batang (mm)
Simbol Interval Waktu 20 HST 30 HST 40 HST
I1
I2
I3
10 hari sekali
20 hari sekali
30 hari sekali
4,12b
3,83b
3,39a
7,66b
6,80ab
6,28a
7,98c
7,04b
6,45a
BNJ 0,05 0,41 0,75 0,75
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbedanyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 9 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tertinggi pada umur
20, 30 dan 40 HST dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian 10 hari
sekali (I1). Pada umur 20 HST perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali
(I1) tidak berbeda nyata dengan 20 hari sekali (I2) tetapi berbeda nyata dengan 30
hari sekali (I3). Pada umur 30 HST perlakuan interval waktu pemberian 10 hari
sekali (I1) berbeda nyata dengan 30 hari sekali (I3) tetapi berbeda tidak nyata
dengan 20 hari sekali (I2). Pada umur 40 HST perlakuan interval waktu pemberian
10 hari sekali (I1) berbeda nyata dengan 30 hari sekali (I3) dan 20 hari sekali (I2).
Hubungan antara diameter pangkal batang pada berbagai interval waktu
pemberian POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST dapat dilihat
pada Gambar 7.
25
Gambar 7. Diameter Pangkal Batang Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Berdasarkan grafik pada gambar 7, dapat dilihat bahwa diameter pangkal
batang tertinggi dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian POC Bintang
Kuda Laut 10 hari sekali (I1).
3. Jumlah Daun.
Rata-rata jumlah daun pada berbagai interval waktu pemberian POC
Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST setelah diuji dengan uji BNJ 0,05
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Daun Pada Berbagai Interval Waktu PemberianPOC Bintang Kuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Perlakuan Jumlah Daun
Simbol Interval Waktu 20 HST 30 HST 40 HST
I1
I2
I3
10 hari sekali
20 hari sekali
30 hari sekali
3,42a
3,21a
2,92a
5,21c
4,67b
4,17a
9,13a
8,67a
7,71a
BNJ 0,05 0,35 0,48 1,05Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Interval Waktu Pemberian (hari sekali)
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g(m
m)
4,12 3,83 3,39
7,666,8
6,28
7,987,04
6,45
0
2
4
6
8
10
10 20 30
20 HST30 HST40 HST
26
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi pada umur 20, 30 dan
40 HST dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1).
Pada umur 20 dan 40 HST perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1)
tidak berbeda nyata dengan 20 hari sekali (I2) dan 30 hari sekali (I3). Pada umur
30 HST interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1) berbeda nyata dengan 20 hari
sekali (I2) dan 30 hari sekali (I3). Hubungan antara jumlah daun pada berbagai
interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut pada umur 20, 30 dan 40 HST
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Jumlah Daun Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian POC BintangKuda Laut pada Umur 20, 30 dan 40 HST.
Berdasarkan grafik pada gambar 8, dapat dilihat bahwa jumlah daun
tertinggi dijumpai pada perlakuan inetrval waktu pemberian POC Bintang Kuda
Laut 10 hari sekali (I1).
4. Jumlah Buah.
Rata-rata jumlah buah pada berbagai interval waktu pemberian POC
Bintang Kuda Laut setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 11.
Interval Waktu Pemberian (hari sekali)
Jum
lah
Dau
n
3,42 3,21 2,92
5,214,67
4,17
9,13 8,677,71
0123456789
10
10 20 30
20 HST30 HST40 HST
27
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Buah Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian POCBintang Kuda Laut.
PerlakuanJumlah Buah
Simbol Interval Waktu
I1
I2
I3
10 hari sekali
20 hari sekali
30 hari sekali
5,15a
4,79a
4,40a
BNJ 0,05 0,49Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah buah tertinggi dijumpai pada
perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1) yang tidak berbeda nyata
dengan 30 hari sekali (I3) dan 20 hari sekali (I2). Hubungan antara jumlah buah
pada berbagai interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Jumlah Buah Terhadap Berbagai Interval Waktu Pemberian POCBintang Kuda Laut.
Berdasarkan grafik pada gambar 9, dapat dilihat bahwa jumlah buah
tertinggi dijumpai pada perlakuan inetrval waktu pemberian POC Bintang Kuda
Laut 10 hari sekali (I1).
Jum
lah
Bua
h
Interval Waktu Pemberian (hari sekali)
5,15
4,79
4,4
4
4,2
4,4
4,6
4,8
5
5,2
5,4
10 20 30
28
Interval Waktu Pemberian (hari sekali)
1179,171058,33
968,33
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
10 20 30
5. Berat Buah (gram).
Rata-rata berat buah pada berbagai interval waktu pemberian POC Bintang
Kuda Laut setelah diuji dengan uji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-Rata Berat Buah Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian POCBintang Kuda Laut.
PerlakuanBerat Buah (gram)
Simbol Interval Waktu
I1
I2
I3
10 hari sekali20 hari sekali30 hari sekali
1179,17b1058,33ab968,33a
BNJ 0,05 111,37Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 0,05
Tabel 12 menunjukkan bahwa berat buah tertinggi dijumpai pada
perlakuan interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1) yang berbeda nyata dengan
30 hari sekali (I3) tetapi berbeda tidak nyata dengan 20 hari sekali (I2). Hubungan
antara berat buah pada berbagai interval waktu pemberian dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Berat Buah Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian POC BintangKuda Laut.
Ber
at B
uah
(gr)
29
Berdasarkan grafik pada gambar 10, dapat dilihat bahwa berat buah
tertinggi dijumpai pada perlakuan inetrval waktu pemberian POC Bintang Kuda
Laut 10 hari sekali (I1).
4.2. Pembahasan.
a. Pengaruh Konsentrasi.
Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi
tanaman terung tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi 3 cc/liter air (B2)
dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 0 cc/liter air (B0), 1 cc/liter air (B1)
dan 5 cc/liter air (B3). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 3 cc/liter air (B2)
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terung sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman terung, dimana ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman berada dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga
hasil produksinya pun menjadi optimal.
Konsentrasi 3 cc/liter air (B2) meningkatkan laju pertumbuhan tinggi
tanaman, diameter pangkal batang dan jumlah daun tanaman terung diduga
dikarenakan unsur N yang terkandung dalam POC Bintang Kuda Laut berada
dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tinggi tanaman terung.
Sutedjo (2002) menjelaskan bahwasanya Nitrogen merupakan unsur hara utama
bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk
pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun,
batang dan akar. Harjadi (1998) menambahkan, selain tinggi tanaman dan jumlah
daun, diameter batang membesar sebagai akibat terjadinya pertumbuhan meristem
kambium dimana pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pemanjangan dan
30
pembesaran sel yang sangat tergantung pada ketersediaan dan penyerapan hara
Nitrogen. Didukung oleh Jumin (2008) yang menyatakan bahwa ketersediaan
unsur hara N mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama
daun, menambah tinggi tanaman, merangsang pertunasan, dan mempertinggi
kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lain seperti Phosfor dan Kalium
yang berguna untuk hasil produksi tanaman. Phosfor, yang terkandung dalam
POC Bintang Kuda Laut, sangat penting dalam proses pembelahan sel dan
perkembangan jaringan meristem yang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman, kuantitas, kualitas dan waktu panen tanaman menjadi optimal.
Sedangkan Kalium, yang terkandung dalam POC Bintang Kuda Laut, merupakan
aktivator dari berbagai enzim yang essensial dalam reaksi fotosintesis dan
respirasi, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan pati (Hanafiah, 2005).
Proses fotosintesis yang berjalan dengan baik mampu menghasilkan asimilat
dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan juga
digunakan oleh tanaman untuk pembungaan dan pembentukan buah. Produksi
suatu tanaman merupakan hasil dari proses fotosintesis, penurunan asimilat akibat
respirasi, dan translokasi karbohidrat ke dalam hasil tanaman. Oleh karena itu,
peningkatan produksi berbanding lurus dengan peningkatan pertumbuhan dan
hasil fotosintesis (Jumin, 2008).
Menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman terung pada perlakuan
konsentrasi 0 cc/liter air (B0) dan 1 cc/liter air (B1) diduga dikarenakan
konsentrasi tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman terung
untuk tumbuh dan berkembang bila dibandingkan dengan konsentrasi 3 cc/liter air
(B2). Rachim (1996) menyatakan bahwa dalam memberikan pupuk harus
31
diperhatikan kebutuhan akan jenis dan takarannya. Terlalu sedikit takaran dosis
atau konsentrasi pupuk yang diberikan dapat mengakibatkan penurunan
produktivitasnya.
Pada perlakuan konsentrasi 5 cc/liter air (B3) menyebabkan penurunan
pertumbuhan dan produksi tanaman terung. Diduga hal ini dikarenakan
konsentrasi pupuk yang diberikan berada dalam taraf yang telah melebihi dari
toleransi tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dan berkembang
dengan sebagaimana mestinya. Samekto (2006) mengatakan bahwa konsentrasi
suatu pupuk yang diberikan kepada tanaman, guna menunjang pertumbuhan
tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi secara optimal, haruslah
mengikuti petunjuk yang tertera di kemasan pupuk tersebut. Hal ini dilakukan
agar jangan berlebihan dalam memberikan dosis suatu pupuk karena efeknya
dapat membuat tanaman tidak mengalami perubahan (pupuk sia-sia), keracunan
pada tanaman dan dapat juga terjadi klorosis dan nekrosis pada tanaman sehingga
menyebabkan kematian pada tanaman. Didukung oleh Rosmarkam dan Yuwono
(2011) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk dengan kepekatan dua kali
lipat dari yang dianjurkan akan menyebabkan kerusakan pada tanaman. Sutejo
(2002) menambahkan bahwa baik buruknya pertumbuhan dan perkembangan
tanaman atau meningkat dan berkurangnya hasil produksi yang diberikan tanaman
dipengaruhi oleh pertambahan atau pengurangan unsur hara yang diberikan.
Pertambahan atau pengurangan ini berarti adanya koreksi terhadap unsur hara
melalui pemberian pupuk yang tepat, seimbang dan teratur.
32
b. Pengaruh Interval Waktu Pemberian.
Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman terung tertinggi dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian 10
hari sekali (I1) dan produksi tanaman terung tertinggi dijumpai pada perlakuan
interval waktu pemberian 10 hari sekali (I1) dan 20 hari sekali (I2). Hal ini diduga
interval waktu pemberian pupuk 10 hari sekali sesuai bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terung. Sesuai dengan pendapat Samekto (2006) yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk pada tanaman, terutama penyemprotan
pupuk daun dapat dilakukan dengan masa penyemprotan setiap 10 hari sekali.
Rosmarkam dan Yuwono (2011) juga menyatakan bahwa waktu dan cara
pemberian pupuk yang tepat sangat penting, terutama pada saat persediaan pupuk
terbatas, maka penggunaan pupuk harus tepat waktu pemberiannya dan tepat cara
aplikasinya sehingga meningkatkan hasil seoptimal mungkin. Saptarini et al.
(2009) menambahkan bahwa pemberian pupuk harus dilakukan dengan benar
sesuai dengan aturan pakai atau dosis anjuran akan pemberian pupuk. Hal ini guna
menghindari klorosis dan nekrosis pada tanaman karena pupuk yang pemberian
dosisnya berlebihan dapat menyebabkan kematian pada tanaman, dan pemberian
yang terlalu sering akan menyia-nyiakan perlakuan pemupukannya sehingga
terjadi pemborosan dan tidak efisien dalam menggunakan pupuk.
Interval waktu pemberian dengan perlakuan 30 hari sekali (I3)
menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidak tepat dalam membudidayakan
tanaman terung sehingga produksinya menjadi menurun. Menurut Sutejo (2002)
pemakaian pupuk secara berlebihan, baik berupa dosis maupun waktu
pemberiannya, selain tidak ekonomis dapat pula membahayakan pertumbuhan
33
tanaman. Samekto (2006) juga menjelaskan bahwasanya penyemprotan pupuk
yang tepat akan merangsang tanaman dalam meningkatkan hasil. Demikian juga
sebaliknya, apabila penyemprotan pupuk yang tidak tepat dosis dan waktunya,
maka akan menurunkan hasil produksi tanaman.
4.3. Pengaruh Interaksi.
Hasil uji penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang
nyata antara konsentrasi dan interval waktu pemberian terhadap semua parameter
pertumbuhan dan produksi tanaman terung yang diamati. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh masing-masing faktor yang dicobakan tidak tergantung pada
faktor yang lain. Pengaruh konsentrasi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman terung tidak tergantung pada interval waktu pemberian POC Bintang
Kuda Laut. Demikian juga dengan pengaruh interval waktu pemberian terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung tidak tergantung pada konsentrasi
POC Bintang Kuda Laut.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi dan interval waktu pemberian POC Bintang Kuda Laut sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
2. Pertumbuhan dan produksi terung terbaik dijumpai pada perlakuan
konsentrasi 3 cc/liter air dengan interval waktu pemberian 10 hari sekali
dan 20 hari sekali.
3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi dan interval waktu
pemberian pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
B. Saran
1. Disarankan untuk penerapan POC Bintang Kuda Laut konsentrasi 3
cc/liter air untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil produksi yang tinggi
bagi tanaman terung.
2. Disarankan untuk penerapan interval waktu pemberian pupuk 10 hari
sekali dan pupuk 20 hari sekali untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil
produksi yang tinggi bagi tanaman terung.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Pujianto. 1992. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgromediaPustaka. Jakarta.
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim. 2011. Bercocok Tanam Terung. Diakses Agustus 2011.http://www.scribd.com/doc/58302257/9/8/2011 Bercocok Tanam terung
Anonim. 2013. PT. PERTANI (Pertanian Negara Indonesia). Kalimantan.Diakses April 2013.http://www.pertani-kalimantan.com/umum/poc-bintang-kuda-laut.html
Arsyad, H. 2007. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Aneka Sayuran. Ricardo.Jakarta.
Buckman, H.O, dan N.G Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).Bharata Karya. Jakarta.
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Terung. Yayasan Pustaka Nusantara.Yogyakarta.
Dartius. 1990. Fisiologi Tumbuhan 2. Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara. Medan.
Fahn, A. 1982, Anatomi Tumbuhan, Edisi Ketiga, 278, 313, 698-701, UGMPress, Yogyakarta.
Hanafiah, K. A. 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. RajaGrafindoPersada. Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. RajaGrafindo Persada.Jakarta.
Harjadi. 1998. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jumin, H. B. 2008. Dasar-dasar Agronomi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Peni. 1998. Pro Kontra Terung Ungu Untuk Keperkasaan. Dalam Trubus.No.340.Tlm.XXIX.
36
Rachim. 1996. Kiat Memupuk yang Menguntungkan. Balai Pengkajian TeknologiPertanian. Sulawesi Selatan.
Rosmarkam, A., dan N.W Yuwono. 2011. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta.
Rukmana. R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta.
Samadi. B. 2001. Budi Daya Terung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Samekto, R. 2006. Pupuk Daun. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Saptarini, N., Eti Widayati., Lila Sari., dan B. Sarwono. 2009. Agar TanamanCepat dan Rajin Berbuah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siswadi. 2006. Budidaya Tanaman Sayuran. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Yuliprianto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaan. Graha Ilmu.Yogyakarta.