PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS...

14
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016 Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP SISTEM KOLOID(PTK DI KELAS XI IPA MAN 2 KOTA TANGERANG) Buchori Muslim 1 , Erlinawati 2 1 Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 MAN 2 Kota Tangerang Email koresponden: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes hasil belajar, lembar observasi, lembar penilaian laporan hasil praktikum, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid. Rata-rata nilai post-tes meningkat dari 61.87 dengan KKM 22,58% pada siklus I menjadi 81.12 dengan KKM 90,32 % pada siklus II. Hasil belajar pada aspek psikomotorik juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus I 78.35 dengan ketuntasan 93,54% meningkat menjadi 78.81 pada siklus II dengan ketuntasan 83,87%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid. Kata Kunci: penelitian tindakan kelas; hasil belajar siswa; eksperimen berbasis lingkungan Abstract This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. The subjects were students of class XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang academic year 2015/2016 the number of students of 31 people consisting of three male students and 28 female students. This study aimed to improve learning outcomes chemistry student by using the experimental method based environment. The instrument used in this study consisted of a test result of learning, observation sheets, assessment sheets lab report, interview and field notes. The results showed that the application of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of the colloidal system. The average post-test score increased from 61.87 with KKM 22.58% the first cycle to 81.12 with KKM 90.32% in the second cycle. Results of study on psychomotor aspect also increased from the average value in the first cycle completeness 78.35 with KKM 93.54% increase to 78.81 in the second cycle to the completeness 83.87%. Based on the results of this study concluded that the application of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of colloidal system. Keywords: classroom action research; student learning; experiment-based environment PENDAHULUAN Hasil pengalaman mengajar di MAN 2 Kota Tangerang diperoleh bahwa hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA selama ini sangat

Transcript of PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS...

Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016

Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS LINGKUNGAN DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP SISTEM

KOLOID(PTK DI KELAS XI IPA MAN 2 KOTA TANGERANG)

Buchori Muslim

1, Erlinawati

2

1Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2MAN 2 Kota Tangerang

Email koresponden: [email protected],

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap

siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah

siswa kelas XI IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa

sebanyak 31 orang yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Penelitian ini

bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode

eksperimen berbasis lingkungan.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes

hasil belajar, lembar observasi, lembar penilaian laporan hasil praktikum, pedoman wawancara

dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen

berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.

Rata-rata nilai post-tes meningkat dari 61.87 dengan KKM 22,58% pada siklus I menjadi 81.12

dengan KKM 90,32 % pada siklus II. Hasil belajar pada aspek psikomotorik juga mengalami

peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus I 78.35 dengan ketuntasan 93,54% meningkat

menjadi 78.81 pada siklus II dengan ketuntasan 83,87%. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan

hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas; hasil belajar siswa; eksperimen berbasis lingkungan

Abstract

This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of

planning, implementation, observation and reflection. The subjects were students of class XI

IPA 1 MAN 2 Kota Tangerang academic year 2015/2016 the number of students of 31 people

consisting of three male students and 28 female students. This study aimed to improve learning

outcomes chemistry student by using the experimental method based environment. The

instrument used in this study consisted of a test result of learning, observation sheets,

assessment sheets lab report, interview and field notes. The results showed that the application

of the experimental method based environments to improve learning outcomes chemistry

students to the concept of the colloidal system. The average post-test score increased from

61.87 with KKM 22.58% the first cycle to 81.12 with KKM 90.32% in the second cycle. Results

of study on psychomotor aspect also increased from the average value in the first cycle

completeness 78.35 with KKM 93.54% increase to 78.81 in the second cycle to the completeness

83.87%. Based on the results of this study concluded that the application of the experimental

method based environments to improve learning outcomes chemistry students to the concept of

colloidal system.

Keywords: classroom action research; student learning; experiment-based environment

PENDAHULUAN Hasil pengalaman mengajar di MAN 2

Kota Tangerang diperoleh bahwa hasil belajar

kimia siswa kelas XI IPA selama ini sangat

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,82-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

rendah. Terlihat dari rata-rata nilai ulangan

harian siswa yang masih di bawah nilai KKM

yaitu pada materi Stoikiometri mempunyai nilai

rata-rata sebesar 63,90; Larutan Penyangga dan

Hidrolisis mempunyai nilai rata-rata sebesar

57,77; serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

mempunyai nilai rata-rata sebesar 77. Mungkin

untuk materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

ini jika dilihat nilai rata-ratanya telah mencapai

nilai KKM yang ditetapkan, namun jika dilihat

berdasarkan jumlah siswa yang mencapai KKM

hanya sebesar 50% saja. Padahal saat mengajar,

peneliti sudah berusaha menggunakan model

pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan

untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa

seperti: Direct Learning, Probing-Prompting,

ICARE, Inkuiri, Student Facilitator and

explaining, Explicit Intruction dan MEA.

Menurut pengamatan peneliti ketika

mengajar, rendahnya hasil belajar siswa tersebut

diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah,

sehingga terlihat siswa tidak pernah siap untuk

menerima materi pelajaran dalam setiap

pertemuannya. Hal itu terlihat ketika proses

belajar mengajar berlangsung siswa cenderung

pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan

dari guru dan tidak ada siswa yang berkomentar

ketika kegiatan proses belajar mengajar

berlangsung. Kalaupun guru bertanya siswa

cenderung diam dan tidak berani untuk

memberikan jawaban. Siswa juga kurang

memanfaatkan perpustakaan yang ada. Hal itu

dapat diamati dari setiap meja siswa hanya

terdapat buku tulis yang menunggu catatan dari

guru yang mengajar, padahal di perpustakaan

ada beberapa buku kimia yang bisa

dimanfaatkan untuk belajar. Selain itu juga

rendahnya motivasi, minat dan aktivitas siswa

karena kurang tersedianya sarana dan prasarana

penunjang berlangsungnya kegiatan belajar

kimia seperti: kondisi laboratorium yang kurang

kondusif terlihat dari alat dan bahan yang tidak

memadai.

Peneliti juga melakukan wawancara

kepada salah seorang siswa kelas XI IPA

sebagai kunci utama yang mengetahui penyebab

rendahnya hasil belajar siswa. Responden yang

di wawancarai mengatakan bahwa rendahnya

hasil belajar kimia siswa-siswi kelas XI IPA

MAN 2 Kota Tangerang karena menurut mereka

ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat

abstrak dan sulit dimengerti sehingga mereka

kurang antusias terhadap pelajaran kimia.

Berdasarkan uraian di atas yang

dipaparkan dari hasil pengalaman mengajar

dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas,

minat, dan hasil belajar kimia siswa dapat

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1)

Kurang tersedianya alat dan bahan untuk

pelaksanaan praktikum yang dibutuhkan; (2)

Siswa masih menganggap bahwa materi

pelajaran kimia bersifat abstrak dan sulit

dipahami; (3) Siswa kurang memanfaatkan

sumber belajar yang tersedia seperti

perpustakaan dan lain-lain. Untuk melakukan

perbaikan terhadap rendahnya aktivitas, minat

serta hasil belajar siswa disarankan

pembelajaran berlangsung sebagai berikut

(Widiasih, 2007): (1) dari konkret menuju

abstrak; (2) dari yang mudah menuju yang

sulit;(3) dari yang sederhana menuju yang rumit.

Dari saran tersebut nampak jelas bahwa metode

yang tepat untuk mencapai hal tersebut adalah

melalui metode eksperimen.

Metode eksperimen yang akan

dilaksanakan merupakan salah satu metode

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

proses. Pendekatan keterampilan proses yang

akan diterapkan untuk membantu menyelesaikan

masalah di atas adalah keterampilan dasar proses

seperti mengamati, mengklasifikasi,

mengkomunikasikan, dan menyimpulkan.

Keterampilan dasar proses tersebut dapat

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,83-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

muncul jika siswa diberi pengalaman langsung,

misalnya dengan mengamati jalannya reaksi

kimia, perubahan-perubahan yang terjadi pada

reaksi kimia sampai dapat menyimpulkannya

sendiri. Hal ini dapat terlaksana jika digunakan

metode eksperimen atau demonstrasi maka

dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan

metode eksperimen karena semua siswa diberi

kesempatan untuk mengamati secara langsung

dari jarak dekat dan mempraktekannya sendiri

reaksi-reaksi kimia serta menyimpulkannya.

Kenyataan menunjukan bahwa

laboratorium yang tersedia kurang kondusif

maka disini guru dituntut untuk dapat

menunjukan kreativitasnya dengan

memanfaatkan lingkungan agar kendala yang

dihadapi dalam melaksanakan eksperimen dapat

di atasi. Eksperimen yang dilakukan tidak selalu

harus dilaksanakan di dalam laboratorium tetapi

dapat dilakukan pada alam sekitar (Widiasih,

2007). Namun alangkah baiknya jika seorang

guru memanfaatkan ruang laboratorium yang

sudah ada, tinggal nanti bagaimana cara

membuat atau memanfaatkan eksperimen

berbasis lingkungan yang dimaksud. Metode

eksperimen berbasis lingkungan digunakan

sebagai pengganti alat dan bahan kimia yang

harganya relatif mahal. Alat dan bahan

pengganti tersebut sangat mudah diperoleh dan

harganya jauh lebih murah, namun dapat

dijadikan sebagai bahan eksperimen kimia.

Tujuan menggunakan alat dan bahan pengganti

adalah untuk lebih meningkatkan hasil belajar

kimia yang umumnya bersifat teoritis dan

praktis, sehingga tidak ada alasan bagi guru

kimia untuk tidak melaksanakan eksperimen

atau demonstrasi dalam pembelajaran, terutama

untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Eksperimen berbasis lingkungan

merupakan suatu kegiatan Eksperimen IPA

khususnya kimia dimana alat dan bahan yang

dibutuhkan dalam kegiatan ini berasal dari

lingkungan dan mudah diperolehnya (Sunyono

& Maryatun, 2007). Dari lingkungan seorang

guru bisa memanfaatkan alat dan bahan yang

sudah ada atau bisa dengan cara memodifikasi.

Sedangkan mudah diperolehnya artinya alat dan

bahan itu bisa diperoleh di rumah, di sekolah,

atau di lingkungan tempat tinggal kita (Nasution,

2005). Dalam penerapan eksperimen IPA

khususnya kimia berbasis lingkungan tidak serta

merta digunakan alat dan bahan yang berasal

dari lingkungan, terlebih lagi dalam hal

pendidikan dimana harus memberikan bukti

dalam setiap langkah dan tindakan yang

dikerjakan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

memperhatikan beberapa pertimbangan dalam

azas pendidikan, yaitu (Widiasih, 2007): Sesuai

dengan tujuan pembelajaran, Terjangkau oleh

kemampuan siswa, Tidak membahayakan

keselamatan siswa dan guru, Mudah digunakan,

Sifat alat sesuai dengan pemakai, Bentuk

menarik dan memiliki nilai pedagogis. Contoh

pembelajaran kimia menggunakan penerapan

metode Eksperimen berbasis lingkungan ini

berupa langkah-langkah pembelajaran disertai

lembar kerja siswa (LKS) yang bertujuan untuk

memandu siswa menemukan konsep melalui

kegiatan pengamatan dan Eksperimen (Nasution,

2007). Banyaknya bantuan dan bimbingan yang

diberikan guru kepada siswa tidak membatasi

kebebasan siswa untuk melakukan penemuan

sendiri. Tetapi hal tersebut ditentukan oleh

tujuan pembelajaran dan waktu yang tersedia

(Nasution, 2005).

Dari hasil pemaparan di atas telah

disepakati antara peneliti dengan dosen

pendamping bahwa untuk meningkatkan

aktivitas, minat dan hasil belajar siswa terhadap

materi pelajaran kimia memang perlu adanya

perbaikan dalam pembelajaran seperti yang

dikemukakan di atas, yaitu strategi pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan keterampilan

proses melalui metode Eksperimen

(pengamatan, pengumpulan data dan

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,84-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

penyimpulan) berbasis lingkungan, dengan

pertimbangan bahwa melalui metode

Eksperimen berbasis lingkungan dapat

meningkatkan aktivitas, minat serta hasil belajar

siswa. Tujuan dari pelaksanaan eksperimen ini

adalah agar siswa memahami konsep-konsep

kimia dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari (Nasution, 2005). Untuk pelaksanaan

Eksperimen ini biasanya alat dan bahan yang

diperlukan disediakan oleh pemerintah padahal

perlu diketahui juga bahwa alat dan bahan

tersebut dapat dibuat dengan bahan yang tersedia

di lingkungan sekolah (Nasution, 2005).

Adapun konsep yang dipilih dalam

penelitian ini yaitu Sistem Koloid. Alasan

peneliti memilih konsep ini karena kebanyakan

materi ini merupakan eksperimen. Sedangkan

alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan eksperimen ini tidak tersedia di lab.

Tujuan dilaksanakannya eksperimen adalah

supaya siswa dapat mengamati dan mengalami

secara langsung materi Sistem Koloid sehingga

siswa lebih mudah menguasai materi ini yamg

nanti akan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi

hasil praktikum. Oleh sebab itu, peneliti

bermaksud mengadakan penelitian tindakan

kelas untuk mencapai harapan di atas. Adapun

judul penelitiannya yaitu: “Penerapan Metode

Eksperimen Berbasis Lingkungan Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada

Konsep Sistem Koloid”.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan

yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri

dari empat tahapan, yaitu:Perencanaan

(Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan

(Observing) dan Refleksi (Reflecting).Adapun

desain penelitian tindakan kelas digambarkan

sebagai berikut (Arikunto, 2008):

Pengamatan/

pengumpulan data 1: pengamatan

dan analisis aktifitas belajar siswa

dan wawancara

Refleksi I: analisis

kekurangan siklus 1

Perencanaan tindakan

II: Perencanaan RPP

II berdasarkan refleksi

siklus I

Pelaksanaan

tindakan II; Proses pembelajaran

menggunakan metode eksperimen

Pelaksanaan

tindakan I: Proses pembelajaran

menggunakan metodeeksperimen

Permasalahan

Kurangnya

pemahamankonsep

yang dimiliki siswa

Permasalahan

baru hasil

refleksi

Apabila

permasalahan

belum

terselesaikan

Refleksi II: analisis

kekurangan siklus 1

dan faktor

penyebabnya

Pengamatan/

pengumpulan data II: pengamatan

dan analisis aktifitas belajar siswa

dan wawancara

Perencanaan

tindakan I:

Persiapan RPP

pembelajaran

Dilanjutkan

ke siklus

berikutnya

Observasi Pendahuluan:

Observasi pembelajaran

siswa

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,85-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Gambar 1. Alur Desain Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari tes hasil belajar, lembar

observasi, pedoman wawancara dan catatan

lapangan. Teknik analisis data hasil belajar pada

aspek kognitif atau penguasaan konsep

menggunakan analisis deskriptif dengan

menggunakan teknik persentase dari setiap

siklus (Kunandar, 2008). Untuk analisis data

observasi berupa data kualitatif yang dikonversi

ke dalam bentuk penskoran kuantitatif

berdasarkan jumlah siswa yang memunculkan

tiap indikator. Data wawancara berupa informasi

berbentuk kalimat yang memberi gambaran

tentang sikap siswa terhadap pembelajaran kimia

dengan menerapkan metode Eksperimen.

Sedangkan data catatan lapangan untuk

memperkuat data observasi yang dibuat oleh

peneliti atau mitra peneliti yang melakukan

pengamatan atau observasi terhadap subjek atau

objek penelitian tindakan kelas.

Indikator keberhasilan ini adalah apabila

adanya peningkatan hasil belajar dengan

ketentuan sebagai yaitu : Pada aspek kognitif

rata-rata prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia mencapai nilai 77 atau

mencapai nilai KKM yang ditetapkan di sekolah

tersebut dengan target 75% siswa mendapat nilai

di atas KKM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Dalam siklus I ini ada empat tahap yang

dilakukan yaitu: perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya

sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran dengan

metode eksperimen berbasis lingkungan

meliputi silabus, rencana pembelajaran dan

Lembar Kerja Siswa.

2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur

penguasaan materi pelajaran baikdari segi

kognitif, afektif , maupun psikomotorik

3) Menyiapkan lembar observasi untuk

mengamati situasi dan kondisi

selamakegiatan belajar mengajar

berlangsung. Observasi dilakukan oleh

dosen pendamping yang bertindak sebagai

observer dan peneliti tetap mengajar dan

bertugas untuk mengamati kegiatan secara

keseluruhan. Lembar observasi terdiri dari

dua jenis yaitu lembar observasi untuk

mengamati kondisi siswa dan

lembarobservasi untuk mengamati kinerja

guru/peneliti.

4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk

siswa.

b. Pelaksanaan

1) Pada pertemuan pertama guru memberikan

informasi awal materi secara keseluruhan

dan menjelaskan tentang jalannya

pembelajaran dan tugas yang harus

dilaksanakan siswa serta membagi siswa

kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok

terdiri dari 3-4 orang.

2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa.

3) Guru memberikan tugas siswa untuk

membawa peralatan yang dibutuhkan dalam

praktikum untuk pertemuan berikutnya.

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,86-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

4) Pada pertemuan kedua dalam siklus pertama

ini guru mengajukan hipotesis dan siswa

diminta menjawab mengenai hipotesis yang

diajukan peneliti/guru.

5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru

mengawasi jalannya praktikum

6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa

mendiskusikan hasil praktikum.

7) Pada akhir siklus dipertemuan yang

keempat guru memberikan soal tes siklus I

serta melakukan wawancara terhadap

masing-masing ketua kelompok.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Observer mengamati kemampuan siswa

dalam mempresentasikan hasil percobaan

dengan menggunakan lembar observasi. Adapun

hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik

aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak

diinginkan selama proses pembelajaran pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa

dalam Pembelajaran (Diskusi)

No No Komponen yang Siklus I

Diamati

Jumlah %

1 Bertanya pada guru 5 16,13

2 Menjawab pertanyaan guru 6 19,35

3 Bertanya pada teman 6 19,35

4 Menjawab pertanyaan dari

teman 6 19,35

5 Memberikan pendapat dalam

diskusi 13 41,94

6 Menyelesaikan tugas yang

diberikan guru 30 96,77

7 Ketepatan mengumpulkan

tugas 30 96,77

Tabel 2. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan

Aktivitas yang Off Task

No Komponen Off Task Siklus I

Jumlah %

1 Ngobrol 9 29,03

2 Mengganggu teman 0 0,00

3 Keluar masuk kelas 0 0,00

4 Mengantuk/tidur 1 3,22

5 Suka main-main 13 41,94

2) Lembar Observasi Guru

Lembar observasi guru dilakukan untuk

mengamati tindakan yang dilaksanakan guru

yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan

hasil observasi guru yang sedang mengajar:

Tabel 3. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar pada siklus I

No Aspek yang Diamati TA K A

A. Pendahuluan 1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran √

2. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu √

3. Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk

memotivasi siswa

B. Kegiatan Inti 1. Menguasai materi pelajaran dengan baik √

2. Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator √

3. Berperan sebagai fasilitator √

4. Mengajukan pertanyaan pada siswa √

5. Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan √

6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya √

7. Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik √

8. Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum √

9. Kejelasan menyajikan konsep √

10. Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait

dengan teknologi

11. Memberi motivasi dan penguatan √

C. Penutup

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,87-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan √

2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang √

3. Memberi tugas pada siswa √

4. Mengadakan evaluasi √

Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).

Tabel 4. Catatan Lapangan pada siklus I

Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran

Indikator Uraian

Kegiatan siswa Siswa mendengarkan penjelasan guru

Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum.

Siswa mendiskusikan hasil praktikum

Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi dengan cara

berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran berlangsung

Interaksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan praktikum

dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.

Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif mengikuti

proses pembelajaran

Interaksi siswa dengan guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung. Siswa

menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara menggunakan alat dan

bahan yang tepat maupun menanyakan permasalahan yang terdapat dalam LKS

selama diskusi kelompok.

Jenis pertanyaan atau

penugasan yang dikerjakan

siswa

Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan yang

terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi.

Sumber belajar yang

digunakan

Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat membimbing

siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara mandiri maupun diskusi

dengan kelompoknya.

Lainnya: waktu Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah

direncanakan sebelumnya.

3) Catatan Lapangan

Pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung dimuat dalam catatan lapangan.

Uraian lengkap dapat dilihat pada tabel 4.

4) Hasil Belajar

Untuk melihat ketercapaian indikator

dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan

kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif

dan psikomotorik siswa sesuai dengan table 5.

Tabel 5. Prosentase Siswa yang Mencapai

Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan

Tindakan (Hasil Belajar Siklus I)

Nilai Siklus I

Nilai

Rata-rata

% Siswa

mencapai KKM

Kognitif 61.87 22,58

Psikomotorik 78.35 93,54

Dalam tabel 5 menunjukan bahwa hasil

belajar siklus I pada aspek kognitif belum

tercapai keberhasilan indikator yang diharapkan

dimana pada siklus 1 prosentase kelulusannya

hanya sebesar 22,58% dengan nilai rata-rata

pada siklus 1 ini yaitu: 61,87 dengan materi

campuran dan efek tyndal. Sedangkan pada

aspek psikomotorik telah tercapai keberhasilan

indikator yang diharapkan dengan prosentase

kelulusannya sebesar 93,54% dengan nilai rata-

rata pada siklus 1 ini yaitu: 78,35.

d. Refleksi

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,88-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Pada siklus pertama ini tidak menunjukkan

hasil yang baik pada aspek kognitif maka

refleksi perlu dilakukan. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan:

1) Guru sudah baik dalam mengajar, praktikum

perlu ditambahkan karena siswa jadi diberi

penguatan.

2) Guru mengajak siswa untuk lebih interaksi

dalam proses pembelajaran.

3) LKS membantu siswa dalam melaksanakan

praktikum.

e. Keputusan

Berdasarkan hasil refleksi dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada sub

konsep campuran dan efek tyndal belum

memenuhi indikator yang peneliti harapkan pada

aspek kognitif. Hasilnya, jumlah siswa yang

mencapai nilai KKM pada aspek kognitif yaitu

22,58 % dengan nilai rata-ratapada siklus I ini

yaitu: 61,87 yang masih jauh dari target yang

peneliti harapkan yaitu: sebanyak 75% siswa

memiliki nilai di atas KKM sekolah yaitu 77.

Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk

melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke

siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan pada

siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara

lain:

1) Guru menambah pelaksanaan praktikum.

2) Aktivitas siswa lebih ditingkatkan dalam

metode praktikum.

3) Guru menyiapkan LKS untuk membantu

siswa dalam melaksanakan praktikum.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II

Dalam siklus II ini ada empat tahap yang

dilakukan yaitu: perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Adapun penjelasannya

sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Merancang skenario pembelajaran dengan

metode eksperimen berbasis lingkungan

meliputi rencana pembelajaran dan Lembar

Kerja Siswa.

2) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur

penguasaan materi pelajaran baikdari segi

kognitif, afektif , maupun psikomotorik.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk

mengamati situasi dan kondisi

selamakegiatan belajar mengajar

berlangsung.

4) Menyiapkan pedoman wawancara untuk

siswa.

b. Pelaksanaan

1) Pada pertemuan siklus II guru memberikan

informasi awal materi secara keseluruhan

dan menjelaskan tentang jalannya

pembelajaran dan tugas yang harus

dilaksanakan siswa serta membagi siswa

kedalam 9 kelompok dimana tiap kelompok

terdiri dari 3-4 orang.

2) Guru membagi Lembar Kerja Siswa.

3) Guru memberikan tugas siswa untuk

membawa peralatan yang dibutuhkan dalam

praktikum untuk pertemuan berikutnya.

4) Pada pertemuan kedua dalam siklus kedua

ini guru mengajukan hipotesis dan siswa

diminta menjawab mengenai hipotesis yang

diajukan peneliti/guru.

5) Siswa melaksanakan praktikum dan guru

mengawasi jalannya praktikum

6) Pada pertemuan yang ketiga guru dan siswa

mendiskusikan hasil praktikum.

7) Pada akhir siklus guru memberikan soal tes

siklus I serta melakukan wawancara

terhadap masing-masing ketua kelompok.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,89-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Observer mengamati kemampuan siswa

dalam mempresentasikan hasil percobaan

dengan menggunakan lembar observasi. Adapun

hasil pengamatan/observasi aktivitas, baik

aktivitas yang diinginkan maupun yang tidak

diinginkan selama proses pembelajaran pada

siklus II dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi)

No No Komponen yang Diamati Siklus Siklus

I II

Jumlah % Jumlah %

1 Bertanya pada guru 5 16,13 9 29,03

2 Menjawab pertanyaan guru 6 19,35 8 25,81

3 Bertanya pada teman 6 19,35 9 29,03

4 Menjawab pertanyaan dari teman 6 19,35 9 29,03

5 Memberikan pendapat dalam diskusi 13 41,94 17 54,84

6 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30 96,77 30 96,77

7 Ketepatan mengumpulkan tugas 30 96,77 30 96,77

Tabel 7. Data Pengamatan (Observasi) Siswa dengan Aktivitas yang Off Task

No

Komponen Off Task

Siklus Siklus

I II

Jumlah % Jumlah %

1 Ngobrol 9 29,03 7 22,58

2 Mengganggu teman 0 0,00 0 0,00

3 Keluar masuk kelas 0 0,00 0 0,00

4 Mengantuk/tidur 1 3,22 0 0,00

5 Suka main-main 13 41,94 7 22,58

Tabel 8. Data hasil observasi guru yang sedang mengajar.

No Aspek yang Diamati

TA

K A

A. Pendahuluan 1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran √

2. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu √

3. Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk

memotivasi siswa

B. Kegiatan Inti 1. Menguasai materi pelajaran dengan baik √

2. Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator √

3. Berperan sebagai fasilitator √

4. Mengajukan pertanyaan pada siswa √

5. Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan √

6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya √

7. Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik √

8. Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum √

9. Kejelasan menyajikan konsep √

10. Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait

dengan teknologi

11. Memberi motivasi dan penguatan √

C. Penutup

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,90-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan √

2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang √

3. Memberi tugas pada siswa √

4. Mengadakan evaluasi √

Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).

2) Lembar Observasi Guru

Lembar observasi guru dilakukan untuk

mengamati tindakan yang dilaksanakan guru

yang sedang mengajar. Berikut ini merupakan

hasil observasi guru yang sedang mengajar:

3) Catatan Lapangan

Pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung dimuat dalam catatan lapangan.

Uraian lengkap pada lembar catatan lapangan

dapat dilihat pada tabel 9.

4) Hasil Belajar

Untuk melihat ketercapaian indikator

dilakukan tes berupa soal uraian dan laporan

kegiatan praktikum. Data hasil belajar kognitif

dan psikomotorik siswa sesuai dengan tabel10.

Dalam tabel di atas menunjukan bahwa

siklus II telah tercapai keberhasilan indikator

yang diharapkan, baik pada aspek kognitif

maupun psikomotorik dimana pada siklus II

prosentase kelulusannya pada aspek kognitif

sebesar 90,32% dengan nilai rata-rata pada

siklus II ini yaitu: 81,12. Sedangkan pada aspek

psikomotorik sebesar 83,87% dengan nilai rata-

rata pada siklus II ini yaitu: 78,81.

d. Refleksi

Pada siklus kedua ini sudah menunjukkan

hasil yang baik, maka refleksi tidak

perludilakukan. Ada beberapa hal yang

mempertimbangkannya yaitu:

Tabel 9. Catatan Lapangan pada siklus II

Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan pembelajaran

Indikator Uraian

Kegiatan siswa Siswa mendengarkan penjelasan guru

Siswa antusias dalam melaksanakan praktikum.

Siswa mendiskusikan hasil praktikum

Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum dan diskusi

dengan cara berkeliling kelas dan memantau proses pembelajaran

berlangsung

Interaksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan

praktikum dan mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.

Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum terlihat sebagian siswa aktif

mengikuti proses pembelajaran

Interaksi siswa dengan guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung.

Siswa menanyakan prosedur LKS yang belum dipahami, cara

menggunakan alat dan bahan yang tepat maupun menanyakan

permasalahan yang terdapat dalam LKS selama diskusi kelompok.

Jenis pertanyaan atau penugasan

yang dikerjakan siswa

Jenis penugasan yang dikerjakan siswa berupa menyelesaikan permasalahan

yang terdapat pada LKS dengan cara praktikum maupun diskusi.

Sumber belajar yang digunakan Sumber belajar yang digunakan berupa LKS terstruktur yang dapat

membimbing siswa dalam menemukan konsep pelajaran tersebut secara

mandiri maupun diskusi dengan kelompoknya.

Lainnya: waktu Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar sudah cukup karena sudah

direncanakan sebelumnya.

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,91-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Tabel 10. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan Tindakan (Hasil Belajar

Siklus II)

Nilai

Siklus I Siklus II

Nilai Rata-rata % Siswa mencapai

KKM Nilai Rata-rata

% Siswa mencapai

KKM

Kognitif 61.87 22,58 81.12 90,32

Psikomotorik 78.35 93,54 78.81 83,87

1) Guru sudah bagus dalam mengajar dan

praktikumnya ditambahkan hingga 4x

pelaksanaan praktikum sehingga siswa lebih

tertarik, berminat serta termotivasi terhadap

ilmu kimia dan siswa jadi lebih diberi

penguatan terhadap teori yang ada.

2) LKS sangat membantu siswa dalam

melaksanakan Praktikum.

3) Terjadi peningkatan hasil hasil belajar pada

aspek kognitif dari 22,58% pada siklus I

menjadi 90,32% pada siklus II siswa yang

mendapatkan nilai di atas KKM yang

ditetapkan yaitu 77 dengan target 75%.

e. Keputusan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

pada konsep system koloid telah memenuhi

indikator yang peneliti tetapkan. Indikator yang

ditetapkan adalah sebanyak 75% siswa memiliki

nilai di atas KKM sekolah yaitu 77. Oleh karena

itu peneliti memutuskan untuk menghentikan

pemberian tindakan berupa pembelajaran yang

menerapkan metode eksperimen berbasis

lingkungan pada konsep sistem koloid.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran

dengan metode eksperimen berbasis

lingkungan

Pada akhir siklus 1 dan II peneliti

mewawancarai 10 orang siswa yang mewakili

siswa lainnya untuk memberikan komentar,

pendapat atau masukan terhadap pelaksanaan

praktikum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

respon siswa terhadap penerapan metode

eksperimen berbasis lingkungan. Wawancara ini

terdiri dari 7 pertanyaan yang dapat dilihat pada

lampiran dengan hasil sebagai berikut:

a. Sebanyak 10 siswa atau 100% memberikan

pendapat bahwa pembelajaran dengan

metode yang diterapkan saat ini lebih

interaktif dibanding dengan pembelajaran

sebelumnya dimana mereka menganggap

lebih diberi kesempatan untuk bertanya dan

memberikan pendapat.

b. Dengan pembelajaran saat ini sebanyak 10

siswa atau 100% lebih berminat untuk

belajar kimia karena pelajaran kimia kali ini

diawali dengan penemuan yaitu dengan

melakukan kegiatan praktikum dan

disediakan waktu yang cukup untuk

mendiskusikan hasil praktikum yang telah

mereka kerjakan.

c. Penerapan metode eksperimen berbasis

lingkungan ini dapat memotivasi seluruh

siswa kelas XI IPA MAN 2 KOTA

TANGERANG karena mereka menganggap

proses pembelajaran saat ini lebih hidup.

d. Senyak 10 siswa atau 100% pula siswa

percaya bahwa dengan diterapkannya

metode eksperimen ini dapat menggantikan

bahan kimia sintetik dan mereka

menganggap alat dan bahan yang digunakan

mudah mereka peroleh dilingkungan sekitar

mereka.

e. Kerena mereka menganggap perlu untuk

mendapatkan data hasil praktikum yang

valid maka 10 siswa atau 100% mengulangi

percobaan yang telah mereka kerjakan.

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,92-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

f. Sebanyak 5 siswa atau 50% mengatakan

jika mereka dibimbing oleh 2-3 orang guru

mereka tidak setuju karena dikhawatirkan

terjadi perbedaan pendapat antar

pembimbing satu dengan yang lainnya.

g. Pada pernyataan mereka di pointer

wawancara yang terakhir, sebanyak 7 siswa

atau 70% siswa meminta agar siswa lebih

aktif dalam diskusi

Pembahasan

Dari hasil observasi selama siklus I

didapatkan data aktivitas yang On Task dan Off

Task siswa pada pembelajaran (Tabel 4.2 dan

4.3) yang terdiri dari bertanya pada guru 5 siswa

atau 16,13%, menjawab pertanyaan guru 6 siswa

atau 19,35%, bertanya pada teman 6 orang atau

19,35%, menjawab pertanyaan dari teman 6

siswa atau 19,35%, memberikan pendapat dalam

diskusi 13 siswa atau 41,94%, menyelesaikan

tugas yang diberikan guru 30 siswa atau 96,77%

dan ketepatan mengumpulkan tugas 30 siswa

atau 96,77%. Sedangkan pada siklus II terjadi

peningkatan aktifitas yang positif seperti yang

terlihat pada tabel 4.7, yaitu: bertanya pada guru

9 siswa atau 29,03%, menjawab pertanyaan guru

8 siswa atau 25,81%, bertanya pada teman 9

orang atau 29,03%, menjawab pertanyaan dari

teman 9 siswa atau 29,03%, memberikan

pendapat dalam diskusi 17 siswa atau 54,84%,

menyelesaikan tugas yang diberikan guru 30

siswa atau 96,77% dan ketepatan

mengumpulkan tugas 30 siswa atau 96,77%.

Data ini menunjukkan bahwa siswa cukup

antusias dalam pembelajaran yang

dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat dari

ketetapatan mengumpulkan tugas untuk

membawa alat dan bahan yang dibutuhkan

dalam praktikum oleh guru menunjukkan bahwa

minat dan motivasi belajar siswa sangat tinggi.

Ketetapatan mengumpulkan tugas ditentukan

melalui ketepatan waktu dan kelengkapan alat

dan bahan yang dibawa, yaitu pada saat masuk

kelas sebelum pembelajaran dimulai tugas harus

sudah dikumpulkan sehingga praktikum dapat

dilaksanakan.

Adapun untuk data aktivitas yang Off Task

terdiri dari ngobrol 9 siswa atau 29,03%,

mengganggu teman 0%, keluar masuk kelas 0%,

mengantuk/tidur 1 siswa atau 3,22% dan suka

main-main 13 siswa atau 41,94%. Sedangkan

pada siklus II terjadi penurunan aktifitas yang

negatif seperti yang terlihat pada tabel 4.8, yaitu:

ngobrol 7 siswa atau 22,58%, mengganggu

teman 0%, keluar masuk kelas 0%,

mengantuk/tidur 0% dan suka main-main 7

siswa atau 22,58%. Data ini menunjukkan

bahwa siswa masih belum menyadari bahwa

setiap aktivitas yang mereka lakukan diamati

oleh observer.

Hasil wawancara dengan siswa diperoleh

50,00% siswa (pointer 6) merasa tidak setuju

jika dalam proses pembelajaran dibimbing oleh

2-3 orang guru atau pembimbing karena

dikhawatirkan terjadi perbedaan pendapat antar

pembimbing satu dengan yang lainnya. Pada

pertanyaan terakhir sebanyak 7 siswa atau 70%

siswa meminta agar siswa lebih aktif dalam

diskusi.

Setelah proses pembelajaran pada selesai,

selanjutnya pada akhir siklus dilakukan evaluasi

terhadap hasil belajar siswa (tes) untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap

materi yang telah dibahas dan sebelum soal

digunakan telah diuji cobakan terlebih dahulu

pada mahasiswa pendidikan kimia UIN Jakarta

smester 4 yang telah memperoleh materi sistem

koloid. Soal yang tidak memenuhi syarat

dibuang dan yang memenuhi syarat digunakan.

Berdasarkan pada tabel 4.11 dapat

diketahui bahwa setelah diterapkan metode

eksperimen berbasis lingkungan, hasil belajar

kognitif dan psikomotorik siswa mengalami

peningkatan. Dari nilai rata-rata materi Larutan

Buchori M., Erlinawati

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,93-94 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Penyangga dan Hidrolisis mempunyai nilai rata-

rata sebesar 57,77 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 0%; meningkat menjadi 61,87 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek

kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 93,54% dengan

materi campuran dan efek tyndal. Besarnya

ketuntasan belajar pada siklus I ini belum

memenuhi target yang ditetapkan dalam

indikator keberhasilan pada aspek kognitif yakni

sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai

KKM yaitu ≥77. Siklus I berlangsung selama 3 x

2 x 45 menit atau tiga kali pertemuan. Materi

yang diajarkan dalam proses pembelajaran ini

adalah sub materi pokok: Campuran dan Efek

Tyndal. Praktikum yang dilaksanakan pada

siklus I sebanyak 1 kali eksperimen, yaitu

tentang Campuran dan Efek Tyndal. Karena

dianggap belum mencapai indikator keberhasilan

yang ditetapkan maka pemberian tindakan

dilanjutkan pada siklus II.

Hasil belajar pada siklus II terjadi

peningkatan pada aspek kognitif menjadi 81,12

dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,32% dan

nilai rata-rata sebesar 78,81 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 83,87% pada aspek

psikomotorik. Besarnya ketuntasan belajar pada

siklus II ini sudah memenuhi target yang

ditetapkan dalam indikator keberhasilan. Siklus

II berlangsung selama 3 x 2 x 45 menit atau tiga

kali pertemuan. Materi yang diajarkan dalam

proses pembelajaran ini adalah sub materi

pokok: sifat-sifat koloid, koagulasi dan

penjernihan air. Praktikum yang dilaksanakan

pada siklus II sebanyak 4 kali eksperimen, yaitu

tentang emulsi, koagulasi, koloid liofil dan

liofob serta penjernihan air. Karena dianggap

sudah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan maka pemberian tindakan yang

berupa pembelajaran yang menerapkan metode

eksperimen berbasis lingkungan dihentikan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode eksperimen berbasis

lingkungan pada mata pelajaran kimia

khususnya pada pokok bahasan sistem koloid

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI

IPA MAN 2 Kota Tangerang. Hal ini ditandai

dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar

siswa jika dibandingkan pada materi-materi

sebelumnya yaitu dari nilai rata-rata pada materi

Stoikiometri 63,90 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 10%; Larutan Penyangga dan Hidrolisis

mempunyai nilai rata-rata sebesar 57,77 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 0%; serta Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan mempunyai nilai rata-

rata sebesar 76,67 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 50% meningkat menjadi 61,87 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 22,58% pada aspek

kognitif dan nilai rata-rata sebesar 78,35 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 93,54% pada aspek

psikomotorik di siklus 1. Kemudian pada siklus

II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata

81,12 dengan ketuntasan klasikal sebesar

90,32% pada aspek kognitif dan nilai rata-rata

sebesar 78,81 dengan ketuntasan klasikal sebesar

83,87% pada aspek psikomotorik.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran

yaitu: kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam

penerapan metode eksperimen berbasis

lingkungan karena dengan kreativitas

memanfaatkan alat dan bahan yang ada di

lingkungan itu metode eksperimen berbasis

lingkungan ini akan berjalan dengan sempurna

sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,94-94

Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., Supardi.

2008. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan

Ke-6. Jakarta: Bumi Aksara

Kunandar.2009.Langkah Mudah Penelitian

Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, Noehi. 2005. Pendidikan IPA di SD

Cetakan Ke-1. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Optimalisasi

Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester

1SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan

Metode Eksperimen Berwawasan

Lingkungan.

(http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/

06/mklh-seminar-bandung-07-12.pdf.

diakses 11 Desember 2010).

Sunyono & Siti Maryatun. 2007. Penerapan

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan

dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar

Siswa kelas X semester 1 SMA Swadhipa

Natar. Jurnal Proceeding of The Firts

International Seminar of Science

Education-UPI, 2007.

(http://blog.unila.ac.id/sunyono/files/2009/

06/makalah-seminar-bandung_081.pdf.

diakses 14 Desember 2010).

Widiasih. 2007. Penggunaan Peralatan dari

Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,

Volume 8, Nomor 2, September 2007, 92-

100.