Penegakan Diagnosis Pada DHF

download Penegakan Diagnosis Pada DHF

of 5

description

diagnosis

Transcript of Penegakan Diagnosis Pada DHF

Penegakan Diagnosis pada DHF/DBD1. AnamnesisLakukan anamnesis yang lengkap, selain itu hal penting yang perlu ditanyakan adalah Daerah asal pasien (endemik atau tidak) Apakah pasien pernah bepergian ke daerah endemik atau tidak2. Pemeriksaan FisikDicari berdasarkan manifestasi klinis yang muncul seperti di atas.3. Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan tetes darah Dilakukan untuk menemukan adanya parasit Sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman Tes yang dilakukan sekali dengan hasil negatif tidak dapat menyingkirkan DBD, DBD akan dapat disingkirkan apabila tes dilakukan 3 kali dengan hasil negatif Lakukan pemerikasaan pada saat pasien demam karena dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit B. Tetesan darah tebalPemeriksaan ini merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit DBD karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan tetesan darah tipis Pemeriksaan dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat) Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya adalah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah

C. Tetesan darah tipis Digunakan untuk mengidentifikasi jenis plasmodium karena bila dilakukan dengan darah tebal sulit ditentukan Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasit count), dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita DBD, akan tetapi komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, Leishmans, Fields atau Romanowsky Pengecatan Giemsa umum digunakan pada beberapa laboratorium karena cukup mudah dengan hasil yang cukup baik

D. Tes antigen : P-F test Mendeteksi antigen dari P.Falciparum (Histidine Rich Protein II) Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit Tidak memerlukan latihan khusus Sensitivitas baik Tidak memerlukan alat khusus Deteksi antigen vivax dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan infeksi P.Falciparum atau P.Vivax Sensitivitas sampai 95% dan hasil false positive lebih rendah dari tes deteksi. HRP-2 Sekarang dikenal dengan nama tes cepat (rapid test)E. Tes serologi Mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tehnik indirect fkuorescent antibody test Berguna untuk mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap DBD atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal Kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan tes > 1:20 dianggap positif Metode-metode tes serologi antara lain : indirect haemmaglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassayF. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA Waktu dipakai cukup cepat Sensitivitas dan spesifisitas tinggi Keunggulan : walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin

Klarifikasi Kasus1. Dicurigai sebagai kasus : Yaitu kasus yang jelas dengan melihat gejala klinisnya.2. Kemungkinan sebagai kasus : ialah kasus yang menunjukkan gejala klinis dan didukung oleh satu atau lebih dari.3. Uji serologi berupa munculnya titer anti bodi dengan hemaglutinasi inhibisi 1280 atau lebih yang sebanding dengan titer positif IgG dengan uji ELISA, ataupun titer positif zat anti bodi IgM pada fase akhir yang akut pada fase konvalesens.4. Munculnya kasus DD lain dilokasi dan waktu yang sama5. Kasus yang pasti : ialah kasus yang secara klinis benar, serta didukung pula kebenarannya secara laboratoris.

Kriteria Klinis1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 1-7 hari.2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :- Uji tourniquet positif- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi- Hematemesis dan atau melena- Hematuria.

3. Manifestasi syok/renjatanPada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya: Pembesaranhati(hepatomegali) Tekanan darah yang rendah Denyut nadi yang cepat dan lemah Adanya perdarahan kulit atau di tempat lain (Petekia, ekimosis, purpura)

Kriteria Laboratoris1. Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)2. Hemokonsentrasi (kenaikan Ht > 20%). Kenaikan nilai 20 % (hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin). Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan.3. Dan perembesan plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permiabilitas dinding pembuluh darah, yang ditandai dengan munculya satu atau lebih dari :- Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi.- Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi titernyamencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpadangan.4. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun didalam spesimen serum dengan uji ELISA. Dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serebro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR).

Kriteria Klinis Untuk DHFTerdapat 4 kriteria klinis dari WHO yang kesemuanya harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis DHF1 Demam atau adanya riwayat demam akut2 Manifestasi perdarahan3 Jumlah trombosit < 100.000/mm4 Penemuan objektif dari adanya kebocoran plasma yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas vaskuler, yang dapat dilihat pada satu atau beberapa hal berikut: peningkatan hematokrit (20% diatas normal) - kadar protein/albumin yang rendah, atau efusi pleura maupun efusi lainnya.