Penelitian S1 keperawatan
-
Upload
candra-p-detu-suid -
Category
Documents
-
view
19 -
download
1
description
Transcript of Penelitian S1 keperawatan
29
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
pembangunannya dilakukan pada tahun 1920 dimasa pemerintahan
Controleur Boslaar dan Raja Datu Cornelis Manoppo. Seiring dengan
perkembangan kemajuan dan dinamika masyarakat dari generasi ke generasi
maka rumah sakit yang pada mulanya bertaraf Balai Pengobatan meningkat
menjadi Rumah Sakit Kelas D dan sesuai Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 233/Menkes/SK/VI/83 tanggal 11 Juni 1983 RSUD Datoe
Binangkang Kotamobagu ditingkatkan lagi menjadi Kelas C dan merupakan
rumah sakit rujukan dari 31 Puskesmas dan 127 Puskesmas Pembantu.
RSUD Datoe Binangkang terletak di kelurahan Kotamobagu Utara jalan
ade irma suryani nasution dengan luas bangunan RSU Datoe Binangkang :
6.033 M2, luas tanah : 13.545 M2, jumlah TT : 204 TT. Memiliki 11
ruangan rawat inap dan 7 ruangan poliklinik.
2. Data Demografi Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang
Kabupaten Bolaang Mongondow sejak bulan Februari sampai bulan Maret
29
30
2012. Penarikan sampel dengan accidental sampling dan selama penelitian
didapat 32 orang. Data primer diambil melalui observasi yang langsung
dilakukan pada responden.
a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Diagram 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan Laki-Laki0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
14
18
Sumber: Data Primer, 2012
Data pada diagram 1 di atas menunjukkan dari 32 responden bahwa
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terdapat
pada jenis kelamin laki-laki yaitu 18 0rang
31
b. Distribusi berdasarkan umur
Diagram 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
15 - 24 Tahun 25 -34 Tahun 35 - 44 tahun 45 - 54 Tahun0
2
4
6
8
10
12
3
7
10
12
Sumber : Data Primer, 2012.
Data pada diagram 2 di atas dari 32 responden menunjukkan
distribusi responden berdasarkan umur paling banyak terdapat
kelompok umur 45-54 Tahun tahun yaitu 12 orang dan yang paling
sedikit kelompuk umur 15-24 tahun yaitu 12 orang.
c. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
32
Diagram 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
SD SMP SMA D3 S10
2
4
6
8
10
12
12
9 9
1 1
Sumber:Data Primer, 2012
Data diagram 3 di atas menunjukkan dari 32 responden, distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak berada pada
tingkat pendidikan SD yaitu 12 orang dan yang paling sedikit pada
tingkat pendidikan S1 yaitu 1 orang.
d. Distribusi responden berdasarkan tingkat pekerjaan
33
Diagram 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
tani IRT swasta tukang karyawan PNS Sopir0
2
4
6
8
10
12
14
13
64
24
21
Sumber: Data Primer, 2012
Data diagram 4 di atas menunjukkan dari 32 responden,
distribusi responden berdasarkan pekerjaan paling banyak tani dengan
jumlah responden 13 orang dan yang paling sedikit pekerjaan sopir
yaitu 1 orang.
3. Analisa Univariat
34
a. Distribusi Responden Berdasarkan Ekskresi Sputum Sebelum Pemberian
Hidrasi.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Ekskresi Sputum Sebelum Pemberian Hidrasi di RSUD Datoe Binangkang Kab.
Bolaang Mongondow Bulan Februari-Maret 2012
No Pengeluaran Sputum Frekuensi Prosentase1 Efektif 4 87,5%
2 Tidak Efektif 28 12,5%Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer, 2012
Tabel 4 menunjukkan distribusi responden sebelum pemberian
hidrasi terhadap ekskresi sputum lebih banyak terdapat Tidak efektif
mengeluarkan sputum yaitu 28 orang (87,5%), sedangkan yang efektif
mengeluarkan sputum yaitu 4 0rang (12,5%).
2). Distribusi Responden Berdasarkan Ekskresi Sputum Sesudah Pemberian
Hidrasi
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Ekskresi Sputum sesudah Pemberian Hidrasi di RSUD Datoe Binangkang Kab.
Bolaang Mongondow bulan Februari-Maret 2012.
No Pengeluaran Sputum Frekuensi Prosentase1 Efektif 32 100%
2 Tidak Efektif 0 0%Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer, 2012
35
Tabel 5 di atas menunjukkan distribusi responden sesudah
pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum lebih banyak terdapat pada
yang dapat mengeluarkan sputum dengan baik yaitu 32 orang (100%)
sedangkan yang sukar mengeluarkan sputum yaitu 0 orang (0%). Dengan
rata-rata kenaikan skor 6,4 % (Pre test 2,9, Pos test 9,3)
4. Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mencari tahu
hubungan dari variabel yang diteliti dengan menggunkan uji statistik, yang
dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon Sign Rang Test, yaitu merupakan
uji komparasi pada satu sampel berpasangan (dua pengamatan), yakni ingin
membandingkan dua pengamatan yang berasal dari satu sampel.
Tabel 6. Distribusi Responden menurut Efektivitas Pemberian Hidrasi Terhadap Ekskresi Sputum di RSUD Datoe Binangkang Kab.
Bolaang Mongondow bulan Februari-Maret 2012
Hasil Tanda Jenjang Frekuensi Z Nilai p
Postest-Pretest Ranking Negatif 0efektivitas pemberi Ranking Positif 28 -5.292 0,000an hidrasi terhadap Tetap 4
ekskresi sputum total 32 Sumber :Data Primer, 2012
Pada tabel 6 terlihat bahwa responden dengan jumlah 32 orang
menunjukan nilai postest lebih kecil dari pretest (ranking negatif) yaitu 0,
36
sedangkan nilai postes lebih besar dari pretest (ranking positif) berjumlah 28
orang dan nilai posttest sama dengan pretest berjumlah 4 orang.
Dari hasil uji ranking bertanda Wilcoxon dengan menggunakan statistic Z
didapatkan nilai Z adalah -5.292 dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat
kepercayaan 95%, maka Nilai p = 0,000 < 0,05. Dari analisa tersebut dapat
diartikan bahwa Ha diterima atau ada pengaruh yang signifikan terhadap
pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada pasien tuberculosis paru.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang interna RSUD Datoe Binangkang
Kab. Bolaang Mongondow tentang Efektivitas pemberian hidrasi terhadap
ekskresi sputum pada pasien tuberculosi paru
Dalam penelitian ini diberikan perlakuan berupa pemberian hidrasi baik
secara oral maupun parenteral. Hidrasi yang adekuat diberikan pada masing-
masing responden berdasarkan pada keseimbangan cairan tubuh. Rata-rata
hidrasi cairan yang diberikan secara oral maupun parenteral yaitu ± 2400 ml –
3200 ml. hidrasi yang diberikan selama 1 hari (24 jam), setelah itu peneliti
melakukan observasi untuk melihat keefektifan pemberian hidrasi (post test).
Sebelum adanya pemberian hidrasi yang adekuat, lebih tinggi pasien
berada pada kemampuan tidak efektif mengeluarkan sputum dibandingkan
dengan sesudah pemberian hidrasi yang adekuat.. Teori bahwa
mempertahankan pemasukan cairan secara adekuat kecuali kontra indikasi
37
dapat membantu mengencerkan sputum sehingga membuatnya mudah
dikeluarkan (Doengoes, 1999).
Sekresi yang sangat banyak dapat menyumbat jalan nafas dan banyak
klien dengan tuberculosis paru dapat mengganggu pertukaran gas yang adekuat
(Asih, 2003). Kekentalan sputum tergantung pada tingginya kadar air
didalamnya. Ini tergantung pada tingkat hidrasi pasien. Ini mengakibatkan
sputum kental dan lengket, maka hidrasi yang adekuat dapat mempengaruhi
mudahnya pengeluaran sputum (www.kalbefarma.com).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa
terjadinya peningkatan kemampuan dari pasien TBC dalam pengeluaran
sputum, hal ini diperkuat dari hasil uji yang menggunakan uji ranking bertanda
Wilcoxon, yang mana tingkat pengeluaran sputum dari para pasien sebelum dan
sesudah diberikan hidrasi sangatlah berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat
pada variabel pengeluaran sputum ialah dari tingkat rata-rata pengeluaran
sputum sebelum diberikan hidrasi dibandingkan dengan sesudah diberikan.
Dari segi kemaknaannya mempunyai hubungan dengan pengaruh yang
sangat besa. Hal ini menunjukan bahwa efektif jika diberikan hidrasi yang
adekuat terhadap ekskresi sputum hal ini sesuai teori bahwa mempertahankan
cairan secara adekuat kecuali kontraindikasi dapat mengencerkan sputum
sehingga membuatnya mudah untuk dikeluarkan (Doengoes, 1999).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu pemberian hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan sputum dan mengeluarkannya memberikan nilai
38
yang bermakna, artinya sangat baik atau efektif jika diberikan hidrasi yang
adekuat untuk pengeluaran sputum. Tindakan ini membantu pasien dalam
proses penyembuhan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
39
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ekskresi sputum pada pasien sebelum pemberian hidrasi yang adekuat tidak
efektif mengeluarkan sputum dengan jumlah 28 orang dan efektif
mengeluarkan sputum 4 orang
2. Ekskresi sputum pada pasien sesudah pemberian hidrasi yang adekuat pada
umumnya efektif mengeluarkan sputum dengan mudah yaitu 32 orang.
3. Pemberian hidrasi yang adekuat sangat efektif terhadap ekskresi sputum. Hal
ini setelah dianalisis melalui program SPSS didapatkan hasil yang sangat
signifikan yaitu harga p=0,00 artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga
menunjukan bahwa Ho di tolak dan Ha diterima.
B. SARAN
1. Manfaat Aplikatif
Sebagaimana hasil penelitian yang diperoleh maka diharapkan kepada tim
pelayanan kesehatan agar dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan khususnya tindakan pemberian hidrasi yang adekuat pada
pasien tuberculosis paru yang mengalami .penumpukan sputum demi
tercapainya pelayanan keperawatan yang optimal
2. Manfaat Keilmuan
39
40
Dapat dijadikan pedoman dalam proses asuhan keperawatan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan
3. Manfaat Metodologi
Diharapkan bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang berkaitan
dengan pemberian hidrasi yang adekuat pada pasien non tuberculosis paru
yang mengalami penumpukan sputum pada saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Y.N.G. 2003. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. EGC, Jakarta.
41
Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan; paradigm kuantitatif. Jakarta : Salemba Medika.
Bagian Mikrobiologi Klinik. 2010. Mikrobiologi Modul Pernafasan Prosedur Isolasi sputum. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.
DepKes RI. 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Cetakan ke 8. Jakarta
Djodjodibroto, R.D. 2007. Respirologi (respiratory medicine). EGC. Jakarta
Dorland, N. 2002. Kamus Kedokteran. EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC, Jakarta
Mima M. Horne. 2001. Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Perhimpunan Dokter paru Indonesia, 2003, Tuberculosis Paru Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Sedyaningsih, R.E. (2010). Penderita TB di Indonesia masih tiga besar dunia. Dalam Tribunnews. Com. Diakses tanggal 25 januari 2012.
Smeltzer, Susanne, C. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta
Somantri, I. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
(http://www.pssplab.com/journal/01.pdf). Diakses tanggal 29 Januari 2012.
.(http://organisasi.org/fungsi-cairan-tubuh-manusia). Diakses tanggal 29 januari 2012.