Penelitian Antropologi Hukum Penyelesaian Sengketa Sda
-
Upload
indaho-liebe-gembol -
Category
Documents
-
view
65 -
download
2
description
Transcript of Penelitian Antropologi Hukum Penyelesaian Sengketa Sda
-
LAPORAN PENELITIAN ANTROPOLOGI HUKUM
Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Air Pasca Erupsi Gunung Kelud
(Studi di Desa Pandansari Kecamatan Selorejo Kabupaten Malang)
Tim Penyusun:
NUR INDAH KURNIAWATI (125010101111009)
FANNY LANDRIANY (125010107111159)
LUSIANA SUSANTI (125010100111100)
TERRY MAHARANI (125010107111077)
PINAHAYU C. (125010107111111)
NADIA MARIZKA (125010100111157)
MEGAH NOVITA E. (125010107111182)
AHMAD SANDY STIFANO (125010107111189)
ANTONY RABBEL (125010100111112)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2014
-
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
BAB I (PENDAHULUAN)
I. 1. Latar Belakang........................................................................................ 1
I. 2. Rumusan Masalah................................................................................... 3
I. 3. Metode Penelitian.................................................................................... 3
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
II. 1. Penyedia Air Langsung.......................................................................... 6
II. 2. Hidroelektrisitas..................................................................................... 6
II. 3. Kontrol Sumberdaya Air........................................................................ 7
II. 4. Penyeimbang Aliran................................................................................ 8
II. 5. Rekreasi.................................................................................................. 9
II. 6. Erupsi..................................................................................................... 10
II. 7. Macam-Macam Erupsi............................................................................ 11
BAB III (HASIL PENELITIAN)
III. 1. Gambaran Umum Lokasi....................................................................... 13
III. 2. Desa Pandansari Sebelum dan Sesudah Erupsi...................................... 16
III. 3. Pemenuhan Air Desa Pandansari Pasca Erupsi...................................... 21
III. 4. Sengketa dan Upaya Penyelesaiannya.................................................... 26
BAB IV (PENUTUP)
IV. 1. Kesimpulan............................................................................................ 31
IV. 2. Saran...................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 33
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI KEGIATAN.................................................. 35
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita semua anugerah yang sangat luar biasa sehingga kita dapat hidup di dunia,
belajar, serta menjadi bermanfaat bagi banyak pihak. Kemauan untuk belajar dan
keingintahuan akan banyak hal menjadikan kita lebih peka dan lebih memahami
tentang kondisi serta situasi di sekitar kita. Sehingga salah satu bentuk rasa hormat
kami kepada ilmu pengetahuan serta masyarakat sebagai laboratorium hidup kami
yang dapat kami kaji dan pelajari ilmu-ilmu di dalamnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian Antropologi Hukum yang berjudul Penyelesaian
Sengketa Pengelolaan Air Pasca Erupsi Gunung Kelud : Study di Desa Pandansari
Kecamatan Selorejo Kabupaten Malang ini dengan keadaan baik. Terselesaikannya
penelitian Antropologi Hukum ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang
terlibat dan berperan yaitu antara lain:
1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang telah
memberikan ijin dan pengantar bagi kami untuk dapat melakukan
proses penelitian dengan baik.
2. Dr. Rachmad Syafaat, S.H, M.Si. selaku dosen pengampu
matakuliah Antropologi Hukum yang sangat berperan penting dalam
proses penelitian karena dari beliaulah kami mendapatkan
pengarahan dan juga ilmu sehingga penelitian ini dapat kami lakukan.
3. Ibu Sitin, selaku Kepala Desa Pandansari, yang juga telah banyak
memberikan informasi, waktu, bantuan, pelajaran, seta banyak hal
lainnya yang tidak dapat kami hitung berapa nilainya.
4. Masyarakat desa Pandansari yang telah banyak membantu dan
bersedia kami jadikan objek kajian aktor dalam penelitian
Antropologi Hukum ini.
5. Rekan-rekan tim penyusun yang telah banyak mengalami
pengalaman bersama dalam proses penelitian, baik tim survey
maupun tim penyusun. Kalian semua adalah satu tim yag luarbiasa.
You cool guys..
-
iv
6. Rekan-reka kelas Antropologi yang banyak memberikan pertanyaan,
kritk, saran, dan sanggahannya saat presentasi tentang laporan
penelitian kami ini dilakukan di kelas. Dan pihak-pihak lainnya yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu,
Kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
Kami memilih untuk melakukan penelitian tentang keadaan proses
penyelesaian sengketa karena pada dasarnya studi Antropologi Hukum adalah
mengkaji tindakan aktor di masyarakat, sehingga alternatif penyelesaian sengketa
tersebut adalah suatu objek kajian yang kami rasa sangat tepat. Mengingat budaya
dari setiap daerah juga kan berbeda, serta cara setiap orang dalam menanggapi suatu
permasalahanpun juga kan berbeda-beda pula. Dalam hal ini desa Pandansari
merupaka suatu desa yang baru saja terkena bencana erupsi gunung Kelud pada
tahun 2013 kemarin. Sehingga, merupakan hal yang menarik untuk mengkaji
keadaan dan budaya masyarakat adat desanya dalam mengelola sumberdaya alam
utamanya yang sangat berpengaruh yaitu air. Harapan kami dengan telah
menentukan objek penelitian Antropoogi Hukum ini nantinya kami akan menemukan
banyak hal baru yang menarik, dan nantinya akan memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan, bagi kami, serta bagi masyarakat luas pada umumnya.
Demikian sedikit pengantar dari kami, apabila dalam penyusunan hasil
penelitian ini di dalamnya masih terdapat beberapa kesalahan, maka kami mohon
dengan sangat untuk dikoreksi dan diberikan solusi terbaik. Karena kami sangat
menyadari bahwa kami adalah manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan karena
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan. Terimakasih atas perhatiannya selamat
membaca.
Malang, 6 Januari 2015
Tim Penyusun
-
LAPORAN PENELITIAN ANTROPOLOGI HUKUM
Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Air Pasca Erupsi Gunung Kelud
(Studi di Desa Pandansari Kecamatan Selorejo Kabupaten Malang)
Tim Penyusun:
NUR INDAH KURNIAWATI (125010101111009)
FANNY LANDRIANY (125010107111159)
LUSIANA SUSANTI (125010100111100)
TERRY MAHARANI (125010107111077)
PINAHAYU C. (125010107111111)
NADIA MARIZKA (125010100111157)
MEGAH NOVITA E. (125010107111182)
AHMAD SANDY STIFANO (125010107111189)
ANTONY RABBEL (125010100111112)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2014
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Atas dasar alur pemikiran tersebut, dimana pun manusia
berada, baik secara orang-perseorangan, maupun kelompok orang hampir dapat
dipastikan bahwa mereka tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa air
sehingga keberadaan sumber daya air dan pengelolaannnya menjadi amat sentral.
Oleh sebab itu, kesentralan air dalam kehidupan manusia demikian dapat
diasumsikan bahwa jauh sebelum organisasi bangsa yang disebut negara terbentuk,
masyarakat di tempat sumber daya air berada telah mengelola sumber daya air
menurut potensi lokal setempat meski dalam aturan normatif sederhana sekalipun.
Ketika negara Indonesia berdiri sebagai negara modern, ia juga mengatur
peruntukan air ke dalam suatu konstitusi. Misalnya, dalam pasal 33 ayat (3) UUD
1945 disebutkan bahwa bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Meskipun demikian, persoalan pengaturan pemanfaatan sumber daya air di sana-sini
masih tidak jelas pola penguasaannya bagi masyarakat lokal. Ketidak jelasan
pengaturan bersama atas sumber daya alam lintas teritorial diduga merupakan
sumber potensi konflik antara pemerintah daerah selaku pengelola penggunaan
sumber daya air di satu pihak dan masyarakat lokal tempat sumber daya air berada di
pihak lain.
Di dalam hukum positif Indonesia pengaturan mengenai pengelolaan
sumberdaya air ini telah dibentuk untuk dilaksanakan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, aturan mengenai pengelolaan sumberdaya air diatur di
dalam undang-undang tersendiri yaitu dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Undang-udang telah mengamanatkan bahwa
sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia bagi segala
bidang. Dalam segala bidang di sini memiliki penafsiran yang sangat meluas
-
2
sehingga memberikan arti bahwa air merupakan sesuatu yang sifatnya umum untuk
dikelola dan digunakan. Dalam penggunaan air yang dalam segala bidang tersebut
pada akhirnya akan menyebabkan ketersediaan air yang penggunaannya terlalu
banyak akan menimbulkan permasalahan dan konflik. Bahwa dalam menghadapi
ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan
air yang semakin meningkat, sumberdaya air wajib dikelola dengan memperhatikan
fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumberdaya
air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar
wilayah, antarsektor, dan antargenerasi. Bahwa sejalan dengan semangat
demokratisasi, desentraisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam
pengelolaan sumberdaya air.1 Sebelumnya tentang pengelolaan pegairan diatur di
dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pegairan, namun telah tidak
sesuai lagi dan digantikan degan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Sumberdaya Air dan aturan pelaksananya diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan sumberdaya Air, yang
berlaku hingga sekarang.
Permasalahan pengelolaan sumberdaya air diperkirakan akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, ekonomi dan perubahan
lahan, termasuk dengan adanya isu perubahan iklim. Dalam satu sisi sumberdaya air
harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat, sedangkan
disisi lain keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan semakin menurun yang
bila dibiarkan akan terjadi kesenjangan pemanfaatan sumberdaya air secara
berkelanjutan.
Salah satu contoh kasus adalah seperti di Desa Pandansari Kecamatan
Selorejo Kabupaten Malang. Desa tersebut adalah desa yang tepat berada di sekitar
bendungan Selorejo yang dimiliki oleh Perum Jasa Tirta (PJT) sebagai Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Penduduk desa tersebut sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani yang sangat menggantungkan kebutuhan air untuk irigasi sawah.
1 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32
-
3
Namun erupsi Gunung Kelud telah menghancurkan desa tersebut. Pasir dan bebatuan
sebesar genggaman tangan orang dewasa bekas material vulkanik, sempat menimbun
permukaan desa ini beberapa centimeter, dan menghancurkan genting atap rumah
warga, hal ini membuat mayoritas rumah di sini terlihat hanya beratap langit karena
luluh lantak akibat terjangan material vulkanik. Ditambah dengan pembukaan pintu
air Waduk Selorejo saat erupsi sehingga terjadi banjir bandang yang semakin besar.
Material vulkanik dari Gunung Kelud telah mencemari air, sehingga
kebutuhan masyarakat akan air bersih tidak tepenuhi. Ditambah dengan sebagian
besar penduduk di Desa Pandansari yang bekerja sebagai petani kehilangan mata
pencahariannya dikarenakan sumber air yang mati untuk irigasi sawah. Waduk
Selorejo pun juga tidak memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan irigasi bagi
masyarakat Desa Pandansari walaupun sudah mungajukan bantuan yang diwakili
oleh Kepala Desa.
I. 2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan air di Desa Pandansari pasca erupsi
Gunung Kelud?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air di Desa
Pandansari pasca erupsi Gunung Kelud?
I. 3. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian empiris untuk mengkaji permasalahan : (1) pemenuhan
kebutuhan air di Desa Pandansari pasca erupsi Gunung Kelud, (2)
penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air di Desa Pandansari
Pasca erupsi Gunung Kelud.
B. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi hukum untuk
mengkaji masalah : (1) pemenuhan kebutuhan air di Desa Pandansari
-
4
pasca erupsi Gunung Kelud, (2) penyelesaian sengketa pengelolaan
sumber daya air di Desa Pandansari Pasca erupsi Gunung Kelud.
C. Alasan Pemilihan Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pandansai Kecamatan
Selorejo dengan pertimbangan bahwa di Desa Pandansari terdapat
sengketa pengelolaan sumber daya air, antara masyarakat desa dengan
Perum Jasa Tirta (PJT) yang masih belum terselesaikan.
D. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer, dan
sekunder.
Jenis data primer dalam penelitian ini meliputi : (1) pemenuhan
kebutuhan air di Desa Pandansari pasca erupsi Gunung Kelud, (2)
penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air di Desa Pandansari
Pasca erupsi Gunung Kelud.
Jenis data sekunder penelitian ini meliputi bahan pustaka yang
berisikan informasi tentang bahan primer mengacu pada peraturan-
peraturan, buku-buku, karya ilmiah dan lain-lain.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, untuk data primer diperoleh dari
hasil penelitian dan wawancara di Desa Pandansari Kecamatan Selorejo.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran pustaka
di Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum (P.D.I.H) Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya dan perpustakaan pribadi.
E. Tehnik Memperoleh Data
-
5
Tehnik memperoleh data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tehnik observasi, dan juga wawancara
dengan para pihak yang terkait penyelesaian sengketa sumber daya air di
Desa Pandansari Kecamatan Selorejo.
F. Populasi dan Sampel Tehnik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini sebagai populasinya adalah semua yang
terlibat dalam pelaksanaan. penyelesaian sengketa pengelolaan sumber
daya air di Desa Pandansari Kecamatan Selorejo. Maka akan diambil
menggunakan metode pengambilan sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sample, yaitu penentuan responden yang didasarkan atas pertimbangan
tujuan tertentu dengan alasan responden adalah orang-orang yang
berdasarkan kewenangan dianggap memiliki keterlibatan langsung dalam
pelaksanaan penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air di Desa
Pandansari Kecamatan Selorejo. Adapun sample sebagai berikut:
i. Kepala Desa Pandansari 1 Orang
ii. Masyarakat Desa 5 Orang
Total sample 6 Orang
G. Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini, pengolahan tehnik analisis data dilakukan
dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan uraian data secara bermutu
dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis dan tidak tumpang
tindih sehingga memudahkan implementasi data dan pemahaman hasil
analisis.
-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II. 1. PENYEDIA AIR LANGSUNG
Banyak sungai yang dibendung dan kebanyakan bagian sisi waduk
digunakan untuk menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air yang
mengirim air minum melalui pipa-pipa air. Waduk tidak hanya menahan air sampai
tingkat yang dibutuhkan, waduk juga dapat menjadi bagian pertama dalam proses
pengolahan air. Waktu ketika air ditahan sebelum dikeluarkan dikenal sebagai waktu
retensi. Ini merupakan salah satu fitur desain yang memudahkan partikel dan
endapan lumpur untuk mengendap seperti ketika melakukan perawatan biologi alami
menggunakan alga, bakteri, dan zooplankton yang hidup secara alami dengan air.
Namun, proses alami limnologis dalam danau beriklim sedang menghasilkan
stratifikasi suhu di dalam badan air yang cenderung membagi kedalam beberapa
elemen sepertimangan dan fosfor kedalam air anoxic dingin selama bulan musim
panas. Dalam musim gugur dan musim dingin danau menjadi bercampur lagi secara
penuh. Selama kondisi kekeringan, danau kadang perlu menarik ke bawah air dingin
dan terutama meningkatkan kadar mangan yang menyebabkan masalah dalam
pengolahan air.
II. 2. HIDROELEKTRISITAS
Bendungan Hidroelektrisitas dalam bagian silang.
-
7
Sebuah waduk membangkitkan hidroelektrisitas termasuk turbin air yang
terhubung dengan penahan badan air dengan pipa berdiameter besar. Turbin ini
membangkitkan perangkat yang mungkin berada pada dasar bendungan atau lainnya
yang jauh jaraknya. Beberapa waduk menghasilkan hidroelektrisitas menggunakan
pompa yang diisi ulang seperti waduk tingkat tinggi yang diisi dengan air
menggunakan pompa elektrik berkinerja tinggi pada waktu kerika permintaann listrik
rendah dan kemudian menggunakan air yang tersimpan untuk membangkitkan
elektrisitas dengan melepas air yang tersimpan kedalam waduk tingkat rendah ketika
permintaan listrik tinggi. Sistem seperti ini disebut skema pump-storage.
II. 3. KONTROL SUMBERDAYA AIR
Waduk bisa digunakan dengan berbagai cara untuk mengontrol aliran air
melalui saluran ke hilir.
Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari waduk yang lebih tinggi sehingga
bisa disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah, kadang bahkan
ratusan mil lebih rendah dari waduk tersebut.
Irigasi - Air di waduk untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan
sejumlah kanal untuk fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder. Irigasi
juga bisa didukung oleh waduk yang mempertahankan aliran air yang
memungkinkan air diambil untuk irigasi di bagian yang lebih rendah dari sungai.
Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan waduk,
waduk sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat terjadi curah hujan
tinggi, dan perlahan melepaskannya selama beberapa minggu atau bulan.
Beberapa dari waduk seperti ini dibangun melintang tehadap aliran sungai
dengan aliran air dikontrol melalui orrifice plate. Saat aliran sungai melewati
kapasitas orrific plate di belakang waduk, air akan berkumpul di dalam waduk.
Namun saat aliran air berkurang, air di dalam waduk akan dilepaskan secara
perlahan sampai waduk tersebut kembali kosong. Dalam beberapa kasus waduk
hanya berfungsi beberapa kali dalam satu dekade dan lahan di dalam waduk akan
difungsikan sebagai tempat rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru
dari bendungan penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi
perubahan iklim, yang disebut Flood Detention Reservoir (waduk penahan
-
8
banjir). Karena waduk seperti ini bisa menjadi kering dalam waktu yang sangat
lama, maka bagian intinya yang terbuat dari tanay liat terpengaruh dan
mengurangi kekuatan strukturnya. Karena itu kini mulai dikembangkan
penggunaan material daur ulang untuk menggantikan tanah liat.
Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air alami
dialirkan ke kanal, waduk dibangun untuk menjamin ketersediaan air ke sungai.
Contohnya saat kanal dibangun memanjat melintasi barisan perbukitan untuk
sarana transportasi lock.
Waduk Kupferbach untuk kepentingan rekreasi diAachen,Jerman.
Rekreasi - Air bisa dilepaskan dari waduk untuk menciptakan atau meperkuat air
bersih untuk olahraga kayak ataupun olahraga air lainnya. Di sungai yang
dipenuhi salmon seperti di Inggris, air secara khusus dilepaskan untuk
mendorong aktivitas migrasi ikan dan menghasilkan variasi ikan bagi para
pemancing.
II. 4. PENYEIMBANG ALIRAN
Waduk bisa digunakan untuk menyeimbangkan aliran air di tempat yang
manajemennya sangat maju, dengan menampung air saat aliran air deras dan
melepaskannya kembali saat aliran melambat. Untuk bisa menjalankan fungsi ini
tanpa campur tangan pompa, waduk membutuhkan pengendalian secara hati-hati
melalui pintu air di bendungan.
Saat badai besar datang, petugas waduk akan menghitung volume air yang akan
bertambah selama badai ke waduk. Jika badai diramalkan akan melewati kapasitas
waduk, air akan segera dilepaskan perlahan sebelum dan selama badai. Jika
pengaturan dilakukan dengan akurat, maka badai besar tidak akan membuat waduk
meluap dan daerah hilir tidak akan mengalami kerusakan besar akibat banjir.
Perkiraan cuaca yang akurat sangat dibutuhkan agar petugas waduk bisa
membuat perencanaan yang tepat untuk mengosongkan waduk saat hujan lebat
-
9
terjadi. Dalam Banjir Queensland 2010-2011, petugas waduk menyalahkan perkiraan
cuaca.
Contoh waduk yang manajemennya cukup maju adalah Burrendong
Dam di Australia dan Llyn Tegid di North Wales. Llyn Tegid adalah danau alami
yang ketinggian permukaan airnya ditingkatkan dengan dinding rendah dan diisi
dengan aliran Sungai Dee atau dilepaskan tergantung kondisi sebagai bagian dari
pengaturan Sungai Dee. Mode operasi seperti ini adalah bentuk dari sistem
kapasitansi hidrolis dari sungai tersebut.
II. 5. REKREASI
Badan air yang tercipta karena waduk seringkali bisa memfasilitasi
rekreasi seperti pemancingan, kapal boat, dan aktivitas lainnya. Aturan-aturan khusus
bisa diterapkan untuk alasan keamanan dan melindungi kualitas air dan ekologi di
daerah sekitarnya. Banyak waduk kini mendukung dan mendorong rekreasi yang
lebih informal dan tidak terlalu berstrukur seperti sejarah alam, pengamatan burung,
lukisan lanskap, jalan kaki dan hiking, serta juga sering memberikan papan informasi
dan materi interpretasi untuk penggunaan manfaat secara lebih bertanggung jawab.
Berdasarkan keadaan, waduk dibuat untuk generasi hidro-elektrik juga
dapat mengurangi atau menambah produksi bersih dari gas rumah
kaca. Peningkatannya dapat terjadi jika terdapat pembusukan material tumbuhan di
daerah banjir di anaerobik melepaskan lingkungan (metana dan karbon dioksida).
Siswa dari Institut Nasional untuk penelitian dari Amazon menemukan
bahwa waduk hidroelektrik melepas karbondioksida dalam jumlah besar akibat
membusuknya pohon-pohon yang telah tumbang di waduk, khususnya selama
dekade pertama setelah penutupan. Hal ini membuat dampak pemanasan global dari
bendungan meningkat jauh lebih tinggi daripada pembangkit listrik yang
menghasilkan kekuatan yang sama dari bahan bakar fosil. Menurut laporan World
Commission on Dams, ketika bendungan relatif besar, emisi gas rumah kaca dari
reservoir bisa lebih tinggi daripada pembangkit listrik berbahan bakar minyak
konvensional. Sebagai contoh, pada tahun 1990, dampak impoundment di
balik Balbina Dam di Brasil (diresmikan pada 1987) pada pemanasan global 20 kali
-
10
lebih besar dari pembangkit listrik yang menghasilkan kekuatan yang sama dari
bahan bakar fosil.
Sebenarnya banyak kemiripan dari sudut pandang limnologi antara
waduk dengan danau untuk ukuran yang sebanding. Hanya saja tetap ada perbedaan
signifikan di antara keduanya. Banyak waduk memiliki perbedaan akibat variasi
ketinggian air sehingga membuat beberapa daerah tidak digenangi air atau sama
sekali kekeringan dalam rentang waku yang signifikan. Hal ini sangat membatasi
produktivitas atau margin air sehingga akhirnya membatasi pula jenis spesies yang
mampu bertahan di kondisi tersebut.
Waduk di dataran tinggi cenderung memiliki umur residensi lebih singkat
dibanding danau alami, sehingga mengalami siklus nutrisi yang lebih cepat melalui
badan airnya sehingga lebih mudah lenyap dari sistem. Hal ini sering dianggap
sebagai sumber selisih perhitungan antara kandungan kimiawi air dengan kandungan
biologisnya, dengan kecenderungan komponen biologisnya lebih mampu bergantung
kepada kondisi kandungan rendah nutrisi (oligotroph) dibanding yang seharusnya
terjadi dalam perhitungan kimiawi. Sementara sebaliknya, waduk di dataran rendah
mengumpulkan air dari sungai-sungai yang telah kaya dengan nutrisi yang
memperlihatkan karakteristik eutrofis yang tinggi dan sistem biologisnya memiliki
kesempatan yang besar untuk mmanfaatkan kekayaan nutrisi yang ada.
Waduk yang dalam dengan menara penyedot berketinggian berbeda bisa
melepaskan air dingin dari kedalaman ke arah hilir sehingga secara signifikan
mengurangi bagianhypolimnion dari air. Hal ini akan mengurangi konsentrasi
fosforus yang dilepaskan saat pencampuran yang terjadi tahunan, dan akhirnya
mengurangi produktivitas. Dinding bendungan di bagian depan waduk berlaku
sebagai sudut tajam (knickpoint) dari jatuhnya air sehingga pengikisan dan
pengendapan adalah dampak yang terjadi di bagian bawah dinding.
II. 6. ERUPSI
Pengertian dan Definisi Erupsi dalam Geografi. Erupsi adalah pelepasan
magma, gas, abu, dll ke atmosfer atau ke permukaan bumi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan
-
11
sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi. Secara umum, kata erupsi tidak
hanya di temukan dalam ilmu Geografi, tapi kata erupsi juga di temukan dalam
bidang kesehatan dan kedokteran gigi.
Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma
dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi. Secara umum, erupsi di bedakan
menjadi 2, yaitu Erupsi eksplosif dan Erupsi efusif.
Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai
tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang
berasal dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eskplosif
inilah yang terkenal sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat
tekanan gas yang teramat kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung
krakatau, letusan gunung merapi,dll.
Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk
lelehan lava. Erupsi elusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak
seberapa kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang kepundan hanya
tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu. Contoh erupsi
efusif adalah erupsi gunung semeru, erupsi gunung merapi, dll.
Erupsi efusif yang rutin dapat mencegah terjadinya erupsi eksplosif. Hal
ini karena dengan keluarnya lelehan lava, maka tekanan dalam perut bumi akan
berkurang. Beberapa gejala terjadinya letusan gunung berapi adalah terhentinya
erupsi efusif yang rutin. Contohnya erupsi efusif di gunung semeru. Para penduduk
sekitar percaya, bahwa selama Lava masih keluar dari kepundan gunung semeru
secara rutin maka kemungkinan gunung semeru akan meletus adalah sangat kecil.
Tapi begitu erupsi efusif tidak terjadi, maka situasi akan di naikan menjadi siaga.
Magma yang keluar dari dalam perut gunung berapi ada yang melalui
lubang kepundan ada pula yang keluar melalui celah. Kuat dan lemahnya tekanan
saat terjadi letusan akan menghasilkan bentuk lubang letusan yang berbeda.
Berdasarkan bentuk lubang tempat letusan, erupsi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu sebagai berikut:
-
12
II. 7. MACAM MACAM ERUPSI
Erupsi sentral, yaitu letusan gunung api yang letusannya melalui sebuah
lubang kepundan sebagai pusat letusannya.
Erupsi linier atau celah, yaitu letusan melalui celah-celah atau
retakanretakan. Erupsi linier menghasilkan lava cair dan membentuk plato
Erupsi areal, yaitu letusan melalui lubang yang sangat luas. Erupsi ini masih
diragukan kejadiannya di bumi.
Macam-macam erupsi seperti yang disebutkan diatas yaitu erupsi sentral, erupsi
linier, erupsi areal merupakan penyebab mengapa bentuk gunung berapi berbeda-
beda.
-
13
BAB III
HASIL PENELITIAN
III. 1. GAMBARAN UMUM LOKASI
A. PROFIL DESA
Nama Desa : Pandansari
Nama Kecamatan : Ngantang
Nama Kabupaten : Malang
Batas-batas Desa :
1. Sebelah Utara : Desa Kaumrejo Kecamatan Ngantang
2. Sebelah Selatan : Desa Banturejo Kecamatan Ngantang
3. Sebelah Timur : Desa Banturejo Kecamatan Ngantang
4. Sebelah Barat : Desa Pondok Agung Kecamatan Kasembon
Wilayah Desa Pandansari : 1.103,425 Ha
Luas Pekarangan : 52,420 Ha
Luas Tanah Sawah : 94,458 Ha
Luas Tanah Tegal : 223,732 Ha
Hutan Lindung : 422,300 Ha
Hutan Produksi : 290,200 Ha
Jumlah Dusun : 7 Dusun
Dusun Plumbang : Terdiri 1 RW dan 7 RT
Dusun Bales : Terdiri 1 RW dan 2 RT
Dusun Munjung : Terdiri 1 RW dan 3 RT
Dusun Sambirejo : Terdiri 1 RW dan 4 RT
Dusun Wonorejo : Terdiri 1 RW dan 3 RT
Dusun Klangon : Terdiri 1 RW dan 2 RT
-
14
Dusun Sedawun : Terdiri 1 RW dan 4 RT
Jumlah Penduduk : 4.763 Jiwa
Laki-laki : 2.404 Jiwa
Perempuan : 2.359 Jiwa
Jumlah KK : 1.344 KK jiwa dengan 363 KK Miskin
Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian :
Petani : 793 Orang
Peternak : 678 Orang
Buruh Tani : 820 Orang
Pegawai Negeri : 10 Orang
Pegawai Swasta : 63 Orang
Wiraswasta : 69 Orang
Populasi Ternak :
Sapi Perah : 2.080 Ekor
Sapi Potong : 43 Ekor
Kambing : 800 Ekor
Domba : 30 Ekor
Data tersebut di atas diambil berdasarkan arsip desa sebelum terjadinya bencana
erupsi Gunung Kelud, beberapa profil desa mengalami perubahan pasca erupsi.
Profil desa yang mengalami perubahan secara signifikan pasca erupsi adalah tentang
matapencaharian penduduk desa serta data populasi ternak.
B. STRUKTUR PERANGKAT DESA
NO NAMA JABATAN
1 SITIN Kepala Desa
2 ISNAINI Kepala Urusan Keuangan
-
15
3 LIA NOVI CINTA Kepala Urusan Umum
4 MARSUDI Kuwowo
5 RUMAJI Mudin
6 PARNO Kepetengan
7 AMANU Kebayan
8 HARIANTO Kepala Dusun Plumbang
9 MUJIONO Kepala Dusun Bales
10 NGADIONO Kepala Dusun Munjung
11 ISLAMADI Kepala Dusun Sambijero
12 SUPRIADI Kepala Dusun Wonorejo
13 ISWANTO Kepala Dusun Klangon
14 SUYITNO Kepala Dusun Sedawun
C. PEMANFAATAN DANAU ATAU WADUK
1) Perikanan 25.000 m2
2) Irigasi 4.000 m2
3) Pariwisata 10.000 m
D. DAFTAR SUNGAI-SUNGAI YANG MENGAIRI PERSAWAHAN DESA
N
O
NAMA
SUNGA
I
MENGAIR
I SAWAH
LUAS
SAWA
H (Ha)
PANJAN
G
SUNGAI
KE
SAWAH
KEBUTUHA
N PARALON
(lonjor)
UKURA
N (Inchi)
1 Sungai Bantaran 10 500 125 8
-
16
Bantaran
2 Sungai
Cono Ngebyu 25 1000 250 8
3 Sungai
Konto Dung Guo 20 800 200 8
4 Sungai
Konto Klangon 15 500 125 8
5 Sungai
Tretes Tretes 20 600 150 8
Jumlah 90 3400 850
III. 2. DESA PANDANSARI SEBELUM DAN SESUDAH ERUPSI
Desa Pandansari merupakan salah satu desa yang terkena dampak
lansung terhadap erupsi Gunung Kelud pada tahun 2013. Seluruh kawasan Desa
tertutup abu vulkanik dan material vulkanik, rumah-rumah penduduk rusak parah,
ternak-ternak banyak yang mati, lahan pertanian rusak dan gagal panen, serta bayak
korban luka-luka serta korban jiwa. Bencana tersebut mengakibatkan beban
psikologis serta materi yang sangat mendalam bagi masyarakat desa Pandansari.
Keadaan desa Pandansari menjadi desa yang mati, seluruh warga diungsikan ke
sejumlah tempat seperti Batu dan Pujon. Meskipun keadaan telah sangat jelas
berbahaya namun, masih saja terdapat beberapa warga yang tidak mau diungsikan
karena beberapa alasan dan faktor yang melatarbelakangi. Pak Tarji merupakan salah
satu warga desa di dusun Munjung yang tidak mau mengungsi. Setalah kami lakukan
wawawancara dengan beliau, kami mendapatkan data bahwa kondisi ekonomi yang
menjadikan Pak Tarji memilih untuk tidak mengungsi dan justru merawat dan
menunggu ternak sapinya yang tengah hamil. Karena merupakan satu-satunya sapi
yang ia miliki dan merupakan penyambung hidup beliau dan keluarganya setiap
harinya.
-
17
Begitulah sedikit gambaran mengenai keadaan masyarakat Desa
Pandansari yang memang pada mulanya sebelum erupsi kebanyakan masyarakatnya
menggantungkan hidup dari beternak sapi perah tersebut. Selain itu keadaan desa
sebelum erupsi Kelud menerjang, masyarakat banyak menjadi petani dan ladang.
Pertanian masyarakat desa Pandansari dapat tergolong maju dan sangat baik. Desa
Pandansari terkenal sebagai salah satu desa pengasil bawang merah terbaik, dengan
adanya bukti bahwa bibit jaung dan bawang yang dihasilkan oleh desa tersebut
merupakan bibit unggul yang banyak dicari oleh petani-petani dari derah lain. Dari
ladang juga banyak dihasilkan berbagai macam buah, salah satu penghasilan terbesar
dalah buah Durian. Apabila musimnya telah tiba, maka hampir sebagian rumah
penduduk desa penuh sesak dengan buah Durian. Beberapa macam ciri khas
masyarakat Desa Pandansari dapat dilihat dari matapencahariannya.
Kearifan lokal di Desa Pandansari hingga saat ini pun masih tetap terjaga
dan dilestarikan oleh masyarakatnya, dengan adanya berbagai unsur kepercayaan
serta unsur mistis yang kadangkala masih banyak melekat dan terus dipakai dan
dijaga untuk dipercayai oleh mayarakat. Sampai saat inipun masih terus hidup di
dalam lingkup masyarakat adat yang berbudaya. Sebagai contohnya adalah dengan
adanya upacara adat masyarakat desa untuk terus mengadakan acara bersih desa serta
upacara adat pengangkatan petinggi adat atau yang saat ini menjadi Kepala Desa.
Adanya perangkat adat (Kepala Desa) oleh masyarakat diangap sebagai orang yang
ditinggikan, dipandang memiliki status sosial yang dihormati, serta dipercaya
-
18
merupakan memiliki ikatan batin yang kuat dengan para sesepuh adat (bedah
krawang). Dengan adanya latar belakang tersebut, maka para petinggi adat atau
Kepala Desa dianggap memiliki kedudukan yang sakral serta memiliki pengaruh
yang sangat kuat serta berpengaruh besar terhadap keberlangsungan desa. Adanya
tatacara yang arif, lokal, dan original dari perilaku masyarakat desa Pandansari
tersebut telah banyak menggambarkan suasana Antropologi Hukum yang kita kaji.
Ketersediaan sumber air di desa Pandan sari juga terbilang mencukupi
dengan adanya beberapa sumber air yang menjadi tumpuan masyarakat Pandansari
untuk kebutuhan sehari-hari baik air bersih maupun air untuk irigasi. Desa
Pandansari memiliki beberapa sumber air untuk memenuhi kebutuhan air
masyarakatnya. Terdapat 5 sumber mata air, beberapa sungai serta air waduk yang
dijadikan sumber pasokan air. Terdapat sekitar 200 kepala keluarga yang
memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih, serta 20 kepala keluarga yang
memanfaatkan sungai sebagai sumber air bersih. Selain itu, keberadaan desa yang
berbatasan langsung dengan waduk Selorejo menjadikan desa ini menjadi cukup
strategis untuk mengelola ketersediaan air.
Namun keadaan tersebut menjadi berubah seketika setelah musibah
erupsi Gunung Kelud terjadi. Kondisi desa menjadi sangat memprihatinkan, rumah-
rumah warga hancur, mata pencaharian mereka hilang karena sawah dan ladang
rusak, ternak banyak yang sakit atau bahkan mati sehingga warga banyak menjual
ternak untuk mecukupi dan menutupi berbagai kebutuhan pasca erupsi. Sumber air
juga banyak yang mati dan rusak atau bahkan hancur. Akses jalan antar dusun di
dalam desa juga rusak parah tertutup material vulkanik serta satu-satunya jembatan
yang menghubungkan antar dusun hancur terkena banjir bandang ketika erupsi.
-
19
Sehingga beberapa dusun menjadi terisolasi atau bahkan terpaksa harus
menggunakan jalan dengan melintasi sungai aliran lahar. Dimana kondisi tersebut
sangat membahyakan keselamatan warga saat melintas, apalagi saat kondisi sedang
hujan.
kondisi sungai sebelum erupsi kondisi sungai pasca erupsi
Adanya bencana erupsi memberikan perubahan serta dampak yang luar
biasa terhadap kondisi desa Pandansari saat ini. Yang paling sangat terlihat adalah
tentang keadaan matapencaharian penduduknya. Yang semula sebagian besar
masyarakat bermatapencaharian sebagai petani dna peternak, kini sebagian telah
beralih menjadi penambang pasir pasca erupsi. Hal tersebut dikarenakan tidak
adanya pilihan bagi mereka untuk mengolah lahan yang telah rusak dikarenakan
tertutup dengan material vulkanik yang cukup tebal, sehingga memerlukan proses
yang cukup lama untuk dapat kembali mengolahnya. Sehingga masyarakat memilih
untk merubah matapencaharian guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkala
agar kembali normal seperti semula dengan alternatif lain yang potensial.
Keadaan masyarakat desa Pandansari yang tengah mengalami kesusahan
akibat bencana saat itu tidak hanya didiamkan begitu saja oleh yang lainnya.
Keadaan pemulihan desa pasca erupsi juga tergolong sangat cepat dan baik. Terlihat
dari banyak perubahan yang ada serta berbagai fasilitas yang saat ini telah dinikmati
oleh masyarakat Pandansari. Banyaknya bantuan yang datang dari berbagai sumber
baik pemerintah, TNI, masyarkat, LSM, dan banyak pihak lain memberikan banyak
hal positif. Serta dukungan bagi masyarakat desa Pandansari untuk segera bangkit
dari keadaan menyedihkan karena erupsi. Rumah-rumah warga segera diperbaiki,
-
20
jalan-jalan segera digaruk dan diratakan dengan alat berat, listrik kembali
dinormalkan, logistik dan bahan makan segera dibagi ratakan, berbagaimacam
bantuan segera dikirimkan, sumber air segera diperbaiki dan dinormalkan kembali.
Permasalahan normalisasi desa pasca erupsi bukan hanya sampai di situ
saja. Karena yang paling penting di sini adalah tentang pengeloaan setelah segala
bentuk bantuan itu diberikan. Tentang sikap masyarakat dalam mengelola, adanya
berbagai macam kepentingan yang terlibat di dalamnya juga menjadi perhatian
penting. Karena pada dasarnya kebutuhan yang paling utama untuk menopang
kehidupan msyarakat adakah sumber air. Karena sumber air menjadi tumpuan, baik
dalam hal kebutuhan air minum, mandi cuci kakus, irigasi pertanian, pembersihan
limbah kandang ternak, dan lain sebagainya. Dengan adanya banyak kebutuhan dan
kepentingan yang bertumpu kepada sumber air ini, maka memag terjadi banyak
konflik atau snegketa dalam pengelolaannya. Masyarakat Desa Pandansari memiliki
cara sendiri dalam mengelola sumber air yang mereka andalkan, serta memiliki cara-
cara pula untuk menyelesaikan konflik kepentingan yang ditimbulkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, pengelolaan
sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan
sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Adanya kemandirian dalam
mengelola sumberdaya air oleh Desa Pandansari ini menunjukkan adanya upaya
untuk merencanakan darimana sumber air yang dapat menjadi suply air bagi warga
desa Pandansari akan diperoleh, darimana dana yang didapatkan untuk membangun
-
21
tandon air, serta bagaimana cara pembangunannya telah direncanakan oleh seluruh
masyarakat desa secara bersama-sama dengan dukungan dari petinggi desa yaitu
Kepala Desa sebagai pemimpin dan penyambung kebutuhan masyarakat desa dnegan
pihak luar ataupun pihak-pihak yang dapat membantu setiap kebutuhan desa.
Pelasanaan pembuatan tandon sumber air serta pelaksanaan pemantauanya pu n
dilaksanakan secara bersama-sama oleh warga desa. Ciri khas gotongroyong yang
masih sangat terlihat kental sebagai salah satu kearifan dari masyarakat desa yang
harus tetap dilestarikan.
III. 3. PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DESA PANDANSARI PASCA ERUPSI
Hingga saat ini, kebutuhan sumber air yang dimiliki oleh desa Pandansari
masih sangat cukup, desa ini memiliki 5 sumber mata air yang kondisinya masih
bagus serta 2 sungai yang saat ini kondisinya rusak akibat erupsi. Pasca erupsi
meskipun sumber air banyak yang rusak, namun desa Pandansari memperoleh
sumber air dengan membangun sendiri dari swadaya msayarakat serta bantuan
pipanisasi dari banyak pihak. Dengan adanya bantuan pipanisasi dari Koramil,
ataupun dari swasta. Sehingga dengan adanya sumber air tersebut, kebutuhan desa
menjadi sangat terpenuhi. Sebelum erupsi, ketersediaan air desa Pandansari masih
menggunakan pipa-pipa lama yag menjadi satu dengan tandon air yang berada
bersama dengan milik PJT (Perusahaan Jasa Tirta) Selorejo. Namun keberadaan
setelah erupsi supply air menjadi semakin berkurang sehingga sering timbul konflik
tentang pemakaian air. Pipa-pipa yang digunakan oleh PJT untuk mengalikan air dari
tandon sumber air melewati desa Pandansari, sehingga sebelumnya telah dibuat
kesepakatan antara pihak PJT dengan Kepala desa bahwa apabila pipa-pipa milik
PJT juga melewati desa, maka masyarakat desa juga harus dapat ikut memperoleh
manfaat air darinya. Namun, setelah erupsi terjadi keaadaan menjadi tidak normal
seperti biasanya, penggunaan air bersih menjadi lebih intens dari biasanya sedangkan
banyak pula sumber air yang telah rusak terkena material vulkanik. Sehingga
keluaran air yang mengalir ke PJT sering mati, dan hal tersebut menunculkan konflik
penggunaan air antara warga desa dengan pihak PJT. Namun, adanya konflik
tersebut tidak berlangsung lama dan segera terselesaikan karena desa Pandansari
masih memiliki beberapa sumber air.
-
22
Selain dari tandon air yang ada, keberadaan waduk Selorejo yang
memiliki potensi yang cukup besar selain dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik,
keberadaannya juga harus memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat
sekitar. Debit air yang tertampung di dalam waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber irigasi pertanian warga, serta sebagai perikanan. Meskipun tidak banyak
warga desa Pandansari yang memperoleh manfaat langsung dari keberadaan Waduk
Selorejo dikarenkan dikelolah oleh swasta dimana yang tujuannya semata-mata profit
oriented, namun Kepala Desa (Bu Sitin) tetap dan selalu mengupayakan yang terbaik
untuk warganya. Seringkali Bu Sitin melakukan negoisasi dengan pihak PJT tentang
upaya pemenuhan kebutuhan desanya. Dalam tingkatan desa juga memiliki
kewenangan untuk mengatur tentang pengelolaan air yaitu dalam pasal (17) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa atau
yang disebut dengan nama lain meliputi:
a. mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh
masyarakat dan/atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan
asas kemanfaatan umum;
b. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangannya;
c. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air sesuai
dengan ketersediaan air yang ada; dan
d. memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan
sumber daya air di wilayahnya.
Tindakan yang dilakukan oleh Kepala Desa Pandansari dalam mengatasi
permasalahan ketersediaan sumber air di desanya pasca erupsi untuk memenuhi
kebutuhan air masyarakat memang tindakan yang sangat tepat untuk dilakukan.
Kewenagan yang telah dituangkan di dalam undang-undang telah dilaksanakan
dengan baik. Keberadaan Kepala Desa yang tanggap untuk melakukan negoisasi
dengan pihak lain demi tercukupinya kebutuhan iir bagi masyarakat desa melaui
upaya saling menguntungakan dan kerjasama antara kedua belah pihak, menjadi
solusi pertama yang dapat dilakukan dalam pengelolaan ketersediaan air yang
sebelumnya belum diatur oleh desa.
-
23
Setelah penggunaan air secara bersamaan sekian lama, namun kemudian
juga memunculkan konflik juga. Maka dicarilah alternatif lain untuk melakukan
pemecahan masalah ketersediaan air desa. Maka dibangunlah tandon mata air.
Adapun beberapa sumber mata air yang dimiliki oleh desa Pandansari adalah sebagai
berikut:
-
24
SUMBER MATA AIR/ TANDON
Beberapa sumber air / tandon yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Desa
Pandansari. Masyarakat membangun tandon dengan swadaya secara kerja bhakti
menggunkan dana bantuan dari pemerintah yang diusahakan oleh Kepala Desa.
-
25
Pasca erupsi, memang terjadi banyak kerusakan terhadap sumber air
diakibatkan material vulkanik. Namun, setelah itu, desa Pandansari mendapatkan
bantuan pembenahan sumber air serta pipanisasi dari TNI (Koramil) yang kemudian
dikerjaakan secara gotong royong oleh masyarakat serta dari pihak Koramil. Adanya
pemenuhan kebutuhan air pasca erupsi tersebut dapat terselesaikan dengan cepat
karena adanya peran yang sangat besar dari para perangkat desa utamanya adalah
Kepala Desa sebagai pihak yang sangat dihormati sebagai simbol desa. Kepala Desa
Pandansari dipilih langsung oleh warga desa. Dengan adanya pemilihan Kepala Desa
secara langsung ini sangat efektif untuk menunjuk kepala yang memimpin desa serta
mengemban amanah untuk menyelesaikan serta mengatasi segala permasalahan
yang ada di dalam desa. Masyarakat desa Pandansari sendiri percaya bahwa sosok
Kepala Desa itu harus mampu merangkul semua pihak, semua warga. Karena Kepala
Desa itu sendiri haruslah berasal dari warga asli desa dan harus sangat memahami
seluk beluk desa. Serta masyarakat juga percaya bahwa sosok pemimpin desa itu
pada dasarnya selalu didampingi oleh bedah krawang (penjaga desa) sehingga harus
dihormati dan merupakan sosok terpenting desa.
Saat ini Kepala Desa Pandansari dijabat oleh sosok perempuan tangguh
yang bernama Ibu Sitin. Masyarakat percaya bahwa Kepala Desa yang mereka pilih
adalah yang terbaik dan mampu mengemban amanat warga desa serta dapat
membangun desa dengan baik. Sangat jarang kita temui seorang kepala desa dijabat
oleh seorang perempuan. Apabila ditinjau dari segi kultural dalam struktur
pemerintahannya, Desa Pandansari termasuk desa yang dalam struktur
pemerintahannya sudah modern. Sebab dengan terpilihnya Ibu Sitin dimana adalah
seorang Perempuan sebagai Kepala Desa telah menunjukkan adanya kesetaran
gender di dalam masyarakat. Sebenarnya apabila dilihat dari kenyaaan yang ada, kita
semua menyadari bahwa keberadaan perempuan dalam mengakses posisi yang
kebanyakan selalu didominasi oleh laki-laki kemudian dapat juga diakses oleh
perempuan. Memang terdapat pandangan lemah dari perempuan itu sendiri, beberapa
survey dan studi kasus menunjukkan bahwa rata-rata kesadaran hukum dan hak
perempuan cukup tinggi, namun kemampuan mereka untuk mengakses keadilan
dalam arti mengupayakan penyelesaian kasus atau penegakan haknya rata-rata sangat
rendah. data ini sebenarnya cukup mengejutkan terutama bagi organisasi perempuan
-
26
dan organisasi internasional yag berminat untuk menyelenggarakan projek dan
implementasi program untuk penguatan dan pemberdayaan hukum perempuan.
Pertanyaan sebenarnya adalah apabila perempuan desa sudah memiliki kesadaran
hukum dan hak yang tinggi mengapa masih diperlukan program pemberdayaan
hukum? Akan tetapi, benarkah perempuan benar-benar sudah berdaya dalam
perspektif hukum dan hak? Apakah ada hubungan antara kesadaran hak dan hukum
perempuan dengan kemampuan mereka mengupayakan keadilan yang mereka
perlukan? Apakah kesadaran hukum dan hak merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perempuan dalam mengakses keadilan?2
Jelas sekali bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak,
bahwasanya kesadaran hukum bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
perempuan dalam mengakses keadilan dan penegakan hukum. Dalam studi kasus
terhadap desa Pandansari ini kita temukan bahwa keberadaan Ibu Sitin yang terpilih
menjadi Kepala Desa masih terdapat faktor lain, yaitu adanya kepemimpinan lain
yang kuat untuk mendukungnya dalam menyelesaikan semua konflik dan snegketa
yang terdapat di dalam desa Pandansari. Karena Ibu Sitin merupakan istri dari Pak
Sakirman, dimana Pak Sakirman merupakan Kepala Desa Incumben yang
sebelumnya telah menjabat dua periode. Sehingga masyarakat Pandansari masih
menginginkan kepeminpinan beliau, maka majulah Ibu Sitin sebagai Kepala Desa
Pandansari. Bukan berarti keberadaan Bu Sitin dalam hal ini bukan merupakan pihak
yang benar-benar medapat perhatian dan kepercayaan dari masyaraat daripada Pak
Sakirman, namun justru memberikan kesempatan lebih luas bagi desa melalui
pemimpinnya untuk tetap dapat mengembangkan. Memang dapat dikatakan Ibu Sitin
sebagai istri dari Pak Sakirman memberikan keuntungan pamor yang nyata dari
kinerja yang dihasilkan oleh Pak Sakirman sebelumnya dlam membangun desa.
Namun karena regulasi yang mengatur kepemimpinan yang hanya dua kali periode
saja menyebabkan adanya keterbatasan untuk terus melanjutkan prestasi yang telah
diraih. Sebagai suami dan istri yang mendapatkan amanat dari masyarakat bukan
22 Dewi Novirianti, Paralegal dan Akses Perempuan Terhadap Keadilan: Dinamika dan Interaksi
Hukum Internasional dan Keadilan di Tingkat Lokal, dalam Editor: Sulistyowati Irianto, Hukum yang Bergerak dalam Tinjauan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm: 357 - 358
-
27
berarti harus mengembangkan politik kerajaan di desa, namun karena murni
pengabdian bagi desa bagi mereka yang memiliki satu visi bersama.
Kembali lagi dalam bahasan kita yang pertama, bahwa keadaan
pemenuhan kebutuhan air pasca erupsi bagi desa Pandansari masih tercukupi karena
adanya kerja keras serta semangat gotongroyong dari masyarakatnya untuk sama-
sama mengelola desa. Bukan hanya dari pihak struktur pemimpin namun juga
masyarakatnya pula.
Untuk mengalirkan kembali saluran air, TNI dan masyarakat bersama-
sama memasang pipa-pipa dari tandon sumber air menuju persawahan serta ke
rumah-rumah warga. Dengan begitu maka aka kebutuhan akan air menjadi
terpecahkan pasca erupsi. Masyarakat Pandansari tidak kekurangan pasokan air
bersih setelah program pipanisasi terselesaikan.
III. 4. SENGKETA DAN UPAYA PENYELESAIANNYA
Dimana ada masyarakat maka di situlah maka akan timbul konflik.
Karena kebutuhan setiap orang serta kepentingannya itu berbeda-beda. Sangat susah
untuk menyatukan banyak pikiran dan banyak kepentingan dari masyarakat desa
yang jumlahnya lebih dari 4.000 jiwa. Belum lagi tingkat kesadaran dan
intelektualitas masyarakat desa yang masih tergolong rendah, sehingga egoisme
tanpa adanya pemikiran dan penalaran yang lebih panjang sangat jarang untuk
terjadi. Unsur kebudayaan dan kebiasaan dari mayarakat desa yang cenderung masih
menggunakan otot daripada pikiran kadangkala menjadi suatu kendala sendiri yang
dihadapi oleh pemuka desa. Terlebih lagi Desa Pandansari memiliki pemuka desa
seorang Perempuan yaitu Ibu Sitin. Apakah benar-benar seorang pemuka desa yang
-
28
diduduki oleh perempuan dapat memperoleh pengakuan serta kepercayaan yang
sepenuhnya dari masyarakat. Apalagi untuk memecahkan sebuah persoalan atau
sengketa yang terjadi, bukan hanya antar warga desa sendiri, bahkan antara warga
desa dengan warga di luar desa juga kerap kali terjadi.
Sementara dikemukakan dalam teori feminis tentang suara yang berbeda/
different voice dari Giligan yang kemudian dikembangkan oleh Noddings. Giligan
menyatakan bahwa laki-laki karena kebebasan otonominya memiliki cara aberpikir
dan bertindak yang menekankan pada keadilan, kejujuran dan hak/ ethic of justice.
Sementara perempuan, karena keterlibatannya dan interaksinya, memiliki cara
berpikir dna bertindak yang menekankan pada keinginan, kebutuhan dan perhatian
kepada orang tertentu/ ethic of care. Dalam hal ini laki-laki memprioritaskan hak
individu, otonomi dan netralitas, sedangkan perempuan menolak nilai laki-laki
tentang objectivitas dan pemisahan persoalan, serta menekankan kepada peduli/ care,
tanggungjawab dan hubungan efektif. Hal ini membuat resolusi konflik berjalan
secara berbeda apabila kita mengadopsi nilai yang dihubungkan dengan suara
perempuan yang lebih didasari pada cara kontekstual dan naratif dengan apabila
menggunakan cara formal dan abstrak dari laki-laki.3
Dalam struktur yang dimiliki oleh desa Pandansari ini, memang
keberadaan sosok Bu Sitin menjadikan peranan yang penting dalam seluruh kegiatan
desa. Jika dikaitkan dengan teori feminis di atas yang mengtakan bahwa perempuan
lebih mengandalkan ethic of care memang sangat terlihat jelas. Dalam suatu kasus
contohnya sengketa pipa air yang terjadi antara pihak PJT dengan warga desa setelah
erupsi. Dimana Bu Sitin menjadi pihak yang maju mewakili warga desa untuk
melakukan negoisasi dengan pihak PJT. Terkait masalah pipa saluran air dari tandon
yang tiba-tiba diputus secara sepihak oleh pihak PJT kemudian di cor menggunakan
semen, sehingga warga desa tidak memperoleh aliran air. Terjadi ketegangan saat itu
di kalangan warga. Sekelompok warga yang merasa kepentingannya dirugikan
menjadi bersikap agresif dan hampir saja anarkis. Namun, sosok Ibu Kepala Desa
yang lebih mampu mengandalkan perasaan dan kemampuannya untuk memahami
serta mengerti tentang apa yang diinginkan oleh warga desanya berusaha
3 Irawati Harsono, Polwan Menegakkan Etika Kepedulian di Tengah Budaya Patriarki, dalam Editor:
Sulistyowati Irianto, Hukum yang Bergerak dalam Tinjauan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm, 139
-
29
menampung segala pendapat dan reaksi warganya. Sebelumnya untuk
mengumpulkan fakta-fakta yang ada, Kepala Desa menugaskan kepada Kapetengan
untuk menyelidiki kebenaran yang terjadi. Serta berusaha mengamankan dan
meredam tingkata emosi yang terjadi di dalam warga.
Pipa air yang diputus dan dicor dengan semen
Jalan negosiasi yang ditempuh oleh Ibu Sitin ini telah menunjukkan
peranannya sebagai aktor yang berpengaruh di masyarakat untuk berusaha
meyelesaikan permasalahan yang ada, walaupun kadangkala status perempuan
menjadikan dirinya kerap dipandang sebelah mata oleh kalangan tertentu. Namun Ibu
Sitin terus bergerak maju untuk mencari keadilan serta kepedulian yang tinggi bagi
warga desanya. Cara penyelesaian snegketa yang ditunjukkan oleh Ibu Sitin ini dapat
dikategorikan sebagai Alternative Dispute Resolution. ADR adalah salah satu
mekanisme penyelesaian sengketa nonlitigasi dengan mempertimbangkan segala
bentuk efisiensinya dan untuk tujuan masa mendatang sekaligus menguntungkan
bagi pihak yang bersengketa. Negosiasi dan mediasi merupakan bagian dari proses
penyelesaian sengketa secara kompromi (kooperatif antar pihak) dengan tujuan
pemecahan masalah bersama.4 Adanya proses ADR ini tampak terlihat bahwasanya
konflik yang terjadi antara warga desa dengan pihak PJT berusaha diselesaikan
dengan cara adat dengan dibawa ke pemuka adat (dalam hal ini Kepala Desa).
Dengan penuh kesadaran yang tinggi sebagai penengah dan pemberi jalan keluar
4 Rachmad Safaat, Advokasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa : Latar Belakang, Konsep dan
Implementasinya, Malang : Surya pena Gemilang, 2011, hlm: 81 - 91
-
30
terhadap permasalahan yang ada. Ibu Sitin berusaha untuk mendengar dari berbagai
pihak mengenai permasalahan yang ada. Alasan dari pihak PJT bersikap demikian
hingga memutus pipa air yang mengalir ke rumah warga dikarenaka aliran air yang
mengalir ke PJT kerap mati dan keluarnya kecil di musim kepepetan (air mengercil),
sebab jumlah air lebih banyak mengalir ke rumah-rumah warga. Saling menyadari
akan adanya kepentingan bersama dalam masalah ini. Dimana pihak PJT
membutuhkan wilayah desa Pandansari untuk meletakkan aliran pipa-pipa air, serta
warga juga membutuhkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga jalan keluarnya
bersama adalah dengan dilakukan negoisiasi, musyawarah bersama dalam mengelola
sumberdaya alam yang ada sehingga dapat berhasil guna dan bermanfaat bagi banyak
pihak.
Orang bernegosiasi dalam situasi yang tidak terhitung jumlahnya ketika
mereka membutuhkan atau menginginkan sesuatu yang dapat diberikan atau ditahan
oleh orang/pihak lain bila mereka menginginkan untuk memperoleh kerjasama,
bantuan atau persetujuan orang lain, atau ingin menyelesaikan atau mengurangi
persengketaan atau perselisihan. Negosiasi juga digunakan untuk upaya kerjasama
yang sederhana dan penuh persahabatan dengan yang berjarak dekat.5
Strategi yang ditunjukkan oleh Ibu Sitin menunjukkan adanya gaya
berbegosiasi untuk saling bekerjasama dengan melibatkan semua pihak yang
bersengketa. Pipa air yang mengalir ke Pihak PJT perlu untuk diperbaiki sehingga
alirannya dapat lancar kembali dan tidak terganggu dengan penggunaan warga. Dan
perbaikan pipa PJT ini juga harus melibatkan warga desa untuk memperbaikinya
agar warga dapat melihat keadaan yang sebenarnya serta sebagai upaya timbal balik
dari warga desa yang juga ikut menggunakan air dari aliran air PJT. Dengan adanya
upa-upaya penyelesaian sengketa yang ditempuh tersebut telah banyak menunjukkan
adanya kajian Antropologi hukum yang terjadi di dalam mayarakat adat desa
Pandansari dalam proses penyeleseaian sengketa pengelolaan air.
Guna memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat lokal dalam
pemanfaatan sumberdaya air di satu pihak dan terjaminnya kelestarian dan
keberlanjutan sumberdaya air di pihak lain, maka diperlukan aturan main dalam
masyarakat. Aturan main (institutional arrangement) yang berdasarkan keadilan
5 Ibid, hlm: 93
-
31
sosial, itikad baik, dan demokratis. Aturan main ini dipenggaruhi oleh faktor
ekonomi, sosial, budaya. Sehingga dalam pengaturan dan pengelolaan air yang
dilakukan di desa Pandansari ini, dibagi menjadi dua. Yaitu sumber air untuk irigasi
dan sumber air bersih untuk makan, minum, mandi. Aturan mainnya adalah untuk
sumber air irigasi langsung diambil dari air sawah yang juga sebagian dialirkan
dengan limbah kandang ternak. Sedangan yang dari tandon sumber air dikelola
bersama oleh masyarakat secara swadaya. Dan harus saling menjaga kepunyaan
bersama ini secara baik dan arif demi kemakmuran bersama.
Pengaturan penyelesaian sengketa yang terjadi dan dipergunakan dalam
masyarakat adat desa Pandansari dari waktu ke waktu juga akan terus mengalami
perkembangan. Dalam penanganannya sendiri juga menggunakan cara-cara yang
perlu untuk disesuaikan dengan keadaan yang ada. Ada sengketa yang sangat perlu
untuk digali dan pihak petinggi desa harus pro aktif dalam menyelesaikannya apabila
sengketa tersebut berhubungan langsung dengan kepentingan warga desa secara luas.
Namun juga ada batas-batas sengketa tertentu yang pada dasarnya tidak perlu untuk
dicari-cari atau digali terlalu dalam karena menyangkut kepentingan perorangan saja
serta tidak memberikan dampak yang meluas kepada seluruh warga desa. Selain itu
segi keprivasian para pihak juga menjadi dasar utama dalama penanganan segketa
yang ada. Bukan hanya sengketa pengelolaan sumberdaya air saja yang seringkali
muncul, namun banyak sengketa-sengketa kepentingan lainnya yang terus
bermunculan seiring dengan dinamisnya kehidupan serta perilaku masyarakat adat.
Jika dibandingkan dengan upaya penyelesaian sengketa yang telah diatur
pada Pasal 88 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, upaya penyelesesaian sengketa
yang dilakukan oleh Kepala Desa dan masyarakat desa di desa Pandansari sebagai
upaya penyelesaian sengketa pengelolaan sumberdaya air memiliki kesamaan. (1)
Penyelesaian sengketa sumberdaya air pada tahap pertama diupayakan berdasarkan
prinsip musyawarah untuk mufakat; (2) Dalam hal penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat
menempuh upaya penyelesaian di luar pengadilan atau melalui pengadilan; (3) upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan dengan arbitrase atau alternatif penyelesian sengketa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
-
32
BAB IV
PENUTUP
IV. 1. KESIMPULAN
Desa Pandansari merupakan salah satu desa yang perilaku masyarakatnya
masih memegang teguh kearifan serta ciri khas nya sendiri. sebagai salah satu desa
yang terkena dampak secara langsung oleh bencana erupsi gunung kelud pada tahun
2013. Desa Pandansari termasuk desa yang pemulihan pasca bencana tergolong
sangat cepat. Pembangunannya cepat dan merata, pemulihan kehidupan ekonomi dan
sosial masyarakatnya pun sangat terkendali. Meskipun pasca erupsi terdapat
beberapa hal yang mengalami pergeseran serta perubahan seperti mata pencaharian,
alokasi dan sumberdaya airnya juga, namun dalam upaya dan cara pengelolaan
desanya tergolong cukup baik dan teratur. Sumber air yang digunakan oleh
masayarakat deda Padansari sebagian dari sungai dan mata air yang dibuat menjadi
tandon-tandon air. Air sungai digunakan untuk irigasi sawah dan pembersihan
kandang-kandang ternak, sedangkan air tandon mata air digunakan untuk keperlua
air bersih. Dalam pengelolaanya desa Pandansari mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak seperti pemerintah, LSM, dan swadaya masyarakat desa Pandansari sendiri.
semangat dan budaya gotongroyong masyarakat desa terus hidup untuk saling
menjaga, mengelola, dan melestarikan sumber air yang mereka punya sebagai suatu
anugerah bersama. Pengelolaan sumberdaya air di desa Pandasari menurut perilaku
masyarakatnya termasuk pengelolaan yang terencana dan pelakasnaannya telah
bagus dengan metode pengawasan bersama yang efektif. Jika dibandingkan dengan
Undang-Undang Nmor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan sumberdaya air serta
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 sudah termasuk baik.
Peran kepala pemangku adat dalam hal ini merupakan kepala Desa yang
diduduki oleh seorang perempuan yaitu Ibu Sitin memberikan efek yang bagus
terhadap perkembangan desa. Salah satunya tentang pengelolaan sumberdaya air di
desa Pandansari pasca erupsi lebih baik dan terkendali, perbaikan infrastruktur dan
jalan. Serta upaya penyelesaian sengketa dengan menggunakan upaya lokal dan khas
dengan gaya pemecahan solusi yang unik dari seorang pemimpin perempuan.
Sehingga dapat saling menemukan titik kepuasan masing-masing bagi para bihak
yang berkepentingan. Teknik penyelesaian sengketa ADR (Alternative Dispute
-
33
Resolution) salah satunya adalah metode negosiasi kerap dilakukan oleh Kepala Desa
Pandansari untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Metode penyelesian
sengketa yang dilakukan oleh masyarakat desa pandansari melalui peran Kepala
Desa memiliki kesamaan dengan aturan yang berlaku di dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air.
IV. 2. SARAN
Adanya struktur desa yang berjalan dengan sangat baik di Desa
Pandansari belum menjadi jaminan yang cukup untuk menjamin segi keadilan bagi
seluruh warga desa. Adanya peraturan perundang-undangan yang baru saat ini yaitu
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yang didalamnya juga pengatur dan mengakui
adanya otonomi desa seharusnya harus lebih bisa dimanfaatkan dan digunakan lebih
efektifa bagi desa untuk memajukan desa. Salah satunya adalah dengan dapat
dibentuknya Peraturan Desa, dengan adanya peraturan-peraturan yang tertulis secara
jelas tersebut nantinya akan memberikan jaminan hukum yang kuat bagi seluruh
masyarkat desa.
Selain itu, tetap mempertahankan segi tradisional memang bagus sebagai
upaya pelestarian dan menunjukkan segi originalistas. Namun, desa dan
masyarakatnya juga harus pula mengikuti perkembangan zaman yang ada agar desa
menjadi tidak terpinggirkan. Diharapkan nantinya desa Pndansari tetap menjadi desa
tradisional yang wawasannya juga modern oriented. Misalnya dengan mencoba
untuk selalu membuat rekaman atau bukti-bukti tertulis mengenai segala macam
bentuk perjanjian serta kesepakatan yang dibuat, sehingga nantinya apabila timbul
sengketa atau perselisihan dapat memiliki bukti-bukti menukung yang kuat. Karena
meskipun penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan menggunakan teknk ADR,
namun kadangkala hal tersebut belumlah cukup dapat selesai sampa di situ selama
belum ada putusan hukum yang kuat.
-
34
DAFTAR PUSTAKA
DATA BUKU DAN ARTIKEL:
Anonim. 2014. Jumlah Korban Meninggal 100 jiwa. diakses dari situs berita
VivaNews pada 20 Januari 2014
Anonim. 2014. Sekitar 100 Korban Situ Gintung Dinyatakan Hilang. Diakses dari
situs berita Tempo pada 20 Januari 2014
Anonim. 2005. Hydroelectric power's dirty secret revealed. Earth Magazine. Edition
24 February 2005 New Scientist
Dewi Novirianti. 2009. Paralegal dan Akses Perempuan Terhadap Keadilan:
Dinamika dan Interaksi Hukum Internasional dan Keadilan di Tingkat
Lokal, dalam Editor: Sulistyowati Irianto, Hukum yang Bergerak dalam
Tinjauan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Fearnside, P.M. 1995. Bendungan Hidroelektrik di Amazon Brasil Sebagai Sumber
untuk Gas Rumah Kaca. Environmental Conservation.
Irawati Harsono. 2009. Polwan Menegakkan Etika Kepedulian di Tengah Budaya
Patriarki, dalam Editor: Sulistyowati Irianto, Hukum yang Bergerak
dalam Tinjauan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Rachmad Safaat. 2011. Advokasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa : Latar
Belakang, Konsep dan Implementasinya, Malang : Surya pena Gemilang
Water Release information for The River Tryweryn at the National Whitewater
centre
Reservoirs Act 1975 The Reservoirs Act 1975 (UK)
DATA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
-
35
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
DATA INTERNET:
Anonim. 2013. Definisi dan Pengertian Erupsi. (online), (
http://www.kamusq.com/2013/04/erupsi-adalah-pengertian-dan-
definisi.html) Diakses pada tanggal 8 November 2014 pukul 08.14
www.google.com
www.vivanews.com
-
36
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI KEGIATAN
-
37
-
38