PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL …lib.unnes.ac.id › 36921 › 1 › 4201412080.pdfiii...

1

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL …lib.unnes.ac.id › 36921 › 1 › 4201412080.pdfiii...

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

    CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES

    (CUPS) DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

    UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

    KOMUNIKASI

    SKRIPSI

    disusun sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Fisika

    oleh

    Erni Sri Purnami

    4201412080

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2018

  • ii

  • iii

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian

    hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima

    sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Semarang, Januari 2018

    Erni Sri Purnami

    4201412080

  • iv

    PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul

    Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs) dengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan

    Kemampuan Komunikasi

    disusun oleh

    Erni Sri Purnami

    4201412080

    telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

    tanggal 8 Desember 2017.

  • v

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

    telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

    urusan yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap.

    (QS. Al-Insyirah: 6-8)

    PERSEMBAHAN

    Untuk kedua orang tua (bapak Budiyo

    Riyanto dan ibu Sugiyem)

    Untuk adikku Krisna Seta Bayu Aji

    Untuk seluruh keluarga besarku

    Untuk sahabat-sahabatku (Lurinda, Falah,

    Sudarwati, Istiwuland dan Artika)

    Untuk R. A. H.

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

    dengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan

    Komunikasi”.

    Penulis banyak menerima motivasi, petunjuk dan bimbingan dari banyak

    pihak selama proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Zaenuri, S. E., M. Si., Akt., selaku dekan FMIPA Universitas

    Negeri Semarang.

    2. Dr. Suharto Linuwih, M. Si., selaku ketua jurusan Fisika FMIPA

    Universitas Negeri Semarang.

    3. Dra. Siti Khanafiyah, M. Si., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

    mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Dr. Khumaedi, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

    mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Prof. Dr. Supriyadi, M. Si., selaku penguji yang telah banyak memberikan

    saran dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Dr. Achmad Sopyan, M. Pd., selaku dosen wali.

    7. Dra. Rani Ernaningsih, selaku Kepala SMP Negeri 40 Semarang yang telah

    memberikan ijin penelitian.

  • vii

    8. Dra. Eny Rodlyawati, selaku guru mata pelajaran IPA kelas VIII SMP

    Negeri 40 Semarang.

    9. Seluruh peserta didik kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 40 Semarang.

    10. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan.

    11. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan motivasi Lurinda,

    Falah, Sudarwati, Istiwuland, dan Artika.

    12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

    penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan

    jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

    penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya

    dan pembaca pada umumnya.

    Semarang, Januari 2018

    Penulis

  • viii

    ABSTRAK

    Purnami, Erni Sri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran ConceptualUnderstanding Procedures (CUPs) dengan Teknik Probing Prompting untukMeningkatkan Kemampuan Komunikasi. Skripsi, Jurusan Fisika FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.Pembimbing Utama Dra. Siti Khanafiyah, M. Si. dan Pembimbing PendampingDr. Khumaedi, M. Si.

    Kata kunci: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), probing prompting,kemampuan komunikasi.

    Pembelajaran IPA menuntut peserta didik mampu mengomunikasikanpengetahuannya sebelum menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Komunikasi juga menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuankomunikasi peserta didik melalui penerapan model pembelajaran ConceptualUnderstanding Procedures (CUPs) dengan teknik probing prompting. Desainyang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design.Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudahdiberikan perlakuan. Data kemampuan komunikasi diperoleh melalui metodeobservasi. Sedangkan data pemahaman konsep diperoleh melalui metode tes.Peningkatan kemampuan komunikasi dihitung dengan menggunakan uji gain.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi yangsignifikan setelah diterapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik probingprompting. Kemampuan komunikasi peserta didik setelah diberi perlakuanmeningkat sebesar 0,454 yang berada pada kategori sedang. Pemahaman konseppeserta didik mengalami peningkatan sebesar 0,480 yang berada pada kategorisedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan modelpembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting dapat meningkatkankemampuan komunikasi peserta didik.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

    PERNYATAAN..................................................................................................... iii

    PENGESAHAN ..................................................................................................... iv

    MOTTO .................................................................................................................. v

    PRAKATA............................................................................................................. vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

    1.5 Penegasan Istilah....................................................................................... 6

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................... 8

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

    2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) .. 11

    2.2 Teknik Probing Prompting ..................................................................... 14

    2.3 Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing Prompting ............ 16

    2.4 Kemampuan Komunikasi........................................................................ 17

    2.5 Pemahaman Konsep................................................................................ 19

    2.6 Tinjauan Materi Gaya dan Hukum Newton............................................ 20

    2.6.1. Hukum I Newton............................................................................. 24

    2.6.2. Hukum II Newton ........................................................................... 25

    2.6.3. Hukum III Newton .......................................................................... 28

    2.7 Kerangka Berfikir ................................................................................... 29

  • x

    2.8 Hipotesis ................................................................................................. 32

    BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................ 33

    3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 33

    3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian.................................................................. 33

    3.3 Prosedur penelitian.................................................................................. 34

    3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data............................................. 35

    3.4.1 Metode Tes...................................................................................... 35

    3.4.2 Metode Observasi............................................................................ 39

    3.5 Analisis Data Penelitian.......................................................................... 40

    3.5.1 Uji Normalitas................................................................................. 40

    3.5.2 Analisis Persentase Lembar Observasi ........................................... 41

    3.5.3 Uji Gain........................................................................................... 41

    3.5.4 Uji Hipotesis ................................................................................... 42

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 43

    4.1 Penerapan Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik ProbingPrompting ............................................................................................... 43

    4.2 Kemampuan komunikasi ........................................................................ 47

    4.3 Pemahaman Konsep................................................................................ 51

    4.4 Keterbatasan Penelitian........................................................................... 55

    BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 56

    5.1 Simpulan ................................................................................................. 56

    5.2 Saran ....................................................................................................... 56

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58

    LAMPIRAN.......................................................................................................... 61

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman Halaman

    3.1 Klasifikasi Daya Pembeda Soal .................................................................37

    3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ................................................................38

    3.3 Kriteria Nilai Uji Gain................................................................................42

    4.1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi ......................................................48

    4.2 Peningkatan Pemahaman Konsep ...............................................................52

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Gaya gesek pada orang yang sedang berjalan. ........................................... 22

    2.2 Diagram vektor dari gaya F........................................................................ 23

    2.3 Diagram besar nilai dan arah gaya. ............................................................ 23

    2.4 Resultan gaya searah. ................................................................................. 24

    2.5 Resultan gaya berlawanan arah. ................................................................. 24

    2.6 Gaya untuk mendorong dua benda berbeda berukuran sama..................... 26

    2.7 Hukum aksi reaksi ...................................................................................... 29

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................... 62

    2. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 63

    3. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba....................................................................... 64

    4. Soal Tes Uji Coba ..................................................................................... 66

    5. Analisis Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 77

    6. Perhitungan Validitas Soal Tes Uji Coba.................................................. 81

    7. Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba ........................................ 83

    8. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Tes Uji Coba.................................. 85

    9. Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ............................................. 87

    10. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ............................................................ 88

    11. Soal Pretest dan Posttest ........................................................................... 90

    12. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi ............... 99

    13. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi ........................................... 99

    14. Perhitungan Uji Normalitas Pretest ........................................................ 102

    15. Perhitungan Uji Normalitas Posttest ....................................................... 103

    16. Perhitungan Uji Gain Kemampuan Komunikasi..................................... 104

    17. Perhitungan Uji Gain Pemahaman Konsep ............................................. 110

    18. Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi ............................. 111

    19. Perhitungan Uji Hipotesis Pemahaman Konsep. .................................... 113

    20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................................. 115

    21. Sintaks Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing Prompting

    ................................................................................................................. 13622. Dokumentasi............................................................................................ 138

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

    dengan penyelidikan tentang alam secara sistematis (Permendiknas, 2006: 377).

    Melalui pembelajaran IPA, peserta didik diharapkan mampu mempelajari dirinya

    sendiri serta alam sekitarnya, serta mengembangkannya lebih lanjut untuk

    diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA, pemahaman

    suatu konsep akan menjadi dasar untuk memahami konsep-konsep selanjutnya

    dan untuk menerapkannya. Oleh sebab itu dalam pembelajaran IPA dibutuhkan

    suatu model pembelajaran yang dapat membangun pemahaman konsep peserta

    didik. Pembelajaran IPA juga menuntut peserta didik mampu mengomunikasikan

    pengetahuannya terlebih dahulu dengan baik. Komunikasi merupakan salah satu

    nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010: 10).

    Berdasarkan hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS)

    tahun 2011, menunjukkan bahwa kemampuan memahami IPA oleh peserta didik

    di Indonesia masih rendah, yaitu berada di urutan ke- 40 dari 42 negara. Peserta

    didik di Indonesia masih berada pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran

    IPA (Napitupulu, 2012). Hasil observasi yang dilakukan selama masa PPL di

    SMP Negeri 1 Semarang dan observasi di SMP Negeri 40 Semarang sebelum

    melakukan kegiatan penelitian menunjukkan hal yang serupa. Nilai ulangan

  • 2

    peserta didik pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika menunjukkan lebih dari

    50% peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

    Rendahnya nilai ulangan peserta didik itu dikarenakan kurangnya pemahaman

    peserta didik pada materi yang diberikan. Pendidik cenderung hanya

    menyampaikan IPA sebagai produk tanpa mengajarkan IPA sebagai proses,

    sehingga pembelajaran yang tercipta masih bersifat teacher-centered. Pendidik

    hanya memberikan informasi faktual yang kemudian dihafalkan oleh peserta

    didik. Peserta didik belum diberikan kesempatan untuk membangun sendiri

    pengetahuannya sehingga mereka belum mampu memahami materi dengan baik.

    Selain rendahnya pemahaman konsep, pembelajaran yang masih berpusat

    pada pendidik juga menjadikan peserta didik belum memiliki kemampuan untuk

    mengomunikasikan pengetahuannya dengan baik. Hal ini berdasarkan pada sikap

    mereka yang masih pasif selama proses pembelajaran. Peserta didik cenderung

    diam dan tidak mau bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. Peserta

    didik juga belum mampu untuk mengomunikasikan pemahaman yang telah

    mereka miliki dalam sebuah penugasan yang diberikan ataupun ketika diminta

    pendidik untuk menjelaskan suatu peristiwa yang berhubungan dengan materi.

    Permasalahan yang muncul tersebut tidak terlepas dari model pembelajaran yang

    digunakan pendidik selama proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran

    yang tepat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran IPA, sehingga peserta didik

    dapat mengerti dan memahami konsep serta menghubungkan keterkaitan suatu

    konsep dengan konsep lainnya.

  • 3

    Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

    merupakan suatu prosedur pengajaran yang dirancang untuk membantu

    pengembangan pemahaman konsep saat peserta didik menemui kesulitan

    (McKittrick et al., 1999: 28). Model ini berdasarkan pada pendekatan

    konstruktivisme, melibatkan pembelajaran koperatif dan peran aktif peserta didik

    secara individu dalam belajar. Pembelajaran CUPs memiliki tiga tahapan yang

    harus dilakukan oleh peserta didik, yaitu berpikir individu, diskusi kelompok kecil

    dan diskusi kelas. Dalam kelompok kecil peserta didik diminta mencapai

    kesepakatan. Selanjutnya kesepakatan masing-masing kelompok kecil akan

    dibahas dalam kelompok besar dan pendidik berperan sebagai fasilitator bagi

    peserta didik untuk mencapai kesepakatan tunggal. Hasil penelitian Ismawati et

    al. (2013: 19) menunjukkan bahwa model CUPs dapat meningkatkan pemahaman

    konsep dan curiosity peserta didik pada materi pemuaian.

    Seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya juga berperan sebagai

    pembimbing. Tanpa bimbingan, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam

    menghadapi perkembangannya dan membuat mereka bergantung pada pendidik.

    Untuk melaksanakan peran itu pendidik juga harus memiliki keterampilan

    bertanya. Pertanyaan yang diajukan harus mampu mengarahkan dan menuju pada

    informasi yang relevan dengan materi pembelajaran agar membantu peserta didik

    mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu teknik

    pembelajaran yang menggunakan keterampilan bertanya adalah probing

    prompting. Menurut Suherman sebagaimana yang dikutip oleh Huda (2014: 281),

    probing prompting adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dengan

  • 4

    menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali

    gagasan peserta didik sehingga mereka mampu menghubungkan pengalamannya

    dengan pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari. Pertanyaan yang diajukan

    dalam teknik probing prompting bersifat menggali jawaban yang lebih dalam dari

    peserta didik dengan tujuan mendapatkan jawaban pengembangan yang lebih jelas

    dan akurat. Melalui proses tersebut, mereka selanjutnya mengonstruksi hal-hal

    baru yang didapat menjadi pengetahuan baru. Hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Kusuma et al. (2015: 340) menunjukkan bahwa penerapan model

    pembelajaran yang disertai dengan teknik probing prompting memberikan

    pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika peserta didik.

    Model pembelajaran CUPs dan teknik probing prompting keduanya

    berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme. Perpaduan model pembelajaran

    CUPs dan teknik probing prompting akan dilakukan melalui tiga tahapan.

    Tahapan pertama peserta didik dituntut untuk berpikir secara individu. Dalam

    tahap berpikir individu ini dilakukan dengan teknik probing prompting, pendidik

    akan memberikan pertanyaan yang menggali dan menuntun kemudian menunjuk

    peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Tahap kedua

    berpikir kelompok, peserta didik membentuk kelompok kecil dan berpikir

    bersama kelompoknya. Tahap yang terakhir adalah mendiskusikan hasil diskusi

    kelompok kecil dalam kelompok besar (kelas). Dengan perpaduan model

    pembelajaran inovatif CUPs dan teknik probing prompting tersebut, peserta didik

    diharapkan mampu untuk lebih memahami konsep yang sedang dipelajari dan

    mampu belajar untuk mengomunikasikan pemahamannya dengan baik, baik

  • 5

    dengan proses tanya jawab dengan pendidik (probing prompting) ataupun dalam

    proses diskusi.

    Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian yang berjudul “Penerapan

    Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan

    Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi”

    perlu diadakan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik setelah

    diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs) dengan teknik probing prompting?

    2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah

    diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs) dengan teknik probing prompting?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik setelah

    diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs) dengan teknik probing prompting.

  • 6

    2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah

    diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs) dengan teknik probing prompting.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

    Bagi Pendidik

    Bagi pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

    pertimbangan dan pengetahuan sebagai alternatif model pembelajaran di

    dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan cara yang

    lebih efektif dan efisien.

    Bagi Peneliti

    Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bekal mengajar

    ketika menjadi guru dimasa yang akan datang.

    Bagi Peneliti Lain

    Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

    masukan atau gambaran mengenai model pembelajaran CUPs yang

    dipadukan dengan teknik probing prompting.

    1.5 Penegasan Istilah

    Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah- istilah dalam

    penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut:

    Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan Teknik

    Probing Prompting

  • 7

    Dalam model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting,

    pembelajaran dilakukan dalam tiga tahapan yaitu berpikir individu, diskusi

    bersama kelompok kecil dan diskusi bersama kelompok besar (McKittrick

    et al., 1999: 28). Dalam tahap pertama berpikir individu, pendidik akan

    mengajak peserta didik untuk berpikir secara individu dengan teknik

    probing prompting. Pendidik akan mengajukan pertanyaan yang menggali

    dan menuntun peserta didik untuk memahami konsep-konsep dalam materi

    pembelajaran, kemudian menunjuk peserta didik untuk menjawab

    pertanyaan yang diajukan. Pada tahap kedua peserta didik membentuk

    kelompok kecil dan menyelesaikan permasalahan dengan berpikir bersama

    kelompoknya. Pada tahap terakhir dilakukan diskusi dalam kelompok

    besar (kelas), setiap kelompok kecil menyampaikan jawaban dari

    permasalahan yang telah didiskusikan. Selanjutnya pendidik membimbing

    diskusi, sehingga peserta didik memperoleh kesepakatan terhadap jawaban

    yang tepat dari permasalahan yang telah diberikan.

    Kemampuan Komunikasi

    Menurut Kemendiknas (2010: 10) komunikasi menjadi salah satu nilai

    pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan diartikan sebagai tindakan

    yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama

    dengan orang lain. Kemampuan komunikasi yang akan diamati dalam

    penelitian ini meliputi komunikasi lisan dan tertulis. Beberapa indikator

    yang digunakan adalah mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

  • 8

    menyampaikan hasil diskusi dan menyusun laporan. Peningkatan

    kemampuan komunikasi akan diuji menggunakan uji gain.

    Pemahaman Konsep

    Menurut Arikunto (2012: 118) pemahaman merupakan kemampuan

    menjelaskan hubungan yang sederhana antara fakta-fakta dan konsep.

    Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep pada

    materi yang telah diberikan pada proses pembelajaran. Peningkatan

    pemahaman konsep diukur berdasarkan hasil belajar kognitif peserta didik.

    Aspek hasil belajar kognitif diukur menggunakan instrumen tes yang

    berpedoman pada taksonomi Bloom. Dalam penelitian ini hanya dibatasi

    pada tiga aspek yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan

    (C3) sesuai dengan pedoman penyusunan tes untuk peserta didik pada

    tingkat SMP (Arikunto 2012: 217). Pemahaman konsep diukur dengan

    hasil belajar kognitif berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

    Peningkatan pemahaman konsep akan diuji menggunakan uji gain.

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

    Susunan skripsi terdiri atas tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian

    isi dan bagian akhir skripsi.

    (1) Bagian Pendahuluan

    Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, persetujuan

    pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, prakata, daftar isi,

    daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

    (2) Bagian Isi

  • 9

    Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut:

    BAB 1 Pendahuluan

    Berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, pembatasan masalah, penegasan istilah dan sistematika

    penulisan skripsi.

    BAB 2 Tinjauan Pustaka

    Berisi tentang teori yang mendasari penelitian, yaitu model pembelajaran

    Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan teknik Probing

    Prompting, kemampuan komunikasi, pemahaman konsep, kerangka

    berpikir dan hipotesis.

    BAB 3 Metode Penelitian

    Berisi tentang populasi dan sampel penelitian, metode dan desain

    penelitian, metode pengumpulan data, analisis instrumen serta metode

    analisis data.

    BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Hasil penelitian berisi tentang deskripsi penerapan model pembelajaran

    CUPs dengan teknik probing prompting, peningkatan pemahaman konsep

    serta peningkatan kemampuan komunikasi setelah diterapkan model

    pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting. Pembahasan berisi

    tentang penafsiran temuan-temuan berdasarkan hasil penelitian serta

    menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang sesuai.

    BAB 5 Penutup,

    Berisi simpulan dari penelitian dan saran untuk peneliti selanjutnya.

  • 10

    (3) Bagian Akhir Skripsi

    Bagian bab akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

  • 11

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures

    (CUPs)

    McKittrick et al. (1999: 27) menyatakan bahwa CUPs merupakan model

    pembelajaran yang dirancang untuk membantu pengembangan pemahaman

    konsep peserta didik dalam proses belajar mengajar. CUPs berlandaskan pada

    pendekatan konstruktivisme dan diperkuat dengan nilai pembelajaran koperatif.

    CUPs berlandaskan pendekatan konstruktivisme yakni didasari pada

    kepercayaan bahwa peserta didik mengkonstruksi pemahaman konsep dengan

    memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada. Teori pembelajaran

    konstruktivisme menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai

    pengetahuan dari pengalamannya sendiri (Rifa'i & Anni, 2012: 189).

    Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya membentuk. Pada

    dasarnya, semua peserta didik telah memiliki gagasan atau pengetahuan awal.

    Selanjutnya peserta didik menggunakan informasi yang didapatkan dari

    lingkungan sekitarnya serta dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada

    dalam rangka membangun pandangan pribadi serta memperoleh makna. Tujuan

    penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah untuk

    membantu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang

  • 12

    dipelajari Pribadi (2009: 158). Peranan pendidik yang sesuai dengan pendekatan

    konstruktivisme, yaitu pendidik sebagai fasilitator. Pendidik tidak lagi

    memberikan ceramah tentang pelajaran, tetapi membantu peserta didik

    memperoleh pemahaman dari materi yang sedang dipelajari.

    Menurut Correiro et al. (2008: 457), keberhasilan penerapan pembelajaran

    dengan pendekatan konstruktivisme dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1)

    memberikan informasi awal sebelum pembelajaran, peserta didik dikenalkan pada

    materi yang akan dipelajari, (2) menggali konsep awal yang dimiliki peserta didik

    yang berkaitan dengan materi, (3) merancang desain eksperimen yang akan

    dilakukan, dan (4) kegiatan labolatorium, dapat berupa kegiatan eksperimen dan

    pembuatan laporan hasil eksperimen. Tahapan pelaksanaan model pembelajaran

    CUPs telah memenuhi empat faktor tersebut. Di awal pembelajaran, disajikan

    pertanyaan ataupun demonstrasi oleh pendidik dengan tujuan agar peserta didik

    mengemukakan pengalamannya. Selanjutnya, untuk mengetahui konsep awal

    yang dimiliki peserta didik digunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

    LKPD berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan

    dibahas. Tahap berikutnya peserta didik bekerja secara berkelompok dalam

    kegiatan percobaan dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok. Peserta

    didik membahas hasil kegiatan percobaan kelompok dan mengerjakan lembar

    kerja kelompok. Kegitatan terakhir yaitu masing-masing kelompok menyajikan

    hasil diskusi mereka dan guru membimbing peserta didik untuk memperoleh

    kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

  • 13

    Selain berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme, model CUPs ini

    juga diperkuat dengan nilai pembelajaran koperatif. Pembelajaran koperatif

    merupakan serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam

    suatu kelompok tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

    ditentukan. Dalam pembelajaran koperatif peserta didik belajar bersama dalam

    kelompok-kelompok kecil serta saling membantu satu sama lain. Penyusunan

    kelompok yang heterogen dalam pembelajaran koperatif dapat melatih peserta

    didik menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar

    belakang. Huda (2014: 111) menyatakan salah satu anggapan dasar dalam

    pengembangan pembelajaran koperatif adalah sinergi yang muncul melalui

    kegiatan kerja sama dalam kelompok akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih

    besar dibandingkan melalui lingkungan kompetitif individual. Dalam pelaksanaan

    pembelajaran koperatif, pendidik juga bertindak sebagai fasilitator.

    Mills et al. (1999: 11) menyatakan “in this CUP, students work on

    exercises alone, then in threes and finally discuss their views in the whole class”.

    Menurutnya proses tersebut menganjurkan peserta didik untuk berpikir aktif dan

    memodifikasi pandangan mereka dan menghasilkan kepuasan dan partisipasi

    peserta didik pada satu tingkat yang lebih tinggi. Model pembelajaran CUPs

    meliputi kegiatan pembelajaran individu, diskusi kelompok dan diskusi kelas..

    Dari perpaduan antara pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran koperatif

    inilah yang membuat model pembelajaran CUPs dinilai mampu menciptakan

    suasana pembelajaran yang aktif dan menarik. Penelitian yang pernah dilakukan

    oleh Siswanto (2013: 39) yang menyatakan implementasi model CUPs dapat

  • 14

    meningkatkan kemampuan kognitif C2 dan berpengaruh besar terhadap

    peningkatan hasil belajar peserta didik. Penelitian lain dilakukan oleh Ismawati et

    al. (2013: 17) menyimpulkan bahwa model CUPs dinilai efektif dan mampu

    meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

    2.2 Teknik Probing Prompting

    Probing prompting berasal dari kata probes dan prompt. Probe berarti

    penyelidikan, menggali. Sedangkan prompt sendiri berarti mendorong.

    Sebagaimana dinyatakan oleh Suherman yang dikutip oleh Huda (2014: 281),

    probing prompting merupakan pembelajaran dengan menyajikan serangkaian

    pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali jawaban peserta didik sehingga

    terjadi proses berpikir yang dilakukan oleh peserta didik dengan mengaitkan

    pengetahuan dan pengalaman peserta didik terhadap pengetahuan baru yang

    sedang dipelajarinya. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi sendiri konsep-

    konsep menjadi pengetahuan baru.

    Probes merupakan strategi untuk menghadapi jawaban-jawaban yang

    salah dengan cara normatif dan humanis. Hal ini penting bagi pendidik untuk

    meminta peserta didik memberikan informasi tambahan guna memastikan apakah

    jawaban mereka sudah cukup komprehensif dan menyeluruh. Melalui proses

    probing, pendidik berusaha untuk membuat peserta didik membenarkan atau

    paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban mereka. Sedangkan

    prompting merupakan cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menuntun peserta

    didik memberikan jawaban yang baik dan benar atas pertanyaan yang diajukan.

    Prompting juga dapat dikatakan sebagai cara lain dalam menanggapi atau

  • 15

    merespon jawaban dari peserta didik apabila mereka gagal menjawab pertanyaan

    dengan sempurna. Menurut Djamarah (2000: 111) beberapa cara merespon

    jawaban dapat dilakukan dengan:

    1. Menyusun kembali pertanyaan yang sama menggunakan kata-kata yang

    mudah dimengerti peserta didik. Kegagalan menjawab pertanyaan dengan

    sempurna mungkin saja dikarenakan peserta didik tidak mengerti maksud

    dari pertanyaan.

    2. Menggunakan pertanyaan yang sederhana dan relevan dengan pertanyaan

    pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

    menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta

    didik.

    3. Mengulang kembali informaasi yang diberikan sebelumnya. Kegagalan

    peserta didik dalam menjawab dapat dijadikan petunjuk bahwa pelajaran

    yang telah diberikan memiliki tingkat kesukaran yang relatif tinggi.

    Dalam proses prompting apabila peserta didik tidak dapat menjawab

    pertanyaan dari pendidik, maka pertanyaan tidak langsung dilempar kepada

    peserta didik lain yang bisa menjawab tetapi pendidik memberikan petunjuk-

    petunjuk (clue) yang membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan.

    Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama proses pembelajaran disebut

    probing question. Probing question merupakan pertanyaan yang menggali

    jawaban lebih dalam dari peserta didik untuk mendapatkan jawaban yang lebih

    akurat. Teknik ini dapat memotivasi peserta didik memahami suatu permasalahan

    secara mendalam sehingga mampu mencapai jawaban yang dituju. Teknik ini

  • 16

    diterapkan dalam penelitian Harsoyo & Sopyan (2014: 46) yang menunjukkan

    bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik menggunakan model

    pembelajaran berbasis masalah dengan teknik probing prompting lebih baik dan

    memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan peserta didik yang

    menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hal serupa juga

    diungkapkan dalam Kusuma et al. (2015: 340), bahwa model discovery learning

    dengan teknik probing prompting berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar

    fisika peserta didik.

    Pada pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk

    peseta didik secara acak sehingga setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif

    dan terlibat dalam proses tanya jawab.

    Beberapa kelebihan penggunaan probing prompting dalam proses

    pembelajaran adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif,

    meningkatkan keberanian peserta didik dalam berpendapat atau menjawab

    pertanyaan, serta meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Kelemahan

    dari model pembelajaran ini sendiri adalah menyita banyak waktu karena

    memerlukan waktu tunggu pada saat peserta didik menjawab pertanyaan

    (Jacobsen et al., 2009).

    2.3 Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing

    Prompting

    Model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting merupakan

    pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran ini dirancang dalam rangka

  • 17

    meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik dengan

    merangsang kemampuan berpikir peserta didik melalui pemikiran mendalam yang

    dilakukan dalam kegiatan pembelajaran individu, diskusi kelompok dan diskusi

    kelas. Model pembelajaran ini memadukan pembelajaran konstruktivisme yang

    juga berbasis kooperatif, yaitu model CUPs dengan pendekatan atau teknik yang

    merangsang peserta didik untuk berpikir, yaitu probing prompting. Perpaduan

    model ini mengacu pada sintaks model pembelajaran CUPs dan diawali dengan

    mengajukan pertanyaan probing prompting. Sintaks model pembelajaran CUPs

    dengan teknik probing prompting disajikan dalam Lampiran 21.

    2.4 Kemampuan Komunikasi

    Komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan

    sebagai pengiriman dan atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau

    lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Kemendiknas

    (2010: 10) komunikasi menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan karakter

    bangsa, dan diartikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang

    berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Komunikasi yang tejadi

    didalam pembelajaran tidak hanya terjadi antara pendidik dengan peserta didik,

    tetapi juga antarpeserta didik. Komunikasi dalam pendidikan sangatlah penting.

    Dalam pembelajaran yang mengacu pada student centered learning, kemampuan

    komunikasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk menangkap makna dari

    pembelajaran yang mereka lakukan. Komunikasi merupakan salah satu

    keterampilan yang diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik secara

    personal maupun profesional (Suryadi, 2004: 17).

  • 18

    Rustaman et al. (2003) menyatakan bahwa komunikasi dapat dilakukan

    melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi,

    presentasi), oleh karena itu peserta didik perlu diberikan pembelajaran yang

    memberikan kesempatan pada mereka untuk mempraktikan kemampuan

    komunikasi dengan orang lain dalam rangka mengembangkan kemampuan

    komunikasinya. Kegiatan pembelajaran IPA yang melibatkan diskusi, praktikum

    (mengamati, mencatat, dan menyusun hasil percobaan) serta membandingkan

    hasil percobaan yang diperoleh akan dapat membantu peserta didik dalam

    mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Melalui proses pembelajaran

    yang dirancang dengan kegiatan praktikum dan diskusi, peserta didik akan

    mengamati, menyimpulkan, dan memprediksi kemungkinan lain yang selanjutnya

    perlu dikomunikasikan kepada orang lain.

    Beberapa indikator kemampuan komunikasi menurut Kemendiknas (2010:

    44) antara lain adalah:

    (1) Bekerja sama dalam kelompok,

    (2) Berbicara dengan teman sekelas,

    (3) Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat, dan

    (4) Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan personalia lainnya.

    Sedangkan menurut Rustaman et al. (2003: 103) terdapat lima indikator

    kemampuan komunikasi dalam belajar sains, diantaranya yaitu:

    (1) Memerikan/ menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan

    dengan grafik atau tabel atau diagram,

    (2) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis,

  • 19

    (3) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian,

    (4) Membaca grafik atau tabel atau diagram,

    (5) Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa.

    Beberapa aspek kemampuan komunikasi yang akan diamati dalam

    penelitian ini meliputi mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

    menyampaikan hasil diskusi dan menyusun laporan.

    2.5 Pemahaman Konsep

    Menurut Cakir (2008), pemahaman konsep (conceptual understanding)

    merupakan hal yang sangat penting dan harus diutamakan dalam proses

    pembelajaran dibandingkan menghafal. Pemahaman adalah salah satu aspek pada

    ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan dalam memahami hubungan yang

    sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2012: 131). Pemahaman

    juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap atau mengerti maksud

    dari suatu konsep. Sedangkan pemahaman menurut Hamdani (2011: 151)

    diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi yang

    telah diketahui menggunakan bahasa sendiri.

    Konsep menurut Rifa'i & Anni (2012: 83) merupakan satuan arti yang

    mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep adalah suatu ide

    atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman yang relevan. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan memperoleh

    makna dari suatu pengertian tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

    Pemahaman konsep peserta didk dapat diketahui dari hasil belajar

    kognitifnya. Bloom menyatakan ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa

  • 20

    pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup

    kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan

    (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation)

    (Rifa’i & Anni, 2012: 70). Suatu pemahaman akan menjadi pelengkap dalam

    pembentukan pemahaman yang lebih jauh. Tingkatan ini dapat dijadikan pedoman

    dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

    2.6 Tinjauan Materi Gaya dan Hukum Newton

    Materi sesuai dengan buku IPA Fisika 2 yang disusun oleh Marthen

    Kanginan dan buku Ilmu Pengetahuan Alam yang disusun oleh Kemendikbud.

    GayaGaya merupakan sebuah besaran fisika yang secara intuitif didefinisikan

    sebagai tarikan atau dorongan. Gaya yang diberikan pada suatu benda akan

    menyebabkan benda mengalami perubahan kecepatan. Selain merubah kecepatan

    benda, gaya juga dapat merubahan arah gerak benda, serta merubahan bentuk dan

    ukuran benda. Gaya merupakan sebuah besaran yang dapat diukur dengan

    menggunakan neraca pegas atau dynamometer. Satuan gaya dalam SI adalah

    newton yang dilambangkan dengan N.

    Berdasarkan pada cara suatu gaya memengaruhi benda lain, gaya dibagi

    menjadi dua yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Pada gaya sentuh, benda yang

    memberikan gaya dan yang menerima gaya melakukan kontak secara langsung

    berupa persinggungan. Contoh dari gaya sentuh adalah gaya gesek yang terjadi

    anatara lantai dan meja pada saat meja didorong dan gaya otot seperti terjadi pada

    orang yang menarik busur panah ke belakang saat akan memanah. Pada gaya tak

  • 21

    sentuh, benda yang memberi gaya dan yang menerima gaya tidak terjadi kontak

    secara langsung. Dalam hal ini gaya dapat terjadi meskipun kedua benda terpisah

    jauh. Contoh gaya tak sentuh adalah gaya gravitasi yang terjadi pada sebuah apel

    di atas pohon yang di tarik oleh pusat bumi sehingga jatuh ke permukaan bumi,

    gaya listrik yang terjadi pada penggaris plastik yang dapat menarik potongan-

    potongan kertas kecil dan gaya magnet yang terjadi pada sebuah ujung magnet

    yang menarik paku besi di dekatnya.

    Gaya gesek

    Gaya gesek termasuk gaya sentuh karena permukaan benda yang memberi

    dan diberi gaya saling bersentuhan. pada saat mendorong atau meluncurkan suatu

    benda di atas suatu permukaan, gerakan benda yang didorong akan tertahan oleh

    gesekan benda dengan permukaan tersebut. Tahanan ini yang disebut sebagai gaya

    gesekan. Gaya gesekan ini berlawanan arah dengan arah gaya luar yang

    dikerjakan pada benda.

    Dalam keseharian gaya gesek ada yang merugikan dan ada yang

    menguntungkan. Beberapa keuntungan adanya gaya gesek ditunjukkan pada:

    (1) gesekan antara telapak kaki dengan tanah yang memungkinkan kita dapat

    berjalan,

  • 22

    Gambar 2.1 Gaya gesek pada orang yang sedang berjalan. F adalah gaya dorongyang diberikan oleh kaki dan fg adalah gaya gesek antara kaki dengan tanah(Sumber: Lecture 16 Friction, 2012, https://www.slideshare.net/shaolin69/lecture16-friction)

    Ketika sedang berjalan, misalkan telapak kaki kanan memberikan gaya

    dorong tanah ke arah belakang dengan gaya F. Kontak langsung antara

    telapak kaki dan tanah menimbulkan gaya gesek fg yang arahnya ke depan

    dan menahan dorongan yang diberikan oleh kaki. Besar gaya F dan fg

    adalah sama, sehingga resultan gaya yang bekerja pada kaki tersebut

    adalah nol. Keadaan ini yang membuat kaki kanan kita tidak tergelincir.

    Kaki kanan inilah yang dijadikan sebagai tumpuan. Selanjutnya kaki kiri

    diayunkan ke depan dan seterusnya sehingga orang dapat berpindah ke

    depan.

    (2) gesekan pada ban kendaraan dan permukaan jalan dapat membantu

    manusia untuk memperlambat laju kendaraan pada saat pengereman,

    (3) adanya gaya gesek juga menyebabkan manusia membuat ban kendaraan

    bergerigi sehingga tidak mudah tergelincir di jalan yang licin ataupun saat

    pengereman.

    Selain menguntungkan gaya gesek juga menimbulkan beberapa kerugian

    antara lain ditunjukkan oleh:

  • 23

    (1) gesekan yang terjadi antara permukaan alas sepatu dengan tanah

    menyebabkan permukaan alas sepatu menjadi cepat halus,

    (2) gesekan yang besar antara ban kendaraan dengan permukaan jalan

    menyebabkan ban kendaraan menjadi cepat aus dan tipis,

    (3) gesekan air laut pada kapal laut yang menghambat gerak kapal.

    Gaya merupakan besaran vektor yang memiliki besar dan arah. Sebuah

    gaya (besaran vektor) dapat digambarkan dengan menggunakan diagram vektor

    berupa anak panah.

    Gambar 2.2 Diagram vektor dari gaya F

    Titik O disebut titik pangkal dan titik A disebut titik ujung. Panjang ruas garis

    anak panah menunjukkan besar nilai gaya dan arah anak panah menyatakan arah

    gaya.

    Gambar 2.3 Diagram besar nilai dan arah gaya

    Panjang 1cm pada masing-masing gambar mewakili gaya sebesar 1N, sehingga F1

    menunjukkan gaya yang besarnya 3N berarah ke kanan dan F2 menunjukkan gaya

    yang sebesar 4N berarah ke kiri.

    Jika pada benda bekerja beberapa gaya, gaya-gaya tersebut dapat diganti

    dengan sebuah gaya yang besarnya F. Gaya pengganti ini disebut resultan gaya

    yang disimbolkan dengan R. Untuk beberapa gaya yang searah, resultan gayanya

    adalah hasil penjumlahan dari gaya yang bekerja dan arahnya sama dengan arah

    gaya tersebut.

    F1 F2

    O AF

  • 24

    Gambar 2.4 Resultan gaya searah (a) Dua buah gaya searah F1 dan F2 yangbesarnya masing-masing 50N dan 40N (b) Resultan dua gaya yang searah adalahjumlah dari F1 dan F2

    Sedangkan untuk gaya yang berlawanan arah, resultannya dapat ditentukan

    dengan penjumlahan biasa, tetapi karena arah berlawanan salah satu gaya harus

    diberi tanda negatif dan arahnya sesuai dengan gaya yang lebih besar.

    Gambar 2.5 Resultan gaya berlawanan arah (a) Dua buah gaya searah F1 dan F2yang besarnya masing-masing 50N dan 40N (b) Resultan dua gaya yangberlawanan arah adalah pengurangan dari F1 dan F2 sedangkan arah resultansesuai dengan gaya yang lebih besar

    2.6.1 Hukum I Newton

    Hukum pertama Newton menyatakan bahwa benda dalam keadaan diam

    atau bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau bergerak dengan

    kecepatan konstan, kecuali ada gaya gaya eksternal yang bekerja pada benda.

    Kecenderungan benda untuk mempertahankan kedudukannya (yang sedang diam

    cenderung akan tetap diam, yang sedang bergerak dengan kecepatan konstan akan

    cenderung tetap bergerak dengan kecepatan konstan) dinamakan kelembaman

  • 25

    atau inersia. Sehubungan dengan hal tersebut, hukum pertama Newton sering

    dinamakan hukum kelembaman atau hukum inersia.

    Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari efek kelembaman sering kita

    alami. Misalnya, kamu berada di dalam sebuah mobil yang sedang melaju

    kencang kemudian direm secara tiba-tiba. Badan kamu akan terdorong ke depan

    karena badan ingin mempertahankan geraknya ke depan. Peristiwa tersebut yang

    pada akhirnya memunculkan ide teknologi sabuk pengaman. Peristiwa yang

    menunjukkan adanya kelembaman juga terjadi saat kendaraan yang membonceng

    kita di gas secara tiba-tiba. Saat itulah badan kita akan terdorong ke belakang. Hal

    ini terjadi karena badan kita yang awalnya diam akan mempertahankan keadaan

    diamnya. Peristiwa yang menunjukkan kelembaman lainnya yaitu sebuah batu

    besar yang berada di lereng gunung akan tetap diam di tempatnya sampai ada

    gaya luar yang memindahkannya, misalnya gempa.

    2.6.2 Hukum II Newton

    Gaya merupakan suatu pengaruh pada benda yang menyebabkan benda

    berubah kecepatan, misalnya seorang mendorong gerobak yang diam sehingga

    gerobak bergerak atau mobil yang sedang melaju lalu direm sehingga mobil

    berhenti. Besar gaya merupakan hasil kali massa benda dengan besar percepatan

    yang dihasilkan oleh gaya. Massa merupakan ukuran jumlah materi dalam suatu

    benda. Massa merupakan sifat intrinsik benda sehingga jika benda tidak dibagi

    atau ditambah, maka jumlah materi yang dikandungnya tetap sama dimanapun

    benda ditempatkan. Satuan massa ditetapkan dengan sebuah benda standar berupa

    sebuah silinder campuran platinum yang disimpan di International Bureau of

  • 26

    Weights and Measures di Perancis. Massa benda standar itu adalah satu kilogram,

    yaitu satuan SI untuk massa.

    Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percepatan 1m/s2 pada benda

    standar didefinisikan sebagai 1 newton (N). Begitupun gaya yang menghasilkan

    percepatan 2 m/s2 didefinisikan sebagai 2N.

    Anggap kita mempunyai dua benda yang berukuran sama dalam keadaan

    diam. Balok yang satu terbuat dari baja dan balok yang lain terbuat dari kayu.

    Gambar 2.6 Gaya untuk mendorong dua benda berbeda berukuran sama (a) balokbaja dan (b) balok kayu (Sumber: Buku Olimpiade Fisika, 1996)

    Jika kita ingin menggerakkan balok tersebut, kita membutuhkan gaya yang lebih

    besar untuk menggerakkan balok baja dibandingkan balok kayu. Dengan kata lain

    balok baja lebih sulit digerakkan dibandingkan balok kayu. Dengan gaya yang

    sama besar, kita akan mampu menggerakkan balok kayu lebih cepat dibandingkan

    dengan balok baja yang bergerak lebih lambat.

    Hukum kedua Newton menyatakan bahwa percepatan yang dialami oleh

    sebuah benda yang dikenai gaya, besarnya sebanding dengan besar gaya eksternal

    neto yang bekerja pada benda dan berbanding terbalik dengan massa benda.

    Secara matematis hukum kedua Newton dirumuskan sebagai berikut:=atau

  • 27

    = m (2.1)Hukum kedua Newton berkaitan dengan dengan resultan gaya yang tidak

    sama dengan nol. Hukum kedua Newton juga sering kita jumpai dalam kehidupan

    sehari-hari. Misalnya ketika mendorong meja hingga bergerak. Mula-mula meja

    diam, karena tidak ada gaya yang bekerja. Setelah di dorong atau diberi gaya,

    barulah meja bergerak. Sebuah bola yang awalnya diam lalu kita tendang atau beri

    gaya sehingga bola akan bergerak. Pada meja dan bola yang bergerak dari

    keadaan diamnya terjadi perubahan kecepatan yang menimbulkan terjadinya

    percepatan. Contoh lain juga terjadi saat kita berusaha memindahkan sebuah

    lemari dan sebuah meja. Memindahkan meja tentu akan lebih mudah

    dibandingkan dengan memindahkan lemari. Saat memindahkan lemari kita

    mungkin akan membutuhkan bantuan orang lain karena massa lemari yang lebih

    besar dibanding meja membuat gaya yang kita butuhkan untuk memindahkan

    lemari juga semakin besar.

    Menurut hukum gravitasi Newton, semua benda menarik benda lain yang

    memiliki massa. Gaya tarik antara dua benda yang memiliki massa disebut gaya

    gravitasi atau gaya berat. Gaya tarik suatu benda besarnya tergantung pada massa

    benda itu. Massa bumi yang sangat besar menyebabkan gaya gravitasi yang

    dihasilkan cukup besar. Gaya gravitasi bumi menyebabkan semua benda yang ada

    di permukaan bumi memiliki berat. Jadi berat benda merupakan ukuran besarnya

    gaya gravitasi pada benda itu. Berdasarkan hukum kedua Newton = m ,dengan menggunakan = dan menulis untuk gaya gravitasi, didapatkan= m (2.2)

  • 28

    Didekat permukaan bumi, nilai = 9,81 N/kg = 9,81 m/s2. Pengukuranyang teliti menunjukkan bahwa tidak mempunyai nilai yang sama dimana-

    mana. Gaya tarikan bumi pada benda berubah dengan lokasi.

    2.6.3 Hukum III Newton

    Hukum ketiga Newton kadang dinamakan hukum interaksi atau hukum

    aksi reaksi. Hukum ini menggambarkan sifat penting gaya yang terjadi

    berpasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang sama

    besarnya tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.

    Hukum ketiga Newton dapat dinyatakan dengan:= (2.3)Gaya aksi reaksi tidak pernah saling mengimbangi karena gaya-gaya tersebut

    bekerja pada benda yang berbeda. Contoh peristiwa yang menunjukkan hukum

    ketiga Newton yaitu pada peluncuran roket. Roket memberikan aksi yang sangat

    besar kepada gas dengan mendorong gas keluar. Gas memberikan reaksi yang

    sama besar dengan mendorong roket ke atas. Hukum aksi juga dapat dijumpai saat

    kita sedang memasang paku di tembok dengan menggunakan palu. Gaya yang

    diberikan oleh palu akan menyebabkan paku terdorong masuk ke dalam tembok.

    Paku kemudian akan memberikan gaya reaksi yang sama besar pada palu dengan

    mendorong palu ke belakang.

  • 29

    Gambar 2.7 Hukum aksi reaksi(Sumber: Physics for Scientists and Engineers, 2004)

    2.7 Kerangka Berfikir

    Pemahaman suatu konsep dalam pembelajaran IPA akan menjadi dasar

    bagi peserta didik memahami konsep selanjutnya dan dapat menerapkan konsep

    tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA juga menuntut peserta

    didik mampu mengomunikasikan pengetahuannya terlebih dahulu. Menurut

    Kemendiknas, komunikasi menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan

    karakter bangsa. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan dengan

    menggunakan model pembelajaran yang membangun pemahaman konsep serta

    kemampuan komunikasi peserta didik.

    Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan

    kemampuan komunikasi peserta didik masih kurang dalam pembelajaran IPA.

    Pendidik cenderung hanya menyampaikan IPA sebagai produk tanpa mengajak

    peserta didik untuk melakukan aktifitas yang dapat membangun pengetahuan

    peserta didik. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran yang tercipta masih

    bersifat teacher-centered. Peserta didik hanya menghafalkan informasi yang

    diberikan pendidik tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri

  • 30

    pengetahuannya sehingga mereka belum mampu memahami materi dengan baik.

    Hal ini juga membuat peserta didik belum memiliki kesempatan untuk dapat

    mengembangkan kemampuan komunikasi mereka dengan baik. Pembelajaran

    yang bersifat teacher-centered dan metode hafalan yang dilakukan peserta didik

    kurang mendukung usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

    kemampuan komunikasi peserta didik.

    Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting

    diawali dengan mengajukan pertanyaan probing prompting (menuntun dan

    menggali). Pertanyaan yang menuntun dan menggali gagasan diberikan kepada

    peserta didik dan peserta didik secara acak diminta untuk menjawab pertanyaan

    secara lisan. Dalam hal ini, pendidik melatih komunikasi lisan peserta didik

    dengan menjawab secara langsung. Selain itu dengan menjawab pertanyaan,

    peserta didik dapat meningkatkan partisipasinya dalam pembelajaran. Peserta

    didik yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan akan diberikan pertanyaan-

    pertanyaan lain yang sifatnya menuntun dan menggali. Dari pertanyaan-

    pertanyaan tersebut peserta didik dituntut untuk mengembangkan pola pikir

    mereka sehingga mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan sesuai dengan

    konsep yang sedang dipelajari. Hal itulah yang membuat peserta didik dapat

    membangun sendiri pengetahuannya dan memperoleh pemahaman yang lebih

    baik.

    Tahapan pertama pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting,

    yaitu berpikir individu. Pada tahap ini, peserta didik diberi kesempatan untuk

    memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya jawaban dari

  • 31

    masing-masing peserta didik akan dibahas bersama dalam kelompok kecil.

    Dengan adanya diskusi kelompok kecil, peserta didik lebih berani dan percaya diri

    untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga melatih kemampuan komunikasi

    mereka. Dengan diskusi kelompok kecil, peserta didik juga dapat lebih memahami

    jawaban dan dapat mempertahankan jawaban mereka. Dari kegiatan ini peserta

    didik dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasinya.

    Pada tahap ketiga, peserta didik akan menyampaikan hasil diskusi

    kelompok kecil dalam diskusi kelas (kelompok besar). Dengan bimbingan dari

    pendidik, peserta didik dituntun untuk memperoleh jawaban yang tepat dan sesuai

    dengan pertanyaan yang diajukan. Dengan tiga tahapan yang dilakukan dalam

    pembelajaran CUPs, peserta didik dapat membangun pengetahuan mereka sendiri.

    Peserta didik juga dapat mengetahui dimana kesalahan mereka, sehingga dapat

    memperoleh pemahaman yang lebih baik. Kemampuan komunikasi peserta didik

    juga dapat dilatih dalam kegiatan diskusi kelas ini. Dengan demikian, pemahaman

    konsep dan kemampuan komunikasi peserta didik dapat dilatih dengan

    menerapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting.

    Sesuai dengan kompetensi dasar IPA (fisika) pada Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan, salah satu materi yang diberikan kepada peserta didik kelas

    VIII SMP adalah gaya dan hukum Newton. Gaya dan hukum Newton merupakan

    salah satu materi yang penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-

    hari. Banyak peristiwa sehari-hari yang dapat ditinjau berdasarkan hukum Newton

    dan dijadikan sebagai bahan diskusi, sehingga materi ini sesuai jika diterapkan

    dengan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting.

  • 32

    Sebagai panduan dalam pelaksanaan penelitian, dibutuhkan instrumen

    penelitian seperti RPP, LKPD dan lembar kerja kelompok yang sesuai dengan

    model CUPs dengan teknik probing prompting. Skor pemahaman konsep peserta

    didik dapat diperoleh dengan menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda.

    Sedangkan kemampuan komunikasi peserta didik selama proses pembelajaran

    berlangsung diamati dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya untuk

    mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi peserta

    didik, skor tes tertulis pretest-posttest dan skor hasil observasi dianalisis dengan

    uji gain.

    2.8 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, maka

    hipotesis pada penelitian ini adalah:

    Ha : terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

    peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik

    probing prompting.

    Ho : tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan

    komunikasi peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran CUPs

    dengan teknik probing prompting.

  • 56

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disusun simpulan

    sebagai berikut:

    1. Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting

    dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik. Peningkatan

    kemampuan komunikasi berada pada kategori sedang.

    2. Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting

    dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Peningkatan

    pemahaman konsep berada pada kategori sedang.

    5.2 Saran

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan

    beberapa saran sebagai berikut:

    1. Untuk Guru

    − Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting

    memerlukan waktu yang cukup lama dalam kegiatan kelompok

    (melakukan percobaan dan diskusi) dan tanya jawab, sehingga guru harus

    dapat mengatur waktu dengan baik agar pembelajaran berjalan sesuai

    dengan yang direncanakan.

  • 57

    − Dalam pemilihan materi yang akan disampaikan dengan menerapkan

    model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting, pendidik

    sebaiknya memilih materi yang aplikasinya dapat diamati dalam

    kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat menjawab pertanyaan

    bersifat menggali dan menuntun yang diberikan.

    2. Untuk Peneliti Lain

    − Penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran CUPs

    dengan teknik probing prompting dapat diterapkan pada sekolah lain,

    jenjang kelas yang berbeda maupun materi yang berbeda yang dapat

    disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

  • 58

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, M. 2004. IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. Jakarta:Erlangga.

    Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

    __________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Astuti, H., K. S. Martini, & S. Yamtinah. 2013. Efektivitas Penggunaan MediaTTS dan Kartu Soal di dalam Metode Diskusi pada Materi Koloid KelasXI Semester Genap SMAN Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran2011/ 2012. Jurnal Pendidikan Kimia, 2 (1), 85-91. Tersedia dihttp://download.portalgaruda.org/ [diakses 9-08-2017]

    Cakir, M. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science TheirImplication for Science Pedagogy: A Literature Review. InternationalJournal of Environmental & Science Education, 3 (4), 193-206.

    Correiro, E. E., L. R. Griffin, & P. E. Hart. 2008. A Constructivist Approach toInquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for the Detection of Apoptosisin Check Cell. The American Biology Teacher, 70 (8), 457-460.

    Djamarah, S. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta.

    Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Six-thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory PhysicsCourses. American Journal of Physics.

    Hamdani, M. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

    Harsoyo, I. & A. Sopyan. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalahdengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan KemampuanPemecahan Masalah IPA Siswa Kelas VII SMP. Unnes Physics educationJournal, 3(2), 42-47. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/ [diakses 14-01-2016]

    Huda, M. 2014. Model- Model Pembelajaran dan Pengajaran:Isu- Isu Metodisdan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    _______. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Ismawati, F., S. E. Nugroho, & P. Dwijananti. 2013. Penerapan ModelPembelajaran Conceptual Understanding Procedures untuk MeningkatkanCuriosity dan Pemahaman Konsep Siswa. Prosiding Seminar NasionalPIF XXIV, 15- 20.

    Jacobsen, D., P. Eggen, & D. Kauchak. 2009. Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA (Edisi 8).(Penerjemah: A. Fawaid, & K. Anam). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  • 59

    Kariani, N. K., D. K. Putra, & I. K. Ardana. 2014. Model Problem BasedLearning Menggunakan Metode Probing Prompting Berpengaruh terhadapHasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha, 2 (1). Tersedia di https://ejournal.undiksha.ac.id/ [diakses 31-07-2017]

    Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter BangsaPedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan PusatKurikulum.

    Kipper, H., & T. Ruutmann. 2010. Strategic and Technique of QuestioningEffectuating Thingking and Deep Understanding in Teaching Engineeringat Estonian Centre for Engineering Pedagogy. Problems of Education inthe 21st Century, 19, 36-45. Tersedia di http://www.scientiasocialis.lt/[diakses 8-08-2017]

    Kusuma, A., Indrawati, & A. Harijanto. 2015. Model Discoveri Learning DisertaiTeknik Probing Prompting dalam Pembelajaran Fisika di MA. JurnalPendidikan Fisika, 3(4), 336- 341. Tersedia di http://jurnal.unej.ac.id/[diakses 14-01-2016]

    Lailiyah, N., & W. Wulansari. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara MeleluiMetode Diskusi Kelompok MOdel Tanam Paksa Siswa Kelas XPemasaran 1 SMK PGRI Kediri. Jurnal Pendidikan, 1 (2), 166-173.Tersedia di https://journal.unesa.ac.id/ [diakses 31-07-2017]

    McKittrick, B., P. Mulhall, & R. Gunstone. 1999. Improving Understanding inPhysics: An Effective Teaching Procedure. Australian Science TeachersJournal, 45(3), 27-33. Tersedia di http://monash.edu/ [diakses 13-01-2016]

    Mills, D., B. McKittrick, P. Mulhall, & S. Feteris. 1999. CUP: CooperativeLearning That Works. Physics Educ, 34(1), 11-16. Tersedia dihttp://nvses.edu.au/ [diakses 13-01-2016]

    Mujinem. 2012. Peningkatan Pemahaman, Keterampilan Berfikir, dan SikapDemokratis Siswa dengan Metode Diskusi Kelompok dalam PembelajaranPKN di Kelas XI L1 SMKN 3 Kasihan. Jurnal Ilmiah Guru "COPE", 49-58. Tersedia di http://download.portalgaruda.org/ [diakses 9-08-2017]

    Napitupulu, E. L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. 14Desember. Online Tersedia dihttp://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun [diakses 16-02-2017]

    Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Permendiknas.

    Rifa'i, A. & C. T. Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: PusatPengembangan MKU/ MKDK-LP3.

  • 60

    Roestiyah, N. K. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

    Rustaman, N., A. Rustaman, S. Anitah, S. Dirdjosoemarto, A. Widodo, Riandi, A.R. Wulan, & Mimin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung:UPI.

    Sarwi, A. Rusilowati, & S. Khanafiyah. 2013. Implementasi Model EksperimenGelombang Open-Inquiry untuk Mengembangkan KeterampilanKomunikasi Ilmiah Mahasiswa Fisika. JPFI, 9, 123-131. Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/ [diakses 18-08-2017]

    Siswandi, H. J. 2006. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi melaluiMetode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa indonesia di SekolahDasar. Jurnal Pendidikan Penabur, 5 (7), 24-35. Tersedia dihttp://bpkpenabur.or.id/ [diakses 31-07-2017]

    Siswanto, B. 2013. Implementasi Model Conceptual Understanding Procedures(CUPs) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan KemampuanKognitif C2 Siswa Kelas X SMK YPT Purworejo Tahun Pelajaran2013/2014. Radiasi, 4 (1).

    Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

    Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

    ________. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

    Suryadi, E. 2004. Modul 02 Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi.Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.

    Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPustaka.

    Tipler, P. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

    Yulianti, D., & Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif ProdiPendidikan Fisika. Semarang: LP3 Universitas Negeri Semarang.