PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP …/Pengaruh...Tujuan utama sebuah perusahaan adalah...
Transcript of PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP …/Pengaruh...Tujuan utama sebuah perusahaan adalah...
1
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL
TERHADAP KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSERVATIF PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
ANINDYA RIZA TESTIANA A.H.
F 0304032
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama sebuah perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham. Manajer sebagai pengelola perusahaan diharapkan dapat
mengoptimalkan nilai perusahaan serta mampu melakukan pengelolaan
perusahaan dengan efektif dan efisien. Untuk mengetahui efektivitas
pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen diterbitkanlah laporan
keuangan. Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of
Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 mengidentifikasikan beberapa
tujuan pelaporan keuangan (FASB, 1987). Pertama adalah untuk menyediakan
informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai eksternal lainnya
untuk pengambilan keputusan investasi, kredit dan lainnya. Kedua,
menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor
dan kreditor dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan bersangkutan.
Tujuan yang terakhir adalah memberikan informasi tentang sumber daya
perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan sumber daya
tersebut.
Fokus utama dari laporan keuangan adalah informasi tentang laba dan
komponennya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor. Manajer bertugas
3
membuat berbagai kebijakan keuangan yang berkaitan dengan aktivitas
operasional perusahaan. Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan
struktur pembiyaan perusahaan atau kebijkan hutang. Keputusan untuk
memilih struktur pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang
paling penting bagi perusahaan. Pemegang saham dan pemegang obligasi
memiliki kepetingan yang berbeda dalam perusahaan. Perbedaan kepentingan
tersebut dapat memunculkan konflik antara pemegang saham dan pemegang
obligasi. Manajer berupaya untuk mengatasi konflik antara pemegang saham
dan pemegang obligasi (bondholder-shareholder conflict) dengan cara
menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatif (Sari, 2004).
Konservatisme menjadi topik yang cukup kontroversial dan
mengundang banyak perdebatan. Watts (2003) mendefinisikan konservatisme
sebagai perbedaan permintaan akan verifiability dalam mengakui laba atau
kerugiaan. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang penerapannya
akan menyebabkan angka laba dan aset menjadi rendah dan biaya serta hutang
menjadi tinggi. Wijaya (2008) menyatakan bahwa konservatisme adalah
prinsip pencatatan akuntansi dimana perusahaan lebih mengantisipasi tidak
adanya laba dan lebih cepat mengakui terjadinya kerugian. Hal ini akan
menjadikan angka laba dan aktiva menjadi lebih rendah serta angka hutang
dan beban menjadi lebih tinggi. Arifin (2005) menyatakan bahwa
konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam
akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan.
Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan
4
laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian.
Dalam akuntansi kita mengenal asumsi going concern, yaitu perusahaan
diasumsikan akan bertahan hidup selamanya. Namun kita tidak akan dapat
memastikan apa yang terjadi pada perusahaan di masa depan. Sehingga untuk
menghindari ekpektasi berlebih dari para pemakai laporan keuangan, maka
perusahaan perlu untuk akuntansi yang konservatif.
Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang menuai banyak
kritik. Kiryanto dan Supriyanto (2006) menyebutkan bahwa pihak yang
menentang konsrevatisme menilai laporan keuangan yang disusun berdasarkan
metoda yang konservatif akan cenderung bias karena tidak mencerminkan
kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Hal tersebut memunculkan keraguan
tentang manfaat dari laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi
yang konsevatif. Fala (2007) menyatakan bahwa pihak yang mendukung
konservatisme menyatakan bahwa penerapan akuntansi konservatif akan
menghasilkan laba yang berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
untuk membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan
dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.
Ahmed and Duellman (2007) menyatakan bahwa persebaran
kepemilikan dan pengendalian pada organisasi modern menghasilkan konflik
kepentingan antara manajer dengan pihak ketiga di luar perusahaan. Konflik
tersebut tidaklah mungkin untuk menyelesaikan konflik pada kontrak yang
sedang berjalan karena akan menimbulkan biaya yang besar. Dalam situasi ini,
corporate governance dapat dianggap sebagai mekanisme yang tepat untuk
5
mengurangi konflik yang terjadi. Corporate governance merupakan sebuah
mekanisme yang dibuat untuk memastikan agar investor dapat memperoleh
pengembalian atas investasinya. Mekanisme corporate governance yang baik
akan membentuk sebuah kinerja perusahaan yang baik. Selain itu, aspek
monitoring dalam perusahan juga akan menjadi lebih baik karena keberadaan
dari komite audit dan dewan komisaris perusahaan. Kombinasi yang optimal
dari mekanisme governance dapat dipilih untuk memaksimalkan nilai
perusahaan namun hal tersebut dapat berdampak berbeda bagi perusahaan
tergantung pada kebijakan keuangan yang diambil seperti investment
opportunity set, leverage, dan sumber pendanaan eksternal lain yang relatif
penting. Sari (2004) menyatakan bahwa kebijakan keuangan yang diambil
perusahan dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam perusahaan. Konflik
tersebut terjadi antara bondholder dan shareholder karena adanya perbedaan
kepentingan. Bondholder berkepentingan atas pengembalian hutangnya dalam
perusahaan sedangkan shareholder berkepentingan atas investasinya di
perusahaan. Untuk mengatasi konflik tersebut, manajer sebagai pengelola
perusahaan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih konservatif.
Juanda (2007) menyatakan bahwa dalam teori keagenan dinyatakan
bahwa konflik tidak hanya terjadi antara pemegang saham dengan manajemen
namun juga antara pemegang saham dengan kreditur. Konflik tersebut
tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan kebijakan investasi. Dalam
konteks dividen, ketika manajemen membayarkan dividen sebagai return
terhadap pemegang saham secara berlebih, dikhawatirkan hal tersebut
6
dianggap mengancam bagi kreditur karena akan meningkatkan resiko atas
pengembalian hutang mereka. Pemilihan metode akuntansi yang lebih
konservatif adalah salah satu cara yang dapat mengurangi risiko kepada
kreditor yakni menghindari pembayaran dividen secara berlebihan.
Pengurangan risiko tersebut semakin penting ketika konflik antara
kepentingan investor dan kreditor berkaitan dengan kebijakan dividen semakin
tinggi dan melebar pada bentuk konflik lainnya, seperti kebijakan pendanaan
utang baru dan kebijakan investasi. Hal ini didukung oleh apa yang dinyatakan
oleh Li (2008) yang menyebutkan bahwa konservatisme dapat dipengaruhi
oleh cara perusahaan dalam menentukan sumber pendanaan. Adanya kontrak
hutang dengan pihak ketiga dapat memunculkan konflik dalam perusahaan
berkaitan dengan kewajiban membayar hutang dan transfer kekayaan pada
pemilik perusahaan.
Gigler at al (2008) menyatakan bahwa akuntansi konservatif berkaitan
dengan pembentukan kontrak hutang yang efisien. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa kontrak hutang yang efisien adalah kontrak hutang yang
memberikan manfaat secara tepat bagi perusahaan namun di sisi lain hak
pemegang hutang juga terpenuhi dengan baik. Namun apabila dipandang dari
sisi perusahaan yang dimaksud dengan kontrak efisien adalah kontrak hutang
dengan tingkat bunga yang rendah yang artinya cost of debt perusahaan juga
akan menjadi rendah. Penerapan akuntansi konservatif diharapkan akan dapat
meningkatkan kontrak utang yang efisien. Hal ini didasari pemikiran bahwa
penerapan akuntansi yang konservatif akan membuat perusahaan lebih
7
berhati-hati dalam mengambil kebijakan keuangan termasuk dalam hal
kontrak hutang. Perusahaan akan berhitung dengan mempertimbangkan
manfaat dari hutang yang diambil bagi perusahaan, aspek bunga dan proposi
kepentingan hak pemegang hutang (kreditur) dan pemegang saham. Penerapan
akuntansi konservatif diharapkan akan membuat berhitung dengan lebih
cermat ketika akan melakukan perjanjian kontrak hutang.
Lasdi (2008) menyatakan bahwa kontrak utang menggunakan
konservatisma dalam dua cara. Pertama, bondholders dapat secara eksplisit
menggunakan akuntansi konservatif. Kedua, manajer dapat secara implicit
menggunakan akuntansi konservatif secara konsisten dalam rangka
membangun reputasi untuk pelaporan keuangan yang konservatif. Terkait
dengan negosiasi ulang kontrak hutang, debt covenants cenderung untuk
berpedoman pada angka-angka akuntansi. Hipotesis debt covenant
memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara berlebihan
laba dan aset untuk mengurangi negosiasi ulang biaya kontrak hutang ketika
perusahaan berusaha melanggar kontrak hutangnya. Bukti empiris
menunjukkan bahwa perusahaan pelanggar mempunyai lebih banyak akrual
abnormal yang agresif. Tidak seperti investor, kreditor tidak mempunyai
mekanisme untuk mengatasi inflasi laba perusahaan. Sebagai gantinya,
kreditor dilindungi oleh standar akuntansi konservatif.
Watts (2003) beragumen bahwa konservatisme merupakan sebuah
mekanisme untuk memfasilitasi kontrak yang efisien. Dengan menerapkan
standar yang asimetri, dimana standar tersebut lebih mengakui berita buruk
8
dari pada berita baik, maka jumlah yang dilaporkan dalam neraca akan
understate dari nilai aktiva bersih sebenarnya yang akan dibagikan secara
intern. Kepemilikan manajerial berkorelasi negatif dengan konservatisme
akuntansi. Semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin besar potensi
manajer mengambil kebijakan yang menguntungkan diri sendiri dan
merugikan pemilik perusahaan. Tingginya permintaan akan akuntansi
konservatif didasari oleh asumsi bahwa manajer membawa biaya personel
yang besar dalam menunda pengakuan kerugian strategi dan investasi daripada
meneruskan investasi yang menguntungkan. Penundaan pilihan pada proyek
yang menghasilkan NPV negatif cash flow untuk pemegang saham di masa
depan, secara potensial dapat mengurangi pelaporan laba saat ini. Proyek yang
menghasilkan NPV negatif merupakan kerugian bagi perusahaan. Apabila itu
diakui maka kinerja manajer menjadi buruk. Hal tersebut dapat mengurangi
kesejahteraan manajer malalui bonus, promosi, reputasi dan prestise. Hal
tersebutlah yang mendasari dugaan penulis bahwa terdapat pengaruh antara
kepemilikan manajerial dengan kebijakan akuntansi konservatif perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Lafond and
Rouchowdhury (2007) dengan beberapa perbedaan, antara lain :
1. Penelitian Lafond and Rouchowdhury (2007) menggunakan Asymetric
of timeliness sebagai proksi konservatisme mengacu pada Basu (1997).
Penelitian ini menggunakan proksi konservatisme yang mengacu pada
penelitian Givoly and Hayn (2002). Proksi ini menggunakan total
accrual sebagai proksi konservatisme.
9
2. Penelitian Lafond and Rouchowdhury (2007) menggunakan Top Five
CEO sebagai proksi kepemilikan manajerial, sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan prosentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh direksi dan komisaris.
3. Penelitian ini menguji adanya konfik bondholder-shareholder yang
menjadi motivasi manajer untuk menerapkan akuntansi yang
konservatif.
Mengacu pada penelitian Lafond and Rouchowdhury (2007) dan
Ahmed and Duellman (2007), penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSERVATIF PERUSAHAAN (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2004-2007)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang
hendak dijawab dalam penelitian ini adalah :
Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerapan kebijakan
akuntansi yang konservatif perusahaan?
C. Tujuan Penelitain
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pilihan perusahaan untuk
10
menerapkan akuntansi yang konservatif. Hal ini didasari oleh pemikiran
penulis bahwa keberadaan kepemilikan manajerial berperan dalam upaya
mengurangi konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi manajer
bahwa penerapan akuntansi konservatif merupakan salah satu alternatif
yang dapat ditempuh untuk mengurangi konflik bondholder-shareholder.
2. Bagi Investor
Memberikan gambaran kepada investor bahwa penerapan akuntansi
bermanfaat untuk mengurangi perilaku oportunis manajer. Konservatisme
juga dapat menjadi mekanisme untuk mencegah perilaku manajer yang
mentransfer kekayaan perusahaan untuk kepentingan personal.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyempurnakan riset sebelumnya
tentang konservatisme. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar
pengembangan penelitain selanjutnya terutama pada metode perhitungan
konservatisme.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme merupakan konsep yang konstroversial dalam
akuntansi. Watts (2003a) mendefinisikan konservatisme sebagai tindakan
manajemen dengan lebih mengantisipasi tidak ada profit dan lebih cepat
mengakui kerugian. Implikasi konsep konservatisme terhadap prinsip
akuntansi yaitu akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan
terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar. Basu (1997) dalam Ball dan Kothari
(2007) menginterpretasikan konservatisme sebagai kecendurungan akuntan
menggunakan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui good news
sebagai keuntungan dibanding mengakui bad news sebagai kerugian.
Perbedaan pengakuan terhadap kedua informasi laba menyebabkan asymetric
timeliness karena perbedaan sensitifitas laba terhadap bad news dan good
news. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian Watts (2003).
Lafond and Watts (2007) menyatakan bahwa konservatisme
merupakan perbedaan permintaan verifibilitas akuntansi terhadap laba dan
kerugian yang akan menghasilkan aktiva yang understatement. Konservatisme
dianggap sebagai media yang dapat mengurangi agency cost karena dapat
mengurang asimetri informasi dan fungsi yang tidak tepat dalam penjanjian
kontrak. Konservatisme juga dianggap mampu mengurangi ketidakmampuan
12
pihak ketika untuk memverifikasi informasi yang bersifat privat. Sebagai
pihak yang berada di dalam perusahaan, manajer memiliki informasi yang
lebih detail tentang perusahaan jika dibandingkan dengan pemegang saham.
Manajer dapat saja memanfaatkan informasi tersebut untuk keuntungan
pribadi seperti bonus. Informasi asimetri antara manajer dan pemegang saham
dapat berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Alasan yang potensial
adalah peningkatan permintaan rate of return saham. Selain itu asimetri
informasi menghasilkan agency cost yang tinggi yang dapat mengurangi arus
kas yang diharapkan di masa depan. Konservatisme dapat dijadikan media
untuk mengurangi asimetri informasi karena dapat mengurangi ruang manajer
untuk memanipulasi laporan keuangan. Konservatisme juga menghindarkan
user laporan keuangan dari ketidakjelasan sumber informasi.
Tazawa (2003) menyatakan bahwa konservatisme merupakan praktik
yang mengutamakan pengakuan laba yang lebih rendah dengan mengakui
lebih lambat keuntungan dan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya atau
kerugian, memperendah pengakuan aktiva dan mempertinggi penilaian utang.
Sejalan dengan pengertian tersebut Juanda (2007) menyatakan bahwa
Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan
menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka
biaya dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta
mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung
terlalu rendah (understatement). Perkembangan yang terjadi justru
13
menunjukkan bahwa eksistensi praktik konservatisme akuntansi semakin
meningkat. Eksistensi konservatisme yang dipraktikkan masing-masing
perusahaan bisa berbeda, karena adanya berbagai alternatif pilihan metoda
akuntansi. Disamping itu, disebabkan pula oleh adanya perbedaan kondisi
masing-masing perusahaan.
Widay (2004) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Dalam
analisisnya digunakan 4 asumsi untuk mengkategorikan sebuah perusahaan
dikatakan menerapakan akuntansi konservatif. 4 asumsi tersebut antara lain :
1. Dilihat dari metode pencatatan persediaan, perusahaan yang
menggunakan metode FIFO atau average akan menghasilkan laporan
keuangan yang lebih konservatif jika dibandingkan dengan
menggunakan metode LIFO.
2. Dilihat dari metode penyusutan yang digunakan, maka perusahaan
dengan metode double declaning methods akan menghasilkan laporan
keuangan yang lebih konservatif jika dibandingkan dengan
menggunakan metode garis lurus karena akan menghasilkan kas yang
lebih tinggi.
3. Dilihat dari periode amortisasi, perusahaan dengan metode amortisasi
yang lebih pendek menunjukkan perusahaan tersebut konservatif.
Periode amortisasi yang panjang menunjukkan perusahaan
menerapkan akuntansi optimis.
14
4. Dilihat dari pengakuaan terhadap biaya riset dan pengembangan. Bila
biaya riset dan pengembangan diakui sebagai kas pada perioda berjalan
maka perusahaan akan menghasilkan laporan keuangan yang
konservatif jika dibandingkan bila perusahaan mencatat biaya riset
sebagai aktiva.
Kiryanto dan Supriyanto (2006) menjelaskan bahwa definisi akuntansi
konservatif umum yang digunakan bahwa akuntan harus melaporkan
informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk
aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai
kewajiban dan beban. Apabila laba konservatisme tersebut didasarkan pada
efisiensi kontrak maka kekayaan (neraca) juga akan konservatisme sehingga
laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menambah kekayaan pemilik
(modal). Sehingga apabila laba yang diperoleh berasal dari laba yang
konservatif maka kekayaan perusahaan (neraca) juga akan bersifat konservatif
juga. Namun, laba yang konservatif tidak dapat dilepaskan dari pemilihan
metode-metode akuntansi yang digunakan oleh manajemen. Pemilihan metode
akuntansi yang konservatif tidak terlepas dari kepentingan pihak manajemen
untuk memaksimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kesejahteraan
pemegang saham.
Watts (2003) menjelaskan ada 4 hal yang menjadi penjelasan tentang
pilihan akuntansi konservatif perusahaan.
15
a. Contracting Explanation
Konservatisme merupakan upaya untuk membentuk mekanisme
kontrak yang efisien antara perusahaan dan berbagai pihak eksternal.
Atas dasar penjelasan kontrak, konservatisme akuntansi dapat
digunakan untuk menghindari moral hazard yang disebabkan oleh
pihak-pihak yang mempunyai informasi asimetris, pembayaran
asimetris, horison waktu yang terbatas, dan tanggung jawab yang
terbatas. Moral hazard adalah suatu tipe asimetri informasi dimana
satu orang atau lebih pelaku bisnis dapat mengamati kegiatan-kegiatan
dibandingkan dengan pihak lain.
b. Litigation
Resiko litigasi berkaitan dengan posisi kreditor dan investor sebagai
pihak eksternal. Investor dan kreditor adalah pihak yang memperoleh
perlindungan hukum. Risiko potensial terjadinya litigasi dipicu oleh
potensi yang melekat pada perusahaan berkaitan dengan tidak
terpenuhinya kepentingan investor dan kreditor. Dalam rangka
memperjuangkan hak-haknya investor dapat saja melakukan litigasi
dan tuntutan hukum terhadap perusahaan. Juanda (2007) menyatakan
bahwa untuk menghindari litigasi dan tuntutan hukum, manajer
memberikan informasi kepada investor dan kreditor yang mengarah
pada :
1.) Pengungkapan berita buruk dengan segera dalam laporan keuangan
2.) Menunda berita baik
16
3.) Menerapkan akuntansi yang konservatif
c. Taxation
Penerapan akuntansi konservatif dilakukan dalam upaya memperkecil
pajak penghasilan perusahaan. Perusahaan dapat memilih metode-
metode yang cenderung konservatif dalam rangka menekan biaya
pajak sepanjang diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku. Di Indonesia peraturan perpajakan mewajibkan dilakukannya
rekonsiliasi fiskal dengan tujuan mencocokkan antara laba akuntansi
dan laba fiskal. Ada peraturan yang diperbolehkan dalam standar
akuntansi namun tidak diperbolehkan dalam perpajakan. Meskipun
aspek perpajakan tetap menjadi pertimbangan pilihan perusahaan
untuk menerapkan akuntansi konservatif.
d. Regulation
Regulator membuat serangkaian intensitf bagi laporan keuangan agar
disusun secara konservatif. Negara-negara dengan regulasi tinggi
memiliki tingkat konservatisme yang lebih tinggi dari pada negara-
negara dengan tingkat regulator rendah.
Richardson and Tinaikar (2003) dalam Kiryanto dan Supriyanto (2006)
menyebutkan bahwa terdapat dua jenis laba konservatif, yaitu : (1) ex-ante
conservatism atau news-independent conservatism dan (2) ex-post
conservatism atau news dependent conservatism. Ex-ante conservatism atau
news-independent conservatism berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang
mengurangi laba secara independent dari kejadian-kejadian ekonomi saat ini,
17
bahkan apabila pengeluaran-pengeluaran tersebut berkaitan secara positif
dengan harapan aliran kas dimasa yang akan dating. Contoh dari ex-ante
conservatism, antara lain : pengakuan dengan segera terhadap biaya iklan
(advertensi), pengeluaran biaya penelitian dan pengembangan. Ex-post
conservatism atau news dependent conservatism menggambarkan lebih tepat
waktu untuk pengakuan laba terhadap bad news dari pada good news. Secara
umum, prinsip akuntansi ini menghendaki penghapusan dengan segera untuk
mengakui bad news terhadap persediaan, goodwill, ketidakpastian kerugian
dan sebaliknya. Sebagai contoh: aturan tentang harga yang terendah antara
harga pokok dan harga pasar persediaan, penghapusan goodwill yang sudah
tidak mempunyai manfaat di masa yang akan datang, dan lain-lain.
Penggunaan dari ex-post conservatism atau news dependent conservatism ini
menghasilkan slope koefisien regresi laba terhadap returns yang lebih tinggi
untuk perusahaan-perusahaan dengan negative returns (bad news) daripada
positive returns (good news).
B. Pengukuran Konservatisme
Pengukuran konservatisme dalam penelitian ini menggunakan total
accrual mengacu pada penelitian Givoly and Hayn (2002) dengan modifikasi
perhitungan akrual operasi berdasarkan penelitian Richardson et al (2005).
Dalam akuntansi kita mengenal dua metode pencatatan transaksi yaitu dasar
akrual (accruals basis) dan dasar cash (cash basis). Hidayati dan Zulaikha
(2003) menyatakan bahwa istilah akrual digunakan untuk menentukan
18
penghasilan (revenue) pada saat diperoleh untuk menentukan beban yang
sepadan dengan revenue, tanpa memperhatikan kapan kas diterima.
Sedangkan Cash Basis mengakui beban dan pendapatan atas dasar kas masuk
atau keluar. Dasar accrual (akrual) harus dipegang oleh pihak manajemen
dalam menyusun laporan keuangan termasuk dalam melaporkan laba.
Sloan (1996) mendefinisikan akrual sebagai perubahan non cash pada
working capital setelah dikurangi dengan biaya depresiasi. Definisi ini lebih
mengarah pada operating accruals mengacu pada FSAB Statement Nomor 95
tentang arus kas. Akrual secara total menggambarkan perbedaan pengakuan
laba secara akrual dan laba secara kas.
Accruals t = Accrual Earnings t – Cash Earnings t
Richardson et al (2005) menyatakan bahwa neraca secara sistematis
memberikan klasifikasi tentang akrual. Tanpa akuntansi akrual hanya akan
terhadap aktiva dan hutang yang berupa kas. Akrual mencerminkan semua
perubahan perubahan aktiva non kas dan semua kategori hutang. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa akrual merupakan penjumlahan antara perubahan Working
Capital, perubahan Non-Current Operating Assets dan perubahan Financial
Assets.
Accruals = ∆ Working Capital + ∆ Non Current Operating Assets
+ ∆ Financial Assets
Dechow and Ge (2005) menyatakan bahwa akrual yang besar dan
positif menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan pada aktiva perusahaan.
Akrual positif menunjukkan peningkatan nilai aktiva perusahaan, pengakuan
19
pendapatan yang besar dan terjadinya perluasan usaha. Akrual negatif
menunjukkan penurunan aktiva perusahaan. Persediaan, aktiva tetap dan
godwill dilaporkan pada nilai yang lebih rendah. Paek et al (2007) menyatakan
bahwa akrual negatif menunjukkan penerapan akuntansi konservatif.
Perusahaan dengan akrual negatif cenderung melaporkan aktiva dan
pendapatan lebih rendah serta melaporkan biaya dan hutang lebih tinggi.
Sebaliknya perusahan yang memiliki akrual positif dikatakan cenderung
menerapkan akuntansi optimis.
Penelitian Wijaya (2008) dan Paek et al (2007) menghitung
konservatisme akuntansi dengan proksi berdasarkan Non Operating Acruals
penelitian Givoly and Hayn (2002). Non Operating Accruals diperoleh dari
pengurangan antara Total Acruals dengan Operating Accruals. Dinotasikan
dengan rumus sebagai berikut :
NOACC = TACC – OACC
Keterangan :
NOACC = Non Operating Accrual
TACC = Total Accrual
= laba bersih – arus kas operasi
OACC = Operating Accrual
= ∆ piutang usaha + ∆ persediaan + ∆ biaya dibayar
dimuka – ∆ utang usaha – ∆ utang pajak
Perusahaan dengan Non Operating Acrual negatif dikatakan
menerapakan akuntansi koservatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
20
rumus total akrual sebagai proksi konservatisme mengacu pada penelitian
Arifin (2005). Total akrual adalah selisih antara laba bersih dan arus kas
operasi dibagi dengan total aktiva perusahaan. Perusahaan dengan total akrual
negatif dikatakan menerapkan akuntansi konservatif. Hal ini dikarenakan
perusahaan melaporkan laba bersih lebih kecil dari arus kas operasinya.
Semakin negatif total akrual menunjukkan perusahan semakin konservatif.
Begitu juga sebaliknya semakin besar (posistif) akrual menunjukkan
perusahaan semakin optimis (tidak konservatif). Perusahaan dibangun atas
dasar going cencern dengan asumsi perusahaan akan dapat bertahan
selamanya. Namun tidak ada pihak yang dapat memastikan keberlangsungan
hidup perusahaan. Oleh karena itu, penerapan akuntansi yang konservatif
diharapkan mampu memberikan solusi untuk menghindari harapan berlebihan
dari para pemakai laporan keuangan.
C. Kepemilikan Manajerial dan Konservatisme Akuntansi
Lafond and Watts (2007) menyatakan bahwa agency cost yang
dihasilkan oleh informasi privat manajer, tidak hanya terbatas pada kontrak
hutang dan kompensasi. Laporan keuangan akan berdampak pada
kesejahteraan manajer melalui berbagai insentif yang didapatkannya.
Berkaitan dengan harga saham perusahaan manajer senantiasa berusaha
menjaga posisinya terutama berkaitan dengan kompensasi yang diterima. Nilai
stock option dan aktiva perusahaan ada dibawah kendali manajemen dan akan
dipengaruhi oleh pengumuman laporan keuangan yang notabennya secara
21
kontrak juga dilakukan oleh manajemen. Fungsi yang tidak simetris dari
manajer tersebut, memberikan rangsangan bagi manajer untuk dapat
menggunakan informasi privat untuk mentransfer kekayaan pada diri mereka
sendiri. Salah satunya dengan melaporkan kinerja perusahaan secara overstate
yang akan berakibat pada harga saham perusahaan. Pada kenyataannya
manajer dan perusahaan adalah penjual saham. Dan selama manajer menjabat
akan ada kecenderungan untuk melaporkan kinerja secara overstate.
Guay dan Verrecchia (2007) menyebutkan ada beberapa keuntungan
potensial yang dapat diperoleh dari penerapan akuntansi konservatif yang akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, antara lain :
1. Memastikan investor menerima informasi penuh tentang perusahaan
2. Merupakan media yang efisien dalam penerapan corporate governance
3. Efisiensi dalam memberikan kompensasi dan insentif bagi manajemen
4. Membentuk kontrak hutang yang efisien
5. Meminimalisir biaya litigasi
6. Meminimalisir biaya pajak
7. Meminimalisir political cost
Dharmastuti at al (2003) menyatakan bahwa hutang merupakan salah
satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan
penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang
muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin
meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat
22
pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Sari (2004) menyatakan
bahwa konflik dalam perusahaan dapat terjadi antara pemegang saham dengan
pemegang obligasi (Konflik Bondholder-Shareholder). Konflik tersebut terjadi
ketika perusahaan berusaha mencari pendanaan dari hutang. Pembayaran
dividen yang terlalu tinggi akan mengancam kepentingan pemegang obligasi
karena akan mengurangi aktiva yang seharusnya digunakan untuk pelunasan
hutang. Dalam konteks kontrak hutang jumlah dividen yang dibayarkan akan
dibatasi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan.
Konflik Bondholder-Shareholder dalam penelitian ini diproksikan
dengan leverage. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan komposisi
pendanaan perusahaan. Konflik Bondholder-Shareholder muncul ketika
perusahaan hendak mengambil keputusan berkaitan dengan sumber
pendanaan. Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang
bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan.
Sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing)
dan dari luar perusahaan (external financing). Modal internal berasal dari laba
ditahan, sedangkan modal eksternal dapat bersumber dari modal sendiri dan
melalui hutang. Beatty et al (2007) menyatakan bahwa kontrak hutang
membutuhkan penerapan akuntansi yang konservatif namun bisa
menghilangkan unsur bias. Hal ini berkaitan dengan keinginan dari kreditur
untuk melindungi kepentingannya. Perusahaan harus rasional akan total dari
cost of debt yang harus dibayarkannya. Dalam setiap keputusan kredit yang
diberikan, kreditur akan mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam
23
melunasi hutang melalui laporan keuangan yang disampaikan. Namun apabila
laporan keuangan disusun dengan metode yang agresif akan muncul
kecenderungan untuk overstatement. Hal tersebut dapat berdampak pada
keputusan bisnis yang tidak tepat bagi kreditur. Hal tersebutlah yang
mendasari bahwa dalam kotrak hutang yang dilakukan kreditur menghendaki
laporan keuangan yang disusun secara konservatif karena kreditur telah
menilai kondisi perusahaan pada titik terburuk. Dengan demikian diharapkan
kreditur tidak over expectation sehingga kontak hutang yang dilakukan tidak
merugikan kepentingan kreditur.
Ahmed and Duellman (2007b) menyatakan konflik dalam perusahaan
tidak dapat diselesaikan ketika kontrak berjalan karena akan menimbulkan
biaya yang besar. Hal tersebut memaksa pemegang saham menyelesaikan
kontrak sampai dengan jangka waktu kontrak selesai. Semakin besar porsi dari
kepemilikan manajerial semakin besar pula tekanan dari outsider untuk
menerapkan akuntansi konservatif. Konservatisme dianggap mampu
mengurangi kemampuan manajer dalam menyajikan laba dan aktiva bersih
secara overstate dengan lebih mengakui keuntungan. Konservatisme juga
dianggap mampu mengurangi perilaku manajer yang menyembunyikan
informasi tentang kerugian. Konservatisme dianggap dapat mencegah adanya
upaya mentransfer kekayaan pemegang saham ke manajer melalui
kompensansi yang berlebihan. Konservatisme juga dapat menjadi mekanisme
kontak yang efisien antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Karena
24
konservatisme mencegah transfer kekayaan pemegang obligasi kepada
pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed and Duellman (2007b)
menunjukkan bahwa terhadap hubungan negatif antara kepemilikan manajerial
dengan kebijakan akuntansi konservatif perusahaan. Selain itu hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan oleh
pihak eksternal terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan setelah
dikontrol dengan jenis industri, ukuran perusahaan, leverage dan growth
opportunities. Penelitian yang dilakukan oleh Lafond and Rouchowdhury
(2007) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap konservatisme akuntansi. Hal tersebut membuktikan bahwa
konservatisme dapat dijadikan media untuk mengatasi masalah konflik
keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Hal tersebut menjadi dasar
dugaan penulis bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi. Dengan menggunaan metode perhitungan
konservatisme yang berbeda serta dengan sampel penelitian berbeda,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penelitian
sebelumnya.
D. Kerangka Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka kerangka penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
25
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Indepeden : Kepemilikan Manajerial
Variabel Dependen : Konservatisme Akuntansi
E. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Ahmed et al (2000) melakukan pengujian empiris tentang akuntansi
konservatif dengan biaya hutang (cost of debt). Penelitian yang dilakukan
mencoba untuk memberikan bukti bahwa peran akuntansi konservatif dalam
upaya mengurangi konflik yang terjadi antara pemegang saham dan pemegang
obligasi tentang kebijakan dividen perusahaan. Akuntansi yang konservatif
akan berpengaruh terhadap laba dan laba ditahan perusahaan yang akan
digunakan untuk membayar hutang. Hal tersebut juga akan berpengaruh
terhadap jumlah dividen yang dibayar kepada pemegang saham. Dari
pengujian yang dilakukan dikatahui bahwa perusahaan yang memiliki
dividend payout, leverege dan operating uncertainty yang tinggi cenderung
untuk memilih akuntansi yang konservatif.
Lasdi (2008) melakukan penelitian tentang determinant konservatisme
akuntansi. Konservatisme dalam penelitian ini diproksikan dengan non
Kepemilikan Manajerial
Konservatisme Akuntansi
26
operating akrual mengacu pada penelitian Givoly and Hayn (2000). Non
operating akrual merupakan selisih antara total akrual dan akrual operasi.
Variabel yang diajukan dalam penelitian ini sebagai determinan akuntansi
konservatif diambil dari peneltian Watts (2003). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tuntutan litigasi dan kontrak hutang berpengaruh
terhadap penerapan akuntansi konservatif. Sedangkan untuk variabel
kompensasi kontrak, pajak dan biaya politik tidak terbukti signifikan sebagai
determinan konservatisme akuntansi.
Fala (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan dengan corporate governance
sebagai variabel moderasi. Secara umum mekanisme yang dapat
mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate
governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama adalah
mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan
dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik negara
yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat. Penelitian
tersebut memasukkan mekanisme internal spesifik perusahaan sebagai
variabel pemoderasi. Untuk struktur kepemilikan akan digunakan variabel
kepemilikan manajerial dengan pemikiran bahwa sensitivitas manajemen
terhadap pengaruh para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol
kepemilikan manajemen. Untuk struktur pengelolaan akan digunakan variabel
jumlah komisaris. Di antara berbagai faktor yang dapat mendorong terciptanya
pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan komisaris merupakan faktor
27
utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan
termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisme akuntansi. Untuk struktur
pengelolaan di Indonesia fungsi ini cenderung lebih banyak dijalankan oleh
dewan komisaris berdasarkan kedekatannya dengan sumber informasi.
Wardhani (2008) melakukan penelitian tentang konservatisme
akuntansi dan hubungannya dengan dewan komisaris sebagai bagian dari
mekanisme corporate governance. Korservatisme dalam penelitain tersebut
diproksikan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan pasar dan pendekatan
akrual. Sedangkan karakteristik board of directors yang diteliti dalam
penelitian ini mencakup independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan
oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya komite audit. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap
total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat konservatisme
akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil di atas menunjukkan
bahwa board of directors yang kuat (dewan yang memiliki komisaris
independent dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan informasi yang
lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan
prinsip akuntansi yang lebih konservatif. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam struktur
kepemilikan perusahaan maka semakin mendorong penggunaan prinsip
akuntansi yang konservatif.
Juanda (2007) melakukan penelitian Pengaruh risiko litigasi dan tipe
strategi terhadap hubungan antara konflik kepentingan dan konservatisme
28
akuntansi. Penelitian dilakukan di Bursa Efek Jakarta dengan tahun sample
1995 sampai dengan 2003. Variabel yang digunakan untuk memprediksi
konservatisme akuntansi antara lain konflik kepentingan, resiko litigasi dan
tipe strategi. Hasil penelitian ini mendukung argumen bahwa konservatisme
akuntansi merupakan praktik umum yang dilakukan perusahaan secara
diskresioner. Pertama, bukti empiris menunjukkan bahwa konflik kepentingan
berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini mendukung
prediksi bahwa semakin tinggi intensitas konflik kepentingan, maka semakin
tinggi kecenderungan penerapan konservatisme akuntansi. Kedua, pengaruh
pemoderasian risiko litigasi terhadap hubungan konflik kepentingan dan
konservatisme akuntansi bersifat memperlemah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi risiko litigasi perusahaan, maka hubungan positif konflik
kepentingan dan konservatisme akuntansi semakin lemah namun hasil ini
tidak mendukung hipotesis yang diprediksi. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh masih lemahnya penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia, yang
berakibat pada lemahnya antisipasi manajer terhadap risiko litigasi. Ketiga,
pengaruh pemoderasian tipe strategi perusahaan terhadap hubungan antara
konflik kepentingan dan konservatisme akuntansi bersifat memperlemah. Hal
ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan bertipe pros-pektor, maka
hubungan positif konflik kepentingan dan konservatisme akuntansi semakin
lemah. Demikian sebaliknya, ketika perusahaan bertipe defender, maka
hubungan positif konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin
kuat.
29
Sari (2004) melakukan penelitian tentang hubungan antara
konservatisme akuntansi dengan konflik antara pemegang saham dan
pemegang obligasi seputar kebijakan dividen dan peringkat obligasi.
Penelitian dilakukan pada perusahaan yang menerbitkan obligasi sekaligus
menerbitkan saham di Busa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun
1999 sampai dengan tahun 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara konservatisme akuntansi
dengan fruktuasi ROA dan rasio kas dividen yang merupakan indikator
konflik kepentingan antara pemegang saham dan pemegang obligasi seputar
dividen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konservatisme akuntansi mampu
berperan dalam konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi
seputas kebijakan dividen yang timbul dari perusahaan yang menerbitkan
saham dan obligasi.
Dari berbasarkan telaah literatur di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
akuntansi konservatif perusahaan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori empiris. Melalui penelitian ini
penulis akan mencoba memberikan bukti mengenai pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahan. Hal yang
mendasari pemikiran tersebut adalah adanya konflik kepentingan antara
pemegang saham dan pemegang obligasi.
B. Data, Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta/Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan
manufaktur. Jenis perusahaan manufaktur dipilih oleh penulis karena memiliki
jumlah populasi data yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan
lain dan memiliki jenis aktivitas yang kompleks. Penelitian ini menggunakan
data sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2004-2007
yang dipublikasikan melalui website resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id). Data dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive
sampling, dengan kriteria :
1. Perusahaan manufaktur
2. Tidak de-listing selama tahun 2004-2007
3. Menerbitkan laporan keuangan dengan tanggal 31 Desember
31
4. Memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan software SPSS for
Windows versi 15.0.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajerial. Kepemilikan manajerial diproksikan dengan prosentase
kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris (Lafond and Watts, 2007).
Untuk mengetahui peran konflik bondholder-shareholder yang membuat
manajer menerapkan konservatisme akuntansi, maka dalam penelitian ini
penulis membentuk variabel konflik bondholder-shareholder dengan
proksi dengan leverage mengacu pada Juanda (2007). Kemudian dibentuk
variabel dummy leverage dimana (1) perusahaan dengan leverage besar
dan (0) perusahaan dengan leverage kecil.
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme
akuntansi. Konservatisme akuntansi dalam penelitian ini diproksikan
dengan total akrual yang mengacu pada penelitian Givoly and Hayn
(2002).
Total akrual = laba bersih – arus kas operasi
Hasil total akrual dibagi dengan total aktiva perusahaan mengacu
pada penelitian Givoly and Hayn (2002). Hasil total akrual dikalikan
32
dengan negatif 1. Sehingga perusahaan yang memiliki total akrual yang
positif dikatakan menerapkan akuntansi yang konservatif sedangkan
perusahaan yang memiliki akrual negatif dikatakan menerapkan akuntansi
optimis (liberal). Dalam penelitian ini penulis tidak membentuk variabel
dummy melainkan menggunkan secara langsung total akrual dibagi dengan
total aktiva sebagai proksi konservatisme.
D. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang
distribusi data dalam penelitian ini. Statistik deskriptif meliputi mean,
minimum, maximum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui
distribusi data yang menjadi sampel penelitian.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
grafik Normal P-P of regression standardized residual yang terdapat
dalam program SPSS 15.0 for Windows. Jika data menyebar di sekitar
garis diagonal pada grafik Normal P-P of regression standardized residual
dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas, tetapi jika sebaliknya data menyebar jauh berarti tidak
memenuhi asumsi normalitas tersebut (Ghozali, 2005).
33
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Ghozali (2005) menyatakan multikolinieritas adalah situasi
adanya korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji
korelasi antara variabel independen dengan menggunakan Tolerance
Value dan Varians Inflating Factor (VIF). Tolerance mengukur
veriabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai Tolerance di atas 0,10
dan VIF dibawah 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah
sebuah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi
korelasi nama dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1.) Jika 0 < d < d1, maka terjadi autokorelasi positif
2.) Jika d1 < d < du, maka tidak ada kepastian apakah terjadi
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
3.) Jika 4-d1 < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatif
34
4.) Jika 4-du < d < 4-d1, maka tidak ada kepastian apakah terjadi
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
5.) Jika du < d < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau
negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas
dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.
Heteroskastisitas dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
yang telah dan titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak
terjadi heteroskastisitas.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan regresi linier berganda
dengan persamaan regresi :
35
KON = α + β1 MAN + β2 DLEV + e
Keterangan Notasi :
KON = Konservatisme akuntansi
MAN = Kepemilikan Manajerial
DLEV = Dummy Leverege, (1) leverage besar, (0) leverage kecil
α = Konstanta
β1- β2 = Koefisien Regresi
(a) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai
koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier
berganda untuk variabel independen kepemilikan manajerial terhadap
variabel dependen konservatisme akuntansi. Koefisien determinasi
yang dilihat adalah nilai dari adjusted R2.
(b) Uji F
Uji F (ANOVA) merupakan alat yang digunakan untuk menguji
apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama atau
simultan terhadap variabel dependennya. ANOVA dalam penelitian ini
dihitung dengan tingkat signifikansi 5%.
(c) Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-T)
Merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
36
dependen. Uji T dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi
5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen apabila nilai sig (p-Value) dibawah 5%.
37
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan. Data dalam penelitian
ini diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di website Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id). Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :
Tabel IV. 1
Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007 151
Perusahaan dengan data valid dan lengkap tahun 2004-2007 23
Jumlah Observasi 92
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
Perusahaan yang valid dan lengkap sebagai sampel selama periode
2004-2007 sebanyak 23 perusahaan sehingga jumlah observasi menajdi 92
observasi. Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan auditan
yang dipublikasikan di internet. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 15.0 for
windows.
38
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data dari data
keuangan perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian Berikut ini
statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian :
Tabel IV.2
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
MAN 92 0,01 0,57 0,108 0,112
KON 92 -0,36 0,39 0,009 0,109
DLEV 92 0 1 0,35 0,479
Keterangan Notasi :
MAN = Kepemilikan Manajerial
KON = Konservatisme Akuntansi (dengan proksi total akrual dikalikan -1)
DLEV = Variabel dummy leverage
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian statistik deskriptif variabel kepemilikan manajerial
memiliki nilai minimum sebesar 0,01 dengan nilai maksimum 0,57. Nilai rata-
rata kepemilikan manajerial 0,108 dengan standar deviasi sebesar 0,112.
Variabel konservatisme akuntansi memiliki nilai minimum sebesar -
0,36 dengan nilai maksimum 0,39. Nilai rata-rata konservatisme akuntansi -
39
0,009 dengan standar deviasi sebesar 0,109. Nilai total akrual dalam penelitain
ini dikalikan dengan negatif 1. Kerena perusahaan sampel memiliki rata-rata
total akrual yang positif hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
perusahaan sampel telah menerapkan akuntansi yang konservatif.
Variabel konflik bondholder-shareholder dalam penelitian ini
menggunakan variabel dummy leverage. Nilai 1 untuk perusahaan yang
memiliki leverage besar dan nilai 0 untuk perusahaan dengan laverage yang
kecil. Nilai rata-rata variabel dummy leverage sebesar 0,35 dengan nilai
standar devisasi sebesar 0,479.
C. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas Data
Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of
regression standardized residual dapat digunakan untuk menguji
normalitas data. Jika data menyebar disekitar garis diagonal pada grafik
Normal P-P of regression standardized residual dan mengikuti arah garis
diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, tetapi
jika sebaliknya data menyebar jauh berarti tidak memenuhi asumsi
normalitas tersebut. Grafik Normal P-P of regression standardized
residual dari persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
40
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KON
Gambar IV. 1
Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil pengolahan Data
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan pendekatan grafik
Normal P-P of regression standardized residual menunjukkan bahwa data
tersebar mengukuti garis diagonal. Untuk lebih meyakinkan mari kita lihat
histogram data penelitian. Histogram data penelitian tersaji pada gambar
berikut ini :
41
Regression Standardized Residual3210-1-2-3
Freq
uenc
y
25
20
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: KON
Mean =2.33E-16 Std. Dev. =0.989
N =92
Gambar IV.2
Histogram
Sumber : Hasil pengolahan Data
Hasil uji normalitas menggunakan data menunjukkan bahwa
distribusi data dalam penelitian telah mendekati bentuk lonceng yang
sempurna. Sehingga dapat kita simpulkan data dalam penelitian ini telah
terdistrubusi dengan normal.
42
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel
independennya rendah. Berikut ini hasil uji multikolinieritas.
Tabel IV.3
Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
MAN 0.991 1.009 Tidak terdapat multikolinieritas
DLEV 0.991 1.009 Tidak terdapat multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa variabel independen
memiliki nilai tolerance di atas 10% dan nilai VIF dibawah 10 sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat
multikolinieritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah di dalam model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi dalam
43
penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu
dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai
Durbin Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan
batas lebih rendah (lower bond atau d1). Kriteria pengujiannya adalah
sebagai berikut:
(a) Jika 0 < d < d1, maka terjadi autokorelasi positif
(b) Jika d1 < d < du, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi
atau tidak (ragu-ragu)
(c) Jika 4-d1 < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatif
(d) Jika 4-du < d < 4-d1, maka tidak ada kepastian apakah terjadi
autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
(e) Jika du < d < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau
negatif.
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel IV. 4
Hasil Uji Durbin Watson
D-W Hitung Nilai du Keterangan
2.364 1.703 Tidak terdapat autokorelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Karena jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 maka kita
tidak dapat membandingkan dengan tebel Durbin Watson. Solusinya kita
memakai kriteria mendekati 2 untuk menentukan bahwa model regresi
44
tidak terjadi autokorelasi. Hasil DW hitung menunjukan hasil 2.364. Nilai
ini tentunya cukup meragukan karena kriteria yang digunakan adalah data
mendekati 2. Untuk itu kita lakukan uji run test terhadap residual dari
persaman regresi. Apabila run test memberikan hasil yang tidak signifikan
maka dikatakan bahwa model regresi bebas dari autokorelasi. Hasil uji run
test tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel IV. 5
Hasil Uji Run Test
Variabel Sig (p value) Keterangan
Unstandardized 0.294 Tidak Signifikan
Residual
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian terhadap residual menunjukan hasil yang tidak
signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak
terdapat autokorelasi.
4) Uji Heterokesdaktisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas
dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
45
Regression Standardized Predicted Value210-1-2-3-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: KON
Gambar IV.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di
atas dan dibawah angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk
pola tertentu yang teratur, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian homokesdatisitas atau dalam model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
46
D. Uji Hipotesis
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah diantara 0 dan 1. Nilai yang kecil menunjukkan kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variable dependen adalah rendah.
Begitu juga sebaliknya. Karena penelitian ini hanya menggunkan satu
variabel independen maka nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari
nilai R2 pada model summary buka pada nilai Adjusted R2.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengujian
dengan regresi linier berganda menunjukan nilai R2 pada model summary
menunjukan nilai 0,071 atau 7,1 %. Hal ini menunjukan bahwa 7,1 %
penerapan akuntansi konservatif perusahaan dapat dijelasakan oleh
kepemilikan manajerial dan konflikk bondholder-shareholder. Sedangkan
sisanya 92,9 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam
model penelitian ini.
2. Uji F (ANOVA)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
47
Tabel IV.6
Uji F
Sig (P-Value) Kriteria Pegujian Keterangan
0,014 P<0,05 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,014. Pengujian
memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial dan konflik bondholder-shareholder berpengaruh
secara bersama-sama terhadap penerapan akuntansi konservatif
perusahaan.
3. Uji t (Uji Pengaruh Parsial)
Uji t digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen
terhadap varaibel dependen secara parsial Hasil uji pengaruh parsial dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.7
Hasil Uji t
Variabel beta Sig (p-Value) Keterangan
MAN -0,215 0,032 Signifikan
DLEV 0,043 0,068 Signifikan 10%
Alpha : 0.018
Sumber: Hasil Pengolahan Data
48
Hasil pengujian pengaruh parsial variabel kepemilikan manajerial
terhadap toral akrual sebagai proksi konservatisme akuntansi menunjukan
nilai beta sebesar -0.215 nilai signifikansi 0.032. Pengujian memberikan
hasil yang signifikan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kepemilkan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan akuntansi konservatif
perusahaan. Hipoteisis 1 didukung. Koefisien regresi memberikan hasil
yang negatif hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan
manajerial maka perusahaan akan semakin menerapkan akuntansi liberal
(optimis). Sehingga dapat disimpulkan semakin besar kepemilikan
manajerial, maka perusahaan akan semakin cenderung tidak konservatif.
Hasil ini mendukung hasil penelitian Lafond and Rouchowdhury
(2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap konservatisme akuntansi. Hal tersebut dimungkinkan
terjadi karena di Indonesia, ketika kepemilikan manajerial besar maka
akan cenderung manajer mengambil kebijakan yang menguntungkan diri
sendiri. Misalnya laba atau aktiva dinyatakan secara overstate sehingga
kinerja manajer kelihatan baik.
Hasil uji T variabel dummy leverage sebagai proksi dari konflik
bondholder-shareholder menunjukkan nilai koefisien regersi sebesar 0,043
dengan nilai signifikansi sebesar 0,068. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konflik bondholder-shareholder berpengaruh positif terhadap
penerapan akuntansi konservatif perusahan pada level signifikan 10%.
Hasil ini mendukung hasil Beatty et al (2007) menyatakan bahwa kontrak
49
hutang membutuhkan penerapan akuntansi yang konservatif. Hal ini
berkaitan dengan keinginan dari kreditur untuk melindungi
kepentingannya. Hasil ini juga mendukung hasil penelitian Sari (2004) dan
Juanda (2007) yang menyatakan bahwa adanya konflik antara bondholder-
shareholder akan membuat manajemen perusahaan untuk menerapkan
metode akuntansi yang lebih konservatif untuk mengurangi konflik
tersebut.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan. Penulis
mempertimbangkan adanya konflik bondholder-shareholder yang membuat
manajer menerapkan akuntansi konservatif. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id). Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan regresi linier sederhana dengan SPSS 15 For Windows. Jumlah
observasi 92 perusahaan dnegan tahun sampel 2004 sampai dengan 2007.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai Koefisien Determinasi sebesar 0,071 atau 7,1 %. Hal tersebut
menunjukan bahwa 7,1 % penerapan akuntansi konservatif perusahaan
dapat dijelasakan oleh kepemilikan manajerial dan adanya konflik
bondholder-shareholder. Sedangkan sisanya 92,9 % dijelaskan oleh
faktor lain diluar model penelitian
2. Hasil uji F menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan konflik
bondholder-shareholder berpengaruh secara simultan terhadap
penerapan akuntansi konservatif.
3. Hasil pengujian pengaruh parsial menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan akuntansi
51
konservatif perusahaan. Hasil ini mendukung Lafond and
Rouchowdhury (2007) yang menyatakan kepemilikan berpengaruh
negatif terhadap akuntansi konservatif. Variabel konflik bondholder-
shareholder berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi
pada level signifikansi 10%. Hasil ini mendukung hasil penelitian Sari
(2004) yang menyatakan bahwa konservatisme merupakan media
untuk mengurangi konflik antara bondholder dan shareholder.
B. Keterbatasan dan Saran
1. Penulis hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur penelitian
selanjutnya disarankan untuk menggunakan perusahaan dengan tipe
industri yang berbeda. Tipe industri yang berbeda memungkinkan aktivitas
operasional yang berbeda, sehingga memungkinkan adanya hasil yang
berbeda.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji mekanisme corporate
governance terhadap penerapan akuntansi konservatif perusahaan
mengacu pada Wardhani (2008). Menurut Wardhani (2008), salah satu
proksi corporate governance adalah keberadaan komisaris independen.
Semakin tinggi proporsi komisaris independen, akan mensyaratkan
informasi yang lebih berkualitas sehingga perusahaan akan cenderung
untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif.
52
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Anwer and Duellman, Scott. 2007a. Evidence on the Role of Accounting
Conservatism in Monitoring Managers’ Investment Decisions. Available online at www.ssrn.com
Ahmed and Duellman .2007b. Accounting Conservatism and Board of Director
Characteristics: An Empirical Analysis. Avilable online at http:// www.ssrn.com
Arifin, Taufiq. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme
Akuntansi. Skripsi FE UNS : Tidak dipublikasikan Ball, Ray and S.P. Kothari. 2007. Econometrics of the Basu Asymmetric
Timeliness Coefficient and Accounting Conservatism. Available online at http:// www.ssrn.com
Beatty, Anne, Joseph Weber, Jeff Yu. 2007. Conservatism and Debt. Avilable
online at http:// www.ssrn.com Cheng, C. S. Agnes and Dana Hollie. 2003. The Persistence of Cash Flow
Components into Future Cash Flows. Available online at http:// www.ssrn.com
Dechow, Patricia M and Ge, Weili. 2005. The persistence of earnings and cash
flows and the role of special items: Implications for the accrual anomaly. available online at http:// www.ssrn.com
Dharmastuti, Ch.Fara, Stella.K, Eviyanti. 2003. Analisis Keterkaitan Secara
Simultan Antara Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002. Avalable online at www.google.co.id
Fala, Dwiyana A.S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap
Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. SNA X : Ikatan Akuntansi Indonesia
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang Gigler, Frank, Chandra Kanodia, Haresh Sapra and Raghu.V. 2008. Accounting
Conservatism and the Efficiency of Debt Contracts. available online at http:// www.ssrn.com
53
Givoly, Dan dan Hayn, Carla. 2000. The changing time-series properties of earnings, cash flows and accruals:Has finanancial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics 29 (2000) 287-320
Givoly, Dan,
Carla Hayn
and Ashok Natarajan.2004. Measuring Reporting
Conservatism. available online at http:// www.ssrn.com Guay,Wayne and Robert E.V. 2007.Conservative Disclosure. available online at
http:// www.ssrn.com Hidayati, Siti.M dan Zulaikha. 2003. Analisis Perilaku Earning Managemet:
Motivasi Minimalisasi Income Tax. SNA VI. Ikatan Akuntansi Indonesia Juanda, Ahmad. 2007. Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap
Hubungan Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisma Akuntansi. SNA X : Ikatan Akuntansi Indonesia
Kiryanto dan Suprianto,Edy. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan
Laba Konservatisma Dengan Neraca Konservatisma. SNA IX : Ikatan Akuntansi Indonesia
Lafond, Ryan and Rouchowdhury, Sugata. 2007. Managerial Ownership and
Accounting Conservatism. Available online at http:// www.ssrn.com Lafond, Ryan and Watts, Ross L. 2007. The Information Role of Conservatism.
Available online at http:// www.ssrn.com Lasdi, Lodovicus. 2008. Determinan Konservatisma Akuntansi. The 2nd National
Conference UKWMS Li, Ningzhong.2008. Debt Contracting Efciency of Accounting Conservatism.
available online at http:// www.ssrn.com Lin, Haijin. 2005. Accounting Discreation and Manajerial Conservatism : An
Intertemporal Analysis. Available online at http:// www.ssrn.com Paek, Wonsun, Chen.Lucy.H, and Sami. H. 2007. Accounting Convervatism,
earning Persistance and Pricing Multiples on Earning. Available online at http:// www.ssrn.com
Richardson Scott A, Richard G. Sloan, Mark T. Soliman, Irem Tuna. 2005.
Accrual reliability,earnings persistence and stock prices. Available online at http:// www.ssrn.com
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business 4th edition. Wiley and Son
54
Sloan, Richard. G. 1996. “Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings”. Accounting Review. Vol.71 No.3 pp.289-315
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayaan Pelaporan Keuangan. BPFE :
Yogyakarta Tazawa, Motohiro . 2003. The Timeliness of Earnings and Accruals under
Conservatism in Japan. Available online at http:// www.ssrn.com Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia Dan
Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. SNA 11 : Ikatan Akuntansi Indonesia.
Watts, Ross.L. 2003. Conservatism in Accounting Part I: Evidence and Research
Opportunities. Available online at http:// www.ssrn.com Widay. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap
Akuntansi Konservatif. SNA VII. Ikatan Akuntansi Indonesia Widodo lo, Eko.2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan
Terhadap Konservatisme Akuntansi. SNA VIII : Ikatan Akuntansi Indonesia
Wijaya, Anggita Langgeng. 2008. Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Laba
Terhadap Laba Masa Depan Perusahaan. Skripsi FE UNS : Tidak dipublikasikan
Wu, lingling. 2004. The Impact of Ownership Structure on Debt Financing of
Japanese Firms With the agency cost of Free Cash Flow. Available on line at http:// www.ssrn.com
Vasvari, Florin.P. 2006. Managerial Incentive Structures, Conservatism and the
Pricing of Syndicated Loans. Avilable online at http:// www.ssrn.com
Zhang, Yilei. 2006. Are Debt and Incentive Compensation Substitutes in Controlling the Free Cash Flow Agency Problem? Available on line at www.ssrn.com