PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA AIR,.pdf

10
  SEMINAR KIMIA NASIONAL “Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi” ISBN 978-602-19421-0-9 PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA AIR, IKAN MAS (Cyp r i nus c a r p i o L .)  DAN SEDIMEN DI DANAU BEKAS GALIAN TAMBANG BATUBARA DI TENGGARONG SEBERANG Artin Dwi Hartono, Teguh Wirawan dan Abdul Kahar Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Mulawarman, JL. Barong Tongkok Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123 Telp/Fax. (0541) 749140, 749152, 749153, 749156 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada air, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan sedimen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi air danau, riwayat tempat pengambilan sampel (danau bekas galian tambang batubara) dan kegiatan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat.  Penentuan logam ber at menggunakan metode Spektrofotometri Serapa n Atom Tungku Gra fit.  Hasil penelitian menunjukkan bah wa kondisi air danau t ersebut seperti pH dan suhu masih berada dibawah Baku Mutu Air Untuk Budidaya Perikanan. Kadar logam Pb pada air di danau 2 dan 3 serta kadar logam Cd pada air di ketiga danau masih berada dibawah Baku Mutu Air Untuk  Budidaya Perikanan, tetapi kadar logam Pb pada air di danau 1 telah melebihi baku mutu. Sedangkan berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001, baik kadar logam Pb maupun Cd pada air di ketiga danau tersebut masih berada di bawah baku mutu. Berdasarkan SNI 7387:2009, kadar logam Pb dan Cd pada ikan yang dipelihara di ketiga danau tersebut masih layak untuk dikonsumsi dan berdasarkan Baku Mutu Logam Berat dalam Sedimen maka kadar Pb dan Cd pada sedimen di ketiga danau tersebut dibawah baku mutu atau belum berbahaya bagi ikan.  Kata kunci: Logam (Pb d an Cd), Danau Tambang, Batubar a, Ikan Mas PENDAHULUAN Kecamatan Tenggarong Seberang merupakan salah satu wilayah penghasil  batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan beberapa perusahaan batubara yang beroperasi. Bekas  penambangan batubara tersebut jika tidak ditimbun kembali atau tidak direklamasi dengan baik akan meninggalkan danau-danau eks (bekas) t ambang yang tentunya dapat merusak lingkungan dan ekosistem makhluk hidup. Di Tenggarong Seberang danau-danau eks (bekas) tambang itu tidak dibiarkan begitu saja, tetapi dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan keramba. Para petani di kecamatan tersebut, kini mulai beralih profesi menggeluti usaha keramba ketimbang bertani, salah satunya di Desa Bangun Rejo Blok D II, masyarakat banyak yang memilih memanfaatkan danau eks tambang batubara  bekas galian perusahaan (Gusdut, 2008). Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut diantaranya ikan mas, patin, nila dan ikan lainnya. Semua spesies kehidupan dalam air sangat terpengaruh oleh hadirnya logam yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal dan pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas seperti sungai, danau, dan teluk, mereka sulit melarikan diri dari pengaruh polusi tersebut (Darmono, 2006). Dikarenakan pemeliharaan ikan-ikan tersebut di danau bekas galian tambang batubara, dimana logam berat (arsen, merkuri, kadmium dan timbal) biasanya ditemukan dalam bentuk sulfida baik organik maupun inorganik di dalam batubara (Kuhn dkk, 1980 dalam Darmono, 2006) maka diduga adanya logam berat pada air danau tersebut dan terabsorpsi ke dalam tubuh ikan. Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat  pencemaran yang ter jadi di da lam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam  berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan maka telah terjadi suatu  pencemaran dalam lingkungan tersebut. Bogori ani (2007) pada penelitiannya menjelaskan bahwa

Transcript of PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA AIR,.pdf

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA AIR,

    IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DAN SEDIMEN DI DANAU BEKAS GALIAN TAMBANG

    BATUBARA DI TENGGARONG SEBERANG

    Artin Dwi Hartono, Teguh Wirawan dan Abdul Kahar

    Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Mulawarman, JL. Barong Tongkok Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123

    Telp/Fax. (0541) 749140, 749152, 749153, 749156

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan logam timbal (Pb) dan kadmium

    (Cd) pada air, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan sedimen. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui kondisi air danau, riwayat tempat pengambilan sampel (danau bekas galian tambang

    batubara) dan kegiatan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat.

    Penentuan logam berat menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom Tungku Grafit.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi air danau tersebut seperti pH dan suhu masih

    berada dibawah Baku Mutu Air Untuk Budidaya Perikanan. Kadar logam Pb pada air di danau 2

    dan 3 serta kadar logam Cd pada air di ketiga danau masih berada dibawah Baku Mutu Air Untuk

    Budidaya Perikanan, tetapi kadar logam Pb pada air di danau 1 telah melebihi baku mutu.

    Sedangkan berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001, baik kadar logam Pb maupun Cd pada air di

    ketiga danau tersebut masih berada di bawah baku mutu. Berdasarkan SNI 7387:2009, kadar

    logam Pb dan Cd pada ikan yang dipelihara di ketiga danau tersebut masih layak untuk dikonsumsi

    dan berdasarkan Baku Mutu Logam Berat dalam Sedimen maka kadar Pb dan Cd pada sedimen di

    ketiga danau tersebut dibawah baku mutu atau belum berbahaya bagi ikan.

    Kata kunci: Logam (Pb dan Cd), Danau Tambang, Batubara, Ikan Mas

    PENDAHULUAN

    Kecamatan Tenggarong Seberang merupakan salah satu wilayah penghasil batubara di

    Kabupaten Kutai Kartanegara dengan beberapa perusahaan batubara yang beroperasi. Bekas

    penambangan batubara tersebut jika tidak ditimbun kembali atau tidak direklamasi dengan baik

    akan meninggalkan danau-danau eks (bekas) tambang yang tentunya dapat merusak lingkungan dan

    ekosistem makhluk hidup.

    Di Tenggarong Seberang danau-danau eks (bekas) tambang itu tidak dibiarkan begitu saja,

    tetapi dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan keramba. Para petani di kecamatan tersebut, kini

    mulai beralih profesi menggeluti usaha keramba ketimbang bertani, salah satunya di Desa Bangun

    Rejo Blok D II, masyarakat banyak yang memilih memanfaatkan danau eks tambang batubara

    bekas galian perusahaan (Gusdut, 2008). Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut diantaranya ikan

    mas, patin, nila dan ikan lainnya.

    Semua spesies kehidupan dalam air sangat terpengaruh oleh hadirnya logam yang terlarut

    dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal dan pada ikan yang hidup dalam habitat

    yang terbatas seperti sungai, danau, dan teluk, mereka sulit melarikan diri dari pengaruh polusi

    tersebut (Darmono, 2006). Dikarenakan pemeliharaan ikan-ikan tersebut di danau bekas galian

    tambang batubara, dimana logam berat (arsen, merkuri, kadmium dan timbal) biasanya ditemukan

    dalam bentuk sulfida baik organik maupun inorganik di dalam batubara (Kuhn dkk, 1980 dalam

    Darmono, 2006) maka diduga adanya logam berat pada air danau tersebut dan terabsorpsi ke dalam

    tubuh ikan.

    Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat

    pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam

    berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan maka telah terjadi suatu

    pencemaran dalam lingkungan tersebut. Bogoriani (2007) pada penelitiannya menjelaskan bahwa

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    kadar logam Cr dan Pb pada ikan nila (Oreochromis niloticus) di Muara Sungai Badung telah

    melampui batas maksimum cemaran logam Cr dan Pb. Hal ini menujukkan bahwa telah terjadi

    pencemaran logam Cr dan Pb pada Muara Sungai Badung.

    Bahan inorganik pencemar lingkungan yang telah banyak diteliti pengaruhnya terhadap

    makhluk hidup ialah unsur logam dan senyawanya. Beberapa logam berat seperti merkuri (Hg),

    kadmium (Cd), timbal (Pb), arsen (As) dan beberapa lainnya merupakan logam yang beracun

    terhadap makhluk hidup (Darmono, 2006). Logam berat tersebut dapat mengumpul (terakumulasi)

    di dalam tubuh suatu biota dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai

    racun (Fardiaz, 2005 dalam Sarjono, 2009). Peristiwa yang menonjol dan dipublikasikan secara luas

    akibat pencemaran logam berat adalah pencemaran merkuri (Hg) yang menyebabkan Minamata

    desease di Teluk Minamata, Jepang dan pencemaran kadmium (Cd) yang menyebabkan Itai-itai

    disease di sepanjang sungai Jinzo di Pulau Honsyu, Jepang (Supriyanto, 2007).

    Logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd) sudah dikenal sebagai logam-logam yang

    sangat beracun (Palar, 1994) dan termasuk logam kelas B yang jumlahnya sedikit. Jumlah timbal

    yang terdapat diseluruh permukaan bumi hanyalah 0,0002 % dari jumlah seluruh kerak bumi,

    sedangkan logam Cd atau Cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas dialam (Palar, 1994).

    Menurut Darmono, 2006 bahwa logam kelas ini (kelas B) sangat mudah dan cepat melakukan

    penetrasi dalam tubuh organisme air dari pada logam kelas A yang termasuk logam ringan.

    Keracunan timbal dan kadmium ini menyebabkan kadarnya tinggi dalam aorta, hati, ginjal,

    pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak (Supriyanto, 2007).

    Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menentukan kandungan

    logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd) pada air, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan sedimen

    menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Dipilihnya metode ini karena

    mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan cuplikan yang dibutuhkan

    sedikit. Cuplikan ikan mas diperoleh dari budidaya ikan mas di keramba jaring apung (KJA) pada

    danau bekas galian tambang batubara di Desa Kerta Buana (L4) dan Desa Bangun Rejo (L3)

    Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara.

    METODE PENELITIAN

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan meliputi: air, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan sedimen yang

    berasal dari danau bekas galian tambang batubara di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten

    Kutai Kartanegara. Bahan asam nitrat (HNO3) pekat p.a 65%, logam timbal (Pb) dan logam

    kadmium (Cd) dengan kemurnian minimum 99,5 %, asam klorida (HCl) pekat p.a 70%, asam

    perklorat p.a (HClO4) pekat, dll.

    Alat

    Alat-alat yang digunakan antara lain: peralatan gelas, Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)

    Analitik Jena ZEEnit 700 yang dilengkapi dengan Graphite furnace, Hollow Cathode Lamp (HCL)

    timbal dan kadmium, timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g, pipet mikro, dll.

    Cara Kerja

    Penyiapan Alat-Alat Dari Gelas

    Semua peralatan gelas yang akan digunakan harus direndam dengan deterjen bebas fosfat,

    selanjutnya dibilas dengan air suling dan direndam dalam larutan HNO3 10%. Kemudian dibilas

    kembali dengan air suling. Biarkan peralatan gelas sampai kering dan siap untuk digunakan.

    Preparasi dan Analisa Timbal/Kadmium pada Sampel Air

    Untuk preparasi dan penentuan logam Pb dan Cd pada sampel air digunakan metode SNI

    (Standar Nasional Indonesia) yaitu metode uji timbal (Pb) yang menggunakan SNI 6989.8:2009 dan

    metode uji kadmium (Cd) yang menggunakan SNI 6989.16:2009.

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    Preparasi dan Analisa Logam Pb/Cd pada Ikan Mas

    Untuk preparasi dan penentuan logam timbal/kadmium pada sampel Ikan mas (Cyprinus

    carpio L.) digunakan digunakan metode SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu metode uji timbal

    (Pb) yang menggunakan SNI 01-2354.7-2006 dan metode uji kadmium (Cd) yang menggunakan

    SNI 01-2354.5-2006.

    Preparasi dan Analisa Timbal/Kadmium pada Sampel Sedimen

    Untuk preparasi dan analisa timbal/kadmium pada sampel sedimen digunakan digunakan

    metode SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu metode uji timbal (Pb) yang menggunakan SNI 06-

    6992.3-2004 dan metode uji kadmium (Cd) yang menggunakan SNI 06-6992.4-2004.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Sampel

    Dari hasil pengujian kadar Logam Pb dan Cd pada sampel air dan ikan mas (Cyprinus carpio

    L.) dengan volume 50 ml dan sampel sedimen dengan volume 100 ml menggunakan

    Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm dan 228,8 nm

    ditampilkan pada Tabel 1.

    Tabel 1 Hasil analisis Kadar Logam Pb dan Cd pada air, ikan mas dan sedimen dengan metode

    AAS

    Lokasi

    Sampling

    Suhu

    (C)

    pH Pengulangan Kadar Logam Pada

    Air* Ikan mas** Sedimen**

    Pb Cd Pb Cd Pb Cd

    Danau 1

    30,83 7,17

    1

    2 3

    0,0103 0,0011 0,1873 0,0019 0,8877 0,0347

    0,0103 0,0011 0,1938 0,0018 1,0867 0,0317

    0,0092 0,0011 0,2051 0,0018 1,0340 0,0311

    Rata-rata 0,0099 0,0011 0,1954 0,0018 1,0028 0,0325

    Danau 2

    28,83 7,33

    1

    2

    3

    Td 0,0009 0,1017 0,0007 0,0965 0,0673

    Td 0,0009 0,0992 0,0007 Td 0,0651

    Td 0,0009 0,0973 0,0007 Td 0,0659

    Rata-rata Td 0,0009 0,0994 0,0007 0,0965 0,0661

    Danau 3

    29 7,83

    1 2

    3

    Td 0,0005 Td 0,0007 Td 0,1739

    Td 0,0004 Td 0,0007 Td 0,1749

    Td 0,0004 Td 0,0008 Td 0,1737

    Rata-rata Td 0,0004 Td 0,0007 Td 0,5225

    Keterangan:

    - Danau 1 mulai ditambang pada tahun 2001 - * = dalam mg/L atau ppm

    - Danau 2 mulai ditambang pada tahun 2000 - ** = dalam g/g atau ppm - Danau 3 mulai ditambang pada tahun 1993 - Td = Tidak Terdeteksi

    Sumber: Data Primer, 2011

    Kondisi Air Danau

    Kondisi air sebagai media tumbuh harus memenuhi syarat layak huni. Artinya, air yang

    digunakan dapat membuat ikan melangsungkan hidup didalamnya. Menggunakan air sebagai media

    tumbuh yang baik harus memperhatikan beberapa faktor, seperti kadar oksigen (O2),

    karbondioksida (CO2), keasaman (pH), kekeruhan, dan suhu air (Tim Lentera, 2002). Pada

    penelitian ini parameter kualitas air yang diteliti ada dua yaitu derajat keasaman (pH) dan suhu.

    Derajat Keasaman (pH) Air Danau Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 1 pada danau 1, danau 2 dan danau 3

    secara berurutan mempunyai pH rata-rata 7,17; 7,33 dan 7,83 maka ketiga danau tersebut masih

    layak untuk tempat budidaya perikanan dimana nilai pH pada Baku Mutu Air Untuk Budidaya

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    Perikanan (Swingle, 1968; NTAC, 1968; Pescode, 1973) yang diterbitkan Dinas Kelautan dan

    Perikanan Prov. Kalimantan Timur adalah 6,5-8,5. Sedangkan pH menurut PP RI No.82 Tahun

    2001 untuk air kelas 3 atau golongan C adalah 6-9.

    Suhu Air Danau

    Hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 1 pada danau 1, danau 2 dan danau 3 secara

    berurutan mempunyai suhu rata-rata 30,83C; 28,83C dan 29C. Berdasarkan baku mutu air untuk

    budidaya perikanan yang diterbitkan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Kaltim adalah 25-31C, maka ketiga danau tersebut masih layak untuk tempat budidaya ikan.

    Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Air

    Air danau yang berupa air tawar biasanya mengandung material anorganik dan organik yang

    mengambang lebih banyak daripada air laut. Material tersebut mempunyai kemampuan untuk

    mengabsorpsi logam, sehingga pencemaran logam pada air tawar lebih mudah terjadi. Logam

    didalam air, baik logam ringan maupun logam berat, jarang sekali berbentuk atom tersendiri, tetapi

    biasanya terikat oleh senyawa lain sehingga berbentuk molekul. Ikatan itu dapat berupa garam

    organik, seperti senyawa metal, etil, fenil maupun garam anorganik berupa oksida, klorida, sulfide,

    karbonat, hidroksida, dan sebagainya (Darmono, 1995)

    Pada penelitian ini air danau merupakan tempat hidup ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang

    diteliti. Oleh sebab itu diperlukan juga penelitian tentang kadar logam timbal dan kadmium di air

    danau yang merupakan danau eks tambang batubara. Air yang diteliti terdapat pada tiga danau yang

    berbeda tahun penggalian batubaranya yaitu tahun 2001 pada danau 1, tahun 2000 danau 2 dan

    tahun 1993 danau 3. Untuk mempermudah dalam hal pengamatan hasil penelitian maka Gambar 1

    berikut dibuat, dimana Td (Tidak terdeteksi) diumpamakan dengan 0 (nol).

    Gambar 1 Kurva kadar logam Pb dan Cd pada air danau

    Kadar Logam Timbal (Pb) pada Air

    Berdasarkan pada Tabel 1 dan Gambar 1 dimana pada danau 1 merupakan danau dengan

    kadar timbalnya paling besar yakni 0,0099 mg/L, sedangkan pada danau 2 dan 3 tidak terdeteksi.

    Terdapatnya kadar logam timbal pada danau 1 disebabkan karena usia dari danau tersebut masih

    terbilang muda yaitu 9 tahun dihitung berdasarkan waktu pengambilan sampel pada 12 Desember

    2010 sehingga logam yang ada pada danau 1 belum banyak terjerap oleh makhluk hidup, disamping

    itu danau 1 memiliki pH 7,17 yang masih mendekati normal sehingga kelarutan dari senyawa-

    senyawa ini masih stabil dimana menurut Palar (1994) bahwa pada badan perairan yang mempunyai

    derajat keasaman (pH) mendekati normal atau pada kisaran pH 7 sampai 8, kelarutan dari senyawa-

    senyawa logam (hidroksida, oksida, karbonat, sulfida) cenderung untuk stabil, sehingga

    memungkinkan senyawa timbal dapat terbawanya pada saat pengambilan sampel. Sedangkan tidak

    terdapatnya atau tidak terdeteksinya logam timbal pada danau 3 disebabkan oleh usia danau tersebut

    sudah terbilang tua yaitu 17 tahun dihitung dari waktu pengambilan sampel pada 12 Desember 2010

    sehingga logam yang ada pada danau 3 sudah banyak terjerap oleh makhluk hidup yang hidup

    sebelum masa hidup sampel ikan yang diteliti, disamping itu pada danau 3 pH airnya sudah

    mendekati basa (pH=7,83) sehingga diduga logam timbal sudah mengendap, dimana menurut

    Novotny dan Olem (1994) dalam Sarjono (2009) bahwa pada pH tinggi logam berat akan

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    mengalami pengendapan dan menurut Palar (1994) bahwa kenaikan pH pada badan perairan

    biasanya akan diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa logam tersebut.

    Disamping itu pada saat sebelum sampling terjadi hujan yg memungkinkan terjadi

    pengenceran/pelarutan air danau dimana menurut Darmono (1995) bahwa pada musim hujan

    kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau

    kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi dan pada danau 3 terdapat

    saluran irigasi yang menghubungkan danau dengan sawah penduduk yang apabila air danau

    berlebih dialirkan ke sawah penduduk yang memungkinkan logam yang terlarut dalam air masuk ke

    sawah, sehingga kadar logam semakin lama semakin berkurang. Pada danau 2 juga tidak terdeteksi

    adanya logam, hal ini disebabkan terjadinya pengenceran/pelarutan karena sebelum pengambilan

    sampel terjadi hujan. Disamping itu disekitar danau 2 terdapat bukit sehingga air hujan itu langsung

    mengalir menuju danau.

    Dari hasil penelitian kadar logam timbal pada air danau didapatkan bahwa air pada danau 1

    belum layak untuk digunakan sebagai tempat budidaya perikanan atau kadar logam timbalnya

    melebihi rentang yang diperbolehkan Baku Mutu Air Untuk Budidaya Perikanan yang diterbitkan

    Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Kalimantan Timur yaitu 0,001-0,007 mg/L

    (UNESCO/WHO/UNEP, 1992), tetapi kadar timbal pada air di danau 2 dan 3 sudah layak. Apabila

    berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air pada air kelas III, dimana air kelas III digunakan untuk keperluan

    perikanan dan peternakan yaitu kadar Pb 0,03 mg/L, maka kadar timbal di ketiga danau sudah

    dibawah baku mutu sehingga air danau tersebut sudah layak untuk digunakan sebagai tempat

    budidaya perikanan.

    Kadar Logam Kadmium (Cd) pada Air

    Berdasarkan hasil penelitian kadar logam kadmium (Cd) pada air yang tercantum pada Tabel

    2 dan Gambar 1 maka terlihat bahwa kadar Cd semakin berkurang seiring dengan usia dari danau

    tersebut dimana kadar Cd secara berurutan dari danau 1 sampai danau 3 adalah 0,0011 mg/L;

    0,0009 mg/L dan 0,0004 mg/L, sedangkan usia danau atau tahun penambangan/penggalian danau

    adalah 2001, 2000 dan 1993. Semakin lama usia danau eks tambang maka semakin

    sedikit/berkurang kadar Cd-nya di air. Hal ini diduga karena semakin banyaknya ion timbal dalam

    air yang telah terjerap oleh makhluk hidup seperti ikan. Disamping itu pada Tabel 1 dan Gambar 1

    terlihat bahwa semakin lama usia danau maka semakin naik pH-nya yaitu pH=7,17 pada danau 1,

    pH=7,33 pada danau 2 dan pH=7,83 pada danau 3 dimana menurut Palar (1994) bahwa kenaikan

    pH pada badan perairan biasanya akan diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-

    senyawa logam tersebut dan menurut Novotny dan Olem (1994) dalam Sarjono (2009) bahwa pada

    pH tinggi logam berat akan mengalami pengendapan, sehingga senyawa logam Cd diduga telah

    mengendap membentuk sedimen.

    Dari hasil penelitian kadar Cd pada tiga danau eks tambang batubara seperti yang tercantum

    dalam Tabel 1 maka kadar logam Cd berada dalam rentang yang diperbolehkan Baku Mutu Air

    Untuk Budidaya Perikanan yang diterbitkan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Kaltim yaitu pada

    kisaran 0,0002-0,0018 mg/L (UNESCO/WHO/UNEP, 1992). Begitu juga dengan Peraturan

    Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

    pada air kelas III, dimana air kelas III digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan yaitu

    kadar Cd sebesar 0,01 mg/L sehingga air pada ketiga danau sudah layak untuk tempat budidaya

    perikanan.

    Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Ikan

    Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat

    dalam air atau lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis (Bryan, 1976 dalam

    Bangun, 2005). Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberap jalan,

    yaitu saluran pernapasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam

    diabsorpsi oleh darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati) dan

    ekskresi (ginjal) (Darmono, 2006). Untuk mempermudah dalam hal pengamatan hasil penelitian

    maka Gambar 2 berikut dibuat, dimana Td (Tidak terdeteksi) diumpamakan dengan 0 (nol).

    Gambar 2 Kurva kadar logam Pb dan Cd pada ikan mas.

    Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Ikan Mas

    Pada Tabel 1 dan Gambar 2 menampilkan hasil analisa kadar timbal pada ikan mas yang

    dipelihara di danau bekas galian tambang batubara, dimana ikan yang diteliti rata-rata berusia 5

    bulan dengan kadar timbal 0,1954 g/g untuk ikan yang dipelihara di danau 1 dan 0,0094 g/g untuk ikan yang dipelihara di danau 2, sedangkan untuk ikan yang dipelihara di danau 3 tidak

    terdeteksi kadar timbalnya. Jika kadar timbal yang terdeteksi dihubungkan dengan tahun

    penambangan batubara, dimana tahun 2001 untuk danau 1 dan tahun 2000 untuk danau 2, maka

    terlihat hubungan bahwa semakin lama usia danau bekas tambang batubara maka semakin

    berkurang kadar timbalnya. Begitu pula dengan danau 3 yang tidak terdeteksi kadar timbalnya. Hal

    ini diduga bahwa pada danau eks tambang yang usianya lama/tua dimana danau 3 adalah yang

    paling tua dengan usia 17 tahun dihitung dari tanggal pengambilan sampel pada 12 Desember 2010

    maka senyawa/ion timbal yang ada sudah berkurang bahkan sudah tidak ada lagi karena telah

    terabsorpsi oleh ikan atau makhluk hidup yang hidup pada danau bekas tambang ini sebelum masa

    hidup ikan yang diteliti ini. Dugaan lain yaitu ion/senyawa timbal telah mengendap membentuk

    sedimen dimana menurut Palar (1994) bahwa kenaikan pH pada badan perairan biasanya akan

    diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa logam tersebut sehingga senyawa

    Pb diduga telah mengendap membentuk sedimen, dimana terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 2

    bahwa semakin lama pH danau eks tambang batubara semakin bertambah.

    Jika hasil penelitian yang telah dilakukan pada ikan mas yang dipelihara di danau bekas

    galian tambang batubara di bandingkan dengan SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran

    Logam Berat Dalam Pangan yaitu 0,3 mg/kg atau ppm, maka kadar Pb pada ikan yang dipelihara di

    ketiga danau tersebut dibawah batas maksimum, sehingga ikan tersebut layak untuk dikonsumsi.

    Kadar Logam Kadmium (Cd) dalam Ikan Mas

    Tidak seperti hasil penelitian kadar timbal, hasil penelitian kadar kadmium pada ikan mas

    menunjukkan hasil pada setiap danau tempat pemeliharaannya, seperti yang terlihat pada Tabel 1

    dan Gambar 2 dimana ikan yang diteliti rata-rata berusia 5 bulan dengan kadar Cd secara berurutan

    pada danau 1, 2 dan 3 adalah 0,0018 g/g, 0,007 g/g dan 0.007 g/g. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama/usia danau eks galian tambang batubara maka semakin

    berkurang kadar Cd-nya (lihat Tabel 1 serta Gambar 2). Hal ini seiring dengan naiknya pH air

    danau dimana pH danau 1 < pH danau 2 < pH danau 3 seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan

    Gambar 4.3, ion/senyawa Cd telah mengendap membentuk sedimen dimana Palar (1994)

    melaporkan bahwa kenaikan pH pada badan perairan biasanya akan diikuti dengan semakin

    kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa logam tersebut, sehingga senyawa Cd diduga telah

    mengendap membentuk sedimen. Sehingga yang terabsorpsi ke dalam tubuh ikan semakin

    berkurang.

    Berdasarkan hasil penelitian pada ikan mas seperti yang terlihat pada Tabel 1 maka kadar Cd

    pada ikan mas yang dipelihara di ketiga danau tersebut dibawah Batas Maksimum Cemaran Logam

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    Berat Dalam Pangan (SNI 7387:2009) yaitu 0,1 mg/kg atau ppm. Sehingga ikan tersebut layak

    untuk dikonsumsi.

    Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Sedimen

    Secara umum sedimen adalah lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, reservoar, teluk,

    muara, dan lautan yang terdiri atas bahan organik dan anorganik. Sedangkan menurut Fardiaz

    (2005) dalam Sarjono (2009), sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air

    didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu.

    Pada umumnya logam-logam berat pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi makhluk hidup

    perairan, tetapi oleh adanya pengaruh kondisi perairan yang bersifat dinamis seperti perubahan pH,

    akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah

    yang merupakan bahan pencemar dan akan memberikan sifat toksik terhadap organisme hidup bila

    ada dalam jumlah yang berlebih (Connel dan Miller, 1995 dalam Sarjono, 2009).

    Secara umum kadar Pb maupun Cd dari hasil penelitian yang didapat pada sampel sedimen

    lebih tinggi dari pada sampel air, dimana menurut Harahap (1991) dalam Bangun (2005) bahwa

    logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar

    perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi

    dibandingkan dengan dalam air. Untuk mempermudah dalam hal pengamatan hasil penelitian maka

    Gambar 3 berikut dibuat, dimana Td (Tidak terdeteksi) diumpamakan dengan 0 (nol).

    Gambar 3 Kurva kadar logam Pb dan Cd pada sedimen.

    Kadar Logam Timbal (Pb) pada Sedimen

    Ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 3 kadar Pb pada sedimen dari ketiga danau tempat

    ikan mas dipelihara. Pada tabel tersebut terlihat bahwa kadar Pb 1,0028 ppm untuk danau 1 dan

    0,0965 ppm untuk danau 2, sedangkan untuk danau 3 tidak terdeteksi. Seperti kadar Pb pada air dan

    ikan, kadar Pb pada sedimen juga menunjukkan kesimpulan yang hampir sama yaitu kadar Pb

    tertinggi pada danau 1. Hal ini karena pada danau 1 merupakan danau eks tambang batubara yang

    usianya masih baru/muda dibandingkan dengan danau yang lain yaitu 9 tahun (lihat Tabel 1 dan

    Gambar 3) terhitung pada saat pengambilan sampel pada 12 Desember 2010. Apabila kadar Pb pada

    sedimen di danau 1 dibandingkan dengan kadar logam Pb pada danau 2 dan 3, kadar Pb pada danau

    1 menunjukkan nilai yang jauh sekali dibandingkan nilai kadar Pb pada sedimen di danau yang

    lainnya. Hal ini dikarenakan kadar Pb pada danau 1 memang tinggi, seperti terlihat pada Gambar 1

    yang menunjukkan kadar Pb pada air di danau 1 juga demikian. Sedangkan tidak terdapatnya kadar

    Pb pada sedimen di danau 3 karena diduga senyawa Pb sudah tidak ada lagi atau ada namun telah

    terjerap oleh makhluk hidup yang hidup sebelum masa hidup ikan yang digunakan untuk penelitian

    ini.

    Jika hasil penelitian kadar Pb pada sedimen di bandingkan dengan Baku Mutu Logam Berat

    Dalam Sedimen (IADC/CEDA, 1997 dalam Sarjono, 2009) maka kadar Pb pada sedimen di ketiga

    danau tersebut masih dibawah baku mutu, sehingga kadar Pb belum berbahaya bagi ikan.

    Kadar Logam Kadmium (Cd) pada Sedimen

    Tidak seperti kadar Pb, kadar Cd pada sedimen yang terdapat pada ketiga danau bekas

    tambang batubara (lihat Tabel 1 dan Gambar 3) menunjukkan hasil yang berkebalikan yaitu 0,0325

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    ppm pada danau 1, 0,0661 ppm pada danau 2 dan 0,5225 ppm untuk danau 3 seiring dengan

    semakin tua/lama usia danau bekas tambang tersebut dan semakin pH-nya naik (lihat Tabel 1). Hal

    ini karena senyawa/ion Cd kurang terabsorpsi oleh makhluk hidup yang hidup dalam air danau

    tersebut bila dibandingkan dengan senyawa/ion Pb dan diduga telah terjadi kompetisi antara logam

    Pb dengan logam Cd untuk berikatan dengan protein (metallothionein) ikan pada gugus belerang

    (sulfur) atau nitrogen, dimana menurut Palar (1994) bahwa ion-ion yang digolongkan ke dalam

    kelas B adalah ion-ion logam yang cenderung untuk berikatan dengan gugus belarang (sulfur) atau

    nitrogen dan ion kelas B paling efektif untuk berikatan dengan gugus sulfuhidril (-SH), seperti

    dalam sistein: dengan struktur molekul yang memiliki gugus nitrogen (N), seperti yang terdapat

    pada lisin dan histidin. Gugus sulfur dan nitrogen merupakan gugus-gugus aktif dari enzim-enzim

    tersebut. Darmono (1995) juga melaporkan bahwa sepertiga dari jumlah protein adalah sistein yang

    merupakan jenis ikatan tiol (-SH) yang merupakan ikatan logam (binding site) dan menurut

    Manahan, 1977 dalam Sarjono, 2009 bahwa selain sulfur, logam berat juga dapat bereaksi terhadap

    gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2).

    Pada kompetisi antara ion Pb dengan Cd tersebut, ion Pb lebih mampu untuk berikatan

    dengan protein dibandingkan ion Cd karena ion Pb merupakan unsur logam yang berada pada

    periode 6 Sistem Peroidik Unsur (SPU), sedangkan ion Cd berada pada periode 5, dimana menurut

    Silberberg (2000) dalam Utami (2011) bahwa unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur

    semakin ke bawah semakin reaktif (makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan

    elektron. Sehingga banyak ion Cd yang terlarut pada air danau yang kurang/tidak dapat berikatan

    dengan protein yang mangakibatkan ion Cd lama kelamaan hanya mengendap membentuk lumpur

    atau sedimen dan hanya sedikit saja yang mampu berikatan dengan protein seiring dengan semakin

    bertambahnya pH air danau tersebut (lihat Tabel 1 dan Gambar 3) dimana menurut Palar (1994)

    bahwa kenaikan pH pada badan perairan biasanya akan diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan

    dari senyawa-senyawa logam tersebut dan umumnya pada pH yang semakin tinggi, maka kestabilan

    akan bergeser dari karbonat ke hidroksida. Hidroksida-hidroksida ini mudah sekali membentuk

    ikatan permukaan dengan partikel-partikel yang terdapat pada badan perairan. Lama-kelamaan

    persenyawaan yang terjadi antara hidroksida dengan partikel-partikel yang ada dalam badan

    perairan akan mengendap dan membentuk lumpur.

    Alasan lain dari permasalahan ini adalah daya racun yang dibawa oleh logam kadmium dalam

    tubuh (ikan) akan dapat dikurangi karena dalam tubuh (ikan), logam ini membentuk senyawa

    kompleks khelat dengan methallotionin yang sudah dimiliki oleh tubuh (Palar, 1994).

    Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 1 maka kadar Cd pada sedimen di

    ketiga danau tersebut masih di bawah Baku Mutu Logam Berat Dalam Sedimen (IADC/CEDA,

    1997 dalam Sarjono, 2009) sehingga kadar Cd belum berbahaya bagi ikan.

    Hubungan Antara Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Sampel Air, Ikan

    Mas (Cyprinus carpio L.) dan Sedimen

    Pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut di tampilkan secara sederhana hubungan kadar logam

    berat pada sampel air, ikan mas dan sedimen baik Pb maupun Cd.

    Gambar 4 Kurva hubungan kadar logam Pb pada air, ikan mas dan sedimen

    Berdasarkan Gambar 4 diatas terlihat adanya hubungan antara kadar logam Pb pada air, ikan

    mas dan sedimen, dimana pada danau 1 menunjukkan kadar Pb yang paling tinggi dibandingkan

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    kadar Pb pada danau lainnya baik pada air, ikan mas dan sedimen. Hal ini sudah dijelaskan pada

    pembahasan sebelumnya.

    Gambar 5 Kurva hubungan kadar logam Cd pada air, ikan mas dan sedimen

    Pada Gambar 5 diatas terlihat bahwa adanya hubungan antara kadar logam Pb pada air, ikan

    mas dan sedimen, dimana pada danau 1 menunjukkan kadar Cd yang paling tinggi pada air dan ikan

    mas dibandingkan kadar Cd pada danau lainnya. Tetapi kadar Cd pada sedimen menunjukkan hal

    yang berbeda, dimana pada danau 1 kadar Cd yang paling rendah dibandingkan kadar Cd pada

    danau lainnya . Hal ini sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.

    Hubungan Antara Usia Danau dengan Kadar Logam pada Air

    Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Puslit Biologi-LIPI, ditambah data penelitian lain

    dari Lamidi (1997) ternyata ada kecenderungan bahwa pada bekas galian yang sudah ditinggalkan

    dari kegitan lebih dari 25 tahun, kandungan logam berat pada air menurun sampai dibawah ambang

    batas dan layak untuk usaha perikanan (Tjakrawidjaja dan Harun, 2001).

    Berdasarkan paragraf diatas maka pada subbab ini dijelaskan hubungan antara usia danau

    tempat pengambilan sampel dengan kadar logam pada air danau dan prediksi kadar logam pada air

    danau pada 25 tahun setelah dimulainya penggalian danau.

    Hubungan antara usia danau dengan kadar logam pada air danau sudah dijelaskan pada

    Subbab diatas, dimana semakin lama usia danau maka semakin sedikit kadar logam yang terlarut.

    Sedangkan prediksi kadar logam pada air danau dapat dijelaskan sebagai berikut, dimana hanya

    kadar Cd saja yang dapat diprediksi karena kadar Pb di danau 2 dan 3 tidak terdeteksi.

    Keterangan: * = usia berdasarkan tahun dimulainya penambangan (2001, 2000 dan 1993)

    Kadar Cd: danau 1 = 0,0011 mg/L; danau 2 = 0,0009 mg/L; danau 3 = 0,0004 mg/L

    Gambar 6 Kurva hubungan antara usia danau dengan kadar Cd pada air

    Prediksi kadar Cd pada usia danau 25 tahun dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

    garis yang terdapat pada Gambar 6 diatas.

  • SEMINAR KIMIA NASIONAL Peran Kimia dalam Pembangunan Agro-Industri dan Energi

    ISBN 978-602-19421-0-9

    mg/L atau ppm

    Jadi dipredikasi kadar Cd pada danau tersebut pada usia 25 tahun adalah 0,000148 mg/L dan

    berdasarkan Baku Mutu Air Untuk Budidaya Perikanan dan PP RI No.82 Tahun 2001 pada air kelas

    III, maka terbukti bahwa danau tersebut layak untuk tempat usaha perikanan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

    kadar logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada air, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan sedimen

    adalah sebagai berikut:

    Kadar logam Pb pada air di danau 1 yaitu 0,0099 mg/L dan air tersebut belum layak digunakan untuk budidaya perikanan berdasarkan Baku Mutu Air Untuk Budidaya

    Perikanan, tetapi air di danau 2 dan 3 sudah layak karena tidak ditemukan adanya logam Pb.

    Berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 maka air di ketiga danau diatas sudah layak.

    Sedangkan untuk kadar logam Cd pada air di ketiga danau adalah 0,0011; 0,0009 dan 0,0004

    mg/L dan baik berdasarkan Baku Mutu Air Untuk Budidaya Perikanan maupun PP RI No.82

    Tahun 2001 maka air di ketiga danau diatas sudah layak untuk tempat budidaya perikanan.

    Kadar logam Pb dan Cd pada ikan yang dipelihara di ketiga danau tersebut adalah 0,1954;

    0,0994 g/g dan tidak terdeteksi untuk logam Pb. Sedangkan untuk logam Cd adalah

    0,0018; 0,0007 dan 0,0007 g/g. Berdasarkan SNI 7387:2009 maka ikan atas sudah layak untuk dikonsumsi.

    Kadar logam Pb dan Cd pada sedimen di ketiga danau tersebut adalah 1,0028; 0,0965 g/g dan tidak terdeteksi untuk logam Pb. Sedangkan untuk logam Cd adalah 0,0325; 0,0661 dan

    0,5225 g/g. Berdasarkan Baku Mutu Logam Berat Dalam Sedimen maka Kadar Pb dan Cd pada sedimen di ketiga danau belum berbahaya bagi ikan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bangun, J.M. 2005. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen

    dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus nieuhofi) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.

    [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

    Bogoriani, N.W. 2007. Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb Dan Cr Pada Ikan Nila

    (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung. Bukit Jimbaran: Jurnal Jurusan Kimia

    FMIPA Universitas Udayana.

    Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

    Press).

    Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemarannya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

    Palar, H. 1994. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

    Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Pemerintah RI.

    Sarjono, A. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air dan Sedimen di

    Perairan Kamal Muara, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan, Institut Pertanian Bogor

    Sugiyarto, K.H dan Suyanti, R.D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Supriyanto, Samin & Kamal. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Iikan Air

    Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Yogyakarta: Jurnal Pusat

    Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.

    Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Jakarta: Agromedia Pustaka.

    Tjakrawidjaja, Agus H dan Harun. 2001. Uji Coba budidaya Ikan Nila merah dengan Pola Jaring

    Terapung di Lahan Bekas Galian Tambang Timah Pulau Singkep: Laporan Teknik Puslit

    Biologi - LIPI.