PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL …lib.unnes.ac.id › 36921 › 1 › 4201412080.pdfiii...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL …lib.unnes.ac.id › 36921 › 1 › 4201412080.pdfiii...
-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES
(CUPS) DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Erni Sri Purnami
4201412080
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
-
ii
-
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, Januari 2018
Erni Sri Purnami
4201412080
-
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi
disusun oleh
Erni Sri Purnami
4201412080
telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 8 Desember 2017.
-
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua (bapak Budiyo
Riyanto dan ibu Sugiyem)
Untuk adikku Krisna Seta Bayu Aji
Untuk seluruh keluarga besarku
Untuk sahabat-sahabatku (Lurinda, Falah,
Sudarwati, Istiwuland dan Artika)
Untuk R. A. H.
-
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
dengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi”.
Penulis banyak menerima motivasi, petunjuk dan bimbingan dari banyak
pihak selama proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zaenuri, S. E., M. Si., Akt., selaku dekan FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Suharto Linuwih, M. Si., selaku ketua jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
3. Dra. Siti Khanafiyah, M. Si., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Khumaedi, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Supriyadi, M. Si., selaku penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Achmad Sopyan, M. Pd., selaku dosen wali.
7. Dra. Rani Ernaningsih, selaku Kepala SMP Negeri 40 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
-
vii
8. Dra. Eny Rodlyawati, selaku guru mata pelajaran IPA kelas VIII SMP
Negeri 40 Semarang.
9. Seluruh peserta didik kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 40 Semarang.
10. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan.
11. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan motivasi Lurinda,
Falah, Sudarwati, Istiwuland, dan Artika.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Januari 2018
Penulis
-
viii
ABSTRAK
Purnami, Erni Sri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran ConceptualUnderstanding Procedures (CUPs) dengan Teknik Probing Prompting untukMeningkatkan Kemampuan Komunikasi. Skripsi, Jurusan Fisika FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.Pembimbing Utama Dra. Siti Khanafiyah, M. Si. dan Pembimbing PendampingDr. Khumaedi, M. Si.
Kata kunci: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), probing prompting,kemampuan komunikasi.
Pembelajaran IPA menuntut peserta didik mampu mengomunikasikanpengetahuannya sebelum menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Komunikasi juga menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuankomunikasi peserta didik melalui penerapan model pembelajaran ConceptualUnderstanding Procedures (CUPs) dengan teknik probing prompting. Desainyang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design.Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudahdiberikan perlakuan. Data kemampuan komunikasi diperoleh melalui metodeobservasi. Sedangkan data pemahaman konsep diperoleh melalui metode tes.Peningkatan kemampuan komunikasi dihitung dengan menggunakan uji gain.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi yangsignifikan setelah diterapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik probingprompting. Kemampuan komunikasi peserta didik setelah diberi perlakuanmeningkat sebesar 0,454 yang berada pada kategori sedang. Pemahaman konseppeserta didik mengalami peningkatan sebesar 0,480 yang berada pada kategorisedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan modelpembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting dapat meningkatkankemampuan komunikasi peserta didik.
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN..................................................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PRAKATA............................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Penegasan Istilah....................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) .. 11
2.2 Teknik Probing Prompting ..................................................................... 14
2.3 Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing Prompting ............ 16
2.4 Kemampuan Komunikasi........................................................................ 17
2.5 Pemahaman Konsep................................................................................ 19
2.6 Tinjauan Materi Gaya dan Hukum Newton............................................ 20
2.6.1. Hukum I Newton............................................................................. 24
2.6.2. Hukum II Newton ........................................................................... 25
2.6.3. Hukum III Newton .......................................................................... 28
2.7 Kerangka Berfikir ................................................................................... 29
-
x
2.8 Hipotesis ................................................................................................. 32
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................ 33
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 33
3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian.................................................................. 33
3.3 Prosedur penelitian.................................................................................. 34
3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data............................................. 35
3.4.1 Metode Tes...................................................................................... 35
3.4.2 Metode Observasi............................................................................ 39
3.5 Analisis Data Penelitian.......................................................................... 40
3.5.1 Uji Normalitas................................................................................. 40
3.5.2 Analisis Persentase Lembar Observasi ........................................... 41
3.5.3 Uji Gain........................................................................................... 41
3.5.4 Uji Hipotesis ................................................................................... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 43
4.1 Penerapan Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik ProbingPrompting ............................................................................................... 43
4.2 Kemampuan komunikasi ........................................................................ 47
4.3 Pemahaman Konsep................................................................................ 51
4.4 Keterbatasan Penelitian........................................................................... 55
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 56
5.1 Simpulan ................................................................................................. 56
5.2 Saran ....................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN.......................................................................................................... 61
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Halaman
3.1 Klasifikasi Daya Pembeda Soal .................................................................37
3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ................................................................38
3.3 Kriteria Nilai Uji Gain................................................................................42
4.1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi ......................................................48
4.2 Peningkatan Pemahaman Konsep ...............................................................52
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Gaya gesek pada orang yang sedang berjalan. ........................................... 22
2.2 Diagram vektor dari gaya F........................................................................ 23
2.3 Diagram besar nilai dan arah gaya. ............................................................ 23
2.4 Resultan gaya searah. ................................................................................. 24
2.5 Resultan gaya berlawanan arah. ................................................................. 24
2.6 Gaya untuk mendorong dua benda berbeda berukuran sama..................... 26
2.7 Hukum aksi reaksi ...................................................................................... 29
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................... 62
2. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 63
3. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba....................................................................... 64
4. Soal Tes Uji Coba ..................................................................................... 66
5. Analisis Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 77
6. Perhitungan Validitas Soal Tes Uji Coba.................................................. 81
7. Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba ........................................ 83
8. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Tes Uji Coba.................................. 85
9. Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ............................................. 87
10. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ............................................................ 88
11. Soal Pretest dan Posttest ........................................................................... 90
12. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi ............... 99
13. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi ........................................... 99
14. Perhitungan Uji Normalitas Pretest ........................................................ 102
15. Perhitungan Uji Normalitas Posttest ....................................................... 103
16. Perhitungan Uji Gain Kemampuan Komunikasi..................................... 104
17. Perhitungan Uji Gain Pemahaman Konsep ............................................. 110
18. Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi ............................. 111
19. Perhitungan Uji Hipotesis Pemahaman Konsep. .................................... 113
20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................................. 115
21. Sintaks Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing Prompting
................................................................................................................. 13622. Dokumentasi............................................................................................ 138
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
dengan penyelidikan tentang alam secara sistematis (Permendiknas, 2006: 377).
Melalui pembelajaran IPA, peserta didik diharapkan mampu mempelajari dirinya
sendiri serta alam sekitarnya, serta mengembangkannya lebih lanjut untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA, pemahaman
suatu konsep akan menjadi dasar untuk memahami konsep-konsep selanjutnya
dan untuk menerapkannya. Oleh sebab itu dalam pembelajaran IPA dibutuhkan
suatu model pembelajaran yang dapat membangun pemahaman konsep peserta
didik. Pembelajaran IPA juga menuntut peserta didik mampu mengomunikasikan
pengetahuannya terlebih dahulu dengan baik. Komunikasi merupakan salah satu
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010: 10).
Berdasarkan hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS)
tahun 2011, menunjukkan bahwa kemampuan memahami IPA oleh peserta didik
di Indonesia masih rendah, yaitu berada di urutan ke- 40 dari 42 negara. Peserta
didik di Indonesia masih berada pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran
IPA (Napitupulu, 2012). Hasil observasi yang dilakukan selama masa PPL di
SMP Negeri 1 Semarang dan observasi di SMP Negeri 40 Semarang sebelum
melakukan kegiatan penelitian menunjukkan hal yang serupa. Nilai ulangan
-
2
peserta didik pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika menunjukkan lebih dari
50% peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Rendahnya nilai ulangan peserta didik itu dikarenakan kurangnya pemahaman
peserta didik pada materi yang diberikan. Pendidik cenderung hanya
menyampaikan IPA sebagai produk tanpa mengajarkan IPA sebagai proses,
sehingga pembelajaran yang tercipta masih bersifat teacher-centered. Pendidik
hanya memberikan informasi faktual yang kemudian dihafalkan oleh peserta
didik. Peserta didik belum diberikan kesempatan untuk membangun sendiri
pengetahuannya sehingga mereka belum mampu memahami materi dengan baik.
Selain rendahnya pemahaman konsep, pembelajaran yang masih berpusat
pada pendidik juga menjadikan peserta didik belum memiliki kemampuan untuk
mengomunikasikan pengetahuannya dengan baik. Hal ini berdasarkan pada sikap
mereka yang masih pasif selama proses pembelajaran. Peserta didik cenderung
diam dan tidak mau bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. Peserta
didik juga belum mampu untuk mengomunikasikan pemahaman yang telah
mereka miliki dalam sebuah penugasan yang diberikan ataupun ketika diminta
pendidik untuk menjelaskan suatu peristiwa yang berhubungan dengan materi.
Permasalahan yang muncul tersebut tidak terlepas dari model pembelajaran yang
digunakan pendidik selama proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran IPA, sehingga peserta didik
dapat mengerti dan memahami konsep serta menghubungkan keterkaitan suatu
konsep dengan konsep lainnya.
-
3
Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
merupakan suatu prosedur pengajaran yang dirancang untuk membantu
pengembangan pemahaman konsep saat peserta didik menemui kesulitan
(McKittrick et al., 1999: 28). Model ini berdasarkan pada pendekatan
konstruktivisme, melibatkan pembelajaran koperatif dan peran aktif peserta didik
secara individu dalam belajar. Pembelajaran CUPs memiliki tiga tahapan yang
harus dilakukan oleh peserta didik, yaitu berpikir individu, diskusi kelompok kecil
dan diskusi kelas. Dalam kelompok kecil peserta didik diminta mencapai
kesepakatan. Selanjutnya kesepakatan masing-masing kelompok kecil akan
dibahas dalam kelompok besar dan pendidik berperan sebagai fasilitator bagi
peserta didik untuk mencapai kesepakatan tunggal. Hasil penelitian Ismawati et
al. (2013: 19) menunjukkan bahwa model CUPs dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan curiosity peserta didik pada materi pemuaian.
Seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya juga berperan sebagai
pembimbing. Tanpa bimbingan, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangannya dan membuat mereka bergantung pada pendidik.
Untuk melaksanakan peran itu pendidik juga harus memiliki keterampilan
bertanya. Pertanyaan yang diajukan harus mampu mengarahkan dan menuju pada
informasi yang relevan dengan materi pembelajaran agar membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu teknik
pembelajaran yang menggunakan keterampilan bertanya adalah probing
prompting. Menurut Suherman sebagaimana yang dikutip oleh Huda (2014: 281),
probing prompting adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dengan
-
4
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali
gagasan peserta didik sehingga mereka mampu menghubungkan pengalamannya
dengan pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari. Pertanyaan yang diajukan
dalam teknik probing prompting bersifat menggali jawaban yang lebih dalam dari
peserta didik dengan tujuan mendapatkan jawaban pengembangan yang lebih jelas
dan akurat. Melalui proses tersebut, mereka selanjutnya mengonstruksi hal-hal
baru yang didapat menjadi pengetahuan baru. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kusuma et al. (2015: 340) menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran yang disertai dengan teknik probing prompting memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika peserta didik.
Model pembelajaran CUPs dan teknik probing prompting keduanya
berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme. Perpaduan model pembelajaran
CUPs dan teknik probing prompting akan dilakukan melalui tiga tahapan.
Tahapan pertama peserta didik dituntut untuk berpikir secara individu. Dalam
tahap berpikir individu ini dilakukan dengan teknik probing prompting, pendidik
akan memberikan pertanyaan yang menggali dan menuntun kemudian menunjuk
peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Tahap kedua
berpikir kelompok, peserta didik membentuk kelompok kecil dan berpikir
bersama kelompoknya. Tahap yang terakhir adalah mendiskusikan hasil diskusi
kelompok kecil dalam kelompok besar (kelas). Dengan perpaduan model
pembelajaran inovatif CUPs dan teknik probing prompting tersebut, peserta didik
diharapkan mampu untuk lebih memahami konsep yang sedang dipelajari dan
mampu belajar untuk mengomunikasikan pemahamannya dengan baik, baik
-
5
dengan proses tanya jawab dengan pendidik (probing prompting) ataupun dalam
proses diskusi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan
Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi”
perlu diadakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dengan teknik probing prompting?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dengan teknik probing prompting?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dengan teknik probing prompting.
-
6
2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dengan teknik probing prompting.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
Bagi Pendidik
Bagi pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengetahuan sebagai alternatif model pembelajaran di
dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan cara yang
lebih efektif dan efisien.
Bagi Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bekal mengajar
ketika menjadi guru dimasa yang akan datang.
Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan atau gambaran mengenai model pembelajaran CUPs yang
dipadukan dengan teknik probing prompting.
1.5 Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah- istilah dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut:
Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan Teknik
Probing Prompting
-
7
Dalam model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting,
pembelajaran dilakukan dalam tiga tahapan yaitu berpikir individu, diskusi
bersama kelompok kecil dan diskusi bersama kelompok besar (McKittrick
et al., 1999: 28). Dalam tahap pertama berpikir individu, pendidik akan
mengajak peserta didik untuk berpikir secara individu dengan teknik
probing prompting. Pendidik akan mengajukan pertanyaan yang menggali
dan menuntun peserta didik untuk memahami konsep-konsep dalam materi
pembelajaran, kemudian menunjuk peserta didik untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Pada tahap kedua peserta didik membentuk
kelompok kecil dan menyelesaikan permasalahan dengan berpikir bersama
kelompoknya. Pada tahap terakhir dilakukan diskusi dalam kelompok
besar (kelas), setiap kelompok kecil menyampaikan jawaban dari
permasalahan yang telah didiskusikan. Selanjutnya pendidik membimbing
diskusi, sehingga peserta didik memperoleh kesepakatan terhadap jawaban
yang tepat dari permasalahan yang telah diberikan.
Kemampuan Komunikasi
Menurut Kemendiknas (2010: 10) komunikasi menjadi salah satu nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan diartikan sebagai tindakan
yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain. Kemampuan komunikasi yang akan diamati dalam
penelitian ini meliputi komunikasi lisan dan tertulis. Beberapa indikator
yang digunakan adalah mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
-
8
menyampaikan hasil diskusi dan menyusun laporan. Peningkatan
kemampuan komunikasi akan diuji menggunakan uji gain.
Pemahaman Konsep
Menurut Arikunto (2012: 118) pemahaman merupakan kemampuan
menjelaskan hubungan yang sederhana antara fakta-fakta dan konsep.
Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep pada
materi yang telah diberikan pada proses pembelajaran. Peningkatan
pemahaman konsep diukur berdasarkan hasil belajar kognitif peserta didik.
Aspek hasil belajar kognitif diukur menggunakan instrumen tes yang
berpedoman pada taksonomi Bloom. Dalam penelitian ini hanya dibatasi
pada tiga aspek yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan
(C3) sesuai dengan pedoman penyusunan tes untuk peserta didik pada
tingkat SMP (Arikunto 2012: 217). Pemahaman konsep diukur dengan
hasil belajar kognitif berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
Peningkatan pemahaman konsep akan diuji menggunakan uji gain.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Susunan skripsi terdiri atas tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian
isi dan bagian akhir skripsi.
(1) Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, prakata, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
(2) Bagian Isi
-
9
Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, pembatasan masalah, penegasan istilah dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori yang mendasari penelitian, yaitu model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan teknik Probing
Prompting, kemampuan komunikasi, pemahaman konsep, kerangka
berpikir dan hipotesis.
BAB 3 Metode Penelitian
Berisi tentang populasi dan sampel penelitian, metode dan desain
penelitian, metode pengumpulan data, analisis instrumen serta metode
analisis data.
BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian berisi tentang deskripsi penerapan model pembelajaran
CUPs dengan teknik probing prompting, peningkatan pemahaman konsep
serta peningkatan kemampuan komunikasi setelah diterapkan model
pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting. Pembahasan berisi
tentang penafsiran temuan-temuan berdasarkan hasil penelitian serta
menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang sesuai.
BAB 5 Penutup,
Berisi simpulan dari penelitian dan saran untuk peneliti selanjutnya.
-
10
(3) Bagian Akhir Skripsi
Bagian bab akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
-
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs)
McKittrick et al. (1999: 27) menyatakan bahwa CUPs merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk membantu pengembangan pemahaman
konsep peserta didik dalam proses belajar mengajar. CUPs berlandaskan pada
pendekatan konstruktivisme dan diperkuat dengan nilai pembelajaran koperatif.
CUPs berlandaskan pendekatan konstruktivisme yakni didasari pada
kepercayaan bahwa peserta didik mengkonstruksi pemahaman konsep dengan
memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada. Teori pembelajaran
konstruktivisme menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai
pengetahuan dari pengalamannya sendiri (Rifa'i & Anni, 2012: 189).
Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya membentuk. Pada
dasarnya, semua peserta didik telah memiliki gagasan atau pengetahuan awal.
Selanjutnya peserta didik menggunakan informasi yang didapatkan dari
lingkungan sekitarnya serta dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada
dalam rangka membangun pandangan pribadi serta memperoleh makna. Tujuan
penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah untuk
membantu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
-
12
dipelajari Pribadi (2009: 158). Peranan pendidik yang sesuai dengan pendekatan
konstruktivisme, yaitu pendidik sebagai fasilitator. Pendidik tidak lagi
memberikan ceramah tentang pelajaran, tetapi membantu peserta didik
memperoleh pemahaman dari materi yang sedang dipelajari.
Menurut Correiro et al. (2008: 457), keberhasilan penerapan pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1)
memberikan informasi awal sebelum pembelajaran, peserta didik dikenalkan pada
materi yang akan dipelajari, (2) menggali konsep awal yang dimiliki peserta didik
yang berkaitan dengan materi, (3) merancang desain eksperimen yang akan
dilakukan, dan (4) kegiatan labolatorium, dapat berupa kegiatan eksperimen dan
pembuatan laporan hasil eksperimen. Tahapan pelaksanaan model pembelajaran
CUPs telah memenuhi empat faktor tersebut. Di awal pembelajaran, disajikan
pertanyaan ataupun demonstrasi oleh pendidik dengan tujuan agar peserta didik
mengemukakan pengalamannya. Selanjutnya, untuk mengetahui konsep awal
yang dimiliki peserta didik digunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
LKPD berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas. Tahap berikutnya peserta didik bekerja secara berkelompok dalam
kegiatan percobaan dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok. Peserta
didik membahas hasil kegiatan percobaan kelompok dan mengerjakan lembar
kerja kelompok. Kegitatan terakhir yaitu masing-masing kelompok menyajikan
hasil diskusi mereka dan guru membimbing peserta didik untuk memperoleh
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
-
13
Selain berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme, model CUPs ini
juga diperkuat dengan nilai pembelajaran koperatif. Pembelajaran koperatif
merupakan serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam
suatu kelompok tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dalam pembelajaran koperatif peserta didik belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil serta saling membantu satu sama lain. Penyusunan
kelompok yang heterogen dalam pembelajaran koperatif dapat melatih peserta
didik menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakang. Huda (2014: 111) menyatakan salah satu anggapan dasar dalam
pengembangan pembelajaran koperatif adalah sinergi yang muncul melalui
kegiatan kerja sama dalam kelompok akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih
besar dibandingkan melalui lingkungan kompetitif individual. Dalam pelaksanaan
pembelajaran koperatif, pendidik juga bertindak sebagai fasilitator.
Mills et al. (1999: 11) menyatakan “in this CUP, students work on
exercises alone, then in threes and finally discuss their views in the whole class”.
Menurutnya proses tersebut menganjurkan peserta didik untuk berpikir aktif dan
memodifikasi pandangan mereka dan menghasilkan kepuasan dan partisipasi
peserta didik pada satu tingkat yang lebih tinggi. Model pembelajaran CUPs
meliputi kegiatan pembelajaran individu, diskusi kelompok dan diskusi kelas..
Dari perpaduan antara pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran koperatif
inilah yang membuat model pembelajaran CUPs dinilai mampu menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif dan menarik. Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Siswanto (2013: 39) yang menyatakan implementasi model CUPs dapat
-
14
meningkatkan kemampuan kognitif C2 dan berpengaruh besar terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik. Penelitian lain dilakukan oleh Ismawati et
al. (2013: 17) menyimpulkan bahwa model CUPs dinilai efektif dan mampu
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
2.2 Teknik Probing Prompting
Probing prompting berasal dari kata probes dan prompt. Probe berarti
penyelidikan, menggali. Sedangkan prompt sendiri berarti mendorong.
Sebagaimana dinyatakan oleh Suherman yang dikutip oleh Huda (2014: 281),
probing prompting merupakan pembelajaran dengan menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali jawaban peserta didik sehingga
terjadi proses berpikir yang dilakukan oleh peserta didik dengan mengaitkan
pengetahuan dan pengalaman peserta didik terhadap pengetahuan baru yang
sedang dipelajarinya. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi sendiri konsep-
konsep menjadi pengetahuan baru.
Probes merupakan strategi untuk menghadapi jawaban-jawaban yang
salah dengan cara normatif dan humanis. Hal ini penting bagi pendidik untuk
meminta peserta didik memberikan informasi tambahan guna memastikan apakah
jawaban mereka sudah cukup komprehensif dan menyeluruh. Melalui proses
probing, pendidik berusaha untuk membuat peserta didik membenarkan atau
paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban mereka. Sedangkan
prompting merupakan cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menuntun peserta
didik memberikan jawaban yang baik dan benar atas pertanyaan yang diajukan.
Prompting juga dapat dikatakan sebagai cara lain dalam menanggapi atau
-
15
merespon jawaban dari peserta didik apabila mereka gagal menjawab pertanyaan
dengan sempurna. Menurut Djamarah (2000: 111) beberapa cara merespon
jawaban dapat dilakukan dengan:
1. Menyusun kembali pertanyaan yang sama menggunakan kata-kata yang
mudah dimengerti peserta didik. Kegagalan menjawab pertanyaan dengan
sempurna mungkin saja dikarenakan peserta didik tidak mengerti maksud
dari pertanyaan.
2. Menggunakan pertanyaan yang sederhana dan relevan dengan pertanyaan
pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
didik.
3. Mengulang kembali informaasi yang diberikan sebelumnya. Kegagalan
peserta didik dalam menjawab dapat dijadikan petunjuk bahwa pelajaran
yang telah diberikan memiliki tingkat kesukaran yang relatif tinggi.
Dalam proses prompting apabila peserta didik tidak dapat menjawab
pertanyaan dari pendidik, maka pertanyaan tidak langsung dilempar kepada
peserta didik lain yang bisa menjawab tetapi pendidik memberikan petunjuk-
petunjuk (clue) yang membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama proses pembelajaran disebut
probing question. Probing question merupakan pertanyaan yang menggali
jawaban lebih dalam dari peserta didik untuk mendapatkan jawaban yang lebih
akurat. Teknik ini dapat memotivasi peserta didik memahami suatu permasalahan
secara mendalam sehingga mampu mencapai jawaban yang dituju. Teknik ini
-
16
diterapkan dalam penelitian Harsoyo & Sopyan (2014: 46) yang menunjukkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dengan teknik probing prompting lebih baik dan
memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hal serupa juga
diungkapkan dalam Kusuma et al. (2015: 340), bahwa model discovery learning
dengan teknik probing prompting berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
fisika peserta didik.
Pada pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk
peseta didik secara acak sehingga setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif
dan terlibat dalam proses tanya jawab.
Beberapa kelebihan penggunaan probing prompting dalam proses
pembelajaran adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif,
meningkatkan keberanian peserta didik dalam berpendapat atau menjawab
pertanyaan, serta meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Kelemahan
dari model pembelajaran ini sendiri adalah menyita banyak waktu karena
memerlukan waktu tunggu pada saat peserta didik menjawab pertanyaan
(Jacobsen et al., 2009).
2.3 Model Pembelajaran CUPs dengan Teknik Probing
Prompting
Model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting merupakan
pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran ini dirancang dalam rangka
-
17
meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik dengan
merangsang kemampuan berpikir peserta didik melalui pemikiran mendalam yang
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran individu, diskusi kelompok dan diskusi
kelas. Model pembelajaran ini memadukan pembelajaran konstruktivisme yang
juga berbasis kooperatif, yaitu model CUPs dengan pendekatan atau teknik yang
merangsang peserta didik untuk berpikir, yaitu probing prompting. Perpaduan
model ini mengacu pada sintaks model pembelajaran CUPs dan diawali dengan
mengajukan pertanyaan probing prompting. Sintaks model pembelajaran CUPs
dengan teknik probing prompting disajikan dalam Lampiran 21.
2.4 Kemampuan Komunikasi
Komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan
sebagai pengiriman dan atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Kemendiknas
(2010: 10) komunikasi menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa, dan diartikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Komunikasi yang tejadi
didalam pembelajaran tidak hanya terjadi antara pendidik dengan peserta didik,
tetapi juga antarpeserta didik. Komunikasi dalam pendidikan sangatlah penting.
Dalam pembelajaran yang mengacu pada student centered learning, kemampuan
komunikasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk menangkap makna dari
pembelajaran yang mereka lakukan. Komunikasi merupakan salah satu
keterampilan yang diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik secara
personal maupun profesional (Suryadi, 2004: 17).
-
18
Rustaman et al. (2003) menyatakan bahwa komunikasi dapat dilakukan
melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi,
presentasi), oleh karena itu peserta didik perlu diberikan pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada mereka untuk mempraktikan kemampuan
komunikasi dengan orang lain dalam rangka mengembangkan kemampuan
komunikasinya. Kegiatan pembelajaran IPA yang melibatkan diskusi, praktikum
(mengamati, mencatat, dan menyusun hasil percobaan) serta membandingkan
hasil percobaan yang diperoleh akan dapat membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Melalui proses pembelajaran
yang dirancang dengan kegiatan praktikum dan diskusi, peserta didik akan
mengamati, menyimpulkan, dan memprediksi kemungkinan lain yang selanjutnya
perlu dikomunikasikan kepada orang lain.
Beberapa indikator kemampuan komunikasi menurut Kemendiknas (2010:
44) antara lain adalah:
(1) Bekerja sama dalam kelompok,
(2) Berbicara dengan teman sekelas,
(3) Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat, dan
(4) Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan personalia lainnya.
Sedangkan menurut Rustaman et al. (2003: 103) terdapat lima indikator
kemampuan komunikasi dalam belajar sains, diantaranya yaitu:
(1) Memerikan/ menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan
dengan grafik atau tabel atau diagram,
(2) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis,
-
19
(3) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian,
(4) Membaca grafik atau tabel atau diagram,
(5) Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa.
Beberapa aspek kemampuan komunikasi yang akan diamati dalam
penelitian ini meliputi mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
menyampaikan hasil diskusi dan menyusun laporan.
2.5 Pemahaman Konsep
Menurut Cakir (2008), pemahaman konsep (conceptual understanding)
merupakan hal yang sangat penting dan harus diutamakan dalam proses
pembelajaran dibandingkan menghafal. Pemahaman adalah salah satu aspek pada
ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan dalam memahami hubungan yang
sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2012: 131). Pemahaman
juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap atau mengerti maksud
dari suatu konsep. Sedangkan pemahaman menurut Hamdani (2011: 151)
diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi yang
telah diketahui menggunakan bahasa sendiri.
Konsep menurut Rifa'i & Anni (2012: 83) merupakan satuan arti yang
mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep adalah suatu ide
atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman yang relevan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan memperoleh
makna dari suatu pengertian tertentu sebagai hasil dari proses belajar.
Pemahaman konsep peserta didk dapat diketahui dari hasil belajar
kognitifnya. Bloom menyatakan ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa
-
20
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation)
(Rifa’i & Anni, 2012: 70). Suatu pemahaman akan menjadi pelengkap dalam
pembentukan pemahaman yang lebih jauh. Tingkatan ini dapat dijadikan pedoman
dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
2.6 Tinjauan Materi Gaya dan Hukum Newton
Materi sesuai dengan buku IPA Fisika 2 yang disusun oleh Marthen
Kanginan dan buku Ilmu Pengetahuan Alam yang disusun oleh Kemendikbud.
GayaGaya merupakan sebuah besaran fisika yang secara intuitif didefinisikan
sebagai tarikan atau dorongan. Gaya yang diberikan pada suatu benda akan
menyebabkan benda mengalami perubahan kecepatan. Selain merubah kecepatan
benda, gaya juga dapat merubahan arah gerak benda, serta merubahan bentuk dan
ukuran benda. Gaya merupakan sebuah besaran yang dapat diukur dengan
menggunakan neraca pegas atau dynamometer. Satuan gaya dalam SI adalah
newton yang dilambangkan dengan N.
Berdasarkan pada cara suatu gaya memengaruhi benda lain, gaya dibagi
menjadi dua yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Pada gaya sentuh, benda yang
memberikan gaya dan yang menerima gaya melakukan kontak secara langsung
berupa persinggungan. Contoh dari gaya sentuh adalah gaya gesek yang terjadi
anatara lantai dan meja pada saat meja didorong dan gaya otot seperti terjadi pada
orang yang menarik busur panah ke belakang saat akan memanah. Pada gaya tak
-
21
sentuh, benda yang memberi gaya dan yang menerima gaya tidak terjadi kontak
secara langsung. Dalam hal ini gaya dapat terjadi meskipun kedua benda terpisah
jauh. Contoh gaya tak sentuh adalah gaya gravitasi yang terjadi pada sebuah apel
di atas pohon yang di tarik oleh pusat bumi sehingga jatuh ke permukaan bumi,
gaya listrik yang terjadi pada penggaris plastik yang dapat menarik potongan-
potongan kertas kecil dan gaya magnet yang terjadi pada sebuah ujung magnet
yang menarik paku besi di dekatnya.
Gaya gesek
Gaya gesek termasuk gaya sentuh karena permukaan benda yang memberi
dan diberi gaya saling bersentuhan. pada saat mendorong atau meluncurkan suatu
benda di atas suatu permukaan, gerakan benda yang didorong akan tertahan oleh
gesekan benda dengan permukaan tersebut. Tahanan ini yang disebut sebagai gaya
gesekan. Gaya gesekan ini berlawanan arah dengan arah gaya luar yang
dikerjakan pada benda.
Dalam keseharian gaya gesek ada yang merugikan dan ada yang
menguntungkan. Beberapa keuntungan adanya gaya gesek ditunjukkan pada:
(1) gesekan antara telapak kaki dengan tanah yang memungkinkan kita dapat
berjalan,
-
22
Gambar 2.1 Gaya gesek pada orang yang sedang berjalan. F adalah gaya dorongyang diberikan oleh kaki dan fg adalah gaya gesek antara kaki dengan tanah(Sumber: Lecture 16 Friction, 2012, https://www.slideshare.net/shaolin69/lecture16-friction)
Ketika sedang berjalan, misalkan telapak kaki kanan memberikan gaya
dorong tanah ke arah belakang dengan gaya F. Kontak langsung antara
telapak kaki dan tanah menimbulkan gaya gesek fg yang arahnya ke depan
dan menahan dorongan yang diberikan oleh kaki. Besar gaya F dan fg
adalah sama, sehingga resultan gaya yang bekerja pada kaki tersebut
adalah nol. Keadaan ini yang membuat kaki kanan kita tidak tergelincir.
Kaki kanan inilah yang dijadikan sebagai tumpuan. Selanjutnya kaki kiri
diayunkan ke depan dan seterusnya sehingga orang dapat berpindah ke
depan.
(2) gesekan pada ban kendaraan dan permukaan jalan dapat membantu
manusia untuk memperlambat laju kendaraan pada saat pengereman,
(3) adanya gaya gesek juga menyebabkan manusia membuat ban kendaraan
bergerigi sehingga tidak mudah tergelincir di jalan yang licin ataupun saat
pengereman.
Selain menguntungkan gaya gesek juga menimbulkan beberapa kerugian
antara lain ditunjukkan oleh:
-
23
(1) gesekan yang terjadi antara permukaan alas sepatu dengan tanah
menyebabkan permukaan alas sepatu menjadi cepat halus,
(2) gesekan yang besar antara ban kendaraan dengan permukaan jalan
menyebabkan ban kendaraan menjadi cepat aus dan tipis,
(3) gesekan air laut pada kapal laut yang menghambat gerak kapal.
Gaya merupakan besaran vektor yang memiliki besar dan arah. Sebuah
gaya (besaran vektor) dapat digambarkan dengan menggunakan diagram vektor
berupa anak panah.
Gambar 2.2 Diagram vektor dari gaya F
Titik O disebut titik pangkal dan titik A disebut titik ujung. Panjang ruas garis
anak panah menunjukkan besar nilai gaya dan arah anak panah menyatakan arah
gaya.
Gambar 2.3 Diagram besar nilai dan arah gaya
Panjang 1cm pada masing-masing gambar mewakili gaya sebesar 1N, sehingga F1
menunjukkan gaya yang besarnya 3N berarah ke kanan dan F2 menunjukkan gaya
yang sebesar 4N berarah ke kiri.
Jika pada benda bekerja beberapa gaya, gaya-gaya tersebut dapat diganti
dengan sebuah gaya yang besarnya F. Gaya pengganti ini disebut resultan gaya
yang disimbolkan dengan R. Untuk beberapa gaya yang searah, resultan gayanya
adalah hasil penjumlahan dari gaya yang bekerja dan arahnya sama dengan arah
gaya tersebut.
F1 F2
O AF
-
24
Gambar 2.4 Resultan gaya searah (a) Dua buah gaya searah F1 dan F2 yangbesarnya masing-masing 50N dan 40N (b) Resultan dua gaya yang searah adalahjumlah dari F1 dan F2
Sedangkan untuk gaya yang berlawanan arah, resultannya dapat ditentukan
dengan penjumlahan biasa, tetapi karena arah berlawanan salah satu gaya harus
diberi tanda negatif dan arahnya sesuai dengan gaya yang lebih besar.
Gambar 2.5 Resultan gaya berlawanan arah (a) Dua buah gaya searah F1 dan F2yang besarnya masing-masing 50N dan 40N (b) Resultan dua gaya yangberlawanan arah adalah pengurangan dari F1 dan F2 sedangkan arah resultansesuai dengan gaya yang lebih besar
2.6.1 Hukum I Newton
Hukum pertama Newton menyatakan bahwa benda dalam keadaan diam
atau bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan, kecuali ada gaya gaya eksternal yang bekerja pada benda.
Kecenderungan benda untuk mempertahankan kedudukannya (yang sedang diam
cenderung akan tetap diam, yang sedang bergerak dengan kecepatan konstan akan
cenderung tetap bergerak dengan kecepatan konstan) dinamakan kelembaman
-
25
atau inersia. Sehubungan dengan hal tersebut, hukum pertama Newton sering
dinamakan hukum kelembaman atau hukum inersia.
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari efek kelembaman sering kita
alami. Misalnya, kamu berada di dalam sebuah mobil yang sedang melaju
kencang kemudian direm secara tiba-tiba. Badan kamu akan terdorong ke depan
karena badan ingin mempertahankan geraknya ke depan. Peristiwa tersebut yang
pada akhirnya memunculkan ide teknologi sabuk pengaman. Peristiwa yang
menunjukkan adanya kelembaman juga terjadi saat kendaraan yang membonceng
kita di gas secara tiba-tiba. Saat itulah badan kita akan terdorong ke belakang. Hal
ini terjadi karena badan kita yang awalnya diam akan mempertahankan keadaan
diamnya. Peristiwa yang menunjukkan kelembaman lainnya yaitu sebuah batu
besar yang berada di lereng gunung akan tetap diam di tempatnya sampai ada
gaya luar yang memindahkannya, misalnya gempa.
2.6.2 Hukum II Newton
Gaya merupakan suatu pengaruh pada benda yang menyebabkan benda
berubah kecepatan, misalnya seorang mendorong gerobak yang diam sehingga
gerobak bergerak atau mobil yang sedang melaju lalu direm sehingga mobil
berhenti. Besar gaya merupakan hasil kali massa benda dengan besar percepatan
yang dihasilkan oleh gaya. Massa merupakan ukuran jumlah materi dalam suatu
benda. Massa merupakan sifat intrinsik benda sehingga jika benda tidak dibagi
atau ditambah, maka jumlah materi yang dikandungnya tetap sama dimanapun
benda ditempatkan. Satuan massa ditetapkan dengan sebuah benda standar berupa
sebuah silinder campuran platinum yang disimpan di International Bureau of
-
26
Weights and Measures di Perancis. Massa benda standar itu adalah satu kilogram,
yaitu satuan SI untuk massa.
Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percepatan 1m/s2 pada benda
standar didefinisikan sebagai 1 newton (N). Begitupun gaya yang menghasilkan
percepatan 2 m/s2 didefinisikan sebagai 2N.
Anggap kita mempunyai dua benda yang berukuran sama dalam keadaan
diam. Balok yang satu terbuat dari baja dan balok yang lain terbuat dari kayu.
Gambar 2.6 Gaya untuk mendorong dua benda berbeda berukuran sama (a) balokbaja dan (b) balok kayu (Sumber: Buku Olimpiade Fisika, 1996)
Jika kita ingin menggerakkan balok tersebut, kita membutuhkan gaya yang lebih
besar untuk menggerakkan balok baja dibandingkan balok kayu. Dengan kata lain
balok baja lebih sulit digerakkan dibandingkan balok kayu. Dengan gaya yang
sama besar, kita akan mampu menggerakkan balok kayu lebih cepat dibandingkan
dengan balok baja yang bergerak lebih lambat.
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa percepatan yang dialami oleh
sebuah benda yang dikenai gaya, besarnya sebanding dengan besar gaya eksternal
neto yang bekerja pada benda dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Secara matematis hukum kedua Newton dirumuskan sebagai berikut:=atau
-
27
= m (2.1)Hukum kedua Newton berkaitan dengan dengan resultan gaya yang tidak
sama dengan nol. Hukum kedua Newton juga sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya ketika mendorong meja hingga bergerak. Mula-mula meja
diam, karena tidak ada gaya yang bekerja. Setelah di dorong atau diberi gaya,
barulah meja bergerak. Sebuah bola yang awalnya diam lalu kita tendang atau beri
gaya sehingga bola akan bergerak. Pada meja dan bola yang bergerak dari
keadaan diamnya terjadi perubahan kecepatan yang menimbulkan terjadinya
percepatan. Contoh lain juga terjadi saat kita berusaha memindahkan sebuah
lemari dan sebuah meja. Memindahkan meja tentu akan lebih mudah
dibandingkan dengan memindahkan lemari. Saat memindahkan lemari kita
mungkin akan membutuhkan bantuan orang lain karena massa lemari yang lebih
besar dibanding meja membuat gaya yang kita butuhkan untuk memindahkan
lemari juga semakin besar.
Menurut hukum gravitasi Newton, semua benda menarik benda lain yang
memiliki massa. Gaya tarik antara dua benda yang memiliki massa disebut gaya
gravitasi atau gaya berat. Gaya tarik suatu benda besarnya tergantung pada massa
benda itu. Massa bumi yang sangat besar menyebabkan gaya gravitasi yang
dihasilkan cukup besar. Gaya gravitasi bumi menyebabkan semua benda yang ada
di permukaan bumi memiliki berat. Jadi berat benda merupakan ukuran besarnya
gaya gravitasi pada benda itu. Berdasarkan hukum kedua Newton = m ,dengan menggunakan = dan menulis untuk gaya gravitasi, didapatkan= m (2.2)
-
28
Didekat permukaan bumi, nilai = 9,81 N/kg = 9,81 m/s2. Pengukuranyang teliti menunjukkan bahwa tidak mempunyai nilai yang sama dimana-
mana. Gaya tarikan bumi pada benda berubah dengan lokasi.
2.6.3 Hukum III Newton
Hukum ketiga Newton kadang dinamakan hukum interaksi atau hukum
aksi reaksi. Hukum ini menggambarkan sifat penting gaya yang terjadi
berpasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang sama
besarnya tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.
Hukum ketiga Newton dapat dinyatakan dengan:= (2.3)Gaya aksi reaksi tidak pernah saling mengimbangi karena gaya-gaya tersebut
bekerja pada benda yang berbeda. Contoh peristiwa yang menunjukkan hukum
ketiga Newton yaitu pada peluncuran roket. Roket memberikan aksi yang sangat
besar kepada gas dengan mendorong gas keluar. Gas memberikan reaksi yang
sama besar dengan mendorong roket ke atas. Hukum aksi juga dapat dijumpai saat
kita sedang memasang paku di tembok dengan menggunakan palu. Gaya yang
diberikan oleh palu akan menyebabkan paku terdorong masuk ke dalam tembok.
Paku kemudian akan memberikan gaya reaksi yang sama besar pada palu dengan
mendorong palu ke belakang.
-
29
Gambar 2.7 Hukum aksi reaksi(Sumber: Physics for Scientists and Engineers, 2004)
2.7 Kerangka Berfikir
Pemahaman suatu konsep dalam pembelajaran IPA akan menjadi dasar
bagi peserta didik memahami konsep selanjutnya dan dapat menerapkan konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA juga menuntut peserta
didik mampu mengomunikasikan pengetahuannya terlebih dahulu. Menurut
Kemendiknas, komunikasi menjadi salah satu nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran yang membangun pemahaman konsep serta
kemampuan komunikasi peserta didik.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan
kemampuan komunikasi peserta didik masih kurang dalam pembelajaran IPA.
Pendidik cenderung hanya menyampaikan IPA sebagai produk tanpa mengajak
peserta didik untuk melakukan aktifitas yang dapat membangun pengetahuan
peserta didik. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran yang tercipta masih
bersifat teacher-centered. Peserta didik hanya menghafalkan informasi yang
diberikan pendidik tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri
-
30
pengetahuannya sehingga mereka belum mampu memahami materi dengan baik.
Hal ini juga membuat peserta didik belum memiliki kesempatan untuk dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi mereka dengan baik. Pembelajaran
yang bersifat teacher-centered dan metode hafalan yang dilakukan peserta didik
kurang mendukung usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kemampuan komunikasi peserta didik.
Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting
diawali dengan mengajukan pertanyaan probing prompting (menuntun dan
menggali). Pertanyaan yang menuntun dan menggali gagasan diberikan kepada
peserta didik dan peserta didik secara acak diminta untuk menjawab pertanyaan
secara lisan. Dalam hal ini, pendidik melatih komunikasi lisan peserta didik
dengan menjawab secara langsung. Selain itu dengan menjawab pertanyaan,
peserta didik dapat meningkatkan partisipasinya dalam pembelajaran. Peserta
didik yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan akan diberikan pertanyaan-
pertanyaan lain yang sifatnya menuntun dan menggali. Dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut peserta didik dituntut untuk mengembangkan pola pikir
mereka sehingga mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan sesuai dengan
konsep yang sedang dipelajari. Hal itulah yang membuat peserta didik dapat
membangun sendiri pengetahuannya dan memperoleh pemahaman yang lebih
baik.
Tahapan pertama pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting,
yaitu berpikir individu. Pada tahap ini, peserta didik diberi kesempatan untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya jawaban dari
-
31
masing-masing peserta didik akan dibahas bersama dalam kelompok kecil.
Dengan adanya diskusi kelompok kecil, peserta didik lebih berani dan percaya diri
untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga melatih kemampuan komunikasi
mereka. Dengan diskusi kelompok kecil, peserta didik juga dapat lebih memahami
jawaban dan dapat mempertahankan jawaban mereka. Dari kegiatan ini peserta
didik dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasinya.
Pada tahap ketiga, peserta didik akan menyampaikan hasil diskusi
kelompok kecil dalam diskusi kelas (kelompok besar). Dengan bimbingan dari
pendidik, peserta didik dituntun untuk memperoleh jawaban yang tepat dan sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan. Dengan tiga tahapan yang dilakukan dalam
pembelajaran CUPs, peserta didik dapat membangun pengetahuan mereka sendiri.
Peserta didik juga dapat mengetahui dimana kesalahan mereka, sehingga dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik. Kemampuan komunikasi peserta didik
juga dapat dilatih dalam kegiatan diskusi kelas ini. Dengan demikian, pemahaman
konsep dan kemampuan komunikasi peserta didik dapat dilatih dengan
menerapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting.
Sesuai dengan kompetensi dasar IPA (fisika) pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, salah satu materi yang diberikan kepada peserta didik kelas
VIII SMP adalah gaya dan hukum Newton. Gaya dan hukum Newton merupakan
salah satu materi yang penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Banyak peristiwa sehari-hari yang dapat ditinjau berdasarkan hukum Newton
dan dijadikan sebagai bahan diskusi, sehingga materi ini sesuai jika diterapkan
dengan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting.
-
32
Sebagai panduan dalam pelaksanaan penelitian, dibutuhkan instrumen
penelitian seperti RPP, LKPD dan lembar kerja kelompok yang sesuai dengan
model CUPs dengan teknik probing prompting. Skor pemahaman konsep peserta
didik dapat diperoleh dengan menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda.
Sedangkan kemampuan komunikasi peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung diamati dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya untuk
mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi peserta
didik, skor tes tertulis pretest-posttest dan skor hasil observasi dianalisis dengan
uji gain.
2.8 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, maka
hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ha : terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi
peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran CUPs dengan teknik
probing prompting.
Ho : tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan
komunikasi peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran CUPs
dengan teknik probing prompting.
-
56
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disusun simpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik. Peningkatan
kemampuan komunikasi berada pada kategori sedang.
2. Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting
dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Peningkatan
pemahaman konsep berada pada kategori sedang.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk Guru
− Penerapan model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting
memerlukan waktu yang cukup lama dalam kegiatan kelompok
(melakukan percobaan dan diskusi) dan tanya jawab, sehingga guru harus
dapat mengatur waktu dengan baik agar pembelajaran berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
-
57
− Dalam pemilihan materi yang akan disampaikan dengan menerapkan
model pembelajaran CUPs dengan teknik probing prompting, pendidik
sebaiknya memilih materi yang aplikasinya dapat diamati dalam
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat menjawab pertanyaan
bersifat menggali dan menuntun yang diberikan.
2. Untuk Peneliti Lain
− Penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran CUPs
dengan teknik probing prompting dapat diterapkan pada sekolah lain,
jenjang kelas yang berbeda maupun materi yang berbeda yang dapat
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
-
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2004. IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. Jakarta:Erlangga.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
__________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti, H., K. S. Martini, & S. Yamtinah. 2013. Efektivitas Penggunaan MediaTTS dan Kartu Soal di dalam Metode Diskusi pada Materi Koloid KelasXI Semester Genap SMAN Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran2011/ 2012. Jurnal Pendidikan Kimia, 2 (1), 85-91. Tersedia dihttp://download.portalgaruda.org/ [diakses 9-08-2017]
Cakir, M. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science TheirImplication for Science Pedagogy: A Literature Review. InternationalJournal of Environmental & Science Education, 3 (4), 193-206.
Correiro, E. E., L. R. Griffin, & P. E. Hart. 2008. A Constructivist Approach toInquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for the Detection of Apoptosisin Check Cell. The American Biology Teacher, 70 (8), 457-460.
Djamarah, S. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta.
Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Six-thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory PhysicsCourses. American Journal of Physics.
Hamdani, M. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Harsoyo, I. & A. Sopyan. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalahdengan Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan KemampuanPemecahan Masalah IPA Siswa Kelas VII SMP. Unnes Physics educationJournal, 3(2), 42-47. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/ [diakses 14-01-2016]
Huda, M. 2014. Model- Model Pembelajaran dan Pengajaran:Isu- Isu Metodisdan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismawati, F., S. E. Nugroho, & P. Dwijananti. 2013. Penerapan ModelPembelajaran Conceptual Understanding Procedures untuk MeningkatkanCuriosity dan Pemahaman Konsep Siswa. Prosiding Seminar NasionalPIF XXIV, 15- 20.
Jacobsen, D., P. Eggen, & D. Kauchak. 2009. Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA (Edisi 8).(Penerjemah: A. Fawaid, & K. Anam). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-
59
Kariani, N. K., D. K. Putra, & I. K. Ardana. 2014. Model Problem BasedLearning Menggunakan Metode Probing Prompting Berpengaruh terhadapHasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha, 2 (1). Tersedia di https://ejournal.undiksha.ac.id/ [diakses 31-07-2017]
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter BangsaPedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan PusatKurikulum.
Kipper, H., & T. Ruutmann. 2010. Strategic and Technique of QuestioningEffectuating Thingking and Deep Understanding in Teaching Engineeringat Estonian Centre for Engineering Pedagogy. Problems of Education inthe 21st Century, 19, 36-45. Tersedia di http://www.scientiasocialis.lt/[diakses 8-08-2017]
Kusuma, A., Indrawati, & A. Harijanto. 2015. Model Discoveri Learning DisertaiTeknik Probing Prompting dalam Pembelajaran Fisika di MA. JurnalPendidikan Fisika, 3(4), 336- 341. Tersedia di http://jurnal.unej.ac.id/[diakses 14-01-2016]
Lailiyah, N., & W. Wulansari. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara MeleluiMetode Diskusi Kelompok MOdel Tanam Paksa Siswa Kelas XPemasaran 1 SMK PGRI Kediri. Jurnal Pendidikan, 1 (2), 166-173.Tersedia di https://journal.unesa.ac.id/ [diakses 31-07-2017]
McKittrick, B., P. Mulhall, & R. Gunstone. 1999. Improving Understanding inPhysics: An Effective Teaching Procedure. Australian Science TeachersJournal, 45(3), 27-33. Tersedia di http://monash.edu/ [diakses 13-01-2016]
Mills, D., B. McKittrick, P. Mulhall, & S. Feteris. 1999. CUP: CooperativeLearning That Works. Physics Educ, 34(1), 11-16. Tersedia dihttp://nvses.edu.au/ [diakses 13-01-2016]
Mujinem. 2012. Peningkatan Pemahaman, Keterampilan Berfikir, dan SikapDemokratis Siswa dengan Metode Diskusi Kelompok dalam PembelajaranPKN di Kelas XI L1 SMKN 3 Kasihan. Jurnal Ilmiah Guru "COPE", 49-58. Tersedia di http://download.portalgaruda.org/ [diakses 9-08-2017]
Napitupulu, E. L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. 14Desember. Online Tersedia dihttp://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun [diakses 16-02-2017]
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Permendiknas.
Rifa'i, A. & C. T. Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: PusatPengembangan MKU/ MKDK-LP3.
-
60
Roestiyah, N. K. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Rustaman, N., A. Rustaman, S. Anitah, S. Dirdjosoemarto, A. Widodo, Riandi, A.R. Wulan, & Mimin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung:UPI.
Sarwi, A. Rusilowati, & S. Khanafiyah. 2013. Implementasi Model EksperimenGelombang Open-Inquiry untuk Mengembangkan KeterampilanKomunikasi Ilmiah Mahasiswa Fisika. JPFI, 9, 123-131. Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/ [diakses 18-08-2017]
Siswandi, H. J. 2006. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi melaluiMetode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa indonesia di SekolahDasar. Jurnal Pendidikan Penabur, 5 (7), 24-35. Tersedia dihttp://bpkpenabur.or.id/ [diakses 31-07-2017]
Siswanto, B. 2013. Implementasi Model Conceptual Understanding Procedures(CUPs) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan KemampuanKognitif C2 Siswa Kelas X SMK YPT Purworejo Tahun Pelajaran2013/2014. Radiasi, 4 (1).
Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryadi, E. 2004. Modul 02 Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi.Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPustaka.
Tipler, P. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yulianti, D., & Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif ProdiPendidikan Fisika. Semarang: LP3 Universitas Negeri Semarang.