PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui...

33
PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK SEKOLAH DASAR OLEH WINDA MARGARETHA 80 2012 076 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui...

Page 1: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

OLEH

WINDA MARGARETHA

80 2012 076

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.
Page 3: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.
Page 4: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Winda Margaretha

Nim : 802012076

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA

ANAK SEKOLAH DASAR

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media

atau mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 18 Agustus 2016

Yang menyatakan,

Winda Margaretha

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Page 5: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Winda Margaretha

Nim : 802012076

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA

ANAK SEKOLAH DASAR

Yang dibimbing oleh:

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih,MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya

sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 18 Agustus 2016

Yang memberi pernyataan,

Winda Margaretha

Page 6: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA

ANAK SEKOLAH DASAR

Oleh

Winda Margaretha

802012076

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016ptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Winda Margaretha

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling

rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir. Sampel (N=2) diambil dengan menggunakan

teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala sibling

rivalry dan observasi perilaku subjek. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan

dalam bentuk grafik. Hasil penelitian dengan menggunakan teknik uji Wilcoxon diperoleh

hasil nilai Asym. Sig (2tailed) = 0,180 (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

cooperatif play terhadap sibling rivalry.

Kata kunci : permainan kooperatif, sibling rivalry

Page 9: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

ii

Abstract

The aim of the present study is to find out the effect of cooperative play against sibling rivalry

in middle and late childhood. Sample (N=2) to participate in this study using purposive

sampling technique. The analysis of data by using sibling rivalry scale and observation of the

behavior subject’s. Data were analyzed with descriptive statistic and presented in graphical

form. All gathered datas were processed and analyzed using a wilcoxon test techniques with

results of Asym. Sig (2tailed) -0,180 (p>0,05) showed that there was no effect cooperative

play against sibling rivalry.

Keywords: cooperative play, sibling rivalry

Page 10: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

1

PENDAHULUAN

Sebagian besar anak tumbuh dan tinggal dengan saudara kandungnya. Hal ini

menciptakan interaksi antara saudara kandung, yaitu kakak dan adik. Hubungan saudara

kandung mempunyai pengaruh yang lebih besar pada hubungan keluarga daripada di masa

lampau (Hurlock, 2014). Hubungan anak dengan saudaranya dalam sebuah keluarga disebut

sebagai sibling relationship. Sibling relationship dimulai sejak lahirnya seorang bayi sebagai

adik di dalam sebuah keluarga. Sibling relationship atau hubungan antara saudara kandung

merupakan salah satu hubungan yang bersifat timbal balik dimana satu pihak lain mempunyai

derajat yang sama (Bee dan Boyd, 2004). Adapun tipe sibling relationship menurut Bee dan

Boyd (2004) dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu (1) caregiver relationship, buddy

relationship, (2) critical or conflict relationship, (3) rival relationship, (4) casual or

uninvolved relationship.

Tipe sibling relationship yang hampir semua keluarga alami adalah sibling rivalry.

Sibling rivalry adalah pertengkaran antar saudara kandung, hal ini terjadi apabila salah satu

anak mendominasi anak yang lainnya dengan menggoda dan bertengkar dengan intensitas

rendah (Bee dan Boyd,2004). Adams dan Gilman (dalam Sawicki,1997) mengatakan bahwa

93% ibu melaporkan anak pertamanya mengalami sibling rivalry kepada adiknya. Sibling

rivalry biasanya terjadi pada pasangan kakak adik dengan rentang usia yang dekat (kurang

dari 4 tahun) dan sangat tinggi pada pasangan kakak beradik yang sama-sama berjenis

kelamin (Burmester dan Furman, 1990; McGuire,McHale,dan Updegraff,1996, dalam Bee

dan Boyd).

Fenomena sibling rivalry juga nampak saat peneliti mewawancari subjek sebelum

intervensi dilakukan. Pasangan partisipan I yaitu adik laki-laki yang mengatakan bahwa ia

sering berkelahi dengan saudaranya karena berebut mainan, ia cemburu kepada saudaranya

jika adiknya mendapat nilai lebih baik dari dirinya. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan

Page 11: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

2

partisipan II. Kali ini terjadi pada kakak laki-lakinya, Ia mengatakan sering berkelahi dengan

adiknya karena berebut mainan, berkelahi karena ayahnya lebih sayang kepada adik laki-

lakinya. Kemudian dari hasil wawancara dengan ibu pasangan pastisipan I, mereka

mengatakan benar adanya jika kedua anak laki-lakinya sering berkelahi karena berebut

mainan, dan marah jika ibunya memberi pujian kepada kakaknya yang mendapat nilai lebih

bagus. Ibu pasangan pastisipan II juga membenarkan pernyataan anak laki-lakinya. Mereka

sering berkelahi karena berebut mainan dan ayahnya lebih dekat dengan adik laki-lakinya

sehingga sering menimbulkan kecemburuan sang kakak.

Dunn dan Tamrouti Makkink dkk (dalam Berk, 2012) memaparkan bahwa pada masa

kanak – kanak pertengahan atau masa sekolah dasar yaitu pada rentang usia 6-11 tahun,

sibling rivalry cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mulai

berpartisipasi dalam banyak sekali aktivitas dan berprestasi baik di sekolah maupun di

lingkungan masyarakat. Sehingga orang tua mulai membandingkan sifat dan pencapaian

saudara kandung. Selain itu, anak dengan rentan usia berdekatan masuk ke dunia sekolah,

perbandingan yang dilakukan orang tua akan semakin sering akibatnya anak akan semakin

sering iri, cemburu, sering bertengkar dan susah untuk menyesuaikan diri (Berk,2012).

Sibling rivalry merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah keluarga namun juga

merupakan hal yang perlu menjadi perhatian bagi orang tua (Boyse,2007). Karena sibling

rivalry memiliki dampak buruk pada masa perkembangan selanjutnya jika tidak diatasi

(Sawicki, 1997). Hal ini dapat menghambat tugas perkembangan pada masa perkembangan

yang akan datang. Hubungan antarasaudara kandung penuh perselisihan juga akan merusak

hubungan keluarga. Hubungan saudara kandung yang seperti ini akan menjadi pola hubungan

sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan

teman sebaya, memperkecil peluang anak untuk diterima kelompok teman sebayanya, dan

Page 12: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

3

melemahkan motivasi anak untuk menjalin hubungan dengan orang di luar lingkungan

keluarga (Hurlock, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Roscoe, et al (1987, dalam Hoffman dan Edward,

2004) melaporkan bahwa rata-rata terjadinya sibling rivalry yang berupa kekerasan atau

agresi pada saudara kandung adalah sebesar 60-80%. Hal ini dapat berdampak pada keadaan

fisik dan keadaan emosional anak. Dengan demikian sibling rivalry harus diatasi.

Orang tua perlu memiliki metode khusus yang dapat menurunkan sibling rivalry pada

anak sekolah dasar. Salah satu metode yang dapat diterapkan langsung pada anak adalah

dengan membuat anak-anak bekerjasama dalam kegiatan kooperatif. Kegiatan kooperatif

yang dapat dilakukan langsung untuk anak adalah dengan bermain. Karena bermain

merupakan pekerjaan anak kecil dan memberikan kontribusi kepada seluruh ranah

perkembangan (Hurlock, 2010). Dari beberapa tipe permainan yang memiliki tujuan untuk

menciptakan dan mengambangkan kerjasama adalah cooperative play.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh April K., Hinitz, Peterson, dan

Quilitch (1994) dengan judul “Cooperative games: a way to modify aggressive and

cooperative behaviors in young children” didapatkan hasil bahwa model permainan

kooperatif (cooperative play) dapat meningkatkan tingkah laku kooperatif pada anak usia

prasekolah. Riset tersebut menegaskan bahwa cooperative play terbukti dapat

menurunkan reaksi agresif anak usia prasekolah serta dapat meningkatkan tingkah laku

kooperatif anak usia prasekolah. Agresif sendiri merupakan salah satu bentuk reaksi dari

sibling rivalry.

Di indonesia peneliti menemukan juga adanya penelitian serupa yang menekankan

pada reaksi langsung dari sibling rivalry. Penelitian dengan judul “Pengaruh cooperative play

terhadap reaksi langsung sibling rivalry pada anak usia prasekolah” yang dilakukan oleh

Page 13: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

4

Rismawan A Y (2012). Penelitian tersebut kembali menegaskan bahwa cooperative play

dapat mengurangin sibling rivalry pada anak usia pra sekolah.

Sejauh penelusuran peneliti pada beberapa jurnal, belum banyak yang melakukan

penelitian mengenai pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry dan berdasarkan

paparan yang sudah ditulis, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana metode bermain

kooperatif (cooperative play) dapat menjadi solusi untuk mengatasi sibling rivalry yang

terjadi pada anak sekolah dasar.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sibling Rivalry

1. Definisi

Sibling rivalry menurut Shaffer (2014) adalah semangat kompetisi, kecemburuan

atau kemarahan saudara kandung yang dimulai sejak lahirnya adik dalam keluarga. Bee

dan Boyd menjelaskan bahwa sibling rivalry adalah tipe hubungan saudara kandung

yang memiliki elemen yang sama dengan critical relationship dengan tingkat yang

rendah dalam dukungan dan pertemanan. Rivalrous atau critical relationship biasanya

terjadi pada pasangan kakak adik dengan rentang usia yang dekat (kurang dari 4 tahun)

dan sangat tinggi pada pasangan kakak beradik yang jenis kelaminnya sama.

2. Asepek Sibling rivalry

Menurut Shaffer (2014) ada 3 aspek sibling rivalry , yaitu :

- Perilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, kebencian)

- Kompetisi atau semangat untuk bermain (tidak mau mengalah)

- Perasaan iri dan cemburu dengan mencari perhatian.

3. Faktor yang mempengaruhi Sibling Rivalry

Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya sibling rivalry pada anak

(Hurlock, 2010) diantaranya :

Page 14: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

5

1. Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati

keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua yang membedakan antar kakak

dengan adik membuat salah satu anak merasa bahwa orang tua pilih kasih dan

membuat mereka membenci saudaranya.

2. Urutan kelahiran

Dalam semua keluarga, kecuali keluarga dengan satu anak, tiap anak diberi peran

masing-masing. Jika tiap anak dapat menerima perannya semua akan berjalan

dengan baik, namun jika anak tidak dapat menerima peran yang diberikan maka

akan menimbulkan perselisihan.

3. Jenis kelamin saudara kandung

Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki

dan perempuannya. Keluarga dengan anak yang memiliki jenis kelamin sama,

perempuan dengan perempuan ataupun laki-laki dengan laki-laki akan lebih banyak

mengalami konflik daripada keluarga dengan anak jenis kelamin yang berbeda,

perempuan dengan laki-laki.

4. Perbedaan usia

Perbedaan usia antar saudara kandung mempengaruhi cara mereka bereaksi satu

terhadap yang lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Bila perbedaan

saudara kandung itu besar, baik jika jenis kelamin sama maupun berbeda, hubungan

yang lebih ramah, kooperatif dan saling mengasihi terjalin daripada bila usia mereka

berdekatan. Perbedaan usia yang kecil, lepas dari jenis kelamin yang dimiliki

kecenderungan meningkatkan perselisihan antara mereka. Jika anak-anak berdekatan

usia, orang tau cenderung memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Tetapi

orang tua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik

Page 15: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

6

dan mereka mengecamkannya bila ia gagal melakukan hal itu. Sebaliknya anak yang

lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan

orang tua ini ikut memperburuk hubungan antarsaudara kandung.

5. Pengaruh orang luar

Kehadiran orang luar keluarga mempengaruhi hubungan antar saudar kandung

dalam keluarga. Pengaruh itu dapat timbul karena kehadiran orang luar di rumah,

tekanan orang luar pada anggota keluarga dan perbandingan anak dengan

saudaranya oleh orang luar.

B. Cooperative Play

1. Definisi

Cooperative play adalah suatu permainan dalam bentuk kelompok yang

terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu, misal untuk membuat sesuatu, bermain

permainan formal, atau mendramatisir situasi, satu atau dua anak mengontrol anggota

kelompok dan mengarahkan aktivitas. Permainan pembagian kerja tiap anak mengambil

peran yang berbeda dan saling melengkapi usaha yang lain. (Parten, 2008).

Page 16: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

7

C. Kerangka konsep

Gambar 1

Keterkaitan cooperative play terhadap sbling rivalry

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh cooperative

play terhadap sibling rivalry. Artinya setelah pemberian cooperative play pada anak sekolah

dasar sibling rivalry pada anak akan menurun.

Page 17: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

8

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan tidak

melakukan randomisasi dalam meneliti hubungan sebab-akibat (Seniati, Yulianto & Setiadi,

2011).

Desain yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design. Menurut

Christensen (dalam Psikologi Ekperimen, 2011) langkah dalam penelitian ini sebagai berikut

:

Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik,

perhitungan statistik menggunakan teknik uji Wilcoxon.

Variabel

- Variabel bebas (independent/X) : Cooperative play

Cooperative play adalah suatu permainan dalam

bentu kelompok yang terorganisir untuk

mencapai tujuan tertentu, misal untuk membuat

sesuatu, bermain permainan formal, atau

mendramatisir situasi, satu atau dua anak

mengontrol anggota kelompok dan mengarahkan

aktivitas. Permainan pembagian kerja tiap anak

mengambil peran yang berbeda dan saling

melengkapi usaha yang lain. (Parten, 2008).

- Variabel tergantung (dependent/Y) : Sibling rivalry

Sibling rivalry adalah semangat kompetisi,

kecemburuan atau kemarahan saudara kandung

yang dimulai sejak lahirnya adik dalam keluarga

(Shaffer, 2014)

Pengukuruan (O1) Manipulasi (X) Pengukuran (O2)

Page 18: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

9

Intervensi

Cooperative play sebagai intervensi dalam penelitian ini bertujuan untuk melatih dan

meningkatkan kerjasama serta koordinasi antara kakak dan adik . Jenis permainan kooperatif

yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Menyusun balok bangunan

- Menyusun balok alat transportasi

- Puzzle gambar 1

- Puzzle gambar 2

- Meronce manik-manik dan membuat gelang untuk saudaranya.

- Meronce rantai kecil berdasarkan warna

- Meronce rantai dengan bentuk

- Lego

Intervensi dilakukan sebanyak 8 sesi, yaitu pada tanggal 11 Juli 2016 sampai 20 Juli

2016. Pemberi instruksi adalah penulis dan dibantu oleh 3 orang observer yang

mengobservasi peserta dan proses pelaksanaan intervensi tersebut. Waktu bermain untuk tiap

sesi dilakukan dengan durasi waktu minimal 15 menit .

Validitas intervensi diukur dengan expert judgment atau penilaian ahli yang

berkompeten dibidangnya. Penilaian ahli untuk intervensi ini dilakukan oleh 2 orang, yaitu

ibu Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS dan ibu Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Alat pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan skala sibling rivalry untuk mengukur pengaruh

cooperative play terhadap sibling rivalry. Skala sibling rivalry disusun menggunakan skala

Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak

sesuai. Skala ini terdiri dari 18 item dari skala milik Etika (dalam Etika, 2013) dengan daya

beda item valid bergerak 0,325-0,737 dan koefisien alpha sebesar 0,857.

Page 19: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

10

Skala sibling rivalry ini diberikan kepada ibu partisipan, sehingga yang memberikan

penilaian mengenai tingkat sibling rivalry adalah ibu kandung yang tinggal bersama dengan

anak. Selain itu sebagai alat pengambilan data tambahan menggunakan observasi yang

dilakukan oleh observer sebanyak 3 orang. Mereka mengisi lembar observasi yang sudah

disediakan, setiap perilaku yang dilihat akan diberikan satu turus. Perilaku yang diamati

adalah perilaku agresif, perilaku agresif non verbal dan verbal. Perilaku agresif merupakan

salah satu aspek dari sibling rivalry yang dapat diamati secara langsung.

Partisipasi

Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Teknik ini adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2013)

Dalam memilih partisipan peneliti membuat kriteria partisipan, sehingga yang dapat

menjadi partisipan adalah pasangan saudara kandung yang memenuhi karakteristik sebagai

berikut :

- Berusia enam tahun sampai sebelas tahun atau disebut juga masa sekolah dasar, usia

tersebut masuk dalam masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (Santrock, 2009)

- Jenis kelamin sama, laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.

- Rentang usia tidak terlalu jauh, maksimal rentang usia 4 tahun.

- Tidak tergolong dalam anak berkebutuhan khusus.

- Tidak tergolong dalam anak berbakat.

- Orang tua mengijinkan anak untuk dibawa oleh peneliti ke tempat penelitian.

- Dari satu lingkungan yang sama

Partisipan dalam penelitian ini 2 pasang kakak adik, berikut data dirinya (Tabel 1, Tabel

2) :

Page 20: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

11

Tabel 1

Indentitas pasangan partisipan I

Kakak Adik

Nama IM (Inisial) Nama AD (Inisial)

Usia 11 tahun Usia 10 tahun

Jenis Kelamin Laki-Laki Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Pancuran Salatiga Alamat Pancuran Salatiga

Pendidikan Kelas 5 SD Pendidikan Kelas 4 SD

Anak ke 3 dari 4 bersaudara Anak ke 4 dari 4 bersaudara

Tabel 2

Indentitas pasangan partisipan II

Kakak Adik

Nama DA (Inisial) Nama DI (Inisial)

Usia 11 tahun Usia 10 tahun

Jenis Kelamin Laki-Laki Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Pancuran Salatiga Alamat Pancuran Salatiga

Pendidikan Kelas 4 SD Pendidikan Kelas 3 SD

Anak ke 2 dari 3 bersaudara Anak ke 3 dari 3 bersaudara

HASIL PENELITIAN

Tabel 3

Keterangan (S*) :

- 1 = Pasangan partisipan I

- 2 = Pasangan partisipan II

S PERILAKU AGRESIF KOMPETISI ATAU

PERSAINGAN

PERASAAN IRI DAN

CEMBURU

PRETEST POSTTEST PRETEST POSTTEST PRETEST POSTEST

1 12 10 12 7 6 5

2 22 14 16 9 10 7

Page 21: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

11

Grafik Skala Sibling Rivalry

A. Grafik Perilaku Agresif

Grafik 1

B. Kompetisi Atau Persaingan

Grafik 2

C. Perasaan Iri Dan Cemburu

Grafik 3

Melalui grafik di atas dapat diketahui perubahan skor sibling rivalry pada

indikator agresif untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest

0

5

10

15

20

25

PRETEST POSTTEST

Pasangansubjek I

Pasangansubjek II

0

5

10

15

20

PRETEST POSTTEST

Pasangansubjek I

Pasangansubjek II

0

2

4

6

8

10

12

PRETEST POSTEST

Pasangansubjek I

Pasangansubjek II

Page 22: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

12

10 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 22 poin menjadi skor postest 14

poin. Pada indikator kompetisi atau persaingan untuk pasangan subjek I dari skor pretest

12 poin menjadi skor posttest 7 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 16 poin

menjadi skor postest 9 poin. Pada indikator perasaan iri atau cemburu untuk pasangan

subjek I dari skor pretest 6 poin menjadi skor posttest 5 poin, untuk pasangan subjek II

dari skor pretest 10 poin menjadi skor postest 7 poin. Artinya tingkat sibling rivalry

pada partisipan mengalami penurunan baik pada pasangan subjek I maupun pada

pasangan subjek II

Analisis statistik

Perolehan diolah dengan uji Wilcoxon match pair test dengan program SPSS

statistic 16.0 untuk melakukan uji beda dengan melihat perbedaan rata-rata (mean) skor

mentah skala sibling rivalry.

Page 23: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

13

Melalui hasil uji Wilcoxon, dinyatakan ada perbedaan apabila nilai Asymp. Sig

(2tailed) < tingkat signifikasn 0,05. Statistik hitung dari data di atas adalah 0.180.

dengan level signifikan 5%, maka 0.180 > 0,05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada

pengaruh cooperatif play terhadap sibling rivalry.

Hasil obeservasi

Aspek dari sibling rivalry yang dapat dilihat atau diobservasi adalah agresif.

Dilakukan dalam 30 menit setiap hari, dibagi menjadi 2 interval, setiap interval

mendapat waktu pengamatan 15 menit (1 sesi). Perilaku yang diamati dibagi menjadi

dua, yaitu perilaku agresif secara verbal dan nonverbal. Observer memberikan turus

pada kolom yang sudah disediakan, di dalam kolom juga sudah terdapat contoh perilaku

dari agresif secara verbal maupun nonverbal. Hal ini supaya mempermudahkan

memberi penilaian kepada partisipan. Hasil dari agresif non verbal dan verbal

kemudian dijumlah untuk diolah sebagai data.

Hasil observasi dilakukan dalam tiga fase, yaitu baseline 1 (A1), intervensi (B)

dan baseline 2 (A2). Baseline 2 (A2) adalah pengamatan yang dilakukan sebelum

intervensi diberikan kepada pastisipan. Intervensi (B) adalah pengamatan yang

dilakukan saat intervensi berlangsung, sedangkan baseline 2 (A2) adalah pengamatan

yangv dilakukan setelah intervensi diberikan. Setiap fase dilakukan 4 hari sehingga

keseluruhan fase berlangsung selama 12 hari. Berikut hasil observasi untuk tiap fase :

Pasangan Subjek I

Tabel 4

Baseline 1 Intervensi Baseline 2

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Agresif 10 15 21 13 30 8 14 8 8 13 12 9

Jumlah 59 60 43

Page 24: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

14

Pasangan Subjek II

Tabel 5

Baseline 1 Intervensi Baseline 2

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Agresif 20 23 16 19 50 41 18 14 11 21 17 15

Jumlah 78 123 64

Setelah hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel, hasilnya akan disajikan

dalam bentuk grafik. Berikut grafik dari hasil observasi :

Hasil analisi observasi pasangan subjek I- Grafik 4

Hasil analisi observasi pasangan subjek II- Grafik 5

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

baseline I

Intervensi

baseline 2

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

baseline 1

intervensi

baseline 2

Page 25: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

15

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dengan pengukuran skala sibling rivalry yang diisi oleh ibu

subjek, yang ditampilkan secara grafik menunjukkan adanya perubahan. Melalui grafik

dapat diketahui perubahan skor sibling rivalry pada indikator agresif untuk pasangan

subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest 10 poin, untuk pasangan subjek

II dari skor pretest 22 poin menjadi skor postest 14 poin. Pada indikator kompetisi atau

persaingan untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest 7

poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 16 poin menjadi skor postest 9 poin.

Pada indikator perasaan iri atau cemburu untuk pasangan subjek I dari skor pretest 6

poin menjadi skor posttest 5 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 10 poin

menjadi skor postest 7 poin

Hal ini menunjukkan adanya penurunan sibling rivalry pada anak sekolah dasar

karena intervensi yang sengaja diberikan, yaitu cooperative play. Dari observasi pun

peneliti melihat adanya perubahan yang nampak. Hari pertama saat intervensi,

dilakukan observasi pada pasangan subjek I, didapat frekuensi perilaku agresif secara

verbal sebanyak 19 kali, non verbal sebanyak 11 kali dan perilaku pada pasangan subjek

II sebanyak 29 kali untuk verbal, 21 kali untuk non verbal. Pada hari kedua frekuensi

perilaku agresif pada pasangan subjek I mengalami penurunan menjadi 6 kali untuk

verbal, 2 kali untuk non verbal. Pada pasangan subjek II frekuensi juga mengalami

penurunan 20 kali untuk verbal dan 21 untuk non verbal. Pada hari ketiga perilaku pada

pasangan subjek I mengalami peningkatan sebanyak 7 kali untuk verbal dan 7 kali

untuk non verbal. Pasangan subjek II muncul perilaku sebanyak 10 kali untuk verbal

dan non verbal sebanyak 8 kali. Pada hari keempat perilaku agresif masih muncul

Page 26: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

16

dengan frekuensi 6 kali untuk verbal dan nonverbal 2 kali, sedangkan pasangan subjek

II muncul 10 kali untuk verbal dan 4 kali untuk non verbal.

Selain itu hasil pengamatan observer melihat bahwa baik pasangan subjek I

maupun pasangan subjek II bersemangat untuk bermain pada hari pertama, ketika

selesai diberi instruksi IM (kakak/pasangan subjek I) maupun DT (kakak/pasangan

subjek II) langsung mengambil mainan dari tangan peneliti, setelah itu diikuti adik

mereka masing-masing yang turut mengambil mainan yang telah disediakan. Kemudian

mereka menyelesaikan perintah secara individu. Jika hal demikian terjadi peneliti

sebagai instruktur mengingatkan aturan awal bahwa saat menyelesaikan permaianan,

mereka harus mengerjakan secara bersamaan, bekerjasama dan membagi tugas tiap

anak. Setelah diperingatkan oleh peneliti mereka baru mengerjakan secara bekerjasama

dan kooperatif. Hal serupa terjadi di hari kedua, mereka membuat sendiri-sendiri

mainannya, setelah diperingatkan mereka baru mengerjakan secara kooperatif. Pada hari

ketiga hal ini tidak terjadi pada pasangan subjek I namun masih terjadi pada pasangan

subjek II. Kemudian pada hari keempat hal kompetisi ini sudah tidak terjadi, tanpa

diperintah sang kakak, baik IM (pasangan subjek I) maupun AD (pasangan subjek II)

membagi tugas dengan adiknya, mereka bermain secara kooperatif.

Penurunan tingkat sibling rivalry pada anak terjadi karena intervensi, yang

memiliki tujuan menciptakan dan meningkatkan kerjasama dan perilaku kooperatif

antara kakak dan adik. Dari berbagai kategori permainan menurut Parten (Papalia,

2010), permainan yang tepat karena dapat menciptakan kerjasama dan perilaku

kooperatif adalah permainan kooperatif (cooperative play). Hal ini dapat dilakukan

dengan mudah oleh orang tua maupun anak. Cooperative play. Menurut Hurlock (2010)

Page 27: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

17

bermain merupakan pekerjaan anak kecil dan memberikan kontribusi kepada seluruh

ranah perkembangan.

Cooperative play akan menuntut anak untuk bermain bersama dengan saudara

kandungnya secara bersama dimana didalam aturan permainan kooperatif terdapat

proses perencanaan aktivitas, diskusi pembagian tugas bersama anak dengan tujuan

tertentu (menyelesaikan permainan), sehingga cooperative play dapat menimbulkan

perubahan sibling rivalry pada anak. Sehingga permainan kooperatif tidak akan

memberikan efek persaingan antar anak karena dalam permainan ini setiap anak sudah

mendapatkan tugas masing-masing.

Berdasarkan deskripsi grafik dan olah data yang sudah dilakukan peneliti

menemukan kesamaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh April K., Hinitz,

Peterson, dan Quilitch (1994) dengan judul “Cooperative Games: A Way to

Modify Aggressive and Cooperative Behaviors in Young Children”. Dalam

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa model permainan kooperatif (cooperative

play) dapat meningkatkan tingkah laku kooperatif.

Sedangkan pengujian statistik menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai p =

0,180. Dengan demikian, hasil yang ditunjukkan p > 0,05 mengindikasikan Ho diterima

atau tidak ada perbedaan signifikan antara pretest dan posttest.

Melalui pendekatan analisis ini, dapat diketahui bahwa ada keterbatasan dan

kekurangan dalam penelitian eksperimen, sehingga interfensi permainan kooperatif ini

tidak begitu berpengaruh pada sibling rivalry.

Hal lain yang mungkin mempengaruhi hasil disebut sebagai variabel sekunder

yang tidak dapat dikontrol. Salah satu variabel sekundernya adalah enggan bermain dan

pola asuh orang tua. Pada hari kedua subjek I enggan bermain karena saat peneliti

Page 28: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

18

menjemput subjek di tempat tinggal, subjek sedang bermain dengan teman-temannya.

Menurut Hurlock (2000) bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau

tekanan dari luar atau sebuah kewajiban. Saat subjek dijemput oleh peneliti untuk

melakukan intervensi yaitu permainan kooperatif, subjek sedikit dipaksa oleh orang tua

untuk ikut dengan peneliti. Saat di lokasi penelitian subjek tidak sukarela ingin bermain,

namun perlu diberi stimulus (ajakan) oleh peneliti.

Selain paksaan, faktor gender juga menjadi kemungkinan alasan subjek enggan

bermain. Menurut Papalia, Old dan Feldman (2009), anak laki-laki cenderung memilih

permainan aktif, bersemangat dalam kelompok yang relatif besar, sedangkan anak

perempuan cenderung memilih permainan kalem, rukun dengan satu temannya.

Berdasarkan keterangan Papalia, dkk tersebut permainan-permainan yang digunakan

dalam intervensi, seperti bermain puzle, merangkai manik-manik, meronce rantai dan

menyusun balok memiliki kencenderungan dipilih oleh anak perempuan, sedangkan

subjek berjenis kelamin laki-laki. Permainan yang digunakan untuk intervensi

merupakan permainan yang dilakukan dengan duduk didalam ruangan sehingga untuk

anak laki-laki cenderung membosankan karena bukan merupakan permainan yang aktif.

Pada hari ketiga dan selanjutnya terdapat peningkatan minat partisipasi bermain.

Hal ini merupakan strategi yang dilakukan oleh peneliti. Setelah intervensi pada hari

kedua, subjek sedikit enggan bermain dan mau bermain kembali setelah dibujuk oleh

peneliti, peneliti membangun raport dengan memberikan hadiah kepada subjek dan

mengajak subjek bercerita, sehingga pada keesokan harinya subjek bersemangat untuk

bermain.

Variabel sekunder yang kedua adalah jenis pola asuh orang tua. Peneliti tidak

melakukan identifikasi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada subjek.

Page 29: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

19

Menurut Hurlock (2000) pola asuh menjadi salah satu faktor terjadinya persaingan

antara saudara kandung. Ketika peneliti mengamati perlakuan orang tua subjek I dan

orang tua subjek II kepada mereka, peneliti menemukan beberapa perbedaan.

Pada subjek I, orang tua lebih cenderung memiliki pola asuh demokrati.

Menurut Hurlock (2006) pola asuh demokratis adalah gaya pengasuhan yang

mendorong anak untuk mandiri, namun masih menempatkan batas dan kendali,

mempunyai kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat. Terlihat ketika peneliti pertama

kali bertemu untuk meminta ijin kepada orang tua dan subjek, orang tua subjek I

mengembalikan kepada anaknya, apakah anaknya bersedia atau tidak untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian. Sedangkan subjek II, orang tua lebih cenderung

memiliki gaya pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter, orang tua cenderung

memperlakukan anaknya dengan kaku dan ketat dengan tujuan mengontrol tingkah laku

anaknya dalam berperilaku sehari-hari (Hurlock, 2006). Hal ini terlihat juga ketika

peneliti pertama kali bertemu untuk meminta ijin kepada orang tua dan subjek, orang

tua subjek cenderung memaksa subjek untuk mengiyakan permohonan peneliti,

kemudian saat hari ketiga ketika subjek sedang bermain, orang tua subjek memaksa

anaknya untuk segera pulang dan mengikuti peneliti. Melihat peran pola asuh

berpengaruh terhadap sibling rivalry, maka sebaiknya sebelum melakukan intervensi,

peneliti melihat pola asuh apa yang diterapkan orang tua kepada anak sebagai subjek.

Peneliti perlu memberikan kuisoner mengenai pola asuh kepada orang tua subjek.

Pemahaman mengenai pola asuh dapat menjadi karakteristik peneliti dalam menentukan

kriteria subjek untuk diteliti.

Page 30: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

20

KESIMPULAN

Secara deskriptif berdasarkan grafik terdapat perubahan sibling rivalry pada

anak sekolah dasar, walaupun tidak banyak perubahan namun jelas grafik

menunjukkan adanya sedikit perubahan. Sedangkan hasil analisis statistik tidak ada

pengaruh pemberian cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak sekolah

dasar.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih

banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini. Peneliti memberikan beberapa saran ,

yaitu sebagai berikut :

- Penelitian selanjutnya perlu mengontrol variabel sekunder yang lebih mendalam.

Seperti melakukan penggolangan tipe pola asuh orang tua terhadap anak sebelum

melakukan intervensi karena pola asuh juga mempengaruh hubungan anak dengan

saudara kandungnya.

- Peneliti perlu membuat intervensi berupa permainan kooperatif yang dapat

dilakukan di luar rumah dan bersifat lebih aktif, karena berpengaruh terhadap

kecenderungan gender dalam memilih permainan.

- Intervensi perlu diulang secara berkala untuk mendapatkan perubahan yang

signifikan.

- Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel sehingga hasilnya dapat

digeneralisasikan untuk anak sekolah dasar.

- Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan desain two Group

Pretest-Posttest Design, sehingga hasil atau perubahan yang terjadi semakin

Page 31: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

21

nampak jelas antara kelompok ekperimen yang diberikan perlakuan dan kelompok

kontrol yang tidak diberi perlakuan.

Page 32: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

22

DAFTAR PUSTAKA

April, K., Peterson, R. F., & Robert, H. R. (1994). Cooperative games: a way to

modify aggressive and cooperative behaviors in young children. Journal of

applied behavior analysis, 27(3), 435-446.

Bee, H., & Boyd, D. (2004). The developing child. Boston : Person Education.

Berk, L. E. (2012). Development throught the lifespan : dari prenatal sampai remaja

(transisi menjelang dewasa) (5th ed.). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Hoffman, Kristi, L., & Edward, John, N. (2004). An integrated theoretical model of

sibling violance and abuse. Journal of Family Violance, 19(3), 183-200. doi :

10.1037/0012-1649.43.4.947.

Hurlock, E. B. (2010). Perkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga.

.__________. (2010). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta : Erlangga.

.__________. (2014). Perkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga.

John, S. W. (2009). Masa perkembangan anak edisi 11. Jakarta : Salemba Humanika.

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2010). Human development (psikologi

perkembangan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Rahmawati, E. (2013). Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III. Skripsi. (tidak

diterbitkan). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Indonesia. Jakarta

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2011). Psikologi eksperimen. Jakarta : Indeks

Kelompok Gramedia.

Sawicki, J. A. (1997). Sibling Rivalry and The New Baby : Anticipatory Guidance and

Management Strategies. Journal of Pediatric and Nursing, 23(3), 298-302.

Shaffer, D. R. (2014). Development psychology ninth edition childhood and

adolescence. USA : Wadsworth Thomson Learning.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, mainan, dan permainan. Jakarta : Grasindo

Page 33: PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING ......Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.

23

Yunanto, R. A. (2012). Pengaruh cooperative play terhadap reaksi langsung sibling

rivalry pada anak usia prasekolah di desan cangkring kecamatan jenggawah

kabupaten jember. Skripsi. (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Jember. Jember.