PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai...

51
1 PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA 2017

Transcript of PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai...

Page 1: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

1

PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTORAT JENDERAL

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

JAKARTA

2017

Page 2: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya pembuatan Modul Pelatihan Penanggulangan TB di Fasyankes Tingkat Pertama (FKTP) yang terintegrasi dengan keluarga sehat.

Materi Modul Pelatihan TB di Fasyankes Tingkat Pertama ini memberikan petunjuk pelatihan yang harus diberikan kepada seluruh pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam upaya Penanggulangan TB di Indonesia.

Modul ini menguraikan tentang gambaran umum TB; situasi TB di dunia dan Indonesia, menjelaskan program penanggulangan TB di Indonesia, strategi dan kebijakan penanggulangan TB; dan pengorganisasian penanggulangan TB. Selain itu diberikan petunjuk pelatihan mengenai strategi penemuan kasus, diagnosis TB pada orang dewasa, diagnosis TB anak, diagnosis TB Resistan OAT, diagnosis TB ekstraparu, diagnosis TB dengan komorbid, dan definisi kasus TB serta klasifikasi pasien TB. Setelah ditegakkan diagnosis dan klasifikasi kasus bagi setiap pasien TB sensitif maupun pasien TB Resistan Obat (RO) dilanjutkan pengobatan yang bisa dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Di dalam modul ini selain berisi petunjuk pelatihan bagaimana kebijakan, strategi penanggulangan, yang diikuti bagaimana menemukan dan mengobati tuberkulosis, terdapat juga petunjuk pelatihan penguatan kepemimpinan program TB; peningkatan akses pelayanan TB yang bermutu; pengendalian faktor risiko TB; peningkatan kemitraan; peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengendalian TB; dan penguatan manajemen program TB.

Modul ini juga memberikan petunjuk penanggulangan TB yang berintegrasi dengan pelaksanakan Program Indonesia Sehat yang diselenggarakan melalui pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih ada kekurangan, untuk itu kami menerima masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Penulis

Page 3: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

3

TIM PENYUSUN

Pelindung:

dr. H.M. Subuh, MPPM (Direktur Jendral P2P)

Pengarah:

1. dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes (Direktur P2PML)

2. dr. Asik Surya, MPPM (Kepala Subdit TB)

Sekretaris:

1. Nurjannah, SKM, M.Kes

2. dr. Yullita Evarini Y., MARS

Editor

Dr. dr. Rina Handayani, M.Kes

Anggota:

1. Audia Jasmin Armanda, SKM

2. dr. Endang Lukitosari, MPH

3. dr. Fatiyah Isbaniah, Sp.P

4. dr. Firza Asnely Putri

5. dr. Hanifah Rizki Purwandani, SKM

6. H D Djamal, M.Si

7. dr. Hedy B Sampurno, MPH

8. Dra. Katamanis Tarigan, SKM

9. Dr. Novayanti Tangirerung

10. Rizka Nur Fadila, SKM

11. dr. Retno Kusuma Dewi, MPH

12. Saida N. Debataradja, SKM

13. dr. Setiawan Jati Laksono

14. drg. Siti Nur Anisah, MPH

15. dr. Sity Kunarisasi, MARS

16. Sulistyo, SKM, M.Epid

17. Suwandi SKM, M. Epid

18. dr. Wihardi Triman, MQIH

19. dr. Zulrasdi Djairas, SKM

Page 4: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

4

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ……………………………………………………. 3 DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... 4 DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………. 5

I. DESKRIPSI SINGKAT …………………………………………………………. 6 II. TUJUAN PEMBELAJARAN …………………………………………………. 6

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ……………………………..….. 6 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ………………………..……… .6

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ………………………....7 IV. METODE ………………………………….………………………….……. 7 V. MEDIA DAN ALAT BANTU…………………………………...………………... 8 VI. LANGKAH–LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN …………………..… 8

A. Langkah 1 : Pengkondisian peserta …………………………….…… 8 B. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan………………………….….….. 8 C. Langkah 3 : Pembahasan per materi …………..……….…………… 8 D. Langkah 4 : Pembahasan studi kasus ………………..…………..… 8 E. Langkah 5 : Rangkuman…..……………………..……….…………… 8

VII. URAIAN MATERI …………………………………………………………….… 10 A. Strategi penemuan terduga TB …………………………………….… 10 B. Definisi kasus ……………………………………………………….… 12 C. Penegakan diagnosis TB …………………………………………...… 13 D. Pengelolaan Contoh Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium ……… 29 E. Klasifikasi pasien TB ……………………………………………….… 33 F. Komunikasi Motivasi ………………………………………………..… 36 G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko ..………………………………… 48 H. Pencatatan dan Pelaporan Penemuan Pasien TB ………………..…50

VIII.REFERENSI ……………………….………….…………..…………………… 51 IX. LAMPIRAN…………………………………………….…………………………..52

Page 5: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

5

DAFTAR SINGKATAN

ANC = Ante Natal Care APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM = Balai Kesehatan Paru Masyarakat BP4 = Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru BTA = Basil Tahan Asam CNR = Case Notification Rate DM = Diabetes Mellitus DOTS = Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy DPM = Dokter Praktek Mandiri DST = Drugs Sensivity Test DTPK = Daerah Tertinggal Perbatasan Kepulauan FDC = Fixed Dose Combination FKRTL = Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut FKTP = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTP-RM = Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis. FKTP-S = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Satelit FNAB = Fine Neddle Aspirate Biopsy HIV = Human Immunodeficiency Virus ISTC = International Standards For Tuberculosis Care KDT = Kombinasi Dosis Tetap KIA = Kesehatan Ibu Anak KM = Komunikasi Motivasi KTIP = Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas LPA = Line Probe Assay MDR = Multi Drug Resistance MTBS = Manajemen Terpadu Balita Sakit MTDS = Manajemen Terpadu Dewasa Sakit OAT = Obat Anti Tuberkulosis ODHA = Orang dengan HIV AIDS PAL = Practical Approach to Lung Health PAS = Para Amino Salisilic Acid PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana PPI = Pencegahan Pengendalian Infeksi PPM = Public Private Mix PWS = Pemantauan Wilayah Setempat QA = Quality Assurance RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah RR = Resistan Rimfapisin RS = Rumah Sakit RT = Rumah Tangga SPTN = Survei Prevalensi Tuberkulosis Nasional TB = Tuberkulosis TCM = Tes Cepat Molekuler Total DR = Totally Drug Resistance UKBM = Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat WHO = World Health Organization XDR = eXtensive Drug Resistance ZN = Ziehln Neelson

Page 6: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

6

I. DESKRIPSI SINGKAT

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

tuberkulosis (TB) yang dikenal dengan nama M. tuberculosis. Sebagian besar

kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Penularan terutama sekali secara aerogen. Pasien TB paru menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Sumber penularan adalah

pasien TB paru BTA postif yang saat batuk, bersin atau berbicara mengeluarkan

droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman M. tuberculosis.

Pencegahan utama agar seseorang tidak terpapar dengan M. tuberculosis

adalah dengan menemukan Pasien TB secara dini serta mengobati dengan

tuntas, sehingga bahaya penularan tidak ada lagi.

Penemuan Pasien TB paru adalah dengan cara menemukan pasien yang

mempunyai gejala mengarah ke TB yaitu batuk lama, 2 minggu atau lebih,

berdahak, dapat disertai darah, panas badan, nyeri dada dan gejala penyakit

paru lainnya. Diagnosis Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis adalah dengan

pemeriksaan mikroskopis, biakan dan Test Cepat Molekuler (TCM). Cara

diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan menemukan kuman TB

terduga TB melalui pemeriksaan dahak secara konvensional dengan

pemeriksaan mikroskopik dengan pengecatan Ziehl Neelsen (ZN) apusan dahak

dan biakan, serta identifikasi M. tuberculosis dengan tes cepat. Tes cepat saat ini

yang digunakan adalah tes bio-molekuler menggunakan alat Xpert/ MTB Rif.

Jika konfirmasi bakteriologis tidak diperoleh, maka diagnosis TB ditegakkan

secara klinis mengacu pada hasil pemeriksaan penunjang yang sesuai.

Modul penemuan Pasien TB akan membahas tentang strategi penemuan,

diagnosis TB Paru pada orang dewasa, diagnosis TB anak, diagnosis TB

Resistan OAT, diagnosis TB Ekstraparu, diagnosis TB dengan Komorbid, dan

definisi kasus TB serta klasifikasi pasien TB.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mempelajari materi ini, peserta latih mampu melakukan penemuan

Pasien TB.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mempelajari materi ini, peserta latih mampu:

1. Menjelaskan strategi penemuan terduga TB

2. Menjelaskan definisi kasus TB

3. Melakukan penegakan diagnosis TB

Page 7: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

7

4. Melakukan pengelolaan contoh uji untuk pemeriksaan laboratorium

5. Melakukan klasifikasi Pasien TB

6. Melakukan Komunikasi Motivasi

7. Melakukan upaya pengendalian faktor risiko

8. Melakukan pencatatan pelaporan terkait penemuan pasien TB

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN

Dalam materi ini akan dibahas pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan

sebagai berikut:

A. Strategi penemuan terduga TB

1. Penemuan secara pasif intensif

2. Penemuan secara aktif

B. Definisi kasus

C. Penegakan Diagnosis TB

1. Identifikasi Terduga TB

2. Jenis Pemeriksaan Laboratorium

3. Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa.

4. Diagnosis TB pada Anak

5. Diagnosis TB Ekstra paru

6. Diagnosis TB Resistan OAT

7. Diagnosis TB HIV

8. Diagnosis TB pada Pasien dengan ko-morbid

D. Pengelolaan contoh uji untuk pemeriksaan laboratorium:

1. Dahak

2. Contoh uji non dahak

E. Klasifikasi pasien TB

F. Komunikasi Motivasi

G. Upaya pengendalian faktor risiko

H. Pencatatan pelaporan penemuan pasien TB

IV. METODE

A. Ceramah dan Tanya Jawab.

B. Curah Pendapat.

C. Studi kasus

Page 8: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

8

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

A. Bahan Tayang

B. Panduan Studi Kasus

C. Modul

D. Laptop,

E. LCD,

F. Bahan Tayang

G. Pointer

H. Papan flipchart

I. Kertas flipchart

J. Spidol

VI. LANGKAH–LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun

langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Pengkondisian peserta

1. Pelatih/Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana

dikelompok.

2. Pelatih/Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat dan

memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat

bekerja, dan materi yang akan disampaikan.

3. Bila belum ada, menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan

pencatat waktu.

4. Pelatih/Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan

sub pokok bahasan Penemuan Pasien TB

Langkah 2: Review Pokok bahasan

Pelatih/Fasilitator menggali pendapat peserta tentang apa yang dimaksud

dengan Penemuan Pasien TB dengan metode curah pendapat/ brainstorming.

Langkah 3: Pembahasan per materi

1. Pelatih/Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok

bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

2. Selanjutnya Pelatih/Fasilitator melakukan tanya jawab dengan meminta

peserta untuk mengemukakan pendapatnya, klarifikasi dan mengajukan

pertanyaan tentang materi yang telah diberikan.

Langkah 4: Pembahasan studi kasus dikaitkan dengan pokok bahasan

serta situasi dan kondisi di tempat tugas.

1. Pelatih/Fasilitator membagi menjadi 5 kelompok diskusi

Page 9: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

9

2. Pelatih/Fasilitator membagi lembar studi kasus sesuai dengan materi

pembelajaran yang telah disampaikan dan menyampaikan petunjuk studi

kasus.

3. Pelatih/Fasilitator menugaskan peserta untuk mengerjakan studi kasus.

4. Pelatih/Fasilitator meminta peserta untuk presentasi hasil diskusi kelompok.

5. Pelatih/Fasilitator meminta peserta untuk mengemukakan pendapat dan

mengajukan pertanyaan terhadap presentasi kelompok lain.

6. Pelatih/Fasilitator menyampaikan klarifikasinya.

Langkah 5: Rangkuman

1. Pelatih/Fasilitator melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan

sesuai pokok bahasan

2. Kemudian Pelatih/Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta

tentang materi Penemuan Pasien TB, merangkum hasil pembahasan, dan

memberikan penekanan pada hal-hal yang penting.

3. Pelatih/Fasilitator membuat kesimpulan materi pembelajaran.

Page 10: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

10

VII. URAIAN MATERI

A. Strategi penemuan terduga TB.

Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif, aktif,

dan masif. Upaya penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan

promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara

dini. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri

Kesehatan no. 67/ 2016 tentang Penanggulangan TB yang mengatur strategi

penemuan terduga dan pasien TB.

1. Penemuan pasien TB secara pasif-intensif

Kegiatan penemuan yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan dengan

memperkuat jejaring layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM) dan

memperkuat kolaborasi layanan.

Jejaring layanan

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan PPM. Penemuan pasien

TB di fasyankes dilakukan melalui penguatan jejaring layanan antar

fasyankes yang memberikan layanan diagnosis TB, untuk

menghindari terjadinya miss-opportunity yang disebabkan

keterbatasan sarana diagnosis yang dimiliki oleh fasyankes yang

kontak pertama dengan pasien TB. Dalam kegiatan ini fasyankes

yang tidak memiliki alat TCM akan merujuk pemeriksaan ke

fasyankes yang memiliki alat TCM.

Kolaborasi layanan

Berupa kegiatan integrasi dan kolaborasi penemuan pasien TB ke

dalam layanan kesehatan lain yang tersedia di fasyankes, misalnya

di poliklinik umum, unit layanan HIV, DM (Diabetes Mellitus), Gizi,

Lansia, klinik berhenti merokok, klinik KIA dan ANC. Secara

manajemen layanan, penemuan pasien TB juga harus diintegrasikan

– WHO tahun 2016, ditingkat global diperkirakan 10,4 juta kasus TB baru

dan 1,8 juta kematian/tahun.

– Hasil Survei Prevalensi Tuberkulosis Nasional (SPTN) 2013-2014

menunjukkan estimasi prevalensi TB 660/100.000. Estimasi ini 2,4 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan angka estimasi prevalensi

sebelumnya. Angka ini setara dengan 1,6 juta kasus TB, sekitar 1 juta

kasus baru setiap tahunnya. Berdasarkan angka temuan kasus TB

sebesar 327.103 pada tahun 2013, diperkirakan 670.000 kasus TB per

tahun tidak terlaporkan di Indonesia.

– Riskesdas, 2013 bahwa terdapat 25% dari kasus gangguan pernafasan

dari semua golongan umur yang berkunjung ke Faskes

Page 11: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

11

kedalam strategi atau sistem manajemen kesehatan yang diterapkan

di fasyankes misalnya: Pendekatan Praktis Kesehatan Paru/ PPKP

(PAL = Practical Approach to Lung health), Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Dewasa Sakit (MTDS).

Penjaringan terduga TB di faskes dapat juga dilakukan melalui

penapisan batuk oleh petugas yang meregistrasi pasien atau perawat

yang memberi layanan pada pasien. Upaya penemuan pasien TB

harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua

terduga TB dapat ditemukan secara dini.

2. Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga

dan masyarakat,

Berupa kegiatan-kegiatan penemuan terduga/ pasien TB yang dilakukan

di luar fasyankes. Kegiatan ini bisa melibatkan secara aktif semua

potensi masyarakat yang ada antara lain: Kader kesehatan, kader

posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Kegiatan

ini dapat berupa:

1) Invstigasi kontak

Dilakukan pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan

pasien TB. Kontak erat adalah orang yang tinggal serumah (kontak

serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang ada pasien TB

dewasa aktif (index case) sekurang-kurangnya 8 jam sehari minimal

satu bulan berturutan. Prioritas investigasi kontak dilakukan pada

orang-orang dengan risiko TB seperti anak usia <5 tahun, orang

dengan gangguan sistem imunitas, malnutrisi, lansia, wanita hamil,

perokok dan mantan penderita TB. Investigasi kontak pada pasien TB

anak yang ditemukan bertujuan untuk mencari sumber penularan.

2) Penemuan di tempat khusus:

Merupakan kegiatan penemuan aktif yang dilakukan di lingkungan

yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS Jiwa, tempat

kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo. Kegiatan

penemuan aktif di tempat khusus dapat dilakukan dengan skrining

masal tahunan, skrining kesehatan warga baru, skrining kontak dan

pemantauan batuk secara rutin

3) Penemuan di populasi berisiko:

Kegiatan penemuan aktif yang dilakukan pada tempat yang memiliki

akses terbatas ke layanan kesehatan, misalnya: tempat

Page 12: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

12

penampungan pengungsi, daerah kumuh dan DTPK (Daerah

Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan).

4) Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat

Dilaksanakan secara rutin oleh anggota keluarga maupun kader

kesehatan yang melakukan pengawasan batuk terhadap orang yang

tinggal di lingkungannya dan menyarankan orang dengan batuk untuk

memeriksakan diri ke fasyankes terdekat. Kegiatan pemantuan batuk

ini dapat diintegrasikan pada kegiatan kader kesehatan yang sudah

rutin berjalan misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan,

kegiatan jumantik, kader posyandu dan kegiatan upaya kesehatan

berbasis masyarakat (UKBM) lain.

5) Penemuan aktif berkala

Dilakukan oleh FKTP Puskesmas di wilayah yang teridentifikasi

sebagai daerah kantung TB, yaitu RT yang berdasarkan kegiatan

PWS (Pengawasan Wilayah Setempat) dan analisis data TB memiliki

jumlah pasien TB di >3 orang. Penemuan aktif berkala dilakukan

dengan kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali sampai tidak

ditemukan kasus TB pada kegiatan penemuan aktif berkala 2 kali

berturut-turut.

6) Skrining masal

Kegiatan penemuan aktif yang dilaksanakan sekali setahun untuk

meningkatkan penemuan pasien TB di wilayah yang penemuan

kasusnya masih sangat rendah. Puskesmas bekerja sama dengan

aparat desa/kelurahan, kader kesehatan dan potensi masyarakat

melakukan skrining gejala TB secara masif di masyarakat dan

membawanya ke layanan kesehatan luar gedung.

B. Definisi kasus Definisi kasus TB didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologis TB.

Kepada semua terduga TB dewasa wajib dilakukan pemeriksaan

bakteriologis TB terlebih dahulu. Sesuai dengan hasil pemeriksaan

bakteriologis maka definisi pasien TB terdiri dari dua, yaitu:

1. Pasien TB terkonfirmasi Bakteriologis

Adalah pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh uji

biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis

langsung, TCM TB, atau biakan.

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

Page 13: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

13

1) Pasien TB paru BTA positif

2) Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif

3) Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif

4) Pasien TB Ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik

dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang

terkena.

5) TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut di atas harus

dicatat dan dilaporkan tanpa memandang apakah pengobatan TB sudah

dimulai atau belum.

2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis

Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara

bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan

diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

1) Pasien TB paru BTA negatif/ tes cepat M.tb negatif dengan hasil

pemeriksaan foto toraks mendukung TB.

2) Pasien TB paru BTA negatif/ tes cepat M.tb negatif dengan tidak ada

perbaikan klinis setelah diberikan antibiotika non OAT, dan

mempunyai faktor risiko TB

3) Pasien TB Ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis maupun

laboratoris dan histopatologis tanpa ada konfirmasi bakteriologis.

4) TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.

Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian

terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah memulai

pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi

bakteriologis.

Pasien yang mendapatkan pengobatan pencegahan TB tidak termasuk

definisi kasus TB sehingga tidak dilaporkan dalam laporan penemuan

kasus TB.

C. Penegakan diagnosis TB

Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,

pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan penunjang

lainnya.

Page 14: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

14

1. Identifikasi Terduga TB

Petugas kesehatan menjaring terduga TB dengan melakukan skrining

gejala maupun dengan melihat hasil foto toraks pasien yang

bersangkutan.

Skrining Gejala:

Identifikasi terduga TB dilakukan berdasarkan keluhan gejala dan tanda

TB yang disampaikan pasien. Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan

tanda TB yang meliputi:

• Gejala utama: batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.

Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan

gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama

2 minggu atau lebih.

• Gejala tambahan: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas

dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat

badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat pada

malam hari walaupun tanpa kegiatan, demam meriang yang berulang

lebih dari sebulan.

Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,

seperti bronkiektasis, bronkitis kronik, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap

orang yang datang ke Faskes dengan gejala tersebut diatas dianggap

sebagai terduga pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikroskopis langsung. Selain identifikasi pada orang dengan

gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan pada orang

dengan faktor risiko TB, seperti: kontak erat dengan pasien TB, tinggal di

daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang

yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan

infeksi paru. Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

TB untuk pasien yang memiliki faktor risiko dan memiliki gejala tambahan

meskipun tanpa batuk berdahak >2 minggu.

Skrining Radiologis:

Identifikasi terduga TB juga bisa diperoleh dari hasil evaluasi

pemeriksaan foto toraks. Semua kelainan yang tidak diketahui

penyebabnya yang mendukung ke arah TB harus di evaluasi TB. Skrining

radiologis dapat dilakukan terhadap foto toraks yang diperoleh dari proses

Page 15: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

15

penegakan diagnosis TB maupun pada proses penegakan diagnosis

penyakit yang lain, juga bisa dilakukan pada hasil foto toraks pada

pemeriksaan kesehatan rutin umum (general check-up) dan pemeriksaan

kesehatan khusus. Pasien yang teridentifikasi sebagai terduga TB baik

dari skrining gejala maupun skrining radiologis harus di evaluasi untuk

menegakkan diagnosis TB secara bakteriologis maupun klinis.

a. Identifikasi Terduga TB Anak

Gejala klinis TB pada anak dapat berupa gejala sistemik/umum atau

sesuai organ terkait. Gejala umum TB pada anak yang sering

dijumpai adalah batuk persisten, berat badan turun atau gagal

tumbuh, demam lama serta lesu dan tidak aktif. Gejala-gejala tersebut

sering dianggap tidak khas karena juga dijumpai pada penyakit lain.

Namun demikian, sebenarnya gejala TB bersifat khas, yaitu menetap

(lebih dari 2 minggu) walaupun sudah diberikan terapi yang adekuat

(misalnya antibiotika atau anti malaria untuk demam, antibiotika atau

obat asma untuk batuk lama, dan pemberian nutrisi yang adekuat

untuk masalah berat badan).

Gejala sistemik/umum TB pada anak sebagai berikut:

1) Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau

terjadi gagal tumbuh (failure to thrive) meskipun telah diberikan

upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2 bulan.

2) Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang

jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-

lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan

merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai

dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.

3) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain

Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang

adekuat.

Page 16: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

16

b. Identifikasi Terduga TB Resistan OAT (TB-RO)

Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi resistan

terhadap OAT, yaitu pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki

riwayat satu atau lebih di bawah ini:

1) Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2.

2) Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3

bulan pengobatan.

3) Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak

standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua

paling sedikit selama 1 bulan.

4) Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.

5) Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2

bulan pengobatan.

6) Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT

kategori 1 dan kategori 2.

7) Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai

berobat/default).

8) Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien

TB- RO, termasuk dalam hal ini warga binaan yang ada di

Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama, barak, buruh pabrik.

9) Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara bakteriologis

maupun klinis terhadap pemberian OAT, (bila pada penegakan

diagnosis awal tidak menggunakan TCM TB).

Pasien dengan risiko rendah TB-RO

Selain 9 kriteria di atas, kasus TB-RO dapat juga dijumpai pada kasus TB

baru, sehingga pada kasus ini perlu juga dilakukan penegakan diagnosis

dengan TCM TB jika fasilitas memungkinkan. Pada kelompok ini, jika

hasil pemeriksaan tes cepat memberikan hasil TB RR, maka pemeriksaan

TCM TB perlu dilakukan sekali lagi untuk memastikan diagnosisnya.

c. Identifikasi Terduga TB Ekstraparu

Seseorang yang menderita TB ekstra paru mungkin mempunyai

keluhan/gejala terkait dengan organ yang terkena, misalnya:

Page 17: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

17

• Pembesaran pada getah bening yang kadang juga mengeluarkan

nanah

• Nyeri dan pembengkakan sendi yang terkena TB

• Sakit kepala, demam, kaku kuduk dan gangguan kesadaran

apabila selaput otak atau otak terkena TB.

Pasien TB ekstra paru dapat juga menderita TB paru, sehingga tetap

perlu dilakukan evaluasi TB paru.

d. Identifikasi TB HIV

Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP) untuk pasien TB

dilakukan pada daerah dengan tingkat epidemi HIV rendah atau

terkonsentrasi.

Dasar pertimbangan tes HIV adalah mutlak mengingat adanya infeksi

ganda TB HIV, utamanya pada orang yang mempunyai perilaku berisiko

dan pasien yang mempunyai tanda dan gejala terkait HIV/AIDS, untuk

mengetahui status HIV mereka.

Untuk membantu pasien menghadapi berbagai hambatan dalam

menjalani tes HIV, maka perlu empati dan dukungan petugas.

Pada dasarnya petugas tahu tentang manfaat tes HIV, namun kadang

kadang tidak cukup peka terhadap risiko yang mungkin terjadi pada

seseorang bila hasil tes positif.

Dalam menerapkan KTIP sebagai tes diagnostik atau penawaran tes

secara rutin, informasi pra-tes diberikan tanpa sesi edukasi dan konseling

yang lengkap, namun cukup untuk menyakinkan pasien untuk

memberikan persetujuan. Pada pasien tertentu atau pasangan dari

pasien mungkin memerlukan konseling tambahan yang lebih lengkap dan

untuk itu pasien dapat dirujuk ke konselor. Persyaratan penting dalam

menerapkan KTIP adalah konseling pasca-tes dan rujukan ke layanan

perawatan, dukungan dan pengobatan bagi pasienTB yang hasil testnya

HIV positif.

Sesuai dengan kondisi setempat, informasi pra-tes dapat diberikan

secara individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV

(informed consent) harus selalu diberikan secara individual, disaksikan

oleh petugas.

Dengan pendekatan KTIP, setiap pertemuan pasien dengan petugas

dianggap sebagai:

Page 18: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

18

• Kesempatan bagi seseorang yang belum mengetahui status HIV-nya.

• Kesempatan diagnosa dan pengobatan sedini mungkin dan

mengurangi penularan ke orang lain.

• Kesempatan tes ulang bagi seseorang dengan hasil tes negatif tetapi

masih mempunyai risiko tertular HIV.

• Kesempatan bagi seseorang yang sedang merencanakan hidup

berkeluarga atau mempunyai anak.

e. Identifikasi TB pada pasien Ko-morbid

Infeksi TB mudah berkembang menjadi penyakit pada pasien dengan

daya tahan tubuh yang terganggu. HIV dan Diabetes Mellitus (DM) adalah

penyakit yang sudah diketahui berhubungan erat dengan TB. Oleh karena

itu, setiap pasien dengan HIV positif (ODHA) dan penyandang Diabetes

Mellitus (DM) harus dievaluasi untuk TB meskipun belum ada gejala.

1) Penapisan TB pada penyandang DM

Pada penyandang DM, risiko berkembangnya penyakit TB

meningkat hingga 3 kali lipat. Risiko kegagalan pengobatan,

kematian dan kekambuhan TB juga meningkat pada penyandang

DM. Kondisi DM juga dihubungkan dengan peningkatan terjadinya

resistansi OAT. Oleh karena itu, penapisan TB pada penyandang

DM dilakukan dengan anamnesis gejala dan pemeriksaan foto

toraks. Jika ditemukan gejala ATAU kelainan pada foto toraks

yang mengarah ke diagnosis TB, maka perlu dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.

Penegakan diagnosis bakteriologis TB dapat menggunakan TCM.

Jika pada penapisan awal tidak ditemukan penyakit TB, maka

penapisan perlu diulang secara berkala.

2) Penapisan TB pada ODHA

Pada ODHA, gejala klinis seringkali tidak spesifik. Gejala

klinis yang sering ditemukan adalah demam dan penurunan berat

badan yang signifikan (sekitar 10% atau lebih) dan gejala ekstra

paru sesuai organ yang terkena misalnya TB Pleura, TB

Perikarditis, TB Milier, TB meningitis. Pada prinsipnya, untuk

mempercepat penegakan diagnosis TB pada pasien dengan HIV

positif maka penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan

Page 19: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

19

TCM TB seperti pada Alur Diagnosis TB dan TB Resistan Obat di

Indonesia.

3) Penapisan HIV pada pasien TB

Tes HIV adalah mutlak mengingat adanya infeksi ganda TB HIV,

utamanya pada orang yang mempunyai perilaku berisiko dan

pasien yang mempunyai tanda dan gejala terkait HIV/AIDS, untuk

mengetahui status HIV mereka. Untuk membantu pasien

menghadapi berbagai hambatan dalam menjalani tes HIV, maka

perlu empati dan dukungan petugas

Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas

untuk pasien TB dilakukan pada daerah dengan tingkat epidemi

HIV rendah atau terkonsentrasi.

2. Jenis Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan Bakteriologis

1) Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung

Pemeriksaan dahak selain berfungsi untuk menegakkan

diagnosis, juga dapat menentukan potensi penularan dan menilai

keberhasilan pengobatan.

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa

dahak Sewaktu-Pagi (SP) dan Sewaktu-Sewaktu (SS):

2) Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat

(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth

Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis

(M.tb).

Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan disarana laboratorium

yang terpantau mutunya.

Page 20: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

20

3) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB

Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan metode Xpert

MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan diagnosis,

namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.

Untuk menjamin hasil pemeriksaan laboratorium, diperlukan contoh uji

dahak yang berkualitas. Pada faskes yang tidak memiliki akses

langsung terhadap pemeriksaan TCM, biakan, dan uji kepekaan,

diperlukan sistem transportasi contoh uji. Hal ini bertujuan untuk

menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap pemeriksaan

tersebut serta mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian

langsung ke laboratorium.

2) Pemeriksaan Penunjang Lainnya

1) Pemeriksaan foto toraks

2) Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB Ekstra

paru.

3) Pemeriksaan uji kepekaan obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya

resistensi M.tb terhadap OAT.

Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang telah

lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan

sertifikat nasional maupun internasional.

4) Pemeriksaan serologis

Sampai saat ini belum direkomendasikan.

Page 21: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

21

3. Penegakan Diagnosis TB pada Orang Dewasa

a. Prinsip penegakan diagnosis TB:

1) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih

dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan

bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis,

Tes Cepat Molekuler TB dan biakan.

2) Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB,

sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan

dengan pemeriksaan mikroskopis.

3) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan

gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat

menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.

4) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan

serologis.

b. Alur diagnosis TB dibagi sesuai dengan fasilitas yang tersedia:

1) Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan dengan alat Tes

Cepat Molekuler

2) Faskes yang hanya mempunyai pemeriksaan mikroskopis dan

tidak memiliki akses ke tes cepat molekuker.

Page 22: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

22

Bagan 1. Alur Diagnosis TB dan TB Resistan Obat di Indonesia Bagan 1. Algorithme TB dan TB MDR di Indonesia

Terduga TB

Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak

erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui

Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat

kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)

MTB Pos, Rif

Sensitive

MTB Pos, Rif

Resistance

MTB Neg

TB Terkonfirmasi

Bakteriologis

TB MDR TB Pre XDR TB XDR

Lanjutkan

Pengobatan TB RO

Tidak memiliki akses untuk TCMTB Memiliki akses untuk TCM TB

Pemeriksaan Mikroskopis BTA

(Sewaktu dan Pagi)

Pemeriksaan TCM TB

Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau TCM

(+ +)

(+ -)

(- -)

TB Terkonfirmasi

Bakteriologis

Foto

Toraks

TB RR

Pemeriksaan

Biakan dan Uji

Kepekaan OAT

Lini 1 dan Lini 2

TB RR

Pengobatan TB RO

dengan Paduan Baru

Pengobatan

TB Lini 1

Terapi

Antibiotika

Non OAT

Ada

Perbaikan

Klinis

Tidak Ada Perbaikan

Klinis, ada factor

risiko TB, dan atas

pertimbangan

dokter

Gambaran

Mendukung

TB

Tidak

Mendukung

TB

Bukan TB TB Klinis

Pengobatan

TB Lini 1

TB Klinis

Mulai

Pengobatan

TB RO

Foto Toraks

Gambaran

mendukung

TB

Tidak

Mendukung

TB

Cari kemungkinan

penyebab penyakit lain

TB Klinis

Pengobatan

TB Lini 1

Tidak bisa

dirujuk

Keterangan alur:

1) Faskes yang mempunyai Alat Tes Cepat Molekuler (TCM) TB:

a) Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan TCM, penegakan

diagnosis TB pada terduga TB dilakukan dengan pemeriksaan TCM.

Pada kondisi dimana pemeriksaan TCM tidak memungkinkan

(misalnya alat TCM melampaui kapasitas pemeriksaan, alat TCM

mengalami kerusakan, dll), penegakan diagnosis TB dilakukan

dengan pemeriksaan mikroskopis.

Page 23: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

23

b) Jika terduga TB adalah kelompok terduga TB-RO dan terduga TB

dengan HIV positif, harus tetap diupayakan untuk dilakukan

penegakan diagnosis TB dengan TCM TB, dengan cara melakukan

rujukan ke layanan Tes Cepat Molekuler terdekat, baik dengan cara

rujukan pasien atau rujukan contoh uji.

c) Jumlah contoh uji dahak yang diperlukan untuk pemeriksaan TCM

sebanyak 2 (dua) dengan kualitas yang bagus. Satu contoh uji untuk

diperiksa TCM, satu contoh uji untuk disimpan sementara dan akan

diperiksa jika diperlukan (misalnya pada hasil indeterminate, pada

hasil Rif Resistan pada terduga TB yang bukan kriteria terduga TB-

RO, pada hasil Rif Resistan untuk selanjutnya dahak dikirim ke

Laboratorium LPA untuk pemeriksaan uji kepekaan Lini-2 dengan

metode cepat)

d) Contoh uji non-dahak yang dapat diperiksa dengan MTB/RIF terdiri

atas cairan serebrospinal (Cerebro Spinal Fluid/CSF), jaringan biopsi,

bilasan lambung (gastric lavage), dan aspirasi cairan lambung (gastric

aspirate).

e) Pasien dengan hasil MTb Resistan Rifampisin tetapi bukan berasal

dari kriteria terduga TB-RO harus dilakukan pemeriksaan TCM ulang.

Jika terdapat perbedaan hasil, maka hasil pemeriksaan TCM yang

terakhir yang menjadi acuan tindakan selanjutnya.

f) Jika hasil TCM indeterminate, lakukan pemeriksaan TCM ulang. Jika

hasil tetap sama, berikan pengobatan TB Lini 1, lakukan biakan dan

uji kepekaan.

g) Pengobatan standar TB MDR segera diberikan kepada semua pasien

TB RR, tanpa menunggu hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1

dan lini 2 keluar. Jika hasil resistensi menunjukkan MDR, lanjutkan

pengobatan TB MDR. Bila ada tambahan resistensi terhadap OAT

lainnya, pengobatan harus disesuaikan dengan hasil uji kepekaan

OAT.

h) Pemeriksaan uji kepekaan menggunakan metode LPA (Line Probe

Assay) Lini-2 atau dengan metode konvensional

i) Pengobatan TB pre XDR/ TB XDR menggunakan paduan standar TB

pre XDR atau TB XDR atau menggunakan paduan obat baru.

j) Pasien dengan hasil TCM M.tb negatif, lakukan pemeriksaan foto

toraks. Jika gambaran foto toraks mendukung TB dan atas

pertimbangan dokter, pasien dapat didiagnosis sebagai pasien TB

Page 24: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

24

terkonfirmasi klinis. Jika gambaran foto toraks tidak mendukung TB

kemungkinan bukan TB, dicari kemungkinan penyebab lain.

Faskes yang tidak mempunyai Alat Tes Cepat Molukuler (TCM)

TB

a) Faskes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses

TCM, penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop.

b) Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan mikroskop sebanyak

2 (dua) dengan kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari

dahak Sewaktu-Sewaktu atau Sewaktu-Pagi.

c) BTA (+) adalah jika salah satu atau kedua contoh uji dahak

menunjukkan hasil pemeriksaan BTA positif. Pasien yang

menunjukkan hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak pertama,

pasien dapat segera ditegakkan sebagai pasien dengan BTA (+).

d) BTA (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil

BTA negatif. Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya

negatif, maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara

klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang

(setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan

ditetapkan oleh dokter.

e) Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif dan

tidak memilki akses rujukan (radiologi/TCM/biakan) maka

dilakukan pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT

dan Non kuinolon) terlebih dahulu selama 1-2 minggu. Jika tidak

ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik, pasien perlu

dikaji faktor risiko TB. Pasien dengan faktor risiko TB tinggi maka

pasien dapat didiagnosis sebagai TB Klinis. Faktor risiko TB yang

dimaksud antara lain:

(1) Terbukti ada kontak dengan pasien TB

(2) Ada penyakit komorbid: HIV, DM

(3) Tinggal di wilayah berisiko TB: Lapas/Rutan, tempat

penampungan pengungsi, daerah kumuh, dll

4. Diagnosis TB Anak

Pada anak yang teridentifikasi sebagai terduga TB, maka alur penegakan

diagnosis dapat dilihat pada bagan berikut:

Page 25: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

25

Keterangan:

*) Dapat dilakukan bersamaan

dengan

pemeriksaan sputum

**) Kontak TB Paru Dewasa dan Kontak TB Paru Anak

terkonfirmasi bakteriologis

***) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan adekuat,

evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk.

Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB:

• Batuk ≥ 2 minggu

• Demam ≥ 2 minggu

• BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya

• Malaise ≥ 2 minggu

Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat

Pemeriksaan mikroskopis/Tes

Cepat Molekuler (TCM) TB

Positif Negatif Contoh uji tidak diperoleh

Tidak ada akses foto rontgen

toraks dan uji tuberkulin

Ada akses foto rontgen toraks

dan/atau uji tuberkulin*)

Tidak ada/tidak

jelas kontak

pasien TB

paru**)

Skor

< 6

Skor

≥6

Uji tuberkulin

(+) dan/atau

ada kontak TB

paru**)

TB anak

terkonfirm

asi

bakteriolo

gis

Skoring

sistem

Ada

kontak

TB

paru**)

Observasi gejala selama 2 minggu

Uji tuberkulin (-

) dan Tidak

ada kontak TB

paru**)

TB anak

klinis

Terapi

OAT***)

Menghilan

g

Menetap

Bukan TB

Bagan 2. Alur diagnosis TB Anak

Page 26: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

26

Tabel 1. Skoring sistem TB Anak

Parameter 0 1 2 3 Skor

KontakTB Tidak

jelas

- Laporan

keluarga, BTA

(-)/BTA tidak

jelas/tidaktahu

BTA(+)

Uji tuberculin

(Mantoux)

Negatif - - Positif (≥10 mm

atau ≥5 mm pada

imunokompromais)

Berat Badan/

Keadaan Gizi

- BB/TB<90%

atau

BB/U<80%

Klinis gizi buruk

atau

BB/TB<70%

atau BB/U<60%

-

Demam yang

tidak diketahui

Penyebabnya

- ≥2 minggu - -

Batuk kronik - ≥3 minggu - -

Pembesaran

kelenjar

limfekolli, aksila,

inguinal

- ≥1 cm, lebih

dari 1

KGB,tidak

nyeri

- -

Pembengkakan

tulang/sendi

panggul, lutut,

falang

- Ada

pembengkaka

n

- -

Foto toraks Normal/

kelainan

tidak

jelas

Gambaran

sugestif

(mendukung)

TB

- -

Skor Total

Penjelasan:

a. Pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis atau tes cepat TB) tetap merupakan

pemeriksaan utama untuk konfirmasi diagnosis TB pada anak. Berbagai upaya

dapat dilakukan untuk memperoleh spesimen dahak, di antaranya induksi

sputum. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan 2 kali, dan dinyatakan positif jika

satu spesimen diperiksa memberikan hasil positif.

b. Observasi persistensi gejala selama 2 minggu dilakukan jika anak bergejala

namun tidak ditemukan cukup bukti adanya penyakit TB. Jika gejala menetap,

maka anak dirujuk untuk pemeriksaan lebih lengkap. Pada kondisi tertentu di

mana rujukan tidak memungkinkan, dapat dilakukan penilaian klinis untuk

menentukan diagnosis TB anak.

Page 27: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

27

c. Berkontak dengan pasien TB paru dewasa adalah kontak serumah ataupun

kontak erat, misalnya di sekolah, pengasuh, tempat bermain, dan sebagainya.

d. Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis

sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain

misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB resistan

obat maupun masalah dengan kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas

tidak memungkinkan, pasien dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan

klinis adalah perbaikan gejala awal yang ditemukan pada anak tersebut pada

saat diagnosis.

e. Selain pada anak yang datang ke faskes dengan gejala atau tanda TB, evaluasi

TB juga harus dilakukan pada setiap anak yang berkontak dengan pasien TB.

Investigasi kontak pada anak dilakukan sesuai alur berikut:

Page 28: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

28

Bagan 3. Alur Investigasi Kontak (IK) pada Anak yang berkontak dengan

pasien TB sensitif obat

Pada anak yang berkontak dengan pasien TB-RO, evaluasi dilakukan oleh

spesialis anak. Jika kontak bergejala, maka pemeriksaan contoh uji dilakukan

dengan pemeriksaan TCM.

Semua kontak anak yang tidak menunjukkan gejala TB, baik yang mendapatkan

maupun yang tidak mendapatkan pengobatan pencegahan, tetap harus diobservasi

selama 2 tahun.

Tidak

Umur < 5 thn atau HIV (+)

Follow up rutin

Timbul gejala atau tanda TB

TIDAK

Umur > 5 thn dan HIV (-)

Tidak perlu PP INH

YA

PP INH

Lengkapi pemberian INH selama 6 bulan

Observasi

Ada

Lihat alur diagnosis TB pada Anak

Anak berkontak dengan pasien TB sensitif OAT

gejala TB

Page 29: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

29

5. Diagnosis TB ekstra paru:

Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku

kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis),

pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta

deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji

yang diambil dari organ tubuh yang terkena. Dilakukan pemeriksaan

bakteriologis apabila juga ditemukan keluhan dan gejala saluran nafas

yang sesuai, untuk menemukan kemungkinan adanya TB paru.

Pemeriksaan tes cepat dengan Tes Cepat Molekuler TB pada beberapa

kasus curiga TB Ekstra paru dilakukan dengan contoh uji cairan

serebrospinal pada kecurigaan TB meningitis, dan contoh uji kelenjar

getah bening berupa biopsi jaringan langsung dan biopsi menggunakan

jarum halus (FNAB/Fine Neddle Aspirate Biopsy) dan jaringan (tissue)

pada pasien dengan kecurigaan TB kelenjar atau TB jaringan lainnya.

6. Diagnosis TB Resistan OAT

Diagnosis TB-RO ditegakkan berdasarkan uji kepekaan M. Tuberculosis

dengan metode standar yang tersedia di Indonesia yaitu pemeriksaan

molekuler dan konvensional. Pemeriksaan molekuler yang tersedia saat

ini adalah Tes Cepat Molekuler TB (TCM) dan Line Probe Assay (LPA).

Sedangkan metode konvensional yang digunakan adalah Lowenstein

Jensen (LJ) dan Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

Penegakan diagnosis untuk TB-RO di Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) dilakukan oleh dokter terlatih pemeriksaan TCM TB. Jika

FKTP tidak memiliki fasilitas TCM TB, maka pemeriksaan dilakukan oleh

laboratorium fasyankes rujukan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Selain kriteria terduga TB-RO,

pasien TB-RO dapat terdiagnosis dari terduga TB biasa yang

terkonfirmasi TB-RO dari hasil pemeriksaan bakteriologis. Oleh sebab itu,

maka ketersediaan layanan TB-RO di wilayah yang sudah memiliki akses

ke pemeriksaan TCM sangatlah penting. Khusus pada anak yang

berkontak erat dengan pasien TB-RO, penegakan diagnosis TB-RO dapat

dilakukan secara empiris apabila konfirmasi bakteriologis resistansi OAT

sulit untuk dilaksanakan.

Page 30: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

30

Pada setiap pasien yang terkonfirmasi sebagai pasien TB-RO perlu

pemeriksaan:

1) Second Line–LPA (SL-LPA) untuk mendeteksi resistansi terhadap

fluorokinolon dan obat injeksi lini kedua sebagai dasar menentukan

pengobatan TB-RO dengan paduan standar jangka pendek.

Biakan dan uji kepekaan menggunakan paket pemeriksaan uji

kepekaan (Standardized DST Package/SDP) yang mendeteksi

kepekaan terhadap OAT lini pertama dan kedua, yaitu: Isoniazid,

Kanamisin, Kapreomisin, Ofloksasin dan Moksifloksasin.

Catatan:

Petugas laboratorium FKTP yang memiliki alat TCM harus menyimpan salah satu

dari 2 contoh uji, sehingga apabila hasil pemeriksaan resistan rifampisin maka

contoh uji dapat dikirim ke fasyankes yang mampu melakukan pemeriksaan SL-

LPA tanpa harus mengumpulkan contoh uji baru.

7. Diagnosis pada pasien dengan Ko-Morbid

Penegakan diagnosis TB pada ODHA maupun DM sama dengan

diagnosis TB tanpa ko-morbid, mengikuti Alur Diagnosis TB dan TB RO di

Indonesia. Untuk mengetahui komorbiditas dan memberikan tatalaksana

yang sesuai, maka penapisan TB dan HIV juga harus dilakukan pada

setiap pasien yang terdiagnosis TB.

D. Pengelolaan Contoh Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium

1. Contoh uji Dahak

2) Cara Pengumpulan Dahak.

Untuk menghindari risiko penularan, pengambilan dahak harus

dilakukan di tempat terbuka, terkena sinar matahari langsung dan jauh

dari risiko menulari pihak lain. Jika keadaan tidak memungkinkan,

gunakanlah ruang terpisah yang mempunyai ventilasi yang baik dan

sinar matahari langsung. Dianjurkan setelah pengumpulan/

pengambilan dahak, terduga dan petugas segera mencuci tangan

dengan sabun dan air.

Page 31: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

31

Pengumpulan dahak dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1) Beri label pada dinding pot yang memuat nomor identitas sediaan

dahak (sesuai TB.06);

2) Berikan pot dahak pada terduga;

3) Dampingi terduga/pasien sewaktu mengeluarkan dahak (dengan

memperhatikan arah angin);

4) Terduga membuka tutup pot dan mendekatkan pot ke bibirnya dan

membatukkan dahak kedalam pot, kemudian menutup pot dengan

erat;

5) Petugas menilai kualitas dan kuantitas dahak yang didapat;

6) Petugas dan terduga/pasien harus cuci tangan dengan sabun dan

air.

Dahak dikumpulkan/ditampung dalam pot dahak yang transparan,

bermulut lebar, berpenampang 5 - 6 cm, tutup berulir, tidak mudah

pecah dan bocor. Pot ini harus selalu tersedia di Fasilitas Kesehatan.

Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 2 spesimen dahak

Sewaktu Pagi (SP)/Sewaktu Sewaktu (SS). Idealnya spesimen dahak

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan, namun apabila

tidak memungkinkan maka dapat dikumpulkan 2 spesimen dahak pada

hari yang sama.

Catatan:

1) Faskes yang belum memiliki sarana pemeriksaan dahak SPS agar tidak

menunda penegakan diagnosis sesuai dengan ketentuan strategi DOTS.

Misalnya bagi terduga / pasien TB yang mendapatkan pelayanan di DPS /

RS / Klinik swasta.

2) Hasil pemeriksaan dahak sebaiknya sudah diperoleh dalam waktu kurang

dari 7 hari agar penegakan diagnosis TB tidak tertunda.

3) Kasus TB Ekstra paru atau seorang kontak erat pasien TB Paru BTA

positip yang mempunyai gejala batuk harus diperiksa dahaknya tanpa

menghiraukan lamanya waktu mempunyai gejala batuk tersebut.

Pelaksanaan Pengumpulan Contoh Uji Dahak SP:

– S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat terduga TB datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, terduga dibekali

sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak hari kedua.

Page 32: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

32

– P (Pagi): dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua,

setelah bangun tidur dan gosok gigi, Pot kemudian dibawa dan

diserahkan sendiri kepada petugas di Fasilitas Kesehatan.

Pelaksanaan Pengumpulan Contoh Uji Dahak SS:

• S (sewaktu) pertama: dahak dikumpulkan pada saat terduga TB

datang berkunjung pertama kali atau pada pagi hari.

• S (sewaktu) kedua: dahak dikumpulkan selang 1 (satu) jam

setelah pengumpulan dahak sewaktu pertama, lalu diserahkan

kepada petugas di Fasilitas Kesehatan

Menghindari risiko penularan, pengambilan dahak dilakukan di tempat

terbuka, terkena sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain.

Jika keadaan tidak memungkinkan, gunakanlah ruang terpisah yang

mempunyai ventilasi yang baik dan sinar matahari langsung.

Dianjurkan setelah pengumpulan/pengambilan dahak, terduga dan

petugas segera mencuci tangan dengan sabun dan air.

Untuk mendapatkan kulitas dahak yang baik maka perlu diperhatikan

hal-hal dibawah ini:

1) Petugas kesehatan harus memberi penjelasan mengenai

pentingnya pemeriksaan dahak, baik pemeriksaan dahak untuk

diagnosis maupun pemeriksaan dahak ulang;

2) Petugas kesehatan memberi penjelasan tentang cara batuk yang

benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan purulen;

3) Petugas memeriksa kualitas dan kuantitas dahak. Dahak yang

baik untuk pemeriksaan adalah kental berwarna kuning kehijau-

hijauan (mukopurulen) dengan volume 3-5 ml. Apabila mutu dahak

tidak memenuhi syarat (air liur), petugas harus meminta terduga

untuk mengulang mengeluarkan dahak;

4) Jika tidak ada dahak yang keluar, pot dahak dianggap sudah

terpakai dan harus dimusnahkan sesuai prosedur tetap keamanan

dan keselamatan kerja di laboratorium TB.

Page 33: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

33

Apabila terduga/pasien sulit mengeluarkan dahak, dapat dilakukan

hal-hal sebagai berikut:

i. Di rumah: malam hari sebelum tidur menelan tablet gliseril

guayakolat 200 mg;

ii. Di Fasilitas Kesehatan: minum satu gelas teh manis sebelum

melakukan olah raga ringan (lari-lari kecil), kemudian menarik

nafas yang dalam beberapa kali, kemudian menahan nafas

beberapa saat, lalu batukkan dengan kuat untuk

mengeluarkan riak/dahak. Waspada terhadap kemungkinan

terjadinya Pneumothoraks.

b. Pemberian Nomor Identitas Sediaan.

1) Kaca sediaan (end-frosted) dipegang pada kedua sisinya

untuk menghindari sidik jari pada badan kaca sediaan.

2) Setiap kaca sediaan diberi nomor identitas sediaan

sesuai dengan identitas pada pot dahak dengan

menggunakan pinsil 2B.

3) Pemberian nomor identitas sediaan bertujuan untuk

mencegah kemungkinan tertukarnya sediaan, baik yang

berasal dari Fasilitas Kesehatan itu sendiri maupun dari

Fasilitas Kesehatan lain

4) Nomor identitas sediaan terdiri dari 3 kelompok angka

dan 1 huruf, sebagai berikut:

(1) Kelompok angka pertama terdiri dari 2 angka, misalnya

02, yang merupakan nomor urut kabupaten/kota.

(2) Kelompok angka kedua juga terdiri dari 5 angka,

misalnya 015 00, yang merupakan nomor urut Fasilitas

Kesehatan dan nomor urut poli/klinik swasta/Dokter

Praktik Mandiri. Tiga angka pertama merupakan nomor

kode Fasilitas Kesehatan, dua angka berikutnya

merupakan nomor kode klinik atau Dokter Praktik Mandiri

(DPM) asal pasien TB. Bila sumber pasien TB hanya

satu maka ditulis 00.

(3) Kelompok angka ketiga terdiri dari 4 angka, misalnya

0117, yang merupakan nomor urut sediaan. Nomor urut

sediaan dimulai dengan nomor 001 setiap awal tahun.

(4) Huruf A dan B, A menunjukkan dahak sewaktu, B untuk

dahak pagi.

Page 34: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

34

Contoh nomor identitas sediaan dahak sewaktu:

02/01500/0117, 02/01500/0117A.

Kode huruf pada sediaan dahak adalah sebagai berikut:

a) Diagnosis : A, B

b) Follow up

c) Tahap awal : D, E

d) Bulan kelima: F, G

e) AP : H, I

f) Bulan ke 3 : J, K

2. Contoh uji non-dahak

Pemeriksaan bakteriologis TB dapat dilakukan dengan contoh uji non-

dahak, terutama untuk konfirmasi bakteriologis pada kasus TB ekstra

paru. Pemeriksaan bakteriologis TB yang direkomendasikan untuk kasus

TB ekstra paru adalah pemeriksaan TCM.

Contoh uji non-dahak yang dapat diperiksa dengan TCM terdiri atas

cairan serebrospinal, contoh uji dari kelenjar getah bening melalui

pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus/BAJAH (Fine Needle Aspiration

Biopsy/FNAB), atau jaringan lain.

Pemeriksaan laboratorium untuk TB ekstra paru dilakukan di FKRTL yang

memiliki kemampuan, namun demikian petugas kesehatan di FKTP tetap

berkewajiban untuk melaksanakan rujukan pemeriksaan pasien TB ekstra

paru sehingga tidak terjadi miss-opportunity bagi kasus TB ekstra paru di

FKTP. Petugas FKTP juga berkewajiban untuk melakukan komunikasi

motivasi kepada terduga TB yang memerlukan rujukan.

E. Klasifikasi pasien TB

Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi kasus TB tersebut di atas,

pasien TB juga diklasifikasikan menurut lokasi anatomis penyakit, riwayat

pengobatan sebelumnya, status resistensi OAT dan status HIV. Klasifikasi

pasien TB tersebut bertujuan untuk:

1. Pencatatan dan pelaporan pasien yang akurat

2. Penetapan paduan pengobatan yang tepat

3. Standarisasi proses pengumpulan data untuk program penanggulangan

TB

4. Analisis kohort hasil pengobatan

5. Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara tepat

baik dalam maupun antar kabupaten/kota, provinsi, nasional dan global.

Page 35: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

35

1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :

a. Tuberkulosis paru :

Adalah TB yang berlokasi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB

dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.

Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB

ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

b. Tuberkulosis Ekstra paru:

Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura,

kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak

dan tulang.

Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau

efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB

pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.

Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil

pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus

diupayakan secara bakteriologis dengan ditemukannya

Mycobacterium tuberculosis.

Bila proses TB terdapat dibeberapa organ, penyebutan disesuaikan

dengan organ yang terkena proses TB terberat.

2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

a. Pasien baru TB:

adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB

sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1

bulan (˂ dari 28 dosis).

b. Pasien yang pernah diobati TB:

adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1

bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya

diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:

1) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan

sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB

berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik

karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang

pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

Page 36: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

36

3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-

up): adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to

follow up. (Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan

pasien setelah putus berobat /default).

4) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir

pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui. adalah

pasien TB yang tidak masuk dalam kelompok a) atau b).

3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji

Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa:

a. Mono resistan (TB MR): Mycobacterium tuberculosis resistan

terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.

b. Poli resistan (TB PR): Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap

lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan

Rifampisin (R) secara bersamaan.

c. Multi drug resistan (TB MDR): Mycobacterium tuberculosis resistan

terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan, dengan

atau tanpa diikuti resitan OAT lini pertama lainnya.

d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus

juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan

minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,

Kapreomisin dan Amikasin) secara bersamaan. Apabila hanya

resistan terhadap OAT golongan fluorokuinolon atau OAT lini kedua

jenis suntikan secara tidak bersamaan dikenal sebagai kasus TB pre-

XDR.

e. Resistan Rifampisin (TB RR): Mycobacterium tuberculosis resistan

terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain

yang terdeteksi menggunakan metode genotip (Tes Cepat Molekuler)

atau metode fenotip (konvensional).

Page 37: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

37

4. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV

a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah

pasien TB dengan:

• Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART,

atau

• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.

b. Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TB dengan:

• Hasil tes HIV negatif sebelumnya, atau

• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.

Catatan: Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV

menjadi positif, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya

sebagai pasien TB dengan HIV positif.

c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasien TB tanpa

ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.

Catatan: Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil

tes HIV pasien, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya

berdasarkan hasil tes HIV terakhir.

F. Komunikasi Motivasi

Pengobatan pasien TB memakan waktu yang lama, oleh sebab itu

diperlukan suatu upaya serta tekad yang kuat dari pasien dengan dukungan

lingkungan sekitarnya agar dapat menjalani pengobatan sampai sembuh.

Oleh sebab itu diperlukan dorongan bagi pasien agar dapat memotivasi

dirinya untuk membuat keputusan terkait tata laksana pengobatan yang

dijalaninya.

1. Definisi Komunikasi Motivasi (KM)

Metode komunikasi untuk motivasi (KM) adalah salah satu pendekatan

komunikasi untuk perubahan perilaku. Meskipun tidak semua perubahan

perilaku dalam masalah kesehatan dapat diselesaikan dengan

pendekatan KM.

Sebagai model komunikasi, KM bersifat membimbing dan berpusat pada

pasien untuk perubahan perilaku dengan cara membantu pasien

mengatasi sikap mendua dalam membuat keputusan. Perilaku pasien

cenderung berubah apabila memiliki motivasi kuat untuk berubah yang

berasal dari pemikiran mereka sendiri.

KM memuat 4 ketrampilan dasar yaitu (Refleksi, Afirmasi, Pertanyaan

Terbuka – Tertutup – Mengarahkan, dan Bertanya – Cerita – Bertanya).

Page 38: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

38

Konsep dasar KM terdiri dari kolaborasi antara petugas kesehatan dan

pasien dalam upaya untuk memunculkan motivasi dalam diri pasien dan

menghargai otonomi pasien.

2. Prinsip umum KM :

a. Menunjukkan empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengenali,

mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Didalam

menerapkan KM petugas kesehatan menaruh perhatian penuh untuk

memahami pasien dan melihat masalah dari sudut pandang pasien.

Contoh :

Pasien mengatakan : “Saya tidak tahu berbuat apa untuk pengobatan

TB karena saya harus minum obat banyak sekali”.

Empati petugas ditunjukkan dengan mengucapkan: “Kedengarannya

anda kuatir tentang pengobatan anda”

b. Hindari perdebatan

Di dalam praktik sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan,

pasien seringkali membuat keputusan yang menurut petugas kurang

tepat sehingga petugas cenderung mengarahkan ke arah yang

benar.

Dalam penerapan KM sebaiknya petugas menghindari perdebatan

untuk mengubah keputusan pasien karena membuat pasien tidak

nyaman. Petugas sebaiknya memahami dan mengetahui alasan

mengapa pasien mengambil keputusan tersebut, serta bekerja sama

untuk menggali pilihan-pilihan lain yang lebih baik bagi pasien.

Contoh :

Pasien memutuskan untuk berhenti minum obat karena efek samping

obat berupa mual dan pusing. Petugas menjelaskan bahwa efek

samping ini dapat diatasi dengan cara berkonsultasi ke puskesmas

dan mendapatkan obat untuk menanggulangi efek samping tersebut

tanpa harus berhenti meminum obat demi kesembuhan pasien.

c. Memberikan gambaran dua situasi berbeda

Dalam situasi tertentu terkadang pasien tidak dapat mengambil

keputusan terkait dengan masalah kesehatannya. Petugas

membimbing pasien untuk memberikan gambaran tentang kondisi

berbeda yang akan terjadi bila pasien mengambil keputusan untuk

Page 39: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

39

berobat atau tidak. Hal ini akan membantu pasien melihat dampak

negatif dan positif dari masalah kesehatannya dan termotivasi untuk

membuat suatu keputusan yang tepat.

Contoh :

Bila pasien menolak memulai pengobatan TB, Petugas dapat

membimbing pasien untuk membayangkan dalam 6 bulan ke depan

apabila pasien meminum obat dan tidak menjalankan pengobatan TB.

Pasien diminta untuk membandingkan kedua hal tersebut.

d. Memampukan pasien dalam membuat keputusan

Melalui tahapan ini petugas kesehatan bukan hanya membantu

pasien dalam meneguhkan motivasi tetapi juga meningkatkan rasa

percaya diri dan kemampuan pasien untuk berubah menjadi lebih

baik.

Contoh :

Pasien memutuskan untuk memulai pengobatan penyakitnya.

Petugas kesehatan mendukung keputusan pasien dan

menyampaikan kepada pasien apa yang bisa dibantu untuk

memudahkan pasien menjalani pengobatan

3. Keterampilan dasar Komunikasi Motivasi

Terdapat 4 ketrampilan kunci komunikasi untuk Motivasi (KM), antara lain:

a. Refleksi – Mengulang pernyataan pasien

Refleksi adalah pernyataan (bukan pertanyaan) yang mengharuskan

petugas kesehatan mendengarkan, mengamati dan menginterpretasi

isyarat verbal dan visual pasien agar sesuai dengan yang dimaksud.

Untuk dapat mengulang pernyataan pasien, petugas harus

mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan pasien.

Keterampilan ini membutuhkan banyak praktik.

Mendengarkan yang baik bukan berarti diam dan hanya

mendengarkan apa yang pasien katakan. Kunci dari mendengarkan

secara aktif adalah bagaimana petugas menanggapi kata-kata pasien.

Oleh karena itu teknik ini kadang disebut juga “empati” atau

“mendengarkan secara aktif”.

Berikut ini hal-hal yang tidak disarankan dan harus dihindari:

− Memberi advis, saran atau solusi.

− Persuasi atau mengkuliahi.

− Menceramahi.

Page 40: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

40

− Tidak menyetujui, menghakimi atau mempersalahkan.

− Menyepakati, menyetujui, ataumemberi ungkapan.

− Mempermalukan, mengolok-olok atau memberi julukan.

− Menganalisa.

− Meyakinkan atau memberi simpati.

− Mempertanyakan atau menggali informasi (probing).

Perilaku-perilaku di atas tidak disarankan karena bukan termasuk

cara mendengarkan yang aktif, namun mengalihkan perhatian

petugas dari mendengarkan pasien dan menghambat penggalian diri

pasien. Petugas mengarahkan pasien untuk mendengarkan petugas,

seolah-olah petugas mengerti yang terbaik bagi pasien.

Perilaku-perilaku di atas tidak membantu dalam menggali sikap

ambivalensi (mendua) pasien, namun hanya mencoba memaksa

pasien untuk menyetujui sebuah solusi secara dini. Petugas

kesehatan tidak sungguh-sungguh mendengarkan, dan tidak memberi

kesempatan kepada pasien untuk berbicara.

Inti refleksi adalah menduga maksud perkataan pasien. Petugas harus

mendengarkan kata-kata pasien, dan memahaminya karena bisa

terjadi salah pengertian. Refleksi memungkinkan petugas menduga

maksud perkataan pasien dan menyuarakan dugaan tersebut dalam

bentuk pernyataan.

Dalam refleksi digunakan pernyataan, dan bukan pertanyaan karena

pertanyaan menuntut jawaban dari pasien, yang dapat menimbulkan

sikap membela diri dari sisi pasien. Sedangkan pernyataan tetap

berfokus pada pasien sehingga pasien dapat memberi/tidak memberi

reaksi terhadap refleksi petugas, sesuai keinginan pasien.

Tingkat refleksi berbeda-beda, beberapa diantaranya cukup

sederhana. Terkadang hanya mengulangi satu atau dua kata dari

pernyataan pasien sudah cukup, dengan hanya mengulangi atau

mengulangi pernyataan awal pasien dengan kata-kata yang sedikit

berbeda.

Contoh:

Pasien: “Saya tidak merasa baik hari ini.”

Petugas Kesehatan: “Bapak kurang sehat hari ini”

Refleksi sederhana berguna untuk menggerakkan pembicaraan, tapi

cenderung lebih lambat. Anda juga bisa merasa seperti burung beo,

Page 41: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

41

hanya mengulangi segala yang pasien katakan – ini melelahkan

petugas, dan menjengkelkan bagi pasien.

Refleksi kompleks sebaliknya menambah arti atau penekanan

terhadap apa yang dikatakan pasien, dengan membuat dugaan

tentang makna lebih dalam dari pernyataan pasien, atau menduga

apa yang akan mereka katakan selanjutnya.

Contoh:

Pasien : “Saya tahu perlu diperiksa dahak untuk mengetahui saya

sakit TB-RO, tapi saya takut.”

Petugas Kesehatan : “(menduga) Kalau Bapak ternyata hasilnya TB-

RO, Bapak tidak tahu harus berbuat apa.”

Pada percakapan di atas, pasien tidak mengatakan kuatir bila hasil

pemeriksaan dahak positif TB-RO, namun petugas mempunyai cukup

alasan untuk menduga kekuatiran pasien.

Percakapan juga dapat mengarah ke pembicaraan tentang apa yang

menjadi hambatan untuk tes laboratorium. Refleksi ini walaupun

awalnya terasa canggung, namun mempermudah proses komunikasi

dan kesamaan persepsi antara petugas dan pasien. Prinsipnya

adalah untuk tidak menduga yang berlebiihan.

Ada beberapa jenis refleksi kompleks yang dapat digunakan agar

percakapan dengan pasien terus mengalir.

• Parafrase: menyatakan ulang dan menyimpulkan arti dari

pernyataan pasien

• Refleksi perasaan: menekankan aspek emosi dari komunikasi

• Refleksi dua arah: menyampaikan dua sisi dari suatu isu: “Di satu

pihak …, di lain pihak …”

• Merangkum: merefleksikan berbagai pesan yang dibuat

pembicara, merangkumnya menjadi satu

Refleksi tidak lebih panjang dari pernyataan yang direfleksikan –

semakin ringkas semakin baik. Buat satu dugaan apa yang dimaksud

dalam pernyataan pasien, dan tidak berbelit-belit.

b. Peneguhan (afirmasi) – Melihat sisi positif

Page 42: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

42

Afirmasi adalah menekankan hal yang positif. Seringkali petugas lebih

fokus mengkoreksi kesalahan pasien sehingga lupa perilaku positif

pasien.

Melakukan afirmasi berarti memberikan dukungan dan semangat

yang berguna sehingga pasien merasa dihargai dan dipercayai oleh

petugas.

Contoh afirmasi sederhana:

“Anda berusaha cukup keras minggu ini!”

“Meskipun anda tidak terlalu berhasil, anda menunjukkan niat untuk

sembuh”

“Terima kasih karena telah kembali sesuai janji – ini menunjukkan

anda memperhatikan kesehatan anda dengan serius!”

Afirmasi sebaiknya tidak dibuat-buat, tulus dan apa adanya.

Afirmasi juga bisa digunakan untuk “mengemas” sikap atau situasi

pasien dengan positif.

Contoh:

“Anda kesal dengan diri anda sendiri karena telah berjanji untuk

minum obat TB/ARV setiap hari. Anda terganggu dengan efek

samping obat yang menyebabkan mual dan muntah-muntah. Anda

tetap berusaha untuk datang minum obat setiap hari ke Puskesmas.

Anda mempunyai kemauan kuat untuk sehat.”

Penting untuk diingat bahwa afirmasi bukan memuji. Memuji bisa

menjadi hambatan berkomunikasi dengan pasien karena

menempatkan petugas dalam posisi menilai pasien dimana petugas

memutuskan perilaku mana yang dipuji dan mana yang dikritisi. Ada

beberapa cara untuk menghindari masalah ini:

• Hindari penggunaan kata “Saya”

• Fokus pada perilaku yang spesifik

• Fokus pada deskripsi, bukan evaluasi

Sebagai catatan, afirmasi biasanya diletakkan di akhir kalimat.

c. Pertanyaan – Terbuka, Tertutup dan Mengarahkan

Pertanyaan diajukan untuk membantu petugas memahami pasien

dengan lebih baik, termasuk pengetahuan, kebutuhan dan kekuatiran

mereka. Namun, petugas terkadang tidak melakukannya dengan baik.

Sering terjadi petugas langsung mengajukan banyak pertanyaan:

“Apakah anda selalu memakai masker??”

“Apakah anda teratur minum obat?”

Page 43: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

43

“Apakah anda masih merokok?”

“Apakah anda sudah dites HIV?”

“Apakah keluarga mengetahui anda sakit TB-RO?

Apabila pasien tiba-tiba dihadapkan pada banyak pertanyaan, maka

pasien akan merasa diinterogasi. Pertanyaan yang diajukan dapat

memberikan informasi spesifik, namun menunjukkan posisi petugas

yang lebih superior dan dapat merusak hubungan yang dibangun.

Pertanyaan yang lebih baik: “Efek samping apa yang anda rasakan

setelah minum obat TB?”.

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan

pasien untuk menjawab.

Contoh:

“Apa yang membuat anda sulit memakai masker setiap hari?”

“Apa yang membuat anda sulit datang ke Puskesmas setiap hari?”

“Bagaimana supaya keluarga anda tidak tertular?”

Pertanyaan terbuka merupakan keterampilan penting yang

memungkinkan menggali banyak informasi dari pasien. Pertanyaan

terbuka memungkinkan pasien untuk berbagi informasi atau

pengalaman sesuai keinginan mereka. Hal ini menegaskan kembali

hubungan antara petugas dan pasien. Pasien bisa juga berbagi

informasi atau pengalaman yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Pertanyaan terbuka bukan satu-satunya pertanyaan yang tepat.

Kebalikan dari pertanyaan terbuka ialah pertanyaan tertutup – yang

membatasi pilihan pasien dalam merespon, dan/atau menggali

informasi spesifik.

Contoh:

“Apakah anda merokok?”

“Berapa usia anda?”

“Dimana alamat anda?”

Pertanyaan tertutup bisa digunakan untuk melakukan cek kesimpulan

(Contoh: “Apakah saya melupakan sesuatu?”) atau untuk mengajukan

permohonan ijin (Contoh: “Apakah anda ingin tahu lebih jauh tentang

ini?”) atau untuk meminta klarifikasi tentang poin spesifik dimana

pertanyaan terbuka telah gagal memberikan jawaban.

Pesan yang ingin disampaikan disini ialah bahwa pertanyaan tertutup

bukan berarti tidak boleh digunakan sama sekali, namun digunakan

sesuai dengan keperluannya.

Page 44: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

44

Tipe pertanyaan yang sebaiknya dihindari ialah “pertanyaan yang

mengarahkan” atau pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban

(retorika):

“Anda menggunakan masker, bukan?”

“Anda tahu bahwa tuberkolosis itu menular, kan?

“Bukankan istri anda berarti bagi anda?”

Pertanyaan-pertanyaan ini selain membatasi kemungkinan jawaban,

namun juga mengarahkan pada jawaban tertentu. Hal ini bukan hanya

menempatkan petugas dalam posisi yang lebih tinggi (menilai hal

yang baik dan hal yang jelek), namun jawaban juga tidak bisa

dipercaya sepenuhnya. Apakah pasien benar mengunakan masker

atau ia menjawab karena petugas menginginkan jawaban demikian?

d. Bertanya-Beritahu-Bertanya (Ask-Tell-Ask) – Memberi Informasi

dan Saran

Ada dua hal penting dalam KM yang perlu diingat:

1) Petugas memberi informasi dan/atau saran berdasarkan ijin

2) Petugas tidak perlu memberikan semua informasi namun sesuai

dengan kebutuhan dan perspektif pasien sehingga pasien dapat

mengambil kesimpulan sendiri.

4. Bertanya (Ask)

Bertanya – Beritahu – Bertanya atau B3 merupakan strategi sederhana

untuk mengukur sejauh mana pemahaman pasien dan memberikan

informasi sesuai kebutuhan. Strategi ini dimulai dengan sebuah

pertanyaan untuk menelusuri pengetahuan dan pengalaman pasien,

minat pasien, dll. Beberapa contoh pertanyaan:

“Ceritakan pada saya apa yang Anda ketahui tentang efek samping dari

pengobatan TB.”

“Menurut Anda apa manfaat terbesar dari memakai masker?”

“Apa yang Anda pikirkan tentang HIV?”

Di sini tujuannya adalah untuk mendapat informasi tentang pengalaman

dan/atau pengetahuan pasien sebelumnya. Hal ini untuk menghindari

petugas memberikan informasi yang sudah diketahui pasien. Selain itu

juga bisa mengetahui sejauh mana pemahaman pasien, dan dengan

demikian petugas bisa memberi informasi relevan untuk pasien.

Page 45: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

45

Strategi ini ditujukan untuk membantu petugas agar waktu yang terbatas

dapat difokuskan pada pemberian informasi yang bermanfaat bagi

pasien.

Mendapat persetujuan

Petugas menindaklanjuti pertanyaan di atas dengan pertanyaan berikut,

untuk mendapat persetujuan pasien atas informasi atau saran tambahan

yang akan diberikan, misalnya:

“Apakah Anda berminat untuk mendengar lebih lanjut mengenai TB

Resistan Obat”

“Apakah Anda keberatan kalau saya ceritakan bagaimana orang lain

berhasil melakukannya?”

Langkah ini penting untuk menunjukkan bahwa kita menghormati pasien

dan dapat membuat pasien lebih mendengarkan apa yang petugas

katakan. Apabila hubungan antara petugas dan pasien baik, maka

pasien hampir selalu menyetujui permintaan petugas.

Kadang-kadang pasien memiliki pemahaman yang salah dan petugas

perlu mengkoreksi pemahaman tersebut. Teknik yang dapat digunakan

tanpa menggurui dan tidak mengurangi rasa hormat ialah:

• Pertama, tunjukkan empati kepada pasien bahwa petugas memahami

perasaan mereka.

• Kedua, ceritakan tentang orang lain mengalami hal yang sama.

• Ketiga, ceritakan bahwa orang lain tersebut akhirnya menyadari

bahwa pemikiran tersebut tidak benar.

Contoh :

Petugas: “Ceritakan kepada saya apa yang Ibu tahu tentang melindungi

diri Ibu dari penularan TB ?.”

Pasien: “Saya tahu saya harus menggunakan masker. Tapi mustahil

bagi saya untuk menggunakan masker terus menerus. Mereka merasa

saya sebagai orang aneh dengan memakai masker terus!”

Petugas : “Jadi walaupun Ibu tahu cara untuk tetap aman, Ibu merasa

tidak berdaya untuk melakukan apa-apa. Saya kenal banyak wanita

yang merasakan hal yang sama waktu mereka pertama memakai

masker. Tetapi mereka berusaha dan mereka menemukan cara

meyakinkan bahwa masker akan mencegah penularan TB. Apa Ibu mau

mendengar beberapa cara yang sudah berhasil bagi wanita-wanita

lain?”

Page 46: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

46

Pasien: “Boleh, Dok!”

5. Memberi tahu (Tell)

Bila pasien anda setuju untuk melanjutkan pembicaraan, langkah

selanjutnya adalah memberi informasi dan/atau saran. Kuncinya adalah

fokus pada apa yang pasien butuhkan atau ingin ia ketahui. Itulah

sebabnya bertanya ialah hal pertama yang sangat penting bagi petugas

untuk dapat memberi informasi dengan jelas. Berikan sedikit informasi,

lalu konfirmasi apakah pasien mengerti atau memiliki pertanyaan.

Perlu diperhatikan bahwa memberi saran dengan 3B (Bertanya -

Beritahu – Bertanya) berfokus pada perubahan dimana ada potensi

pasien akan melawan. Oleh karena itu, memberi saran bukan hal utama

dari strategi KM. KM berfokus menumbuhkan solusi yang datang dari

pasien dan bukan dari petugas. Pada saat petugas perlu memberi

saran, ingatlah beberapa hal ini:

a. Minta persetujuan (seperti bila anda akan memberi informasi)

b. Tekankan pilihan pribadi. Contoh: “Pada akhirnya keputusan ada di

tangan anda. Namun demikian saya bisa menjelaskan beberapa

pilihan …”

c. Tawarkan beragam pilihan sekaligus, jangan satu persatu.

Ingat, petugas dapat memberi informasi (atau saran) tapi petugas

tidak dapat mengharapkan reaksi pasien sesuai keinginan petugas.

Lebih baik bila petugas bertanya untuk mendapatkan persetujuan.

6. Bertanya (Ask)

Langkah ketiga dalam 3B adalah menanyakan lagi kepada pasien untuk

menilai pengertian, interpretasi atau tanggapan mereka terhadap

informasi dan/atau saran yang baru disampaikan. Ini harus dilakukan

secara teratur, tiap kali setelah memberi informasi.

Caranya beragam:

“Jadi, apa artinya ini bagi Anda?”

“Bagaimana perasaan Anda mengenai hal itu?”

“Apa yang ingin anda tanyakan?”

“Ceritakan yang saya baru sampaikan dengan kata-kata Anda sendiri.”

Proses ini dapat berupa mendengarkan secara reflektif di mana anda

merefleksikan kembali reaksi pasien yang anda lihat dan dengar.

Page 47: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

47

Tujuannya adalah memberi ruang pada pasien untuk memproses dan

menanggapi informasi yang baru anda sampaikan.

7. Menggabungkan semuanya

Masing-masing keterampilan tidak berfungsi secara terpisah, namun

merupakan bagian perangkat bagi petugas, untuk menggerakkan pasien

ke arah perubahan. Seperti dalam contoh di atas, anda dapat memulai

sebuah sesi dengan peneguhan (“Senang bertemu Anda kembali!”), lalu

bergerak ke pertanyaan terbuka (“Bagaimana dengan perubahan-

perubahan yang kita diskusikan waktu itu?”) setelah itu anda bisa

mendengarkan secara reflektif untuk memandu percakapan dengan

pasien (“Kedengarannya Anda sedikit kewalahan …”) dan 3B untuk

memberi informasi baru (“Maukah Anda mendengar pengalaman orang

lain yang berhasil mengatasi situasi seperti anda?”) lalu merefleksikan

dan merangkum perasaan, ide dan pengalaman pasien sementara terus

meneguhkan contoh-contoh perubahan yang positif. Keterampilan KM

bisa diulangi terus-menerus dalam berbagai kombinasi.

Tabel 2. Keterampilan berkomunikasi dalam KM

Keterampilan Tujuan yang ingin dicapai

1. Merefleksikan apa

yang dikatakan

pasien (reflection)

• Pasien merasa lebih dihormati dan

diterima serta lebih dimengerti.

• Pasien didorong untuk memberikan

informasi tambahan

• Pasien lebih bisa mengutarakan pikiran

dan perasaannya.

• Pasien menjadi lebih sadar akan pikiran

dan perasaannya.

• Petugas bisa meluruskan apabila terjadi

kesalahpahaman pasien tentang perihal

medis.

• Petugas bersikap tidak menghakimi

kepada pasien.

2. Peneguhan

(affirmation)

• Membantu petugas melibatkan pasien.

• Mengurangi sikap pembelaan diri dari

pasien.

Page 48: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

48

• Mendorong keterbukaan pasien

3. Pertanyaan terbuka

(open question)

• Memberikan kesempatan yang lebih

kepada pasien untuk bercerita tentang

dirinya.

4. Bertanya – Beritahu

– Bertanya (Ask – tell

– ask)

• Mendapatkan informasi dari pasien

mengenai sejauh mana pasien

memahami tentang penyakitnya.

• Petugas dapat memberikan informasi

tambahan kepada pasien tanpa memiliki

kesan untuk “menggurui” pasien.

Page 49: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

49

G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko

Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis (M.tb). Seorang

pasien TB, khususnya TB paru pada saat dia bicara, batuk dan bersin dapat

mengeluarkan percikan dahak yang mengandung M.tb. Orang-orang di

sekeliling pasien TB tsb dapat terpapar dengan cara menghirup percikan

dahak. Infeksi terjadi apabila seseorang yang rentan menghirup percik renik

yang mengandung kuman TB melalui mulut atau hidung, saluran pernafasan

atas, bronkhus hingga mencapai alveoli.

1. Faktor risiko terjadinya TB

a. Faktor kuman TB.

Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko menimbulkan

penularan dibandingkan dengan BTA negatif.

Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin besar risiko

terjadi penularan.

Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin besar

risiko terjadi penularan.

b. Faktor individu.

Beberapa faktor individu yang dapat meningkatkan risiko menjadi

sakit TB adalah:

• Faktor usia dan jenis kelamin:

Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa

muda yang juga merupakan kelompok usia produktif.

Menurut hasil survei prevalensi TB, laki-laki lebih banyak terkena

TB dari pada wanita.

• Daya tahan tubuh:

Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab

apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, ko-infeksi dengan HIV,

penyandang diabetes mellitus, gizi buruk, keadaan

immunosupresif, bilamana terinfeksi dengan M.tb, lebih mudah

jatuh sakit.

• Perilaku:

– Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai

etika akan meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.

– Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2

kali.

Page 50: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

50

– Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan

cara pengobatan.

• Status sosial ekonomi:

TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.

c. Faktor lingkungan:

Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan

penularan TB.

Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa cahaya

matahari akan meningkatkan risiko penularan.

2. Upaya Pengendalian Faktor Risiko TB

Pencegahan dan pengendalian risiko bertujuan mengurangi sampai

dengan mengeliminasi penularan dan kejadian sakit TB di masyarakat.

Upaya yang dilakukan adalah:

a. Pengendalian Kuman Penyebab TB

• Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan

pengobatan tetap tinggi

• Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid TB)

yang mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes,

dll.

b. Pengendalian Faktor Risiko Individu

• Membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,

makan makanan bergizi, dan tidak merokok.

• Membudayakan perilaku etika berbatuk dan cara membuang

dahak bagi pasien TB.

• Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas

nutrisi bagi populasi terdampak TB.

• Pencegahan bagi populasi rentan melalui vaksinasi dan

pengobatan pencegahan (Materi pencegahan bagi populasi

rentan dibahas lebih lanjut pada modul pengobatan).

c. Pengendalian Faktor Lingkungan

• Mengupayakan lingkungan sehat.

• Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan

dan lingkungannya sesuai persyaratan baku rumah sehat.

d. Pengendalian Intervensi daerah berisiko penularan

• Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang berisiko

Page 51: PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS - ljj · PDF filetuberkulosis, terdapat juga ... BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat BKPM ... PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana

51

tinggi penularan TB (lapas/rutan, masyarakat pelabuhan, tempat

kerja, institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain yang

teridentifikasi berisiko.

• Penemuan aktif dan masif di masyarakat (daerah terpencil,

belum ada program, padat penduduk).

e. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat dalam

pemberian pelayanan pada pasien TB harus menjadi perhatian

utama. Semua fasyankes yang memberi layanan TB harus

menerapkan PPI TB untuk memastikan berlangsungnya deteksi

segera, tindakan pencegahan dan pengobatan seseorang yang

dicurigai atau dipastikan menderita TB. Materi PPI TB akan dibahas

lebih lanjut pada modul Manajemen.

H. Pencatatan dan Pelaporan Penemuan Pasien TB

Pencatatan dan pelaporan yang terkait dengan penemuan pasien TB adalah:

1. Daftar Terduga TB (TB.06)

2. Formulir Permohonan Pemeriksaan Bakteriologis TB (TB.05)

3. Register Laboratorium TB untuk Laboratorium Faskes Mikroskopis dan

Tes Cepat Molekuler (TB.04)

4. Register Kontak TB (TB.16)

5. Pelacakan Kontak Anak (TB.15)

Contoh dan cara pengisian formulir dibahas dalam lembar kerja tersendiri.

VIII. REFERENSI

Permenkes TB No.67, tahun 2016 tentang Penanggulangan TB

Strategi Nasional Pengendalian TB, 2015-2019

RAN 2015-2019