Penetapan Vitamin C

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan - Melakukan standarisasi larutan - Melakukan penetapan vitamin C untuk bahan tertentu 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Asam Askorbat Vitamin C merupakan golongan senyawa organik sebagai pelengkap makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin C di alam, yaitu bentuk teroksidasi (asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidroaskorbat). Keduanya memiliki keaktifan sebagai vitamin C. Vitamin C yang mengandung tidak kurang dari 99,0% C 6 H 8 O 6 , berbentuk serbuk atau hablur yang berwarna putih atau agak kuning, tidak berbau, mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol 95%. Asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat ditetapkan dengan larutan standar iod. Reaksinya sebagai berikut : CH 2 OH ̶ CHOH ̶ CH ̶ COH=COH ̶ C=O→CH 2 OH ̶ CHOH ̶ CH=C ̶ C ̶ C=O + 2H + +2I - Dari reaksi diatas, diketahui valensi dari asam askorbat yaitu 2, sehingga asam askorbat yang bobot molekulnya 160 ini, mempunyai Bst. 80. Rumus strukturnya sebagai berikut : 1

description

penetapan vitamin c pada sampel di laboratorium teknik kimia. tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel.

Transcript of Penetapan Vitamin C

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Melakukan standarisasi larutan Melakukan penetapan vitamin C untuk bahan tertentu

1.2 Dasar Teori1.2.1 Asam AskorbatVitamin C merupakan golongan senyawa organik sebagai pelengkap makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin C di alam, yaitu bentuk teroksidasi (asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidroaskorbat). Keduanya memiliki keaktifan sebagai vitamin C.Vitamin C yang mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6, berbentuk serbuk atau hablur yang berwarna putih atau agak kuning, tidak berbau, mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol 95%. Asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat ditetapkan dengan larutan standar iod. Reaksinya sebagai berikut :CH2OH CHOH CH COH=COH C=OCH2OH CHOH CH=C C C=O + 2H++2I-Dari reaksi diatas, diketahui valensi dari asam askorbat yaitu 2, sehingga asam askorbat yang bobot molekulnya 160 ini, mempunyai Bst. 80. Rumus strukturnya sebagai berikut :OOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolaktonOOCOHOHH3-okso-L-gulofuranolakton

1.2.2 Indikator KanjiWarna larutan iod 0,1 N cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikator sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji yang sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. (Underwood : 1986)Mekanisme yang tepat dari pembentukkan kompleks berwarna tidak diketahui. Akan tetapi molekul iodium ditahan pada permukaan -amilosa (sebuah unsur dari kanji). Unsur kanji yang lain, -amilosa atau amilopektin, membentuk kompleks kemerah-merahan dengan iodium, yang tidak mudah dihilangkan warnanya. Karena itu kanji yang mengandung banyak amilopektin tidak boleh dipakai. Selain itu, kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik, seperti metil etil alkohol. (Eistien : 2006)

1.2.3 Natrium Thiosulfat Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natium thiosulfat. Larutan ini tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk kelarutan itu dan proses metabolismenya akan mengakibatkan kekeruhan, larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan thiosulfat harus dididihkan agar steril dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi oleh udara dari thiosulfat adalah perlahan, akan tetapi tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam aquades akan mengkataliskan oksidasi oleh udara. (Underwood : 1986)Dengan reaksi 2S2O32- S4O6 +2e- , maka valensinya adalah 2.

1.2.4 Kalium DikromatKalium dikromat merupakan zat pengoksidasi yang cukup kuat, dengan potensial standar reaksiCr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2Osebesar 1,33 V tetapi reagensia ini tidak sekuat kalium permanganat atau ion serium (IV). Keuntungannya adalah tidak mahal, sangat stabil dalam larutan dan dapat diperoleh dalam bentuk yang cukup murni untuk menyiapkan larutan standar dengan penimbangan langsung. Seringkali digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium thiosulfat. Dengan reaksi diatas, dapat diketahui valensinya, yaitu 6.

1.2.5 Jenis Larutan StandarDikenal dua jenis larutan standar (Eistien : 2006), yakni :(i) Larutan Standar PrimerLarutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya tidak berubah dalam waktu yang lama. Contoh larutan standar primer :a. Standar primer asam : KHC8H4O4 (Kalium Hidrogen Phtalat), C6H8COOH (Asam Benzoat), NH4SO3H (Asam sulfonat).b. Standar primer basa : Na2CO3 (Natrium Karbonat), Na2B4O7.10H2O (Boraks).(ii) Larutan Standar SekunderLarutan standar sekunder adalah larutan yang konsetrasinya tidak berubah minimal selama proses analisa berlangsung.

Standarisasi larutan adalah proses menentukan konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan sekunder, dimana konsentrasi larutan standar sekunder masih dapat berubah karena pengaruh lingkungan. Cara ini harus dilakukan karena jumlah pereaksi kimia yang diperoleh dengan keadaan yang sangat murni jumlahnya relatif terbatas. (Underwood : 1986)Zat yang dipilih sebagai standar primer harus memenuhi persyaratan untuk analisa titrimetri volumetrik adalah : Harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui dengan harga wajar. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis, sehingga beratnya tidak berkurang jika terkena udara. Mempunyai bobot ekuivalen tinggi agar dapat mengurangi konsekuensi kesalahan saat penimbangan.

1.2.6 Analisa VolumetriVolumetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi dengan konsentrasi larutan sampel yang akan ditetapkan kadar atau konsentrasinya. Analisis volumetri disebut juga sebagai titrimetri. Persyaratan untuk reaksi yang digunakan dalam titrasi : Tidak terjadi reaksi samping Reaksi harus berjalan dengan cepat Harus dapat diketahui saat titik ekuivalen terjadiIndikator dalam sebuah titrasi berfungsi sebagai penunjuk kapan titik akhir titrasi telah tercapai ditandai dengan adanya perubahan warna. (Underwood : 1986)Titik ekuivalen didalam titrasi adalah keadaan dimana mol titran sama dengan mol sampel. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana indikator mengalami perubahan sehingga titrasi harus dihentikan.

BAB IIMETODOLOGI

2.1 AlatAlat yang digunakan :

1.

11

2. Erlenmeyer 500 mL & 250 mL3. Buret 50 mL4. Corong5. Batang pengaduk6. Labu ukur 100 mL7. Gelas kimia 50 mL8. Pipet volume 25 mL9. Pipet ukur 10 mL10. Botol semprot11. Spatula

2.2 BahanBahan yang digunakan :1. Kalium dikromat2. Larutan Iod 0,1 N3. Larutan Na2S2O3 0,1 N4. Larutan HCl 4 N5. Larutan KI 20%6. Indikator kanji7. Sampel vitamin C (Vicee dan Nutrisari)8. Aquades

2.3 Prosedur Kerjaa) Standarisasi Larutan Na2S2O31. Menimbang 0,5 gram K2Cr2O7 dalam gelas kimia 50 mL.2. Melarutkan dan memasukkan kedalam labu ukur 100 mL, menambahkan aquades hingga tanda batas lalu menghomogenkan.3. Memipet 25 mL larutan dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL.4. Menambahkan 10 mL larutan KI 20% dan 25 mL HCl 4 N, lalu mengencerkan hingga 200 mL.5. Menitrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning.6. Menambahkan 3 tetes indikator kanji kemudian menitrasi lagi hingga menjadi perubahan hijau.b) Standarisasi Larutan Iod1. Memipet 25 mL larutan Na2S2O3 ke dalam erlenmeyer 250 mL.2. Menambahkan indikator kanji sebanyak 3 tetes.3. Menitrasi dengan larutan iod hingga larutan berubah warna.

c) Penetapan Vitamin C1. Menimbang 1,2 gram sampel yakni Vicee dan Nutrisari, masing-masing dalam gelas kimia 50 mL.2. Melarutkan dan memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, menambahkan aquades dan menghomogenkan.3. Memipet 25 mL larutan lalu menambahkan 3 tetes indikator kanji.4. Menitrasi dengan larutan iod 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi hitam bening.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan3.1.1 Standarisasi Larutan Natrium ThiosulfatMassa K2Cr2O7 (g)V KI 20% (mL)V HCl 4N (mL)V Thio (mL)V K2Cr2O7 (mL)Perubahan Warna

0,5019102524,825Coklat-hijau

102524,225

3.1.2 Standarisasi Larutan IodV Thio (mL)Indikator Kanji (tetes)V Iod (mL)Perubahan Warna

25325,4Bening-bening hitam

25325,9

3.1.3 Penetapan Vitamin CSampelPercobaanBobot 1 Tablet Sampel (g)Massa Sampel (g)Volume Sampel (mL)Volume Iod (mL) Iod (mL)

ViceeI1,96731,2015258,38,2

II1,96731,2015258,1

NutrisariI141,2013250,30,3

II141,2013250,3

3.1.4 Hasil PerhitunganN Na2S2O3N Iod

0,1045 N0,1018 N

3.1.5 Komposisi Vitamin C dalam KemasanSampelKadar Vit.C PraktikKadar Vit.C Teoritis

Vicee24,45%25,4%

Nutrisari0,89%0,64%

3.2 PembahasanPercobaan ini bertujuan untuk melakukan standarisasi larutan dan menentukan kadar vitamin C dalam sebuah sampel. Sampel yang digunakan adalah Vicee dan Nutrisari.Sebelum melakukan penetapan vitamin C terlebih dahulu melakukan standarisasi larutan natrium thiosulfat dan larutan iod. Standarisasi larutan natrium thiosulfat menggunakan standar primer kalium dikromat. Digunakan standar primer kalium dikromat karena kemurniannya tinggi, tak higroskopis, bobot ekuivalennya cukup tinggi dan zat padat serta larutannya sangat stabil. Penambahan larutan KI 20% berfungsi sebagai pereduksi terhadap kalium dikromat untuk menghasilkan iod dan akan bereaksi dengan natrium thiosulfat. Penambahan HCl dilakukan agar reaksi oksidasi kalium iodida oleh udara berarti dan agar diperoleh hasil yang sebaik-sebaiknya. Perubahan warna terjadi dari warna coklat menjadi kuning kemudian berubah menjadi hijau. Hal ini dipengaruhi warna KI yang teroksidasi oleh kalium dikromat. Penambahan indikator kanji berfungsi sebagai penunjuk terjadinya akhir titrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi natrium thiosulfat sebesar 0,1045 N.Pada proses standarisasi larutan iod berlangsung titrasi iodometri. Larutan standar primer yang digunakan adalah larutan natrium thiosulfat yang telah distandarisasi. Penunjuk akhir titrasi yang digunakan adalaha indikator kanji. Perubahan warna yang terjadi adalah bening menjadi bening hitam. Konsentrasi larutan iod yang diperoleh adalah 0,1018 N.Penetapan vitamin C menggunakan larutan iod standar serta indikator kanji sebagai penunjuk akhir titrasi, karena larutan iod merupakan suatu zat pengoksid yang cukup kuat. Kadar vitamin C paa Vicee adalah sebesar 24,45%, sedangkan pada kemasan sampel Vicee tertera bahwa mengandung 500 mg asam askorbat dengan kadar 25,4%. Pada Nutrisari, kadar asam askorbat yang diperolehh sebesar 0,89%. Sedangkan pada kemasan, diperoleh kadar sebesar 0,64%. Perbedaan yang diperoleh disebabkan sangat sulitnya pembacaan dalam menentukan titik akhir titrasi.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :1. Konsentrasi larutan Na2S2O3 yang telah distandarisasi sebesar 0,1045 N.2. Konsentrasi larutan Iod yang telah distandarisasi sebesar 0,1018 N.3. Kadar vitamin C pada :a. Vicee= 24,45%b. Nutrisari= 0,89%

DAFTAR PUSTAKA

R. A. Day J.R. dan A. L. Underwood. 1986. Anaisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Klasik. Samarinda : POLNES.