Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

6
PENDAHULUAN The Economics of Sanitation Initia- tive (ESI) adalah sebuah studi multi- negara yang diluncurkan tahun 2007 sebagai upaya Water and Sanitation Program, Bank Dunia, untuk mengisi kekosongan temuan ilmiah tentang aspek ekonomi dari sanitasi di negara- negara berkembang. Tujuan inisiatif ini adalah menyediakan landasan empiris ekonomi dalam rangka meningkatkan volume serta efisiensi pengeluaran publik maupun swasta di bidang sani- tasi. Ringkasan studi ini menyarikan temuan-temuan utama dari Studi Ta- hap II—analisis manfaat-biaya dari opsi pilihan sanitasi—di Indonesia. i PERMASALAHAN Indonesia tengah melangkah men- jadi negara berpendapatan mene- ngah sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Namun tingkat akses serta kualitas layanan publik masih sebanding dengan beberapa negara- negara berpendapatan lebih rendah, khususnya di sejumlah indikator kese- Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia Kesimpulan penting • Sanitasi layak terbukti merupakan investasi yang menguntungkan secara sosial di Indonesia. Di perdesaan, manfaat ekonomi dari jamban cemplung setidaknya tujuh kali lipat dari biaya, sementara di perkotaan manfaat ekonomi dari pengolahan limbah hampir dua kali lebih besar dari biaya. Sanitasi berbiaya rendah menghasilkan manfaat bersih yang tinggi, dan menyediakan pilihan yang terjangkau bagi rumah tangga miskin. • “Kemasan” yang lebih baik serta akses pada informasi tentang manfaat dan biaya adalah kunci peningkatan pemahaman tentang sanitasi di Indonesia. Pembuat kebijakan – baik rumah tangga maupun pemerintah – perlu mendapat pemahaman lebih dalam tentang manfaat kesehatan, ekonomi serta sosial dari sanitasi layak serta opsi-opsi desain, model dan pilihan sanitasi yang tersedia. • Opsi sanitasi yang ramah lingkungan memang lebih mahal. Namun, meski dampak lingkungannya sulit dikuantifikasi secara ekonomi, keuntungannya sangat besar bagi pembangunan nasional serta manfaatnya dinilai tinggi oleh rumah tangga, wisatawan serta dunia usaha. WATER AND SANITATION PROGRAM: RINGKASAN PENELITIAN Analisis ekonomi mengukur manfaat secara luas dari keberadaan barang dan jasa ter- hadap populasi, seperti nilai hidup (value of life), alokasi waktu (time use) serta manfaat sosial dan lingkungan. Analisis ekonomi lebih luas dari sekedar pengukuran manfaat finansial (yaitu perubahan dari pendapatan atau uang tunai antarwaktu). Oktober 2011 hatan serta prasarana. Dibandingkan negara-negara tetangga yang memiliki tingkat pembangunan serupa – seperti Filipina dan Vietnam – akses ke fasili- tas sanitasi di Indonesia terus terting- gal, tercatat hanya 52 persen, ii dengan kesenjangan yang lebar antara wilayah perkotaan (69 persen) dan perdesaan (34 persen), maupun kesenjangan an- tara 33 propinsi (30-80 persen). Pada laju pencapaian saat ini, kecil kemung- kinan Indonesia akan memenuhi Target Pembangunan Milenium sebesar 63 persen. Sebanyak 60 juta penduduk In- donesia masih mempraktekkan ‘Buang Air Besar Sembarangan’ (BABS), no- mor dua terbanyak di dunia, dengan peningkatan porsi BABS di perkotaan karena banyaknya migrasi dari pen- duduk miskin perdesaan ke kawasan kumuh di perkotaan. Hanya 2 persen dari seluruh wilayah perkotaan yang tercakup oleh sistem saluran air limbah. Penampungan, aliran serta pembuang- an tinja dari tangki septik sangat tidak memadai, menyebabkan risiko kese- hatan yang serius serta polusi sumber daya air.

description

Dokumen ini berisi ringkasan hasil penelitian mengenai keuntungan ekonomi dari intervensi sanitasi di Indonesia. WSP, 2011.

Transcript of Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Page 1: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

PENDAHULUANThe Economics of Sanitation Initia-tive (ESI) adalah sebuah studi multi-negara yang diluncurkan tahun 2007 sebagai upaya Water and Sanitation Program, Bank Dunia, untuk mengisi kekosongan temuan ilmiah tentang aspek ekonomi dari sanitasi di negara-negara berkembang. Tujuan inisiatif ini adalah menyediakan landasan empiris ekonomi dalam rangka meningkatkan volume serta efisiensi pengeluaran publik maupun swasta di bidang sani-tasi. Ringkasan studi ini menyarikan temuan-temuan utama dari Studi Ta-hap II—analisis manfaat-biaya dari opsi pilihan sanitasi—di Indonesia.i

PERMASALAHANIndonesia tengah melangkah men-jadi negara berpendapatan mene- ngah sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Namun tingkat akses serta kualitas layanan publik masih sebanding dengan beberapa negara-negara berpendapatan lebih rendah, khususnya di sejumlah indikator kese-

Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Kesimpulan penting

• Sanitasi layak terbukti merupakan

investasi yang menguntungkan

secara sosial di Indonesia. Di

perdesaan, manfaat ekonomi dari

jamban cemplung setidaknya tujuh kali

lipat dari biaya, sementara di perkotaan

manfaat ekonomi dari pengolahan

limbah hampir dua kali lebih besar

dari biaya. Sanitasi berbiaya rendah

menghasilkan manfaat bersih yang

tinggi, dan menyediakan pilihan yang

terjangkau bagi rumah tangga miskin.

• “Kemasan” yang lebih baik serta

akses pada informasi tentang

manfaat dan biaya adalah kunci

peningkatan pemahaman tentang

sanitasi di Indonesia. Pembuat

kebijakan – baik rumah tangga

maupun pemerintah – perlu mendapat

pemahaman lebih dalam tentang

manfaat kesehatan, ekonomi serta

sosial dari sanitasi layak serta opsi-opsi

desain, model dan pilihan sanitasi yang

tersedia.

• Opsi sanitasi yang ramah

lingkungan memang lebih mahal.

Namun, meski dampak lingkungannya

sulit dikuantifikasi secara ekonomi,

keuntungannya sangat besar

bagi pembangunan nasional serta

manfaatnya dinilai tinggi oleh

rumah tangga, wisatawan serta

dunia usaha.

WATER AND SANITATION PROGRAM: RINGKASAN PENELITIAN

Analisis ekonomi mengukur manfaat secara luas dari keberadaan barang dan jasa ter-hadap populasi, seperti nilai hidup (value of life), alokasi waktu (time use) serta manfaat sosial dan lingkungan. Analisis ekonomi lebih luas dari sekedar pengukuran manfaat finansial (yaitu perubahan dari pendapatan atau uang tunai antarwaktu).

Oktober 2011

hatan serta prasarana. Dibandingkan negara-negara tetangga yang memiliki tingkat pembangunan serupa – seperti Filipina dan Vietnam – akses ke fasili-tas sanitasi di Indonesia terus terting-gal, tercatat hanya 52 persen,ii dengan kesenjangan yang lebar antara wilayah perkotaan (69 persen) dan perdesaan (34 persen), maupun kesenjangan an-tara 33 propinsi (30-80 persen). Pada laju pencapaian saat ini, kecil kemung-kinan Indonesia akan memenuhi Target Pembangunan Milenium sebesar 63 persen. Sebanyak 60 juta penduduk In-donesia masih mempraktekkan ‘Buang Air Besar Sembarangan’ (BABS), no-mor dua terbanyak di dunia, dengan peningkatan porsi BABS di perkotaan karena banyaknya migrasi dari pen-duduk miskin perdesaan ke kawasan kumuh di perkotaan. Hanya 2 persen dari seluruh wilayah perkotaan yang tercakup oleh sistem saluran air limbah. Penampungan, aliran serta pembuang- an tinja dari tangki septik sangat tidak memadai, menyebabkan risiko kese- hatan yang serius serta polusi sumber daya air.

Page 2: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Studi ESI Tahap I mengestimasi keseluruhan biaya ekonomi dari buruknya layanan sanitasi di Indonesia mencapai US$6,3 milyar (Rp56 trilyun) per tahun pada harga tahun 2005; setara dengan 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).iii

TUJUAN DAN METODE PENELITIANTujuan studi ESI Tahap II adalah untuk menghasilkan bukti dan temuan hasil analisis manfaat-biaya dari beberapa opsi sanitasi alternatif untuk berbagai konteks di Indonesia bagi para pembuat kebijakan. Studi fokus pada pengolahan tinja, mencakup data dari lima lokasi terpilih dan dari survei nasi-onal.

Survei dilakukan di dua lokasi perdesaaan dan tiga di perkotaan yang menjadi fokus program atau proyek sanitasi (lihat Gambar 1), mencakup wawancara dengan 1.500 rumah

tangga, diskusi kelompok terfokus, observasi fisik, uji kualitas air, survei pasar serta survei fasilitas kesehatan di tiap lokasi. Data primer dilengkapi dengan data sekunder dari survei lain di tingkat nasional atau lokal.

Intervensi sanitasi yang dievaluasi bervariasi antara wilayah perdesaan dan perkotaan, membandingkan perilaku BABS dengan keberadaan sejumlah fasilitas sanitasi yang saat ini digunakan oleh penduduk Indonesia: toilet umum dan bersama, jamban cemplung kering, jamban cemplung siram, toilet dengan tangki septik termasuk pengolahan tinja, serta toilet yang terhubung dengan sistem pembuangan limbah dan fasilitas pengolahan limbah setempat.

Teknik analisis ekonomi konvensional digunakan untuk menghasilkan analisis manfaat-biaya, efektifitas biaya, nilai

Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Gambar 1. Lokasi Studi Lapangan ESI di Indonesia

Economics of Sanitation Initiative2

www.wsp.org

Page 3: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

sekarang bersih (net present value), tingkat nilai pengem-balian internal (internal rate of return) serta periode impas untuk tiap opsi sanitasi.

Analisis kuantitatif manfaat ekonomi mencakup dampak terhadap kesehatan, air minum dan waktu akses ke fasilitas sanitasi. Dampak sosial serta lingkungan dari sanitasi buruk tidak seluruhnya tercermin dalam perhitungan manfaat mone-ter. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat beberapa indika-tor manfaat ekonomi dan sosial yang lebih luas.

Seluruh biaya investasi dan operasional dihitung untuk tiap pilihan sanitasi.

HASIL STUDIPerdesaan: Jamban Cemplung Memberikan Manfaat Ekonomi yang Signifikan

Rasio manfaat-biaya (manfaat ekonomi setiap dolar yang di-tanamkan) serta biaya tahunan tiap rumah tangga digabung-kan untuk kedua lokasi perdesaan di Gambar 2 dan Gambar 3. Dari sejumlah pilihan sanitasi, yang paling menguntungkan adalah jamban cemplung kering dan siram, keduanya memi-liki rasio manfaat-biaya lebih dari 7,0. Keuntungan ekonomi setiap tahun lebih dari 100 persen, sehingga butuh kurang dari setahun untuk mengembalikan nilai ekonomi dari investa-si awal yang ditanam.

Tingginya biaya investasi serta operasional per rumah tangga membuat toilet bersamaiv tidak lebih menguntungkan dari jamban cemplung milik pribadi. Rasio manfaat-biaya hanya sebesar 3,0 untuk toilet umum dan 4,6 untuk jamban ber-sama, karena lamanya waktu yang diperlukan untuk men-capai sarana. Tangki septik dengan pengolahan limbah cair (PLC) memiliki rasio manfaat-biaya 3,8. Tangki septik tanpa PLC memiliki biaya dan manfaat kesehatan yang lebih ke-cil, sehingga rasio manfaat-biayanya sama. Namun ini belum seluruhnya memperhitungkan dampak lingkungan dari PLC.

Penghematan biaya kesehatan adalah kontributor terbesar untuk manfaat ekonomi. Nilai dari penghematan ini – pada akhirnya menjadi keuntungan finansial bagi rumah tangga – yang diperkirakan lebih dari dua kali biaya investasi toilet umum, meningkat jadi hampir empat kali lipat untuk jamban cemplung kering. Kontributor berikutnya adalah berkurang-nya waktu untuk mencapai sarana. Di samping itu, kenaikan

produktivitas menjadi manfaat penting lainnya untuk semua alternatif sanitasi.

Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana seperti jamban cemplung bisa sangat ekonomis: menghasilkan man-faat besar dengan biaya per unit yang rendah, hanya sekitar Rp270,000 (US$30) per rumah tangga per tahun (mencakup

Gambar 2. Rasio Manfaat-Biaya di Lokasi Perdesaan (manfaat ekonomi per unit mata uang yang dikeluarkan)

Gambar 3. Biaya Tahunan per Rumah Tangga Perdesaan (harga konstan 2009 dengan rata-rata nilai tukar US$)

Waktu akses

Pengolahan air

Akses pada air

Kesehatan - Mortalitas

Kesehatan - Produktifitas

Biaya kesehatan

Ras

io M

anfa

at-B

iaya

Investasi Pemeliharaan Operasional

US$

Economics of Sanitation Initiative 3

www.wsp.org

Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Page 4: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

biaya investasi, operasional serta pemeliharaan). Tangki sep-tik jauh lebih mahal, Rp630,000 (US$70) per tahun, meski usia pakainya juga lebih lama. Toilet umum juga relatif mahal, dengan biaya investasi Rp3,6 juta (US$400), atau Rp450,000 (US$50) tiap rumah tangga tiap tahun.

Dalam kondisi sesungguhnya, terdapat penurunan kinerja untuk semua alternatif sanitasi. Penyebabnya adalah tidak semua rumah tangga, atau anggota rumah tangga, meng-gunakan sarana-sarana tersebut. Contohnya, rasio manfaat-biaya jamban cemplung kering turun dari 7,9 menjadi 6,3, dan jamban cemplung siram turun dari 7,1 menjadi 5,6.

Perkotaan: Sistem Pengolahan Limbah Terpusat Memberikan Keuntungan Ekonomi yang Tinggi

Rasio manfaat-biaya serta biaya per tahun per rumah tang-ga dari tiga lokasi perkotaan ditunjukkan dalam Gambar 4 dan Gambar 5. Meski biaya teknologi tidak terlalu berbeda dengan di perdesaaan, rasio manfaat-biaya tidak sebesar di perdesaan karena lebih tingginya kondisi awal tingkat kese- hatan serta lebih kecilnya waktu akses di perkotaan. Yang memiliki kinerja ekonomi terbaik adalah jamban cemplung kering, dengan rasio manfaat-biaya sebesar 3,2. Keuntun-gan tiap tahun lebih dari 100 persen, artinya butuh kurang dari setahun untuk mengembalikan seluruh nilai investasi. Semua pilihan sanitasi lainnya memiliki rasio manfaat-biaya lebih dari satu – jamban bersama 2,3, tangki septik 1,9, salu- ran air limbah dengan pengolahan 1,7 serta toilet umum 1,4 – mengindikasikan keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi investasi.

Masalahnya, secara teknis jamban cemplung bukanlah al-ternatif terbaik bagi kawasan perkotaan berpenduduk pa-dat, serta kawasan pinggir kota yang pertumbuhannya pe-sat, karena minimnya ruang yang tersedia. Meskipun akses rumah tangga perkotaan pada fasilitas toilet cukup tinggi – lebih dari 70 persen menurut Survei Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2007 – mayoritas rumah tangga di kota memiliki tangki septik dengan pengolahan limbah seadanya (atau tidak sama sekali). Artinya, pengolahan limbah sangat dibutuhkan di Indonesia. Fasilitas pengolahan limbah setempat memiliki rasio manfaat-biaya sebesar 1,7, dengan biaya kurang dari Rp900,000 (US$100) per rumah tangga per tahun (termasuk biaya invetasi yang disetahunkan, biaya operasi serta peme-liharaan). Tangki septik dengan penampungan dan pengo-

lahan memerlukan biaya lebih murah, di bawah Rp630,000 (US$70) per rumah tangga per tahun. Tetapi manfaat ling-kungan dari pengolahan limbah domestik belum sepenuhnya diperhitungkan dalam studi ini. Artinya, keuntungan ekonomi yang sebenarnya dari fasilitas sanitasi yang mengolah limbah domestik sebelum dibuang akan lebih tinggi dari perhitungan.

Gambar 4. Rasio Manfaat-Biaya di Lokasi Perkotaan (manfaat ekonomi per unit mata uang yang dikeluarkan)

Gambar 5. Biaya Tahunan per Rumah Tangga Perkotaan (harga konstan 2009 dengan rata-rata nilai tukar US$)

Ras

io M

anfa

at -

Bia

ya

Waktu akses

Pengolahan air

Akses pada air

Kesehatan - Mortalitas

Kesehatan - Produktifitas

Biaya kesehatan

Investasi Pemeliharaan Operasional

US$

Economics of Sanitation Initiative4

www.wsp.org

Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Page 5: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

BOKS 1. TEMUAN-TEMUAN UTAMA SURVEI PARIWISATA

Secara umum, kondisi sanitasi di Indonesia dipersepsikan sangat buruk,

dengan skor 2,5 dari maksimum 5,0. Perairan terbuka seperti sungai dan

pantai mendapat skor terendah, 2,3, karena adanya limbah cair domestik

yang mengalir. Persepsi terhadap kualitas toilet bervariasi antara lokasi,

dengan skor mulai dari 2,0 (di terminal bis dan pusat kota), 3,0 (bandara,

rumah makan) hingga 3,5 (hotel). Responden juga menjelaskan bahwa

kebersihan makanan, ketersediaan air minum, dan pemakaian toilet yang

higienis menjadi kekuatiran utama. Hampir sepertiga responden (31 per-

sen) mengatakan mereka mengalami penyakit saluran pencernaan selama

kunjungan, yang secara rata-rata membuat mereka tidak bisa beraktifi-

tas selama dua hari. Uang yang seharusnya dapat mereka belanjakan

selama dua hari itu menjadi pendapatan yang hilang bagi industri pariwi-

sata. Terlepas dari banyaknya komentar negatif tentang kondisi sanitasi,

85 persen pengunjung menyatakan ingin kembali ke Indonesia, dan 74

persen akan merekomendasikan Indonesia sebagai tujuan wisata. Dari

yang tidak berniat kembali, 40 persen menyebut kualitas sanitasi sebagai

alasan utama.

Survei terhadap dunia usaha juga dilakukan secara terpisah. Responden-

nya adalah sepuluh perusahaan yang kebanyakan beroperasi di sekitar

Jakarta dan Bandung: empat rumah makan, dua hotel, dua produsen gar-

men, satu produsen makanan dan satu balai sidang. Responden usaha

menganggap udara bersih dan kualitas lingkungan sebagai faktor terpen-

ting bagi perusahaan dalam memilih lokasi usaha, terutama pengolahan

makanan dan rumah makan. Mereka kuatir terhadap buruknya kondisi

lingkungan, terutama kualitas air sungai, saluran air, pengelolaan limbah

padat dari industri, kurangnya toilet di ruang publik, serta udara yang ter-

cemar sampah.

Dalam perhitungan biaya yang disetahunkan (termasuk in-vestasi dan operasional), toilet umum dan bersama lebih murah dibanding toilet pribadi. Namun karena penghematan waktu tempuh, keuntungan ekonomi dari toilet umum dan bersama lebih kecil dari jamban cemplung kering. Fasilitas pribadi juga lebih diminati karena alasan privasi, keamanan, kenyamanan dan higienis.

Dalam kondisi sesungguhnya, kinerja ekonomi seluruh opsi sanitasi perkotaan lebih rendah. Rasio manfaat-biaya sistem pengolahan limbah turun dari 1,7 menjadi 1,1, tangki septik dengan penampungan dan pengolahan turun dari 1,9 ke 1,4, sementara jamban cemplung kering dari 3,2 ke 2,4.

Kaitan Sanitasi dengan Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi

Temuan utama dari survei pariwisata terhadap 254 wisa-tawan bisnis dan liburan ada di Boks 1.

Survei terhadap dunia usaha juga dilakukan secara terpisah. Respondennya adalah sepuluh perusahaan yang keba- nyakan beroperasi di sekitar Jakarta dan Bandung: empat rumah makan, dua hotel, dua produsen garmen, satu produ-sen makanan dan satu balai sidang. Responden usaha meng- anggap udara bersih dan kualitas lingkungan sebagai fak-tor terpenting bagi perusahaan dalam memilih lokasi usaha, terutama pengolahan makanan dan rumah makan. Mereka kuatir terhadap buruknya kondisi lingkungan, terutama kuali-tas air sungai, saluran air, pengelolaan limbah padat dari in-

dustri, kurangnya toilet di ruang publik, serta udara yang ter-cemar sampah.

TEMUAN UTAMA DAN REKOMENDASIStudi ini menemukan bahwa semua intervensi sanitasi meng-hasilkan manfaat melebihi biaya, jika dibandingkan dengan “ketiadaan sarana sanitasi.” Manfaat bersih yang tinggi dari pilihan sanitasi berbiaya rendah, seperti jamban cemplung, menunjukkan bahwa teknologi sesederhana ini harus menjadi fokus dalam upaya peningkatan akses bagi penduduk perde-saan. Namun, di daerah perkotaan yang padat penduduk, kemungkinan penerapan jamban cemplung lebih terbatas. Untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan yang makin padat, pembuat kebijakan perlu memperhitung-kan manfaat ekonomi dari perbaikan saluran pembuangan dan pengolahan limbah. Jika dana tersedia, penduduk lebih suka opsi pengolahan limbah terpusat. Pengolahan yang la- yak dan/atau pemisahan limbah adalah kunci pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Berdasarkan temuan-temuan ini, terdapat tiga rekomendasi utama bagi pembuat kebijakan:

1. Mengintensifkan upaya peningkatan akses ke sanitasi dasar yang layak bagi seluruh penduduk Indonesia. Tahun 2008 pemerintah sudah menyepakati strategi sanitasi ber-basis masyarakat yang perlu diimplementasikan. Sudah cukup bukti untuk menunjukkan bahwa pasar bagi sani-tasi – dimana permintaan dari konsumen dengan beragam tingkat pendapatan bertemu dengan pasokan produk yang berkualitas dan terjangkau – bisa diwujudkan. Untuk pembuat kebijakan dan pemerintah daerah, ini membutuh-

Economics of Sanitation Initiative 5

www.wsp.org

Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

Page 6: Penelitian Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia

PenghargaanRingkasan penelitian ini disusun oleh Guy Hutton,

Asep Winara, Isabel Blackett dan Almud Weitz

berdasarkan laporan lengkap berjudul “Economic

Assessment of Sanitation Interventions in Indonesia“

oleh Asep Winara, Oktarinda, Edi Purnomo, Koderi

Hadiwardoyo, Indon Merdykasari, Takdir Nurmadi,

Bert Bruinsma, Dedek Gunawan, Dadang Fadilah,

Martin Albrecht dan Guy Hutton. Edisi Indonesia

diterjemahkan oleh Ari Perdana dan penyuntingan

dikerjakan oleh Yosa Yuliarsa.

Tentang kamiThe Water and Sanitation Program (WSP) adalah

sebuah kemitraan multidonor di bawah administrasi

Bank Dunia untuk membantu penduduk miskin

mendapatkan akses air bersih dan sanitasi

yang terjangkau, aman serta berkelanjutan.

WSP memberikan bantuan teknis, memfasilitasi

pertukaran pengetahuan serta mendorong kebijakan

berbasis temuan ilmiah dalam dialog sektoral. WSP

memiliki kantor di 24 negara di Afrika, Asia Timur

dan Pasifik, Amerika Latin dan Karibia, Asia Selatan

serta Washington, DC. Donor WSP mencakup

Australia, Austria, Kanada, Denmark, Finlandia,

Perancis, Bill and Melinda Gates Foundation,

Irlandia, Luxemburg, Belanda, Norwegia, Swedia,

Swiss, Inggris Raya, Amerika Serikat, and Bank

Dunia.

Kontak kami Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi

www.wsp.org atau email Guy Hutton di

[email protected]

kan perhatian khusus dalam upaya menjamin bahwa permintaan bisa dipicu, manfaat kesehatan didapat, dan cakupan layanan berkelanjut- an (untuk mencegah kembalinya perilaku BABS). Penyedia layanan sanitasi, mulai dari toko grosiran hingga tukang bangunan di komu-nitas, perlu menyediakan jamban dengan harga terjangkau dengan struktur dan desain yang dapat di-upgrade untuk memastikan per-mintaan yang lebih besar. Informasi tentang pilihan jenis dan model sani-tasi bagi rumah tangga dimanapun di Indonesia adalah elemen kunci lain-nya untuk mempercepat dan men-jaga keberlanjutan cakupan layanan.

2. Melangkah lebih jauh dari sekedar penyediaan sanitasi dasar, untuk kondisi dimana permintaan masyara-kat ada dan biaya tersedia. Di dae-rah perkotaan yang padat penduduk, sekedar menyediakan sanitasi dasar tidak lagi memungkinkan karena ekspektasi konsumen yang sema-kin tinggi, kendala ruang, serta risiko pencemaran air tanah. Pembuat kebijakan, dengan demikan, perlu pemahaman tentang banyaknya pilihan sarana pembuangan dan pengolahan yang ada, berikut biaya dan manfaat terkait, supaya tidak

Publikasi laporan WSP bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil dari studi-studi WSP pada komunitas pembangunan. Sebagian sumber masih merupakan dokumen informal yang belum tersedia untuk umum. Temuan, interpretasi dan kesimpulan yang disajikan adalah sepenuhnya merupakan opini penulis dan tidak merepresentasikan pendapat Bank Dunia dan lembaga afiliasinya, maupun anggota Dewan Direksi Bank Dunia serta pemerintah yang diwakili. Bank Dunia tidak menja-min akurasi data dalam studi ini. Batas wilayah, warna, penyebutan mata uang dan informasi lain yang ditunjukkan dalam semua peta tidak menunjukkan posisi Bank Dunia tentang status legal dari semua teritori di dunia atau pengakuan terhadap batas wilayah yang ditunjukkan. Materi dalam publikasi ini dilindungi oleh hak cipta. Permohonan untuk menerbitkan ulang sebagian dari publikasi ini bisa diajukan ke [email protected]. WSP mendorong publikasi studi-studi yang dilakukan dan umumnya setiap permohonan segera disetujui. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.wps.org.

© 2011 Water and Sanitation Program

i Economic assessment of sanitation interventions in Indonesia. Winara, A., Oktarinda, PE., Hadiwardoyo, K., Merdykasari, I., Nurmadi, T., Bruinsma, B., Gunawan, D., Fadilah, D., Albrecht, M., Hutton, G. World Bank, Water and Sanitation Program. 2011. ii WHO-Unicef Joint Monitoring Programme in Indonesia. 2010. Progress on Sanitation and Drinking Water: 2010 Update. iiiEconomic impacts of sanitation in Indonesia. Napitupulu, L., Hutton, G. World Bank, Water and Sanitation Program. 2008. Bisa diunduh di www.wsp.org.ivToilet komunitas disebut SANIMAS, Sanitasi Berbasis Masyarakat. Meski ada sejumlah pilihan teknologi, kegiatan SANIMAS di Tangerang melibatkan bangunan umum dengan empat jamban, pipa bawah tanah, pengolahan lumpur limbah dengan Sistem Pengola-han Limbah Setempat (SPLS), pipa effluent dan bio-digester.

melakukan investasi pada teknologi yang mahal dan sulit dijaga keberlan-jutannya. Di daerah dimana pendana- an cukup tersedia untuk menjamin tersedianya layanan yang berkuali-tas dan berkelanjutan, sarana-sarana tersebut ini akan memastikan bahwa seluruh manfaat lingkungan serta ke-sehatan akan dapat diraih sekaligus untuk merespon harapan penduduk terhadap lingkungan yang bersih ser-ta layak huni.

3. Mendorong pembuatan keputusan sektor sanitasi berdasarkan temuan ilmiah. Variasi dalam keuntungan ekonomi berbagai opsi berbeda menunjukkan bahwa pertimbangan yang hati-hati atas kondisi lokasi serta preferensi serta permintaan se-tempat dibutuhkan dalam pemilihan jenis sanitasi yang paling layak serta bagaimana penyampaiannya. Kepu-tusan harus memperhitungkan tidak hanya manfaat serta biaya ekonomi yang terukur, tapi juga faktor-faktor lain termasuk dampak tidak terukur serta aspek sosial-ekonomi yang mempengaruhi permintaan serta pe-rubahan perilaku, ketersediaan paso-kan dan pendanaan, serta kesediaan maupun kemampuan konsumen un-tuk membayar layanan yang diingin-kan.

Economics of Sanitation Initiative6 Keuntungan Ekonomi dari Intervensi Sanitasi di Indonesia