Hubungan Antara Interval Waktu Dari Pemberian Kortikosteroid Antenatal Hingga Kelahiran Prematur Dan...
-
Upload
theofilus-ardy -
Category
Documents
-
view
81 -
download
3
description
Transcript of Hubungan Antara Interval Waktu Dari Pemberian Kortikosteroid Antenatal Hingga Kelahiran Prematur Dan...
Terjemahan Jurnal
HUBUNGAN ANTARA INTERVAL WAKTU
DARI PEMBERIAN KORTIKOSTEROID ANTENATAL
HINGGA KELAHIRAN PREMATUR
DAN KEJADIAN MORBIDITAS RESPIRATORIK
Presentan :
dr. Yudi Indarto
Counterpart :
dr. Maskasoni
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DOKTER KARIADI
SEMARANG
2014
Hubungan Antara Interval Waktu Dari Pemberian Kortikosteroid Antenatal
Hingga Kelahiran Prematur Dan Kejadian Morbiditas Respiratorik
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara morbiditas
pernapasan neonatal dan interval antara pemberian kortikosteroid antenatal (ACS)
dan kelahiran.
Desain penelitian
Kami melakukan penelitian kohort retrospektif di antara wanita yang telah
menerima ACS dan melahirkan pada <34 minggu kehamilan. Kami meng-
kategorikan wanita ini dalam 4 kelompok : interval ACS-kelahiran 0-7, 8-14, 15-
21, dan 22-28 hari. Analisis regresi logistik multivariabel menilai hubungan antara
interval ACS-kelahiran dan morbiditas pernapasan neonatal.
Hasil
Kami memasukkan 254 neonatus. Delapan puluh dua neonatus (32 %) diintubasi.
Dibandingkan dengan neonatus dengan interval ACS-kelahiran 0-7 hari, risiko
intubasi meningkat pada semua kelompok lain (odds ratio [OR], 2,3 ; interval
kepercaaan 95% [CI], masing-masing 1,1-5,4 ; OR, 5,6, 95 % CI, 1,8-18, dan OR,
4,8, 95 % CI, 0,71-32, dimana secara statistik tidak signifikan).
Kesimpulan
Efek ACS menurun ketika interval ACS-kelahiran melebihi 7 hari. Pemberian
pertama ACS harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Kata kunci : kortikosteroid, kelahiran prematur, morbiditas respirasi
PENDAHULUAN
Kelahiran prematur terjadi pada 7-10 % dari seluruh kehamilan dan merupakan
penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi. Sindrom gangguan pernapasan
(RDS) sering menjadi masalah paling akut untuk neonatus prematur karena
produksi surfaktan yang tidak mencukupi dalam paru janin yang belum matang.
Pengobatan kortikosteroid antenatal (ACS), untuk meningkatkan kematangan paru
janin pada ibu hamil yang berisiko untuk melahirkan prematur, pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Liggins dan Howie, yang melaporkan
penurunan yang signifikan dari RDS pada neonatus prematur yang ibunya telah
menerima ACS. Sejak penelitian acak terkontrol pertama ini, banyak penelitian
telah menilai efektivitas ACS pada wanita yang berisiko untuk melahirkan
prematur. Metaanalisis dari studi ini menunjukkan penurunan yang signifikan
dalam insiden RDS dan risiko perdarahan intraventrikular (IVH), necrotizing
enterocolitis (NEC), dan kematian neonatal.
Meskipun efektivitas ACS masih juga diragukan, waktu optimal antara
pemberian ACS dan kelahiran prematur masih belum jelas. Dalam review,
Crowley menunjukkan manfaat yang paling mencolok dalam outcome neonatal
saat kelahiran terjadi antara 24 jam dan 7 hari setelah memulai pengobatan
kortikosteroid. Peaceman et al melaporkan peningkatan kebutuhan bantuan
pernapasan jangka pendek antara bayi prematur yang lahir >7 hari setelah terpapar
ACS; namun, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam langkah-
langkah lain morbiditas dan mortalitas neonatal. Data yang menentukan apakah
efek dari ACS benar-benar berkurang dari 7 hari setelah memulai pengobatan
masih sangat langka. Pengetahuan tentang durasi efektivitas ACS dinilai penting
karena akan menentukan keputusan apakah akan mengulang pemberian ACS,
karena efek dari dosis berulang masih diperdebatkan dan karena efeknya yang
merugikan terhadap panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala neonatal saat
lahir telah dilaporkan. Oleh karena itu kami mempelajari apakah efektivitas
program ACS lengkap tunggal dalam pencegahan morbiditas pernapasan neonatal
dan komposit neonatal bergantung pada interval waktu antara pemberian ACS dan
kelahiran.
BAHAN DAN METODE
Kami melakukan studi kohort retrospektif di 2 center perinatal Belanda. Semua
neonatus yang lahir hidup pada usia kehamilan (GA) antara 24 5/7 dan 34 minggu
pada tahun 2006 dan yang ibunya telah menyelesaikan satu program ACS (2 dosis
12 mg-Celestone Chronodose [Merck Sharp & Dohme bv, Brussels, Belgia]
secara intramuskular dengan interval 24 jam) diikutsertakan. Kami meng-
eksklusikan neonatus yang ibunya tidak menyelesaikan progeam ACS secara
penuh atau yang ibunya memiliki lebih dari satu program steroid. Neonatus yang
meninggal dalam waktu 24 jam setelah lahir karena intervensi pediatrik tidak
dimasukkan karena prematuritas yang ekstrim dikeluarkan juga.
Grafik medis ibu direview untuk karakteristik seperti usia, riwayat
obstetrik, GA saat inisiasi kortikosteroid, dan kelahiran. Grafik neonatal direview
untuk kematian dan morbiditas. Setiap neonatus yang lahir dari kehamilan
multipel dianalisis secara terpisah. Jika wanita dipindahkan ke rumah sakit lain
sebelum kelahiran, kami menghubungi rumah sakit tersebut untuk melengkapi
data yang hilang. Sebuah kasus lepas dari follo up dan dikeluarkan dari analisis
lebih lanjut karena informasi mengenai penerimaan neonatal tidak bisa dilacak.
Outcome utama, morbiditas pernapasan neonatal berat, didefinisikan
sebagai kebutuhan untuk intubasi neonatus di unit perawatan intensif neonatal.
Neonatus diintubasi jika mereka membutuhkan minimal 40% oksigen. Outcome
sekunder adalah RDS (dinilai dalam 4 stadium sesuai dengan kelainan pada X-
thorax: grade 1, reticular ringan (granular ringan) penurunan transparansi paru-
paru, grade 2, penurunan ringan dalam transparansi dan air-bronchograms, yang
tumpang tindih batas jantung, grade 3, batas jantung tidak jelas, grade 4, paru-
paru putih), continuous positive airway pressure (CPAP; diberikan jika neonatus
memerlukan 21-40% oksigen), dan penyakit paru-paru kronis (CLD; didiagnosis
jika kebutuhan oksigen bertahan dalam 28 hari setelah lahir).
Untuk analisis, pasien dikategorikan dalam 4 kelompok : interval ACS-
kelahiran dari 0-7 hari, 8-14 hari, 15-21 hari, dan 22-28 hari. Interval dihitung dari
hari dimana dosis pertama program ACS diberikan. Pertama, kami membangun
fungsi spline untuk memvisualisasikan hubungan antara kebutuhan untuk intubasi
dan interval ACS-kelahiran dalam 4 kelompok GA berbeda : kelahiran 26-27 6/7
minggu, 28-29 6/7 minggu, dari 30-31 6/7 minggu, dan 32-33 6/7 minggu. Fungsi
spline adalah jenis estimasi yang dihasilkan oleh regresi spline dimana slope
bervariasi untuk rentang yang berbeda dari regressor. Hubungan antara variabel
pada sumbu X dan Y tidak ditetapkan dengan formula prespesifik, melainkan
dengan garis graft regresi spline yang mendekati hubungan yang diamati dalam
studi. Kami melakukan analisis regresi multivariabel logistik kami untuk menilai
hubungan antara Interval ACS-kelahiran dan intubasi neonatal. Hubungan dengan
interval ACS-kelahiran selanjutnya dianalisis secara terpisah untuk outcome
sebagai berikut : CPAP, RDS, dan CLD. Akhirnya, kami menggunakan analisis
regresi logistik multivariabel lain untuk menilai apakah interval antara ACS dan
kelahiran juga mempengaruhi morbiditas neonatal komposit. Semua analisis
regresi logistik dikoreksi untuk GA. Morbiditas neonatal komposit didefinisikan
sebagai munculnya nilai ≥1 untuk hal berikut : CLD, IVH grade 3 dan 4
(didiagnosis dengan USG : grade 3, perdarahan dengan dilatasi ventrikel, grade 4,
perdarahan intraparenkimal), NEC, sepsis dan leukomalasia periventrikular grade
2, 3, dan 4 (didiagnosis dengan USG : pembentukan kista 4 minggu setelah
insiden cerebral). Analisis statistik dilakukan dengan software SPSS (versi 17.0,
SPSS Inc, Chicago, IL).
HASIL
Kami mengidentifikasi 522 neonatus, yang ibunya telah menerima ACS dan/atau
melahirkan prematur pada tahun 2006. Dari antara neonatus ini, 131 dikeluarkan
karena dilahirkan sebelum program ACS selesai (dimana 1 neonatus adalah 1 dari
kehamilan kembar) atau karena menerima beberapa program. Kami mengeluarkan
101 neonatus karena mereka lahir setelah GA dari 33 6/7 minggu dan 22 neonatus
karena mereka lahir > 28 hari setelah pemberian dosis pertama ACS. Data untuk 4
neonatus lain tidak dilacak ulang, sehingga mereka dikeluarkan dari penelitian.
Dari sisa 264 neonatus, 3 fetus meninggal sebelum kelahiran (2 dari mereka
adalah 1 dari kehamilan kembar) ; 5 neonatus meninggal saat dilahirkan, dan 2
neonatus meninggal dalam waktu 24 jam setelah lahir karena intervensi pediatrik
lanjut yang tidak diharapkan karena prematuritas ekstrim. Dengan demikian, 254
neonatus dari 220 ibu dimasukkan dalam analisis (Gambar 1).
Usia rata-rata dari ibu adalah 32 tahun (kisaran, 17-44 tahun), dengan
indeks massa tubuh rata-rata 24,7 kg/m2 (kisaran, 15,4-48,0 kg/m2). Sembilan
puluh tiga wanita (42 %) adalah multipara, di antaranya 36 wanita (39 %) telah
mengalami kelahiran prematur sebelumnya. Dalam kelompok kami, 185 wanita
(84 %) hamil tunggal. Tiga puluh tiga (15 %) dan 2 (1 %) dari kehamilan masing-
masing kembar dan kembar tiga; 3 neonatus yang merupakan bagian dari
kehamilan kembar dikeluarkan (seperti yang dijelaskan sebelumnya) karena
kematian antepartum (n=2) dan program ACS tidak lengkap (n=1). Kehamilan
multipel tersebar di antara berbagai kelompok GA dan interval ACS-kelahiran.
Rata-rata GA dimana dosis pertama ACS diberikan adalah 29 0/7; rata-rata GA
saat melahirkan adalah 30 1/7 minggu (tabel 1).
Dari 254 neonatus, 11 (4 %) lahir pada GA <26 minggu ; 37 (15 %) lahir
pada GA 26-27 6/7 minggu, 66 (26 %) lahir pada GA 28-29 6/7 minggu, 75 (29,5
%) lahir GA 30-31 6/7 minggu, dan 65 (25,5 %) lahir pada GA 32-33 6/7 minggu.
Dalam waktu 7 hari setelah pemberian ACS, 61 % neonatus (154/ 254) dilahirkan,
24 % neonatus (60/ 254) lahir pada interval ACS-kelahiran antara 8 and14 hari, 11
% neonatus (28/ 254) lahir pada interval ACS-kelahiran antara 15 dan 21 hari, dan
5 % neonatus (12/ 254) lahir pada interval ACS-kelahiran antara 22 dan 28 hari.
Intubasi
Dari 254 neonatus, 82 diintubasi (32%). Seluruh 11 neonatus (100%) yang lahir
dengan GA <26 minggu harus diintubasi; 28 dari 37 dari neonatus (74%) yang
lahir pada GA 26-27 6/7 minggu, 30 dari 66 neonatus (22%) yang lahir di GA dari
28-29 6/7 minggu, 10 dari 75 neonatus (13%) yang lahir pada GA 30-31 6/7
minggu, dan 3 dari 65 neonatus (5%) yang lahir pada GA dari 32-33 6/7 minggu
harus diintubasi. Tiga puluh dua persen dari neonatus yang lahir dalam waktu 7
hari setelah pemberian ACS (49/154) diintubasi, 33% dari neonatus (20/60) yang
lahir pada interval ACS-kelahiran antara 8 dan 14 hari diintubasi, 39% dari
neonatus (11/28) yang lahir pada interval ACS-kelahiran 15-21 hari diintubasi,
dan 17% dari neonatus (2/12) yang lahir pada ACS-interval untuk-kelahiran 22-28
hari diintubasi. Tabel 2 memberikan gambaran pada interval antara ACS-
kelahiran dan kebutuhan untuk intubasi dalam GA yang berbeda.
Pengaruh interval waktu antara dosis ACS pertama dan kelahiran di
kelompok GA berbeda (26-27 6/7, 28-29 6/7, dan 30-31 6/7 minggu)
divisualisasikan oleh fungsi spline (Angka 2-4). Tidak ada spline yang bisa dibuat
untuk kelompok GA antara 32 dan 33 6/7 minggu karena hanya 3 dari 65
neonatus yang diintubasi. Pada neonatus yang lahir <28 minggu kehamilan,
interval ACS-kelahiran memiliki dampak yang terbatas pada risiko intubasi,
karena sebagian besar anak-anak yang lahir pada <28 minggu kehamilan
diintubasi (Gambar 2). Antara 28 dan 30 minggu kehamilan, neonatus yang
ibunya menerima ACS sesaat sebelum kelahiran tampaknya berada pada risiko
yang lebih rendah untuk intubasi, dibandingkan dengan neonatus dari ibu dengan
interval ACS-kelahiran yang lebih panjang (Gambar 3). Pada lebih dari 30
minggu usia kehamilan, kebutuhan untuk intubasi rendah, dan tidak bergantung/
independen dari panjang interval (Gambar 4).
Dibandingkan dengan kelompok neonatus dengan interval ACS-kelahiran
0-7 hari, risiko intubasi secara statistik signifikan meningkat pada neonatus yang
lahir dalam interval ACS-kelahitan 8-14 hari (rasio odds [OR], 2,3, 95% interval
kepercayaan [CI], 1,1-5,4; P = 0,045) dan pada neonatus yang lahir dalam interval
ACS-kelahiran 15-21 hari (OR, 5.6, 95% CI, 1,8-18;P=.003) dan secara tidak
signifikan meningkat pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 22-
28 hari.
CPAP
Dalam kohort kami, 174 neonatus (69 %) memerlukan CPAP. Pada neonatus
dengan interval ACS-kelahiran 0-7 hari, risiko CPAP adalah 32 % (50/ 154) vs 63
% (38 /60) pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 8-14 hari, 64
% (18/ 28) pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 15-21 hari,
dan 42 % (5/12) pada neonatus yang lahir dalam Interval ACS- kelahiran 22-28
hari. Dibandingkan dengan kelompok neonatus dengan interval ACS-kelahiran 0-
7 hari, risiko CPAP tidak meningkat secara signifikan pada neonatus yang lahir
dalam kelompok interval ACS-kelahiran lain (Tabel 3).
RDS
Informasi yang berkaitan dengan pengembangan RDS dapat dilacak dalam 231
kasus (91 %), informasi ini hilang pada 23 neonatus. Dari 231 neonatus, 36 %
(83/ 231) memiliki RDS. Di antara neonatus dengan interval ACS-kelahiran 0-7
hari, 37 % (55/ 147) memiliki RDS vs 27 % dari neonatus (17/ 62) yang lahir
dalam interval ACS-kelahiran 8-14 hari, 39 % dari neonatus (9/23) lahir dalam
interval ACS-kelahiran 15-21 hari, dan 22 % dari neonatus (2/9) yang lahir dalam
interval ACS- kelahiran 22-28 hari. Dibandingkan dengan kelompok neonatus
dengan interval ACS-kelahiran antara 0-7 hari, risiko pengembangan RDS tidak
meningkat pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 8-14 hari dan
tidak meningkat secara signifikan pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-
kelahiran 15-21 hari dan 22-28 hari (Tabel 3).
CLD
Informasi yang berkaitan dengan pengembangan CLD hilang pada 22 neonatus.
Tiga puluh tiga dari 232 neonatus (14 %) memiliki CLD. Di antara neonatus
dengan interval ACS-kelahiran 0-7 hari, 15 % (22 /146) memiliki CLD vs 11 %
dari neonatus (6/53) yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 8-14 hari dan 32 %
(5 /24) dari neonatus lahir dalam interval ACS-kelahiran 15-21 hari. CLD tidak
didiagnosis di antara neonatus dengan interval ACS-kelahiran 22-28 hari.
Dibandingkan dengan kelompok neonatus dengan interval ACS-kelahiran 0-7
hari, tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam risiko pengembangan CLD pada
neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 8-14 hari. Kami menemukan
peningkatan yang signifikan dalam risiko pengembangan CLD pada neonatus
yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 15-21 hari (Tabel 3).
Hasil Komposit
Terdapat 62 neonatus (24,4 %) yang didiagnosis dengan CLD, IVH grade 3 atau
4, periventrikular leukomalasia grade 2, 3, atau 4, sepsis, dan/atau NEC.
Dibandingkan dengan kelompok neonatus dengan interval ACS-kelahiran 0-7
hari, hasil komposit meningkat secara signifikan pada neonatus yang lahir dalam
interval waktu ACS-kelahiran 15-21 hari. Tidak ada perbedaan yang ditemukan
pada neonatus yang lahir dalam interval ACS-kelahiran 8-14 atau 22-28 hari
(Tabel 3)
Analisis subkelompok neonatus yang lahir pada GA dari 28-29 6/7 minggu
Karena fungsi spline pengaruh interval waktu antara ACS dosis dan kelahiran
pertama di kelompok GA berbeda menunjukkan efek terutama di neonatus yang
lahir pada GA dari 28-29 6/7 minggu, analisis subkelompok dilakukan di grup ini
yang terdiri dari 66 neonatus. Sebuah analisis regresi multivariabel menunjukkan
peningkatan yang signifikan dari hasil intubasi pada neonatus yang lahir dalam
ACS-kelahiran interval waktu 8-14 hari, dibandingkan dengan kelompok neonatus
dengan interval ACS-kelahiran 0-7 hari dan dari hasil CLD pada neonatus yang
lahir dalam interval waktu ACS-kelahiran 15-21 hari (Tabel 4).
PEMBAHASAN
Kami mempelajari apakah efektivitas program lengkap ACS tunggal dalam
pencegahan morbiditas pernapasan neonatal terkait dengan interval waktu antara
pemberian dan kelahiran ACS. Hampir semua neonatus yang lahir pada <28
minggu kehamilan memerlukan intubasi, sehingga lama interval antara ACS dan
kelahiran memiliki dampak yang terbatas. Antara 28 dan 30 minggu kehamilan,
neonatus yang ibunya menerima ACS sesaat sebelum kelahiran tampaknya
memiliki lebih sedikit kebutuhan untuk intubasi, sedangkan neonatus yang
dilahirkan setelah interval waktu yang lebih lama memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk intubasi. Pada >30 minggu kehamilan, kebutuhan untuk intubasi
rendah, tidak bergantung dari panjang interval waktu. Tren serupa ditemukan
untuk kebutuhan CPAP dan pengembangan RDS, CLD, dan morbiditas neonatal
yang berat.
Keterbatasan dari studi kami adalah karakter retrospektifnya. Namun,
outcome primer didefinisikan dengan baik dan tidak tunduk pada perbedaan besar
dalam interpretasi. Keputusan untuk CPAP dan intubasi dilakukan oleh protokol
atas dasar klinis, tidak bergantung dari interval ACS-kelahiran. Selain itu, kami
menganalisis setiap neonatus dari kehamilan multipel secara terpisah, jika mereka
terklaster dalam 1 kelompok interval atau kelompok GA, mungkin akan
mempengaruhi hasil. Dalam penelitian kami, kehamilan multipel tersebar di
antara berbagai kelompok GA dan interval ACS-kelahiran, analisis subkelompok
yang tidak dipublikasikan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna
dalam hasil. Akhirnya, kami menunjukkan bahwa kejadian kegagalan pernapasan
dan RDS bergantung pada beberapa faktor risiko prenatal, seperti hipotiroidisme
ibu, preeklampsia, dan ketuban pecah dini yang lama, dimana kami tidak mampu
untuk membawanya sebagai pembaur dalam analisis kami. Sebelumnya, outcome
dari neonatus yang lahir sebelum dan 7 hari setelah pengobatan ACS telah
dibandingkan. Sehdev et al mempelajari bayi dengan berat lahir sangat rendah
(500-1500 g) yang terpapar 1 program ACS lengkap atau parsial. Tidak ada
perbedaan yang signifikan yang ditampilkan antara 4 kelompok interval waktu
(<24 jam, 24-48 jam, 48 jam untuk 7 hari, dan >7 hari) sehubungan dengan RDS,
IVH, NEC, dan kematian. Demikian pula, Vermillion et al tidak menemukan
perbedaan signifikan dalam frekuensi RDS atau IVH grade 3-4 antara 3 kelompok
interval waktu (1-2, 3-7, dan 8-14 hari). Frekuensi outcome infeksi perinatal
tertentu juga serupa antarkelompok.
Peaceman et al menunjukkan peningkatan kebutuhan bantuan pernapasan
jangka pendek antara neonatus yang lahir pada 7 hari pengobatan ACS
dibandingkan dengan neonatus yang lahir dalam waktu >7 hari (81% vs 62%;
P<.01). Namun, tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam pengobatan
surfaktan, penggunaan ventilasi mekanik, NEC, IVH, ketergantungan oksigen
pada 28 hari setelah melahirkan atau saat GA 36 minggu, perkiraan GA, lama
tinggal, atau kematian. Hasil ini tidak berbeda ketika hanya neonatus yang
dilahirkan sebelum GA 30 minggu yang dievaluasi.
Ring et al menunjukkan bahwa interval waktu ACS-kelahiran 14 hari
meningkatkan risiko untuk penggunaan dukungan ventilator (58% vs 46%; P=.02)
dan penggunaan surfaktan (60% vs 48% ; P=.02) pada neonatus yang lahir di GA
<28 minggu. Tidak ada perbedaan dalam dukungan ventilator, penggunaan
surfaktan, RDS, atau IVH ditemukan pada neonatus yang lahir pada GA kurang
dari 28 minggu. Tidak ada perbandingan yang dibuat antara neonatus yang
dilahirkan <7, 7-14, dan >14 hari setelah pemberian ACS.
Mirip dengan Peaceman et al, kami menemukan bahwa neonatus yang
lahir pada <30 minggu kehamilan tampaknya mendapat manfaat dari ACS, tetapi
manfaat ini berkurang pada GA yang lebih lanjut. Meskipun kami tidak
menemukan risiko yang lebih tinggi secara signifikan untuk RDS atau CPAP,
perkiraan titik odds ratio meningkat pada anak-anak yang lahir pada interval
ACS-kelahiran yang lebih lama, dibandingkan dengan anak-anak yang lahir <7
hari setelah pemberian ACS. Kami mengamati bahwa risiko CLD meningkat
secara signifikan jika interval waktu antara ACS dan kelahiran >14 hari.
Peaceman et al menyarankan program penyelamatan dengan ACS, namun
saran ini mungkin tidak dibenarkan. Waktu pemberian ACS tampaknya menjadi
sangat penting, karena ACS tidak harus diulang jika waktunya tepat. Pengukuran
fibronektin janin dan panjang serviks pada wanita dengan partus prematur
imminens mungkin bisa membantu untuk memperkirakan risiko dari kelahiran
prematur yang sebenarnya dalam waktu 7 hari setelah perawatan dan karena itu
dapat membantu untuk meningkatkan waktu pemberian ACS.
Mengingat bukti saat ini, termasuk penelitian kami, kami menyimpulkan
bahwa efek dari ACS berkurang hanya pada neonatus yang lahir pada GA 28 dan
30 minggu, ketika interval waktu antara program ACS lengkap dan kelahiran
menjadi >7 hari, yang menghasilkan kebutuhan yang lebih tinggi untuk intubasi
dan kesempatan yang lebih tinggi untuk pengembangan CLD. Akibatnya,
pemberian pertama ACS harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Tabel 1. Karakteristik dasar ibu (n=220)
Karakteristik Pengukuran
Age, tahun 31.61 (7–44)
Body mass index, kg/m2 24.7 (15–48)
Merokok, n (%)
Ya 39 (18)
Tidak 100 (45)
Tidak tahu 81 (37)
Wanita primipara, n (%) 127 (58)
Kehamilan, n (%)
Tunggal 185 (84)
Kembar 33 (15)
Triplet 2 (0.9)
Riwayat persalinan prematur, n (%) 36 (16)
Usia kehamilan saat pemberian ACS pertama, minggu 29 0/7 (24 3/7–33 2/7)
Usia kehamilan saat melahirkan, minggu 30 1/7 (25 0/7–33 6/7)
Tabel 2. Kebutuhan intubasi dalam hubungannya dengan usia kehamilan dan interval ACS-kelahiran
Interval antara pemberian kortikosteroid antenatal dan persalinan, hari
Usia kehamilan,
minggu
Total cohort 0-7 8-14 15-21 22-28
n Diintubasi, n (%) n
Diintubasi,
n (%) n
Diintubasi,
n (%) n
Diintubasi,
n (%) n
Diintubasi,
n (%)
26 11 11 (100) 11 11 (100) 0 — 0 — 0 —
26–27 6/7 37 28 (74) 27 20 (74) 7 6 (86) 3 2 (67) 0 —
28–29 6/7 66 30 (22) 40 12 (30) 19 13 (68) 6 4 (67) 1 1 (100)
30–31 6/7 75 10 (13) 50 6 (12) 15 1 (6.7) 8 3 (38) 2 0
32–33 6/7 65 3 (5) 26 0 19 0 11 2 (18) 9 1 (11)
TOTAL 254 82 (32) 154 49 (32) 60 20 (33) 28 11 (39) 12 2 (17)
ACS, antenatal corticosteroids.
Tabel 3. Hubungan antara morbiditas respiratorik dan interval ACS-kelahiran
Variabel 8-14 hari (n=60) 15-21 hari (n=28) 22-28 hari (n=12)
OR (95% CI) Nilai P OR (95% CI) Nilai P OR (95% CI) Nilai P
Intubasi 2.3 (1.1–5.4) 0.045 5.6 (1.8–17.8) 0.003 4.8 (0.71–32.3) 0.11
Continuous positive air pressure 1.0 (0.41–2.0) .92 1.6 (0.54–4.8) .39 1.5 (0.37–6.5) .56
Sindrom distress respirasi 1.3 (0.58–2.8) .54 2.2 (0.73–6.4) .17 2.5 (0.40–17) .32
Penyakit paru kronik 1.4 (0.46–41) .56 4.0 (1.1–15) .04 NA NA
Outcome kompisit 1.4 (0.60–3.2) .45 3.2 (1.0–9.7) .045 1.8 (0.18–18.3) .60
Tabel 4. Hubungan antara morbiditas respiratorik dan interval ACS-kelahiran pada GA 28-29 6/7 minggu
Variable 8-14 hari (n=19) 15-21 hari (n=6) 22-28 hari
(n=1)
Intubasi 5.1 (1.6–16.5) 4.7 (0.76–29.0) NA
Continuous positive air pressure NA NA NA
Sindrom distress respirasi 2.7 (0.85–8.7) 6.8 (0.72–63.3) NA
Penyakit paru kronik 1.1 (0.28–4.1) 8.0 (1.2–51.7) NA
Outcome kompisit 0.98 (0.33–3.0) 6.8 (0.72–63.3) NA