PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA...

21
1 PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Yurike Aprilia Sari 1 , Tri Ariani, M.Pd.Si 2 , Yaspin Yolanda, M.Pd.Si 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan Pendekatan Pembelajaran Scientific.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi yang berjumlah 209. Sampel penelitian ini satu kelas yang diambil secara acak dari tujuh kelas, setelah dilakukan pengundian maka terpilih kelas X.2 berjumlah 30 siswa yang akan diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran Scientific. Teknik pengumpulan data yang digunakan tes berbentuk essay sebanyak enam butir soal. Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan 95% didapat = 75,13 dan = 1,699 karena > , maka diperoleh simpulan bahwa hasil belajar kognitif fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan pendekatan pembelajaran Scientific secara signifikan meningkat. Kata kunci : Scientific, Peningkatan Hasil Belajar A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah pesat. Salah satu kunci dari perkembangan tersebut adalah pendidikan. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Untuk mewujudkan dan

Transcript of PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA...

1

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN

FISIKA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Yurike Aprilia Sari1, Tri Ariani, M.Pd.Si2, Yaspin Yolanda, M.Pd.Si3

1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,

Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika

Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan dari penelitian

ini, yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri Purwodadi

tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan Pendekatan Pembelajaran

Scientific.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi yang

berjumlah 209. Sampel penelitian ini satu kelas yang diambil secara acak dari tujuh

kelas, setelah dilakukan pengundian maka terpilih kelas X.2 berjumlah 30 siswa yang

akan diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran Scientific. Teknik

pengumpulan data yang digunakan tes berbentuk essay sebanyak enam butir soal.

Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan 95% didapat

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 75,13 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1,699 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka diperoleh simpulan

bahwa hasil belajar kognitif fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun

Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan pendekatan pembelajaran Scientific secara

signifikan meningkat.

Kata kunci : Scientific, Peningkatan Hasil Belajar

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah

pesat. Salah satu kunci dari perkembangan tersebut adalah pendidikan. Dalam

kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran sangat penting untuk

menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Untuk mewujudkan dan

2

meningkatkan kualitas pendidikan tentu saja tidak terlepas dari proses belajar

mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah.

Pendidikan fisika sebagai salah satu mata pelajaran disekolah dinilai sangat

memegang peranan penting karena fisika dapat meningkatkan kemampuan

kreativitas dan proses berpikir anak. Fisika tidak hanya sekedar berhitung akan

tetapi lebih menitikberatkan pada proses penalaran, yaitu dengan belajar fisika

peserta didik dapat berpikir kreatif serta sistematis bukan hanya sekedar

berhitung cepat di dalam kepala. Oleh sebab itu, pengetahuan fisika harus

dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang

guru mata pelajaran fisika SMA Negeri Purwodadi, diperoleh informasi bahwa

selama proses pembelajaran berlangsung guru masih menyampaikan materi

dengan menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal serta penggunaan rumus.

Dalam pembelajaran, guru lebih aktif dibandingkan siswa, siswa di dalam kelas

hanya mendengar, mencatat, dan menghafal tanpa melakukan aktivitas

pembelajaran. Siswa hanya menerima pengetahuan dari guru tanpa melalui

pengolahan potensi yang ada pada dirinya.

Berdasarkan analisis hasil belajar diketahui juga bahwa rata-rata nilai

ulangan harian fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada

beberapa kompetensi dasar belum mencapai tingkat kriteria ketuntasan minimal

(KKM) belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70. Hasil pembelajaran siswa masih

banyak yang nilainya di bawah KKM yaitu sebanyak 110 (56,30%) dari 209

siswa dengan rata-rata nilai hanya 66,7 dan 99 siswa (43,70%) yang mencapai

kriteria ketuntasan minimal. Hal ini mungkin disebabkan dalam mempelajari

fisika siswa kurang menguasai konsep. Keberhasilan belajar ditentukan dari

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Siswa dituntut aktif dan mandiri.

Proses belajar mengajar yang masih berpusat pada guru menyebabkan siswa

kurang optimal dalam belajar. Siswa pasif menerima informasi dari guru, siswa

3

tidak diberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dan ide-

idenya. Siswa hanya menghafalkan materi yang diberikan oleh guru.

Trianto (2011:5) menyatakan bahwa, masalah utama dalam pembelajaran

pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta

didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa

masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi

pembelajaran yang kurang membangkitkan daya kreativitas, dan keterlibatan

langsung siswa dalam aktif belajar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Roestiyah (2008:1) menyatakan bahwa, guru

harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,

mengenapada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki

strategi itu ialah harus menguasai teknik penyajian, atau biasa disebut metode

mengajar. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru

untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran salah satunya adalah pendekatan

scientific (ilmiah). Pendekatan scientific (ilmiah) diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta

didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran

Fisika Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan Scientific pada

pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016

siginifikan meningkat?”.

B. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Syah (dalam Jihad dan Haris, 2010:1) mendefinisikan belajar merupakan

tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan mantap sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, sedangkan

4

menurut Morgan (dalam Suprijono, 2013:3) belajar adalah perubahan perilaku

yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Mengacu dari pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari

pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan, belajar bukan hanya

sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang. Adapun pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru

dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun

secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran.

2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

a. Hasil Belajar Pada ranah Kognitif

Hamalik (2008:30), mendefinisikan hasil belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku

dalam belajar mencakup seluruh ranah pribadi peserta didik, yaitu salah

satunya ranah kognitif, sebagaimana yang dikemukakan Bloom (dalam

Yamin, 2014:41) Ranah Kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek

belajar yang berbeda beda. Keenam tingkatan tersebut adalah :

1) Pengetahuan atau Ingatan ( 𝐶1 )

2) Pemahaman ( 𝐶2 )

3) Penerapan (𝐶3 )

4) Analisa (𝐶4 )

5) Sintesis (𝐶5 )

6) Penilaian (𝐶6 )

b) Faktor-faktor Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya seseorang disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. Menurut Rusman (2013:124), faktor yang

mempengaruhi hasil belajar ada dua macam, yaitu:

5

1) Faktor internal

a) Faktor fisiologis

b) Faktor Psikologis

2) Faktor-faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

b) Faktor Instrumental

3. Tinjauan Tentang Pendekatan Scientific

a. Pendekatan Scientific

Daryanto (2014:51) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran

Scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan

ilmiah, bahwa informasi bias berasal dari mana saja, kapan saja, tidak

tergantung pada informasi searah dari guru.

Majid (2014:95) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran Scientific

dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam

mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.

Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong

peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan

diberi tahu.

Berdasarkan ke dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan pendekatan

pembelajarn Scientific merupakan pembelajaran yang dimaksudkan agar

peserta didik mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam mencari tahu

berbagai materi dari beberapa sumber observasi bukan hanya diberi tahu,

sehingga peserta didik dapat tahu bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja, dan tidak tergantung pada informasi dari guru.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific

1. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Sani

Adapun langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Sani, yaitu :

6

a) Melakukan pengamatan atau observasi

Sani (2014:54) menyatakan bahwa, mengamati atau observasi

adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.

b) Mengajukan Pertanyaan

Sani (2014:57) menyatakan bahwa, siswa perlu dilatih untuk

merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari.

Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan

dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar

sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya

memotovasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.

c) Melakukan Eksperimen atau percobaan/memperoleh informasi

Sani (2014:62) menyatakan bahwa, guru dapat menugaskan siswa

untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber.

d) Mengasosiasikan atau Menalar

Sani (2014:66) menyatakan bahwa, mengolah informasi melalui

penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang

harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan

atau percobaan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu

informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan

informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang

ditentukan.

e) Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi

Sani (2014:71) menyatakan bahwa, kemampuan untuk membangun

jaringan dan berkomuniaksi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi

tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu

cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan

berkomunikasi.

7

2. Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Majid

Adapun Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Majid,

yaitu :

a) Mengamati

Majid (2014:100) menyatakan bahwa, kegiatan mengamati

mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (Meaning Learning).

Metode ini memiliki keunggulan seperti menyajikan objek secara nyata,

peserta didik senang dan mudah dalam pelaksanaanya.

b) Menanya

Majid (2014:103) menyatakan bahwa, dalam kegiatan menanya ini,

guru membuka kesempatan secara luas peserta didik bertanya mengenai

apa yang sudah dilihat, disimak, serta dibaca. Guru harus mampu

menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan

ranah sikap keterampilan, dan pengetahuannya.

c) Menalar

Majid (2014:109) menyatakan bahwa, penalaran adalah proses

berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

d) Mengolah

Majid (2014:103) menyatakan bahwa, pada tahapan mengolah ini

peserta didik mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Peserta

didiklah yang harus lebih aktif dan gurulebih bersifat direktif atau

manajer belajar. Pada tahapan mengolah ini peserta didik secara bersama-

sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas

terkait dengan materi yang sedang dipelajari.

e) Mencoba

Majid (2014:103) menyatakan bahwa, untuk memperoleh hasil

belajar nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan

percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

8

f) Menyimpulkan

Majid (2014:103) menyatakan bahwa, kegiatan meyimpulkan

merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bias dilakukan bersama-

sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bias juga dikerjakan sendiri

setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

g) Menyajikan

Majid (2014:103) menyatakan bahwa hasil tugas yang telah

dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk

laporan tertulis dan dijadikan sebagai salah satu untuk laporan portofolio

kelompok atau individu.

h) Mengkomunikasikan

Majid (2014:103) menyatakan bahwa, pada kegiatan akhir

diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang

telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secra

individu dari kesimpulan yang telah dibuat bersama.

3. Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Daryanto

Adapun Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Daryanto,

yaitu :

a) Mengamati

b) Menanya

c) Mengumpulkan informasi

d) Mengasosiasikan atau mengolah informasi atau menalar

e) Mencoba

f) Menarik kesimpulan

g) Mengkomunikasikan

Dari ketiga pendapat tersebut, maka langkah-langkah pendekatan

Scientific menurut peneliti dapat dibuat dalam sintak pembelajaran.

Sebagaimana dapat dilihat sintak pendekatan Scientific adalah sebagai

berikut:

9

Tabel 1.

Sintak Pembelajaran Pendekatan Scientific

Kegiatan / Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Mengamati

(Observating)

1. Guru memotivasi siswa untuk

berkonsentrasi pada petunjuk-

petunjuk atau karakteristik yang

yang dideskripikan dan tidak hanya

menebak atau menduga saja.

1. Siswa melihat,

mengamati, membaca,

mendengar, menyimak

petunjuk atau karakteristik

oleh guru (Tanpa dan

dengan alat).

Menanya

(Questioning)

1. Guru menyajikan permasalahan

yang terjadi dan berupaya

melibatkan siswa.

1. Siswa mengajukan

pertanyaan dari yang

factual sampai ke

yang bersifat

hipotesis.

2. Siswa diawali dengan

bimbingan guru

sampai dengan

mandiri (suatu

kebiasaan).

Pengumpulan Data

(Exploring)

1. Guru menugaskan siswa untuk

mengumpulkan data atau

informasi dari berbagai sumber.

2. Guru mengarahkan siswa dalam

merencanakan aktivitas, dan

melaporkan aktivitas yang telah

dilakukan.

3. Guru memfasilitasi atau

membantu siswa menggunakan

bahan dan peralatan.

1. Siswa menentukan

data yang diperlukan

dari pertanyaan yang

diajukan.

2. Siswa menentukan

sumber data (benda,

dokumen, buku,

eksperimen).

3. Siswa mengumpulkan

data.

Mengasosiasi

(Associating)

1. Guru melatih siswa untuk

menentukan data yang relevan

dengan yang tidak relevan.

2. Guru melatih siswa untuk dapat

memberikan argument yang

utuh terhadap temuan atau data

yang diperoleh.

1. Siswa menganalisis

data dalam bentuk

membuat kategori.

2. Siswa menyimpulkan

dari analisis data.

Mengkomunikasi

(Comunication)

1. Guru melatih siswa untuk

berkomunikasi menemukan

konsep ketika menyampaikan

informasi yang ditemukan.

Dalam bentuk lisan, diagram,

bagan, atau media.

1. Siswa menyampaikan

konseptulasi. Dalam

bentuk lisan, tulisan,

diagram, bagan,

gambar atau media

lainnya.

10

c. Kelebihan dan Kelemahan Scientific

Adapun Kelebihan dan kelemahan Scientific ini sendiri adalah :

Kelebihan :

1. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan

siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

2. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehongga memudahkan guru

untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

3. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif

dengan berbagai sumber belajar.

4. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam

mengkonstruksi konsep hukum atau prinsip.

5. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial

dalam merangsang perekembangan intelek khususnya keterampilan berpikir

tingkat tinggi dapat mengembangkan karakter siswa.

6. Penilaiannya mencakup semua aspek.

Kelemahan :

1. Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan

belajar dengan menggunakan pendekatan, sehingga apabila guru tidak mau

kreatif maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru jarang menjelaskan materi pembelajaran, karena guru banyak yang

beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu lagi

menjelaskan materinya.

4. Tinjauan Materi Kalor

Adapun materi yang digunakan dan penelitian ini adalah :

a. Perubahan Suhu Benda

Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya

karena adanya perbedaan temperatur (Giancoli, 2001:490). Pada prinsipnya

semakin besar kalor jenis suatu zat, maka semakin besar pula kalor yang

11

diperlukan. Jadi besarnya kalor yang yang diberikan pada suatu benda

sebanding dengan kalor jenis atau jenis zat (c). Pernyataan tersebut dapat

ditarik suatu pernyataan bahwa besarnya kalor yang diperlukan untuk

menaikan suhu sebagai berikut.

Besarnya kalor (Q) yang diperlukan suatu benda sebanding dengan

massa benda (m) bergantung pada kalor jenis (c) dan sebanding dengan

kenaikkan suhu secara matematis dapat dituliskan:

𝒎 . 𝒄 .∆𝒕 (Giancoli, 2001:492)

Keterangan:

Q adalah kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J), m adalah massa benda

(kg), c adalah kalor jenis benda , adalah kenaikan suhu (

).

b. Perubahan wujud zat

Pada proses perubahan wujud zat ternyata suhu benda tetap, karena

pada saat perubahan wujud zat kalor yang diperlukan atau dilepaskan tidak

digunakan untuk mengubah wujud zat tersebut. Perubahan wujud zat dapat

berubah-ubah antara lain:

1. Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair,

pada saat mencair memerlukan kalor.

2. Membeku adalah perubahan wujud zat cair menjadi padat, pada saat

membeku melepaskan energi kalor.

3. Menguap adalah perubahan wujud zat cair menjadi gas, pada saat

menguap memerlukan energi kalor.

4. Mengembun adalah perubahan wujud zat gas menjadi cair, pada saat

mengembun melepaskan energi kalor.

5. Menyublim adalah perubahan wujud zat padat menjadi gas, pada saat

menyublin memerlukan energi kalor.

Perubahan wujud suatu zat dapat digambarkan dengan sebuah

siklus, siklus dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini

)( t

Q

)/( 0CkgJ t C0

12

Gambar 1. Siklus Perubahan Wujud Suatu Zat

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan

metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Pendekatan pembelajaran scientific merupakan variabel

bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi

tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 209 siswa. Sampel penelitian terdiri

dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes. Tes

diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes

kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel apakah

sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis dengan

mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji hipotesis, dan uji-

gain.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi

Perubahan wujud zat merupakan data penelitian ynag diperoleh dari hasil Pre-

Test atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari guru

dengan menggunakan pendekatan Scientific. Pelaksanaan Pre-Test dilakukan

pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 30 siswa sebelum diberikan

perlakuan dengan menggunakan pendekatan Scientific. Soal Pre-Test yang

digunakan yaitu berbentuk essay yang terdiri 6 soal.

13

a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Pre-Test

Adapun Rekaptulasi hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Rekapitulasi hasil Tes Awal (Pre-Test)

No Uraian Kelas Eksperimen

1. Jumlah Siswa 30

2. 𝑋 18,83

3. Rentang Nilai 29

4. Nilai Tertinggi 34

5. Nilai Terendah 5

6. Panjang Kelas 5

7. Banyak Kelas 5,88

8. Simpangan Baku 7,59

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai

lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70

dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari

KKM adalah sebanyak 30 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini

adalah 34 dan yang terendah adalah 5. Rata-rata (𝑥 ) nilai secara

keseluruhan adalah 18,83, rentang nilai adalah 29, panjang kelas adalah 6,

banyak kelas adalah 5,88, dan simpangan baku Pre-Test adalah 7,59.

Gambar 2 Rata-rata Pre-Test

0

20

40

60

80

Jumlah

Siswa

Ketuntasan

Pretest

KKM

30

0

70

KKM

Tidak Ada

Siswa Yang

Tuntas

Jumlah Siswa

14

b. Uji Normalitas Pada Pre-test

Hasil perhitungan uji normalitas Pre-Test dapat dilihat pada tabel

3.

Tabel 3.

Hasil Uji Normalitas Pre-Test

Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Awal 4,3720 5 11,070 Normal

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes awal (Pre-

Test) lebih kecil 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (4,3720 < 11,070). Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 𝑋2 (Chi-

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Pre-Test berdistribusi normal pada

taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test)

a. Rata-rata dan Simpangan Baku pada Post-Test

Rekaptulasi hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Rekaptulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)

No Uraian Kelas Eksperimen

1. Jumlah Siswa 30

2. 𝑋 79,66

3. Rentang Nilai 28

4. Nilai Tertinggi 89

5. Nilai Terendah 61

6. Panjang Kelas 5

7. Banyak Kelas 5,88

8. Simpangan Baku 6,95

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh

siswa adalah 79,66. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas

KKM sebanyak 27 orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang

dari 75 atau di bawah KKM adalah 3 orang. Dengan rentang nilai 28,

15

panjang kelas adalah 5, banyak kelas adalah 5,88, dan simpangan baku

Post-Test adalah 6,95.

Gambar 3. Rata-rata Post-Test

b. Uji Normalitas Pada Post-Test

Hasil perhitungan uji normalitas skor Post-Test dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas Post-Test

Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Akhir 4,2054 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes akhir

(Post-Test) lebih kecil 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (4,2054 < 11,070). Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 𝑋2 (Chi-

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Post-Test berdistribusi normal

pada taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.

c. Uji Hipotesis Pada Post-test

Untuk menarik kesimpulan dari data Post-Test, maka dilakukan

pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas yaitu data

Post-test berdistribusi normal.

𝐻𝑎 : Rata-rata hasil belajar siswa telah menggunakan pendekatan Scientific

signifikan meningkat ( 𝐻𝑎 ∶ 𝜇1 < 𝜇2).

010203040506070

Jumlah

Siswa

Siswa

yang

Tuntas

Siswa

yang

Tidak

Tuntas

KKM

30 27

3

70

Jumlah Siswa

Siswa Yang

TuntasSiswa yang

Tidak TuntasKKM

16

𝐻0 : Rata-rata belajar siswa setelah menggunakan pendekatan Scientific tidak

meningkat ( 𝐻0 ∶ 𝜇1 ≥ 𝜇2).

Selanjutnya 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dibandigkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada daftar distribusi t

dengan derajat kebebasan dk = n-1, 30-1 = 29. Hasil uji untuk Post-Test

menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa

(lampiran) menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻𝑜 ditolak

dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

57,13 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,669 (Lampiran C).

2) Deskripsi Analisis Hasil Data Gain

Data Gain ini didapatkan dari selisish hasil perolehan nilai Pre-test

dan nilai Post-Test.

a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Data Gain

Adapun rekaptulasi hasil data Gain dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6

Rekaptulasi Hasil Data Gain

No Uraian Kelas Eksperimen

1. Jumlah Siswa 30

2. 𝑋 60,83

3. Rentang Nilai 23

4. Nilai Tertinggi 73

5. Nilai Terendah 50

6. Panjang Kelas 4

7. Banyak Kelas 5,88

8. Simpangan Baku 7,59

b. Uji Normalitas Data Gain

Hasil perhitungan uji normalitas data Gain dapat dilihatt pada tabel 7.

Tabel 7

Hasil Uji Normalitas Data Gain

Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Akhir 2,7426 5 11,070 Normal

17

3) Deskripsi Analisis Peningkatan Hasil Belajar

Ketuntasan hasil belajar dapat dilihat dari perbandingan rata-rata nilai

siswa pada saat pre-test dan post-test. Untuk memberikan gambaran data lebih

jelas, rata-rata antara pre-test dan post-test, dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Ketuntasan rata-rata hasil belajar antara Pre-Test dan Post-Test

Berdasarkan analisis hasil pre-test dan post-test dapat dilihat

perbedaan hasil belajar antara kemampuan awal siswa dengan kemampuan

akhir (tabel), terdapat ketuntasan hasil belajar setelah diberikan pembelajaran.

Nilai rata-rata pre-test adalah 20, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah

79,66. Nilai rata-rata yang dihipotesiskan adalah 70. Hal ini berarti nilai rata-

rata pre-test 20 < 70, makan Ha ditolak dan Ho diterima. Sedangkan nilai rata-

rata post-test 79,66 > 70, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan

rekaptulasi hasil nilai pre-test. Persentase ketuntasan belajar fisika siswa yang

tidak tuntas sebesar 100% sebanyak 30 siswa dan persentase siswa yang

tuntas sebesar 0% sebanyak 0% siswa. Sedangkan rekaptulasi hasil nilai post-

test, persentase ketuntasan belajar fisika siswa yang tidak tuntas sebesar 10%

dari 30 siswa, dan persentase siswa yang tuntas sebesar 90% sebanyak 27

siswa. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil post-test siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Scientific

secara signifikan tuntas.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016 dan 13 Februari 2016

yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X

0

20

40

60

80

100

Pretest KKM Posttest

20

7079

0

2734

89

50% 90%

Rata-rata

Ketuntasan

Nilai Tertinggi

Nilai terendah

Persentase Ketuntasan

18

SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan

pendekatan pembelajaran Scientific.

Pada pembahasan ini membahas tentang penerapan pendekatan Scientific.

Yang memiliki 5 (Lima) tahapan, Mengamati (Observating), pada tahapan

pertama ini dalam kegiatan mengamati pada pembelajaran dimulai dengan, guru

menentukan objek yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai

dengan lingkup objek yang diobservasi. Dilanjutkan dengan menentukan secara

jelas data-data yang perlu diobservasi. Menentukan dimana objek yang akan

diobservasi. Perlu juga untuk menentukan secara jelas bagaimana observasi

dilakukan untuk mengumpulkan data agar mudah dan lancar. Selanjutnya

menentukan cara melakukan pencatatan hasil observasi dan dalam kegiatan

melibatkan siswa secara langsung. Kemudian selama kegiatan berlangsung,

siswa melakukan terlibat dengan dua cara yaitu berstruktur dan tidak berstruktur.

Menanya (Questioning), pada tahap kedua, dalam proses pembelajaran guru

harus menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan rana

sikap, keterampilan dan pengetahuan. Mengembangkan minat dan keingintahuan

siswa tentang suatu topik. Guru harus bisa memusatkan perhatian pada masalah

tertentu. Sehingga mampu merangsang siswa mengajukan pertanyan sendiri.

Disela-sela waktu yang ada Guru memberikan tugas hingga kegiatan belajar

dapat berlangsung secara maksimal, melakukan pendekatan kepada siswa yang

mengalami kesulitan belajar. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa

semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi

yang diberikan . Kemudian melibatkan siswa dalam menyimpulkan yang dapat

mendorong proses berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kebiasan

menanggapi pertanyan teman atau pernyataan guru. Guru mengarahkan siswa

untuk melakukan kebiasan belajar diskusi.

Selanjutnya mengumpulkan data (Exploring), pada tahapan ketiga ini, guru

menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai

19

sumber. Siswa yang menentuka data yng merka perlukan dari pertanyaan yang

telah diajukan oleh guru. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa dalam

merencanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Guru

memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan yang ada.

Barulah siswa dapat mengumpulkan data.

Kemudian dilanjutkan dengan mengasosiasi (Associating), pada tahapan

keempat ini, Guru melatih siswa untuk menentukan data yang relevan dengan

yang tidak relevan, sehingga disini siswa akan menganalisis data dalam bentuk

membuat sebuah kategori. Menentukan hubungan data/ kategori. Selanjutnya,

guru melatih siswa untuk dapat memberikan argument yang utuh terhadap

temuan atau data yang diperoleh. Dari hasil argument setiap siswa, barulah guru

membimbing siswa untuk menyimpulkan analisis data.

Tahapan terakhir ini yaitu mengkomunikasikan (Communication), guru

melatih siswa untuk berkomunikasi menemukan konsep ketika menyampaikan

informasi yang ditemukan. Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan ataupun

media lainnya. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan konseptulasi yang telah mereka buat.

Berdasarkan uraian diatas, dimana penerapan pendekatan Scientific dapat

meningkatkan hasil belajar maka pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan

sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar disuatu sekolah. Proses belajar

yang terjadi tidak hanya berasal dari satu arah saja, peran guru sebagai fasilitator

dan motivator pun akan meningkat. Kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan

tidak membosankan seperti yang terjadi pada proses pembelajaran klasikal. Dari

hasil LKS yang telah dibagikan oleh guru dimana berisi permasalahan yang

perulu diselidiki, rata-rata siswa mampu menyelesaikan dengan baik dan

memperoleh nilai yang relatif tinggi. Skor tertinggi dalam pengisian LKS yaitu

kelompok 2 dengan nilai skor 85

Pendekatan scientific ini merupakan salah satu cara siswa agar lebih berani

dan aktif bertanya tentang apa saja yang belum mereka pahami. Karena yang

20

dihadapi adalah temannya sendiri, maka siswa tidak akan merasa malu untuk

bertanya kepada temannya itu sebab dengan teman sendiri tidak ada rasa

canggung, rendah diri dan sebagainya. Sehingga diharapkan siswa yang kurang

paham untuk tidak segan-segan mengungkapkan apa saja yang belum

dimengerti, dalam hal ini menyangkut materi kalor. Selain itu juga, bahasa dari

teman sebaya akan lebih mudah dipahami sehingga akan lebih mempermudah

siswa dalam proses pemahamannya.

Dengan pendekatan ini, dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi

siswa diantara teman-temannya. Hal ini terlihat pada saat penerapan

pembelajaran tersebut dilakukan. Ketika siswa menyampaikan informasi yang

berasal dari pendapat-pendapat temannya dengan cara diskusi. Pelaksanaan

treatment pada awalnya mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru

bagi guru dan siswa memerlukan sedikit waktu untuk penyesuaian. Kegaduhan

yang terjadi pada saat pelaksanaan treatment cukup menyita waktu pembelajaran,

tetapi tidak begitu lama. Ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam tahap

penalaran, sehingga materi yang diserap siswa kurang maksimal. Hambatan yang

terjadi pada pertemuan pertama tidak lagi terjadi pada pertemuan berikutnya

karena siswa merasa senang dalam bertukar informasi antara teman

sekelompoknya.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis uji-t pada data post-test dengan taraf

signifikan α = 0,05 diperoleh thitung = 57,13 dan ttabel = 1,669. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hasil

penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Scientific kelas X SMA

Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan meningkat.

Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pre-test 20 dengan 100% dari 30

21

siswa belum mencapai KKM (70), sedangkan nilai rata-rata post-test 79,66

dengan persentase 90% dari 30 siswa telah mencapai KKM dikelas X.2.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Pendekatan Scientific perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai

alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar karena

melalui penelitian ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap

kemampuannya sendiri.

2. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru banyak melibatkan siswa

sehingga siswa bisa berperan dan terlibat secara langsung dalam proses

pembelajaran. Serta perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai

pengembangan dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2010. Belajar-Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik. 2006. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksar

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.

Bandung: Interes Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar