PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

23
Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 117 PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTUL Abi Dwi Pramono email: [email protected] Herman Legowo Universitas Gadjah Mada email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menguji pengaruh Surat Setoran Pajak (SSP) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disetorkan terhadap penerimaan PPN, (2) menguji pengaruh Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN yang dilaporkan terhadap penerimaan PPN, (3) menguji pengaruh jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar terhadap penerimaan PPN, dan (4) menganalisis manakah di antara ketiga variabel bebas yang telah disebutkan sebelumnya yang memiliki pengaruh terbesar dalam penerimaan PPN. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional yang bersifat retrospektif dengan metode cross sectional. Data dianalisis dengan melalui uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, danmultikolonearitas) dan uji hipotesis (analisis regresi linear, uji statistik t, uji statistik F, dan koefisien determinasi). Pada uji asumsi klasik tidak didapatkan adanya abnormalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, maupun multikolonearitas pada data. Pada uji statistik t didapatkan tidak adanya hubungan signifikan antara SSP yang disetorkan terhadap penerimaan PPN namun terdapat hubungan yang signifikan antara SPT masa yang dilaporkan dan jumlah PKP terdaftar dengan penerimaan PPN. Pada uji statistik F didapatkan bahwa SSP, SPT, dan PKP jika secara bersama dapat mempengaruhi penerimaan PPN secara signifikan. Jumlah SSP yang disetor tidak mempengaruhi jumlah penerimaan PPN secara signifikan sementara jumlah SPT masa yang dilaporkan dan jumlah PKP terdaftar secara signifikan mempengaruhi jumlah penerimaan PPN. Kata kunci. SSP, SPT, PKP, dan PPN. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang gencar melakukan pembangunan di segala bidang dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah berusaha menggali dan mengeksplorasi segala sumber pendanaan pembangunan negara, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber pendanaan pembangunan negara dari

Transcript of PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Page 1: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 117

PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT,DAN JUMLAH PKP TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAKPRATAMA BANTUL

Abi Dwi Pramonoemail: [email protected]

Herman LegowoUniversitas Gadjah Mada

email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menguji pengaruh Surat Setoran Pajak (SSP) PajakPertambahan Nilai (PPN) yang disetorkan terhadap penerimaan PPN, (2) menguji pengaruhSurat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN yang dilaporkan terhadap penerimaan PPN, (3) mengujipengaruh jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar terhadap penerimaan PPN, dan (4)menganalisis manakah di antara ketiga variabel bebas yang telah disebutkan sebelumnya yangmemiliki pengaruh terbesar dalam penerimaan PPN. Penelitian ini menggunakan desain analitikobservasional yang bersifat retrospektif dengan metode cross sectional. Data dianalisis denganmelalui uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, danmultikolonearitas)dan uji hipotesis (analisis regresi linear, uji statistik t, uji statistik F, dan koefisien determinasi).Pada uji asumsi klasik tidak didapatkan adanya abnormalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi,maupun multikolonearitas pada data. Pada uji statistik t didapatkan tidak adanya hubungansignifikan antara SSP yang disetorkan terhadap penerimaan PPN namun terdapat hubunganyang signifikan antara SPT masa yang dilaporkan dan jumlah PKP terdaftar dengan penerimaanPPN. Pada uji statistik F didapatkan bahwa SSP, SPT, dan PKP jika secara bersama dapatmempengaruhi penerimaan PPN secara signifikan. Jumlah SSP yang disetor tidak mempengaruhijumlah penerimaan PPN secara signifikan sementara jumlah SPT masa yang dilaporkan danjumlah PKP terdaftar secara signifikan mempengaruhi jumlah penerimaan PPN.

Kata kunci. SSP, SPT, PKP, dan PPN.

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang gencar melakukan pembangunan di segala bidang dengan tujuanuntuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,pemerintah berusaha menggali dan mengeksplorasi segala sumber pendanaan pembangunan negara,baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber pendanaan pembangunan negara dari

Page 2: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

118 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

dalam negeri merupakan sumber yang berperan lebih besar dan pajak adalah salah satu bentuksumber pendanaan pembangunan dari dalam negeri.

Pajak merupakan salah satu alat pemerintah untuk mendapat penerimaan dan itu dapat bersifatlangsung maupun tidak langsung. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin sertapembangunan nasional dan ekonomi masyarakat, juga sebagai salah satu bentuk ketahanan negaradari krisis baik yang bersifat nasional maupun global. Untuk tetap dapat mempertahankan kestabilankondisi ekonomi, pemerintah harus mendayagunakan semua sumber pendanaan yang ada. Pada saatini tengah digali berbagai macam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasaldari dalam maupun luar negeri. Namun, mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah satusumber penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari, maka potensi penerimaandari pinjaman luar negeri harus dikurangi. Dengan pertimbangan kondisi di atas, maka pemerintahsepatutnya berupaya untuk lebih memaksimalkan potensi penerimaan dari dalam negeri. Untuk itupajak sebagai sumber penerimaan dalam negeri terbesar diupayakan untuk dapat terus berkontribusimaksimal bagi negara.

Penerimaan dari sektor pajak terbagi menjadi dua golongan, yaitu dari pajak langsung (contohadalah pajak penghasilan) dan dari pajak tidak langsung (contoh adalah pajak per-tambahan nilai,bea materai, bea balik nama). Memang, dilihat dari segi penerimaan, Pajak Panghasilan (PPh) dapatmembantu negara dalam membiayai pengeluaran, namun tidak semua orang dapat dikenakan PPh.Pajak Penghasilan hanya dapat dikenakan kepada orang secara pribadi atau badan yang telahberpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tetapi hal itu tidak berlaku bagi PajakPertambahan Nilai (PPN), karena pajak tersebut dapat dilimpahkan kepada pihak lain sehinggamemungkinkan semua orang dapat dikenakan PPN. Dan juga seperti yang kita ketahui bahwa hampirseluruh barang-barang kebutuhan hidup rakyat indonesia merupakan hasil produksi yang terkenaPPN. Dengan kata lain, hampir semua transaksi di bidang perdagangan, industri dan jasa yangtermasuk dalam golongan Barang Kena Pajak dan atas Jasa Kena Pajak akan terkena PPN. Olehkarena itu walaupun seseorang belum memiliki NPWP namun ia tetap terkena PPN yang dipungutoleh Pengusaha Kena Pajak sebagai pihak yang berhak memungut PPN yang nantinya PPN terse-butakan disetorkan ke kas negara.

Di dalam proses pemungutan pajak, Indonesia menganut tiga sistem yaitu Official Assess-ment System, Self Assessment System, dan Withholding System. Ketiga sistem tersebut memilikikeunggulan masing-masing, namun yang memiliki peranan yang lebih dominan adalah , Self Assess-ment System karena diterapkan pada sistem pemungutan Pajak Pengha-silan, Pajak PertambahanNilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, serta sebagian pada Pajak Bumi dan Bangunan. Undang-undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajakpertambahan nilai adalah Undang – undang No. 36 Tahun 2008 yang merupakan penyempurnaanbagi Undang-undang No.17 tahun 2000. Undang-undang pajak pertambahan nilai telah menetapkansistem pemungutan pajak pertambahan nilai secara self assessment yang memberikan kepercayaanpenuh kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untukmendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), menghitung sendiri, menyetorkan, dan melaporkansendiri kewajiban pajaknya melalui SPT yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Darigambaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penerimaan PPN, PKP harus mendaftar,menghitung, melaporkan dan menyetorkan sendiri pajak terhutang kepada kantor pajak sehinggasecara kongkrit kita dapat melihat gambaran besarnya penerimaan PPN dari dokumen sumberpenerimaan PPN yang berupa jumlah PKP yang terdaftar, Jumlah SPT masa yang dilaporkan, dan

Page 3: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 119

Jumlah SSP yang disetorkan. Di lain pihak kondisi ekonomi saat ini, seperti tingginya inflasi,menurunnya daya beli masyarakat, dan naiknya harga barang-barang akan mempengaruhi tingkatkonsumsi masyarakat, dan tentunya berpengaruh terhadap penerimaan PPN karena PPN adalahpajak atas konsumsi. Turunnya tingkat konsumsi konsumen juga akan mempengaruhi kondisi produsendalam hal ini yang dimaksud adalah para Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Kantor Pelayanan Pajak yang ada di daerah-daerah, berfungsi sebagai unit kerja dari DirektoratJenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar sebagaiWajib Pajak maupun tidak. Misi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara yang berasaldari pajak pun turut menjadi target saat ini. Seperti yang dilansir dari harian Radar Jogja 16 Januari2010, jumlah perolehan pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Daerah IstimewaYogyakarta pada tahun 2009 kemarin mencapai Rp1,657 triliun. Angka tersebut memperlihatkan adanyakenaikan lebih dari 10% dari pencapaian pajak pada tahun sebelumnya di 2008. Angka perolehantersebut disumbang-kan oleh KPP Pratama Kota Yogyakarta yang berhasil meraup pajak hinggaRp749,800 juta kemudian disusul oleh KPP Pratama Sleman yang mencapai Rp588,630 juta kemudiandisusul oleh KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari dan KPP Pratama Wates dengan jumlahmasing-masing Rp202,456 juta, Rp68,452 juta dan Rp66,030 juta.

Wilayah Bantul, Yogyakarta memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkanpenerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan. Seperti yang dilansir harian Kompas tanggal13 Maret 2008, pemasukan dari sektor pajak sendiri menyumbang sekitar Rp 185,6 miliar atau surplussekitar Rp 4,2 miliar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Bantul pada tahun 2008. Semakin gencarnyakampanye sadar pajak menjadi salah satu penyebab surplus-nya pendapatan sepanjang tahun 2008lalu. Banyaknya sektor wirausaha dan perdagangan tentunya menyumbang jumlah yang tidak sedikituntuk pemasukan pajak khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Seperti yang dapat kita lihatbegitu banyak usaha-usaha yang dalam beberapa tahun terakhir menjamur di kota Bantul yangmerupakan dampak dari kota ini sebagai kota pariwisata. Diharapkan, seiring pertumbuhan jumlahpenduduk yang seharusnya berarti bertambahnya sumber daya potensial serta berkembangnyaperekonomian di Bantul, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi penerimaannegara.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi yang ada di Kabupaten Bantulcukup menjanjikan bagi tercapainya penerimaan pajak yang optimal terutama bagi Pajak PertambahanNilai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah arus perdagangan yang ada di Bantul baik dari segi industrimaupun pariwisata. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi oleh Dirjen pajak di berbagai wilayah diIndonesia dari waktu ke waktu cenderung sama yaitu tinggi nya potensi penerimaan pajak khususnyapajak pertambahan nilai dibuktikan dengan meningkatnya jumlah PKP yang tidak aktif (tidakmelaporkan SPT PPN Masa ) yang secara administratif mendaftar, tetapi bukan merupakan pembayarpajak. Hal ini lah yang menjadi suatu keanehan terhadap jumlah penerimaan pajak yang seharusnyaditerima Dirjen pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang tersebar di berbagai wilayah. Potensiyang ada tidak diwujudkan oleh jumlah penerimaan pajak yang dilandasi oleh Self Assessment Sys-tem.

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruhjumlah SSP yang disetorkan, jumlah SPT masa yang dilaporkan, dan jumlah PKP terdaftar terhadappenerimaan PPN. Penelitian yang dilakukan ini hanya melihat dari proses kegiatan perpajakan dalamhal penerimaan PPN. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menetapkan judul bagi penulisanskripsinya yaitu: “Pengaruh Jumlah SSP, Jumlah SPT, dan Jumlah PKP terhadap Penerimaan Pajak

Page 4: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

120 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul.”

PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah SSP PPN yang disetor berpengaruh terhadap penerimaan PPN?2. Apakah jumlah SPT Masa PPN yang dilaporkan berpengaruh terhadap penerimaan PPN?3. Apakah jumlah PKP terdaftar berpengaruh terhadap penerimaan PPN?4. Di antara jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN, dan SSP PPN manakah yang memberi-kan pengaruh

paling besar terhadap penerimaan PPN?

TUJUAN PENELITIAN

1. Menguji pengaruh SSP PPN yang disetorkan terhadap penerimaan PPN.2. Menguji pengaruh SPT Masa PPN yang dilaporkan terhadap penerimaan PPN.3. Menguji pengaruh jumlah PKP terdaftar terhadap penerimaan PPN.4. Menganalisis manakah di antara ketiga variabel bebas yang telah disebutkan sebelumnya yang

memiliki pengaruh terbesar dalam penerimaan PPN.

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi PenelitiUntuk menerapkan dan mempraktikan ilmu yang diperoleh selama jenjang pendidikan sertamenambah pengetahuan dengan mengetahui kondisi yang nyata tentang masalah perpajakan.

2. Bagi Instansi TerkaitSebagai sumber informasi tambahan kepada pihak terkait terutama pihak berwenang dalampemungutan pajak dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan dan pemungutan pajak terutamaPPN sebagai salah satu sumber penerimaan negara.

3. Bagi KPP Pratama BantulPajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu penyumbang penerimaan negara dari sektorperpajakan di mana telah diuraikan di atas bahwa pajak berperan besar dalam penerimaan negara.Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi lebih lanjut dan akurat tentangPPN beserta faktorfaktor yang mempengaruhinya sehingga dapat lebih mengoptimalkanpenerimaan PPN yang akan berkontribusi dalam pemasukan negara.

4. Bagi FakultasSebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengevaluasi kapasitas civitasakademika sebagai pendidik.

5. Bagi Peneliti SelanjutnyaSebagai referensi dan dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya yang diharap dapatmengembangkan penelitian yang telah ada.

KEASLIAN PENELITIAN

Telah banyak dilakukan penelitian tentang perpajakan khususnya tentang Pajak Pertambahan Nilai(PPN). Pada penelitian kali ini, peneliti mengkhususkan diri pada faktor-faktor yang diduga

Page 5: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 121

memperngaruhi penerimaan PPN, yaitu jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN yang dilaporkan, danSSP yang disetorkan. Penelitian tentang PPN dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinyajuga telah beberapa kali dilakukan dengan rentang periode maupun tempat penelitian yang berbedadengan penelitian ini. Hasil beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antarafaktor tertentu dengan penerimaan PPN pada KPP. Untuk penelitian kali ini, peneliti mengambil sampeldata dari KPP Pratama Bantul untuk periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang hampir sama pernah dilakukan dengan judul penelitian : “Pengaruh Jumlah PKP ,Jumlah SPT, dan Jumlah SSP Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi KasusKantor Pelayanan Pajak D.I. Yogyakarta).” Penelitian ini ditulis oleh Fredi Jona Sembiring padatahun 2010. Penelitian ini saya dapat dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah MadaYogyakarta.

Pada penelitian ini jumlah PKP terdaftar, jumlah SPT, dan jumlah SSP diambil tiap bulannyaselama periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2009. Metode analisis yang digunakan adalahanalisis regresi multilinear. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial diambil kesimpulanbahwa PKP terdaftar dan jumlah SPT masa tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PajakPertambahan Nilai. Sedangkan Surat Setoran Pajak (SSP) PPN memiliki pengaruh signifikan positifterhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Konsep Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai teori dan kajian pe-nelitian yangmendahuluinya. Variabel jumlah SSP PPN yang disetor, SPT Masa PPN yang dilaporkan, serta PKPterdaftara yang merupakan wujud nyata dari kesadaran Wajib Pajak dalam menghitung danmenyetorkansendiri kewajiban perpajakannya terhadap penerimaan PPN khususnya penerimaan PPNoleh PKP dalam penelitian ini.Untuk menyederhanakan alur pemikiran tersebut maka kerangka pemikiran digambar-kan sebagaimanabagan dibawah ini:

Variabel Bebas: Variabel Tergantung:1. SSP PPN yang disetorkan. Jumlah penerimaan Pajak

2. SPT Masa PPN yang dilaporkan. Pertambahan Nilai (PPN)3. Jumlah PKP terdaftar

Variabel Pengganggu:1. Inflasi.

2. Pertumbuhan ekonomi.

Page 6: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

122 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

HipotesisBerdasarkan teori di atas, peneliti membuat hipotesis dari penelitian sebagai berikut:1. H1: Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN, semakin

tinggi Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP), semakin tinggi juga penerimaan PPN.2. H2: jumlah SPT berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN, semakin tinggi Jumlah SPT, semakin

tinggi juga penerimaan PPN.3. H3: Jumlah PKP terdaftar (PKP) berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN, semakin tinggi

jumlah PKP,semakin tinggi juga jumlah penerimaan PPN.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan desain analitik observasional yang bersifat retrospektif dengan

metode cross sectional dengan tujuan membuktikan hipotesis bahwa terdapat hubungan antarajumlah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai variabel tergantung dengan faktor-faktoryang diduga mempengaruhinya, yaitu jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN yang dilaporkan, danSSP PPN yang disetorkan sebagai variabel bebas.

Populasi PenelitianPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mem-punyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, ke-mudian ditarikkesimpulannya (Sugiyono, 2005 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah PKP yang terdaftar diKantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bantul pada periode tahun 2008-2010.

Sampel PenelitianSampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteris-tik

populasi (Erlina, 2007 : 74). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

Jenis dan Sumber DataPenelitian ini menggunakan data sekunder yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain di manaarsip data yang diteliti adalah arsip data dalam kurun waktu Januari 2008 sampai dengan Desember2010. Arsip data ini meliputi keterangan mengenai jumlah SSP PPN yang disetor bulanan, SPT MasaPPN yang dilaporkan, serta PKP yang terdaftar juga data lain yang relevan dengan penelitian ini.

Protokol PenelitianHal yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan tema dan judul yang

tepat. Setelah itu, peneliti akan menentukan populasi, sampel, serta data yang akan dibutuhkan dalampenelitian ini. Untuk sampel penelitian, peneliti memilih KPP Pratama Bantul. Pemilihan tersebutdidasari atas pertimbangan purposive sampling di mana peneliti mendapat kemudahan untukmengakses data. Setelah menentukan sampel, peneliti akan membuat konsep penelitian secara holistikdan terstruktur dalam bentuk proposal penelitian.

Untuk keperluan permohonan penggunaan data, peneliti mengajukan proposal penelitiankepada KPP Pratama Bantul dengan surat rekomendasi dari akademik peneliti yang menyatakanbahwa peneliti mengajukan permohonan akses data untuk kepentingan penelitian skripsi. Setelah

Page 7: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 123

mendapat persetujuan atas proposal dan akses data, peneliti akan mengumpulkan data yang diperlukanlalu melakukan pengolahan dan analisis data. Data diambil melalui Sistem Informasi Direktorat JenderalPajak KPP Pratama Bantul pada tanggal 10 Maret 2011. Ketika data telah selesai di analisis, penelitiakan melakukan interpretasi untuk memenuhi tujuan penelitian. Untuk lebih jelas, protokol penelitianakan digambarkan pada diagram di bawah ini:

Perencanaan dan Pembuatan Konsep

Purposive Sampling

KPP Pratama Bantul

Pengajuan Proposal

Pengumpulan Data

Analisis dan Interpretasi Data

Analisis Data

Pemasukan dan analisis data secara statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS. Penelititerlebih dulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasikyang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji hetero-kedastisitas, uji autokorelasi dan ujimultikolinearitas.

1. Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang memilikidistribusi normal. Uji

normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistikyang akan dilakukan sehingga kesimpulanyang diambil adalah valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Ada dua cara untuk mendeteksi apakahresidual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.a. Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histo-gram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusinormal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yangmembandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuksatu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Page 8: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

124 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akanmengikuti garis diagonalnya.

b. Analisis statistikUji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Ujistatistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (KS). Jika tingkat signifikansinya > 0,05, maka data itu terdistibusinormal dan dapat dilakukan model regresi berganda. Pedoman pengambilan keputusan tentangdata tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnovdapat dilihat dari:

1) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,2) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi bentuk yang normal denganbeberapa cara sebagai berikut:

a) Transformasi DataTransformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natiral (ln), log10, maupun akar kuadrat.Jika ada data yang bernilai negatif, transformasi data dengan logaritma akanmenghilangkannya sehingga jumlah sampel (n) akan bekurang.

b) TrimmingTrimming adalah memangkas observasi yang bersifat outlier, yaitu yang nilainya lebihkecil dari ì-2ó atau lebih besar dari ì+2ó. Metode ini juga mengecilkan sampelnya.

c) WinzorisingWinzorising mengubah nilai-nilai outliers menjadi nilai 0 nilai minimum atau maksi-mumyang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal. Nilai-nilai observasi yang lebih kecildari ì-2ó akan diubah nilainya menjadi ì+2ó dan nilai-nilai yang lebih besar dari ì+2ó akandiubah nilainya menjadi ì-2ó.

2. Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dariresidual dari suatu pengamatan kepengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas danjika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidakterjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya masalah heteroskesdatisitas, kita bisamenggunakan korelasi jenjang Spearman, Park test, Goldfeld-Quandt test, BPG tast, White test atauGlejser test.

Bila menggunakan korelasi jenjang Spearman, maka kita harus menghitung nilai korelasiuntuk setiap variabel independen terhadap nilai residu, baru kemudian dicari tingkat signifikansinya.Park dan Glejser test memiliki dasar test yang sama yaitu meregresikan kembali nilai residu ke variabelindependen. Salah satu cara untuk mengurangi masalah hete-roskesdatisitas adalah menurunkanbesarnya rentang data. Salah satu cara yang bisa dilaku-kan untuk menurunkan rentang data adalahmelakukan transformasi logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan bila semua data bertanda positif.

Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedas-tisitasdalam data. Uji White dilakukan dengan melakukan regresi residual kuadrat (U2t) dengan variabelindependen, variabel independen kuadrat, dan perkalian (interaksi) variabel independen. Melalui

Page 9: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 125

persamaan regresi didapatkan nilai R square (R2) untuk menghitung nilai chi square (c2). Kemungkinanheteroskedastisitas dapat disingkirkan jika nilai c2 hitung lebih kecil dari nilai c2 yang didapatkan daritabel.

3. Uji AutokorelasiUji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung auto-korelasi. Autokorelasiadalah keadaan di mana variabel error-term pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel error-term pada periode lain yang bermakna variabel error-term tidak random. Pelanggaran terhadap asumsiini berakibat interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar sehingga uji signifikansitidak kuat.

Uji ini dilakukan pada penelitian yang menggunakan data time series. Oleh karena data dalampenelitian ini merupakan gabungan antara data cross section dan time series, maka harus dilakukanuji autokorelasi terlebih dahulu. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi bisa digunakan tesDurbin Watson (D-W). Secara umum penentuan apakah terjadi autokorelasi atau tidak bisa diambilpatokan menurut Tabel berikut:

Tabel Autokorelasi

4. Uji MultikoloniaritasUji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan

adanya korelasi antarvariabel independen. Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atautidaknya multikolonearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:a. nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara

individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mem-pengaruhi variabeldependen.

b. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen adakorelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanyamultikoloniaritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebasdari multikoloniaritas. Multikoloniaritas dapat disebabkan karena ada-nya efek kombinasi duaatau lebih variabel independen.

c. multikoloniaritas dapat juga dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawannya (b) variance inflationfactor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen mana-kah yang dijelaskanoleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadivariabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Toleransi mengukurvariabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Ditolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Ditolak 4-dl ≤ d < 4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi (baik positif maupun negatif)

Tidak ditolak du < d <4-du

Page 10: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

126 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerence).Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniaritas adalah nilai toler-ance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF.

Cara untuk mengobati jika terjadi multikoloniaritas, yaitu:1) Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model

regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi,2) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data),3) Menambah data penelitian.

Untuk menguji hipotesis alternatif (Ha) metode analisis yang digunakan adalah regre-siberganda, karena menyangkut tiga buah variabel independen dan satu buah variabel depen-den.Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + eDi mana:Y = Penerimaan PPNa = konstantaX1 = PKP terdaftarX2 = SPT Masa PPN yang dilaporkanX3 = SSP PPN yang disetorb1 = Koefisien Regresi PKP terdaftarb2 = Koefisien Regresi SPT Masa PPN yang dilaporkanb3 = Koefisien Regresi SSP PPN yang disetore = Error (pengganggu)

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test dan Koefisien Determinasi (R²).

1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independenmempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Bentuk pengujiannnya adalah:

a. Ho : b1,b2,b3 =0, artinya SSP PPN yang disetor, SPT Masa PPN yang dilaporkan, dan PKPterdaftar secara Parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PenerimaanPPN.

b. Ha : b1,b2,b3 ‘“0, artinya SSP PPN yang disetor, SPT Masa PPN yang dilaporkan, dan PKPterdaftar secara Parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan PPN.

Pengujian dilakukan menggunakan uji – t dengan tingkat pengujian pada á 5% derajat kebebasan(degree of freedom) atau df=(n – k). Kriteria pengambilan keputusan:

a. Ho diterima jika t hitung < t tabelb. Ha diterima jika t hitung > t tabel

2. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakanuji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang

Page 11: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 127

digunakan yaitu 0,05. Bentuk pengujiannya adalah : Ho : b1,b2,b3 =0 , artinya SSP PPN yangdisetor, SPT Masa PPN yang dilaporkan, dan PKP terdaftar secara bersama-sama tidak mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan PPN. Ha : b1,b2,b3 ‘“0 , artinya SSP PPN yangdisetor, SPT Masa PPN yang dilaporkan, dan PKP terdaftar secara bersama-sama mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan PPN. Kriteria pengambilan keputusan :

a. Ho diterima jika F hitung < F tabel.b. Ha diterima jika F hitung > F tabel.

3. Koefisien Determinasi (R²)Pengujian Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentasesumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen.Koefisien determinasi berkisar antara nol s.d satu ( 0d”R² d” 1 ). Hal ini berarti bila R² = 0menunjukkan tidak adanya pengaruh antaravariabel independen terhadap variabel dependen,bila R² semakin mendekati 1,menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadapvariabel dependen dan bila R² semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakinkecilnyapengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN

Sejarah Umum KPP Pratama Bantul

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan tataKerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diubah dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor : 55/PMK.01/2007, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Yogyakarta Satu dipecahmenjadi2 (dua) yaitu KPP Pratama Yogyakarta dan KPP Pratama Bantul.

KPP Pratama Bantul dibentuk pada bulan Oktober 2007 berdasarkan Keputusan Dirjen Pajaknomor KEP-141/PJ/2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai BeroperasinyaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat JenderalPajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal PajakJawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II, dan Kantor WilayahDirektorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta yang disahkan tanggal 3 Oktober 2007 danmerupakan hasil pemecahan dari KPP Yogyakarta 1.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul beralamatkan di jalan Urip Sumoharjo No.7 BoseBantul. Kantor ini dibangun atas sebidang tanah yang luas, dengan bangunan bertingkat empatyang disertai tempat parkir yang diperuntukan untuk karywan dan para Wajib Pajak. Disamping itulokasinya strategis , selain berada ditengah Kota Bantul, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnyacukup memadai sehingga dapat diketahui dengan mudah keberadaannya oleh masyarakat.Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pratama Bantul Meliputi 17 kecamatan yang terdapat diwilayahKabupaten Bantul, yang meliputi Bambanglipuro, Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kaihan,Jetis, Kretek, Pajangan, Pandak, Piyungan, Pleret, Pundong, Sedayu, Sanden, Sewon, dan Srandakan.

Page 12: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

128 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TUJUAN KANTOR PELAYANAN PAJAK

1. Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama BantulKantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul merupakan unsur pelaksana di bawah Koordinasi

Kantor Wilayah Dirjen Pajak seluruh Jawa Tengah dan Istimewa Yogyakarta dan berada dibawah danbertanggungjawab pada Kantor Wilayah.

2. Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama BantulSesuai dengan SK Mentri Keuangan, Pasal 30 disebutkan bahwa tugas pokok KPP adalah

melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajakdibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewahdan PajakTak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Selain itu Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melakukan kegiatan operasional di bidangPajak Negara di dalam daerah dan berwenang berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan DirektoratJendral Pajak. Kebijakan teknis adalah kegiatan operasional dalam penetapan perpajakan misalkanpemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemungutan pajak dan restitusi. Sedangkan yangdimaksud dengan Pajak Negara adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

3. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama BantulDalam melaksanakan tugas seperti Pasal 30, Kantor Pelayanan Pajak menyeleng-garakan fungsi

antara lain:a. Mengumpulkan dan mengolah data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi

perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.b. Penelitian dan penatausahaan SPT Tahunan, SPT Masa serta berkas Wajib Pajak.c. Penatausahaan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak penjualan

atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penata-usahaan

banding dan penyelesaian restitusi PPh, PPN, PPnBM dan PTLL.e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.f. Penerbitan Surat Ketetapan Perpajakan.g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak.h. Mengurangi Sanksi Pajak.i. Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.j. Pelaksana Administrasi KPP.

4. Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama BantulSebagai Kantor Pelayanan Pajak yang mempunyai tujuan untuk memudahkan para Wajib

Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya. Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tujuanyang khususnya yaitu:a. Sebagai tempat pengumpulan dan pengolahan data-data perpajakan.b. Untuk menyajikan dari semua informasi-informasi perpajakan dan menggali potensi perpajakan.c. Dapat juga untuk mengektensifikasi dari semua Wajib Pajak yang dipungut pajaknya.

Page 13: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 129

d. Sebagai tempat penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan dari Wajib Pajak.e. Penatausahaan dan pengecekan atas Surat Pemberitahuan, penyusunan dan pemantauan Laporan

Masa PPN, PPh, PPnBM dan PTLL.f. Tempat untuk penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi PPN,

PPh, PPnBM dan PTLL.g. Verifikasi dan penerapan bagi sanksi perpajakan.h. Pengutusan pemberitahuan Surat Ketetapan Pajak.i. Pengutusan tatausaha dari Rumah Tangga Kantor Pelayanan Pajak.

STATISTIK DESKRIPTIF DATA PENELITIAN

Tabel Statistik Deskriptif

N Minimum Maksimum Rerata Standar Deviasi

JUMLAH PPN 36 836000000 6870000000 3028500000 1304360000SSP 36 117 267 187.94 30.06SPT 36 712 944 846.92 53.23

PKP 36 927 1315 1105.83 118.86

Berdasarkan Tabel 4-1 dapat diketahui bahwa:a. Jumlah sampel pada keseluruhan variable di penelitian ini adalah 36 dengan jumlah sampel valid

sebanyak 36.b. Variabel SSP memiliki rerata 187.94 (SD 30.06) dengan nilai minimum 117 dan nilai maksimum 267.c. Variabel SPT memiliki rerata 846.92 (SD 53.23) dengan nilai minimum 712 dan nilai maksimum 944.d. Variabel PKP memiliki rerata 1105.83 (SD 118.86) dengan nilai minimum 927 dan nilai maksimum

1315.e. Variabel PPN memiliki rerata 3028500000 (SD 1304360000) dengan nilai minimum 836000000 dan

nilai maksimum 6870000000.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas (Analisis Kolmogorov-Smirnov dan Normal Probability Plot)Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel peng-ganggu

atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu denganuji statistik dan analisis grafik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnovsebagai uji statistik dan Normal Probability Plot sebagai analisis grafik.

Page 14: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

130 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

a. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov

Tabel Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,,b Mean -.0000035

Std. Deviation 9.83043224E8

Most Extreme Differences Absolute .111

Positive .111

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .666

Asymp. Sig. (2-tailed) .768

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Melalui perhitungan, didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa nilaiKolmogorov-Smirnov adalah 0.666 dengan nilai signifikansi atau probabilitasnya 0.768 ( >0.05), makadata itu terdistibusi normal dan dapat dilakukan model regresi berganda.

b. Normal Probability Plot

Gambar Normal Probability Plot

Page 15: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 131

Melalui analisis grafik Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatifdari distribusi normal, dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta mengikutiarah garis diagonal yang berarti bahwa data memiliki pola distribusi normal dan model regresi memenuhiasumsi normalitas.

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaanvariansi (variance) dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variansi dari residualantar persamaan tetap, maka dikatakan homoskedastisitas dan jika berbeda maka dikatakanheteroskedastisitas.

Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji White. Uji White dilakukandengan melakukan regresi residual kuadrat (U2t) dengan variabel independen, variabel independenkuadrat, dan perkalian (interaksi) variabel independen. Melalui persamaan regresi didapatkan nilai Rsquare (R2) untuk menghitung nilai chi square (c2).

Tabel Uji White

Model R R2 Adjusted R Square Estimasi Standar Eror

1 0.564a 0.318 0.148 1691246000000000000

c2 = R2 x df = 0.318 x 7 = 2.226 (chi square hitung)Chi square tabel = 14.07.

Dari perhitungan, didapatkan nilai c2 hitung < c2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwatidak terdapat adanya heteroskedastisitas dalam data.

UJI AUTOKORELASI (UJI DURBIN-WATSON)

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antarakesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periodesebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dapat dikatakan ada masalah autokorelasi yang dapatmuncul pada observasi dalam waktu berurutan (data runtut waktu) karena kesalahan pengganggucenderung tidak hilang (tetap muncul) pada periode berikut-nya. Pada penelitian ini, uji autokorelasidilakukan dengan Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkanoleh tabel berikut:

Page 16: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

132 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

Tabel Autokorelasi D-W

Hipotesis Nol Keputusan Jika Pada Penelitian

Tidak ada Ditolak 0 < d < dl 0 < d < 1.295autokorelasi positifTidak ada Tidak ada dl d” d d” du 1.295 d” d d” 1.654autokorelasi positif keputusanTidak ada korelasi Ditolak 4-dl d” d < 4 2.705 d” d < 4negatifTidak ada korelasi Tidak ada 4-du d” d d” 4-dl 2.346 d” d d” 2.705negatif keputusanTidak ada Tidak ditolak du < d <4-du 1.654 < d < 2.346autokorelasi (baikpositif maupunnegatif)

Tabel Durbin-Watson

Adjusted R Estimasi StandarModel R R2 Square Eror Durbin-Watson

1 0.657a 0.432 0.379 1028090000 2.273

Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai Durbin-Watson 2.273 (d) yang berarti bahwa nilaid berada di antara du dan 4-du sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi baikpositif maupun negatif.

UJI MULTIKOLONEARITAS

Uji Multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasiantar variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasiantar variabel independen dan jika terjadi korelasi antar variabel independen, maka variabel-variabelini tidak ortogonal (nilai korelasi antar variabel independen adalah nol). Pada penelitian ini, penelitimelihat multikolinearitas dari nilai toleransi (tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF). Keduaukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independenlainnya. Toleransi mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan olehvariabel independen lainnya. Nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karenaVIF = 1/tolerance. Nilai cut-off yang umum digunakan adalah d”0.10 untuk nilai toleransi dan e” 10untuk nilai VIF. Pada penelitian ini ditentukan nilai toleransi 0.10 sama dengan tingkat kolonearitas0.95.

Page 17: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 133

Tabel Multikolonearitas

Model PKP SSP SPT

1 Korelasi PKP 1.000 .644 -.891SSP .644 1.000 -.815SPT -.891 -.815 1.000

Kovarian PKP 11440000000000 22850000000000 -30030000000000SSP 22850000000000 109900000000000 -85130000000000SPT -30030000000000 -85130000000000 99300000000000

Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa variabel PKP memilikikorelasi yang cukup tinggi dengan variabel SSP (sebesar 0.644 atau sekitar 64%) dan juga denganvariabel SPT (sebesar -0.891 atau sekitas 89%). Variabel SSP memiliki korelasi yang cukup tinggidengan variabel SPT yaitu sebesar -0.815 atau sekitar 81%. Oleh karena nilai korelasi masih berada dibawah nilai 0.95 atau 95%, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolonearitas yang serius.

Tabel Tolerance

Koefis ienKoefisien Tak Terstandari

Terstandarisasi sas i Signif ikan Statistik KolonearModel B Standar Eror Beta t s i Toleransi VIF

1 (Co -12990000000 3910000000 -3.323 0.002nstant)SSP -7290053.163 10490000 -0.168 -0.695 0.492 0.304 3.289SPT 32280000 9965031.162 1.317 3.239 0.003 0.107 9.316PKP -8995776.456 3382972.367 -0.820 -2.659 0.012 0.187 5.354

Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai toleransi(tolerance) kurang dari 0.10 dan nilai VIF juga tidak lebih dari 10.0 menunjukkan bahwa tidak adakorelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%, dengan demikian dapat disimpulkantidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

UJI HIPOTESIS

Analisis Regresi LinearPenelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk menguji seberapa besar

pengaruh variabel independen (SSP, SPT, dan PKP) terhadap variabel dependen (PPN).

Tabel Analisis Regresi Linear

Variabel Koefisien Tak Terstandarisasi B

Constant -12990000000SSP -7290053.16SPT 32280000PKP -8995776.46

Page 18: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

134 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear didapatkan persamaan sebagai berikut:Y = -12990000000 - 7290053.16 SSP + 32280000 SPT - 8995776.46PKP + eBerdasarkan persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:a) Nilai konstanta sebesar -12990000000 yang berarti bahwa jika variabel independen (SSP, SPT, dan

PKP) bernilai nol, maka penerimaan PPN berkurang sebesar Rp12.990.000.000,00 dengan asumsivariabel lain dianggap konstan.

b) Koefisien regresi variabel SSP sebesar -7290053.16 yang berarti bahwa variabel SSP berpengaruhnegatif terhadap penerimaan PPN atau dapat dinyatakan bahwa setiap kenaikan satu SSP makapenerimaan PPN turun sebesar Rp 7.290.053,16.

c) Koefisien regresi variabel SPT sebesar 32280000 yang berarti bahwa variabel SPT ber-pengaruhpositif terhadap penerimaan PPN atau dapat dinyatakan bahwa setiap kenaikan satu SPT makapenerimaan PPN naik sebesar Rp 32.280.000,00.

d) Koefisien regresi variabel PKP sebesar SSP sebesar -8995776.46 yang berarti bahwa variabel PKPberpengaruh negatif terhadap penerimaan PPN atau dapat dinyatakan bahwa setiap kenaikansatu PKP maka penerimaan PPN turun sebesar Rp 8.995.776,46.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel indepen-den (SSP, SPT,dan PKP) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (peneri-maan PPN).

Tabel Uji Statistik t

Tak KoefisienKoefisien Terstandarisasi Terstandarisasi

Model B Standar Eror Beta t Signifikansi

1 (Constant) -12990000000 3910000000 -3.323 0.002SSP -7290053.163 10490000 -0.168 -.695 0.492SPT 32280000 9965031.162 1.317 3.239 0.003PKP -8995776.456 3382972.367 -0.820 -2.659 0.012

Melalui Uji Statistik t didapatkan bahwa:a. Variabel SSP dengan probabilitas signifikansi 0.492 ( >0.05) maka dikatakan tidak berpengaruh

secara parsial terhadap penerimaan PPN.b. Variabel SPT dengan probabilitas signifikansi 0.003 ( <0.05) maka dikatakan berpengaruh secara

parsial terhadap penerimaan PPN.c. Variabel PKP dengan probabilitas signifikansi 0.012 ( <0.05) maka dikatakan berpengaruh secara

parsial terhadap penerimaan PPN.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen (SSP, SPT, dan PKP)secara bersama-sama terhadap variabel dependen (penerimaan PPN).

Page 19: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 135

Tabel Uji Statistik F

Model Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi

1 Regresi 25720000000000000000 3 8575000000000000000 8.112 0.000Residu 33820000000000000000 32 1057000000000000000Total 59550000000000000000 35

Melalui Uji Statistik F didapatkan nilai probabilitas/signifikan sebesar 0.000 (< 0.05 sebagaiderajat alpha). Nilai F didapatkan sebesar 8.112 yaitu >2.92 (F tabel) yang menunjukkan bahwavariabel SSP, SPT, dan PKP bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPN.

Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memiliki hampir semua informasi untuk memprediksi variabel dependen.

Tabel Koefisien Determinasi

Model R R2 Adjusted R Square Estimasi Standar Eror

1 0.657a 0.432 0.379 1028090000

Pada penelitian didapatkan hasil koefisien determinasi adalah 0.432 yang menunjuk-kan bahwavariabel independen (SSP, SPT, dan PKP) mempengaruhi variabel dependen (penerimaan PPN) sebesar43.2% dan sisanya sebesar 56.8% dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitianini.

PEMBAHASAN

Pada statistik deskriptif data penelitian dapat diketahui karakteristik sampel dari penelitian ini.Didapatkan bahwa Surat Setoran Pajak (SSP) disetorkan ke KPP Pratama Bantul pada periode Januari2008 sampai dengan Desember 2010 memiliki nilai rerata 187.94 (SD 30.06) dengan nilai minimum 117dan nilai maksimum 267. Sementara jumlah masa SPT yang dilaporkan ke KPP Pratama Bantul padaperiode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 memiliki nilai rerata 846.92 (SD 53.23) dengannilai minimum 712 dan nilai maksimum 944. Untuk jumlah pengusaha kena pajak (PKP) yang terdaftardi KPP Pratama Bantul pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 memiliki nilai rerata1105.83 (SD 118.86) dengan nilai minimm 927 dan nilai maksimum 1315. Sedangkan untuk penerimaanPajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Bantul pada periode Januari 2008 sampai denganDesember 2010 memiliki rerata Rp 3.028.500.000,00 (SD 1304360000) dengan nilai minimum di Rp836.000.000,00 dan nilai maksimum di Rp 6.870.000.000,00.

Setelah mengetahui deskriptif data penelitian, peneliti melakukan uji asumsi klasik yang terdiridari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multi-kolonearitas. Uji normalitasyang digunakan adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik Normal ProbabilityPlot. Melalui Uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi 0.768 ( >0.05) dan pada Normal

Page 20: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

136 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

Probability Plot didapatkan hasil grafik yang menggambarkan titiktitik yang menyebar di sekitargaris diagonal dan titik-titik tersebut mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan kedua uji normalitastersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa data memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat dilakukanregresi berganda.

Uji heteroskedastisitas dilakukan melalui Uji White dan didapatkan nilai c2 hitung (2.226) < c2

tabel (14.07), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya hete-roskedastisitas dalamdata. Uji autokorelasi dilakukan melalui Uji Durbin-Watson. Melalui perhitungan, didapat-kan nilai D-W sebesar 2.273 yang berada pada rentang antara du dan 4-du sehingga dapat disimpulkan bahwatidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif. Tidak adanyaautokorelasi berarti tidak adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengankesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya).

Uji multikolonearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabelindependen (SSP, SPT, dan PKP). Berdasarkan perhitungan, didapatkan bahwa nilai korelasi antaravariabel PKP dan SSP adalah 0.644 atau sekitar 64%. Nilai korelasi antara variabel PKP dan SPTadalah -0.891 atau sekitar 89%. Nilai korelasi antara SSP dan SPT adalah -0.815 atau sekitar 81%. Nilaicut-off yang digunakan adalah d”0.10 untuk nilai toleransi (tolerance) dan e”10.00 untuk nilai VIF.Melalui perhitungan didapatkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai toleransi kurangdari 0.10 dan nilai VIF juga tidak lebih dari 10.0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasiantar variabel indepen-den yang nilainya lebih dari 95% dan dapat dikatakan tidak ada multikolonieritasantar variabel independen dalam model regresi.

Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, peneliti melakukan uji hipotesis yangmeliputi analisis regresi linear, uji signifikansi parameter individual, dan uji signifikansi simultan.SSP menunjukkan korelasi negatif antara variabel independen SSP dengan variabel dependen PPNyang dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan SSP, maka penerimaan PPN akan turun. Hal inidapat disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi penerimaan PPN itu sendiri. Misalnyaadanya PKP yang membayar pajak lebih besar atau dominan dibanding dengan jumlah pembayaranpajak PKP lainnya, sehingga kuantitas SSP yang disetorkan tidak mencerminkan penerimaan PPN.Berdasarkan wawancara dan observasi di lapangan, hal di atas memungkinkan dikarenakan kebanyakanPKP di KPP Pratama Bantul itu sendiri merupakan pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkansebagai Pengusaha Kena Pajak untuk kepentingan administrasi semata. Hanya ada beberapa PKPbesar saja yang berdomisili di Bantul. PKP besar ini merupakan PKP yang berkontribusi besar dandominan dalam pemasukan pajak daerah, khusunya Pajak PPN. Contoh dari PKP besar yang membayarpajak secara dominan tiap masanya yaitu PT Madu Baru yang berdasar rata-rata menyumbangkanPPN bagi daerah sebesar satu sampai dua milyar.

Kemudian, dari segi persebaran data yang terjadi di lapangan terlihat adanya persebaran databulanan dari tahun 2008 hingga 2010 yang memperlihatkan adanya kecenderungan kenaikan JumlahSSP hanya pada bulan tertentu yaitu pada bulan Desember. Berdasarkan wawancara dan observasidilapangan terdapat beberapa faktor yang menyebab-kan kenaikan jumlah SSP pada bulan Desember.Faktor pertama yang menyebabkan kenaikan SSP pada bulan Desember disebabkan oleh kenaikanjumlah pajak keluaran yang menye-babkan naiknya jumlah PKP yang menyetorkan SSPnya karenapada akhir tahun biasanya perusahaan-perusahaan (PKP) berusaha untuk mengejar target labadikarenakan dekat dengan tutup buku. Faktor kedua yang menyebabkan kenaikan SSP pada bulanDesember bisa kita lihat dari sturktur atau komposisi dari sebagian besar PKP yang terdaftar di KPPPratama Bantul. Berdasarkan hasil wawancara struktur atau komposisi dari PKP yang terdaftar pada

Page 21: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 137

KPP Pratama Bantul merupakan para PKP yang transaksinya kebanyakan berasal dari parabendaharawan instansi-instasi pemerintah daerah. PKP tersebut biasanya mengalami kenaikan jumlahpajak keluaran yang menyebabkan naiknya jumlah PKP yang menyetorkan SSPnya pada bulanDesember dikarenakan kebanyakan proyek-proyek yang berhubungan dengan bendaharawan instansipemerintah daerah setempat baru dibuka tendernya pada akhir tahun, jadi para PKP tersebut menjadilebih sering melakukan transaksi pada akhir tahun. Efek di bidang perpajakan menyebabkan lonjakanpenyetoran SSP pada bulan tersebut sehingga variance data untuk variabel SSP menjadi tinggi danbernilai negatif.

SPT menunjukkan korelasi positif antara variabel independen SPT dengan variabel dependenPPN yang dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan SPT, maka penerimaan PPN akan naik.Sementara untuk PKP menunjukkan nilai korelasi negatif antara variabel independen PKP denganvariabel dependen PPN yang dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan PKP, maka penerimaanPPN akan turun. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi jumlahpenerimaan PPN itu sendiri. Misalnya saja, jumlah PKP yang terdaftar tidak akan sama dengan jumlahPKP yang efektif yaitu PKP yang akan menyetorkan SSP PPN serta melaporkan SPT Masa PPN yangterutang pada masa tersebut. Penyebab pertama yaitu dengan adanya kenaikan jumlah PKP tetapitidak dibarengi dengan pembayaran pajak dikarenakan pajak terutangnya nihil. Penyebab keduayaitu adanya kenaikan dari segi jumlah PKP yang tidak dibarengi dengan pembayaran pajak dengansengaja oleh PKP tersebut untuk menyetorkan pajak terutangnya. Penyebab ketiga yaitu adanyafaktor keperilakukan, yaitu di mana para PKP melaporkan terlebih dahulu SPT Masa PPNnya baikbenar ataupun salah di-karenakan untuk menghindari denda yang diakibatkan keterlambatan melaportiap bulannya.

Uji hipotesis yang kedua adalah uji signifikansi parameter individual yang pada penelitian inipeneliti menggunakan uji statistik t yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabelindependen (SSP, SPT, dan PKP) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (penerimaanPPN). Berdasarkan uji statistik t didapatkan hasil pengujian variabel Surat Setoran Pajak (SSP) yangmemiliki nilai signifikansi 0.492 ( >0.05) menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan terhadappenerimaan PPN. Hal tersebut secara statistis tidak mendukung hipotesis pertama (H1) yangmenyatakan bahwa semakin tinggi SSP maka semakin tinggi penerimaan PPN. Hal ini dapat disebabkanadanya faktor lain yang mempengaruhi penerimaan PPN itu sendiri. Misalnya adanya PKP yangmembayar pajak lebih besar atau dominan dibanding dengan jumlah pembayaran pajak PKP lainnya,sehingga banyaknya SSP yang disetorkan tidak mencerminkan penerimaan PPN.

Hasil pengujian variabel jumlah SPT masa yang dilaporkan (SPT) menunjukkan nilai signifikansi0.003 (<0.05) yang berarti ada pengaruh signifikan SPT terhadap penerimaan PPN. Hal tersebutsecara statistis mendukung hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa semakin tinggi SPT makasemakin tinggi penerimaan PPN. Hasil pengujian variabel jumlah pengusaha kena pajak (PKP) yangmenunjukkan nilai signifikansi 0.012 (<0.05) dapat diartikan bahwa ada pengaruh signifikan PKPterhadap penerimaan PPN. Hal tersebut secara statistis mendukung hipotesis pertama (H1) yangmenyatakan bahwa semakin tinggi PKPmaka semakin tinggi penerimaan PPN.

Uji hipotesis yang ketiga adalah uji statistik F yang digunakan untuk menguji peng-aruhvariabel-variabel independen (SSP, SPT, dan PKP) secara bersama-sama terhadap variabel dependen(penerimaan PPN). Melalui Uji Statistik F didapatkan nilai probabilitas/ signifikan sebesar 0.000 (<0.05 sebagaiderajat alpha). Nilai F didapatkan sebesar 8.112 yaitu > 2.92 (menurut F tabel yang

Page 22: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

138 Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011

disesuaikan dengan df data) yang menunjukkan bahwa jika diperhitungkansecara keseluruhan, makavariabel SSP, SPT, dan PKP bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPN.Uji hipotesis yang terakhir adalah koefisien determinasi yang pada penelitian ini di-dapatkan nilaikoefisien determinasi adalah 0.432 yang menunjukkan bahwa variabel inde-penden (SSP, SPT, danPKP) mempengaruhi variabel dependen (penerimaan PPN) sebesar 43.2% dan sisanya sebesar 56.8%dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti inflasi, pertumbuhanekonomi, dan lain-lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan interpretasi pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) tidak menunjukkan pengaruh terhadap penerimaan PPN.2. Jumlah SPT berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN, semakin tinggi Jumlah SPT, semakin

tinggi juga penerimaan PPN.3. Jumlah PKP terdaftar (PKP) berpengaruh negatif terhadap penerimaan PPN, semakin tinggi jumlah

PKP,semakin rendah jumlah penerimaan PPN.4. Jumlah SPT memberikan pengaruh paling besar terhadap penerimaan PPN.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagaiberikut:1. Peneliti dapat melakukan penelitian dengan variabel independen yang lain yang juga dapat

mempengaruhi penerimaan PPN.2. Peneliti dapat menggunakan data yang lebih lengkap dengan rentang waktu lebih panjang untuk

dapat memperkecil kesalahan penelitian.3. Pemerintah khususnya aparat pajak yang berwenang dapat lebih aktif untuk melakukan

pengawasan khususnya dalam penerimaan pajak dan tak lupa meningkatkan kualitas pelayananjuga memberikan penyuluhan akan pentingnya pajak bagi pembangunan negara.

Page 23: PENGARUH JUMLAH SSP, JUMLAH SPT, DAN JUMLAH PKP …

Wahana Volume 14, No.2 Agustus 2011 139

REFERENSI

Diana, A., Setiawati, L., 2004, Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Erlina, Mulyani, S., 2007, Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Medan: USUPress.

Fredi Jona Sembiring, 2010, Pengaruh Jumlah PKP, Jumlah SPT, dan Jumlah SSP terhadapPenerimaan Pajak Pertambahan Nilai: Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak PratamaYogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Gujarati, Damodar, 1991, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gozhali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang:Badan Penerbit UNDIP.

Harnanto, 2003, Akuntansi Perpajakan, Edisi Pertama, Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Gadjah Mada,2010, Modul Short Course Perpajakan, Yogyakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai danPPnBM.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan, Jakarta.

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, U., 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Empat, Jakarta: Salemba Empat.

Soemitro, Rochmat., 1990, Asas-asas dan Dasar Perpajakan, Bandung: PT. Eresco.

Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesembilan, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedelapan, Bandung: Alfabeta.

Suandy, Erly, 2002, Hukum Pajak, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat.

Tjahyono, A., Husein, M., 1999, Perpajakan, Edisi Kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia, Edisi Keenam, Jakarta: Salemba Empat.