PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT...
Transcript of PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT...
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF)
DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
di Indonesia Periode 2009 - 2014)
Oleh:
NASYRAH KAUT SARAH
NIM : 1112081000141
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 H
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF)
DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
di Indonesia Periode 2009 - 2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
NASYRAH KAUT SARAH
NIM : 1112081000141
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Herni Ali HT, SE., MM Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 0422125902 NIDN. 2004107002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 8 September 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Nasyrah Kaut Sarah
NIM : 1112081000141
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi :
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 September 2015
1. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si (________________)
NIP. 19811013 200801 1 006 Ketua
2. Bahrul Yaman, S.Sos., M.Si (________________)
NIP. 19620818 198603 1 001 Sekretaris
3. Aini Masruroh, M.Si (________________)
Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 15 Desember 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Nasyrah Kaut Sarah
2. NIM : 1112081000141
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi :
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Desember 2015
1. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si (__________________)
NIP. 19730615 200501 1 009 Ketua
2. Ir. Ela Patriana, MM (__________________)
NIP. 19690528 200801 2 010 Sekretaris
3. Dr. Herni Ali HT, SE., MM (__________________)
NIDN. 0422125902 Pembimbing I
4. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA (__________________)
NIDN. 2004107002 Pembimbing II
5. Amalia, SE., M.S.M (__________________)
NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nasyrah Kaut Sarah
NIM : 1112081000141
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, tenyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 5 Desember 2015
Yang Menyatakan
Nasyrah Kaut Sarah
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Nasyrah Kaut Sarah
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juni 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp.Pabuaran RT.001 RW.002 Ds.Malangnengah
Kec.Pagedangan Kab.Tangerang-Banten
No. Telepon : 087878211878
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
1999 – 2005 : SD Negeri 1 Malangnengah
2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Legok
2008 – 2011 : SMA Negeri 3 Kab.Tangerang
2011 – 2013 :
Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan
Syariah CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2012 – 2015 :
Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan Informal
1. Peserta Seminar Mobile Entrepreneurship “Be a Successful Entrepreneur by
Developing Mobile Application”, CCIT Faculty of Engineering Universitas
Indonesia, 18 Agustus 2011.
2. Kuliah Informal Ekonomi Islam 2011 “Fiqih Muamalah dan Praktiknya
dalam Perbankan Syariah” Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 15
Oktober – 17 Desember 2011.
3. Peserta Seminar “Digital Innovation and Entrepreneurship For Stronger
Indonesia” Auditorium FTUI, 19 Juni 2013.
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Depositor
Funds, Islamic Certificate of Bank Indonesia, Non Performing Financing and
Return on Assets towards Murabaha Financing on Sharia Commercial Bank and
Sharia Business Units in Indonesia. The data used was secondary data taken from
the financial statement quarterly from Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri and Bank Permata Sharia Business Unit period 2009-2014
by using multiple linear regression analysis method.
The result in this research partially indicate that Depositor Funds have a
positive effect on Murabaha Financing, Islamic Certificate of Bank Indonesia
have no effect on Murabaha Financing, Non Performing Financing have a
positive effect on Murabaha Financing and Return on Assets have no effect on
Murabaha Financing. The results also showed that the Depositor Funds, Islamic
Certificate of Bank Indonesia, Non Performing Financing and Return on Assets
simultaneously affect the Murabaha Financing on Sharia Commercial Bank and
Sharia Business Units in Indonesia. Adjusted R2 of 0,942 means the influence of
Depositor Funds, Islamic Certificate of Bank Indonesia, Non Performing
Financing and Return on Assets towards Murabaha Financing on Sharia
Commercial Bank and Sharia Business Units in Indonesia is 94,2% while the
remaining of 5,8% influenced by other variables which is not included into the
regression model of this research.
Keywords :
Depositor Funds, Islamic Certificate of Bank Indonesia, Non
Performing Financing, Return on Assets, Murabaha Financing
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Dana
Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Non Performing Financing dan
Return on Assets terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
diambil dari Laporan Keuangan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, BRI
Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Unit Usaha Syariah Bank Permata periode
2009-2014 dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini secara parsial menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga
berpengaruh positif, Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak berpengaruh, Non
Performing Financing berpengaruh positif dan Return on Assets tidak
berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah. Hasil penelitian juga menunjukan
bahwa Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Non Performing
Financing dan Return on Assets secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,942 berarti pengaruh Dana Pihak Ketiga,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Non Performing Financing dan Return on
Assets terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia adalah sebesar 94,2%, sedangkan sisanya 5,8%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model
regresi penelitian ini.
Kata Kunci :
Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Dana Pihak Ketiga,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Non Peforming Financing,
Return on Assets, Pembiayaan Murabahah
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Return on Assets (ROA)
terhadap Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014)” dengan sebaik-
baiknya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Epi Marsina dan Ibu Siti Alwiyah yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang,
cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah
motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak-kakak Isyami Sabila, Ahmad Jeni Ali, Asri Najmi Fathillah, Tina
Arum Sari, Adik Fardiaz Nugraha Abdul Maalik serta keponakan tercinta
Fatih Ahmad Aqasyah yang telah menghibur dan memberikan motivasi
kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH
selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku
Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku dosen pembimbing I, yang
senantiasa ikhlas dan sabar meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta
motivasinya yang begitu besar pada penulis.
5. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen pembimbing II, yang
senantiasa ikhlas dan sabar meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta
motivasinya yang begitu besar pada penulis.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen.
7. Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
8. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, MM yang telah banyak membantu dan memberikan
jalan bagi kami mahasiswa MIPS.
9. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
11. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus kebutuhan
administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Bu
Halimah, Pak Rahmat, Pak Bonik dan Pak Sofyan.
12. Sahabat seperjuangan, Septiani Soleha dan Selvia Sri Puji Rahayu yang telah
dengan sabar membantu penulis mencari referensi, memberikan motivasi,
mendo’akan serta selalu menghibur selama proses penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat Ferriesta Maziya, Jessica Andrianty, Nida’ Millatina, Indah
Lestari, Rizky Yulandari, Uswatun Hasanah, Nur Mahmudah, Dwi Setyowati,
Sheira Afina dan Dyah Ayu R.F yang selalu mendukung, mendoakan,
memotivasi dan menghibur selama proses menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS)
angkatan 2012 sebagai angkatan pertama. Terimakasih atas rasa kekeluargaan
yang telah diberikan, dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka
x
serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat
disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga
penulis kepada kalian semua.
15. Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terimakasih atas
dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan
langkah kita semua untuk menuju cita-cita dan tujuan.
16. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian telah
dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih banyak
atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis
sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 5 Desember 2015
Penulis
(Nasyrah Kaut Sarah)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13
A. Landasan Teori ....................................................................................... 13
1. Perbankan Syariah .............................................................................. 13
2. Pembiayaan Murabahah .................................................................... 19
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) .................................................................. 23
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .......................................... 27
5. Risiko Kredit ...................................................................................... 31
6. Rasio Rentabilitas ............................................................................... 36
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 38
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 48
xii
D. Hipotesis ................................................................................................. 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 52
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 53
1. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 53
2. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 61
3. Uji Statistik ......................................................................................... 62
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 70
1. Sejarah Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia .......................... 70
2. Profil BUS dan UUS .......................................................................... 72
3. Perkembangan Data Variabel ............................................................. 80
B. Analisis dan Pembahasan ....................................................................... 86
1. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 86
2. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 96
3. Uji Statistik ......................................................................................... 97
C. Interpretasi............................................................................................ 101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 105
A. Kesimpulan .......................................................................................... 105
B. Implikasi ............................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 109
LAMPIRAN ....................................................................................................... 113
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah .............................................. 3
2. Tabel 2.1 Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah................................. 24
3. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 38
4. Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ................. 60
5. Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 69
6. Tabel 4.1 Daftar Bank Umum Syariah – Desember 2014 ........................... 70
7. Tabel 4.2 Daftar Unit Usaha Syariah – Desember 2014 ............................. 71
8. Tabel 4.3 Pembiayaan Murabahah .............................................................. 81
9. Tabel 4.4 Dana Pihak Ketiga ....................................................................... 82
10. Tabel 4.5 SBIS ............................................................................................. 83
11. Tabel 4.6 Non Performing Financing .......................................................... 84
12. Tabel 4.7 Return on Assets .......................................................................... 85
13. Tabel 4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 88
14. Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas .................................................................... 89
15. Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glesjer ........................ 91
16. Tabel 4.12 Uji Durbin-Watson .................................................................... 92
17. Tabel 4.13 Estimasi Iterasi Pertama ......................................................... 93
18. Tabel 4.14 Langkah Estimasi Iterasi Kedua ............................................. 94
19. Tabel 4.15 Estimasi Iterasi Kedua ............................................................ 94
20. Tabel 4.16 Hasil Estimasi ......................................................................... 95
21. Tabel 4.17 Hasil Durbin-Watson Pengobatan Autokorelasi........................ 95
22. Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 96
23. Tabel 4.19 Hasil Uji t................................................................................... 98
24. Tabel 4.20 Hasil Uji F ............................................................................... 100
25. Tabel 4.21 Model Summary ...................................................................... 100
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Gambar 1.1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan BUS dan UUS ............. 4
2. Gambar 1.2 Pangsa Pembiayaan Berdasarkan Akad Desember 2014 ............. 4
3. Gambar 1.3 Komposisi DPK –BUS dan UUS ................................................. 5
4. Gambar 1.4 Penempatan SBIS pada Bank Indonesia – BUS dan UUS ........... 6
5. Gambar 1.5 Presentase NPF – BUS dan UUS ................................................. 7
6. Gambar 1.6 Rasio Keuangan (ROA) BUS dan UUS ....................................... 8
7. Gambar 2.1 Proses Pembiayaan Murabahah ................................................. 20
8. Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ...................................................................... 48
9. Gambar 3.1 Statistik d Durbin-Watson .......................................................... 60
10. Gambar 4.1 Pembiayaan Murabahah ............................................................ 81
11. Gambar 4.2 Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 82
12. Gambar 4.3 SBIS ........................................................................................... 83
13. Gambar 4.4 Non Performing Financing ........................................................ 84
14. Gambar 4.5 Return on Assets ......................................................................... 85
15. Gambar 4.6 Grafik Histogram ....................................................................... 86
16. Gambar 4.7 Grafik Normal P-P Plot .............................................................. 87
17. Gambar 4.8 Grafik Scatterplot ....................................................................... 90
18. Gambar 4.9 Hasil Uji Durbin-Watson ........................................................... 96
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Lampiran 1: Data Penelitian, Januari 2009-Desember 2014 ....................... 113
2. Lampiran 2: Hasil Output SPSS .................................................................. 116
3. Lampiran 3: Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ...................................... 120
4. Lampiran 4: Titik Persentase Distribusi t (df = 81 – 120) ........................... 121
5. Lampiran 5: Titik Presentase Distribusi F Probabilita = 0,05 ..................... 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kegiatan perekonomian suatu negara dijalankan oleh dua sektor, yaitu
sektor riil dan sektor moneter yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Sektor riil akan bekerja dengan baik jika sektor moneter bekerja
dengan baik. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor
manufaktur dan jasa, sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor
perbankan. Maka dari itu, pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari
peran sektor perbankan yang merupakan agent of development.
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. (dalam www.bi.go.id)
Sistem operasional perbankan di Indonesia menerapkan dual banking
system atau sistem perbankan ganda dimana secara bersama-sama, sistem
perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung
mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. (dalam www.bi.go.id)
2
Perbedaan mendasar antara perbankan konvensional dengan perbankan
syariah adalah perbankan konvensional dalam kegiatan operasionalnya
memakai perangkat bunga. Sedangkan perbankan syariah menerapkan sistem
bebas bunga atau dikenal dengan menggunakan prinsip bagi hasil, jual-beli
atau sewa serta melakukan investasi-investasi berdasarkan prinsip syariah.
Perbankan syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip
utama yang diikuti oleh bank islami itu adalah:
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;
2. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah;
3. Memberikan zakat.(Arifin, 2009:3)
Bank syariah pertama yang menjadi pelopor lahirnya perbankan syariah
di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia
mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 dengan berlandaskan UU No. 7
tahun 1992. Namun pada saat itu tidak terdapat rincian landasan hukum
syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Baru setelah pada era
reformasi perkembangan perbankan syariah ditandai dengan disetujuinya
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dalam undang-undang tersebut diatur
dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan
dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga
memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang
3
syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank
syariah.(Antonio, 2001:26).
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2009 hingga
tahun 2014 terbilang cukup pesat. Berdasarkan Tabel 1.1, dalam kurun waktu
6 tahun, jumlah jaringan kantor perbankan syariah yang meliputi Bank Umum
Syariah (BUS) serta Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami peningkatan dari
total 998 kantor pada 2009 menjadi 2.471 kantor pada 2014. Perkembangan
kelembagaan perbankan syariah tersebut terlihat dari tabel berikut:
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
6
711
11
1.215
11
1.401
11
1.745
11
1.998
12
2.151
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS
- Jumlah Kantor
25
287
23
262
24
336
24
517
23
590
22
320
Total Kantor 998 1.477 1.737 2.262 2.588 2.471
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
Seiring pertumbuhan jaringan kantor perbankan syariah, fungsi bank
syariah yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat juga ikut
meningkat. Komposisi pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah selama
2009 hingga 2014 mengalami kenaikan yang sangat fantastis. Pada Gambar
1.1 terlihat bahwa pembiayaan yang disalurkan BUS dan UUS mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Sejak periode 2009, total pembiayaan yang
disalurkan sebesar Rp46.886 Miliar dan hingga tahun 2014, total pembiayaan
yang disalurkan mengalami peningkatan menjadi Rp199.330 Miliar.
4
Gambar 1.1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
Pembiayaan tersebut terdiri dari berbagai akad yaitu mudharabah,
musyarakah, murabahah, istishna, ijarah dan qardh. Pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil dilakukan dengan menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Pembiayaan dengan prinsip jual beli dilakukan dengan
menggunakan akad murabahah, salam dan istishna. Ijarah merupakan
perjanjian pembiayaan berupa transaksi sewa menyewa atas suatu barang atau
jasa. Akad qardh sendiri merupakan perjanjian pembiayaan berupa transaksi
pinjam meminjam dana tanpa imbalan.
Gambar 1.2 Pangsa Pembiayaan Berdasarkan Akad Desember 2014
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
46,88668,181
102,655
147,505
184,122199,330
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Total Pembiayaan dalam Miliar Rupiah
7.20%
24.78%
58.88%
0.32%
5.83%2.99%
Mudharabah
Musyarakah
Murabahah
Istishna
Ijarah
Qardh
5
Sedangkan berdasarkan pangsa pasar pembiayaan yang disalurkan BUS
dan UUS berdasarkan akad dapat dilihat pada Gambar 1.2. Secara umum,
pembiayaan dengan akad murabahah mendominasi penyaluran pembiayaan.
Pada akhir Desember 2014, pembiyaan murabahah masih menguasai proporsi
pembiayaan yaitu sebesar 58,88% dari keseluruhan pembiayaan yang
disalurkan oleh BUS dan UUS. Diikuti pembiayaan dengan akad berbasis bagi
hasil yaitu musyarakah dan mudharabah masing-masing memiliki proporsi
sebesar 24,78% dan 7,20%, dan akad ijarah memiliki proposi sebesar 5,83%
selanjutnya pembiayaan dengan akad qardh dan istishna masing-masing
memiliki proporsi 2,99% dan 0,32%.
Fungsi perbankan syariah lainnya yaitu sebagai penghimpun dana dari
masyarakat. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diperoleh dari
masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,
rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana
masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki.(Rivai,
Veithzal, & Idroes, 2007:413).
Gambar 1.3 Komposisi DPK –BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
52,271 76,036115,415
147,512183,534
217,858
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Total DPK dalam Miliar Rupiah
6
Prinsip penghimpunan DPK pada BUS dan UUS menggunakan prinsip
wadi’ah untuk produk giro dan tabungan, mudharabah untuk produk
tabungan, mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah untuk produk
deposito. Pada Gambar 1.3 komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada BUS
dan UUS mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Tahun 2009 jumlah DPK
pada BUS dan UUS tercatat sebesar Rp52.271 Miliar dan semakin meningkat
setiap tahunnya hingga menjadi sebesar Rp217.858 Miliar pada 2014.
Pertumbuhan DPK setiap tahunnya dapat menunjang penyaluran pembiayaan
yang dilakukan perbankan syariah.
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah (Pasal 1 angka 4 PBI No.
10/11/PBI/2008 tentang SBIS). Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar
terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi
kelebihan likuiditasnya.(Arifin, 2009:198)
Gambar 1.4 Penempatan SBIS pada Bank Indonesia – BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2009 - 2014
Jan-1210,663
Feb-124,243
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Oct
-09
Jan
-10
Ap
r-1
0
Jul-
10
Oct
-10
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Oct
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Oct
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
7
Gambar 1.4 menunjukan penempatan SBIS pada Bank Indonesia oleh
BUS dan UUS pada tahun 2009 hingga 2014. Semenjak tahun 2009 hingga
2014, penempatan SBIS berfluktuasi. Penempatan SBIS tertinggi adalah pada
Januari 2012 sebesar Rp10.663 miliar, namun bulan berikutnya yaitu Februari
2012 turun sebesar Rp6.420 miliar menjadi Rp4.243 miliar.
Kelebihan likuditas yang dialami BUS dan UUS tidak dapat langsung
disalurkan kepada masyrakat dalam bentuk pembiayaan karena adanya
perbedaan waktu. Pada saat tertentu BUS dan UUS lebih tertarik menyalurkan
kelebihan likuiditas tersebut menggunakan SBIS dibandingkan
menyalurkannya untuk pembiayaan karena terdapat faktor risiko pada
penyaluran pembiyaaan sedangkan SBIS merupakan investasi bebas
resiko.(dalam www.unisosdem.org). Maka, jika dana perbankan syariah
dialokasikan kepada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), justru akan
mengurangi potensi meningkatkan jumlah penyaluran dana atau pembiayaan
kepada masyarakat.(Qolby, 2013)
Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri
dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Termin
NPF diperuntukkan bagi bank syariah. (www.ojk.go.id/pedia)
Gambar 1.5 Presentase NPF – BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
4.01%
3.02%2.52% 2.22%
2.62%
4.33%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Presentase NPF
8
Berdasarkan Gambar 1.5, pada tahun 2009 rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan atau yang
dinyatakan dalam NPF adalah sebesar 4,01%. Lalu NPF mengalami
penurunan hingga tahun 2012, NPF tercatat berada pada titik 2,22%. Namun
setelah itu NPF pada BUS dan UUS kembali mengalami kenaikan hingga
akhir tahun 2014, dimana pada akhir tahun 2014 NPF mencapai titik 4,33%
yang merupakan titik tertinggi NPF selama kurun waktu 2009 hingga 2014.
Namun kenaikan tersebut masih dibawah batas ketentuan minimal NPF yang
ditentukan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Semakin tinggi nilai NPF maka
akan menyebabkan nilai pembiayaan murabahah menjadi turun.(Prastanto,
2013)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
didalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Gambar 1.6,
menunjukan posisi ROA pada BUS dan UUS. Selama periode 2009 hingga
2014, ROA tertinggi secara keseluruhan terlihat pada akhir tahun 2012 yaitu
sebesar 2,14% dan ROA terendah tercatat pada akhir tahun 2014 yaitu sebesar
0,79%.
Gambar 1.6 Rasio Keuangan (ROA) BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
1.48%1.67% 1.79%
2.14% 2.00%
0.79%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
2009 2010 2011 2012 2013 2014
ROA
9
Menurut (Qolby 2013), semakin tinggi nilai ROA maka akan
menyebabkan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia meningkat. Return
On Assets (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika Return On Assets
(ROA) suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank tersebut dari segi pengamanan aset.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan telah dipaparkan di atas,
penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “PENGARUH DANA
PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH
(SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON
ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi
Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
Periode 2009 - 2014)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, beberapa masalah
yang penulis dapat identifikasi adalah:
1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia?
10
2. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Return on Assets
(ROA) secara bersama-sama terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan-tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisa pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia.
11
3. Untuk menganalisa pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
4. Untuk menganalisa pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
5. Untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Return
on Assets (ROA) secara bersama-sama terhadap Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang
diperoleh selama masa perkuliahan dan menambah pengetahuan tentang
pengaruh Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Non
Performing Financing dan Return on Assets terhadap Pembiayaan
Murabahah.
2. Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam strategi penyaluran
12
pembiayaan murabahah untuk kedepannya sehingga dapat terus
meningkatkan kinerja perbankan syariah di Indonesia.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
bagi masyarakat tentang perbankan syariah serta untuk memajukan
eksistensi keuangan islam dalam masyarakat luas.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya (Pasal 1 angka 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah). (Hasan, 2009:4)
Bank syariah atau bank bagi hasil merupakan bank yang beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Di dalam operasinya bank syariah
mengikuti aturan Al Qur’an – Hadits dan regulasi dari pemerintah.
Sesuai dengan perintah dan larangan syariah, maka praktik-praktik yang
mengandung unsur riba dihindari, sedangkan yang diikuti adalah
praktik-praktik bisnis yang dilakukan di zaman Rasulullah. Perbedaan
pokok antara Bank Syariah dengan bank konvensional adalah adanya
larangan riba (bunga) bagi Bank Syariah. Riba dilarang sedangkan jual
beli (al abai) dihalalkan. Ini berarti membayar dan menerima bunga atas
uang yang dipinjam/dipinjamkan adalah dilarang. Dalam operasionalnya,
baik dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat maupun dalam
penyaluran dana kepada masyarakat, bank syariah (bank bagi hasil) tidak
14
memperhitungkan bunga tapi berdasarkan prinsip jual beli dan bagi
hasil.(Martono, 2010:94)
a. Kelembagaan Bank Syariah
Bank syariah dapat berbentuk Bank Umum Syariah (BUS)
maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Menurut
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Indonesia, dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
(Salman, 2014:4)
1) Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan
bank umum konvensional dengan bentuk hukum perseroan
terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi. Seperti halnya bank
umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa
atau bank non devisa. (Rivai, Veithzal, & Idroes, 2007:753)
2) Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja dari
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
15
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
dan/atau unit syariah. (Salman, 2014:70)
b. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution), sebagai berikut:
1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban
untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya. (Sudarsono, 2008:43)
16
c. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya
sebagai berikut:
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-
jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar
(tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam
Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan
jalan merakatan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak
terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana.
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin,
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan
kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol
sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program
17
pembianaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang
perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha
bersama.
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi
diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak
sehat antara lembaga keuangan.
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat Islam terhadap
bank non-syariah.(Sudarsono, 2008:44)
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Karim (2007:112) Pada dasarnya, produk yang ditawarkan
oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1) Produk Penyaluran Dana (financing)
Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis
besar produk-produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,
yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
4. Pembiayaan dengan pelengkap akad
18
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk
memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa
ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan
untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang
dan jasa sekaligus.Untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad
pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.
2) Produk Penghimpunan Dana (funding)
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakah adalah prinsip
wadi’ah dan mudharabah. Dalam pelaksanaan penghimpunan
dana, biasanya diperlukan juga akad pelengkap untuk
mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana.
3) Produk Jasa (service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit)
dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah
dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan.
19
2. Pembiayaan Murabahah
Sri Wahyuni dan Wasilah (2012:168) Pertukaran atau jual beli
adalah salah satu cara yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang sangat banyak dan beragam seperti pangan,
papan, sandang, pendidikan dan lain sebagainya. Jual beli terjadi karena
manusia tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhanya sendiri.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penual dan
pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai
(bai’ naqdam) atau tangguh (Bai’ Mu’ajjal/bai’ Bi’tsaman Ajil).
Secara singkat, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural
certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required
rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). Karena dalam
definisnya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik
murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga
pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut. (Karim, 2007:113)
20
Gambar 2.1 Proses Pembiayaan Murabahah
Sumber: Rivai, Veithzal, & Idroes, 2007:779
a. Landasan Syariah
1) Al Qur’an:
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (Q.S: Al Baqarah: 275)
2) Al Hadits:
Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual-beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.” (H.R. Ibnu Majah)
21
b. Rukun Murabahah
Berikut merupakan rukun murabahah:
1) Penjual (Ba’i)
2) Pembeli (Musytari)
3) Barang/Objek (Mabi’)
4) Harga (Tsaman)
5) Ijab Qabul (Shigat).(Zulkifli, 2007:40)
c. Syarat bai’ al-Murabahah
Adapun syarat-syarat dari bai’ al-Murabahah yaitu:
1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian.
Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak
dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual.
c. Membatalkan kontrak.(Antonio, 2001:102)
22
d. Murabahah dalam Perbankan Syariah
Menurut Antonio (2001:106) sesuai dengan sifat bisnis
(tijarah), transaksi ba’i al-murabahah memiliki beberapa manfaat
dan juga resiko yang harus diantisipasi. Ba’i al-murabahah
memberikan banyak manfaat kepada bank syariah, salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari
penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem ba’i al-
murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan
penanganan administrasinya di bank syariah. Selain manfaat ba’i al-
murabahah juga memiliki resiko yang harus diantisipasi diantaranya
sebagai berikut:
1) Kelalaian atau default, nasabah sengaja tidak membayar
kewajiban (angsuran).
2) Fluktuasi harga komparatif, resiko ini terjadi apabila harga suatu
barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah.
Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
3) Penolakan nasabah, bisa karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi
dengan asuransi. Kemungkinan lain yang bisa saja terjadi karena
nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang
dipesan. Jika bank sudah menandatangani kontrak pembelian
dengan penjualnnya (supplier), barang tersebut akan menjadi
milik bank.
23
4) Dijual; karena ba’i al-murabahah bersifat jual-beli dengan
hutang, maka ketika kontrak ditandatangani barang itu sudah
menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun
terhadap aset miliknya tersebut, termasuk menjualnya. Jika
terjadi demikian, resiko untuk default akan besar.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Oleh karena itu,
bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari
masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan
kembali kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan
bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelesaikan
permasalahan keuangan dengan sebaik-baiknya merupakan suatu
keadaan yang diharapkan oleh semua bank. Untuk itu, bank selalu
berusaha memberikan pelayanan (service) yang memuaskan masyarakat.
(Dendawijaya, 2009:49)
Dana Pihak Ketiga biasanya lebih dikenal dengan dana
masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari
masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan
usaha. Bank menawarkan produk simpanan kepada masyarakat dalam
menghimpun dananya. Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini
antara lain:
24
Simpanan giro (demand deposit),
Tabungan (saving),
Deposito (time deposit). (Ismail, 2011:43)
a. Produk Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan
mobilisasi dan investasi tabungan dengan cara yang adil sehingga
keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan
mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas
mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber
dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi
Islam. Berkaitan dengan hal di atas, maka prinsip yang dianut bank
syariah dalam penghimpunan dana adalah, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
No. Produk Prinsip Return untuk Nasabah
1 Giro Wadiah (titipan) Bonus sesuai kehendak
nasabah
2 Tabungan Wadiah(titipan)
Mudharabah(bagi hasil)
Bonus sesuai kehendak bank
bagi hasil, dengan nisbah
3 Deposito Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Muqayyadah
Bagi hasil, dengan nisbah
bagi hasil, dengan nisbah
Sumber: (Rivai, Veithzal, & Idroes, 2007:768)
Menurut Arthesa dan Handiman (2006:81) Produk dana
yang terdapat pada perbankan syariah, antara lain:
1) Giro Wadi’ah
Giro Wadi’ah menggunakan prinsip wadi’ah, yaitu penitipan
uang dalam bentuk rekening giro antara pihak yang mempunyai
25
uang dengan pihak yang diberi kepercayaan, dengan tujuan
menjaga keselamatan, keamanan, dan keutuhan uang tersebut.
2) Tabungan Wadi’ah
Tabungan Wadi’ah juga menggunakan prinsip wadi’ah, yaitu
penitipan uang dalam bentuk tabungan antara pihak yang
mempunyai uang dengan pihak yang diberi kepercayaan, dengan
tujuan menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan uang
tersebut.
3) Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah menggunakan prinsip mudharabah, yaitu
berupa akad/perjanjian dalam bentuk tabungan antara pihak
penyimpan dana (shahibul maal) dengan pihak bank (mudharib)
untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau
keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah
disepakati di awal akad/perjanjian.
4) Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah menggunakan prinsip mudharabah, yaitu
berupa akad/perjanjian dalam bentuk deposito antara penyimpan
dana (shahibul maal) dengan pihak bank (mudharib) untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau
keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah
disepakati di awal akad/perjanjian.
26
b. Hubungan DPK Terhadap Pembiayaan Murabahah
Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan dan
mempunyai hubungan positif terhadap penyaluran pertumbuhan
pembiayaan muarabahah pada Bank Syariah Mandiri. Artinya Dana
Pihak Ketiga memberikan sumbangan secara positif terhadap
peningkatan pertumbuhan pembiayaan murabahah di Bank Syariah
Mandiri. Semakin besar Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh
Bank Syariah Mandiri maka akan semakin besar kemungkinan bank
akan memutar Dana Pihak Ketiga untuk kegiatan pembiayaan.
(Mustika Rimadhani dan Osni Erza, 2011)
Menurut Wuri Arianti N.P dan Harjum Muharam (2011)
DPK berpengaruh positif terhadap pembiayaan.Semakin besar
sumber dana yang terkumpul maka bank akan menyalurkan
pembiayaan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan salah satu
tujuan bank adalah mendapatkan profit, sehingga bank tidak akan
menganggurkan dananya begitu saja. Bank cenderung untuk
menyalurkan dananya semaksimal mungkin guna memperoleh
keuntungan yang maksimal pula.
DPK mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank umum syariah.Jika DPK mengalami
peningkatan maka pembiayaan murabahah yang disalurkan juga
mengalami peningkatan begitu juga sebaliknya, jika DPK mengalami
penurunan maka pembiayaan murabahah yang disalurkan juga
27
mengalami penurunan.DPK merupakan salah satu sumber daya
finansial yang dimiliki suatu bank untuk melakukan kegiatan
pembiayaan. Dengan memiliki DPK yang tinggi maka pihak bank
memiliki sumber dana yang besar untuk melakukan kegiatan
penyaluran dana. (Lifstin Wardiantika dan Rohmawati
Kusumaningtias, 2014).
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek dengan prinsip Wadiah. SWBI tersebut merupakan piranti
moneter yang sesuai dengan prinsip syariah yang diciptakan dalam
rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia selaku Bank
Sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip
syariah yang dinamakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan
dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan
likuiditasnya. (Arifin, 2009:198)
Terhitung sejak 31 Maret 2008, Bank Indonesia melansir
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai ganti dari SWBI.
Instrumen moneter ini sekaligus menjawab keluhan Perbankan Syariah.
Pasalnya, selama ini Bank Syariah merasa diperlakukan berbeda dengan
Bank Konvensional, yang telah lebih dulu menikmati SBI Konvensional.
(Hasan, 2009:136)
28
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008
tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 50,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) yang
dimaksud dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya
disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Tujuan SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah
sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah.
(Ihsan, 2014:109)
Zubairi Hasan (2009:136) SBIS yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia menggunakan akad ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l)
atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan
(Pasal 3 PBI No. 10/11/PBI/2008 dan Penjelasannya).
SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat digunakan kepada Bank Indonesia; dan
29
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (Pasal 4 PBI No.
10/11/PBI/2008).
a. Imbalan SBIS
Dwi Nur’aini Ihsan (2014:112) Adapun imbalan SBIS
diberikan dengan aturan sebagai berikut:
1) Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau
UUS pada saat SBIS jatuh waktu.
2) Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat
diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka
waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender,
maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan tingkat diskonto
hasil lelang SBI;
b. Dalam hal lelang SBI menggunakan metode variabel rate
tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan rata-rata
tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI.
3) Dalam hal pada saat yang bersamaan tidak terdapat lelang SBI,
tingkat imbalan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan
SBIS atau tingkat diskonto SBI berjangka waktu sama.
30
4) Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut:
b. Lelang SBIS
Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme
lelang. Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS (Pasal 6 PBI No.
10/11/PBI/2008). BI-SSSS adalah Bank Indonesia Scripless
Securities Settlement System yang merupakan sarana transaksi
dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia
Real Time Gross Settlement (Pasal 1 Angka 5 PBI No.
10/11/PBI/2008). (Hasan, 2009:138)
c. Hubungan SBIS Terhadap Pembiayaan Murabahah
Menurut penelitian Muhammad Luthfi Qolby (2013)
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Hubungan yang negatif ini
dikarenakan adalah SWBI merupakan bukti penitipan dana wadi’ah
perbankan syariah di Bank Indonesia. Penitipan dana wadi’ah adalah
penitipan dana berjangka pendek dengan menggunakan prinsip
wadiah yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi bank syariah atau
Nilai Imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS x (Jangka Waktu
SBIS/360) x Tk.Imbalan SBIS.
31
Unit Usaha Syaiah (UUS). Jika dana perbankan syariah dialokasikan
kepada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), justru akan
mengurangi potensi meningkatkan jumlah penyaluran dana atau
pembiayaan kepada masyarakat.
5. Risiko Kredit
Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali
cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau
investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko
kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau
melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan
kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.
Risiko tersebut dapat ditekan dengan cara memberi batas wewenang
keputusan kredit bagi setiap aparat perkreditan, berdasarkan
kapabilitasnya (authorize limit) dan batas jumlah (pagu) kredit yang
dapat diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu (credit line limit),
serta dengan melakukan diversifikasi.(Arifin, 2009:263)
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal
5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat
(2), bahwa kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan
32
yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet.
Untuk menentukan berkualitas tidaknya suatu kredit perlu
diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan
kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
a. Lancar (pas)
Kriteria atau ukuran suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
b. Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Artinya suatu kredit dikatakan dalam perhatian khusus apabila
memenuhi criteria antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang belum melampaui 90 hari; atau
2) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
atau
4) Mutasi rekening reklatif aktif; atau
5) Didukung dengan pinjaman baru
c. Kurang Lancar (substandard)
33
Suatu kredit dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria
antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 90 hari; atau
2) Sering terjadi cerukan; atau
3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari;
4) Frekuensi mutasi rekening relative rendah; atau
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau
6) Dokumen pinjaman yang lemah.
d. Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria berikut antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 180 hari; atau
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
3) Terjadi wan prestasi lebih dari 80 hari; atau
4) Terjadi kapitalisasi bunga;
5) Dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
e. Macet (loss)
Kualitas kredit dikatakan macet apabila memenuhi kriteria berikut
antara lain:
34
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 270 hari; atau
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;
3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai yang wajar. (Karim, 2011:106-107)
a. Non Performing Financing (NPF)
Ismail (2011:124), kredit bermasalah merupakan kredit yang
telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang
telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas
penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun
bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif, maupun kualitatif.
Penilaian secara kuantitatif filihat dari kemampuan debitur dalam
melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok
pinjaman dan/atau bunga. Adapun penilaian kredit secara kualitatif
dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur.
Non Performing Financing (NPF) adalah Kredit bermasalah
yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum,
sedangkan NPF untuk bank syariah. (dalam www.ojk.go.id)
Rumusnya:
NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaanx 100%
35
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah selalu
digunakan oleh Bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja
bank. NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukan
kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF
yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank. (Ihsan, 2014:369)
b. Hubungan NPF Terhadap Pembiayaan Murabahah
Menurut Mustika Rimadhani dan Osni Erza (2011) NPF
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan
murabahah pada Bank Syariah Mandiri. Artinya semakin besar
tingkat NPF, mengakibatkan penurunan penyaluran pembiayan
murabahah pada Bank Syariah Mandiri sehingga bank akan lebih
hati-hati dengan mengurangi pembiayaan.
Sedangkan menurut Muhammad Luthfi Qolby (2013) NPF
mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah pada
Bank umum syariah. Non Performing Financing (NPF) adalah resiko
tidak terbayarnya pembiayaan yang disalurkan oleh Bank umum
syariah. Jika NPF mengalami peningkatan maka pembiayaan
murabahah yang disalurkan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya jika NPF mengalami penurunan maka pembiayaan
murabahah yang disalurkan mengalami peningkatan.
36
Endang Nurjaya (2011:138) yang menyatakan bahwa NPF
mempunyai hubungan signifikan positif. Diduga bahwa NPF bank
syariah relatif kecil dibandingkan dengan bank konvensional
sehingga bukan merupakan pertimbangan utama dalam hal
penyaluran pembiayaan, karena sebelumnya bank syariah
menyeleksi para nasabahnya dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu,
apabila NPF atau pembiayaan bermasalahnya meningkat
menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah juga meningkat yang
disebabkan karena pembiayaan yang sudah ada ditangan nasabah
menjadi tanggungjawabnya dalam hal pengembalian.
6. Rasio Rentabilitas
Menurut Martono (2010:84) rasio rentabilitas selain bertujuan
untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas
manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio
rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: return on
assets, biaya operasi/pendapatan operasi, gross profit margin, dan net
profit margin.
a. Return on Assets (ROA)
Lukman Dendawijaya (2009:118) Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
37
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam segi
penggunaaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan
cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara
teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak,
sedangkan dengan sistem CAMEL, laba yang diperhitungkan adalah
laba sebelum pajak.
b. Hubungan ROA Terhadap Pembiayaan Murabahah
Muhammad Luthfi Qolby (2013) Return On Assets (ROA)
berpengaruh positif dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Semakin tinggi nilai ROA maka akan menyebabkan pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia meningkat. Hubungan positif ini
dikarenakan Return On Assets (ROA) merupakan suatu pengukuran
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Jika Return On Assets (ROA) suatu bank semakin
besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh
oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi pengamanan aset.
ROA = Laba Bersih x 100%
Total Aktiva x100%
38
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Variabel &
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
1 Mustika
Rimadhani
dan Osni
Erza (2011)
Analisis
Variabel-
Variabel yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah
pada Bank
Syariah Mandiri
Periode
2008.01-
2011.12
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
DPK
Margin
Keuntungan
NPF
FDR
Metode:
OLS
(Ordinary
Least
Square)
Terdapat 3
variabel yang
sama yaitu
Pembiayaan
Murabahah,
DPK dan
NPF. Alat
analisis sama.
Tidak terdapat
variabel SBIS
dan ROA
Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh
signifikan dan
mempunyai hubungan
positif terhadap
penyaluran pertumbuhan
pembiayaan muarabahah
pada Bank Syariah
Mandiri.
Margin Keuntungan
tidak signifikan terhadap
pertumbuhan
pembiayaan murabahah
di Bank Syariah
Mandiri.
NPF berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah
Mandiri.
Financing to Deposit
Ratio (FDR) tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan
pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah
Mandiri.
DPK, Margin
Keuntungan, Non
Performing Finance
(NPF), dan Financing to
Deposit Ratio (FDR)
secara bersama-sama
berpengaruh secara
signifikan terhadap
penyaluran pertumbuhan
pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah
Mandiri.
2 Wuri Arianti
N.P dan
Harjum
Muharam
(2011)
Analisis
Pengaruh Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequecy Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
(NPF) dan
Dependen:
Pembiayaan
Independen:
DPK
CAR
NPF
ROA
Terdapat 3
variabel yang
sama yaitu
DPK, NPF
dan ROA.
Alat analisis
sama.
Penggunaan
variabel
dependennya
berbeda dan
variabel
independen
tidak terdapat
SBIS
Secara simultan:
DPK, CAR, NPF, dan
ROA berpengaruh
signifikan terhadap
Pembiayaan.
Secara parsial:
DPK berpengaruh positif
signifikan terhadap
Pembiayaan
39
No. Peneliti Judul Variabel &
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
Return on
Assets (ROA)
Terhadap
Pembiayaan
pada Perbankan
Syariah (Studi
Kasus Pada
Bank Muamalat
Indonesia
Periode 2001-
2011)
Metode:
Analisis
Regresi
Berganda
CAR tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan.
NPF tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan
ROA tidak berpengaruh
terhadap Pembiayaan
3 M. Luthfi
Qolby
(2013)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
pada Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode Tahun
2007-2013
Dependen:
Pembiayaan
Independen:
DPK
SWBI
ROA
Metode:
Error
Correction
Model
(ECM)
Terdapat 3
variabel yang
sama yaitu
DPK, SWBI
dan ROA
Variabel
dependen
berbeda dan
tidak terdapat
variabel NPF.
Alat analisis
yang
digunakan
juga berbeda.
Dalam jangka pendek
maupun jangka panjang:
Variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) dan Return On
Assets (ROA) secara
bersama – sama
berpengaruh terhadap
pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
Variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
Variabel Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
Variabel Return On
Assets (ROA) dalam
jangka pendek
berpengaruh positif dan
tidak signifikan,
sedangkan dalam jangka
panjang Return On
Assets (ROA)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
4 Prastanto
(2013)
Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
FDR
NPF
Terdapat 2
variabel yang
sama yaitu
Pembiayaan
Murabahah
dan NPF. Alat
analisis sama.
Tidak terdapat
variabel DPK,
SBIS dan
ROA
Secara simultan:
FDR, NPF, DER, QR
dan ROE berpengaruh
terhadap pembiayaan
murabahah.
Secara parsial:
FDR, QR, dan ROE
40
No. Peneliti Judul Variabel &
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
DER
QR
ROE
Metode:
Regresi
Berganda
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan
murabahah
NPF dan DER
berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan
murabahah.
5 Anastasya
Sri, Ratna
Anggraini,
Etty G. dan
Nuramalia
Hasanah
(2013)
The Influence of
Third-Party
Funds, CAR,
NPF and ROA
Againts The
Financing of A
General Sharia-
Based Bank in
Indonesia
Dependen:
Financing
Independen:
Third Party
Fund
CAR
NPF
ROA
Metode:
Multiple
Regression
Terdapat 3
variabel yang
sama yaitu
DPK, NPF
dan ROA.
Alat analisis
sama.
Penggunaan
variabel
dependennya
beda, yaitu
tidak
menggunakan
variabel
Pembiayaan
Murabahah
Third party fund, capital
adequacy ratio and
return of Assets,
partially have no effect
on the financing profit
sharing.
Non performing
financing variable have
a significant effect on
the financing profit
sharing.
Third party fund, CAR,
NPF and ROA
simultaneously have
significant influence on
the financing profit
sharing.
6 Lifstin
Wardiantika
dan
Rohmawati
K. (2014)
Pengaruh DPK,
CAR, NPF dan
SWBI Terhadap
Pembiayaan
Murabahah
Pada Bank
Umum Syariah
Tahun 2008-
2012
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
DPK
CAR
NPF
SWBI
Metode:
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Terdapat 4
variabel yang
sama yaitu
Pembiayaan
Murabahah,
DPK, NPF
dan SWBI.
Alat analisis
sama.
Tidak terdapat
variabel ROA
pada
penelitian
sebelumnya,
tetapi
menggunakan
variabel CAR.
Secara simultan:
Secara bersama-sama
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing
Financing (NPF), dan
Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI)
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum
Syariah.
Secara parsial:
Dana Pihak Ketiga
(DPK) mempunyai
pengaruh positif
terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank
Umum Syariah.
Capital Adequacy Ratio
(CAR) tidak
berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum
Syariah dan memiliki
hubungan positif.
Non Performing
41
No. Peneliti Judul Variabel &
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
Financing (NPF)
mempunyai pengaruh
negatif terhadap
Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum
Syariah.
Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) tidak
pengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah
pada Bank Umum
Syariah, dan memiliki
hubungan negatif.
7 Atina
Shofawati
(2014)
Murabahah
Financing in
Islamic
Banking: Case
Study in
Indonesia
Murabahah
Financing
Metode:
Descriptive
Qualitative
Method
Variabel yang
diteliti sama
yaitu
Pembiayaan
Murabahah
Metode yang
digunakan
berbeda, pada
penelitian
sebelumnya
menggunakan
metode
deskriptif
kualitatif.
Sedangkan
untuk
penelitian
sekarang
menggunakan
metode
analisis regresi
linier
berganda.
Murabahah financing is
one of mode of financing
which dominate
financing contract in
Islamic Banking in
Indonesia. Therefore,
Islamic Banking must
develop new product
development based on
murabahah financing
which fulfill sharia
compliant and can meet
the need and want from
customer. Government
must give the rule and
regulation to give
healthy condition to
improve the development
of murabahah financing
in Indonesia. National
Shariah Council must
control the
implementation of
murabahah financing in
Islamic Banking in order
to obey the shariah
compliant.
8 Shatha
Abdul-
Khaliq
(2014)
Comparison
study of
Murabaha and
Istisnaa in
Islamic banking
in Jordan
Murabaha
and Istisnaa
Metode:
Descriptive
Analysis
Variabel yang
diteliti sama
yaitu
Pembiayaan
Murabahah
Metode yang
digunakan
berbeda, pada
penelitian
sebelumnya
menggunakan
metode
deskriptif
analisis.
Sedangkan
untuk
penelitian
sekarang
Islamic banks working in
Jordan the majority of
the Islamic investments
attributed to Murabaha
and ignores the other
This research finds that
the Islamic Banks in
Jordan do not offer
"Istisna" services at all.
So they do not have any
effective role in
supporting industries in
Jordan. As a result this
42
No. Peneliti Judul Variabel &
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
menggunakan
metode
analisis regresi
linier
berganda.
study recommend Islamic
banks in Jordan to
increase depending on
the Islamic form
"Istisna", because this
kind of Islamic
investment tools plays an
important role in
supporting small and
medium industries, and
to find an effective ways
to deal with other banks
all over the world.
8 Mwafag
Rabab’ah
(2015)
Factors
Affecting the
Bank Credit:
An Empirical
Study on the
Jordanian
Commercial
Banks
Dependent:
Credit
Facilities to
Total
Assets
Independent:
Ratio of
Deposit,
NPL,
Capital
Ratio,
Liquidity
Ratio, Asset
Size,
Lending
Rate,
Deposits,
Window
Rate, Legal
reserve
ratio,
Inflation,
Economic
growth rate
Method:
Descriptive
Statistics
Regression
Analysis
Variabel yang
diteliti sama
yaitu kredit
atau
pembiayaan
Variabel yang
digunakan
berbeda
penelitian
terdahulu
tidak
menggunakan
variabel DPK,
SBIS dan
ROA
Non-performing loans,
liquidity ratio and
window rate have a
negative and significant
impact on the ratio of
credit facilities, while
found that the bank size
and the economic growth
have a positive and
significant impact on the
ratio of credit facilities
granted by commercial
banks in Jordan.
Sumber : Berbagai Jurnal
Persamaan dan perbedaan penelitian “PENGARUH DANA PIHAK
KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS),
NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA)
TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank
43
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014)”
dengan penelitian terdahulu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mustika Rimadhani dan Osni Erza
Penelitian yang dilakukan Mustika Rimadhani dan Osni Erza
dengan judul “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri Periode 2008.01-
2011.12” menggunakan model OLS (Ordinary Least Square) dan
pelanggaran Asumsi Klasik.
Persamaannya terletak pada variabel dependen yang digunakan
yaitu Pembiayaan Murabahah serta variabel independen yang digunakan
yaitu DPK dan NPF. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
independen yaitu Margin keuntungan dan FDR yang tidak digunakan
dalam penelitian sekarang. Serta cakupan bank yang lebih luas, tidak
hanya Bank Syariah Mandiri saja.
2. Wuri Arianti N.P dan Harjum Muharam
Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF)
dan Return on Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan pada Perbankan
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011)”
menggunakan metode Analisis Regresi Berganda.
Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independen yang
digunakan yaitu DPK, NPF dan ROA. Sedangkan perbedaannya terletak
pada variabel dependen dimana pada penelitian terdahulu menggunakan
44
variabel Pembiayaan sedangkan penelitian sekarang menggunakan
variabel Pembiayaan Murabahah. Kemudian variabel independen CAR
tidak digunakan dalam penelitian sekarang.Serta cakupan bank lebih luas,
tidak hanya Bank Muamalat saja.
3. M. Luthfi Qolby
Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007-
2013” menggunakan metode Error Correction Model dengan uji prasyarat
yaitu uji stasioneritas, uji statistik dan uji asumsi klasik.
Persamaannya terletak pada variabel independen yaitu DPK,
SWBI, ROA. Perbedaannya, penelitian ini tidak menggunakan variabel
NPF dan variabel dependennya merupakan Pembiayaan secara keseluruan,
bukan Pembiayaan Murabahah.
4. Prastanto
Penelitian dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia” menggunakan
metode analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis regresi
berganda.
Persamaannya terletak pada variabel dependen yaitu Pembiayaan
Murabahah dan variabel independen yaitu NPF.Perbedaannya, pada
penelitian sekarang tidak menggunakan variabel FDR, DER, QR dan ROE
melainkan menambahkanvariabel DPK, SBIS dan ROA.
45
5. Anastasya Sri, Ratna Anggraini, Etty G. dan Nuramalia Hasanah
Penelitian dengan judul “The Influence of Third-Party Funds, CAR,
NPF and ROA Againts The Financing of A General Sharia-Based Bank in
Indonesia” menggunakan metode analisis regresi berganda.
Persamaannya terletak pada variabel independen yang digunakan
yaitu DPK, NPF dan ROA.Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
dependen yang digunakan, pada penelitian yang dilakukan Anastasya, dkk
variabel dependennya adalah Pembiayaan Bagi Hasil yaitu Pembiayaan
Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah.Sedangkan pada penelitian
sekarang menggunakan variabel dependen Pembiayaan Murabahah.Lalu
pada penelitian sekarang tidak menggunakan variabel independen CAR,
melainkan menggunakan variabel independen SBIS.
6. Lifstin Wardiantika dan Rohmawati K
Penelitian dengan judul “Pengaruh DPK, CAR, NPF dan SWBI
Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun
2008-2012” menggunakan metode regresi linier berganda.
Persamaannya terletak pada variabel dependen yaitu Pembiayaan
Murabahah dan variabel independen yang digunakan yaitu DPK, NPF dan
SWBI.Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel independen yaitu
CAR yang tidak digunakan pada penelitian sekarang, melainkan
menggunakan variabel independen ROA.
46
7. Atina Shofawati
Penelitian dengan judul “Murabahah Financing in Islamic
Banking: Case Study in Indonesia” dengan metode deskriptif kualitatif
menggambarkan kondisi pembiayaan murabahah yang mendominasi
kontrak pembiayaan pada Bank Islam di Indonesia.
Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu variabel Pembiayaan
Murabahah menjadi variabel yang diuji.Perbedaannya adalah metode
penelitian yang digunakan Atina Shofawati adalah menggunakan metode
deskriptif kualitatif sedangkan penelitian sekarang menggunakan
penelitian kuantitatif.
8. Shatha Abdul-Khaliq (2014)
Penelitian dengan judul “Comparison study of Murabaha and
Istisnaa in Islamic banking in Jordan” menggunakan metode penelitian
analisis deskriptif menggambarkan bahwa mayoritas pembiayaan yang
digunakan pada Bank Islam di Yordania menggunakan akad Murabaha
dan mengabaikan investasi berbasis Islam lainnya yaitu “Istishna”.
Presentase Istishna di Bank Islam pada negara Yordania sangat kecil yaitu
kurang dari 3%.
Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu variabel Pembiayaan
Murabahah menjadi variabel yang diuji. Perbedaannya adalah metode
penelitian yang digunakan Shatha Abdul-Khaliq adalah menggunakan
metode analisis deskriptif sedangkan penelitian sekarang menggunakan
penelitian regresi linier berganda.
47
9. Mwafag Rabab’ah (2015)
Penelitian dengan judul “Factors Affecting the Bank Credit: An
Empirical Study on the Jordanian Commercial Banks” menggunakan
metode penelitian analisis deskriptif dan analisis regresi. Penelitian ini
bertujuan menguji faktor-faktor penentu pinjaman bank komersial di
Jordania.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terdapat
variabel NPL/NPF dalam penelitian. Perbedaan dengan penelitian
terdahulu yaitu tidak terdapat variabel DPK, SBIS dan ROA.
48
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS),
NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
di Indonesia Periode 2009 - 2014)
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, pembiayaan menggunakan
akad murabahah terlihat mendominasi komposisi pembiayaan yang diberikan
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia.
Uji Statistik:
Uji t
Uji F
Adj. R2
Interpretasi Hasil
Penelitian
Kesimpulan dan
Implikasi
Alat Analisis :
Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik:
Normalitas
Multikolinieritas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Pembiayaan
Murabahah (Y)
DPK (X1)
SBIS (X2)
NPF (X3)
ROA (X4)
Sumber: Peneliti
49
D. Hipotesis
Penelitian ini mennggunakan variabel independen yaitu: Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing
Financing (NPF), Return on Assets (ROA) yang diduga memberikan pengaruh
terhadap variabel dependen Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
1. H0 : ≤ Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh positif
terhadap Pembiayaan Murabahah.
Ha : Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif
terhadap Pembiayaan Murabahah.
2. H0 : ≥ Diduga Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak
berpengaruh negatif terhadap Pembiayaan Murabahah.
Ha : < Diduga Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh
negatif terhadap Pembiayaan Murabahah.
3. H0 : ≤ Diduga Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
positif terhadap Pembiayaan Murabahah.
Ha : Diduga Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif
terhadap Pembiayaan Murabahah.
4. H0 : ≤ Diduga Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh positif
terhadap Pembiayaan Murabahah.
Ha : > Diduga Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap
Pembiayaan Murabahah.
50
5. H0 : Diduga secara bersama-sama tidak terdapat
pengaruh antara Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF), Return on Assets
(ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah.
Ha : ≠ ≠ ≠ ≠ Diduga secara bersama-sama terdapat pengaruh
antara Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Return on Assets (ROA)
terhadap Pembiayaan Murabahah.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yaitu Dana Pihak Ketiga (X1), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(X2), Non Performing Financing (X3), dan Return on Assets (X4) terhadap
variabel dependen yaitu Pembiayaan Murabahah (Y).
Adapun tipe dan sifat data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu
informasi yang dinyatakan berupa satuan angka (numerik); bersifat diskrit
(bulat/utuh) atau kontinyu (pecah/interval). Dan dilihat dari rangkaian waktu,
data yang digunakan adalah data time series/longitudinal yaitu informasi yang
terdiri dari interval waktu tertentu, biasanya dua waktu atau lebih. (Wijaya,
2013:20)
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Anshori dan Iswati (2009:94) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penentuan sample pada
penelitian ini akan menggunakan metode penarikan sample purposive
(purposive sampling). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:17), penarikan
sample purposive adalah penarikan sample dengan pertimbangan tertentu,
pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan tertentu.
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah:
52
1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang menyajikan laporan
keuangan triwulan pada periode 2009-2014.
2. Laporan keuangan triwulan BUS dan UUS tersebut harus memiliki
kelengkapan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kriteria di atas, BUS yang menyajikan laporan keuangan
triwulan pada periode 2009-2014 berjumlah lima BUS. Sedangkan UUS yang
menyajikan laporan keuangan triwulan pada periode 2009-2014 berjumlah dua
UUS. Dari lima BUS tersebut yang memiliki kelengkapan data sesuai dengan
penelitian ini hanya ada tiga, yaitu Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah,
dan Bank Syariah Mandiri. Dari dua UUS, yang memiliki kelengkapan data
sesuai dengan penelitian ini hanya ada satu yaitu Unit Usaha Syariah Bank
Permata.
C. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai. Data
sekunder mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan
meskipun dapat diolah lebih lanjut.(Wijaya, 2013:19)
Dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk
dokumen atau file (catatan konvensional maupun elektronik), buku, tulisan,
laporan, notulen rapat, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Metode
pengumpulan data dokumentasi digunakan dalam rangka memenuhi data atau
informasi yang diperlukan untuk kepentingan variabel penelitian yang telah
didesain sebelumnya. (Suharso, 2009:104)
53
Data penelitian ini berasal dari Laporan Keuangan Triwulan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dijadikan sampel selama periode
2009-2014 yang dipublikasikan pada situs resminya yaitu:
1. Bank Muamalat Indonesia pada http://www.bankmuamalat.co.id
2. BRI Syariah pada http://www.brisyariah.co.id
3. Bank Syariah Mandiri pada http://www.syariahmandiri.co.id
4. Unit Usaha Syariah Bank Permata pada http://permatabank.com
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan
menggunakan program komputer (software) IBM SPSS Statistics 20.0 dan
Microsoft Office Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal.(Ghozali, 2013:160)
Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data
variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah
54
berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.Persamaan regresi
dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel
terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali.
(Sunyoto, 2009:84)
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum sebaran
normal baku dari Gauss. Distribusi data yang normal jika digambarkan
dengan grafik poligon akan menyerupai bentuk bel, lonceng atau
genta. Distribusi data tersebut tidak:
Positively Skewed (miring ke kiri), memiliki frekuensi yang
relative lebih banyak di sebelah kiri dan ujung kurva cenderung
meruncing ke kanan.
Negatively Skewed (miring ke kanan), memiliki frekuensi yang
relative lebih banyak di sebelah kanan dan ujung kurva cenderung
meruncing ke kiri. (Nisfianoor, 2009:91)
Menurut Imam Ghozali (2013:160) ada dua cara mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal.Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
55
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
2) Analisis Statistik
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistic non-parametrik Kormogorov-Smirnov
(K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi
berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/independent
variable (x1, x2, x3, x4, …, xn), di mana akan diukur tingkat asosiasi
(keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui
besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika
koefisien korelasi antar variabel bebas (x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan
x4, dan seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50 dan
0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi
antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r <
0,60).(Sunyoto, 2009:79)
56
Makin kecil korelasi antar variabel independen, makin baik
untuk model regresi yang dipergunakan. (Nisfianoor, 2009:92)
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di
dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel
independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi
dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres
terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
57
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10.
(Ghozali, 2013:105)
c. Uji Heterokedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai
sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan
observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama,
disebut terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak
sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi
yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.(Sunyoto,
2009:82)
Deteksi heteroskedastisitas:
Melihat grafik Plots antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen), yaitu ZPRED (sumbu X) dengan residualnya SRESID
(sumbu Y). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas atau teratur, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Nisfianoor,2009:92)
58
Uji statistik untuk mendeteksi heteroskedastisitas salah satunya
yaitu Uji Glesjer. Glesjer mengusulkan untuk meregresi nilai
absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003)
dengan persamaan regresi:
|Ut| = Xt + vt
Dimana:
|Ut| = Nilai residual absolut
Xt = Variabel bebas
Jika nilai dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak mengandung adanya Heterokedastisitas.(Ghozali, 2013:142)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t sebelumnya pada model regresi linier yang
dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi.(Nisfianoor, 2009:92)
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan
tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah
autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan
pengganggu periode t (berbeda) dan kesalahan pengganggu periode t-1
(sebelumnya).(Sunyoto, 2009:91)
59
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena “gangguan” pada seseorang individu /kelompok
cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang
sama pada periode berikutnya. (Ghozali, 2013:110)
1) Uji Durbin-Watson (DW Test)
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan
sebagai berikut:
Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW < -2.
Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan
+2 atau -2 < DW < +2.
Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW >
+2. (Sunyoto, 2009:92)
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r=0)
HA : ada autokorelasi (r≠0)
60
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi,
Positif atau negative
Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber :(Imam Ghozali, 2013:111)
Gambar 3.1 Statistik d Durbin-Watson
Tolak H0
Bukti
otokorelasi
positif
Daerah
meragukan
Terima H0 atau H0*
atau keduanya
Daerah
meragukanTolak H0
*
Bukti
otokorelasi
negatif
d44-dU 4-dLdUdL
0 Sumber: (Gujarati, 2006:122)
Legenda
H0: Tidak ada otokorelasi positif
H0*: Tidak ada otokorelasi negatif
2) Pengobatan Autokorelasi
Menurut Imam Ghozali (2013:121), jika regresi kita
memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya
antara lain:
a) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorellation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu pada variabel penting yang tidak
61
dimasukkan kedalam model ataudapat juga karena bentuk
fungsi persamaan regresi tidak benar.
b) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentransformsi model awal
menjadi model difference.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linier
berganda, analisis ini untuk meramalkan variable dependen jika variable
independen dinaikkan atau diturunkan. (Priyanto, 2013:47)
Menurut Suliyanto (2011:53), pada analaisis regresi berganda
bahwa variabel terikat dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas,
sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel
bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, ..., Xn = Variabel bebas (independent)
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua
atau lebih variabel bebas. Sehingga regresi linier berganda dapat dituliskan
sebagai berikut:
Keterangan:
Y = a+ bX1 + bX2 + ….. + bnXn + e
Y = f (X1, X2,…..,Xn)
62
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (Konstanta)
b Koefisien regresi untuk X1 X1 = Variabel bebas pertama
b2 = Koefisien regresi untuk X2 X2 = Variabel bebas kedua
bn = Koefisien regresi untuk Xn Xn = Variabel bebas ke-n
e = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan regresi linier
berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Pembiayaan Murabahah (P.MUR)
a = Intercept (Konstanta)
b = koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
X3 = Non Performing Financing (NPF)
X4 = Return on Assets (ROA)
e = Nilai Residu
3. Uji Statistik
a. Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan
atau tidak.(Priyanto, 2013:51)
P.MUR = a + bDPK + bSBIS+ bNPF + bROA+ e
63
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. (Ghozali, 2013:98)
Menurut Suliyanto (2011:45) Dalam tabel distribusi t
terdapat istilah one tail dan two tail. Penggunaan tabel one tail atau
two tail tergantung pada hipotesis yang diajukan. Jika hipotesis yang
diajukan sudah menunjukan arah, misalkan terdapat pengaruh positif,
maka menggunakan one tail sebelah kanan. Akan tetapi jika belum
menunjukan arah, misalnya terdapat pengaruh (tidak menunjukan
pengaruh positif atau negatif) maka menggunakan two tail. Jika
menggunakan one tail maka df: α, n-k, tetapi jika menggunakan two
tail maka derajat bebasnya adalah df: α/2, n-k. Keterangan: n = jumlah
pengamatan (ukuran sampel); dan k = jumlah variabel bebas dan
terikat.
Dalam menentukan pengujian hipotesis uji t adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis
Hipotesis 1
H0 : Tidak terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap
variabel dependent
Ha : Terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap
variabel dependent
64
Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap
variabel dependent
Ha : Terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap
variabel dependent
2. Kriteria Pengujian
Hipotesis 1
H0 tidak dapat ditolak jika:
t hitung ≥ -t tabel, atau
Sig. > 0,05
Ha diterima jika:
t hitung < -t tabel, atau
Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif.
Hipotesis 2
H0 tidak dapat ditolak jika:
t hitung ≤ t tabel, atau
Sig. > 0,05
Ha diterima jika:
t hitung > t tabel, atau
Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif. (Suliyanto, 2011:56)
b. Uji F
Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
65
variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau
tidak.(Priyanto, 2013:48)
Uji F statistik pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terkait.(Ghozali, 2013:98)
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA
(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau
5%). Jika nilai signifikasi > 0,05 maka H1ditolak, sebaliknya jika nilai
signifikasi < 0,05 maka H1diterima.
Selain itu, dapat juga dilihat dengan membandingkan nilai F
hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n-k).
Dimana: n = jumlah pengamatan (ukuran sampel), k = jumlah variabel
bebas dan terikat. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk
kriteria fit (cocok) (Suliyanto, 2011:62)
c. Adjusted R2
Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel
independen secara serentak terhadap variabel dependen.(Priyanto,
2013:56)
66
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model.(Ghozali, 2013:97)
E. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Tony Wijaya (2013:13) Variabel dapat disamakan dengan
sesuatu yang dapat digunakan untuk membedakan atau merubah nilai, sebagai
sinonim dari konstruk yang dinyatakan dengan nilai atau angka. Variabel juga
dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang memiliki bermacam nilai (Kerlinger).
67
Variabel berdasarkan hubungannya dapat dikelompokan menjadi beberapa
variabel yaitu:
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi
(stimulus) atau variabel yang nilainya tidak dipengaruhi oleh variabel
lain.Variabel independen (X) pada penelitian ini terdiri dari:
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)
Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,
dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,
rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain.
DPK = Giro + Tabungan + Deposito
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2)
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah. (Pasal 1 angka 4 PBI No.
10/11/PBI/2008 tentang SBIS). SBIS merupakan dana yang
ditempatkan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada
Bank Indonesia.
c. Non Performing Financing (NPF) (X3)
Non Performing Financing (NPF) adalah Kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet.
NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan x 100%
68
d. Return on Assets (ROA) (X4)
Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan
efisiensi secara keseluruhan.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi (respon) atau
variabel yang nilainya tergantung oleh perubahan variabel lain. Variabel
dependen (Y) pada penelitian ini adalah Pembiayaan Murabahah.
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli.
Definisi operasional mengacu pada makna serta pengukuran dari
variabel (karakteristik yang melekat dari sebuah variabel, bisa formatif atau
reflesif). Definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu
yang digunakan untuk mengoperasionalkan konstruk sehingga memungkinkan
bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang
sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik.
Definisi operasional berkaitan dengan penyusunan alat ukur atau skala
penelitian.(Wijaya, 2013:14)
ROA = Laba Sebelum Pajak
Total Asset
69
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Skala
Pembiayaan
Murabahah
(Y)
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Rasio
(Rp)
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
(X1)
Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari
masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito.
Rasio
(Rp)
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS) (X2)
SBIS merupakan bukti penitipan dana BUS dan UUS
pada Bank Indonesia. SBIS adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam mata uang rupiah.
Rasio
(Rp)
Non
Performing
Financing
(NPF) (X3)
Rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan
bermasalah terhadap total pembiayaan yang
diberikan oleh bank.
Rasio (%)
Return on
Assets (ROA)
(X4)
Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam
memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan.
Rasio (%)
Sumber: Peneliti
70
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak
terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya,
perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode
1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2009, jumlah
bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 31 unit, yaitu 6 Bank
Umum Syariah dan 25 Unit Usaa Syariah.
Perkembangan BUS dan UUS hingga akhir tahun 2014 terus
menampakan angka yang signifikan. Tercatat ada 46 unit bank syariah yaitu
12 Bank Umum Syariah dan 34 Unit Usaha Syariah yang dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Daftar Bank Umum Syariah – Desember 2014
Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 Bank BRIsyariah
4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
5 Bank BNI Syariah
6 Bank Syariah Mandiri
7 Bank Syariah Mega Indonesia
8 Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah – Desember 2014
71
Tabel 4.2 Daftar Unit Usaha Syariah – Desember 2014
Unit Usaha Syariah
1 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
2 PT Bank Permata Tbk
3 PT Bank Internasional Indonesia Tbk
4 PT Bank Cimb Niaga, Tbk
5 PT Bank OCBC Nisp, Tbk
6 PT BPD DkI
7 BPD Yogyakarta
8 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
9 PT BPD Jawa Timur
10 PT BPD Jambi
11 PT Bank Bpd Aceh
12 PT Bpd Sumatera Utara
13 BPD Sumatera Barat
14 PT Bank Pembangunan Daerah Riau
15 PT BPD Sumatera Selatan Dan Bangka Belitung
16 PT BPD Kalimantan Selatan
17 PT BPD Kalimantan Barat
18 BPD Kalimantan Timur
19 PT BPD Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat
20 PT BPD Nusa Tenggara Barat
21 PT Bank Sinarmas
22 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Sumber: Statistik Perbankan Syariah – Desember 2014
Jumlah kantor untuk Bank Umum Syariah hingga akhir tahun 2014
tercatat ada sebanyak 2.151 yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan
untuk jumlah kantor Unit Usaha Syariah yang tercatat hingga akhir tahun
2014 adalah sebanyak 320 kantor.
Peningkatan jumlah BUS dan UUS serta jaringan kantor tersebut
menunjukan perkembangan yang pesat pada industri perbankan syariah serta
mencerminkan besarnya peningkatan minat masyarakat terhadap jasa
perbankan syariah.
72
2. Profil BUS dan UUS
a. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp
84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
73
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu
Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara
tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba
berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana
seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para
pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber
daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong
hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa
percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama
kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan
74
menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan
serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada
tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan
rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun
2004 dan seterusnya.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3
juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.
Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor
Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant
debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah
membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk
meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan
dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga
layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu
Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip
pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya
diseluruh merchant berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah,
bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan
yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan
aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut
diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan
internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi
75
yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang
diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh
Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial
Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta
sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha
South East Asia (Hong Kong).
(http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat)
b. BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)
dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan
prinsip syariah.
76
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti
logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan
masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah
yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi
warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih
sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank
BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak
Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam
produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
77
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang
berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan
konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
(http://brisyariah.co.id/?q=sejarah)
c. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,
telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap
seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam
kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-
bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
78
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan
usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal
8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
79
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
(http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/)
d. Unit Usaha Syariah Bank Permata
PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama
yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama
disisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile
Banking. PermataBank memiliki visi menjadi Pelopor dalam memberikan
solusi finansial yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 58 kota di
Indonesia, per September 2013 tercatat PermataBank memiliki 304 cabang
(14 Cabang Syariah & 290 Cabang Konvensional), 20 Cabang Bergerak
(Mobile Branch), tiga Payment Point, 879 ATM dengan akses di lebih dari
50.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama
80
dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan
jaringan Visa, Mastercard, Cirrus.
Sejalan dengan pertumbuhan bisnis Unit Usaha Syariah (UUS)
PermataBank (“PermataBank Syariah”), keberadaan kantor cabang yang
lebih modern dan berkonsep keluarga untuk lebih mendekatkan diri
dengan nasabah menjadi hal yang utama. Untuk itu PermataBank Syariah
memperluas jaringan Kantor Cabang Pembantu Syariahnya (KCPS) ke 15
di Jakarta dengan beralamat di Soepomo Office Park, Jalan Prof. Dr.
Supomo SH No. 143D Tebet Barat - Jakarta Selatan
Seiring dengan penambahan jumlah nasabah yang signifikan
beberapa tahun terakhir ini keberadaan KCPS Soepomo Office Park ini
akan semakin memudahkan nasabah bertransaksi dengan PermataBank
Syariah, utamanya yang berada di area Tebet dan sekitarnya.
Pengembangan jaringan cabang ini tidak lepas dari kinerja
PermataBank Syariah yang mengesankan selama beberapa tahun terakhir.
Per 30 September 2013, laba PermataBank Syariah tercatat Rp 426,082
miliar atau meningkat hingga 142% year-on-year (yoy) dibanding laba
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 176,290 miliar.
(https://www.permatabank.com/TentangKami/BeritaDanKegiatan/Berita/P
ermataBank-Syariah-Buka-Cab--Soepomo/#.VoFkwUCajIU)
3. Perkembangan Data Variabel
Variabel-variabel yang menjadi batasan-batasan dalam penelitian ini
adalah: Pembiayaan Murabahah, DPK, SBIS, NPF dan ROA. Variabel-
81
variabel tersebut diambil dalam periode bulanan mulai dari Januari 2009
hingga Desember 2014.
a. Pembiayaan Murabahah
Tabel 4.3 Pembiayaan Murabahah
TAHUN RATA-RATA PEMBIAYAAN
MURABAHAH (Dalam Jutaan Rupiah)
2009 3.538.279
2010 5.057.542
2011 7.884.032
2012 11.420.526
2013 15.620.517
2014 16.591.748
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Gambar 4.1 Pembiayaan Murabahah
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.1, terlihat bahwa variabel
pembiayaan murabahah dari tahun 2009 hingga 2014 mengalami kenaikan
yang cukup signifikan setiap tahunnya. Tingginya nilai variabel
pembiayaan murabahah membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap
pembiayaan berbasis syariah juga semakin meningkat setiap tahunnya.
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
RATA-RATA PEMBIAYAAN MURABAHAH (Dalam Jutaan Rupiah)
82
b. Dana Pihak Ketiga
Tabel 4.4 Dana Pihak Ketiga
TAHUN RATA-RATA DPK (Dalam
Jutaan Rupiah)
2009 7.831.066
2010 11.031.820
2011 17.356.034
2012 22.907.710
2013 29.823.408
2014 33.129.677
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Gambar 4.2 Dana Pihak Ketiga
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2, terlihat bahwa rata-rata
variabel Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh BMI, BRI Syariah, BSM
dan UUS Bank Permata dari tahun 2009 hingga 2014 mengalami kenaikan
yang cukup tinggi. Dari awal tahun 2009 rata-rata jumlah DPK untuk
keempat bank tersebut tercatat sebesar Rp7.831.066 juta lalu pada akhir
tahun 2014 rata-rata DPK tercatat sebesar Rp33.129.677 juta.
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
RATA-RATA DPK (Dalam Jutaan Rupiah)
83
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Tabel 4.5 SBIS
TAHUN RATA-RATA SBIS (Dalam
Jutaan Rupiah)
2009 937.750
2010 996.250
2011 1.852.244
2012 2.291.444
2013 2.687.596
2014 3.452.127
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Gambar 4.3 SBIS
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.3, terlihat bahwa rata-rata
variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang ditempatkan oleh BMI,
BRI Syariah, BSM dan UUS Bank Permata dari tahun 2009 hingga 2014
juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dari awal tahun 2009 rata-
rata jumlah SBIS untuk keempat bank tersebut tercatat sebesar Rp937.750
juta lalu pada akhir tahun 2014 rata-rata SBIS tercatat sebesar
Rp3.452.127 juta.
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
RATA-RATA SBIS (Dalam Jutaan Rupiah)
84
d. Non Performing Financing
Tabel 4.6 Non Performing Financing
TAHUN RATA-RATA NPF
(Dalam %)
2009 5,53
2010 3,98
2011 2,99
2012 2,33
2013 2,27
2014 4,03
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Gambar 4.4 Non Performing Financing
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.4, terlihat bahwa rata-rata
variabel Non Performing Financing BMI, BRI Syariah, BSM dan UUS
Bank Permata dari tahun 2009 hingga 2014 berfluktuasi. Awal tahun 2009,
NPF keempat bank tersebut memiliki rata-rata yang cukup tinggi yaitu
mencapai 5,53% dan diikuti penurunan nilai NPF hingga tahun 2013
menyentuh nilai 2,27% dan kembali mengalami kenaikan yang cukup
drastis sepanjang tahun 2014 yang memiliki nilai rata-rata NPF sebesar
4,03%.
5.53
3.98
2.99
2.33 2.27
4.03
0
1
2
3
4
5
6
2009 2010 2011 2012 2013 2014
RATA-RATA NPF (Dalam %)
85
e. Return on Assets
Tabel 4.7 Return on Assets
TAHUN RATA-RATA ROA (Dalam %)
2009 1,76
2010 1,58
2011 1,48
2012 1,65
2013 1,55
2014 0,73
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Gambar 4.5 Return on Assets
Sumber: BMI, BRI Syariah, BSM, UUS Bank Permata (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.5, terlihat bahwa rata-rata
variabel Return on Assets BMI, BRI Syariah, BSM dan UUS Bank
Permata dari tahun 2009 hingga 2014 berfluktuasi. Awal tahun 2009, ROA
keempat bank tersebut memiliki rata-rata yang cukup tinggi yaitu
mencapai 1,76% dan diikuti penurunan nilai ROA hingga tahun 2011
menyentuh nilai 1,48% dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2012
menjadi 1,65%. Namum pada tahun 2014, rata-rata ROA keempat bank
tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis selama 6 tahun periode
penelitian yaitu sebesar 0,73%.
1.761.58
1.481.65
1.55
0.73
0
0.5
1
1.5
2
2009 2010 2011 2012 2013 2014
RATA-RATA ROA (Dalam %)
86
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (DPK, SBIS, NPF
dan ROA) dan data variabel terikat (Pembiayaan Murabahah) pada
persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika
mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi
mendekati normal atau normal sama sekali.
Dalam penelitian ini, cara mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Gambar 4.6 Grafik Histogram
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat bahwa grafik histogram
menyerupai bentuk bel, lonceng atau genta, maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
87
Uji grafik selanjutnya untuk pengujian normalitas yaitu
dengan melihat Grafik Normal P-P Plot.
Gambar 4.7 Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat bahwa data (titik-titik)
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
Dengan melihat tampilan Grafik Histogram maupun Grafik
Normal P-P Plot, maka dapat disimpulkan bahwa kedua grafik tersebut
menggambarkan keadaan data yang berdistribusi normal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model data penelitian ini bebas masalah
asumsi klasik normalitas.
2) Uji Statistik
Untuk mendukung bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji normalitas secara
statistik yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
88
Tabel 4.8 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean 0.E-7
Std. Deviation ,25799465
Most Extreme Differences
Absolute ,093
Positive ,057
Negative -,093
Kolmogorov-Smirnov Z ,911
Asymp. Sig. (2-tailed) ,378
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji Kolmogorov-Smirnov,
terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,378 atau lebih
besar dari 0,05 (Sig. > α). Hal tersebut berarti nilai residualnya
terdistribusi secara normal.
Dapat disimpulkan dari analisis grafik maupun uji statistik
bahwa model regresi bebas dari masalah normalitas atau dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam
model regresi dapat dilihat pada nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF).
89
Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
LN_DPK ,363 2,754
LN_SBIS ,362 2,765
LN_NPF ,945 1,058
LN_ROA ,913 1,096
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan output Coefficients yang terlihat pada Tabel 4.8, nilai
Tolerance variabel LN_DPK = 0,363, LN_SBIS = 0,362, LN_NPF =
0,954 dan LN_ROA = 0,913. Sedangkan nilai VIF variabel LN_DPK =
2,754, LN_SBIS = 2,765, LN_NPF = 1,058 dan LN_ROA = 1,096. Karena
nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak
terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian
ini menggunakan analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot.
90
Gambar 4.8 Grafik Scatterplot
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tampilan grafik Scatterplot yang tertera pada
Gambar 4.8 bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
2) Uji Statistik
Selain melihat grafik Scatterplot, uji heteroskedastisitas juga
dapat dilakukan secara statistik. Ada beberapa uji statistik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas seperti
Uji Park, Uji Glesjer maupun Uji White. Dalam penelitian ini, untuk
pengujian gejala heteroskedastisitas yaitu menggunakan Uji Glesjer.
91
Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glesjer
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,205 ,201 1,020 ,310
LN_DPK -,031 ,020 -,262 -1,561 ,122
LN_SBIS ,035 ,019 ,305 1,811 ,073
LN_NPF ,019 ,022 ,091 ,871 ,386
LN_ROA ,022 ,017 ,135 1,269 ,208
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan output Coefficients dalam Tabel 4.10, terlihat
bahwa Nilai Sig. variabel bebasnya jika diuraikan adalah LN_DPK =
0,122, LN_SBIS = 0,073, LN_NPF = 0,386 dan LN_ROA = 0,208.
Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak
ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES).
Maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (Sig. > α).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t sebelumnya pada model regresi linier yang dipergunakan. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada penelitian ini peneliti
menggunakan Uji Durbin-Watson (DW Test).
92
Tabel 4.11 Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,972a ,944 ,942 ,26360 ,299
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
b. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan output SPSS Tabel 4.12, terlihat bahwa nilai Durbin-
Watson sebesar 0,299. Jika kita bandingkan dengan tabel Durbin-Watson
dengan jumlah observasi (n) = 96 dan jumlah variabel independen 4 (k=4)
diperoleh nilai tabel dL (Lower) = 1,5821 dan dU (Upper) = 1,7553. Oleh
karena nilai DW = 0,299 berada di bawah dL = 1,5821, maka dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai Standard Error (SE)
dan t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan.
Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai yang diestimasi dengan
beberapa cara seperti di bawah ini:
a. Nilai diestimasi dengan Durbin-Watson (d)
= 1 - 𝑑
2 = 1 - (
0,299
2) = 0,8505
b. Nilai diestimasi dengan Theil-Nagar (d)
= 𝑛2(1−
𝑑
2)+ 𝑘2
𝑛2− 𝑘2 = 962(1−
0,299
2)+ 42
962− 42 = 0,8537
c. The Cochrane-Orcutt Two-Step Procedures
93
Langkah Iterasi Pertama:
1. Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah Transform
dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada
kotak Numeric Expression Lag(Res_1).
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu
Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel
Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 (Lag
satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK. Dari persamaan
regresi tersebut didapatkan nilai pada Cochrane-Orcutt Step 1.
Tabel 4.12 Estimasi Iterasi Pertama
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,001 ,014 -,049 ,961
Ut_1 ,855 ,056 ,844 15,171 ,000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS yang tertera pada Tabel 4.13,
diperoleh nilai pada iterasi pertama sebesar 0,855 (yaitu koefisien
variabel Ut_1)
Langkah Iterasi Kedua:
Nilai = 0,855 yang diperoleh dari iterasi pertama digunakan untuk
mengestimasi model general difference equation. Lalu lakukan regresi
dengan model general difference equation untuk mendapatan nilai 2,
3, 4, dan 5.
94
Tabel 4.13 Langkah Estimasi Iterasi Kedua
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,415 ,053 7,795 ,000
pLN_DPK ,807 ,025 ,995 31,994 ,000
pLN_SBIS -,034 ,017 -,055 -1,926 ,057
pLN_NPF ,032 ,043 ,018 ,750 ,455
pLN_ROA -,016 ,017 -,024 -,902 ,369
a. Dependent Variable: pLN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
Hasil output SPSS Tabel 4.14 memberikan nilai 2 = 0,807, 3
= -0,034, 4 = 0,032, 5 = -0,016 sedangkan nilai 1 = 1(1-) = (-
0,001).*(1-0,855)= -0,000145.
Setelah mendapatkan nilai Ut, buat variabel Lag satu Ut
(Lag_Ut). Lalu lakukan regresi dengan mengisikan Ut pada kotak
dependen dan Lag_Ut pada kotak independen pada SPSS.
Tabel 4.14 Estimasi Iterasi Kedua
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,048 ,105 ,461 ,646
LagUt ,981 ,036 ,943 27,446 ,000
a. Dependent Variable: Ut
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS Tabel 4.15, diperoleh nilai =
0.981 pada iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas
95
diperoleh menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.15 Hasil Estimasi
Metode Nilai
Durbin-Watson d 0,8505
Theil-Nagar d 0,8537
Cochrane-Orcutt Step 1 0,855
Cochrane-Orcutt Step 2 0,981
Sumber : Data Diolah
Tabel 4.16 menampilkan estimasi dari masing-masing
metode. Untuk itu peneliti memilih metode Cochrane-Orcutt Step 2
untuk mentransformasikan persamaan regresi.
Tabel 4.16 Hasil Durbin-Watson Pengobatan Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,979a ,958 ,956 ,10853 2,012
a. Predictors: (Constant), LN_ROAIt@, LN_NPFIt@, LN_SBISIt@, LN_DPKIt@
b. Dependent Variable: LN_PMURIt@
Sumber: Hasil Output SPSS
Hasil regresi persamaan asli dengan sebelum ada
transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat
dibandingkan (comparable). Hanya bedanya terletak pada nilai
Durbin-Watson. Pada persamaan asli nilai DW sebesar 0,299 dan
terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan persamaan regresi
transformasi nilai Durbin-Watson sebesar 2,012 yang berarti tidak ada
lagi masalah autokorelasi.
96
Gambar 4.9 Hasil Uji Durbin-Watson
Tolak H0
Bukti
otokorelasi
positif
Daerah
meragukan
Terima H0 atau H0*
atau keduanya
Daerah
meragukanTolak H0
*
Bukti
otokorelasi
negatif
d44-dU 4-dLdUdL
0
2,2447 2,41791,75531,58212,012
Sumber : Data Diolah
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.17 Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1,368 ,372 3,675 ,000
LN_DPK ,912 ,037 1,014 24,662 ,000 ,363 2,754
LN_SBIS -,064 ,036 -,073 -1,773 ,080 ,362 2,765
LN_NPF ,255 ,041 ,158 6,209 ,000 ,945 1,058
LN_ROA ,005 ,032 ,004 ,145 ,885 ,913 1,096
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.18, maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
LN_Y = 1,368 + 0,912LN_X1 + 0,255LN_X3
Keterangan:
LN_Y = Logaritma Natural Pembiayaan Murabahah
LN_X1 = Logaritma Natural Dana Pihak Ketiga (DPK)
LN_X3 = Logaritma Natural Non Performing Financing (NPF)
Bedasarkan hasil persamaan regresi tersebut, maka dapat
diinterpretasikan:
97
1) Konstanta = 1,368
Apabila DPK, SBIS, NPF, dan ROA bernilai 0, maka nilai Pembiayaan
Murabahah adalah sebesar 1,368%.
2) Koefisien b1= 0,912
Artinya setiap kenaikan DPK sebesar 1% maka Pembiayaan
Murabahah mengalami kenaikan sebesar 0,912%, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
3) Koefisien b3= 0,255
Artinya setiap kenaikan NPF sebesar 1% maka Pembiayaan Murabahah
mengalami kenaikan sebesar 0,255%, dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
3. Uji Statistik
a. Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen (DPK, SBIS,
NPF dan ROA) secara parsial terhadap variabel dependen (Pembiayaan
Murabahah) yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 apakah pengaruhnya
signifikan atau tidak.
Diketahui: t tabel = df: α, n-k
= df: 5%, (96-5)
= t0,05 df=91
= 1,66177
98
Tabel 4.18 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,368 ,372 3,675 ,000
LN_DPK ,912 ,037 1,014 24,662 ,000
LN_SBIS -,064 ,036 -,073 -1,773 ,080
LN_NPF ,255 ,041 ,158 6,209 ,000
LN_ROA ,005 ,032 ,004 ,145 ,885
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil uji t yang tertera pada Tabel 4.19:
1) Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Murabahah
Variabel DPK secara statistik menunjukan hasil yang signifikan, hal
tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_DPK
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung LN_DPK > t
tabel (24,662 > 1,66177). Maka Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif
terhadap Pembiayaan Murabahah.
2) Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Pembiayaan Murabahah
Variabel SBIS secara statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan,
hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_SBIS
lebih besar dari α (0,080 > 0,05) dengan nilai t hitung LN_SBIS < nilai
t tabel (-1,773 < 1,66177). Maka H0 tidak dapat ditolak sehingga dapat
99
disimpulkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
3) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Murabahah
Variabel NPF secara statistik menunjukan hasil yang signifikan, hal
tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_NPF
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05), sedangkan nilai t hitung > t tabel
(6,209 > 1,66177). Maka Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif terhadap
Pembiayaan Murabahah.
4) Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan
Murabahah
Variabel ROA secara statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan,
hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_ROA
lebih besar dari α (0,885 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung ROA < t
tabel (0,145 < 1,66177). Maka Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah.
b. Uji F
Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk
mengetahui pengaruh variabel DPK, SBIS, NPF dan ROA secara serentak
terhadap variabel Pembiayaan Murabahah, apakah pengaruhnya signifikan
atau tidak.
100
Dengan Ftabel = df:α, (k-1), (n-k)
= df0,05, (5-1), (96-5)
= df0,05, (4), (91)
= 2,47
Tabel 4.19 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 106,992 4 26,748 384,936 ,000b
Residual 6,323 91 ,069
Total 113,316 95
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
b. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.20 di atas, nilai Fhitung sebesar 384,936 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat Sig. lebih kecil dari α (0,000 <
0,05) dan nilai Fhitung > Ftabel (384,936 > 2,47), maka dapat disimpulkan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Return on Assets (ROA)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
c. Adjusted R2
Tabel 4.20 Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,972a ,944 ,942 ,26360
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
b. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Sumber: Hasil Output SPSS
101
Berdasarkan Tabel 4.21, besarnya angka Adjusted R Square adalah
0,942 atau sebesar 94,2%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non
Performing Financing (NPF) dan Return on Assets (ROA) terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia adalah sebesar 94,2%, sedangkan sisanya 5,8%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
model regresi penelitian ini.
C. Interpretasi
Berdasarkan Tabel 4.19, interpretasi penulis terhadap hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah
Variabel DPK mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan t hitung
> t tabel (24,662 > 1,66177). Hal ini berarti menerima Ha dan menolak H0
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan
positif terhadap Pembiayaan Murabahah. Hasil penelitian ini didukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mustika Rimadhani dan Osni Erza (2011),
Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011), M. Luthfi Qolby (2013), serta
Lifstin Wardiantika dan Rohmawati K (2014) yang menyatakan bahwa Dana
Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap Pembiayaan Murabahah.
Semakin besar Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia, akan
102
semkain besar pula kemungkinan BUS dan UUS untuk memutar DPK untuk
kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah. Hal tersebut
dikarenakan salah satu tujuan bank adalah mendapatkan profit, sehingga bank
tidak akan membiarkan dana yang dihimpun begitu saja. Bank cenderung
akan menyalurkan dananya semaksimal mungkin guna memperoleh
keuntungan yang maksimal pula.
2. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Pembiayaan Murabahah
Variabel SBIS secara statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan,
hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_SBIS lebih
besar dari α (0,080 > 0,05) dengan nilai t hitung LN_SBIS < nilai t tabel (-
1,773 < 1,66177). Maka H0 tidak dapat ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan Murabahah. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lifstin Wardiantika dan Rohmawati K (2014) yang
menyatakan bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia atau yang sekarang
disebut SBIS tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah. SBIS yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia menggunakan akad ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas
pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Meskipun
imbalan yang diberikan Bank Indonesia atas dana SBIS cukup tinggi, namun
103
permintaan masyarakat akan pembiayaan murabahah juga tetap ada.
Sehingga besar kecilnya dana yang ditempatkan oleh BUS maupun UUS pada
Bank Indonesia menggunakan instrumen SBIS, tidak akan mempengaruhi
penyaluran dana yang diberikan kepada masyarakat dalam bentuk
Pembiayaan Murabahah.
3. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Murabahah
Variabel NPF secara statistik menunjukan hasil yang signifikan, hal
tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_NPF lebih kecil
dari α (0,000 < 0,05), sedangkan nilai t hitung > t tabel (6,209 > 1,66177).
Maka disimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
positif terhadap Pembiayaan Murabahah.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Endang Nurjaya (2011:138) yang menyatakan bahwa NPF mempunyai
hubungan signifikan positif. Diduga bahwa NPF bank syariah relatif kecil
dibandingkan dengan bank konvensional sehingga bukan merupakan
pertimbangan utama dalam hal penyaluran pembiayaan, karena sebelumnya
bank syariah menyeleksi para nasabahnya dengan prinsip kehati-hatian. Selain
itu, apabila NPF atau pembiayaan bermasalahnya meningkat menunjukkan
bahwa pembiayaan murabahah juga meningkat yang disebabkan karena
pembiayaan yang sudah ada ditangan nasabah menjadi tanggungjawab
nasabah tersebut dalam hal pengembalian.
104
4. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah
Variabel ROA secara statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan,
hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk LN_ROA lebih
besar dari α (0,885 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung ROA < t tabel (0,145 <
1,66177). Maka Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Return on
Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuri
Arianti dan Harjum Muharam (2011), serta Anastasya Sri, Ratna Anggraini,
Etty G. dan Nuramalia Hasanah (2013) yang menyatakan bahwa Return on
Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah. ROA
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Dalam hal ini ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah
karena dalam menyalurkan pembiayaan murabahah, bank lebih
mengutamakan dana yang diperoleh dari penghimpunan dana pihak ketiga
untuk dapat disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan,
sehingga besar kecilnya nilai ROA tidak mempengaruhi keputusan bank
syariah dalam hal penyaluran pembiayaan murabahah.
105
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis serta pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian secara parsial:
a) DPK berpengaruh positif terhadap Pembiayaan Murabahah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mustika Rimadhani dan Osni Erza (2011),
Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011), M. Luthfi Qolby (2013),
serta Lifstin Wardiantika dan Rohmawati K (2014). Semakin besar DPK
yang dihimpun, akan semkain besar pula kemungkinan untuk memutar
DPK untuk kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
murabahah.
b) SBIS tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Lifstin Wardiantika dan Rohmawati K (2014).
Besar kecilnya dana yang ditempatkan oleh BUS maupun UUS pada
Bank Indonesia menggunakan instrumen SBIS, tidak akan
mempengaruhi penyaluran dana yang diberikan kepada masyarakat
dalam bentuk Pembiayaan Murabahah.
c) NPF berpengaruh positif terhadap Pembiayaan Murabahah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Endang Nurjaya (2011). NPF bank syariah
relatif kecil dibandingkan dengan bank konvensional sehingga bukan
106
merupakan pertimbangan utama dalam hal penyaluran pembiayaan,
karena sebelumnya bank syariah menyeleksi para nasabahnya dengan
prinsip kehati-hatian.
d) ROA tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011),
serta Anastasya Sri, Ratna Anggraini, Etty G. dan Nuramalia Hasanah
(2013), karena dalam menyalurkan pembiayaan murabahah, bank lebih
mengutamakan dana yang diperoleh dari penghimpunan dana pihak
ketiga untuk dapat disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan, sehingga besar kecilnya nilai ROA tidak mempengaruhi
keputusan bank syariah dalam hal penyaluran pembiayaan murabahah.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non
Performing Financing (NPF) dan Return on Assets (ROA) secara bersama-
sama berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah.
3. Hasil Adj. R2 sebesar 0,942 menunjukan bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing
(NPF) dan Return on Assets (ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia adalah sebesar
94,2%, sedangkan sisanya 5,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan kedalam model regresi penelitian ini.
107
B. Implikasi
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, terdapat
beberapa implikasi, antara lain:
1. Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Return on Assets
(ROA) berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah dengan kontribusi
yang berbeda-beda, beberapa implikasi bagi BUS dan UUS antara lain:
a. Memprioritaskan penghimpunan DPK, karena besar kecilnya simpanan
nasabah akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi
pendanaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Besar kecilnya kondisi pendanaan tersebut juga akan mempengaruhi
kondisi penyaluran pembiayaan murabahah pada BUS dan UUS.
Semakin besar dana yang dihimpun BUS dan UUS, semakin besar pula
pembiayaan murabahah yang akan disalurkan.
b. Untuk meningkatkan pembiayaan murabahah pada BUS dan UUS, maka
hendaknya membuat kebijakan yang tidak menjadikan SBIS sebagai
orientasi dari BUS dan UUS yang mengalami kelebihan likuiditas.
c. Untuk lebih meningkatkan aspek kehati-hatian dalam pertimbangan
penyaluran pembiayaan murabahah sehingga NPF bank syariah bisa
ditekan dan tidak menyebabkan kerugian atas tidak terbayarnya
pembiayaan yang diberikan.
108
d. ROA merupakan salah satu faktor yang mendukung penyaluran
pembiayaan murabahah pada BUS dan UUS. Semakin tinggi ROA maka
semakin besar pula pembiayaan murabahah yang dapat disalurkan. Hal
ini dikarenakan semakin tinggi tingkat ROA, maka semakin besar
keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan assetnya, dan keuntungan
tersebut dapat disalurkan untuk menambahkan penyaluran pembiayaan
murabahah. BUS dan UUS hendaknya memiliki manajemen rentabilitas
yang baik, agar tingkat ROA terus meningkat untuk kedepannya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan
syariah serta dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan
pengetahuan, khususnya tentang penyaluran pembiayaan murabahah. Untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel-variabel
yang tidak terdapat dalam penelitian ini seperti inflasi, PDB, BI-rate, Capital
Adequacy Ratio, Return on Equity, Financing to Deposit Ratio, Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan lainnya.
109
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/lembaga/Contents/Default.aspx
(accessed Juli 28, 2015).
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx (accessed Juli 28,
2015).
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7755&coid=2&caid=30&gid=3
(accessed Juli 28, 2015).
http://www.ojk.go.id (accessed Juli 28, 2015).
http://www.ojk.go.id/pedia (accessed Juli 28, 2015).
http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Perbankan2001/Lampiran14-
PedomanPerhitunganRasioKeuangan.PDF (accessed December 12,
2015).
Abdul-Khaliq, Shatha. "Comparison study of Murabaha and Istisnaa in Islamic
banking in Jordan." INTERDISCIPLINARY JOURNAL OF
CONTEMPORARY RESEARCH IN BUSINESS, 2014: VOL 5, NO 9 pp.
603-612.
Anshori, Muslich, and Sri Iswati. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Arianti, Wuri, and Harjum Muharam. "Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequancy Ratio (CAR), Non Performing Finance
(NPF), dan Return On Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah." Universitas Diponegoro, 2011.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Tangerang: Azkia
Publisher, 2009.
Arthesa, Ade, and Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia, 2006.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
110
Gujarati, Damodar N. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2006.
Hasan, Zubairi. Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam
dan Hukum Nasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.
Ihsan, Dwi Nur'aini. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN PRESS,
2014.
Ismail. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,
2011.
Karim. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007.
Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: EKONISIA, 2010.
Nisfianoor, Muhammad. Pendekatan Skatistika Modern untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Nurjaya, Endang. "Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia
(Periode Januari:2007-Maret:2011) ." Skripsi, 2011: 138.
Prastanto. "Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank
Umum Syariah di Indonesia." Accounting Analysis Journal, 2013: Vol 2
No 1.
Priyanto, Duwi. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS.
Yogyakarta: Gava Media, 2013.
Qolby, Muhammad Luthfi. "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007 - 2013." Economics
Development Analysis Journal, 2013: Vol 2 No 4.
Rabab'ah, Mwafag. "Factors Affecting the Bank Credit: An Empirical Study on
the Jordanian Commercial Banks." International Journal of Economics
and Finance, 2015: 166-178 Vol. 7, No. 5.
Rimadhani, Mustika, and Osni Erza. "Analisis Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri
Periode 2008.01-2011.12." Media Ekonomi, 2011: Vol 19 No 1.
Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal, and Ferrie N Idroes. Bank and
Financial Institution Management . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007.
111
Salman, Kautsar Riza. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.
Jakarta: Akademia Permata, 2014.
Shofawati, Atina. "Murabahah Financing in Islamic Banking: Case Study in
Indonesia." Proceedings of 5th Asia-Pacific Business Research
Conference, 2014: 1-18.
Sri, Anastasya, Ratna Anggraini, Etty Gurendrawati, and Nuramalia Hasanah.
"The Influence of Third-Party Funds, Car, Npf and Roa Against The
Financing of A General Sharia-Based Bank in Indonesia." The 2013
IBEA, International Conference on Business, Economics, and
Accounting, 2013.
Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA,
2008.
Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi
dan Praktis. Jakarta Barat: PT Indeks, 2009.
Suharyadi, Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
ANDI, 2011.
Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2009.
Wahyuni, Sri, and Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.
Wijaya, Tony. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis; Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Wirdiantika, Lifstin, and Rohmawati Kusumaningtias. "Pengaruh DPK, CAR,
NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum
Syariah Tahun 2008 - 2012." Jurnal Ilmu Manajemen, 2014: Vol 2 No 4.
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/lembaga/Contents/Default.aspx(Diakses
Juli 28, 2015).
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx(Diakses Juli 28,
2015).
112
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7755&coid=2&caid=30&gid=3
(Diakses Juli 28, 2015).
http://www.ojk.go.id (Diakses Juli 28, 2015).
http://www.ojk.go.id/pedia (Diakses Juli 28, 2015).
http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Perbankan2001/Lampiran14-Ped
omanPerhitunganRasioKeuangan.PDF (Diakses December 12, 2015).
http://www.bankmuamalat.co.id/
http://brisyariah.co.id/
http://www.syariahmandiri.co.id/
https://www.permatabank.com/
113
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian, Januari 2009-Desember 2014
BANK TAHUN TRIWULAN
PEMBIAYAAN
MURABAHAH
(Dalam Jutaan
Rupiah)
DPK
(Dalam
Jutaan
Rupiah)
SBIS
(Dalam
Jutaan
Rupiah)
NPF
(%)
ROA
(%)
BANK MUAMALAT INDONESIA
2009
I 4.610.212 10.824.597 530.000 6,41 2,76
II 4.546.191 12.379.938 1.570.000 3,95 1,83
III 4.437.767 12.177.743 1.357.000 8,86 0,53
IV 4.527.064 13.353.849 2.348.000 4,73 0,45
2010
I 4.896.986 12.020.256 513.000 6,59 1,48
II 5.305.388 12.354.924 170.000 4,72 1,07
III 5.708.687 13.856.508 1.070.000 4,20 0,81
IV 6.548.651 18.574.217 2.497.000 4,32 1,36
2011
I 7.643.452 18.536.626 1.055.000 4,71 1,38
II 8.939.604 20.690.422 1.073.000 4,32 1,74
III 9.496.805 22.493.490 1.345.000 4,53 1,55
IV 10.196.681 29.126.650 5.988.000 2,60 1,52
2012
I 10.316.850 27.511.865 2.514.000 2,83 1,51
II 12.011.215 28.229.124 1.744.529 2,73 1,61
III 13.416.783 30.793.835 2.142.645 2,21 1,62
IV 16.324.705 39.422.307 5.300.000 2,09 1,54
2013
I 17.727.126 40.056.618 4.768.000 2,02 1,72
II 18.586.498 41.002.489 2.360.000 2,28 1,69
III 19.054.924 43.531.102 2.248.000 2,17 1,68
IV 19.907.340 45.022.178 2.850.000 1,35 0,50
2014
I 20.169.529 44.580.901 2.003.000 2,11 1,44
II 20.970.591 48.823.261 2.393.701 3,30 1,03
III 21.206.336 50.268.112 2.099.701 5,96 0,10
IV 20.611.224 53.496.985 6.029.701 6,43 0,17
BRI SYARIAH
2009
I 719.955 595.622 423.000 8,46 3,11
II 929.353 721.645 285.500 6,82 2,14
III 1.247.892 1.529.565 384.500 4,01 1,89
IV 1.688.033 2.151.086 25.000 3,20 0,53
2010
I 2.030.526 3.015.398 215.000 3,48 1,12
II 2.686.998 3.674.356 50.000 3,39 0,97
III 3.174.261 4.861.164 75.000 3,37 0,24
IV 3.415.608 5.762.952 200.000 3,19 0,35
2011 I 3.603.395 5.960.427 200.000 2,43 0,23
II 3.879.567 6.577.958 400.000 3,40 0,20
III 4.401.867 8.370.114 325.000 2,80 0,40
114
IV 5.369.344 9.906.412 400.000 2,77 0,20
2012
I 5.707.241 8.899.482 400.000 3,31 0,17
II 6.200.558 9.410.923 450.000 2,88 1,21
III 6.530.052 10.153.407 450.000 2,87 1,34
IV 7.128.905 11.948.889 1.676.000 3,00 1,19
2013
I 7.510.248 13.064.181 2.011.000 3,04 1,71
II 8.248.288 13.832.170 1.869.000 2,89 1,41
III 8.564.330 13.924.879 1.710.500 2,98 1,36
IV 9.004.029 14.349.712 1.947.500 3,49 1,15
2014
I 9.141.064 13.990.979 2.149.000 4,04 0,46
II 9.400.562 15.116.605 2.083.000 4,38 0,03
III 9.583.534 15.494.505 1.755.645 4,79 0,20
IV 10.020.738 16.947.388 2.487.645 4,60 0,08
BANK SYARIAH MANDIRI
2009
I 6.754.304 15.357.254 1.645.000 5,81 2,08
II 7.256.892 16.240.690 1.930.000 5,35 2,00
III 7.360.068 16.855.217 1.574.000 5,87 2,11
IV 8.112.623 19.168.005 2.381.000 4,84 2,23
2010
I 9.058.568 20.885.571 2.434.000 4,08 2,04
II 10.261.623 23.091.575 2.300.000 4,13 2,22
III 11.256.663 24.564.246 1.759.000 4,17 2,30
IV 12.676.284 28.680.965 3.412.000 3,52 2,21
2011
I 14.220.559 31.877.266 3.898.000 3,30 2,22
II 16.332.377 33.549.058 2.577.000 3,49 2,12
III 17.922.064 37.823.467 3.090.000 3,21 2,03
IV 19.767.335 42.133.653 4.850.000 2,42 1,95
2012
I 21.288.992 42.371.223 4.340.000 2,52 2,17
II 23.548.541 42.727.170 2.650.000 3,04 2,25
III 25.310.046 43.918.084 2.404.000 3,10 2,22
IV 27.537.639 46.687.969 3.125.000 2,82 2,25
2013
I 28.900.396 47.619.185 2.840.000 3,44 2,56
II 30.586.664 50.529.792 2.853.000 2,90 1,79
III 32.276.169 53.649.161 4.405.000 3,40 1,51
IV 33.195.572 55.767.955 5.500.000 4,32 1,53
2014
I 33.272.979 54.510.183 5.315.000 4,88 1,77
II 33.330.848 54.652.683 4.844.015 6,46 0,66
III 32.881.327 57.071.718 7.501.180 6,76 0,80
IV 33.708.424 59.283.492 9.605.330 6,84 0,17
2009
I 1.000.588 978.322 270.000 5,40 1,70
II 1.080.022 865.439 180.000 5,70 1,70
III 1.162.411 942.222 40.000 5,10 1,72
IV 1.179.089 1.155.865 61.000 4,00 1,40
115
UUS BANK PERMATA
2010
I 1.072.913 960.442 165.000 4,17 2,60
II 954.932 1.132.575 180.000 3,70 2,40
III 934.581 1.343.315 240.000 3,19 2,28
IV 938.000 1.730.649 660.000 3,46 1,89
2011
I 951.719 1.765.576 727.000 2,63 2,40
II 1.068.594 2.328.228 762.139 2,42 2,17
III 1.132.433 2.883.762 964.002 1,51 1,91
IV 1.218.708 3.673.428 1.981.763 1,33 1,66
2012
I 1.370.978 4.946.235 2.596.705 1,92 1,79
II 1.534.865 5.714.533 2.400.845 0,91 1,89
III 2.030.489 6.434.378 1.690.152 0,52 1,87
IV 2.470.563 7.353.938 2.779.231 0,47 1,70
2013
I 4.556.722 9.843.204 3.146.581 0,24 1,36
II 4.304.138 11.278.934 644.791 0,42 1,57
III 3.936.388 11.707.593 691.757 0,81 1,63
IV 3.569.434 11.995.378 3.156.407 0,60 1,55
2014
I 3.230.824 11.225.567 3.032.123 0,66 1,17
II 2.883.034 11.501.508 588.625 1,19 1,25
III 2.652.539 10.917.262 578.546 1,10 1,25
IV 2.404.418 12.193.678 2.767.813 0,90 1,16 Sumber : BMI, BRI SYARIAH, BSM, UUS BANK PERMATA 2009 – 2014
116
Lampiran 2: Hasil Output SPSS
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
LN_ROA,
LN_SBIS,
LN_NPF,
LN_DPKb
. Enter
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,972a ,944 ,942 ,26360
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
b. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 106,992 4 26,748 384,936 ,000b
Residual 6,323 91 ,069
Total 113,316 95
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
b. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,368 ,372 3,675 ,000
LN_DPK ,912 ,037 1,014 24,662 ,000
LN_SBIS -,064 ,036 -,073 -1,773 ,080
LN_NPF ,255 ,041 ,158 6,209 ,000
LN_ROA ,005 ,032 ,004 ,145 ,885
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
117
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean 0.E-7
Std. Deviation ,25799465
Most Extreme Differences
Absolute ,093
Positive ,057
Negative -,093
Kolmogorov-Smirnov Z ,911
Asymp. Sig. (2-tailed) ,378
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1,368 ,372 3,675 ,000
LN_DPK ,912 ,037 1,014 24,662 ,000 ,363 2,754
LN_SBIS -,064 ,036 -,073 -1,773 ,080 ,362 2,765
LN_NPF ,255 ,041 ,158 6,209 ,000 ,945 1,058
LN_ROA ,005 ,032 ,004 ,145 ,885 ,913 1,096
a. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
118
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,205 ,201 1,020 ,310
LN_DPK -,031 ,020 -,262 -1,561 ,122
LN_SBIS ,035 ,019 ,305 1,811 ,073
LN_NPF ,019 ,022 ,091 ,871 ,386
LN_ROA ,022 ,017 ,135 1,269 ,208
a. Dependent Variable: ABS_RES
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,972a ,944 ,942 ,26360 ,299
a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_SBIS, LN_NPF, LN_DPK
b. Dependent Variable: LN_PMURABAHAH
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,001 ,014 -,049 ,961
Ut_1 ,855 ,056 ,844 15,171 ,000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
119
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,415 ,053 7,795 ,000
pLN_DPK ,807 ,025 ,995 31,994 ,000
pLN_SBIS -,034 ,017 -,055 -1,926 ,057
pLN_NPF ,032 ,043 ,018 ,750 ,455
pLN_ROA -,016 ,017 -,024 -,902 ,369
a. Dependent Variable: pLN_PMURABAHAH
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,048 ,105 ,461 ,646
LagUt ,981 ,036 ,943 27,446 ,000
a. Dependent Variable: Ut
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,979a ,958 ,956 ,10853 2,012
a. Predictors: (Constant), LN_ROAIt@, LN_NPFIt@, LN_SBISIt@, LN_DPKIt@
b. Dependent Variable: LN_PMURIt@
120
Lampiran 3: Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5%
Sumber: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-dw.pdf
(Halaman 3)
121
Lampiran 4: Titik Persentase Distribusi t (df = 81 – 120)
Sumber: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-t.pdf
(Halaman 4)
122
Lampiran 5: Titik Presentase Distribusi F Probabilita = 0,05
Sumber: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-f-0-05.pdf
(Halaman 4)